• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Bahaya and Penilaian Risiko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Identifikasi Bahaya and Penilaian Risiko"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Identifikasi Bahaya & Penilaian Risiko PT. XYZ

Yustinus Adityawan H 1

1yadityawan@gmail.com (Coressponding Author)

Abstrak

Meningkatnya permintaan terhadap komoditas batubara, menyebabkan PT. XYZ selaku per usahaan yang bergerak dalam pelayanan pelabuhan muat batubara di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur turut meningkatkan kapasitas produksinya. Peningkatan tersebut berimplikasi terhadap peningkatan terhadap interaksi jumlah tenaga kerja, jumlah peralatan dan baha n, metode kerja, dan lingkungan kerja. Interaksi tersebut dapat berpotensi mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, serta pencemaran lingkungan hidup.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai risiko K3LH yang terdapat di area kerja PT. XYZ serta 2merumuskan tindakan pengendalian risiko K3LH, sehingga produktivitas yang telah ditargetkan dapat tercapai. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan desain studi observasional. Dimana pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan manajemen risiko AS/NZS 4360:2004.

Jenis bahaya yang terdapat dalam proses kerja pada tahapan operasional PT. XYZ antara lain : bahaya tingkah laku (33%), bahaya mekanis (24%), bahaya fisika (14%), bahaya kimia (11%), bahaya kondisi lingkungan (10%) dan bahaya ergonomis (7%). Tingkatan risiko pada rangkaian proses kerja pada tahapan operasional setelah dilakukan tindakan pengendalian (existing level) adalah Very High, Priority 1, Substansial, dan Priority 3. Dimana tindakan pengendalian risiko yang dilakukan antara lain adalah eliminasi, substitusi, rekayasa teknis, pelatihan, serta pengendalian administratif.

Kata kunci : Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian Risiko, PT. XYZ

01. Pendahuluan

PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam jasa pelayanan pelabuhan muat batubara, dimana kegiatan operasionalnya berada di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan komoditas batubara, maka kapasitas produksi PT. XYZ juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan tersebut tentunya membawa implikasi yang cukup penting, yakni meningkatnya interaksi antara jumlah tenaga kerja, jumlah peralatan dan bahan, metode kerja, serta lingkungan kerja. Interaksi antar komponen tersebut berpotensi untuk mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, serta pencemaran lingkungan hidup.

Guna meminimalisir dampak sebagai konsekuensi yang tidak terpisahkan dari peningkatan kapasitas produksi, maka PT. XYZ menerapkan manajemen risiko yang diintegrasikan dalam sistem manajemen K3LH perusahaan. Pengintegrasian manajemen risiko tersebut sejalan dengan amanat UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Pasal 87 ayat (01)) dan UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Pasal 87), yang mana perusahaan diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sejalan dengan sistem manajemen perusahaan.

(2)

02. Tinjauan Pustaka

02.1. Bahaya

Bahaya adalah kemampuan yang melekat pada sesuatu baik energi, peralatan, maupun aktivitas dan mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian (Pasman, 2015). Bahaya dapat dibagi menjadi 2 kelompok yakni bahaya keselamatan kerja (Safety Hazard) dan bahaya kesehatan kerja (Health Hazard).

Bahaya keselamatan kerja (Safety Hazard) merupakan bahaya yang mempunyai dampak terhadap timbulnya kecelakaan kerja dapat berupa luka (injury), cacat, kematian, smaupun kerusakan aset perusahaan. Bahaya keselamatan kerja dapat dibagi menjadi 1Bahaya mekanis yakni bahaya yang bersumber dari peralatan mekanis ataupun benda bergerak baik secara manual/ melalui mesin; 2Bahaya elektrik merupakan bahaya yang berasal dari energi listrik yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperi kebakaran, sengatan listrik, ataupun hubungan arus pendek; serta 3Bahaya kebakaran dan peledakan yakni bahaya yang berasal dari bahan kimia yang mempunyai karakteristik mudah terbakar (flammable) dan mudah meledak (explosive).

Sedangkan bahaya kesehatan kerja (Health Hazard) merupakan bahaya yang mempunyai dampak terhadap kesehatan manusia dan dapat menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja. Klasifikasi bahaya kesehatan kerja antara lain 1Bahaya fisika yang berupa kebisingan, getaran, radiasi, suhu ekstrim, dan pencahayaan; 2Bahaya kimia yakni bahaya yang berasal dari bahan kimia berbahaya karena komposisi, karakteristik, dan jumlahnya dapat menyebabkan keracunan dan iritasi; 3Bahaya biologi merupakan bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup seperti bakteri, virus, jamur, serta vektor penyakit; 4Bahaya ergonomi merupakan bahaya yang ditimbulkan akibat aktivitas kerja yang terus menerus; serta 5Bahaya psikologi merupakan bahaya yang berasal dari aktivitas pekerjaan seperti beban pekerjaan yang berat, hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman.

02.2. Risiko

Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan dan kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu. Risiko diukur berdasarkan nilai peluang (probability) dan konsekuensi (consequence). Dimana konsekuensi hanya akan terjadi, apabila terdapat bahaya dan kontak (exposure) antara manusia dengan peralatan ataupun material dalam suatu interaksi kerja. Adapun persamaan matematis dari risiko adalah sebagai berikut :

Gambar 01. Persamaan matematis risiko

02.3. Manajemen Risiko(AS/NZS 4360:2004)

Manajemen risiko merupakan metode sistematis yang tersusun dari beberapa tahapan yakni penetapan konteks, identifikasi, meneliti, perlakuan, monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan aktivitas, proses, ataupun fungsi pekerjaan; sehingga dapat memperkecil kerugian yang akan berdampak terhadap perusahaan. Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk memperkecil kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Diagram proses mengenai manajemen risiko dapat disimak pada Gambar 02.

(3)

Gambar 02. Diagram Manajemen Risiko (AS/NZS 4360 : 2004)

02.4. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi ataupun keadaan yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. Langkah yang paling mudah untuk menghilangkan ataupun mengendalikan bahaya adalah melalui identifikasi bahaya yang terdapat di area kerja. Adapun metode yang digunakan dalam identifikasi bahaya dalam penelitian ini adalah JSA (Job Safety Analysis).

02.5. Analisa Risiko

Analisa risiko dilakukan untuk menentukan besarnya nilai dari suatu risiko dengan mempertimbangkan antara estimasi nilai konsekuensi dengan perhitungan terhadap program pengendalian yang telah dilakukan (Pratama, 2012). Metode analisis risiko yang umum digunakan antara lain adalah metode kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif. Adapun metode analisis risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semi kuantitatif.

Dalam metode analisis risiko semi kuantitatif, nilai yang diberikan harus dapat mempresentasikan mengenai derajat konsekuensi maupun kemungkinan dari risiko yang ada dalam setiap proses kerja. Ketepatan perhitungan tergantung dari tingkat pengetahuan dalam proses terjadinya sebuah risiko. Metode ini terdiri dari 3 faktor utama yaitu consequence, exposure, dan likelihood yang telah ditentukan rating dan nilainya. Dimana hasil perkalian terhadap 3 faktor utama tersebut, menghasilkan tingkatan risiko.

M

o

n

ito

r

&

Re

v

iew

Ko

m

u

n

ik

asi & Ko

n

su

lt

asi

Menentukan Konteks

Identifikasi Bahaya

Analisa Risiko

Evaluasi Risiko

(4)

Tabel 01. Kriteria dan Nilai dari Faktor Consequences (Keparahan)

Tingkatan Rating

Kriteria Kerusakan Aset

Perusahaan Kerugian Finansial Lingkungan Reputasi Kegiatan Operasional Keselamatan

Catastrophe 100 > 100,000 USD > 30 % dari anggaran tahunan perusahaan.

Terjadi kerusakan lingkungan yang masif (luasan wilayah dan besaran dampak yang besar). Perlu kajian teknis mendalam, tindakan penanganan yang tersistematis & multi-disiplin, dan jangka waktu tindakan penanganan yang cukup lama.

Telah menjadi perhatian dunia internasional dan diliput oleh banyak media kabar internasional/nasional. Dimana produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh aktivitas organisasi.

Terjadi kerusakan lingkungan bersifat lokal (luasan wilayah dan besaran dampak yang tidak terlalu besar).

Menjadi perhatian nasional dan diliput oleh media kabar nasional. Terdapat beberapa aktivitas perusahaan yang perlu dikaji ulang.

Aktivitas operasional

Tidak dipenuhinya persyaratan peraturan perundang-undangan lingkungan hidup, seperti Izin Lingkungan, Izin PPLH, tidak adanya kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Menjadi perhatian masyarakat lokal dan diliput oleh media kabar lokal dengan durasi

Persyaratan lingkungan sudah dilengkapi, tindakan pengelolaan dan pemantauan sudah dilakukan, tetapi terdapat ≥ 1 komponen yang tidak sesuai dengan baku mutu lingkungan.

Menjadi perhatian masyarakat lokal dan diliput oleh media kabar lokal.Tetapi cepat dilupakan dan tidak berpengaruh terhadap aktivitas perusahaan.

Persyaratan lingkungan sudah dilengkapi tetapi tindakan pengelolaan lingkungan belum dilakukan secara optimal. (Contoh : Sdh terdapat IPAL dan pengolaannya, tetapi belum dilakukan pemantauan secara rutin).

Terdapat isu penting yang berdampak pada reputasi perusahaan. Dimana pengambilan keputusan dilakukan oleh Top & Senior

Terdapat isu-isu yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan, dimana keputusan dihasilkan oleh Senior - Middle Manajemen.

Aktivitas operasional tidak mengalami gangguan.

Tidak terjadi kecelakaan di area kerja.

Tabel 02. Kriteria dan Nilai dari Faktor Exposure (Kontak/ Paparan)

Faktor Tingkatan Deskripsi Rating

Exposure (paparan) - frekuensi pemaparan terhadap bahaya atau

sumber risiko

Continously Terjadi berkali-kali dalam 1 hari 10

Frequently Terjadi 1 kali dalam 1 hari 6

Occasionally Terjadi 1 kali dalam 1 minggu - 1 bulan 3

Infrequent Terjadi 1 kali dalam 1 1 bulan - 1 tahun 2

Rare Diketahui kapan terjadinya 1

Very Rare Tidak diketahui kapan terjadinya 0.5

Tabel 03. Kriteria dan Nilai dari Faktor Probability (Kemungkinan)

Faktor Tingkatan Deskripsi Rating

Probability (kemungkinan terjadinya bahanya yang menyertai suatu kejadian atau peristiwa)

Almost Certain Kejadian yang paling sering terjadi (P = 99.9 %) 10

Likely Kemungkinan terjadi kecelakaan (P > 90 %) 6

Unusual but Possible Tidak biasa namun memiliki kemungkinan terjadi (P > 10 %) 3

Remotely Possible Suatu kejadian yang sangat kecil kemungkinan terjadinya (P = 1 %) 1

Conceivable Tidak pernah terjadi kecelakaan dalam tahun-tahun pemaparan, tetapi mungkin terjadi (P = 0.1 %) 0.5

Practically Imposibble Sangat tidak mungkin terjadi (P < 0.1 %) 0.1

Tabel 04. Level/Prioritas Risiko

Tingkat Risiko Comment Action

> 350 Very High Penghentian aktivitas, risiko dikurangi hingga mencapai batas yang dapat diterima. 180 - 350 Priority 1 Perlu dilakukan penanganan secepatnya.

70 - 179 Substansial Mengharuskan adanya perbaikan secara teknis.

20 - 69 Priority 3 Perlu diawasi dan diperhatikan secara berkesinambungan.

(5)

02.6. Evaluasi Risiko

Tujuan evaluasi risiko adalah menganalisa status risiko berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan membandingkannya dengan kriteria/standar/peraturan yang digunakan. Sehingga nantinya pucuk pimpinan organisasi dapat mengambil keputusan yang signifikan terkait dengan hasil evaluasi risiko.

02.7. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko adalah langkah penting dalam manajemen risiko sehingga risiko yang ada tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap suatu organisasi. Tindakan pengendalian harus dilakukan sesuai dengan hierarki pengendalian. Adapun hierarki pengendalian tersebut antara lain : eliminasi, substitusi, engineering, pengendalian administratif, pelatihan, dan alat pelindung diri.

03. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis, dengan desain studi observasional yang bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko pada rangkaian proses kerja di PT. XYZ khususnya untuk tahapan operasional. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan manajemen risiko AS/NZS 4360:2004. Dimana pendekatan ini melihat probabilitas, paparan, dan konsekuensi dari suatu pekerjaan sehingga dapat diketahui tingkat risikonya dan dapat dilakukan proses pengendalian serta evaluasi untuk pengendalian risiko tersebut. Objek penelitian yang dikaji adalah bahaya dan risiko yang terdapat di area kerja khususnya pada tahapan operasional PT. XYZ. Penelitian ini dilakukan selama periode September 2016.

Identifikasi bahaya dilakukan menggunakan JSA (Job Safety Analysis) yang sudah dimodifikasi sehingga dapat diketahui nilai peluang, konsekuensi, dan paparan dari proses kerja pada tahapan operasional. Evaluasi risiko dilakukan dengan membandingkan nilai risiko sebelum adanya tindakan pengendalian (Basic level) dan nilai risiko setelah adanya tindakan pengendalian (Existing level).

04. Hasil Penelitian & Pembahasan

04.1. Identifikasi Bahaya

PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam jasa pelayanan pelabuhan muat batubara, dimana proses bisnis perusahaan dapat dibagi menjadi 3 tahapan yakni : tahapan konstruksi, tahapan operasional, dan tahapan perawatan. Untuk tahapan operasional yang menjadi ruang lingkup penelitian, dapat dibagi menjadi 4 proses kerja yakni penimbangan batubara, penempatan batubara, proses pencucian dan peremukan batubara, serta pengisian batubara ke tongkang (Gambar 03).

Gambar 03. Proses kerja tahapan operasional PT. XYZ Tahap Operasional

C

Penempatan Batubara

(Stockyard/ Stockpile)

Pencucian & Peremukan Batubara

Pengisian Batubara - Tongkang

(Conveyor Coal Loading)

Penimbangan Batubara

Perekaman data muatan batubara Penimbangan truk muatan & kosongan

Penempatan batubara di lokasi coal stockyard

Pemindahan batubara ke Port

Pengisian batubara ke tongkang via land conveyor

Pengarahan lokasi penempatan batubara di lokasi coal stockyard

(6)

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya, terdapat beberapa jenis bahaya yang terdapat pada rangkaian proses kerja di tahapan operasional PT. XYZ. Dimana jenis bahaya yang ditemukan antara lain adalah bahaya tingkah laku (33%), bahaya mekanis (24%), bahaya ergonomi (7%), bahaya kondisi lingkungan (10%), bahaya fisika (14%), dan bahaya kimia (11%). Adapun bentuk dari jenis bahaya dapat disimak pada Tabel 05.

Gambar 04. Jenis dan jumlah bahaya pada tahapan operasional PT. XYZ

Tabel 05. Bentuk Jenis Bahaya pada Tahapan Operasional PT. XYZ

Jenis Bahaya Deskripsi

Bahaya Tingkah Laku  Tidak mematuhi prosedur kerja, persyaratan operasional, rambu-rambu K3LH.

 Kurangnya persiapan kerja yang memadai.

Bahaya Mekanis

 Belt conveyor.

 Generator & instalasi listrik.

 Mesin crushing & washing.

Bahaya Ergonomi 

Fatigue.

 Jenuh.

 Posisi kerja yang statis.

Bahaya Kondisi Lingkungan 

Kemiringan jalan menuju jembatan timbang tidak sesuai standar.

 Kondisi licin, tidak rata.

 Pasang surut air sungai.

Bahaya Fisika

 Pencahayaan yang kurang memadai.

 Suhu ekstrim.

 Getaran mesin

 Kebisingan mesin

Bahaya Kimia

 Debu batubara.

 Emisi udara.

 B3.

04.2. Analisis Risiko

Penilaian risiko untuk basic level merupakan proses penilaian risiko, dimana risiko dinilai berdasarkan skenario terparah tanpa adanya perlakuan tindakan pengendalian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besaran risiko yang akan dihasilkan beserta strategi tindakan pengendaliannya.

Proses kerja pertama pada tahapan operasional adalah penimbangan truk bermuatan dan truk kosongan, dimana aktivitas ini mempunyai tingkatan risiko Very High (78%), Priority 1 (15%), dan Substansial (7%). Tingkatan risiko Very High diakibatkan tindakan tidak aman dari pekerja (unsafe act) berupa

1

(7)

Proses kerja yang kedua adalah perekaman data muatan batubara, dimana tingkatan risiko pada aktivitas ini adalah Substansial (54%), Very High (31%), dan Priority 1 (15%). Tingkatan risiko Substansial diakibatkan oleh 1kurangnya persiapan kerja yang tidak memadai, 2fatigue, dan 3posisi kerja yang tidak memenuhi kaidah ergonomi. Sedangkan tingkatan risiko Very High diakibatkan ketidakpatuhan pekerja dalam melaksanakan prosdur kerja.

Untuk proses kerja yang ketiga yakni pengarahan lokasi penempatan batubara di lokasi coal stockyard, tingkatan risiko yang terdapat pada aktivitas ini adalah Very High (100%); yang disebabkan oleh suhu ekstrim, debu batubara, kebisingan, getaran, serta durasi pekerjaan yang berulang dengan intensitas dan frekuensi paparan yang cukup signifikan.

Gambar 05. Tingkatan Risiko (Basic Level) pada tahapan operasional PT. XYZ

Tingkatan risiko pada proses kerja yang ke-empat yakni penempatan batubara di lokasi coal stockyard terdiri dari Substansial (57%) dan Very High sebesar (43%). Tingkatan risiko pada aktivitas ini disebabkan oleh 1tidak fokusnya pekerja dalam melakukan pekerjaan serta 2kegagalan dalam sistem pengoperasian alat. Sedangkan untuk proses kerja yang kelima adalah pengoperasian CPP (Coal Processing Plant), dimana tingkatan risiko yang ada pada aktivitas ini adalah Very High (88%) dan Substansial (13%). Tingginya nilai persentase Very High disebabkan oleh 1bahaya mekanis berupa mesin peremukan, mesin pencucian batubara;

2

bahaya elektris berupa generator & jaringan listrik; serta 3air hasil pencucian batubara.

Proses kerja ke-enam pada tahapan operasional PT. XYZ adalah pemindahan batubara dari coal stockyard menuju port. Tingkatan risiko yang terdapat pada aktivitas ini antara lain Very High (38%), Priority 1 (38%), Substansial (13%), dan Priority 3 (13%). Tingkatan risiko Very High dan Priority 1 disebabkan oleh

1

bahaya mekanis yang digunakan berupa conveyor, 2kebisingan, 3debu batubara, serta 4kegagalan sistem pengoperasian alat.

(8)

04.3. Pengendalian dan Evaluasi Risiko

Proses kerja pada tahapan operasional mempunyai bahaya dan besaran risiko yang dapat mempengaruhi produktivitas PT. XYZ. Pengendalian risiko yang dilakukan menyesuaikan dengan besaran nilai risiko dari proses kerja pada tahapan operasional (basic level). Adapun bentuk pengendalian risiko pada setiap proses kerja dalam tahapan operasional antara lain eliminasi, substitusi, rekayasa teknis, pelatihan, serta pengendalian administratif.

Gambar 06. Tingkatan Risiko (Existing Level) pada tahapan operasional PT. XYZ

Berdasarkan hasil pengendalian risiko yang telah dilakukan, maka risiko yang ada pada proses kerja pada tahapan operasional PT. XYZ dilakukan penilaian kembali untuk mengetahui tingkatan risiko (exisiting level). Hal ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas tindakan pengendalian risiko yang telah dilakukan.

Secara keseluruhan, tindakan pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh PT. XYZ telah mampu untuk mengurangi tingkatan risiko pada rangkaian proses tahapan operasional. Tetapi masih terdapat proses kerja yang memiliki tingkatan risiko Very High (25%) untuk proses kerja yang kelima serta Priority 1 (38%) pada proses kerja yang kedua.

(9)

05. Kesimpulan

Jenis bahaya yang ditemukan pada rangkaian proses kerja di tahapan operasional PT. XYZ antara lain adalah bahaya tingkah laku (33%), bahaya mekanis (24%), bahaya ergonomi (7%), bahaya kondisi lingkungan (10%), bahaya fisika (14%), dan bahaya kimia (11%). Secara keseluruhan, tindakan pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh PT. XYZ telah mampu untuk mengurangi tingkatan risiko pada rangkaian proses tahapan operasional. Dimana tingkatan risiko pada rangkaian proses kerja pada tahapan operasional setelah dilakukan tindakan pengendalian adalah Very High, Priority 1, Substansial, dan Priority 3. Upaya pengendalian risiko akan maksimal apabila PT. XYZ menjalankan sistem manajemen K3LH sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem manajemen perusahaan.

06. Daftar Pustaka

Australian/New Zeland Standard. Risk Management Guidelines COmpanion to AS/NZS 4360:2004. November 28, 2016. http://infostore.saiglobal.com/store/details.aspx?ProductID=569006

ILO, 1991, Prevention of Major Industrial Accident, An ILO Code of Practice, International Labour Office, Geneva. Pasman, H., 2015, Risk Analysis and Control for Industrial Processes - Gas,Oil and Chemicals : A System

Perspective for Assessing and Avoiding Low-Probability, High-Consequence Events., Elsevier, Oxford. Pratama, K., 2012, Identifikasi dan Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Area Produksi Di

Rumah Potong Ayam PT. Sierad Produce Tbk, Skripsi, Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Ramli, S., 2010, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001, Dian Rakyat, Jakarta. Republik Indonesia, 1970, Undang-Undang Nomor 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,Sekretariat Negara

RI, Jakarta.

Gambar

Gambar 02. Diagram Manajemen Risiko (AS/NZS 4360 : 2004)
Tabel 02. Kriteria dan Nilai dari Faktor Exposure (Kontak/ Paparan)
Gambar 03. Proses kerja tahapan operasional PT. XYZ
Gambar 04. Jenis dan jumlah bahaya pada tahapan operasional PT. XYZ
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisa pengaruh konsentrasi sorbitol degan carboxymethyl cellulose pada pembuatan plastik dari ampas tebu dan pati ampas tahu dapat di simpulkan bahwa dapat

Setelah melakukan identifikasi risiko dan penilaian risiko selanjutnya adalah melakukan pengendalian bahaya yang bertujuan untuk dapat menghilangkan bahaya yang

Dari penerapan strategi Value Engineering pada penelitian ini, diharapkan perubahan kekuatan perusahaan menjadi jauh lebih baik pada periode 2015-2016 bahkan melampaui harapan

12 Perkara yang penting untuk penghasilan lonjakan yang baik semasa melepasi palang dalam acara lompat tinggi adalah. A lompat dengan kaki kiri B lompat dengan kaki kanan C

HIRARC merupakan metode yang menganalisis bahaya yang terdapat pada bagian kerja kemudian dilakukan penilaian risiko untuk mengetahui bagian kerja mana yang mempunyai nilai risiko

Interpretasi pemeriksaan fisik dapat terganggu pada beberapa keadaan seperti intoksikasi alkohol, terapi yang diberikan, atau tidak terdeteksi dengan baik pada kasus cedera

Presentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang tidak bisa dihindarkan, seperti bencana alam. Faktor lain yang mengganggu keselamatan kerja 24%

bahwa saya bekerja secara efektif dengan tidak menunda, yang memilih setuju (S) sebanyak 16 orang atau sebesar 46% bahwa saya bekerja secara efektif dengan tidak