• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PUSAT KAJIAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM MENANGANI KASUS PERDAGANGAN ANAK DI KOTA MEDAN MENURUT UU NO. 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PUSAT KAJIAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM MENANGANI KASUS PERDAGANGAN ANAK DI KOTA MEDAN MENURUT UU NO. 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PUSAT KAJIAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

DALAM MENANGANI KASUS PERDAGANGAN

ANAK DI KOTA MEDAN MENURUT UU NO. 35

TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS

UU NO 23 TAHUN 2002 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian persyaratan memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh : Diana NIM. 3113311014

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

DIANA, NIM 3113311014. PERAN PUSAT KAJIAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM MENANGANI KASUS PERDAGANGAN ANAK DI KOTA MEDAN MENURUT UU NO. 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak Dalam Menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut Undang–undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perdagangan anak sangat bertentangan dengan nilai kemanusiaan serta nilai keadilan. Apabila dilihat dari sudut pandang nilai kemanusiaan, perdagangan anak merupakan tindakan yang tidak manusiawi, karena anak-anak secara paksa diperjualbelikan untuk kepentingan trafiker yang

hanya ingin mengambil keuntungan. Anak-anak secara habis-habisan telah dieksploitasi secara seksual dan organ tubuhnya tentu saja hal ini sangat tidak adil bagi anak sebagai korban perdagangan. Mereka seharusnya mendapatkan hak hidup, hak atas pendidikan dan hak atas tumbuh kembangnya. Maka dengan ini penulis membuat penelitian tersebut. Adapun metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode kualitatif deskriptif. Penulis mendeskripsikan hasil penelitiannya berlandaskan data yang diperoleh dari obeservasi, wawancara, dokumentasi dan studi literatur. Dengan jumlah Populasi keseluruhan staf PKPA 31 orang. maka penulis mengambil sampel dengan menggunakan Purposive Sampling. Purposive Sampling yang berarti sampel dipilih sesuai dengan tujuan

untuk memperoleh data yang akurat. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti mengambil sampel penelitian ini melalui wawancara dengan Bapak Misran Lubis yaitu Direktur Eksekutif PKPA, Ibu Azmiati Zuliah yaitu Koordinator PUSPA, Ibu Artika Novriyana yaitu Koordinator HRD, Ibu Eliza Fitriani Staf Perpustakaan dan Administrasi PUSPA, Ibu Intan Dirja Laila yaitu Staf PIKIR, dan Ibu Wiwik yaitu Advokat PUSPA. Untuk melengkapi hasil penelitian ini peneliti mengambil data korban anak yang ditangani oleh PKPA di sepanjang tahun 2013-2014. Menurut hasil laporan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) pada tahun 2013 terjadi 10 % kasus Perdagangan anak untuk prostitusi, Pada tahun 2014 terjadi 3% kasus perdagangan anak untuk prostitusi. faktor penyebab perdagangan anak adalah Disentegrasi keluarga, kondisi ekonomi khususnya kemiskinan, pertumbuhan jumlah anak gelandangan, tiadanya kesempatan pendidikan, tiadanya kesempatan kerja, jaringan kriminal yang mengorganisir industri seks dan merekrut anak-anak. Dalam Hal ini Pusat kajian dan Perlindungan Anak Kota Medan berperan memberikan perlindungan dan bantuan konseling serta pemeriksaan psikologis terhadap korban serta orangtuanya, memberikan pelayanan kesehatan, memberikan rehabilitasi korban di rumah aman dan memberikan penegakan dan bantuan hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan sampai ke pengadilan.

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Kerangka Teoretis ... 9

1. Pengertian Anak ... 9

2. Perlindungan Anak ... 10

3. Hak dan Kewajiban Anak ... 12

4. Instrumen Internasional Konvensi Hak Anak ... 15

5. Perdagangan Anak (Child Trafficking)...17

6. Bentuk-Bentuk Perdagangan Anak ... 18

(6)

8. Pola Perdagangan Anak Untuk Elsploitasi Seksual ... 22

9. Penanggulangan Trafficking………25

10. Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak ... 28

B. Kerangka Konseptual ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Lokasi Penelitian dan Waktu ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel ... 35

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 36

1. Variabel Penelitian ... 36

2. Defenisi Operasional ... 36

E. Teknik Mengumpulkan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 82

(7)

xi

DAFTAR TABEL

(8)

xii

DAFTAR GAMBAR

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Draf Wawancara Direktur Eksekutif PKPA Kota Medan Lampiran 2. Draf Wawancara Staf PKPA Kota Medan

Lampiran 3. Nota Tugas

Lampiran 4. Surat Izin Pengambilan Data Pendahuluan Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Jurusan

Lampiran 6. Surat Izin Mengadakan Penelitian dari Fakultas

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari Pusat Kajian dan Perlindungan Anak

Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian dari Pusat Kajian dan Perlindungan Anak

Lampiran 9. Surat Keterangan Dari Laboratorium Jurusan PP-Kn

Lampiran 10. Surat Keterangan Dari perpustakaan Universitas Negeri Medan Lampiran 11. Kartu Bimbingan Skripsi

Lampiran 12. Kartu Mengikuti Seminar Proposal Penelitian Lampiran 13.Pernyataan Keaslian Tulisan

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita lindungi karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-haknya sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Sejumlah peraturan hukum dan UUD 1945 menjadi dasar perlunya dilakukan perlindungan anak. Dalam Pasal 28 B ayat 2 UUD 1945 ditegaskan, bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, dan perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi”.

Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia secara eksplisit menjamin dan melindungi anak dari kekerasan. Pasal 52 ayat 1 UU No. 39 Tahun 1999 menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara”. Pasal 58 ayat 1 menyatakan bahwa “setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan fisik anak, mental, penelantaran, perlakuan buruk dan pelecehan selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut”. Selain peraturan perundang-undangan diatas, Indonesia juga sudah memiliki Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mengintegrasikan Konvensi PBB tentang Hak Anak.

(11)

seksualnya dan organ tubuhnya. Hal ini merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang menyebabkan anak-anak tidak dapat menentukan jalan hidupnya (self determination), tidak dapat bebas mengeluarkan ekspresi atau pendapatnya, tidak bebas menjalankan hidup sesuai dengan keinginannya, tidak dapat bebas melakukan tindakan yang diinginkan dan selalu merasa terintimidasi, ketakutan, dan terancam penuh kecurigaan. Padahal seharusnya anak-anak mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan perlindungan agar mereka benar-benar merasakan adanya perlindungan, kekuatan dan rasa percaya diri dalam menyongsong masa depan.

Tidak sedikit anak-anak di Indonesia meskipun pintar tetapi tidak mendapatkan akses pelayanan pendidikan. Akhirnya, mereka tidak melanjutkan sekolah melainkan dijual. Anak-anak korban perdagangan memiliki resiko tinggi mengidap penyakit menular seperti HIV/AIDS, hepatitis B, dan Sipilis serta ketidaksuburan, sehingga mereka dijauhi masyarakat dan termaginalisasi di lingkungan tempat tinggal mereka.

(12)

Perdagangan anak merupakan tragedi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan, dan sudah selayaknya mendapatkan perhatian dan penanganan yang sangat serius, kendati itu pun Indonesia memiliki kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai tameng agar tidak terjadinya tindak pidana dan pemerintah telah berusaha untuk melindungi setiap anak-anak di Indonesia dengan membentuk berbagai macam peraturan-peraturan, misalnya Undang-undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Manusia, undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang mana dengan adanya peraturan tersebut akan menjamin dan memberi kepastian hukum kepada anak-anak, namun tetap saja Tindak Pidana Perdagangan Anak ini tidak bisa dihapus dari Indonesia.

Namun kenyataan masih banyak anak yang dilanggar dan diabaikan haknya, dan menjadi korban dari berbagai bentuk tindak kekarasan, eksploitasi, perlakukan salah dan diskriminasi, bahkan tindakan yang tidak manusiawi terhadap anak, hal ini menunjukkan kurang memadainya perlindungan terhadap anak. Faktanya anak, belum cukup mampu melindungi dirinya sendiri. Anak membutuhkan perlindungan memadai dari keluarga masyarakat, pemerintah, komisi perlindungan anak dan lembaga Swadaya masyarakat yang fokus terhadap perlindungan anak.

(13)

baik. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin perlindungan anak dan hak-haknya untuk tetap hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat pelindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Undang-undang No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 29 yaitu, pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainya, anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban perlakuan baik fisik dan atau mental, anak yang menyandang cacat dan anak korban perlakuan salah dan penelitian.

(14)

lembaga-lembaga yang berbasis perlindungan anak dengan adanya lembaga tersebut dapat sedikit meminimalisirkan angka kekerasan dan perdagangan

terhadap anak. Dengan berbagai cara dilakukannya yaitu sosialisasi, workshop,

pelatihan dan diciptakan peraturan yang tegas untuk dijatuhkan kepada para pelaku kekerasan terhadap anak. Sehingga bagi para pelaku kekerasan terhadap anak ada efek jera untuk tindakan yang telah diperbuatnya. Selain itu juga memberi banyak masukan bahwasannya anak hadir ke dunia ini adalah untuk dilindungi bukan untuk disiksa dan disakiti. Anak-anak adalah aset bangsa. Permasalahan yang menjadi fokus utama lembaga-lembaga tersebut yaitu Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Komnas Perlindungan Anak, Komnas HAM, Pusat Kajian Perlindungan Anak, Pusaka Indonesia dan lembaga yang memiliki titik fokus anti kekerasan terhadap anak.

Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis dalam mengadakan penelitian dengan judul “Peran Pusat Kajian Perlindungan Anak dalam Menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Banyaknya Perdagangan Anak di Kota Medan.

2. Rendahnya Peran keluarga dalam memberikan Perlindungan dan Kasih sayang

Kepada anak-anaknya.

3. Belum maksimalnya Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam

(15)

Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

4. Belum maksimalnya Upaya yang dilakukan Lembaga Pemerintah dan

Lembaga Swadaya Masyarakat yang fokus pada perlindungan anak dalam menangani kasus perdagangan anak di Kota Medan.

5. Implementasi UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak belum berjalan dengan baik.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah mutlak dilakukan dalam setiap penelitian, agar penulis fokus pada masalah yang akan diteliti. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:385) dimana beliau mengemukakan pendapatnya bahwa :

Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu maka peneliti memberi batasan, dimana akan dilakukan penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti, serta bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel yang lain.

Untuk menghindari kesimpangsiuran dari penelitian ini, serta mengingat keterbatasan kemampuan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah untuk memberi arah pada pembatasan ini yaitu:

1. Faktor Penyebab banyaknya Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan

2. Belum maksimalnya Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam

(16)

D. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka selanjutnya dapat dirumuskan permasalahannya yang akan diteliti adalah:

1. Apa faktor penyebab banyaknya kasus perdagangan anak di Kota Medan? 2. Bagaimana Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui maksud dari suatu penelitian, maka perlu adanya tujuan penelitian, menurut Ali (2002) mengatakan bahwa :

Tujuan penelitian sangat besar pengaruhnya terhadap komponen atau elemen generalisasi yang lain, terutama metode teknik alat maupun generalisasi yang diperoleh. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama seseorang merumuskan tujuan penelitian yang akan dilakukan, karena tujuan penelitian pada dasarnya titik anjak atau titik unjuk yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

Tujuan penelitian tentu saja konsisten dengan rumusan masalah penelitian. Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya perdagangan anak di Kota

Medan.

2. Untuk Mengetahui Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam

(17)

2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis

Penulisan Skripsi ini merupakan pengalaman berharga bagi penulis. Dimana dapat mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah, menambah pengetahuan dan mengasah kemampuan berpikir penulis dalam menyikapi dan menganalisis apa saja yang menjadi upaya dalam menuntaskan masalah-masalah sosial khususnya masalah perdagangan anak;

2. Bagi Pemerintah

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk lebih

memperhatikan kesejahteraan anak-anak Indonesia.

b. Sebagai bahan masukan dalam melakukan sosialisasi bagi orang tua dan

pendidik bagaimana cara yang baik untuk mendidik dan memperlakukan anak-anak.

3. Bagi Masyarakat

a. Sebagai bahan informasi yang akan memberikan pemahaman yang baik kepada

masyarakat tentang bagaimana peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam menangani Kasus perdagangan terhadap anak. agar masyarakat dapat berpartisipasi didalamnya.

b. Menjadi bahan bacaan yang bermanfaat di jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abbas Hafid. (2006). Evaluasi Kebijakan Pemerintah Mengenai Anak Terlantar. Jakarta: Balai Pustaka

Abdussalam. (2007). Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: Restu Agung Ali, Muhammad. (2002). Penelitian Pendidikan. Jakarta : Pustaka Aman. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Kurnia Asep, dkk. Badan Penelitian dan Pengembangan HAM RI. (2009). Dampak

Penayangan Pornografi dan Kekerasan di Multimedia Bagi Anak. Jakarta: Balai Pustaka

ECPAT. (2008). Combating Child Sex Tourism: Question & Answer. Bangkok: ECPACT Internasional

El Muhtaj Majda .(2008). Dimensi-dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan

Budaya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

ILO. (2001). Perdagangan Anak di Indonesia. Jakarta: Organisasi Perburuhan Indonesia

. (2004). Perdagangan Anak Untuk Tujuan Pelajucuran di Jakarta dan Jawa

Barat. Jakarta: Organisasi Perburuhan Internasional

Prinst Darwan. (2001). Sosialisasi & Diseminasi Penegakkan Hak Asasi Manusia.

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Rehulina Eka Dalanta. (2008). Eksploitasi Seksual Anak di Indonesia. Medan: Koalisi Nasional Penghapusan Seksual Komersial Anak

Rosalie, dkk. (2009). Ekspolasi dan Aspirasi: Praktik yang baik dari Kampanye

Menentang Perdagangan Anak di Asia Tenggara. Filipina: Asia Against Child

Trafficking

Raoul Wallenberg Institute. (2010). Kompilasi Instrumen Internasional Hak Asasi

Manusia dan Dokumen-Dokumen Terkait Dengan Praktek Dalam Lembaga Pemasyarakatan. Jakarta: RWI

(19)

Tim The Indonesian Legal Resource Center. (2012). Melindungi Hak-Hak Anak;

Komplikasi Peraturan dan Kebijakan terkait Anak Berhadapan dengan Hukum.

Jakarta Selatan: ILRC

. (2012). Anak Berkonflik dengan Hukum.Jakarta Selatan: ILRC

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Jurnal:

Arivia Gadis. (2007). Jurnal Perempuan 55 Anak Jalanan Perempuan. Jakarta: PT Percetakan Penebar Swardaya

. .. (2008). Jurnal Perempuan 59 Perempuan dan Anak Di Wilayah

Tertinggal. Jakarta: PT Percetakan Penebar Swardaya

El Muhtaj Majda. (2010). Jurnal Humanitas Vol.1.No.1. Desember 2010 ; Jurnal

Kajian dan Pendidikan HAM “Eksploitasi Seksual Komersial Anak; Buruknya

Potret HAM Anak di Indonesia”. Medan: Pusat Studi HAM Universitas Negeri

Medan

Undang-Undang:

Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2009). Jakarta: Ray HAN

Undang-Undang No.39 tahn 1999 tentang Hak Asasi Manusia. (2010). Bandung: Citra Umbara

Undang-Undang Republik Indoneia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak. (2003). Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI dan Departemen

Sosial RI. Jakarta: UNICEF Internet:

Ayu Siti Lestari. Jurnal Kasus Perdagangan Anak. http://sitilestariayu.blogspot.com/ 2013/01/jurnal-psikologi-perkembangan.html. diakses: Rabu. 21 Januari 2015. Pukul 14.00 Wib

Wikipedia. Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Perdagangan Orang.

Gambar

Tabel 1 Relokasi Perdagangan Anak  di Kota Medan ................................................
Gambar 1 Kantor Pusat Kajian dan Perlindungan Anak ............................................

Referensi

Dokumen terkait

“Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang

Perlindungan khusus bagi Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi Orang Tuanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2)

Untuk menjamin perlindungan khusus terhadap anak, maka pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus

Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan

Skripsi yang berjudul “Kebijakan Formulasi Fungsi Komisi Perlindungan Anak Indonesia menurut Undang – Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak” dilatarbelakangi

Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan

Selanjutnya dalam pasal 59 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dikatakan, bahwa pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung

ABSTRAK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN PENCABULAN MENURUT NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK JERY ANDRIAN