• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mempelajari Penggunaan Air Kelapa sebagai Media Utama dalam Produksi Bahan Aktif Bioinsektisida dari Bacillus thuringiensis subsp. Israelensis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mempelajari Penggunaan Air Kelapa sebagai Media Utama dalam Produksi Bahan Aktif Bioinsektisida dari Bacillus thuringiensis subsp. Israelensis"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

MEMPELAJARI PENGGUNAAN AIR KELAPA SEBAGAI

MEDIA UTAMA DALAM PRODUKSI BAHAN AKTIF

.

BIOJNSEKTISIDA DAM

Bacillus thuringiensis subsp. Israelensis

Oleh

TEGUH PRIATNO

1999

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

TEGUH PRIATNO. F 31.0924. Mempelajari Penggunaan Air Kelapa Sebagai Media Dalam Produksi Bahan Aktif Bioinsektisida Dan BaciNus thuringiensis subsp.

isruelensis. Di bawah bimbingan Khaswar Syamsu.

Penggunaan insektisida kimia dalam memberantas vektor pembawa penyakit, seperti nyamuk dan lalat hitam di negara tropis mempunyai efek yang tidak baik karena insektisida hmia bersifat tidak selektif dan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem. Sebagai alternatif lain adalah dip.akannya insektisida mikroba dari Bacillus thuringiensis yang bersifat selektif terhadap serangga tertentu.

Indonesia termasuk negara yang banyak menghasilkan kelapa sehingga dengan demikian juga menghasilkan limbah berupa air kelapa. Air kelapa mengandung gula, protein, mineral, vitamin, dan zat turnbuh yang memungkinkan sebagai media dalam fermentasi mikroba.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi optimal antara air kelapa yang berkadar gula tertentu sebagai media utama dengan kedua jenis sumber nitrogen yang digunakan yaitu pupuk urea dan ekstrak kharnir dalam medium fermentasi untuk produksi bahan aktif bioinsektisida dari B. thuringiensis subsp. isruelensis dan untuk mengetahui toksisitas produk yang dihasilkan terhadap larva nyamuk Culex sp.

Penelitian pendahuluan memberikan hasil bahwa air kelapa yang digunakan mempunyai kadar abu 0.466 persen, kadar protein 0.238 persen, dan kadar gula 1.77 persen. Untuk mencapai kadar pula optimum bagi pertumbuhan B.t.i. (sebesar 1.25 persen) maka air kelapa yang digunakan diencerkan hingga 70,5 persen. Air kelapa

100 persen digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui mana yang lebih baik. Laju pertumbuhan tercepat terjadi pada kisaran jam ke-6 hingga jam ke-9 dimana air kelapa 70.5 persen menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat daripada air kelapa 100 persen. Demikian pula sumber nitrogen urea memberikan laju perhmbuhan yang lebih cepat daripada sumber nitrogen ekstrak khamir.

P e n m a n nilai pH terjadi mulai dari jam ke-0 hingga jam ke-9, setelah itu nilai pH naik kernbali. Semakin banyak gula yang dikandung di dalam cairan kultur (media) semakin besar rentang penurunan nilai pH yang dihasilkan. Konsentrasi nitrogen juga mempengaruhi penurunan nilai pH cairan kultur.

Pembentukan spora dimulai pada kisaran jam ke-9 hingga jam ke-12 dan pembentukan spora secara cepat terjadi pada jam ke-12 hingga jam ke-30, kemudian mengalami perlambatan hingga jam ke-48.

(3)

Sumber karbon dan sumber nitrogen yang digunakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai total sel, jumlah spora hidup, dan berat kering yang dihasilkan, sedangkan konsentrasi sumber nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai total sel, jumlah spora hidup, dan berat kering yang dihasilkan.

Produk dengan sumber nitrogen ekstrak khamir mempunyai daya bunuh (toksisitas) yang lebih besar daripada sumber nitrogen urea. Nilai berat kering biomassa atau jumlah spora hidup yang dihasilkan tidak mempengaruhi tingkat mortalitas larva Culex sp. oleh produk yang dihasilkan.

(4)

MEMPELAJARI PENGGUNAAN AIR KELAPA SEBAGAI MEDIA

DALAM PRODUKSI BAHAN AKTIF BIOINSEKTISIDA DARI

Bacillus thuringiensis subsp. Israelensis

Oleh

TEGUH PRIATNO

F 31.0924

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Jumsan TEKNOLOGI MDUSTRI PERTANIAN,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

.- -, ,-

/.<.

\"* INSTITUT PERTANIAN BOGOR dj.

.<

O.-:

,:

.) ,..",a v . >;\..,-, \ -.

, ,+

,

..a

. -

'

? a \, *..,

, & ,

BOGOR

i/'2

-

;

.,:. ,j2T .. .,.::-: .

*

I

1,

--

.,$, ,: .

!;\ ; ,-,

,

..:.

. . . ' ..# i ?/:

..? ,"9 r.

'"'

?,

$1 l Z ,:.L,!a.,. i j . ' ; . 0,. :#

,-a- I.:&*#* / >

I , \ .>.-. '~,:**; <-#>.j

3 ., -. - -.. / ',' ' . , > , .

,,,

..

,

.

, , , i.

I

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

MEMPELAJARI PENGGUNAAN AIR KELAPA SEBAGAI MEDIA DALAM PRODUKSI BAHAN AKTIF BIOINSEKTISDA DARI

Raci1lu.s tl~uringiensis subsp. Isrue1en.si.s

SKRIPSI

Sebagai salah satll syarat ut~tuk niemperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada J U N S ~ ~ TEKNOLOGI INDUATRI PERTANIAN, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh

TEGUH PRIATNO F 31.0924

Dilahirkan pada tanggal 26 Desember 1976 di Jakarta

Tanggal Lulus : 14 Man,t 1949

%

+-T-=-M

-'
(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis memanjatkan puji dan syukur ice hadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahnlat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Pada keselnpatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak (aim) dan Ibu, serta kakak-kakakku tercinta yang telah dengan tulus

ikhlas memberikan kasih sayang, restu, dan dorongan spirituii seiaina ini

sehingga tanpanya penulis tidak berarti apa-apa.

2. Dr. IT. Khaswar Syamsu, MSc. sebagai dosen pembimbing yang teiah

memnberikan berbagai bimbingan, pengarahan, dan saran seiarna penelitiaii

sampai penyusunan skripsi.

3. Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc. dan Drs. Chiiwan Panciji, Apth. MSc. sehagai

dosen penguji.

4. Zulfikar Muin, 'Dik Nova Fiiria Andyani, Dian Kusuma Hendrawati dan

Martyasari Aziya, yang telah banyak memberikan saran, bantuan, dan

persahabatannya.

5 . Mbak Peppy, Mbak Emi, Pak Alfi, Pak Jacksen, Vivi, Kristian, Arnanto,

Rifa'i, Jamal , Rairi, Devi, Ranti, Yennita, dan teman-ieman di Laboratoriuin Rekayasa Bioproses yang telah banyak lnembantu selama penulis melakukan

(7)

6. Indriawan, Akri, Togar, Budi (TIN 16), Woro, Aboet, Ita yang teiah banyak membantu ljenuiis baik selbma peneiitian, penyusunan skripsi, hingga

persiapan ujian sidang.

7. Teman-teman TN-15 atas segala ha1 yang telah kita laiui bersama sela~na

kuiiah di Fateta-PB.

8. Tenian-temari satu kost Fitrian, Azis, Hendra, Akrie, Indri, Zakir, Priyo,

Yitno, Budi, Yogi, Rozal, Bang Dedi Naufal, Toha, dan Eka serta teman-

teinan kost di Wisma Sriwijaya lainnya yang telah meinberikan arti dan wanla

kehidupan seiama. penulis menjaiani masa pendidikan di P B .

9. Semua pihak yang telah membantu penulis selama ini nalnun tidak dapat

disebutkan satu-.persatu

Penulis mengharapkan kritik clan saran yang ine~nbangun dari senlua

pihak berkaitan dengan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini

dapat membcrikan miinfakt bagi semua pihak yang memc~iukannya.

(8)

DAFTAR IS1

Halaman

KATA PENGANT I

DAFTAR IS1 ....

.

. .. . . .. . ... . . ...

.

...

...

.. .

.

. . .

. . .

.

. . .

. . . .

. . . .

.

,

.

iii

DAFTAR TABE

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

....

... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKAN 1

B. TUJUAN PENELITIAN ... 3

C. RUANGLINGK 3

Di. TEYJAUAN PUSTA 4

A. AIR KELAPA ... . . . . . . . ... 4

B. PENGGUNAAN Bacillus thuring~ensis SEBAGAI BAHAN

AKTIF INSEKTISIDA MIKROBA 5

C. FEFSdENTASI B. :/zuringiensi 7

D. PENENTUAN AKTIVITAS TNSEKTISIDA MIKROBA ... 9

III.

BAEAN DAN METOD 10

A. BAHAN DAN ALAT 10

B. METODE PENELITIAN i 1

. .

1. Penelltlan Pendahuluan ... 11

2. Penelitian Utam 11

(9)

b . Persiapan Inokulum ... 12

c . Fermentasi 13 d . Penentuan Aktivitas Insektisida Mikroba ... 14

C . ANAiISA PARAMETEIi

...

15

D . PENGAMBLAN CONTOH (SAMPLING) ... 16

E

.

RANCANGAN PERCOBAAN

...

17

1 . Penentuan Jumlah Sel clan Spora Hidup ... 17

... 2 . Penentuan Aktivitas Insektisida Mkroba (Bioassay) 18

IV

.

HAS= DAN PEMBAHASAN ... 19

A . PENELITIAN PENDAHULUAN ... 19

. B . PERTUMBUKAN SEL Bacillus thuringiensis subsp israelensis

...

20

C . NILAIp 25 D . PEMBENTUKAN SPORA 27 ... E . BERAT KERING BIOMASSA (SEL-SPORA-KRISTAL) 33 F . BIAYA BAHAN BAKU (SUMl3ER NITROGEN) ... 33

G

.

PENGUJIAN AKTIVITAS PRODUK PRIMER TEKHADAP MORTALITAS LARVA 3 5 V

.

KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

A . KZSWIPULAN

...

38

B . SARAlU

...

40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1

.

Perubahan koinposisi air kelapa ... 5

Tabel 2 . Komposisi nutrisi air ketapa ... 6

Tabel 3

.

Kandungan mineral air kelapa ... 6

Tabel 4 . Susunan medium fermentasi ... 12

Tabel 5 . Kadar gula. nitrogen clan abu dari air kelapa yang digunakan ... 18

Tabel 6

.

Berat kering biomassa (sel-spora-kristal) untuk berbagai konsentrasi sumber karbon clan sumber nitrogen ... 34

Tabel 7 . Dafiar harga sumber karbon dan sumber nitrogen ... 34

Tabel 8 . Tingkat mortalitas larva Culex sp

.

untuk berbagai konsentrasi sumber karbon dan sumber nitrogen ... 36
(11)

DAFTAR G M A R

Eaiaman

Gambar 1. Diagram alir persiapan inoMum (Vandekar dan dulmage,

1982) ... 13 Gambar 2. Diagram aiir proses fermentasi (Vandekar dan Dulmage, 1982) ... 14

Gambar 3. Diagram alir penentuan jum1ah spora hiciup (Mummigatti dan

Raghunathan, 1990) ... 16 Gambar 4. G r a f i hubungan antara waktu dengan log total sel untuk sumber

karbon air kelapa 100 persen dan 70.5 persen dengan sumber

...

nitrogen ekstrak khamir (a) dan sumber nitrogen urea (b) 22 Gambar 5. Grafik hubungan antara waktu dengan iog total sei untuk sumber

karbon air kelapa 70.5 persen ... 23 Gainbar 6. Grafik hubungan antara waktu dengan nilai pH untuk sumber

karbon air keiapa 100 persen (a) dan air kelapa 70.5 persen (bj ... 28 Gambar 7. Grafik hubungan antar waktu dengan log VSC untuk sumber

karbon air kelapa dengan sumber nitrogen ekstrak khamir (a) dan urea (b). ... 3 1

(12)

DAPTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 . Data log total sel Bacillus thuringiensis subsp . isruelensis

...

selama fermentasi 45

Lampiran 2 . Data laju pertumbuhan Bacillus thuringiensis subsp

.

isruelensis selama fermentasi ... 46 Lampiran 3

.

Data nilai pH cairan kultur selama fementasi ... 47

Lampiran 4 . Data log jumlah spora hidup (VSC) selama fermentasi

...

48

Lampiran 5 . Data berat kering bioinassa (sel-spora-kristal)

selama fermentasi ... 49

...

Lampiran 6 . Uji statistik untuk log total sel 50

Lampiran 7 . Uji statistik untuk log VSC ... 52

Lampiran 8 . Uji statistik untuk berat kering biomassa

...

(sel-kristal-spora)

Lampiran 9

.

Analisa kadar protein metode Lowry (Lowry. 1951) ... 56

...

.

Lampiran 10 Analisa kadar abu 57

Lampiran 11 . Analisa kadar gula total (metode fenol) ... 58

...

(13)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Insektisida kimia masih banyak digunakan di negara-negara tropis

dalam usaha memberantas vektor pembawa penyakit, seperti nyamuk dan lalat

hitam. Namun ha1 tersebut kurang menguntungkan, karena penggunaan

insektisida kimia dengan dosis dan frekuensi yang tinggi meiljadikan serangga

vektor p e n y k t menjadi resisten terhadap insektisida kimia tersebut, dan

insektisida kimia bersifat tidak selektif sehingga menyebabkan terganggunya

keseimbangan ekosistem (Philip, et. al., 1993).

Penggunaan B. tlzuringiensis dalam memproduksi bioinsektisida telah

dilakukan terutama sebagai pengendali hama pertanian dan serangga vektor

beberapa penyakit pada hewan dan manusia (Hofte dan Whiteley, 1989). Adapun

insektisida bakten yang paling banyak digunakan umumnya berasal dari genus

Bacillus (Khachatourians,l989). Dengan ditenemukannya Bacillus tlzuringiensis

subsp. isruelensis (Rucillz~s tizuringiensis isruelensis) pada tahun 1976 membuka

babak bam dalam pengendalian serangga vektor penyakit (Goldberg dan

Margalit, 1977; Margalit dan Dean, 1985).

Di Indonesia telah beredar produk berbahan aktif B. tlzuringiensis

dengan merk dagang Turex WP, Florbac FG, Centuri G, Bactis S, Bactimos,

Beempe, Teknar, Vectobas-AS, Bactospeine, Delfin, Dipel dan Thuricide

(14)

karena bioinsektisida bermerk yang ada di Indonesia di impor dari luar negeri.

Hal ini kemungkinan dapat matasi jika bioinsektisida berbahan aktif B.

thuringiensis dapat diproduksi sendiri.

Indonesia adalah urutan ketiga negara penghasil kelapa terbesar di dunia

setelah Philipina dan India sebagai (Woodroof, 1979). Produksi kelapa di

Indonesia pada tahun 1988 mencapai 2,143,978 ton kopra. Jika menggunakan

angka konversi 5 buah kelapa perkilogram kopra dan 200 ml air kelapa per buah

kelapa, maka didapatkan jumlah air kelapa yang dihasilkan pada tahun 1988

mencapai dua miliar liter (Badan Pusat Statistik, 1991).

Air kelapa mengandung gula, vitamin, mineral, senyawa nitrogen dan

zat-zat tumbuh seperti asam nikotinat, auksin, giberelin, piridoksin dan thiamin

(Tuleckle, 1961). Komponen nutrisi yang lengkap dari air kelapa ini sangat

cocok untuk pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu dalam penelitian ini

digunakan air kelapa sebagai media utama dalam memproduksi bahan aktif

bioinsektisida dari B. tlzuringiensis.

Galur

H.

rizuringie~sis dan medium fementasi yang digunakan sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan produksi bioinsektisida (Dulmage dan

Rhodes, 1971). Demikian pula perlu diperhatikan faktor lingkungan yang

mempengaruh proses fermentasi.

Penelitian ini menggunakan air kelapa sebagai media utama dengan

penambahan urea atau ekstrak khamir sebagai sumber nitrogen. Hal tersebut

dikarenakan mengingat masih banyaknya air kelapa yang masih belum

(15)

media pengganti dalam produksi bioinsektisida dari B. thuringiensis secara

fermentasi terendam sehingga akan mengurangi biaya produksi. Dengan

demikian kemungkinan harga jual pun dapat ditekan menjadi lebih murah.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum penelitian ini adalah memanfaatkan air kelapa sebagai salah satu hasil sampingllimbah pertaniadindustri pertanian untuk menghasilkan

produk yang mempunyai nilai tambah. Tujuan khusus penelitian ini adalah

untuk mengetahui kombinasi optimal antara air kelapa yang berkadar gula

tertenty sebagai media utama, dengan kedua jenis sumber nitrogen yang

digunakan yaitu pupuk urea dan ekstrak khamir dalam medium fermentasi untuk

produksi bahan aktif bioinsektisida dari B. thuringiensis isruelensis dan untuk

mengetahui toksisitas produk yang dihasilkan terhadap larva nyamuk Culex sp.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penelitian adalah :

1. Mencari kombinasi optimal antara sumber karbon dan nitrogen untuk

fermentasi B. thuringiensis israelensis.

(16)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

_

Produksi kelapa di Indonesia pada tahun 1988 mencapai 2 143 987 ton

kopra. Dengan menggunakan angka konversi 5 buah kelapa perkilogram

kopra dan 200 ml air kelapa per buah kelapa, maka jumlah air kelapa yang

dihasilkan di Indonesia pada tahun 1988 mencapai dua milyar liter yang

terbuang percurna (Badan Pusat Statistik, 199 1).

Air kelapa adalah cairan jemih yang mengisi lebih kurang % bagian

rongga sebelah dalam daging kelapa. Air kelapa di dalam buah mencapai

jumlah maksimum pada waktu buah berumur 6 sampai 9 bulan (Freemond

dan Ziller, 1966). Air kelapa mengandung gula yang terdiri dari sukrosa,

glukosa, dan fiuktosa (Alaban, 1962). Kandungan gula air kelapa adalah

sekitar 5 persen dengan nilai kalori 17.4 kalori per 100 gram bahan

(Direktorat Gizi Depkes, 1988) Kandungan gula invert meningkat dan

mencapai maksimal ketika bemmur kira-kira 220 hari, setelah periode ini

sukrosa mulai terbentuk clan konsentrasi total gula menurun [Thampan,

1982). Dengan bertambahnya umur buah kelapa, wama sabut berubah

menjadi coklat dan jumlah aimya berkurang bersama-sama dengan turunnya

kadar gula menjadi sekitar 2 persen dan setengahnya adalah gula

(17)

Air kelapa memiliki pH yang beragam dari 4.8 sarnpai 5.3 (Thampan,

1982). Adanya asam-asam organik dan anorganik dalam air kelapa Tabel 1. Pembahan komposisi air kelapa3

menyebabkan pH air kelapa agak rendah. Asam-asam tersebut antara lain

asam amino, asam-asam organik non volatil, asam nukleat, asain shikinat dan Komponen Air Protein Lemak Karbohidrat Abu

asam kuinat (Tuleckle, 1961). Asam amino yang terdapat dalam air kelapa

antara lain adalah alanin, arginin, sistein, dan serin (Woodroof, 1979).

Nilai nutrisi yang dikandung air kelapa cukup lengkap, karena

mengandung pula vitamin, mineral serta zat-zat tumbuh seperti terlihat pada

*' Subrahmanyan dan Swaminathan (1959)

Kelapa Muda (YO)

95.01 0.13 0.12 4.11 0.63

Tabel 2. Zat-zat tumbuh tersebut antara lain asam nikotinat, auksin, giberelin,

piridoksin dan thiamin (Tuieckle, 1961). Air kelapa mengandung 0.7 sampai

3.7 persen vitamin C dan sedikit vitamin B kompleks (Child, 1962). Air Kelapa Tua (%)

91.23 0.29 0.i5 7.27 1.06

keiapa juga mengandung kalium, natrium, kalsium dan mineral-mineral

lainnya seperti terlihat pada Tabel 3

B. PENGUNAAN Bacillus thuringiettsis SEBAGAI BAHAN AKTIF INSEKTISIDA MlKROBA

Bacillus thuringiensis adalah bakteri yang paling banyak digunakan

[image:17.564.157.468.68.197.2]
(18)

hama (Quinlan dan Lisansky, 1985; Feitelson, el. al., 1992). Penggunaan

B. thuringiensis sebagai insektisida mikroba diharapkan semakin meningkat

dan berkembang dengan ditemukannya galur-galur B. thuringiensis yang

mempunyai aktivitas tinggi dan spektrum inang yang lebih luas (Rupar, et.

al., 1991; Jhonson, el. al., 1993).

Tabel 3. Kandungan Mineral Kalium Natrium Kalsium Magnesium Besi Teinbaga fosfor

Tabel 2. Komposisi nutrisi air kelapaS)

rineral air kelapa')

Kindungan (mg1100 ml) 312.00 Komponen Asam nikotinat Asam pantotenat Biotin fiboflavin Asam folat Thiamin Piridoksin Auksin Giberelin 1-3 difenil urea Sorbitol

Mvoinositol

Jumlah 0.6 mgll 0.52 mg/l 0.02 mdl 0.01 mg/l 0.003 mg/l

sedikit sedikit 0.07 mg/l sedikit 5.8 mg!l 15.0 mg/l 0.01mdl

Bacillus thuringiensis adalah bakteri berbentuk batang, bersifat gram

Belerang

positif dan berflagelum. Bakteri ini membentuk spora secara aerob dan 24.00

[image:18.559.152.421.224.474.2] [image:18.559.141.429.467.620.2]
(19)

7

insektisida, yang disebut juga dengan 6 endotoksin (Shieh, 1994). Disamping

endotoksin, B. thuringiensis juga menghasilkan eksotoksin, yaitu

a eksotoksin,

P

eksotoksin d m faktor kutu yang bersifat sangat toksik

terhadap kutu mamalia (Bovicola sp.) (Dulmage, 1981).

Proses reaksi kristai protein sebagai bahan aktif bioinsektisida dimulai

dengan termakannya kristal protein oleh serangga yang akan dipecah oleh

enzim protease pada kondisi basa dalam usus tengah serangga, dan akan

melepaskan protein toksik yana disebut 6 endotoksin. Toksin ini akan

berinteraksi dengan reseptor-reseptor pada sel-sel epitelium usus tengab larva

serangga yang rentan. Setelah toksin ini bereaksi maka akan menyebabkan

terbentuknya lubang-lubang pada membran sel, sehingga mengganggu

keseimbangan osmotik. Akibatnya sel usus serangga yang rentan menjadi

bengkak dan mengalami lisis. Karena tejadi pembengkakan maka larva

berhenti makan dan akhirnya mati (Hofte dan Whiteley, 1989; Gill, el. a/.,

1992).

Fennentasi untuk memproduksi bioinsektisida B. thuringiensis terdiri

dari dua tipe yaitu fermentasi semi padat (semi solid fermentation) dan

fermentasi terendam (submerged ferntentation). Fermentasi terendam yaitu

fermentas B. tlzuringiensis dimana biakan murni B. thuringiensis

ditumbuhkan dalam medium cair dengan dispersi yang merata. Fermentasi

skala kecil dalam labu kocok dilakukan dengan menggunakan labu ukuran

(20)

dengan menggunakan labu erlenmeyer ukuran 500 ml yang diisi 100 - 125 ml

medium (Vandekar dan Dulmage, 1982; Mummigatti dan Raghunathan,

1990).

Beberapa faktor sangat mempenganh fermentasi B. thuringiensis,

diantaranya adalah komposisi medium dan kondisi untuk pertumbuhan mikroba seperti pH, oksigen dan temperatur (Dulmage dan Rhodes, 1971).

Untuk pertumbuhannya mikroorganisme membutuhkan surnber air, sumber

karbon, nitrogen, unsur mineral dan faktor pertumbuhan dalam medium

pertumbuhannya (Vandekar dan Dulmage, 1982). Beberapa sumber karbon

dapat digunakan untuk fermentasi B. thuringiensis secara terendam antara

lain glukosa, simp jagung, tepung jagung, dekstrosa, sukrosa, laktosa, pati,

minyak kedelai dan moiases dari bit dan tebu. Sumber nitrogen yang dapat

digunakan adalah tepung kedelai, tepung biji kapas (proflo), corn steep,

gluten jagung, ekstrak kharnir, pepton, kedelai, tepung ikan, tripton dan

kasein (Dulmage dan Rhodes, 1971; Quinlan dan Lisansky, 1985).

Garam-garam anorganik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

miliroba nieliputi K, Mg, P, S, dan yang diperlukan daiam jumiah sedikit

yaitu Ca, Zn, Fe, Co, Cu, Mo dan Mn (Dulmage dan Rhodes, 1971). Dalam

medium fermentasi ditambahkan 0.3 g/l MgS04.7H20, 0.02 g/l ZnS04.7H20,

0.02 g/l FeS04.7H20 dan 1.0 gfl CaC03 (Vandekar dan Dulmage, 1982).

Fermentasi B. tlzuringiensis dalam labu kocok dilakukan pada suhu

28 - 32 OC, dengan pH awal medium diatur sekitar pH 6.8 - 7.2, agitasi

142 - 340 rpm dan dipanen pada waktu inkubasi 24

-

48 jam (Vandekar dan
(21)

D. PENENTUAN AKTJMTAS INSEKTISIDA MlKROBA

Insektisida mikroba ditentukan aktivitasnya dengan menghitung

jumlah spora hidup, dan melalui bioassai untuk menentukan kadar letal

(LCso) dan International Unit (IU) (Vandekar .. dan Dulmage, 1982) atau dosis

letal (LDso), Diet Dilution Unit (DDU50) dan IU (Dulmage dan Rhodes,

1971). LC50, LD50, dan DDUSO sebenarnya hanya menunjukkan potensi

relatif produk, karena dlpengamhi oleh spesies dan umur serangga. Oleh

karena it-, maka disepakati potensi produk insektisida mdcroba

(B. tlzuringiensis) dinyatakan dalam satuan internasional (SI).

LC50 standnr

(22)

A. BAHAN DAN ALAT

Isolat Bacillus tlzuringiensis yang digunakan adalah E. tlzuringiensis

israelensis yang diperoleh dari B. thuringiensis israelensis komersial

(Vectobac). Media fementasi yang digunakan adalah air kelapa yang

didapatkan dari pasar Gunung Batu di daerah Bogor. Sumber nitrogen yang

digunakan adalah pupuk urea dan ekstrak khamir.

Bahan-bahan yang digunakan adalah nutrien broth (NB), HCl 1 N,

NaOH 1 N, larutan garam fisiologis, medium nutrient agar (NA), napthol blue

black, methanol 98 persen, air suling, asam asetat, basic fuchsin, ethanol

95 persen, fenol, air destilata, Na-K-Tartarat, larutan fenol 5 persen,

Na~C03-anhidrat, H2S04 pekat, protein BSA, NaOH 0.1 N, CuS04.5H20,

folin ciocalteu, larutan glukosa standar, produk komersial Vectobac, dan

produk kimia Abate.

Alat-alat yang digunakan adalah rotat-)? shaking incubator, otoklaf,

pemanas berpengaduk, batang magnetik, pH meter, labu erlenmeyer,

sentrifuse, loop inkubasi, tabung reaksi, pipet, lemari pendingin, oven,

spektrofotometer, timbangan analitik, cawan petri, gelas kimia, gelas piala,

kertas saring, bunsen, keranjang tabung, kertas serap, desikator, tanur dan

(23)

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu penelitian pendahuluan dan

penelitian utama.

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menganalisa komposisi

awal air kelapa. Analisa komposisi kimia air kelapa yang dilakukan

adalah analisa kadar protein (metoda L o w ) , kadar abu, kadar gula

total (metoda fenol).

2. Penelitian Utarna

a. Persiapan medium fermentasi

Susunan medium fermentasi yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah air kelapa sebagai media utama dengan

penambahan sumber karbon lain dan nitrogen seperti terlihat pada

Tabel 4. Susunan medium fermentasi tersebut dibuat 2 kali

ulangan.

Jenis dan jumlah mineral sesuai dengan yang digunakan oleh

Dulmage dan Rhodes (1971), yaitu 0.3 g MgS04.7H20, 0.02 g

FeS04.7H20, 0.02 g ZnSO4.7H20, 0.02 MnS04H20 dan 1.0 g

(24)

12

Tabel 4. Susunan medium fermentasi

Adapun persiapan medium fermentasi adalab sebagai berikut :

air kelapa dan CaC03 masing-masing dilamtkan dan disterilkan

secara terpisah dari bahan-bahan media yang lain, seperti mineral

dan sumber nitrogen, di dalam otoklaf. Bahan-bahan medium yang

lain langsung dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan disterilkan di

dalam otoklaf. Setelah didinginkan sampai F 50°C, medium campuran air kelapa dan CaC03 dibagi-bagi dalam beberapa labu

erlenmeyer yang telah berisi bahan-bahan media lain kemudian pH

medium disesuaikan menjadi sekitar pH 6.8

-

7.2. Semua baban

disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C dan 15 lbs selama i 5

menit.

b. Persiapan Inokulum

Inokulum (kultur bibit) untuk menginokulasi medium

[image:24.567.153.478.74.280.2]
(25)

dan Dulinage (1982). Persiapan inokuium dilakukan sebagai

berikut :

lup biakan R. tltur

+

Inokulasi dalam 50 rnl memum NB (labu pembibitan I)

I I

t

Mcubasi dalam roluly shakifig incltbulot, 200

rpm,

30°C, 12 jam

I I

+

Kultur di,gmakan untuk inokulasi labu pembibitan

II

(5% dari volume mema kedua)

Inkubasi pada kondisi yang sama daiam erlenmeyer 500 ml berisi 100 ml medium fermentasi, 12 jam

Gambar 1. Diagram alir persiapan inokulum (Vandekar dan Dulmage, 1982)

c. Fermentasi

Fermentasi dilakukan dalam beberapa iabu erlenmeyer 500 mi

yang masing-masing berisi 125 mi medium fermentasi, dengan

konsentrasi sumber kaioon dan nitrogen yang sesuai dengan

perlakuan yang dicobakan (Tabel 2). Masing-masing labu tersebut

diinokulasi dengan kultur inokulum dari labu pembibitan kedua

sebanyak 2% secara aseptik. Kemudian diinkubasi dalam rotavy

shaking incubator pada 200 rpm dan suhu 30" C selama 48 jam.

Selama inkubasi, biakan diamati pada interval waktu tertentu.

[image:25.564.130.463.86.383.2]
(26)

Labu erlenmeyer 500 ml berisi 125 ml medium

I

Masing-masing labu diinokulasi dengan kuitur inoMum dari labu pembibitan I1 (2%)

I

~

5

I

I

Inkuljasi dalsuii 200 rpm, 30' rotary shaking incubator, C, 48 jam

1

Biakan diamati ~ a d a interval walctu tertentu

1

Gambar 2. Diagram alir proses fermentasi (Vandekar dan Dulmage, 1982)

d. Penentuan Aktivitas Inseictisida Wkroba

Penentuan aktivitas insektisida mikroba adalah sebagai

berikut : sampel cairan produk bahan aktif bioinsektisida

B. thuringiensis dari tiap-tiap perlakuan disuspensikan dalam air

destiiata sebanyak 10 tingkat konsentrasi. Sebanyak 25 ekor larva

nyamuk Culex sp. masing-masing dimasukkan ke &lam larutan

bioinsektisida yang telah dibuat sebeiumnya. Sebagai pembanding

dibuat pula lamtan bionsektisida dari produk komersiai Vectobac

dan produk insektisida kimia Abate dengan konsentrasi yang sama.

Setiap perlakuan diulang sebanyak dua kali. Setelah 24 jam,

mortalitas iarva diamati. Nilai LC50 produk untuk tiap perlakuan

ditentukan dengan menggunakan metode analisis probit program

[image:26.559.135.433.79.288.2]
(27)

C. ANALISA PARAMETER

Analisa parameter dalam penelitian ini meliputi analisa pendahuluan

(pra-fementasi), analisa fermentasi dan analisa pasca fermentasi. Analisa

pendahuluan meliputi : (1) penentuan kadar protein, (2) kadar abu dan

( 3 ) kadar gula dari air kelapa yang digunakan. Analisa selama fennentasi

meliputi pengamatan terhadap : (1 ) perturnbuhan sel bakteri dengan metode

hitungan cawan, (2) pengukuran pH dengan pH meter, (3) pengamatan

sporulasi, dan (4) pengukuran berat kering biomassa (Sel-spora-knstal).

Analisa pasca fermentasi adalah dengan menguji bioinsektisida atau komplek

spora kristal hasil fermentasi untuk semua jenis perlakuan, dengan

menentukan jumlah spora yang terkandung dan toksisitasnya terhadap larva

nyamuk yang dinyatakan dalam LCso. Metode penentuan jumlah spora hidup

(viable spore count) adalah sebagai berikut :

Larutan fermentasi diambil dan diencerkan di dalam tabung reaksi hingga

pengenceran 10.' (tergantung pada julnlah koloni yang dapat dihitung). Lalu

diberi rejatan panas pada suhu 65" C selama 15 menit untuk membunuh sel-

sel vegetatif (Mummigatti dan Rashunathan, 1990). Selanjutnya sebanyak

0.05 mi dari pengenceran yang sesuai dicawankan dengan metode cawan

sebar pada medium NA. Setelah diinkubasi pada suhu 30" C selama 24 jam,

jumlah koloni masing-masing cawan diamati dan dihitung. Spora hidup yang

terkandung dalam satnpel serbuk spora kristal, ditentukan dengan cara

mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengencerannya.

(28)

1 ml produk

-

Diencerkan dalarn tabung reaksi hingga 1 O9

(tergantung jurnlah koloni yang dapat terhitung)

I

+

I

Diberi rejatan panas

/

60' C, 15 rnenit

Diawankan pada media NA sebanyak 50 p1

,

I

lnkubasi 30 "C, 24 jam

I

(

Jurnlah koloni dihitung

I

Gambar 3. Diagram alir penentuan jumlah spora hiaup (Mummigatti dan Raghunathan, 1990)

Pengambiian contoh (satnpling) dilakukan sebanyak 9 kali dan dila'mkan

pada saat inkubasi 0,3,6, 9, i2, i s , 24,30, dan 48 jam. Pengambilan contoh

(sampiingj ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri

B. Tizuringiensis dengan menggunakan hitungan cawan, pengukuran terhadap

pH, pengukuran terhadap pembentukan spora dan mengukur berat kering

[image:28.567.157.418.61.389.2]
(29)

E. RANCANGAN PERCOBAAN

1. Penentuan Jumlah Sel dan Spora Hidup

Rancangan percobaan yang digunakan untuk menentukan jumlah

sel dan spora hidup adalah eksperimen faktorial tersarang 2 x ?. Faktor

pertama menunjukkan sumber karbon dengan 2 taraf faktor. Sedangkan

faktor kedua menunjukkan sumber nitrogen yang terdiri atas 2 taraf

faktor dengan konsentrasi yang terdiri dari 3 taraf faktor tersarang

didalam sumber nitrogen yang digunakan, sehingga terdapat 12 unit

percobaan dengan replikasi sebanyak 3 kali. Model yang digunakan

untuk desain faktorial tersebut adalah :

Dengan i = 1,2 j = 1,2

k = 1,2,3 untuk semua j ; dan 1 = 1,2,3

Y

= Variabel respon dari hasil observasi ke-1 yang terjadi karena pengaruh bersama taraf ke-i faktor A dan taraf ke-J faktor B

serta taraf ke-k faktor C yang tersarang di dalam faktor B

P = Rata-rata sebenamya Ai = Sumber karbon ke-i

Bj = Sumber nitrogen ke-j

Ckgl = Konsentrasi ke-k tersarang dalam sumber nitrogen ke-j

(30)

18

ACiliti) = Efek interaksi antara sumber karbon ke-i dan konsentrasi ke-k

tersarang dalarn surnber nitrogen ke-j

~l(ijk) = Kekeliruan

2. Penentuan Aktivitas Insektisida Milcroba (Bioassay)

Aktivitas insektisida mikroba terhadap serangga dinyatakan

dengan LC50 (ietai concentration). Nilai LC50 merupakan nilai yang

menunjukkan konsentrasi insektisida yang dapat mematikan separuh

dari populasi larva setelah jangka waktu tertentu.

Untuk menentukan aktivitas insektisida mikroba tersebut, data

berat kering lamtan campuran spora kristal dan nilai log jurnlah spora

hidup (Viable Spore Count/'KSC) yang diperoleh untuk masing-masing

perlakuan dianalisa dengan analisis ragam uji F. Apabila hasiinya

menunjukkan perbedaan nyata, analisis dilanjutkan dengan uji

Duncan's klultiple Range Test. Ijntuk hasil pengujian toksisitas,

Iaruian cainpuran spora-kristai dari tiap periakuan ditentukan niiai

(31)

Peneiitian pendahuluan dilakukan sebagai langkah awal u~kiuk

L - L . . : ,.-Ae- - . I - -:&*-

' u r ; l q p a u u z haual gum, ill~vgez serfa mineral yang terkandung di dalam

i

L - ~ . ualrarl - yaug digunakan. Dan penelitian pendahuluan ini, diketahui kadar gula,

iiiii-"geii &ail ~ i i i ~ i e ~ a ; yiiiig ieikaiid-ui~g di dalam air keiapa yang digunakan,

seperti teriihat pada Tabel 5.

Tabei 5. Kadar gula, nitrogen dan abu dari air kelapa

y ang digunakanW)

g

1

Gula

1

1.770 i

i

I

I

1

Protein

i

0.244

I

I

1

A ~ U

i

0.466

i

I i

Kadar gula pada bahan yang digunakan ini lebih kecil dari yang

diiaporkan oieh Cniid (i962) bahwa kadar gula maksirnum 5 persen. Hal ini

disebabkan karena air kelapa yang digunakan berasal dari kelapa yang sudah

iua. D ~ r ~ g a t l scrrrakir~ beriarrivaiu~ya umur kelapa, maka kadar gula di

dalamnya pun akan semakin berkurang hingga sekitar 2 persen dan

setengahnya acialah gula bukan pereduksi (Child, 1962). Sedangkan kadar

p~otein air kelapa yang diguiiakan tidak jauh berbeda dengan kadar protein

yang dilaporkan oieh Subrainanyan dan Swaminathan (1959), sehingga dapat

dikatakan bahwa air ketapa yang digunakan masih termasuk air kelapa yang

- segar (tidak rusak) terutama kadar proteinnya.

" Data didapat dari penelitian bersarna Teguh Priatno dengan Depi Arpita dan Ranthi

(32)

20

Air kelapa banyak mengandung mineral, vitamin dan zat tumbuh,

sehingga air kelapa baik untuk digunakan sebagai media pertumbuhan

Bacillus thuringiensis subsp. israelensis (l3.t.i.). Dengan banyaknya vitamin,

mineral dan zat tumbuh kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas produk

yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, konsentrasi sumber

nitrogen yang optimum untuk perhmbuhan B.t.i. adalah 1.5 persen (Sukmadi,

1996). Dalam penelitian ini chgunakan konsentrasi sumber nitrogen 1.0, 1.5,

dan 2.0 persen (bh). Berdasarkan penelitian sebelumnya, kadar gula yang

optimum untuk perhmbuhan B.t.i. adalah 1.25 persen (Sukmadi, 1996).

Dengan kadar guia pada air kelapa 1.77 persen, maka air kelapa yang

digunakan perlu diencerkan hingga memiliki kadar gula 1.25 persen. Dengan

demikian air kelapa yang digunakan sebanyak 70.62 ml atau sekitar 70.5 ml

di dalam 100 mi media, atau dengan kata lain sebesar70.5 persen air kelapa.

Namun demikian dalam penelitian digunakan juga 100 persen air kelapa

sebagai pembanding.

B. PERTUMBUEAN SEE Bacillus tltzcrilzgieitsis subsp. Isrnelensis

Penelitian terhadap pertumbuhan sel B.t.i menunjuicitan bahwa untuk

tiap faktor yang diujikan (air kelapa dengan sumber nitrogemya)

memperlihatkan pola pertumbuhan yang sama, yaitu fase lambat (fase lag)

tejadi sangat pendek. Hal ini terjadi karena kultur B.t.i. ditumbuhkan

terlebih dahulu di dalam media nutrien brotlz (sebagai inokulum pertama) dan

kemudian ditumbuhkan lagi di dalam media fermentasi (sebagai inokulum

(33)

21

menyebabkan kulixr dapat beradaptasi terhadap lingkungail pertumbuhan

ketika mtumbuhkan pada media fermentasi utama.

Seperti yang terlihat pada Gambar 1 dan Lampiran i, bahwa

penggunaan media air kelapa 100 persen (tanpa penambahan air destilata)

maupun air kelapa 70.5 persen (air keiapa 70.5 ml

+

air destilata 29.5 mi)

dengan sumber nitrogen ekstrak khamir menghasilkan fase stasioner pada jam

ke-12, sedangkan untuk sumber nitrogen urea fase stasioner terjadi pada jam

ke-9. Hal ini disebabkan karena untuk berat yang sama, kandungan nitrogen

urea lebih sedikit daripada ekstrak khamir sehingga jumlah nitrogen (urea)

dalam media iebih cepat habis yang menyebabkan fase stasioner menjadi

lebih cepat. Ekstrak khamir juga mengandung sumber karbon sehingga

media yang menggunakan sumber nitrogen ekstrak khamir mengandung

sumber karbon yang lebih banyak daripada media yang inenggunakan urea

sebagai sumber karbon.

Baik pada sumber nitrogen ekstrak khamir maupun urea,

penggunaan sumber karbon air kelapa 70.5 persen menghasilkan nilai log

total sel yang iebih tinggi daripada j i ~ a inenggunakan air kelapa 100 persen.

Hal ini dapat terlihat jelas pada Gambar 2. Perbedaan yang sangat nyata ini

juga diperkuat dengan uji analisa ragam untuk log total sei yang

menghasilkan nilai F hitung sebesar 96.9341 dengan nilai F Tabel

( a

= 0.05)

sebesar 4.75. Nilai ini menunjukkan bahwa konsentrasi sumber karbon

(34)
[image:34.567.123.398.129.332.2]
(35)

terhadap nilai log total sel yang dihasilkan. Lebih tingginya nilai log total sel

yang dihasilkan pada media dengan sumber karbon air kelapa 70.5 persen

daripada air kelapa 100 persen disebabkan karena air kelapa 100 persen

mengandung kadar gula yang lebih tinggi sehingga setelah terjadi proses

metabolisme dihasilkan asam-asam yang lebih banyak. Produksi asam yang

lebih banyak pada air kelapa 100 persen menyebabkan penurunan nilai pH

yang lebih besar pada saat proses fenentasi berlangsung sehingga

pertumbuhan sel menjadi terhambat.

Dengan menggunakan air kelapa 70.5 persen, pada dasamya

penggunaan sumber nitrogen urea menghasilkan log total sel yang lebih

tinggi daripada menggunakan sumber nitrogen ekstrak khamir. Hasil ini

dapat terlihat nyata pada Gambar 2, dan diperkuat dengan pengolahan analisa

ragam yang menghasilkan nilai F hitung sebesar 7.4696 dengan nilai F Tabel

[image:35.570.144.407.466.651.2]
(36)

24

(a = 0.05) sebesar 4.75 yang berarti penggunaan sumber nitrogen yang

berbeda memberikan efek yang signifikan terhadap log total sel yang

dihasilkan. Lebih tingginya nilai log total sel yang dihasilkan pada media

dengan sumber nitrogen urea daripada ekstrak kharnir dikarenakan pada awal

fermentasi sampai dengan jam ke-6 selama fermentasi pada media dengan

sumber nitrogen ekstrak khamir terjadi p e n m a n nilai pH yang sangat tajam

yaitu 1.2 - 1.43, sedangkan pada urea terjadi penurunan pH berkisar antara

0.19 - 0.43. Pada media dengan sumber nitrogen ekstrak khamir nilai pH

terendah berkisar antara 5.75 - 5.84, sedangkan pada urea nilai pH terendah

berkisar antara 6.67 - 6.81. Besarnya penurunan pH dan rendahnya nilai pH

yang dihasilkan pada jam ke-6 pada ekstrak khamir menyebabkan

pertumbuhan kultur menjadi terhambat. Namun demikian nilai pH ini tidak

sampai menghentikan pertumbuhan kultur B.t.i. karena nilai pH ini masih

dalam batas toleransi nilai pH minimum untuk pertumbuhan B.t.i. yaitu

5.6 - 5.8 (Vandekar dan Dulmage, 1982).

Laju pertumbuhan kultur B.t.i. tercepat terjadi pada kisaran jam ke-6

hingga jam ke-9. Laju pertumbuhan B.t.i.. secara lengkap dapat dilihat pada

Lampiran 2. Jika dibandingkan antara sumber karbon air kelapa 100 persen

dengan air kelapa 70.5 persen, pada kisaran jam ke-6 atau jam ke-9 air kelapa

70.5 persen menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi daripada air

kelapa 100 persen. Hal ini disebabkan pada air kelapa 100 persen terdapat

kandungan gula yang lebih banyak daripada air kelapa 70.5 persen, sehingga

setelah terjadi fermentasi air kelapa 100 persen menghasilkan asam yang

(37)

25

pH secara tajam ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan kultur sehingga

laju pertumbuhan menjadi lebib lambat.

Demikian pula halnya dengan sumber nitrogen, pada kisaran jam

ke-6 atau jam ke-9 sumber nitrogen urea menghasilkan laju pertumbuhan

yang lebih tinggi daripada sumber nitrogen ekstrak khamir. Cepatnya laju

pertumbuhan yang terjadi pada jam ke-6 atau terutama jam ke-9 dikarenakan

pada kisaran waktu ini kadar gula pada media mulai habis sedangkan kultur

masih menggunakan sumber nitrogen dalam proses metabolismenya.

Penggunaan sumber nitrogen oleh kultur menyebabkan terbentuknya zat yang

bersifat alkali. Sedikitnya gula menyebabkan asam yang dihasilkan tidak

dapat menetralkan semua basa (zat yang bersifat alkali) yang terbentuk

sehingga menyebabkan pH meningkat kembali menuju nilai pH yang normal

untuk pertumbuhan E3.t.i. yaitu pada nilai pH mendekati 8.0 dimana pada nilai

pH ini kultur mulai mengalami pertumbuhan yang stabil (fase stasioner)

(Vandekar dan Dulmage, 1982). Namun demikian pada penelitian ini kultur

sudah mengala~lli fase stasioner walaupun nilai pH belum mencapai 8.0. Hal

ini keinungkinan disebabkan karena pada media sumber karbon sudah mulai

sedikit sehingga kultur sudah mulai kekurangan sumber makanan untuk

pertumbuhannya dan pada fase ini biasanya kultur mulai memakan sel-sel

yang lisis sehingga dikatakan laju pertumbuhan sama dengan laju kematian.

Pada media dengan sumber nitrogen ekstrak khamir, sumber karbon

(38)

26

sedangkan pada air kelapa 70.5 persen menghasilkan nilai pH terendah pada

jam ke-6. Hal ini dapat disebabkan karena pada air kelapa 100 persen

terdapat kandungan gula yang lebih banyak daripada air kelapa 70.5 persen

sehingga penggunaan sumber karbon (gula) untuk proses fermentasi menjadi

lebih lama dan semakin banyak gula yang dikonsumsi oleh B.t.i. maka

semakin banyak jumlah asam yang dihasilkan. Penurunan PI-I terbesar terjad

pada air kelapa 100 persen dengan sumber nitrogen ekstrak khamir 1.0 persen

yaitu 1.47. Hal ini disebabkan karena kadar nitrogen yang ada dalam media

yang bersumber ekstrak khamir 1.0 persen lebih kecil daripada media yang

bersumber nitrogen ekstrak khamir 1.5 dan 2.0 persen sehingga basa yang

dihasilkan dari proses metabolisme tidak mampu menetralkan seinua asam

yang dihasilkan dari proses fermentasi gula oleh kultur B.t.i.

Untuk media dengan sumber nitrogen urea, baik sumber karbon air

kelapa 100 persen maupun sumber air kelapa 70.5 persen menghasilkan nilai

pH terendah pada jam ke-6 kecuali pada media dengan sumber air kelapa 100

persen dan urea 1.5 persen yang menghasilkan nilai pH terendah pada jam ke-

9. Penumnan pH terjadi karena pada jam ke-0 hingga jam ke-6 atau jam ke-9

yaitu pada fase eksponensial, B.t.i. menggunakan air kelapa (gula) sebagai

sumber makanannya sehingga menghasilkan asam asetat serta asan~ piruvat

yang menyebabkan nilai pH kultur m e n m . Setelah jam ke-6 atau jam ke-9

nilai pH kembali meningkat karena pada kisaran jam ke-6 hingga jam ke-9

sumber karbon mulai meningkat sedangkan B.t.i. masih menggunakan

sumber nitrogen dalam proses metabolismenya dan menghasilkan zat alkali

(39)

27

dihasilkan sedikit sehingga tidak dapat menetralkan semua basa yang

terbentuk.

Pada dasarnya penurunan pH selaina proses fermentasi B.t.i.

tergantung pada konsentrasi sumber nitrogen yang digunakan (Sukmadi et.

al., 1997). Keadaan ini terlihat jelas pada Gambar 3 dan Lampiran 3 bahwa

penurunan pH pada media sumber nitrogen yang konsentrasinya lebih kecil

menghasilkan nilai penurunan pH yang lebih besar daripada sumber nitrogen

yang konsentrasinya lebih besar. Hal ini disebabkan karena pada

metabolisme sumber nitrogen yang konsentrasinya lebih kecil akan dihasilkan

zat alkali yang lebih sedikit daripada sumber nitrogen yang konsentrasinya

lebih banyak. Semakin banyak zat alkali yang dihasilkan dari proses

metabolisme maka semakin banyak asam yang dapat dinetralkan sehingga

penurunan pH semakin kecil.

D. PEMBENTUKAN SPORA

Proses pembentukan spora pada fermentasi B.t.i. dengan media air

kelapa dimulai pada jam ke-9 atau jam ke-12 yaitu pada saat fase log mulai

berakhir dengan jumlah spora hidup pada akhir fermentasi paling banyak

dihasilkan pada media dengan sumber karbon air kelapa 70.5 persen dan

sumber nitrogen ekstrak khamir 2.0 persen yaitu dengan jumlah log VSC

(40)

i

w m (Jam ~ e )

! I - - C E ~ I R l . O ) b - - C E M R l . S % +EKWVRRZ.Wb

1 --0--UREA$.% +UREA2.(Pb

1

[image:40.559.136.388.83.304.2]

i

Gambar 6. Grafik hubungan antara waktu dengan nilai pH untuk

(41)

29

Pada dasamya pembentukan spora ini mulai terlihat nyata pada saat fase log

mulai berakhir yaitu pad* saat dimulainya fase stasioner (Sukmadi et. al.,

1997). Pembentukan spora secara cepat tejadi pada jam ke-12 hingga jam

ke-30, setelah itu pembentukan spora muiai mengalami perlambatan hingga

jam ke-48. Hal ini disebabkan karena seteiah sumber karbon difermentasi

.

menjah asam-asam yaitu asam laictat, asam piruvat, asam asetat dan asetain

maka asam asetat yang dihasiikan digunaitan 1.agi untuk mensintesis poli-beta-

hidroksibutirat (PHB) untuk proses spomlasi (Benoit et. al., 1990).

Cepat atau lambatnya pembentukan spora tergantung pada kondisi

lingkungan kultur. Biasanya spora akan tumbuh pada kondisi lingkungan di

sekitar sel yang kurang sesuai bagi sel. Hal ini dapat disebabkan karena

kultur yang pH yang ekstrim, suhu yang ekstrim dan kurangnya suplai

inakanan bagi sel, atau kemungkinan lainnya yang dapat menyebabkan

kondisi lingkungan tidak sesuai bagi sel sehingga sel membentuk spora.

Sedangkan proses cepatnya pelepasan spora dari sel (lisis) tergantung pada

konsentrasi gula yang digunakan yaitu semakin kecil konsentrasi gula yang

digunakan maka seinakin cepat iejadi iisis sei yang meiepas spora dan kristai

(Suionadi el. al., 1996). Demiiuan pula halnya dengan keberhasilan proses

sporuiasi dan pembentukan iaistal, tergantung pada keseimbangan antara

konsentrasi sumber karbon clan konsentrasi sumber nitrogen. Semahn rendah

konsentrasi sumber nitrogen maka sporulasi dan pembentukan kristal tejadi

lebih cepat, namun jumlah spora dan kristal yang dihasilkan lebih sedikit

sedangkan jika konsentrasi sumber nitrogen terlalu tinggi akan mengganggu

(42)

30

demikian pada peneiitian ini konsentrasi nitrogen rertinggi tidak sampai

mempengaruhi proses sporuiasi seperti terlihat dari uji analisa ragam yang

memperlihatkan bahwa konsentrasi sumber nitrogen tidak memberikan efek

yang signifikan terhadap nilai log spora hidup yang dihasilkan yaitu dengan

nilai F hitung sebesar 0.279 dan nilai F Tabel

( a

= 0.05) sebesar 3.24.

Pembentukan spora selama proses fermentasi berlangsung seperti

terlihat pada Gambar 4 dan 5 menunjukkan bahwa pada dasamya baik pada

media dengan sumber nitrogen urea atau ekstrak khamir maupun pada

sumber karbon air kelapa 100 persen atau 70.5 persen didapatkan

pertumbuhan spora yang tidak jauh befbeda. Namun dari uji analisa ragam

terlihat bahwa sumbe: karbon

dan

interaksi antara sumber karbon dengan

jenis sumber nitrogen memberikan efek yang signifikan terhadap jurnlah

spora hidup yang dihasilkan. Untuk sumber karbon dihasilkan niiai F hitung

dan F Tabel ( a = 0.05) masing-masing sebesar 8.349 dan 4.75, sedangkan

untuk interaksi antara sumher karbon dan jenis sumber nitrogen menghasiikan

nilai F hitung dan F Tabel (a = 0.05) masing-masing sebesar 4.852 dan 4.75.

Seteiah diiakukan uji Duncan's, hanya pada interaksi antara sumber karbon

70.5 persen dengan sumber nitrogen ekstrak khamir yang signifikan terhadap

interaksi antara sumber karbon air kelapa 100 persen dengan sumber nitrogen

(43)

W W(Jan

a)

1

1-PXlWh EKl WA t M l W A EK1.596 --CPXlW EK209L

I

[image:43.564.135.393.109.324.2]

I - O - - ~ ~ ~ ~ A E K ~ . W - - ( ~ . - - M ~ ~ ~ ~ E K ~ . ~ + I U ( I O ~ , E K Z

Gambar 7. Grafik hubungan antara waktu dengan log VSC untuk

(44)

GRAnKHLIBUW;nNANTPRA

W ~ L C G V S C (AIR W AIOSO/)

WPKN (Jan Ke)

/

+ E W R l . W - C E W R I . %

i- 4 L R A ' . C % -O--m1.5?6

GRAnK H U B U W ANTAR4

WAKN D E W LCG VSC

(AIR KELAPA 100%)

0 3 6 9 12151821242730333639424548

w m (Jan I(*)

&E. I J X U ( R ~ . ( P ~ -C E . W R I . S

% &E. W R Z . ~

[image:44.567.141.386.103.568.2]

- d

Gambar 8. Grafik hubungan antara waktu dengan log VSC untuk

(45)

i3erat kering akhir (pada jam ke-48) yang diperoleh teriihat pada

Tabel 6. Dari Tabel tersebui dapat terlihat bahwa berat kering yang

dihasilkan berkisar antara 2.791 - 6.362 gl1 cairan kuitur. Hasil ini~tidak jauh

berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sikdar et. uZ. (1991).

Sikdar et. al. (1991) meneliti pengaruh mineral terhadap produksi

6 - endotoksin oleh i3.t.i. dan mendapatkan berat kering sel yang berkisar

antara 0.8 sampai 4.0 g/l cairan kultur.

Dari Tabel 6 terlihat bahwa penggunaan sumber karbon 70.5 persen

dengan sumber nitrogen urea 1.5 persen memberikan hasii berat kering

terbesar yaiiu 6.362 gil cairan kultur. Berdasafkan hasil analisa ragam,

sumber kaibon dan jenis sumber nitrogen memberikan efek yang sangat

signifikan terhadap nilai log berat kering yang dihasilkan ( a = 0.05).

Demikian pula interaksi antara sumber karbon dengan jenis surnber nitrogen,

untuk a = 0.05 me~nberikan efek yang signifikan terhadap nilai log berat

kering yang dihasilkan. Sedangkan konsentrasi sumber nitrogen dan interaksi

antara sumber karbon dengan konsentrasi sumber nitrogen tidak memberikan

efek yang signifikan terhadap nilai berat kering yang dihasil~an ( a = 0.05).

F. BAYA BAHAN BAKU (SUMBER NITROGEN)

Media air keiapa 70.5 persen dengan sumber nitrogen urea 1.0

persen ( b h ) merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan B.t.i. Hal ini

terlihat dengan besamya nilai berat kering yang dihasilkan. Dalam penelitian

(46)

ekstrak khamir, karena selain memberikan hasil yang lebih baik juga

membutuhkan biaya yang lebih murah. Perincian harga tiap bahan yarlg

digunakan terlihat dalarn Tabel 7.

Tabel 7. Daftar barga sumber karbon dan sumber nitrogen

Bahan I Harga

1

Air kelapa I Rp. 2000 I20 1

I

Air destilata

1

Rp. 300il

Ekstrak khamir

I

Rp. 800 0001500 g

I

I

I

Tabel 6. Berat kering biomassa (sel-spora-kristal) untuk berbagai konsentrasi

-e n .

Urea

1

Rp. 1500 / k g

I

Surnber

1

Sumbe. Nitmgen

Berat kering (pa cairan knltur) Rata-rata 3.450 2.966 2.791 4.168 4.834 3.169 Ulangan 1 Illangan

II

4.041

I

3.321

2.678 4.387 4.566 3.547 karbon - I

i

Air kelapa 100 persen

1

Ekstrak khamir 1.0 persen

Ekstrak kharnir 1.51 2.612

I

persen

Ekstrak khamir 2.0

'

2.904

ersen

Urea 1.0 persen 3.950 Urea 1.5 persen

1

5.102

I

Urea 2.0 persen

/

2.792 I j

i

i

i

i

Ekstrak khamir 1.0 1 4.179 4.201

1

4.191

persen

i

I

persen

I

Ekstrak khamir 2.0

1

4.424 3.983 4.203

persen I I I

Urea 1.0 persen

/

6.416

1

6.015 6.215

!

1

Urea 1.5 persen

1

6.735

/

5.988

1

6.362 [image:46.564.111.509.191.507.2] [image:46.564.145.467.549.661.2]
(47)

35

Untuk membuat i liter media dibutuhkan urea sebanyak 7.5 g, air

kelapa 0.705 I, dan air destilata 0.295 1, maka dibutuhkan biaya sebesar Rp.

81.8385,- atau sekitar Rp. loo,-. Sedangkan jika menggunakan sumber

nitrogen ekstrak khamir, dibutuhkan 7.5 g ekstrak kharnir, air kelapa 0.705 1,

dan air destilata 0.295 1; maka dibutahkan biaya sebesar Rp. 12 000,-. Jadi

terlihat jelas bahwa akan tejadi penghematan biaya yang sangat besar yaitu

sekitar Rp. 11 900,- jika rnenggunakan sumber nitrogen urea untuk fermentasi

B.t.i., dan keuntungan ini akan menjadi lebih besar lagi jika diperhltungkan

perbedaan berat produk akhir yang didapatkan per liter rneda.

G. PENGUJLAN AKTNLTAS PRODUK PRIMER TERHADAP

MORTALITAS LARVA

Pengujian terhadap aktivitas produk primer terhadap iarva Culex sp

dilakukan dengan memasukkan masing-masing 25 ekor larva Culex sp ke

dalam sepuluh tingkat konsentrasi untuk tiap perlakuan. Tingkat mo~ialitas

larva Cu1e.x sp untuk tiap perlakuan ini terlihat pada Tabel 8.

Dari Tabel terlihat bahwa air kelapa I00 persen dengan sumber

nitrogen ekstrak khamir 1.5 persen memiliki daya bunuh yang paling bark

karena pada konsentrasi i0-" masih dapat membunuh larva Culex sp lebih

dari 10 persen. Bardasarkan Tabel 8 tersebut maka dapat dihitung LCso-nya

dengan menggunakan program Quant seperti teriihat pada Tabel 9.

Dari Tabel 9 terlihat bahwa produk yang dihasilkan dengan surnber

karbon air kelapa 100 persen dan surnber nitrogen ekstrak khamir 1.5 persen

merupakan produk yang paling baik karena rnemiliki nilai LC50 yang paling

(48)

sebanyak 50 persen dari populasi yang ada diperlukan produk sebanyak

Tabel 8. Tingkat mortalitas larva Culex sp untuk berbagai konsentrasi sumber karbon dan sumber nitrogen.

I

Mortalitas (%) pada konsentrasi -- I

I

SumberHitmgen

I

krrbon

1

10.'

i

10"

1

10"

j

10"

/

lo-=

i

lo4

/

1

loa

/

1 0 - ~

/

lo-'0

IE.khamirl.Openen 1 9 6 1 9 6 1 9 2 1 5 2 1 2 8 1 2 4

/

16

1

8

/

8

I

8

L h \ a m i i i . 5 p e r s e o

I

I 0 9 I 0 9 96 96 76 52

:

:

32 32 20

I

l

l

i

l

l

l

l

i

I

I

I

Air kelapa

I

E khamirZ.0 p e n n

1

100

I

100

I

100

I

I 36

1

20

/

16

1

12

/

8

1

4

/

100 persen

1

e

Urea 1.0 persen

l

1

Urea 1.5 persen I O O ( 8 4 1 6 4 1 2 4 1 1 2

I

I

I . I . - /

‘ / I

8 4

I

1 4

/

O

I

i

I

Urea 2.0 persen ~ 9 6 1 8 8 ~ 8 0 1 1 6 ~ 1 6 1 1 2 ] 8

1

8

1

8

1

4

1

1

{

i

I I I I I

/

E. khamir 1.5persen

/

100

/

100

/

100

/

96

/

64

/

48

/

32

/

16

/

4

/

0

1

Air kelapa

/

E. khamirZ.0 persen

1

100 100

/

96

/

44

1

28

/

16

1

8

1

8

/

4

/

4

1

70.5 persen

/

Urea i . 0 pervert / i 0 0 / 9 6 / 6 0 / 2 0 / 1 2 1 S

/

S

/

8 8

/

4

I I i

j

Urea 1.5 persen i 1 0 0 i 8 4 i j ~ i 3 6 1 2 8

i

8

i

4

j

4 4

j

0

i

Produk komersinl Vectobac j - j - -

1

- - ) 1 0 0 / 9 0 / 6 0 / 4 0 1 10

Jika dibandingkan antara air kelapa 100 persen dengan 70.5 persen

terlihat bahwa air kelapa 100 persen menghasilkan kualitas produk yang lebih

baik karena menghasilkan nilai LCso yang lebih kecil. Jika dibandingkan

antara sumber nitrogen ekstrak khamir dengan urea, maka produk dengan

sumber nitrogen ekstrak khamir mempunyai kualitas yang lebih baik karena

mempunyai nilai LC50 yang lebih kecil, kecuali pada urea 2.0 persen. Hal ini

menunjukkan kemungkinan komposisi sumber nitrogen mempengaruhi

[image:48.559.88.534.161.453.2]
(49)

Dan Tabel 9 terlihat tidak adanya hubungan antara berat kering

biomassa atau jumlah spora terhadap nilai LC5o. Ini berarti berat kering

biomassa atau jumlah spora yang dihasilkan tidak mempengaruhi tingkat

mortalitas larva Culex sp oleh produk yang dihasilkan

Air kelapa

100 persen

Tabel 9. Berat kering biomassa (sel-spora-kristal) untuk berbagai konsentrasi sumber karbon dan sumber nitrogen.

Air kelapa

70.5 persen karbon

/

E. kharnir 1.5 persen

I

E. khamir 2.0 persen

Surnber Nitrogen

E. khamir 1.0 persen

/

Urea 1.5 persen

I

Urea 2.0 persen

!

1

E 1&amir 1.0 persen

E. kharnir 1.5 persen

i

E. khamir 2.0 persen

Urea 1.0 persen

I

Berat kering

(gn kultur) 3.450

/

Urea 1.5 persen

I

I

I

/

Urea 2.0 persen

1

Log VSC

(sporalml) 10.7340

Lcso ( p g L 94.406 1

[image:49.559.75.543.199.485.2]
(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Penelitian pendahuluan memberikan hasil bahwa kadar protein dari

air kelapa yang digunakan masih relatif besar yaitu 0.244 dan memiliki

kadar gula sebesar 1.77 persen. Dengan kadar gula tersebut, maka untuk

mencapai kadar gula optimum bagi pertumbuhan B.t.i. (sebesar 1.25 persen)

air kelapa diencerkan hingga 70.5 persen.

Penggunaan air kelapa 70.5 persen menghasilkan nilai log total sel

yang lebih tinggi daripada sumber karbon air kelapa 100 persen. Berdasarkan

uji ragam, konsentrasi surnber karbon memberikan efek yang signifikan

terhadap nilai log total sel yang dihasilkan.

Pada penggunaan air kelapa 70.5 persen dengan urea sebagai surnber

nitrogen menghasilkan log total sel yang lebih tinggi daripada air kelapa

70.5 persen dengan ekstrak khamir sebagai sumber nitrogen. Berdasarkan uji

analisa ragam, penggunaan sumber nitrogen yang berbeda memberikan efek

yang signifikan terhadap log total sel yang dihasilkan.

.

.

Laju pertumbuhan tercepat terjadi pada kisaran jam ke-6 hingga jam

ke-9, dimana air kelapa 70.5 persen sebagai sumber karbon menghasilkan laju

pertumbuhan yang lebih cepat daripada air kelapa 100 persen. Demikian pula

dengan urea sebagai sunber nitrogen menghasilkan laju pertumbuhan yang

lebih cepat daripada ekstrak khainir sebagai sumber nitrogen.

Penumnan nilai pH terjadi mulai dari jam ke-0 hingga pada kisaran

(51)

39

banyak gula yang dikandung di dalam cairan kultur (media), semakin besar

rentang penurunan nilai pH yang dihasilkan. Selain itu, konsentrasi nitrogen

juga mempengamhi penurunan nilai pH cairan kultur.

Pembentukan spora pada fermentasi B.t.i. dimulai pada kisaran jam

ke-9 hingga jam ke-12 dan pembentukan spora secara cepat tejadi pada jamn

ke-12 hingga jam ke-30, kemudian mengalami perlambatan hingga jam

ke-48. Berdasarkan uji analisa ragam, konsentrasi sumber nitrogen tidak

memberikan efek yang signifikan terhadap nilai log jumlah spora hidup yang

dihasilkan. Tetapi sumber karbon dan interaksi antara sumber karbon

dengan jenis sumber nitrogen memberikan efek yang signifikan terhadap log

jumlah spora hidup yang dihasilkan.

Berat kering yang dihasilkan pada fermentasi b.t.i. berkisar antara

2.791 sampai 6.362 gll cairan kultur. Sumber karbon dan jenis sumber

nitrogen

.

serta interaksi antara sumber karbon dengan jenis sumber nitrogen menghasilkan efek yang signifikan terhadap nilai berat kering yang

dihasilkan. Sedangkan konsentrasi sumber nitrogen dan interaksi sumber

karbon dengan konsentrasi sumber nitrogen tidak memberikan efek yang

signifikan terhadap nilai berat kering yang dihasilkan.

Produk dengan sumber nitrogen ekstrak khamir mempunyai daya

bunuh yang lebih besar daripada sumber nitrogen urea. Nilai berat kering

biomassa atau jumlah spora yang dihasilkan tidak mnempengaruhi tingkat

(52)

B. SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilakukan :

(1) penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi air kelapa yang optimum

untuk pertumbuhan B.t.i., (2) penelitian lebih lanjut mengenai kombinasi

sumber nitrogen yang sesuai untuk sumber karbon air kelapa, (3) pengaruh

konsentrasi nitrogen dan kandungan vitamin, asam amino dalaln media

terhadap kualitas produk yang dihasilkan, clan (4) penelitian terhadap

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyantono, A. 1989. Analisis Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi-PB, Bogor.

Alaban, C.A. 1962. Studies on Optimum Conditions for Nata De Coco Bacterium or Nata Formation In Coconut Water. Philipine Agric. 96(2j :

490 - 5i5.

Badan Pusat Statistik. 1991. Statistik Perkebunan. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Benoit, T.G. Wiison, dan C.L. Baugh. 1990. Fermentation During Growth and Sporulation of Bacillus thuringiensis HD-I. Lett. Appl. Microbial. (10) :

15 - 18. Di dalam Sukmadi, B., Haryanto, B., dan W n a , S.H. 1996. Pengaruh Konsentrasi Dekstrosa Pada Produksi Bahan Aktif Bioinsektisida Bacilius thuringiensis subsp. aizawai. Majaiah BPP- Teknologi No. LXXII : 17 - 23.

Child. 1962. Coconuts. Longrnans Green and. Co., London.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I. 1988. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Duimage, H.T. l98i. insecticidal Activity of Isolates of Bacilr'us tiiuringiensis and T'heir Potential for Pest Control, pp. 193-22 1. Di dalam H.D. Bueges, ed. Microbial Control of Pest and Plant Diseases. Acad. Press, New York.

Dulmage, H.T. dan R.A. Rhodes. 1971. Production of Pathogens in Artificial Media, pp. 507-540. Di dalam H.D. Burges dan N.W. Eiussey, eds. Microbial Controi of insect and Mites. Acad. Press, New York.

Feitelson, J.S., J. Fayne, dan L. Kim. 1992. Buciir'us tiiuringiensis : insects and Beyond Biotechnol. 10 : 271-275.

Freemond, Y. dan R. Zilier. 1966. The Coconut Palm. International Potash Institute, Berne.

Gill, S.S., E.A. Cowles, dan P.V. Pietrantonio. 1992. The Mode of Action of Bacillus tizuringiensis Endotoxins. Annu. Rev. Entomol. 37 : 615-636.

(54)

Hofte, H. dan H.R. Whiteley. 1989. Insecticidal Crystal Proteins of Bacillus thuringiensis Iviicrobial. Rev. 53(2) : 242-255.

Johnson, T.B., A.C. Slaney, W.P. Donovan, dan M.J. Rupar. 1993. Insecticidal Activity of EG4961, a Novel Strain of Bacillus tizuringhnsis Toxic to Larvae and Adults of Southern Corn Rootworm (Coleoptera :

Chrysomelidae) and Colorado Potato Beetie (Coieoptera : Chrysomelidae). J. Econ. Entomol. 86(2) : 330-333.

Ketaren, S. 1978. Daya Guna Hasil Kelapa. Dept. Teknologi hasil Pertanian, Fatemeta-IPB, Bogor.

Khachatourians, G.G. 1989. Production and Use of Biological Pest Controi Agents. Tibtech, 5 : 120-124.

Kimia Pestisida. 1993. Pestisida Untuk Pertanian dan Kehutanan. Departemen Pertanian, Jakarta.

Krieg, A. dan H.G. Miltenburger. 1984. Bioinsecticides Bacillus thuringiensis. Advances in Biotechnoiogical Procesess. 3:273-290.

Lowry, O.H., N.J. Rosenbrough, A.L. Farm, dan R.J. Randaii. 1951. Protein Measurement With Folin Phenol Reagent. J. Biochemistry. 193,265.

Margalit, J. dan D. Dean. 1985. The Story of Bacillus tizuringiensis israeleiwis. Di dalam J. Am. Mosquitos Control Assessment, 1 : 1-7.

Mummigatti, S.G. dan A.N. Raghunathan. 1990. Influence of Media Composition on The Production of 6-endotoxin by Bacillus thuringiensis var. tlzuringiensis. J. Inveriebr. Pathoi. 5 5 : 147-1 5 1.

Philip, F.E., J.S. Cory, 1vl.J. Baiiey, dan S. Higgs. i993. Bacillus tizuringiensw, Ar, Envirormental Biopesiicide : Tiieon and Practice, pp. 148. Jo'nn Wiley and Sons, New York.

Quinlan, R.J. dan S.G. Lisansky. 1985. Microbial Insecticides, pp. 233-254.

2

daiarn

H. Dellweg, ed. Biotechnoiogy voi. 3. Veriag Chemis, Weinheim.

Rupar, M.J., W.P. Donovan, R.G. Groat, A.C. Sianey, J.W. Mattison, T.B. Johnson, J.F. Charles, V.C. Dumanoir, dan H. de Barjac. 1991. Two Novel Strains of Bacillus tlzuringiensis Toxic to Coleopterans. App. Environ. Microbial. 57(11 j : 3337-3344.

Shieh, T.R. 1994. Indification and Clasification of Bacilius tizuringiensis. QI

(55)

Sikdar, D.P., M.K. IvIajumdar, dan S.K. Majumdar. 1993. Optimization of Process for Production of Delta Endotoxin by Bacillus tizuringierzsis var. isruelensis in a Five Litre Fermentor. Biochemical Archive:. 9 : 119-123.

Subrahmanyan, V. dan Swaminathan, D.

Gambar

Tabel 1. Pembahan komposisi air kelapa3
Tabel 2. Komposisi nutrisi air kelapaS)
Tabel 4. Susunan medium fermentasi
Gambar 1. Diagram alir persiapan inokulum (Vandekar dan Dulmage,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan infeksi komunitas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

Pimpinan perusahaan memiliki peran yang sangat penting, seorang pemimpin harus dapat menggunakan gaya komunikasi yang tepat untuk menggerakkan bawahannya agar para

Gambar 16 : Gr afik Daya Saing Ekspor Komoditas J atim dan Nasional.. Dengan melihat kurs Tabel 17, maka hasil perhitungan RCA, untuk komoditas kopi, kakao dan

Secara singkat kita bisa menarik kesimpulan: orang yang senang membaca akan terus membaca lebih banyak buku dari waktu ke waktu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

Hasil Perhitungan Regresi Sederhana Spiritual Quotient Terhadap Prestasi Belajar Untuk Melihat Perubahan Dan Uji T.

Penelitianyang terdahulu memangtidak dilakukan untuk menilai proses manajer mendapatkan informasi mengenai stakeholder, reputasi perusahaan ataupun kinerja bisnis

Tidak boleh melakukan tindakan yang menyangkut risiko pribadi atau tanpa pelatihan yang sesuai.. Petugas pemadam kebakaran harus memakai perlengkapan pelindung yang memadai dan

Staff TU beserta karyawan Program Studi Teknik Informatika Universitas Pasundan Bandung yang telah membantu penulis demi kelancaran dalam penyusunan tugas akhir ini.. Responden –