• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Buku Seni Beladiri Tarung Derajat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Buku Seni Beladiri Tarung Derajat"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU SENI BELADIRI TARUNG DERAJAT

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh:

Roby Tiza Rusman 51910174

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)

Data Riwayat Hidup

Nama : Roby Tiza Rusman N I K : 3273190401930002 Tempat, Tgl Lahir : Bandung, 4 Januari 1993 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sunda Gg.Cibunut No.137/34 A RT.03 RW.07 Kel.Kebon Pisang Kec.Sumur Bandung, Jawa Barat. Kode Pos : 40112

E-mail : flamyfeelfly@gmail.com No Telp : 081809401775

Riwayat Pendidikan

2010 - 2014 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) / Fakultas Desain / Desain Komunikasi Visual

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

Abstrak ... iv

Abstract ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5. Tujuan Perancangan ... 3

BAB II MEDIA INFORMASI TARUNG DERAJAT ... 4

II.1 Pengertian Media Informasi ... 4

(5)

II.1.2 Jenis Media Informasi ... 5

II.2 Tarung Derajat ... 6

II.2.1 Sejarah Tarung Derajat ... 7

II.2.2 Pencipta dan Pendiri Tarung Derajat... 9

II.2.3 Asal Nama AA BOXER ... 10

II.2.4 Lambang Organisasi ... 11

II.2.5 Tujuan Seni Beladiri Tarung Derajat ... 12

II.2.6 Tradisi dalam Tarung Derajat... 12

II.2.7 Tingkatan dalam Tarung Derajat ... 16

II.2.8 Satuan Latihan (SATLAT) Tarung Derajat di Kota Bandung ... 19

II.3 Pembahasan ... 20

II.4 Solusi Masalah ... 21

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 22

III.1 Target Audiens ... 22

III.1.1 Target Primer ... 22

III.1.2 Target Pasar ... 22

III.2 Pendekatan Komunikasi ... 23

III.2.1 Pendekatan Bahasa ... 23

III.2.2 Pendekatan Visual ... 23

III.2.3 Materi Pesan ... 24

(6)

III.2.5 Strategi Media ... 24

III.2.6 Media Utama ... 25

III.2.6.1 Tinjauan Umum Media Buku ... 25

III.2.6.2 Tinjauan Umum Struktur Buku ... 25

III.2.6.3 Sampul ... 26

III.2.6.4 Isi ... 27

III.2.7 Media Pendukung ... 28

III.3 Strategi Distribusi ... 29

III.4 Konsep Visual ... 30

III.4.1 Format Desain ... 30

III.4.1.1 Prinsip-Prinsip Penyusun Desain ... 30

III.4.1.2 Tata Letak (Layout) ... 32

III.4.1.3 Huruf ... 33

III.4.1.4 Ilustrasi ... 36

III.4.1.5 Warna ... 37

BAB IV TEKNIS PRODUKSI ... 38

IV.1 Teknis Produksi ... 38

IV.2 Media Utama Buku ... 38

IV.3 Media Pendukung ... 39

IV.3.1 Poster ... 39

(7)

IV.3.3 Sticker ... 40

IV.3.4 Pembatas Buku ... 41

IV.3.5 X-Banner ... 42

IV.3.6 Kemasan ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arshad Azhar, 2004, Media Pembelajaran, Jakarta. Raja Grafindo Persada Davis, Gordon B. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1, PT.

Pustaka Binamas Pressindo, Jakarta: 1991

Guntur S.Sn, 2006 Pengertian Buku Bergambar. Bandung. Nurul Bayan.

Herimanto & Winarno. 2013. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta. Bumi Aksara. Kodrat Bandung, 2013. Technical Book Tarung Derajat. Pengcab.

Mulyana. 2013. Pendidikan Pencak Silat. Bandung. PT.Remaja Rosdakarya. Rustan Surianto, 2009. Layout, Dasar dan Penerapannya, Jakarta, PT Gramedia

Pustaka Utama.

Dokumentasi Videografi

Hamdan, Kemal (Executive Producer). 2010. Tarung Derajat. Komunitas Unik

Trans7. Jakarta, Indonesia, 12 min.

Jurnal

Aryanto Wibowo (2014). Idea. Institut Teknologi Surabaya

Website

Junaedi Mutakin (2013). Perancangan Media Informasi Buku Kaligrafi Islam. Tersedia di:

http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read& id=jbptunikompp-gdl-junaedimut

(9)

Sunaryo, A (2002) dikutip dalam Aditya Dewa Kusuma (2013). Perancangan Buku Pop-Up Cerita Rakyat Bledhug Kuwu

Tersedia di:

lib.unnes.ac.id/177288/1/2450407038.pdf (diakses pada 19 Mei 2014)

(10)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya yang selalu dilimpahkan kepada penulis, serta atas karunia dan petunjuk-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini. Laporan penelitian ini di ajukan untuk memenuhi mata kuliah Tugas Akhir pada studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia tahun 2014.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan pengantar tugas akhir ini masih jauh dari sempurna serta masih banyak kekurangan yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengelaman penulis. Namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan diterima dengan senang hati. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Sekali lagi penulis banyak mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya selama ini kepada penulis.

Bandung, Agustus 2014

(11)

BAB I

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan didalamnya, yang tercermin dengan baik melalui semboyan negara Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap bersatu mementingkan persatuan, dengan kekayaan akan budaya yang beragam menjadikan Indonesia terkenal di mata dunia Internasional. Dengan potensi yang dimiliki Indonesia diharapkan masyarakat mampu melestarikan serta mengembangkan nilai-nilai luhur dan beragamnya budaya sebagai modal ciri khas suatu bangsa. Pengaruh perkembangan jaman yang kian modern secara langsung menyebabkan arus kebudayaan luar masuk dan berbaur dengan masyarakat sejak lama. Salah satunya yaitu kebudayaan seni beladiri, di Indonesia banyak berdiri organisasi seni beladiri yang berasal dari luar negeri seperti taekwondo, karate, tinju, wushu dan yang sekarang berkembang yaitu muay thai dari Thailand. Indonesia pun memiliki seni beladiri yang tidak kalah dari seni beladiri dari luar negeri yaitu seni beladiri Pencak Silat dan Tarung Derajat atau yang lebih dikenal dengan nama Boxer.

Pencak Silat di Indonesia sangatlah dekat dengan unsur tradisional, terlihat dari berbedanya setiap aliran pencak silat di tiap daerah karena pada dasarnya Indonesia memiliki keragaman budaya, sehingga seni beladiri Pencak Silat di tiap daerah secara tidak langsung beradaptasi dengan tradisi di sekitarnya. Aliran pada Pencak Silat yang berbeda pada tiap wilayahnya seperti Pencak Silat Cimande, Merpati Putih, Perisai Diri, Bakti Negara, Tapak Suci dan lainya. Pencak Silat bukanlah satu-satunya seni beladiri lokal yang digemari di Indonesia, adapula seni beladiri yang juga merupakan asli dari Indonesia yakni Tarung Derajat.

(12)

Tarung Derajat sangatlah penting untuk diketahui agar timbulnya rasa cinta dalam diri para anggota Tarung Derajat terhadap kebudayaan lokal dan juga sebagai sebuah kajian ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi seluruh anggota Tarung Derajat serta masyarakat pada umumnya. Anggota Tarung Derajat berasal dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga pegawai pemerintah ataupun swasta baik itu pria maupun wanita. Bukanlah perjalanan yang mudah bagi sebuah organisasi seni beladiri seperti Tarung Derajat untuk berkembang menjadi besar seperti sekarang. Proses demi proses yang dilalui dalam terbentuknya Seni Beladiri Tarung Derajat sangatlah penting untuk diketahui oleh para anggota dan masyarakat luas.

Sebagai kebudayaan asli dari Indonesia, menjadikan seni beladiri Tarung Derajat perlu terus dilestarikan oleh siapa saja yang merasa warga negara Indonesia. Namun masih kurangnya penanaman atau pengetahuan yang diberikan saat tingkat dasar pada Tarung Derajat menyebabkan tidak tertanamnya jiwa seorang warga negara yang lebih mengenali dan mencintai sebuah kebudayaan yang digelutinya. Berdasar pada kurangnya sumber informasi tentang seni beladiri Tarung Derajat bagi anggotanya dan masyarakat, maka daripada itu perlu adanya sebuah solusi agar tersampainya informasi tentang Tarung Derajat kepada para anggota Tarung Derajat yang menekuninya secara lebih mendalam agar lebih mengenali dan mencintai kesenian Tarung Derajat.

I.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian diatas maka dapat diidentifikasi masalah yang ada, yaitu:

 Kurangnya sumber informasi mengenai Tarung Derajat bagi masyarakat dan khususnya bagi para anggota tentang seni beladiri Tarung Derajat

 Perlunya pengetahuan bagi masyarakat tentang olahraga seni beladiri Tarung Derajat.

I.3 Rumusan Masalah

(13)

Tarung Derajat ataupun masyarakat umum agar lebih mengenali seni beladiri Tarung Derajat, informasi yang dikemas dan disampaikan secara kreatif dan mudah dimengerti.

I.4 Batasan Masalah

Penulis hanya akan membahas objek yaitu Tarung Derajat di Kota Bandung dikarenakan sebagai tempat lahirnya seni beladiri Tarung Derajat sekaligus Kota yang menjadi pusat perguruan Tarung Derajat.

I.5 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan media informasi tentang seni beladiri Tarung Derajat ini yaitu:

 Memberikan sebuah informasi yang dikemas dengan informatif agar mudah dimengerti oleh masyarakat dan para anggota Tarung Derajat.

 Menanamkan rasa memiliki terhadap kesenian beladiri asli dari Indonesia seperti Tarung Derajat.

(14)

BAB II

MEDIA INFORMASI SENI BELADIRI TARUNG DERAJAT

II.1 Pengertian Media Informasi

Pengenalan sebuah kebudayaan seperti seni beladiri Tarung Derajat tidaklah lepas dari bagaimana tersampainya sebuah informasi kepada masyarakat, dalam prakteknya dibutuhkan sebuah media agar pesan tersampaikan dengan baik kepada siapa media itu akan ditujukan.

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam hal media banyak terdapat batasan rumusan para ahli. Gegne, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs, yang mendefinisikan segala bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dari dua definisi ini tampak pengertian media mengacu pada penggunaan alat yang berupa benda untuk membantu proses penyampaian pesan. (Arshad, 2004; h3)

Sedangkan pengertian dari Informasi secara umum adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk, yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang (Davis, 1991; h28).

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa media informasi merupakan sebuah alat perantara yang digunakan dalam penyampaian sebuah pesan yang bermanfaat bagi penerimanya.

II.1.1 Fungsi dan Manfaat Media Informasi

Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif dan fungsi kompensatoris.

(15)

 Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkatan kenikmatan ketika belajar teks yang bergambar

 Fungsi kognitif media visual terlihat dari pemahaman dan mengingat informasi yang terkandung dalam pesan

 Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari konteks untuk memahami teks bantu yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. (Arshad, 2014; h24)

Dari kutipan diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi utama dari media adalah sebagai alat bantu dalam proses penyampaian sebuah informasi atau pesan.

Adapun manfaat dari sebuah media informasi yaitu: 1. Mempermudah penyampaian pesan,

2. Mengefektifkan penyampaian pesan,

3. Memperjelas maksud dan tujuan penyampaian pesan,

4. Sebagai alat untuk membangkitkan motivasi dalam mendengarkan suatu informasi. (Syarif Eddy: 2014)

II.1.2 Jenis Media Informasi

Eddy (2014) mengungkapkan bahwa menurut sifatnya media dapat di bagi menjadi 3 yaitu media komunikasi audio, visual dan audio visual.

1. Media audio, yaitu media yang hanya dapat didengar saja seperti radio, telepon dan lainnya.

2. Media cetak visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, seperti koran, majalah, buku dan lainya.

(16)

II.2 Definisi Seni Beladiri Tarung Derajat

Tarung Derajat adalah ilmu olahraga seni pembelaan diri yang memanfaatkan senyawa daya gerak otot, otak serta nurani secara realistis dan rasional, didalam proses pembelajaran dan pemberlatihan gerakan-gerakan pada seluruh anggota dan organ tubuh serta bagian-bagian penting lainnnya, dalam rangka menerapkan 5 (lima) unsur daya moral, antara lain yaitu kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian dan keuletan yang melekat dengan dinamis dan agresif dalam suatu sistem ketahanan dan pertahanan diri serta pola teknik, taktik dan strategi bertahan ataupun menyerang yang praktis dan efektif bagi suatu pembelaan diri. Untuk digunakan terutama pada upaya pemeliharaan keselamatan, kesehatan dan kesempatan hidup sebagai manusia yang berhakekat, seperti mampu menghindari dan menjauhkan sikap hidup permusuhan dan kesombongan, pencegahan dan pemulihan penyakit fisik dan mental, serta mampu mensyukuri kehidupan dan berbuat amal kebaikan bermanfaat bagi kemanusiaan. Senyawa daya gerak otot, otak serta nurani di atas tadi berasal dan diperoleh dari proses pikiran rasa dan keyakinan atas dan tentang berbagai macam sifat, motif dan bentuk serta cara datang kemudian menerima dan menyikapi serta menjawab peristiwa-peristiwa terjadinya suatu kejadian hidup yang dialami dan teralami sendiri didalam menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan bidang garapan hidup yang ditekuni secara realistis dan rasional pada setiap tatanan ruang lingkup, tataran dan tingkatan kehidupan yang diganti selaras dengan adab-adabnya dalam rangka berinteraksi hidup keluarga, masyarakat, hingga bernegara dan berke-Tuhanan Yang Maha Esa.

(17)

II.2.1 Sejarah Seni Beladiri Tarung Derajat AA BOXER

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Sejarah diartikan sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau, pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang lampau mengenai kejadian-kejadian di dunia. (W.J.S. Poerwadarminta, 1984;h887) Achmad Dradjat/AA BOXER/Sang Guru, tumbuh remaja di kecamatan Tega Lega, salah satu sudut kota Bandung yang masih kumuh di era tahun 1960 an, kehidupan sosial masyarakatnya masih di warnai dengan tindakan kekerasan, pemerasan dan perkelahian antar geng untuk saling berebut wilayah kekuasaan, marak dengan tempat hiburan malam dan tempat perjudian, lebih diperparah lagi dengan kebiasaan masyarakat saat itu yang kurang peduli terhadap keadaan yang terjadi disekitarnya baik secara individu maupun kelembagaan.

Achmad Dradjat remaja yang memiliki postur tubuh kecil namun memiliki nyali besar dan selalu tampil percaya diri untuk menjadi yang terbaik, khususnya pada kegiatan-kegiatan yang bersifat massal didaerahnya seperti pertandingan sepak bola, olahraga masyarakat yang cukup bergengsi dan ditonton oleh masyarakat ataupun pada kegiatan perayaan lainya. Hal tersebut menyebabkan Achmad Dradjat remaja sering menjadi bulan-bulanan tindak kekerasan pengeroyokan, pemerasan bahkan penghinaan yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa dari usianya. Demi kehormatan dan prinsip hidup yang Achmad Dradjat pegang, Achmad Dradjat muda terpaksa melakukan perlawanan dalam bentuk perkelahian demi perkelahian sehingga walau keadaan sering tidak seimbang sampai dia merasa bosan kalah dan terjadilah goncangan batin pada dirinya.

Sungguh Keagungan Tuhan Yang Maha Kuasa karena peristiwa-peristiwa memilukan yang sering Achmad Dradjat alami, selain telah menyelamatkan jiwanya namun yang utama yaitu telah menggerakan pikiran, rasa dan keyakinan bagi lahirnya sebuah ilmu cara membela diri yang praktis dan efektif melalui imajinasi, kreatifitas dan keberanian moral seorang Achmad Dradjat.

(18)

dilakukan oleh kedua pihak secara berulang-ulang yaitu memukul, menendang, menangkis, membanting dan mengunci, ada pihak yang menyerang dan adapula yang bertahan, walau kala itu masih dilakukan secara alamiah yaitu bebas dan tanpa teknik, gerakan-gerakan yang Achmad Dradjat yakini merupakan kodrat dan bawaan yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah yang diberikan oleh Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa untuk mempertahankan kehidupannya di muka bumi ini. Dari hasil renungan Achmad Dradjat muncul sebuah tekad kuat pada diri untuk menciptakan teknik gerakan memukul, menendang, membanting menangkis dan mengunci yang dapat dilakukan secara praktis dan efektif serta memiliki kekuatan, kecepatan, ketepatan. Gerakan-gerakan tersebut harus didukung oleh komponen latihan fisik lainnya yaitu daya tahan, kekuatan, kecepatan, ketepatan dan kelentukan. Achmad Dradjat menggelar laboratorium lapangan sebagai tempat uji praktek yaitu, perkelahian demi perkelahian masih terus Achmad Dradjat lakukan. Dari hasil penelitian dan uji coba, Achmad Dradjat membuat sitematika pelatihan yang terencana, bertahap, berjenjang dan berjalnjut yang harus dilakukan secara disiplin dan penuh tanggung jawab kemudian di kemas menjadi sebuah kurikulum latihan olahraga beladiri Tarung Derajat/BOXER. (Sejarah Singkat Tarung Derajat, Moto dan Filosofi. 2013:h3)

Tarung Derajat memiliki arti “bertarung/berjuang dengan gigih untuk meningkatkan derajat disemua lini kehidupan” bagi para penekunnya. Ilmu Beladiri Tarung Derajat tidak mengadopsi dan bukan gabungan dari ilmu beladiri lain namun lahir dari pengalaman dan renungan hidup Achmad Dradjat dan tentunya sebagai sebuah ilmu yang lahir dan berkembang ditengah masyarakat, ada pembanding dengan ilmu-ilmu lainnya sesuai dengan perkembangan IPTEK keolahragaan agar ilmu beladiri Tarung Derajat terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman. (Sejarah Singkat Tarung Derajat, Moto dan Filosofi. 2013:h4)

(19)

Pada tanggal 18 Juli 1972 pada usia 22 Tahun, Achmad Dradjat mendeklarasikan berdirinya sebuah Lembaga Pendidikan dan Latihan Ilmu Beladiri yang diberi nama PERGURUAN BELADIRI BOXER dengan tujuan pendidikannya adalah :

 Menjaga kesehatan dan membentuk kebugaran jasmani.  Menguasai dan terampil beladiri

 Membentuk perilaku dan kepribadian yang baik, disiplin, santun, berani, percaya diri, setia, mandiri dan rasa persaudaraan yang tinggi.

Dan kata BOXER sendiri diabadikan menjadi nama ilmu beladiri yang diciptakannya yaitu “Beladiri BOXER”. Seiring dengan berkembangnya olahraga beladiri BOXER menjadi olahraga prestasi dan menjadi Anggota KONI PUSAT pada tahun 1997, maka cabang olahraga beladiri BOXER diganti menjadi KODRAT yaitu singkatan dari Keluarga Olahraga Tarung Derajat. Tarung Derajat memiliki arti “bertarung dan berjuang dengan gigih untuk meningkatkan derajat disemua lini kehidupan” bagi para penekunnya.

II.2.2 Pencipta / Pendiri Tarung Derajat

Ilmu Beladiri BOXER / Tarung Derajat diciptakan oleh Drs. Guru Haji Achmad Dradjat atau biasa dipanggil AA BOXER yang lahir di Garut tanggal 18 Juli, Tahun 1950. Beliau adalah putra pertama dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak H. Adang Latif (Alm) pensiunan Polisi Negara dengan Hj. Mintarsih (Alm).

(20)

Achmad Dradjat memiliki seorang Istri bernama HJ. Aprilyanti yang biasa disapa dengan panggilan Indung (berarti ibu dalam bahasa Sunda), memiliki dua orang Putra dan satu orang Putri masing-masing :

1. Badai Mega Negara, Ssi., MBA. Lulusan Institut Teknologi Bandung dengan Istrinya yang bernama Ane Amelia, SE, MM. Memiliki dua orang putra dan putri masing-masing bernama Hazar Sagara Dradjat dan Jingga Matahari Dradjat. 2. Rimba Dirgantara, SE, MM. Lulusan Universitas Padjajaran dengan Istrinya yang

bernama Risma Ramadani memiliki tiga orang Putra bernama Halilintar Belantara Dradjat, Langit Mega Dradjat, Jagat Cakrawala Dradjat.

3. Dara Mentari Dradjat, SH. Yang bersuamikan Rizky Dwinanto, SH, MH.

Sebagai pencipta ke-ilmuan dan Pemimpin Perguruan Pusat Olahraga Beladiri Tarung Derajat, Achmad Deradjat yang di sapa dengan panggilan Sang Guru dan putra pertamanya Badai Mega Negara sebagai calon pewaris Perguruan Pusat disapa dengan panggilan Sang Guru Muda. (Sejarah Singkat Tradisi, Motto dan Filosofi Tarung Derajat, 2013:h2)

II.2.3 Asal Nama “AA BOXER”

AA” adalah kata panggilan dari kawan-kawannya karena dianggap senior atau dituakan (berpengaruh) sama seperti kata Abang.

Kata boxer merupakan sebuah kata dalam Bahasa Inggris yang berarti petinju. (Andreas Halim : 2012)

Nama “BOXER” di Tarung Derajat adalah sebuah julukan atau pegakuan spontanitas dari salah satu masyarakat Kota Bandung kepada Achmad Dradjat yang di sampaikan salah seorang tokoh perjuangan dari Jawa Barat yaitu Bapak Kolonel Otje Junjunan (Alm) yang menjadi Walikota Bandung pada tahun 1970 kepada Achmad Dradjat karena reputasinya dalam urusan perkelahian dan cara membela diri.

(21)

II.2.4 Lambang Organisasi

Lambang Organisasi Beladiri Tarung Derajat, bernama PRIBADI MANDIRI. Yang disimbolkan dengan kepalan tangan berwarna kuning, kilat berwarana merah, dan lingkaran tebal tiga perempat dengan warna hitam ditambah lima kotak warna putih.

Gambar 2.2 – Pribadi Mandiri (Logo Tarung Derajat) Sumber : Dokumentasi Pribadi

Kekuatan, kecepatan dan ketepatan merupakan komponen latihan Fisik dan Teknik dan yang di latih adalah Otot. Keberanian dan keuletan merupakan sikap mental yang di latih adalah pola berpikir yaitu Otak. Kedua komponen Otot dan Otak di patri dalam Lambang Tarung Derajat yaitu 2 (dua) bentuk lingkaran dalam gambar kepalan tangan menghadap ke depan.

Tabel 2.1 – Makna dari logo Tarung Derajat

(22)

II.2.5 Tujuan dari Seni Beladiri Tarung Derajat

Tradisi, Moto dan Filosofi merupakan bagian terpenting dalam keilmuan olahraga beladiri Tarung Derajat untuk mewujudkan salah satu tujuan pendidikan dan latihan Tarung Derajat yaitu “Membentuk manusia yang memiliki perilaku dan kepribadian yang baik, disiplin, santun, berani dan percaya diri, setia, mandiri dan rasa persaudaraan yang tinggi”.

II.2.6 Tradisi dalam Olahraga Tarung Derajat Pengunaan Pakaian Latihan

a. Keseragaman dan kerapihan. b. Memelihara kekompakan

c. Identitas dan tanda Jatidiri sebagai anggota Tarung Derajat d. Membangun semangat dan disiplin latihan

e. Menyesuaikan dengan gerakan.

Gambar 2.3 – Pembagian sertifikat lulus ujian naik tingkat. Sumber : Dokumentasi Pribadi

Penggunaan Sabuk Latihan

(23)

c. Untuk membangun kebanggan dan rasa tanggung jawab.

d. Menciptakan hubungan senioritas diantara sesama anggota Tarung Derajat demi tegaknya disiplin dan kelancaran penyelenggaraan latihan. Sabuk latihan wajib dikenakan pada saat pelaksanaan latihan.

Penggunaan Lambang

Lambang KODRAT yang harus dikenakan pada setiap pakaian latihan, pakaian resmi organisasi atau pada merchindise KODRAT lainnya sesuai tata tertib Perguruan Pusat, memiliki tujuan untuk :

a. Sebagai Identitas dan tanda keanggotaan.

b. Agar setiap anggota KODRAT dapat lebih memahami dan menghayati tentang makna yang terkandung di dalamnya yaitu semangat untuk membangun kualitas diri.

Gambar 2.4 – Pakaian latihan Tarung Derajat Sumber: Dokumentasi Pribadi

(24)

Tata Cara Sikap dan Penghormatan

Seluruh anggota Tarung Derajat di wajibkan untuk dapat melakukan tata cara sikap dan penghormatan dengan baik dan benar pada saat melaksanakan latihan sebagai bagian dari Dasar ke Ilmuan Tarung Derajat bertujuan untuk :

a. Menegakan disiplin anggota Tarung Derajat.

b. Menciptakan iklum untuk saling menghormati dan menghargai di antara sesama anggota.

c. Sebagai bagian dari tata tertib latihan olahraga Tarung Derajat.  Acara Buka / Tutup

Pada setiap sebelum dan sesudah latihan dilaksanakan acara buka / tutup latihan, dengan tujuan untuk :

a. Membangun semangat dan disiplin latihan.

b. Menumbuhkan rasa kebanggan terhadap Perguruan Olahraga Tarung Derajat. c. Menumbuhkan rasa kebersamaan.

d. Mengetahui tujuan dan sasaran latihan.

Memaknai kata BELADIRI dalam Tarung Derajat

Di dalam pokok - pokok ajaran beladiri Tarung Derajat, beladiri berarti memahami diri untuk keselamatan diri dan yang harus di pelihara oleh seluruh anggota Keluarga Olahraga Tarung Derajat, adalah :

a. Kesehatan dan kebugaran jasmani b. Keterampilan teknik beladiri c. Sikap dan perilaku yang baik

Semuanya dapat terpelihara apabila olahraga Tarung Derajat ini dilakukan secara disiplin dan penuh rasa tanggung jawab.

Berlatih Beladiri Tarung Derajat adalah untuk “Menaklukan Diri Sendiri Bukan Untuk Ditaklukan Orang Lain”.

Didalam ajaran Ilmu Beladiri Tarung Derajat yang menjadi musuh diri sendiri adalah: a. Hawa Nafsu.

(25)

d. Serakah / tamak. e. Rasa iri.

Artinya kelima perasaan negatif ini harus dihilangkan atau dikendalikan.  Otot, Otak dan Nurani

Otot merupakan bagian penting dalam tubuh yang berfungsi untuk menggerakan badan di dalam menjalani kegiatan sehari-hari untuk itu otot harus dipelihara dan dijaga dengan secara rutin dilatih dengan ditambah pasokan nutrisi dan gizi yang baik agar otot memiliki daya tahan dan daya lentur.

Otak merupakan alat untuk berfikir, keberadaannya senantiasa harus terus di jaga dan di asah denga terus belajar, banyak membaca, menulis, berfikir positif, biasakan melihat, mendengar dan mencermati dengan baik agar terbiasa dalam setiap pengambilan langkah, sikap dan keputusan selalu di kaji dan di analisa terlebih dahulu. Nurani sebagai alat untuk merasakan senantiasa harus terus di asah dengan biasa memaknai setiap kejadian dalam kehidupan, dalam pergaulan komunitas sosial yang dimulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, untuk belajar bahwa ada saatnya kita harus bisa merasakan persaan orang lain dan tidak harus selalu memaksakan kehendak pada orang lain. Penampilan jasmani yang bugar, cerdas dalam berpikir serta bijaksana dalam bertindak merupakan salah satu tujuan pendidikan dan latihan olahraga beladiri Tarung Derajat.

5 Unsur Daya Gerak

Di dalam ke Ilmuan Olahraga Beladiri Tarung Derajat ada 5 unsur pokok yang harus dilatih, dipelihara dan dikembangkan yaitu :

(26)

II.2.7 Tingkatan dalam Tarung Derajat

Dalam seni beladiri Tarung Derajat terdapat pula tingkatan seperti beladiri yang lainnya. Tingkatan dalam Tarung Derajat disebut dengan “KURATA” yang merupakan sebuah singkatan/akronim dari kuat, berani, tangkas.

Gambar 2.5 – Sabuk Tarung Derajat. Sumber : Dokumentasi Pribadi

KURATA 1: Sabuk putih

Pada awal latihan diperkenalkan aturan, budaya dan etika latihan Tarung Derajat. Anggota baru diperkenalkan atau diberikan penjelasan model-model latihan dan tingkatan latihan yang ada di Tarung Derajat. Materi yang diberikan pada saat KURATA 1 ini adalah:

1. Sikap dasar

2. Gerakan dasar tangan (siaga ditempat) 3. Gerakan dasar tangan (siaga silang)

4. Gerakan dasar kaki/tendangan, jurus wajib Gerak Langkah Dasar 5. Cara penghormatian, bubar, dan lainnya.

KURATA 2: Sabuk hijau, garis 1 (strip 1)

(27)

1. Gerakan tangan. 2. Gerakan kaki.

3. Teknik bertahan menyerang. 4. Jurus wajib Drajat Satu. 5. Kekuatan/daya tahan.

KURATA 3: Sabuk hujau, garis 2 (strip 2)

Pada tingkat ini anggota diharapkan sudah memiliki kondisi fisik yang cukup baik sehingga mampu menerima materi latihan yang telah diprogram dan dirancang oleh pelatih sesuai dengan metode kepelatihan beladiri Tarung Derajat. Pada tingkatan ini anggota diajarkan dasar-dasar tendangan dan melepas dan mengunci. Jenis tendangan yang harus dikuasai yaitu tendangan lingkar dalam, tendangan samping, tendangan belakang dan melingkar belakang. Fisik anggota pada tingkatan ini masuk tahap pembentukan, dibentuk melalui program latihan peningkatan bertahap seperti: 1. Pengulangan gerakan KURATA 1 dan KURATA 2.

2. Gerakan kaki dan tangan. 3. Jurus wajib jurus dasar.

4. Teknik bertahan menyerang dari kaki. 5. Teknik bertarung.

6. Keterampilan/ketahanan fisik.

KURATA 4: Sabuk biru, garis 1 (strip 1)

Pada tingkatan ini anggota sudah diajarkan untuk merangkai teknik dasar pukulan dan tendangan untuk menjadi dasar dari tehnik bertarung. Selain itu anggota diajarkan bantingan dan kuncian. Pelatih akan mengajarkan materi sesuai dengan program yang telah ditentukan dalam aturan pokok Tarung Derajat. Materi yang diberikan antara lain:

1. Jurus wajib drajat dua. 2. Teknik daya gempur.

3. Teknik bertahan menyerang lanjutan/serangan dari 3 orang (tiga arah). 4. Teknik menghadapi senjata gengam.

(28)

KURATA 5: Sabuk biru, garis 2 (strip 2)

Pada tingkatan ini anggota sudah bisa menguasai tarung bebas, materi tambahan berupa kuncian bantingan dan bertahan menyerang dari beberapa arah/serangan. serangan lebih dari satu orang. Materi yang diberikan antara lain:

1. Jurus wajib drajat tiga.

2. Rangkaian gerak bertahan menyerang lanjutan/ serangan dari 3 orang lebih. 3. Filosofi dan rahasia Tarung Derajat.

4. Pendalaman teknik-teknik gerakan. 5. Kepraktisan bertahan menyerang.

KURATA 6: Sabuk merah, garis 1 (strip 1)

Pada tingkatan ini anggota diajarkan beladiri praktis dan tehnik bertahan menyerang dari berbagai arah serta melawan serangan senjata tajam. Intinya pada tahap ini lebih pada penguasaan aplikasi beladiri sesungguhnya dilapangan. Setelah mencapai KURATA 6 anggota sudah bisa menjadi asisten pelatih. Materi yang diberikan antara lain:

1. Jurus wajib Ghada satu. 2. Rangkaian daya gerak tempur 3. Keterampilan diri.

KURATA 7: Sabuk merah, garis 2 (strip 2)

Pada tingkatan ini anggota sudah bisa menjadi pelatih dan mengikuti latihan bersama dengan para pelatih lainnya.

1. Jurus wajib jurus GHADA dua.

2. Rangkaian gerak daya gempur lanjutan. 3. Keterampilan teknik perorangan.

ZAT (Sabuk hitam, strip tidak terbatas)

(29)

II.2.8 Satuan Latihan (SATLAT) Tarung Derajat di Kota Bandung

Kota Bandung adalah tempat lahirnya seni beladiri Tarung Derajat, tidaklah dapat dipungkiri lagi bahwa Kota Bandung merupakan gudangnya Satuan Latihan (SATLAT). Terdaftar 46 Satuan Latihan tersebar hampir diseluruh Kota Bandung dan membaginya menjadi beberapa wilayah yaitu Ujung Berung, Gede Bage, Karees, Cibeunying Kaler, Tega Lega, Bojonegara.

Satuan latihan yang berada di wilayah Ujung Berung antara lain:  SATLAT Ujung Berung

Satuan latihan yang berada di wilayah Gede Bage antara lain:  SATLAT Buah Batu

 SATLAT SMPN 48

Satlat yang berada di wilayah Karees antara lain:  SATLAT Golden Eagle

Satlat yang berada di wilayah Cibeunying Kaler antara lain:  SATLAT PDAM Kota Bandung

(30)

 SATLAT Sadang Serang  SATLAT UNIKOM  SATLAT Widyatama

Satlat yang berada di wilayah Tega lega antara lain:  SATLAT SMPN 38

Satlat yang beraada di wilayah Bojonegara antara lain:  SATLAT UNUR

(31)

Anggota Tarung Derajat berasal dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga pegawai pemerintah seperti Polri ataupun swasta baik itu pria maupun wanita. Bukanlah perjalanan yang mudah bagi sebuah organisasi seni beladiri seperti Tarung Derajat untuk berkembang menjadi besar seperti sekarang. Proses demi proses yang dilalui dalam terbentuknya seni beladiri Tarung Derajat sangatlah penting untuk diketahui masyarakat.

Sebagai kebudayaan asli dari Indonesia, menjadikan seni beladiri Tarung Derajat perlu terus dilestarikan dan terus di informasikan, tetapi penyampaian informasi tentang Tarung Derajat belum tersampaikan dengan baik kepada anggota tingkat dasar serta masyarakat pada umumnya.

II.4 Solusi Masalah

(32)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Target Audiens

Sasaran dari media informasi ini ditujukan kepada masyarakat yang bertujuan untuk memperkenalkan dan memunculkan kembali kecintaan, loyalitas serta kebanggaan masyarakat terhadap kesenian beladiri Tarung Derajat sebagai kesenian yang mempunyai nilai seni yang tinggi, target dari media informasi ini dengan di lihat dari beberapa segi.

III.1.1 Target Primer a. Demografis

 Masyarakat berusia sekitar 14-17 tahun  Jenis kelamin laki-laki dan perempuan  Berpendidikan SMP dan SMA atau setaranya

b. Geografis

Masyarakat urban, masyarakat di daerah perkotaan di Indonesia karena masyarakat perkotaan mudah terpengaruh oleh perkembangan jaman. Pembuatan media ini dianggap penting yang diharapkan dapat menjadi tameng bagi diri para remaja dalam menghalau derasnya arus budaya luar.

c. Psikografis

Remaja pada masa pubertas yang mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya, memperhatikan penampilan, sikapnya tidak menentu, suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib, gemar mencari hal-hal baru, mulai nampak bakat dan minatnya. Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya.

III.1.2 Target Sekunder a. Demografis

(33)

 Jenis kelamin laki-laki dan perempuan

 Berpendidikan SMP, SMA dan Perguruan tinggi.

b. Geografis

Masyarakat urban, masyarakat di daerah perkotaan di Indonesia karena masyarakat perkotaan mudah terpengaruh oleh perkembangan jaman. Pembuatan media ini dianggap penting yang diharapkan dapat menjadi media informasi pengetahuan tentang sebuah kebudayaan Indonesia.

c. Psikografis

Secara umum sangat peduli orang-orang sekitar, sangat peduli terhadap pendapat orang akan dirinya, merasa tidak nyaman jika diasingkan dari lingkungannya, sangat peduli terhadap norma-norma dan tradisi, mempunyai ritual dalam keseharian, mendambakan keharmonisan dan hubungan yang penuh sopan santun, serta mengharapkan orang melakukan hal sama seperti yang ia lakukan.

III.2 Pendekatan Komunikasi

Berdasarkan pada target audien dan target pasar yang dituju maka pendekatan komunikasi dalam perancangan media informasi tentang Tarung Derajat adalah dengan membuat sebuah media informasi yang memberikan pesan secara efektif yang bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat dapat dimengerti dan diterima dengan baik, yakni tentang informasi dasar mengenai Tarung Derajat.

III.2.1 Pendekatan Verbal

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang baku, sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat luas, yakni tidak menggunakan bahasa ilmiah dan bahasa asing. Hal tersebut bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan dari media informasi ini tidak mengalami hambatan-hambatan yang dialami oleh target audien.

III.2.2 Pendekatan Visual

(34)

audien. Dan pada informasi ini adalah menggunakan gaya ilustrasi berbasis vector yang untuk memperlihatkan pengenalan-pengenalan dasar pada seni beladiri Tarung Derajat sebagai media pengenalan awal.

III.2.3 Materi Pesan

Dalam penyampaiannya, perancangan ini memerlukan materi yang akan disampaikan sebagai pesan dalam kegiatan informasi. Adapun materi yang akan di sampaikan adalah:

 Menginformasikan kembali seni beladiri Tarung Derajat kepada masyarakat khususnya para remaja sebagai generasi penerus bangsa.

 Informasi yang memberikan pengetahuan tentang sebuah kebudayaan lokal.  Informasi tentang seni beladiri Taruang Derajat sebagai salah satu kearifan

budaya lokal.

III.2.4 Strategi Kreatif

Media informasi ini menggunakan strategi kreatif yang bersifat menyesuaikan dengan target audien berumur sekitar 14-17 tahun yang gemar mencari hal-hal baru dan berbeda, mempunyai ketertarikan lebih terhadap sesuatu yang mencolok. Maka dibuatlah sebuah penyampaian informasi yang dikemas dan disampaikan dengan memadukan unsur grafis berupa ilustrasi didalamnya sehingga menjadi pembeda dari media informasi serupa tentang beladiri lainnya.

Elemen grafis disini dimaksudkan agar para pembaca atau penerima informasi merasa tertarik dan tidak mudah bosan untuk membaca dan melihat ilustrasi-ilustrasi menarik yang dikemas didalamnya mempertimbangkan target audien dan target pasar yang dituju serta mempertimbangkan prinsip desain yaitu keseimbangan, kombinasi dan kesatuan.

III.2.5 Strategi Media

(35)

III.2.6 Media Utama

Buku merupakan media yang menceritakan sesuatu dengan beberapa paparan tentang objek yaitu Tarung Derajat yang dipadukan beberapa unsur ilustrasi berbasis vektor pada setiap bagiannya. Ikatan antara elemen-elemen didalamnya haruslah sangat kuat, sehingga pesan atau tujuan komunikasi dari perancanga dapat tersampaikan dengan mudah. Ukuran yang digunakan adalah 19cm x 23cm.

III.2.6.1 Tinjauan Umum Media Buku

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang informatika, kini dikenal pula istilah e-book (buku elektronik), yang mengandalkan komputer dan internet (jika aksesnya online). Buku memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyampaian informasi secara audio visual, dimana buku dapat dimiliki secara nyata, dapat dibaca dimana saja dan kapan saja. (Arista, 2009; h26)

Menurut Guntur (Seperti dikutip Junaedi Mutakin, 2013) “Buku adalah salah satu media informasi yang memiliki peran yang sangat penting. Meski sekarang jaman sudah berkembang kian pesatnya dimana teknologi sekarang sudah mendominasi, akan tetapi buku sebagai sumber pengetahuan belum bisa tergantikan. Selain media yang mudah untuk dijangkau dan memiliki sifat mobilitas yang tinggi, buku dapat dibaca dimana saja dan kapan saja.

(36)

 Buku selalu up to date, buku selalu menyimpan informasi akurat, meskipun sudah berumur ratusan tahun. Bahkan semakin tua tulisan sebuah buku, buku adalah benda yang semakin dicari untuk mengetahui data peradaban yang ada ketika itu.

 Buku selalu kaya imajinasi, buku membuat pembaca menjadi orang yang kaya dengan imajinasi dan otomatis akan merangsang kita untuk mengembangkan ide-ide kreatif.

 Buku memiliki bahasan yang lengkap di dalam buku, kita bisa mendapatkan informasi yang menyeluruh tentang sebuah topik. Jika menonton televisi atau browsing di internet, topik yang ditampilkan seringkali masih ada di kupasan luar, tidak mendalam, dan diambil hanya dari satu sudut pandang saja. Dari sini maka buku dikatakan sebagai jendela dunia.

 Buku mudah dibawa,buku dapat dibawa kemana saja, dibaca dimana saja, dan dapat dibaca berulang-ulang.

 Membaca buku lebih santai. Duduk di depan monitor untuk membaca sesuatu di website dalam waktu yang lama seringkali membuat orang merasa tersiksa. Jika melihat televisi, kita harus tetap berada di depan televisi dan tidak bisa ditinggal.

Dapat diambil kesimpulannya adalah meskipun internet dan televisi memiliki keuntungan dan kelebihan yang banyak, internet dan televisi tetap tidak akan dapat menggantikan buku. (Wibowo: 2014)

III.2.6.2 Tinjauan Umum Struktur Buku

Seperti juga media lain, buku juga mempunyai bagian-bagiannya (komponen buku). Pada umumnya, bagian buku terbagi menjadi 2, yaitu sampul buku (cover) dan tubuh buku (isi buku).

(37)

III.2.6.3 Sampul

Sampul adalah tempat dimana judul itu berada, sampul buku dapat dinilai dari berbagai sudut pandang yang beranekaragam seperti permainan warna-warna yang sesuai dengan konsep buku, pemilihan gambar yang serupa dengan konsep, sampai pemakaian huruf atau tipografi yang harmonis akan membuat tampilan cover buku menjadi lebih menarik (Alex, 20 Mei 2014). Dari tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sampul buku yang baik haruslah mengunakan pemilihan gambar, warna-warna, huruf yang sesuai dengan tema atau konsep yang di angkat.

a. Sampul terdiri atas dua jenis, yaitu soft cover dan hard cover.

Soft cover pada umumnya paling sering digunakan oleh penerbit-penerbit buku. Softcover juga biasa disebut sampul lunak atau juga paperback. Bahan cover ini biasanya menggunakan kertas art paper 120 gram atau art cartoon 230 gram.

 Sedangkan jenis kedua adalah hard cover. Ukuran kertas jauh lebih tebal dan kuat. Hard cover biasanya digunakan untuk menyampuli buku-buku seperti ensiklopedi atau buku-buku yang diasumsikan akan abadi, buku yang tidak akan basi walau zaman terus berubah.

Resikonya, harga buku yang menggunakan hardcover akan jauh lebih mahal bagi pembaca atau pembeli daripada buku bersampul soft.

b. Bagian-bagian dari sampul buku

Bagian-bagian itu antara lain sampul depan, sampul belakang, punggung sampul, telinga sampul depan, dan telinga sampul belakang. Telinga sampul biasa juga disebut sebagai lidah sampul ataupun jaket sampul. Bagian-bagian tersebut tentu mempunyai fungsinya masing-masing. Sampul depan berfungsi sebagai informasi pertama yang akan diberikan kepada pembaca tentang isi buku. Pada sampul depan terdapat judul buku, nama penulis/penyusun, nama penerbit, dan biasanya terdapat juga endorsement, tagline, pointer, dll.

(38)

biasanya diisi dengan tambahan endorsement atau biografi singkat pengarang ataupun sinopsis buku.

III.2.6.4 Isi

Isi buku terdiri atas lembaran-lembaran kertas yang disusun dengan rapi sesuai urutan halamannya. Ukuran isi buku harus disesuaikan dengan cover buku. Karena Indonesia tidak punya standar ukuran baku untuk buku, maka ada berjenis-jenis ukuran buku. Untuk ukuran buku yang biasa disebut buku saku (seperti novel dan bacaan ringan lain) berukuran 15,5 x 23,5 cm atau 13 x 20 cm. Untuk ukuran buku sekolah biasanya lebih lebar, 17,5 x 25 cm, 19 x 26 cm, 21 x 27,5 cm, dll. Ada juga yang biasanya lebih besar, yaitu ensiklopedi anak atau pelajar.

Isi buku mempunyai bagian pokok, yaitu kulit ari (kulit perancis atau front pages atau preliminary pages), isi, dan halaman akhir (end pages). Kulit ari berisi identitas buku dan penjelasan pengantar serta pemetaan/daftar mengenai isi buku. Kulit ari biasanya berisi halaman copyright, indentitas buku (yang meliputi judul buku, nama penulis, nama editor, layouter, desain sampul, nama penerbit, kota terbit, tahun terbit, dll). Kata pengantar atau kata penahuluan dan yang terakhir adalah daftar isi. Isi merupakan bagian-bagian pemaparan penilis secara utuh yang merupakan jantung buku tersebut. Sedangkan halaman terahir biasanya berisi daftar pustaka, profil penulis, lampiran, indeks, dll. Lembaran-lembaran isi selanjutnya akan disatukan dan dijilid dengan sampul buku. Ada tiga macam jilid, yaitu jilid benang, jilid kawat, dan jilid lem panas (atau disebut binding). Penentuan jenis jilid biasanya dpengaruhi oleh ketebalan buku. Untuk buku-buku bacaan, sebagian besar memakai jilid lem panas (binding). (Catur: 2009)

III.2.7 Media Pendukung 1. X-Banner

(39)

2. Poster

Poster adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf diatas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat. 3. Pembatas Buku

Karena media utama berbentuk sebuah buku, maka dengan adanya media pendukung berupa pembatas buku diharapkan menjadi sebuah media yang menyampaikan informasi kepada target audien sebagai pembacanya.

4. Flyer

Flyer merupakan sebuah media yang membantu penyebaran informasi mengenai

buku tentang Tarung Derajat ini. Media ini ditempatkan disekitar toko buku sehingga menjadi sebuah penanda bahwa buku tentang Tarung Derajat berada di toko tersebut..

5. Sticker

Sticker diharapkan dapat membantu penyebaran identitas dari Kesenian Beladiri

Tarung Derajat. Baik nya ditempelkan di kendaraan pribadi para anggota Tarung Derajat

6. Kemasan

Kemasan disini berfungsi sebagai sarana estetika untuk menginformasikan isinya kepada semua orang dan bersifat melindungi, membungkus, menyimpan media utama yaitu buku Kesenian Beladiri Tarung Derajat.

III.3 Strategi Distribusi

(40)

sedang mengunjungi toko buku. Sedangkan untuk harga dibedakan menjadi 2 yaitu harga internal organisasi dan harga umum. Harga internal sekitar Rp.50.000 sedangkan harga umum Rp 75.000.

Tabel 3.1 – Tabel Distribusi

III.4 Konsep Visual

Konsep visual yang digunakan dalam perancangan media informasi ini adalah dengan menggunakan gaya ilustrasi kartun yang informatif, warna yang digunakan pada perancangan media ini menggunakan warna-warna yang berkaitan dengan seni beladiri Tarung Derajat seperti mengambil warna dari logo ataupun unsur yang berkaitan dengan Tarung Derajat agar mengesankan bahwa visualisasi berkaitan kuat dengan identitas Tarung Derajat dan pesan yang disampaikan kepada masyarakat dapat dengan mudah diterima.

III.4.1 Format Desain

Format desain pada media utama yang digunakan adalah berupa sebuah buku yang dikemas rapih beserta media pendukung yang disatukan dan dikemas dalam sebuah tempat berbentuk kotak kemasan.

III.4.1.1 Prinsip-Prinsip Dalam Penyusunan Desain

Beberapa prinsip dalam penyusunan desain buku media informasi Tarung Derajat antara lain:

1. Keseimbangan

(41)

karya ini sebagai acuan penataan objek gambar dan teks cerita untuk menciptakan suatu keseimbangan yang tepat.

Gambar 3.1 - Contoh layout yang memakai prinsip keseimbangan.

2. Kombinasi

Unsur rupa pada dasarnya sama atau serupa, tetapi beraneka bentuk, warna, dan ukurannya. Penerapan dalam karya ini antara lain peragaman nada warna dengan variasi nada warna analogus dan subjek tokoh pada setiap halaman yang menghasilkan kesatuan yang menarik dan selaras.

Gambar 3.2 - Contoh layout yang memakai prinsip kombinasi

3. Kesatuan

(42)

gunakan sebagai pengabungan elemen–elemen yang ada saling mendukung antra gambar dan teks sehingga diperoleh titik fokus yang dituju.

Gambar 3.3 - Contoh layout yang memakai prinsip kesatuan

III.4.1.2 Tata Letak (Layout)

Pada perancangan media informasi berupa buku ini terdapat tata letak visual agar memudahkan masyarakat dalam segi alur membaca ataupun menambah keindahan dalam sebuah karya desain. Dalam proses pembuatan layout desain pun menggunakan tiga unsur prinsip desain yakni keseimbangan, kombinasi dan kesatuan. Berikut adalah tata letak yang akan digunakan:

Sampul belakang Sampul depan

Gambar 3.4 - Tata letak sampul depan

(43)

Gambar 3.5 - Contoh tata letak dari isi buku

Gambar - 3.6 Arah baca

Secara garis besar buku ini memiliki arah baca dari kiri ke kanan dan dimulai dari teks dibagian atas lalu ke bawah setelah selesai pada bacaan ke bawah di bagian setengah di kiri, dilanjutkan kembali ke bagian atas pada setengah bagian buku sebelah kanan dan bacaan teks dimulai dari sebelah kiri ke kanan.

III.4.1.3 Huruf

(44)

 Memilih jenis huruf dan ukurannya

 Menentukan letter spacing, word spacing, dan leading  Lebar paragraf

Huruf yang digunakan dalam perancangan media informasi buku ini adalah dengan menggunakan huruf yang mempunyai karakter yang kuat dan sederhana. Karena sebagian konten dari buku merupakan sebuah tulisan mengharuskan huruf yang digunakan mempunyai tingkat keterbacaan yang baik.

Dari teknisnya huruf yang digunakan ada 4 buah yaitu:

a.

American Purpose

Font ini merupakan font yang digunakan pada judul buku, dipilih karena sesuai dengan karakter dari seni beladiri Tarung Derajat yakni kuat, terlihat kokoh dan tidak kaku.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

123456789

Gambar 3.7 - Penggunaan American Purpose & Big Noodle Titling font pada sampul

b.

BIG NOODLE TITLiNG

Font Big Noodle Titli dipilih dikarenakan mempunyai karakter yang kuat, tegas dan sederhana, huruf ini akan diaplikasikan pada bagian judul dari buku media informasi tentang seni beladiri Tarung Derajat.

(45)

c.

Font ini akan diaplikasikan sebagai teks bacaan, dipilih karena memiliki keterbacaan yang cukup baik dan tidak kaku.

Gambar 3.8 - Penggunaan font Neris sebagai teks bacaan pada isi

d.

Haettenschweiler

Sedangkan dalam beberapa media pendukungnya akan ditambahkan font Haettenschweiler yang memiliki karakter tebal dipadukan dengan kontras dari area dibelakangnya sehingga dapat mencuri perhatian target audiens.

(46)

Gambar 3.6 - Penggunaan font Haettenchweiler pada flyer

III.4.1.4 Ilustrasi

Ilustrasi merupakan salah satu unsur penting dalam penyampaian pesan dari buku media informasi tentang seni beladiri Tarung Derajat ini. Dengan ilustrasi pesan yang disampaikan diharapkan lebih menarik dan mudah dimengerti oleh target audien. Sebagai gambaran berikut adalah elemen ilustrasi vektor kartun yang akan digunakan didalam perancangan buku media informasi tentang kesenian Tarung Derajat ini.

Gambar 3.9 - Ilustrasi gerakan menendang Sumber: Dokumentasi Pribadi

(47)

Gambar 3.10 - Ilustrasi vektor kartun

Sumber : www.ilustrasi.net/what-we-are-doing (diakses pada tanggal 3 Agustus 2014)

III.4.1.5 Warna

Warna yang digunakan pada media informasi buku seni beladiri Tarung Derajat ini menggunakan warna-warna yang berkaitan atau berdekatan dengan seni beladiri Tarung Derajat yang berdasar kepada logo. Penerapan warna yang berdasarkan pada logo diharapkan dapat memunculkan penyampaian pesan identitas dari Tarung Derajat kepada target audien.

(48)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Teknis Produksi

Teknis pembuatan media pada informasi ini, menggunakan teknik digital menggunakan software komputer yaitu Adobe Illustrator CS 6. Adobe Illustrator digunakan sebagai salah satu software yang sangat menunjang dalam proses produksi ini.

IV.2 Media Utama Buku

Buku sebagai media utama yang berisi informasi terkait Kesenian Beladiri Tarung Derajat. Untuk sampul depan menggunakan sampul berjenis hard cover dengan laminasi dof panas sedangkan isi didalamnya menggunakan art paper 230 gram.

Gambar 4.1 – Media Utama sampul buku dan isi

Teknis produksi : Cetak offset. Format : Landscape.

Ukuran : Tinggi 19 cm x lebar 23 cm. Material : Art paper.

IV.3 Media Pendukung

(49)

informasi ini kepada target audien ataupun target pasar. Adapun media penunjang ini yang meliputi :

IV.3.1 Poster

Poster adalah media selebaran yang berukuran A3 atau lebih yang memuat banyak informasi sehingga para target audien bisa lebih mudah mencerna sebuah informasi.

Gambar 4.2 – Media Pendukung Poster

Teknis produksi : Cetak offset. Format : Potrait.

Ukuran : Panjang 42 cm x lebar 29,7 cm. Material : Art paper 210 gram.

IV.3.2 Flyer

(50)

Gambar 4.3 Media pendukung flyer

Teknis produksi : Cetak offset. Format : Potrait.

Ukuran : Panjang 21 cm x lebar 14,8 cm. Material : Art Paper 120 gram.

IV.3.3 Sticker

Stiker merupakan media yang sering kita jumpai dimana saja, sifatnya yang fleksibel menjadikannya salah satu media informasi yang cukup membantu suatu penyampaian informasi.

(51)

Teknis produksi : Cetak offset. Format : Custom.

Ukuran : Panjang 10 cm x lebar 8 cm. Material : Sticker Duratac.

IV.3.4 Pembatas Buku

Pembatas buku merupakan media yang sangat dekat sekali dengan media utama yaitu buku. Pada pengaplikasiannya, pembatas buku dapat menyimpan beberapa informasi walaupun tidak banyak.

Gambar 4.5 – Media pendukung pembatas buku

Teknis produksi : Cetak offset. Format : Portrait.

Ukuran : Tinggi 10 cm x lebar 6 cm. Material : Art paper 210 gram.

IV.3.5 X-Banner

(52)

Gambar 4.5 – Media pendukung x-banner

Teknis produksi : Digital Printing. Format : Portrait.

Ukuran : Tinggi 160 cm x lebar 60 cm. Material : Flexi frontlite.

IV.3.6 Kemasan

Kemasan disini berfungsi sebagai sarana estetika sekaligus bersifat melindungi, membungkus dan sebagai tempat untuk menyimpan media utama yaitu buku Kesenian Beladiri Tarung Derajat.

(53)

Teknis produksi : Sablon Format : Persegi

Ukuran : 30 cm x 30 cm

Gambar

Gambar 2.1 – Achmad Dradjat “AA BOXER”Sumber : Videografi Komunitas Unik Trans7
Tabel 2.1 – Makna dari logo Tarung Derajat
Gambar 2.3 – Pembagian sertifikat lulus ujian naik tingkat.
Gambar 2.4 – Pakaian latihan Tarung Derajat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan melalui Promosi Seni Bela Diri Tarung Derajat untuk Meningkatkan Kemampuan Bela Diri Remaja Bandung ini, remaja kota Bandung dapat mengerti berbagai manfaat yang

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya komponen-komponen kondisi fisik antara power lengan terhadap hasil kecepatan pukulan pada cabang olahraga beladiri

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata atlet tarung derajat jawa timur mempunyai kekuatan otot perut pada atlet putra tarung derajat jatim adalah

Data Tes Komponen Power Otot Ekstensor Lengan dan Bahu (Medicine Ball Push) Atlet Tarung Derajat Kota Banda Aceh.. Hasil penelitian menujukkan bahwa rata-rata berada pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan keterampilan teknik dasar atlet beladiri Tarung Derajat yang sama-sama memiliki penguasaan karakter-cerdas

3 Terdapat hubungan yang berarti antara kecepatan reaksi dan daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan tendangan lingkar dalam Atlet Tarung Derajat Satlat PLN Kota Pariaman dengan

Alur tahapan resiliensi SIMPULAN Studi kasus resiliensi ini pertama diteliti pada cabang olahraga tarung derajat berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan ada resiliensi pada