KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR
TINJAUAN ATAS REALISASI BELANJA KABUPATEN GRESIK
TAHUN ANGGARAN 2015
Diajukan oleh: Uluwan Maurits Thuba
NPM: 133060018719
Mahasiswa Program Studi Diploma III Akuntansi Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Dinyatakan Lulus Program Studi Diploma III Akuntansi
ii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TANGERANG SELATAN
PERSETUJUAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR
NAMA : ULUWAN MAURITS THUBA
NOMOR POKOK MAHASISWA : 133060018719
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
BIDANG STUDI : HUKUM KEUANGAN NEGARA
JUDUL KARYA TULIS TUGAS : TINJAUAN ATAS REALISASI BELANJA AKHIR KABUPATEN GRESIK TAHUN
iii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TANGERANG SELATAN
PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI
KARYA TULIS TUGAS AKHIRNAMA : ULUWAN MAURITS THUBA
NOMOR POKOK MAHASISWA : 133060018719
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
BIDANG STUDI : HUKUM KEUANGAN NEGARA
JUDUL KARYA TULIS TUGAS : TINJAUAN ATAS REALISASI BELANJA AKHIR KABUPATEN GRESIK TAHUN
ANGGARAN 2015
Tangerang Selatan, 06 September 2016
1. ... (Dosen Penilai I/Pembimbing) Tanda Setiya, S.E., M.E.
NIP 19700516 199201 1001
2. ... (Dosen Penilai II) Dr. Ir. Agung Budilaksono, SE., MM.
iv
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TANGERANG SELATAN
PERNYATAAN KEASLIAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIRNAMA : ULUWAN MAURITS THUBA NOMOR POKOK MAHASISWA : 133060018719
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI BIDANG STUDI : HUKUM KEUANGAN NEGARA
JUDUL KARYA TULIS TUGAS : TINJAUAN ATAS REALISASI BELANJA AKHIR KABUPATEN GRESIK TAHUN
ANGGARAN 2015
Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah hasil tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila terbukti saya melakukan tindakan plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus dan dicabut gelar yang telah diberikan.
Tangerang Selatan, 06 September 2016 Yang memberi pernyataan,
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, warrahmatullahi wabarokatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur penulis atas kehadiran Allah
SWT karena dengan segala limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyajikan semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan juga para
sahabat yang mulia. Semoga kelak kita dapat berjumpa dan berkumpul dengan
mereka di akhirat kelak.
Penulis sangat tertarik dengan mata kuliah Hukum Keuangan Negara karena
mata kuliah ini sangat berkaitan dengan kelangsungan hidup masyarakat dan seluruh
elemen penting di Indonesia. Tugas Akhir penulis yang mengangkat tema APBD
dengan judul “TINJAUAN ATAS REALISASI BELANJA PEMERINTAH
KABUPATEN GRESIK TAHUN ANGGARAN 2015” ini tiada mampu terselesaikan
tanpa iringan doa dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis sudah seharusnya untuk
mengucapkan terima kasih kepada :
1. H. Ahmad Sholeh Baidlowie, S.H. dan Hj. Syahidah selaku orang tua penulis
yang selalu memberikan semangat, doa, kasih sayang, dan tentunya uang bulanan
yang membuat penulis masih bisa hidup hingga menyelesaikan tugas akhir ini,
2. Bapak Kusmanadji Ak., MBA selaku Direktur Politeknik Keuangan Negara
STAN,
3. Bapak Yuniarto Hadiwibowo, M.A.,Ph.D. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
vi
4. Bapak Andy Prasetiawan Hamzah, S.S.T., M.Si.,Ak, CA selaku ketua Program
studi Diploma III Akuntansi, Politeknik Keuangan Negara STAN,
5. Bapak Tanda Setiya, S.E., M.E. selaku dosen pembimbing yang sangat simpel dan
mudah dalam memberikan bimbingan, selalu senyum dan ramah,
6. Bapak Dr. Ir. Agung Budilaksono, SE., MM. selaku dosen penilai yang bersedia
memberikan penilaian,
7. Teman, rekan, dan sahabat di kampus diantaranya teman seperjuangan di kelas
2AC, 4V, 6N, Kolega di Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Bintaro (HMI
KOTARO), STAPALA STAN, Ikatan Mahasiswa Nahdliyyin STAN (IMAN
STAN), Himpunan Keluarga Mahasiswa Alumni Pesantren Tebuireng (HIKMAT)
JABODETABEK serta Ikatan Mahasiswa Gresik (IMAGE) JABODETABEK.
Sebagai manusia yang tidak terlepas dari kesalahan penulis ingin mohon maaf
jika dalam karya tulis ini banyak kesalahan kata yang kurang berkenan di hati
pembaca.Penulis terbuka terhadap semua kritik dan saran yang membangun. Harapan
penulis dalam Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan khususnya untuk Pemerintah Kabupaten Gresik agar selalu
memberikan motivasi positif dan gerakan pembaruan agar pembangunan terus selalu
berjalan.
Tangerang, 06 September 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR... ii
HALAMAN PERNYATAAN LULUS TUGAS AKHIR ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
C. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah ...3
D. Metode Penelitian ...4
E. Sistematika Penulisan ...5
BAB II ...6
DATA DAN FAKTA ...6
A. Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Gresik...6
1. Sejarah Singkat ...6
2. Visi dan Misi ...7
viii
4. Aspek Daya Saing Daerah ...10
B. Gambaran Umum Belanja Daerah Kabupaten Gresik ...12
1. Anggaran dan Realisasi Belanja Tidak Langsung ...12
2. Pencapaian Realisasi Belanja Kabupaten Gresik ...13
BAB III ...15
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN ...15
A. Landasan Teori...15
1. Dasar-dasar Hukum yang terkait dengan Belanja Daerah ...15
2. Pengertian ...20
B. Pembahasan...25
1. Kondisi, Target dan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Gresik ...25
2. Kendala Realisasi Belanja ...33
3. Upaya Kabupaten Gresik dalam memaksimalkan Belanja Daerah ...35
BAB IV ...37
PENUTUP...37
A. Simpulan ...37
C. Saran ...38
DAFTAR PUSTAKA ...40
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR/GRAFIK
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bahwa Pemerintah pada
hakikatnya mengemban tiga fungsi utama yakni fungsi distribusi, fungsi stabilisasi,
dan fungsi alokasi. Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada umumnya lebih efektif
dan tepat dilaksanakan oleh Pemerintah pusat, sedangkan fungsi alokasi lebih tepat
jika dilaksanakan oleh Pemerintahan Daerah.
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diganti dengan UU
Nomor 23 Tahun 2014 dan diubah dengan UU Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi dasar dilaksanakannya otonomi daerah, pemerintah
daerah memiliki kewenangan dalam merancang Anggaran pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) dengan menetapkan prioritas dan plafon anggaran sebagai dasar
penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah. Belanja
Daerah merupakan salah satu unsur dari APBD, Menurut Peraturan Pemerintah
2
Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum yang mengurangi
ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Sedangkan menurut
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pendoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
Melihat Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah menegaskan bahwa setiap pemerintah
daerah wajib melakukan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD dengan
menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan setidaknya dalam laporan keuangan
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan.
Melihat kondisi diatas penulis tertarik terkait masalah realisasi belanja
pemerintah daerah, apakah sudah terealisasikan dengan baik dan tepat sesuai
anggaran Belanja pada APBD. Penulis nantinya akan menjelaskan secara detail dari
mulai identifikasi tentang Anggaran Belanja sampai realisasinya, dari hasil tinjauan
nanti, penulis akan mencoba memberikan saran berdasarkan teori yang telah dipelajari
dan akan menuangkan dalam Tugas Akhir yang diberi Judul “TINJAUAN ATAS
REALISASI BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK TAHUN
3
B. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penyusunan Karya Tulis Tugas
Akhir ini adalah :
1. Untuk salah satu persyaratan kelulusan perkuliahan Diploma III Keuangan
Spesialisasi Akuntansi di Politeknik Keuangan Negara – STAN,
2. Untuk mengetahui relevansi antara teori yang dipelajari selama perkuliahan
dengan penerapannya di lapangan,
3. Untuk meninjau realisasi atas Belanja kabupaten Gresik Tahun Anggaran 2015,
4. Untuk mengetahui kendala yang muncul dalam alokasi Belanja Kabupaten Gresik,
5. Untuk dijadikan sebagai saran yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, baik
internal Kabupaten Gresik maupun pihak diluar Kabupaten Gresik.
C. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah
Dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini, penulis hanya membahas hal – hal yang
berkaitan dengan belanja daerah, yang meliputi :
1. Dasar – dasar hukum dan teori yang memberi penjelasan tentang belanja daerah
dan hal – hal yang yang terkait dengannya,
2. Pencapaian atas realisasi belanja Kabupaten Gresik,
3. Kendala yang terjadi selama proses realisasi belanja Kabupaten Gresik,
4
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh data yang digunakan
dalam rangka mendukung penulisan Tugas Akhir (TA) ini terdiri dari dua metode,
yaitu :
1. Metode Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir,1988: 111).
Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber, seperti undang-undang tentang
pemerintahan daerah, peraturan Pemerintah, dan peraturan terkait lainnya tentang
belanja daerah, serta beberapa buku dan literatur yang berhubungan dengan Belanja
Daerah.
2. Metode Studi Kasus dan Lapangan
Studi kasus dan lapangan menurut Pollit dan Hungler (1997) dimaknai sebagai
metode penelitian yang menggunakan analisis mendalam, yang dilakukan secara
lengkap dan teliti terhadap seorang individu, keluarga, kelompok, lembaga, atau unit
sosial lain. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data – data yang
berhubungan dari Alokasi Belanja Daerah yang berhubungan dengan topik Alokasi
Belanja Daerah kepada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD) serta kepada Badan Perencanaan dan Pendapatan Daerah (BAPPEDA)
5
E. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini berisi gambaran umum atas laporan yang direncanakan akan
disusun oleh penulis. Meliputi latar belakang, tujuan , ruang lingkup pembahasan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II DATA DAN FAKTA
Dalam bab ini, penulis akan menyajikan data-data terkait kondisi umum
Pemerintah Kabupaten Gresik, Meliputi profil serta Anggaran dan Realisasi Belanja
Pemerintah Kabupaten Gresik.
3. BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan teori yang dijadikan landasan atas topik yang
dibahas. Diantaranya dasar-dasar Hukum Belanja Daerah, termasuk detail Belanja
daerah dan Pembagiannya. Teori-teori ini akan dipertemukan dengan hasil tinjuan di
lapangan yang menggambarkan tentang Keuangan Daerah, APBD, Belanja Daerah,
dan Realisasi Belanja Daerah.
4. BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dari apa yang telah diuraikan di bab-bab sebelumnya
dan beberapa saran yang diharapkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah
6
BAB II
DATA DAN FAKTA
A. Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Gresik
1. Sejarah Singkat
Menurut situs resmi kabupaten Gresik (http://gresikkab.go.id/profil/sejarah;
diakses pada tanggal 11 Juni 2016), Kabupaten Gresik sudah dikenal sejak abad ke-
11, awal mula Kabupaten Gresik adalah dikenal sebagai pusat perdagangan
mancanegara, sehingga banyak dikunjungi oleh pedagang Cina, Arab, Gujarat, dan
lain-lain. Kabupaten Gresik disebut sebagai Kota Wali ini dikarenakan karena adanya
Wali Songo yang bernama Sunan Giri dan Sunan Maulana Malik Ibrahim dan juga
sebagai Kota Santri karena banyak Pondok Pesantren dan Sekolah-sekolah yang
bernafaskan Islam.
Tahun 1487 merupakan hari lahirnya Kabupaten Gresik hal ini dikarenakan
Sunan Giri menjadi penguasa Pemerintahan Kala itu. Semula kabupaten ini bernama
7
Tahun 1974, namanya kemudian berganti dengan Kabupaten Daerah Tingkat II
Gresik.
2. Visi dan Misi
Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Gresik tahun
2011-2015, Visi Pemerintah Kabupaten Gresik adalah : “Terwujudnya Gresik yang
Agamis, Adil, Sejahtera, dan Berkehidupan yang Berkualitas”. Secara filosofi visi
tersebut dapat dijelaskan melalui makna yang terkandung di dalamnya, yaitu :
a. TERWUJUDNYA adalah Menjamin terlaksananya semua Program
Pembangunan untuk kepentingan rakyat Gresik,
b. GRESIK adalah satu kesatuan masyarakat dengan segala potensi dan sumber
dayanya dalam sistem Pemerintahan Kabupaten Gresik,
c. AGAMIS adalah Kondisi masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kebera’agama’an dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan meletakkan
kaidah keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa dalam menjalin hubungan antar
manusia dan lingkungannya,
d. ADIL adalah Perwujudan kesetaraan hak dan kewajiban secara
proporsional dalam segala aspek kehidupan tanpa membedakan golongan,
e. SEJAHTERA adalah Kehidupan individu dan masyarakat yang mampu memenuhi
kebutuhan dasar meliputi pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial; memliki
8
f. BERKEHIDUPAN YANG BERKUALITAS adalah Kemandirian dalam segala
aspek kehidupan yang dinikmati oleh segenap komponen masyarakat secara
berkeadilan dan bermartabat.
Untuk memenuhi Visi Kabupaten Gresik tersebut, maka ditetapkan Misi
sebagai berikut:
a. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat untuk
menumbuhkan prilaku masyarakat yang berakhlak mulia sesuai dengan simbol
Gresik sebagai kota Wali dan Kota Santri,
b. Meningkatkan pelayanan yang adil dan merata kepada masyarakat dan pengusaha
melalui tata kelola kepemerintahan yang baik,
c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan upaya menambah peluang kerja dan
peluang usaha melalui pengembangan ekonomi kerakyatan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menekan angka kemiskinan,
d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pemerataan
layanan kesehatan, mewujudkan pendidikan yang berkelanjutan,dan pemenuhan
kebutuhan dasar lainnya.
3. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gresik, Ekonomi Kabupaten
Gresik mengalami pertumbuhan sebesar 6,15% pada tahun 2015. Kondisi ini
9
yang mencapai sebesar 7,03%. Ditinjau berdasarkan posisi relatif Gresik terhadap
Jawa Timur, pertumbuhan ekonomi Gresik di atas ekonomi Jawa Timur yang
mengalami pertumbuhan 5,44% pada tahun 2015 atau melambat 0,42 poin
dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 5,86%. Kondisi ini
selaras bila ditinjau dari posisi relatif Gresik terhadap nasional pada tahun 2015 yang
tumbuh 4,79 persen atau melambat bila dibanding tahun 2014 yang mencapai 5,02
persen Posisi relatif pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik dapat dilihat pada
grafik berikut:
Gambar 1 Posisi Relatif Ekonomi Gresik, Jawa Timur dan Nasional
10
Gambar 2 Laju Inflasi Kabupaten Gresik Tahun 2014-2015
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik Tahun 2015
4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah adalah kemapuan perekonomian daerah dalam mencapai
pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap
terbuka pada persaingan domestik maupun internasional (Peraturan Daerah
Kabupaten Gresik Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2011-2015). Daya saing merupakan kemampuan sebuah
daerah untuk menghasilkan barang dan jasa untuk mencapai peningkatan kualitas
11
kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi
dan sumber daya manusia.
Kabupaten Gresik adalah salah satu dari wilayah penyangga kota Surabaya
(Surabaya Metropolitan Area). Dimana Kota Surabaya adalah ibu kota sekaligus pusat
ekonomi Jawa Timur dan kawasan Indonesia Timur. Di samping Kabupaten Gresik,
daerah lain yang juga dapat dikatakan sebagai kawasan penyangga Kota Surabaya
adalah Kabupaten Sidoarjo, Bangkalan, Mojokerto dan Lamongan. Keenam wilayah
ini dikenal dengan istilah kawasan Gerbangkertosusila.
Ketersedian infrastruktur di Kabupaten Gresik yang mendukung daya saing
Kabupaten Gresik antara lain:
a. Jalan Tol Surabaya – Gresik,
b. Jalan Nasional sebagai jalan Arteri primer (Surabaya – Gresik –Lamongan),
c. Jalan Nasional sebagai jalan Kolektor Primer (Gresik – Sadang lewat Pantura / Jl.
Daendels),
d. Jalan Propinsi sebagai jalan Kolektor Primer (Legundi – Bunder, Lakarsantri –
Bringkang, Wringinanom – Driyorejo – Surabaya),
e. Tersedianya Air Bersih PDAM,
f. Tersedianya Energi Listrik dan gas,
12
B. Gambaran Umum Belanja Daerah Kabupaten Gresik
1. Anggaran dan Realisasi Belanja Tidak Langsung
Berikut data terkait Anggaran Belanja Tidak Langsung dan Realisasi
Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik Tahun Anggaran 2014 dan 2015 :
Tabel 1 Anggaran Belanja Tidak Langsung dan Realisasi Pemerintah Daerah Gresik
Tahun Anggaran 2014
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) % BELANJA TIDAK
LANGSUNG 1.207.158.194.722,01 1.124.397.814.197,25 93%
Belanja Pegawai 851.401.407.408,01 800.412.594.479,00 94% Belanja Bunga 308.564.814,00 67.000.868,25 21% Belanja Subsidi 128.700.000,00 0,00 0% Belanja Hibah 112.202.416.000,00 103.401.483.000,00 92% Belanja Bantuan Sosial 28.972.465.000,00 27.024.005.000,00 93% Belanja Bagi Hasil kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
4.540.846.800,00 638.334.900,00 14%
Belanja Bantuan Keuangan
13
Tabel 2 Anggaran Belanja Tidak Langsung dan Realisasi Pemerintah Daerah Gresik
Tahun Anggaran 2015
Belanja Pegawai 937.030.419.465,11 833.852.461.490,00 88% Belanja Bunga 0,00 0,00 0% Belanja Subsidi 0,00 0,00 0% Belanja Hibah 146.330.724.300,00 143.469.355.300,00 98%
Belanja Bantuan Sosial 21.854.700.000,00 21.310.480.000,00 97% Belanja Bagi Hasil kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
68.001.331.582,00 40.088.838.578,00 58%
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa dan Partai Politik
306.838.078.531,70 306.232.981.581,00 99%
Belanja Tidak Terduga 2.000.000.000,00 341.044.000,00 17% Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tahun 2015
2. Pencapaian Realisasi Belanja Kabupaten Gresik
Berikut data terkait Anggaran Belanja Langsung dan Realisasi Pemerintah Daerah
14
Tabel 3 Anggaran Belanja Langsung dan Realisasi Pemerintah Daerah Gresik Tahun
Anggaran 2014
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) %
BELANJA
LANGSUNG 1.199.838.386.158,00 1.048.426.004.447,06 87%
Belanja Pegawai 91.624.285.931,00 86.264.228.669,00 94%
Belanja Barang dan Jasa 495.990.534.958,00 438.356.878.596,00 88%
Belanja Modal 612.223.565.269,00 523.804.897.182,06 85%
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tahun 2015
Tabel 4 Anggaran Belanja Langsung dan Realisasi Pemerintah Daerah Gresik Tahun
Anggaran 2015
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) %
BELANJA
LANGSUNG 1.327.804.843.136,29
1.183.918.120.828,17 89%
Belanja Pegawai 98.706.843.170,00 96.046.045.743,98 97%
Belanja Barang dan Jasa 573.709.513.136,29 503.620.386.579,20 87%
Belanja Modal 655.388.486.830,00 584.251.688.504,99 89%
15
BAB III
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Dasar-dasar Hukum yang terkait dengan Belanja Daerah
Dasar-dasar Hukum yang terkait dengan Belanja Daerah dan berbagai hal
yang terkait dengannya tertuang dalam :
a. Undang – undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah terakhir oleh
Undang – undang Nomor 02 Tahun 2015
Dalam pasal 298 menjelaskan bahwa Belanja Daerah diprioritaskan untuk
mendanai urusan Pemerintah wajib yang terkait dengan pelayanan dasar dengan
standar pelayanan minimal yang berpedoman pada standar teknis dan standar harga
satuan regional.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
16
Peraturan ini tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang ditetapkan agar bisa
dilaksanakannya perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, Peraturan ini
meliputi Ruang Lingkup Keuangn Daerah dan beberapa Peraturan terkait, Ruang
lingkup Keuangan Daerah diantaranya adalah:
1) hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman,
2) kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga,
3) penerimaan daerah,
4) pengeluaran daerah,
5) kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah,
6) kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
dan beberapa peraturan terkait dalam Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Peraturan
ini meliputi:
1) asas umum pengelolaan keuangan daerah,
17
3) struktur APBD,
4) penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD,
5) penyusunan dan penetapan APBD,
6) pelaksanaan dan perubahan APBD,
7) penatausahaan keuangan daerah,
8) pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
9) pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD,
10)pengelolaan kas umum daerah,
11)pengelolaan piutang daerah,
12)pengelolaan investasi daerah,
13)pengelolaan barang milik daerah,
14)pengelolaan dana cadangan,
15)pengelolaan utang daerah,
16)pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah,
17)penyelesaian kerugian daerah,
18)pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah,
18
Dalam pasal 26 menjelaskan bahwa Belanja Daerah dipergunakan dalam
rangka Pelaksanaan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau
Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib dan pilihan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban
daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem
jaminan sosial.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah Daerah
Peraturan ini ditetapkan agar bisa dilaksanakannya Perbendaharaan Negara,
dalam Peraturan ini mencakup beberapa hal diantaranya Pelaporan Keuangan dan
Kinerja, Komponen Laporan Keuangan, Penyusunan Laporan keuangan, Laporan
Kinerja, Suplemen Laporan Keuangan, Pernyataan Tanggungjawab, Laporan
Keuangan dan Kinerja Interim, Laporan Keuangan atas Pelaksanaan Kegiatan Dana
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan, Laporan Pertanggungjawaban Bendahara, Laporan
Manajerial dibidang Keuangan, Pengendalian Intern, dan Sanksi Administratif. Dalam
peraturan ini juga menjelaskan bahwa Anggaran Belanja Daerah adalah rencana
keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat.
d. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pendoman
19
Peraturan Menteri dalam Negeri ini ditetapkan karena adanya pengalihan dana
Bantuan Operasional Sekolah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, penetapan peraturan perundang-undangan
mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berimplikasi terhadap perubahan
struktur pendapatan, penegasan terhadap kedudukan pejabat pembuat komitmen,
penganggaran tahun jamak Dan pengaturan pendanaan tanggap darurat bencana.
Dalam pasal ini menjelaskan tentang Belanja Daerah terkait kode dan perhitungan
Belanja Daerah.
e. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pendoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015
Peraturan ini ditetapkan agar bisa dilaksanakannya Pengelolaan Keuangan
Daerah. Dalam peraturan ini juga menjelaskan bahwa Belanja Daerah harus
diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang
bersifat wajib untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar
masyarakat sesuai dengan kebutuhan serta dalam Anggaran Belanja Daerah 2015
dibatasi maksimum sama dengan Anggaran Belanja Daerah APBD Tahun 2014
apabila tidak ada perubahan.
f. Peraturan Bupati Gresik Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gresik Tahun Anggaran
20
Peraturan ini ditetapkan untuk memberikan petunjuk bagi Kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran agar dapat mengimplementasikan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara efektif dan efisien sesuai Peraturan
Perundang-Undangan. Didalam peraturan ini menjelaskan pelaksanaan Belanja
Daerah misalkan, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bertindak sebagai
Pengguna Anggaran yang mempunyai fungsi dan tanggungjawab atas tertib
penatausahaan anggaran dan pencapaian program kegiatan yang dilaksanakan pada
satuan kerja yang dipimpinnya.
2. Pengertian
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut ( Undang- Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, Ketentuan Umum Bab 1 Pasal 1 dalam Peraturan Pemerintah
mencakup definisi sebagai berikutt:
a. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
21
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut,
c. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
Menurut Undang – undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gresik Tahun
Anggaran 2015, Pemerintah Daerah menetapkan capaian kinerja, baik dalam konteks
daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, yang bertujuan
untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas
dan efisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan
informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran
yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator,
tolok ukur dan target kinerjanya.
a. Belanja Tidak Langsung
1) Belanja Pegawai
a) Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah
(PNSD),
22
c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan
pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai,
d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada
APBD,
e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan kematian bagi
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD
dibebankan pada APBD,
f) Penganggaran tambahan Penghasilan PNSD harus memperhatikan kemampuan
keuangan daerah dengan persetujuan DPRD,
g) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
h) Tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilan guru PNSD yang
bersumber dari APBN.
2) Belanja Bunga
Bagi daerah yang belum memenuhi kewajiban pembayaran bunga pinjaman,
baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang supaya
dianggarkan pembayarannya dalam APBD.
3) Belanja Subsidi
Pemerintah Daerah dapat menganggarkan belanja subsidi kepada
perusahaan/lembaga tertentu yang menyelenggarakan pelayanan publik, antara
lain dalam bentuk penugasan pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Umum (Public
23
4) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD.
5) Belanja Bagi Hasil Pajak
Belanja Bagi Hasil Pajak Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang
bersumber dari pendapatan pemerintah provinsi kepada pemerintah
kabupaten/kota.
6) Belanja Bantuan Keuangan
Pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dapat menganggarkan
bantuan keuangan kepada pemerintah daerah lainnya yang didasarkan pada
pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan urusan
pemerintahan daerah yang tidak tersedia alokasi dananya dan/atau menerima
manfaat dari pemberian bantuan keuangan tersebut, sesuai kemampuan keuangan
masing-masing daerah.
7) Belanja Tidak Terduga
Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan
mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran sebelumnya dan kemungkinan
adanya kegiatan - kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar
kendali dan pengaruh pemerintah daerah.
b. Belanja Langsung
24
Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah, penganggaran
honorarium bagi PNSD dan Non PNSD memperhatikan asas kepatutan, kewajaran
dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai dengan
kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai target kinerja
kegiatan dimaksud.
2) Belanja Barang dan Jasa
a) Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan,
b) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat yang bersifat
lomba, penghargaan atas prestasi,
c) Penganggaran belanja barang pakai habis,
d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang
tidak mampu,
e) Penganggaran belanja yang bersumber dari dana kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Milik Pemerintah
Daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD,
f) Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikan pada masing-masing SKPD,
g) Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat
pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa,
h) Penganggaran belanja perjalanan dinas.
3) Belanja Modal
25
b) Penganggaran untuk pengadaan kebutuhan barang milik daerah dan pemeliharaan
barang milik daerah menggunakan dasar perencanaan kebutuhan dan
pemeliharaan barang milik daerah,
c) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum,
d) Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam
rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari
12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
Menurut M. Nafarin (2012) Anggaran adalah : “Suatu rencana tertulis
mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kualitatif dan umumnya
dinyatakan dalam satuan uang atau dalam jangka waktu tertentu.”
Menurut Dedi Nordiawan (2010) Realisasi adalah : “Proses yang harus
diwujdkan untuk menjadi kenyataan dan pelaksanaan yang nyata agar realisasi dapat
sesuai dengan harapan diinginkan.”
Dari definisi ini penulis menyimpulkan bahwa anggaran merupakan rencana
yang dilaksanakan oleh organisasi untuk masa yang akan datang dalam jangka waktu
tertentu yang dinyatakan dalam satuan uang dan Realisasi anggaran digunakan untuk
pertanggungjawaban atas anggaran yang telah dibuat.
B. Pembahasan
1. Kondisi, Target dan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Gresik
Menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 menjelaskan bahwa
26
a. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan
urusan dan kewenangannya,
b. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan,
c. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses
informasi seluas-luasnya tentang APBD,
d. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat,
e. Memperhatikan asas keadilan dan kepatutan, dan
f. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan
peraturan daerah lainnya.
Sesuai dengan prinsip ini, penulis mendapatkan temuan bahwa Pemerintah
Kabupaten Gresik tidak memenuhi prinsip ketiga yaitu Transparan, hal ini
dikarenakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran
2015 dan realisasinya tidak di publikasikan kepada Masyarakat khususnya di website
resmi Pemerintah Kabupaten Gresik, harusnya website resmi menunjukkan
transparansi keuangan secara baik dan transparan, berbeda dengan kota lain yang
penulis amati seperti Pemerintah Kabupaten Lamongan, dalam website resminya
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) beserta realisasinya di
publikasikan secara transparan dan up to date.
Belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang terdiri
27
perundang- undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta
mengembangkan sistem jaminan sosial. Pelaksanaan urusan wajib berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan (Permendagri Nomor 37
Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2015), dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Gresik sudah
melaksanakan dengan baik. Penulis melihat data Anggaran Belanja Langsung Tahun
2015 yang terdiri dari urusan wajib maupun urusan pilihan, diantara jumlahnya adalah
sebagai berikut:
Tabel 5 Anggaran Belanja Langsung Urusan Wajib dan Urusan Pilihan
URAIAN BELANJA URUSAN WAJIB (Rp) URUSAN PILIHAN (Rp)
Belanja Pegawai 96.426.476.270,00 2.280.366.900,00
Belanja Barang Jasa 524.136.301.504,29 49.573.211.632,00
Belanja Modal 639.519.739.482,00 15.868.747.348,00
Total 1.260.082.517.256,29 67.722.325.880,00
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Menurut Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, rincian Urusan
28
Urusan Wajib :
a. Dinas Pendidikan,
b. Dinas Kesehatan,
c. Dinas Pekerjaan Umum,
d. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah,
e. Dinas Perhubungan,
f. Badan Lingkungan Hidup,
g. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
h. Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan,
i. Dinas Sosial,
j. Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
k. Dinas Tenaga Kerja,
l. Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan,
m. Badan Penanaman Modal dan Perizinan,
n. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga,
o. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik,
29
q. Sekretariat Daerah,
r. Sekretariat DPRD,
s. Inspektorat Daerah,
t. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah,
u. Badan Kepegawaian Daerah,
v. 18 Kecamatan,
w. Sekretariat Dewan Pengurus Korpri,
x. Kantor Ketahanan Pangan,
y. Badan Pemberdayaan Masyarakat,
z. Kantor Perpustakaan dan Arsip,
Urusan Pilihan:
a. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan,
b. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan,
c. Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan,
Menurut Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kabupaten
Gresik Akhir Tahun 2015 Proporsi Belanja Tidak Langusng Tahun 2015 masih lebih
tinggi dibandingkan dengan proporsi Belanja Langung, begitupula realisasi belanja
30
langsung. Akan tetapi, realisasi belanja daerah tahun 2015 telah melampaui estimasi
RPJMD 2011-2015 sebesar Rp1.730.571.020.000,00 bahkan realisasinya lebih dari
200% dari estimasi belanja daerah tahun 2015 dalam RPJMD 2011-2015. Proporsi
belanja modal tahun 2015 sebesar Rp655.388.486.830,00 dan terealisasi sebesar Rp
584.251.688.504,00 telah melampaui estimasi belanja modal tahun 2015 dalam
RPJMD 2011-2015 sebesar Rp428.187.630.000,00 dalam RPJMN 2011-2015
ditargetkan proporsi belanja modal bagi daerah kabupaten/kota di Wilayah Jawa dan
Bali sebesar 25% pada tahun 2015, sedangkan kondisi eksisting proporsi belanja
modal dalam APBD Gresik Tahun 2015 telah mencapai kisaran 21%. Sehingga untuk
mencapai kisaran 25% pada tahun 2019 tidaklah terlalu sulit. Namun jika
dibandingkan dengan proporsi belanja pegawai, proporsi belanja modal masih relatif
kecil dibandingkan dengan proporsi belanja pegawai yang lebih
Rp1.000.000.000.000,00 (belanja pegawai pada belanja tidak langsung+belanja
pegawai langsung).
Capaian Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung yang direalisasikan
oleh Pemerintah Kabupaten Gresik tahun 2015 belum mencapai target, ada yang
mengalami kenaikan, penurunan dan tetap dalam merealisasikan Anggaran jika
dibandingkan dengan tahun 2014, tetapi secara keseluruhan ada banyak peningkatan
dibandingkan penurunan dalam merealisasikan Belanja Daerah, diantaranya adalah:
a. Belanja Tidak Langsung mengalami penurunan 3%,
31
c. Belanja Bungan mengalami penurunan 21%,
d. Belanja Subsidi tetap,
e. Belanja Hibah mengalami kenaikan 6%,
f. Belanja Bantuan Sosial mengalami kenaikan 4%,
g. Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
mengalami kenaikan 44%,
h. Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan
Desa dan Partai Politik mengalami kenaikan 5%,
i. Belanja Tidak Terduga mengalami penurunan 2%,
j. Belanja Langsung mengalami kenaikan 2%,
k. Belanja Pegawai – Belanja Langsung mengalami kenaikan 3%,
l. Belanja Barang dan Jasa mengalami penurunan 1%,
m. Belanja Modal mengalami kenaikan 4%.
Tabel 6 Anggaran Belanja Tidak Langsung dan Realisasi Pemerintah Daerah Gresik
Tahun Anggaran 2015
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) % BELANJA TIDAK
LANGSUNG
1.482.055.253.878,81 1.345.295.160.949,00 90%
32
Belanja Bunga 0,00 0,00 0% Belanja Subsidi 0,00 0,00 0% Belanja Hibah 146.330.724.300,00 143.469.355.300,00 98%
Belanja Bantuan Sosial 21.854.700.000,00 21.310.480.000,00 97%
Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
68.001.331.582,00 40.088.838.578,00 58%
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa dan Partai Politik
306.838.078.531,70 306.232.981.581,00 99%
Belanja Tidak Terduga 2.000.000.000,00 341.044.000,00 17%
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tahun 2015
Tabel 7 Anggaran Belanja Langsung dan Realisasi Pemerintah Daerah Gresik Tahun Anggaran 2015
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) %
BELANJA LANGSUNG 1.327.804.843.136,29 1.183.918.120.828,17 89%
Belanja Pegawai 98.706.843.170,00 96.046.045.743,98 97%
Belanja Barang dan Jasa 573.709.513.136,29 503.620.386.579,20 87%
Belanja Modal 655.388.486.830,00 584.251.688.504,99 89%
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tahun 2015
Melihat Tabel 6, Tabel 7 dan Lampiran 1 pencapaian Belanja tidak ada yang
100%, diantaranya Belanja Tidak Langsung 90% dan Belanja Langsung 89%. Dengan
rincian Belanja Tidak Langsung yaitu Belanja Pegawai 88%, Belanja Bunga 0%,
Belanja Subsidi 0%, Belanja Hibah 98%, Belanja Bantuan Sosial 97%, Belanja Bagi
33
Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota/Pemerintah Desa dan Partai Politik 99%,
Belanja tidak terduga 15%. Dari total Belanja Tidak Langsung sebesar
Rp1.345.295.160.949,00, 62% Belanja Pegawai, 0% Belanja Bunga, 0% Belanja
Subsidi, 10% Belanja Hibah, 2% Belanja Bantuan Sosial, 3% Belanja Bantuan
Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa, 22% Belanja
Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota/Pemerintah Desa dan Partai
Politik, dan 1% Belanja Tidak Terduga. Dari data ini kita ketahui bahwa Alokasi
Belanja Tidak terduga paling banyak untuk alokasi Belanja Pegawai, dan Belanja
Bunga serta Belanja Subsidi 0% dikarenakan tidak dianggarkan diawal.
Capaian Belanja Langung juga tidak ada yang 100% dari Anggaran yang
sudah ditetapkan diantaranya Belanja Pegawai 94%, Belanja Barang dan Jasa 88%
dan Belanja Modal 85%. Dari total Belanja Langsung senilai
Rp1.048.426.004.447,00, 9% Belanja Pegawai, 41% Belanja Barang dan Jasa, 50%
Belanja Modal. Dari data diketahui bahwa dari total Belanja Langsung paling banyak
dialokasikan untuk Belanja Modal yang sifatnya lebih dari satu tahun.
2. Kendala Realisasi Belanja
Dalam wawancara penulis dengan salah satu pegawai di Badan Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah menyatakan bahwa realisasi anggaran tidak
mencapai target dikarenakan tiap SKPD yang ada di Kabupaten Gresik dalam
melaksanakan program dan kegiatannya kurang memaksimalkan dana yang diberikan,
sekalipun proses dalam pencairan dana di Kabupaten Gresik sudah terintegrasi dengan
34
Menurut tenaga ahli dari Universitas Airlangga (UNAIR) sebagai Panitia
Khusus DPRD Gresik yang membahas Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
(LKPJ), dalam menanggapi LKPJ Kepala Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2015
Penyerapan anggaran belanja di Pemerintah Kabupaten Gresik Tahun Anggaran 2015
mencapai 90,01%, tidak terealisasi sebesar 9,99% karena adanya efisiensi, sisa
lelang, atau alasan lainnya. Penyerapan anggaran Kabupaten Gresik cukup baik
dibandingkan dengan Kabupaten Sidoarjo sebesar 84,43%, Kabupaten Bekasi sebesar
84% dan Kabupaten Malang sebesar 90,70%. Permasalahan klasik yang dihadapi
dalam serapan anggaran ialah penyerapan anggaran dilakukan pada Triwulan IV atau
menjelang berakhirnya tahun anggaran. Dengan perkataan lain bahwa serapan
anggaran pada triwulan I, II, dan III sangat tidak optimal. Bandingkan dengan
penyerapan anggaran Kabupaten Semarang pada triwulan III Tahun 2015 sudah
mencapai 54,53% dan Kabupaten Pati sebesar 52,93% bahkan penyerapan anggaran
tingkat Provinsi pada Triwulan II Tahun 2015 terbilang sangat tinggi seperti Provinsi
Jambi sebesar 48,63%, Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 45,33%, dan Provinsi
Kepulauan Riau 38,89%. Dengan demikian, maka sebenarnya penyerapan anggaran
dengan dalih bahwa APBD lambat disahkan, terlambatnya juknis/juklak DAU/DAK,
atau perlunya PPK menjabarkan proyek yang masih bersifat umum sebagai
penghambat serapan anggaran dapat dibantah dengan tingginya penyerapan anggaran
35
3. Upaya Kabupaten Gresik dalam memaksimalkan Belanja Daerah
Rekomendasi yang diberikan oleh tenaga ahli dari UNAIR dalam menanggapi
LKPJ Kepala Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2015 terkait Belanja dan penyerapan
Anggaran adalah:
a. Proporsi belanja modal pada tahun-tahun yang akan datang harus terus
ditingkatkan hingga mencapai paling sedikit 25% pada tahun 2019,
b. Perlunya analisis terhadap permasalahan yang dihadapi dalam penyerapan
anggaran. Jadi, bukan hanya besaran realisasi belanja yang dijadikan target
melainkan realisasi penyerapan anggaran secara cepat dan tepat,
c. strategi penyerapan anggaran di Kabupaten Gresik harus ditingkatkan sehingga
serapan anggaran bukan hanya terjadi pada triwulan IV atau bahkan oleh
masyarakat dianggap sekedar “menghabiskan” anggaran di akhir tahun dengan
mengabaikan output/outcome dan kualitas program/ kegiatan yang dicapai.
Dalam Laporan Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2015
ada beberapa upaya yang dilakukan juga sebagai bentuk pelaksanaan sasaran startegis
peningkatan pengelolaan keuangan dan aset daerah, upaya yang dilakukan adalah:
a. Perlu adanya Komitmen yang kuat dari seluruh jajaran perangkat daerah terhadap
kepatuhan pada manajemen pengelolaan keuangan daerah yang benar dan sesuai
dengan aturan yang ada melalui perubahan pola pikir dan budaya birokrasi di
36
b. Perlu dijalin kerja sama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kualitas
laporan keuangan. Salah satunya yakni dengan mengajak Perwakilan BPKP
Provinsi Jawa Timur guna memperkuat kerja sama peningkatan dan
pengembangan manajemen pemerintah, pengelolaan keuangan daerah dan
37
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah melakukan pembahasan berdasarkan data dan fakta yang ada, penulis
dapat menarik simpulan sebagai berikut:
1. Realisasi Belanja Kabupaten Gresik tahun 2015 secara keseluruhan mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan Tahun 2014, hal ini menandakan kenaikan
kinerja keuangan oleh Pemerintah Kabupaten Gresik,
2. Pencapaian Realisasi Belanja Daerah tidak mencapai target 100% dengan rincian
Belanja Tidak Langung 90% dan Belanja Langsung 89%,
3. Pemerintah Kabupaten Gresik dalam Laporan Kinerja Pertanggungjawaban
Kepala Daerah Kabupaten Gresik Akhir Tahun 2015 Proporsi Belanja Tidak
Langusng Tahun 2015 masih lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi Belanja
Langung, begitupula realisasi belanja langsung tahun 2015 masih lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi belanja langsung. Akan tetapi, realisasi belanja
38
Rp1.730.571.020.000,00 bahkan realisasinya lebih dari 200% dari estimasi belanja
daerah tahun 2015 dalam RPJMD 2011-2015,
4. Kabupaten Gresik baik dalam merealisasikan Belanja Daerah yaitu 90,01% , tidak
terealisasi 9,99% dan baik jika dibandingkan dengan daerah lain, .
5. Kendala yang terjadi dalam melaksanakan realisasi anggaran dikarenakan SKPD
yang kurang memaksimalkan dana yang diberikan, sekalipun proses dalam
pencairan dana sudah terintegrasi dengan baik dan karena adanya efisiensi, sisa
lelang, atau alasan lainnya,
6. Upaya Pemerintah Kabupaten Gresik dalam merealisasikan Belanja diantaranya
dengan meningkatkan penyerapan anggaran serta merealisasikannya dengan
output/outcome pelaksanaan kegiatan dan program yang berkualitas.
B. Saran
Penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan dengan
Realisasi Belanja. Saran yang dapat penulis sampaikan antara lain:
1. Pemerintah Kabupaten Gresik hendaknya mempublikasikan secara transparan
terkait APBD dan Realisasinya, hal ini agar masyarakat secara umum percaya
akan kinerja Pemerintah Kabupaten Gresik,
2. Apabila dalam hal keuangan sudah transparan, maka masyarakat pun bisa turut
aktif dalam membangun pemerintah, melalui masukan dan kritik terhadap kinerja
Pemerintah,
3. Pemerintah Kabupaten Gresik hendaknya mengontrol terus terhadap seluruh
program dan kegiatan yang dilaksanakan SKPD agar dapat berjalan dengan baik
39
4. Pemerintah Kabupaten Gresik hendaknya memberikan peringatan kepada setiap
SKPD yang selalu mencairkan dana besar-besaran di akhir tahun yaitu triwulan ke
IV,
5. Upaya-upaya yang sudah direncakan hendaknya dapat dilaksanakan semua,
sehingga nantinya akan tercipta kabupaten Gresik yang lebih baik dan dapat
40
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku
Sutedi, Adrian. 2010. Hukum Keuangan Negara. Jakarta: Sinar Grafika.
Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Peraturan
Republik Indonesia. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Republik Indonesia. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah.
Republik Indonesia. Undang – Undang Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pendoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pendoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015.
Peraturan Bupati Gresik Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gresik Tahun Anggaran 2015.
Web