NO. 420/UN.40.FPEB.1.PL/2012
PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN
MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP
EFEKTIVITAS KOPERASI SEKUNDER
(Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia
Wilayah Jawa Barat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi
Oleh
RESTI DESTIANA SURYATI 0805570
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
NO. 420/UN.40.FPEB.1.PL/2012
PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN
MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP
EFEKTIVITAS KOPERASI SEKUNDER
(Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia
Wilayah Jawa Barat)
Oleh
Resti Destiana Suryati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Resti Destiana Suryati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
NO. 420/UN.40.FPEB.1.PL/2012
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PELAYANAN DAN
KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI KOPERASI SEKUNDER
(Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat) Skripsi ini disetujui oleh:
Bandung, Maret 2012
Pembimbing I
Dr. H. Yayat Achdiat, M.Pd NIP. 195112161978031001
Pembimbing II
Drs. Moch. Dudih Sugiharto, M.Si NIP. 195611281983031001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung
NO. 420/UN.40.FPEB.1.PL/2012
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI KOPERASI SEKUNDER (Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat) beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Desember 2012 Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
“ Pengaruh Pelayanan dan Kemampuan Manajerial Pengurus terhadap Efektivitas Organisasi Koperasi Sekunder
(Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat)”
di bawah bimbingan Dr. H. Yayat Achdiat, M.Pd. dan Drs. Moch. Dudih Sugiharto, M.Si.
oleh
Resti Destiana Suryati 0805570
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu belum efektifnya koperasi sekunder di Indonesia. Karena peran dan fungsinya belum berjalan dengan baik. Penelitian ini dilakukan untuk menjadi pertimbangan dalam membentuk dan bergabung bersama koperasi sekunder.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode survey eksplanatori. Unit analisis yang digunakan ialah anggota KOPINDO wilayah Jawa Barat sebanyak 14 koperasi primer yang terdiri dari 10 Koperasi Mahasiswa, 2 Koperasi Pondok Pesantren dan 2 Koperasi Pemuda. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi literatur. Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan program
EVIEWS 5.1
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelayanan termasuk kategori rendah, kemampuan manajerial pengurus termasuk kategori menengah dan efektivitas organisasi koperasi sekunder termasuk kategori menengah. Hasil uji hipotesis menunjukan pahwa pelayanan berpengaruh positif terhadap efektivitas organisasi koperasi sekunder dan kemampuan manajerial pengurus juga berpengaruh positif terhadap efektivitas organisasi koperasi sekunder.
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ………... 11
2.2 Kajian Empirik Penelitian Terdahulu ……… 32
2.3 Kerangka Pemikiran ………….………..…... 33
2.4 Hipotesis ………... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ………..………...… 39
3.2 Populasi dan Sampel ……….………... 39
3.3 Operasionalisasai Variabel ………..…...… 40
3.4 Teknik Pengumpulan Data ………..………... 42
3.8 PengujianHipotesis ………...………. 54
3.8.2 Uji F ………..……… 56
3.8.3 Uji R2……… 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum KOPINDO ……….. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………... 95
5.2 Saran………... 96
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasar hukum koperasi adalah UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 yang
menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
azas kekeluargaan. Selanjutnya di dalam penjelasan dikemukakan antara lain
bahwa kemakmuran rakyatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang
seorang, yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Dalam hubungan ini koperasi
sangat penting guna menumbuh kembangkan potensi ekonomi rakyat dalam
rangka mewujudkan kehidupan yang demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan
keterbukaan.
Koperasi sebagai suatu institusi ekonomi diharapkan dapat berperan
sebagai mesin penggerak kegiatan ekonomi nasional sekaligus sebagai soko guru
perekonomian bangsa Indonesia maka keberadaan dan eksistensinya dijamin oleh
undang-undang. Untuk itu kita harus ikut serta dalam membangun perekonomian
Indonesia yang berlandaskan azas kekeluargaan dalam wadah koperasi.
Walaupun koperasi merupakan soko guru perekonomian namun keadaan
koperasi tidak lebih maju dibandingkan dengan badan usaha lainnya. Dalam
penampilannya dilapangan, koperasi belum mampu berperan sesuai amanat
konstitusi walaupun koperasi sudah berumur lebih dari satu abad tetapi kedudukan
koperasi umumnya masih sebagai pengusaha kecil. Hal ini dipertegas oleh
Indonesia pada umumnya dan pemerintah Indonesia khususnya tidak melakukan
pembangunan Koperasi Indonesia secara mendasar, secara utuh dan secara serius‟.
Menurut UU RI no 25 tahun 1992 tentang perkoperasian adalah badan
usaha yang menjalankan kegiatannya sesuai dengan prinsip Koperasi yang
berlandaskan atas azas kekeluarga. Seperti halnya pada pasal 1 ciri koperasi
menjelaskan kegiatannya pada prinsip koperasi karena merupakan landasan pokok
dalam menjalankan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsip-prinsip koperasi
sebagaimana disebutkan dalam pasal 5, ialah :
1. Koperasi melaksanakan prinsip sebagai berikut : a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota
d. Pemberian blasa jasa yangterbatas atas modal e. Kemandirrian
2. Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip sebagai berikut :
a. Pendidikan perkoperasian b. Kerjasama antar koperasi
Untuk meningkatkan kedudukan koperasi yang diamanatkan oleh
konstitusi sesuai dengan prinsip koperasi salah satu caranya ialah dengan
meningkatkan kerjasama antar koperasi. Koperasi-koperasi yang ada sekarang ini
dalam melaksanakan kegiatan usahanya ada yang sejenis dan ada pula yang
berbeda demikian pula tingkatannya. Kemampuan antar koperasipun bervariasi,
namun yang harus disadari ialah pada dasarnya koperasi tersebut mengemban misi
yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Untuk mencapai tujuan yang sama, masing-masing
Kerjasama antar koperasi dimaksudkan untuk saling memaanfaatkan
kelebihan dan mengurangi kekurangan masing-masing, serta diharapkan akan
saling menunjang pendayagunaan sumberdaya sehingga hasil akhirnya dapat
dicapai secara optimal. Untuk meningkatkan kerjasama tersebut salah satunya
ialah dengan dibentuknya Koperasi Sekunder yang merupakan gabungan dari
sedikitnya 3 koperasi primer, sehingga koperasi sekunder tidak beranggotan orang
seorang melainkan beranggotan koperasi-koperasi tertentu yang telah berbadan
hukum di suatu wilayah.
Namun pada kenyataannya semakin lama koperasi sekunder tersebut
secara kuantitas mengalami kemunduran, hal itu disebabkan koperasi sekunder
merugi karena efektivitas dan partisipasi anggotanya rendah atau ditinggalkan
anggotanya karena belum dapat memberikan pelayanan yang baik sehingga belum
memberikan manfaat bagi perkembangan anggotanya. Hal ini dapat dilihat pada
tabel di bawah ini yang disusun berdasarkan hasil laporan Dewan Koperasi
Indonesia (DEKOPIN) pada periode waktu 1999 s.d 2011 :
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Koperasi Sekunder Tingkat Nasional
Tahun periode Jumlah Koperasi
1999-2001 194
2001-2004 156
2004-2006 125
2006-2007 53
2007-2008 60
2008-2011 52
Sumber : DEKOPIN
Pada tabel 1.1 di atas tampak perkembangan koperasi sekunder dari tahun
2004 sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu
mengalami pailit. Walaupun pada tahun 2007-2008 mengalami peningkatan
sebanyak 7 koperasi sekunder namun pada tahun 2008-2011 kembali mengalami
penurunan sebanyak 8 koperasi sekunder sehingga total koperasi sekunder pada
tahun 2011 berjumlah 52 koperai sekunder.
Keberadaan 52 koperasi sekunder tidak dapat dikatakan berhasil, karena
semakin lama jumlah koperasi sekunder tersebut mengalami penurunan.
Keberhasilan koperasi selain dilihat dari jumlah anggota yang semakin meningkat
dilihat pula dari seberapa besar sisa hasil usaha (SHU) yang dihasilkan dan
seberapa efektif keberadaan organisasi koperasi tersebut. Ketika kuantitas anggota
koperasi meningkat maupun SHU yang cukup besar namun tidak dapat
meningkatkan kesejahteraan anggotanya maka koperasi tersebut tidak bisa
dikatakan berhasil. Artinya sejauhmana kemampuan koperasi tersebut dalam
mencapai target yang telah ditentukan baik target usaha seperti SHU dan volume
usaha, maupun target non usaha seperti keanggotaan, merupakan faktor yang
menentukan tingkat efektivitas koperasi.
Pengertian efektivitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah
„Seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang
diharapkan dari sejumlah input‟. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen dengan yang
sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari
Efektivitas = Ouput Aktual/Output Target >=1
Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektivitas.
Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektivitas tidak tercapai.
Koperasi yang baik adalah koperasi yang dapat menciptakan efektivitas
Organisasi. Karena efektivitas itu merupakan kegiatan kerja yang akan membantu
organisasi dalam mencapai sasarannya dengan mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki.
Dalam upaya mempertahankan, meningkatkan dan untuk mencapai
Efektivitas organisasi tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya. Ropke
dalam Hendar dan Kusnadi (1999:175) menyatakan bahwa “keberhasilan
koperasi berhubungan dengan beberapa faktor yang meliputi pengelolaan,
pelayanan, partisipasi anggota, permodalan dan pembinaan pemerintah”.
Dengan demikian ketika sebuah koperasi primer akan bergabung dengan
koperasi sekunder, pertimbangan yang harus dilakukan ialah seberapa besar
efektivitas dari koperasi sekunder tersebut dapat memberikan manfaat yang cukup
besar bagi koperasi primer yang akan bergabung.
Terlebih ketika sebuah koperasi bergabung dengan koperasi sekunder,
maka koperasi sekunder tersebut harus memberikan input yang baik bagi koperasi
primernya terutama dengan pengembangan usaha maupun pengembangan
organisasinya, sehingga keberadaan koperasi sekunder akan dilirik oleh koperasi
primer.
Koperasi pemuda Indonesia (KOPINDO) adalah salah satu koperasi
awalnya anggota KOPINDO dikelompokan menjadi lima, yaitu Koperasi
Mahasiswa (KOPMA), Koperasi Pramuka (KOPRAM), Koperasi Pondok
Pesantren (KOPPONTREN), Koperasi Siswa (KOPSIS), dan Koperasi Pemuda
(KOPDA). Perkembangan anggota KOPINDO dalam 5 tahun terakhir dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2
Perkembangan Jumlah anggota KOPINDO
No. Tahun Buku Jumlah Anggota
1 2007 98
2 2008 92
3 2009 99
4 2010 100
5 2011 110
Sumber : KOPINDO tahun 2007-2011
Dari data perkembangan anggota KOPINDO diatas maka kita dapat
mengetahui bahwa setiap tahunnya secara kuantitas anggota KOPINDO
mengalami kenaikan. Berdasarkan laporan pertanggungjawaban pengurus
KOPINDO tahun buku 2011 tercatat bahwa 85 anggota merupakan koperasi
mahasiswa (KOPMA), 10 anggota koperasi pondok pesantren (KOPPONTREN)
dan 15 anggota merupakan koperasi pemuda (KOPDA). Hal itu membuktikan
bahwa terjadi penurunan secara kualitas karena dari 5 kelompok koperasi, kini
hanya ada 3 kelompok koperasi yang merupakan anggota KOPINDO. Selain itu
dari 110 koperasi primer hanya 77 koperasi primer yang aktif menjadi anggota
KOPINDO, 3 koperasi primer keluar dan 30 koperasi primer yang tidak aktif.
Padahal perkembangan anggota merupakan salah satu indikator keberhasilan
KOPINDO merupakan salah satu Koperasi sekunder yang tercatat masih
aktif, hanya saja perkembangan KOPINDO tidak begitu baik. Hal itu dapat dilihat
dari perkembangan SHU dan Volume Usaha KOPINDO dalam 5 tahun terakhir.
Tabel 1.3
Perkembangan SHU dan Volume Usaha KOPINDO
Tahun SHU Volume
Usaha
Persentase
2007 214.121.093 548.435.540 39%
2008 174.101.979 713.497.500 24%
2009 64.917.146 782.540.500 8,3%
2010 112.108.274 913.530.000 12,3%
2011 149.167.772 1.013.881.000 14,7
Sumber : LPJ KOPINDO
Dilihat dari data diatas tampak perkembangan volume usaha KOPINDO
mengalami kenaikan disetiap tahunnya , tapi berbeda dengan SHU yang
mengalami naik turun. Hal ini seharusnya tidak terjadi, karena kondisinya ialah
kenaikan volume usaha tidak dikuti dengan penaikan sisa hasil usaha artinya disini
beban-beban dan biaya perasional meningkat sehingga mengurangi penghasilan
atau yang dikenal dengan sisa hasil usaha. Selain dari itu, penurunan terjadi karena
usaha yang dilakukan KOPINDO belum dapat merangkul serta sesuai dengan
kebutuhan anggota. Jenis usaha yang dijalani KOPINDO saat ini diantaranya yaitu
KOPINDO CONSULT, KOPINDO WISATA, KOPINDO KONSTRUKSI,
KOPINDO NIAGA, KOPINDO MEDIA, dan PONDOK PEMUDA CIBODAS.
Dari keseluruhan unit usaha tersebut tidak ada yang secara langsung melibatkan
anggota ataupun sesuai dengan kebutuhan anggotanya.
Selain dari perkembangan SHU dan Volume Usaha dapat dilihat pula
KOPINDO. Modal merupakan salah satu yang terpenting dalam keberhasilan
koperasi, karena modal dapat meningkatkan usaha dan organisasi koperasi. Modal
sendiri dapat berupa simpanan pokok dan simpanan wajib yang berasal dari
anggota, sedangkan modal lain-lain yaitu modal dari luar yang berupa pinjaman
ataupun hibah. Modal yang dimilki KOPINDO dapat kita lihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 1.4
Perkembangan Modal Sendiri dan Modal lain-lain KOPINDO
Tahun Modal Sendiri Modal Lain-lain 2007 172.655.246 1.517.816.667 2008 221.921.546 1.517.816.667 2009 246.081.546 1.517.816.667 2010 273.851.546 1.517.816.667 2011 255.903.446 1.517.816.667
Sumber : LPJ KOPINDO
Melihat data perkembangan modal sendiri dan modal lain-lain KOPINDO
pada tabel 1.4. Untuk modal sendiri relatif mengalami kenaikan , namun
jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan modal lain-lain. Padahal salah satu
letak perbedaan koperasi dengan badan usaha lainnya yaitu adanya modal sendiri
yang berupa simpanan wajib dari anggota yang dibayarkan secara berkala
terhadap koperasi. Modal lain-lain memang cukup besar dibandingkan dengan
modal sendiri hanya saja dalam 5 tahun terakhir ini tidak mengalami peningkatan.
Kualitas anggota yang menurun, SHU dan Volume usaha yang tidak stabil,
serta modal sendiri yang rendah disebabkan karena KOPINDO dirasakan kurang
memberikan kebermanfaatan terhadap anggota, kurangnya dalam memberikan
pelayanan, serta ketidakpercayaan anggota terhadap manajerial pengurus yang
Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap permasalahan yang ada dengan mengambil judul “PELAYANAN DAN
KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS KOPERASI SEKUNDER (Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan rumusan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum mengenai pelayanan, kemampuan manajerial
pengurus dan efektivitas organisasi koperasi sekunder ?
2. Bagaimana pengaruh pelayanan terhadap efektivitas koperasi sekunder ?
3. Bagaimana pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap efektivitas
koperasi sekunder ?
4. Bagaimana pengaruh pelayanan, kemampuan manajerial pengurus terhadap
efektivitas koperasi sekunder ?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelayanan, kemampuan
2. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan terhadap efektivitas koperasi
sekunder
3. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial pengurus
terhadap efektivitas koperasi sekunder
4. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan dan kemampuan manajerial
pengurus terhadap efektivitas koperasi sekunder
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini ialah :
1. Secara Teoritis
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas koperasi sekunder.
2. Secara Praktis
Diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk Koperasi primer dalam
menentukan pilihan ketika bergabung bersama koperasi sekunder.
Serta untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan
agar posisi koperasi sekunder dapat dilirik oleh banyak koperasi
primer sehingga keberadaan koperasi sekunder itu menjadi penting
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey
Eksplanatori. Survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data,
sedangkan eksplanatori adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu
teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hasil
peneliitian yang sudah ada. Sehingga survey eksplanatori ialah metode yang
menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti melalui
pengujian hipotesis.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 173) adalah keseluruhan
subjek penelitian. Populasi ini bisa berupa sekelompok manusia, nilai-nilai, tes,
gejala, pendapat, peristiwa-peristiwa, benda dan lain-lain.
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Koperasi
Pemuda Indonesia (KOPINDO).
3.2.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174) sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Pada penelitian ini yang dijadikan sebagai sampel
ialah Koperasi Mahasiswa (KOPMA), Koperasi Pesantren (KOPONTREN)
Tabel 3.1
Daftar Anggota KOPINDO Wilayah Jawa barat
JENIS KOPERASI NAMA KOPERASI
KOPERASI MAHASISWA KOPMA UNPAS KOPMA UIN SGD
KOPERASI PESANTREN KOPPONTREN MADARISA SOREANG KOMAD MARDHATILLAH
KOPERASI PEMUDA KOPERASI BHAKTI PEMUDA CIANJUR KKM BANDUNG
Sumber: KOPINDO
3.3 Operasional Variable
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Variable Konsep teoritis Konsep empiris Konsep
analitis
baik, dan
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden sedangkan data sekunder yaitu
data yang berupa studi kepustakaan dan studi dokumenter.
Untuk data primer pengumpulan datanya adalah dengan cara menyebar angket
(kuesioner) yaitu teknik pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar
pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel penelitian.
1. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang akan diteliti dengan mempelajari buku-buku
dan literatur.
2. Studi dokumenter, yaitu mempelajari dokumen-dokumen dan arsip-arsip
yang ada pada kantor Dinas KUKM Jawa Barat serta KOPINDO
3.5 Teknik Analisis Data
Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah menganalisis data dan
melakukan pengujian hipotesis.
3.5.1 Metode Successive Interval (MSI)
Data yang mempunyai tingkat pengukuran ordinal, maka sebelum dianalisis,
variabel tersebut ditransformasikan menjadi skala interval dengan menggunakan
Metode Successive Interval dengan bantuan program exel suck97.
Langkah kerja Methods of Succesif Inteval (MSI) adalah sebagai berikut:
1. Perhatikan tiap butir item pertanyaan, misalnya dalam angket.
2. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang mendapatkan
(menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut Frekuensi (F).
3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut
Proporsi (P).
4. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi
yang ada dengan proporsi sebelumnya.
5. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk
setiap kategori.
6. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan
menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku.
8. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus berikut:
Y = NS + [1+׀NSmin׀].
Model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikat serta untuk menguji kebenaran dari hipotesis akan digunakan
model persamaan regresi berganda sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e
Dimana :
Y = Efektivias Koperasi Sekunder X1 = Pelayanan
X2 = Kemampuan Manajerial Pengurus
3.6 Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian alat pengumpul data atau instrumen penelitian akan
menentukan data yang dikumpulkan dan menentukan kualitas penelitian. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang pelayanan,
partisipasi anggota, permodalan dan efektivitas koperasi sekunder.
Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah skala likert. T
Skala likert ini digunakan dalam variabel bebas. Dengan menggunakan skala likert,
setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan positif. Maka ketentuan skala
jawaban adalah sebagai berikut:
Cukup Setuju : 3
Tidak Setuju : 2
Sangat Tidak Setuju : 1
Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut:.
Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu mengetahui pengaruh pelayanan,
partisipasi anggota, permodalan dan efektivitas koperasi sekunder.
1. Menjadikan objek yang menjadi responden yaitu anggota KOPINDO
wilayah Jawa Barat
2. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.
3. Memperbanyak angket.
4. Menyebarkan angket.
5. Mengolah dan menganalisis hasil angket
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian
Pengujian instrumen penelitian digunakan untuk menguji apakah instrument
penelitian ini memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik atau tidak sesuai dengan
standar metode penelitian.
Oleh karena pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen
yang berupa kuesioner, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas atas instrumen
penelitian ini.
3.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2010:211). Suatu tes dikatakan
penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai
Y = Skor seluruh item responden uji coba
Dalam hal ini rxy diartikan sebagai koefisien korelasi sehingga kriterianya
adalah:
rxy <0,20 : Validitas sangat rendah
0,20-0,39 : Validitas rendah
0,40-0,59 : Validitas sedang/cukup
0,60-0,89 : Validitas tinggi
0,90-1,00 : Validitas sangat tinggi
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan taraf nyata = 0,05 diluar taraf
nyata tersebut item angket dinyatakan tidak valid.
Kemudian dilakukan uji keberartian r dilakukan dengan uji t (taraf signifikansi
5%) dengan rumus yang digunakan, yaitu:
Keterangan:
t = Uji signifikan korelasi
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden penelitian
Kriteria pengujian diambil dengan membandingkan nilai t hit dengan ttab, yaitu
dengan taraf signifikan α =0,05, item dinyatakan valid jika t hit> t tab dimana ttab (t1-0,05
α) didapat dari daftar distribusi t dengan peluang (1-0.05 α) dan derajat kebebasan
=N-2.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrumen (Test of reliability) untuk mengetahui apakah
data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas menggunakan
rumus Uji Reliabilitas (r11). Langkah-langkah untuk menguji reliabilitas dengan
menggunakan Uji Reliabilitas adalah sebagai berikut:
a) Menghitung harga varians tiap item dari setiap item
N
ΣX2 = jumlah kuadrat jawaban responden tiap item (ΣX)2 = kuadrat skor seluruh respondendari tiap item N = jumlah responden
b) Mencari varians total
Y Y
2
dimana:
t2 = harga varian total
ΣY2
= jumlah kuadrat skor total
(ΣY)2 = jumlah kuadrat dari jumlah skor total
N = jumlah responden
c) Menghitung Reliabilitas Instrumen
Test of reliability digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data
tersebut menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau
konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu
walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Untuk menguji reliabilitas
instrumen penelitian ini, penulis menggunakan Uji Reliabilitas dengan rumus
Alpha sebagai berikut:
r11 : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan
b2 : Jumlah Varians butir/item
t2 : Varians total
d) Mengkonsultasikan harga r11 pada penapsiran indeks korelasi, yaitu:
* 0,800-1,000 = sangat tinggi
* 0,200-0,399 = rendah
* <0,200 = sangat rendah
Kriteria pengujian reliabilitas adalah jika rhit > rtab dengan tingkat kepercayaan
95%, maka angket variabel tersebut dikatakan reliabel.
3.7.3 Uji Asumsi Klasik 3.7.3.1 Uji Multikolinearitas
Pada mulanya multikoliniearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna
atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.
Dalam hal ini variabel-variabel bebas ini bersifat tidak orthogonal. Variabel-variabel
bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi diantara
sesamanya sama dengan nol.
Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel-variabel bebas
sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama variabel bebas ini sama dengan satu,
maka konsekuensinya adalah :
- Nilai koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir
- Nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam model
regresi OLS, yaitu :
(1) Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi
(biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang
signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.
(2) Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi, perlu
dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya koefisien
(3) Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi
terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2dan F. Jika nilai
Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu, maka
terdapat multikolinieritas variabel bebas.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Uji regresi parsial yaitu dengan
membandingkan R2 parsial dengan R2 estimasi, untuk memprediksi ada atau tidaknya
multikoliniearitas.
Apabila terjadi Multikolinearitas menurut Gujarati (2006 : 45) disarankan
untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(1) Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori)
(2) Menghubungkan data cross sectional dan data urutan waktu, yang
dikenal sebagai penggabungan data (pooling the data)
(3) Mengeluarkan satu variabel atau lebih.
(4) Transformasi variabel serta penambahan variabel baru.
3.7.3.2 Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki
varian yang sama. Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Keadaan
heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :
(1) Sifat variabel yang diikutsertakan ke dalam model.
(2) Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Korelasi
Spearman. Metode ini dikembangkan oleh Spearman, formula korelasi dari Spearman
adalah sebagai berikut :
(Yana Rohmana, 2010:170)
Dimana di = perbedaan dalam rank yang ditetapkan untuk dua karakteristik
yang berbeda dari individual atau fenomena ke 1, sedangkan n = banyaknya individual
atau fenomena yang di rank.
Adapun langkah- langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Cocokan regresi terhadap data mengenai Y dan X dan dapatkan residual ei.
Dengan mengabaikan tanda dari ei, yaitu dengan mengambil nilai mutlaknya
[ei], merangking baik harga mutlak [ei] dan Xi sesuai dengan urutan yang
meningkat atau menurun dan menghitung koefisien rank korelasi Spearman
yang telah diberikan sebelumnya.
Dengan mengasumsikan bahwa koefisien rank korelasi populasi PS adalah nol
dan n > 8, tingkat signifikan dari rs, yang disampel dapat diuji dengan
pengujian t sebagai berikut:
(Yana Rohmana, 2010:170) rs
1- rs2 t =
rs = 1-6 di 2
Jika nilai t yang dihitung melebihi bilai t kritis, kita bisa menerima hipotesis adanya
heteroskedastisitas; kalau tidak bisa menolaknya. Jika model regresi meliputi lebih
dari satu variabel X, rs dapat dihitung antara [ei] dan tiap-tiap variabel X secara
terpisah dan dapat diuji untuk tingkat penting secara statistik dengan pengujian t yang
diberikan di atas.
3.7.3.3 Uji Autokorelasi
Dalam suatu analisa regresi dimungkinkan terjadinya hubungan antara
variabel-variabel bebas atau berkorelasi sendiri, gejala ini disebut autokorelasi. Istilah
autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi
yang diurutkan menurut waktu atau ruang.
Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi antara
satu variabel penganggu dengan pengganggu lainnya. Faktor-faktor penyebab
autokorelasi antara lain terdapat kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag
dalam model dan tidak dimasukkannya variabel penting Konsekuensi adanya
autokorelasi menyebabkan hal-hal berikut:
Parameter yang diestimasi dalam model regresi OLS menjadi bisa dan
varian tidak minim lagi sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang
akurat dan tidak efisien.
Varians sampel tidak menggambarkan varians populasi, karena diestimasi
terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran.
Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga nilai
variabel terikat dari variabel bebas tertentu.
Uji t tidak akan berlaku, jika uji t tetap disertakan maka kesimpulan yang
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada
model regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi digunakan uji
Durbin-Watson d dengan prosedur sebagai berikut :
1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai
residualnya.
2. Menghitung nilai d.
3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu tidak
termasuk konstanta (k), lalu cari nilai kritis dL dan dU di statistik Durbin
Watson.
4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada gambar di bawah ini :
Statistika Durbin- Watson d
Gudjarati (2006: 216)
Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower
dU = Durbin Tabel Up
H0 = Tidak ada autkorelasi positif
H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif
5. Ketentuan nilai Durbin Watson d
Nilai statistik
d
Hasil
0 < d < dL Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi
positif
dL≤ d ≤ du Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
du≤ d ≤ 4 - du Menerima hipotesis nol; tidak ada
autokorelasi positif/negatif
4 – du≤ d ≤ 4 - dL Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
4 – dL≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi
negatif
Salah satu keuntungan dari uji DW yang didasarkan pada residual adalah
bahwa setiap program komputer untuk regresi selalu memberi informasi statistik d,
adapun prosedur dari uji DW sebagai berikut:
1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai residualnya
2. Menghitung nilai d dari persamaan regresi
3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu tidak termasuk konstanta (k), kita cari nilai kritis dL dan dU di statistik Durbin
Watson.
4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada tabel diatas.
3.8 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa uji
3.8.1 Uji t (Pengujian Hipotesis Regresi Majemuk Secara Individual)
Uji t bertujuan untuk menguji tingkat signifikasi dari setiap variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain
konstan/tetap.
Pengujian secara parsial dilakukan untuk menguji rumusan hipotesis dengan
langkah sebagai berikut :
1. Membuat hipotesis melalui uji satu sisi
H0: β1≤ 0,
Ha : β1 > 0,
Dalam hipotesis ini dinyatakan bahwa efektivitas organisasi, pelayanan
dan kermampuan manajerial pengurus mempunyai hubungan positif.
2. Menghitung nilai t hitung dan mencari nilai t kritis dari tabel distribusi t.
Nilai t hitung dicari dengan rumus berikut :
11
1 *
ˆ
e s
t Dimana 1*merupakan nilai pada hipotesis nol
(Yana Rohmana, 2010:50)
Adapun cara yang lebih sederhana dapat pula menggunakan rumus
dibawah ini:
(Yana Rohmana, 2010 : 50)
3. Setelah diperoleh t statistik atau t hitung, selanjutnya bandingkan dengan t
tabel dengan α disesuaikan. Adapun cara mencari t tabel dapat
4. Kriteria uji t adalah:
Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (variabel bebas X
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (variabel bebas X
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).
Dalam penelitian ini tingkat kesalahan yang digunakan adalah 0,05 (5%) pada taraf signifikasi 95%.
3.8.2 Uji F (Pengujian Hipotesis Regresi Secara Keseluruhan)
Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X
terhadap variabel terikat Y untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya. Pengujian
dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Mencari F hitung dengan formula sebagai berikut
)
2. Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya bandingkan dengan F tabel berdasarkan besarnya dan df dimana besarnya ditentukan oleh numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k).
3. Kriteria Uji F
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruhan
variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).
3.8.3 Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X.
Selain itu juga, koefisien determinasi merupakan alat yang dipergunakan untuk
mengukur besarnya sumbangan atau andil (share) variabel X terhadap variasi atau
naik turunnya Y (J. Supranto, 2005 : 75). Dengan kata lain, pengujian dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel independent (X1, dan X2)
terhadap variabel Y, dengan rumus sebagai berikut :
(Yana Rohmana, 2010:76)
Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain
model tersebut dapat dinilai baik.
Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain
model tersebut dapat dinilai kurang baik.
R2 =
SS
∑ ŷi
2
SS
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari hasil pembahasan
tentang pengaruh pelayanan dan manajerial pengurus terhadap efektivitas
organisasi koperasi sekunder dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pelayanan termasuk kedalam kategori rendah, kemampuan manajerial
pengurus termasuk kedalam kategori menengah dan efektivitas
organisasi koperasi sekunderpun termasuk kedalam kategori
menengah
2. Pelayanan berpengaruh positif terhadap efektivitas organisasi
koperasi sekunder.Artinya semakin tinggi pelayanan koperasi maka
akan meningkatkan efektivitas organisasi koperasi sekunder.
3. Kemampuan manajerial pengurus berpengaruh positif terhadap
efektivitas organisasi koperasi sekunder. Artinya semakin tinggi
manajerial pengurus koperasi maka akan meningkatkan efektivitas
Pelayanaorganisasi koperasi sekunde.r
4. Pelayanan dan Kemampuan manajerial pengurus secara simultan
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang
diperoleh maka ada beberapa saran yang bias dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Pelayanan yang diberikan pengurus harus terus ditingkatkan. Pelayanan
tersebut bukan hanya pelayanan usaha saja melainkan pelayanan
organisasi yang dapat meningkatkan efektivitas organisasi koperasi
sekunder tersebut.
2. Pengurus yang ditempatkan harus sesuai dengan keahliannya, agar dapat
membawa kebaikan terhadap KOPINDO.
3. Pengurus harus dengan cermat menyusun program kerja, agar program
kerja yang disusun berhubungan dan memberikan manfaat bagi
keberlangsungan KOPINDO dan dapat memberikan manfaat secara nyata
DAFTAR PUSTAKA
Alfred Hanel. 1985. Pokok-pokok Pikiran Organisasi Koperasi dan Kebijakan
Pengembangan di Negara-negara Berkembang. Bandung UNPAD
Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta
Faizal, Hendry. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta : Rajawali Pers
Gujarati, Damodar,. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Salemba Empat
Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta : FE UI
Hendar dan Kusnadi. 2005. Ekonomi Koperasi.. Jakarta : Lembaga Penerbit
FE-UI.
J Supranto. 2005. Ekonometrika Buku Kesatu. Bogor: Ghalia Indonesia
Kementerian KUKM RI. 2009. Modul Diklat. Jakarta : Winaguna Sarana Teknik
Kotler, Philip. 2002. Manajeman Pemasaran di Indonesia : Analisis,
Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat
Kusdi. 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta : Salemba Empat
Mahmudi. 2005. Manajeman Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP STIM YKPM
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 2011. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES
Muslimin Nasution. 2008. Koperasi Menjawab Kondisi Ekonomi Nasional.
Jakarta: PIP (Pusat Informasi Perkoperasian).
Rohmana, Yana. 2010. Ekonometrika (Teori dan Aplikasi dengan Eviews). Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI
Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi, Teori dan Manajemen. Jakarta : Salemba Empat
Subandi. 2010. Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik). Bandung: Alpabeta
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Supriyono. 2000. Sistem Pengendalian Manajeman. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta
Ukas, Maman. 2009. Manajeman (Konsep, Prinsip dan Aplikasi). Bandung : AGNINI
Undang-undang No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Bandung: KPN IKIP Bandung.
Winardi. 2009. Teori Organisasi & Pengorganisasian. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Yuniarsih, Tjutju dkk. 1998. Manajemen Organisasi. Bandung : IBP
Sumber Lain :
Al-Rasyid, Harun. 1993. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Carabinerii. Method of Successive Interval. Tersedia : Carabinerii.wordpress.com (30/04/2010)
Company Profile KOPINDO Tahun 2011
Manajeman Koperasi. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/27993522
Laporan Pertanggungjawaban KOPINDO tahun buku 2007 - 2011
Prasetyo Budi Saksono. Pengertian Efektifitas. Tersedia : http://dansite.wordpres.com (28/03/2009)
www.depkop.go.id
www.kopindo.go.id