• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI KOPERASI SEKUNDER : Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI KOPERASI SEKUNDER : Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

NO. 420/UN.40.FPEB.1.PL/2012

PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN

MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP

EFEKTIVITAS KOPERASI SEKUNDER

(Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia

Wilayah Jawa Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi

Oleh

RESTI DESTIANA SURYATI 0805570

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)

NO. 420/UN.40.FPEB.1.PL/2012

PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN

MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP

EFEKTIVITAS KOPERASI SEKUNDER

(Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia

Wilayah Jawa Barat)

Oleh

Resti Destiana Suryati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Resti Destiana Suryati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

NO. 420/UN.40.FPEB.1.PL/2012

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PELAYANAN DAN

KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI KOPERASI SEKUNDER

(Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat) Skripsi ini disetujui oleh:

Bandung, Maret 2012

Pembimbing I

Dr. H. Yayat Achdiat, M.Pd NIP. 195112161978031001

Pembimbing II

Drs. Moch. Dudih Sugiharto, M.Si NIP. 195611281983031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung

(4)

NO. 420/UN.40.FPEB.1.PL/2012

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI KOPERASI SEKUNDER (Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat) beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2012 Yang Membuat Pernyataan,

(5)

ABSTRAK

“ Pengaruh Pelayanan dan Kemampuan Manajerial Pengurus terhadap Efektivitas Organisasi Koperasi Sekunder

(Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat)”

di bawah bimbingan Dr. H. Yayat Achdiat, M.Pd. dan Drs. Moch. Dudih Sugiharto, M.Si.

oleh

Resti Destiana Suryati 0805570

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu belum efektifnya koperasi sekunder di Indonesia. Karena peran dan fungsinya belum berjalan dengan baik. Penelitian ini dilakukan untuk menjadi pertimbangan dalam membentuk dan bergabung bersama koperasi sekunder.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode survey eksplanatori. Unit analisis yang digunakan ialah anggota KOPINDO wilayah Jawa Barat sebanyak 14 koperasi primer yang terdiri dari 10 Koperasi Mahasiswa, 2 Koperasi Pondok Pesantren dan 2 Koperasi Pemuda. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi literatur. Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan program

EVIEWS 5.1

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelayanan termasuk kategori rendah, kemampuan manajerial pengurus termasuk kategori menengah dan efektivitas organisasi koperasi sekunder termasuk kategori menengah. Hasil uji hipotesis menunjukan pahwa pelayanan berpengaruh positif terhadap efektivitas organisasi koperasi sekunder dan kemampuan manajerial pengurus juga berpengaruh positif terhadap efektivitas organisasi koperasi sekunder.

(6)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ………... 11

2.2 Kajian Empirik Penelitian Terdahulu ……… 32

2.3 Kerangka Pemikiran ………….………..…... 33

2.4 Hipotesis ………... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ………..………...… 39

3.2 Populasi dan Sampel ……….………... 39

3.3 Operasionalisasai Variabel ………..…...… 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………..………... 42

3.8 PengujianHipotesis ………...………. 54

(7)

3.8.2 Uji F ………..……… 56

3.8.3 Uji R2……… 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum KOPINDO ……….. 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………... 95

5.2 Saran………... 96

DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dasar hukum koperasi adalah UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 yang

menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

azas kekeluargaan. Selanjutnya di dalam penjelasan dikemukakan antara lain

bahwa kemakmuran rakyatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang

seorang, yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Dalam hubungan ini koperasi

sangat penting guna menumbuh kembangkan potensi ekonomi rakyat dalam

rangka mewujudkan kehidupan yang demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan

keterbukaan.

Koperasi sebagai suatu institusi ekonomi diharapkan dapat berperan

sebagai mesin penggerak kegiatan ekonomi nasional sekaligus sebagai soko guru

perekonomian bangsa Indonesia maka keberadaan dan eksistensinya dijamin oleh

undang-undang. Untuk itu kita harus ikut serta dalam membangun perekonomian

Indonesia yang berlandaskan azas kekeluargaan dalam wadah koperasi.

Walaupun koperasi merupakan soko guru perekonomian namun keadaan

koperasi tidak lebih maju dibandingkan dengan badan usaha lainnya. Dalam

penampilannya dilapangan, koperasi belum mampu berperan sesuai amanat

konstitusi walaupun koperasi sudah berumur lebih dari satu abad tetapi kedudukan

koperasi umumnya masih sebagai pengusaha kecil. Hal ini dipertegas oleh

(9)

Indonesia pada umumnya dan pemerintah Indonesia khususnya tidak melakukan

pembangunan Koperasi Indonesia secara mendasar, secara utuh dan secara serius‟.

Menurut UU RI no 25 tahun 1992 tentang perkoperasian adalah badan

usaha yang menjalankan kegiatannya sesuai dengan prinsip Koperasi yang

berlandaskan atas azas kekeluarga. Seperti halnya pada pasal 1 ciri koperasi

menjelaskan kegiatannya pada prinsip koperasi karena merupakan landasan pokok

dalam menjalankan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsip-prinsip koperasi

sebagaimana disebutkan dalam pasal 5, ialah :

1. Koperasi melaksanakan prinsip sebagai berikut : a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

d. Pemberian blasa jasa yangterbatas atas modal e. Kemandirrian

2. Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip sebagai berikut :

a. Pendidikan perkoperasian b. Kerjasama antar koperasi

Untuk meningkatkan kedudukan koperasi yang diamanatkan oleh

konstitusi sesuai dengan prinsip koperasi salah satu caranya ialah dengan

meningkatkan kerjasama antar koperasi. Koperasi-koperasi yang ada sekarang ini

dalam melaksanakan kegiatan usahanya ada yang sejenis dan ada pula yang

berbeda demikian pula tingkatannya. Kemampuan antar koperasipun bervariasi,

namun yang harus disadari ialah pada dasarnya koperasi tersebut mengemban misi

yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya. Untuk mencapai tujuan yang sama, masing-masing

(10)

Kerjasama antar koperasi dimaksudkan untuk saling memaanfaatkan

kelebihan dan mengurangi kekurangan masing-masing, serta diharapkan akan

saling menunjang pendayagunaan sumberdaya sehingga hasil akhirnya dapat

dicapai secara optimal. Untuk meningkatkan kerjasama tersebut salah satunya

ialah dengan dibentuknya Koperasi Sekunder yang merupakan gabungan dari

sedikitnya 3 koperasi primer, sehingga koperasi sekunder tidak beranggotan orang

seorang melainkan beranggotan koperasi-koperasi tertentu yang telah berbadan

hukum di suatu wilayah.

Namun pada kenyataannya semakin lama koperasi sekunder tersebut

secara kuantitas mengalami kemunduran, hal itu disebabkan koperasi sekunder

merugi karena efektivitas dan partisipasi anggotanya rendah atau ditinggalkan

anggotanya karena belum dapat memberikan pelayanan yang baik sehingga belum

memberikan manfaat bagi perkembangan anggotanya. Hal ini dapat dilihat pada

tabel di bawah ini yang disusun berdasarkan hasil laporan Dewan Koperasi

Indonesia (DEKOPIN) pada periode waktu 1999 s.d 2011 :

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Koperasi Sekunder Tingkat Nasional

Tahun periode Jumlah Koperasi

1999-2001 194

2001-2004 156

2004-2006 125

2006-2007 53

2007-2008 60

2008-2011 52

Sumber : DEKOPIN

Pada tabel 1.1 di atas tampak perkembangan koperasi sekunder dari tahun

2004 sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu

(11)

mengalami pailit. Walaupun pada tahun 2007-2008 mengalami peningkatan

sebanyak 7 koperasi sekunder namun pada tahun 2008-2011 kembali mengalami

penurunan sebanyak 8 koperasi sekunder sehingga total koperasi sekunder pada

tahun 2011 berjumlah 52 koperai sekunder.

Keberadaan 52 koperasi sekunder tidak dapat dikatakan berhasil, karena

semakin lama jumlah koperasi sekunder tersebut mengalami penurunan.

Keberhasilan koperasi selain dilihat dari jumlah anggota yang semakin meningkat

dilihat pula dari seberapa besar sisa hasil usaha (SHU) yang dihasilkan dan

seberapa efektif keberadaan organisasi koperasi tersebut. Ketika kuantitas anggota

koperasi meningkat maupun SHU yang cukup besar namun tidak dapat

meningkatkan kesejahteraan anggotanya maka koperasi tersebut tidak bisa

dikatakan berhasil. Artinya sejauhmana kemampuan koperasi tersebut dalam

mencapai target yang telah ditentukan baik target usaha seperti SHU dan volume

usaha, maupun target non usaha seperti keanggotaan, merupakan faktor yang

menentukan tingkat efektivitas koperasi.

Pengertian efektivitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah

„Seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang

diharapkan dari sejumlah input‟. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen dengan yang

sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari

(12)

Efektivitas = Ouput Aktual/Output Target >=1

 Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektivitas.

 Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektivitas tidak tercapai.

Koperasi yang baik adalah koperasi yang dapat menciptakan efektivitas

Organisasi. Karena efektivitas itu merupakan kegiatan kerja yang akan membantu

organisasi dalam mencapai sasarannya dengan mengoptimalkan sumber daya yang

dimiliki.

Dalam upaya mempertahankan, meningkatkan dan untuk mencapai

Efektivitas organisasi tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya. Ropke

dalam Hendar dan Kusnadi (1999:175) menyatakan bahwa “keberhasilan

koperasi berhubungan dengan beberapa faktor yang meliputi pengelolaan,

pelayanan, partisipasi anggota, permodalan dan pembinaan pemerintah”.

Dengan demikian ketika sebuah koperasi primer akan bergabung dengan

koperasi sekunder, pertimbangan yang harus dilakukan ialah seberapa besar

efektivitas dari koperasi sekunder tersebut dapat memberikan manfaat yang cukup

besar bagi koperasi primer yang akan bergabung.

Terlebih ketika sebuah koperasi bergabung dengan koperasi sekunder,

maka koperasi sekunder tersebut harus memberikan input yang baik bagi koperasi

primernya terutama dengan pengembangan usaha maupun pengembangan

organisasinya, sehingga keberadaan koperasi sekunder akan dilirik oleh koperasi

primer.

Koperasi pemuda Indonesia (KOPINDO) adalah salah satu koperasi

(13)

awalnya anggota KOPINDO dikelompokan menjadi lima, yaitu Koperasi

Mahasiswa (KOPMA), Koperasi Pramuka (KOPRAM), Koperasi Pondok

Pesantren (KOPPONTREN), Koperasi Siswa (KOPSIS), dan Koperasi Pemuda

(KOPDA). Perkembangan anggota KOPINDO dalam 5 tahun terakhir dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2

Perkembangan Jumlah anggota KOPINDO

No. Tahun Buku Jumlah Anggota

1 2007 98

2 2008 92

3 2009 99

4 2010 100

5 2011 110

Sumber : KOPINDO tahun 2007-2011

Dari data perkembangan anggota KOPINDO diatas maka kita dapat

mengetahui bahwa setiap tahunnya secara kuantitas anggota KOPINDO

mengalami kenaikan. Berdasarkan laporan pertanggungjawaban pengurus

KOPINDO tahun buku 2011 tercatat bahwa 85 anggota merupakan koperasi

mahasiswa (KOPMA), 10 anggota koperasi pondok pesantren (KOPPONTREN)

dan 15 anggota merupakan koperasi pemuda (KOPDA). Hal itu membuktikan

bahwa terjadi penurunan secara kualitas karena dari 5 kelompok koperasi, kini

hanya ada 3 kelompok koperasi yang merupakan anggota KOPINDO. Selain itu

dari 110 koperasi primer hanya 77 koperasi primer yang aktif menjadi anggota

KOPINDO, 3 koperasi primer keluar dan 30 koperasi primer yang tidak aktif.

Padahal perkembangan anggota merupakan salah satu indikator keberhasilan

(14)

KOPINDO merupakan salah satu Koperasi sekunder yang tercatat masih

aktif, hanya saja perkembangan KOPINDO tidak begitu baik. Hal itu dapat dilihat

dari perkembangan SHU dan Volume Usaha KOPINDO dalam 5 tahun terakhir.

Tabel 1.3

Perkembangan SHU dan Volume Usaha KOPINDO

Tahun SHU Volume

Usaha

Persentase

2007 214.121.093 548.435.540 39%

2008 174.101.979 713.497.500 24%

2009 64.917.146 782.540.500 8,3%

2010 112.108.274 913.530.000 12,3%

2011 149.167.772 1.013.881.000 14,7

Sumber : LPJ KOPINDO

Dilihat dari data diatas tampak perkembangan volume usaha KOPINDO

mengalami kenaikan disetiap tahunnya , tapi berbeda dengan SHU yang

mengalami naik turun. Hal ini seharusnya tidak terjadi, karena kondisinya ialah

kenaikan volume usaha tidak dikuti dengan penaikan sisa hasil usaha artinya disini

beban-beban dan biaya perasional meningkat sehingga mengurangi penghasilan

atau yang dikenal dengan sisa hasil usaha. Selain dari itu, penurunan terjadi karena

usaha yang dilakukan KOPINDO belum dapat merangkul serta sesuai dengan

kebutuhan anggota. Jenis usaha yang dijalani KOPINDO saat ini diantaranya yaitu

KOPINDO CONSULT, KOPINDO WISATA, KOPINDO KONSTRUKSI,

KOPINDO NIAGA, KOPINDO MEDIA, dan PONDOK PEMUDA CIBODAS.

Dari keseluruhan unit usaha tersebut tidak ada yang secara langsung melibatkan

anggota ataupun sesuai dengan kebutuhan anggotanya.

Selain dari perkembangan SHU dan Volume Usaha dapat dilihat pula

(15)

KOPINDO. Modal merupakan salah satu yang terpenting dalam keberhasilan

koperasi, karena modal dapat meningkatkan usaha dan organisasi koperasi. Modal

sendiri dapat berupa simpanan pokok dan simpanan wajib yang berasal dari

anggota, sedangkan modal lain-lain yaitu modal dari luar yang berupa pinjaman

ataupun hibah. Modal yang dimilki KOPINDO dapat kita lihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 1.4

Perkembangan Modal Sendiri dan Modal lain-lain KOPINDO

Tahun Modal Sendiri Modal Lain-lain 2007 172.655.246 1.517.816.667 2008 221.921.546 1.517.816.667 2009 246.081.546 1.517.816.667 2010 273.851.546 1.517.816.667 2011 255.903.446 1.517.816.667

Sumber : LPJ KOPINDO

Melihat data perkembangan modal sendiri dan modal lain-lain KOPINDO

pada tabel 1.4. Untuk modal sendiri relatif mengalami kenaikan , namun

jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan modal lain-lain. Padahal salah satu

letak perbedaan koperasi dengan badan usaha lainnya yaitu adanya modal sendiri

yang berupa simpanan wajib dari anggota yang dibayarkan secara berkala

terhadap koperasi. Modal lain-lain memang cukup besar dibandingkan dengan

modal sendiri hanya saja dalam 5 tahun terakhir ini tidak mengalami peningkatan.

Kualitas anggota yang menurun, SHU dan Volume usaha yang tidak stabil,

serta modal sendiri yang rendah disebabkan karena KOPINDO dirasakan kurang

memberikan kebermanfaatan terhadap anggota, kurangnya dalam memberikan

pelayanan, serta ketidakpercayaan anggota terhadap manajerial pengurus yang

(16)

Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap permasalahan yang ada dengan mengambil judul “PELAYANAN DAN

KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP EFEKTIVITAS KOPERASI SEKUNDER (Studi Kasus pada Anggota Koperasi Pemuda Indonesia Wilayah Jawa Barat)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan rumusan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum mengenai pelayanan, kemampuan manajerial

pengurus dan efektivitas organisasi koperasi sekunder ?

2. Bagaimana pengaruh pelayanan terhadap efektivitas koperasi sekunder ?

3. Bagaimana pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap efektivitas

koperasi sekunder ?

4. Bagaimana pengaruh pelayanan, kemampuan manajerial pengurus terhadap

efektivitas koperasi sekunder ?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelayanan, kemampuan

(17)

2. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan terhadap efektivitas koperasi

sekunder

3. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial pengurus

terhadap efektivitas koperasi sekunder

4. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan dan kemampuan manajerial

pengurus terhadap efektivitas koperasi sekunder

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah :

1. Secara Teoritis

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi efektivitas koperasi sekunder.

2. Secara Praktis

Diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk Koperasi primer dalam

menentukan pilihan ketika bergabung bersama koperasi sekunder.

Serta untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan

agar posisi koperasi sekunder dapat dilirik oleh banyak koperasi

primer sehingga keberadaan koperasi sekunder itu menjadi penting

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey

Eksplanatori. Survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu

populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data,

sedangkan eksplanatori adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu

teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hasil

peneliitian yang sudah ada. Sehingga survey eksplanatori ialah metode yang

menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti melalui

pengujian hipotesis.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 173) adalah keseluruhan

subjek penelitian. Populasi ini bisa berupa sekelompok manusia, nilai-nilai, tes,

gejala, pendapat, peristiwa-peristiwa, benda dan lain-lain.

Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Koperasi

Pemuda Indonesia (KOPINDO).

3.2.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174) sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti. Pada penelitian ini yang dijadikan sebagai sampel

ialah Koperasi Mahasiswa (KOPMA), Koperasi Pesantren (KOPONTREN)

(19)

Tabel 3.1

Daftar Anggota KOPINDO Wilayah Jawa barat

JENIS KOPERASI NAMA KOPERASI

KOPERASI MAHASISWA KOPMA UNPAS KOPMA UIN SGD

KOPERASI PESANTREN KOPPONTREN MADARISA SOREANG KOMAD MARDHATILLAH

KOPERASI PEMUDA KOPERASI BHAKTI PEMUDA CIANJUR KKM BANDUNG

Sumber: KOPINDO

3.3 Operasional Variable

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variable Konsep teoritis Konsep empiris Konsep

analitis

(20)
(21)

baik, dan

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data primer dan data sekunder.

Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden sedangkan data sekunder yaitu

data yang berupa studi kepustakaan dan studi dokumenter.

Untuk data primer pengumpulan datanya adalah dengan cara menyebar angket

(kuesioner) yaitu teknik pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar

pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel penelitian.

(22)

1. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan informasi yang berhubungan

dengan masalah-masalah yang akan diteliti dengan mempelajari buku-buku

dan literatur.

2. Studi dokumenter, yaitu mempelajari dokumen-dokumen dan arsip-arsip

yang ada pada kantor Dinas KUKM Jawa Barat serta KOPINDO

3.5 Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah menganalisis data dan

melakukan pengujian hipotesis.

3.5.1 Metode Successive Interval (MSI)

Data yang mempunyai tingkat pengukuran ordinal, maka sebelum dianalisis,

variabel tersebut ditransformasikan menjadi skala interval dengan menggunakan

Metode Successive Interval dengan bantuan program exel suck97.

Langkah kerja Methods of Succesif Inteval (MSI) adalah sebagai berikut:

1. Perhatikan tiap butir item pertanyaan, misalnya dalam angket.

2. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang mendapatkan

(menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut Frekuensi (F).

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut

Proporsi (P).

4. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi

yang ada dengan proporsi sebelumnya.

5. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk

setiap kategori.

6. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan

menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku.

(23)

8. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus berikut:

Y = NS + [1+׀NSmin׀].

Model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel-variabel bebas

terhadap variabel terikat serta untuk menguji kebenaran dari hipotesis akan digunakan

model persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e

Dimana :

Y = Efektivias Koperasi Sekunder X1 = Pelayanan

X2 = Kemampuan Manajerial Pengurus

3.6 Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian alat pengumpul data atau instrumen penelitian akan

menentukan data yang dikumpulkan dan menentukan kualitas penelitian. Instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang pelayanan,

partisipasi anggota, permodalan dan efektivitas koperasi sekunder.

Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah skala likert. T

Skala likert ini digunakan dalam variabel bebas. Dengan menggunakan skala likert,

setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan positif. Maka ketentuan skala

jawaban adalah sebagai berikut:

(24)

 Cukup Setuju : 3

 Tidak Setuju : 2

 Sangat Tidak Setuju : 1

Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut:.

Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu mengetahui pengaruh pelayanan,

partisipasi anggota, permodalan dan efektivitas koperasi sekunder.

1. Menjadikan objek yang menjadi responden yaitu anggota KOPINDO

wilayah Jawa Barat

2. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.

3. Memperbanyak angket.

4. Menyebarkan angket.

5. Mengolah dan menganalisis hasil angket

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen penelitian digunakan untuk menguji apakah instrument

penelitian ini memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik atau tidak sesuai dengan

standar metode penelitian.

Oleh karena pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen

yang berupa kuesioner, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas atas instrumen

penelitian ini.

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2010:211). Suatu tes dikatakan

(25)

penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai

Y = Skor seluruh item responden uji coba

Dalam hal ini rxy diartikan sebagai koefisien korelasi sehingga kriterianya

adalah:

rxy <0,20 : Validitas sangat rendah

0,20-0,39 : Validitas rendah

0,40-0,59 : Validitas sedang/cukup

0,60-0,89 : Validitas tinggi

0,90-1,00 : Validitas sangat tinggi

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan taraf nyata  = 0,05 diluar taraf

nyata tersebut item angket dinyatakan tidak valid.

Kemudian dilakukan uji keberartian r dilakukan dengan uji t (taraf signifikansi

5%) dengan rumus yang digunakan, yaitu:

(26)

Keterangan:

t = Uji signifikan korelasi

r = Koefisien korelasi

n = Jumlah responden penelitian

Kriteria pengujian diambil dengan membandingkan nilai t hit dengan ttab, yaitu

dengan taraf signifikan α =0,05, item dinyatakan valid jika t hit> t tab dimana ttab (t1-0,05

α) didapat dari daftar distribusi t dengan peluang (1-0.05 α) dan derajat kebebasan

=N-2.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen (Test of reliability) untuk mengetahui apakah

data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas menggunakan

rumus Uji Reliabilitas (r11). Langkah-langkah untuk menguji reliabilitas dengan

menggunakan Uji Reliabilitas adalah sebagai berikut:

a) Menghitung harga varians tiap item dari setiap item

N

ΣX2 = jumlah kuadrat jawaban responden tiap item (ΣX)2 = kuadrat skor seluruh respondendari tiap item N = jumlah responden

b) Mencari varians total

Y Y

2

(27)

dimana:

t2 = harga varian total

ΣY2

= jumlah kuadrat skor total

(ΣY)2 = jumlah kuadrat dari jumlah skor total

N = jumlah responden

c) Menghitung Reliabilitas Instrumen

Test of reliability digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data

tersebut menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau

konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu

walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Untuk menguji reliabilitas

instrumen penelitian ini, penulis menggunakan Uji Reliabilitas dengan rumus

Alpha sebagai berikut:

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan

b2 : Jumlah Varians butir/item

t2 : Varians total

d) Mengkonsultasikan harga r11 pada penapsiran indeks korelasi, yaitu:

* 0,800-1,000 = sangat tinggi

(28)

* 0,200-0,399 = rendah

* <0,200 = sangat rendah

Kriteria pengujian reliabilitas adalah jika rhit > rtab dengan tingkat kepercayaan

95%, maka angket variabel tersebut dikatakan reliabel.

3.7.3 Uji Asumsi Klasik 3.7.3.1 Uji Multikolinearitas

Pada mulanya multikoliniearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna

atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.

Dalam hal ini variabel-variabel bebas ini bersifat tidak orthogonal. Variabel-variabel

bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi diantara

sesamanya sama dengan nol.

Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel-variabel bebas

sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama variabel bebas ini sama dengan satu,

maka konsekuensinya adalah :

- Nilai koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir

- Nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.

Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam model

regresi OLS, yaitu :

(1) Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi

(biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang

signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.

(2) Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi, perlu

dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya koefisien

(29)

(3) Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi

terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2dan F. Jika nilai

Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu, maka

terdapat multikolinieritas variabel bebas.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Uji regresi parsial yaitu dengan

membandingkan R2 parsial dengan R2 estimasi, untuk memprediksi ada atau tidaknya

multikoliniearitas.

Apabila terjadi Multikolinearitas menurut Gujarati (2006 : 45) disarankan

untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

(1) Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori)

(2) Menghubungkan data cross sectional dan data urutan waktu, yang

dikenal sebagai penggabungan data (pooling the data)

(3) Mengeluarkan satu variabel atau lebih.

(4) Transformasi variabel serta penambahan variabel baru.

3.7.3.2 Uji Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki

varian yang sama. Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka

disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Keadaan

heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :

(1) Sifat variabel yang diikutsertakan ke dalam model.

(2) Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan

(30)

Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengetahui adanya

heteroskedastisitas, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Korelasi

Spearman. Metode ini dikembangkan oleh Spearman, formula korelasi dari Spearman

adalah sebagai berikut :

(Yana Rohmana, 2010:170)

Dimana di = perbedaan dalam rank yang ditetapkan untuk dua karakteristik

yang berbeda dari individual atau fenomena ke 1, sedangkan n = banyaknya individual

atau fenomena yang di rank.

Adapun langkah- langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Cocokan regresi terhadap data mengenai Y dan X dan dapatkan residual ei.

Dengan mengabaikan tanda dari ei, yaitu dengan mengambil nilai mutlaknya

[ei], merangking baik harga mutlak [ei] dan Xi sesuai dengan urutan yang

meningkat atau menurun dan menghitung koefisien rank korelasi Spearman

yang telah diberikan sebelumnya.

Dengan mengasumsikan bahwa koefisien rank korelasi populasi PS adalah nol

dan n > 8, tingkat signifikan dari rs, yang disampel dapat diuji dengan

pengujian t sebagai berikut:

(Yana Rohmana, 2010:170) rs

1- rs2 t =

rs = 1-6  di 2

(31)

Jika nilai t yang dihitung melebihi bilai t kritis, kita bisa menerima hipotesis adanya

heteroskedastisitas; kalau tidak bisa menolaknya. Jika model regresi meliputi lebih

dari satu variabel X, rs dapat dihitung antara [ei] dan tiap-tiap variabel X secara

terpisah dan dapat diuji untuk tingkat penting secara statistik dengan pengujian t yang

diberikan di atas.

3.7.3.3 Uji Autokorelasi

Dalam suatu analisa regresi dimungkinkan terjadinya hubungan antara

variabel-variabel bebas atau berkorelasi sendiri, gejala ini disebut autokorelasi. Istilah

autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi

yang diurutkan menurut waktu atau ruang.

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi antara

satu variabel penganggu dengan pengganggu lainnya. Faktor-faktor penyebab

autokorelasi antara lain terdapat kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag

dalam model dan tidak dimasukkannya variabel penting Konsekuensi adanya

autokorelasi menyebabkan hal-hal berikut:

 Parameter yang diestimasi dalam model regresi OLS menjadi bisa dan

varian tidak minim lagi sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang

akurat dan tidak efisien.

 Varians sampel tidak menggambarkan varians populasi, karena diestimasi

terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran.

 Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga nilai

variabel terikat dari variabel bebas tertentu.

 Uji t tidak akan berlaku, jika uji t tetap disertakan maka kesimpulan yang

(32)

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada

model regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi digunakan uji

Durbin-Watson d dengan prosedur sebagai berikut :

1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai

residualnya.

2. Menghitung nilai d.

3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu tidak

termasuk konstanta (k), lalu cari nilai kritis dL dan dU di statistik Durbin

Watson.

4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada gambar di bawah ini :

Statistika Durbin- Watson d

Gudjarati (2006: 216)

Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower

dU = Durbin Tabel Up

H0 = Tidak ada autkorelasi positif

H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif

5. Ketentuan nilai Durbin Watson d

(33)

Nilai statistik

d

Hasil

0 < d < dL Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi

positif

dL≤ d ≤ du Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

du≤ d ≤ 4 - du Menerima hipotesis nol; tidak ada

autokorelasi positif/negatif

4 – du≤ d 4 - dL Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

4 – dL≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi

negatif

Salah satu keuntungan dari uji DW yang didasarkan pada residual adalah

bahwa setiap program komputer untuk regresi selalu memberi informasi statistik d,

adapun prosedur dari uji DW sebagai berikut:

1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai residualnya

2. Menghitung nilai d dari persamaan regresi

3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu tidak termasuk konstanta (k), kita cari nilai kritis dL dan dU di statistik Durbin

Watson.

4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada tabel diatas.

3.8 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa uji

(34)

3.8.1 Uji t (Pengujian Hipotesis Regresi Majemuk Secara Individual)

Uji t bertujuan untuk menguji tingkat signifikasi dari setiap variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain

konstan/tetap.

Pengujian secara parsial dilakukan untuk menguji rumusan hipotesis dengan

langkah sebagai berikut :

1. Membuat hipotesis melalui uji satu sisi

H0: β1≤ 0,

Ha : β1 > 0,

Dalam hipotesis ini dinyatakan bahwa efektivitas organisasi, pelayanan

dan kermampuan manajerial pengurus mempunyai hubungan positif.

2. Menghitung nilai t hitung dan mencari nilai t kritis dari tabel distribusi t.

Nilai t hitung dicari dengan rumus berikut :

 

1

1

1 *

ˆ  

e s

t   Dimana 1*merupakan nilai pada hipotesis nol

(Yana Rohmana, 2010:50)

Adapun cara yang lebih sederhana dapat pula menggunakan rumus

dibawah ini:

(Yana Rohmana, 2010 : 50)

3. Setelah diperoleh t statistik atau t hitung, selanjutnya bandingkan dengan t

tabel dengan α disesuaikan. Adapun cara mencari t tabel dapat

(35)

4. Kriteria uji t adalah:

Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (variabel bebas X

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (variabel bebas X

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

Dalam penelitian ini tingkat kesalahan yang digunakan adalah 0,05 (5%) pada taraf signifikasi 95%.

3.8.2 Uji F (Pengujian Hipotesis Regresi Secara Keseluruhan)

Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X

terhadap variabel terikat Y untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya. Pengujian

dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

1. Mencari F hitung dengan formula sebagai berikut

)

2. Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya bandingkan dengan F tabel berdasarkan besarnya  dan df dimana besarnya ditentukan oleh numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k).

3. Kriteria Uji F

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan

(36)

Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruhan

variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

3.8.3 Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X.

Selain itu juga, koefisien determinasi merupakan alat yang dipergunakan untuk

mengukur besarnya sumbangan atau andil (share) variabel X terhadap variasi atau

naik turunnya Y (J. Supranto, 2005 : 75). Dengan kata lain, pengujian dilakukan

untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel independent (X1, dan X2)

terhadap variabel Y, dengan rumus sebagai berikut :

(Yana Rohmana, 2010:76)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain

model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain

model tersebut dapat dinilai kurang baik.

R2 =

SS

∑ ŷi

2

SS

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari hasil pembahasan

tentang pengaruh pelayanan dan manajerial pengurus terhadap efektivitas

organisasi koperasi sekunder dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelayanan termasuk kedalam kategori rendah, kemampuan manajerial

pengurus termasuk kedalam kategori menengah dan efektivitas

organisasi koperasi sekunderpun termasuk kedalam kategori

menengah

2. Pelayanan berpengaruh positif terhadap efektivitas organisasi

koperasi sekunder.Artinya semakin tinggi pelayanan koperasi maka

akan meningkatkan efektivitas organisasi koperasi sekunder.

3. Kemampuan manajerial pengurus berpengaruh positif terhadap

efektivitas organisasi koperasi sekunder. Artinya semakin tinggi

manajerial pengurus koperasi maka akan meningkatkan efektivitas

Pelayanaorganisasi koperasi sekunde.r

4. Pelayanan dan Kemampuan manajerial pengurus secara simultan

(38)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang

diperoleh maka ada beberapa saran yang bias dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Pelayanan yang diberikan pengurus harus terus ditingkatkan. Pelayanan

tersebut bukan hanya pelayanan usaha saja melainkan pelayanan

organisasi yang dapat meningkatkan efektivitas organisasi koperasi

sekunder tersebut.

2. Pengurus yang ditempatkan harus sesuai dengan keahliannya, agar dapat

membawa kebaikan terhadap KOPINDO.

3. Pengurus harus dengan cermat menyusun program kerja, agar program

kerja yang disusun berhubungan dan memberikan manfaat bagi

keberlangsungan KOPINDO dan dapat memberikan manfaat secara nyata

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Alfred Hanel. 1985. Pokok-pokok Pikiran Organisasi Koperasi dan Kebijakan

Pengembangan di Negara-negara Berkembang. Bandung UNPAD

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta

Faizal, Hendry. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta : Rajawali Pers

Gujarati, Damodar,. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Salemba Empat

Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta : FE UI

Hendar dan Kusnadi. 2005. Ekonomi Koperasi.. Jakarta : Lembaga Penerbit

FE-UI.

J Supranto. 2005. Ekonometrika Buku Kesatu. Bogor: Ghalia Indonesia

Kementerian KUKM RI. 2009. Modul Diklat. Jakarta : Winaguna Sarana Teknik

Kotler, Philip. 2002. Manajeman Pemasaran di Indonesia : Analisis,

Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat

Kusdi. 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta : Salemba Empat

Mahmudi. 2005. Manajeman Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP STIM YKPM

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 2011. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES

Muslimin Nasution. 2008. Koperasi Menjawab Kondisi Ekonomi Nasional.

Jakarta: PIP (Pusat Informasi Perkoperasian).

Rohmana, Yana. 2010. Ekonometrika (Teori dan Aplikasi dengan Eviews). Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI

Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi, Teori dan Manajemen. Jakarta : Salemba Empat

(40)

Subandi. 2010. Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik). Bandung: Alpabeta

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Supriyono. 2000. Sistem Pengendalian Manajeman. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta

Ukas, Maman. 2009. Manajeman (Konsep, Prinsip dan Aplikasi). Bandung : AGNINI

Undang-undang No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Bandung: KPN IKIP Bandung.

Winardi. 2009. Teori Organisasi & Pengorganisasian. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Yuniarsih, Tjutju dkk. 1998. Manajemen Organisasi. Bandung : IBP

Sumber Lain :

Al-Rasyid, Harun. 1993. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran

Carabinerii. Method of Successive Interval. Tersedia : Carabinerii.wordpress.com (30/04/2010)

Company Profile KOPINDO Tahun 2011

Manajeman Koperasi. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/27993522

Laporan Pertanggungjawaban KOPINDO tahun buku 2007 - 2011

Prasetyo Budi Saksono. Pengertian Efektifitas. Tersedia : http://dansite.wordpres.com (28/03/2009)

www.depkop.go.id

www.kopindo.go.id

Gambar

tabel di bawah ini yang disusun berdasarkan hasil laporan Dewan Koperasi
Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah anggota KOPINDO
Tabel 1.3 Perkembangan SHU dan Volume Usaha KOPINDO
Tabel 1.4 Perkembangan Modal Sendiri dan Modal lain-lain KOPINDO
+3

Referensi

Dokumen terkait

5 JADWAL KULIAH PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNTAD MATA KULIAH PILIHAN SEMESTER VII BERDASARKAN KONSENTRASI.. Konsentrasi Gizi

Yaitu ada suatu perbuatan, dimana Bank memberikan kepercayaan kepada PPAT untuk menindak lanjuti SKMHT menjadi APHT. Ada kewajiban dan kepentingan Bank untuk

Data yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan pada akhir pembelajaran setiap siklus adalah data kuantitatif, sedangkan data yang akan dianalisis diperoleh dari lembar

Berdasarkan hasil Penelitian pengetahuan Siswa Kelas 5 MI Al Fahmi Surabaya , dapat disimpulkan: 1) Pengetahuan tentang indikasi penambalan gigi siswa kelas 5 MI Al Fahmi

Ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian penyakit malaria di Desa Simpang Martapura wilayah Kerja Puskesmas simpang Martapura Kecamatan Simpang

[r]

SS S TS STS 20 Ketika saya mempunyai masalah, saya lebih banyak tidur SS S TS STS 21 Saya menjadi marah pada orang atau segala sesuatu yang.. meny\ebabkan masalah

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suhartono (2011: 86) bahwa ejaan memiliki kedudukan yang penting dalam bahasa tulis, sehingga dapat memperkecil terjadinya kesalahan