• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan penerapan absensi sidik jari, Finger print dengan motivasi dan kinerja karyawan studi kasus di Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor-Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan penerapan absensi sidik jari, Finger print dengan motivasi dan kinerja karyawan studi kasus di Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor-Jawa Barat"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI (FINGER PRINT) DENGAN MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN

(Studi Kasus di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor - Jawa Barat)

Oleh : Faisal Ali Ahmad

A14102532

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI (FINGER PRINT) DENGAN MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN

(Studi Kasus di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahua n Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor - Jawa Barat)

Oleh : Faisal Ali Ahmad

A14102532

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEM EN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(3)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :

Nama : Faisal Ali Ahmad

NRP : A14102532

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul Skripsi : Hubungan Penerapan Absensi Sidik Jari (Finger Print) dengan Motivasi dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor - Jawa Barat)

Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec NIP. 131 803 656

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698

(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI SIDIK JARI (FINGER PRINT) DENGAN MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor - Jawa Barat)” BENAR - BENAR MERUPAKAN KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

BOGOR, 11 April 2006

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 13 Mei 1979. Berasal dari

keluarga Ali Yusman Syam, SH dan Hamsiah. Pada tahun 1992 Penulis

menyelesaikan Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Negeri 10 Bukittinggi.

Kemudian penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP

Negeri 4 Bukittinggi dan lulus tahun 1995.

Pada tahun 1998 Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menenga h

Atas di SMU Negeri 3 Bukittinggi. Tahun 1998 penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur umum pada Program Studi Teknik Instrumentasi

dan Kontrol dan selesai tahun 2001. Tahun 2002 penulis diterima di Program

Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor melalui jalur

(6)

RINGKASAN

FAISAL ALI AHMAD. Hubungan Penerapan Absensi Sidik Jari (Finger Print) dengan Motivasi danKinerja Karyawan (Studi Kasus di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor-Jawa Barat). (Di bawah

bimbingan HERMANTO SIREGAR).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi juga dapat dirasakan pada bidang ekonomi dan manajemen yang semakin baik, yaitu dengan munculnya peralatan-peralatan canggih yang mempermudah usaha manusia untuk meningkatkan produktivitas kinerjanya. Sumberdaya manusia merupakan salah satu sumberdaya terpenting di setiap organisasi, oleh karena itu memiliki karyawan yang mempunyai produktivitas tinggi merupakan impian dari setiap perusahaan. Untuk itu IPB pada awal tahun 2005 menerapkan sistem absensi sidik jari dalam rangka memperbaiki manajemen sumberdaya manusia yang dimilikinya, dengan harapan IPB mampu bersaing dengan universitas lain dan menjadi universitas bertaraf internasional di masa yang akan datang.

Dalam upaya mencapai efisiensi kerja, pencatatan absensi karyawan merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan sumberdaya manusia. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penerapan absensi sidik jari di FMIPA-IPB dan menganalisa sejauh mana hubungan penerapan absensi tersebut dengan motivasi dan kinerja karyawan, sehingga dapat terlihat apakah sistem absensi tersebut lebih efektif dari sistem absensi sebelumnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai pertimbangan untuk mengembangkan dan mencapai sistem yang lebih baik dan efisien. Analisis hubungan tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi terhadap data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner dengan sampel sebanyak 30 orang, wawancara langsung, dan data-data instansi terkait.

(7)

absensi yang signifikan akan menyebabkan perubahan pada tingkat motivasi kerja karyawan, sedangkan perubahan yang terjadi dengan metode absen dan sikap tidak akan mempengaruhi tingkat motivasi kerja.

Penilaian kinerja karyawan FMIPA-IPB dilaksanakan dalam periode seminggu sekali. Penilaian ini dilakukan oleh kepala tata usaha atau atasan langsung, dan dilaporkan kepada kepala administrasi dan umum IPB. Berdasarkan rekap absen tersebut diketahui berapa insentif yang diterima karyawan tersebut. Hasil kajian terhadap hubungan antara absensi dengan kinerja menunjukan bahwa korelasi yang signifikan atau nyata terdapat pada variabel megisi absen, penerapan absen, sarana penunjang, kesesuaian absen dengan pekerjaan, absen adalah hal yang penting, kejujuran, tanggung jawab, insentif, lebih baik dalam bekerja, dan sikap. Variabel yang tidak mempunyai korelasi langsung dengan kinerja adalah metode absen dan kedisiplinan. Perubahan yang terjadi pada komponen ini tidak akan mempengaruhi kinerja.

Untuk meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan FMIPA-IPB, hendaknya pihak institusi selalu memantau, meninjau, dan memperbaiki pelaksanaan sistem absensi yang sudah ada. Institus i hendaknya lebih memperketat sistem pelaksanaan absensi dengan melakukan absen di siang hari, sehingga para karyawan tidak bisa pergi sekehendaknya di jam kerja. Pembayaran insentif hendaknya jangan sampai terlambat sehingga para karyawan tetap termotivasi dan bersemangat dalam melakukan pekerjaan. Hal ini akan meningkatkan kinerja karyawan secara bertahap dan memperbaiki komunikasi antara atasan dan bawahan.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala

karunia dan hidayah-Nya Skripsi yang berjudul “Hubungan Penerapan Absensi

Sidik Jari (Finger Print) Terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Fakultas Matematik a dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor,

Bogor)” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian ini dibuat sebagai skripsi pada program sarjana ekstensi

manajemen agribisnis. Di dalam skripsi ini dibahas mengenai hubungan

penerapan absensi finger print dengan motivasi dan kinerja karyawan, demi meningkatkan produktivitas kinerja karyawan FMIPA-IPB. Penelitian ini

dilakukan untuk mengembangkan ilmu manajemen sumberdaya manusia yang

penulis dapatkan di bangku perkuliahan.

Diharapkan skripsi ini akan semakin membuka wawasan kita tentang ilmu

manajemen sumberdaya manusia. Isi dari skripsi ini tentunya masih belum

sepenuhnya memenuhi harapan pembaca. Oleh karena itu kritik dan saran yang

bersifat membangun dari segenap pembaca penulis harapkan unt uk

penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga apa yang telah kita lakukan bermanfaat.

Bogor, 11 April 2006

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, khususnya teruntuk :

1. Keluargaku yang tercinta, Bapak Ali Yusman Syam, SH yang sangat kubanggakan. Ibunda Hamsiah tercinta yang tak henti- hentinya memberikan do’a dan mengajarkan untuk tegar. Serta kedua adiku tersayang Fitri dan Dini atas dukungan moral dan motivasinya.

2. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan bantuannya dengan sabar dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen evaluator, Dr. Ir. Harianto, MS, dan Dra. Yusalina, MS yang telah memberikan kritik dan masukan pada penulis, sehingga penulisan skripsi ini semakin terarah.

4. Ummy Mariana selaku pembahas pada seminar hasil skripsi, yang telah memberikan kritik dan sarannya.

5. Pak Amas, Musiran, Daniel, Rahmat, Parman, Bu Elidah, Dini, serta semua karyawan di FMIPA-IPB, atas bantuannya dalam memperoleh data primer dan data sekunder.

6. Yanuar, Yulia, Mamay, Erwin, Een, Topan, dan semua teman-teman ekstensi yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas dukungan dan bantuannya selama ini.

7. Fitra Netty, S.TP sebagai inspirator disaat penelitian dan penulisan skripsi. Semoga Allah SWT membalas semua amal perbuatan kita yang ikhlas dengan kebaikan, dan memberikan rahmat dan hidayah-Nya.

Bogor, 11 April 2006

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………...i

DAFTAR ISI ………...…iii

DAFTAR GAMBAR ………...…vi

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

I. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...5

1.3. Tujuan Penelitian ...7

1.4. Kegunaan Penelitian ...7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...8

II. TINJAUAN PUSTAKA ...9

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ...9

2.2. Absensi ...11

2.3. Motivasi Kerja ...13

2.4. Teori- Teori Motivasi ...15

2.4.1. Maslow’s Need Hierarchy Theory ...15

2.4.2. Mc Gregor’s X and Y Theory ………...…17

2.4.3. Herzberg’s Two Factors Motivation Theory ………....19

2.4.4. Content Theory and Process Theory ………...….20

2.5. Kinerja Karyawan ...21

2.6. Penelitian Terdahulu ...25

III. KERANGKA PEMIKIRAN ...29

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ...29

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...32

3.3. Hipotesis Penelitian ...34

IV. METODE PENELITIAN ...36

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...36

4.2. Jenis dan Sumber Data ...36

4.3. Metode Pengumpulan Data ...37

4.4. Metode Pengambilan Sampel ...37

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...39

4.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ...40

(11)

4.5.3. Signifikansi Koefisien Korelasi ...45

4.5.4. Skala Pengukuran ...47

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...48

5.1. Sejarah Berdirinya FMIPA-IPB ...48

5.2. Perkembangan IPB Secara Umum ...50

5.3. Lokasi FMIPA-IPB ...53

5.4. Struktur Organisasi ...53

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ………...……….……….55

6.1. Karakteristik Responden ………...………...……55

6.1.1. Umur ………...………….………55

6.1.2. Jenis Kelamin ………....……….…..56

6.1.3. Tingkat Pendidikan ……….…………...………..…57

6.1.4. Lama Bekerja ………...….………...…58

6.1.5. Status dan Pengakuan ………...……….……….………...59

6.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ………..…...……..59

6.3. Penerapan Absensi Finger Print ………...………...…60

6.3.1. Mengisi Absen ………...………..61

6.3.2. Sarana Penunjang ………...………….…….…....63

6.3.3. Kemudahan Absensi ………...……...….…..65

6.3.4. Kejujuran, Tanggung Jawab, dan Kedisiplinan ………...………66

6.3.5. Insentif ………...………....………...69

6.4. Korelasi Antara Sistem Absensi Sidik Jari Dengan Motivasi Kerja ...71

6.5. Korelasi Antara Sistem Absensi Sidik Jari Dengan Kinerja ...75

6.6. Implikasi Terhadap Institusi ...78

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ...81

7.1. Kesimpulan ...81

7.2. Saran ...82

DAFTAR PUSTAKA ...84

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow ...16

2. Hierarki Kebutuhan Maslow Untuk Budaya Barat ...16

3. Hierarki Kebutuhan Maslow Untuk Budaya Asia ...17

4. Elemen-elemen Kunci Sistem Penilaian Kinerja ...24

5. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Penelitian ...31

6. Diagram Alir Tahapan Operasional Penelitian ...33

7. Stratifikasi Karyawan Berdasarkan Strata Manajemen dan Golongan ...38

8. Hasil Jawaban Responden Mengenai Mengisi Absen ...61

9. Hasil Jawaban Responden Mengenai Penerapan Absensi ...62

10. Jawaban Responden Tentang Sarana Penunjang dan Fasilitas ...63

11. Jawaban Responden Tentang Kesesuaian Absensi Sidik Jari ...64

12. Jawaban Responden Tentang Kemudahan Absensi Sidik Jari ...65

13. Jawaban Responden Tentang Pentingnya Mengisi Absen ...66

14. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pentingnya Kejujuran ...67

15. Persentase Jawaban Responden Tentang Tanggung Jawab ...68

16. Persentase Jawaban Responden Tentang Kedisiplinan ...68

17. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pemberian Insentif ...69

18. Jawaban Responden Mengenai Sikap Mereka Terhadap Absensi ...70

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbandingan Kelemahan dan Keunggulan Beberapa Sistem Absensi ………..4

2. Proporsi Pengambilan Sampel Untuk Karyawan PNS dan Non PNS ...39

3. Bobot Nilai Jawaban Responden ...47

4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ……….…………...…..56

5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...57

6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...57

7. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Bekerja di Institusi ...58

8. Nilai Korelasi dan Signifikansi Komponen Absensi dengan Motivasi ...72

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Form Penilaian Kinerja Karyawan ...87

2. Form Laporan Kinerja Harian ...88

3. Struktur Organisasi ……….……….………..89

4. Karakteristik Responden ……….…..90

5. Tabulasi Data Uji Coba Kuesioner ………..……….91

6. Hasil Perhitungan Validitas Kuesioner ………...…………..93

7. Contoh Perhitungan Validitas Kuesioner ………..……94

8. Perhitungan Tingkat Reliabilitas Kuesioner ……….………95

9. Contoh Perhitungan Korelasi Rank Spearman………...….97

10. Tabulasi Jawaban Responden ………..………..………...…99

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi di era

globalisasi saat ini terlihat sangat pesat. Perkembangan tersebut tidak hanya

melahirkan era informasi global, tetapi juga melahirkan media informasi dan

telekomunikasi yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Pengaruh global juga

dirasakan pada bidang ekonomi dan manajemen yang sangat berkaitan dengan

teknologi, yakni dengan munculnya peralatan-peralatan teknologi canggih yang

memudahkan usaha manusia dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas

untuk menghadapi persaingan diantara perusahaan atau institusi. Disamping

kecanggihan teknologi tersebut, perusahaan atau institusi dituntut untuk mampu

menghadapi tingkat persaingan yang tinggi tersebut dengan memanfaatkan

sumber daya yang dimiliki.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya

terpenting di setiap organisasi atau institusi. Memiliki sumber daya manusia yang

mempunyai produktivitas dan kinerja tinggi merupakan impian dari setiap

perusahaan. Selain itu peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan aset

yang paling berharga bagi perusahaan atau institusi. Sumber daya ini banyak

memegang perana n dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Apabila sumber

daya manusia yang dimiliki berkualitas dan sesuai dengan harapan perusahaan,

maka perusahaan tersebut memiliki daya saing yang nyata.

Sumber daya manusia yang berkualitas dapat dicapai melalui upaya

pengembangan SDM yang terarah dan terencana. Upaya pengembangan SDM ini

(16)

serta sikap SDM semakin meningkat sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan

kebutuhan institusi. Program pengembangan SDM dapat dilakukan dengan

berbagai cara, antara lain dengan pemberian penghargaan atas prestasi kerja,

promosi dan mutasi, pemberian insentif, pengembangan karir, serta pemberian

pendidikan dan pelatihan. Salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan

kualitas SDM adalah melaksanakan peraturan dan disiplin yang tinggi oleh setiap

karyawan, seperti yang diterapkan Institut Pertanian Bogor.

Pada awal tahun 2005, Institut Pertanian Bogor mulai menerapkan

absensi karyawan dengan menggunakan sidik jari. Hal ini dilakukan untuk

menghindari terjadinya korupsi waktu yang sering dilakukan oleh karyawan

dengan cara menitip absen kepada karyawan lain. Untuk itu Direktorat Sumber

Daya Manusia dan Administrasi Umum IPB menyediakan di masing- masing

fakultas atau kantor sebuah alat finger print, yaitu peralatan absensi canggih yang

merekam sidik jari pegawai saat jam datang dan jam pulang. Para karyawan tidak

bisa lagi menitip absen kepada temannya, karena peralatan ini hanya merekam

sidik jari karyawan yang bersangkutan, selain itu peralatan ini bekerja secara

online dan dapat dipantau dari komputer yang terhubung dengan peralatan tersebut. Finger print ini juga memudahkan bagi administratornya untuk merekap

absensi para karyawan.

Sistem pengidentifikasian sidik jari dulu hanya digunakan di kalangan

aparat keamanan untuk menemukan jati diri korban atau tersangka kejahatan. Kini

kegunaannya telah bergeser hingga ke perusahaan-perusahaan komersial. Sidik

jari manusia merupakan bukti materi yang sangat penting. Tidak ada sidik jari

(17)

sains pernah dikemukakan bahwa jika ada lima juta orang di bumi, kemungkinan

munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi lagi 300 tahun

kemudian. Mengingat betapa akuratnya mengidentifikasi seseorang lewat sidik

jari, diciptakanlah sebuah alat pendeteksi sidik jari dengan sistem elektronik. Alat

ini pertama kali digunakan Federal Bureau Investigation atau lebih populer dengan sebutan FBI di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Meski lebih

populer untuk melacak pelaku kejahatan, alat pendeteksi sidik jari ini ternyata

juga digunakan untuk mengetahui latar belakang seorang calon pekerja( 1).

Sejak tahun 1970-an, beberapa perusahaan sedikitnya sepuluh negara di

dunia sudah menggunakan teknologi ini. Efisiensi menjadi dasar penggunaan

sistem identifikasi sidik jari di perusahaan atau instansi, alat ini mendorong

perusahaan untuk menghemat waktu, tenaga, sekaligus menjamin keamanan.

Dengan demikian, bukti kehadiran karyawan (absensi) bisa didapat melalui alat

ini. Tentu saja hal ini sangat membantu divisi sumber daya manusia untuk

mengevaluasi kinerja para karyawan( 2).

Kelemahan sistem konvensional adalah terbukanya peluang manipulasi,

kesalahan pencatatan, maupun hilangnya catatan kehadiran seorang karyawan.

Selain itu kemungkinan terjadinya (buddy punching) dimana rekan sekerja yang

lain mencatatkan waktu kerja yang bukan dirinya sangat besar. Hal ini membuat

pencatatan waktu kehadiran karyawan menjadi tidak akurat. Perbandingan antara

pencatatan absensi konvensional, pencatatan dengan menggunakan kartu

magnetik (bar code), dan pencatatan absensi dengan finger print dapat dilihat pada Tabel 1.

1 Sinar Harapan, 2003

(18)

Tabel 1. Perbandingan Kelemahan dan Keunggulan Beberapa Sistem Pencatatan Absensi

No Faktor Kelemahan

Kart u absensi dan mesin pencet ak wakt u

(1)

Magnetic tape reader / bar code

reader

(2)

Finger print scanner dan sof t war e absensi

(3) 1. Ketidakjujuran karyawan via “buddy punching” (teman sekerja yang mencatatkan kehadiran)

Seringkali terjadi. Kartu absensi digunakan bersama-sama Dapat terjadi. Kartu magnetik dapat digunakan bersama-sama

Tidak mungkin terjadi. Sidik jari tidak dapat digunakan oleh rekan sekerja yang lain

2.

Manipulasi atau hilangnya kartu absensi

Mungkin terjadi. Kartu absensi dapat

dipertukarkan antar rekan sekerja / hilang

Mungkin terjadi. Kartu magnetic dapat

dipertukarkan antar rekan sekerja / hilang

Tidak mungkin terjadi, karena tidak menggunakan kartu. Sidik jari seseorang selalu unik (tidak ada yang sama).

Dapatmenggunakan lebih dari 1 jari sebagai identifikasi 3. Kesalahan / ketidak akuratan pencatatan waktu kerja karyawan

Kurang akurat. Pencetak waktu dapat diset atau reset manual, sehingga pencatatan menjadi tidak akurat Akurat. Pencatatan waktu menggunakan komputer, sangat akurat

Akurat. Pencatatan waktu menggunakan komputer, sangat akurat 4. Otomatisasi sistem pelaporan dan integrasi dengan sistem informasi kepegawaian

Secara manual. Harus dilakukan secara manual,kemungkinan kesalahan penyalinan data dari kartu absensi cukup besar Dapat secara otomatis. Mungkin dapat diintegrasikan dengan sistem terkomputerisasi

Otomatis dan integrasi ke sistem kepegawaian. Selalu dapat dilakukan otomatisasi pelaporan, menggunakan sistem yang terintegrasi.

Sumber : http: //www.informatika.lipi.go.id/jurnal/implementasi-teknologi biometric- untuk-sistem-absensi-perkantoran/ November 2005

Peningkatan motivasi dan kinerja karyawan adalah hasil yang

diharapkan oleh setiap perusahaan atau institusi khususnya Institut Pertanian

Bogor setelah dilaksanakannya program absensi dengan menggunakan finger

print. Penerapan program yang tepat, diharapkan dapat memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik dan memberikan kontribusi yang terbaik kepada institusi.

(19)

Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu dari empat perguruan

tinggi negeri yang terkemuka di Indonesia bersama ITB, UI, dan UGM. Untuk

mempercepat ke empat perguruan tinggi tersebut menjadi perguruan tinggi

bertaraf internasional, maka pemerintah sejak tanggal 26 Desember 2000 telah

memberikan status sebagai Perguruan Tinggi - Badan Hukum Milik Negara

(PT-BHMN).

Status sebagai PT-BHMN bukan merupakan swastanisasi, melainkan

pemberian otonomi yang luas. Dimiliki secara efisien dan akuntabel agar dapat

mempercepat tercapainya peningkatan kualitas penyelenggaraan tri dharma

perguruan tinggi, yaitu pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pemberdayaan

pada masyarakat. Institut Pertanian Bogor menyikapi pemberian otonomi tersebut

dengan melakukan penataan internal terhadap berbagai aspek, baik organisasi,

program pendidikan, penelitian, sistem keuangan, manajemen sumberdaya

manusia, fasilitas, dan pembangkitan pendapatan.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Institut Pertanian Bogor (FMIPA-IPB) merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan

pendidikan mulai dari strata S0, S1, S2, dan S3. FMIPA-IPB memiliki sembilan departemen (Departemen Biologi, Fisika, Kimia, Matematika, Statistika,

Geofisika dan Meteorologi, Ilmu Komputer, Biokimia, dan MKDU) yang di dalamnya terdapat sekitar 200 orang karyawan penunjang. Diantara karyawan tersebut terdapat perbedaan status kepegawaian antara Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Honorer (Non-PNS). Perbedaan status tersebut menjadi penghambat bagi perkembangan karier karyawan non PNS, walaupun secara kualitas dan masa kerja mereka sudah memenuhi syarat untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. Rendahnya perputaran posisi karyawan dalam organisasi, perbedaan pemberian kompensasi antar karyawan, dan rendahnya tingkat disiplin institusi dalam menerapkan peraturan yang berlaku, dapat mempengaruhi tingkat motivasi dan kinerja karyawan. Selain itu korupsi waktu yang sering terjadi antar karyawan karena mentalitas pegawai yang rendah mengakibatkan motivasi menjadi rendah dan kinerja semakin menurun.

(20)

administrasi kepegawaian (SDM atau Human Resources Management), maupun kejujuran karyawan. Hal ini memungkinkan adanya manipulasi data kehadiran apabila pengawasan yang kontinyu pada proses ini tidak dilakukan secara intensif (Cahyana, dalam www.informatika.lipi.go.id).

Dengan sistem absensi berbasis sidik jari (biometrics) proses

pengambilan informasi kehadiran karyawan menjadi hampir 100 persen akurat karena didasarkan pada sidik jari masing- masing karyawan, serta proses

pencatatan dan pelaporannya menjadi otomatis oleh software khusus. Kesalahan maupun manipulasi catatan dapat dihilangkan karena intervensi pegawai

administrasi menjadi minimal. Informasi yang akurat merefleksikan kondisi yang sebenarnya menjadi landasan untuk pengambilan keputusan serta kebijakan dan kemajuan suatu instansi atau lembaga.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan absensi sidik jari (finger print) dan penilaian kinerja di

FMIPA-IPB Bogor ?

2. Apakah ada hubungan antara penerapan program absensi finger print dengan

motivasi dan kinerja karyawan di FMIPA-IPB Bogor ?

3. Sejauh mana hubungan antara absensi finger print dengan motivasi dan kinerja karyawan di FMIPA-IPB Bogor ?

Hal ini berkaitan dengan penataan internal yang dilakukan IPB terhadap manajemen sumberdaya manusia yang dimilikinya.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengkaji pelaksanaan penerapan program absensi dengan menggunakan

finger print dan sistem penilaian kinerja karyawan pada Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA, IPB).

(21)

3. Merekomendasikan upaya bagi peningkatan efektivitas program absensi

dengan finger print dimasa yang akan datang.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,

khususnya untuk :

1. Bahan masukan bagi Institut Pertanian Bogor khususnya Fakultas MIPA

dalam mengembangkan program absensi dengan finger print.

2. Bahan masukan bagi perusahaan atau institusi- institusi lain untuk menilai

efektivitas program absensi dengan finger print dalam meningkatkan motivasi

dan kinerja karyawan.

3. Bahan kajian atau perbandingan bagi peneliti berikutnya.

4. Penulis dan khalayak umum, sebagai sarana untuk melatih kemampuan

analisis serta alternatif wawasan dan masukan tentang ilmu manajemen

sumberdaya manusia.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai

berikut :

1. Penelitian di bidang manajemen sumberdaya manusia ini difokuskan pada

program penerapan absensi finger print dan penilaian motivasi serta kinerja karyawan.

2. Penelitian dilaksanakan pada Institut Pertanian Bogor, Fakultas MIPA

(22)

3. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan penunjang, tidak termasuk di

dalamnya staf pengajar (dosen) pada Fakultas MIPA, IPB.

4. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data hasil

kuesioner dan wawancara karyawan serta laporan atau informasi yang

berkaitan dengan sumberdaya manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Mangkuprawira (2003) mengatakan manajemen sumber daya manusia

merupakan penerapan pendekatan SDM dimana secara bersama-sama terdapat

dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu (1) tujuan untuk perusahaan dan (2) untuk

karyawan. Dua kepentingan tujuan tersebut tidak dapat dipisahkan dalam kesatuan

kebersamaan yang utuh. Sumber daya manusia tidak saja dipandang sebagai unsur

produksi, tetapi juga sebagai manusia yang memiliki emosi dan kepribadian aktif

yang dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk menggerakan perusahaan.

Lingkungan kegiatan dalam sebuah perusahaan begitu dinamis.

Kekuatan internal dan eksternal cenderung mendorong terjadinya perubahan pada

aturan permainan yang telah ada. Konsekuensinya, perusahaan harus mengubah

atau mengadopsi strategi baru agar tetap mampu bersaing. Pengubahan strategi

akan menentukan arah tiap fungsi dari organisasi, termasuk fungsi MSDM.

Perubahan-perubahan lingkungan strategis perusahaan, seperti perubahan ilmu

(23)

pasar global, akan menjadi isu- isu penting bagaimana MSDM suatu perusahaan

dikembangkan secara dinamis.

Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan,

karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur

manajemen akan dapat ditingkatkan. Menurut Hasibuan (2002), manajemen

adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan manusia dan sumber-sumber

daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Simamora (1997), mengatakan bahwa manajemen adalah proses

pendayagunaan bahan baku dan sumberdaya manusia untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan evaluasi orang-orang guna mencapai tujuan-tujuan

tersebut. Simamora mengklasifikasikan sumberdaya yang dimiliki perusahaan

untuk mencapai tujuan perusahaan menjadi empat tipe, yaitu sumber daya

finansial, sumber daya fisik, sumber daya ma nusia, dan sumber daya kemampuan

teknologi/sistem. Aset perusahaan yang paling penting dan harus dimiliki oleh

perusahaan adalah aset manusia, dan karenanya dari empat tipe sumber daya yang

dimiliki perusahaan, sumber daya manusia menempati posisi yang strategis dan

penting sehingga perlu pengelolaan yang optimal. Hal ini disebabkan karena

sumber daya manusia membuat sumber daya perusahaan yang lainnya dapat

berjalan.

Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi,

pengembangan, pemeliharaan, dan pengunaan sumber daya manusia untuk

mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. Manajemen telah

(24)

Definisi ini dikemukakan oleh Handoko (2001), yang mengandung arti bahwa

para manajer mencapai tujuan-tujuan perusahaan melalui pengaturan orang-orang

lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan. Manajemen memang dapat

mempunyai pengertian yang lebih luas, tetapi definisi di atas memberikan

kenyataan bahwa pengelolaan harus diutamakan terhadap sumber daya manusia

bukan material atau finansial.

Sama halnya dengan sumber daya lain yang dimiliki oleh perusahaan,

sumber daya manusia harus dikelola sebaik mungkin agar tujuan organisasi dapat

tercapai. Flippo dalam Hasibuan (2001) menyatakan manajemen personalia adalah

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan

tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan

hubungan kerja SDM untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan

masyarakat. Sedangkan Tanjung (2002) menyatakan manajemen sumberdaya

manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur unsur manusia (cipta, rasa, dan karsa)

sebagai aset suatu organisasi dengan cara memperoleh, mengembangkan, dan

memelihara tenaga kerja secara efektif dan efisien.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa pada prinsipnya ada rumusan yang sama terhadap pengertian MSDM.

Manajemen sumberdaya manusia adalah suatu penerapan fungsi- fungsi

manajemen yaitu fungsi merencanakan, mengelola, mengarahkan, dan mengawasi

SDM yang dimiliki perusahaan. Fungsi- fungsi tersebut digunakan untuk

melaksanakan tindakan pengadaan, pengembangan, dan pendayagunaan SDM.

(25)

dikelola sebaik mungkin agar memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan

dan masyarakat.

2.2. Absensi

Absensi adalah suatu kegiatan atau rutinitas yang dilakukan oleh

karyawan untuk membuktikan dirinya hadir atau tidak hadir dalam bekerja di

suatu perusahaan. Absensi ini berkaitan dengan penerapan disiplin yang

ditentukan oleh masing- masing perusahaan atau institusi. Menurut Heriawanto

(2004), pelaksanaan pengisian daftar hadir atau absensi secara manual (hanya

berupa buku daftar hadir), akan menjadikan penghambat bagi organisasi untuk

memantau kedisiplinan karyawan dalam hal ketepatan waktu kedatangan dan jam

pulang karyawan setiap hari. Hal tersebut di khawatirkan akan membuat

komitmen karyawan terhadap pekerjaan dan organisasi menjadi berkurang.

Berkurangnya komitmen karyawan dalam bekerja akan berdampak pada motivasi

dan kinerja karyawan yang semakin menurun.

Cahyana (2005), menyatakan bahwa pencatatan absensi karyawan

merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan sumber daya manusia

(SDM atau Human Resources Management). Informasi yang mendalam dan

terperinci mengenai kehadiran seorang karyawan dapat menentukan prestasi kerja

seseorang, gaji/upah, produktivitas, dan kemajuan instansi/lembaga secara umum.

Pada alat pencatatan absensi karyawan yang konvensional memerlukan banyak

intervensi pegawai bagian administrasi SDM maupun kejujuran karyawan yang

(26)

manipulasi data kehadiran apabila pengawasan yang kontinyu pada proses ini

tidak dilakukan semestinya( 3).

Sejauh ini penulis belum banyak menemukan literatur tentang absensi

dengan menggunakan sidik jari (finger print). Hal ini mungkin disebabkan oleh

peralatan absensi finger print tersebut masih baru diperkenalkan di Indonesia. Peralatan absensi finger print ini baru masuk dan diperkenalkan di Indonesia sejak

pertengahan tahun 2000 seiring dengan perkembangan interfacing dan perangkat keras (hard ware) komputer.

2.3. Motivasi Kerja

Motivasi merupakan keinginan untuk mencapai sesuatu hal yang

bermanfaat, prestasi, atau kesuksessan, yang timbul di dalam hati seseorang akibat

dipengaruhi oleh suatu faktor yang menjadi motivator. Motivasi berasal dari

bahasa latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Kata motivasi sekarang telah diakui sebagai kata dalam bahasa Indonesia dan sebagai mana

diketahui berasal dari kosa kata bahasa Inggris yaitu motivation. Pengertian kata motivasi sebaiknya dicari dalam khazanah bahasa Inggrisnya.

Motivasi menurut Flippo (1984) diacu dalam Hasibuan (2002) adalah

suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja

secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus

tercapai. Selain itu dia menyatakan manajemen personalia adalah perencanaan,

(27)

pengorganisasian, pengarahan, pengembangan, kompensasi, integrasi, dan

pemutusan hubungan kerja.

Sedangkan menurut Kussriyanto (1993) motivasi kerja adalah suatu

kegiatan yang mendorong, meningkatkan, dan mengajak pekerja untuk bekerja

secara lebih efektif serta meninggalkan praktek-praktek yang tidak produktif.

Motivasi kerja dapat dianggap sebagai bagian pokok dari usaha meningkatkan

pekerjaan secara efektif dan efisien. Menurut Hasibuan (1990) motivasi kerja

adalah pemberian daya penggerak atau dorongan kerja kepada seseorang yang

akan menciptakan kegairahan bekerja sehingga mereka mau bekerjasama, bekerja

efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan

kerja.

Menurut Gomes (1995) motivasi dari para karyawan akan saling berbeda,

sesuai dengan tingkat pendidikan dan kondisi ekonominya. Orang yang semakin

tinggi tingkat pendidikannya dan semakin independen secara ekonomi maka

sumber motivasinya akan berbeda pula. Orang tersebut dinilai mempunyai

kemampuan dan pengetahuan untuk mengaplikasikan pekerjaan yang

membutuhkan motivasi yang tinggi. Sumber motivasi dari setiap karyawan dapat

berbeda, tapi tingkat motivasi kerja bisa saja sama. Kusharyono (1995) diacu

dalam Mulyani (2001) menyatakan bahwa motivasi kerja dipengaruhi oleh lima

belas faktor, yaitu: kebijakan dan administrasi perusahaan, kondisi kerja,

pengakuan, tantangan, sikap terhadap manajemen perusahaan, rasa aman,

perkembangan, tanggung jawab, hubungan interpersonal, santunan sosial, jaminan

hari tua, bonus untuk staf, sikap atasan, penghargaan pengabdian, serta kebijakan

(28)

Hageman (1993) diacu dalam Mulyani (2001) menuliskan bahwa uang

masih menjadi motivator utama disamping faktor-faktor di atas. Hal tersebut

disebabkan oleh :

(1) Gaji menjamin suatu mata pencaharian, jadi merupakan dorongan untuk

bekerja.

(2) Besar gaji menunjukan status pekerjaan di perusahaan maupun masyarakat.

(3) Suatu kenaikan gaji adalah penegasan keberhasilan dalam bekerja.

(4) Gaji yang tinggi dapat mengkompensasi kehidupan yang tanpa perasaan dan

tanpa keterlibatan emosi yang lebih dalam dengan orang lain.

2.4. Teori -Teori Motivasi

2.4.1. Maslow’s Need Hierarchy Theory

Siagian (1993) mengemukakan bahwa salah seorang ilmuwan yang

dipandang sebagai pelopor teori motivasi adalah Abraham H. Maslow. Maslow

mengemukakan teori motivasi yang dinamakan teori hierarki kebutuhan dari

Maslow. Teori Maslow ini di ilhami oleh Human Science Theory dari Elton Mayo

(Hasibuan, 2002). Menurut teori ini seseorang bekerja atau berperilaku di

sebabkan oleh adanya dorongan atau memenuhi berbagai macam kebutuhan.

Maslow menyatakan ada suatu hierarki kebutuhan dan setiap orang akan memberi

prioritas kepada kebutuhannya sampai kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Jika

suatu kebutuhan telah terpenuhi, maka kebutuhan yang kedua akan memegang

(29)

Teori motivasi yang dikembangkan pada tahun empat puluhan ini pada

intinya berpendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat kebutuhan. Teori

hierarki kebutuhan menurut Maslow adalah sebagai berikut :

1. Physiology Needs, adalah kebutuhan dasar yang meliputi sandang, pangan,

dan papan.

2. Safety Needs, adalah kebutuhan akan keamanan atas perlindungan dari bahaya

fisik dan keamanan dari ekonomi serta keinginan untuk dapat memprediksi

kondisi dunia.

3. Social Needs, adalah kebutuhan untuk rasa memiliki, bergaul, penerimaan dari

orang lain serta saling memberi dan menerima kasih sayang dan persahabatan.

4. Esteem Needs, adalah kebutuhan akan penghargaan, berupa kebutuhan akan

harga diri dan pandangan baik dari orang lain terhadap kita.

5. Self Realization / Self Actualization, adalah kebutuhan atas potensi diri,

pemenuhan diri, dan menjadi kreatif.

Gambar 1 menunjukan Maslow berpendapat bahwa, kebutuhan yang

diinginkan seseorang itu berjenjang. Artinya, jika kebutuhan pertama telah

terpenuhi yaitu kebutuhan dasar, maka kebutuhan kedua akan diprioritaskan

menjadi yang utama dan demikian selanjutnya.

Self Actualization

Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan yang disukai

Esteem Needs

Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai

Social Needs

Kebutuhan untuk disukai dan menjadi suatu bagian dari masyarakat

Safety Needs

(30)

Gambar 1. Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow (Thomson, 1993)

Hierarki kebutuhan Maslow dan kebutuhan pokok dalam penelitian

[image:30.596.113.479.233.376.2] [image:30.596.109.494.472.612.2]

untuk budaya Barat dan kebudayaan Asia dapat dilihat pada Gambar 2 dan

Gambar 3.

Ket : 1. Aktualisasi diri (individu) 2. Kebutuhan prestise (sosial) 3. Kebutuhan sosial (sosial) 4. Kebutuhan keamanan (fisik) 5. Kebutuhan fisiologis (fisik)

Gambar 2. Hierarki Kebutuhan Maslow Untuk Budaya Barat Sumber : Schulle and Ciallante, 1998

Gambar 2 menunjukan bahwa kebutuhan paling tinggi untuk budaya

barat adalah aktualisasi diri, sedangkan untuk budaya asia kebutuhan paling tinggi

adalah kedudukan atau status sosial.

Ket : 1. Kedudukan atau status (sosial) 2. Kebanggaan (sosial)

3. Hubungan (sosial)

4. Kebutuhan keamanan (fisik) 5. Kebutuhan fisiologis (fisik)

Gambar 3. Hierarki Kebutuhan Maslow Untuk Budaya Asia Sumber : Schulle and Ciallante, 1998

Dengan demikian dapat dilihat bahwa teori Maslow ini berbeda di

masing- masing daerah atau Budaya. Hal tersebut disebabkan karena tingkat

kebutuhan manusia yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh budaya suatu daerah.

Physiological Needs

(31)

Walaupun kebudayaan bertentangan dengan semua tingkatan kebutuhan, namun

kebutuhan harus ditingkatkan dengan melibatkan perasaan dan pengertian.

2.4.2. Mc Gregor’s X and Y Theory

Mc Gregor dalam Daryanto dan Daryanto (1999) memperkenalkan

dua jenis individu yang menjalani pandangan teori X dan teori Y yang

beranggapan bahwa teori X yang dasarnya otoriter dipegang oleh sebagian

besar manajer industri dalam masyarakat kita. Jika manajer memegang

pandangan teori X kemungkinan manajer untuk mengelola perusahaan

memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut :

1. Manajer bertanggung jawab pada keputusan dan rencana yang dibuat

perusahaan.

2. Jika manajer tidak bertindak, karyawan tidak akan banyak bekerja, oleh

karena itu manajer bertanggung jawab terhadap motivasi karyawan.

3. Manajer tidak dapat mempercayai karyawan dengan keputusan-keputusan.

Jika manajer memegang teori Y untuk mengelola perusahaan, maka

kemungkinan manajer mengikuti cara-cara sebagai berikut ini :

1. Manajer dapat menyerahkan keputusan-keputusan untuk mutu yang rendah.

2. Dengan seringnya pergantian manajer karyawan tidak akan giat bekerja.

3. Manajer menunjukan kemampuan yang tinggi untuk mengembangkan,

menerima tanggung jawab dan memotivasi diri sendiri, oleh karena itu

manajer tidak harus melakukan pekerjaan dalam kondisi yang benar untuk

membawa semua kemampuannya.

(32)

Menurut Mc Gregor dalam Hasibuan (2002), ciri-ciri karyawan penganut

teori X adalah :

1. Rata-rata karyawan malas dan tidak suka bekerja.

2. Umumnya karyawan tidak berambisi untuk mencapai prestasi ya ng optimal

dan selalu menghindarkan tanggung jawabnya dengan cara mengkambing

hitamkan orang lain.

3. Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam melaksanakan

pekerjaanya.

4. Karyawan lebih mementingkan diri sendiri dan tidak memperdulikan tujua n

organisasi.

Menurut teori X ini untuk memotivasi karyawan harus dilakukan dengan

cara yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka mau bekerja

sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan adalah cenderung kepada motivasi

negatif, yaitu dengan menerapkan peraturan dan hukum yang tegas. Tipe

kepemimpinan teori X adalah tipe otoriter. Sedangkan gaya kepemimpinannya

berorientasi kepada prestasi kerja.

Di lain pihak, ciri-ciri untuk karyawan yang menganut teori Y adalah :

1. Rata-rata karyawan rajin dan bersungguh-sungguh, bekerjasama wajarnya

dengan bermain- main dan beristirahat. Pekerjaan tidak perlu dihindari dan

dipaksakan, bahkan banyak karyawan yang merasa tidak betah dan kesal jika

tidak bekerja.

2. Lazimnya karyawan dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk

dapat mencapai prestasi kerja yang optimal. Mereka kreatif dan inovatif untuk

(33)

3. Karyawan selalu berusaha mencapai sasaran organisasi dan mengembangkan

dirinya untuk mencapai sasaran itu. Organisasi seharusnya memungkinkan

karyawan untuk mewujudkan potensinya sendiri dengan memberikan

sumbangan pada tercapainya sasaran perusahaan.

Menurut teori Y, untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan

dengan cara peningkatan partisipasi karyawan dan kerja sama.

2.4.3. Herzberg’s Two Factors Motivation Theory

Herzberg dalam Manullang (1994) mengemukakan suatu teori yang

dikenal dengan teori dua faktor atau two factors theory. Teori ini menyatakan

bahwa motivasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor Motivator dan faktor

Hygiene. Faktor motivator mencakup prestasi, penghargaan, tantangan, tanggung jawab, peluang untuk berkembang, keterlibatan, dan kesempatan melakukan

pekerjaan. Faktor hygiene mencakup balas jasa, kebijakan perusahaan, pengawasan, hubungan antar manusia, rasa aman, lingkungan kerja, dan status.

Herzberg berpendapat, cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah

dengan memasukan unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan

dalam pekerjaan mereka. Penerapannya dengan pengayaan pekerjaan, yaitu suatu

teknik untuk memotivasi karyawan yang melibatkan upaya pembentukan

kelompok kerja natural, pengkombinasian tugas-tugas, pembinaan hubungan kerja

dengan klien, pembebanan vertikal dan pembukaan saluran balikan.

Herzberg dalam Daryanto dan Daryanto (1999) menyarankan jika

manajer memberikan motivasi maka perhatiannya harus diberikan tidak hanya

(34)

Herzberg mengusulkan supaya manajer harus memberikan keteladanan yang baik

pada karyawan begitu juga sebaliknya karyawan terhadap manajer.

2.4.4.Content Theory and Process Theory

Umar (1999) menyatakan bahwa teori motivasi dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu teori kepuasan (content theory) dan teori proses (process theory).

Teori kepuasan mendasarkan pada faktor- faktor kebutuhan dan kepuasan individu

sehingga mereka mau melakukan aktifitasnya. Teori ini mencoba mengetahui

kebutuhan apa yang dapat memuaskan dan yang dapat mendorong semangat kerja

seseorang.

Teori motivasi proses menyatakan bahwa daya penggerak yang

memotivasi semangat kerja terkandung dari harapan yang akan diperolehnya. Jika

harapannya menjadi kenyataan, pekerja cenderung meningkatkan kualitas

kerjanya. Sedangkan Vroom dalam Umar (1999) mengemukakan teori motivasi

yang dikenal sebagai teori harapan atau Expectancy Theory. Teori ini menyatakan

bahwa seseorang bekerja untuk merealisasikan harapan-harapannya dari pekerjaan

itu.

Pada dasarnya ke empat teori ini sama-sama bertujuan untuk

mendapatkan alat dan cara yang terbaik dalam memotivasi semangat kerja

karyawan, agar mereka mau bekerja giat untuk mencapai prestasi kerja yang

optimal dan efisien.

2.5. Kinerja Karyawan

(35)

performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dilakukan seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing- masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak

melanggar hukum sesuai dengan moral dan etika.

Baik tidaknya karyawan dalam menjalankan tugas yang diberikan

perusahaan dapat diketahui dengan melakukan penilaian terhadap kinerja

karyawannya. Penilaian kinerja merupakan alat yang sangat berpengaruh, tidak

hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan tetapi juga untuk memotivasi

dan mengembangkan karyawan. Penilaian kinerja sering kali menjadi sumber

kerisauan suatu perusahaan, hal ini disebabkan karena adanya ketidak pastian

dalam sistem penilaian kinerja. Oleh karena itu dalam penilaian kinerja

perusahaan terlebih dahulu menentukan standar-standar kinerja yang baik dan

yang berlaku dalam perusahaan agar masalah tersebut tidak terjadi.

Menurut Simamora (1997), penilaian kinerja (Performance Appraisal) adalah proses organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Penilaian

kinerja memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam

menjelaskan tujuan-tujuan dan standar-standar kinerja dalam memotivasi kinerja

individu di waktu berikutnya. Selain itu, penilaian kinerja juga memberikan basis

bagi keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian,

pendidikan dan pelatihan, transfer, dan kondisi-kodisi kepegawaian lainnya.

Tujuan penilaian kinerja secara umum adalah untuk menghasilkan

(36)

Menurut Simamora (1997), tujuan penilaian kinerja digolongkan kedalam tujuan

evaluasi dan tujuan pengembangan.

o Tujuan Evaluasi

Melalui pendekatan eva luatif, dilakukan penilaian kinerja masa lalu

seorang karyawan. Evaluasi yang digunakan untuk menilai kinerja, adalah

rating deskriptif. Hasil evaluasi digunakan sebagai data dalam mengambil

keputusan-keputusan mengenai promosi dan kompensasi sebagai penghargaan

atas peningkatan kinerja karyawan.

o Tujuan Pengembangan

Pendekatan pengembangan diharapkan meningkatkan kinerja karyawan

dimasa yang akan datang. Aspek pengembangan dari penilaian kinerja

mendorong perbaikan karyawan dalam menjalankan pekerjaan.

Tidak ada kesepakatan para ahli tentang metode yang digunakan dalam

penilaian kinerja. Masing- masing ahli mengemukakan pendapatnya sendiri-sendiri,

namun pada prinsipnya penilaian ini dapat dibedakan atas beberapa metode.

Simamora (1997) mengemukakan metode- metode dalam penilaian kinerja, antara

lain :

a. Metode penilaian kinerja keperilakuan. Metode ini mendeskripsikan hubungan

perilaku dengan pekerjaan.

b. Metode penilaian kinerja perbandingan personalia. Metode ini digunakan

untuk membandingkan kinerja seseorang dengan rekan kerjanya.

c. Metode penilaian kinerja berorientasi masa depan. Metode ini terfokus pada

kinerja masa mendatang dengan mengevaluasi potensi karyawan atau

(37)

Unsur-unsur kinerja atau prestasi kerja para karyawan yang akan dinilai

oleh setiap perusahaan tidak selalu sama. Pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai

mencakup hal- hal sebagai berikut, yaitu: kesetiaan, prestasi kerja, kejujuran,

kedisiplinan, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa,

kecakapan, tanggung jawab (Hasibuan, 2001).

Proses penilaian kinerja atau prestasi kerja adalah suatu langkah

pengambilan keputusan dalam menentukan penilaian kinerja. Adapun proses

penilaian kinerja adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi tujuan spesifik dari penilaian; proses ini bertujuan supaya

karyawan mengetahui apa yang menjadi tujuan dari penilaian prestasi kerja

dan sistem penilaian tersebut.

b. Mengetahui pekerjaan yang diharapkan; karyawan harus mengetahui apa yang

diharapkan dari dirinya dalam melaksanakan pekerjaan.

c. Menguji kerja karyawan; karyawan perlu mengetahui hasil dari prestasi

kerjanya. Standar difokuskan kepada seberapa baik pekerjaan dilaksanakan,

sehingga penilai dan yang di nilai mengetahui apakah standar tercapai/tidak.

d. Penilaian prestasi kerja; proses ini menggambarkan kekuatan dan kelemahan

karyawan.

e. Mendiskusikan hasil penilaian dengan karyawan; penilai mengadakan diskusi

atau wawancara dengan yang di nilai untuk memberikan informasi hasil

penilaian yang dilakukan.

Menurut Mangkuprawira (2003), penilaian kinerja merupakan proses

yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang.

(38)

terkait, mengukur kriteria, dan kemudian memberikan umpan balik pada

karyawan dan departemen SDM. Di bawah ini dapat dilihat gambar

[image:38.596.110.514.170.326.2]

elemen-elemen kunci sistem penilaian kinerja.

Gambar 4. Elemen-elemen Kunci Sistem Penilaian Kinerja Sumber : Mangkuprawira, 2003

FMIPA-IPB menerapkan penilaian kinerja karyawan dengan melakukan

absensi serta penilaian dengan mengisi form kinerja untuk mengetahui efektivitas

dan efisiensi kinerja karyawan. Hal ini berkaitan dengan jumlah insentif yang

akan diterima karyawan. Contoh dari formulir penilaian kinerja karyawan

FMIPA-IPB dapat di lihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

2.6. Penelitian Terdahulu

Nurdiana (1999) dengan judul skripsi ”Deskripsi Penilaian Prestasi

Kerja Sebagai Bagian dari Proses Manajemen Kinerja (Studi di PT. Pupuk

Iskandar Muda, Aceh Utara)” menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan

mekanisme yang harus berkesinambungan, yang merupakan suatu bagian dari

manajemen kinerja. Proses penilaian ini akan membantu anggota organisasi untuk

sadar mengarahkan dan memperbaiki kinerja mereka. Berdasarkan penilaian juga Kinerja Karyawan

Keputusan SDM Catatan Karyawan

Standar Kinerja Ukuran Kinerja

Penilaian Kinerja Umpan Balik

(39)

akan memperlancar pengembangan sebuah kebudayaan organisasi yang

terstruktur, terbuka, dan tercipta kerjasama menuju terwujudnya sasaran

perorangan maupun organisasi.

Agar proses penilaian kinerja sesuai dengan yang diharapkan maka

proses ini seharusnya mengacu kepada kebijakan penilaian kinerja dengan melihat

kondisi perusahaan yang memungkinkan. Pada manajemen kinerja, proses

penilaian kerja merupakan bagian dari suatu proses yang menyeluruh yang

meliputi proses perencanaan kerja, pemberian umpan balik, penyuluhan, penilaian

serta pemberian imbalan. Sistem ini akan banyak memberikan informasi bagi

penilai, yang dinilai, serta perusahaan.

Dwi (2001) dalam penelitiannya mengenai hubungan yang terjadi antara

penilaian prestasi kerja pada PT. Saung Mirwan menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara penilaian prestasi dengan motivasi karyawan

untuk bekerja. Faktor pendorong motivasi kerja yaitu interaksi atasan dan

bawahan, interaksi sesama rekan kerja, peraturan, kebijakan perusahaan, dan

kondisi kerja. Kondisi kerja perusahaan dan sistem kompensasi merupakan

pendorong motivasi kerja, sedangkan dua faktor yang berhubungan dengan

peningkatan motivasi kerja karyawan yaitu kondisi kerja dan kompensasi.

Hayati (2001) dengan judul skripsi ”Kajian Hubungan Antara Penerapan

Sistem Kompensasi dengan Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja Karyawan (Studi

Kasus di PT. GURU Indonesia)” menyatakan bahwa produktivitas kerja karyawan

dipengaruhi oleh tingkat motiva si kerja dan kepuasan kerja yang dimiliki

(40)

dinamis karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang dianggap

cukup berpengaruh adalah sistem kompensasi yang diterapakan oleh perusahaan.

Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara gaji, upah

lembur, bonus, seragam kerja, fasilitas bangunan, kondisi fisik lingkungan kerja,

cuti dan izin khusus, asuransi kerja, tunjangan hari tua, dan K3, dengan motivasi

kerja. Hal ini berarti bahwa komponen kompensasi tersebut berpengaruh terhadap

motivasi kerja. Pemberian tunjangan karyawan selama ini tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan motivasi kerja. Hubungan yang signifikan

terdapat antara bonus, tunjangan, dan kondisi fisik lingkungan kerja dengan

kepuasan kerja.

Heriawanto (2004) dengan judul skripsi ”Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan Magister Manajemen Agribisnis,

Institut Pertanian Bogor” menyatakan tingkat motivasi karyawan MMA-IPB

untuk bertanggung jawab secara umum berada pada taraf termotivasi, yaitu

sebesar 50 persen. Faktor- faktor eksternal karyawan yang berpengaruh nyata dan

positif terhadap tingkat motivasi untuk bertanggung jawab adalah hubungan

atasan dan bawahan, hubungan sesama rekan kerja, kondisi kerja, dan kompensasi.

Tingkat motivasi karyawan yang bekerja secara sukarela berada pada taraf cukup

termotivasi, yaitu sebesar 35 persen. Faktor yang memiliki pengaruh nyata dan

positif terhadap tingkat motivasi karyawan untuk bekerja secara sukarela hanya

hubungan atasan dan bawahan. Tingkat motivasi untuk bekerjasama berada pada

taraf termotivasi sebesar 54,17 persen. Faktor yang mempengaruhinya adalah

(41)

dan kondisi kerja. Faktor internal tingkat pendidikan berpengaruh nyata dan

negatif terhadap tingkat motivasi kerja karyawan.

Pohan (2005) dengan judul skripsi ”Pengaruh Program Pendidikan dan

Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara

VIII Gunung Mas, Bogor)” menunjukkan hubungan antara pendidikan dan

pelatihan terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 0,22. Artinya program

pendidikan dan pelatihan di PT. Perkebunan Nusantara VIII tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini dapat disebabkan

karena untuk mencapai suatu peningkatan kinerja diperlukan waktu yang cukup

lama bagi karyawan. Hasil dari pelatihan dan pendidikan baru dapat dirasakan

pada jangka waktu yang relatif lama.

Penelitian tentang pengaruh absensi finger print terhadap motivasi dan kinerja ini merupakan awal evaluasi atau hasil sementara, karena program absensi

ini baru diterapkan di IPB pada awal tahun 2005. Berdasarkan penelitian

terdahulu terlihat jelas bahwa secara garis besar banyak faktor- faktor yang

mempengaruhi motivasi dan kinerja karyawan di suatu perusahaan. Faktor- faktor

tersebut dapat dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.

Penelitian ini merupakan penelitian lebih lanjut dari penelitian

sebelumnya tentang salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi dan kinerja

karyawan dalam mencari solusi demi tercapainya efisiensi pengelolaan

manajemen sumber daya manusia. Praktek di lapang dan pembahasan tidak jauh

berbeda dengan penelitian sebelumnya. Beda penelitian ini adalah faktor yang

dianalisis yaitu penerapan absensi sidik jari (finger print), metode yang dipakai

(42)

sumber data, pengolahan, dan analisis data. Hasil dari penelitian ini dapat

mendukung penelitian sebelumnya.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Kegiatan perusahaan sangat berkaitan dengan sumber daya yang dimiliki,

termasuk sumber daya manusia yang me rupakan salah satu faktor penentu

efektivitas dan efisiensi dalam pemakaian seluruh sumber daya yang digunakan

perusahaan. Sumber daya manusia memerlukan perhatian yang khusus, agar

tujuan suatu perusahaan dapat tercapai. Alokasi sumber daya manusia yang baik

sangat penting diterapkan. Upaya tersebut dapat direalisasikan dengan

memperhatikan motivasi, kinerja karyawan, dan kedisiplinan. Salah satunya yaitu

menerapkan absensi kehadiran.

Menghadapi tantangan persaingan yang semakin ketat, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor memerlukan

sumber daya manusia yang berkualitas. Sebagai salah satu lembaga pendidikan

(43)

pendidikan lainnya dalam hal menghasilkan lulusan- lulusan yang berkualitas,

berorientasi mutu, dan berwawasan internasional, khususnya pada bidang ilmu

matematika dan ilmu pengetahuan alam. Lulusan-lulusan tersebut diharapkan

dapat memajukan teknologi dan menyumbangkan ilmu pengetahuan di Indone sia.

Pada saat ini IPB bersama-sama dengan ITB, UI, dan UGM dihadapkan

pada tantangan yang sangat besar dalam menjaga mutu pendidikan di Indonesia.

Oleh karena itu IPB khususnya FMIPA harus dapat meningkatkan kualitas dan

produktivitas sumber daya manusia yang ada di dalamnya agar dapat mencetak

manusia yang berkualitas dan mempertahankan posisinya sebagai lembaga

pendidikan yang bercitra tinggi di Indonesia. FMIPA-IPB melakukan upaya untuk

meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang

dimilikinya. Salah satu cara yang ditempuh adalah menerapkan kedisiplinan

dengan program absensi menggunakan finger print.

FMIPA-IPB sebagai lembaga pendidikan formal membutuhkan sumber

daya yang mampu, cakap, dan terampil serta memiliki keinginan untuk bekerja

dengan giat dalam upaya mencapai hasil kerja yang optimal. Akan tetapi

kemampuan, kecakapan, dan keterampilan tidak akan berarti jika sumber daya

manusia tersebut tidak memiliki kedisiplinan, semangat kerja, motivasi, dan

kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, merupakan suatu kerugian yang besar apabila

karyawan suatu perusahaan atau institusi mengalami demotivasi. Kondisi

demikian dapat menjadi penyakit yang mengancam produktivitas kerja yang

mengikis profit institusi.

Mengacu pada kondisi di atas, sudah saatnya bagi IPB khususnya

(44)

motivasi dan kinerja karyawan sehingga dapat meningkat. Hal tersebut dilakukan

mengingat sumber daya manusia merupakan aset termahal dalam suatu organisasi,

sesuai dengan fungsinya sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali dalam

tugas operasional perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian

mengenai pengaruh absensi finger print terhadap motivasi dan kinerja karyawan dalam rangka usaha pencapaian tujuan FMIPA-IPB secara optimal sangat penting

dilakukan. Karena dengan meningkatnya kedisiplinan, motivasi, dan kinerja

karyawan akan meningkatkan produktifitas sehingga tujuan institusi dapat

tercapai. Secara skematik, kerangka pemikiran konseptual mengenai hal tersebut

dapat dilihat pada Gambar 5.

VISI, MISI, DAN MOTO IPB

Persaingan yang Semakin Ketat Pemberian Status PT-BHMN Kebutuhan Pengembangan SDM

Pengembangan SDM FMIPA-IPB Ø Penerapan Absensi Finger Print Ø Penilaian Kinerja dan Kedisiplinan

Faktor

Internal/Eksternal yang Mempengaruhi Motivasi § Penghargaan dan Balas Jasa § Kondisi Kerja

§ Kebijakan Perusahaan § Hubungan Interpersonal § Pengalaman Kerja § Usia

§ Tingkat Pendidikan § Jenis Kelamin § Status dan Pengakuan

Rendahnya Motivasi dan Kinerja Pegawai IPB

Faktor Kinerja § Prestasi Kerja

(45)
[image:45.596.231.391.89.194.2]

Gambar 5. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Konseptual

Sumber daya yang ada di FMIPA-IPB sangat memegang peranan

penting dalam pencapaian tujuan lembaga yang sesuai dengan visi, misi, dan moto

yang telah ditetapkan. Kedisiplinan, motivasi, dan kinerja karyawan sangat

diperlukan dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkomitmen tinggi

dalam pekerjaannya.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Definisi operasional merupakan landasan berpikir untuk menjelaskan

permasalahan yang akan di ungkapkan. Definisi operasional yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

1. Karyawan adalah aset utama perusahaan yang menjadi perencana dan

pelaksana aktif dalam menjalankan kegiatan perusahaan.

2. Peningkatan kualitas dan kedisiplinan sumber daya manusia suatu institusi

merupakan aset yang paling berharga bagi perusahaan.

3. Absensi adalah suatu kegiatan atau rutinitas yang dilakukan oleh karyawan

untuk membuktikan dirinya hadir atau tidak hadir dalam bekerja di suatu

perusahaan. Absensi ini berkaitan dengan penerapan disiplin yang

ditentukan oleh masing- masing perusahaan atau institusi. Peningkatan Produktivitas,

Motivasi, dan Kinerja

(46)

4. Motivasi merupakan keinginan untuk mencapai sesuatu hal yang

bermanfaat, prestasi, atau kesuksesan, yang timbul di dalam hati seseorang

akibat di pengaruhi oleh suatu faktor yang menjadi motivator.

5. Kinerja adalah hasil atau karya yang dapat dilakukan seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing- masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi

secara legal, tidak melanggar hukum sesuai dengan moral maupun etika.

Pengukuran berdasarkan kepuasan karyawan terhadap kerja kerasnya

dalam mencapai tujuan perusahaan, kesediaan untuk bekerja keras sesuai dengan

jam kerja yang ditentukan institusi, kesediaan menggunakan waktu istirahat untuk

menyelesaikan pekerjaan, kesediaan untuk dapat bekerja sama dengan sesama

rekan kerja seperti kesediaan membantu jika ada yang menemui kesulitan dalam

pekerjaan, kesediaan menyelesaikan pekerjaan rekan kerja yang berhalangan hadir

[image:46.596.80.511.516.777.2]

dan kesediaan dalam memberikan dorongan kepada rekan kerja.

Gambaran umum tahapan penelitian yang dilakukan penulis disajikan

pada Gambar 6.

Penentuan Topik dan Tujuan Penelitian

Studi Pustaka

Teknik Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data :

- Teknik Random Sampling - Wawancara

- Penyusunan Kuesioner - Studi Pustaka

Metode Analisis Data : - Analisis Deskriptif - Metode Rank Spearman

(47)
[image:47.596.112.512.79.310.2]

Gambar 6. Diagram Alir Tahapan Operasional Penelitian

3.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang menyatakan adanya hubungan

diantara variabel- variabel yang diteliti. Hipotesis utama dari penelitian ini adalah

semakin baik sistem pencatatan absensi maka semakin tinggi tingkat motivasi dan

kinerja karyawan, sedangkan semakin tinggi motivasi dan kinerja maka

produktivitas karyawan semakin meningkat. Hipotesis dapat dirumuskan

berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan

pustaka, dan kerangka pemikiran. Hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai

berikut :

1. Peraturan dan kebijakan penerapan absensi finger print yang diterapkan oleh institusi memiliki korelasi yang nyata dengan tingkat motivasi dan kinerja

karyawan. Dengan demikian, semakin baik penerapan peraturan dan kebijakan Uji Coba Kuesioner

Tabulasi Data-data yang Diperoleh

Pengolahan Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Rekomendasi OK

tidak

(48)

perusahaan berarti semakin tinggi pula tingkat motivasi dan kinerja karyawan,

dan demikian sebaliknya.

2. Kondisi kerja yang diciptakan oleh institusi memiliki korelasi yang nyata

dengan tingkat motivasi dan kinerja karyawan, sehingga semakin kondusif

kondisi kerja yang tercipta berarti semakin tinggi tingkat motivasi dan kinerja

karyawan, dan demikian sebaliknya.

3. Kompensasi memiliki korelasi yang nyata dengan tingkat motivasi kerja

karyawan, sehingga semakin memuaskan kompensasi yang diterima karyawan

berarti semakin tinggi tingkat motivasi dan kinerja karyawan, demikian pula

sebaliknya.

4. Hubungan kerja antara atasan, bawahan, dan sesama karyawan memiliki

korelasi nyata dengan tingkat motivasi kerja pada diri karyawan. Semakin erat

hubungan interpersonal, berarti semakin tinggi tingkat motivasi kerja

karyawan, demikian pula sebaliknya.

5. Umur karyawan memiliki korelasi yang nyata dengan tingkat motivasi kerja.

Semakin tinggi usia, berarti semakin tinggi tingkat motivasi kerjanya sampai

batas usia produktif yaitu lima puluh tahun.

6. Tingkat pendidikan memiliki korelasi nyata dengan tingkat motivasi dan

kinerja karyawan. Semakin tinggi tingkat pendidikan karyawan, berarti

semakin tinggi pula tingkat motivasi dan kinerja karyawan, dan sebaliknya.

7. Masa kerja mempunyai korelasi yang nyata dengan tingkat motivasi dan

kinerja. Semakin lama masa kerja karyawan, berarti semakin tinggi tingkat

(49)

8. Jenis kelamin memiliki korelasi yang nyata dengan tingkat motivasi dan

kinerja. Pria sebagai tulang punggung keluarga dalam memenuhi kebutuhan

ekonomi sehari- hari, akan memiliki tingkat motivasi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan wanita.

9. Status atau pengakuan memiliki korelasi yang nyata dengan tingkat motivasi

dan kinerja karyawan. Semakin besar pengakuan perusahaan terhadap

karyawan, berarti semakin tinggi pula tingkat motivasi dan kinerjanya, dan

sebaliknya.

Dalam upaya peningkatan motivasi dan kinerja karyawan di harapkan

semua faktor baik internal maupun eksternal berpengaruh nyata terhadap motivasi

dan kinerja karyawan sehingga berhubungan positif. Kondisi tersebut akan

mengoptimalkan motivasi dan kinerja karyawan yang semakin tinggi, sehingga

tujuan institusi dan karyawan itu sendiri dapat tercapai.

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor-Jawa Barat. Lokasi kampus

FMIPA-IPB terbagi dua yaitu di Jalan Meranti lingkar kampus IPB Darmaga

Bogor kilometer 8, dan di Jalan Raya Pajajaran Bogor, 16143. Pemilihan lokasi

sebagai tempat penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

pertimbangan bahwa FMIPA-IPB merupakan suatu lembaga pendidikan yang

berperan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bidang matematika dan ilmu

pengetahuan alam. Pertimbangan lain adalah FMIPA-IPB merupakan suatu

(50)

internal yang dilakukan IPB di bidang manajemen sumberdaya manusia.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2005.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuant itatif. Data primer diperoleh

melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara langsung dengan karyawan

penunjang, dan hasil penyebaran kuesioner yang menjadi sampel dari penelitian

khususnya yang terkait dengan penerapan absensi finger print.

Data sekunder diperoleh melalui catatan yang dimiliki oleh institusi

seperti rekap absen, lembar penilaian kinerja, media internet, serta berbagai

literatur-literatur dan tinjauan pustaka yang relevan dan mendukung penelitian ini.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yang relevan untuk

menunjang dan memperkuat analisis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Wawancara yang dilakukan dengan pihak institusi ataupun karyawan

penunjang sebagai responden untuk mendapatkan informasi yang diperlukan

dalam penelitian.

2. Kuesioner yang diberikan kepada responden untuk memperoleh data yang

diperlukan.

3. Studi kepustakaan, diperoleh dan dikumpulkan dengan cara membaca,

mempelajari, mengutip dari berbagai sumber buku, diktat, skripsi, media

(51)

4.4. Metode Pengambilan Sampel

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang

karyawan dari populasi 175 orang karyawan, dengan pertimbangan bahwa untuk

penelitian yang representatif, sampel minimal sebanyak 10 persen dari populasi.

Sampel untuk penelitian korelasi, sebanyak 30 subyek sudah dianggap mewakili

populasi (Gay dalam Sevilla, 1993). Responden berasal dari karyawan penunjang

di lingkungan FMIPA-IPB, tid

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Kelemahan dan Keunggulan Beberapa Sistem Pencatatan Absensi
Gambar 1 menunjukan Maslow berpendapat bahwa, kebutuhan yang
Gambar 3. Hierarki Kebutuhan Maslow Untuk Budaya Asia Sumber : Schulle and Ciallante, 1998
Gambar 4. Elemen-elemen Kunci Sistem Penilaian Kinerja Sumber : Mangkuprawira, 2003
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tata kelola sampai melalui proses pembangunan partisipasi bersifat pada level teknis, seperti mengumpulkan sampah di rumah dan membawa, mengantar pada tempat

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi yang berjudul: KECENDERUNGAN DEPRESI DITINJAU DARI KONSEP DIRI PADA WARIA.. benar-benar merupakan basil karya

Warna putih diterapkan pada furniture tempat tidur Warna cokelat diperoleh dari aluminium composit panel yang diterapkan pada dekorasi dinding dan plafond.. Biru untuk

Penggunaan garam beriodium standar di daerah dengan konsumsi makanan sumber iodium sudah cukup tinggi, masih memberikan nilai iodium urin yang normal pada anak sekolah di daerah

78 tahun 1991 tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumas sakit, bahwa reka medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan,

Pada sistem integrasi mobile robot dan quadcopter, digunakan kontroler jenis Proporsional–Integral–Derivatif (PID Controller) untuk meminimalisir nilai error dari sudut roll,

Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan pada Orang Asing untuk       bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka    

Hasil rancangan sistem perencanaan kebutuhan bahan dan kapasitas produksi modul manufacturing management pada perusahaan PT GAN, diawali membuat manufacturing order