• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi pembenihan ikan gurami petani bersertifikat SNI (kasus di desa Beji kecamatan Kedung Banteng kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi pembenihan ikan gurami petani bersertifikat SNI (kasus di desa Beji kecamatan Kedung Banteng kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN

GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

(kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)

Oleh :

Murry Hadi Nugroho A14105575

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

MURRY HADI NUGROHO. Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI. (Di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR).

Ikan gurami merupakan salah satu potensi air tawar yang mempunyai prospek pasar yang sangat baik hal ini karena ikan gurami memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik dalam segi harga jual maupun harga beli. Mahalnya harga ikan gurami disebabkan ikan ini memerlukan waktu relatif lama untuk mencapai ukuran konsumsi. Untuk membesarkan benih ukuran 2 – 3 cm sampai konsumsi di perlukan waktu selama 15 bulan. Berbeda dengan ikan lele dan ikan mas, untuk mencapai ukuran konsumsi hanya memerlukan waktu 4 - 5 bulan dari benih ukuran 2-3 cm. Hal ini yang mendorong para pembudidaya ikan gurami untuk mensegmentasikan kegiatan usahanya. Semua kegiatan budidaya ikan gurami dapat dijadikan usaha, mulai dari pembenihan hingga pembesaran yang masing-masing mempunyai keuntungan sendiri.

Kualitas dan kuantitas benih sangat menentukan output ikan gurami yang akan dihasilkan. Jika benih yang digunakan berkualitas baik, maka kemungkinan besar kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan gurami menjadi baik. Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan kepada para pembudidaya ikan. SNI bertujuan untuk mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa guna menunjang tercapainya tujuan strategis yaitu peningkatan daya saing. Standar Nasional Indonesia merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksi dan kualitas produk. Petani yang sudah menerapkan SNI melalui pelatihan dan penyuluhan akan mendapatkan pengakuan dari pemerintah berupa sertifikat SNI. Sertifikasi SNI adalah prosedur dimana lembaga sertifikasi yang diakui pemerintah memberikan jaminan tertulis bahwa sistem kegiatan budidaya sesuai dengan SNI.

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu sentra ikan gurami di Indonesia. Terdapat unit bisnis pembenihan ikan gurami bersertifikat SNI tepatnya di Desa Beji Kecamatan Kedung Banteng. Dengan sertifikasi dan penerapan SNI, diharapkan dapat meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha pembenihan ikan gurami. Untuk itu perlu dikaji bagaimana dampak dari sertifikasi SNI terhadap pendapatan yang diterima oleh petani pembudidaya ikan gurami.. Selain itu salah satu faktor yang menjadi kendala petani bersertifikat dan non sertifikat dalam usaha pembenihan ikan gurami adalah keterbatasan modal. Dengan terbatasnya modal, maka pengalokasiannya untuk penggunaan faktor-faktor produksi menjadi sangat terbatas, sehingga perlu dikaji faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi pembenihan ikan gurami agar modal dapat dialokasikan dengan baik. Dari penjelasan tersebut maka penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pendapatan usaha pembenihan ikan gurami petani bersertifikat dan non-sertifikat dan menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi dalam proses produksi pembenihan ikan gurami

(3)

faktor-faktor yang berpengaruh digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural. Setelah diuji, maka akan didapat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami adalah luas kolam (X1), jumlah induk (X2), kepadatan (X3), Dosis pupuk (X4), pakan benih (X5), tenaga kerja (X6) dan variable dummy sertifikat. Akan tetapi Dengan adanya sebagian telur yang langsung dijual oleh para petani, maka variabel jumlah induk (X2) dihilangkan karena dikhawatirkan hasil regresi menjadi bias dan model menjadi kurang baik, sehingga faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami ukuran 1-2 cm adalah luas kolam (X1), kepadatan (X2), Dosis pupuk (X3), pakan benih (X4), tenaga kerja (X5) dan variable dummy sertifikat.

Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat SNI lebih besar dibandingkan dengan yang diterima oleh petani non sertifikat. Hal tersebut tergambarkan oleh nilai R/C rasio, R/C yang diperoleh petani bersertifikat lebih tinggi dibandingkan petani non sertifikat. Tidak semua telur dari induk ikan gurami di benihkan oleh para petani, akan tetapi ada sebagian telur yang langsung dijual oleh para petani baik petani bersertifikat maupun petani non sertifikat. Pendapatan yang diterima oleh petani responden bersertifikat lebih tinggi bukan dikarenakan harga produk yang berbeda akan tetapi hasil produksi yang dihasilkan oleh petani responden bersertifikat lebih besar dibandingkan dengan petani responden non sertifikat dengan jumlah input yang berbeda.

Dari hasil analisis faktor-faktor menggunakan fungsi Cobb-Douglas semua variabel independent secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami dimana hasil tersebut didapatkan dari uji F dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengaruh faktor produksi secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukan bahwa faktor luas kolam (X1), kepadatan (X2), Dosis pupuk (X3) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95 %. Sedangkan faktor pakan benih (X4), tenaga kerja (X5) dan variabel dummy sertifikat tidak berpengaruh nyata tehadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95 %.Usaha pembenihan ikan gurami di Desa Beji berada pada kondisi increasing return to scale atau kenaikan hasil yang meningkat. Hal ini ditunjukan oleh hasil penjumlahan koefisien dari masing-masing faktor produksi.

(4)

sehingga penggunaan kepadatan didaerah penelitian sudah efisien dan dipertahankan jumlah penggunaan kepadatannya. Untuk variabel dosis pupuk memiliki nilai elastisitas sebesar negatif 0,450 yang berada pada daerah irasional III sehingga penggunaan dosis pupuk didaerah penelitian sudah tidak efisien dan perlu dikurangi dosis pemakaiannya. Nilai skala ekonomi untuk usaha pembenihan ikan gurami di Desa Beji adalah 1,8134 yang berada pada daerah irasional I yang berarti penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama belum efisien dilakukan, sehingga untuk mencapai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama masih dapat ditingkatkan.

(5)

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN

GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

(kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)

Oleh :

MURRY HADI NUGROHO

A14105575

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)

Nama : Murry Hadi Nugroho

NRP : A14105575

Program studi : Ektensi Manajemen Agribisnis

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Rahmat Yanuar, Sp. MSi NIP 132 321 442

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH

Bogor, Mei 2008

Murry Hadi Nugroho

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 juni 1985 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sudirman dan Purwantini. Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah pada tahun 1990 penulis memasuki bangku SD di Sekolah Dasar Negeri Panaragan II Bogor Sampai 1996 dan melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Bogor dari tahun 1996 sampai dengan tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas yaitu di SMU N 6 Bogor, dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan Diploma 3 pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Produksi Benih Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Setelah itu pada tahun 2005 penulis melanjutkan kembali pendidikannya ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang merupakan salah

satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini mengambil topik mengenai ”Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat

SNI kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa

Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan petani

bersertifikat SNI dan non sertifikat SNI serta menganalisis faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap hasil produksi pada proses produksi pembenihan ikan gurami.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi yang telah dibuat ini.

Semoga apa yang penulis sampaikan pada skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca.

Bogor, Mei 2008

Murry Hadi Nugroho

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan moril, semangat, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua dan adikku tersayang yang telah memberikan dukungan moril, materil serta doa dan kasih sayang tanpa pamrih.

2. Bapak Rahmat Yanuar. Sp. MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya.

3. Bapak M. Firdaus PhD yang telah menjadi dosen evaluator dan penguji yang memberikan banyak saran pada penelitian saya.

4. Ibu Tintin Sarianti, Sp atas masukan selaku komisi pendidikan yang memberikan masukan pada waktu sidang.

5. Bapak Ade Sunarma, MSi. yang banyak memberikan informasi, saran dan bantuan pada saat sebelum dan setelah penelitian.

6. Keluarga Bapak Chaeruri selaku ketua kelompok UPR Setia Maju yang telah memberikan informasi dan bantuan pada saat penelitian.

7. Keluarga Mas Joko Purwokerto atas dukungan dan motivasinya.

8. Kakak-kakakku mas ndut, mas ade, mas sugeng dan mas joko atas doa dan semangatnya.

9. Urmatul Uska Akbar, yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan doa.

10.Barudak Saung, yang tak bisa disebutkan satu per satu, atas dukungan dan motivasinya selama penyusunan skripsi.

(11)

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN

GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

(kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)

Oleh :

Murry Hadi Nugroho A14105575

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

MURRY HADI NUGROHO. Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI. (Di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR).

Ikan gurami merupakan salah satu potensi air tawar yang mempunyai prospek pasar yang sangat baik hal ini karena ikan gurami memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik dalam segi harga jual maupun harga beli. Mahalnya harga ikan gurami disebabkan ikan ini memerlukan waktu relatif lama untuk mencapai ukuran konsumsi. Untuk membesarkan benih ukuran 2 – 3 cm sampai konsumsi di perlukan waktu selama 15 bulan. Berbeda dengan ikan lele dan ikan mas, untuk mencapai ukuran konsumsi hanya memerlukan waktu 4 - 5 bulan dari benih ukuran 2-3 cm. Hal ini yang mendorong para pembudidaya ikan gurami untuk mensegmentasikan kegiatan usahanya. Semua kegiatan budidaya ikan gurami dapat dijadikan usaha, mulai dari pembenihan hingga pembesaran yang masing-masing mempunyai keuntungan sendiri.

Kualitas dan kuantitas benih sangat menentukan output ikan gurami yang akan dihasilkan. Jika benih yang digunakan berkualitas baik, maka kemungkinan besar kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan gurami menjadi baik. Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan kepada para pembudidaya ikan. SNI bertujuan untuk mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa guna menunjang tercapainya tujuan strategis yaitu peningkatan daya saing. Standar Nasional Indonesia merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksi dan kualitas produk. Petani yang sudah menerapkan SNI melalui pelatihan dan penyuluhan akan mendapatkan pengakuan dari pemerintah berupa sertifikat SNI. Sertifikasi SNI adalah prosedur dimana lembaga sertifikasi yang diakui pemerintah memberikan jaminan tertulis bahwa sistem kegiatan budidaya sesuai dengan SNI.

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu sentra ikan gurami di Indonesia. Terdapat unit bisnis pembenihan ikan gurami bersertifikat SNI tepatnya di Desa Beji Kecamatan Kedung Banteng. Dengan sertifikasi dan penerapan SNI, diharapkan dapat meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha pembenihan ikan gurami. Untuk itu perlu dikaji bagaimana dampak dari sertifikasi SNI terhadap pendapatan yang diterima oleh petani pembudidaya ikan gurami.. Selain itu salah satu faktor yang menjadi kendala petani bersertifikat dan non sertifikat dalam usaha pembenihan ikan gurami adalah keterbatasan modal. Dengan terbatasnya modal, maka pengalokasiannya untuk penggunaan faktor-faktor produksi menjadi sangat terbatas, sehingga perlu dikaji faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi pembenihan ikan gurami agar modal dapat dialokasikan dengan baik. Dari penjelasan tersebut maka penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pendapatan usaha pembenihan ikan gurami petani bersertifikat dan non-sertifikat dan menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi dalam proses produksi pembenihan ikan gurami

(13)

faktor-faktor yang berpengaruh digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural. Setelah diuji, maka akan didapat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami adalah luas kolam (X1), jumlah induk (X2), kepadatan (X3), Dosis pupuk (X4), pakan benih (X5), tenaga kerja (X6) dan variable dummy sertifikat. Akan tetapi Dengan adanya sebagian telur yang langsung dijual oleh para petani, maka variabel jumlah induk (X2) dihilangkan karena dikhawatirkan hasil regresi menjadi bias dan model menjadi kurang baik, sehingga faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami ukuran 1-2 cm adalah luas kolam (X1), kepadatan (X2), Dosis pupuk (X3), pakan benih (X4), tenaga kerja (X5) dan variable dummy sertifikat.

Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat SNI lebih besar dibandingkan dengan yang diterima oleh petani non sertifikat. Hal tersebut tergambarkan oleh nilai R/C rasio, R/C yang diperoleh petani bersertifikat lebih tinggi dibandingkan petani non sertifikat. Tidak semua telur dari induk ikan gurami di benihkan oleh para petani, akan tetapi ada sebagian telur yang langsung dijual oleh para petani baik petani bersertifikat maupun petani non sertifikat. Pendapatan yang diterima oleh petani responden bersertifikat lebih tinggi bukan dikarenakan harga produk yang berbeda akan tetapi hasil produksi yang dihasilkan oleh petani responden bersertifikat lebih besar dibandingkan dengan petani responden non sertifikat dengan jumlah input yang berbeda.

Dari hasil analisis faktor-faktor menggunakan fungsi Cobb-Douglas semua variabel independent secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami dimana hasil tersebut didapatkan dari uji F dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengaruh faktor produksi secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukan bahwa faktor luas kolam (X1), kepadatan (X2), Dosis pupuk (X3) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95 %. Sedangkan faktor pakan benih (X4), tenaga kerja (X5) dan variabel dummy sertifikat tidak berpengaruh nyata tehadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95 %.Usaha pembenihan ikan gurami di Desa Beji berada pada kondisi increasing return to scale atau kenaikan hasil yang meningkat. Hal ini ditunjukan oleh hasil penjumlahan koefisien dari masing-masing faktor produksi.

(14)

sehingga penggunaan kepadatan didaerah penelitian sudah efisien dan dipertahankan jumlah penggunaan kepadatannya. Untuk variabel dosis pupuk memiliki nilai elastisitas sebesar negatif 0,450 yang berada pada daerah irasional III sehingga penggunaan dosis pupuk didaerah penelitian sudah tidak efisien dan perlu dikurangi dosis pemakaiannya. Nilai skala ekonomi untuk usaha pembenihan ikan gurami di Desa Beji adalah 1,8134 yang berada pada daerah irasional I yang berarti penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama belum efisien dilakukan, sehingga untuk mencapai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama masih dapat ditingkatkan.

(15)

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN

GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

(kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)

Oleh :

MURRY HADI NUGROHO

A14105575

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)

Nama : Murry Hadi Nugroho

NRP : A14105575

Program studi : Ektensi Manajemen Agribisnis

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Rahmat Yanuar, Sp. MSi NIP 132 321 442

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019

(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH

Bogor, Mei 2008

Murry Hadi Nugroho

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 juni 1985 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sudirman dan Purwantini. Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah pada tahun 1990 penulis memasuki bangku SD di Sekolah Dasar Negeri Panaragan II Bogor Sampai 1996 dan melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Bogor dari tahun 1996 sampai dengan tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas yaitu di SMU N 6 Bogor, dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan Diploma 3 pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Produksi Benih Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Setelah itu pada tahun 2005 penulis melanjutkan kembali pendidikannya ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas

(19)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang merupakan salah

satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini mengambil topik mengenai ”Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat

SNI kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa

Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan petani

bersertifikat SNI dan non sertifikat SNI serta menganalisis faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap hasil produksi pada proses produksi pembenihan ikan gurami.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi yang telah dibuat ini.

Semoga apa yang penulis sampaikan pada skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca.

Bogor, Mei 2008

Murry Hadi Nugroho

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan moril, semangat, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua dan adikku tersayang yang telah memberikan dukungan moril, materil serta doa dan kasih sayang tanpa pamrih.

2. Bapak Rahmat Yanuar. Sp. MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya.

3. Bapak M. Firdaus PhD yang telah menjadi dosen evaluator dan penguji yang memberikan banyak saran pada penelitian saya.

4. Ibu Tintin Sarianti, Sp atas masukan selaku komisi pendidikan yang memberikan masukan pada waktu sidang.

5. Bapak Ade Sunarma, MSi. yang banyak memberikan informasi, saran dan bantuan pada saat sebelum dan setelah penelitian.

6. Keluarga Bapak Chaeruri selaku ketua kelompok UPR Setia Maju yang telah memberikan informasi dan bantuan pada saat penelitian.

7. Keluarga Mas Joko Purwokerto atas dukungan dan motivasinya.

8. Kakak-kakakku mas ndut, mas ade, mas sugeng dan mas joko atas doa dan semangatnya.

9. Urmatul Uska Akbar, yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan doa.

10.Barudak Saung, yang tak bisa disebutkan satu per satu, atas dukungan dan motivasinya selama penyusunan skripsi.

(21)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...4

1.3 Tujuan Penelitian ...6

1.4 Kegunaan Penelitian ...7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Gurami ...8

2.2 Standar Nasional Indonesia Produk Perikanan ...10

2.3 Standar Nasional Indonesia Ikan Gurami ...10

2.3.1 Pengelolaan Kelas Induk Pokok (Parent Stock) ...11

2.3.1 Produksi Benih Kelas Benih Sebar ...11

2.4 Penelitian Terdahulu ...15

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ...20

3.1.1 Pendapatan Usahatani...20

3.1.2 Analisis Fungsi Produksi...22

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...28

IV. METODOLOGI 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...31

4.2 Jenis dan Sumber Data ...31

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ...32

4.3.1 Analisis Pendapatan Usahatani ...32

4.3.2 Analisis Fungsi Produksi ...34

4.4 Konsep Pengukuran Variabel...38

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ...40

5.2 Karakteristik Responden ...42

5.2.1 Petani Sertifikat SNI ...42

5.2.1.1 Usia ...42

5.2.1.2 Tingkat Pendidikan ...42

(22)

5.2.1.4 Luas Kolam...43 5.2.2 Petani Non Sertifikat SIN ...44 5.2.2.1 Usia ...44 5.2.2.2 Tingkat Pendidikan ...44 5.2.2.3 Pengalaman Usahatani ...45 5.2.2.4 Luas Kolam...45 5.3 Gambaran Umum Pembenihan Ikan Gurami di Daerah Penelitian ...46 5.4 Pemasaran Benih Ikan Gurami ...50

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

6.1 Analisis Pendapatan ...52 6.1.1 Penggunaan Sarana Produksi ...52 6.1.1.1 Pupuk ...52 6.1.1.2 Kapur...52 6.1.1.3 Daun Sente ...52 6.1.1.4 Pelet Induk ...53 6.1.1.5 Pelet Benih ...53 6.1.1.6 Tenaga Verja ...53 6.1.1.7 Induk Ikan Gurami ...54 6.1.2 Penerimaan Usahatani ...54 6.1.3 Struktur Biaya...56 6.2 Analisis Faktor-faktor Produksi ...63 6.2.1 Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi...63 6.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi...65

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ikan Gurami ...9 2. Bentuk Fungsi Produksi Dengan Satu Variabel...23 3. Kurva Hubungan Fungsi Produksi Total dengan Produk Marginal

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

(26)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Orientasi sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional adalah sebagai

pemasok kebutuhan konsumsi dan gizi masyarakat, memperluas kesempatan kerja

dan berwirausaha, peningkatan devisa negara melalui ekspor hasil perikanan dan

mampu mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian khususnya sub

sektor perikanan (Soekartawi, 2005). Berdasarkan lahan tempat budidaya, sub sektor

perikanan di bedakan menjadi dua golongan, yaitu perikanan darat dan perikanan

laut, dimana perikanan darat terbagi lagi menjadi perikanan air tawar dan perikanan

air payau.

Tabel 1. Produksi Ikan Indonesia Menurut Segi Lahan Periode 2001-2005

No Tahun Perikanan darat (Ribu Ton) Perikanan laut (Ribu Ton)

1 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007

Salah satu komoditas perikanan air tawar yang bernilai ekonomis adalah ikan

gurami. Hal ini dapat dilihat dari segi harga jual dan beli ikan gurami yang jauh lebih

mahal dan relatif lebih stabil di banding ikan budidaya komoditas air tawar lainnya

(Basyarah, 2002). Mahalnya harga ikan gurami disebabkan ikan ini memerlukan

waktu relatif lama untuk mencapai ukuran konsumsi. Untuk membesarkan benih

ukuran 2 – 3 cm sampai konsumsi di perlukan waktu selama 15 bulan. Berbeda

dengan ikan lele dan ikan mas, untuk mencapai ukuran konsumsi hanya memerlukan

waktu 4 - 5 bulan dari benih ukuran 2-3 cm. Hal ini yang mendorong para

(27)

dalam kegiatan budidaya perikanan adalah suatu pengelompokan kegiatan budidaya

berdasarkan ukuran produk yang dihasilkan. Perubahan harga ikan gurami

berdasarkan ukuran dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perubahan Harga Benih Ikan Gurami Berdasarkan Ukuran

Ukuran Benih (cm)

Harga (Rp/ekor)

Lama Pemeliharaan dari telur (Hari) Sumber : Petani Ikan Gurami di Bogor

Pembenihan merupakan salah satu segmen dari kegiatan usaha budidaya ikan

gurami. Kegiatan ini meliputi persiapan kolam, pengelolaan induk hingga

pemeliharaan benih. Secara umum jumlah benih yang ditebar di Indonesia

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dengan rata – rata peningkatan

per-tahun sebesar 42,25% (Tabel 3).

Tabel 3. Jumlah Benih Ikan Gurami yang di tebar di Indonesia periode 2000 - 2004

Peningkatan rata-rata per tahun (%) 42,25 Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2007

Dalam tabel 3, jumlah benih yang di tebar di Indonesia dapat menggambarkan

tingkat permintaan benih ikan gurami. Dengan kata lain, peningkatan jumlah benih

ikan gurami yang ditebar menunjukan bahwa kegiatan usaha pembenihan ikan

gurami sangat menjanjikan untuk diusahakan. Terlepas dari itu, kegiatan pembenihan

ikan gurami juga memiliki permasalahan yang selalu di hadapi oleh para

(28)

rendahnya fekunditas telur, rendahnya derajat pembuahan dan penetasan telur serta beragamnya ukuran benih pada pemeliharaan di kolam.

Kualitas benih akan menentukan keberhasilan dari hasil produksi pembesaran

ikan gurami. Dengan kualitas benih yang baik, memungkinkan kegiatan usaha

budidaya pembesaran ikan gurami menjadi baik sehingga akan berdampak pada

peningkatan jumlah hasil produksi pembesaran ikan gurami. Manajemen sistem

budidaya sangat berpengaruh terhadap hasil produksi, dengan manajemen sistem

budidaya yang baik maka produk benih yang dihasilkan akan berkualitas baik. 1

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen

Kelautan dan Perikanan, telah menyediakan tata laksana usaha pembenihan ikan

dengan diterbitkannya Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang budidaya ikan.

Dengan penerapan SNI, akan memungkinkan adanya perbaikan pada manajemen

sistem usaha mulai dari persiapan sarana dan prasarana, pengelolaan induk serta

pengelolaan benih yang nantinya diharapkan mampu menjawab permasalahan pada

kegiatan pembenihan. 2

Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan merupakan salah satu

program pemerintah yang ditujukan kepada para pembudidaya ikan. SNI bertujuan

untuk mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa guna menunjang tercapainya

tujuan strategis yaitu peningkatan daya saing (BSN, 2000). Pada dasarnya SNI

produk perikanan bersifat sukarela, artinya kegiatan dan produk budidaya yang tidak

memenuhi ketentuan SNI tidak dilarang. Namun demikian pemerintah melalui Balai

Budidaya terus berupaya melakukan pembinaan melalui pelatihan, penyuluhan dan

diseminasi kepada para pembudidaya untuk menerapkan SNI dalam kegiatan usaha

(29)

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah sentra produksi ikan

gurami di Propinsi Jawa Tengah. Beberapa kecamatan yang menjadi sentra benih

ikan gurami di Kabupaten Banyumas adalah Kecamatan Karanglewas, Kedung

Banteng, Baturaden dan Kemranjen dengan total produksi pembesaran sebesar

1.096,311 ton hingga bulan November pada tahun 2007 atau meningkat sebesar

3,53% dari tahun 2006 yang menghasilkan produksi sebesar 1.058,689 ton.

Peningkatan produksi pembesaran ikan gurami di Kabupaten Banyumas berbanding

lurus dengan produksi telur ikan gurami (Tabel 3).

Tabel 4. Produksi Telur Ikan Gurami di Kabupten Banyumas

No Tahun Produksi Telur (ekor)

1

2

3

2005

2006

2007

39.171.580

40.759.060

39.541.099*

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Banyumas, 2007 * : Data Hingga tanggal 20 November 2007

1.2 Perumusan Masalah

Kegiatan usaha pembenihan ikan gurami yang di lakukan oleh para

pembudidaya umumnya masih menggunakan sistem tradisional, sehingga kegiatan

produksinya belum dapat dilakukan secara terkontrol baik kualitas, kuantitas dan

kontinuitasnya. Di era perdagangan global yang kompetitif, ketatnya persyaratan

mutu dan tuntutan konsumen akan kualitas produk, mendorong pemerintah untuk

menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan.

Standar Nasional Indonesia merupakan program pemerintah yang bertujuan

untuk membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksi dan kualitas

produk. Petani yang sudah menerapkan SNI melalui pelatihan dan penyuluhan akan

(30)

adalah prosedur dimana lembaga sertifikasi yang diakui pemerintah memberikan

jaminan tertulis bahwa sistem kegiatan budidaya sesuai dengan SNI.

Hingga saat ini, pengurusan sertifikasi SNI masih tidak dipungut biaya, namun

minat dan kesadaran para petani untuk mendapatkan sertifikat masih rendah karena

para petani umumnya sudah terbiasa dengan teknologi yang mereka gunakan. Selain

itu untuk mendapatkan sertifikat SNI para petani diharuskan mencatat seluruh

kegiatan proses produksi dan hasil produksi pada usaha pembenihan ikan gurami

yang mereka lakukan. Hal ini juga yang menurunkan minat para petani untuk

mendapatkan sertifikat SNI. Beberapa perusahaan serta unit pembenihan rakyat

yang sudah mendapatkan sertifikat SNI dapat di lihat pada tabel 4.

Tabel 5. Unit Pembenihan Ikan Air Tawar Bersertifikat

Lembaga Provinsi Kegiatan Usaha

PT. Nalendra sinta Mina Usaha PT. Sejati Minat Tahta

BBAT Cijengkol

Dengan sertifikasi dan penerapan SNI, diharapkan dapat meningkatkan

kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha

pembenihan ikan gurami. Untuk itu perlu dikaji bagaimana dampak dari sertifikasi

SNI terhadap pendapatan yang diterima oleh petani pembudidaya ikan gurami. Selain

itu, dengan membandingkan pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat dan

non sertifikat akan dapat menggambarkan apakah usahatani pembenihan ikan gurami

petani bersertifikat lebih efisien dibandingkan dengan petani non sertifikat dalam hal

R/C rasio.

Salah satu faktor yang menjadi kendala petani bersertifikat dan non sertifikat

(31)

terbatasnya modal maka pengalokasiannya untuk penggunaan faktor-faktor produksi

menjadi sangat terbatas, sehingga perlu dikaji faktor-faktor produksi apa saja yang

berpengaruh terhadap hasil produksi pembenihan ikan gurami agar modal dapat

dialokasikan dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar tingkat pendapatan petani bersertifikat SNI dan Non sertifikat

SNI

2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi dalam proses

produksi pembenihan ikan gurami?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

:

1. Membandingkan karakteristik usahatani petani bersertifikat SNI dan non

Sertifikat SNI

2. Menganalisis tingkat pendapatan usaha pembenihan ikan gurami petani

bersertifikat dan non-sertifikat

3. Menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap

hasil produksi pembenihan ikan gurami

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai tambahan informasi tentang manfaat Standar Nasional Indonesia (SNI)

(32)

2. Sebagai bahan pertimbangan tentang usaha pembenihan ikan gurami kepada

petani.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, masukan dan

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Gurami

Ikan gurami (Osphronemus Goramy Lacepeda) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah lama dibudidayakan secara komersil oleh para

pembudidaya. Menurut Anonim (2000), klasifikasi dari ikan gurami adalah

sebagai barikut :

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Subordo : Belontiidae

Famili : Osphronemidae

Genus : Osphronemus

Spesies : Osphronemus goramy Lac.

Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak

terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah, sirip ekor

membulat, jari-jari lemah pertama pada sirip perut merupakan benang panjang

yang berfungsi sebagai alat peraba. Ikan gurami memiliki panjang standar dua kali

dari tinggi badan dan empat kali dari panjang kepala. Induk gurami jantan

ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah tebal dan

tidak adanya bintik hitam di kelopak sirip dada. Sedangkan induk betina ditandai

dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik

(34)

Gambar 1. Ikan Gurami.

Sumber : Badan Standarisasi Nasional

Keterangan gambar:

1 : Panjang Standar

2 : Panjang Kepala

3 : Tinggi Badan

Bentuk badan yang lebar dan pipih menyebabkan ikan gurami cocok

dibudidayakan di lingkungan dengan perairan yang tenang, dengan ketinggian

dari permukaan laut 0 – 800 m, suhu udara 25 -28 0c dan derajat keasaman air

(pH) 6,5 – 7,8. Ikan gurami mempunyai alat pernapasan tambahan yaitu Labirin,

sehingga mampu hidup di perairan yang kurang oksigen karena mampu

menghirup oksigen dari udara luar.

Ikan gurami sampai umur 40 hari merupakan jenis ikan karnivora yang

kemudian berubah menjadi herbivora (BSN, 2000). Pada saat benih kurang dari

40 hari, ikan gurami mengkonsumsi pakan alami berupa cacing rambut (Tubifex

sp.), Daphnia sp., Moina sp., atau pakan alami lainnya yang sesuai dengan ukuran mulutnya (Sunarma, 2002). Sedangkan pada saat dewasa, ikan gurami

mengkonsumsi pakan yang berasal dari tumbuhan seperti daun sente, daun papaya

dan daun ubi kayu (Jatmiko, 2003).

(35)

2.2 Standar Nasional Indonesia (SNI) Produk Perikanan

Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan adalah suatu standar

minimal dalam kegiatan budidaya yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Secara resmi kelembagaan SNI ini diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional

yang disusun melalui konsensus nasional oleh para pakar perikanan budidaya

dengan melibatkan para pembudidaya dari berbagai daerah, sehingga tata laksana

yang tersusun dapat digunakan di tingkat pembudidaya (Sunarma, 2002).

Penerbitan SNI produksi perikanan merupakan upaya pemerintah dalam

meningkatkan mutu proses dan hasil produksi serta perbaikan pada manajemen

usahanya. Namun tata laksana yang tercantum dalam SNI masih berupa acuan

pokok sehingga diperlukan penjabaran yang lebih aplikatif di masing-masing

daerah. Penjabaran ini dapat berupa Standar Prosedur Operasional (SPO) yang

diterjemahkan melalui pelatihan dan pendampingan oleh pihak Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Pusat Direktorat Jenderal Perikanan.

2.3 SNI Ikan Gurami

Kegiatan produksi ikan gurami yang telah diterbitkan dalam SNI adalah

kegiatan pengelolaan kelas induk pokok (Parent Stock) dan produksi kelas benih sebar. Induk pokok adalah induk ikan keturunan pertama dari induk dasar yang

memenuhi standar mutu kelas induk pokok, dimana induk dasar adalah induk

keturunan pertama dari induk pejenis yang memenuhi standar mutu, sedangkan induk pejenis adalah induk ikan yang dihasilkan oleh dan dibawah pengawasan penyelenggara pemulia. Benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk

pokok (BSN, 2000).

(36)

2.3.1Pengelolaan Kelas Induk Pokok (Parent Stock)

Perbedaan paling mencolok antara induk jantan dengan induk betina adalah

untuk ikan jantan terdapat benjolan di bagian kepala, bibir bawah tebal dan tidak

memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada. Sedangkan ikan betina memiliki

ciri-ciri yaitu tidak terdapat benjolan di bagian kepala, bibir bawah tipis dan

memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada.

Induk yang dipilih sebagai kelas induk pokok harus memenuhi SNI.

Terdapat beberapa persyaratan dalam pengelolaan induk agar memenuhi SNI,

yaitu terbagi atas kriteria kualitatif dan kriteria kuantitatif. Dalam kriteria

kualitatif syarat yang harus dipenuhi adalah calon induk pokok merupakan hasil

pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar atau

pejenis, bentuk tubuh pipih vertikal berwarna kecoklatan dan bagian perut

berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan serta tidak memiliki kelainan

bentuk tubuh atau cacat tubuh dan organ tubuh harus lengkap (BSN, 2000).

Tabel 6. Kriteria Kuantitatif Induk Pokok (Parent Stock)

Jenis kelamin

Kriteria satuan

jantan betina

Umur Bulan 24 – 30 30 – 35

Panjang Standar Cm 30 – 35 30 - 35

Bobot Tubuh Kg/Ekor 1.5 – 2.0 2.0 – 2.5

Sumber : Badan Standarisasi Nasional

2.3.2Produksi Benih Kelas Benih Sebar

Benih sebar merupakan benih keturunan pertama dari induk pokok (Parent Stock). Benih sebar ikan gurami terdiri dari larva, benih pendederan 1, benih pendederan 2, benih pendederan 3, benih pendederan 4 dan benih pendederan 5.

Kegiatan produksi benih ikan gurami kelas benih sebar harus memenuhi

(37)

persyaratan SNI. Beberapa persyaratan tersebut terdiri dari pra produksi, proses

produksi dan pemanenan.

Persyaratan pra produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam

memproduksi benih ikan gurami kelas benih sebar yang terdiri dari lokasi, sumber

air, wadah budidaya, induk, pakan, pupuk, obat-obatan dan peralatan pembenihan.

Sedangkan persyaratan proses produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi

dalam rangkaian kegiatan untuk memproduksi benih ikan gurami kelas benih

sebar. Persyaratan pemanenan merupakan persyaratan yang harus dipenuhi dalam

kegiatan tahap akhir proses produksi benih ikan gurami.

Tabel 7. Kriteria Benih Ikan Gurami Kelas Benih Sebar

Kriteria satuan larva Benih P1 Benih P2 Benih P3 Benih P4 Benih

P5

Umur Maksimal Hari 10 – 12 40 80 120 160 200

Penjang total Cm 0.75 – 1.00 1 - 2 2 - 4 4 -6 6 - 8 8 – 11

Bobot minimal gram 0.03 0.2 0.5 1.0 3.5 7.0

Sumber : Badan Standarisasi Nasional

2.4 Pembenihan Ikan Gurami

Kegiatan pembenihan ikan gurami terbagi ke dalam beberapa kegiatan, yaitu

kegiatan pemeliharaan induk, pemanenan telur, pemeliharaan larva, pemeliharaan

benih dan pemanenan benih. Kegiatan pemeliharaan induk merupakan awal dari

kegiatan pembenihan ikan gurami. Kegiatan ini meliputi pemberian pakan,

pengecekan sarang dan pemanenan sarang. Pakan yang diberikan berupa pakan

pelet dengan jumlah 1 % dari bobot biomassa, frekuensi pemberian pakan 2 kali

sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Selain diberi pakan buatan, induk gurami

juga diberi pakan alami berupa daun sente (Allocasia macrorrhiza) sebanyak 5 % dari bobot biomassa per hari.

(38)

Hingga saat ini, pemijahan ikan gurami baru dapat dilakukan secara alami.

Namun demikian, Ikan ini termasuk dalam kelompok induk ikan yang menjaga

telurnya secara baik. Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1 : 3-4 atau

dapat dikatakan dalam satu pasang terdiri dari empat sampai lima ekor induk ikan

gurami. Ikan jantan yang sudah siap memijah membangun sarang untuk

menampung telur dari induk betina. Biasanya induk jantan memerlukan waktu 1 –

2 minggu untuk membangun sarang. Untuk memudahkan induk jantan

membangun sarang, kolam induk diberi tempat dan bahan sarang. Tempat sarang

berupa keranjang sampah plastik bulat diameter 20 - 25 cm atau tempat lain yang

serupa yang ditempatkan pada kedalaman 10 - 15 cm dibawah permukaan air.

Bahan sarang berupa sabut kelapa, ijuk atau bahan lain yang dapat dibuat sarang

yang ditempatkan di permukaan air sekitar tempat sarang. Pada pemijahan secara

masal, dapat disediakan sarang sejumlah induk jantan yang ada dengan jarak antar

sarang sekitar 1 – 2 m. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya

persaingan dalam membangun sarang.

Pengecekan telur dilakukan setiap pagi pada setiap sarang yang sudah dibuat

induk ikan. Pengecekan dilakukan dengan cara menusuk sarang atau dengan

menggoyangkannya atau dengan meraba bagian depan sarang. Bila dari dalam

sarang keluar telur atau minyak atau bagian depan sarang sudah tertutup, maka

pemijahan sudah terjadi dan sarang berisi telur. Sarang yang berisi telur

dikeluarkan dari tempat sarang secara perlahan untuk dipindahkan ke dalam

waskom plastik yang telah diisi air kolam induk. Secara perlahan sarang dibuka

sampai telur keluar dan mengapung di permukaan air. Telur-telur tersebut diambil

dengan menggunakan sendok atau centong untuk dipindahkan ke dalam wadah

(39)

penetasan berupa corong penetasan, waskom plastik atau akuarium yang sudah

diisi dengan air bersih. Telur yang baik dipisahkan dari telur yang jelek. Telur

yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur yang jelek berwarna kuning

pucat.

Telur ikan gurami akan menetas setelah 36-48 jam dari pemijahan pada

suhu 29 – 31ºC. Larva – larva yang baru menetas posisi badannya terbalik yaitu

bagian perut berada diatas sedang bagian punggung berada dibawah, hal ini

disebabkan karena telur ikan gurame mengandung minyak. Selama 3 – 4 hari

setelah menetas larva hanya bergerak berputar – putar dengan posisi badan

terbalik. Setelah 4 – 5 hari larva akan berbalik badan semua dan bergerak normal.

Larva diberi pakan setelah berumur 8-9 hari setelah menetas, hal ini berfungsi

untuk pengenalan pakan dari endogenus (makanan yang berasal dalam tubuh) ke

eksogenus (makanan yang berasal dari luar). Pemberian pakan dilakukan secara

ad-libitum (sekenyangnya dalam satu periode pemberian pakan dan selalu tersedia). Kuning telur larva gurame akan habis pada saat larva berumur 10 – 12

hari setelah menetas.

Setelah larva berumur 14-15 hari, maka larva siap dipelihara di wadah

pemeliharaan. Wadah dapat berupa kolam tanah, kolam tembok, bak terpal dan

akuarium. Jika dengan menggunakan kolam tanah dan tembok, maka kolam harus

diberi kapur dan di pupuk. Pengapuran berfungsi untuk membunuh bibit penyakit

dan hama yang ada di dasar kolam, sedangkan pemupukan berfungsi untuk

menimbulkan pakan alami. Sedangkan jika menggunakan bak terpal dan akuarium

tidak dilakukan kegiatan pengapuran dan pemupukan. Kepadatan pada setiap

wadah pemeliharaan berbede-beda, untuk kolam tanah dan kolam tembok,

(40)

kepadatan yang digunakan adalah 100 ekor/m2, untuk bak terpal kepadatan larva

yang digunakan adalah 250 – 500 ekor/m2, sedangkan untuk akuarim kepadatan

yang digunakan antara 10-15 ekor per liter air. Benih dapat dipanen setelah 15-25

hari dari penebaran larva atau berumur 30-40 hari setelah menetas. Beberapa

standar proses produksi dalam memproduksi benih ikan gurami hingga ukuran 1-2

cm dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 8. Standar Proses Produksi Benih Ikan Gurami Ukuran 1-2 Cm

No Standar Satuan Jumlah

1 Dosis Pupuk Gram/ m2 500

2 Kepadatan Ekor/ m2 100

3 Tingkat Pemberian Pakan % Bobot biomassa 20

4 Perbandingan Jantan dan Betina ekor 1 : 3-4

Sumber : Badan Standarisasi Nasional.

2.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

penelitian mengenai ikan gurami, pendapatan dan efisiensi faktor produksi.

Penelitian Basyarah (2002) mengenai ikan gurami yang berjudul Analisis

Kelayakan Finansial Usaha Pemeliharaan Ikan Gurami Di Desa Puswasari

Kabupaten Bogor menjelaskan bahwa terdapat tiga pola usaha dalam kegiatan

budidaya ikan gurami di desa purwasari, yaitu Pola Usaha I (pembenihan), Pola

Usaha II (pendederan) dan Pola Usaha III (pembesaran). Pola usaha IV

(pembenihan sampai pembesaran) merupakan pola rancangan alternatif yang

dapat dikembangkan di daerah penelitian Berdasarkan analisis kelayakan

finansial dengan menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C dan

Payback Period, keempat pola usaha tersebut menunjukan kelayakan untuk diusahakan. Pola usaha I menghasilkan NPV sebesar Rp. 1.159.345,50, IRR

adalah 39%, Net B/C 1,48 dan Payback Period 3,09 tahun. Pola usaha II

(41)

menghasilkan NPV sebesar Rp. 6.771.987, IRR 70%, Net B/C 3,4 dan Payback Period 2,09 tahun. Pola usaha III menghasilkan NPV sebesar Rp. 10.984.445,50, IRR 76%, Net B/C 1,95 dan Payback Period 1,08 tahun. Sedangkan pola usaha IV sebagai pola rancangan alternative menghasilkan NPV sebesar Rp. 13.164.954,

IRR 94%, Net B/C 2,56 dan Payback Period 1,05 tahun.

Penelitian Jatmiko (2003) dengan judul Analisis Pendapatan dan Efisiensi

Penggunaan Faktor – Faktor Produksi Usaha Pembesaran Ikan Gurami studi kasus

di Desa Cogrek, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil analisis,

pendapatan usaha pembesaran ikan gurami di desa Cogrek pada kondisi optimal

lebih menguntungkan dibandingkan pada kondisi aktual. Hal ini ditunjukan

dengan nilai R/C yang didapatkan pada kondisi optimal 1,96 lebih besar

dibandingkan nilai R/C pada kondisi aktual sebesar 1,46. Faktor-faktor produksi

yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi pembesaran ikan gurami adalah

jumlah benih, pakan pelet, pakan daun sente, luas kolam dan tenaga kerja. Dari

hasil analisis Cobb-Douglas menunjukan bahwa faktor produksi yang

berpengaruh nyata terhadap hasil produksi pada tingkat kepercayaan 95% adalah

benih, pakan pelet dan pakan daun sente. Sedangkan faktor luas kolam

berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 85% dan faktor tenaga kerja tidak

berpengaruh nyata terhadap hasil produksi baik pada tingkat kepercayaan 85 %

dan 95%.

Irawati (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pendapatan Dan

Efisiensi Penggunaan Faktor – Faktor Produksi Usahatani Padi Program PTT dan

Non-PTT kasus di Kabupaten Karawang. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa

berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani padi di daerah penelitian, petani

(42)

non-program PTT pendapatan atas biaya tunai dan total lebih tinggi dibandingkan

dengan petani program PTT. Akan tetapi, pada kondisi optimal pendapatan total

yang diterima oleh petani program PTT lebih besar dibandingkan petani non

program. Hasil analisis regresi fungsi produksi Cobb Douglas, untuk petani

program PTT menunjukan bahwa faktor - faktor produksi yang berpengaruh nyata

terhadap peningkatan produksi usahatani padi adalah luas lahan, benih, pupuk

urea, pupuk NPK, obat cair dan tenaga kerja. Sedangkan untuk pupuk sp-36 dan

obat padat tidak berpengaruh nyata. Untuk petani non PTT menunjukan bahwa

luas lahan, benih, NPK, dan tenaga kerja merupakan faktor - faktor yang

berpengaruh nyata pada peningkatan produksi usahatani padi, sedangkan sp-36,

urea, obat padat dan obat cair tidak berpengaruh nyata.

Analisis Pendapatan dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan

Usaha Kolam Jaring Apung, kasus di Desa Bangus, Kecamatan Cililin, Kabupaten

Bandung, Jawa Barat yang dilakukan oleh Yulinar (2005) menjelaskan bahwa

pendapatan usaha kolam jaring apung dihitung menggunakan analisis pendapatan

dengan bantuan tabel arus kas seperti arus penerimaan dan biaya yang digunakan.

Berdasarkan hasil analisis, penerimaan petani terbagi menjadi tiga kategori, yaitu

kategori untung, kategori rugi dan kategori bangkrut. Penerimaan petani kategori

untung sebesar Rp 128.092.674,00/thn dengan total biaya produksi sebesar Rp

7.680.084,95/thn. Penerimaan petani kategori rugi sebesar Rp 60.503.513,59/thn

dengan total biaya produksi sebesar Rp 69.850.535,58/thn. Penerimaan petani

kategori bangkrut sebesar Rp 54.699.639,90/thn dengan total biaya produksi

sebesar Rp 62.652.689,30/thn. Alat analisis yang digunakan dalam menentukan

faktor – faktor yang mempengaruhi kelangsungan usaha kolam jaring apung

(43)

adalah analisis logit atau regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis, faktor yang

berpengaruh nyata terhadap kelangsungan usaha kolam jarring apung di waduk

saguling desa Bangus adalah kualitas air dan jumlah kolam.

Analisis Pendapatan Nelayan Berdasarkan Jenis Alat Tangkap di Pelabuhan

Perikanan Samudera Cilacap, Jawa Tengah oleh Effendi (2004) menyebutkan

bahwa pendapatan non pertanian adalah pendapatan yang berasal dari tingkat

upah, sewa dan keuntungan yang di peroleh dari tenaga kerja yang dicurahkan

dikurangi dengan biaya – biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan diluar usaha

pertanian yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisis faktor – faktor yang

mempengaruhi pendapatan nelayan yang menggunakan trammel net, gill net dan

long line adalah ukuran kapal, pengalaman nakhoda dan jumlah alat tangkap. Mulyani (2007) dengan judul penelitian Prospek Pengembangan Usaha

Budidaya Ikan Lele di OMAH FISH FARM, Kecamatan Ciseeng-Parung

Kabupaten Bogor. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa ikan lele dapat

dibudidayakan dengan lahan dan sumber air yang terbatas, kepadatan tinggi dan

relatif lebih cepat untuk mencapai ukuran konsumsi dibandingkan dengan ikan

gurami. Akan tetapi harga per-kilogram ikan lele jauh lebih murah dibandingkan

dengan ikan gurami. Hasil analisis usaha, nilai R/C ratio selama satu tahun adalah

sebesar 0,57 yang berarti usaha budidaya tersebut tidak menguntungkan untuk

diusahakan.

Prospek Usaha Budidaya Ikan Nila Gift Sistem Kolor Pada Keramba Jaring

Apung Di Waduk Cirata Kecamatan Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur Jawa

Barat oleh Resmi (2007) menyebutkan bahwa kombinasi antara ikan nila dan ikan

mas dalam budidaya sistem kolor lebih menguntungkan dibandingkan dengan

(44)

kombinasi ikan nila dan ikan bawal dengan nilai R/C masing-masing sebesar 2,02

dan 1,87. Harga masing-masing jenis ikan berbeda, untuk ikan nila sebesar Rp

5500/kg, ikan mas 9500/kg dan ikan bawal sebesar Rp 6000/kg. Dibandingkan

dengan ikan gurami harga tersebut relatif jauh lebih rendah dimana harga ikan

gurami sebesar Rp 18.000-20.000,-. Penelitian Jaelani (2003) yang berjudul

Prospek Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Gurami Di Kelurahan Tertasari

Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Hasil analisis usaha

menggambarkan nilai R/C untuk usaha pembenihan ikan gurami sebesar 2,13

dengan hasil panen berupa benih ukuran 0,75 – 2 cm.

Uraian di atas menunjukan bahwa sampai saat ini belum ada penelitian

mengenai pendapatan usaha pembenihan ikan gurami petani bersertifikat Standar

Nasional Indonesia, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk menganalisis

pendapatan dan faktor – faktor yang mempengaruhi produksi pada usaha

pembenihan ikan gurami petani bersertifikat SNI.

(45)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Pendapatan Usahatani

Usahatani merupakan satuan organisasi produksi di lapangan pertanian

dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang

bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal dan pengelolaan atau

manajemen. Unsur – unsur tersebut saling berkaitan, kedudukannya dalam

usahatani sama penting dan tidak dapat dipisahkan. Pemahaman keempat unsur

tersebut diperlukan karena menyangkut masalah penguasaan dan pemilikan

terhadap faktor-faktor produksi, dimana pemilikan memberikan kekuatan dan

kekuasaan untuk berbuat terhadap faktor-faktor produksi dalam penggunaan pada

proses produksi. Seseorang yang menguasai atau memiliki faktor produksi, dapat

memberikan posisi atau status sosial yang tinggi di lingkungan masyarakatnya

(Hernanto, 1989).

Tingkat keuntungan dapat diukur dengan pendapatan usahatani yang

umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usahatani dengan tujuan

untuk membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Analisis pendapatan usahatani

bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan

dapaat menggambarkan keadaan yang akan datang.

Pendapatan dalam usahatani adalah balas jasa terhadap setiap faktor

produksi dan merupakan ukuran keberhasilan usahatani. Menurut Soekartawi,

et.al (1986), terdapat banyak cara untuk mengukur pendapatan usahatani, diantaranya adalah pendapatan bersih usahatani (net farm income) dan pendapatan

(46)

tunai usahatani (farm net cash flow). Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan kotor usahatani (gross return) dengan pengeluaran total usahatani (total farm expenses). Penerimaan kotor usahatani (gross return) adalah nilai produk total usahatani alam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun

yang tidak dijual. Sedangkan pengeluaran total (total farm expenses) adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi.

Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai (farm receipt) dengan pengeluaran tunai usahatani (farm payment). Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk hasil usahatani. Sedangkan pengeluaran tunai usahatani (farm payment) adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

Ukuran pengeluaran usahatani dapat digolongkan berdasarkan jumlah output

yang dihasilkan dan berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan. Biaya tetap

dan biaya tidak tetap merupakan golongan biaya yang didasarkan pada jumlah

output yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak

tergantung pada besar kecilnya produksi. Sedangkan biaya tidak tetap adalah

biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan jumlah produksi.

Golongan yang didasarkan pada biaya yang langsung dikeluarkan adalah biaya

tunai dan biaya tidak tunai. Didalam biaya tunai maupun tidak tunai terdapat

biaya tetap dan biaya tidak tetap, dengan kata lain biaya tunai usahatani adalah

pengeluaran biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dibayar tunai selama proses

produksi, sedangkan biaya tidak tunai adalah pengeluaran biaya tetap dan biaya

tidak tetap yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani dalam kegiatan proses

produksi usahatani.

(47)

Ukuran efisiensi usahatani merupakan salah satu ukuran keberhasilan

usahatani. Untuk mengukur efisiensi usahatani digunakan rasio imbangan

penerimaan dan biaya yang dikeluarkan (R/C) yang merupakan perbandingan

antara pendapatan kotor yang diterima usahatani dari setiap rupiah biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi (Hernanto, 1989). Nilai R/C tidak memiliki

satuan, jika nilai R/C sama dengan satu maka menunjukan bahwa setiap satu

rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar satu

rupiah. Jika R/C lebih besar dari satu, maka menunjukan bahwa setiap rupiah

biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih besar dari satu

rupiah, begitu sebaliknya. Semakin besar nilai R/C, maka semakin besar

pendapatan yang diterima dan kedudukan ekonomi usahatani tersebut semakin

baik.

3.1.2 Analisis Fungsi Produksi

Fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menjelaskan hubungan fisik

antara produksi (output) dan faktor - faktor produksi (input) yang

mempengaruhinya. Hubungan antara input dan output pertanian mengikuti kaidah

kenaikan hasil yang berkurang (law of diminishing return), artinya tiap tambahan unit input akan mengakibatkan proporsi unit tambahan output yang semakin kecil

dibanding unit tambahan input, yang kemudian tiap tambahan input tersebut akan

menghasilkan output yang terus berkurang (Soekartawi, et al 1986). Dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi dapat digambarkan sebagai

berikut:

) ,..., ,

(X1,X2 X3 Xn f

Y = …...………...…(1)

(48)

Dimana :

Y : Output produksi

n

X X

X

X1, 2, 3,..., : Faktor – faktor Produksi f : dibaca fungsi dari

Terdapat beberapa bentuk aljabar fungsi produksi yang sering digunakan

dalam memberikan hubungan kuantitatif dari fungsi produksi, yaitu :

1. Fungsi Produksi Kuadratik

Dengan menggunakan variabel masukan tunggal, maka fungsi produksi

kuadratik dapat dituliskan sebagai beikut :

Y = f (X1) atau dapat dituliskan

Y = a + bX + cX ………..………(2) 2

Dimana :

Y : Variabel yang dijelaskan X : Variabel yang menjelaskan a, b, c : Koefisien yang harus diduga

Menurut Soekartawi, et al (1986), persamaan ( 2 ) akan mempunyai arti ekonomi dan hasil produksi mencapai maksimum jika X sama dengan b/2c dan

koefisien b harus positif dan lebih besar dari koefisien c, dimana koefisien c ini

harus bernilai negatif Gambar 3.

Y

Y = f (X1)

0 X

Gambar 2. Bentuk fungsi produksi dengan satu variabel. (Soekartawi,

et.al,1986)

(49)

2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi, et al (1986), persamaan matematik dari fungsi Cobb-Douglas dapat dirumuskan sebagai berikut :

u

3. Fungsi Produksi Linear Berganda

Fungsi produksi linear berganda merupakan analisis regresi yang melibatkan

hubungan dari dua atau lebih variabel bebas. Rumus matematik dari fungsi

produks linear berganda yaitu :

(50)

Persamaan fungsi produsi dapat menduga jumlah produk yang dihasilkan

pada tingkat penggunaan input tertentu. Selain itu dengan adanya fungsi produksi

akan dapat mengetahui besarnya produk marginal (PM) dan produk rata-rata (PR).

Produk rata – rata adalah jumlah produksi per satuan faktor produksi (Y/X).

Sedangkan produk marginal adalah perubahan produksi yang diakibatkan oleh

adanya tambahan unit input, sehingga nilai produk marginal didapat dari nilai

turunan pertama dari fungsi produksi terhadap input PMi = dY/dXi (Soekartawi et al, 1986).

Elastisitas produksi dapat menggambarkan perubahan dari produk yang

dihasilkan dari setiap penggunaan faktor produksi. Elastisitas produksi adalah

persentase perubahan output akibat persentase perubahan input. Elastisitas

produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y

Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan hubungan antara produk

marginal, produk rata-rata dan elastisitas produksi, sehingga rumus elastisitas

(51)

Y

TP

Ep = 1 Ep = 0

I II III

Ep > 1 0 < Ep < 1 Ep < 0

0 X1 X2 X3 X

MP AP

AP

MP

X1 X2 X3 X

Gambar 3. Kurva Hubungan Fungsi Produksi Total dengan Produk Marginal dan Produk Rata-rata (Soekartawi, 2002).

(52)

Keterangan Gambar :

TP : Total Produksi

MP : Marginal Product (Produk Marginal) AP : Average Product (Produk Rata-rata) Y : Output Produksi

Xi : Faktor Produksi ke-i

Gambar 3. menggambarkan nilai elastisitas pada setiap daerah produksi,

sehingga daerah produksi dapat dibedakan berdasarkan besarnya elastisitas

produksi, yaitu :

1. Daerah I (Daerah Irasional)

Daerah I memiliki nilai elastisitas yang lebih besar dari satu (Ep>1), artinya

setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan

penambahan output produksi lebih dari satu persen, daerah ini sering disebut

sebagai kenaikan hasil yang semakin bertambah (increasing return to scale). 2. Daerah II (Daerah Rasional)

Daerah produksi ini memiliki elastisitas diantara nol dan satu (0<Ep<1),

yang berarti setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen maka akan

mengakibatkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah

nol. Daerah ini dicirikan oleh penambahan hasil produksi yang peningkatannya

makin berkurang atau (decreasing return to scale). 3. Daerah III (Daerah Irasional)

Daerah III memiliki nilai elastisitas lebih kecil dari nol (Ep<0), artinya

setiap penambahan faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah

produksi yang dihasilkan, daerah ini disebut sebagai kenaikan hasil yang negatif.

(53)

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Tujuan utama diterbitkannya SNI dan sertifikasi pembenihan ikan gurami

adalah untuk membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksi dan

kualitas produk yang dihasilkan. Dengan penerapan SNI dan sertifikasi, akan

memungkinkan adanya perbaikan pada manajemen produksi, pengelolaan proses

produksi dan hasil produksi. Dengan perbaikan manajemen, pengelolaan proses

produksi dan hasil produksi diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat, khususnya para pembudidaya ikan gurami.

Dengan sertifikasi SNI memungkinkan adanya ketentuan penggunaan

faktor-faktor produksi pada kegiatan pembenihan ikan gurami. Faktor-faktor

produksi usaha pembenihan gurami yang menjadi ketentuan SNI adalah dosis

pupuk, kepadatan, tingkat pemberian pakan dan induk ikan gurami. Dengan

adanya ketentuan penggunaan input maka terjadi perbedaan biaya input antara

petani responden bersertifikat dan non sertifikat. Usaha pembenihan ikan gurami

juga memerlukan sarana produksi lain berupa kolam dan tenaga kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan

dari usaha pembenihan ikan gurami bersertifikat SNI dan non sertifikat SNI.

Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis penggunaan

faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi pada usaha pembenihan

ikan gurami. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pendapatan usahatani,

analisis efisiensi usahatani dan analisis fungsi produksi.

Analisis pendapatan usahatani meliputi pengukuran tingkat pendapatan dan

R/C rasio. Analisis pendapatan yang digunakan adalah pendapatan atas biaya

tunai dan pendapatan atas biaya total. Analisis model fungsi produksi, yang

(54)

digunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan variabel dummy.

Model ini digunakan untuk menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi yang

berpengaruh terhadap hasil produksi dalam usaha pembenihan ikan gurami.

Kerangka pemikiran operasional dapat diringkas seperti pada Gambar 4.

Pengaruh Sertifikasi SNI Pembenihan Ikan Gurami Terhadap Pendapatan dan Efisiensi Usahatani

Faktor – faktor Produksi

o Jumlah Induk

o Luas Kolam

o Pemupukan

o Kepadatan

o Pakan Larva

o Tenaga Kerja

Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis Fungsi Produksi Setelah

Sertifikasi SNI

Non Sertifikasi SNI

o Pendapatan

o Efisiensi Usahatani R/C Ratio

Faktor Yang Paling Berpengaruh

Rekomendasi

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional.

(55)

3.3 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan sebagai dasar pertimbangan untuk melaksanakan

penelitian ini adalah :

1. Usaha pembenihan ikan gurami bersertifikat diduga lebih efisien

dibandingkan petani non sertifikat dalam hal R/C rasio.

2. Faktor produksi luas kolam pendederan benih, Jumlah induk, dosis

pemupukan, kepadatan larva, pakan benih dan tenaga kerja diduga

berpengaruh terhadap hasil produksi benih ukuran 1-2 cm dalam proses

produksi pembenihan ikan gurami baik pada petani bersertifikat maupun

petani non sertifikat.

(56)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Beji, Kecamatan Kedung Banteng,

Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Banyumas merupakan sentra produksi benih ikan gurami di Jawa Tengah dan terdapat Unit

Bisnis kegiatan pembenihan ikan gurami yang telah menerapkan SNI dan

disertifikasi produksi pembenihan ikan gurami. Pengambilan data dilakukan pada

bulan November – Desember 2007.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer yang digunakan berupa cross section data. Data diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap kegiatan produksi dan wawancara menggunakan

kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 30 petani. Pemilihan responden non

sertifikat dilakukan secara tidak sengaja (accidental sampling), sedangkan pemilihan petani bersertifikat dilakukan secara sengaja dalam satu kelompok tani.

Sampel sebanyak 30 petani dimaksudkan agar dapat menggambarkan tingkat

penggunaan faktor-faktor produksi yang dilakukan oleh para petani.

Data sekunder diperoleh dari berbagai berbagai literatur yang relevan

dengan penelitian ini baik dari buku, internet, studi terdahulu dan instansi

pemerintah yang terkait seperti Badan Standarisasi Nasional, Balai Budidaya Air

Tawar dan Departemen kelautan dan Perikanan.

Gambar

Gambar 1. Ikan Gurami.
Gambar 2.  Bentuk fungsi produksi dengan satu variabel. (Soekartawi,
Gambar 3. Kurva Hubungan Fungsi Produksi Total dengan Produk
Gambar 4.  Kerangka Pemikiran Operasional.
+3

Referensi

Dokumen terkait