• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia: Aplikasi hukum okun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia: Aplikasi hukum okun"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP

TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA:

APLIKASI HUKUM OKUN

OLEH

REINHARD JANUAR SIMAREMARE H14102038

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

REINHARD JANUAR SIMAREMARE. Analisis Pengaruh Pertumbuhan

Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia: Aplikasi Hukum Okun (dibimbing oleh HENNY REINHARDT)

Ekonom Arthur Okun mengemukakan bahwa menurunnya output dapat menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran. Konsep hubungan negatif output dan tingkat pengangguran ini dikenal sebagai hukum Okun dan koefisien yang diperoleh dalam analisis hukum Okun dikenal sebagai koefisien Okun. Penerapan hukum Okun terhadap Indonesia dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran di Indonesia. Data Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang positif tidak selalu diikuti dengan penurunan pada tingkat pengangguran dari periode sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Analisis lain yang dilakukan yaitu apakah krisis ekonomi pada tahun 1997 berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.

Penelitian ini menggunakan data time series tahunan (1985-2005). Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menerapkan tingkat pengangguran sebagai variabel dependen dan variabel pertumbuhan ekonomi, jumlah angkatan kerja, dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya sebagai variabel independen. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran, sehingga kedua variabel digunakan dalam model. Chow breakpoint test digunakan dalam penelitian untuk menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat pengangguran.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki trend menurun selama periode 1986-2005. Krisis ekonomi berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi pada tahun 1998. Pertumbuhan ekonomi setelah tahun 1998 lebih rendah dibanding tingkat yang diperolehnya pada periode sebelum krisis ekonomi. Tingkat pengangguran di Indonesia memiliki trend meningkat selama periode 1985-2005. Tingkat pengangguran stabil di bawah 5 persen pada periode sebelum krisis dan meningkat dari 5 persen lebih hingga hampir 11 persen pada periode 1998-2005.

(3)

pengangguran dan tingkat pengangguran. Chow breakpoint test memberikan hasil bahwa krisis ekonomi pada tahun 1997 tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Trend tingkat pengangguran yang meningkat baik pada periode 1985-1996 maupun pada 1997-2005 diduga menyebabkan pengaruh krisis ekonomi tidak signifikan. Sektor agrikultur dan sektor informal diduga mampu menahan laju peningkatan tingkat pengangguran.

(4)

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI

TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA:

APLIKASI HUKUM OKUN

OLEH

REINHARD JANUAR SIMAREMARE H14102038

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Reinhard Januar Simaremare No. Registrasi Pokok : H14102038

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia:

Aplikasi Hukum Okun

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Henny Reinhardt S.P., M.Sc. IPB 041 093

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2006

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Reinhard Januar Simaremare lahir pada tanggal 13 Januari 1985 di Kotamadya Depok, Jawa Barat. Penulis anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Arlin Aritonang dan Maryati Simanjuntak. Penulis memulai sekolah pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Harapan Bahagia, Depok Timur pada tahun 1989. Jenjang pendidikan formal dilalui penulis di SDN Baktijaya III Depok, SLTPN 3 Depok, dan SMUN 1 Depok hingga tahun 2002 tanpa hambatan.

(8)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang teramat dalam dipanjatkan penulis ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia: Aplikasi Hukum

Okun”. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran, menurut hukum Okun. Di Indonesia, tingkat pengangguran cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun sekalipun pertumbuhan ekonomi positif. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti secara ilmiah topik ini. Disamping hal tersebut, skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan tulus kepada Ibu Henny Reinhardt M.Sc. yang telah membimbing selama proses penyusunan skripsi ini dan memaklumi segala kekurangan ataupun kesalahan penulis sehingga skripsi ini dapat dibuat dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Idqan Fahmi, M.Ec. yang telah menguji hasil penelitian ini. Kritik dan saran yang diberikan sangat membantu penulis, sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tanti Novianti, M.Si. atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Segala kesalahan dalam penelitian ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Selain itu, ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Bapak Hermanto Siregar, Ph.D yang telah bersedia meluangkan waktu kepada penulis untuk berkonsultasi dan memberikan masukan dalam penelitian.

(9)

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga penulis. Doa, dukungan, dan pengertian mereka sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat bagi seluruh pihak.

Bogor, Juli 2006

Reinhard Januar Simaremare

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

2.1. Output ... 6

2.2. Pengangguran ... 6

2.3. Hukum Okun ... 7

2.4. Penelitian Terdahulu ... 9

2.5. Kerangka Pemikiran... 13

2.6. Hipotesis Penelitian ... 14

III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 15

3.2. Metode Analisis ... 15

3.2.1. Ordinary Least Square (OLS)... 16

3.2.2. Uji Asumsi OLS ... 17

3.2.3. Uji Hipotesis .... ... 22

3.2.4. Uji Stabilitas Parameter ... 23

IV. GAMBARAN UMUM ... 24

4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 24

4.2. Angkatan Kerja Indonesia ... 25

4.2.1. Pekerja ... 28

(11)

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP

TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA:

APLIKASI HUKUM OKUN

OLEH

REINHARD JANUAR SIMAREMARE H14102038

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

RINGKASAN

REINHARD JANUAR SIMAREMARE. Analisis Pengaruh Pertumbuhan

Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia: Aplikasi Hukum Okun (dibimbing oleh HENNY REINHARDT)

Ekonom Arthur Okun mengemukakan bahwa menurunnya output dapat menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran. Konsep hubungan negatif output dan tingkat pengangguran ini dikenal sebagai hukum Okun dan koefisien yang diperoleh dalam analisis hukum Okun dikenal sebagai koefisien Okun. Penerapan hukum Okun terhadap Indonesia dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran di Indonesia. Data Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang positif tidak selalu diikuti dengan penurunan pada tingkat pengangguran dari periode sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Analisis lain yang dilakukan yaitu apakah krisis ekonomi pada tahun 1997 berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.

Penelitian ini menggunakan data time series tahunan (1985-2005). Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menerapkan tingkat pengangguran sebagai variabel dependen dan variabel pertumbuhan ekonomi, jumlah angkatan kerja, dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya sebagai variabel independen. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran, sehingga kedua variabel digunakan dalam model. Chow breakpoint test digunakan dalam penelitian untuk menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat pengangguran.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki trend menurun selama periode 1986-2005. Krisis ekonomi berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi pada tahun 1998. Pertumbuhan ekonomi setelah tahun 1998 lebih rendah dibanding tingkat yang diperolehnya pada periode sebelum krisis ekonomi. Tingkat pengangguran di Indonesia memiliki trend meningkat selama periode 1985-2005. Tingkat pengangguran stabil di bawah 5 persen pada periode sebelum krisis dan meningkat dari 5 persen lebih hingga hampir 11 persen pada periode 1998-2005.

(13)

pengangguran dan tingkat pengangguran. Chow breakpoint test memberikan hasil bahwa krisis ekonomi pada tahun 1997 tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Trend tingkat pengangguran yang meningkat baik pada periode 1985-1996 maupun pada 1997-2005 diduga menyebabkan pengaruh krisis ekonomi tidak signifikan. Sektor agrikultur dan sektor informal diduga mampu menahan laju peningkatan tingkat pengangguran.

(14)

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI

TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA:

APLIKASI HUKUM OKUN

OLEH

REINHARD JANUAR SIMAREMARE H14102038

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Reinhard Januar Simaremare No. Registrasi Pokok : H14102038

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia:

Aplikasi Hukum Okun

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Henny Reinhardt S.P., M.Sc. IPB 041 093

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2006

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Reinhard Januar Simaremare lahir pada tanggal 13 Januari 1985 di Kotamadya Depok, Jawa Barat. Penulis anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Arlin Aritonang dan Maryati Simanjuntak. Penulis memulai sekolah pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Harapan Bahagia, Depok Timur pada tahun 1989. Jenjang pendidikan formal dilalui penulis di SDN Baktijaya III Depok, SLTPN 3 Depok, dan SMUN 1 Depok hingga tahun 2002 tanpa hambatan.

(18)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang teramat dalam dipanjatkan penulis ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia: Aplikasi Hukum

Okun”. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran, menurut hukum Okun. Di Indonesia, tingkat pengangguran cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun sekalipun pertumbuhan ekonomi positif. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti secara ilmiah topik ini. Disamping hal tersebut, skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan tulus kepada Ibu Henny Reinhardt M.Sc. yang telah membimbing selama proses penyusunan skripsi ini dan memaklumi segala kekurangan ataupun kesalahan penulis sehingga skripsi ini dapat dibuat dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Idqan Fahmi, M.Ec. yang telah menguji hasil penelitian ini. Kritik dan saran yang diberikan sangat membantu penulis, sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tanti Novianti, M.Si. atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Segala kesalahan dalam penelitian ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Selain itu, ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Bapak Hermanto Siregar, Ph.D yang telah bersedia meluangkan waktu kepada penulis untuk berkonsultasi dan memberikan masukan dalam penelitian.

(19)

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga penulis. Doa, dukungan, dan pengertian mereka sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat bagi seluruh pihak.

Bogor, Juli 2006

Reinhard Januar Simaremare

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

2.1. Output ... 6

2.2. Pengangguran ... 6

2.3. Hukum Okun ... 7

2.4. Penelitian Terdahulu ... 9

2.5. Kerangka Pemikiran... 13

2.6. Hipotesis Penelitian ... 14

III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 15

3.2. Metode Analisis ... 15

3.2.1. Ordinary Least Square (OLS)... 16

3.2.2. Uji Asumsi OLS ... 17

3.2.3. Uji Hipotesis .... ... 22

3.2.4. Uji Stabilitas Parameter ... 23

IV. GAMBARAN UMUM ... 24

4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 24

4.2. Angkatan Kerja Indonesia ... 25

4.2.1. Pekerja ... 28

(21)

Halaman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1. Uji Asumsi OLS ... 32

5.2. Hasil Estimasi dan Pembahasan ... 34

5.4. Uji Stabilitas Parameter . ... 37

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1. Kesimpulan . ... 39

6.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(22)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Perbandingan dari Estimasi Koefisien Okun ... 2 1.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Indonesia ... 3 2.1. Metode Okun ... 10 4.1. Angkatan Kerja, Pertumbuhannya, dan Angkatan Kerja Baru

(23)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(24)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekonom Arthur Okun dalam Barreto dan Howland (1993) mengemukakan bahwa adanya biaya tinggi dari output terhadap tingkat pengangguran, yaitu meningkatnya tingkat pengangguran sebagai akibat dari penurunan output. Hasil penelitian Okun memberikan petunjuk praktis mengenai hubungan output dan pengangguran di Amerika Serikat, yaitu peningkatan sebesar 1 persen dari tingkat pengangguran diasosiasikan dengan penurunan sebesar 3 persen pertumbuhan output dari tingkat potensialnya (Ho, 2002). Konsep hubungan negatif output dan pengangguran ini dikenal sebagai hukum Okun dan koefisien kemiringan yang diperoleh dalam analisis hukum Okun dikenal sebagai koefisien Okun.

Koefisien Okun merupakan salah satu komponen penting yang dikaji para ekonom dalam menganalisis hukum Okun untuk beberapa alasan (Sinclair, 2005). Pertama, jika tingkat pengangguran merupakan variabel kebijakan, maka koefisien Okun dapat diinterpretasikan sebagai besaran target perekonomian untuk mereduksi tingkat pengangguran. Kedua, peramalan output sering dibuat untuk menyatakan peramalan dari tingkat pengangguran. Ketiga, koefisien Okun sangat berguna untuk mengetahui kapan output berada di atas atau di bawah nilai potensialnya.

(26)

2

Tabel 1.1. Perbandingan dari Estimasi Koefisien Okun

Negara Moosaa) (1960-95) Leeb) (1955-96) Schnabelc) Amerika Serikat -0.46 -0.54 (1954-2000) -0.42

(1990-2000) -0.44

Keterangan: angka dalam kurung adalah tahun observasi

a)

komponen siklikal tingkat pengangguran diregresikan terhadap nilai lag-nya dan komponen siklikal Gross Domestic Product (GDP)

b)

pertumbuhan ekonomi diregresikan terhadap perubahan tingkat pengangguran (koefisien diinvers)

c)

perubahan tingkat pengangguran diregresikan terhadap log GDP dan lag dari log GDP

Penerapan hukum Okun terhadap Indonesia dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan output dan tingkat pengangguran di Indonesia. Peningkatan output atau pertumbuhan ekonomi dapat digunakan sebagai alat kebijakan dalam mencapai tingkat pengangguran atau pertumbuhan ekonomi yang dicapai dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pengangguran. Hukum Okun dapat membantu pemerintah Indonesia dalam mencapai target tingkat pengangguran. Penciptaan lapangan kerja atau berkurangnya tingkat pengangguran merupakan salah satu prioritas pemerintah Indonesia saat ini1).

1)

(27)

3

1.2. Perumusan Masalah

Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran dari tahun ke tahun (Tabel 1.2.). Selama periode 1990-2005 tingkat pengangguran menurun dari tahun sebelumnya terjadi pada tahun 1996, 1997, dan 2000. Kemudian, pada kurun waktu 1990-1996 rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7.99761 persen dan rata-rata tingkat pengangguran sebesar 3.85050 persen. Pada era pasca krisis 1999-2005 rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun menjadi sebesar 4.11002 persen dan rata-rata tingkat pengangguran meningkat menjadi sebesar 8.46930 persen. Berdasarkan perbandingan kedua periode, penurunan pada pertumbuhan ekonomi diikuti dengan peningkatan pada tingkat pengangguran.

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Indonesia

dalam persen

(28)

4

Ekonom Dorodjatun Kuntjoro-Jakti memperkirakan bahwa, jumlah angkatan kerja sebanyak 2.5 juta orang yang muncul setiap tahun tidak akan terserap bahkan dalam jumlah separuhnya dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 3 persen2). Pertumbuhan ekonomi minimal sebesar 7 persen untuk menyerap angkatan kerja baru tersebut, menurut Dorodjatun. Pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen diperkirakan dapat menyerap sekitar 357 ribu pekerja berdasarkan prediksi tersebut. Mantan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Choiril Maksum memperkirakan, setiap pertumbuhan PDB sebesar 1 persen dapat menambah jumlah pekerja sekitar 400,000 orang3). Pada tahun 2005, jumlah angkatan kerja baru hampir 2 juta orang4). Pertumbuhan ekonomi hampir sebesar 5 persen pada tahun 2005 seharusnya mampu menyerap angkatan kerja baru berdasarkan perhitungan perkiraan Dorodjatun dan Choiril. Jika asumsi Dorodjatun dan Choiril dianggap benar dan seluruh angkatan kerja baru pada tahun 2005 menjadi pekerja, ternyata jumlah pengangguran bertambah sekitar 600 ribu orang pada tahun 20055) dan tingkat pengangguran tetap meningkat dari tahun 2004.

Penurunan tingkat pengangguran diduga dapat terjadi karena peningkatan pertumbuhan ekonomi berdasarkan teori hukum Okun. Penciptaan lapangan kerja sebagai akibat pertumbuhan ekonomi akan menyerap angkatan kerja, mengurangi jumlah penganggur, dan menurunkan tingkat pengangguran. Besaran koefisien Okun yang berbeda-beda dari setiap negara pada hasil penelitian Moosa, Lee,

2)

Pikiran Rakyat. Pertumbuhan Ekonomi Ditargetkan 5 Persen [Pikiran Rakyat Cyber Media]. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0803/13/0602.htm [13 Agustus 2003].

3)

Handayani, T., dan Mangku. Kondisi Ekonomi: Kesengsaraan Rakyat Parah [Suara Karya Online]. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=135808 [16 Februari 2006].

4)

Pertambahan angkatan kerja dari tahun sebelumnya. Sumber data: Lampiran 1, diolah.

5)

(29)

5

Schnabel diduga berlaku pula untuk Indonesia, yaitu memiliki besaran koefisien Okun yang berbeda. Maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah hukum Okun berlaku untuk Indonesia dan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia? 2. Apakah krisis ekonomi pada tahun 1997 berpengaruh terhadap tingkat

pengangguran di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah yang diterapkan, maka tujuan penelitian ini:

1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia.

2. Menganalisis pengaruh krisis ekonomi pada tahun 1997 terhadap tingkat pengangguran.

1.4. Manfaat Penelitian

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Output

Output atau pendapatan nasional merupakan ukuran paling komprehensif

dari tingkat aktivitas ekonomi suatu negara (Lipsey, Courant, Purvis, dan Steiner,

1996). Salah satu ukuran yang lazim digunakan untuk output adalah Produk

Domestik Bruto (PDB). PDB dapat dilihat sebagai perekonomian total dari setiap

orang di dalam perekonomian atau sebagai pengeluaran total pada output barang

dan jasa perekonomian (Mankiw, 2000). Output ini dinyatakan dalam satuan mata

uang (rupiah) sebagai jumlah dari total keluaran barang dan jasa dikalikan dengan

harga per unitnya. Jumlah total tersebut disebut sebagai output nominal, yang

dapat berubah karena perubahan baik jumlah fisik maupun perubahan harga

terhadap periode dasarnya. Untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tersebut

karena perubahan fisik, maka nilai output diukur tidak pada harga sekarang tetapi

pada harga yang berlaku pada periode dasar yang dipilih. Jumlah total ini disebut

sebagai output riil. Perubahan persentase dari output riil disebut sebagai

pertumbuhan ekonomi.

2.2. Pengangguran

Penduduk dalam usia kerja disebut sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja

terbagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (Dumairy, 1996).

Angkatan kerja ialah tenaga kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun

untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Bukan

(31)

7

dan sedang tidak mencari pekerjaan; yakni orang-orang yang kegiatannya

bersekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga, serta menerima

pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya

(pensiunan, penderita cacat yang dependen). Angkatan kerja dibedakan ke dalam

dua subkelompok, yaitu pekerja dan pengangguran. Pekerja ialah orang-orang

yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan dan

memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk

sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Pengangguran ialah orang-orang

yang tidak mempunyai pekerjaan, yaitu orang yang tidak bekerja dan masih

mencari pekerjaan. Tingkat pengangguran diukur sebagai suatu persentase dari

angkatan kerja total yang tidak mempunyai pekerjaan terhadap seluruh angkatan

kerja.

2.3. Hukum Okun

Arthur Okun, salah seorang anggota dewan penasehat ekonomi Amerika

Serikat pada masa kepemimpinan Presiden Kennedy, menduga dan berusaha

meyakinkan para pembuat kebijakan mengenai biaya sangat tinggi dari output

terhadap pengangguran. Okun (1962) menyampaikan argumen tersebut dengan

menggunakan "three methods of relating output to the employment rate” (Barreto

dan Howland, 1993).

Okun (1962) dalam Gylfason (1997), pertama menggunakan model

(32)

8

terhadap persentase perubahan output Y, dengan menggunakan data kuartalan

untuk kurun waktu 1947-1960, dan memperoleh hasil:

u = 0.3 – 0.3∆Y/Y ………(2.1)

Okun menyimpulkan bahwa tanpa adanya pertumbuhan ekonomi, tingkat

pengangguran akan meningkat 0.3 persen dari satu kuartal ke kuartal berikutnya.

Pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen per kuartal atau 4 persen per tahun

diperlukan untuk menjaga tingkat pengangguran tetap.

Model kedua, yaitu meregresikan tingkat pengangguran terhadap output

gap, dengan menggunakan data kuartalan untuk kurun waktu 1953-1960, dan

memperoleh hasil:

U = 3.72 + 0.36gap ………(2.2)

Hasil tersebut memberikan implikasi peningkatan 1 persen dari tingkat

pengangguran diasosiasikan dengan kehilangan output 2.8 persen dari tingkat

potensialnya. Tingkat pengangguran sebesar 3.72 persen, ketika gap bernilai nol,

tidak terlalu berbeda dari 4 persen idealnya.

Ketiga, Okun menggunakan model (2.3) untuk mengestimasi elastisitas

output terhadap tingkat pekerja, yaitu:

(100-U)/96 = (Y/Y*)h ………(2.3)

Hasil yang diperoleh, interval elastisitas h bernilai 0.4 mengimplikasikan bahwa

setiap penurunan tingkat pengangguran 1 persen menyebabkan peningkatan

output tidak lebih dari 3 persen, mendekati tingkat potensialnya.

Tidak ada interval keyakinan atau statistik uji diagnosis yang dilaporkan

(33)

9

sebagai koefisien dalam pengaruh tingkat pengangguran terhadap output dan

menghasilkan persamaan (2.4).

(Y*-Y)/Y = 0.032(U-4) ………(2.4)

Nilai 0.032, atau dapat diinterpretasikan sekitar 3 persen sebagai peningkatan

output dari penurunan tingkat pengangguran 1 persen, disebut sebagai koefisien

Okun dan hasil penelitian ini dikenal sebagai hukum Okun. Tidak ada definisi

khusus dari koefisien Okun, namun secara umum koefisien Okun merupakan nilai

slope yang diperoleh dalam menganalisis hubungan output dan pengangguran,

yaitu menunjukkan besaran perubahan komponen output dari perubahan

komponen pengangguran sebesar satu satuan, ataupun sebaliknya.

2.4. Penelitian Terdahulu

Barreto dan Howland (1993) melakukan pengkoreksian terhadap

kesalahan mendasar yang terdapat dalam literatur Okun. Koefisien Okun yang

diberikan oleh Okun mempunyai asumsi yang salah dimana estimasi koefisien

yang tidak bias dari regresi kebalikan dapat diperoleh dengan menginvers

koefisien dari regresi langsungnya. Metode 1 pada Tabel 2.1., menunjukkan

bahwa Okun meregresikan tingkat pengangguran terhadap persentase perubahan

output dengan menggunakan metode first difference dan memperoleh koefisien

0.3. Ia kemudian menggunakan invers dari koefisien tersebut yaitu 3.3 sebagai

persentase perubahan output dari penurunan tingkat pengangguran sebesar 1

persen, dan begitu pula pada metode lain yang ia terapkan. Barreto dan Howland

(34)

10

Jika ingin menjadikan tingkat pengangguran (U) sebagai target kebijakan, maka

tingkat pengangguran diregresikan terhadap output (GNP), yaitu persamaan (2.5).

Sebaliknya, jika ingin mengetahui perubahan output dari perubahan tingkat

pengangguran, maka output yang diregresikan terhadap tingkat pengangguran,

yaitu persamaan (2.6).

f(U) = α + βf(GNP) ...(2.5)

f(GNP) = + θf(U) ...(2.6)

Tabel 2.1. Metode Okun

Metode Estimasi Persamaan Estimasi Koefisien Okun Metode 1: First Difference Û = 0.3 – 0.30%∆Q 1/0.30 = 3.3 Metode 2: Trial Gaps Û = 3.67 + 0.35%gap 1/0.35 = 2.8 Metode 3: Fitted Trend and

Elasticity

lnÊ = 212 +0.40lnQ - 0.32 t 1/0.40 = 2.5

Sumber: Barreto dan Howland (1993)

Ho (2002) meneliti estimasi dari koefisien Okun untuk Macao dengan

metode OLS dan model yang digunakan oleh Okun, yaitu:

yyf = β(uun ) ……….………...…(2.7)

yang kemudian ditransformasi menjadi:

yt = 0 + 1(ut – un) ...(2.8)

dimana:

y = yt merupakan GDP riil,

yf = GDP potensial,

u = tingkat pengangguran aktual,

un = NAIRU,

0 = intersep sebagai estimasi yf,

(35)

11

Ho melakukan estimasi koefisien Okun dengan menggunakan tiga jenis data

NAIRU berbeda yang diperoleh melalui tiga pendekatan dalam mengestimasi nilai

NAIRU, yaitu pendekatan secara statistik, pendekatan menurut rataan historis, dan

pendekatan menurut satu periode lag dari tingkat pengangguran. Ketiga koefisien

Okun yang diperoleh (-1.31, -1.31, -1.70) tidak signifikan secara statistik pada

taraf nyata 5 persen.

Schnabel (2002) mengestimasi trend tingkat pertumbuhan ekonomi pada

sampel negara-negara industri (Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Jerman,

Australia, Spanyol, Swedia, Kanada, Inggris Raya, dan Italia) dengan

menggunakan metode first difference dari hukum Okun. Prosedur estimasi yang

dilakukan untuk mendapatkan koefisien Okun yaitu menggunakan model:

ΔU = α + β1yt + β2yt-1 ...………...(2.9)

dimana:

ΔU = perubahan tingkat pengangguran,

yt = log output,

yt-1 = lag satu periode dari log output,

α, βi = parameter.

Hasil yang didapat memberikan koefisien Okun yang tidak jauh berbeda dengan

hasil penelitian oleh pihak lain, yaitu Moosa (1997) dan Lee (2000) dalam

Schnabel (2002), sekalipun menggunakan model yang berbeda. Untuk hampir

semua negara observasi, persamaan tanpa menggunakan intercept atau slope shift

(36)

12

Cahill (2006) melakukan transformasi model dari hukum Okun, seperti

pada persamaan (2.10), menjadi model tingkat pertumbuhan (growth rate), seperti

pada persamaan (2.11), dengan tujuan untuk mempermudah dalam pengolahan

data.

ω(U* - U) = (YY*)/Y* ...(2.10)

dY/Y = - dU + dY*/Y* ...(2.11)

dimana:

U = tingkat pengangguran aktual,

U* = NAIRU,

Y = output aktual,

Y* = output potensial,

Dalam pengolahan data, model yang dipakai yaitu:

y = mx + b ………..(2.12)

dimana:

y = dY/Y,

m = - ,

x = dU,

b = dY*/Y*.

Model tersebut tidak lagi membutuhkan estimasi NAIRU dan output potensial

dalam pengolahan data. Hasil yang diperoleh memberikan nilai sebesar 2.2.

Interpretasinya yaitu perubahan tingkat pengangguran naik sebesar 1 persen

(37)

13

2.5. Kerangka Pemikiran

Penerapan hukum Okun untuk menganalisis hubungan output dan

pengangguran, yaitu pengaruh output nasional terhadap tingkat pengangguran,

telah dilakukan banyak peneliti untuk berbagai negara. Persentase peningkatan

pada output atau pertumbuhan ekonomi seharusnya mampu mengurangi tingkat

pengangguran. Analisis yang dilakukan untuk Indonesia berdasar pada hukum

Okun dan permasalahan penelitian, yaitu bagaimana pengaruh pertumbuhan

ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Pengujian secara kuantitatif

dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), dengan

asumsi-asumsi tertentu. Tingkat pengangguran diperlakukan sebagai variabel

dependen dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel independen. Merujuk dari

Barreto dan Howland (1993), maka interpretasi koefisien Okun dalam penelitian

ini yaitu besaran perubahan tingkat pengangguran sebagai akibat perubahan

pertumbuhan ekonomi sebesar satu satuan. Analisis lain, pengaruh krisis ekonomi

pada tahun 1997 terhadap tingkat pengangguran juga dilakukan. Gambar 2.1.

merupakan bagan kerangka pemikiran sebagai gambaran langkah penelitian.

(38)

• Hubungan output dan

pengangguran

• Pengaruh krisis ekonomi Pengaruh

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

2.6. Hipotesis

Dalam analisis diterapkan dua hipotesis. Hipotesis pertama yaitu, bahwa

tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan negatif.

Seperti telah dinyatakan oleh Okun, bahwa adanya biaya tinggi dari output

terhadap tingkat pengangguran. Hipotesis lain yang diterapkan yaitu, krisis

ekonomi tidak mempengaruhi tingkat pengangguran. Dugaan ini berdasarkan

trend tingkat pengangguran yang meningkat dan tidak ada perubahan drastis atau

(39)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS), International Labor Organization (ILO), dan International

Financial Statistic (IFS). PDB riil diperoleh dari BPS untuk periode 1985-2000

dan dari IFS untuk periode 2001-2005. Tingkat pengangguran, berupa persentase

jumlah pengangguran dari total angkatan kerja, merupakan perhitungan yang

diperoleh dari data angkatan kerja dan jumlah pengangguran. Kedua data tersebut

merupakan data tahunan dari International Labor Organization (ILO) untuk

periode 1985-2000 dan Biro Pusat Statistik (BPS) untuk periode 2001-2005. Data

yang digunakan dalam analisis kuantitatif merupakan data time series tahunan dari

tahun 1985 hingga tahun 2005.

3.2. Metode Analisis

Tahap pengolahan data dilakukan dengan alat bantu perangkat lunak atau

software untuk membantu proses penelitian. Software yang digunakan adalah

Microsoft Excel 2003 dan Eviews 4.1 dengan berdasar pada beberapa

pertimbangan. Alasan penggunaan Eviews 4.1, pertama, cukup mudah

dioperasikan, tanpa harus menggunakan bahasa perintah, dan cukup dikuasai oleh

peneliti. Kedua, Eviews 4.1 memiliki seluruh operasi pengolahan data yang akan

digunakan oleh peneliti. Ketiga, selain memberikan kemudahan dalam input

ataupun output data, Eviews 4.1 juga cukup dikenal secara umum sebagai salah

(40)

16

yaitu untuk kalkulasi sederhana data dan sebagai awal input data sebelum diolah

dalam Eviews 4.1.

3.2.1. Ordinary Least Square (OLS)

Metode OLS digunakan untuk memperoleh estimasi parameter dalam

menganalisis pengaruh variabel-variabel dependen terhadap variabel independen.

Penelitian ini menggunakan OLS untuk memperoleh estimasi pengaruh

pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Metode OLS

dipilih karena merupakan salah satu metode sederhana dengan analisis regresi

yang kuat dan populer, dengan asumsi-asumsi tertentu (Gujarati, 1997). Model

yang digunakan adalah:

t t t t

t PE A P e

U =

λ

1 +

λ

2 +

λ

3 1+ ...………..(3.1)

dimana:

Ut = tingkat pengangguran tahun t (dalam persen),

PEt = pertumbuhan ekonomi atau persentase perubahan output tahun t (dalam

persen),

At = jumlah angkatan kerja tahun t (dalam juta orang),

Pt-1 = jumlah pengangguran tahun t-1 (dalam juta orang),

λ1,2,3= slope atau kemiringan,

et = residual.

Jumlah pengangguran tahun tertentu merupakan jumlah dari pengangguran

tahun sebelumnya dan angkatan kerja baru yang menjadi pengangguran. Kedua

variabel tersebut diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran,

(41)

17

merupakan lag dari Pt maka jumlah observasi dalam OLS berkurang satu, dari 21

untuk periode 1985-2005 menjadi 20 untuk periode 1986-2005.

Seberapa baik garis regresi mencocokkan data (Goodness of fit) dapat

diukur melalui koefisien determinasi R2. Jika seluruh data berada pada garis

regresi, maka terjadi kecocokan sempurna dan R2 bernilai satu. Semakin besar

nilai R2, maka semakin baik variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependen.

3.2.2. Uji Asumsi OLS

Tujuan dari analisis regresi bukan hanya mendapatkan parameter atau

penaksir, tetapi juga membuktikan apakah penaksir tersebut sesuai dengan nilai

sebenarnya. Dengan asumsi-asumsi dapat dilihat bahwa penaksir OLS adalah

penaksir tak bias linear terbaik. Manurung, Manurung, dan Saragih (2005)

menyebutkan asumsi-asumsi yang digunakan yaitu:

1. Nilai rata-rata bersyarat dari unsur gangguan populasi et, tergantung

kepada nilai-nilai tertentu variabel yang menjelaskan Xt adalah nol.

Asumsi ini menyatakan bahwa tiap nilai variabel dependen Yt yang

berhubungan dengan suatu Xt tertentu didistribusikan di sekitar nilai

rata-rata, sehingga nilai et yang berhubungan dengan setiap Xt, memiliki

rata-rata nol. Asumsi ini merupakan salah satu sifat dari fungsi regresi dan

dapat diabaikan karena penyimpangan yang terjadi hanya berdampak pada

koefisien intersep yang bias.

2. Varians bersyarat dari et adalah konstan atau homoskedastik. Asumsi

(42)

18

(scedasticity) bernilai sama atau equal (homo). Heteroskedastisitas, yaitu

varians Yt yang tidak sama, memberikan konsekuensi varians tidak

minimum dan penggunaan selang keyakinan atau tingkat signifikansi yang

semakin besar, yang sebenarnya tidak perlu, sehingga penaksir OLS

kurang efisien. Pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan White’s General Heteroskedasticity Test (no cross

term). Pengujian dilaksanakan dengan melihat nilai Probability (

Obs*R-squared) yang dihasilkan. Tolak H0 maka regresi model tersebut

mengalami gejala heteroskedastisitas. Begitu pula sebaliknya, jika terima

H0 maka regresi model tidak tersebut mengalami gejala

heteroskedastisitas.

Kriteria uji:

Hipotesis nol H0 : θi = 0

Hipotesis alternatif H1 : θi≠ 0

Kaidah menolak hipotesis nol:

Probability (Obs*R-squared) < taraf nyata (α)

3. Tidak ada autokorelasi dalam gangguan. Masalah autokorelasi yang

timbul juga tidak menunjukkan varians minimum walaupun BLUE

sehingga tidak efisien, selang keyakinan menjadi lebar secara tak perlu,

dan pengujian arti (signifikan) kurang kuat. Uji autokorelasi dilakukan

dengan melihat probability (Obs*R-squared) pada Breusch-Godfrey (BG)

Test. Apabila nilai probability (Obs*R-squared) lebih besar dari taraf

(43)

19

nilai probability (Obs*R-squared) lebih kecil dari taraf nyata tertentu,

maka regresi model mengalami autokorelasi.

Kriteria uji:

Hipotesis nol H0 : ρi = 0

Hipotesis alternatif H1 : ρi≠ 0

Kaidah menolak hipotesis nol:

Probability (Obs*R-squared)< taraf nyata (α)

4. Variabel yang menjelaskan adalah nonstokastik (yaitu, tetap dalam

penyampelan berulang) atau, jika stokastik, didistribusikan secara

independen dari gangguan et. Analisis regresi merupakan penaksiran nilai

rata-rata satu variabel dependen atas dasar nilai yang tetap

variabel-variabel independen. Maka variabel-variabel-variabel-variabel yang menjelaskan ini

diasumsikan mempunyai nilai yang tetap atau nonstokastik. Sekalipun

variabel eksplanatoris mungkin sebenarnya stokastik, namun dapat

diasumsikan bahwa variabel yang menjelaskan tersebut adalah tertentu

dan hasil analisis regresi adalah tergantung pada nilai tertentu ini. Jika

variabel eksplanatory ini bersifat random, maka setidaknya didistribusikan

secara independen dari faktor gangguan et. Asumsi ini dapat dianggap

terpenuhi karena salah satu sifat fungsi regresi menujukkan bahwa

residual tidak berkorelasi dengan variabel eksplanatoris.

5. Tidak ada multikolinearitas di antara variabel yang menjelaskan. Asumsi

ini mensyaratkan tidak ada hubungan linear di antara variabel yang

(44)

20

koefisien regresi dari variabel eksplanatoris tidak dapat ditentukan dan

variansnya tak berhingga. Jika multikolinearitas kurang dari sempurna,

koefisien regresi dapat ditentukan tetapi variansnya sangat besar sehingga

tidak dapat menaksir koefisien secara akurat. Pendeteksian

multikolinearitas, dilakukan mengikuti kaidah umum, yaitu:

• Koefisien determinasi rendah dan probabilitas dari nilai statistik t

tinggi.

• Koefisien korelasi antara variabel eksplanatoris tinggi, yaitu

│0.8│atau lebih.

6. et didistribusikan secara normal. Untuk ukuran sampel meningkat sampai

tak terbatas, penaksir OLS didistribusikan secara normal, sehingga

penggunakan asumsi kenormalan tidak harus digunakan. Namun untuk

ukuran sampel kecil, asumsi kenormalan menjadi penting untuk maksud

pengujian hipotesis dan peramalan. Uji normalitas dapat dilakukan dengan

Jarque-Berra (JB) test. Jika probabilitas yang diperoleh lebih besar dari

taraf nyata (α), maka asumsi residual terdistribusi dengan normal diterima.

Jika probabilitas yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata (α), maka

asumsi residual terdistribusi dengan normal ditolak.

Kriteria uji:

Hipotesis nol H0 : residual terdistribusi normal

Hipotesis alternatif H1 : residual tidak terdistribusi normal

Kaidah menolak hipotesis nol:

(45)

21

7. Model regresi linear dalam parameter. Parameter yang digunakan yaitu

dalam bentuk pangkat satu.

8. Jumlah observasi N harus lebih besar dari jumlah parameter yang akan

ditaksir atau jumlah observasi N harus lebih besar dari jumlah variabel

eksplanatoris.

9. Variabilitas dalam variabel eksplanatoris. Nilai variabel eksplanatoris

untuk sejumlah observasi N tidak sama.

10. Model regresi dispesifikasikan dengan benar. Penetuan model dalam OLS

lebih mengacu kepada landasan teori yang digunakan. Uji bias spesifikasi

model dapat dilakukan dengan Ramsey Regression Specification Error

(RAMSEY RESET) test. Jika probabilitas dari nilai statistik F signifikan

secara statistik pada tingkat signifikansi α, maka kesimpulan yang

diperoleh yaitu model mengalami kesalahan spesifikasi. Sebaliknya,

model regresi dispesifikasikan dengan benar jika probabilitas dari nilai

statistik F tidak signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi α.

Asumsi pertama dan keempat dianggap telah terpenuhi. Asumsi ketujuh,

kedelapan, dan kesembilan terpenuhi tanpa perlu menggunakan uji secara statistik.

Parameter yang diestimasi (λ1,2,3) berpangkat satu, jumlah observasi yang

digunakan (N=20) lebih besar dari jumlah parameter yang diestimasi (λi=3), dan

variabel independen (PEt, At, Pt-1) memiliki variabilitas dalam data. Uji asumsi

OLS secara statistik diterapkan terhadap lima asumsi lainnya, yaitu

homoskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas, normalitas, dan

(46)

22

3.2.3. Uji Hipotesis

Teori uji hipotesis mengembangkan prosedur untuk memutuskan apakah

menolak atau menerima hipotesis nol. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

pendekatan uji signifikansi, yaitu uji hipotesis koefisien regresi parsial

(Manurung, et. al., 2005).

Pengujian signifikansi koefisien regresi parsial dengan uji statistik t adalah

pengujian signifikansi parameter secara terpisah (parsial). Uji hipotesis yang

menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran memiliki

hubungan negatif, yaitu dengan melihat parameter λ1. Parameter tersebut diduga

bernilai negatif. Hipotesis nol yang diperlakukan yaitu bahwa kedua variabel tidak

berhubungan negatif. Prosedur pengambilan keputusan dilakukan dengan

menggunakan tipe hipotesis ekor kiri atau left-tail.

Kriteria uji:

Hipotesis nol H0 : βsβ

Hipotesis alternatif H1 : βs < β

Kaidah menolak hipotesis nol :

Probability (t-stat) < taraf nyata (α)

Jumlah angkatan kerja dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya

diduga bernilai positif. Prosedur pengambilan keputusan dilakukan dengan

menggunakan tipe hipotesis ekor kanan atau right-tail.

Kriteria uji:

Hipotesis nol H0 : βsβ

(47)

23

Kaidah menolak hipotesis nol :

Probability (t-stat) < taraf nyata (α)

3.2.4. Uji Stabilitas Parameter

Metode yang digunakan untuk menguji stabilitas parameter regresi adalah

chow breakpoint test (Gujarati, 1997). Dasar dari uji ini adalah untuk melihat

apakah terdapat perbedaan hasil regresi atau perubahan struktural dari dua periode

waktu, yaitu periode 1985-1996 dan periode 1997-2005. Langkah yang dilakukan

yaitu dengan menghitung statistik F dengan formula:

)

RSST = residual sum squares dari hasil regresi untuk periode 1986-2005,

RSSP = residual sum squares dari hasil regresi untuk periode 1986-1996

ditambah residual sum squares dari hasil regresi untuk periode

1997-2005,

k = jumlah parameter, yaitu tiga,

N1 = jumlah observasi untuk periode 1986-1996, yaitu sebelas,

N2 = jumlah observasi untuk periode 1997-2005, yaitu sembilan.

Asumsi yang digunakan yaitu tidak ada perubahan struktural akibat krisis

ekonomi pada tahun 1997. Apabila nilai probabilitas dari statistik F lebih besar

dari tingkat signifikansi α, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa parameter

stabil diterima. Kelemahan dari metode ini adalah tidak diketahuinya letak

perbedaan dari hasil regresi pada kedua periode, apakah pada intersep atau pada

(48)

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Gambar 4.1. menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki trend menurun selama periode 1986-2005. Selama periode 1986-1996 pertumbuhan ekonomi selalu di atas 5 persen, namun pada periode 1997-2005 hanya pada tahun 2001 pertumbuhan ekonomi mampu mencapai lebih dari 5 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai pada tahun 1989 yaitu sebesar 9.08463 persen dan terendah pada tahun 1998 yaitu sebesar -13.12672 persen.

P e

Sumber: BPS (1985-2000) dan IFS (2001-2005), diolah

Gambar 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(49)

25

melakukan reformasi kebijakan, khususnya dalam bidang finansial, investasi, dan area perdagangan.

Indonesia mengalami guncangan ekonomi pada pertengahan tahun 1997, yang diawali dengan krisis nilai tukar. Mata uang rupiah mengalami depresiasi yang tinggi terhadap dolar Amerika. Hal tersebut terutama disebabkan karena terjadinya capital outflows atau arus modal ke luar negeri dalam jumlah yang besar, khususnya investasi asing jangka-pendek. Krisis ekonomi kemudian terjadi seiring dengan runtuhnya sektor perbankan dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang menurun. Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar -13.12672, yang merupakan terendah selama periode 1985-2005.

Pertumbuhan ekonomi setelah mengalami kontraksi pada tahun 1998 kembali positif dan menunjukkan pemulihan ekonomi yang terjadi. Proses pemulihan ekonomi Indonesia termasuk lambat bila dibandingkan dengan negara lain yang mengalami krisis6). Pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang dicapai pun relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan pencapaian pada periode sebelum krisis ekonomi terjadi.

4.2. Angkatan Kerja Indonesia

Jumlah angkatan kerja (labor force) di Indonesia setiap tahun bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Dumairy (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan angkatan kerja yang cepat akan membawa beban bagi perekonomian, yakni penciptaan lapangan kerja. Jika lowongan kerja baru tidak

6 )

(50)

26

mampu menampung semua angkatan kerja baru, maka sebagian angkatan kerja baru itu akan menambah jumlah pengangguran yang sudah ada. Tabel 4.1. menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja baru terendah terjadi pada tahun 1995 yaitu sekitar 586 ribu jiwa. Setelah tahun 2000, jumlah angkatan kerja baru selalu lebih dari 1 juta jiwa setiap tahunnya. Jumlah angkatan kerja baru tersebut dihitung sebagai pertambahan jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun. Pertumbuhan angkatan kerja di Indonesia, terkecuali untuk tahun 1986 dan 1994, selalu di bawah 5 persen dan rataan sekitar 2.58 persen untuk periode 1986-2005. Tabel 4.1. Angkatan Kerja, Pertumbuhannya, dan Angkatan Kerja Baru di

Indonesia

(51)

27

Tabel 4.1. Lanjutan

Tahun Jumlah Angkatan Kerja (ribu jiwa)

Sumber: ILO (1985-2000) dan BPS (2001-2005), diolah

Angkatan kerja terbagi atas pekerja (work force) dan pengangguran (unemployment). Sejak tahun 1985 hingga tahun 2005, walaupun jumlah pekerja dan pengangguran sama-sama bertambah, namun rasio pekerja atas angkatan kerja semakin berkurang dan rasio pengangguran atas angkatan kerja semakin bertambah, seperti dapat dilihat pada Gambar 4.2. dan Gambar 4.3..

0

1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 Tahun Pekerja Pengangguran

Sumber: ILO (1985-2000) dan BPS (2001-2005)

(52)

28

0.8 0.9 1

1985 1990 1995 2000 2005

Tahun Rasio

Rasio Pekerja

Sumber: ILO (1985-2000) dan BPS (2001-2005), diolah

Rasio Pengangguran

Gambar 4.3. Rasio Pekerja dan Pengangguran atas Angkatan Kerja di Indonesia

4.2.1. Pekerja

Status pekerjaan dilihat dari tiga kategori pekerja: buruh atau karyawan, berusaha sendiri, dan pekerja keluarga. Buruh atau karyawan disebut sebagai pekerja di sektor formal. Berusaha sendiri dan pekerja keluarga disebut sebagai pekerja di sektor informal. Berusaha sendiri dapat dibedakan ke dalam mereka yang dibantu pekerja lain (keluarga, pekerja tidak tetap, atau pekerja tetap) dan mereka yang tidak dibantu pekerja lain. Sedangkan pekerja keluarga merupakan mereka yang bekerja untuk keluarga dan tidak dibayar.

(53)

29

informal, yaitu pekerja berusaha sendiri tanpa dibantu pekerja lain dan pekerja keluarga (tanpa upah), masih memiliki jumlah pekerja yang tinggi hingga tahun 2005. Karyawan atau buruh, meskipun memiliki jumlah paling besar, memiliki persentase dari seluruh pekerja sekitar 28 persen dan tidak jauh berubah dibanding periode 1986-1999.

2001 2002 2003 2004 2005

tahun

Gambar 4.4. Struktur Pekerja Menurut Status Pekerjaan di Indonesia

(54)

30

krisis ekonomi (1997-1998) sektor agrikultur menyerap jumlah pekerja yang besar baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sektor agrikultur berperan penting sebagai penyangga tekanan pekerja, khususnya sebagai akibat dari kontraksi ekonomi yang menuju pada rasionalisasi pekerja di perkotaan dan sektor non-agrikultur, terutama manufaktur dan konstruksi.

4.2.2. Pengangguran

uran dari BPS sejak tahun 1998, yaitu angkatan kerja

periode

Sumber: ILO (1985-2000) dan BPS (2001-2005) olah

Gambar 4.5. Tingkat Pengangguran Indonesia

yang bekerja kurang dari 1 jam selama seminggu dan aktif mencari pekerjaan. Klasifikasi usia angkatan kerja menurut BPS adalah penduduk berusia 10 tahun ke atas, namun berubah menjadi penduduk berusia 15 tahun ke atas sejak tahun 1998. Tingkat pengangguran di Indonesia memiliki trend yang meningkat selama 1985-2005 (Gambar 4.5.). Pada periode 1985-1996, tingkat pengangguran berada di bawah 5 persen. Pada periode 1998-2005 tingkat pengangguran berada di atas 5 persen.

(55)

31

Gambar 4 menurut tingkat

pendidikan didominasi oleh pengangguran berpendidikan SMU ke bawah, yaitu lebih dari 90 persen jumlah pengangguran. Hal tersebut tidak menunjukkan bahwa angkatan kerja dengan tingkat pendidikan rendah lebih sulit memperoleh pekerjaan dibanding dengan angkatan kerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat diduga berpengaruh terhadap jumlah pekerja yang lebih besar apabila rasio pekerja dibanding pengangguran dari setiap klasifikasi tingkat pendidikan semakin besar, seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan yang dimiliki angkatan kerja. Persentase angkatan kerja yang menganggur dengan tingkat pendidikan universitas tidak lebih dari 4 persen dari total jumlah pengangguran. Namun data tersebut tidak menunjukkan bahwa lebih banyak yang menjadi pekerja dibanding menjadi pengangguran dari total angkatan kerja dengan tingkat pendidikan unversitas.

.6. Struktur Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan .6. menunjukkan bahwa struktur pengangguran

Sumber: BPS (2006)

Universitas 2.950 2.504 3.746 3.551 D I/II/III 2.742 2.065 2.306 2.974 SMU 35.524 35.194 35.918 36.037 SMP 23.505 24.709 26.154 24.698 SD 25.770 24.978 22.114 23.410 di bawah SD 9.508 10.550 9.761 9.330

tahun 2002 tahun 2003 tahun 2004 tahun 2005

(56)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Uji Asumsi OLS

Interpretasi hasil estimasi dilakukan apabila asumsi-asumsi OLS yang ada

telah terpenuhi, sehingga hasil estimasi merupakan BLUE. Uji asumsi OLS secara

statistik yang diterapkan memberikan kesimpulan bahwa keseluruhan asumsi

terpenuhi. Taraf nyata atau tingkat signifikansi yang digunakan adalah α = 0.050

atau sebesar 5 persen.

Asumsi homoskedastisitas diuji dengan White’s General

Heteroskedasticity test. Tabel 5.1. menunjukkan nilai probability (

Obs*R-squared) sebesar 0.075645. Pada tingkat signifikansi α = 0.050 H0 diterima.

Kesimpulan yang diperoleh yaitu regresi model tidak mengalami gejala

heteroskedastisitas.

Tabel 5.1. Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 2.896704 Probability 0.050988

Obs*R-squared 11.44180 Probability 0.075645

Asumsi tidak adanya autokorelasi diuji dengan Breusch-Godfrey (BG)

Test. Tabel 5.2. menunjukkan nilai probability (Obs*R-squared) sebesar 0.221917.

Pada tingkat signifikansi α = 0.050 H0 diterima. Kesimpulan yang diperoleh yaitu

regresi model tidak mengalami autokorelasi.

Tabel 5.2. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.332500 Probability 0.293313

(57)

33

Asumsi tidak adanya multikolinearitas diuji dengan mengikuti kaidah

umum. R2 yang diperoleh bernilai 0.888014 dan nilai probabilitas statistik t

sebagian variabel independen dalam model lebih rendah dari 0.050. Tabel 5.3.

menunjukkan koefisien korelasi yang diperoleh dari PEt, At, dan Pt-1 bernilai lebih

kecil dari│0.8│. Kesimpulan yang diperoleh yaitu gejala multikolinearitas tidak

timbul.

Tabel 5.3. Matriks Korelasi

PEt At Pt-1

PEt 0.002161 -0.000211 0.001623

At -0.000211 5.36E-05 -0.000653

Pt-1 0.001623 -0.000653 0.010349

Asumsi normalitas diuji dengan JB test. Hasil uji, dapat dilihat pada

Gambar 5.1., menunjukkan probabilitas sebesar 0.058602 yang lebih besar dari

tingkat signifikansi α = 0.050. Kesimpulan yang diperoleh yaitu residual

terdistribusi normal.

Skewness 0.866407

Kurtosis 4.950924

Jarque-Bera 5.673956

Probability 0.058602

(58)

34

Uji asumsi spesifikasi model tidak bias diterapkan dengan menggunakan

uji Ramsey RESET. Tabel 5.4. menunjukkan probabilitas dari statistik F bernilai

0.543405 tidak signifikan pada tingkat signifikansi α = 0.050. Kesimpulan yang

diperoleh yaitu model tidak mengalami kesalahan spesifikasi.

Tabel 5.4. Uji Bias Spesifikasi Model

Ramsey RESET Test:

F-statistic 0.635385 Probability 0.543405

Log likelihood ratio 1.626402 Probability 0.443436

5.2. Hasil Estimasi dan Pembahasan

Regresi OLS pada model (3.1) memberikan hasil estimasi persamaan

sebagai berikut:

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa hasil regresi memiliki koefisien determinasi R2

sebesar 0.888014 menunjukkan bahwa hasil regresi mampu mencocokkan 88.80

persen data, sedangkan sisa 11.20 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar

persamaan.

Tabel 5.5. Hasil Regresi Persamaan

Variabel dependen: Ut

Sampel: 1986-2005 (N=20)

Variabel independen Parameter (λi) Probabilitas

PEt -0.018496 0.6957

At 0.020965 0.0108

Pt-1 0.803208 0.0000

R-squared 0.888014 Mean dependent var 5.353573

(59)

35

Uji statistik t pada tingkat signifikansi α = 0.050 menunjukkan bahwa

pertumbuhan ekonomi tidak signifikan berpengaruh terhadap tingkat

pengangguran. Hipoteis pertama yang diteapkan, yaitu pertumbuhan ekonomi

berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran, ditolak. Variabel jumlah

angkatan kerja dan jumlah pengangguran tahun sebelumnya signifikan

berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Pengaruh positif dari kedua variabel

terhadap tingkat pengangguran sesuai dengan dugaan yang digunakan.

Koefisien Okun yang diperoleh bernilai -0.018496. Hasil estimasi

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan

ekonomi dengan tingkat pengangguran. Penciptaan lapangan kerja sebagai akibat

dari pertumbuhan ekonomi menyerap angkatan kerja, mengurangi jumlah

pengangguran, dan menurunkan tingkat pengangguran. Uji hipotesis

menunjukkan bahwa parameter yang diperoleh tidak penting secara statistik.

Kesimpulan yang diperoleh adalah pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh

terhadap tingkat pengangguran. Hal ini sesuai dengan gambaran tingkat

pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tingkat pengangguran

cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi yang telah

dicapai setiap tahun tidak mampu mengurangi tingkat pengangguran.

Jumlah angkatan kerja signifikan berpengaruh terhadap tingkat

pengangguran. Peningkatan angkatan kerja sebesar 1 juta orang menyebabkan

tingkat pengangguran meningkat sebesar 0.020965 persen, asumsi ceteris paribus.

Gambaran angkatan kerja di Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan

(60)

36

pengangguran yang semakin besar dibanding rasio pekerja terhadap angkatan

kerja. Pertumbuhan angkatan kerja di Indonesia lebih menjadi beban bagi

perekonomian dalam menciptakan lapangan kerja dibanding menjadi potensi

sumber daya manusia yang dapat meningkatkan output nasional.

Jumlah pengangguran tahun sebelumnya signifikan berpengaruh terhadap

tingkat pengangguran. Jika jumlah pengangguran tahun lalu sebesar 1 juta orang,

maka tingkat pengangguran tahun sekarang bertambah 0.803208 persen, asumsi

ceteris paribus. Jika lapangan kerja yang tersedia tidak mampu menyerap seluruh

angkatan kerja, maka sebagian pengangguran tahun lalu akan kembali menjadi

pengangguran tahun sekarang.

Pertumbuhan ekonomi yang tidak berpengaruh terhadap tingkat

pengangguran diduga disebabkan oleh pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi.

Jumlah lapangan kerja yang dibutuhkan lebih besar dari lapangan kerja yang

tersedia setiap tahunnya. Hasil estimasi menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi tidak berpengaruh, sedangkan jumlah angkatan kerja dan jumlah

pengangguran tahun sebelumnya berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.

Jika pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja yang lebih besar

dari jumlah angkatan kerja baru setiap tahun, maka diduga pertumbuhan ekonomi

akan berpengaruh dalam mengurangi tingkat pengangguran dan pertumbuhan

angkatan kerja tidak akan berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.

Tersedianya lapangan kerja tersebut akan menyebabkan rasio pekerja yang

(61)

37

pertumbuhan angkatan kerja lebih menjadi potensi dibanding beban bagi

perekonomian.

5.3. Uji Stabilitas Parameter

Chow breakpoint test memberikan hasil nilai statistik F 0.389882 dengan

probabilitas 0.762121 (Tabel 5.6.). Kesimpulan yang diperoleh yaitu menolak

hipotesis yang menyatakan bahwa parameter tidak stabil untuk kedua periode

1986-1996 dan 1997-2005 pada tingkat signifikansi α = 0.050. Hasil ini

menunjukkan bahwa untuk kedua periode parameter tidak berubah signifikan atau

krisis ekonomi tidak mempengaruhi tingkat pengangguran. Hipotesis kedua yang

diterapkan, yaitu krisis ekonomi pada tahun 1997 tidak berpengaruh terhadap

tingkat pengangguran, diterima. Penggunaan variabel dummy ke dalam model

untuk mengetahui estimasi besaran pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat

pengangguran tidak dilakukan. Hasil regresi yang diperoleh tidak memenuhi

asumsi OLS, yaitu normalitas, dan memiliki nilai Adjusted R2 yang lebih kecil

dibanding nilai Adjusted R2 hasil estimasi model (3.1) yang digunakan.

Tabel 5.6. Uji Stabilitas Parameter

Chow Breakpoint Test: 1997

F-statistic 0.389882 Probability 0.762121

Log likelihood ratio 1.604782 Probability 0.658306

Trend tingkat pengangguran yang meningkat pada kedua periode diduga

menyebabkan tidak ada perubahan parameter dari periode 1985-1996 ke periode

1997-2005 yang signifikan secara statistik. Perbedaan tingkat pengangguran pada

(62)

38

stabil di bawah 4 persen sedangkan pada periode 1997-2005 tingkat pengangguran

berada di atas 5 persen dan terus meningkat hingga lebih dari 10 persen pada

tahun 2005.

Sebuah hasil studi BPS dan UNDP (1999) dalam Irawan, et. al. (2000)

menunjukkan bahwa selama periode 1997-1998 sektor agrikultur menyerap

banyak tenaga kerja dan menyangga tekanan tenaga kerja sebagai akibat kontraksi

ekonomi yang menuju kepada rasionalisasi tenaga kerja di sektor non-agrikultur.

Hal tersebut memberikan dugaan bahwa pada tahun 1997 dan 1998 tingkat

pengangguran tidak meningkat tajam karena adanya peranan sektor agrikultur

yang bertumbuh pada saat krisis ekonomi dan menyerap angkatan kerja.

Peningkatan jumlah pekerja di sektor informal mengindikasikan

terbatasnya penyediaan lapangan kerja di sektor formal (Irawan, et. al., 2000).

Penyedia lapangan kerja di sektor formal, yaitu sektor industri dan jasa,

mengalami kesulitan usaha sebagai akibat krisis ekonomi. Lapangan kerja yang

tersedia terbatas dan peran sektor formal dalam menyerap pekerja tidak meningkat.

Peningkatan jumlah pekerja di sektor informal sejak tahun 1998 menunjukkan

bahwa sektor informal berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja sejak

krisis ekonomi. Hal ini diduga menyebabkan tingkat pengangguran tidak

meningkat dengan laju yang lebih cepat.

(63)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Hukum Okun, hubungan negatif output dan pengangguran, berlaku pula di Indonesia, dimana koefisien Okun yang diperoleh bernilai negatif. Hipotesis yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran ditolak. Pertumbuhan ekonomi tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang dapat mengurangi jumlah pengangguran dan tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran dipengaruhi oleh pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah pengangguran yang telah ada dari tahun sebelumnya.

2. Hipotesis yang menyatakan bahwa krisis ekonomi pada tahun 1997 tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran diterima. Trend tingkat pengangguran yang meningkat sejak tahun 1985 diduga menyebabkan tidak adanya pengaruh krisis ekonomi secara statistik. Keberadaan sektor agrikultur dan sektor informal diduga mampu mengurangi laju peningkatan tingkat pengangguran.

6.2. Saran

(64)

40

2. Pemerintah perlu memperlambat laju pertumbuhan penduduk, yang dapat memperlambat laju pertumbuhan angkatan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah angkatan kerja berpengaruh terhadap naiknya tingkat pengangguran. Permintaan pekerja melalui lapangan kerja yang tersedia diduga tidak tidak mampu mencukupi jumlah penawaran pekerja, yaitu angkatan kerja yang tersedia. Kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah mengurangi laju pertumbuhan penduduk dengan menggalakkan program Keluarga Berencana (KB).

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 1985-2000. Quarterly GDP Indonesia by Expenditure. Jakarta.

__________________. 2001-2005. Population and Type of Activity. Jakarta. __________________. 2006. Unemployment by Educational Attainment. Jakarta. __________________. 2006. Population of 15 Years of Age and Over By Main

Employment Status. Jakarta.

Barreto, H., dan F. Howland. 1993. “There are Two Okun’s Law Relationships Between Output and Unemployment” [Wabash College]. http://www.wabash.edu/dept/economics/Faculty%20Work/Okun/okun93.pd f [22 Maret 2006].

Cahill, M. B. 2006. “Estimating Key Macroeconomic Relationship at The Undergraduate Level: Taylor Rule and Okun’s Law Examples” [College of The Holy Cross]. http://www.aeaweb.org/annual_mtg_papers/2006/0108_0800_1203.pdf [3 April 2006].

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta.

Gujarati, D. 1998. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah]. Erlangga, Jakarta

Gylfason, T. 1997. “Okun’s Law and Labor Market Rigidity: The Case of Sweden” [University of Iceland].

http://www.hi.is/~gylfason/pdf/Okun13.pdf [3 April 2006].

Ho, W. S. 2002. “Okun Coefficient of Macao: Estimations and Applications” [Monetary Authority of Macao]. http://www.amcm.gov.mo/publication/quarterly/Oct2002/Okuns_en.pdf [3 April 2006].

International Labor Organization. 1985-2000. Labor Statistic Database. Geneva. International Monetary Fund. 2001-2005. International Financial Statistic.

Gambar

Tabel 1.1. Perbandingan dari Estimasi Koefisien Okun
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Indonesia
Tabel 2.1. Metode Okun
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh dosis 1cc petrogenol (D3) dapat menunjukkan perlakuan yang baik dalam mengendalikan serangan lalat buah dengan jumlah tangkapan lalat buah tertinggi terdapat

Koperasi Al-Ibriz sebagai laborat sosial ekonomi bagi para santri mempunyai peran yang signifikan didalam mengasah nalar komunal dan interprenership para santri,

Dalam hal perusahaan Angkutan Penyeberangan tidak dapat melayani sesuai dengan jadwal yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf i, harus melaporkan

Hasil yang didapat setalah melakukan analisis terhadap pelaksanaan strategi Marketing Public Relations yang dilakukan oleh AJB Bumiputera 1912 Malang dengan

Bagi warga Jemaat yang ingin dilayani melalui kunjungan, serta bagi jemaat yang sedang dalam pemulihan di rumah maupun di rmah sakit dapat menghubungi Koordinator Komisi

Pada hasil p values menunjukkan nilai 0.000 di mana hasil tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu p values &lt;0.050 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis

Dalam hal ini, kita tunjukkan pertama kali bahwa untuk n besar dan p kecil merupakan pendekatan yang memuaskan.. Sekarang dalam prakteknya, kita hanya memperoleh sebuah sampel

Pemegang Unit Penyertaan akan mendapatkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang akan disediakan oleh Bank Kustodian paling lambat 7 (tujuh) Hari Bursa setelah: