• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMATANGAN EMOSI ANGGOTA POLISI YANG MELAKUKAN PELANGGARAN DISIPLIN DI POLRESTA BALIKPAPAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMATANGAN EMOSI ANGGOTA POLISI YANG MELAKUKAN PELANGGARAN DISIPLIN DI POLRESTA BALIKPAPAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ii 

ANALISIS KEMATANGAN EMOSI ANGGOTA POLISI

YANG MELAKUKAN PELANGGARAN DISIPLIN

DI POLRESTA BALIKPAPAN

SKRIPSI

   

         

Oleh:

RENNY ERNITA FITRIANI

05810002

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

iii 

ANALISIS KEMATANGAN EMOSI ANGGOTA POLISI

YANG MELAKUKAN PELANGGARAN DISIPLIN

DI POLRESTA BALIKPAPAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

RENNY ERNITA FITRIANI

05810002

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

iv 

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi telah diuji dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji

Tanggal : 5 Februari 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si (...)

Anggota Penguji : Tri Muji Ingarianti, S.Psi, M.Psi (...)

Dra. Siti Suminarti. F, M.Si (...)

Istiqomah, S.Psi, M.Si (...)

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan untaian Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Kematangan Emosi Anggota Polisi Yang

Melakukan Pelanggaran Disiplin di Polresta Balikpapan”, yang dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi tingkat Strata 1 (S1) di

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berusaha semaksimal mungkin

untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, tetapi penelitian yang penulis lakukan

tidak lepas dari ketidaksempurnaan karena keterbatasan penulis sebagai manusia

yang masih terus menerus belajar untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Untuk

itu penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya

atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi

ini, kepada:

1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Yudi Suharsono, M.Si selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi

ini.

3. Tri Muji Ingarianti, M.Psi selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

memberikan dukungan dan arahan, serta selalu meluangkan waktunya dalam

membimbing sehingga penulis menjadi termotivasi untuk dapat membuat

skripsi ini menjadi sebuah karya yang lebih baik lagi.

4. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dosen Wali Angkatan 2005

Kelas A Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang atas

dukungannya selama ini.

5. Seluruh Dosen dan Staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang yang selama ini telah memberikan ilmu yang

(5)

vi 

6. Saudara KA, WJ dan PW, yang telah meluangkan waktu dan bersedia berbagi

cerita dengan penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Kedua orang tua penulis, Kompol Ashadi dan AKP. Sri Pamuji sebagai

motivatorku, menjadi inspirasi dalam hidupku dan yang mendidikku menjadi

anak yang kuat, bersemangat, serta selalu memberikan perhatian, kasih

sayang, kesabaran, dukungan & doa restunya ini hadiah untuk papa dan

mama.

8. Adikku tersayang Didit dan dua kakakku Kak Penny dan Ima yang tiada

henti-hentinya memberikan dukungan dan menghibur penulis dengan canda

tawa dan semangatnya.

9. IGNA aka Bobby yang mewarnai hariku menjadi lebih indah, menemaniku

dalam suka dan duka, you are my angel and demon in my life.

10. Teman-teman tersayang V3, Vivi, Icha, Septia, Iqa, Ranny, Pipit, Ijonk,

Azhar, Uthunk, yang selalu mendampingi penulis di saat suka maupun duka

serta menjadi pendengar yang setia dan semua teman-teman Psikologi

khususnya kelas A Fak. Psikologi ’05 UMM.

11. Seluruh penghuni ex-kosan PH A/07 (mbak Sisca, mbak Vindi, mbak Kiki,

mbak Adink, mbak Karin, Rizza, Alone, dan Didi). Terima kasih atas

perhatian, dukungan dan persaudaraannya.

12. Penghuni Kontrakan Cinta (Ucrutz, Telputz dan Ucupz), Theyenk, Fivien,

Kopit, Ndok, Cretz, Sasha, Ucen, Raiders, Marcell, Anca dan Bubuhannya.

Terima kasih persaudaraannya yang telah menjadi warna dalam hidupku.

Akhirnya aku lulus rek!

13. Seluruh pihak yang telah membantu penyusun, yang tidak dapat disebutkan

satu per satu tanpa mengecilkan arti bantuannya.

Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita

semua.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 29 Januari 2011

(6)

vii 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi ... 9

1. Pengertian Kematangan Emosi ... 9

2. Aspek-aspek Kematangan Emosi ... 10

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi ... 14

B. Disiplin ... 16

1. Pengertian Disiplin ... 16

2. Pengertian Pelanggaran Disiplin ... 16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Disiplin ... 17

C. Anggota Polisi ... 18

1. Pengertian Kepolisian Republik Indonesia ... 18

2. Fungsi dan Tujuan Kepolisian Republik Indonesia ... 18

3. Tugas dan Wewenang Kepolisian Republik Indonesia ... 19

(7)

viii 

5. Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Kepolisian

Republik Indonesia ... 20

D. Kematangan Emosi pada Anggota Polisi yang Melakukan Pelanggaran Disiplin ... 21

E. Kerangka Pikiran ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Batasan Istilah ... 26

C. Subyek Penelitian ... 27

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 27

F. Prosedur Penelitian ... 28

G. Metode Pengumpulan Data ... 29

H. Analisa Data ... 31

I. Keabsahan Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Subyek Penelitian ... 34

B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 35

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 38

D. Analisis dan Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(8)

ix 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. ... 63

Lembar Kegiatan Lapangan ... 64

Lampiran 2. ... 65

a. Informed Consent Subjek I ... 66

b. Informed Consent Subjek II ... 67

c. Informed Consent Subjek III ... 68

d. Surat Ijin Penelitian ... 69

Lampiran 3. ... ... 70

a. Guide Wawancara ... 71

b. Operasional Guide Wawancara ... 74

c. Hasil Wawancara Subjek I ... 77

d. Hasil Wawancara Subjek II ... 84

e. Hasil Wawancara Subjek III ... 91

Lampiran 4. ... 97

a. Ringkasan Hasil Wawancara ... 98

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Adita, J.Y. (2005). Pengaruh Kematangan Emosi Terhadap Agresivitas Pada

Taruna Remaja Sekolah Tinggi Perikanan (Skripsi, Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Aryanto, D. (2005). Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Agresi Pada

Anggota Polri (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang, Jawa Timur).

Asrori, A. (2007). Homoseksual (Studi Kasus Tentang Etiologi dan Kondisi

Psikologis) (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang, Jawa Timur).

Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar Offset.

Chaplin, J.P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dariyo, A. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Darwanto, D. (2005). Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Produktivitas

Kerja Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Unisma Malang (Skripsi,

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Faricha (2005). Hubungan Antara Kebermaknaan Hidup Dengan Kematangan

Emosi Pada Remaja Akhir (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang, Jawa Timur)

Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences. Batam : Interaksara.

Goleman, D. (1999). Kecerdasan Emosional. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Green, C.D. (2001). Classics in the History of Psychology. Jurnal, Bina Nusantara

University, diakses di http://www.BiNusCareer.com/ 30-11-2009.

Hasibuan, M.S.P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi

Aksara.

Hikmawati, I. (2005). Pengaruh Jenis Pola Asuh Terhadap Kematangan Emosi

Remaja Pada Keluarga Militer (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas

(10)

xi 

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Mahmud, D. M. (1990). Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : BPFE.

Mappiare, A. (1983). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional.

Masdiana, E. (1995). Kejahatan Sadis dan Polisi di Era Modernisasi. Jakarta :

PT. Cipta Manunggal.

Moleong, L.J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Ningrum, D.T. (2007). Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Konflik

Kerja Pada Karyawan Departemen Produksi PT. Surya Siam Keramik

Tangerang (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang, Jawa Timur).

Rahardi, P. (2007). Hukum Kepolisian : Profesionalisme dan Reformasi Polri.

Surabaya : Laksbang Mediatama.

Riyawati, D.Y. Perbedaan Kematangan Emosi Pada Wanita Usia 25-35 Tahun

Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan dan Usia Memasuki Perkawinan

(Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah).

Sastrohadiwiryo, B.S. (2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta :

Bumi Aksara.

Silvianingsih. (2008). Pengaruh Gaya Mendidik Orangtua Terhadap Kematangan

Emosi Remaja (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang, Jawa Timur).

Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tabah, A. (1996). Polisi, Budaya dan Politik. Klaten. : CV. Sahabat.

Walgito, B. (1984). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : UGM

Press.

Zuriah, N. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Teori dan

Aplikasi). Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003, Tentang Peraturan Disiplin Anggota

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi,

karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya organisasi.

Tujuan organisasi tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif anggota meskipun

alat-alat yang dimiliki organisasi begitu canggih.

Ironisnya, kualitas sumber daya manusia (Human Development Index)

Indonesia sebagaimana dilansir UNDP terbaru (2006) masih terpuruk di level

bawah, yakni menempati urutan 110 dari 177 negara, dibawah Philipina,

Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura yang sesama negara ASEAN (Asrori,

2009). Oleh karena itu masalah sumber daya manusia Indonesia yang masih

berada dilevel bawah masih sering menjadi sorotan dan problem bagi organisasi.

Dalam dunia kerja, kematangan emosi seseorang terhadap organisasi atau

perusahaan seringkali menjadi hal yang penting sebab emosi yang matang akan

sangat membantu seseorang untuk membangun toleransi perasaan dan dapat

belajar menghadapi konflik tanpa menunjukkan emosionalitas yang berlebihan.

Oleh karena itu, kematangan emosi menjadi sangat penting untuk dimiliki setiap

anggota agar produktifitas kerja tetap terjaga dan pekerjaannya dapat diterima

oleh anggota lain atau oleh pimpinannya.

Kematangan emosi merupakan dimensi yang penting untuk diteliti karena

dapat digunakan untuk menilai kecenderungan individu untuk bertahan dalam

menghadapi tuntutan dan tantangan dalam pekerjaannya. Penelitian tentang

kematangan emosi juga penting dilakukan untuk dapat mengetahui seberapa besar

seseorang menerima keadaan dirinya secara objektif, yang berarti individu

tersebut mengerti keadaan dirinya, mengetahui apa yang dirasakan, dan

mengetahui masalah-masalah yang ada dalam dirinya sehingga pada akhirnya

seseorang tersebut akan memiliki kepercayaan diri dan mudah beradaptasi dengan

(12)

2

Penelitian untuk mengetahui kematangan emosi pernah dilakukan oleh Adita

(1998) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara

kematangan emosi dengan agresivitas taruna remaja. Artinya, semakin tinggi

kematangan emosi maka semakin rendah agresivitas taruna remaja dengan hasil

analisis r= -0,539 sig=0,000. Dari penelitian tersebut juga dapat diketahui bahwa

sumbangan efektif yang diberikan kematangan emosi terhadap agresivitas sebesar

29,1% sedangkan sisanya 70,9% dipengaruhi oleh faktor lain.

Dalam penelitian Aryanto (2000) yang dilakukan pada 85 personil yang

berdinas di kesatuan Lalu lintas, Samapta dan Reserse Polresta Malang, diketahui

bahwa terdapat hubungan yang negatif antara kematangan emosi dengan agresi

anggota Polri. Artinya, semakin tinggi kematangan emosi maka semakin rendah

agresi anggota Polri dengan hasil analisis r= -0,818 sig=0,000.

Penelitian yang dilakukan Melianawati, Prihantono dan Tjahjoanggoro (2001)

menunjukkan bahwa kematangan emosi memiliki hubungan yang sangat

signifikan dengan variabel kinerja dengan hasil analisis r=0,666 sig=0,001.

Artinya, semakin tinggi kematangan emosi seseorang maka semakin tinggi pula

kinerja karyawan.

Darwanto (1998) dalam penelitian yang dilakukan di RS. Unisma Malang

mengatakan ada hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan

produktivitas kerja. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai f=11,617

sig=0,001. Dari penelitian tersebut juga dapat diketahui bahwa sumbangan efektif

yang diberikan kematangan emosi terhadap produktivitas kerja sebesar 18,9%

sedangkan sisanya sebesar 81,1% dipengaruhi oleh faktor lain.

Ningrum (2000) melakukan penelitian pada 84 orang karyawan Departemen

Produksi PT. Surya Siam Keramik Tangerang. Dari penelitian ini didapat hasil

bahwa nilai r= -0,344 sig=0,001 yang berarti terdapat hubungan negatif yang

sangat signifikan antara kematangan emosi dengan konflik kerja dimana bila

kematangan emosi karyawan tinggi maka konflik kerjanya rendah. Dari penelitian

tersebut juga dapat diketahui bahwa sumbangan efektif yang diberikan

kematangan emosi terhadap konflik kerja sebesar 11,8% sedangkan sisanya

(13)

3

Supono (2001) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat pengaruh

yang sangat signifikan antara kematangan emosi terhadap stres kerja anggota

militer Kodim 0825 Banyuwangi, artinya semakin tinggi kematangan emosi

anggota militer maka stres kerja yang dialaminya akan rendah. Dari penelitian ini

juga dapat diketahui bahwa kematangan emosi memberikan sumbangan sebesar

52,7% terhadap stres kerja.

Dari beberapa hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kematangan emosi dapat mempengaruhi agresivitas, kinerja, produktivitas, stres

dan konflik kerja karyawan. Oleh karena itu peneliti berasumsi apabila

kematangan emosi tidak dimiliki oleh karyawan akan berakibat pada menurunnya

kualitas diri karyawan dan merugikan perusahaan.

Selain memberikan pengaruh terhadap agresivitas, kinerja, produktivitas,

stres dan konflik kerja karyawan seperti yang telah dijabarkan oleh

penelitian-penelitian diatas, kematangan emosi juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Silvianingsih (1997) menyatakan

bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan antara gaya mendidik orangtua

terhadap kematangan emosi remaja pada 119 orang siswa/i SMUN 1 Tumpang

Malang dengan hasil analisa data f=10,815 p=0,000. Adapun sumbangan efektif

gaya mendidik orangtua yang diberikan penelitian ini sebesar 49,3%.

Dalam penelitiannya, Faricha (2000) menyatakan bahwa ada hubungan yang

positif antara kebermaknaan hidup dengan kematangan emosi, sehingga semakin

tinggi kebermaknaan hidup maka semakin tinggi kematangan emosinya.

Penelitian dilakukan pada 50 orang mahasiswa/i semester 1 Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Muhammadiyah (STIEM) Paciran Lamongan. Berdasarkan hasil analisa

data diperoleh nilai r= 0,608 dan p= 0,000 dengan sumbangan efektif sebesar

37%.

Penelitian Hikmawati (1998) menyatakan ada pengaruh yang sangat

signifikan antara jenis pola asuh terhadap kematangan emosi remaja pada

keluarga militer. Penelitian dilakukan pada 100 orang remaja keluarga militer

SMUN Mertoyudan Kabupaten Magelang dengan hasil analisa data f=66,842

(14)

4

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka kematangan emosi dapat

dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain gaya mendidik orangtua, kebermaknaan

hidup dan pola asuh.

Sebagaimana dikemukakan oleh Green (2001), kematangan emosi adalah

kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri, menempatkan diri, dan

menghadapi berbagai kondisi dengan suatu cara tertentu. Sedangkan Monk, dkk

(1996) menilai kematangan lebih ditekankan pada kemampuan untuk

menyelesaikan problem-problem pribadi tanpa adanya keselarasan antara

gangguan perasaan dan ketidakmampuan menyelesaikan masalah, kemampuan

untuk memperhitungkan pendapat orang lain terhadap keinginan-keinginan

individu sesuai dengan harapan masyarakat dan kemampuan untuk

mengungkapkan emosi yang tepat sehubungan dengan pengertian kita terhadap

orang lain. Namun menurut asumsi peneliti dalam kenyataannya kematangan

emosi seringkali dilupakan keberadaannya oleh anggota suatu organisasi sehingga

fenomena pelanggaran-pelanggaran disiplin bukanlah hal baru dan sering ditemui

di semua organisasi.

Berbicara mengenai Polisi maka tidak akan lepas dari pembicaraan dualisme

peran yaitu pengayom masyarakat dan penegak hukum. Dimana hal ini sangat

dilematis karena polisi menghadapi dua peran yang berbeda dalam waktu yang

sama padahal satu sama lain membutuhkan gaya pelayanan yang sangat berbeda

sehingga tidak jarang kita melihat adanya kesalahan bertindak, emosional, kurang

rasional, terlalu diskriminatif, terlalu hitam putih, terlalu kasar, memandang

hukum dengan kacamata kuda, kurang luwes dan tidak mau berdebat dari

perlakuan para anggota polisi (Masdiana, 1995).

Banyak kasus yang dapat kita ingat berhubungan dengan kematangan emosi

yang seharusnya dimiliki oleh anggota polisi namun tidak sejalan dengan

kenyataan dilapangan. Misalnya saja kasus polisi menembak sesama polisi (kasus

Briptu Hance yang menembak atasannya AKBP Lilik Purwanto di Semarang pada

bulan Maret 2007) dan kasus yang lebih parah lagi adalah kasus polisi membunuh

dirinya sendiri karena tak kuat menahan masalah yang dihadapinya sendiri (kasus

(15)

5

2008). Dalam buku yang berjudul Polisi Sipil dalam Perubahan Sosial di

Indonesia karangan Rahardjo (1998) dikatakan bahwa kasus seperti diatas terjadi

karena polisi selalu dihadapkan kepada sisi-sisi yang berantakan dan lusuh dari

masyarakat seperti mayat, kejahatan, penjahat, korban kejahatan, dan sekian

banyak hal lagi yang lebih menakutkan dimana kita sebagai orang normal tidak

ingin melihat atau memikirkannya. Karena berkali-kali melihat sisi-sisi kehidupan

yang berantakan dan lusuh maka perasaan polisi menjadi tumpul. Menjadi tumpul

ini tampaknya “diperlukan”, karena dengan demikian ia mampu menghadap

obyek pekerjaannya secara profesional. Ia harus selalu belajar untuk menekan

perasaannya supaya mampu melakukan tugasnya dengan baik. Namun hal inilah

yang kemudian menyebabkan frustrasi, stres berat dan akhirnya bunuh diri

menjadi pilihan karena daya tahan untuk mengakomodasi semua pengalaman itu

sudah sampai pada puncaknya dan tidak mampu lagi untuk menampung dan

mencerna dengan baik.

Berbagai kasus dan permasalahan terkait dengan kematangan emosi ini dapat

terjadi dimana saja, salah satunya di Polresta Balikpapan. Polresta (Kepolisian

Resor Kota) merupakan lembaga penegak hukum dan penjaga kamtibmas wilayah

kota yang bertujuan untuk mewujudkan keamanan yang meliputi terpeliharanya

keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,

terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat serta

terbinanya ketentraman masyarakat. Sebagai lembaga penegak hukum yang

berada di wilayah kota, sudah seharusnya anggota polisi memiliki kematangan

emosi yang tinggi, agar melahirkan kemampuan untuk mengekspresikan

emosinya dengan tepat, mampu mengendalikan kemarahan, berani menghadapi

resiko dan tantangan yang dihadapi, optimis, dan percaya diri dengan apa yang

dimiliki. Namun, informasi yang didapatkan pada Selasa, 25 Agustus 2009 dari

Kepala Bagian Administrasi (Kabagmin) Polresta Balikpapan diketahui bahwa

anggota polisi yang bekerja di Polresta Balikpapan memiliki frekuensi

pelanggaran disiplin yang berbeda tiap tahunnya dan cenderung mengalami

fluktuasi. Hal ini diketahui dari data anggota polisi yang melakukan pelanggaran

(16)

6

Tahun 2006 terdapat 41 orang, dengan jenis pelanggaran berupa : melakukan

pemukulan terhadap orang lain (6 orang), lalai bertugas hingga menyebabkan

orang lain meninggal dunia (13 orang), melakukan persetubuhan tanpa ikatan

pernikahan yang sah (6 orang), penyalahgunaan wewenang (8 orang), melakukan

penangkapan tidak diproses sesuai prosedur namun mendapat imbalan (2 orang),

tidak melakukan tugas kedinasan sehari-hari secara berturut-turut (3 orang),

ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja anggota (1 orang), menelantarkan

keluarga (1 orang), dan melakukan pernikahan lebih dari satu tanpa

sepengetahuan pimpinan (1 orang).

Tahun 2007 terdapat 22 orang, dengan jenis pelanggaran berupa : melakukan

persetubuhan tanpa ikatan pernikahan yang sah (6 orang), melakukan pemukulan

terhadap orang lain (6 orang), keluar wilayah hukum Polresta Balikpapan tanpa

izin pimpinan dan melakukan pungli (2 orang), tidak melaksanakan perintah

pimpinan (2 orang), kurang profesional dalam bertugas (2 orang), lalai bertugas

hingga menyebabkan orang lain meninggal dunia (1 orang), melakukan bon

tahanan tidak sesuai ketentuan hingga menyebabkan tahanan kabur (1 orang),

melakukan penahanan terhadap seseorang selama 50 hari tanpa ada

penyelesaiannya (1 orang), dan mendekengi perjudian (1 orang).

Tahun 2008 terdapat 31 orang, dengan jenis pelanggaranberupa : melakukan

persetubuhan tanpa ikatan pernikahan yang sah (9 orang), tidak melakukan tugas

kedinasan sehari-hari secara berturut-turut tanpa izin pimpinan (3 orang),

melakukan pemukulan terhadap orang lain (6 orang), melakukan pernikahan tanpa

sepengetahuan pimpinan (2 orang), melakukan keributan dilingkungan

masyarakat (2 orang), penyalahgunaan wewenang (3 orang), mendekengi balapan

liar (1 orang), tertangkap tangan membawa psikotropika (1 orang), melakukan

pemagaran tanah tanpa sepengetahuan pemilik (1 orang), melakukan peledakan

senjata api hingga menimbulkan korban jiwa (1 orang), melakukan pencurian

uang (1 orang), dan kurang profesional dalam bertugas (1 orang).

Tahun 2009 terdapat 41 orang, dengan jenis pelanggaranberupa : melakukan

pemukulan terhadap orang lain (6 orang), tidak melakukan tugas kedinasan

(17)

7

keluarga (3 orang), melakukan persetubuhan tanpa ikatan pernikahan yang sah (2

orang), tidak menyelesaikan dan melakukan penyidikan sesuai prosedur (10

orang), melakukan pernikahan tanpa sepengetahuan pimpinan (1 orang),

membiarkan atau tidak mencegah terjadinya pemukulan terhadap orang lain (3

orang), keluar wilayah hukum Polresta Balikpapan tanpa izin pimpinan (2 orang),

dan memasuki tempat hiburan malam (THM) tanpa surat izin pimpinan (1 orang).

Tahun 2010 (sampai dengan bulan Maret 2010) terdapat 18 orang, dengan

jenis pelanggaran berupa : lalai dalam tugas sehingga salah dalam menetapkan

status seseorang dalam proses penyelidikan pembuatan BAP (Berita Acara

Pidana) tindak pidana (2 orang), melakukan pungutan liar (7 orang), melakukan

pernikahan siri (2 orang), melakukan persetubuhan tanpa ikatan pernikahan yang

sah (1 orang), menelantarkan keluarga (1 orang), lalai dalam tugas sehingga

tahanan melarikan diri (1 orang), melakukan pemukulan terhadap orang lain (2

orang), dan tidak menyelesaikan dan melakukan penyidikan sesuai prosedur (3

orang).

Fakta dilapangan yang agak mengejutkan mengatakan bahwa terdapat 1

hingga 3 orang yang mengulang pelanggaran disiplin pada tahun yang berbeda

bahkan ada pula yang mengulang pelanggaran disiplin pada tahun yang sama.

Selain itu dari data diatas kita dapat melihat gejala fluktuaktif dari pelanggaran

disiplin di Polresta Balikpapan. Pada tahun 2006 pelanggaran dilakukan oleh 41

orang, tahun 2007 pelanggaran dilakukan oleh 22 orang, tahun 2008 pelanggaran

dilakukan oleh 31 orang dan tahun 2009 pelanggaran dilakukan oleh 41 orang

hingga bulan Maret 2010 telah terjadi 18 orang yang melakukan pelanggaran

bahkan tidak menutup kemungkinan pelanggaran itu akan terus bertambah

dipenghujung tahun 2010. Menurut asumsi peneliti, pelanggaran disiplin anggota

Polri yang setiap tahunnya mengalami fluktuaktif mengisyaratkan rendahnya

kematangan emosi dan mengkhawatirkannya kondisi intern jajaran Polri. Apabila

kondisi ini tidak segera dikelola dengan baik maka akan semakin banyak pula

anggota polisi yang mendapatkan hukuman disiplin atau keadaan yang lebih parah

yaitu pemberhentian dengan tidak hormat (PTDH) dan hal ini akan semakin

(18)

8

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk mengungkap lebih

jauh lagi kedalam bentuk penelitian dengan judul “ Analisis Kematangan Emosi

pada Anggota Polisi yang Melakukan Pelanggaran Disiplin di Polresta

Balikpapan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena dan penjabaran latar belakang tersebut, maka dapat

ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran

kematangan emosi pada anggota Polisi yang pernah melakukan pelanggaran

disiplin?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui lebih mendalam mengenai bagaimana gambaran

kematangan emosi pada anggota Polisi yang pernah melakukan pelanggaran

disiplin.

D. Manfaat

1. Secara Teoritis.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang

berarti bagi pengembangan psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi

dan semua ilmu sosial lainnya dari hasil penelitian secara ilmiah, terutama

mengenai kematangan emosi dan kaitannya dengan pelanggaran disiplin anggota

Polisi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama perkuliahan.

2. Secara Praktis.

Penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan informasi untuk digunakan

sebagai bahan masukan bagi instansi dalam menghadapi masalah pelanggaran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diijelaskan dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan literasi sains siswa pada penerapan pendekatan

[r]

melalui RAMSI Australia berusaha untuk dapat diakui dan diterima sebagai regional powers di kawasan Pasifik Selatan, yang mana dari segi ekonomi dan militer Australia

3) Tidak ada sumber daya yang digunakan untuk berproduksi yang kurang menguntungkan daripada yang lain. Dari tiga hal tersebut maka terciptalah harga yang adil baik

Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) tanggal 15 November 2014 memutuskan bahwa Program Studi seperti pada Keputusan BAN-PT terlampir diputuskan memperoleh

Proses pembelajaran dapat dikatakan dengan kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran. Kaitannya dengan Pendidikan Agama Islam yaitu kegiatan yang dilakukan dalam

_ Menjadi tenaga edukatifl staf pengaFr pada Jurus3n pendidikan Keperatihan (pKL), Prosram Studi pendidikan K.pjt*ill?L OtaqaOa. {pKO) Fakuttas rtmu