ii
ANALISIS KEMATANGAN EMOSI ANGGOTA POLISI
YANG MELAKUKAN PELANGGARAN DISIPLIN
DI POLRESTA BALIKPAPAN
SKRIPSI
Oleh:
RENNY ERNITA FITRIANI
05810002
FAKULTAS PSIKOLOGI
iii
ANALISIS KEMATANGAN EMOSI ANGGOTA POLISI
YANG MELAKUKAN PELANGGARAN DISIPLIN
DI POLRESTA BALIKPAPAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
RENNY ERNITA FITRIANI
05810002
FAKULTAS PSIKOLOGI
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi telah diuji dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji
Tanggal : 5 Februari 2011
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si (...)
Anggota Penguji : Tri Muji Ingarianti, S.Psi, M.Psi (...)
Dra. Siti Suminarti. F, M.Si (...)
Istiqomah, S.Psi, M.Si (...)
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan untaian Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Kematangan Emosi Anggota Polisi Yang
Melakukan Pelanggaran Disiplin di Polresta Balikpapan”, yang dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi tingkat Strata 1 (S1) di
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berusaha semaksimal mungkin
untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, tetapi penelitian yang penulis lakukan
tidak lepas dari ketidaksempurnaan karena keterbatasan penulis sebagai manusia
yang masih terus menerus belajar untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Untuk
itu penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi
ini, kepada:
1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Yudi Suharsono, M.Si selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi
ini.
3. Tri Muji Ingarianti, M.Psi selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan dukungan dan arahan, serta selalu meluangkan waktunya dalam
membimbing sehingga penulis menjadi termotivasi untuk dapat membuat
skripsi ini menjadi sebuah karya yang lebih baik lagi.
4. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dosen Wali Angkatan 2005
Kelas A Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang atas
dukungannya selama ini.
5. Seluruh Dosen dan Staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang yang selama ini telah memberikan ilmu yang
vi
6. Saudara KA, WJ dan PW, yang telah meluangkan waktu dan bersedia berbagi
cerita dengan penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Kedua orang tua penulis, Kompol Ashadi dan AKP. Sri Pamuji sebagai
motivatorku, menjadi inspirasi dalam hidupku dan yang mendidikku menjadi
anak yang kuat, bersemangat, serta selalu memberikan perhatian, kasih
sayang, kesabaran, dukungan & doa restunya ini hadiah untuk papa dan
mama.
8. Adikku tersayang Didit dan dua kakakku Kak Penny dan Ima yang tiada
henti-hentinya memberikan dukungan dan menghibur penulis dengan canda
tawa dan semangatnya.
9. IGNA aka Bobby yang mewarnai hariku menjadi lebih indah, menemaniku
dalam suka dan duka, you are my angel and demon in my life.
10. Teman-teman tersayang V3, Vivi, Icha, Septia, Iqa, Ranny, Pipit, Ijonk,
Azhar, Uthunk, yang selalu mendampingi penulis di saat suka maupun duka
serta menjadi pendengar yang setia dan semua teman-teman Psikologi
khususnya kelas A Fak. Psikologi ’05 UMM.
11. Seluruh penghuni ex-kosan PH A/07 (mbak Sisca, mbak Vindi, mbak Kiki,
mbak Adink, mbak Karin, Rizza, Alone, dan Didi). Terima kasih atas
perhatian, dukungan dan persaudaraannya.
12. Penghuni Kontrakan Cinta (Ucrutz, Telputz dan Ucupz), Theyenk, Fivien,
Kopit, Ndok, Cretz, Sasha, Ucen, Raiders, Marcell, Anca dan Bubuhannya.
Terima kasih persaudaraannya yang telah menjadi warna dalam hidupku.
Akhirnya aku lulus rek!
13. Seluruh pihak yang telah membantu penyusun, yang tidak dapat disebutkan
satu per satu tanpa mengecilkan arti bantuannya.
Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita
semua.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Malang, 29 Januari 2011
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... v
INTISARI ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi ... 9
1. Pengertian Kematangan Emosi ... 9
2. Aspek-aspek Kematangan Emosi ... 10
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi ... 14
B. Disiplin ... 16
1. Pengertian Disiplin ... 16
2. Pengertian Pelanggaran Disiplin ... 16
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Disiplin ... 17
C. Anggota Polisi ... 18
1. Pengertian Kepolisian Republik Indonesia ... 18
2. Fungsi dan Tujuan Kepolisian Republik Indonesia ... 18
3. Tugas dan Wewenang Kepolisian Republik Indonesia ... 19
viii
5. Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Kepolisian
Republik Indonesia ... 20
D. Kematangan Emosi pada Anggota Polisi yang Melakukan Pelanggaran Disiplin ... 21
E. Kerangka Pikiran ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26
B. Batasan Istilah ... 26
C. Subyek Penelitian ... 27
D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
E. Instrumen Penelitian ... 27
F. Prosedur Penelitian ... 28
G. Metode Pengumpulan Data ... 29
H. Analisa Data ... 31
I. Keabsahan Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Subyek Penelitian ... 34
B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 35
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 38
D. Analisis dan Pembahasan ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. ... 63
Lembar Kegiatan Lapangan ... 64
Lampiran 2. ... 65
a. Informed Consent Subjek I ... 66
b. Informed Consent Subjek II ... 67
c. Informed Consent Subjek III ... 68
d. Surat Ijin Penelitian ... 69
Lampiran 3. ... ... 70
a. Guide Wawancara ... 71
b. Operasional Guide Wawancara ... 74
c. Hasil Wawancara Subjek I ... 77
d. Hasil Wawancara Subjek II ... 84
e. Hasil Wawancara Subjek III ... 91
Lampiran 4. ... 97
a. Ringkasan Hasil Wawancara ... 98
x
DAFTAR PUSTAKA
Adita, J.Y. (2005). Pengaruh Kematangan Emosi Terhadap Agresivitas Pada
Taruna Remaja Sekolah Tinggi Perikanan (Skripsi, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).
Aryanto, D. (2005). Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Agresi Pada
Anggota Polri (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang, Jawa Timur).
Asrori, A. (2007). Homoseksual (Studi Kasus Tentang Etiologi dan Kondisi
Psikologis) (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang, Jawa Timur).
Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Offset.
Chaplin, J.P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dariyo, A. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Darwanto, D. (2005). Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Produktivitas
Kerja Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Unisma Malang (Skripsi,
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).
Faricha (2005). Hubungan Antara Kebermaknaan Hidup Dengan Kematangan
Emosi Pada Remaja Akhir (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang, Jawa Timur)
Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences. Batam : Interaksara.
Goleman, D. (1999). Kecerdasan Emosional. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Green, C.D. (2001). Classics in the History of Psychology. Jurnal, Bina Nusantara
University, diakses di http://www.BiNusCareer.com/ 30-11-2009.
Hasibuan, M.S.P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi
Aksara.
Hikmawati, I. (2005). Pengaruh Jenis Pola Asuh Terhadap Kematangan Emosi
Remaja Pada Keluarga Militer (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas
xi
Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Mahmud, D. M. (1990). Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : BPFE.
Mappiare, A. (1983). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional.
Masdiana, E. (1995). Kejahatan Sadis dan Polisi di Era Modernisasi. Jakarta :
PT. Cipta Manunggal.
Moleong, L.J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Ningrum, D.T. (2007). Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Konflik
Kerja Pada Karyawan Departemen Produksi PT. Surya Siam Keramik
Tangerang (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang, Jawa Timur).
Rahardi, P. (2007). Hukum Kepolisian : Profesionalisme dan Reformasi Polri.
Surabaya : Laksbang Mediatama.
Riyawati, D.Y. Perbedaan Kematangan Emosi Pada Wanita Usia 25-35 Tahun
Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan dan Usia Memasuki Perkawinan
(Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah).
Sastrohadiwiryo, B.S. (2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta :
Bumi Aksara.
Silvianingsih. (2008). Pengaruh Gaya Mendidik Orangtua Terhadap Kematangan
Emosi Remaja (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang, Jawa Timur).
Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tabah, A. (1996). Polisi, Budaya dan Politik. Klaten. : CV. Sahabat.
Walgito, B. (1984). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : UGM
Press.
Zuriah, N. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Teori dan
Aplikasi). Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003, Tentang Peraturan Disiplin Anggota
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi,
karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya organisasi.
Tujuan organisasi tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif anggota meskipun
alat-alat yang dimiliki organisasi begitu canggih.
Ironisnya, kualitas sumber daya manusia (Human Development Index)
Indonesia sebagaimana dilansir UNDP terbaru (2006) masih terpuruk di level
bawah, yakni menempati urutan 110 dari 177 negara, dibawah Philipina,
Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura yang sesama negara ASEAN (Asrori,
2009). Oleh karena itu masalah sumber daya manusia Indonesia yang masih
berada dilevel bawah masih sering menjadi sorotan dan problem bagi organisasi.
Dalam dunia kerja, kematangan emosi seseorang terhadap organisasi atau
perusahaan seringkali menjadi hal yang penting sebab emosi yang matang akan
sangat membantu seseorang untuk membangun toleransi perasaan dan dapat
belajar menghadapi konflik tanpa menunjukkan emosionalitas yang berlebihan.
Oleh karena itu, kematangan emosi menjadi sangat penting untuk dimiliki setiap
anggota agar produktifitas kerja tetap terjaga dan pekerjaannya dapat diterima
oleh anggota lain atau oleh pimpinannya.
Kematangan emosi merupakan dimensi yang penting untuk diteliti karena
dapat digunakan untuk menilai kecenderungan individu untuk bertahan dalam
menghadapi tuntutan dan tantangan dalam pekerjaannya. Penelitian tentang
kematangan emosi juga penting dilakukan untuk dapat mengetahui seberapa besar
seseorang menerima keadaan dirinya secara objektif, yang berarti individu
tersebut mengerti keadaan dirinya, mengetahui apa yang dirasakan, dan
mengetahui masalah-masalah yang ada dalam dirinya sehingga pada akhirnya
seseorang tersebut akan memiliki kepercayaan diri dan mudah beradaptasi dengan
2
Penelitian untuk mengetahui kematangan emosi pernah dilakukan oleh Adita
(1998) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara
kematangan emosi dengan agresivitas taruna remaja. Artinya, semakin tinggi
kematangan emosi maka semakin rendah agresivitas taruna remaja dengan hasil
analisis r= -0,539 sig=0,000. Dari penelitian tersebut juga dapat diketahui bahwa
sumbangan efektif yang diberikan kematangan emosi terhadap agresivitas sebesar
29,1% sedangkan sisanya 70,9% dipengaruhi oleh faktor lain.
Dalam penelitian Aryanto (2000) yang dilakukan pada 85 personil yang
berdinas di kesatuan Lalu lintas, Samapta dan Reserse Polresta Malang, diketahui
bahwa terdapat hubungan yang negatif antara kematangan emosi dengan agresi
anggota Polri. Artinya, semakin tinggi kematangan emosi maka semakin rendah
agresi anggota Polri dengan hasil analisis r= -0,818 sig=0,000.
Penelitian yang dilakukan Melianawati, Prihantono dan Tjahjoanggoro (2001)
menunjukkan bahwa kematangan emosi memiliki hubungan yang sangat
signifikan dengan variabel kinerja dengan hasil analisis r=0,666 sig=0,001.
Artinya, semakin tinggi kematangan emosi seseorang maka semakin tinggi pula
kinerja karyawan.
Darwanto (1998) dalam penelitian yang dilakukan di RS. Unisma Malang
mengatakan ada hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan
produktivitas kerja. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai f=11,617
sig=0,001. Dari penelitian tersebut juga dapat diketahui bahwa sumbangan efektif
yang diberikan kematangan emosi terhadap produktivitas kerja sebesar 18,9%
sedangkan sisanya sebesar 81,1% dipengaruhi oleh faktor lain.
Ningrum (2000) melakukan penelitian pada 84 orang karyawan Departemen
Produksi PT. Surya Siam Keramik Tangerang. Dari penelitian ini didapat hasil
bahwa nilai r= -0,344 sig=0,001 yang berarti terdapat hubungan negatif yang
sangat signifikan antara kematangan emosi dengan konflik kerja dimana bila
kematangan emosi karyawan tinggi maka konflik kerjanya rendah. Dari penelitian
tersebut juga dapat diketahui bahwa sumbangan efektif yang diberikan
kematangan emosi terhadap konflik kerja sebesar 11,8% sedangkan sisanya
3
Supono (2001) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat pengaruh
yang sangat signifikan antara kematangan emosi terhadap stres kerja anggota
militer Kodim 0825 Banyuwangi, artinya semakin tinggi kematangan emosi
anggota militer maka stres kerja yang dialaminya akan rendah. Dari penelitian ini
juga dapat diketahui bahwa kematangan emosi memberikan sumbangan sebesar
52,7% terhadap stres kerja.
Dari beberapa hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kematangan emosi dapat mempengaruhi agresivitas, kinerja, produktivitas, stres
dan konflik kerja karyawan. Oleh karena itu peneliti berasumsi apabila
kematangan emosi tidak dimiliki oleh karyawan akan berakibat pada menurunnya
kualitas diri karyawan dan merugikan perusahaan.
Selain memberikan pengaruh terhadap agresivitas, kinerja, produktivitas,
stres dan konflik kerja karyawan seperti yang telah dijabarkan oleh
penelitian-penelitian diatas, kematangan emosi juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Silvianingsih (1997) menyatakan
bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan antara gaya mendidik orangtua
terhadap kematangan emosi remaja pada 119 orang siswa/i SMUN 1 Tumpang
Malang dengan hasil analisa data f=10,815 p=0,000. Adapun sumbangan efektif
gaya mendidik orangtua yang diberikan penelitian ini sebesar 49,3%.
Dalam penelitiannya, Faricha (2000) menyatakan bahwa ada hubungan yang
positif antara kebermaknaan hidup dengan kematangan emosi, sehingga semakin
tinggi kebermaknaan hidup maka semakin tinggi kematangan emosinya.
Penelitian dilakukan pada 50 orang mahasiswa/i semester 1 Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Muhammadiyah (STIEM) Paciran Lamongan. Berdasarkan hasil analisa
data diperoleh nilai r= 0,608 dan p= 0,000 dengan sumbangan efektif sebesar
37%.
Penelitian Hikmawati (1998) menyatakan ada pengaruh yang sangat
signifikan antara jenis pola asuh terhadap kematangan emosi remaja pada
keluarga militer. Penelitian dilakukan pada 100 orang remaja keluarga militer
SMUN Mertoyudan Kabupaten Magelang dengan hasil analisa data f=66,842
4
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka kematangan emosi dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain gaya mendidik orangtua, kebermaknaan
hidup dan pola asuh.
Sebagaimana dikemukakan oleh Green (2001), kematangan emosi adalah
kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri, menempatkan diri, dan
menghadapi berbagai kondisi dengan suatu cara tertentu. Sedangkan Monk, dkk
(1996) menilai kematangan lebih ditekankan pada kemampuan untuk
menyelesaikan problem-problem pribadi tanpa adanya keselarasan antara
gangguan perasaan dan ketidakmampuan menyelesaikan masalah, kemampuan
untuk memperhitungkan pendapat orang lain terhadap keinginan-keinginan
individu sesuai dengan harapan masyarakat dan kemampuan untuk
mengungkapkan emosi yang tepat sehubungan dengan pengertian kita terhadap
orang lain. Namun menurut asumsi peneliti dalam kenyataannya kematangan
emosi seringkali dilupakan keberadaannya oleh anggota suatu organisasi sehingga
fenomena pelanggaran-pelanggaran disiplin bukanlah hal baru dan sering ditemui
di semua organisasi.
Berbicara mengenai Polisi maka tidak akan lepas dari pembicaraan dualisme
peran yaitu pengayom masyarakat dan penegak hukum. Dimana hal ini sangat
dilematis karena polisi menghadapi dua peran yang berbeda dalam waktu yang
sama padahal satu sama lain membutuhkan gaya pelayanan yang sangat berbeda
sehingga tidak jarang kita melihat adanya kesalahan bertindak, emosional, kurang
rasional, terlalu diskriminatif, terlalu hitam putih, terlalu kasar, memandang
hukum dengan kacamata kuda, kurang luwes dan tidak mau berdebat dari
perlakuan para anggota polisi (Masdiana, 1995).
Banyak kasus yang dapat kita ingat berhubungan dengan kematangan emosi
yang seharusnya dimiliki oleh anggota polisi namun tidak sejalan dengan
kenyataan dilapangan. Misalnya saja kasus polisi menembak sesama polisi (kasus
Briptu Hance yang menembak atasannya AKBP Lilik Purwanto di Semarang pada
bulan Maret 2007) dan kasus yang lebih parah lagi adalah kasus polisi membunuh
dirinya sendiri karena tak kuat menahan masalah yang dihadapinya sendiri (kasus
5
2008). Dalam buku yang berjudul Polisi Sipil dalam Perubahan Sosial di
Indonesia karangan Rahardjo (1998) dikatakan bahwa kasus seperti diatas terjadi
karena polisi selalu dihadapkan kepada sisi-sisi yang berantakan dan lusuh dari
masyarakat seperti mayat, kejahatan, penjahat, korban kejahatan, dan sekian
banyak hal lagi yang lebih menakutkan dimana kita sebagai orang normal tidak
ingin melihat atau memikirkannya. Karena berkali-kali melihat sisi-sisi kehidupan
yang berantakan dan lusuh maka perasaan polisi menjadi tumpul. Menjadi tumpul
ini tampaknya “diperlukan”, karena dengan demikian ia mampu menghadap
obyek pekerjaannya secara profesional. Ia harus selalu belajar untuk menekan
perasaannya supaya mampu melakukan tugasnya dengan baik. Namun hal inilah
yang kemudian menyebabkan frustrasi, stres berat dan akhirnya bunuh diri
menjadi pilihan karena daya tahan untuk mengakomodasi semua pengalaman itu
sudah sampai pada puncaknya dan tidak mampu lagi untuk menampung dan
mencerna dengan baik.
Berbagai kasus dan permasalahan terkait dengan kematangan emosi ini dapat
terjadi dimana saja, salah satunya di Polresta Balikpapan. Polresta (Kepolisian
Resor Kota) merupakan lembaga penegak hukum dan penjaga kamtibmas wilayah
kota yang bertujuan untuk mewujudkan keamanan yang meliputi terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat serta
terbinanya ketentraman masyarakat. Sebagai lembaga penegak hukum yang
berada di wilayah kota, sudah seharusnya anggota polisi memiliki kematangan
emosi yang tinggi, agar melahirkan kemampuan untuk mengekspresikan
emosinya dengan tepat, mampu mengendalikan kemarahan, berani menghadapi
resiko dan tantangan yang dihadapi, optimis, dan percaya diri dengan apa yang
dimiliki. Namun, informasi yang didapatkan pada Selasa, 25 Agustus 2009 dari
Kepala Bagian Administrasi (Kabagmin) Polresta Balikpapan diketahui bahwa
anggota polisi yang bekerja di Polresta Balikpapan memiliki frekuensi
pelanggaran disiplin yang berbeda tiap tahunnya dan cenderung mengalami
fluktuasi. Hal ini diketahui dari data anggota polisi yang melakukan pelanggaran
6
Tahun 2006 terdapat 41 orang, dengan jenis pelanggaran berupa : melakukan
pemukulan terhadap orang lain (6 orang), lalai bertugas hingga menyebabkan
orang lain meninggal dunia (13 orang), melakukan persetubuhan tanpa ikatan
pernikahan yang sah (6 orang), penyalahgunaan wewenang (8 orang), melakukan
penangkapan tidak diproses sesuai prosedur namun mendapat imbalan (2 orang),
tidak melakukan tugas kedinasan sehari-hari secara berturut-turut (3 orang),
ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja anggota (1 orang), menelantarkan
keluarga (1 orang), dan melakukan pernikahan lebih dari satu tanpa
sepengetahuan pimpinan (1 orang).
Tahun 2007 terdapat 22 orang, dengan jenis pelanggaran berupa : melakukan
persetubuhan tanpa ikatan pernikahan yang sah (6 orang), melakukan pemukulan
terhadap orang lain (6 orang), keluar wilayah hukum Polresta Balikpapan tanpa
izin pimpinan dan melakukan pungli (2 orang), tidak melaksanakan perintah
pimpinan (2 orang), kurang profesional dalam bertugas (2 orang), lalai bertugas
hingga menyebabkan orang lain meninggal dunia (1 orang), melakukan bon
tahanan tidak sesuai ketentuan hingga menyebabkan tahanan kabur (1 orang),
melakukan penahanan terhadap seseorang selama 50 hari tanpa ada
penyelesaiannya (1 orang), dan mendekengi perjudian (1 orang).
Tahun 2008 terdapat 31 orang, dengan jenis pelanggaranberupa : melakukan
persetubuhan tanpa ikatan pernikahan yang sah (9 orang), tidak melakukan tugas
kedinasan sehari-hari secara berturut-turut tanpa izin pimpinan (3 orang),
melakukan pemukulan terhadap orang lain (6 orang), melakukan pernikahan tanpa
sepengetahuan pimpinan (2 orang), melakukan keributan dilingkungan
masyarakat (2 orang), penyalahgunaan wewenang (3 orang), mendekengi balapan
liar (1 orang), tertangkap tangan membawa psikotropika (1 orang), melakukan
pemagaran tanah tanpa sepengetahuan pemilik (1 orang), melakukan peledakan
senjata api hingga menimbulkan korban jiwa (1 orang), melakukan pencurian
uang (1 orang), dan kurang profesional dalam bertugas (1 orang).
Tahun 2009 terdapat 41 orang, dengan jenis pelanggaranberupa : melakukan
pemukulan terhadap orang lain (6 orang), tidak melakukan tugas kedinasan
7
keluarga (3 orang), melakukan persetubuhan tanpa ikatan pernikahan yang sah (2
orang), tidak menyelesaikan dan melakukan penyidikan sesuai prosedur (10
orang), melakukan pernikahan tanpa sepengetahuan pimpinan (1 orang),
membiarkan atau tidak mencegah terjadinya pemukulan terhadap orang lain (3
orang), keluar wilayah hukum Polresta Balikpapan tanpa izin pimpinan (2 orang),
dan memasuki tempat hiburan malam (THM) tanpa surat izin pimpinan (1 orang).
Tahun 2010 (sampai dengan bulan Maret 2010) terdapat 18 orang, dengan
jenis pelanggaran berupa : lalai dalam tugas sehingga salah dalam menetapkan
status seseorang dalam proses penyelidikan pembuatan BAP (Berita Acara
Pidana) tindak pidana (2 orang), melakukan pungutan liar (7 orang), melakukan
pernikahan siri (2 orang), melakukan persetubuhan tanpa ikatan pernikahan yang
sah (1 orang), menelantarkan keluarga (1 orang), lalai dalam tugas sehingga
tahanan melarikan diri (1 orang), melakukan pemukulan terhadap orang lain (2
orang), dan tidak menyelesaikan dan melakukan penyidikan sesuai prosedur (3
orang).
Fakta dilapangan yang agak mengejutkan mengatakan bahwa terdapat 1
hingga 3 orang yang mengulang pelanggaran disiplin pada tahun yang berbeda
bahkan ada pula yang mengulang pelanggaran disiplin pada tahun yang sama.
Selain itu dari data diatas kita dapat melihat gejala fluktuaktif dari pelanggaran
disiplin di Polresta Balikpapan. Pada tahun 2006 pelanggaran dilakukan oleh 41
orang, tahun 2007 pelanggaran dilakukan oleh 22 orang, tahun 2008 pelanggaran
dilakukan oleh 31 orang dan tahun 2009 pelanggaran dilakukan oleh 41 orang
hingga bulan Maret 2010 telah terjadi 18 orang yang melakukan pelanggaran
bahkan tidak menutup kemungkinan pelanggaran itu akan terus bertambah
dipenghujung tahun 2010. Menurut asumsi peneliti, pelanggaran disiplin anggota
Polri yang setiap tahunnya mengalami fluktuaktif mengisyaratkan rendahnya
kematangan emosi dan mengkhawatirkannya kondisi intern jajaran Polri. Apabila
kondisi ini tidak segera dikelola dengan baik maka akan semakin banyak pula
anggota polisi yang mendapatkan hukuman disiplin atau keadaan yang lebih parah
yaitu pemberhentian dengan tidak hormat (PTDH) dan hal ini akan semakin
8
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk mengungkap lebih
jauh lagi kedalam bentuk penelitian dengan judul “ Analisis Kematangan Emosi
pada Anggota Polisi yang Melakukan Pelanggaran Disiplin di Polresta
Balikpapan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena dan penjabaran latar belakang tersebut, maka dapat
ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran
kematangan emosi pada anggota Polisi yang pernah melakukan pelanggaran
disiplin?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui lebih mendalam mengenai bagaimana gambaran
kematangan emosi pada anggota Polisi yang pernah melakukan pelanggaran
disiplin.
D. Manfaat
1. Secara Teoritis.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
berarti bagi pengembangan psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi
dan semua ilmu sosial lainnya dari hasil penelitian secara ilmiah, terutama
mengenai kematangan emosi dan kaitannya dengan pelanggaran disiplin anggota
Polisi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama perkuliahan.
2. Secara Praktis.
Penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan informasi untuk digunakan
sebagai bahan masukan bagi instansi dalam menghadapi masalah pelanggaran