• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sistem Informasi Perhitungan Pendapatan di 33 UPPD Pada Sub Bidang Pengendalian dan Pembinaan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sistem Informasi Perhitungan Pendapatan di 33 UPPD Pada Sub Bidang Pengendalian dan Pembinaan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa barat"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Diajukan untuk memenuhi syarat matakuliah Praktek Kerja Lapangan

Program strata satu Jurusan Sistem Informasi

oleh :

Hafid Yunus Darmawan 1.05.07.587

JURUSAN SISTEM INFORMASI

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(2)

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Diajukan untuk memenuhi syarat matakuliah Praktek Kerja Lapangan

Program strata satu Jurusan Sistem Informasi

oleh :

Dede Mulyana 1.05.07.118 Novi Fitri Pratiwi 1.05.07.128

JURUSAN SISTEM INFORMASI

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(3)
(4)

ii

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini. Laporan ini merupakan salah satu syarat kelulusan mata kuliah Kerja Praktek Lapangan.

Terwujudnya laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari kerjasama dan bentuan penulis diperoleh dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, oleh kerenanya perkenankanlah penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dadang Munandar, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi di Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Novrini Hasti, S.Si., MT., selaku pembimbing dan dosen wali MI-13, dan Ibu Imelda ST., MT., selaku pembimbing dan dosen wali MI-3, terima kasih atas semua saran dan kritikannya yang sangat membantu.

3. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan baik secara mental maupun material.

4. Ibu Cucu Suparti, SH., M.Si., yang telah dengan tulus membimbing kami hingga laporan kerja praktek ini selesai.

5. Ibu Cicin dan Ibu Ely, yang telah memberikan banyak pengetahuan tentang Bidang Pengendalian dan Pembinaan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat.

(5)

iii

adanya koreksi, saran serta tanggapan dari semua pihak yang sifatnya membangun demi ilmu di masa mendatang. Yang benar tentunya dari pertolongan Allah SWT dan kesalahan tentunya karena kekurangantahuan penulis.

Akhir kata, semoga laporan kerja praktek ini bermanfaat bagi penulis khususnya serta pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr,Wb.

Bandung, Oktober 2010

(6)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR SIMBOL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan... 1

1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 3

1.3Maksud dan Tujuan ... 4

1.4Batasan Masalah ... 5

1.5Lokasi dan Waktu Praktek Kerja Lapangan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Pengertian Sistem ... 8

2.1.1 Elemen Sistem... 9

2.1.2 Karakteristik Sistem ... 11

2.1.3 Klasifikasi Sistem ... 14

2.2 Pengertian Informasi ... 15

2.3 Pengertian Sistem Informasi ... 16

(7)

v

2.6 Pengertian Pendapatan Daerah ... 29

BAB III PROFIL PERUSAHAAN ... 33

3.1 Tinjauan Umum Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat ... 33

3.2 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat ... 33

3.3 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat ... 37

3.4 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat ... 38

3.5 Deskripsi Kerja ... 39

3.6 Tinjauan Bidang Pengendalian dan Pembinaan ... 44

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN ... 52

4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan ... 52

4.1.1 Analisis Dokumen ... 52

4.1.2 Analisis Prosedur yang Sedang Berjalan ... 54

4.2 Evaluasi Sistem yang Sedang Berjalan ... 61

BAB V PENUTUP ... 62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan bagian dari mata kuliah yang harus ditempuh sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia. Tujuan kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu bentuk pengaplikasian ilmu-ilmu secara teoritis yang telah didapat selama perkuliahan yang pengimplementasiannya dilakukan dalam kegiatan ini, salah satu ilmu serta teori yang akan diaplikasikan di tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah Menganalisis Sistem yang berjalan pada perusahaan/instansi pemerintah. Kegiatan ini pula dapat memupuk disiplin kerja dan profesionalisme dalam bekerja agar dapat mengenal dunia atau lingkungan kerja yang akan bermanfaat bagi mahasiswa pada setelah menyelesaikan perkuliahan.

(9)

Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat adalah lembaga yang dipilih sebagai pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL), karena dinilai memiliki data dan media informasi yang cukup lengkap, sosialisasi pemungutan pajak serta cukup terkenal dikalangan masyarakat khususnya para wajib pajak yang memiliki kendaraan bermotor. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat mulai dari mengelola data, menganalisa data sebagai bahan sosialisasi kepada maysarakat khususnya kepada wajib pajak pemilik kendaraan bermotor.

Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat merupakan wujud eksistensi lembaga yang menggali potensi daerah Provinsi Jawa Barat. Hadirnya Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga penanggung jawab dalam meningkatkan pendapatan asli daerah serta meningkatkan kualitas pelayanan dibidang pengelolaan pendapatan asli daerah. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan operasional di bidang pendapatan yang merupakan sebagian kewenangan disentralisasi provinsi serta kewenangan yang dilimpahkan kepada Gubenernur berdasarkan asas Dekonsentrasi dan tugas Pembantuan.

(10)

pendapatan daerah tersebut. Sistem ini diharuskan dapat membantu para karyawan pada Dinas Pendapatan provinsi Jawa Barat khususnya pada Bagian Pengendalian dan Pembinaan Dinas Pendapatan provinsi Jawa Barat.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah a. Identifikasi Masalah

1. Belum efektifnya sistem informasi perhitungan pendapatan pada Bagian Dinas Pengendalian dan Pembinaan, Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat.

2. Masih terdapatnya kesalahan perhitungan pendapatan dalam laporan akhir setiap triwulan yang dikarenakan tidak efektifnya sistem informasi perhitungan pendapatan yang ada.

(11)

b. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem informasi perhitungan pendapatan yang saat ini berjalan pada Bagian Pengendalian dan Pembinaan, Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat

2. Bagaimana cara untuk mengurangi kesalahan yang terjadi pada perhitungan pendapatan dalam laporan akhir melalui sebuah sistem perhitungan pendapatan yang masih manual dalam prosesnya

3. Bagaimana cara sosialisasi yang baik dan benar agar pemakaian sistem perhitungan pendapatan dapat menarik daya tarik karyawan Bagian Pengendalian dan Pembinaan untuk menghitung pendapatan pada 33 UPPD di Jawa Barat

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud yang hendak dicapai dalam pelaksanaan Praktek Kerja lapangan adalah untuk menggetahui kondisi nyata dunia kerja untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan ketika perkuliahan, sehingga dengan demikian mampu mempraktekan teori – teori yang didapatkan ketika perkuliahan serta membandingkan secara langsung dengan situasi dan kondisi ditempat bekerja.

(12)

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem informasi yang berjalan pada Bagian Pengendalian dan Pembinaan, Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat

2. Untuk menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan dan bagaimana sistem itu dapat berguna dalam penghitungan total pendapatan pada Bagian Pengendalian dan Pembinaan, Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat

3. Untuk menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan dan bagaimana efesiensinya sistem pada cara kerja para karyawan pada Bagian Pengendalian dan Pembinaan, Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat

1.4. Batasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang pendidikan kami sebagai penulis yaitu sistem informasi, maka kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) pun difokuskan pada Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat.

Garis besar kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL), 119 (seratus sembilan belas) jam kerja atau kurang lebih 17 (tujuh belas) hari kerja adalah sebagai berikut :

(13)

2. Pembuatan laporan evaluasi pada 33 UPPD hasil pengendalian dan pembinaan pada bulan Juli Tahun Anggaran 2010

3. Pembuatan laporan kinerja bulanan Tahun Anggaran 2010 di 33 UPPD di Jawa Barat

1.5. Lokasi dan Waktu Praktek Kerja Lapangan a. Tempat Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat, Jl. Soekarno Hatta No.585 Bandung Telp. (022) 7566197, Fax. (022) 7511518, Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan.

b. Waktu praktek kerja lapangan

(14)

Jadwal Kegiatan Kerja Praktek

No Aktifitas

Waktu Juli

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

1. Perencanaan penelitian x x x

2. Analisis system x x x x x

3. Pengambilan data x x

4. Wawancara x x

5. Pembuatan laporan x x x

[image:14.842.0.842.167.362.2]
(15)

8 BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sistem

Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Spesifikasi pengertian dari sistem menurut Jogiyanto (2002 : 04) adalah sekumpulan elemen atau variable yang saling berinteraksi, saling tergantung, terorganisasi dan terpadu melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Elemen tersebut bisa berupa organisasi, orang atau benda yang melakukan pekerjaan. Masing-masing elemen melakukan pekerjaannya juga harus melakukan hubungan/kerjasama untuk melakukan pekerjaan yang lain, dimana pekerjaan tersebut merupakaan tujuan bersama dari masing masing elemen. Menurut Jerry Fith Gerald (2004 : 20) sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Menurut Anatol Raporot (2002 : 32) sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain. Menurut L. Ackof (2000 : 35) sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.

(16)

saling berinteraksi membentuk kesatuan, dalam interaksi yang kuat maupun lemah dengan pembatas yang jelas”.

Berbeda dengan pengertian sistem menurut Edhy Sutanta T (2004 : 15) adalah “Suatu totalitas yang terdiri dari komponen-komponen dan unsure-unsur yang saling berinteraksi menuju suatu tujuan tertentu”.

2.1.1.Elemen Sistem

Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem :

a. Tujuan

Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda

b. Masukan

(17)

contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).

c. Proses

Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lbih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.

d. Keluaran

Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.

e. Batas

(18)

dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.

f. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik

Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.

g. Lingkungan

(19)

2.1.2.Karakterisitik Sistem

a. Memiliki komponen ;

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak perduli betapapun kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya.

b. Batas sistem (boundary) ;

(20)

sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut. c. Lingkungan luar sistem (environment) ;

Adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.

d. Penghubung sistem (interface) ;

Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya.

e. Masukan sistem (input) ;

Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalah maintanance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

f. Keluaran sistem (Output) ;

Merupakan hasil dari energi yang diolah oleh sistem. g. Pengolah sistem (Process) ;

(21)

h. Sasaran sistem ;

Jika sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya.

2.1.3.Klasifikasi Sistem

a. Sistem abstrak ; sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik (sistem teologia)

b. Sistem fisik ; merupakan sistem yang ada secara fisik (sistem komputer, sistem akuntansi, sistem produksi dll.)

c. Sistem alamiah ; sistem yang terjadi melalui proses alam. (sistem matahari, sistem luar angkasa, sistem reproduksi dll. d. Sistem buatan manusia ; sistem yang dirancang oleh manusia. e. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi manusia dengan mesin disebut human-machine system (contoh ; sistem informasi)

f. Sistem Tertentu (deterministic system) ; beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan (contoh ; sistem komputer) g. Sistem tak tentu (probabilistic system) ; sistem yang kondisi

(22)

h. Sistem tertutup (close system) ; sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan sistem luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Secara teoritis sistem tersebut ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system (secara relatif tertutup, tidak benar-benar tertutup).

i. Sistem terbuka (open system) ; sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya.

j. Sistem sederhana dan Sistem kompleks.

2.2. Pengertian Informasi

Suatu susunan organisasi pasti tidak terlepas dari adanya informasi, karena itu informasi sangat dibutuhkan guna meningkatkan kualitas pekerjaan dan memudahkan dalam berkomunikasi baik informasi yang dating dari luar maupun dari dalam.

(23)

Berbeda dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Fathansyah (2001 : 14)bahwa informasi adalah “makna atau pengertian yang dapat diambil dari suatu data dengan menggunakan konversi-konversi yang umum digunakan di dalam referensinya”.

Sedangkan menenurut Gordon B Davis (2000 : 10) bahwa informasi adalah “Data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi penerima dan mempunyai nilai yang nyata atau dapat dirasakan dalam bentuk-bentuk yang sekarang atau keputusan-keputusan akan mendatang”.

Kualitas Informasi ; tergantung dari 3 hal, yaitu informasi harus :

a. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan masudnya.

b. Tetap pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat.

c. Relevan, berarti informasi tersebut menpunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.

Nilai Informasi ; ditentukan dari dua hal, yaitu :

a. Manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya.

(24)

2.3. Pengertian Sistem Informasi

Suatu sistem terintegrasi yang mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya, atau sebuah sistem terintegrasi atau sistem manusia-mesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen dalam suatu organisasi. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model manajemen dan basis data.

Menurut Robert A. Leitch (2000 : 12) sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

2.4. Metoda Pendekatan dan Pengembangan Sistem 2.4.1. Metode Pendekatan Sistem

Pada dasarnya ada dua metode pendekatan dalam membangun sistem, yaitu :

(25)

b. Bottom-up, dimana sistem dipetakan dari satuan terkecil Sehingga ke satuan terbesar, misalnya perakitan mobil.

Perancangan sistem informasi merupakan pengembangan sistem baru dari sistem lama yang ada, dimana masalah-masalah yang terjadi pada sistem lama diharapkan sudah teratasi pada sistem yang baru. Secara konseptual siklus pengembangan sebuah sistem informasi adalah sebagai berikut :

a. Analisis Sistem: Analisis Sistem menurut Jogiyanto ( 2002 : 03) adalah “Suatu pengertian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponensnya dengan maksud untuk mengindentifikasikan dan mengevaluasi permasalahannya, kesempatan atau hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya”.

(26)

pemahaman secara detail dari suatu situasi untuk menentukan perubahan apa yang harus dibuat.

b. Perancangan Sistem: merancang output, input, struktur file, program, prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi

c. Pembangunan dan Testing Sistem: membangun perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem dan melakukan testing secara akurat. Melakukan instalasi dan testing terhadap perangkat keras dan mengoperasikan perangkat lunak

d. Implementasi Sistem: beralih dari sistem lama ke sistem baru, melakukan pelatihan dan panduan seperlunya.

e. Operasi dan Perawatan: mendukung operasi sistem informasi dan melakukan perubahan atau tambahan fasilitas.

(27)

2.4.2 Alat Bantu Analisis

Analisis data masukan adalah suatu analisis yang dilakukan terhadap data-data dari entitas luar yang dimasukkan kedalam sistem. Dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman sistem secara keseluruhan, tentang sistem yang berjalan sekarang sehingga permasalahan dapat dipecahkan dan kebutuhan pemakai sistem dapat diindentifikasi dengan benar.

Pada tahapan analisis ini menggunakan beberapa alat bantu untuk dapat menggambarkan sistem secara keseluruhan. Alat bantu yang digunakan adalah : Flow Map, Diagram Konteks yang dilanjutkan dengan Data Flow Diagram (DFD) beserta diagram rincinya. Informasi yang disajikan dengan penggambaran flowmap ini lebih menekankan pada urutan aktivitas disetiap entitas yang berada dalam sistem. Sedangkan Diagram Konteks menggambarkan aliran data yang mengalir dari setiap entitas ke sistem, dan Data Flow Diagram merupakan penjelasan atau pemecahan dari Diagram Konteks yang menggambarkan aliran data, spesifikasi proses serta penyimpanan data hasil proses.

2.4.2.1. Flow Map

(28)

aktivitas disetiap entitas yang berada dalam sistem. Flow Map mempunyai fungsi sebagai mendefinisikan hubungan antara bagian (pelaku proses),proses(manual/berbasis komputer) dan aliran data (dalam bentuk dokumen keluaran dan masukan)

2.4.2.2. Diagram Konteks

Diagram konteks adalah model atau gafik yang menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungansistem. Untuk dapat menggambarkan diagram konteks, terlebih dahulu data dideskripsikan sehingga data apa saja yang akan di butuhkan oleh sistem dan dari mana sumber data, serta informasi apa saja yang akan dihasilkan aleh sistem tersebut dan kemana informasi tersebut akan diberikan. Jenis pertama Context Diagram, adalah data flow diagram tingkat atas (DFD Top Level), yaitu diagram yang paling tidak detail, dari sebuah sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar sistem dan ke dalam dan ke luar entitas-entitas eksternal.

Dalam diagram Konteks ini yang dibutuhkan adalah : 1. Siapa saja pihak yang akan memberikan data

ke sistem.

(29)

3. Kepada siapa sistem harus memberikan informasi atau laporan

4. Apa saja isi atau jenis laporan yang harus dihasilkan sistem.

2.4.2.3. Data Flow Diagram

Data Flow Diagram (DFD) yaitu alat bantu yang dapat menggambarkan sistem secara lengkap dan jelas, baik sistem yang sudah ada maupun sistem yang masih dalam rancangan. Dalam DFD dijelaskan mengenai aliran data, informasi proses, basis data dan sumber tujuan data yang dilakukan oleh sistem.

Tingkatan atau level DFD dimulai dari diagram konteks yang menjelaskan dan menggambarkan sistem secara umum, terdiri dari beberapa elemen-elemen di luar sistem yang memberikan input ke dalam sistem. Diagram konteks tersebut akan dirinci ke dalam beberapa proses yang ada dalam sistem sehingga menghasilkan uraian sistem dalam level yang lebih rinci.

2.4.2.4. Kamus Data

(30)

sistem dapat mendefinisikan data yang mengalir di sistem dengan lengkap.

Kamus data menggambarkan data yang mengalir dari suatu proses ke proses lainnya, dari entitas luar ke proses atau dari proses ke entitas luar. Arus data entitas luar ke dalam proses atau sistem lainnya berupa dokumen atau bukti pencatatan. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas biasanya menggunakan kode. Arus data dari proses ke entitas luar biasanya berbentuk data atau informasi yang dibutukan system

2.4.2.5. Perancangan Basis Data

Perancangan pada basis data (database) adalah perancangan yang digunakan pada pembuatan sistem informasi perangkat lunak (software) ini. Basis data sendiri dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah.

(31)

3. Kumpulan file atau table atau pun arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronik.

Perancangan basis data terdiri dari ERD (Entity Relationship Data), normalisasi, table relasi atau relasi File,

struktur File.

Pada perancangan basis data ini digunakan beberapa peralatan untuk mendukung proses pembentukan database tersebut. Ketentuan - ketentuan yang digunakan untuk mendukung pembentukan basis data antara lain:

a. Normalisasi b. Tabel Relasi a. Normalisasi

(32)

mengorganisasikan himpunan data dengan ketergantungan dan keterkaitan yang tinggi atau erat.

Langkah pertama dalam melakukan normalisasi data adalah dengan membentuk unnormalisasi data, dengan cara mencantumkan semua atribut data yang ada pada struktur data pada kamus data.

Bentuk normalisasi adalah suatu aturan yang dikenakan pada tabel-tabel dalam basis data dan harus

dipenuhi oleh tabel-tabel tersebut pada level-level normalisasi.

Aturan-aturan dalam masing-masing bentuk normalisasi tersebut menurut Abdul Kadir (2002: 52) adalah sebagai berikut :

1. Bentuk tidak normal

Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan disimpan, tidak ada keharusan mengikuti suatu format tertentu, dapat saja data tidak lengkap atau terduplikasi dan data dikumpulkan apa adanya.

2. Bentuk normal pertama

(33)

Ini berarti bahwa nama kolom yang berulang cukup diwakili oleh sebuah nama kolom (tidak perlu ada indeks dalam memberi nama kolom).

3. Bentuk normal kedua

Suatu tabel berada dalam bentuk normal kedua (2NF) jika tabel berada dalam bentuk normal pertama, semua kolom bukan kunci primer tergantung sepenuhnya terhadap kunci primer. Suatu kolom disebut tergantung sepenuhnya terhadap kunci primer jika nilai padasuatu kolom selalu bernilai sama untuk suatu nilai kunci primer yang sama.

4. Bentuk normal ketiga

(34)

b. Tabel Relasi

Pengertian Table Relasi menurut Fathansyah (2001 : 23) adalah “Data yang menggambarkan hubungan antara table yang satu dengan table yang lainnya”.

Model basis data relational sering pula disebut sebagai model Relasional atau Basis Data Relasional. Model Basis Data ini ditemukan atau diperkenalkan pertama kalinya oleh E.F Codd. Model basis data menunjukan suatu cara atau mekanisme yang digunakan untuk mengelola atau mengorganisasi data secara fisik dalam memori sekunder yang berdampak pula pada bagaimana kita mengelompokan dan membentuk keseluruhan data yang terkait dalam sistem yang sedang ditinjau.

Tabel relasi digunakan untuk menggambarkan representasi struktur dan data dari hubungan atar table secara fisik atau nyata.

Macam-Macam Relasi antar tabel: 1. One-to-many

(35)

Tabel y hanya boleh berelasi dengan satu record saja pada tabel x.

2. One-to-one

Jika dua tabel berelasi one-to-one artinya setiap record di entitas pertama hanya akan berhubungan dengan satu record di entitas kedua begitu pula sebaliknya.

3. Many-to-many

Ada banyak record di entitas satu dan entitas dua yang saling berhubungan satu sama lain

2.5. Pengertian Pendapatan

Untuk memahami arti dari pendapatan, maka akan diuraikan pengertian dari pendapatan itu sendiri. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999:233) dalam buku Standart Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan adalah: “Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.

(36)

Selain itu menurut Commite On Accounting Concept and Standart dari AAA dikutip oleh Theodorus Tuonakotta (1984:144) dalam buku teori Akuntansi memberikan definisi pendapatan adalah” Pernyataan moneter mengenai barang dan jasa yang ditransfer perusahaan kepada langganan-langganannya dalam jangka waktu tertentu”.

Paton dan Littleton mengemukakan bahwa pengertian pendapatan dapat ditinjau dari aspek fisik dan moneter. Hal ini juga dikemukakan Suwardjono (1984:167) dalam buku teori Akuntansi Perekayasaan Akuntansi Keuangan bahwa dari aspek fisik pendapatan dapat dikatakan sebagai hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan laba. Aspek moneter memberikan pengertian bahwa pendapatan dihubungkan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.

2.5.1. Pengukuran Pendapatan

Pendapatan diukur dengan nilai wajar yang dapat diterima, jumlah pendapatan biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli yang diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah discount dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan, umumnya berbentuk kas atau setara kas.

(37)

Bila barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat nilai yang sama maka pertukaran tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Dan bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan.

Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.

2.6. Pengertian Pendapatan Daerah

(38)

2.6.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, komponen Pendapatan Daerah terdiri dari:

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Adapun jenis PAD terdiri dari: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, serta Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.

Sedangkan jenis Dana Perimbangan terdiri dari Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan; Bagi Hasil Sumber Daya Alam (SDA), serta Dana Alokasi Umum. 2.6.1.1. Pendapatan Asli Daerah

(39)

1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5%;

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 10%;

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5%; 4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah

Tanah dan Air Permukaan 20%; 5. Pajak Hotel 10%;

6. Pajak Restoran 10%; 7. Pajak Hiburan 35%; 8. Pajak Reklame 25%;

9. Pajak Penerangan Jalan 10%;

10. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20%;

11. Pajak Parkir 20%.

2.6.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(40)

mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

APBD terdiri atas:

1. Anggaran pendapatan, terdiri atas

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain

b. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus

c. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah.

(41)

33 BAB III

PROFIL PERUSAHAAN

3.1. Tinjauan Umum Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat Dinas Pendapatan Daearah Provinsi Jawa Barat adalah merupakan salah satu Dinas pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berkedudukan di ibu kota Provinsi Jawa Barat dan cabang dinasnya tersebar diseluruh Jawa Barat.

Tugas pokok DIPENDA adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan operasional di bidang pendapatan yang merupakan sebagian kewenangan desentralisasi Provinsi serta kewenangan yang dilimpahkan kepada Gubernur berdasarkan asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan, sedangkan fungsinya adalah :

1. Perumusan kebijakan operasional di bidang pendapatan daerah. 2. Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang pendapatan daerah. 3. Koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan tugas bidang pendapatan daerah. 4. Penyelenggaraan ketatausahaan dinas.

3.2. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat

(42)

Berdasarkan SK Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 219/PO/V/OM/SK/71 tanggal 25 September 1971 dibentuk Jawatan Perpajakan dan Pendapatan Provinsi Jawa Barat. Jawatan ini secara efektif dimulai Tahun Anggaran 1972/1973, dengan dikeluarkan Surat Keputusan Gubernur tersebut, untuk pertama kalinya pengurusan Perpajakan dan Pendapatan Daerah ditangani secara terpisah dari Lingkungan Keuangan.

Dengan dikeluarkannya Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok – Pokok Pemerintahan di Daerah, Nomenklatur Jawatan Perpajakan dan Pendapatan Provinsi Jawa Barat diganti menjadi Dinas Perpajakan dan Pendapatan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

Sejak Tahun 1970 kantor Dinas Perpajakan dan Pendapatan Provinsi daerah Tingkat I Jawa Barat bertempat di Jl. Ir. H. Juanda 37 Bandung. Tahun 1984 Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DT I Jawa Barat pindah ke Gedung baru yang berlokasi di Jl. Soekarno Hatta 528 Bandung.

(43)

Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah berpedoman pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 363 Tahun 1971 tanggal 4 November 1977 Tentang Pedoman Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah dan Surat keputusan Menteri Dalam Negeri No.KUPD 7/7/39126 Tanggal 31 Maret 1978 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Tingkat I Jawa Barat didasarkan kepada Peraturan Daerah Nomor 7/PD.040/1978 Tanggal 30 Agustus 1978 yang kemudian diubah untuk pertama kali dengan Peraturan Daerah Nomor I Tahun 1990 tanggal 24 Januari 1990.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor : 11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, wilayah kerja pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat meliputi Wilayah I Banten, Wilayah II Bogor, Wilayah III Cirebon, Wilayah IV Purwakarta dan Wilayah V Priangan. Perkembangan selanjutnya sejak ditetapkan Undang – Undang Nomor : 23 Tahun 2000, tentang Pembentukan Provinsi Banten, maka wilayah kerja Pembantu Geburnur banten terpisah dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

(44)

Begitu pula Cabang Dinas Pendapatan daerah Kabupaten/Kota yang berlokasi di wilayah Banten menjadi Cabang Dinas pendapatan Provinsi banten.

Lingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat, secara otomatis yang asalnya membawahi 25 Cabang Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota, maka sejak terbentuk Provinsi Banten, menjadi 20 Cabang Dinas Pendapatan.

Dengan diberlakukannya Undang – undang Nomor : 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat daerah (Lembaga Negara tahun 2000 nomor 165), maka Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Dinas/Badan/lembaga di lingkungan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat telah diubah berdasar berdasarkan kepada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas daerah Provinsi jawa Barat.

(45)

3.3. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat a. Visi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat

Menjadi pengelola pendapatan daerah yang amanah dengan berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik.

b. Misi Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat; 2. Memantapan kinerja sumber daya manusia dan organisasi; 3. Menjalin jejaring kerja dan koordinasi secara sinergis di

bidang pendapatan daerah;

4. Meningkatkan penerimaan pendapatan daerah;

(46)
[image:46.842.123.738.142.492.2]

3.4. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat

Gambar 3.1

(47)

3.5. Deskripsi Kerja 3.5.1. Dasar Hukum

3.5.1.1.Dasar Hukum Kelembagaan

a. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 21 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat.

b. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 53 Tahun 2001 Tanggal 4 Desember 2001 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Rincian Tugas Unit Dinas Pendapata Daerah Provinsi Jawa Barat.

c. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 65 Tahun 2002 Tanggal 2 Desember 2002 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Rincian Tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas di Lingkungan Dinas Pendapata Daerah Provinsi Jawa Barat.

3.5.1.2.Dasar Hukum Pungutan

(48)

b. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 7 Tahun 2001 Tanggal 18 Juli 2001 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor;

c. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 8 Tahun 2001 Tanggal 18 Juli 2001 Tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

d. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 9 Tahun 2001 Tanggal 18 Juli 2001 Tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

e. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 11 Tahun 2002 Tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 6 Tahun 2001;

f. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 12 Tahun 2002 Tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 7 Tahun 2001;

g. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 13 Tahun 2002 Tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 8 Tahun 2001;

(49)

Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 9 Tahun 2001;

i. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 20 Tahun 2002 Tanggal 2 Juli 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 6 Tahun 2001;

3.5.2. Tugas Pokok

Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang pendapatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

3.5.3. Fungsi

1. Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis pendapatan;

2. Penyelenggaraan pendapatan dan pelayanan umum meliputi kesekretariatan, perencanaan dan pengembangan, pajak, non pajak, pengendalian dan pembinaan, serta UPTD;

3. Penyelenggaraan fasilitas pelaksanaan tugas pendapatan daerah dan pelayanan umum;

(50)

pengendalian dan pembinaan UPTD, pembinaan teknis fungsional pendapatan daerah dan pelayanan umum;

5. Penyelenggaraan tugas lain dari gubernur sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;

3.5.4. Posisi dan Peran Organisasi

1. Sebagai pelaksana operasional di bidang pendapatan daerah; 2. Sebagai coordinator bidang pendapatan daerah;

3. Sebagai sekretaris tim anggaran pemerintah daerah (TPAD);

3.5.5. Arah Kebijakan Daerah tahun 2010

Pada tahun 2010 ini arah kebijakan untuk pendapatan daerah yang merupakan potensi daerah dan sebagai penerimaan provinsi jawa barat sesuai urusannya diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sector pajak daerah, retribusi daerah dan dana perimbangan. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkabn pendapatan daerah adalah :

1. Memantapkan kelembagaan dan system operasional pemungutan pendapatan daerah;

(51)

3. Meningkatkan koordinas secara sinergis di bidang pendapatan daerah dengan pemerintah pusat, OPD penghasil. Kabupaten/kota, POLRI.

4. Meningkatkan kinerja badan usaha milik daerah dalam upaya peningkatan kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan daerah;

5. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi daerah;

6. Menigkatkan peran dan fungsi UPT, UPPD dan balai penghasil dalam peningkatan pelayanan dan pendapatan;

7. Meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan daerah;

Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan dana perimbangan sebagai upaya penigkatan kapasitas fiscal daerah adalah sebagai berikut :

1. Mengoptimalkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB, pajak orang pribadi dalam negeri (PPh OPDN), PPh Pasal 21 dan BPHTB;

2. Meningkatkan akurasi data sumber daya alam sebagai dasar perhitungan pembagian dalam dana perimbangan;

(52)

3.6. Tinjauan Bidang Pengendalian dan Pembinaan 3.6.1. Pelaksanaan Pengendalian dan Pembinaan

1. Pengendalian, adalah proses yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian tujuan dinsa serta dipatuhinya peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Pembinaan, dilakukan dengan cara member bimbingan supervise dan konsultasi;

3. Monitoring, adalah kegiatan mengamnati, mengawasi keadaan dan pelaksanaan di tingkat lapangan yang secara terus menerus atau berkala di setiap tingkatan atas program sesuai rencana;

4. Analisa, merupakan kegiatan menolah data laporan yang disampaikan oleh unit kerja dan/ atau UPPD untuk mengetahui tingkatan capaian kinerja dan akurasinya; 5. Evaluasi, diartikan sebagai proses kegiatan penilaian hasil

kerja, kebijakan, akuntibilitas kerja unit kerja atu program atau kegiatan dinas untuk menigkatkan penyelenggaraan tugas pokok dan funsi dinas;

(53)

Penilaian kinerja tidak hanya terhadap kualitas dan kuantitas fisik, tetapi juga terhadap kualitas akuntabilitas;

3.6.2. Jenis Pengendalian dan Pembinaan

Setiap pengendalian dan pembinaan, dimulai dengan penetapan tujuan yang menentukan jenis pengendalain dan pembinaan yang akan dilaksanakan. Jenis pengendalian dan pembinaan ini adalah pengendalian dan pembinaan secara berkala (regular), pengendalian dan pembinaan secara khusus serta pemutakhiran hasil pengendalian dan pembinaan.

1. Pengendalian Dan Pembinaan Secara Berkala (Regular)

Bertujuan untuk mengukur sejauh mana kegiatan yang dilakukan atau dipertanggung jawabkan oleh entitas pengendalian dan pembinaan telah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan dilaksanakan secara efisien, efektif, dan ekonomis. Selanjutnya mengindetifikasi sebab akibat mengapa kegiatan tidak dilakukan secara efisien, efektif, dan ekonomis, serta memberikan rekomendasi perbaikan kepada kepala dinas.

(54)

pengendalian dan pembinaan secara berkala dilakukan secara periodik yang sudah dijadwalkan dalam bidang pengendalian dan pembinaan terdiri atas;

a. Pengendalian dan pembinaan tidak langsung

pengendalian dan pembinaan tidak langsung dilakukan melalui kegiatan verifikasi (on the desk) terhadap laporan yang disampaikan unit kerja dan/ atau UPPD atas pengelolaan keuangan (yang meilputi pendapatan daerah dan belanja), pengelolaan kepegawaian dan pengelolaan barang.

b. Pengendalian dan pembinaan langsung

pengendalian dan pembinaan secara langsung (on the spot) kepada entitas pengendalian dan pembinaan.

2. Pengendalian Dan Pembinaan Secara Khusus

pengendalian dan pembinaan yang dilakukan secara khusus untuk memberikan kesimpulan terhadap kejadian tertentu atau masalah tertentu atas terjadinya penyimpangan terhadap tugas pokok dan fungsi dinas atau diduga adanya indikasi penyimpangan.

Dengan demikian ruang lingkup pengendalian dan pembinaan secara khusus meliputi :

a. penyalahgunaan wewenang

(55)

d. Pelanggaran disiplin pegawai

3. Pemutakhiran Hasil Pengendalian Dan Pembinaan

Tindak lanjut terhadap rekomendasi dan saran temuan hasil pengendalian dan pembinaan yang disampaikan oleh unit kerja atau UPPD dalam tempo 14 hari kerja setelah selesai kegiatan pengendalian dan pembinaan.

3.6.3. Tanggung Jawab Pengendalian dan Pembinaan

Bidang pengendalian dan pembinaan merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasi pengendalian kepada kepala dinas. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya tetap menjaga integritas, objektif berdasarkan fakta dan data serta tidak berpihak. Tim pengendalian dan pembinaan harus berhati-hati dalam menggunakan informasi yang diperoleh selama melaksanakan pengendalian dan pembinaan. Sehingga integritas yang dibangunh sebagai komitmen kedinasan guna mencegah terjadinya pelanggaran/penyimpangan visi dan misi diharapkan tidak terjadi.

(56)

hasilnya atau menutupi praktik-praktik yang tidak patut atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3.6.4. Materi Pengendalian dan Pembinaan Aspek Tugas Pokok dan Fungsi 1. Pengertian

Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) suatu intansi pada dasarnya merupakan penjabaran daripada penyelenggaraan tugas umum penyelenggaraan pemerintah.

2. Tujuan penngendalian dan pembinaan

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai tupoksi dinas telah direncanakan, dilaksanakan secara ekonomis, efektif dan efisien serta mencakup pula ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan kewajaran pertanggunggjawabannya. 3. Langkah-langkah yang dilakukan

a. Struktur organisasi dan uraian tugas

(57)

a) Teliti sejauh mana struktur organisasi telah dijabarkan dalam bentuk pembagian habis tugas sesuai dengan perundang-undangan b) Adanya kajian seperlunya seberapa jauh

struktur organisasi telah mencerminkan adanya pengendalian intern yang baik

c) Pengujian tentang uraian tugas dan wewenang telah mencerminkan pembaian seluruh tugas pokok dan fungsi satuan kerja

d) Uraian tugas tidak ada yang tumpang tindih e) Buat kajian seperlunya tentang kemungkinan

adanya tumpang tindih uraian tugas, mekanisme uraian komunikasi serta periodesasi monitoring dan evaluasi

2) Penjabaran tupoksi

a) Setiap kegiatan untuk kerja dan/uppd telah berlandaskan kepada perundang-undangan yang berlaku

b) Setiap kegiatan unit kerja dan/uppd dengan jelas mengindentifikasi tujuan dan sasarannya c) Tujuan dan sasaran setiap kegiatan senantiasa

(58)

dinas yang tercermin dalam tugas pokok dan fungsi

b. Perencanaan dan program kegiatan

Untuk mengetahui hal ini perlu dalakukan kajian, khususnya menyangkut sejauh mana pelaksanaan tentang : 1) penetapan kegiatan unit kerja dan/UPPD yang

dijabarkan dalam bentuk rencana Tahunan telah didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan didasarkan pula pada pertimbangan dan analisis yang objektif dan memadai

2) bentuk rencana Tahunan mencakup aspek perencanaan keuangan, sarana dan prasarana, dan SDM

3) rencana Tahunan tersebut mencerminkan dengan jelas elemen-elemen :

- tujuan dari setiap rencana kegiatan

- strategia atau cara yang akan ditempuh untuk

mencapai rencana

- sumber daya yang akan digunakan dalam

melaksanakan rencana termasuk besaran kuantitatif

(59)

c. Evaluasi pelaksanaan kegiatan

1) pengawasan melekat telah memiliki suatu sistem evaluasi pelaksanaan kegiatan

2) bidang/sub bagian/seksi tertentu telah ditetapkan untuk melasanakan evaluasi

3) hasil evaluasi dapat mengidentifikasikan antara lain : - jenis kegiatan

- rencana kegiatan dalam bidang pengelolaan pendapatan dan bidang pengelolaan belanja maupun spesifikasi teknisnya

- realisasi dan pencapaian rencana kegiatan - hasil perbandingan antara rencana dan

realissasi

- sebab sebab tidak terlaksanannya suatu rencan kegiatan

- pemecahan masalah yang mungkin timbul dalam pencapaian rencana kegiatan

(60)

52

BAB IV

ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN

4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan

Analisis sistem memberikan gambaran tentang sistem yang diamati yang saat ini sedang berjalan. Kelebihan dan kekurangan sistem tersebut dapat diketahui dan diidentifikasi sehingga akan ditemukan beberapa data dan fakta yang akan dijadikan bahan uji dan analisa. Dalam analisis dokumen akan dijelaskan hal-hal berikut :

a. Nama dokumen : untuk menjelaskan nama dokumen tersebut b. Nama unit organisasi : untuk menjelaskan bagian organisasi c. Fungsi : untuk menjelaskan kegunaan informasi

yang digunakan

d. Kegiatan : untuk mejelaskan kondisi yang terjadi dalam sistem

4.1.1 Analisis Dokumen

(61)
[image:61.595.120.507.162.753.2]

Table 4.1.

Analisis dokumen dalam prosedur pelaksanaan tugas yang sedang berjalan

1

Dokumen deskripsi fungsi organisasi

Nama dokumen : deskripsi fungsi organisasi.

Nama unit organisasi : seksi pengendalian dan pembinaan. Fungsi : pelaksanaan penyusunan bahan petunjuk teknis pengendalian dan pembinaan internal.

Kegiatan : melaksanakan program pengendalian dan pembinaan pada 33 uppd

2 Dokumen deskripsi kegiatan

Nama dokumen : deskripsi kegiatan. Nama unit organisasi : seksi

pengendalian dan pembinaan. Fungsi : pelaksanaan penyusunan bahan petunjuk teknis pengendalian dan pembinaan kesekretariatan, perencanaan dan pengembangan, pajak, non pajak dan uptd

(62)

3

Dokumen diagram prosedur kerja

Nama dokumen : diagram prosedur kerja.

Nama unit organisasi : bidang pengendalian dan pembinaan. Fungsi : pelaksanaan penyusunan behan petunjuk teknis pengendalian dan pembinaan, kesekretariatan, perencanaan dan pengembangan, pajak, non pajak dan uptd.

Kegiatan : melaksanakan penyusunan program kerja seksi pengendalian dan pembinaan

4.1.2 Analisis Prosedur yang Sedang Berjalan

Analisa prosedur perhitungan pendapatan dari 33 UPPD yang sedang berjalan adalah menganalisa proses yang sedang berjalan pada sistem pembelian yang ada pada Bidang Pengendalian dan Pembinaan Provinsi Jawa Barat. Dengan ini, maka akan diketahui kelemahan atau kesalahan dari sistem yang sedang berjalan.

(63)

1. Sub bagian Bidang Pengendalian dan Pembinaan melakukan tinjauan langsung ke 33 UPPD yang berada di Provinsi Jawa Barat salah satunya mengenai batas target tanggal pelaporan per triwulan.

2. 33 UPPD membuat laporan pendapatan per triwulan.

3. Laporan triwulan yang telah dikerjakan oleh 33 UPPD diberikan kepada Bidang Pengendalian dan Pembinaan.

4. Bidang Pengendalian dan Pembinaan melakukan evaluasi hasil laporan pendapatan per triwulan dari 33 UPPD.

5. Hasil evaluasi di validasi oleh kepala Bidang Pengendalian dan Pembinaan.

6. Laporan hasil validasi di berikan kepada bidang-bidang lain seperti pajak, non pajak, renbang, dan kesekretariatan.

7. Bidang pajak, non pajak, renbang, dan kesekretariatan mengevaluasi laporan dari Bidang Pengendalian dan Pembinaan disesuaikan dengan data-data yang ada.

8. Laporan yang telah direvisi oleh bidang-bidang di atas dilaporkan kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat.

9. Laporan yang telah di validasi oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat diberikan kembali kepada Bidang Pengendalian dan Pembinaan beserta 3 bidang lainya (pajak, non pajak, renbang).

(64)

4.1.2.1Flow Map

(65)
[image:65.595.119.551.167.732.2]

Gambar 4.1

Flow Map Sistem Informasi Perhitungan Pendapatan di 33 UPPD

33 UPPD BPP Kep. BPP 4 Bidang (pajak, non pajak,

renbang, kesekretariatan) Kep. DIPENDA

Cek batas tanggal

Membuat laporan pendapatan

Surat tinjauan Surat tinjauan

(66)

33 UPPD BPP Kep. BPP 4 Bidang (pajak, non pajak, renbang, kesekretariatan) Kep. DIPENDA

A

Laporan validasi Laporan validasi

4

Evaluasi laporan

Laporan Revisi

Laporan Revisi + Laporan Validasi

Validasi laporan

Laporan Validasi Pendapatan UPPD Laporan Validasi

Pendapatan UPPD

Laporan Validasi Pendapatan UPPD Laporan Validasi

Pendapatan UPPD

5

(67)

4.1.2.2Diagram Konteks

Diagram konteks adalah model atau gafik yang menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungansistem. Untuk dapat menggambarkan diagram konteks, terlebih dahulu data dideskripsikan sehingga data apa saja yang akan di butuhkan oleh sistem dan dari mana sumber data, serta informasi apa saja yang akan dihasilkan aleh sistem tersebut dan kemana informasi tersebut akan diberikan. Jenis pertama Context Diagram, adalah data flow diagram tingkat atas (DFD Top Level), yaitu diagram yang paling tidak detail, dari sebuah sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar sistem dan ke dalam dan ke luar entitas-entitas eksternal.

[image:67.595.173.566.531.660.2]

Berikut adalah Diagram Konteks :

Gambar 4.2.

Diagram konteks Sistem Informasi Perhitungan Pendapatan di 33 UPPD

(68)

4.1.2.3Data Flow Diagram

Data Flow Diagram (DFD) yaitu alat bantu yang dapat menggambarkan sistem secara lengkap dan jelas, baik sistem yang sudah ada maupun sistem yang masih dalam rancangan. Dalam DFD dijelaskan mengenai aliran data, informasi proses, basis data dan sumber tujuan data yang dilakukan oleh sistem.

[image:68.595.155.499.503.736.2]

Tingkatan atau level DFD dimulai dari diagram konteks yang menjelaskan dan menggambarkan sistem secara umum, terdiri dari beberapa elemen-elemen di luar sistem yang memberikan input ke dalam sistem. Diagram konteks tersebut akan dirinci ke dalam beberapa proses yang ada dalam sistem sehingga menghasilkan uraian sistem dalam level yang lebih rinci.

Gambar 4.3

(69)

4.2 Evaluasi Sistem Yang Sedang Berjalan

Berdasarkan sistem perhitungan pendapatan di 33 UPPD masih terdapat kelemahan pada system tersebut, yaitu terlalu banyaknya proses yang dilakukan secara manual yang mengakibatkan tidak efektif dan efisien baik waktu atau pun kinerja pegawai.

Selain itu tidak ada database khusus dinas pendapatan daerah sehingga proses pengiriman data dilakukan secara manual.

(70)

62

5.1. Kesimpulan

Sistem informasi perhitungan pendapatan pada Sub Bagian Dinas Pengendalian dan Pembinaan, Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Provinsi Jawa Barat yang ada saat ini masih menggunakan microsoft office excel 2007 dan belum menggunakan software khusus untuk perhitungan pendapatan dari 33 UPPD.

Kesalahan perhitungan disebabkan karena penggunaan rumus yang berbeda oleh para pegawai bidang pengendalian dan pembinaan sehingga hasil yang diperoleh tidak sessuai dengan yang diharapkan.

Sampai saat ini sosialisasi masih harus dilakukan karena sosialisasi yang terjadi sebelumnya belum memberikan efek positif bagi para pegawai khususnya pada sub Bagian Pengendalian dan Pembinaan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat.

5.2. Saran

(71)

a. Pembuatan suatu sistem informasi yang dapat menghitung pendapatan dari tiap UPPD khususnya pada Sub Bagian Pengendalian Dan Pembinaan agar penghitungan pendapatan dari tiap UPPD dapat lebih efektif dan efisien. b. Pembuatan suatu system informasi perhitungan pendapatan dari tiap UPPD

(72)

64

DAFTAR PUSTAKA

Company profile DISPENDA JAWA BARAT

Departemen dalam negeri dan otonomi daerah. 2000. Himpunan peraturan tentang pelaksanaan SAMSAT.

http://blog.re.or.id/Konsep Dasar Sistem - Elemen Sistem/21 september 2010

http://Bahar Education Blog.co.cc/Diagram Konteks (contec diagram) 21 september 2010

http://Dasar Sistem Informasi.co.cc/elemen sistem informasi/21 september 2010

http://Dasar Sistem Informasi.co.cc/Pengertian Sistem Menurut Para Ahli/21 september 2010

http://djogjakarta.blogdetik.com/metode perkembangan perangkat lunak/ 21 september 2010

http://Erihadiyana’s Weblog.com/ JENIS-JENIS PEMODELAN PENGEMBANGAN SISTEM/22 september 2010

http://jogjapeople’s.com/ pengertian normalisasi pada sebuah tabel/22 september 2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/30 september 2010

(73)

http://POSITIVE - MAINDSET.com/ANALISIS SISTEM INFORMASI/21 September 2010

http://rs8.scribd.com/sistem informasi/22 september 2010

http://scribdasset.com/ Pengertian Analisis Sistem/22 september 2010

http://showards.probmatic.com/konsep dasar system dan system informasi/ 22 september 2010

http://www.jakarta.go.id/Arah Kebijakan Pendapatan Daerah/30 september 2010

(74)
(75)

Gambar

Tabel 1.1.
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat
Table 4.1.
Gambar 4.1
+3

Referensi

Dokumen terkait

dan pengurus dapat login ke dalam aplikasi, pilihan menu disesuaikan dengan hak aksesnya yaitu proses pengelolaan data anggota, pengelolaan data simpanan,

Dalam penelitian ini ditemukan 17 air terjun yang terbagi di tiga kabupaten, yaitu: di Purwakarta ada Air terjun, Cipurut, Ciséoh, Gandasoli, Panembahan, di

Pengguna data mengakui bahwa BPS tidak bertanggung jawab atas penggunaan data atau interpretasi atau kesimpulan berdasarkan penggunaan data apabila tidak diketahui atau

[r]

pembelajaran di kelas, yang sangat membosankan oleh karena itu guru harus mengubah pengolahan kelas menjadi suatu pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membuat

Neitzo Company ini adalah melakukan pengujian ulang cognitive walktrough dengan evaluator yang memiliki pengalaman yang lebih terkait dengan evaluator yang

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode mean ( rata- rata ) dan standar deviasi maka didapatkan ranking tertinggi dari seluruh komponen biaya khususnya

Berdasarkan penilaian MTBF (Mean Time Between Failure) pada area mixing, line BB#9 merupakan line dengan pencapaian nilai MTBF terendah yaitu 9.02 Hari (rata