• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Agroforestri Kayu Afrika dan Rumput Odot di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Finansial Agroforestri Kayu Afrika dan Rumput Odot di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FINANSIAL AGROFORESTRI KAYU AFRIKA

DAN RUMPUT ODOT DI DESA CILEUKSA,

KECAMATAN SUKAJAYA,

KABUPATEN BOGOR

GINA LUGINA APRILINA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Finansial Agroforestri Kayu Afrika dan Rumput Odot di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Gina Lugina Aprilina

(4)

ABSTRAK

GINA LUGINA APRILINA. Analisis Finansial Agroforestri Kayu Afrika dan Rumput Odot di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DODIK RIDHO NURROCHMAT.

Agroforestri merupakan pola tanam pada hutan rakyat yang banyak dikembangkan di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupatem Bogor. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis secara finansial budidaya rumput odot dan kayu afrika dan dibandingkan dengan sistem monokultur kayu afrika, sistem pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, serta agroforestri kayu afrika-sengon dan cabai keriting, dan mengevaluasi tingkat sensitivitas biaya dan harga jual produk dalam sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika. Sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika di Desa Cileuksa layak diusahakan karena memiliki nilai NPV sebesar Rp 10.765.425, BCR sebesar 2,44, dan nilai IRR 73%. Kondisi saat ini, sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika dianggap kurang menarik dibandingkan dengan sistem pengelolaan agroforestri kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting (Capsicum annum L) pada hutan rakyat di Desa Cileuksa. Kata kunci : agroforestri, analisis finansial, kayu afrika, rumput odot

ABSTRACT

GINA LUGINA APRILINA. Agroforestry Financial Analysis of Kayu Afrika and

Odot Grass Cultivation in Management System at Cileuksa Village, Sukajaya Sub-district, Bogor Regency. Supervised by DODIK RIDHO NURROCHMAT.

Agroforestry is a kind of private forest planting system that is widely applied in Cileuksa Village, Sukajaya Sub-district, Bogor Regency. The purposes of this research are to determine the financial feasibility of odot grass and kayu afrika with agroforestry systems, and to compare this system with monoculture

kayu afrika, private forest mixed sytem kayu afrika and sengon, and agroforestry system kayu afrika and sengon with cabai keriting, and to evaluated sensitivitas analysis level from cost and price products. Private forest management with agroforestry systems in Cileuksa Village, Sukajaya Sub-district, Bogor Regency is worth to develope because the NPV that reached of Rp 10.765.425, BCR is 2,44 and IRR is 73%. At the current situation, agroforestry management system of odot grass and kayu afrika cultivation is less attractive compare with agroforestry system kayu afrika and sengon with cabai keriting (Capsicum annum L) management system of private forest in Cileuksa Village.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

ANALISIS FINANSIAL AGROFORESTRI KAYU AFRIKA

DAN RUMPUT ODOT DI DESA CILEUKSA,

KECAMATAN SUKAJAYA,

KABUPATEN BOGOR

GINA LUGINA APRILINA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi: Analisis Finansial Agroforestri Kayu Afrika dan Rumput Odot di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor

Nama : Gina Lugina Aprilina NIM : E14100020

Disetujui oleh

Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, MSc.F.Trop Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc.F.Trop Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya dan segala kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Finansial Agroforestri Kayu Afrika dan Rumput Odot di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor” dengan baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, MSc.F.Trop selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar mendidik hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, Dr. Ir. Muhdin, M.Sc selaku ketua sidang dan Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE), Mama dan Almarhum Bapak, Kakak dan Adik tersayang atas segala bentuk motivasi dan ketulusan

do‟anya untuk penulis. Penghargaan sebesar-besarnya tak lupa penulis sampaikan

kepada Pak Efen dan keluarga, Camat Sukajaya dan Kepala Desa Cileuksa beserta staf yang telah memberikan ijin dan dukungan kepada penulis untuk melaksanakan tugas akhir. Ucapan terima kasih juga terlimpahkan kepada Kak Bergas, Kak Sonya, dan Kak Ruri yang telah membantu dalam pengambilan data dan pengolahan data, serta sahabat-sahabatku Keke, Maytie, Lia, Rini, Risty, dan Endro, teman-teman MNH 47, teman-teman Lorsev A3, dan para penghuni wisma Az-zahra Bara 6, yang telah memberikan semangat dan do‟a pada penulis serta seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan ataupun penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak dalam rangka pengembangan agroforestri yang lebih baik.

Bogor, Agustus 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Sasaran Penelitian 2

Jenis dan Sumber Data 3

Metode Pengambilan Contoh 3

Metode Pengolahan dan Analisis Data 3

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5

Letak Desa Cileuksa 5

Pembagian Tata Guna Lahan 6

Kependudukan 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Karakteristik Responden 6

Sistem Pengelolaan Agroforestri 7

Analisis Finansial 11

Analisis Sensitivitas 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 17

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik responden berdasarkan pola tanam dan luas lahan garapan 6 2 Rekapitulasi Cash flow pada sistem pengelolaan agroforestri rumput

odot dan kayu afrika, monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, dan agroforestri kayu afrika dan sengon dengan

tanaman sela cabai keriting 11

3 Analisis sensitivitas sitem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika, monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, dan agroforestri kayu afrika dan sengon dengan

tanaman sela cabai keriting 13

4 Lanjutan analisis sensitivitas sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika, monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, dan agroforestri kayu afrika dan sengon dengan

tanaman sela cabai keriting 14

DAFTAR GAMBAR

1 Hasil panen kayu afrika 9

2 Hasil pemanenan rumput odot 9

3 Proses pengangkutan kayu afrika dan sengon 10

4 Proses pengankutan rumput odot 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri rumput odot

dan kayu afrika 19

2 Biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem monokultur kayu afrika 19 3 Biaya pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon 20 4 Biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri kayu afrika

dan sengon dengan cabai keriting 20

5 Lanjutan biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri

kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting 21

6 Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri rumput odot dan kayu afrika (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000) 21 7 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem

agroforestri rumput odot dan kayu afrika(Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000) 22 8 Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem monokultur kayu

afrika (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000) 22

9 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem monokultur kayu afrika(Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000) 23 10 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem

monokultur kayu afrika(Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000) 23 11 Cash flow pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon

(Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000) 23

(12)

12 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan

sengon (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000) 24

13 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan

sengon (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000) 24

14 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan

sengon (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000) 25

15 Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000) 25 16 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem

agroforestri kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting (Rp/ha/tahun)

(x Rp 1.000) 26

17 Hutan rakyat sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu

afrika di Desa Cileuksa 27

18 Hutan rakyat sistem pengelolaan monokultur kayu afrika di Desa

Cileuksa 27

19 Kegiatan penebangan hutan rakyat sistem pengelolaan campuran kayu

afrika dan sengon di Desa Cileuksa 28

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Degradasi hutan alam menyebabkan produksi kayu semakin menurun, sedangkan permintaan kayu semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Pembangunan hutan rakyat merupakan salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut. Menurut Hakiem et al. (2010), manfaat yang diperoleh dari pembangunan hutan rakyat dari aspek ekonomi, ekologi, dan sosial, yaitu berupa peningkatan pendapatan petani hutan rakyat, pelaku pemasaran kayu rakyat, produktivitas lahan, kelestarian fungsi ekologi seperti pengaturan tata air, udara bersih, pengendalian erosi, pembentukan iklim makro dan mikro, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Manfaat tersebut mendorong berkembangnya hutan rakyat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Terdapat berbagai macam pola tanam hutan rakyat dapat diaplikasikan pada luasan tertentu. Agroforestri merupakan salah satu bentuk dari pola tanam hutan rakyat yang banyak diaplikasikan di Pulau Jawa. Badan Pusat Statistik (BPS) (2012) menyatakan bahwa luas kawasan hutan Kabupaten Bogor adalah 84.047,02 ha atau sebesar 28,12% dari luas seluruh wilayah Kabupaten Bogor. Berdasarkan fungsinya, dari 84.047,02 ha kawasan hutan tersebut sebesar 8,67% atau seluas 25.912,29 ha merupakan Hutan Produksi dan sisanya sebesar 19,45% atau seluas 58.134,73 ha merupakan Hutan Lindung.

Desa Cileuksa merupakan salah satu desa yang menerapkan sistem agroforestri. Sistem agroforestri banyak dikembangkan di Desa Cileuksa, salah satu diantaranya adalah agroforestri kayu afrika dengan tanaman sela rumput odot. Penanaman rumput odot (Pennisetum purpureum, cv. mott) sebagai tanaman sela dilakukan karena pertimbangan kesesuaian lahan, dan jangka waktu panen rumput odot relatif singkat (dapat dipanen 4-6 kali per tahun) sehingga diduga dapat menambah penghasilan petani. Rumput odot juga telah memiliki tempat pemasaran untuk memasok kebutuhan pakan bagi peternakan di sekitar Bogor, dengan demikian peluang memperoleh keuntungan dari pengusahaan sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika diduga lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem pengelolaan hutan rakyat lain yang diterapkan. Analisis finansial dibutuhkan untuk memberikan gambaran pada petani tentang keuntungan finansial pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri rumput odot dan kayu afrika dibandingkan dengan beberapa sistem hutan rakyat yang diterapkan seperti monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, dan sistem agroforestri kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting, serta faktor-faktor lain yang memengaruhi persepsi petani dalam memilih sistem pengelolaan hutan rakyat.

Perumusan Masalah

(14)

2

diduga kurang optimal sehingga perlu adanya gagasan dan upaya untuk mengoptimalkan nilai lahan untuk menambah pendapatan petani. Salah satu gagasan dan upaya yang dapat mengatasi hal tersebut yaitu penerapan sistem agroforestri. Perlu adanya penelitian tentang keuntungan pengusahaan penanaman tanaman rumput odot dan kayu afrika. Resiko-resiko yang memengaruhi ketidakpastian dalam pengusahaan perlu diketahui untuk menekan tingkat kegagalan dalam pengusahaan.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis secara finansial usaha budidaya rumput odot dan kayu afrika pada hutan rakyat sistem agroforestri di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor,

2. Menganalisis secara finansial perbedaan sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika dibandingkan dengan sistem monokultur kayu afrika, sistem pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, serta sistem agroforestri kayu afrika-sengon dan cabai keriting,

3. Mengevaluasi tingkat sensitivitas biaya dan harga jual produk dalam sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran keuntungan secara finansial usaha agroforestri agar petani tetap mempertahankan sistem tersebut. Penelitian juga diharapkan dapat memberi informasi kepada pihak-pihak tertentu terkait pengelolaan hutan rakyat agar dapat memberikan ide-ide baru untuk melestarikan hutan rakyat.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Analisis Finansial Budidaya Rumput Odot dan Kayu Afrika pada Sistem Pengelolaan Agroforestri dilaksanakan di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada bulan Mei 2014. Desa Cileuksa dipilih menjadi lokasi penelitian karena desa tersebut merupakan desa penelitian dan pengembangan rumput odot yang baru diusahakan oleh Direktorat Kajian Strategik dan Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB, dan lokasi penelitian tidak terlalu jauh dari areal kampus IPB.

Sasaran Penelitian

(15)

3 menerapkan sistem agroforestri rumput odot dan kayu afrika, sistem monokultur kayu afrika, sistem hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, serta sistem agroforestri kayu afrika-sengon dan cabai keriting.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden melalui kuesioner dan diskusi grup terfokus/ focus group discussion (FGD) dengan pihak KSKP IPB (Lampiran 16). Data sekunder diperoleh dari dokumen atau laporan di instansi-instansi yang berhubungan dengan penelitian, seperti data kondisi umum lokasi penelitian, data potensi dan penyebaran hutan rakyat di Desa Cileuksa, dan data lainnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Teknik observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap objek penelitian, dengan metode ini diharapkan dapat melihat, dan memahami gejala sosial yang diteliti.

2. Teknik survei

Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara langsung pada responden berupa diskusi grup terfokus (FGD). Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur sesuai dengan daftar kuesioner dan wawancara secara bebas tanpa kuesioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan dengan penelitian.

3. Studi pustaka

Data ini diperoleh dengan mempelajari literatur, laporan, karya ilmiah, hasil penelitian, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian.

Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh untuk responden dilakukan secara acak. Kriteria responden yang diambil merupakan petani pemilik dan penggarap hutan rakyat di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor berjumlah 9 orang yang merepresentasikan beberapa pola tanam, yang meliputi: 3 orang petani hutan rakyat dengan sistem agroforestri rumput odot dan kayu afrika, 3 orang petani hutan rakyat sistem monokultur kayu afrika, 2 orang petani hutan rakyat sistem campuran kayu afrika dan sengon, dan 1 orang petani hutan rakyat sistem serta sistem agroforestri kayu afrika-sengon dan cabai keriting.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis finansial

Indikator yang digunakan untuk mengetahui manfaat secara finansial adalah sebagai berikut:

(16)

4

Suatu kegiatan penjualan suatu produk akan dikatakan menguntungkan bila memiliki nilai NPV yang positif atau NPV ≥ 0 dan sebalikanya, formula NPV yang digunakan diacu dalam Gittinger (1986), sebagai berikut:

NPV = Keterangan:

NPV = Net Present Value

Bt = keuntungan pada tahun ke-t Ct = biaya pada tahun ke-t

n = umur ekonomis dalam suatu pengusahaan i = suku bunga yang berlaku

2. Rasio manfaat- biaya ( Benefit Cost Ratio/ BCR)

Formula dari BCRadalah sebagai berikut (Gittinger 1986):

BCR = Keterangan:

BCR = Benefit Cost Ratio

Bt = keuntungan pada tahun ke-t Ct = biaya pada tahun ke-t

n = umur ekonomis dalam suatu pengusahaan i = suku bunga yang berlaku

Kegiatan usaha atau proyek dikatakan menguntungkan apabila nilai dari BCR > 1, dan suatu kegiatan penjualan produk dikatakan mengalami kerugian dan tidak layak jika BCR < 1 dan jika BCR = 1 maka kegiatan penjualan tersebut tidak mengalami kerugian dan tidak pula menguntungkan. 3. Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return/IRR)

Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun. Adapun formula untuk menentukan IRR adalah sebagai berikut (Gittinger 1986):

IRR = i (+) +

Keterangan:

IRR = Internal Rate of Return

NPV(+) = NPV bernilai positif NPV(-) = NPV bernilai negatif

i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif i(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif

NPV (+) NPV (+) – NPV(-)

(17)

5 Asumsi dasar penelitian

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat suku bunga Kredit Usaha Rakyat Ritel yang berlaku di Bank Jawa Barat-Banten (BJB-Banten) pada 30 April 2014 sebesar 13%.

2. Sumber modal seluruhnya adalah modal sendiri. 3. Satuan yang digunakan adalah Rupiah/ha/tahun.

4. Umur yang digunakan dalam penghitungan analisis kelayakan masing-masing sistem pengelolaan menggunakan data tebang butuh tanaman Kayu afrika dengan jangka waktu pengusahaan selama 10 tahun.

5. Pendapatan dari rumput odot dihitung sesuai periode panen.

6. Semua harga input dan output yang digunakan dalam analisis ini berdasarkan harga yang berlaku selama tahun penelitian, dengan harga konstan selama usaha.

Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan suatu teknik analisis yang menguji sejauh mana hasil analisis yang telah dilakukan peka terhadap perubahan faktor-faktor yang berpengaruh (Nugroho 2013). Adapun skenario yang digunakan dalam analisis sensitivitas dilakukan pada beberapa skenario produksi agroforestri rumput odot dan kayu afrika, tanaman monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, serta agroforestri kayu afrika-sengon dan cabai keriting. Analisis sensitivitas yang digunakan pada skenario tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menghitung NPV, BCR, dan IRR apabila terjadi kenaikan biaya total produksi sebesar 10%.

2. Menghitung NPV, BCR, dan IRR apabila terjadi penurunan harga pasar sebesar 10%.

Menurut Ibrahim (2009), penentuan persentase untuk analisis sensitivitas tidak ditentukan pada angka tertentu karena segala kemungkinan (resiko-resiko) dapat terjadi.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Desa Cileuksa

Secara administratif Desa Cileuksa termasuk dalam wilayah Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah keseluruhan Desa Cileuksa adalah 2.475,60 ha dengan batas desa antara lain sebelah Utara yaitu Desa Jugalaya, Kecamatan Jasinga, sebelah Selatan yaitu Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya, sebelah Barat yaitu Desa Banjarsari, Provinsi Banten, dan sebelah Timur yaitu Desa Pasir Madang.

(18)

6

melihat bulan kering, bulan lembab, dan bulan basah, Desa Cileuksa termasuk ke dalam iklim A dengan nilai Q sebesar 11,1% yang artinya daerah tersebut sangat basah (Desa Cileuksa 2011).

Pembagian Tata Guna Lahan

Lahan yang digarap oleh masyarakat di Desa Cileuksa merupakan lahan eks-HGU perkebunan cengkeh PT. Pasir Madang atau lahan “eks-HGU” dan lahan bekas penjajahan Belanda atau lahan “garapan 45”. Pembagian lahan harus diketahui dan disahkan oleh Aparat Desa. Pembagian tata batas lahan ditentukan sendiri oleh masyarakat.

Kependudukan

Berdasarkan Data Umum Desa Cileuksa yang dikeluarkan bulan Februari tahun 2013, terdapat 2036 KK (kepala keluarga) dengan jumlah penduduk desa sebanyak 7139 jiwa, terdiri dari 3633 laki-laki dan 3506 perempuan. Penduduk di Desa Cileuksa merupakan penduduk asli (Desa Cileuksa 2013). Menurut Sayogyo (1998), Penduduk asli merupakan orang-orang yang turun-temurun tinggal di suatu daerah (kampung, desa, dan sebagainya).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden adalah petani pemilik dan penggarap lahan garapan di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Hasil observasi di lokasi penelitian, pola tanam yang diterapkan di lahan garapan diantaranya meliputi sistem monokltur, hutan rakyat campuran, dan sistem agroforestri. Pola tanam di hutan rakyat Desa Cileuksa dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang banyak tumbuh di Desa Cileuksa, seperti kayu afrika, sengon, jabon, pisang, singkong, nanas, rumput odot, dan lain sebagainya.

Pola tanam agroforestri rumput odot dan kayu afrika diusahakan oleh 3 dari 9 orang responden pemilik dan penggarap lahan. Luas lahan di Desa Cileuksa beragam, dan pola tanam yang diusahakan oleh petani juga beragam. Karakteristik responden berdasarkan pola tanam dan luas lahan garapan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik responden di Desa Cileuksa berdasarkan pola tanam dan luas lahan garapan, tahun 2014

Pola tanam Responden

(Orang)

Total luas lahan (ha)

Agroforestri rumput odot dan kayu afrika 3 8,0

Monokultur kayu afrika 3 4,5

Campuran sengon dan kayu afrika 2 2,2

Agroforestri kayu afrika dan sengon dengan cabai

(19)

7 Berdasarkan Tabel 1, sebanyak 3 responden mengusahakan pola tanam agroforestri rumput odot dan kayu afrika pada luas lahan terbesar yaitu 8,0 ha. Lahan dengan luas beragam didapat dari lahan warisan „garapan 45‟ dan lahan

„eks- HGU‟. Pola tanam beragam dengan luas lahan tertentu menunjukkan bahwa

responden yang merupakan petani pemilik dan penggarap bertujuan untuk mendapatkan pendapatan lebih besar dengan upaya mengoptimalkan nilai lahan. Salah satu cara memaksimalkan nilai lahan yaitu dengan cara penanaman sistem agroforestri. Perbandingan dilakukan dengan hasil penelitian Ariani (2013), pola tanam agroforestri salak dan sengon di Desa Kalimendong, Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo dapat diketahui bahwa pengusahaann agroforestri tetrsebut menghasilkan nilai tambah lahan pada hutan rakyat yang diusahakan petani.

Sistem Pengelolaan Agroforestri

Pengelolaan hutan rakyat Desa Cileuksa sebagian besar menerapkan sistem monokultur dengan komoditas utama kayu afrika (Lampiran 18), sengon, jabon, dan jati. Pemilihan jenis kayu afrika dan sengon sebagai bahan penelitian di Desa Cileuksa dikarenakan mayoritas lahan ditanami jenis tersebut, sedangkan jabon dan jati merupakan jenis tanaman yang baru diusahakan dan sebagian besar petani sudah memiliki pasar bagi pemasaran hasil kayunya.

Seiring dengan perkembangan teknologi, maka sistem pengelolaan monokultur dapat ditambah dengan tanaman sela berupa tanaman pertanian, perkebunan, maupun peternakan. Sistem pengelolaan tersebut dikenal dengan istilah agroforestri. Agroforestri merupakan bentuk dari hutan rakyat dengan kriteria pola tanam tanaman kehutanan (pohon) yang ditambahkan dengan tanaman sela berupa tanaman pertanian, perkebunan, atau tanam peternakan (Fakultas Kehutanan 2000). Pengelolaan agroforestri sudah lama berkembang di Desa Cileuksa dengan tanaman sela cabai, namun dikarenakan ketidakpastian (pengaruh cuaca, iklim, dan lain sebagainya) yang tinggi dalam menanam cabai, maka petani memilih untuk menggantinya dengan tanaman pertanian lain seperti pisang, singkong, nanas, dan rumput odot. Dalam bahasan ini diamati sistem hutan rakyat dalam pengelolaan agroforesri rumput odot dan kayu afrika (Lampiran 17).

Kegiatan pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika ini sebagian besar dilakukan sendiri oleh petani karena responden merupakan petani pemilik dan penggarap lahan yang ada di Desa Cileuksa. Program tersebut baru diusahakan oleh kelompok tani yang berangotakan 10 orang dengan bimbingan dan kerjasama dengan Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB berupa bibit rumput odot, pupuk urea, dan dana. Pembudidayaan tanaman rumput odot sebagai hijauan pakan ternak sangat diperlukan untuk mencukupi kebutuhan daging. Menurut Solihat (2013), faktor ketersediaan hijauan pakan ternak menjadi salah satu penentu utama untuk mendongkrak populasi ternak Ruminansia di Jawa Barat. Tahapan kegiatan yang dilakukan oleh petani dalam pengelolaan dengan sistem agroforestri adalah sebagai berikut : 1 Penyiapan lahan

(20)

8

lubang tanam. Sedangkan untuk persiapan lahan penanaman rumput odot perlu dibuat guludan agar memudahkan penentuan jarak tanam. Pelaksanaan penyiapan lahan dilakukan oleh petani yang dibantu oleh anggota keluarga maupun oleh buruh tani. Menurut hasil wawancara, dalam 1 ha lahan dibutuhkan 2-3 hari kerja untuk kegiatan ini, dan kegiatan penyiapan lahan biasanya dilakukan pada awal musim hujan.

2 Pengadaan Bibit

Petani di Desa Cileuksa sebagian besar memperoleh bibit kayu afrika berupa biji atau benih dari lahan milik warga lain, dan bagi petani yang memiliki modal dan luas lahan yang cukup besar (lebih dari 1 ha) mendapatkan bibit kayu afrika dari hasil pembelian di toko bibit atau dari pedagang bibit keliling. Bibit rumput odot didapatkan dari Direktorat KSKP IPB secara gratis.

3 Penanaman

Penanaman yang dilakukan di lahan milik dan garapan Desa Cileuksa dilakukan secara langsung setelah pembuatan lubang tanam selesai. Dari 500 benih yang ditanam per hektar, seluruhnya dapat tumbuh dengan baik. Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara dengan responden. Faktor tempat tumbuh yang sesuai membuat benih-benih kayu afrika tersebut mudah tumbuh walaupun dalam pelaksanaannya tidak menggunakan jarak tanam yang ketat maupun perlakuan yang intensif. Tempat tumbuh diklasifikasikan sesuai apabila tanaman yang ditanam pada suatu areal dapat tumbuh dengan baik, yaitu tanaman dapat berkecambah dan menjadi semai dengan batang, daun dan akar sudah terlihat.

Sebagian besar petani mengakui kesulitan dalam mengukur jarak tanam yang dianjurkan dalam penanaman rumput odot, hal ini dikarenakan ketiadaan alat ukur dan kondisi lapang yang berbukit. Hal ini menyebabkan proses penanaman rumput odot dilakukan tidak sesuai prosedur dan menyebabkan hasil panen rumput odot jauh dari prediksi.

4 Pemeliharaan

Rumput odot dan kayu afrika tidak perlu dipelihara dengan intensitas yang tinggi karena akan memerlukan korbanan baik berupa tenaga maupun biaya yang dapat mengurangi pendapatan petani. Hal ini mendorong petani untuk tidak melakukan penjadwalan khusus pada kegiatan pemelihara. 5 Pemberantasan hama dan penyakit

Hasil penelitian melalui wawancara langsung dan pengamatan di lapangan mengindikasikan bahwa, tidak adanya hama dan penyakit yang merugikan pada tanaman kayu afrika membuat petani semakin yakin dengan keuntungan yang akan didapatnya. Sejauh ini hama ulat bulu yang menyerang daun tanaman kayu afrika dirasa tidak merugikan petani. Berbeda dengan rumput odot, tanaman yang baru ditanam dapat diserang oleh hama larva kumbang pada akar rumput odot yang mengakibatkan daun pada tanaman menjadi kuning dan kerangas.

6 Pemanenan

(21)

9 Pemanenan kayu dilakukan dengan peralatan sederhana beruba gergaji tangan dengan panjang sekitar 30 cm (Lampiran 15). Pemanenan rumput odot di lahan petani Desa Cileuksa sangat membuat petani kecewa dan mersa rugi. Hal ini diakibatkan karena telambatnya pemanenan hingga tiga bulan lamanya, sehingga membuat rumput semakin tua dan hal tersebut dapat mengurangi berat rumput. Menurut Niti (2011), pada penanaman pertama kali rumput odot dapat dipanen pada umur 60-70 hari, dan ciri-ciri rumput sudah dapat dipanen adalah adanya ruas pada batang yang sudah berukuran minimal 15 cm. Pemanenan rumput odot dilakukan secara manual dengan parit dan sabit yang dimiliki oleh petani, dan hasil panen rumput odot diikat dengan bambu yang dibentuk menyerupai tali ( Gambar 2). Biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk membayar tenaga kerja pada saat panen rumput odot ternyata lebih besar dibandingkan dengan penghasilan yang didapatkan oleh petani. Kegiatan pemanenan rumput odot pada dasarnya diharapkan dapat menambah pendapatan petani, namun hal tersebut tidak terjadi dikarenakan pada saat panen rumput odot petani mempekerjakan beberapa orang tenaga kerja. Tenaga kerja dibutuhkan karena petani kesulitan memanen sendiri rumput odot yang tumbuh lebih tinggi atau sejajar dengan tubuh manusia, dan sebagai pengangkut rumput dari lokasi panen menuju jalur angkut. Upah tenaga kerja dibayar dari hasil panen rumput odot yang menyebabkan petani mengalami kerugian karena biaya untuk mengupah lebih besar dari pendapatan hasil panen rumput odot. Hal tersebut membuat petani memilih untuk tidak menanam rumput odot lagi di lahannya.

Gambar 1 Hasil panen kayu afrika

(22)

10

7 Pemasaran

Pemasaran yang dilakukan pada hasil panen kayu afrika dilakukan melalui tengkulak atau pembeli menghubungi langsung petani penggarap lahan. Mayoritas pembeli atau tengkulak membawa hasil panen kayu dengan menggunakan truk (Gambar 3). Beberapa petani yang biasanya menjual kayu dengan cara ditebang terlebih dahulu menjadi log kemudian ditumpuk di pinggir jalan raya (Gambar 1) menunjukkan bahwa petani tersebut sedang membutuhkan dana untuk suatu kegiatan (seperti biaya masuk sekolah anaknya, biaya pernikahan, dan lain sebagainya), sehingga apabila ada calon pembeli yang sedang mencari kayu melihat tumpukkan log dan tertarik untuk membeli akan segera mencari pemilik tumpukan log tersebut.

Pemasaran rumput gajah difasilitasi oleh pihak KSKP untuk dijual kembali pada peternakan di daerah Sukabumi. Pengangkutan dilakukan menggunakan 2 mobil bak terbuka dengan daya angkut 2 ton per trip (Gambar 4), sedangkan hasil panen rumput odot per hari lebih dari 5 ton sehingga terdapat hasil panen yang tidak terangkut dan menjadi layu (menguning) hingga busuk. Transportasi yang kurang memadai dan sarana-prasarana menuju desa Cileuksa yang dalam perbaikan membuat terhambatnya pengangkutan, sehingga hal tersebut berimbas pada kerugian yang dialami oleh petani yang hasil panennya tidak terangkut dan membusuk.

Gambar 3 Proses pengangkutan kayu afrika dan sengon

(23)

11

Analisis Finansial

Kelayakan pada pengusahaan hutan rakyat dapat dilihat dari hasil analisis secara finansial. Analisis finansial yaitu perhitungan yang didapat dari data biaya dan pendapatan yang diterima oleh petani dengan menggunakan metode analisis aliran kas dari biaya dan pendapatan yang telah didiskonto. Perhitungan analisis finansial ditentukan oleh tiga indikator, diantaranya Net Present Value (NPV),

Benefit cost Ratio (BCR), dan Interval Rate of Retur (IRR), ketiga indikator tersebut sangat dipengaruhi oleh harga, biaya, manajemen, dan teknologi yang diterapkan, suku bunga, dan lain-lain (Lampiran 5). Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu usaha dengan jangka waktu tertentu.

Komponen yang dapat dikategorikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk pengelolaan hutan rakyat diantaranya adalah biaya pembersihan lahan, pengadaan bibit, pengadaan alat, pembelian pupuk, pengangkutan hasil panen, upah tenaga kerja, sedangkan untuk variabel investasi lahan tidak dihitung karena petani mendapatkan lahan garapan secara waris (Lampiran 1). Menurut Nugroho (2013), biaya tetap maupun biaya variabel merupakan segala sesuatu yang dikorbankan untuk mencapai tujuan. Seluruh kegiatan pengelolaan hutan rakyat dilakukan oleh petani dan anggota keluarganya. Penerapan upah harian dilakukan pada tenaga kerja (buruh) harian. Tenaga kerja dibutuhkan apabila target panen per hari lebih dari 10 batang.

Pendapatan yang diperoleh petani dari hasil pemanenan kayu afrika umur 2 tahun dihitung oleh tengkulak atau pembeli yaitu sebesar Rp 2.500.000/truk (dalam 1 truk terdapat 300 batang), sehingga apabila di lahan petani terdapat 500 batang kayu afrika maka harga jual yang didapat petani sebesar Rp 8.333,33 per batang, maka pendapatan yang diperoleh petani yaitu sebesar Rp 4.166.667 per periode panen. Pendapatan petani dari hasil penjualan rumput odot yaitu Rp 100/kg. Hasil perhitungan analisis finansial pada skenario yang dibuat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Rekapitulasi Cash flow pada sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika, monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, dan agroforestri kayu afrika dan sengon dengan tanaman sela cabai keriting di Desa Cileuksa (2014)

Agroforestri

terdiskonto (Rp) 18.234.760 10.614.718 16.746.966 23.724.238

Biaya terdiskonto

(Rp) 7.469.335 3.241.545 6.478.473 8.364.243

NPV (Rp) 10.765.425 7.373.173 10.268.493 15.359.995

BCR 2,44 3,27 2,59 2,84

IRR (%) 73 58 27 34

(24)

12

Net Present Value (NPV)

Hasil perhitungan NPV merupakan gambaran keuntungan dari kegiatan penjualan suatu produk yang diperoleh selama jangkan waktu pengusahaan. Menurut Choliq et al. (1994), NPV dari suatu proyek atau gagasan usaha merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV merupakan kelebihan

benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost /biaya. Tabel 2 menunjukkan bahwa sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dengan kayu afrika (skenario1) menghasilkan keuntungan sebesar Rp 18.234.760 dalam kurun waktu 10 tahun, sehingga nilai NPV skenario 1 menghasilkan nilai sebesar Rp 10.765.425. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengusahaan skenario1 layak diusahakan. Suatu usaha dikatakan layak diusahakan atau dikembangkan apabila memiliki nilai NPV

≥ 0 (Choliq et al 1994).

Berdasarkan nilai NPV dari keempat skenario pada Tabel 2 diketahui bahwa skenario 4 memiliki nilai NPV tertinggi. Hal ini disebabkan harga jual cabai keriting memiliki nilai lebih besar dan cenderung konstan di pasar, sehingga kemungkinan pengusahaan skenario 4 menghasilkan nilai lebih besar pada masa yang akan datang cenderung menarik minat petani. Hal ini dapat memengaruhi penilaian petani dalam membudidayakan rumput odot di lahannya. Bahruni (1999) menyatakan bahwa jika manfaat dinilai sekarang lebih besar daripada biaya dinilai sekarang, berarti usaha tersebut layak atau menguntungkan. Faktor lain yang menyebabkan skenario 4 lebih menguntungkan yaitu perbedaan umur panen pada tanaman utamanya. Pemanenan kayu pada skenario 4 dilakukan setelah umur tanaman diatas 5 tahun, sehingga pendapatan yang diperoleh petani akan lebih tinggi. Kayu yang dipanen pada umur diatas 5 tahun memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan dengan kayu yang ditebang dibawah daur. Pemanenan kayu pada skenario 1 dan skenario 2 dilakukan atas dasar tebang butuh. Kayu ditebang rata-rata pada umur 2 tahun.

Faktor lain yang mendasari argumen yaitu terlambatnya panen rumput odot yang menyebabkan hasil panen jauh dari target karena berat rumput menyusut. Nilai NPV yang didapatkan pada keempat skenario yaitu berdasarkan asumsi bahwa semua harga input dan output yang digunakan berdasarkan harga yang berlaku saat ini dengan harga konstan selama usaha. Menurut Nogroho (2014), untuk mengevaluasi keragaman dan menetapkan investasi yang menggunakan teknik analisis nilai kini (NPV), reverensi waktu yang digunakan sebagai pijakan adalah saat ini.

Benefit Cost Ratio (BCR)

(25)

13 menghasilkan keuntungan bersih sebesar 3,27 rupiah lebih besar dibandingkan dengan skenario lain.

Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Gittinger (1986), Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV = 0 (nol). Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun. Selain itu, IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam tersebut lebih menguntungkan. Menurut Gittinger (1986), suatu usaha yang memiliki nilai tingkat pengembalian internal (IRR) tinggi tidak selalu lebih baik dibandingkan usaha yang memiliki nilai IRR rendah. Usaha yang baik tetap merupakan usaha yang memberikan lebih banyak hasil kepada pendapatan dibandingkan terhadap sumberdaya yang digunakan.

Analisis Sensitivitas

Pengujian analisis sensitivitas bertujuan untuk mengidentifikasi persiapan ketidakpastian yang akan dihadapi dalam usaha. Menurut Umar (1997), ketidakpastian dalam usaha menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba dari perusahaan. Analisis sensitivitas dapat merujuk bagian pemasaran dan bagian produksi, dengan memberikan taksiran yang optimistik dan pesimistik. Data yang dianalisis merupakan hasil pengolahan analisis finansial keempat skenario sistem pengelolaan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan uji kepekaan pada kemungkinan penurunan harga jual produk sebesar 10% dan kemungkinan terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 10%. Hasil analisis sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Analisis sensitivitas sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika, monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, dan agroforestri kayu afrika dan sengon dengan tanaman sela cabai keriting

Uraian Jenis Skenario 4 15.359.995 12.987.571 14.439.374 -15.45 -5.99

BCR

Skenario 1 2,44 2,20 2,20 -9.84 -9.84

Skenario 2 3,27 2,86 2,88 -12.54 -11.93

(26)

14

Tabel 4 Lanjutan analisis sensitivitas sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika, monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, dan agroforestri kayu afrika dan sengon dengan tanaman sela cabai keriting

Uraian Jenis 10% semua jenis usaha agroforestri yang dievaluasi tersebut masih layak diusahakan. Demikian pula dengan penurunan manfaat bersih tahunan hingga 10%. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh nilai NPV yang masih bernilai positif pada saat terjadi perubahan. Perubahan yang terjadi pada harga jual produk lebih memengaruhi nilai pendapatan petani daripada kenaikan biaya produksi. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya penurunan nilai NPV dari kondisi normal terhadap kondisi penurunan 10% harga jual produk lebih besar dibandingkan dengan penurunan NPV saat biaya produksi naik 10%.

Dari keempat skenario yang dibuat, skenario 1 merupakan skenario yang paling sensitif terhadap penurunan harga jual. Resiko ini disebabkan oleh ketidakpastian dari harga jual produk rumput odot. Penghasilan yang didapat oleh petani di awal panen sangat jauh dari perkiraan pada awal pengusahaan sehingga apabila harga jual tersebut mengalami penurunan sampai 10%, pendapatan petani akan menurun sebesar 17,05%. Menurut Nugroho (2013), apabila terjadi perubahan kondisi meskipun sedikit dan kondisi tersebut dapat merubah nilai NPV, maka dapat dikatakan bahwa investasi tersebut peka terhadap perubahan kondisi yang terjadi.

Persepsi Petani

Persepsi merupakan suatu proses bagaimana stimuli-stimuli diseleksi, diorganisasikan, dan diinterpretasikan (Setiadi 2003). Melalui hasil wawancara, petani cenderung memiliki persepsi negatif terhadap budidaya rumput odot sehingga tidak memilih atau melanjutkan budidaya rumput odot sebagai tanaman sela di lahannya. Hal ini diketahui bahwa panen pertama rumput odot membuat petani pesimis untuk melanjutkan usaha tersebut. Panen pertama rumput odot tidak memberikan keuntungan bagi petani karena hasil panen jauh dari target pemanenan pada awal pengusahaan.

(27)

15 diperlukan tenaga kerja, dan (3) pendapatan yang diperoleh petani jauh dari target. Artinya, bahwa korbanan yang dikeluarkan petani pada saat panen rumput odot lebih besar dari pendapatannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri rumput odot dan kayu afrika di Desa Cileuksa secara finansial layak untuk diusahakan karena menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 10.765.425, nilai BCR sebesar 2,44, dan nilai IRR sebesar 73%. Hasil perbandingan kelayakan finansial pengelolaan hutan rakyat sistem agroforestri rumput odot dan kayu afrika, tanaman monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, serta agroforestri kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting didapatkan bahwa sistem agroforestri kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting dapat menghasilkan nilai keuntungan yang paling besar dibandingkan dengan tiga sistem lainnya. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha hutan rakyat lebih sensitif terhadap perubahan harga jual produk karena penurunan nilai NPV akibat penurunan harga jual produk lebih besar dibandingkan dengan penurunan NPV pada saat biaya produksi naik. Persepsi petani mengenai keuntungan budidaya rumput odot dan kayu afrika belum memenuhi harapan petani dalam upaya mengoptimalkan nilai lahannya karena faktor-faktor teknis produksi dan pemasaran yang belum sepenuhnya dikuasai.

Saran

1. Perlu adanya gagasan dan upaya dari pihak-pihak tertentu terkait penyuluhan dalam pelaksanaan penanaman untuk lebih diperhatikannya pengoptimalan nilai lahan (seperti jarak tanam) agar hasil dari pengusahaan hutan rakyat lebih maksimal dan meningkat,

2. Adanya pengkajian ulang dalam proses pemanenan, alat angkut hasil panen rumput odot, dan kejelasan pembayaran hasil panen rumput odot untuk menekan kerugian dalam pemanenan rumput odot,

(28)

16

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dan mendalam lagi untuk melihat faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kegiatan sistem pengelolaan hutan rakyat di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani RD. 2013. Analisis Finansial Budidaya Sengon dan Salak Pada Sistem Pengelolaan Agroforestri di Desa Kalimendong Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanial Bogor.

Bahruni. 1999. Diktat Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Proyeksi Penduduk 2000-2025. [Diunduh 2012 April 20]. Tersedia pada: http://www.datastatistik-indonesia.com/proyeksi/index.php?option=com_content&task=view&id=92 0&Itemid=936.

Choliq F, Rachmansyah, Tonnek S. 1990. Pengaruh padat penebaran terhadap produksi investasi agroforestri. J Penelitian Budi Daya Pertanian Vol 6, No

2, (87−96).

Churchill GA Jr. 2001. Dasar-dasar Riset Pemasaran. Jakarta (ID): Erlangga. Desa Cileuksa. 2011. Profil Desa Cileuksa. Kabupaten Bogor.

. 2013. Profil Desa Cileuksa. Kabupaten Bogor.

Fakultas Kehutanan IPB. 2000. Hutan Rakyat di Jawa : Perannya dalam Perekonomian Desa. Didik Suharjito, Editor. Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM). Bogor.

Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah: Slamet Sutomo dan Komet Mangiri. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.

Hakiem I, Setiasih I, Murniati, Sumarhani, Asmanah W, Rachman E, Mohammad M, Sri R. 2010. Social Forestry: Menuju Restorasi Pembangunan Kehutanan Berkelanjutan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

Ibrahim Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Lestari A. Analisis Kelayakan Usaha Kayu Afrika. J Ekonomi dan Manajemen

Vol 3, No 3, (33-47).

Niti G. 2011. Petujuk Teknis Penanaman Rumput Gajah Odot. http://www.download.lembahgogoniti.com/brosur_odot.pdf [diakses tanggal 30 April 2014].

Nugroho B. 2013. Ekonomi Keteknikan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB. Nugroho SJ. 2003. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif,

Tujuan, dan Keinginan Konsumen. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Grup.

Sayogyo. 1998. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Solihat K. 2013. Budi Daya Rumput Odot. Jakarta (ID): PTPN Press.

(29)

17

(30)
(31)

19 Lampiran 1 Biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri rumput

odot dan kayu afrika

(32)

20

Lampiran 3 Biaya pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon

No Uraian

Lampiran 4 Biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting

(33)

21 Lampiran 5 Lanjutan biaya pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri

kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting No Uraian Harga Satuan

Lampiran 6 Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri rumput odot dan kayu afrika(Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)

(34)

22 Lampiran 8 Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem monokultur kayu

(35)

23 Lampiran 9 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem

monokultur kayu afrika(Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)

Uraian Tahun ke- monokultur kayu afrika(Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)

(36)

24

Lampiran 12 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)

Uraian Tahun ke-

Lampiran 13 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)

(37)

25 Lampiran 14 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat campuran kayu afrika

dan sengon (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)

Uraian Tahun ke- Lampiran 15 Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri kayu

afrika dan sengon dengan cabai keriting(Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)

(38)

26

Lampiran 16 Lanjutan Cash flow pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri kayu afrika dan sengon dengan cabai keriting (Rp/ha/tahun) (x Rp 1.000)

Uraian Tahun ke-

6 7 8 9 10

A. pemasukan

panen afrika 0 0 0 0 10.000

Panen sengon 0 0 0 0 10.000

Panen Cabai(ton/Ha) 1.400 1.400 1.400 1.400 1.400

TOTAL PEMASUKAN 1.400 1.400 1.400 1.400 21.400

B. pengeluaran

bibit kayu afrika 0 0 0 0 0

bibit sengon 0 0 0 0 0

bibit cabai keriting 0 0 0 0 0

persiapan lahan 0 0 0 0 0

pembuatan lubang tanam 0 0 0 0 0

alat

1. cangkul 0 0 0 0 80

2. sabit 60 60 60 60 60

3. tutugar 0 0 0 0 0

upah tenaga kerja

1. penanaman 0 0 0 0 0

2. Pemupukan 100 100 100 100 100

3. Pemanenan cabai

keriting 400 400 400 400 400

4. pengangkutan kayu

afrika dan sengon 0 0 0 0 500

5. pengangkutan cabai

keriting 400 400 400 400 400

Pemberantasan hama dan penyakit

1. sengon 0 0 0 0 0

2. cabai keriting 100 100 100 100 100

TOTAL

PENGELUARAN 960 960 960 960 1.540

(39)

27 Lampiran 17 Hutan rakyat sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu

afrika di Desa Cileuksa

(40)

28

Lampiran 19 Kegiatan penebangan hutan rakyat sistem pengelolaan campuran kayu afrika dan sengon di Desa Cileuksa

(41)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 11 April 1993 dari ayah bernama Tatang Sutrisno (Alm) dan Ibu Hj. Junasih, S.Pd. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh adalah SD Negeri Pancakarya 1 Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang pada tahun 1998 – 2004, SMP Negeri 1 Tempuran, Kabupaten Karawang 2004 – 2007, SMA Negeri 3 Karawang pada tahun 2007 - 2010, dan pada tahun 2010 penulis penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dibeberapa organisasi diantaranya, UKM Paduan Suara Mahasiswa IPB - Agriswara, Organisasi Mahasiswa Daerah Karawang (Omda Panatayudha), International Forestry Students’ Association Local Committee IPB (IFSA LC IPB), dan Forest Management Student Club

Gambar

Tabel 1 Karakteristik responden di Desa Cileuksa berdasarkan pola tanam dan luas lahan garapan, tahun 2014
Gambar 1 Hasil panen kayu afrika
Gambar 4 Proses pengangkutan rumput odot.
Tabel 2 Rekapitulasi Cash flow pada sistem pengelolaan agroforestri rumput odot dan kayu afrika, monokultur kayu afrika, hutan rakyat campuran kayu afrika dan sengon, dan agroforestri kayu afrika dan sengon dengan tanaman sela cabai keriting di Desa Cileuksa (2014)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan studi dan analisis terhadap kebutuhan bangunan dilakukan dengan cara terlebih dahulu menganalisa data tentang kebutuhan ruang yang mewadahi aktivitas di

Maksud dari penyusunan Perubahan Rencana Kerja ini adalah sebagai panduan dalam mengevaluasi pelaksanaan program / kegiatan tahun 2020, dan perencanaan program / kegiatan

Nybakken (1992) menambahkan bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian terhadap peningkatan hasil belajar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

“Kerana begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Dia telah mengaruniakan Anak- Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini

Penulisan Ilmiah ini akan membahas tentang Pembuatan Website Pemesanan Pada Toko Sepatu Olah Raga menggunakan bahasa pemprograman ASP dan SQL Server 2000, informasi yang disajikan

Pada penelitian ini didapatkan hasil terdapat perbedaan yang bermakna pada jumlah tubulus yang rusak antara masing–masing kelompok perlakuan dimana jumlah