• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budidaya lisianthus [Eustoma grandiflorum (Raf.) Shinn.] di Bali Rose, PT. Mid Duta International, Mayungan, Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Budidaya lisianthus [Eustoma grandiflorum (Raf.) Shinn.] di Bali Rose, PT. Mid Duta International, Mayungan, Bali"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA LISIANTHUS (

Eustoma grandiflorum

(Raf.) Shinn.)

DI BALI ROSE, PT. MID DUTA INTERNATIONAL,

MAYUNGAN, BALI

ANTONY DEMAS

A24050543

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

BUDIDAYA LISIANTHUS (

Eustoma grandiflorum

(Raf.) Shinn.)

DI BALI ROSE, PT. MID DUTA INTERNATIONAL,

MAYUNGAN, BALI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ANTONY DEMAS

A24050543

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

ANTONY DEMAS. Budidaya Lisianthus (Eustoma grandiflorum (Raf.) Shinn.) di Bali Rose, PT. Mid Duta International, Mayungan, Bali. (Dibimbing oleh DEWI SUKMA dan JUANG GEMA KARTIKA).

Lisianthus termasuk salah satu jenis bunga potong yang cukup populer. Lisianthus memiliki penampilan bunga yang menarik, namun tanaman ini masih sedikit dibudidayakan di Indonesia. Hal ini menarik minat penulis untuk melaksanakan magang di Kebun Bali Rose. Magang mulai dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2009 hingga 27 Juni 2009 di Bali Rose, PT. Mid Duta International di Banjar Mayungan, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Tujuan dari magang ini adalah mempelajari teknik budidaya tanaman Lisianthus yang dikembangkan di Bali Rose, serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam kegiatan budidaya serta manajemen kebun.

Selama magang, penulis melakukan berbagai kegiatan baik aspek teknis maupun manajerial. Aspek teknis kegiatan magang yang dilakukan berupa teknik budidaya lisianthus yang meliputi pembibitan, persiapan lahan, persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan, panen, pasca panen, dan pengemasan. Aspek manajerial yang dilaksanakan meliputi 2 bulan sebagai karyawan harian, satu bulan menjadi pendamping supervisor, dan satu bulan menjadi pendamping manajer.

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan hasil kegiatan wawancara dan diskusi dengan manajer dan karyawan, serta hasil pengamatan langsung di lapang berupa data yang berkenaan dengan aspek budidaya, sedangkan data sekunder didapat dari arsip dan studi literatur perusahaan berupa kondisi perusahaan, tanah, bangunan tanam, dan tenaga kerja.

Kebun produksi berada pada ketinggian 915 m diatas permukaan laut dengan luas kebun sekitar 3.5 ha dengan topografi datar. Keadaan tanah cukup subur dengan pH tanah 5.5-7 dan jenis tanah latosol. Pada tahun 2008 curah hujan mencapai 4200 mm/thn dengan jumlah hari hujan 199 hari. Sedangkan suhu berkisar pada 15–23 0C dengan tingkat kelembaban udara 88%.

Benih lisianthus yang ditanam di Bali Rose adalah produksi 2 perusahaan produsen benih asal Jepang yakni Sakata Seed dan Takii Seed. Media semai berupa campuran cocopeat dengan media campuran Klassman, yang diproduksi perusahaan yang berasal dari Jerman. Bibit lisianthus siap ditanam ke lapang apabila sudah berumur 10 minggu dan memiliki minimal 6 daun. Penanaman dilakukan pada bedeng berukuran 1.2 meter dibantu net penyangga dengan jarak tanam 12.5 cm x 12.5 cm. Media tanam yang digunakan merupakan campuran cocopeat, kompos daun, pupuk kandang, dan sekam, serta bakteri yang berasal dari Jepang (Chikara bacteria). Penyiraman yang dilakukan menggunakan sistem

sprinkler irrigation, sedangkan pupuk yang digunakan adalah CaNO3, NPK

18-18-18, dan KNO3. Lisianthus biasanya dipanen pada 11-14 MST. Lisianthus

(4)

lisianthus dan pada setiap tanaman terdapat sekurang-kurangnya 2 kuntum bunga yang mekar. Setiap bunch lisianthus dibungkus menggunakan plastik transparan dan dimasukkan ke dalam larutan berpengawet Chrysal selama 3-4 jam, untuk kemudian dikemas dalam dus karton yang dapat berisi hingga 10 bunch lisianthus. Pengiriman ke kantor pemasaran yang berjarak 65 km menggunakan mobil yang memiliki pengatur suhu udara ruangan dan dipertahankan suhunya pada 15 0C. Bunga lisianthus disimpan dalam cold storage dan dipertahankan pada suhu 15 0C sebelum dipasarkan ke dalam dan luar kota, yaitu Bali dan Jakarta.

Selama menjadi karyawan harian, penulis aktif bekerja dari pukul 08.00-17.00 waktu setempat, dan menempati posisi sebagai kru greenhouse, aplikasi, media, panen, dan pekerjaan umum. Sebagai pendamping supervisor, penulis merencanakan dan mengawasi kegiatan harian pekerja, baik pada kebun I maupun kebun II. Penulis mengawasi seluruh aktivitas dalam kebun terhadap 2 supervisor yang membawahi total 34 karyawan harian dengan luasan areal mencapai sekitar dua hektar selama menjadi pendamping manajer.

Teknik budidaya lisianthus masih harus terus diperbaiki karena produktivitas lisianthus Bali Rose masih rendah. Dari 12 varietas lisianthus yang diamati hanya terdapat 3 varietas saja yang memiliki persentase tanaman produktif diatas 50 %, yakni Xcalibur Pure White (70.77 %), Picorosa Pink Picotee (69.32 %), dan Rosina Lavender (57.02 %). Lisianthus varietas Picorosa Blue, Haru Urara, Yuki Temari, Paleo Champagne, dan Setti Green memiliki persentase produktivitas 30-40%, sementara Lination Pink, Picorosa Snow, Picorosa Rose Pink, dan Carmen Violet hanya memiliki persentase tanaman produktif dibawah 20 %. Diperlukan tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan yang ada, terutama masalah kondisi lingkungan pembibitan, lisianthus yang roset, dan serangan penyakit layu. Kegiatan magang baik selama menjadi karyawan harian, pendamping supervisor, maupun pendamping manajer di kebun Bali Rose mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam kegiatan budidaya serta manajemen kebun.

Bali Rose dibawah PT. Mid Duta International dikepalai Direktur yang membawahi tenaga kerja sebanyak 52 orang, terdiri dari 18 orang karyawan tetap dan 34 orang karyawan harian. Karyawan tetap perusahaan memiliki tanggungjawab yang terbagi menjadi bagian produksi, logistik, akuntansi, pembelian, kasir, dan pemasaran.

(5)

Judul : BUDIDAYA LISIANTHUS (Eustoma grandiflorum

(Raf.) Shinn.) DI BALI ROSE, PT. MID DUTA

INTERNATIONAL, MAYUNGAN, BALI

Nama : Antony Demas

NIM : A24050543

Menyetujui :

Pembimbing I,

(Dr. Dewi Sukma, SP., MSi.) NIP. 19700404 199702 2 001

Pembimbing II,

(Juang Gema Kartika, SP., MSi.) NIP. 19810701 200501 2 005

Mengetahui :

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

(Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr.) NIP . 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta Barat, DKI Jakarta pada tanggal 13 Oktober 1987. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Darman Sumarto dan Ninik Indrawati.

Tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan di bangku Sekolah Dasar di SD St. Kristoforus, Jakarta. Pada tahun 2002 lulus dari SLTP Bunda Hati Kudus, Jakarta. Tahun 2005 pemulis lulus dari SMU Bunda Hati Kudus dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB. Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dengan Sistem Mayor Minor.

Penulis cukup aktif di berbagai aktivitas organisasi selama mengikuti kegiatan akademik. Pada tahun 2005, penulis menjadi Bendahara I OSIS SMA Bunda Hati Kudus. Tahun 2006 penulis bergabung dalam klub fotografi Lensa IPB. Tahun 2007 penulis menjadi anggota Biro Buku Angkatan Keluarga Mahasiswa Katolik Institut Pertanian Bogor (KEMAKI IPB), dan pada tahun 2008 Ketua Biro Buku Angkatan Keluarga Mahasiswa Katolik Institut Pertanian Bogor (KEMAKI IPB). Penulis juga mengikuti berbagai kompetisi seperti

Smukiez Mathematic Competition, „Have Fun Go Math‟ Mathematic

Competition, dan Stock Exchange Simulation Competition, serta berpartisipasi dalam Pencatatan Rekor MURI Rampak Gitar dan Program Kreatifitas Mahasiswa 2008. Penulis juga berpartisipasi dalam berbagai seminar seperti Pengembangan Pendidikan Pasar Modal Se-Jabodetabek, 4th National Paper

Competition, „Dare To Be A Smart Future Leader‟ Leadership Training, TRADEMARK Marketing Seminar, Create Your Success Future Seminar by Andrie Wongso, Peningkatan Soft Skill Kewirausahaan di Bidang Pertanian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi magang yang berjudul

“Budidaya Lisianthus (Eustoma grandiflorum (Raf.) Shinn.) di Bali Rose, PT. Mid Duta International, Mayungan, Bali” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih secara khusus kepada :

 Keluarga besar penulis atas doa, perhatian, kesabaran, waktu, semangat, dan dukungan tulus sepanjang masa tak tergantikan kepada penulis,

 Dr. Dewi Sukma, SP., MSi. dan Juang Gema Kartika, SP, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, pengarahan, dan ilmu bermanfaat yang tak terlupakan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi,

 Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. selaku dosen pembimbing akademik atas waktu dan pendampingan selama masa perkuliahan,

 Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc. selaku dosen penguji skripsi atas saran-saran yang membangun,

(8)

Pak Yasa, Mba Santi, atas seluruh ketulusan, dorongan semangat, hiburan, dan pengalaman unik tak terlupakan selama magang,

 Keluarga besar Bapak Sudi dan keluarga besar Bapak Kanon, serta Pak Gede dan Dedi Sembalun atas segala kebaikan dan kesempatan mengenal Anda semua,

 Keluarga besar Pendeta Altry dan Tante Jelambar yang telah memberikan dukungan spiritual berupa berkat dan doa terus-menerus,

 Chung Li Fen, Bam Bam sekeluarga, teman-teman mahasiswa Agronomi dan Hortikultura khususnya angkatan ke-42, dan teman-teman kosan Perwira.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis, baik selama menjalani masa perkuliahan di IPB maupun selama menjalani kegiatan magang di Bali Rose. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua baik saat ini maupun di saat yang akan datang.

Bogor, 8 Desember 2009

(9)

DAFTAR ISI

2.2. Klasifikasi Tanaman ... 3

2.3. Budidaya Lisianthus ... 4

2.3.1. Pembibitan... 4

3.3. Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 20

3.4. Analisis Data dan Informasi ... 23

BAB IV. KEADAAN UMUM ... 24

4.1. Letak Geografi dan Administratif ... 24

(10)

4.3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 24

4.4. Keadaan Tanaman dan Produksi ... 27

4.5. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja ... 27

BAB V. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 30

5.1. Aspek Teknis ... 30

5.1.1. Karakteristik Lisianthus ... 30

5.1.2. Pembibitan ... 37

5.1.3. Penyiapan Lahan ... 42

5.1.4. Persiapan Tanam ... 43

5.1.5. Penanaman ... 44

5.1.6. Pemeliharaan ... 45

5.1.7. Panen ... 50

5.1.8. Pasca Panen ... 53

5.1.9. Pengemasan ... 55

5.1.10. Pengiriman ... 56

5.1.11. Penyimpanan ... 56

5.1.12. Pemasaran ... 57

5.2. Aspek Manajerial ... 58

5.2.1. Karyawan Harian ... 58

5.2.2. Pendamping Supervisor ... 59

5.2.3. Pendamping Manajer ... 59

BAB VI. PEMBAHASAN ... 61

6.1. Pembibitan ... 61

6.2. Tanaman Lapang ... 63

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

7.1. Kesimpulan ... 70

7.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Bahan Tanaman Lisianthus yang Diamati di Pembibitan ... 21 2. Produksi Lisianthus Bali Rose ... 27 3. Karakteristik Berbagai Varietas Lisianthus ... 36

4. Daya Berkecambah Benih Lisianthus pada Berbagai Varietas .... 42 5. Pemupukan Tanaman Lisianthus di Kebun Bali Rose ... 46 6. Penggunaan Pestisida untuk Lisianthus di Kebun Bali Rose ... 49 7. Hasil Uji Vase Life Beberapa Varietas Lisianthus ... 55

(12)

DAFTAR GAMBAR

b. Rumah Naungan dengan Kerangka Besi ... 25

6. Bangunan Tanam di Kebun II Bali Rose ... 25

a. Rumah Naungan dengan Kerangka Bambu ... 25

b. Rumah Naungan dengan Kerangka Besi ... 25

7. Bunga Lisianthus Berbagai Varietas di Bali Rose ... 30

19. Penyiraman Tanaman Lisianthus dengan Sprinkler Irrigation .... 45

20. Pemupukan pada saat Tanaman Lisianthus Muda ... 46

21. Disbudding pada Tanaman Lisianthus ... 47

22. Hama Ulat dan Kerusakan yang Diakibatkan ... 49

23. Gejala Penyakit Layu pada Lisianthus ... 50

(13)

25. Perkembangan Bunga Lisianthus Varietas Yuki Temari ... 51 26. Perkembangan Bunga Lisianthus Varietas Setti Green ... 51 27. Perkembangan Bunga Lisianthus Varietas Picorosa Blue ... 52 28. Perkembangan Bunga Lisianthus Varietas Picorosa Rose Pink ... 52 29. Perkembangan Bunga Lisianthus Varietas Rosina Lavender ... 52 30. Persentase Tanaman Produktif Berbagai Varietas Lisianthus ... 53 31. Rumah Pengemasan dan Sortasi Lisianthus ... 54 32. Pengemasan Bunga Potong Lisianthus dalam Kardus Karton

Berventilasi ... 55 33. Mobil untuk Pengiriman Bunga Potong dan Kondisi Bunga

Potong dalam Bagasi ... 56 34. Cold Storage untuk Penyimpanan Bunga Lisianthus

Sebelum Dikirimke Konsumen... 57 35. Beberapa Gejala Penyakit Layu pada Lisianthus ... 66 36. Lisianthus yang Mengalami Penghambatan Pertumbuhan

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Berbagai Varietas Lisianthus ... 99

(15)

24. Hasil Pengamatan Vase Life Lisianthus Varietas

Picorosa Pink Picotee ... 104

25. Data Cuaca Kantor Klimatologi Kecamatan Pancasari Tahun 2008 ... 105

26. Contoh Perencanaan Produksi Lisianthus Bali Rose ... 108

27. Rincian Suhu Harian di Pembibitan Bulan Mei 2009 ... 109

28. Rincian Suhu Harian dalam Greenhouse di Kebun II Bulan Mei 2009 ... 110

Gambar 1. Pertambahan Jumlah Daun Berbagai Varietas Lisianthus ... 86

2. Pertambahan Tinggi Berbagai Varietas Lisianthus ... 86

3. Denah Bali Rose ... 106

(16)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman hias berperan penting dalam perdagangan komoditas pertanian dan akan selalu dibutuhkan manusia. Bisnis bunga dan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang pesat. Menurut Sari (2008), komoditas agribisnis florikultura meliputi tanaman hias daun dan bunga potong serta bunga pot. Saat ini bunga potong merupakan bunga yang paling banyak digunakan dalam bentuk rangkaian bunga di berbagai acara seperti acara pernikahan, keagamaan, kelahiran, ucapan selamat sampai dengan acara kematian. Laws (2007) mengemukakan bahwa saat ini Indonesia mengekspor bunga potong senilai $5 juta per tahun. Hal ini menjadikan Indonesia negara ke- 33 terbesar dalam ekspor bunga potong, dengan pangsa pasar dunia sebesar 0.07%. Ekspor bunga Indonesia pada tahun 2002-2006 (US$) adalah 2 956 189, 2 516 870, 2 670 739, 4 060 113, dan 4 109 907 (Laws, 2007).

Lisianthus cukup populer dalam dunia hortikultura sebagai tanaman hias baik tanaman indoor dalam pot, maupun sebagai bunga potong (Anonim, 2005). Lisianthus memiliki sejumlah kualitas dari kriteria sebuah “bunga potong yang

(17)

bunga potong seperti lisianthus yang mampu mendapat peringkat dalam daftar 10 bunga potong teratas hanya dalam periode 20-30 tahun.

Bunga lisianthus masih belum banyak dibudidayakan di kalangan petani Indonesia, karena benih ataupun bibit sulit untuk didapatkan dan mahal harganya. Benih lisianthus hanya bisa didapatkan dari negara-negara subtropis ,misalnya Belanda. Teknologi yang diterapkan juga masih relatif sedikit, terutama dalam hal pembibitan. Permasalahan yang lain adalah waktu panen lisianthus yang cukup lama (Hedy, 2008).

Lisianthus sudah sepatutnya terus dikembangkan dalam upaya meningkatkan popularitas serta pemenuhan permintaan pasar di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu diamati teknik budidaya yang baik untuk mencapai produksi lisianthus yang maksimum dengan kualitas yang baik. Bali Rose dibawah naungan PT. Mid Duta International merupakan salah satu perusahaan florikultura yang memproduksi bunga potong. Salah satu komoditas potensial yang diproduksi perusahaan sebagai bunga potong adalah lisianthus.

1.2. Tujuan Magang

1. Mempelajari teknik budidaya tanaman lisianthus yang dikembangkan di Bali Rose, PT. Mid Duta International, Mayungan, Bali.

(18)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asal Usul Tanaman

Eustoma grandiflorum sebelumnya lebih dikenal dengan nama ilmiah

Lisianthus russelianus. Penamaan baru Eustoma ditetapkan berdasarkan bahasa Yunani dari kata eu- (cantik, baik, bagus) dan stoma (mulut). Nama lisianthus sendiri juga berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata lysis yang berarti putus dan

anthos yang berarti bunga (Anonim, 2005).

Lisianthus merupakan tanaman semi berkayu yang berasal dari wilayah padang luas yang membentang dari Colorado hingga Nebraska, kemudian meluas ke bawah hingga Texas (Anonim, 2003). Bunga lisianthus memiliki bentuk yang elegan dan sering kali keliru dianggap sebagai mawar. Asal-usul genus Eustoma

adalah dari bagian barat Amerika Serikat yaitu daerah pegunungan dengan wilayah padang yang luas (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Lisianthus ditemukan pada daerah hangat sekitar Amerika Serikat bagian selatan, Mexico, Carribean dan bagian utara Amerika Selatan. Nama lain lisianthus antara lain Prairie Gentian, Texas bluebell, Tulip gentian, Bluebells dan Lira de San Pedro (Anonim, 2005).

Di tahun 1970-an, perusahaan benih dari Jepang pertama kali memproduksi varietas polinasi terbuka dan pada tahun 1982 varietas F1 pertama kali dilepaskan untuk lisianthus bunga mahkota tunggal. Baru pada tahun 1996, varietas bunga mahkota tumpuk tersedia di pasar internasional (Highsun Express, 2008).

2.2. Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi tanaman lisianthus adalah sebagai berikut (Anonim, 2005) : Kerajaan : Plantae

(19)

2.3. Budidaya Lisianthus

2.3.1. Pembibitan

Bobot benih lisianthus sangat kecil yaitu 19 000 benih/g. Pada pembibitan, benih disemai diatas permukaan media, bukan dibenamkan. Perkecambahan biasanya berlangsung selama 10-20 hari. Variasi waktu perkecambahan akan menghasilkan ukuran bibit yang bervariasi pula. Suhu di pembibitan tidak boleh melebihi 20 oC (68 oF). Suhu pertumbuhan terbaik pada 15-18 oC (59-65 oF). Keterampilan dan perawatan yang intensif diperlukan untuk mengatur jumlah air serta untuk menghindari kerentanan bibit terhadap penyakit. Bibit dengan penyiraman berlebih sangat rentan terhadap serangan cendawan. Horizontal Airflow Fans (HAF) dapat diinstalasikan untuk mengatur pertukaran udara dan menjaga kelembaban media (Maryland Cooperative Extension, 2000).

2.3.2. Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Pada saat malam hari, suhu optimal greenhouse berkisar antara 15–18 0C (59-65 0F), dan pada saat siang hari 18-20 0C (65-68 0F). Suhu diatas 26 0C (86

0

F) dapat menginduksi terjadinya roset ataupun pembungaan prematur pada tanaman muda (Maryland Cooperative Extension, 2000). Menurut Klingaman (2006), tanah yang bersifat lebih masam dapat menyebabkan lisianthus keracunan Zn, sehingga tanaman tumbuh sangat lamban. Suhu yang berkisar pada 24 0C (75

0

F) pada masa pembibitan akan menyebabkan tanaman berbunga sebagai anual, tetapi pada suhu 29 0C (85 0F) dapat menyebabkan tanaman roset. Lisianthus membutuhkan pH tanah yang berkisar pada 6.5-7. Highsun Express (2008) mengemukakan bahwa derajat kemasaman tanah untuk lisianthus sangat baik apabila berkisar pada 6.3-7 dan suhu tanah sebaiknya tidak lebih rendah dari 15

0

(20)

bedeng dan sterilisasi tanah. Agar kualitas batang baik, maka dipergunakan net penyangga ganda, dengan ukuran 15 cm x 15 cm atau 15 cm x 20 cm.

Penanaman bibit dilakukan saat tanaman muda dan tumbuh aktif (memiliki 4-6 helai daun). Penanaman diatur sehingga plug lisianthus berada sedikit lebih tinggi dari permukaan tanah untuk menghindari busuk batang. Kelembaban relatif yang tinggi diperlukan selama 10 hari pertama dan tanah tidak boleh kering. Penanaman dilakukan sebelum akar-akar saling berlilitan dan dilakukan secara hati-hati tanpa merusak akar. Akar yang rusak mengakibatkan pertumbuhan yang lambat, tertundanya pendewasaan, hingga kematian tanaman (Highsun Express, 2008). Kerapatan tanaman lisianthus untuk bunga mahkota tunggal adalah 84 tanaman/m2, sedangkan pada bunga mahkota tumpuk 64 tanaman/m2 (Highsun Express, 2008).

2.3.3. Pencahayaan

Pencahayaan optimal untuk tanaman dalam greenhouse berkisar pada 4000–6000 fc (foot candle) atau 40 000–60 000 lux. Pencahayaan berlebihan (lebih dari 7000 fc), dapat mereduksi tinggi tanaman (Pan American Seed, 2005). Sedangkan menurut Highsun Express (2008), cahaya yang dibutuhkan lisianthus berkisar pada 32 000 – 65 000 lux.

Untuk lisianthus yang merupakan tanaman hari panjang, penyinaran selama 16 jam merupakan panjang hari yang optimal untuk mencapai kualitas terbaik. High intensity discharge (HID) dapat dipergunakan untuk mengontrol intensitas cahaya dan panjang hari yang diinginkan. Alternatif lain adalah dengan melakukan penyinaran tambahan dengan lampu pijar 100 watt yang digantung tiap jarak 3 meter dan 3 meter tingginya dari tanaman, penyinaran dapat dilakukan dari pukul 22.00 - 02.00 waktu setempat secara kontinu atau dengan penyinaran bersiklus 6 menit di tiap jam. Penyinaran tambahan ini mampu memperkuat dan memperpanjang batang tanaman (Maryland Cooperative Extension, 2000).

2.3.4. Irigasi

(21)

tanah. Sebaliknya, tanaman yang stres akibat kekeringan menyebabkan inisiasi bunga dini yang berakibat batang pendek dan lemah. Semakin rendah suhu dan intensitas cahaya, semakin sedikit air yang diperlukan (Highsun Express, 2008).

Penyiraman dilakukan dari atas tajuk tanaman (overhead irrigation), namun setelah akar telah berkembang maka penyiraman dilakukan secara tetes (drip irrigation). Peningkatan kelembaban sebelum siang hari dengan overhead irrigation dapat meningkatkan panjang batang pada wilayah penanaman dengan intensitas cahaya dan panas yang tinggi (Highsun Express, 2008).

2.3.5. Nutrisi

Menurut Maryland Cooperative Extension (2000), pada fase pertumbuhan awal bibit, lisianthus memiliki akar tanaman yang rentan dan mudah rusak apabila terkena oleh garam terlarut dengan konsentrasi tinggi. Penggunaan pupuk slow release 3 bulan sekali diaplikasikan segera setelah penanaman. Sumber nitrogen diberikan dalam bentuk pupuk nitrat. Komposisi pemberian potasium sama dengan nitrogen, misalnya pupuk 15-0-15. Suplemen kalsium dibutuhkan apabila tanah kekurangan unsur Ca. Saat inisiasi pembungaan berlangsung, pemberian nitrogen dikurangi sedangkan potasium ditambahkan. Menurut American Takii Seed (2005), electro conductivity (EC) tanah tempat penanaman lisianthus sebaiknya dipertahankan pada 1.0 – 2.25 mS/cm.

(22)

2.3.6. Pembungaan

Berdasarkan tipe bunga, lisianthus dibedakan menjadi dua, yakni lisianthus dengan bunga bermahkota 1 lapis (tunggal) dan lisianthus dengan bunga bermahkota lebih dari 1 lapis (tumpuk). Bunga mahkota tumpuk memiliki 10-20 helai mahkota yang terlihat menyerupai mawar saat mekar (Maryland Cooperative Extension, 2000). Bunga mahkota tunggal memiliki jumlah mahkota yang sedikit sehingga tersusun menjadi satu lapis saja, sedangkan pada bunga mahkota tumpukmemiliki jumlah mahkota yang lebih banyak sehingga mahkota terlihat lebih dari satu lapis seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Tipe Bunga Lisianthus : (a) Lisianthus dengan Bunga Bermahkota Satu Lapis (Tunggal) dan Lisianthus dengan Bunga Bermahkota Lebih dari Satu Lapis (Tumpuk) (Sumber : Anonim (2005))

Pasar bunga Eropa dan Jepang lebih memilih bunga mahkota tunggal, sementara pasar Amerika didominasi varietas dengan bunga mahkota tumpuk. Warna bunga lisianthus yang penting di pasar Eropa adalah biru tua, sementara di pasar Jepang didominasi bunga berwarna ganda yaitu putih dengan semburat biru (white with blue rim bicolour). Warna-warna lainnya adalah merah muda, putih, ungu, blue blush, pink blush, bicolour pink, ivory dan kuning (Highsun Express, 2008).

(23)

tanaman baru dipanen setelah bunga kedua dan ketiga mekar (Highsun Express, 2008).

American Takii Seed (2002) mengelompokkan lisianthus menjadi 3 kelompok yakni Arena, Vulcan, dan Tiramisu. Morfologi ketiga kelompok tersebut seperti dapat terlihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Kelompok Lisianthus American Takii Seed : (a) Arena, (b) Vulcan, dan (c) Tiramisu

(Sumber : American Takii Seed (2002)) a) Arena

Arena merupakan kelompok lisianthus dengan bunga bermahkota tumpuk dengan diameter bunga hingga 3” (7.62 cm), termasuk tipe tanaman yang tinggi, dan hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan bunga potong. Pada kelompok ini tersedia warna putih, hijau, merah muda, kuning, dan merah.

b) Vulcan

Vulcan merupakan kelompok lisianthus dengan bunga bermahkota tunggal dengan ukuran bunga kecil hingga sedang dan merupakan lisianthus tipe spray. Bunga memiliki berukuran 4.5 – 6 cm, cocok untuk rangkaian bunga. Varietas memiliki batang yang kuat dan petal yang tebal, dan biasanya diperdagangkan sebagai bunga potong. Pada kelompok ini tersedia warna putih dan pink picotee. c) Tiramisu

(24)

mahkota tunggal tersedia warna cream, merah muda, pink picotee, violet, dan

violet picotee.

Sakata Seed America (2007) mengelompokkan lisianthus menjadi 6 kelompok yaitu Borealis, Echo, Excalibur, Flamenco, Heidi, dan Mermaid. Morfologi ke-6 kelompok tersebut seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kelompok Lisianthus Sakata Seed America : (a) Borealis, (b) Excalibur, (c) Echo, (d) Flamenco, (e) Heidi, dan (f) Mermaid (Sumber : Sakata Seed America (2007)).

a) Borealis

Borealis merupakan kelompok lisianthus dengan bunga bermahkota tumpuk dan sering dipasarkan sebagai bunga potong, yang tersedia dalam berbagai warna bunga seperti biru, merah muda, putih, apricot, kuning, dan hijau. b) Excalibur

Excalibur merupakan kelompok lisianthus dengan bunga bermahkota tumpuk, mudah tumbuh, dan memiliki ukuran bunga sedang. Pertumbuhan cepat dan seragam pada stadia bibit. Lisianthus memiliki batang tanaman yang kuat dan risiko roset yang rendah. Kelompok ini menyediakan pilihan warna bunga putih, hijau, dan blue picotee.

c) Echo

(25)

tumpuknya. Kelompok ini memiliki beberapa warna bunga seperti merah muda, kuning, putih, lavender, pink picotee, blue picotee, lilac rose, dan champagne. d) Flamenco

Flamenco merupakan kelompok lisianthus dengan bunga bermahkota tunggal dengan kualitas yang tinggi, batang yang panjang (90-120 cm), dan tidak terpengaruhi oleh panjang hari maupun suhu yang tinggi. Perawakan tanaman akan lebih besar dan berbunga lebih banyak daripada kelompok Heidi. Kelompok ini memiliki warna bunga biru muda, putih, ungu, blue rim, dan cherry blossom. e) Heidi

Heidi merupakan kelompok lisianthus tipe spray dengan bunga tunggal, seragam, dan memiliki tinggi 90-120 cm. Kelompok lisianthusi ini dipasarkan sebagai bunga potong dan memiliki warna bunga kuning, putih, hijau, merah, biru, champagne, blue rim, pink rim, rose pink, cherry blossom, dan lilac rose. f) Mermaid

Mermaid merupakan kelompok lisianthus kerdil dengan bunga bermahkota tunggal. Dalam perawatannya tidak memerlukan pemangkasan ataupun aplikasi zat pengatur tumbuh. Tinggi tanaman mencapai 15 cm dengan diameter bunga 6 cm. Cocok untuk tanaman dalam pot berukuran 10 cm, dan tersedia dalam 4 warna bunga yakni biru, merah muda, putih dan lilac rose.

Benih lisianthus hasil produksi Sakata Seed dan Takii Seed dapat diperoleh dengan pemesanan langsung secara online. Cara lainnya adalah melakukan kontak dengan pihak perusahaan terlebih dahulu untuk konfirmasi prosedur pemesanan, ataupun melakukan pembelian melalui outlet-outlet resmi yang menjual benih lisianthus.

2.3.7. Organisme Pengganggu Tanaman

a) Hama

Lisianthus tidak rentan terhadap serangga, namun dapat diserang oleh kutu daun,

(26)

Whitefly

Dua spesies whitefly yang sering menimbulkan permasalahan utama pada lisianthus yang ditanam dalam greenhouse adalah silverleaf whitefly (Bemisia argentifolia) dan greenhouse whitefly (Trialeurodes vaporariorum). Seluruh siklus hidup whitefly berlangsung dibawah permukaan daun. Whitefly berwarna putih dan berukuran sangat kecil (1-2 mm), menghisap cairan daun dan bila dihisap dalam jumlah banyak mengakibatkan perubahan warna daun tanaman menjadi kuning. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara biologis menggunakan tawon, parasitoid whitefly antara lain Encarsia formosais dan

Eretmocerus eremosces, patogen berupa fungi Beauveria bassiana, dan pengendalian secara kimiawi (Maryland Cooperative Extension, 2000).

 Thrips

Thrips dewasa berukuran 1-2 mm. Betina dewasa merobek kulit daun dan menyimpan telur didalamnya. Baik dalam bentuk larva maupun dewasa, thrips mendapat makanannya dengan menyerang bunga, daun, dan pucuk baru dengan memotong dan menghisap yang mengakibatkan rusaknya bunga, daun, maupun pucuk yang baru terbentuk. Thrips biasanya meninggalkan jejak berupa lintasan ataupun bintik berwarna keperakan pada helai daun yang diserang. Pengendalian thrips dapat dilakukan secara kimiawi maupun biologis, yaitu dengan menggunakan kutu predator Amblyseius cucumerias dan Amblyseius degenerans

(Maryland Cooperative Extension, 2000).

b) Penyakit

Lisianthus sangat rentan terkena serangan penyakit pada saat tanaman masih muda, berbeda dengan tanaman dewasa yang dapat tumbuh dengan baik pada bedengan, selama tanah berada dalam kondisi drainase yang baik dengan pengairan yang teratur. Akar pada bibit tanaman muda berkembang lambat dan sangat sensitif terhadap serangan busuk akar. Virus dapat sangat merusak dan risiko serangan infeksinya akan lebih tinggi bila lisianthus berada dalam

(27)

Menurut Daughtrey (2000), penyakit pada lisianthus disebabkan oleh fungi dan virus. Penyakit dan fungi yang menyebabkan penyakit pada lisianthus adalah hawar botrytis (Botrytis cinerea Pers.:Fr), bercak daun cercospora (Cercospora eustomae Peck), curvularia leaf blotch (Curvularia sp.) seperti terlihat pada gambar 4, downy mildew (Peronospora chlorae deBary), busuk batang fusarium (Fusarium solani (Mart.) Sacc. dan Fusarium avenaceum

(Fr.:Fr.)), layu fusarium (Fusarium oxysporum (Schlechtend):Fr.), bercak daun phyllosticta (Phyllosticta sp.), busuk akar phytium (Pythium sp.), busuk batang rhizoctonia (Rhizoctonia solani Kühn), dan hawar batang sclerophoma (Sclerophoma eustomis Taubenhaus & Ezekiel). Sedangkan penyakit beserta virus yang menyebabkan penyakit pada lisianthus yakni bean yellow mosaic (Bean yellow mosaic virus / BYMV), cucumber mosaic (Cucumber mosaic virus / CMV), impatiens necrotic spot (Impatiens necrotic spot virus / INSV), nekrosis lisianthus (Lisianthus necrosis virus / LNV), Iris Yellow Spot (Iris Yellow Spot Virus / IYSV), dan tobacco mosaic (Tobacco mosaic virus / TMV).

Keterangan : (a) Layu Fusarium, (b) Layu Fusarium pada Tanaman Muda., (c) Gray

mold (Botrytis Blight), (d) Busuk Akar, (e) Bercak Daun, dan (f) Bercak Curvularia.

(28)

 Busuk Akar

Terdapat 3 fungi yang dapat menimbulkan penyakit busuk akar pada lisianthus antara lain Phytium sp., Rhizoctonia solani, Fusarium solani dan

Fusarium avenaceum. Perakaran yang lembab memicu pembusukan oleh

Phytium. Perakaran yang terjangkit penyakit ini akan berwarna kuning kecoklatan dan terlihat basah dengan lapisan kortek yang mudah mengelupas. Fungi

Rhizoctonia mengakibatkan kekeringan pada akar, sehingga akar menjadi rapuh dan jika menyebar ke batang dapat membuat tanaman menjadi layu. Dalam suhu hangat, kondisi lembab miselium Rhizoctonia dapat terlihat pada permukaan tanah dan batang. Saat Fusarium menginfeksi perakaran, struktur akar menjadi lembut, berwarna coklat hingga hitam. Fusarium yang menyebar hingga ke batang dapat dilihat berwarna putih krim sampai oranye muda yang merupakan kotak sporanya seperti terlihat pada gambar 4. Untuk menghindarinya diperlukan sanitasi dan perawatan tanaman yang baik. Drainase merupakan faktor yang sangat krusial. Pengairan diatur agar media tidak terlalu lembab. Pencegahan serangan penyakit busuk akar dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida kimia maupun biologis (Maryland Cooperative Extension, 2000).

 Penyakit oleh virus

Beberapa jenis virus yang menyerang lisianthus adalah impatiensnecrotic spot tospovirus (INSV), broad bean wilt (BBWV), bean yellow mosaic (BYMV),

tobacco mosaic (TMV), dan cucumber mosaic (CMV), yang semuanya bersifat destruktif. Sekali tanaman terinfeksi maka tidak dapat disembuhkan. Membuang atau membakar tanaman yang terinfeksi dengan segera merupakan cara yang paling baik dilakukan agar virus tidak menyebar ke tanaman lainnya (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Dengan menanam lisianthus bersamaan dengan tanaman lainnya dalam

(29)

berupa bercak pada daun, bercak cincin, bercak kekuningan, mosaik, keabnormalan bunga, daun keriting pada tanaman lisianthus, yang kemudian akan layu dan mati (Maryland Cooperative Extension, 2000).

TMV dapat ditularkan oleh tanaman terinfeksi yang dibawa ke dalam

greenhouse dan hanya memperlihatkan sedikit gejala berupa mosaik pada daun. Apabila tergabung dengan virus lainnya mampu mempercepat kematian tanaman. TMV memiliki wilayah serangan yang luas pada tanaman hias, pangan bahkan gulma. TMV sangat berbahaya karena berbentuk kristal yang mudah berpindah pada saat perawatan tanaman dan dapat bertahan hidup pada peralatan maupun permukaan benda dalam waktu yang lama (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) dapat merusak penampakan tanaman dengan mengubah bentuk daun menjadi seperti mangkuk dan mengakibatkan pembengkakan pada pembuluh di bagian bawah daun, serta dapat menggagalkan pembungaan. Virus ini dapat dibawa oleh Bemisia tabaci (Highsun Express, 2008).

 Botrytis

(30)

 Bercak Daun Phyllosticta

Fungi Phyllosticta dapat menyebabkan bercak-bercak pada daun lisianthus. Gejala meliputi bercak kecoklatan yang memiliki kotak spora berukuran kecil tersebar berwarna kehitaman diselubungi lapisan tipis seperti tisu. Kondisi lembab meningkatkan infeksi yang jarang menjadi perhatian. Penyakit bercak daun ini dapat dihindari penyebarannya dengan membuang bagian tanaman yang terinfeksi (Maryland Cooperative Extension, 2000).

c) Gulma

Teknik pengendalian gulma dapat menggunakan mulsa plastik, mulsa organik dari tanaman, dan herbisida non selektif merupakan cara yang sering dilakukan. Herbisida seperti glifosat mampu membunuh gulma diatas maupun didalam tanah. Pengendalian ini ditujukan untuk gulma musiman. Namun untuk gulma tahunan, penggunaan alat bantu seperti kored dan sabit dapat membabat habis tanaman dipermukaan tanah, tapi tidak akan membinasakan perakarannya. Salah satu cara lainnya adalah membiarkan terjadinya perkecambahan gulma dahulu sebelum penanaman, perlakuan ini dapat memberi waktu pada lisianthus untuk tumbuh selama periode tertentu tanpa ancaman gangguan gulma (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Penanaman tanaman penutup tanah seperti kacang-kacangan mampu memperbaiki struktur tanah terutama ketersediaan nitrogen didalamnya. Mulsa plastik dapat digunakan untuk pengendalian gulma di sela-sela tanaman. Mulsa plastik terdiri dari berbagai ketebalan dan diaplikasikan dengan bantuan traktor untuk aplikasi secara luas. Mulsa plastik meningkatkan suhu tanah serta mengendalikan pertumbuhan gulma, dan mampu mempercepat pertumbuhan tanaman. Pada kasus yang lebih serius dapat digunakan tindakan fumigasi, misalnya dengan basamid, mampu mengendalikan biji gulma, nematoda maupun penyakit dalam tanah (Maryland Cooperative Extension, 2000).

2.3.8. Panen dan Pasca Panen

(31)

intensitas cahaya yang rendah, namun mampu mencapai 12 minggu pada intensitas cahaya tinggi dan suhu yang optimum. Sementara kualitas batang sangat baik pada suhu rendah, waktu pemanenan justru semakin lama. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari, saat udara masih sejuk (Highsun Express, 2008).

Pemanenan tangkai bunga dilakukan saat terdapat satu bunga yang setengah membuka kemudian setelah panen diberikan perlakuan pulsing selama 24 jam dengan larutan mengandung sukrosa dan bahan lainnya seperti asam sitrat (300 ppm) dan 8-hydroxquinoline sitrat (250 ppm). Waktu dari pemanenan pertama dan kedua adalah 3-4 bulan. Bunga hasil panen ke-2 memiliki kualitas yang lebih rendah dari hasil pemanenan pertama, batang yang lebih pendek dan bunga lebih sedikit per tangkainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanenan kedua walaupun memungkinan, tidak memiliki nilai ekonomis (Halevy dan Kofranek, 1984).

Setelah pulsing, bunga dibungkus kertas koran dan polyethylene, kemudian di pak dalam kotak. Sesampainya di tempat tujuan bunga ditempatkan dalam wadah berisi deionizied water untuk mempertahankan kualitasnya. Perlakuan pulsing dengan larutan gula mampu meningkatkan panjang umur bunga dan pemekaran kuncup bunga. Pembukaan sempurna didapat dari perlakuan pulsing dengan kandungan gula 5-10% dan perlakuan selama 24 jam menggunakan larutan gula kandungan 10% mampu menggandakan vase life

bunga lisianthus (Halevy dan Kofranek, 1984).

Hal yang perlu dilakukan pada saat pemanenan sebagai berikut. Pemanenan dilakukan pagi hari pada saat kadar gula tertinggi. Panen dilakukan saat terdapat dua bunga yang mekar bersamaan. Untuk penjualan dengan kondisi segar, sebaiknya menunggu hingga 4 kuntum membuka sebelum panen. Perlakuan pendinginan hingga 55 oF (13 oC) sebelum pengiriman untuk mempertahankan kualitas bunga agar tidak mudah layu akibat suhu lingkungan yang tinggi (Maryland Cooperative Extension, 2000).

(32)

potong. Mudah dikemas. Tidak terlalu sensitif terhadap gas etilen. (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Hal yang perlu dilakukan dalam penanganan oleh penjual bunga potong adalah sebagai berikut. Tangkai bunga dipotong kembali dan ditempatkan pada air hangat dengan pH 3.5 dan suhu 65-75 0F, semakin dekat 65 0F makin baik. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut. Penjagaan dari gangguan sangat diperlukan. Larutan gula 2-4 % dan anti bakteri dapat mempertahankan

vase life bunga hingga 14 hari. Bunga pink dan biru dapat hilang warnanya pada lingkungan kurang cahaya dan pucuk yang kecil sering kali gagal membuka setelah pemanenan (Maryland Cooperative Extension, 2000).

2.3.9. Permasalahan Lain

a) Defisiensi hara

Permasalahan yang paling serius dalam pemenuhan hara lisianthus adalah kurangnya unsur hara mayor. Gejalanya adalah pertumbuhan yang lambat, yang hanya terlihat apabila dibandingkan dengan tanaman yang dipupuk dengan baik. Oleh karena itu, pengecekan analisis substrat dan aplikasi pemupukan perlu dilakukan secara rutin (Highsun Express, 2008).

Defisiensi kalsium menyebabkan ujung daun muda terbakar, kuncup gagal, dan batang lemah. Defisiensi kalsium dapat terjadi bahkan bila kandungan kalsium dalam tanah cukup. Udara disekitar tanaman yang lembab dapat mencegah translokasi kalsium. Pupuk kalsium yang diaplikasikan pada daun juga dibutuhkan (Highsun Express, 2008).

Derajat kemasaman yang rendah mengakibatkan pertumbuhan tanaman lambat dan batang lemah. Keracunan Zn sering terjadi bersamaan dengan pH tanah yang rendah dengan gejala klorosis pada jaringan pengangkut hingga daun menjadi berwarna keputihan (Highsun Express, 2008).

b) Roset

(33)

yang tinggi saat tanaman muda. Suhu malam dibawah 210C atau diatas 36 0C dapat menginisiasi terjadinya roset (Highsun Express, 2008).

(34)

BAB III. METODE MAGANG

3.1. Tempat dan Waktu

Magang dilaksanakan di Bali Rose, PT. Mid Duta International yang berlokasi di Banjar Mayungan, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali yang dimulai pada tanggal 11 Februari sampai 27 Juni 2009.

3.2. Metode Pelaksanaan

Metode yang dilaksanakan pada kegiatan magang adalah praktek kerja langsung di kebun. Pelaksanaan pekerjaan di lapangan atau di kantor sesuai dengan tingkatan pekerjaan yang diijinkan mulai dari pekerja harian selama 2 bulan, pendamping asisten manajer selama 1 bulan hingga pendamping manajer selama 1 bulan.

Selama menjadi pekerja harian, mahasiswa melakukan kegiatan budidaya bersama dengan pekerja lainnya dimulai dari persemaian, persiapan lahan, penanaman bibit, pemeliharaan tanaman, pengendalian gulma dan hama serta penyakit tanaman, kegiatan panen dan pasca panen tanaman hingga siap dikirim. Sedangkan selama bekerja menjadi pendamping supervisor dan pendamping manajer mahasiswa mempelajari aspek manajerial dalam pengelolaan kebun. Kegiatan magang baik aspek teknis maupun manajerial seperti tercantum dalam Tabel Lampiran 1, 2 dan 3.

Beberapa tahapan kegiatan yang dilaksanakan antara lain: 1. Orientasi lapang

Merupakan kegiatan yang pertama dilakukan untuk mengenal perusahaan lebih dekat mengenai lokasi, sistem kerja yang dijalankan, dan pengarahan lebih lanjut oleh manajer mengenai seluruh kegiatan di kebun.

2. Bekerja sebagai pekerja harian

(35)

3. Bekerja sebagai pendamping kru manajerial

Kegiatan ini dilaksanakan selama dua bulan. Adapun pekerjaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan aktivitas kru manajerial kebun yang terdiri dari supervisor dan manager. Selama proses magang dilakukan pula diskusi dengan kru manajerial berkenaan dengan magang kerja, pengumpulan data, dan penulisan laporan.

3.3. Pengamatan dan Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan hasil kegiatan wawancara dan diskusi dengan manajer dan karyawan, serta hasil pengamatan langsung di lapang berupa data yang berkenaan dengan aspek budidaya, termasuk tingkat pertumbuhan tanaman, bibit, pemeliharaan, organisme pengganggu, dan produksi tanaman, panen dan pasca panen. Data sekunder didapat dari arsip dan studi literatur perusahaan berupa kondisi perusahaan, tanah, bangunan tanam, dan tenaga kerja.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data baik primer dan data sekunder antara lain:

1. Wawancara dengan staf dan pekerja PT. Mid Duta International selama magang berlangsung,

2. Mengikuti secara langsung kegiatan budidaya, panen, dan pasca panen bunga lisianthus,

3. Mengumpulkan data mengenai produksi, baik data pertumbuhan tanaman contoh ataupun data dari perusahaan,

4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan budidaya bunga lisianthus.

Beberapa pengamatan berkenaan dengan aspek teknis budidaya lisianthus adalah sebagai berikut.

a) Daya Berkecambah Benih Lisianthus

(36)

sebanyak 61 tray pengamatan (@200 sel dan @288 sel) seperti tercantum pada Tabel 1. Penentuan jumlah tray untuk diamati berbeda pada masing-masing varietas karena disesuaikan dengan jumlah tray di pembibitan. Tabel 1. Bahan Tanaman Lisianthus yang Diamati di Pembibitan

Varietas Tray

Peubah yang diamati adalah daya berkecambah dan keseragaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah semai hingga sebelum proses transplantasi. Perhitungan daya berkecambah menggunakan rumus sebagai berikut.

Daya berkecambah % = Jumlah benih yang berkecambah

Jumlah benih yang disemai × 100 %

b) Karakteristik Lisianthus

(37)

Picorosa Pink Picotee. Keterangan varietas lisianthus lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pemberian label dengan menggunakan ajir dengan kertas label yang dibungkus plastik. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, diameter batang, panjang ruas (internode), jumlah cabang, waktu muncul bunga pertama, waktu muncul bunga kembar, jumlah bunga, diameter bunga, panjang tangkai bunga, dan jumlah daun mahkota dan waktu panen pertama. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah transplanting hingga sebelum panen. Hasil pengamatan karakteristik lisianthus secara lebih detail dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, dan 17, serta Gambar Lampiran 1 dan 2.

a) Penyiraman Tanaman Lisianthus

Peubah yang diamati adalah volume penyiraman lisianthus (l/m2). Air yang keluar dari nozzle ditampung menggunakan kantong plastik yang sudah diikat pada pipa. Kantong plastik ditempatkan di tiga nozzle yakni dibagian tengah dan kedua ujung bedeng. Setelah penyiraman selama 3 menit, volume air diukur menggunakan gelas ukur. Selain itu data yang dikumpulkan antara lain luas bedeng, jumlah nozzle per bedeng, dan waktu penyiraman pada umumnya. Melalui data-data tersebut kemudian dihitung volume penyiraman lisianthus (I) dengan rumus sebagai berikut.

= � � � × ℎ � ×� ��

�� �

b) Pengamatan Periode Kemekaran Bunga Lisianthus

(38)

c) Panen Lisianthus

Pendataan jumlah lisianthus yang dipanen dalam 1 periode tanam dilakukan pada 12 varietas, yakni Yuki Temari, Setti Green, Paleo Champagne, Picorosa Blue, Rosina Lavender, Carmen Violet, Picorosa Rose Pink, Picorosa Snow, Haru Urara, Lination Pink, Xcalibur Pure White, dan Picorosa Pink Picotee, untuk kemudian diketahui persentase tanaman produktif dan sebaran panennya, seperti terlampir pada Tabel Lampiran 18, 19, dan 20.

d) Vase Life Lisianthus

Bahan tanaman yang dipergunakan sebanyak 30 tangkai tanaman lisianthus yang terdiri dari 10 tangkai varietas Yuki Temari, 10 tangkai varietas Picorosa Snow, 5 tangkai varietas Xcalibur Pure White, dan 5 tangkai varietas Picorosa Pink Picotee.

Setelah dipanen, tanaman dipotong pangkal batangnya hingga memiliki tinggi 80 cm. Masing-masing tanaman selanjutnya dimasukkan dalam botol air mineral 330 ml berisi larutan perlakuan, yaitu air, larutan desinfektan (NaClO 5.25 %) 0.5 cc/L, larutan Chrysal 2 cc/L, larutan gula 3 g/L, dan larutan campuran gula 3 g/L dengan desinfektan (NaClO 5.25%) 0.5 cc/L. Peubah yang diamati adalah waktu bunga mekar dan bunga layu, satuannya dalam hari. Setiap 2 hari sekali selama pengamatan dilakukan penggantian larutan lama dengan yang baru dan pemotongan pangkal batang tanaman sepanjang 0.5-1 cm menggunakan gunting yang tajam. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 21, 22, 23, dan 24.

3.4. Analisis Data dan Informasi

(39)

BAB IV. KEADAAN UMUM

4.1. Letak Geografi dan Administratif

PT. Mid Duta International berkantor pusat di Komplek Pertokoan Tragia Nusa Dua, Lingkungan Bualu, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali dan memiliki alamat gudang di Jl. Karang Mas Sejahtera, Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Kebun produksi PT. Mid Duta International terletak di Banjar Mayungan, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali terbentang dari 8018‟37” LS – 8018‟42” LS dan 115012‟1” BT – 115012‟20.5” BT. Kebun produksi memiliki ketinggian 915 m diatas permukaan laut dan dikelilingi oleh lahan pertanian berupa ladang dan sawah milik penduduk setempat. Kebun produksi berjarak sekitar 45 km dari kota Denpasar dan ditempuh dengan alur jalan sedikit menanjak, namun kondisi jalan cukup baik.

4.2. Keadaan Iklim dan Tanah

Lahan produksi PT. Mid Duta International memiliki pH tanah 5.5-7 dengan jenis tanah latosol. Menurut Kantor Klimatologi Kecamatan Pancasari (2008), pada tahun 2008 curah hujan mencapai 4 200 mm/thn dengan jumlah hari hujan 199 hari. Sedangkan suhu berkisar diantara 15–23 0C dengan tingkat kelembaban udara 88%, seperti tercantum pada Tabel Lampiran 25.

4.3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan

PT. Mid Duta International memiliki lahan seluas 3.5 ha dengan topografi yang relatif datar. Lahan yang digunakan terbagi menjadi 2, masing-masing disebut kebun I dan kebun II yang memiliki luas produktif 11 000 m2 dan 7000 m2, seperti tercantum pada Gambar Lampiran 3.

(40)

Ruang pembibitan lisianthus terdiri dari 2 greenhouse, masing-masing memiliki ukuran luas 190.44 m2 (13.8 m x 13.8 m) dan 308 m2 (28 m x 11 m). Pembibitan dilengkapi dengan meja dari belahan bambu dengan ketinggian 1 m dari tanah, satu compressor, selang, dan sprayer. Kapasitas nursery I adalah 696 tray, sedangkan nursery II memiliki kapasitas 1324 tray, sehingga nursery

memiliki kapasitas total menampung 2020 tray (baik untuk tray @200 maupun @288).

Lahan produksi untuk di kebun I terdiri dari 3 rumah naungan, yaitu 2 rumah naungan terbuat dari bambu untuk pembibitan berukuran 13.8 m x 13.8 m dan 28 m x 11 m, 1 rumah naungan terbuat dari besi untuk mawar berukuran 32 m x 30 m. Ilustrasi bangunan tanam di Kebun I dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut.

Gambar 5. Bangunan Tanam di Kebun I Bali Rose: (a) Pembibitan, (b) Rumah Naungan dengan Kerangka Besi.

Gambar 6. Bangunan Tanam di Kebun II Bali Rose: (a) Rumah Naungan dengan Kerangka Bambu, dan (b) Rumah Naungan dengan Kerangka Besi.

b

b a

(41)

Pada kebun II terdapat 12 rumah naungan, dengan keterangan sebagai berikut yaitu 8 rumah naungan dengan kerangka bambu berukuran 30 m x 15 m, dan 4 rumah naungan dengan kerangka besi masing-masing berukuran 60 m x 15 m, 32 m x 28 m, 64 m x 16 m, dan 64 m x 8 m. Lisianthus ditanam hanya pada kebun II, pada 4 greenhouse, yaitu 3 greenhouse dengan kerangka bambu (30 m x 15 m) dan 1 greenhouse dengan kerangka besi (64 m x 16 m). Ilustrasi bangunan tanam di Kebun II dapat dilihat pada Gambar 6 diatas.

Seluruh greenhouse memiliki atap yang terbuat dari plastik ultraviolet (UV) 14%. Dinding pengaman seluruh greenhouse kebun II pada bagian bawahnya menggunakan plastik UV 14% setinggi 1 meter dari permukaan tanah, sedangkan bagian dinding lainnya ditutupi menggunakan insect screen yang terbuat dari bahan nilon yang dapat dinaikturunkan seperti tirai. Sedangkan pada

greenhouse dengan kerangka besi pada kebun I dan pembibitan, sebagai dindingnya dipergunakan paranet 70%. Greenhouse baik dari kerangka bambu maupun besi di kebun II dilengkapi dengan satu unit kipas (Horizontal Air Flow) yang dipasang di tengah bangunan, serta telah memiliki instalasi irigasi berupa pipa-pipa yang berada dibawah greenhouse yang terhubung dengan pompa irigasi. Kebun memiliki 3 gudang masing-masing berisi obat-obatan, pupuk, dan peralatan budidaya kebun seperti cangkul, compressor, dan bak penampung.

Packing house dilengkapi dengan meja berukuran 180 cm x 100 cm dengan ketinggian 1 m dari tanah, 2 bak dengan lapisan keramik berukuran 4.5 m x 0.8 m, papan tulis, alat pemotong besar, dan sejumlah ember.

Air yang dipakai untuk keperluan perusahaan berasal dari kolam penampungan mata air yang berada di lingkungan sekitar kebun. Terdapat 4 kolam penampungan, namun hanya debit air dari 2 kolam saja yang terus-menerus dipergunakan. Melalui pipa, air selanjutnya dialirkan dan ditampung dalam rumah penampungan air sementara. Kemudian dengan bantuan genset diesel 100 Kva (80 000 watt), air ditarik menuju bangunan penampungan air di masing-masing kebun. Untuk kebutuhan irigasi, air disalurkan melalui pipa-pipa ke dalam

(42)

4.4. Keadaan Tanaman dan Produksi

Tahap awal budidaya dimulai dengan persiapan sarana dan prasarana dilakukan pada Desember 2007. Penanaman pertama dilakukan pada bulan April 2008 dan produksi pertama kali pada bulan Agustus 2008. Saat ini PT. Mid Duta International memproduksi berbagai jenis bunga seperti mawar, lisianthus, snapdragon, delphinium, dan jenis tanaman hias daun pelengkap rangkaian bunga. Benih lisianthus diperoleh melalui konsultan perusahaan yang berasal dari Jepang. Benih yang diperoleh merupakan hasil produksi 2 perusahaan produsen benih yakni Sakata Seed dan Takii Seed. Bali Rose mengalokasikan 4 greenhouse

untuk penanaman lisianthus, yaitu greenhouse II-4, II-5, II-6, dan II-11. Lamanya waktu dari proses persemaian hingga panen berkisar pada 21-24 minggu. Masing-masing greenhouse dapat ditanami hingga lebih dari 16 000 tanaman, kecuali untuk II-11 dengan luasan greenhouse lebih besar yang mampu menampung lebih dari 43 000 tanaman. Selama 7 bulan produksi lisianthus (November 2008 – Mei 2009), Bali Rose mampu menghasilkan 12 000 tangkai tanaman, dengan interval produksi berkisar dari 500 hingga 6 000 tangkai lisianthus per bulan.

Tabel 2. Produksi Lisianthus Bali Rose

Bulan Produksi (tanaman)

Sumber : Kebun Bali Rose (2009)

4.5. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT. Mid Duta International merupakan sebuah perusahaan florikultur yang berdiri pada tanggal 18 April 2008 atas kepemilikan Ibu Maiko Kawano sebagai pemegang saham tunggal.

(43)

karyawan harian. Jumlah karyawan harian perusahaan yang berasal dari penduduk setempat dan daerah lain memiliki perbandingan yang sama. Tingkat pendidikan karyawan tetap di PT. Mid Duta International di mulai dari tamat SLTA hingga Sarjana (S1). Karyawan tetap perusahaan memiliki tanggungjawab yang terbagi menjadi bagian produksi, logistik, akuntansi, pembelian, kasir, dan pemasaran. Bagian produksi dipimpin seorang manajer, bagian pemasaran terdiri dari sales, floris, dan supir, sedangkan bagian lainnya masing-masing terdiri dari satu orang karyawan saja. Manager produksi dan karyawan pada masing-masing bagian lainnya langsung bertanggungjawab terhadap Direktur. Struktur organisasi seperti tercantum pada Gambar Lampiran 4.

Manajer produksi bertanggungjawab terhadap seluruh aktivitas yang berlangsung di kebun meliputi budidaya seluruh tanaman yang diproduksi mulai dari persiapan lahan hingga panen, pasca panen bunga potong, pemeliharaan sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses produksi, pengadaan tenaga kerja sesuai kebutuhan, dan rencana produksi beserta perencanaan lainnya yang termasuk dalam perjanjian kerja. Perencanaan produksi oleh manajaer dapat dilihat dalam Tabel Lampiran 26. Manajer produksi dalam pekerjaannya dibantu oleh seorang asisten manajer dan 2 orang supervisor. Baik asisten manajer maupun supervisor bertugas membantu manajer terutama dalam pelaksanaan kegiatan operasional di lapang dan bertanggungjawab langsung kepada manajer. Asisten manajer bertanggungjawab terhadap pekerjaan umum dan panen dan pasca panen, sementara supervisor bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di kebunnya masing-masing secara langsung.

Bagian logistik bertanggungjawab dalam penyediaan seluruh sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan produksi. Bagian akuntansi, pembelian, dan kasir bertanggungjawab terhadap pemasukan dan pengeluaran uang perusahaan, pembukuan seluruh transaksi yang dilakukan, pengadaan barang-barang produksi dan keperluan lainnya, serta pembuatan laporan inventarisasi bulanan mengenai mutasi dan stok barang. Sedangkan bagian pemasaran bertanggungjawab terhadap penjualan hasil panen maupun barang lainnya ke tangan konsumen.

(44)

istirahat sebayak satu kali yaitu pada pukul 12.00 – 13.00 WITA. Karyawan yang bekerja di luar jam kerja perusahaan dimasukkan dalam perhitungan lembar kerja.

Sistem penggajian yang diterapkan sesuai dengan tingkat pendidikan dan jabatan. Seluruh karyawan PT. Mid Duta International menerima pembayaran gaji sekali sebulan yaitu setiap periode akhir bulan.

(45)

c b

a d

e f g h

i j k l

BAB V. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

5.1. Aspek Teknis

5.1.1. Karakteristik Lisianthus

Bali Rose telah membudidayakan sedikitnya 20 varietas tanaman lisianthus. Keunikan masing-masing varietas jelas terlihat dari warna bunganya. Warna bunga lisianthus yang diproduksi di Bali Rose antara lain putih, hijau,

cream, light purple, deep purple, pink, light pink, dan pink rim sebagai berikut.

(46)

Sifat-sifat penampakan luar yang dimiliki tanaman lisianthus meliputi akar, batang, daun, dan bunga adalah seperti terlihat pada Gambar 8 sebagai berikut. Penggolongan morfologi tanaman lisianthus didasarkan pada penggolongan morfologi tumbuhan menurut Tjitrosoepomo (2007).

Gambar 8. Akar, Batang, dan Daun Tanaman Lisianthus

(a) Akar (Radix)

Tanaman lisianthus memiliki sistem akar serabut yang tersusun dari akar-akar serabut kecil yang berbentuk benang. Akarnya mampu menembus tanah hingga kedalaman 10-15 cm, yang merupakan panjang akar dari leher batang hingga ke ujungnya.

(b) Batang (Caulis)

Tanaman lisianthus memiliki batang setengah berkayu. Batang tanaman berbentuk bulat yang ukurannya dari pangkal sampai ke ujung tidak besar bedanya. Permukaan batang licin berwarna hijau. Arah tumbuh batang tanaman lisianthus adalah tegak lurus ke atas (erectus). Percabangan lisianthus menggarpu atau dikotom, batang utama tanaman tumbuh kemudian menjadi dua atau tiga cabang yang sama besarnya. Arah pertumbuhan cabang adalah tegak (fascigiatus), sama seperti batang utama sebelum menggarpu. Tanaman lisianthus yang dibudidayakan umurnya tidak melebihi dari satu tahun, sehingga lisianthus termasuk tanaman anual atau semusim.

(47)

Ketiga jenis kuncup ini dapat tumbuh baik pada ujung maupun ketiak daun. Namun pada lisianthus yang dibudidayakan, kuncup daun dan campuran yang tumbuh pada ketiak daun biasanya segera diwiwil.

(c) Daun (Folium)

(48)

berhadap-hadapan dan pada buku berikutnya kedua daunnya membentuk silang dengan daun-daun sebelum atau setelahnya. Tata letak daun tanaman lisianthus yang demikian ini disebut berhadapan bersilang.

(d) Bunga (Flos)

Bunga lisianthus sebelumnya berasal dari kuncup bunga yang berada pada ujung batang atau ujung cabang maupun ketiak daun. Jumlah bunga pada satu tanaman lebih dari satu atau disebut tumbuhan berbunga banyak, dan letaknya terpisah-pisah.

Bunga lisianthus merupakan bunga lengkap dan sempurna yang terdiri dari bagian-bagian bunga seperti tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum), hiasan bunga (perianthium) yang terdiri dari kelopak (kalyx) dan mahkota (corolla), alat kelamin jantan (androecium) dan alat kelamin betina (gynaecium). Tangkai bunga memiliki penampang bulat dan berwarna hijau seperti batang utama. Dasar bunga lisianthus berbentuk rata, yaitu semua bagian bunga duduk sama tinggi di atas dasar bunga. Kedudukan perhiasan bunga lisianthus sama atau sedikit lebih tinggi daripada duduknya putik, sehingga disebut perigin. Daun kelopak (sepala) berwarna hijau, tidak berlekatan satu sama lain atau bebas, dan simetris beraturan berbentuk bintang. Mahkota bunga memiliki sifat simetris beraturan dengan susunan daun-daun mahkota (petala) yang membentuk mangkuk.

Gambar 9. Alat Perkembangbiakan Tanaman Lisianthus

(49)

permukaannya dipenuhi dengan serbuk sari (pollen) berwarna kuning. Kedudukan benang sari berada diatas dasar bunga dan berjumlah sekitar 5-10 benang sari per tangkai. Putik (pistillum) berwarna hijau dan hanya berjumlah satu di tiap tangkainya. Bakal buah (ovarium) menumpang pada dasar bunga, yaitu bakal buah duduk di atas dasar bunga sehingga bagaian samping bakal buah tidak pernah berlekatan dengan dasar bunga. Tangkai putik (stylus) lebih besar dan lebih panjang daripada tangkai sari, sehingga kedudukan kepala putik sedikit lebih tinggi daripada tangkai sari. Kepala putik (stigma) yang sudah siap diserbuki akan membuka mulutnya menjadi dua belahan seperti belahan daun lembaga pada tanaman kacang tanah setelah sebelumnya melekat satu sama lain.

(e) Karakteristik Berbagai Varietas Lisianthus

Lisianthus yang dibudidayakan di Bali Rose hingga saat ini tidak kurang dari 20 varietas dan semuanya merupakan varietas berbunga mahkota tumpuk, antara lain Yuki Temari, Setti Green, Paleo Champagne, Aguropis White, Bridal Snow, Carmen Violet, Exrosa Blue, Picorosa Blue, Rosina Lavender, Rosina Yellow, Rosina Lime, Rosina Green, Rosina Rose Pink, Rosina Pink, Exrosa Lila, Picorosa Rose Pink, Picorosa Snow, Picorosa Pink Picotee, Haru Urara, dan Lination Pink.

(50)

Gambar 10. Tinggi Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen

Gambar 11. Jumlah Bunga Berbagai Varietas Lisianthus Per Tanaman

(51)
(52)

Bali Rose menerapkan standar khusus untuk lisianthus sebagai bunga potong, yaitu tinggi tanaman dan jumlah bunga. Tinggi tanaman yang menjadi syarat adalah 70 cm dengan minimal 2 bunga kembar yang mekar. Varietas-varietas yang dibudidayakan menunjukkan keanekaragaman dalam karakteristiknya seperti tinggi tanaman, jumlah bunga per tanaman, dan diameter bunga saat mekar. Berdasarkan data tinggi tanaman tersebut diatas (Gambar 10), maka terlihat bahwa varietas Carmen Violet, Picorosa Blue, Haru Urara, Picorosa Snow, Rosina Lavender, dan Lination Pink tidak memenuhi standar tinggi tanaman. Namun terdapat satu alasan penting mengapa varietas tersebut layak untuk dipertahankan, yaitu keunikan bentuk bunganya, dapat dilihat kembali pada Gambar 7. Masing-masing varietas memiliki keunggulan dalam bentuk bunganya yang sangat bervariasi. Walaupun demikian terdapat beberapa varietas yang perlu mendapat perhatian, seperti varietas Xcalibur Pure White dan Yuki Temari yang sama-sama berwarna putih, tinggi tidak jauh berbeda, dan memiliki keunikan bunga yang hampir sama. Perlu dicermati bahwa jumlah helai mahkota bunga Xcalibur Pure White merupakan yang paling rendah (14.6 helai), sedangkan Yuki Temari merupakan salah satu yang tertinggi (20.33 helai). Semakin banyak helai daun mahkota maka penampilan bunga semakin bagus. Percabangan Xcalibur Pure White merupakan yang tertinggi (4.7 cabang), namun ternyata makin banyak cabang tidak berarti jumlah bunga makin banyak. Dalam hal jumlah bunga Yuki Temari lebih banyak (9.8 kuntum) bila dibandingkan Xcalibur Pure White (7.8 kuntum). Dalam hal jumlah bunga dan jumlah helai daun mahkota, Yuki Temari lebih unggul dari Xcalibur Pure White.

5.1.2. Pembibitan

(53)

Gambar 13. Kemasan Sachet Benih Lisianthus

Kegiatan penyemaian lisianthus meliputi sterilisasi tray, persiapan media, penyemaian, dan pemeliharaan.

a) Sterilisasi tray

Pencucian tray dilakukan baik untuk tray yang baru maupun bekas persemaian sebelumnya. Pencucian menggunakan alat bantu selang air bertekanan untuk membersihkan sisa-sisa media persemaian yang masih menempel ditray. Setelah itu tray direndam dalam larutan desinfektan selama kurang lebih 1 menit. Larutan desinfektan yang dipakai adalah NaClO 5.25 % dengan konsentrasi 3 cc/l.

b) Persiapan media

Media yang digunakan untuk penyemaian adalah campuran cocopeat dengan media campuran dengan nama produk Klasmann, yang diproduksi perusahaan yang berasal dari Jerman. Klasmann dikemas dalam kemasan ukuran 250 L dengan kandungan utamanya berupa white sphagnum peat, bahan ini dikenal mudah menyerap dan menyimpan air. Kedua jenis media ini selanjutnya dihaluskan terlebih dahulu menggunakan ayakan. Media Klasmann dan cocopeat yang sudah diayak dimasukkan dalam tray berukuran 200 (ukuran 2 x 2 cm per

(54)

c) Penyemaian

Benih lisianthus berpelapis disemai satu per satu pada masing-masing lubang tray. Biasanya pelapis pada benih berwarna terang, yaitu putih dan kuning. Penyemaian benih dilakukan dengan cara menaruh benih diatas media semai, bukan dibenam seperti pada Gambar 14. Karena benih berukuran kecil maka penyemaian dibantu dengan menggunakan alat stik yang menyerupai tusuk gigi. Kemudian diberi label bertuliskan jenis dan varietas tanaman, tanggal semai dan populasi per tray-nya.

Gambar 14. Penyemaian Benih Lisianthus

Benih lisianthus yang sudah diberi label ditempatkan di area teduh bernaungan paranet 80%, terhindar dari sinar matahari langsung di pembibitan hingga benih berhasil berkecambah. Lisianthus berkecambah dalam jangka waktu satu atau dua minggu setelah disemai.

d) Pemeliharaan

(55)

Bibit yang berumur 7 minggu ke atas diberikan intensitas penyinaran yang lebih banyak, dengan cara tidak dinaungi paranet ganda.

Pengkabutan (Mist Irrigation) dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada waktu pukul 10.00 dan 14.00 waktu setempat. Benih yang vigornya baik umumnya akan berkecambah pada umur 2-3 minggu setelah semai. Pengkabutan dilakukan secara manual menggunakan alat bantu tongkat dengan nozzle disetiap jarak tertentu. Pengkabutan ekstra dapat dilakukan untuk mengendalikan laju perubahan suhu dan kelembaban selain dengan cara membuka dan menutup paranet.

Pemupukan mulai dilakukan pada saat bibit berumur minimal 1 bulan atau pada saat 50% bibit dalam varietasnya sudah memiliki minimal 6 daun, hingga berumur siap tanam atau berumur 10 minggu. Pemupukan dilakukan secara rutin 5 hari sekali menggunakan campuran 2 pupuk NPK (NPK 18-18-18 dan NPK 30-10-10) dengan konsentrasi masing-masing 1 g/l.

Transplanting dilakukan dengan melakukan seleksi bibit dari tray yang berukuran cukup besar dan layak untuk ditanam (6-8 daun) ke dalam tray lain, sedangkan untuk bibit berukuran sedang atau kecil dilakukan proses pemeliharaan kembali hingga bibit mencapai ukuran layak tanam. Baik bibit berukuran kecil atau besar ditransplant ke dalam tray berukuran 200 (2 x 2 cm per plug). Kegiatan transplanting bertujuan untuk menyeragamkan kondisi tanaman yang hendak ditanam dilapang (Gambar 15). Transplanting pertama dilakukan pada saat umur bibit 6-7 minggu, sedangkan transplanting kedua dilakukan sesaat sebelum tanam untuk memisahkan antara bibit yang akan ditanam dengan bibit yang memerlukan perawatan kembali. Bibit yang masih kecil dirawat kembali hingga layak tanam.

Gambar

Tabel 1. Bahan Tanaman Lisianthus yang Diamati di Pembibitan
Gambar 7. Bunga Lisianthus Berbagai Varietas di Bali Rose : a) Yuki Temari; b) Setti Green; c) Paleo Champagne; d) Picorosa Blue; e) Rosina Lavender; f) Carmen Violet; g) Picorosa Rose pink; h) Picorosa Snow; i) Haru Urara; j) Lination Pink; k) Excalibur P
Gambar 9. Alat Perkembangbiakan Tanaman Lisianthus
Gambar 11. Jumlah Bunga Berbagai Varietas Lisianthus Per Tanaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Perhitungan Faktor Keamanan Lereng Timbunan Tunggal dengan Tinggi 5 meter dan 10 meter dengan Ketebalan Geocell 15 cm.... Hasil Perhitungan Faktor Keamanan Lereng