• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jadwal Irigasi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kencur (Kaempferia galanga L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jadwal Irigasi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kencur (Kaempferia galanga L.)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

oq>

PENGARUH JADWAL IRIGASI

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENCUR

(Kaempferia galaizgn

L.)

Oleh:

INDRUTI

A34101009

. .

PROGRAM STUD1 AGRONOMI

(2)

INDRWTI. Pengaruh Jadwal Irigasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kencur (Kaenrpferia galanga L.). (Dibimbing oleh EICO SULISTYONO)

Penelitian hi beitujuan untuk mencari kelembaban tanah yang optimum uutuk peltumbuhan tanaman dan produksi rimpang kencur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Oktober 2005 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Bibit kencur ditanam menggunakan polibag berukuran 50 x 40 cm dengan bobot tanalniya 10 kg. Sebelum bibit diitanam terlebii dahulu disemai lebih kurang 4 minggu agar bibit bertunas.

Metode penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Faktor pertama, perlakuan fiekuensi irigasi terdiri dari irigasi 2 hari sekali sampai kapasitas lapang, 4 hari sekali sampai kapasitas lapang, 6 hari sekali sampai kapasitas lapang, 8 hari sekali sampai kapasitas lapang, 75% air tersedia setiap 2 hari sekali, 50% air tersedia setiap 2 hari sekali dan 25% air tersedia setiap 2 hari sekali. Faktor kedua, waktu pemberian perlakuan terdii dari seluruh fase pertumbuhan, 2 minggu sebelum panen dan 4 minggu sebelum panen. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 63 satuan percobaan.

(3)

PENGARUH JADWAL lRIGASI

TERHADAP PERTUMBURQN DAN PRODUKSI KENCUR

(Kaempferia galnitga

E.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sa rjana pertar?ian pada Fakultas Peitanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

JNDRIATI

A34101009

PROGRAM STUD1 AGRONOMP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul : PENGARUE JADWAL IRIGASI TERllADAP PERTUMBUKAN DAN PRODUKSI KENCUR (Kaempferia galanga L.)

Nama : Indriati

NRP

: A34101009

Program Studi : Agronomi

Menyetujui,

-

(5)

Riwayat ZLidup

Penulis dilalfirkail pada tauggal 28 Januari 1983 di Jakarta. Peuulis merupakan auak kedua dart dua bersaudara dari pasaugan Bapak Mahas Saldjoe dan Ibu Fatimah.

Penulis menyelesaikau pendidiian di SDN 08 Jakarta Timur pada tahun 1995 dan melanjutkan ke SMPN 199 di Jakarta hingga tahuu 1998. Kemudian penulis melanjutkau studi di SMUN 103 di Jakarta Tilnur dan Iulus pada tahun 2001.

(6)

I W A

PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah membeli kekuatan dan hidayah-Nya s e h g g a penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul Pengaruh Jadwal Irigasi Terhadap Pertnmbuhan dan Produksi Kencur (Kaernpferia gaIarzga L.). Skripsi ini diajukan untuk menyelesaikan studi dan memperolel~ gelar saijana pertanian pada Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi iui disusun berdasarkau penelitian yang dilakukan penulis di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor.

Ucapau teiima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak dan Mama tercinta seita kakaklcu tersayang dan selu~uh keluarga besar atas doa dau dukungauuya.

2. Dr. Ir. Eko Sulistyono, MS selaku pembimbing yang telah membelikan biib'igan, arahan, dan sarana selama pelaksanaan penelitian selta peuulisan shipsi iui.

3. Dr. Ir M u i f Ghulamahdi, MS dan Ir. Adolf Pieter Loatoh, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan dan masukan untuk perbaikau skripsi iui.

4. Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, Msi sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan akademik kepada penulis.

5. Para keryawan Kebun Percobaan Cikabayan yang telah membantu penulis selama kegiatan penelitian disana.

6. Septi, Ina, Ani, Dewj, Lusia, Dhyna, Riri, Upi, Widi, Jun, Hendra dan M a l i yang telah menibeiikan semangat dan bantuan selama perelitian. 7. Semua pihak yang telah membantu selama kegiatan penelitian dan

penulisan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah swt dapat membalas semua amal kebaikan yang telah diberikan semua pihak kepada penulis. Dan semoga hasil penelitian ini berguna bagi yaug memerlukan.

(7)

DAFTAR HSI

PENDAHULUAN Halaman

Latar Belakaug

...

1

Tujuan

...

2

Hipotesis

...

2

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanamau Kencur

...

3

Peranan Air Bagi Tanaman

...

4

Frekuensi Irigasi

.

.

...

6

Evapotranspnasl

...

6

BAHAh' DAN METODE Tempat dan Waktu

... 8

Bahan dan Alat

.

...

8

.

Metode Penehtlan

...

8

Pelaksanaan Penelitian

...

9

Pengamatan

...

10

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

...

12

T i g g i Tauaman

...

13

J d a h Dam

...

16

J d a h Tunas

...

18

Iudeks Luas Dauu

...

20

Bobot Basah dan Ke~iug Tajuk

...

22

Bobot Bas& dan Keriag Rimpang

.

.

...

25

Evapotrauspnasl Total

...

27

Evapotanspirasi Aktual

. .

...

30

Efislensl Pemakaian Air

...

33

Kadar Air Tauah

...

;.

...

36

I(ESIMPULAN DAN S M Kesi~npulau

...

39

Saran

...

39

DAFTARPUSTAKA

...

40
(8)

Nomor T e h Halaman 1. Pengaruh Berbagai Taraf Frekuensi Irigasi terhadap Tinggi

...

Tanaman 14

2. Pengaruh Berbagai Taraf Waktu Pemberian Perlakuan terhadap

...

T i g g i Tanaman 14

3. Interaksi antara Frekuensi Irigasi dengan Waktu Pembe~ian

Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman

...

15

4. Peugaruh Berbagai Taraf Frekuensi Irigasi terhadap Jumlah

Daun ... 17

5. Pengaruh Berbagai Taraf Waktu Pembelian Perlahxan terhadap

...

Jumlah Dann 17

6 . Pengaruh Berbagai Taraf Frekuensi Irigasi terhadap Jumlah

Tunas

...

19

7. Penganth Berbagai Taraf Waktu Pemberian Perlakuan terhadap

...

Jumlah Tunas 19

8. Pengaruh Berbagai Taraf Frekaensi Irigasi terhadap Indeks Luas

...

Daun 20

9. Pengaruh Berbagai Taraf Waktu Pemberian Perlakuan terhadap

...

Indeks Lnas Dam 20

10. Interaksi antara Frekuensi Irigasi dengan Waktu Pemberian

...

Perlakuan terhadap Indeks Luas Dam 22

I I . Pengaruh Berbabagai Taraf Frekuensi Irigasi terhadap Bobot Taj&

Tanaman

...

23 12. Pengaruh Berbagai Taraf Waktu Pemberian Perlakuan terhadap

...

Bobot Tajuk Tanaman 23

13. Interaksi antara Frekuensi Irigasi dengan Waktu Pemberian

Perlakuan terhadap Bobot Tajuk

...

24

14. Pengaruh Berbagai Taraf Frekuensi Irigasi terhadap Bobot

...

(9)

Nomor Halaman 15. Pengaiuh Berbagai Taraf Waktu Pemberian Perlakuan terhadap

...

Bobot Rimpang 25

16. Interaksi antara Frekuensi Irigasi dengan Waktu Pemberian

Perlakuan terhadap Bobot Rimpang

...

26

17. Pengaruh Berbagai Taraf Frekuensi Irigasi terhadap Nilai

.

.

Evapotranspuasi Total

...

28

18. Pengaruh Berbagai TarafWaktu Pemberian Perlakuan terhadap

. .

...

NilaiEvapotrausputasl Total 28

19. Interaksi antara Frehensi higasi dengan Waktu Pemberian

Perlakuan terhadap Nilai Evapotranspirasi Total

...

29

20. Pengaruh Berbagai Taraf Frekuensi Irigasi terhadap Niai

.

.

...

Evapotranspuasi A h a 1 3 1

21. Pengaruh Berbagai Taraf Waktu Pemberian Perlakuan terhadap

Niai Evapotranspirasi Aktual

...

3 1

22. Interaksi antara Frekuensi Irigasi Dengan Waktu Pemberian

Perlakuan Terhadap Niai Evapotranspirasi Aktual

...

32

23. Pengaruh Berbagai Taraf Frekuensi Irigasi terhadap Efisiensi

...

Pemakaian Air (EPA) 34

24. Pengaruh Berbagai Taraf Waktu Pemberian Perlakuan terhadap

Efisiensi Pemakain Air (EPA)

...

34

25. Interaksi antara Frekuensi Irigasi dengan Waktu Pemberian

Perlakuan terhadap Efisiensi Pemakaian Air (EPA)

...

35

1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Setiap Peubah

...

44

...

...

2. Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman

.

.

46

...

3. Hasil Sidii Ragam Jumlah Daun 48

4. Hasil Sidii Ragam Jumlah Tunas

...

50

5 Hasil Sidii Ragam Indeks Luas Daun

...

52
(10)

Nomor Halaman 7

.

Hasil Sidik Ragam Bobot Basah Rimpang

...

52 8

.

Hasil Sidik RagamBobot Icering Tajuk

...

9 . Hasil Sidii Ragam Bobot Kering Rimpang

...

10

.

Hasil Sidik Ragam EPA Biologis ...

...

11

.

Hasil Sidik Ragam EPA Agronomis

12

.

Hasil Sidik Ragam Evapotranspirasi Total

...

13

.

Hasil Sidik Ragam Evapotranspirasi Aktual

...

14 . Titik Kritis Uji DMRT pada Perlakuan Frekuensi Irigasi

...

15 . Titik Kritis Uji DMRT pada Perlakuan Waktu Pemberian

Perlakuan

...

(11)

DAFTAR GAMBAR

Teks

Nomor. Halaman

....

1. Gratik Hubungan Evapotranspirasi dengan Bobot Kering Tajuk.. 36

....

2. Grafik Hubungan Evapotranspirasi dengan Bobot Kering Total.. 36 3. Grafik Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi pada Berbagai Umur

Tanaman terhadap Waktu Pemberian Perlakuan Seluruh Fase

Pertumbnhan

...

37

4. Grafik Kadar Air Tanah SeSslum Irigasi pada Beibagai Umur Tanaman terhadap Waktu Pemberian Perlakuan 2 Minggu Sebelum Panen

...

37 [image:11.556.82.486.81.407.2]
(12)

Latar Belakang

Penggunaan tanaman obat sudah sejak lama dilakukarr oleh masyarakat Indonesia untuk kesehatan dan kecantikan. Namun, penggunaannya hanya sebatas ruang lingkup keluarga belum digunakan s2cara luas. Adanya perubahan gaya hidup ke "Back to izatttre" dan ditunjang berbagai penelitian di bidang kesehatan yang telah membuktikan khasiat tanaman obat, pennintaan tanaman obat semakin meniugkat baik sebagai bahan balm obat tradisional maupun bahan baku fitofannaka. Selain itu tanaman obat juga mudah didapat, harganya terjangkau serta memiliki efek samping yang relatifrendah.

Menurut Sumantri (2002) nilai penjualan obat tradisional pada tahun 1993 hanya Rp 287 milyarltahun tetapi pada tahun 1996 meningkat menjadi Rp 760 miiyarltahun. Sedangkan menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2004) nilai ekspor tanaman obat pada t a b 2001 mencapai US$ 5.3 juta dan pada tahun 2002 sebesar US$ 4.3 juta. Penurunan nilai ekspor tersebut disebabkan karena Indonesia belum mampu memenuhi keingiuan pasar.

Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan adalah kencur. Berkembang pesatnya industri obat dan kosmetik tradisional memberi petunjuk arah pasar bahwa kencur semakin banyak dibutuhkan untuk bahan baku berbagai uidustri. Pada perusahaan besar jamu penggunaan simplisia kencur menduduki urutan ke-7 setelah lengkuas, kedawung, cabe jawa, lempuyang, jahe dan temulawak.

(13)

Manfaat tauaman kencur yang banyak mengakibatkan pelmiutaauuya semakiu meuiugkat. Namun, permintaan tersebut belum dapat terpenuhi secara memuaskan baik dari segi kuautitas maupun kualitas. Hal ini disebabkan sebagian besar bahau bakuuya masib diperoleh dari hasil penambangan hutau-hutan atau liugkungau alamiah lainnya serta hasil budidaya di pedesaau dengan mutu yang sangat belvariasi (Rukmana, 1994). Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas rimpang kencur penggunaan teknik budidaya yang baik dau tepat hams diterapkan

diautaranya dalam ha1 penyediaan air.

Peuyediaan air secara cukup pada media p e r t a u a m kencur mutlak diperlukan terutama pada tauaman muda yang saugat memerlukan air untuk proses pertumbuhan vegetatif h g g a dewasa. Pada tanah yang becek peltumbuhannya kurang baik dan sedikit auakau. Sedangkau menjelang pauen tanaman memerlukan kelembabau rendah dau keadaan media yaug cukup kering.

Jumlah air yang diserap tanaman dari lingkungan terutama bergantung pada banyaknya air yang tersedia di dalam tanah. Salah satu cara untuk menjaga agar air tetap tersedia adalah dengan melakukan pemberian irigasi. Dalam pengaturan irigasi yaug ideal bagi tanaman perlu diperhatikan segi efisiensi, waktu pemberian, fiekuensi irigasi serta jumlzh air yang diberikan agar sesuai dengan kebutuhan tanaman tidak kuraug d m tidak lebih. Frekuensi irigasi saugat menentukan tingkat ketersediaau air dan jika tidak dilakukau dengan tepat akau menyebabkan stress air pada tauaman.

Tujuan

Tujuan dari perrelitian ini adalah uutuk mencari kelembaban tanah optimum mtuk pertumbuhan tanaman dan produksi rimpang kencur (Kaenzpfria galunga L.)

Hipotesis

1. Perbedaan tiugkat irigasi mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produksi k p a n g kencur.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Ekologi Tanaman Kencur

Menurut Rukmana (1994), dalam sistematika taksouolni tumbuhan kencur memiliki klasifikasi sebagai berikut:

KXugdom : Plautae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospennae Kelas : Monocotyledouae Ordo : Ziugibererales Famili : Zigiberaceae

Spesies : Kaenzpferia galanga L.

Keragaman didalam jenis K. galanga saugat sempit hanya dikenal 2 tipe kencur yaitu jenis berdaun lebar dan berdaun sempit (Rostiana et. al., 1995). Kencur merupakan tumbuhan asli India (Rukmana, 1994) namuu dapat tumbuh hampir d i s e l d daerah di Indonesia. Daerah seutra produksi keucur terbesar saat ini yaitu Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah). Pada awalnya keucur merupakan tanaman ornamental d m tidak dibudidayakm sebagai tanaman ekonomi (Rostiana et. al., i995).

Tanaman kencur berupa tema yaug hampir menutup tanah. Bentuk limpa~ig umumnya bulat, bercabang-cabang, berdesak-desakan, bagian tengah berwama put& dan pinggimya coklat kekuningan, berbau hanun dau rasanya pedas. Akarnya berbentuk gelondong sering kali berumbi, h a m baunya, berbentuk bulat dan berwama kuning muda. Batang saugat pendek terbcntuk dari pelepah-pelepah daun yang s d h g menutupi, pelepah terbeuam di dalam tanah. Dauu tumbuh tunggal secara berlawanan, berbentuk jorong, lebar sampai hampir bundar, pangkal sediit berbentuk jantung, ujung dam lancip mendadak d m tepi bergelombang tangkai pendek serta berdagiug agak tebal. Perbungaan terdiri atas 4-12 buuga, kelopak berbentuk tabuug, Waina bunga put&, uugu hingga lembayuilg (Suratman et. al., 1987 dan Rukmana, 1994).

(15)

pada iimpang kencur yaitu miuyak atski 2.4-3.9 %, culuamal, aldehide, asam mot2 p-cumarik, asam ciunamal etil ester dan pentadekan. Dalam literatur lain disebutkan rimpaug kencur menganduug siueol, yaraeumaliu, asam auisic, gom, p ati dan miueral.

Keucur dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tiuggi. Tetapi tanaman iui menghasilkan daya produksi tiuggi didaerah dengan kondisi iklim meliputi curah hujan 1 500-4 000 mmltahun, suhu udara 19°-300~ dan ketinggian tempat 100-700 m dari atas pelmukaan laut (Rulunana, 1994).

Tanaman kencur sepeiti haluya tanaman belumbi laiuuya menghendnki tanah yang me& sifat fisik, k b i a dan biologi yang baik (Nurhayati ef. al., 1995). Pada tauah yang becek pertumbuhau keucur kuraug baik, begitu pula pada tanah rawa dan tanah berat yang banyak menganduug fiaksi liat. St~uktw tauah yang dikeheudaki adalah lempuug berpasir, liat beipasir d m lempuug berliat.

Bagian yang dipanen adalah rimpangnya. Ciri-ciri tanaman kencur yang sudah dapat dipanen yatu telah bemmur 8-12 bulan, daunnya tampak layu, menguning dan mengering, rimpang berwarna coklat mengkilap seita daginguya keras. Untuk rimpaug kencur yang dimanfaatkan sebagai bumbu dapur dan lalap dapat dipanen setelah bemmur 6 bulau.

hoduksi rimpang kencur sangat dipengarubi oleh kete~sediaau air selama pertumbuhan tanamau. Untuk menjamiu agar air tetap tersedia selama pembudidayaan tanaman adalah dengan peuggunaan teknikknikLirigasi yaug tepat. Dilihat dari kebutuhan tanaman tidak setiap fase pertumbuhan lnemerlukan air dengan jumlah yang sama. Oleh kareua itu, air yang diberikan pada tanamau kencur hams disesuaikan dengan kebutuhan tauaman agar tanamau dapat tumbuh secara optimal dan produksinya mencapai maksimal. Selain itu, fiekuensi irigasiuya juga harus diperhatikxrt agar tauaman tidak mengalami stress ak.

Peranan Air Bagi Tanarnan

(16)

hid~ilitik, (5) selta untuk turgiditas, pertumbuhan set, me~npertahallkan bentuk dauu, operasi stomata dan pergerakan struktur tumbuhan (Tjondronegoro et. al., 1999).

Air

masuk kedalam tanaman dali tanab melalui akar kemudian ditranslokasikan ke dauu. Mekanisme itu disebabkan karena perbedaan potensial akar dau proses tranqtirasi melahi dauu. Menurut Fitter dan Hay (1991) pada tanaman yang bertrauspirasi dau meudapat cukup air, kanduugan energi bebas dari air menurun dengau cepat sementara bergerak dari tanab, melalui xylem dan daun ke atmosfer bebas, konsekueusiuya air meugalir dari tauah masuk ke tanaman terns ke udara sebagai respon terhadap gradien energi bebas tersebut.

Secara m u m tanaman memerlukan air pada keadaau seimbang yaitu keadaan pada saat air tersedia sama dengan kebutxhan tanaman, tidak kurang dau tidak lebih. Kekurangan dan kelebihan air dapat mengganggu proses metabolisme bahkau akau mematikan tauaman. Hale dan Orcutt (1987) menyatakan bahwa kekeiiugan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan, hasil dau kualitas tanaman. Kekurangan air yaug berkepanjangan mengakibatkan taneman mati. Kelebihan air dapat mengganggu sktem perakaran tanaman ka~ena menyebabkan kejenuhan pada akar sehingga konsentrasi oksigen disekitar akar menurun, selaiu itu juga akan menyebabkan p e n m a n kemampuan akar menyerap hara dan mineral dan a k y a akan mengganggu perhlmbuhan tanaman.

(17)

Frekuensi Irigasi

I~igasi adalah suatu usaha uutuk mengalirkan air guua keperluan pertanian, membagi-bagikan air ke lahau dengan cara yaug teratur dan membuang air yang tidak diperlukau lagi, setelah air tersebut diperguuakau dengan sebaik-baikuya (Gaudakoesoemah, 1975). Irigasi bertujuan untuk menambahkan air kedalam tanah uutuk menyediakan cairan yang diperlukan untuk pe~tumbuhan tanamau, mendiugiukan tanah dan atmosfer sehiugga meuimbulkau liugkuugan yang baik untuk pertumbuhan tanaman, menghilangkan zat-zat yang ada dalam tanah yang tidak baik bagi tanamau, meluuakkan tanah bagi pengeijaau lahan dan menghiudarkan gaugguan dalam tanah seperti hama serta mengalirkau air yang meuganduug zat-zat yang berguua bagi tauamau.

Kebutuhau air irigasi dalam suatu lahau pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis dan sifat tauah, macam d m jeuis tauamau, keadaan iklun, keadaan topografi, luas areal peltauian dan tingkat kebutuhan air tanaman (Kaltasapoetra et. al., 1994). Karena air yaug dibel-ikan melebiki dan kurang dari kebutuhan tauaman akan mengganggu pertmbuhan dan perkembangan tanaman maka sebaiknya air irigasi diberikan menurut intelval waktu tertentu agar kelembabau tanaman tetap terjaga. Frekuensi higasi yang tidak teratur atau jaraug menyebabkan stress air kareua dapat mengakibatkan fluktuasi kadar air tanah dari kapasitas lapaug menjadi kering kemudian kembali lagi ke kapasitas lapaug secara berkali-kali. Fitter dan Hay (1991) menyatakan stress air adalah istilah uutuk menuujukkan bahwa kaudungan air sel turun dibawah nilai o p t i m m menyebabkan suatu tingkat gangguau metabolisme pe~tumbuhan sel dau daun sangat sensitif terhadap stress air karena perluasau sel disebabkan oleh gerakan tekanan turgor pada diudmg sel.

Evapotranspirasi

(18)

aktual yang ditentukan oleh iklun, kondisi tanah dan sifat tanaman. Menwut Handoko (1993) evapotranspirasi potensial menggambarkan laju maksimum kehilangan air suatu pertanaman yang ditentukan oleh kondisi i k I i ~ ~ pada keadaan peuutupau tajuk t a u a m pendek yang rapat dengau penyediaan air yang cukup. Evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi sebenamya, terjadi bila kondisi tanaman serta liugkungan tidak optimum.

Murdiyarso (1980) meuyatakan bahwa proses evapotrauspirasi hanya akan berlangsung jika tersedia energi baik dari matahari maupun dari atmosfer sendii, dengan diiontrol oleh pelniudahan massa uap air yaug bergerak secara diisi, Sedangkan menurut Soepardi (1983) laju kehilangan air melalui penguapan dari tanah atau trauspirasi pada dasamya ditentukau oleh perbedaan potensial yaug dikenal sebagai selisih tekanan uap yaitu perbedaan autara tekanan uap pada permukaan daun atau permukaan tauah d m atmosfer.

(19)

B

m

DAN METODE

Ten~pat dan Waktu

Penelitian diiah~kan di m a l l kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor pada ketinggian 240 m di atas permukaan laut (dpl) dengan kisaran suhu harian 29°-400~. Penelitian berlangsung dari bulan Maret sampai Oktober 2005.

Bahan dan Mat

Bahan tauaman yang digunakan adalah bibit kencur jenis daun lebar asal rimpang. Setiap bibit yang ditanam dalam polibag berukuran 50 x 40 cm berbobot 10 gram dan telah memiliki mata tunas. Pupuk yang digunakan adalah Urea 300 kgha, SP-36 200 kglha, KC1 100 kgha dan vermikompos. Media tanam adalah tanah Latosol Dramaga dengan kapasitas lapang 57% dan titik layu permanen 32%. Untuk peugendalian hama dan penyakit digunakan Agromyciu dau Dithane M-45 sesuai dosis rekomendasi.

Alat yang digunakan adalah alat penyiram air dengan skala e e t e r , mistar ukur, alat tulis, alat timbang, alat pen* luas daun, oven dan soil inzpedance meter.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangau Acak Kelompok dengan dua faktor. Faktor peltam yaitu fiekuensi irigasi (I) dan faktor kedua yaitu waktu pemberian perlakuan (F).

Frekuensi irigasi (I) meliputi :

(20)

Waktu pemberian perlakuan (F) meliputi: F1 : Seluruh fase pertumbuhan

F2 : 2 miuggu sebelum paueu F3 : 4 miuggu sebelum panen

Dengan demikian terdapat 21 kombiuasi perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehiugga seluruhya terdapat 63 satuan percobaan.

Model raucangau dari penelitian iui adalah sebagai berikut: Y i j k = p

+

Ji

+

Fj

+

(IF)ij

+

pk

+

~ i j k

i = l , 2 , 3,4, 5, 6 dan 7 j = 1 , 2 d a n 3 Keteraugau:

Yijk = Pengaruh frekuensi irigasi ke-i, waktu pemberiau perlakuan ke-j dan

kelompok ke-k

P = Rataan umum

Ji = Pengaruh perlakuan frekuensi irigasi ke-i

Fj = Pengaruh waktu pemberian perlakuan ke-j

(IF)%

= Pengaruh interaksi antara frekuensi irigasi be-i dan waktu pembeiiau

perlakuan ke-j

pk = Pengamh kelompok ke-k

~ i j k = Pengaiuh galat percobaan

Uutuk mengetahui pengamh masiug-masiug perlakuan diguuakan metode analisis sidii ragam (uji F) pada taraf 5%, apabiia menunjukkan perbedaau yang nyata maka dilakukan uji lanjut dengan mengguuakan uji Tukey kecuaii untuk tinggi tanaman, jumlah daun dan tunas diguuakau uji Duncan Multiple Range Test

(DMRT).

Pelaksanaan Penelitian Penanaman

Persiapan media tanam diaksauakan sebulan sebelum penanaman. -

(21)

Setelah bibit bertunas kemudian ditanam pada polibag yang bemkuran 50 x 40 cm dengan bobot tanah 10 kg. Pada setiap pot ditanam sedemikian lupa sehingga bagian yang beitunas mengarah keatas. Jiia selama 4 miuggu setelab tanam (MST) bibit tidak tumbuh diiakukan penyulaman.

Pembet-ian pupuk Urea 1.5 gram/polibag dilakukan beitahap yaitu pada saat tanam dan 3 bulan setelah tanam (BST), pupuk SP-36 1 gradpolibag dan KC1 0.51polibag diberikan pada saat tanam. Vennikompos sebagai pupuk kandang juga dibeiikan saat penanaman 0.5literlpolibag.

Perlakuan

Perlakuan yang dicobakan yaitu fcekuensi irigasi dan waktu pemberian perlakuan. Frekuensi irigasi terdiri dan 2 hari sekali (Il), 4 hari sekali (I2), 6 hari sekali (13) dan 6 hari sekali (14) yang kesemuanya diberikan sampai kapasitas lapang. Sedangkan yang diberikan sesuai dengan perlakuan yaitu 75% air tersedia (I5), 50% air tersedia (16) dau 25% air tersedia (17) setiap 2 hari sekali. Setiap masiig-masing perlakuan fcekuensi irigasi diiakukan pada 3 waktu pemberian perlakuau yaitu seluruh fase pertumbuhan (Fl), 2 minggn sebelum panen (F2) dan 4 minggu sebelum panen (F3). Untuk F1 perlakuan fcekuensi irigasi dimulai pada 4 MST. Untuk F2 dan F3 sebelum dimulai perlakuan sesuai dengan ketentuan, tanaman &irigasi 2 ban sekali sampai kapasitas lapang.

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan dan proteksi hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan bibit kencur yang ummya sama dengan tanaman yang mati. Penyiangan dilakukan secara manual dengan meucabut gtilma sedangkan mtuk proteksi te~hadap hawa dan penyakit dilakukan secsra kimiawi menggunakan pestisida yang diperlukan.

Pengamatan

(22)

Peubah yaug diamati pada s e l u ~ h tanaman percobaau meliputi:

1. Tiuggi tauamau (cm), peugukuran tiuggi tauaman dilakukan 2 minggu sekali. Caranya diukur daripangkal sampai ujuug dauu paug teiyaujang. 2. Jumlah dauu (helai), diituug dauu yang telali mmcul sempuma dau

diiakukan 2 minggu sekali.

3. Jumlah tunas, penghituugau diiakukan 2 lniuggu sekali. 4. Indeks Luas dauu (ED), diukur satu kali pada saat panen. 5. Bobot basah tajuk dau rimpang (g).

6. Bobot keiiug tajuk dan &pang (g), dil!.itung setelah diieringkan dalam oven pada suhu 1 0 5 ' ~ selama 1 x 24 jam

7. Evayotrauspkasi total (mm) d m aktual ( d 2 mingguan).

8. Nilai Efisieusi Pemakaian Air (EPA) biologis (g bk tajukkg air) dan agronolnis (g bk i b p a u g k g air).

(23)

HASIX DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umunr Penelitian

Penanaman dilakukan pada awal bulan Maret sampai Oktober 2005. Bahan tanam bempa bibit kencur yang sudah bertunas ditanam di polibag be~ukuran 50 x 40 cm. Lokasi penelitian yaitu di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, Dramaga Bogor. Secara umum kondisi tanaman kencur pada awal peltumbuhan cukup baik, namun saat berumur 5 minggu setelah tanam (MST) ada tanaman yang mati sehingga hams disulam Penyebsbnya karena pangkal batang membusuk oleh bakteri Psetidonzonus solanaceuntmz.

Rumah kaca yang digunakan untuk penelitian keadaan liugkuuganuya saugat berbeda dengan keadaan di lapang terutama suhu. Rata-rata suhu harian di dalam rumah kaca cukup tinggi terutama pada siang hari yaitu berkisar antara 29' - 40'~. Hal tersebut menyebabkan daun tanaman kencur pada siang hari cendemug layu atau terkulai namun akan kembali segar pagi hari setelah dilakukau irigasi.

Rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 1. menunjukkan bahwa fiekuensi irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kencur pada 29 dan 31 MST; jumlah daun pada 9, 15, 17,21 dan 23 MST; jumlah tunas saat 7 MST dan pada bobot basah tajuk. Selain itu fiekuensi irigasi berpengaruh sangat nyata pada jumlah daun 13 MST, evapotranspirasi total dan evapotranspirasi aktual29 MST.

Waktu pemberian perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 29 dan 3 1 MST; jumlah daun 23 dan 25 MST; j~mlah tunas 7, 9, 11 dan 13 MST serta pada evapotranspirasi aktual 15 MST. Pengamh ssngat nyata terjadi pada evapotrauspirasi total dan evapotranspirasi aktual9 dan 17 MST.

(24)

Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam tiuggi tanaman menuujukkau fiekueusi irigasi tidak berpeugaiuh nyata terhadap pertombuhan tiuggi taualnarl dali 7 sampai 27 MST sedangkan pada 29 dau 31 MST tiuggi tanaman beryeugaiuh nyata (Tabel 1). Pada 29 MST fiekuensi uigasi 2, 4 dan 6 hari sekali menghasilkan tanaman yang lebih tiuggi dibandiugkan dengan frekuensi irigasi 75% dau 25% air tersedia namuu tidak berbeda nyata dengan frehuensi irigasi 8 hari sekali dau uigasi 50% air tersedia. Untuk 3 1 MST kekuensi irigasi 2 hari sekali menghasilkan tauaman yang lebih tiuggi dibandingkan irigasi 8 hari sekali, 75% air tersedia dan 25% air tersedia tetapi tidak berbeda nyata dengan frekuensi irigasi 4 dan 6 hari sekali serta uigasi 50% air tersedia.

Dari Tabel 2 terlihat waktu pemberian perlakuan berpengaruh nyata terhadap tiuggi tauamau hauya terjadi saat umur 29 dan 31 MST. Pada 29 MST waktu pemberiau perlakuan 2 minggu sebelum panen menghasikan tanaman yang lebii tiuggi dibandiugkan dengan waktu pemberian perlakuan seluruh fase peitumb~hau dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan 4 minggu sebelum panen. Pada 31 MST tiuggi tanaman untuk perlakuan seluruh fase pertumbuhan lebih rendah dibandiugkan perlakuan 2 miuggu d m 4 miuggu sebelumpanen.

(25)
[image:25.804.71.779.101.265.2]

*

Tabel 1. Pengaluh Berbagai Frekuensi higasi terhadap Tinggi Tanaman

Frekuensi Irigasi Umur (MST)

[image:25.804.80.757.325.417.2]

7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 3 1

...

(cm)..

...

Irigasi2harisekalisampaiKL 7.0 8.0 8.3 9.8 10.1 10.1 10.0 9.8 9.4 9.3 9.2 8.7a 8.3a Irigasi4/larisekalisampaiKL 7.1 7.8 8.0 9.5 10.0 10.0 10.0 9.7 9.7 8.7 8.7 8.7a 8.0ab Irigasi6harisekalisampaiKL 7.2 8.0 8.5 9.8 10.2 10.2 10.1 9.7 9.5 9.1 9.1 8.6a 7.8abc lrigasi 8 hari sekali sampai KL 7.6 8.0 8.4 10.0 10.3 10.2 9.9 9.5 9.0 8.6 8.3 7.4ab 6.3bc Irigasi sampai 75% air tersedia 6.9 7.3 7.7 9.1 9.7 9.7 9 . 8 . 9.4 9.3 7.9 7.6 6.7b 6 . 1 ~ Irigasi sampai 50% air tersedia 7.9 8.5 8.9 10.5 10.8 10.8 9.7 9.6 9.1 8.4 8.4 7.4 ab 7.3 abc Irigasi sampai 25% air tersedia 6.6 7.2 7.5 8.8 9.3 9.3 9.3 8.7 8.3 7.9 7.3 6.9 b 6.2 c

Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn

**

Ret: Angka-an& pada kololn yarig saliia yang diikuti dengan liirruf yang sama nienurijukkari liasil yang tidak berbeda riyata pada ilji DMRT pada taraf 0.05

KL = Kapasitas Lapang

Tabel 2. P e n g a d Berbagai Waktu Pemberian Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman

Waktu Pemberian Perlakuan Umur (MST)

7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 3 1

(26)

Frekuensi irigasi 2 hari sekali selama fase pertumbuhan tidak berbeda nyata deugan irigasi 4 ban sekali selama fase peltumbuban, 2 miuggu dau 4 mi~ggu sebelum pauen; uigasi 6 hari sekali dengau waktu pemberiau perlakuau 2 minggu dan 4 lninggu sebelum paneu; uigasi 8 hari sekali pada waktu pemberiau perlakuau 2 minggu sebelum panen; uigasi 75% air tersedia dengan waktu pemberiau perlakuan 2 miuggu dan 4 miuggu sebelum paneu; uigasi 50% air tersedia pada 2 miuggu dan 4 miuggu sebelum panen serta irigasi 25% air tersedia deugan waktu pemberian perlakuan 2 miuggu sebelum panen.

Tabel 3. Iuteraksi antara Frekuensi Irigasi dengan Waktu Pemberian Perlakuan terhadap Tiuggi Tauaman.

Frekuensi Irigasi Waktu Pemberian Tinggi Tanaman

Perlakuau 31 MST

... . .

...

.(cm)..

...

. ...

.

lrigasi 2 bali sekali Seluruh fase pe~tumbuhan 10.3 a

sampai KL 2 minggu sebelum panen 6.8 bcdefgh 4 minggu sebelum panen 7.0 bcdefgh Irigasi 4 hari sekali Seluluh fase peltumbuhan 9.0 abc sampai KL 2 minggu sebelum panen 7.7 abcdef

4 miuggu sebelum panen 8.3 abcde Irigasi 6 ban sekali Seluruh fase pertumbuhan 5.7 defgh sampai KL 2 minggu sebelum panen 9.3 ab

4 minggu sebelum panen 8.5 abcde higasi 8 hari sekali Seluruh fase pertumbuhan 4.7 fgh sampai KL 2 miuggu sebelum panen 7.3 abcdefg

4 miuggu sebelum panen 7.0 bcdefgh Irigasi 75% air Selumh fase peltumbuhan 4.3 gh tersedia 2 minggu sebelum pane11 6.0 abcde

4 minggu sebelum panen 8.0 abcde lrigasi 50% air Seluruh fase pertunbuhan 5.3 efgh tersedia 2 minggu sebelum panen 8.7 abcd 4 minggu sebelum pauen 8.0 abcde lrigasi 25% air Seluruh fase pertumbuhau 4.0 h tersedia 2 miuggu sebelum panen 8.2 abcde

4 miuggu sebelumpanen 6.3 bcdefgh

Ket: Angka-angka pa& kolom yang salna yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pa&

uji DMRT pa& taraf 0.05

[image:26.541.72.474.188.730.2]
(27)

Kelembaban tanah optimum sangat dibutuhkan uutuk pertumbuhan tanamail yaug optimal karena jika kelembaban tauah tiuggi, tauah akan jenuh air sehiugga tanamau tidak dapat berespirasi dau meugganggu penyerapau hara oleh akar. Sedangkan kelembabau tauah rendah tanaman secara otomatis akan kekeiiugan dan pertumbuhan tauaman akan terhambat. Keadaan tersebut terlihat pada pexlakuan irigasi 25% air tersedia selama fase pemunbuhatl, d i i n a akibat mengalami kekeringan menghasillcau tinggi tanaman yaug l e b i rendah dibandiugkan dengan perlakuan lainnya.

Cekaman air mempengarubi proses fisiologi d m biokimia tanaman serta menyebabkau terjadinya modiiasi auatomi d m moifologi tauaman (Gamer, 1969). Tauamau yang mengalami cekamau air akau menmjukkan perhrmbuhan yang l e b i kerdil dibaudmgkau tanaman normal (Kiamer, 1960). Menurut Lubis ef. al., 1999) nilai pertumbuhan tauamau mengalami penuruuau seiring dengan pehgkatan cekaman air.

Jumlah Daun

Pedakuan fiekuensi irigasi berpengaruh nyata terhadap jumlah dam pada umur tauaman 9, 15, 17, 21 d m 23 MST serta berpeugaruh saugat nyata pada 13 MST (Tabel 4). Untuk 9 MST eekuensi irigasi 2 dan 8 hari sekali serta irigasi 75% air tersedia menghasilkau jumlah dam yaug lebih bauyak da~ipada irigasi 50% air tersedia tetapi tidak berbeda nyata dengan irigasi 4 d m 6 hari sekali seita irigasi 25% air tersedia. Pada 13, 15, 17 d m 21 MST fiekuensi irigasi 2 haii sekali dan 75% air tersedia menghasilkan jumlah dauu lebih banyak daripada i-igasi 50% dau 25% air tersedia retapi tidak berbeda nyata deagan irigasi 4, 6 dan 8 hari sekali. Pada 23 MST jumlah dam pada fiekuensi irigasi 2 hari sekali lebih banyak dibandiigkau irigasi 50% dan 25% air tersedia dan tidak berbeda nyata dengan irigasi 2,4, 6 dan 8 hari sekali dan irigasi 75% air tersedia.

Perlakuan irigasi 75% air tersedia pada awal penauaman memiliki jumlah tunas yang banyak sehingga menghasilkau jumlah dam yaug bauyak juga. Tetapi karena meugalalni perlakum banyak dauu yang mati d m menyebabkau jumlah

(28)

Tabel 4. Pengaruh Berbagai Frekuensi higasi terhadap Jumlah Daun

Frekuensi Irigasi

f

i

7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Irigasi 2 hari sekali sampai KL Irigasi 4 hari sekali sampai KL Irigasi 6 hari sekali sampai KL. Irigasi 8 hari sekali sampai

KL.

Irigasi sampai 75% air tersedia Irigasi sampai 50% air tersedia Irigasi sampai 25% air tersedia Interaksi

6.0 a 6.4 a 5.1 ab 5.0 ab 4.4 abc 4.8 ab 5.3 ab 5.5 ab 6.2 a 6.9 a 2.9 c 3.2 b 3.2 bc 3.7 b

tn tn

...

.(helai). ...

6.0 5.2a 4.0a 3.0 2.8 1.4 1.2 4.3 3.8 ab 3.3 ab 2.7 2.3 1.4 1.1 4.3 3.8ab 2.9ab 2.4 2.3 1.1 1.1 4.9 3.7ab 3.0ab 2.6 2.1 1.0 1.0 5.7 4 . 9 a 3 . 2 a b 2.3 2.0 1.1 1.0 3.1 2.5b 2.1b 1.8 1.9 1.0 1.0 3.3 2 . 4 b 1.9b 1.8 1.6 1.0 1.0 t n ' tn tn tn tn tn tn

Ket: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan humf yang sama menunjukkatl hasil yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf 0.05

KL = Kapasitas Lapang

Tabel 5. P e n g a d Berbagai Waktu Pemberian Perlakuan terhadap Jumlah Daun

Waktu Pemberian Perlakuan Umur (MST)

7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Seluruh fase pertumbuhan 3.3 4.0 4.3 5.0 5.6 5.4 4.7 ' 3.7 2.5 b 1.9 b 1.8 1.1 1.1

(29)

Dauti yaug mati meiupakan salah satu cara agar tanaman tetap bertahau hidup pada saat kekurangan air. Menurut Fitter dan Hay (1991) banyak tanaman tahuuati yang meglhdarkan periode keliug dengau menggugurkan dauu. Pada beberapa jenis belukar dengall adanya musim ke~ing akan menggugurkan dam tuauya, ranting serta cabang dan hanya meuyisakan daun-daun yang lebib muda dan lebib kecil (Fitter dan Hay, 1991)

Waktu pemberian perlakuan hanya be~pengarub pada umur tanaman 23 dan 25 MST (Tabel 5). Pada 23 MST waktu pemberian perlakuan 4 minggu sebelum panen menghasilkau jumlah daun lebih banyak daripada perlakuan seluurh fase pertumbuhan dan 2 minggu sebelum panen. Sedangkan, pada 25 MST perlakuan 4 minggu sebelum panen berbeda nyata dengan perlakuan seluruh fase pertumbuhan dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2 minggu sebelum pauen. Interaksi autara fiekuensi irigasi dan waktu pemberian perlakuan memberikan pengamb tidak berbeda nyata terhadap jumlah dauu tauaman kencur pada semua umur tauaman (Tabel Lampiran 3).

Jumlah Tunas

Frekuensi irigasi berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas tanaman kencur pada saat tanaman berumur 7 MST (Tabel 6). Perlakuan fiekuensi irigasi 50% menghasilkan jumlah tunas lebih sediit dibandingkan dengan fiekuensi irigasi 2 hari sekali dan irigasi 75% air tersedia tetapi tidak berbeda nyata dengan irigasi 4, 6 dan 8 hari sekali selta irigasi 25% air tersedia.

Waktu pemberian perlakuan berpengaruh nyata pada 7, 9, l l dan 13 MST (Tabel 7). Waktu pemberia~ peilakuan s e l m h fase pertumbuhan mecghasilkan tunas lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 2 minggu dau 4 minggu sebelum panen. Interaksi antara fiekuensi irigasi dan waktu pemberian perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas tanaman kencur pada semua umur tanaman (Tabel Lampiran 4).

(30)

Tabel 6. Pengaruh Berbagai Frekr~ensi Irigasi terhadap Jumlali Tunas

Frekuensi higasi Umur (MST)

7 9 11 13 15 17 19 2 1 23 25 27 29 31

. . .

.

. .. .. . . .. . ... . .

.

. . ..

..

.

.

. .

.

..

.

..

. .

.

.

.

. . . .. . . .. .

..

.. . .

. ...( buah). . .

.

.

.

.

.

. . .

. . .

.

.

.

.

.

. . . .

.

. . .

.

.

.

.

.

. .

. .

.

.

.

. . .

..

.

.

. . . Irigasi 2 hari sekali sampai KL 1.8 ab 1.8 1.8 1.8 1.9 1.9 1.9 1.9 1.9 1.7 1.7 1.7 1.1 Irigasi 4 hari sekali sampai KL 1.6 abc 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.6 1.6 1.6 1.0 Irigasi 6 ban sekali sampai KL 1.14 bc 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.2 1.1 1.1 1.0 Jiigasi 8 bari sekali sampai KL 1.6 abc 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.4 1.3 1.3 1.0 Jiigasi sampai 75% air tersedia 2.1 a 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 1.9 1.8 1.7 1.0 Irigasi sampai 50% air tersedia 1.0 c 1.0 1.0 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.0 I~igasi sampai 25% air tersedia 1.3 bc 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.1 1.1 1.1 1.0

Interaksi tn tn tn tn tn tn ta tn tn tn tn tn tn

ket: Angka-angka pa& kolom yang satna yang diikuti dengan humf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pa& uji DMRT pada taraf 0.05 KL = Kapasitas Lapang

Tabel 7. Pengaruh Berbagai Waktu Pelnberian Perlakuan terhhdap Jumlah Tunas

Waktu Pemberian Perlakuan Umur (MST)

7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

(31)

Sepesti isigasi 75% air tersedia, waktu pembesian perlakuan seluruh fase pertumbuhan pada 7 MST meughasilkau tuuas yang lebih banyak dibandiugkan perlakuan 2 miuggu dan 4 miuggu sebelum panen namuu tidak bertahau sampai meujelang panen. Hal itu karena jumlah tuuas mengalami kematian yaug cukup tinggi.

Banyaknya tuuas yang tidak mampu tumbuh pada perlahvan irigasi 75% air tersedia dan waktu pesnberian perlakuan seluruh fase pertumbuhau akibat kehlrangan air. Tjondronegoro et. al. (1999) menyatakan bahwa ketidaksehbangan -autara pe~nasukan dm pengeluaran air mengakibatkan tumbuhan mengalami defisit air. Apabila keadaannya tidak te~.lalu parah tumbuhau tersebut dapat mengatasinya tetapi jika berlangsung cukup lama akan menghambat fuugsi-hgsi fisiologis dan dapat mengancam ketahanan tumbuhan.

Indeks Luas Daun (JZD)

Tabel 8. Pengaruh Berbagai Frekuensi Irigasi terhadap Indeks Luas Dam

~reku%si Irigasi Indeks Luas Daun

higasi 2 hari sekali sampai kapasitas lapang 0.013089 Irigasi 4 haii sekali sampai kapasitas lapang 0.009667 Irigasi 6 hari sekali sampai kapasitas lapang 0.008778 Irigasi 8 hari sekali sampai kapasitas lapang 0.007233

Irigasi 75% air tersedia 0.007489

Irigasi 50% air tersedia 0.007811

Irigasi 25% air tersedia 0.007578

Tukey (0.05) 0.0076

Ket: An&-angka pa& kolom yang sama yang diikuti hurufyat~g sama tidak berbeda n p t a pada uji Tukey pada taraf 0.05

Tabel 9. Pengasuh Berbagai Waktu Pemberidn Perlakuan terhadap Iudeks Luas Daun

2 minggu sebelum panen 0.008410

4 miuggu sebelusn panen 0.009948

Tukey (0.05) 0.0039

(32)

Frekuensi irigasi tidak berpengaruh nyata terl~adap nilai indeks luas daun (Tabel 8). Begitu pula uutuk waktu pemberian perlakuan juga tidak berpengaruh nyata texhadap d a i indeks luas daun (Tabel 9).

luteraksi antara fiekuensi uigasi dengan waktu pemberian perlakuan membelikan pengaiuh yang nyata pada nilai indeks luas daun (Tabel 10). Indeks luas daun pada tanatnan yang diigasi 2 hari sekali selama fase peltumbuhan lebih besar dibandingkan tanaman yang diirigasi 2 hari sekali dengan waktu pemberian perlakuan 2 minggu sebelum panen, irigasi 75% air tersedia selama fase pertumbuhan, irigasi 50% air tersedia selama fase p e m b u h a n dan irigasi 25% air tersedia selama fase pertumbuhan. Namuu, tidak berbeda nyata dengan eekuensi irigasi 2 hari sekali dengan perlakuan 4 minggu sebelum panen; irigasi 4 hari sekali pada waktu pemberian perlakuan s e l d fase pertumbuhan, 2 minggu dan 4 minggu sebelum panen; irigasi 6 hari sekali dengan waktu pemberian perlakuan selama fase pertumbuhan, 2 minggu dan 4 minggu sebelum panen; irigasi 8 hari sekali selama fase pertumbuhan, 2 mhggu dan 4 minggu sebelum panen; uigasi 75% air tersedia pada waktu pemberian perlakuan seluruh fase pertumbuhan, 2 minggu dan 4 minggu sebelum panen; irigasi 50% air tersedia pada perlakuan 2 minggu dan 4 minggu sebelum panen serta irigasi 25% air tersedia pada perlakuan 2 minggu dan 4 minggu sebelum panen.

(33)

Tabel 10. Interaksi antara Perlakuan Frekuensi Irigasi dengan Waktu Pernberian Perlakuan terhadap Indeks Luas Dauu

Frekuensi Lrigasi Waktu Pembe~ian Iudeks Luas Daun Pel-lakuan

Lvigasi 2 haii sekali Seluruh fase pertumbuhan 0.0215 a sampai KL. 2 minggu sebelum panen 0.0047 b

4 minggu sebelum panen 0.0130 ab Irigasi 4 hari sekali Seluruh fase pertumbuhan 0.0105 ab sampai I(L 2 minggu sebelum panen 0.0083 ab 4 minggu sebelum panen 0.0102 ab Lrigasi 6 hari sekali Seluruh fase pertumbuhan 0.0081 ab sampai KL 2 minggu sebelum panen 0.0088 ab 4 minggu sebelum panen 0.0095 ab lrigasi 8 haii sekali Seluruh fase pel-hunbuihan 0.0053 ab sampai KL. 2 minggu sebelum panen 0.0103 ab 4 minggu sebelum panen 0.0061 ab Irigasi 75% air Selui-uh fase peitumbuhan 0.0045 b tersedia 2 minggu sebelum panen 0.0079 ab

4 minggu sebelum panen 0.0101 ab lrigasi 50% air Seluruh fase pertnmbuhan 0.0041 b tersedia 2 minggu sebelumpanen 0.0125 ab

4 minggu sebelum pane;] 0.0069 ab Irigasi 25% air Seluruh fase pertumbuhan 0.0025 b tersedia 2 minggu sebelum panen 0.0064 ab

4 minggu sebelm paneu 0.0138 ab

Tukey (0.05) 0.0162

Ket: Angka-angka pa& kolom yang sama yang diikuti hurnfyang sama tidakbe~beda nyatapada uji Tukey pada taraf 0.05

Bobot Basah Tajuk dan Bobot Kering Tajuk

Frekuensi irigasi berpengaruh nyata pada bobot basah tajuk (Tabel 11). Waktu pemberian perlalaan baik untuk bobot basah maupun bobot kering tajuk tidak berpengaruh nyata (Tabel 12). Begitu pula pada interaksi antara fiekuensi irigasi dengan waktu pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah dan bobot kering tajuk (Tabel 13).

Tanaman yang diigasi 2 bari sekali menghasiian bobot basah tajuk yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang diirigasi 6 dan 8 haii sekali selta 75%, 50% dan 25% air tersedia tetapi tidak berbeda nyata dengan fiekuensi irigasi 4 hari sekali.Untuk bobot kering tajuk, fiekuensi irigasi tidak berpengai-uh nyata.

[image:33.547.68.485.95.457.2]
(34)

berpengamh nyata terhadap bobot keriug dauu dimana kadar air tauah tersedia pada kapasitas lapang menghasilkan bobot keriug dauu terbesar (2.448 g) d i i t i ole11 kadar air tanah 75% (1.491 g) dan paling rendah diiasilkan oleh tanaman dengan perlakuan kadar air tanah 23% (1.306 g). Semakiu lebar selaug waktu uutuk perlakuan frekuensi irigasi bobot basah dan keriug yang dihasilkan semakiu kecil. Dengan semakiu rendah kandungan air didalam tanah menyebabkan perhuubuhan tanaman terhambat sehingga bobot tajuk juga semakiu kecil. Rendahuya bobot tajuk diakibatkau kurangnya suplai air didaerah perakarau sehingga respirasi akar tergauggu yang menyebabkan penyerapan hara juga tergauggu dan akhirnya tanaman tidak dapat berkembang dengan baik. Miller dalanl Tarore (1992) menyatakan bobot keriug daun menurun karena turunnya luas pe~mukaan daun yang disebabkan oleh penurunan kadar air tanah.

Tabel 11. Penganh Berbagai Frekuensi Irigasi terhadap Bobot Tajuk Tauaman

Frekuensi Irigasi Bobot Basah Bobot Keriug

Tajuk Tajuk

...

.(g).

...

higasi 2 hari sekali sampai KL 0.7611 a 0.2800 Irigasi 4 hari sekali sampai KL 0.5267 a3 0.2733 Irigasi 6 hari sekali sampai KL 0.2'756 b 0.2044 Irigasi 8 hari sekali sampai KL 0.2867 b 0.1978 higasi 75% air tersedia 0.2689 b 0.1967 Irigasi 50% air tersedia 0.2400 b 0.1700 higasi 25% air tersedia 0.2189 b 0.1556

~ $ e ~ (0.05) 0.4397 0.1890

Ket: Angka-angka pada kolom yaw sama yang diikuti humf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey pada taraf 0.05

KL = Kapasitas Lapatig

Tabel 12. Pengamh Berbagai Waktu Pemberian Perlakuan terhadap Bobot Tajuk

Waktu Pemberian Perlakuan Bobot Basah Bobot Keriug

Tajuk Tajuk

...

(g).

...

Selu~uh Fase Pertumbuhan 0.3700 0.1776

2 minggu sebelum panen 0.4081 0.2267

4 lniuggu sebelum panen 0.3267 0.2290

Tukey (0.05) 0.2258 0.0971

(35)
[image:35.804.75.739.106.451.2]

Tabel 13. Interaksi antara Perlakuan Frekuensi Irigasi dengan Waktu Pemberian Perlakuan pada Bobot Basah dan Kering Tajuk

Frekuensi Irigasi Waktu Pemberjan Perlakuan Bobot Basah Tajuk Bobot Keling Tajuk

Irigasi 2 hari sekali sampai KL Selwuh fase pertumbuhan 2 rninggu sebelum panen 4 minggn sebelum panea Irigasi 4 hari sekati sampai KL Seluruh fase pertumbuhan

2 minggu sebelum panen 4 minggu sebelum panen Irigasi 6 hari sekali sampai KL Seluruh fase pertumbuhan

2 minggu sebelum panen 4 minggu sebelum panen Irigasi 8 hari sekali sampai KL Selwuh fase perhmbuhan

2 minggu sebelumpanen 4 minggu sebelum panen Irigasi 75% air tersedia Selwuh fase pertumbuhan

2 minggu sebelum panen 4 minggu sebelum panen Irigasi 50% air tersedia Selwuh fase pertumbuhan

2 minggu sebelum panen 4 minggn sebelum panen Irigasi 25% air tersedia Seluruli fase pertumbuhan

2 minggu sebelum panen 4 minnm sebelum uanen

--

Tukey (0.05) 0.40 0.58

(36)

Bobot Basah Rimpang dan Bobot Kering Rimpang

Berdasarkan hasil analisis ragam, frekuensi irigasi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering rimpang (Tabel 14). Begitu pula uutuk waku pemberian perlaknan, setiap peubah tidak berpengaruh nyata (Tabel 15). Iuteraksi antara fiekuensi irigasi dengan waktu pemberian perlakuan juga tidak memberikan pengaiuh yang nyata untuk bobot basah dan keriug rimpang (Tabel

16).

Tabel 14. Pengaruh Berbagai Frekuensi higasi terhadap Bobot Rimpang Tanaman Kencur

Frekuensi 'rigasi Bobot Basah Bobot Keiing

Rim~ane Rimuane

Irigasi 2 hari sekali sampai

IU

higasi 4 hari sekali sampai

IU

higasi 6 hari sekali sampai

IU

Irigasi 8 hari sekali sampai KL Jiigasi 75% air tersedia

Jiigasi 50% air tersedia higasi 25% air tersedia

.

(g).

...

1.1867 1.1344 0.9744 0.9978 0.8733 0.8456 0.6389

~ u k e ~ (0.05) 4.640 0.7144

Ket: Angka-angka pada koiom yang salna yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

uii Tukev rada iaraf 0.05

Tabel 15. Pengaruh Berbagai Waktu Pemberian Perlaknan terhadap Bobot Rimpang Tanaman Kencur

Waktu Pemberian Perlakuan Bobot Basah Bobot Kering

- Rimpang Rimpang --

...

(g).

...

Selumh Fase Peitumbuhan 6.2305 0.8581

2 minggu sebelum panen 7.1295 0.9995

4 minggu sebelum panen 7.6338 0.9929

Tukey (0.05) 2.3827 0.3668

(37)

Tabel 16. hteraksi antara Perlakuan Frehensi Irigasi dengan Waktu Pemberian Perlahan pada Bobot Basah dan Kering Rimpang

Frekuensi Irigasi Waktu Pemberian Perlakuan Bobot Basah Rimpang Bobot Kerhg Rimpang

Irigasi 2 hali sekali sampai KL

Irigasi 4 hari sekali sampai KL

Irigasi 6 hari sekali sampai KL

Irigasi 8 hari sekali sampai KL

Irigasi 75% air tersedia

Irigasi 50% air tersedia

Irigasi 25% air tersedia

Seluruh fase pertumbuhan 2 minggu sebelum panen 4 minggu sebelum panen Seluruh fase pertumbuhan

2 minggu sebelum panen

4 minggu sebelum panen Seluruh fase pertumbuhan 2 minggu sebelum panen I minggu sebelum panen S e l d fase pertumbuhan

2 minggu sebelum panen

4 minggu sebelum panen Selurnh fase pertumbuhan

2 minggu sebelum panen

4 minggu sebelum panen Seluruh fase pertumbuhan

2 minggu sebelum panen

4 minggu sebelum panen Seluruh fase pertumbuhan

2 minggu sebelum panen

4 minggu sebelum panen

. . .

(g).

. .

.

. . .

.

.

.

.

. . .

. .

.

, . . . ,

.

.

11.94 1.67

4.44 0.51

10.59 1.38

7.85 1.07

8.24 1.19

9.34 1.14

5.25 0.67

8.83 1.29

7.95 0.96

6.66 0.98

7.59 1.14

7.07 0.87

5.54 0.76

7.72 0.98

6.82 0.88

4.56 0.55

7.56 1.15

5.76 0.83

1.80 0.29

5.33 0.74

5.97 0.88

.

Tukey (0.05) 0.38 1.49

[image:37.797.58.741.104.446.2]
(38)

Hasil penelitian iui berbeda dengall penelitiau yang telah diiakukan ole11

Tarore. Tarore (1992) menyatakan bahwa kadar air tanah berpenganlh nyata terhadap bobot kering umbi kencur yaitu kadar air tanah 100% menghasilkau bobot kering umbi terbesar (4.199 g) diikuti dengan kadar air tanah 75% (3.398 g) dan yaug paling reudah pada kadar air tanah 25% (2.217 g).

Dan Tabel 14 terWlat bahwa semakin jarang fiekuensi irigasi yang dilakukan maka bobot rimpang yang diiasillcan juga akan semakin rendah. Sufianto (2004) menyatakan fkngsi air bagi tanaman memegang peranau penting dalam aktivitas tanaman. J i a kebutuhan air terpenubi maka aktivitas tanaman dapat maksimal dan jika tidak akan m e n d a n dan menghambat aktivitas tanaman. Dari hasil penelitian beliau menunjukkan pada pembeiian air 1.8 literkari didapat perkembangan d m umur tanaman pada kacang tanah terjadi lebih awal dan bobot 100 biji lebii berat daripada pemberian air 0.9 literhari dan 0.6 literkari Lebih lanjut

AriBin

(1999) menyatakan tanamankacang bijau yang tumbuh daiam kondisi kekurangan air hasil bijiuya lebih rendah d i b a n d i i a n dengan yang diaki secara normal.

Pertumbuhan dan produktivitas tanaman secara langsung dikaitkan dengan ketersediaan air. Air yang cukup tersedia akan mengoptimalkau pertumbuhan tanaman sehingga produktiiiias menjadi maksimal. Semakin rendahnya air yang tersedia akan menghambat pertumb~lhan dan akhirnya produktivitas akan rendah pula.

Evapotranspirasi Total

(39)

Tabel 17. Pengaruh Berbagai Frekuensi Irigasi terhadap Niai Evapotranspuasi Total

Frekuensi Irigasi

-

Peubah

.

I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7

...

(mm)

...

ET Total 2112.8a 1850.3ab 1885.8ab 1888.7ab 1813.6ab 1682.5b 1635.7b

Ket: Angka-angka pa& baris yang sama yang diikuti huruf yang sama tidakberbeda nyata pada uji Tukey pada taraf 0.05 (Tukey 0.05= 342.5)

Waktu pemberian perlakuan juga memberikau: pengaruh sangat nyata terhadap nilai evapotranspirasi total. Niai evapotranspirasi total pada waktu pembelian perlakuan selwuh fase pertumbuhan lebih rendah dibandiugkan dengan perlakuan 2 minggu dan 4 minggu sebelumpanen.

Tabel 18. Pengaruh Berbagai Waktu Pemberian- Perlakuan terhadap Niai Evapotranspirasi Total

Waktu Pemberian Perlakuan Peubah

- . -..

F1 F2 F3

...

(mm).

...

ET Total

-

1696.41, 1884.1a 1935.0a

Ket: Angka-angka pada baris yang s a u a yang d i i t i 11urnf yang sama tidak berbeda nyata pa& uji Tukey pada taraf0.05 (Tukey 0.05 = 149.6)

(40)

perlakuan selama fase pertumbuhan, 2 minggu dan 4 minggu sebelum panen; irigasi 50% air tersedia dengan waktu perlakuan 2 minggu dan 4 minggu sebelum panen serta kfgasi 25% dengan waktu pemberian perlakuan 2 minggu dan 4 miuggu sebelum pauen.

Tabel 19. lnteraksi antara Frekuensi Irigasi dengan waktu Pemberian Perlakuan terhadap Nilai Evapo:ranspirasi Total

Frekuensi Irigasi Waktu Pemberian Evapotranspirasi

Perlakuan Total

. ..

.

.. . . .

(m).

. ..

.

.

. higasi 2 hari Seluruh fase pertumbuhan 2059.2 ab sekali 2 minggu sebelum panen 2117.4 a

4 minggu sebelum panen 2161.8 a higasi 4 hari Seluruh fase pertumbuhan 1802.4 abc sekali 2 minggu sebelum panen 1943.1 abc 4 minggu sebelum panen 1805.5 abc higasi 6 hari Seluruh fase pertumbuhan 1900.9 abc sekali 2 minggu sebelum panen 1816.2 abc 4 minggu sebelum panen 1940.3 abc Irigasi b hari Seluruh fase pertumbuhan 1602.3 abc sekali 2 minggu sebelum panen 1892.8 abc

4 minggu sebelum panen 2171.0 a Irigasi 75% air Seluruh fase pertumbuhan 1982.9 ab tersedia 2 minggu sebelum panen 1745.3 abc

4 minggu sebelum panen 1712.5 abc Irigasi 50% air Seluruh fase pertumbuhan 1025.4 c tersedia 2 minggu sebelum panen 1876.9 abc

4 minggu sebelum panen 1965.3 ab Irigasi 25% air S e l d fase pertumbuhan 1321.4 bc tersedia 2 minggu sebelum panen 1796.9 abc

4 minggu sebelum panen 1788.9 abc

Tukey (0.05) 744.0

Ket: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyatapada

uji Tukey pa& taraf 0.05

[image:40.547.68.490.162.768.2]
(41)

Evapotranspirasi Aktuat

Hasil sidik ragam menuujukkan bahwa fiekuensi irigasi beipengaruh sangat nyata terhadap evapotranspirasi aktual pada 29 MST (Tabel 20), dimaua kigasi 2 haii sekali menghasiian nilai evapotratlspirasi aktual lebih besar dibaudiigkan dengan irigasi 50% air tersedia dan irigasi 25% air tersedia. Namun, tidak berbeda nyata dengan irigasi 4,6, 8 hari sekali dan irigasi 75% air tersedia.

Untuk waktu pemberian perlakuan, evapotranspirasi aktual beryengaruh nyata pada 15 MST d m berpengaruh sangat nyata pada 9 dan 17 MST (Tabel 21). Pada 9 MST waktu pemberian perlakuan 4 miuggu sebelum panen menghasilkan evapotranspirasi aktual lebih besar dibandiigkau dengan waktu pemberian perlakuan seluruh fase pertumbuhau dan 2 miuggu sebelum panen. Pada 15 dan 17 MST evapotranspirasi aktual pada waktu pemberian perlakuan 4 minggu sebelum panen lebih besar dibandingkau perlakuan seluruh fase pertumbuhan dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2 miuggu sebelum panen.

(42)
[image:42.797.77.746.99.287.2]

Tabel 20. Peugarul~ Berbagai Frekuensi higasi terhadap Evapotranspirasi Aktual

Frekuensi Irigasi Umur (MST)

[image:42.797.173.748.102.279.2]

7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 3 1

...

( d 2 mingguan)

...

Irigasi 2 hari sekali sampai KL 1.2 113.9 135.1 168.2 210.1 181.1 148.5 199.7 295.4 160.7 170.0 202.9 a 170.0 Irigasi 4 hari sekali sampaiKL 3.6 78.3 145.2 105.1 152.6 154.6 155.7 214.8 251.9 166.7 166.8 139.0 ab 166,s Irigasi 6 hari sekali sampai KZ, 2.7 91.9 121.4 167.0 194.1 178.2 175.2 212.9 172.8 206.0 157.0 111.9 ab 157.0 Irigasi 8 hari sekali sampai KL 3.4 97.3 184.4 111.3 209.1 178.6 179.3 170.1 246.3 156.3 148.8 128.4 ab 148.8 Irigasi sampai 75% air tersedia 1.3 90.2 166.3 158.7 196.9 162.6 171.2 205.2 226.1 132.9 125.2 113.9 ab 125.2 higasi sampai 50% airtersedia 1.0 82.6 159.9 124.4 194.0 125.0 160.0 177.5 235.4 112.3 123.0 97.7 b 123.0 Irigasisampai25%airtersedia 2.2 94.5 143.2 120.8 190.0 188.4 176.0 176.7 191.0 134.8 114.3 62.7b 114.3 Tukey(O.05) 4.5 64.1 83.0 81.6 99.2 105.5 142.3 83.8 127.0 92.0 85.3 93.7 85.3

Interaksi tn tn tn

**

tn tn

*

tn tn tn tn tn tn

Ket: Angka-at~gka pada kolo~n yang sama yang diikuti dengan huruf yang berbeda menu~~jukkan hasil yaug berbeda nyata pada uji Tukey pada taraf 0.05

KL = Kapasitas Lapng

Tabel 21. Pengaruh Berbagai Waktu Pemberian Perlakuan terhadap Evapotranspirasi Aktual

Waktu Pemberian Perlakuan Umur (MST)

,7 9 11 13 15 17 19 2 1 23 25 27 29 31

...

.(mu112 mingguan).

...

(43)
[image:43.801.65.761.103.460.2]

Tabel 22. Xnteraksi antara Perlakuan Frekuensi higasi dengan Waktu Pemberian Perlakuan Terhadap Evapotranspirasi Aktual

Irigasi Waktu Umur (MST)

(1) , , (F)

.

,

7 9 11 13 15 17 19 2 1 23 25 27 29 3 1

(44)

Pada 19 MST, irigasi 8 hali sekali dengan w a h - pemberian perlakuan 4 miuggi sebelum panen menghasilkan evapotranspirasi lebih besar dibandingkan dengan uigasi 2 hari sekali pada perlakuan 2 miuggu dan 4 miuggu sebelum panen; uigasi 4 hari sekali pada perlakuan 4 minggu sebelum panen; irigasi 6 hari sekali pada perlakuan 4 miuggu sebelum panen; irigasi 8 hari sekali selama fase peitumbuhan; irigasi 75% air tersedia pada perlakuan 4 zninggu sebelum panen; higasi 50% air tersedia selama fase pertumbuhan serta irigasi 25% air tersedia selama fase pemimbuhan. Namun, tidak berbeda nyata dengan perlakuan irigasi 2 hari sekai selama fase petumbuhan; irigasi 4 hari sekali selama fase pertumbuhan dan 2 miuggu sebelum panen; irigasi 6 hari sekali selama fase pertumbuhan dan 2 miuggu sebelum panen; uigasi 8 ban sekali pada perlakuan 2 miuggu sebelum panen; uigasi 75% air tersedia selama fase pertumbuhan dan 2 minggu sebelum panen; irigasi 50% air tersedia pada perlakuan 2 minggu dan 4 minggu sebelum panen seita ufgasi 25% air tersedia pada perlakuan 2 minggu dan 4 minggu

sebelum paneu.

Variasi dalam besarnya evapotranspirasi aktual terjadi dari hari ke hari karena adanya perubahan iklim Hari dengan suhu tinggi evepotranspirasi aktual akan tinggi pula serta sebaliknya jika suhu rendah maka evapotranspirasi aktuainya rendah. Evapotranspirasi yang tinggi akan menyebabkan kelembaban tanah rsndah sehingga kandungan air dalam tanah menjadi kecil.

Efisiensi Pemakaian Air (EPA)

Peranan air bagi tanaman sangat penting karena lebih dari 80% berat basah jaringan tumbuhan terdiri dari zir (Tjondronegoro et. al., 1999). Tanaman yang sedang tumbuh menggunakan air terus-menems tetapi besamya pemakaian berbeda sesuai dengan jenis tanaman, umur tanaman dan keadaan atmosfer yang

semuanya faktor yang dapat bervariasi.

(45)

Tabel 23. Pengamh Berbagai Frekuensi higasi terhadap Efisiensi Pemakaian Air (EPA) ,

Frekue~isi higasi EPA EPA

Biologis Agronomis g bk tajukkg air g bk iimpangtkg air higasi 2 haii sekali sampai KL 0.00022 0.00110 higasi 4 hari sekali sampai KL 0.00030 0.00124 Irigasi 6 hari sekali sampai KL 0.00026 0.00103 Ligasi 8 haii sekali sampai KL 0.00022 0.00110 Irigasi 75% air tersedia 0.00019 0.00097

higasi 50% air tersedia 0.00022 0.00097

Irigasi 25% air tersedia 0.00017 0.00074

Tukey (0.05) 0.0002 0.0008

Ket: Angka-angka pada kolom yang sama yang diiAuti hum€ yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey pada taraf 0.05

KL = Kapasitas Lapang

Tabel 24. Pengamh Berbagai Waktu Pemberian Perlakuan terhadap Efisiensi Pemakaian

Air

(EPA)

Waktu Pemberian Perlakuan EPA Biologis EPA Agronomis ...g bk tajukkg air..

. . .

.g bk rimpangkg air..

.

Seluruh Fase Pemtmbuhan 0.00018 0.00098

2 miuggu sebelum panen 0.00025 0.00107 4 minggu sebelum panen 0.00025 0.00101

Tnkey (0.05) 0.0002 0.0004

Ket: Angka-an& pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidakberbeda nyata pada uji Tukey pada taraf 0.05

Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa fiekuensi irigasi tidak berpengamh nyata terhadap EPA biologis dan agronomis (Tabel 23). Waktu pemberian perlakuan juga tidak berpengamh nyata terhadap nilai EPA biolcgis dan agronomis (Tabel 24). Begitu pula untuk interaksi antara fiekuansi irigasi dan waktu pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada EPA biologis dan agronolnis (Tabel 25).

(46)
[image:46.804.57.763.118.443.2]

Tabel 25. Interaksi antara Perla!cuan Frekuensi Irigasi dengan Waktu Pembe~ian Perlakuan pada Efisiensi Pemakaim Air (EPA)

Frekuensi Irigasi Waktu Pemberian Perlakuan EPA Biologis EPA Agronomis Irinasi 2 hari sekali samvai

-

KL Seluruh fase ~ertumbuhm 0.00029 0.00159

2 minggu sebelum panen 0.00012 0.00047

I minggu sebelum panen 0.00026 0.00125

Irigasi 4 h a ~ i sekali sampai KL S e l u d fase perturnbullan 0.00024 0.00122

2 minggu sebelum panec 0.00030 0.00124

4 minggu sebelum panen 0.00036 0.00125

Irigasi 6 hari sekali saml~ai KL Selumh fase pertumbuhan 0.00008 0.00070

2 minggu sebelum panen 0.00038 0.00 142

4 minggu sebelum panen 0.00030 0.00098

Irigasi 8 b a ~ i sekali sampai KL Selumb fase pertumbuhan 0.00026 0.00130

2 minggu sebelnm panen 0.00028 0.00122

4 minggu sebelum panen 0.00014 0.00077

Irigasi 75% air tersedia Seluruh fase pertumbuhan 0.00013 0.00077

2 minggu sebelum panen 0.00019 0.00112

4 minggu sebelum panen 0.00024 0.00102

Irigasi 50% air tersedia Seluruh fase pertumbnhan 0.00018 0.00088

2 minggu sebelum panen 0.00031 0.00120

4 minggu sebelum panen 0.00020 0.00084

Irigasi 25% air tersedia Seluruh fase p e m b u h a n 0.00008 0.00043

2 minggu sebelum pmen 0.00021 0.00081

4 minggu sebelum panen 0.00023 0.00096

Tukey (0.05) 0.0008 0.0017

(47)
[image:47.550.70.481.48.499.2]

Jika tanaman kekurangan air maka transpirasi akan berkurang karena stomata menutup sehingga fotosintesis juga berkurang. Hal inilah yang menyebabkan tanaman pada perlakuan irigasi 25% air tersedia menghasikan efisiensi pemakaian air lebih rendah dibandingkan dengan lainnya.

Gambar 1. Gra& Hubungan Evapotranspirasi dengan Bobot Kering Tajuk

Gambar 2. G r a a Hubungan Evapotranspirasi dengan Bobot Kering Total

Evapotanspirasi mempengaruhi produksi bahan kering tanaman. Berdasarkan Gambar 1 dan 2 dapat dilihat semakin tinggi -dai evapotranspirasi maka akan semakin tinggi bobot kering yaug dihasilkan.

Kadar Air Tanah

[image:47.550.159.402.343.468.2]
(48)

air yang rendah dari 7 MST sampai 3 i MST. Hal itu karena jumlah air yang diberikan paling sedikit dibandingkan yang lain. Sedaugkan untuk Gambar 4 (perlakuan 2 miuggu sebelum paneu) dan 5 (perlakuan 4 miuggu sebelum panell), perbedaau kadar air tauah yang mencolok autar perlakuan terjadi hanya salllyai 19 MST.

[image:48.547.67.477.16.797.2]

Frekuensi irigasi 8 hari sekali dengan waktu pemberian perlakuan seluruh fase pertumbuhan memberikan kadar air tanah yang relatif tinggi dengan rata-rata 52%. Tanaman yang diberi irigasi 8 hari sekali telah melakukan adaptasi terhadap cekaman air dengan mengurangi jumlah air yang hilang (tranpirasi) dengan menuruukan jumlah stomata yang terbuka. Menurut AdTm (1999) tanamau yaug berada dalam kondisi tercekam oleh situasi lingkuugan disekitamya secara fisiologis akan mengakibatkan reaksi fisiologis tertentu yaug lazim dikenal sebagai toleransi. Kadar air tauah yang rendah akan terjadi proses penghambatan terhadap reaksi metabolisme akibat keterbatasan penyerapau air dan tingginya proses evapotranspirasi yang terjadi sehingga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan tauaman.

Gambar 3. Grafik Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi pada Berbagai Umw Tanaman terhadap Waktu Pemberian Perlakuan Seluruh Fase Pe~tumbuhac

(49)

Umur Tanaman

Gambar 5. GraEc Kadar Air Tanah Sebelrun Irigasi pada Berbagai Umur Tanaman terhadap Waktu Pemberian Perlakuan 4 Minggu Sebelum Par;en

Keteraugan: I1 = Irigasi 2 hari sekali I5 = Irigasi 75% air tersedia

I2 = 'Ligasi 4 hari sekali I6 = Irigasi 50% air terseffla I3 = Irigasi 6 hari sekali I7 = Irigasi 25% air tersedia

[image:49.544.78.481.40.757.2]
(50)

KESJMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil analisis data danpembahasan yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulau sebagai berikut :

1. Tiugkat uigasi yang berbeda mempengaruhi peltumbuhan tanaman tetapi tidak berpengaruh terhadap produksi rimpang kencur. Tingkat kekuensi irigasi yang jarang akan menyebabkau pertumbuhan terhambat.

2. Waktu pemberian perlakuan mempenga~uhi ye~tumbuhan tanaman kencur tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap produksi kencur.

3. Interaksi antara tingkat irigasi dengan waktu pemberian perlakuan hanya memberikan pengaruh pada tinggi tanaman dan indeks luas dam.

4. Jadwal irigasi yang memberikan produksi dan efisiensi pemakaian air yang baik adalah irigasi yang dilakukan jika kadar air tanah tersisa 52% air tersedia mulai 4 MST sampai panen.

Saran

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Afiiastiui, J. 1988. Beitanam Kencur. Peuebar Swadaya. Jakaita. 20 hal.

Alaw S.M. 1999. Nutrient Uptake by Planting Uuder Stress Condition. In M. Pessarakli (ed) Handbook of Plant and Crop Stress. Secoud edition. Marcel Dekker. New York. Hal 285-303.

A&. 1999. Pelnanfaatan Kalium untuk Meniugkatkan Daya Tahaii Tanamau Kacang Hijau terhadap Kekeringan. Habitan Juinal Ihniah 10 (108): 58-62

Depaitemeu Peiiudustiim d m Perdagangan. 2004. Ekspor Komoditas noumigas. http: /~nnv. depriiz.go. id (10 desember 2004)

Fitter, A.H. dau P.K.M. Hay. 1991. Fisiologi Ligkungan Tanaman Budidaya. Teijemahan Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 421 hal.

Gandakoesoemah, R. 1975. Irigasi. Sumur. Bandung. 122 hal.

Gomez, K.A dan A.A Gomez. Prosedur Statistika Untuk Peitanian. Edisi Kedua. Penerbit UI. Jakarta. 698 ha1

Hale, M.G. d m P.M. Orcutt. 1987. The Physiology of Plmt Uuder Stress. A Willey-Jnterscience Publication. John Willey and Sons. New

>ark.

206p.

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Bogor. 192 hal.

Hansen, V. E, 0. W Israelsen dan G. E Stringham. 1992. Dasar-Dasar dm Praktek Ligasi. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta. 421 hal.

J o h , A.M. 1979. Water Flow iu Plants. Longman London and New York. Departement of Botany University of Glasgow. 225p.

Kartasapoetra, A.G dan M.M Sutedjo. 1994. Teknologi Pengairan Peitanian (higasi). Bxni Aksara. 188 hal.

Kozlowski, T.T. 1968. Water Deficits and Plant Growth vol.11 Plant Water Consumtion and Response. 333p.

Kramer, P.J. 1960. Physiology of Trees. MC Graw-I3dl Book Company. USA. 64211

Kramer, P.J. 1969. Plant and Soil Water Relantionships A Modern Syuthesis. MC Graw-Hill Book Company. New York. 484p.

(52)

Lubis, M.Y, J. Pitoro dan P. Wahid. 1999. Pengaruh Cekaman Air terhadap Pe~tumbuhan dan Produksi pada Tanaman Jambu Mete. Jurnal Penelitian Tauaman Iudustri 5 (1): 1-7

Mayer, B.S, and D.B Anderson. 1952. Plant Phisiology. Second Edition. Maruzen Company. 782p.

Murdiyarso, D. 1980. Diktat Pengantar Hidrometeorologi. Jurusan Agrometeorologi, lPB. 57 hal.

Nurhayati, M.H Bintoro dan Sudiarto.1995. Peng

Gambar

Grafik Hubungan Evapotranspirasi dengan Bobot Kering Total.. ....
Tabel 1. Pengaluh Berbagai Frekuensi higasi terhadap Tinggi Tanaman
Tabel 3. Iuteraksi antara Frekuensi Irigasi dengan Waktu Pemberian Perlakuan
Tabel 10. Interaksi antara Perlakuan Frekuensi Irigasi dengan Waktu Pernberian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proyek desain ini merupakan desain bangunan dengan fungsi edukasi yang nantinya akan digunakan oleh banyak orang, sehingga sistem struktur dari bangunan ini harus di desain

Kata asal sebelum pengimbuhan ialah َﻊَﻄَﻗ ertinya memotong, dan perbuatan memotong hanya berlaku sekali sahaja (Ibn Ha:jib 2005. ُﻞِﺑِﻹا ِﺖَﺗﱠﻮَﻣ

The aims of this study are to find out the portrayals of the characters and the biblical values conveyed through the five people that Eddie meets in heaven in Mitch Albom’s The

latihan dan tes, (4) multimedia interaktif berbasis internet ini juga dapat digunakan sebagai alternatif media pembelajaran secara konvensional maupun

Untuk proses kerja yang ketiga yakni pengarahan lokasi penempatan batubara di lokasi coal stockyard, tingkatan risiko yang terdapat pada aktivitas ini adalah Very

Peraturan Bupati Gresik Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gresik Tahun Anggaran

Maka ada dua frase pokok pembahasan dalam penelitian disertasi ini, yakni: Sinjai pra Islam dan sejarah penerimaan, penyebaran Islam serta Perubahan sosial dalam aspek pemahaman

“ Hasilnya sangat bagus sekali mbak. Dengan pendekatan- pendekatan langsung maka peserta didik akan lebih mengerti bahwa contoh merokok itu tidak baik, balapan