ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN
GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI
(kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)
Oleh :
Murry Hadi Nugroho A14105575
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
MURRY HADI NUGROHO. Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI. (Di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR).
Ikan gurami merupakan salah satu potensi air tawar yang mempunyai prospek pasar yang sangat baik hal ini karena ikan gurami memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik dalam segi harga jual maupun harga beli. Mahalnya harga ikan gurami disebabkan ikan ini memerlukan waktu relatif lama untuk mencapai ukuran konsumsi. Untuk membesarkan benih ukuran 2 – 3 cm sampai konsumsi di perlukan waktu selama 15 bulan. Berbeda dengan ikan lele dan ikan mas, untuk mencapai ukuran konsumsi hanya memerlukan waktu 4 - 5 bulan dari benih ukuran 2-3 cm. Hal ini yang mendorong para pembudidaya ikan gurami untuk mensegmentasikan kegiatan usahanya. Semua kegiatan budidaya ikan gurami dapat dijadikan usaha, mulai dari pembenihan hingga pembesaran yang masing-masing mempunyai keuntungan sendiri.
Kualitas dan kuantitas benih sangat menentukan output ikan gurami yang akan dihasilkan. Jika benih yang digunakan berkualitas baik, maka kemungkinan besar kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan gurami menjadi baik. Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan kepada para pembudidaya ikan. SNI bertujuan untuk mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa guna menunjang tercapainya tujuan strategis yaitu peningkatan daya saing. Standar Nasional Indonesia merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksi dan kualitas produk. Petani yang sudah menerapkan SNI melalui pelatihan dan penyuluhan akan mendapatkan pengakuan dari pemerintah berupa sertifikat SNI. Sertifikasi SNI adalah prosedur dimana lembaga sertifikasi yang diakui pemerintah memberikan jaminan tertulis bahwa sistem kegiatan budidaya sesuai dengan SNI.
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu sentra ikan gurami di Indonesia. Terdapat unit bisnis pembenihan ikan gurami bersertifikat SNI tepatnya di Desa Beji Kecamatan Kedung Banteng. Dengan sertifikasi dan penerapan SNI, diharapkan dapat meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha pembenihan ikan gurami. Untuk itu perlu dikaji bagaimana dampak dari sertifikasi SNI terhadap pendapatan yang diterima oleh petani pembudidaya ikan gurami.. Selain itu salah satu faktor yang menjadi kendala petani bersertifikat dan non sertifikat dalam usaha pembenihan ikan gurami adalah keterbatasan modal. Dengan terbatasnya modal, maka pengalokasiannya untuk penggunaan faktor-faktor produksi menjadi sangat terbatas, sehingga perlu dikaji faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi pembenihan ikan gurami agar modal dapat dialokasikan dengan baik. Dari penjelasan tersebut maka penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pendapatan usaha pembenihan ikan gurami petani bersertifikat dan non-sertifikat dan menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi dalam proses produksi pembenihan ikan gurami
faktor-faktor yang berpengaruh digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural. Setelah diuji, maka akan didapat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami adalah luas kolam (X1), jumlah induk (X2), kepadatan (X3), Dosis pupuk (X4), pakan benih (X5), tenaga kerja (X6) dan variable dummy sertifikat. Akan tetapi Dengan adanya sebagian telur yang langsung dijual oleh para petani, maka variabel jumlah induk (X2) dihilangkan karena dikhawatirkan hasil regresi menjadi bias dan model menjadi kurang baik, sehingga faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami ukuran 1-2 cm adalah luas kolam (X1), kepadatan (X2), Dosis pupuk (X3), pakan benih (X4), tenaga kerja (X5) dan variable dummy sertifikat.
Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat SNI lebih besar dibandingkan dengan yang diterima oleh petani non sertifikat. Hal tersebut tergambarkan oleh nilai R/C rasio, R/C yang diperoleh petani bersertifikat lebih tinggi dibandingkan petani non sertifikat. Tidak semua telur dari induk ikan gurami di benihkan oleh para petani, akan tetapi ada sebagian telur yang langsung dijual oleh para petani baik petani bersertifikat maupun petani non sertifikat. Pendapatan yang diterima oleh petani responden bersertifikat lebih tinggi bukan dikarenakan harga produk yang berbeda akan tetapi hasil produksi yang dihasilkan oleh petani responden bersertifikat lebih besar dibandingkan dengan petani responden non sertifikat dengan jumlah input yang berbeda.
Dari hasil analisis faktor-faktor menggunakan fungsi Cobb-Douglas semua variabel independent secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami dimana hasil tersebut didapatkan dari uji F dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengaruh faktor produksi secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukan bahwa faktor luas kolam (X1), kepadatan (X2), Dosis pupuk (X3) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95 %. Sedangkan faktor pakan benih (X4), tenaga kerja (X5) dan variabel dummy sertifikat tidak berpengaruh nyata tehadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95 %.Usaha pembenihan ikan gurami di Desa Beji berada pada kondisi increasing return to scale atau kenaikan hasil yang meningkat. Hal ini ditunjukan oleh hasil penjumlahan koefisien dari masing-masing faktor produksi.
sehingga penggunaan kepadatan didaerah penelitian sudah efisien dan dipertahankan jumlah penggunaan kepadatannya. Untuk variabel dosis pupuk memiliki nilai elastisitas sebesar negatif 0,450 yang berada pada daerah irasional III sehingga penggunaan dosis pupuk didaerah penelitian sudah tidak efisien dan perlu dikurangi dosis pemakaiannya. Nilai skala ekonomi untuk usaha pembenihan ikan gurami di Desa Beji adalah 1,8134 yang berada pada daerah irasional I yang berarti penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama belum efisien dilakukan, sehingga untuk mencapai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama masih dapat ditingkatkan.
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN
GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI
(kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)
Oleh :
MURRY HADI NUGROHO
A14105575
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)
Nama : Murry Hadi Nugroho
NRP : A14105575
Program studi : Ektensi Manajemen Agribisnis
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Rahmat Yanuar, Sp. MSi NIP 132 321 442
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH
Bogor, Mei 2008
Murry Hadi Nugroho
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 juni 1985 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sudirman dan Purwantini. Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah pada tahun 1990 penulis memasuki bangku SD di Sekolah Dasar Negeri Panaragan II Bogor Sampai 1996 dan melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Bogor dari tahun 1996 sampai dengan tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas yaitu di SMU N 6 Bogor, dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan Diploma 3 pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Produksi Benih Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Setelah itu pada tahun 2005 penulis melanjutkan kembali pendidikannya ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang merupakan salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini mengambil topik mengenai ”Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat
SNI kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa
Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan petani
bersertifikat SNI dan non sertifikat SNI serta menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap hasil produksi pada proses produksi pembenihan ikan gurami.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi yang telah dibuat ini.
Semoga apa yang penulis sampaikan pada skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Bogor, Mei 2008
Murry Hadi Nugroho
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan moril, semangat, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua dan adikku tersayang yang telah memberikan dukungan moril, materil serta doa dan kasih sayang tanpa pamrih.
2. Bapak Rahmat Yanuar. Sp. MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya.
3. Bapak M. Firdaus PhD yang telah menjadi dosen evaluator dan penguji yang memberikan banyak saran pada penelitian saya.
4. Ibu Tintin Sarianti, Sp atas masukan selaku komisi pendidikan yang memberikan masukan pada waktu sidang.
5. Bapak Ade Sunarma, MSi. yang banyak memberikan informasi, saran dan bantuan pada saat sebelum dan setelah penelitian.
6. Keluarga Bapak Chaeruri selaku ketua kelompok UPR Setia Maju yang telah memberikan informasi dan bantuan pada saat penelitian.
7. Keluarga Mas Joko Purwokerto atas dukungan dan motivasinya.
8. Kakak-kakakku mas ndut, mas ade, mas sugeng dan mas joko atas doa dan semangatnya.
9. Urmatul Uska Akbar, yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan doa.
10.Barudak Saung, yang tak bisa disebutkan satu per satu, atas dukungan dan motivasinya selama penyusunan skripsi.
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN
GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI
(kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)
Oleh :
Murry Hadi Nugroho A14105575
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
MURRY HADI NUGROHO. Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI. (Di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR).
Ikan gurami merupakan salah satu potensi air tawar yang mempunyai prospek pasar yang sangat baik hal ini karena ikan gurami memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik dalam segi harga jual maupun harga beli. Mahalnya harga ikan gurami disebabkan ikan ini memerlukan waktu relatif lama untuk mencapai ukuran konsumsi. Untuk membesarkan benih ukuran 2 – 3 cm sampai konsumsi di perlukan waktu selama 15 bulan. Berbeda dengan ikan lele dan ikan mas, untuk mencapai ukuran konsumsi hanya memerlukan waktu 4 - 5 bulan dari benih ukuran 2-3 cm. Hal ini yang mendorong para pembudidaya ikan gurami untuk mensegmentasikan kegiatan usahanya. Semua kegiatan budidaya ikan gurami dapat dijadikan usaha, mulai dari pembenihan hingga pembesaran yang masing-masing mempunyai keuntungan sendiri.
Kualitas dan kuantitas benih sangat menentukan output ikan gurami yang akan dihasilkan. Jika benih yang digunakan berkualitas baik, maka kemungkinan besar kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan gurami menjadi baik. Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan kepada para pembudidaya ikan. SNI bertujuan untuk mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa guna menunjang tercapainya tujuan strategis yaitu peningkatan daya saing. Standar Nasional Indonesia merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksi dan kualitas produk. Petani yang sudah menerapkan SNI melalui pelatihan dan penyuluhan akan mendapatkan pengakuan dari pemerintah berupa sertifikat SNI. Sertifikasi SNI adalah prosedur dimana lembaga sertifikasi yang diakui pemerintah memberikan jaminan tertulis bahwa sistem kegiatan budidaya sesuai dengan SNI.
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu sentra ikan gurami di Indonesia. Terdapat unit bisnis pembenihan ikan gurami bersertifikat SNI tepatnya di Desa Beji Kecamatan Kedung Banteng. Dengan sertifikasi dan penerapan SNI, diharapkan dapat meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha pembenihan ikan gurami. Untuk itu perlu dikaji bagaimana dampak dari sertifikasi SNI terhadap pendapatan yang diterima oleh petani pembudidaya ikan gurami.. Selain itu salah satu faktor yang menjadi kendala petani bersertifikat dan non sertifikat dalam usaha pembenihan ikan gurami adalah keterbatasan modal. Dengan terbatasnya modal, maka pengalokasiannya untuk penggunaan faktor-faktor produksi menjadi sangat terbatas, sehingga perlu dikaji faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi pembenihan ikan gurami agar modal dapat dialokasikan dengan baik. Dari penjelasan tersebut maka penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pendapatan usaha pembenihan ikan gurami petani bersertifikat dan non-sertifikat dan menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi dalam proses produksi pembenihan ikan gurami
faktor-faktor yang berpengaruh digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural. Setelah diuji, maka akan didapat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami adalah luas kolam (X1), jumlah induk (X2), kepadatan (X3), Dosis pupuk (X4), pakan benih (X5), tenaga kerja (X6) dan variable dummy sertifikat. Akan tetapi Dengan adanya sebagian telur yang langsung dijual oleh para petani, maka variabel jumlah induk (X2) dihilangkan karena dikhawatirkan hasil regresi menjadi bias dan model menjadi kurang baik, sehingga faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami ukuran 1-2 cm adalah luas kolam (X1), kepadatan (X2), Dosis pupuk (X3), pakan benih (X4), tenaga kerja (X5) dan variable dummy sertifikat.
Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat SNI lebih besar dibandingkan dengan yang diterima oleh petani non sertifikat. Hal tersebut tergambarkan oleh nilai R/C rasio, R/C yang diperoleh petani bersertifikat lebih tinggi dibandingkan petani non sertifikat. Tidak semua telur dari induk ikan gurami di benihkan oleh para petani, akan tetapi ada sebagian telur yang langsung dijual oleh para petani baik petani bersertifikat maupun petani non sertifikat. Pendapatan yang diterima oleh petani responden bersertifikat lebih tinggi bukan dikarenakan harga produk yang berbeda akan tetapi hasil produksi yang dihasilkan oleh petani responden bersertifikat lebih besar dibandingkan dengan petani responden non sertifikat dengan jumlah input yang berbeda.
Dari hasil analisis faktor-faktor menggunakan fungsi Cobb-Douglas semua variabel independent secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami dimana hasil tersebut didapatkan dari uji F dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengaruh faktor produksi secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukan bahwa faktor luas kolam (X1), kepadatan (X2), Dosis pupuk (X3) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95 %. Sedangkan faktor pakan benih (X4), tenaga kerja (X5) dan variabel dummy sertifikat tidak berpengaruh nyata tehadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95 %.Usaha pembenihan ikan gurami di Desa Beji berada pada kondisi increasing return to scale atau kenaikan hasil yang meningkat. Hal ini ditunjukan oleh hasil penjumlahan koefisien dari masing-masing faktor produksi.
sehingga penggunaan kepadatan didaerah penelitian sudah efisien dan dipertahankan jumlah penggunaan kepadatannya. Untuk variabel dosis pupuk memiliki nilai elastisitas sebesar negatif 0,450 yang berada pada daerah irasional III sehingga penggunaan dosis pupuk didaerah penelitian sudah tidak efisien dan perlu dikurangi dosis pemakaiannya. Nilai skala ekonomi untuk usaha pembenihan ikan gurami di Desa Beji adalah 1,8134 yang berada pada daerah irasional I yang berarti penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama belum efisien dilakukan, sehingga untuk mencapai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama masih dapat ditingkatkan.
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN
GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI
(kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)
Oleh :
MURRY HADI NUGROHO
A14105575
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)
Nama : Murry Hadi Nugroho
NRP : A14105575
Program studi : Ektensi Manajemen Agribisnis
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Rahmat Yanuar, Sp. MSi NIP 132 321 442
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah)” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH
Bogor, Mei 2008
Murry Hadi Nugroho
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 juni 1985 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sudirman dan Purwantini. Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah pada tahun 1990 penulis memasuki bangku SD di Sekolah Dasar Negeri Panaragan II Bogor Sampai 1996 dan melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Bogor dari tahun 1996 sampai dengan tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas yaitu di SMU N 6 Bogor, dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan Diploma 3 pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Produksi Benih Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Setelah itu pada tahun 2005 penulis melanjutkan kembali pendidikannya ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang merupakan salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini mengambil topik mengenai ”Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat
SNI kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa
Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan petani
bersertifikat SNI dan non sertifikat SNI serta menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap hasil produksi pada proses produksi pembenihan ikan gurami.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi yang telah dibuat ini.
Semoga apa yang penulis sampaikan pada skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Bogor, Mei 2008
Murry Hadi Nugroho
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan moril, semangat, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua dan adikku tersayang yang telah memberikan dukungan moril, materil serta doa dan kasih sayang tanpa pamrih.
2. Bapak Rahmat Yanuar. Sp. MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya.
3. Bapak M. Firdaus PhD yang telah menjadi dosen evaluator dan penguji yang memberikan banyak saran pada penelitian saya.
4. Ibu Tintin Sarianti, Sp atas masukan selaku komisi pendidikan yang memberikan masukan pada waktu sidang.
5. Bapak Ade Sunarma, MSi. yang banyak memberikan informasi, saran dan bantuan pada saat sebelum dan setelah penelitian.
6. Keluarga Bapak Chaeruri selaku ketua kelompok UPR Setia Maju yang telah memberikan informasi dan bantuan pada saat penelitian.
7. Keluarga Mas Joko Purwokerto atas dukungan dan motivasinya.
8. Kakak-kakakku mas ndut, mas ade, mas sugeng dan mas joko atas doa dan semangatnya.
9. Urmatul Uska Akbar, yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan doa.
10.Barudak Saung, yang tak bisa disebutkan satu per satu, atas dukungan dan motivasinya selama penyusunan skripsi.
DAFTAR ISI
1.1 Latar Belakang ...11.2 Perumusan Masalah ...4
1.3 Tujuan Penelitian ...6
1.4 Kegunaan Penelitian ...7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Gurami ...8
2.2 Standar Nasional Indonesia Produk Perikanan ...10
2.3 Standar Nasional Indonesia Ikan Gurami ...10
2.3.1 Pengelolaan Kelas Induk Pokok (Parent Stock) ...11
2.3.1 Produksi Benih Kelas Benih Sebar ...11
2.4 Penelitian Terdahulu ...15
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ...20
3.1.1 Pendapatan Usahatani...20
3.1.2 Analisis Fungsi Produksi...22
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...28
IV. METODOLOGI 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...31
4.2 Jenis dan Sumber Data ...31
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ...32
4.3.1 Analisis Pendapatan Usahatani ...32
4.3.2 Analisis Fungsi Produksi ...34
4.4 Konsep Pengukuran Variabel...38
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ...40
5.2 Karakteristik Responden ...42
5.2.1 Petani Sertifikat SNI ...42
5.2.1.1 Usia ...42
5.2.1.2 Tingkat Pendidikan ...42
5.2.1.4 Luas Kolam...43 5.2.2 Petani Non Sertifikat SIN ...44 5.2.2.1 Usia ...44 5.2.2.2 Tingkat Pendidikan ...44 5.2.2.3 Pengalaman Usahatani ...45 5.2.2.4 Luas Kolam...45 5.3 Gambaran Umum Pembenihan Ikan Gurami di Daerah Penelitian ...46 5.4 Pemasaran Benih Ikan Gurami ...50
VI. HASIL dan PEMBAHASAN
6.1 Analisis Pendapatan ...52 6.1.1 Penggunaan Sarana Produksi ...52 6.1.1.1 Pupuk ...52 6.1.1.2 Kapur...52 6.1.1.3 Daun Sente ...52 6.1.1.4 Pelet Induk ...53 6.1.1.5 Pelet Benih ...53 6.1.1.6 Tenaga Verja ...53 6.1.1.7 Induk Ikan Gurami ...54 6.1.2 Penerimaan Usahatani ...54 6.1.3 Struktur Biaya...56 6.2 Analisis Faktor-faktor Produksi ...63 6.2.1 Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi...63 6.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi...65
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Ikan Gurami ...9 2. Bentuk Fungsi Produksi Dengan Satu Variabel...23 3. Kurva Hubungan Fungsi Produksi Total dengan Produk Marginal
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orientasi sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional adalah sebagai
pemasok kebutuhan konsumsi dan gizi masyarakat, memperluas kesempatan kerja
dan berwirausaha, peningkatan devisa negara melalui ekspor hasil perikanan dan
mampu mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian khususnya sub
sektor perikanan (Soekartawi, 2005). Berdasarkan lahan tempat budidaya, sub sektor
perikanan di bedakan menjadi dua golongan, yaitu perikanan darat dan perikanan
laut, dimana perikanan darat terbagi lagi menjadi perikanan air tawar dan perikanan
air payau.
Tabel 1. Produksi Ikan Indonesia Menurut Segi Lahan Periode 2001-2005
No Tahun Perikanan darat (Ribu Ton) Perikanan laut (Ribu Ton)
1 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007
Salah satu komoditas perikanan air tawar yang bernilai ekonomis adalah ikan
gurami. Hal ini dapat dilihat dari segi harga jual dan beli ikan gurami yang jauh lebih
mahal dan relatif lebih stabil di banding ikan budidaya komoditas air tawar lainnya
(Basyarah, 2002). Mahalnya harga ikan gurami disebabkan ikan ini memerlukan
waktu relatif lama untuk mencapai ukuran konsumsi. Untuk membesarkan benih
ukuran 2 – 3 cm sampai konsumsi di perlukan waktu selama 15 bulan. Berbeda
dengan ikan lele dan ikan mas, untuk mencapai ukuran konsumsi hanya memerlukan
waktu 4 - 5 bulan dari benih ukuran 2-3 cm. Hal ini yang mendorong para
dalam kegiatan budidaya perikanan adalah suatu pengelompokan kegiatan budidaya
berdasarkan ukuran produk yang dihasilkan. Perubahan harga ikan gurami
berdasarkan ukuran dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perubahan Harga Benih Ikan Gurami Berdasarkan Ukuran
Ukuran Benih (cm)
Harga (Rp/ekor)
Lama Pemeliharaan dari telur (Hari) Sumber : Petani Ikan Gurami di Bogor
Pembenihan merupakan salah satu segmen dari kegiatan usaha budidaya ikan
gurami. Kegiatan ini meliputi persiapan kolam, pengelolaan induk hingga
pemeliharaan benih. Secara umum jumlah benih yang ditebar di Indonesia
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dengan rata – rata peningkatan
per-tahun sebesar 42,25% (Tabel 3).
Tabel 3. Jumlah Benih Ikan Gurami yang di tebar di Indonesia periode 2000 - 2004
Peningkatan rata-rata per tahun (%) 42,25 Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2007
Dalam tabel 3, jumlah benih yang di tebar di Indonesia dapat menggambarkan
tingkat permintaan benih ikan gurami. Dengan kata lain, peningkatan jumlah benih
ikan gurami yang ditebar menunjukan bahwa kegiatan usaha pembenihan ikan
gurami sangat menjanjikan untuk diusahakan. Terlepas dari itu, kegiatan pembenihan
ikan gurami juga memiliki permasalahan yang selalu di hadapi oleh para
rendahnya fekunditas telur, rendahnya derajat pembuahan dan penetasan telur serta beragamnya ukuran benih pada pemeliharaan di kolam.
Kualitas benih akan menentukan keberhasilan dari hasil produksi pembesaran
ikan gurami. Dengan kualitas benih yang baik, memungkinkan kegiatan usaha
budidaya pembesaran ikan gurami menjadi baik sehingga akan berdampak pada
peningkatan jumlah hasil produksi pembesaran ikan gurami. Manajemen sistem
budidaya sangat berpengaruh terhadap hasil produksi, dengan manajemen sistem
budidaya yang baik maka produk benih yang dihasilkan akan berkualitas baik. 1
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen
Kelautan dan Perikanan, telah menyediakan tata laksana usaha pembenihan ikan
dengan diterbitkannya Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang budidaya ikan.
Dengan penerapan SNI, akan memungkinkan adanya perbaikan pada manajemen
sistem usaha mulai dari persiapan sarana dan prasarana, pengelolaan induk serta
pengelolaan benih yang nantinya diharapkan mampu menjawab permasalahan pada
kegiatan pembenihan. 2
Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan merupakan salah satu
program pemerintah yang ditujukan kepada para pembudidaya ikan. SNI bertujuan
untuk mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa guna menunjang tercapainya
tujuan strategis yaitu peningkatan daya saing (BSN, 2000). Pada dasarnya SNI
produk perikanan bersifat sukarela, artinya kegiatan dan produk budidaya yang tidak
memenuhi ketentuan SNI tidak dilarang. Namun demikian pemerintah melalui Balai
Budidaya terus berupaya melakukan pembinaan melalui pelatihan, penyuluhan dan
diseminasi kepada para pembudidaya untuk menerapkan SNI dalam kegiatan usaha
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah sentra produksi ikan
gurami di Propinsi Jawa Tengah. Beberapa kecamatan yang menjadi sentra benih
ikan gurami di Kabupaten Banyumas adalah Kecamatan Karanglewas, Kedung
Banteng, Baturaden dan Kemranjen dengan total produksi pembesaran sebesar
1.096,311 ton hingga bulan November pada tahun 2007 atau meningkat sebesar
3,53% dari tahun 2006 yang menghasilkan produksi sebesar 1.058,689 ton.
Peningkatan produksi pembesaran ikan gurami di Kabupaten Banyumas berbanding
lurus dengan produksi telur ikan gurami (Tabel 3).
Tabel 4. Produksi Telur Ikan Gurami di Kabupten Banyumas
No Tahun Produksi Telur (ekor)
1
2
3
2005
2006
2007
39.171.580
40.759.060
39.541.099*
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Banyumas, 2007 * : Data Hingga tanggal 20 November 2007
1.2 Perumusan Masalah
Kegiatan usaha pembenihan ikan gurami yang di lakukan oleh para
pembudidaya umumnya masih menggunakan sistem tradisional, sehingga kegiatan
produksinya belum dapat dilakukan secara terkontrol baik kualitas, kuantitas dan
kontinuitasnya. Di era perdagangan global yang kompetitif, ketatnya persyaratan
mutu dan tuntutan konsumen akan kualitas produk, mendorong pemerintah untuk
menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan.
Standar Nasional Indonesia merupakan program pemerintah yang bertujuan
untuk membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksi dan kualitas
produk. Petani yang sudah menerapkan SNI melalui pelatihan dan penyuluhan akan
adalah prosedur dimana lembaga sertifikasi yang diakui pemerintah memberikan
jaminan tertulis bahwa sistem kegiatan budidaya sesuai dengan SNI.
Hingga saat ini, pengurusan sertifikasi SNI masih tidak dipungut biaya, namun
minat dan kesadaran para petani untuk mendapatkan sertifikat masih rendah karena
para petani umumnya sudah terbiasa dengan teknologi yang mereka gunakan. Selain
itu untuk mendapatkan sertifikat SNI para petani diharuskan mencatat seluruh
kegiatan proses produksi dan hasil produksi pada usaha pembenihan ikan gurami
yang mereka lakukan. Hal ini juga yang menurunkan minat para petani untuk
mendapatkan sertifikat SNI. Beberapa perusahaan serta unit pembenihan rakyat
yang sudah mendapatkan sertifikat SNI dapat di lihat pada tabel 4.
Tabel 5. Unit Pembenihan Ikan Air Tawar Bersertifikat
Lembaga Provinsi Kegiatan Usaha
PT. Nalendra sinta Mina Usaha PT. Sejati Minat Tahta
BBAT Cijengkol
Dengan sertifikasi dan penerapan SNI, diharapkan dapat meningkatkan
kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha
pembenihan ikan gurami. Untuk itu perlu dikaji bagaimana dampak dari sertifikasi
SNI terhadap pendapatan yang diterima oleh petani pembudidaya ikan gurami. Selain
itu, dengan membandingkan pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat dan
non sertifikat akan dapat menggambarkan apakah usahatani pembenihan ikan gurami
petani bersertifikat lebih efisien dibandingkan dengan petani non sertifikat dalam hal
R/C rasio.
Salah satu faktor yang menjadi kendala petani bersertifikat dan non sertifikat
terbatasnya modal maka pengalokasiannya untuk penggunaan faktor-faktor produksi
menjadi sangat terbatas, sehingga perlu dikaji faktor-faktor produksi apa saja yang
berpengaruh terhadap hasil produksi pembenihan ikan gurami agar modal dapat
dialokasikan dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar tingkat pendapatan petani bersertifikat SNI dan Non sertifikat
SNI
2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi dalam proses
produksi pembenihan ikan gurami?
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
:
1. Membandingkan karakteristik usahatani petani bersertifikat SNI dan non
Sertifikat SNI
2. Menganalisis tingkat pendapatan usaha pembenihan ikan gurami petani
bersertifikat dan non-sertifikat
3. Menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap
hasil produksi pembenihan ikan gurami
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai tambahan informasi tentang manfaat Standar Nasional Indonesia (SNI)
2. Sebagai bahan pertimbangan tentang usaha pembenihan ikan gurami kepada
petani.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, masukan dan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Ikan Gurami
Ikan gurami (Osphronemus Goramy Lacepeda) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah lama dibudidayakan secara komersil oleh para
pembudidaya. Menurut Anonim (2000), klasifikasi dari ikan gurami adalah
sebagai barikut :
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Belontiidae
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus goramy Lac.
Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak
terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah, sirip ekor
membulat, jari-jari lemah pertama pada sirip perut merupakan benang panjang
yang berfungsi sebagai alat peraba. Ikan gurami memiliki panjang standar dua kali
dari tinggi badan dan empat kali dari panjang kepala. Induk gurami jantan
ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah tebal dan
tidak adanya bintik hitam di kelopak sirip dada. Sedangkan induk betina ditandai
dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik
Gambar 1. Ikan Gurami.
Sumber : Badan Standarisasi Nasional
Keterangan gambar:
1 : Panjang Standar
2 : Panjang Kepala
3 : Tinggi Badan
Bentuk badan yang lebar dan pipih menyebabkan ikan gurami cocok
dibudidayakan di lingkungan dengan perairan yang tenang, dengan ketinggian
dari permukaan laut 0 – 800 m, suhu udara 25 -28 0c dan derajat keasaman air
(pH) 6,5 – 7,8. Ikan gurami mempunyai alat pernapasan tambahan yaitu Labirin,
sehingga mampu hidup di perairan yang kurang oksigen karena mampu
menghirup oksigen dari udara luar.
Ikan gurami sampai umur 40 hari merupakan jenis ikan karnivora yang
kemudian berubah menjadi herbivora (BSN, 2000). Pada saat benih kurang dari
40 hari, ikan gurami mengkonsumsi pakan alami berupa cacing rambut (Tubifex
sp.), Daphnia sp., Moina sp., atau pakan alami lainnya yang sesuai dengan ukuran mulutnya (Sunarma, 2002). Sedangkan pada saat dewasa, ikan gurami
mengkonsumsi pakan yang berasal dari tumbuhan seperti daun sente, daun papaya
dan daun ubi kayu (Jatmiko, 2003).
2.2 Standar Nasional Indonesia (SNI) Produk Perikanan
Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan adalah suatu standar
minimal dalam kegiatan budidaya yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan.
Secara resmi kelembagaan SNI ini diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional
yang disusun melalui konsensus nasional oleh para pakar perikanan budidaya
dengan melibatkan para pembudidaya dari berbagai daerah, sehingga tata laksana
yang tersusun dapat digunakan di tingkat pembudidaya (Sunarma, 2002).
Penerbitan SNI produksi perikanan merupakan upaya pemerintah dalam
meningkatkan mutu proses dan hasil produksi serta perbaikan pada manajemen
usahanya. Namun tata laksana yang tercantum dalam SNI masih berupa acuan
pokok sehingga diperlukan penjabaran yang lebih aplikatif di masing-masing
daerah. Penjabaran ini dapat berupa Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
diterjemahkan melalui pelatihan dan pendampingan oleh pihak Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pusat Direktorat Jenderal Perikanan.
2.3 SNI Ikan Gurami
Kegiatan produksi ikan gurami yang telah diterbitkan dalam SNI adalah
kegiatan pengelolaan kelas induk pokok (Parent Stock) dan produksi kelas benih sebar. Induk pokok adalah induk ikan keturunan pertama dari induk dasar yang
memenuhi standar mutu kelas induk pokok, dimana induk dasar adalah induk
keturunan pertama dari induk pejenis yang memenuhi standar mutu, sedangkan induk pejenis adalah induk ikan yang dihasilkan oleh dan dibawah pengawasan penyelenggara pemulia. Benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk
pokok (BSN, 2000).
2.3.1Pengelolaan Kelas Induk Pokok (Parent Stock)
Perbedaan paling mencolok antara induk jantan dengan induk betina adalah
untuk ikan jantan terdapat benjolan di bagian kepala, bibir bawah tebal dan tidak
memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada. Sedangkan ikan betina memiliki
ciri-ciri yaitu tidak terdapat benjolan di bagian kepala, bibir bawah tipis dan
memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada.
Induk yang dipilih sebagai kelas induk pokok harus memenuhi SNI.
Terdapat beberapa persyaratan dalam pengelolaan induk agar memenuhi SNI,
yaitu terbagi atas kriteria kualitatif dan kriteria kuantitatif. Dalam kriteria
kualitatif syarat yang harus dipenuhi adalah calon induk pokok merupakan hasil
pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar atau
pejenis, bentuk tubuh pipih vertikal berwarna kecoklatan dan bagian perut
berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan serta tidak memiliki kelainan
bentuk tubuh atau cacat tubuh dan organ tubuh harus lengkap (BSN, 2000).
Tabel 6. Kriteria Kuantitatif Induk Pokok (Parent Stock)
Jenis kelamin
Kriteria satuan
jantan betina
Umur Bulan 24 – 30 30 – 35
Panjang Standar Cm 30 – 35 30 - 35
Bobot Tubuh Kg/Ekor 1.5 – 2.0 2.0 – 2.5
Sumber : Badan Standarisasi Nasional
2.3.2Produksi Benih Kelas Benih Sebar
Benih sebar merupakan benih keturunan pertama dari induk pokok (Parent Stock). Benih sebar ikan gurami terdiri dari larva, benih pendederan 1, benih pendederan 2, benih pendederan 3, benih pendederan 4 dan benih pendederan 5.
Kegiatan produksi benih ikan gurami kelas benih sebar harus memenuhi
persyaratan SNI. Beberapa persyaratan tersebut terdiri dari pra produksi, proses
produksi dan pemanenan.
Persyaratan pra produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam
memproduksi benih ikan gurami kelas benih sebar yang terdiri dari lokasi, sumber
air, wadah budidaya, induk, pakan, pupuk, obat-obatan dan peralatan pembenihan.
Sedangkan persyaratan proses produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi
dalam rangkaian kegiatan untuk memproduksi benih ikan gurami kelas benih
sebar. Persyaratan pemanenan merupakan persyaratan yang harus dipenuhi dalam
kegiatan tahap akhir proses produksi benih ikan gurami.
Tabel 7. Kriteria Benih Ikan Gurami Kelas Benih Sebar
Kriteria satuan larva Benih P1 Benih P2 Benih P3 Benih P4 Benih
P5
Umur Maksimal Hari 10 – 12 40 80 120 160 200
Penjang total Cm 0.75 – 1.00 1 - 2 2 - 4 4 -6 6 - 8 8 – 11
Bobot minimal gram 0.03 0.2 0.5 1.0 3.5 7.0
Sumber : Badan Standarisasi Nasional
2.4 Pembenihan Ikan Gurami
Kegiatan pembenihan ikan gurami terbagi ke dalam beberapa kegiatan, yaitu
kegiatan pemeliharaan induk, pemanenan telur, pemeliharaan larva, pemeliharaan
benih dan pemanenan benih. Kegiatan pemeliharaan induk merupakan awal dari
kegiatan pembenihan ikan gurami. Kegiatan ini meliputi pemberian pakan,
pengecekan sarang dan pemanenan sarang. Pakan yang diberikan berupa pakan
pelet dengan jumlah 1 % dari bobot biomassa, frekuensi pemberian pakan 2 kali
sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Selain diberi pakan buatan, induk gurami
juga diberi pakan alami berupa daun sente (Allocasia macrorrhiza) sebanyak 5 % dari bobot biomassa per hari.
Hingga saat ini, pemijahan ikan gurami baru dapat dilakukan secara alami.
Namun demikian, Ikan ini termasuk dalam kelompok induk ikan yang menjaga
telurnya secara baik. Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1 : 3-4 atau
dapat dikatakan dalam satu pasang terdiri dari empat sampai lima ekor induk ikan
gurami. Ikan jantan yang sudah siap memijah membangun sarang untuk
menampung telur dari induk betina. Biasanya induk jantan memerlukan waktu 1 –
2 minggu untuk membangun sarang. Untuk memudahkan induk jantan
membangun sarang, kolam induk diberi tempat dan bahan sarang. Tempat sarang
berupa keranjang sampah plastik bulat diameter 20 - 25 cm atau tempat lain yang
serupa yang ditempatkan pada kedalaman 10 - 15 cm dibawah permukaan air.
Bahan sarang berupa sabut kelapa, ijuk atau bahan lain yang dapat dibuat sarang
yang ditempatkan di permukaan air sekitar tempat sarang. Pada pemijahan secara
masal, dapat disediakan sarang sejumlah induk jantan yang ada dengan jarak antar
sarang sekitar 1 – 2 m. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya
persaingan dalam membangun sarang.
Pengecekan telur dilakukan setiap pagi pada setiap sarang yang sudah dibuat
induk ikan. Pengecekan dilakukan dengan cara menusuk sarang atau dengan
menggoyangkannya atau dengan meraba bagian depan sarang. Bila dari dalam
sarang keluar telur atau minyak atau bagian depan sarang sudah tertutup, maka
pemijahan sudah terjadi dan sarang berisi telur. Sarang yang berisi telur
dikeluarkan dari tempat sarang secara perlahan untuk dipindahkan ke dalam
waskom plastik yang telah diisi air kolam induk. Secara perlahan sarang dibuka
sampai telur keluar dan mengapung di permukaan air. Telur-telur tersebut diambil
dengan menggunakan sendok atau centong untuk dipindahkan ke dalam wadah
penetasan berupa corong penetasan, waskom plastik atau akuarium yang sudah
diisi dengan air bersih. Telur yang baik dipisahkan dari telur yang jelek. Telur
yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur yang jelek berwarna kuning
pucat.
Telur ikan gurami akan menetas setelah 36-48 jam dari pemijahan pada
suhu 29 – 31ºC. Larva – larva yang baru menetas posisi badannya terbalik yaitu
bagian perut berada diatas sedang bagian punggung berada dibawah, hal ini
disebabkan karena telur ikan gurame mengandung minyak. Selama 3 – 4 hari
setelah menetas larva hanya bergerak berputar – putar dengan posisi badan
terbalik. Setelah 4 – 5 hari larva akan berbalik badan semua dan bergerak normal.
Larva diberi pakan setelah berumur 8-9 hari setelah menetas, hal ini berfungsi
untuk pengenalan pakan dari endogenus (makanan yang berasal dalam tubuh) ke
eksogenus (makanan yang berasal dari luar). Pemberian pakan dilakukan secara
ad-libitum (sekenyangnya dalam satu periode pemberian pakan dan selalu tersedia). Kuning telur larva gurame akan habis pada saat larva berumur 10 – 12
hari setelah menetas.
Setelah larva berumur 14-15 hari, maka larva siap dipelihara di wadah
pemeliharaan. Wadah dapat berupa kolam tanah, kolam tembok, bak terpal dan
akuarium. Jika dengan menggunakan kolam tanah dan tembok, maka kolam harus
diberi kapur dan di pupuk. Pengapuran berfungsi untuk membunuh bibit penyakit
dan hama yang ada di dasar kolam, sedangkan pemupukan berfungsi untuk
menimbulkan pakan alami. Sedangkan jika menggunakan bak terpal dan akuarium
tidak dilakukan kegiatan pengapuran dan pemupukan. Kepadatan pada setiap
wadah pemeliharaan berbede-beda, untuk kolam tanah dan kolam tembok,
kepadatan yang digunakan adalah 100 ekor/m2, untuk bak terpal kepadatan larva
yang digunakan adalah 250 – 500 ekor/m2, sedangkan untuk akuarim kepadatan
yang digunakan antara 10-15 ekor per liter air. Benih dapat dipanen setelah 15-25
hari dari penebaran larva atau berumur 30-40 hari setelah menetas. Beberapa
standar proses produksi dalam memproduksi benih ikan gurami hingga ukuran 1-2
cm dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 8. Standar Proses Produksi Benih Ikan Gurami Ukuran 1-2 Cm
No Standar Satuan Jumlah
1 Dosis Pupuk Gram/ m2 500
2 Kepadatan Ekor/ m2 100
3 Tingkat Pemberian Pakan % Bobot biomassa 20
4 Perbandingan Jantan dan Betina ekor 1 : 3-4
Sumber : Badan Standarisasi Nasional.
2.5 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah
penelitian mengenai ikan gurami, pendapatan dan efisiensi faktor produksi.
Penelitian Basyarah (2002) mengenai ikan gurami yang berjudul Analisis
Kelayakan Finansial Usaha Pemeliharaan Ikan Gurami Di Desa Puswasari
Kabupaten Bogor menjelaskan bahwa terdapat tiga pola usaha dalam kegiatan
budidaya ikan gurami di desa purwasari, yaitu Pola Usaha I (pembenihan), Pola
Usaha II (pendederan) dan Pola Usaha III (pembesaran). Pola usaha IV
(pembenihan sampai pembesaran) merupakan pola rancangan alternatif yang
dapat dikembangkan di daerah penelitian Berdasarkan analisis kelayakan
finansial dengan menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C dan
Payback Period, keempat pola usaha tersebut menunjukan kelayakan untuk diusahakan. Pola usaha I menghasilkan NPV sebesar Rp. 1.159.345,50, IRR
adalah 39%, Net B/C 1,48 dan Payback Period 3,09 tahun. Pola usaha II
menghasilkan NPV sebesar Rp. 6.771.987, IRR 70%, Net B/C 3,4 dan Payback Period 2,09 tahun. Pola usaha III menghasilkan NPV sebesar Rp. 10.984.445,50, IRR 76%, Net B/C 1,95 dan Payback Period 1,08 tahun. Sedangkan pola usaha IV sebagai pola rancangan alternative menghasilkan NPV sebesar Rp. 13.164.954,
IRR 94%, Net B/C 2,56 dan Payback Period 1,05 tahun.
Penelitian Jatmiko (2003) dengan judul Analisis Pendapatan dan Efisiensi
Penggunaan Faktor – Faktor Produksi Usaha Pembesaran Ikan Gurami studi kasus
di Desa Cogrek, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil analisis,
pendapatan usaha pembesaran ikan gurami di desa Cogrek pada kondisi optimal
lebih menguntungkan dibandingkan pada kondisi aktual. Hal ini ditunjukan
dengan nilai R/C yang didapatkan pada kondisi optimal 1,96 lebih besar
dibandingkan nilai R/C pada kondisi aktual sebesar 1,46. Faktor-faktor produksi
yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi pembesaran ikan gurami adalah
jumlah benih, pakan pelet, pakan daun sente, luas kolam dan tenaga kerja. Dari
hasil analisis Cobb-Douglas menunjukan bahwa faktor produksi yang
berpengaruh nyata terhadap hasil produksi pada tingkat kepercayaan 95% adalah
benih, pakan pelet dan pakan daun sente. Sedangkan faktor luas kolam
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 85% dan faktor tenaga kerja tidak
berpengaruh nyata terhadap hasil produksi baik pada tingkat kepercayaan 85 %
dan 95%.
Irawati (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pendapatan Dan
Efisiensi Penggunaan Faktor – Faktor Produksi Usahatani Padi Program PTT dan
Non-PTT kasus di Kabupaten Karawang. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa
berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani padi di daerah penelitian, petani
non-program PTT pendapatan atas biaya tunai dan total lebih tinggi dibandingkan
dengan petani program PTT. Akan tetapi, pada kondisi optimal pendapatan total
yang diterima oleh petani program PTT lebih besar dibandingkan petani non
program. Hasil analisis regresi fungsi produksi Cobb Douglas, untuk petani
program PTT menunjukan bahwa faktor - faktor produksi yang berpengaruh nyata
terhadap peningkatan produksi usahatani padi adalah luas lahan, benih, pupuk
urea, pupuk NPK, obat cair dan tenaga kerja. Sedangkan untuk pupuk sp-36 dan
obat padat tidak berpengaruh nyata. Untuk petani non PTT menunjukan bahwa
luas lahan, benih, NPK, dan tenaga kerja merupakan faktor - faktor yang
berpengaruh nyata pada peningkatan produksi usahatani padi, sedangkan sp-36,
urea, obat padat dan obat cair tidak berpengaruh nyata.
Analisis Pendapatan dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan
Usaha Kolam Jaring Apung, kasus di Desa Bangus, Kecamatan Cililin, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat yang dilakukan oleh Yulinar (2005) menjelaskan bahwa
pendapatan usaha kolam jaring apung dihitung menggunakan analisis pendapatan
dengan bantuan tabel arus kas seperti arus penerimaan dan biaya yang digunakan.
Berdasarkan hasil analisis, penerimaan petani terbagi menjadi tiga kategori, yaitu
kategori untung, kategori rugi dan kategori bangkrut. Penerimaan petani kategori
untung sebesar Rp 128.092.674,00/thn dengan total biaya produksi sebesar Rp
7.680.084,95/thn. Penerimaan petani kategori rugi sebesar Rp 60.503.513,59/thn
dengan total biaya produksi sebesar Rp 69.850.535,58/thn. Penerimaan petani
kategori bangkrut sebesar Rp 54.699.639,90/thn dengan total biaya produksi
sebesar Rp 62.652.689,30/thn. Alat analisis yang digunakan dalam menentukan
faktor – faktor yang mempengaruhi kelangsungan usaha kolam jaring apung
adalah analisis logit atau regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis, faktor yang
berpengaruh nyata terhadap kelangsungan usaha kolam jarring apung di waduk
saguling desa Bangus adalah kualitas air dan jumlah kolam.
Analisis Pendapatan Nelayan Berdasarkan Jenis Alat Tangkap di Pelabuhan
Perikanan Samudera Cilacap, Jawa Tengah oleh Effendi (2004) menyebutkan
bahwa pendapatan non pertanian adalah pendapatan yang berasal dari tingkat
upah, sewa dan keuntungan yang di peroleh dari tenaga kerja yang dicurahkan
dikurangi dengan biaya – biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan diluar usaha
pertanian yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisis faktor – faktor yang
mempengaruhi pendapatan nelayan yang menggunakan trammel net, gill net dan
long line adalah ukuran kapal, pengalaman nakhoda dan jumlah alat tangkap. Mulyani (2007) dengan judul penelitian Prospek Pengembangan Usaha
Budidaya Ikan Lele di OMAH FISH FARM, Kecamatan Ciseeng-Parung
Kabupaten Bogor. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa ikan lele dapat
dibudidayakan dengan lahan dan sumber air yang terbatas, kepadatan tinggi dan
relatif lebih cepat untuk mencapai ukuran konsumsi dibandingkan dengan ikan
gurami. Akan tetapi harga per-kilogram ikan lele jauh lebih murah dibandingkan
dengan ikan gurami. Hasil analisis usaha, nilai R/C ratio selama satu tahun adalah
sebesar 0,57 yang berarti usaha budidaya tersebut tidak menguntungkan untuk
diusahakan.
Prospek Usaha Budidaya Ikan Nila Gift Sistem Kolor Pada Keramba Jaring
Apung Di Waduk Cirata Kecamatan Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur Jawa
Barat oleh Resmi (2007) menyebutkan bahwa kombinasi antara ikan nila dan ikan
mas dalam budidaya sistem kolor lebih menguntungkan dibandingkan dengan
kombinasi ikan nila dan ikan bawal dengan nilai R/C masing-masing sebesar 2,02
dan 1,87. Harga masing-masing jenis ikan berbeda, untuk ikan nila sebesar Rp
5500/kg, ikan mas 9500/kg dan ikan bawal sebesar Rp 6000/kg. Dibandingkan
dengan ikan gurami harga tersebut relatif jauh lebih rendah dimana harga ikan
gurami sebesar Rp 18.000-20.000,-. Penelitian Jaelani (2003) yang berjudul
Prospek Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Gurami Di Kelurahan Tertasari
Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Hasil analisis usaha
menggambarkan nilai R/C untuk usaha pembenihan ikan gurami sebesar 2,13
dengan hasil panen berupa benih ukuran 0,75 – 2 cm.
Uraian di atas menunjukan bahwa sampai saat ini belum ada penelitian
mengenai pendapatan usaha pembenihan ikan gurami petani bersertifikat Standar
Nasional Indonesia, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk menganalisis
pendapatan dan faktor – faktor yang mempengaruhi produksi pada usaha
pembenihan ikan gurami petani bersertifikat SNI.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Pendapatan Usahatani
Usahatani merupakan satuan organisasi produksi di lapangan pertanian
dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang
bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal dan pengelolaan atau
manajemen. Unsur – unsur tersebut saling berkaitan, kedudukannya dalam
usahatani sama penting dan tidak dapat dipisahkan. Pemahaman keempat unsur
tersebut diperlukan karena menyangkut masalah penguasaan dan pemilikan
terhadap faktor-faktor produksi, dimana pemilikan memberikan kekuatan dan
kekuasaan untuk berbuat terhadap faktor-faktor produksi dalam penggunaan pada
proses produksi. Seseorang yang menguasai atau memiliki faktor produksi, dapat
memberikan posisi atau status sosial yang tinggi di lingkungan masyarakatnya
(Hernanto, 1989).
Tingkat keuntungan dapat diukur dengan pendapatan usahatani yang
umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usahatani dengan tujuan
untuk membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Analisis pendapatan usahatani
bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan
dapaat menggambarkan keadaan yang akan datang.
Pendapatan dalam usahatani adalah balas jasa terhadap setiap faktor
produksi dan merupakan ukuran keberhasilan usahatani. Menurut Soekartawi,
et.al (1986), terdapat banyak cara untuk mengukur pendapatan usahatani, diantaranya adalah pendapatan bersih usahatani (net farm income) dan pendapatan
tunai usahatani (farm net cash flow). Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan kotor usahatani (gross return) dengan pengeluaran total usahatani (total farm expenses). Penerimaan kotor usahatani (gross return) adalah nilai produk total usahatani alam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun
yang tidak dijual. Sedangkan pengeluaran total (total farm expenses) adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi.
Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai (farm receipt) dengan pengeluaran tunai usahatani (farm payment). Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk hasil usahatani. Sedangkan pengeluaran tunai usahatani (farm payment) adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.
Ukuran pengeluaran usahatani dapat digolongkan berdasarkan jumlah output
yang dihasilkan dan berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan. Biaya tetap
dan biaya tidak tetap merupakan golongan biaya yang didasarkan pada jumlah
output yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi. Sedangkan biaya tidak tetap adalah
biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan jumlah produksi.
Golongan yang didasarkan pada biaya yang langsung dikeluarkan adalah biaya
tunai dan biaya tidak tunai. Didalam biaya tunai maupun tidak tunai terdapat
biaya tetap dan biaya tidak tetap, dengan kata lain biaya tunai usahatani adalah
pengeluaran biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dibayar tunai selama proses
produksi, sedangkan biaya tidak tunai adalah pengeluaran biaya tetap dan biaya
tidak tetap yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani dalam kegiatan proses
produksi usahatani.
Ukuran efisiensi usahatani merupakan salah satu ukuran keberhasilan
usahatani. Untuk mengukur efisiensi usahatani digunakan rasio imbangan
penerimaan dan biaya yang dikeluarkan (R/C) yang merupakan perbandingan
antara pendapatan kotor yang diterima usahatani dari setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi (Hernanto, 1989). Nilai R/C tidak memiliki
satuan, jika nilai R/C sama dengan satu maka menunjukan bahwa setiap satu
rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar satu
rupiah. Jika R/C lebih besar dari satu, maka menunjukan bahwa setiap rupiah
biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih besar dari satu
rupiah, begitu sebaliknya. Semakin besar nilai R/C, maka semakin besar
pendapatan yang diterima dan kedudukan ekonomi usahatani tersebut semakin
baik.
3.1.2 Analisis Fungsi Produksi
Fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menjelaskan hubungan fisik
antara produksi (output) dan faktor - faktor produksi (input) yang
mempengaruhinya. Hubungan antara input dan output pertanian mengikuti kaidah
kenaikan hasil yang berkurang (law of diminishing return), artinya tiap tambahan unit input akan mengakibatkan proporsi unit tambahan output yang semakin kecil
dibanding unit tambahan input, yang kemudian tiap tambahan input tersebut akan
menghasilkan output yang terus berkurang (Soekartawi, et al 1986). Dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi dapat digambarkan sebagai
berikut:
) ,..., ,
(X1,X2 X3 Xn f
Y = …...………...…(1)
Dimana :
Y : Output produksi
n
X X
X
X1, 2, 3,..., : Faktor – faktor Produksi f : dibaca fungsi dari
Terdapat beberapa bentuk aljabar fungsi produksi yang sering digunakan
dalam memberikan hubungan kuantitatif dari fungsi produksi, yaitu :
1. Fungsi Produksi Kuadratik
Dengan menggunakan variabel masukan tunggal, maka fungsi produksi
kuadratik dapat dituliskan sebagai beikut :
Y = f (X1) atau dapat dituliskan
Y = a + bX + cX ………..………(2) 2
Dimana :
Y : Variabel yang dijelaskan X : Variabel yang menjelaskan a, b, c : Koefisien yang harus diduga
Menurut Soekartawi, et al (1986), persamaan ( 2 ) akan mempunyai arti ekonomi dan hasil produksi mencapai maksimum jika X sama dengan b/2c dan
koefisien b harus positif dan lebih besar dari koefisien c, dimana koefisien c ini
harus bernilai negatif Gambar 3.
Y
Y = f (X1)
0 X
Gambar 2. Bentuk fungsi produksi dengan satu variabel. (Soekartawi,
et.al,1986)
2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi, et al (1986), persamaan matematik dari fungsi Cobb-Douglas dapat dirumuskan sebagai berikut :
u
3. Fungsi Produksi Linear Berganda
Fungsi produksi linear berganda merupakan analisis regresi yang melibatkan
hubungan dari dua atau lebih variabel bebas. Rumus matematik dari fungsi
produks linear berganda yaitu :
Persamaan fungsi produsi dapat menduga jumlah produk yang dihasilkan
pada tingkat penggunaan input tertentu. Selain itu dengan adanya fungsi produksi
akan dapat mengetahui besarnya produk marginal (PM) dan produk rata-rata (PR).
Produk rata – rata adalah jumlah produksi per satuan faktor produksi (Y/X).
Sedangkan produk marginal adalah perubahan produksi yang diakibatkan oleh
adanya tambahan unit input, sehingga nilai produk marginal didapat dari nilai
turunan pertama dari fungsi produksi terhadap input PMi = dY/dXi (Soekartawi et al, 1986).
Elastisitas produksi dapat menggambarkan perubahan dari produk yang
dihasilkan dari setiap penggunaan faktor produksi. Elastisitas produksi adalah
persentase perubahan output akibat persentase perubahan input. Elastisitas
produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y
Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan hubungan antara produk
marginal, produk rata-rata dan elastisitas produksi, sehingga rumus elastisitas
Y
TP
Ep = 1 Ep = 0
I II III
Ep > 1 0 < Ep < 1 Ep < 0
0 X1 X2 X3 X
MP AP
AP
MP
X1 X2 X3 X
Gambar 3. Kurva Hubungan Fungsi Produksi Total dengan Produk Marginal dan Produk Rata-rata (Soekartawi, 2002).
Keterangan Gambar :
TP : Total Produksi
MP : Marginal Product (Produk Marginal) AP : Average Product (Produk Rata-rata) Y : Output Produksi
Xi : Faktor Produksi ke-i
Gambar 3. menggambarkan nilai elastisitas pada setiap daerah produksi,
sehingga daerah produksi dapat dibedakan berdasarkan besarnya elastisitas
produksi, yaitu :
1. Daerah I (Daerah Irasional)
Daerah I memiliki nilai elastisitas yang lebih besar dari satu (Ep>1), artinya
setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan
penambahan output produksi lebih dari satu persen, daerah ini sering disebut
sebagai kenaikan hasil yang semakin bertambah (increasing return to scale). 2. Daerah II (Daerah Rasional)
Daerah produksi ini memiliki elastisitas diantara nol dan satu (0<Ep<1),
yang berarti setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen maka akan
mengakibatkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah
nol. Daerah ini dicirikan oleh penambahan hasil produksi yang peningkatannya
makin berkurang atau (decreasing return to scale). 3. Daerah III (Daerah Irasional)
Daerah III memiliki nilai elastisitas lebih kecil dari nol (Ep<0), artinya
setiap penambahan faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah
produksi yang dihasilkan, daerah ini disebut sebagai kenaikan hasil yang negatif.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Tujuan utama diterbitkannya SNI dan sertifikasi pembenihan ikan gurami
adalah untuk membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksi dan
kualitas produk yang dihasilkan. Dengan penerapan SNI dan sertifikasi, akan
memungkinkan adanya perbaikan pada manajemen produksi, pengelolaan proses
produksi dan hasil produksi. Dengan perbaikan manajemen, pengelolaan proses
produksi dan hasil produksi diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat, khususnya para pembudidaya ikan gurami.
Dengan sertifikasi SNI memungkinkan adanya ketentuan penggunaan
faktor-faktor produksi pada kegiatan pembenihan ikan gurami. Faktor-faktor
produksi usaha pembenihan gurami yang menjadi ketentuan SNI adalah dosis
pupuk, kepadatan, tingkat pemberian pakan dan induk ikan gurami. Dengan
adanya ketentuan penggunaan input maka terjadi perbedaan biaya input antara
petani responden bersertifikat dan non sertifikat. Usaha pembenihan ikan gurami
juga memerlukan sarana produksi lain berupa kolam dan tenaga kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan
dari usaha pembenihan ikan gurami bersertifikat SNI dan non sertifikat SNI.
Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis penggunaan
faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi pada usaha pembenihan
ikan gurami. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pendapatan usahatani,
analisis efisiensi usahatani dan analisis fungsi produksi.
Analisis pendapatan usahatani meliputi pengukuran tingkat pendapatan dan
R/C rasio. Analisis pendapatan yang digunakan adalah pendapatan atas biaya
tunai dan pendapatan atas biaya total. Analisis model fungsi produksi, yang
digunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan variabel dummy.
Model ini digunakan untuk menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi yang
berpengaruh terhadap hasil produksi dalam usaha pembenihan ikan gurami.
Kerangka pemikiran operasional dapat diringkas seperti pada Gambar 4.
Pengaruh Sertifikasi SNI Pembenihan Ikan Gurami Terhadap Pendapatan dan Efisiensi Usahatani
Faktor – faktor Produksi
o Jumlah Induk
o Luas Kolam
o Pemupukan
o Kepadatan
o Pakan Larva
o Tenaga Kerja
Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis Fungsi Produksi Setelah
Sertifikasi SNI
Non Sertifikasi SNI
o Pendapatan
o Efisiensi Usahatani R/C Ratio
Faktor Yang Paling Berpengaruh
Rekomendasi
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional.
3.3 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan sebagai dasar pertimbangan untuk melaksanakan
penelitian ini adalah :
1. Usaha pembenihan ikan gurami bersertifikat diduga lebih efisien
dibandingkan petani non sertifikat dalam hal R/C rasio.
2. Faktor produksi luas kolam pendederan benih, Jumlah induk, dosis
pemupukan, kepadatan larva, pakan benih dan tenaga kerja diduga
berpengaruh terhadap hasil produksi benih ukuran 1-2 cm dalam proses
produksi pembenihan ikan gurami baik pada petani bersertifikat maupun
petani non sertifikat.
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Beji, Kecamatan Kedung Banteng,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Banyumas merupakan sentra produksi benih ikan gurami di Jawa Tengah dan terdapat Unit
Bisnis kegiatan pembenihan ikan gurami yang telah menerapkan SNI dan
disertifikasi produksi pembenihan ikan gurami. Pengambilan data dilakukan pada
bulan November – Desember 2007.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer yang digunakan berupa cross section data. Data diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap kegiatan produksi dan wawancara menggunakan
kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 30 petani. Pemilihan responden non
sertifikat dilakukan secara tidak sengaja (accidental sampling), sedangkan pemilihan petani bersertifikat dilakukan secara sengaja dalam satu kelompok tani.
Sampel sebanyak 30 petani dimaksudkan agar dapat menggambarkan tingkat
penggunaan faktor-faktor produksi yang dilakukan oleh para petani.
Data sekunder diperoleh dari berbagai berbagai literatur yang relevan
dengan penelitian ini baik dari buku, internet, studi terdahulu dan instansi
pemerintah yang terkait seperti Badan Standarisasi Nasional, Balai Budidaya Air
Tawar dan Departemen kelautan dan Perikanan.