ANALISIS PROTOKOL ROUTING PADA JARINGAN KOMPUTER UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DENGAN ROUTER SIMULATOR
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer
R. A. FATTAH ADRIANSYAH 041401070
PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : ANALISIS PROTOKOL ROUTING PADA
JARINGAN KOMPUTER UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DENGAN ROUTER SIMULATOR
Kategori : SKRIPSI
Nama : R. A. FATTAH ADRIANSYAH
Nomor Induk Mahasiswa : 041401070
Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER
Departemen : ILMU KOMPUTER
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, 2008
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
M. Umar Saleh T, ST Drs. Sawaluddin, MIT
NIP. 132 321 790 NIP. 132 206 398
Diketahui/Disetujui oleh
Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,
PERNYATAAN
ANALISIS PROTOKOL ROUTING PADA JARINGAN KOMPUTER
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DENGAN ROUTER SIMULATOR
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Desember 2008
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah kurnia-Nya kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga atas curahan kasih sayang dan dukungannya baik materil dan spirituil kepada keluarga tercinta, Ayah (Benny) dan Ibu (Hamda) Abang (fahrul dan farid) yang telah banyak memberikan restu, doa, motivasi serta dukungan kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Drs. Sawaluddin, MIT dan M. Umar Saleh T, ST, selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada penulis untuk menyempurnakan kajian ini. Panduan ringkas, padat dan profesional telah diberikan kepada penulis agar penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Komputer, Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Syahriol Sitorus, S.Si. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada Program Studi Ilmu Komputer FMIPA USU, dan pegawai di FMIPA USU. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc dan Ibu Ir. Elviawaty MZ, MT, MM selaku dosen penguji. dan tidak lupa kepada Pak Jamal, Pak Joko, dan Anggiat (neo) yang telah memberikan pengetahuan tentang router dan memotivasi penulis, serta Ade Sarah Huzaifah yang menjadi teman keseharian penulis, membantu, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, dan juga rekan-rekan kuliah. Semoga Tuhan Yang Maha Esa yang akan membalasnya.
ABSTRAK
Sekarang jaringan konputer memiliki dampak yang berarti di kehidupan kita. Merubah cara kita hidup, bekerja, dan bermainan. Jaringan komputer didalam konteks yang lebih besar (internet) memungkinkan orang untuk berkomunikasi, berkerjasama, dan berinteraksi dalam cara – cara yang belum pernah dilakukannya. Kita menggunakan jaringan dalam berbagai cara, termasuk web applications, IP telephony,
video conference, interactive gaming, electronic commerce, education, dan lain-lain. Router menhubungkan jaringan satu dengan yang lain. Oleh karena itu router bertanggung jawab untuk pengiriman paket melalui jaringan yang berbeda. Router menggunakan tabel routingnya untuk menentukan jalur terbaik untuk menyampaikan paket. Static route dan protokol dinamik routing digunakan oleh router untuk mempelajari network remote dan membangun tabel routing-nya. Protokol routing digunakan untuk memfasilitasi penukaran informasi routing antar router. Routing protokol memungkinkan router untuk berbagi informasi tentang network remote
ROUTING PROTOCOL ANALYSIS OF UNIVERSITAS SUMATERA UTARA COMPUTER NETWORK USING ROUTER SIMULATOR
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Metode Penelitian 4
1.7 Sistematika Penulisan 5
Bab 2 Landasan Teori 6
2.1 Jaringan Komputer 6
2.2 Model OSI 6
2.3 Model TCP/IP 7
2.4 Perangkat Jaringan (Network Device) 10
2.5 Routing 12
2.5.1 Tabel Routing 13
2.5.2 Proses Routing 13
2.5.3 Protokol Routing 17
2.5.3.1 Distance Vector 20
2.5.3.1.1 Routing loops 22
2.5.3.1.2 Jumlah Hop Maksimum 23
2.5.3.1.3 Split Horizon 23
2.5.3.1.4 Route Poisoning 24
2.5.3.2 Link-State 24
2.6 RIP (RoutingInformation Protocol) 26
2.6.1 RIP Timer 26
2.7 OSPF (Open Shortest Path First) 28
2.7.1 Terminologi OSPF 30
2.7.2 Perhitungan Pohon SPF (SPF Tree) 33
Bab 3 Analisis 35
3.2 Analisis Kebutuhan 46 3.2.1 RIP (Routing Information Protokol) 52 3.2.2 OSPF (Open Shortest Path First) 75
Bab 4 Hasil Analisis 92
4.1 Router dan Switch 92
4.2 RIP dan OSPF 98
Bab 5 Penutup 101
5.1 Kesimpulan 101
5.2 Saran 101
Daftar Pustaka 103
Lampiran A Mode Router 104
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tabel routing pada router A 13
Tabel 2.2 Tabel routing untuk router A 15
Tabel 2.3 Tabel routing untuk router B 15
Tabel 2.4 Tabel routingrouter A setelah dikonfigurasi 16
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model OSI 7
Gambar 2.2 Model OSI (encapsulation) 7
Gambar 2.3 Model TCP/IP 8
Gambar 2.4 Fungsi TCP/IP 9
Gambar 2.5 Encapsulation pada lapisan TCP/IP 9
Gambar 2.6 Simbol-simbol yang digunakan dalam jaringan 10
Gambar 2.7 Router 11
Gambar 2.8 Hubungan perangkat jaringan dengan lapisan-lapisan OSI 11
Gambar 2.9 Antarmuka router 12
Gambar 2.10 Jaringan dengan dua rute dan dua antarmuka 14
Gambar 2.11 Konsep Distance Vector 20
Gambar 2.12 Jaringan Distance Vector Discovery 21
Gambar 2.13 Routing Loop 22
Gambar 2.14 Konsep Link-State 25
Gambar 2.15 Rancangan sederhana OSPF 29
Gambar 3.1 Jaringan Komputer Universitas Sumatera Utara (USU) 35 Gambar 3.2 Jaringan Komputer Universitas Sumatera Utara (USU) di
Packet Tracer 36
Gambar 3.3 PC 1 mengakses 37
Gambar 3.4 PDU dari paket ARP 37
Gambar 3.5 Pengiriman paket ARP dari PC 1 38
Gambar 3.6 Paket ARP diterima switch 38
Gambar 3.7 Paket dikirim ke switch berikutnya 39
Gambar 3.8 Paket ARP dikirim ke seluruh line yang terhubung ke switch 39 Gambar 3.9 Paket ARP diteruskan oleh switch FKG keseluruh line yang
terhubung 40
Gambar 3.10 Seluruh switch yang mendapatkan paket ARP ini
meneruskan keseluruh line yang terhubung 40
Gambar 3.11 Paket ini di broadcast kembali 41
Gambar 3.12 Paket ARP ini dijawab oleh DNSserver dan dikembalikan
ke PC 1 41
Gambar 3.13 Paket ARP (answer) ini diteruskan ke switch PSI 42 Gambar 3.14 Paket ARP (answer) ini di kirimkan ke switch FKG untuk
diteruskan ke PC 1 42
Gambar 3.15 Paket ARP (answer) di teruskan switch tujuan 43 Gambar 3.16 Paket ARP (answer) ini diteruskan ke switch selanjutnya 43
Gambar 3.17 Paket ARP (answer) sampai di PC 1 44
Gambar 3.18 Hasil dari mengakses 45
Gambar 3.19 Jaringan Universitas Sumatera Utara (USU) Menggunakan
Router 46
Gambar 3.20 PC 1 mengakses 47
Gambar 3.22 Pengiriman paket ARP 48
Gambar 3.23 Pengiriman paket ARP 48
Gambar 3.24 Pengiriman paket ARP 49
Gambar 3.25 Pengiriman paket ARP 49
Gambar 3.26 Paket ARP diterima PC 1 50
Gambar 3.27 Hasil dari mengakses 51
Gambar 3.28 Tabel routingrouter FKG 52
Gambar 3.29 Tabel routingrouter PSI 53
Gambar 3.30 Tabel routingrouter FT 53
Gambar 3.31 Tabel routingrouter Perpustakaan 54
Gambar 3.32 Tabel routingrouter FMIPA 54
Gambar 3.33 Pemberitahuan pada pengirim bahwa tujuan tidak dapat
dicapai (Destination host unreachable) 55
Gambar 3.34 Tabel routingrouter FKG 56
Gambar 3.35 Tabel routingrouter PSI 57
Gambar 3.36 Tabel routingrouter FT 58
Gambar 3.37 Tabel routingrouter Perpustakaan 59
Gambar 3.38 Tabel routingrouter FMIPA 60
Gambar 3.39 Router FKG yang menggunakan protokol routing RIP
mengirim update 61
Gambar 3.40Paket update dikirim melalui semua interface yang ada
pada router FKG 62
Gambar 3.41Paket update hanya diterima oleh device yang telah
dikonfigurasi protokol RIP 62 Gambar 3.42 Router PERPUSTAKAAN yang menggunakan protokol
routing RIP mengirim update 63 Gambar 3.43Paket update disebar melalui semua interface router
PERPUSTAKAAN 63
Gambar 3.44Paket update tidak diterima oleh device yang tidak
dikonfigurasi protokol routing RIP 64 Gambar 3.45 Router FMIPA yang menggunakan protokol routing RIP
mengirim update 64
Gambar 3.46Paket update disebar melalui semua interface router FMIPA 65 Gambar 3.47Paket update tidak diterima oleh device yang tidak
dikonfigurasi protokol routing RIP 65 Gambar 3.48 Router FT yang menggunakan protokol routing RIP
mengirim update 66
Gambar 3.49 Router FT mengirim update ke semua device yang
terkoneksi dengan interfacenya 66 Gambar 3.50Paket update hanya diterima oleh device yang telah
dikonfigurasi protokol RIP 67 Gambar 3.51 Router PSI yang menggunakan protokol routing RIP
mengirim update 67
Gambar 3.52 Router PSI mengirim update ke semua device yang
terkoneksi dengan interfacenya 68 Gambar 3.53Paket update tidak diterima oleh device yang tidak
dikonfigurasi protokol routing RIP 68 Gambar 3.54 Router yang terkoneksi dengan ISP mengirimkan update 69
Gambar 3.56 Router yang terkoneksi dengan ISP mengirimkan update 70
Gambar 3.57 Router PSI menerima paket update 70
Gambar 3.58 Paket update yang dikirimkan dari router FKG ke router PSI 71 Gambar 3.59 Paket update yang dikirimkan dari router PSI ke router FT 72 Gambar 3.60 Trace route PC (192.168.7.2/24) ke PC (192.168.13.2/24) 74
Gambar 3.61 Tabel routingrouter FKG 75
Gambar 3.62 Tabel routingrouter PSI 76
Gambar 3.63 Tabel routingrouter FT 77
Gambar 3.64 Tabel routingrouter Perpustakaan 78
Gambar 3.65 Tabel routingrouter FMIPA 79
Gambar 3.66 Pengiriman paket hello yang dikirim router FKG menuju
router PSI 80
Gambar 3.67 Pengiriman paket hello diterima router PSI 80
Gambar 3.68 Detail paket hello yang dikirim 81
Gambar 3.69 Router FKG yang menggunakan protokol routing OSPF
mengirim update 82
Gambar 3.70 Paket update diterima router PSI 82
Gambar 3.71Paket update diteruskan kesemua router yang terkoneksi
pada router PSI 83
Gambar 3.72 Router FMIPA menerima paket update dari router FT dan
PERPUSTAKAAN 83
Gambar 3.73 Router FMIPA mengirim paket update ke router
PERPUSTAKAAN 84
Gambar 3.74 Router FMIPA dan PERPUSTAKAAN saling mengirim
paket acknowledgment 84
Gambar 3.75 Router yang terkoneksi dengan ISP, PERPUSTAKAAN,
dan FMIPA mengirim paket acknowledgment 85 Gambar 3.76 Router FT, PSI menerima paket acknowledgment 85 Gambar 3.77 Router PSI menerima paket acknowledgment 86 Gambar 3.78 Router FKG menerima paket acknowledgment 86 Gambar 3.79 Informasi paket LSA (LSU) yang dikirim router 87 Gambar 3.80 Trace route PC (192.168.9.2/24) ke PC (10.10.15.1/8) 88
Gambar 3.81 Tabel routingrouter FT 90
Gambar 3.82 Tabel routingrouter FMIPA 91
Gambar 4.1 Jaringan komputer USU yang menggunakan switch 93 Gambar 4.2 Trace route yang dilakukan pada PC 12 ke
(berhasil) 93
Gambar 4.3 Trace route yang dilakukan pada PC 12 ke
(gagal) 94
Gambar 4.4 Jaringan USU yang telah menggunakan router 95 Gambar 4.5 PC 12 melakukan trace route ke web server
yang memiliki alamat IP 172.4.1.2 (berhasil) 95 Gambar 4.6 PC 12 melakukan trace route ke web server
yang memiliki alamat IP 172.4.1.2 (gagal) 96 Gambar 4.7 Paket ARP (broadcast) yang dikirimkan oleh banyak
komputer pada jaringan USU yang menggunakan switch 97 Gambar 4.8 Konfigurasi router PSI yang menggunakan protokol routing
RIP 100
ABSTRAK
Sekarang jaringan konputer memiliki dampak yang berarti di kehidupan kita. Merubah cara kita hidup, bekerja, dan bermainan. Jaringan komputer didalam konteks yang lebih besar (internet) memungkinkan orang untuk berkomunikasi, berkerjasama, dan berinteraksi dalam cara – cara yang belum pernah dilakukannya. Kita menggunakan jaringan dalam berbagai cara, termasuk web applications, IP telephony,
video conference, interactive gaming, electronic commerce, education, dan lain-lain. Router menhubungkan jaringan satu dengan yang lain. Oleh karena itu router bertanggung jawab untuk pengiriman paket melalui jaringan yang berbeda. Router menggunakan tabel routingnya untuk menentukan jalur terbaik untuk menyampaikan paket. Static route dan protokol dinamik routing digunakan oleh router untuk mempelajari network remote dan membangun tabel routing-nya. Protokol routing digunakan untuk memfasilitasi penukaran informasi routing antar router. Routing protokol memungkinkan router untuk berbagi informasi tentang network remote
ROUTING PROTOCOL ANALYSIS OF UNIVERSITAS SUMATERA UTARA COMPUTER NETWORK USING ROUTER SIMULATOR
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan jaringan komputer terjadi begitu cepat. Hal ini dapat di
lihat dengan semakin banyaknya perusahaan atau organisasi yang memanfaatkan
jaringan komputer untuk berkomunikasi, baik itu dalam jangkauan yang sempit yang
seringkali disebut sebagai Local Area Network (LAN), ataupun dalam jangkauan yang
lebih luas yang seringkali disebut sebagai Wide Area Network (WAN).
USU telah memiliki jaringan komputer untuk kepentingan pendidikan, untuk
mengakses internet, dan untuk menghubungkan antar fakultas.
Untuk menghubungkan jaringan satu dengan yang lain dibutuhkan sebuah
router dimana router ini berfungsi untuk merutekan data dari jaringan yang satu ke
yang lain. Karena router bergerak di network layer pada OSI (Open System
Interconnection) layer, maka untuk merutekan data, router melihat IP (Internet
Protocol) Address tujuan dan dicocokan dengantabel routing yang telah ada. Tabel
routing ini dapat diisi secara manual atau disebut juga static routing dan dapat diisi
secara otomatis atau disebut juga dynamic routing. Bila menggunakan dynamic
routing maka dibutuhkan protokol routing untuk meng-updatetabel routing ini secara otomatis.
Dimana terdapat beberapa protokol routing yang dapat digunakan, dan
Tiap perusahaan atau organisasi memiliki desain jaringan yang unik dan
memiliki kebutuhan yang unik untuk kinerja jaringannya, karena itu perusahaan atau
organisasi satu dengan yang lain membutuhkan protokol routing yang sesuai dengan
desain dan kebutuhannya masing-masing, misalnya protokol routing yang dianggap
pantas bagi sebuah bank, mungkin dianggap tidak pantas bagi sebuah universitas dan
sebaliknya. Sebuah protokol routing yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat
berjalan tetapi kinerja jaringan tersebut tidak maksimal dan dapat menyebabkan
terjadinya error pada jaringan, misalnya terjadinya looping yang mengakibatkan data
tidak dapat dirutekan dengan baik, pemakaian bandwidth yang berlebihan, dan
terbuangnya bandwidth secara sia-sia. Oleh karena itu dibutuhkan protokol routing
yang sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan sebelumnya, maka penulis
bermaksud untuk menganalisis jaringan komputer USU dengan cara
mengaplikasikannya pada router simulator yaitu Packet Tracer, sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing protokol routing yang dapat
digunakan, serta dapat diketahui juga protokol routing apa yang paling sesuai dengan
kebutuhan dan dapat bekerja dengan baik pada jaringan komputer USU.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disimpulkan beberapa permasalahan
yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu:
a. Bagaimana menggunakan data yang diperoleh dari lapangan sehingga
dapat disimulasikan pada router simulator.
b. Bagaimana kinerja Jaringan komputer USU setelah disimulasikan, yang
menggunakan switch dan yang menggunakan router.
c. Bagaimana menentukan kelebihan dan kekurangan dari dua protokol
menggunakan router simulator.
d. Bagaimana menentukan protokol routing yang terbaik untuk jaringan
komputer USU.
1.3 Batasan Masalah
Ada banyak macam protokol routing, dan beberapa dari protokol routing memiliki
lisensi (hanya terdapat pada router yang dibuat oleh perusahaan yang menciptakan
protokol routing tersebut). Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah maka
dilakukan pembatasan-pembatasan seperti berikut:
a. Protokol routing yang digunakan hanya protokol routing yang terdapat
pada router secara umum, yaitu RIP dan OSPF.
b. Analisis lebih difokuskan pada protokol routing yang ada pada jaringan
USU.
c. Routersimulator yang digunakan yaitu, Packet Tracer.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelebihan penggunaan router pada jaringan
komputer USU. Dan kekurangan serta kelebihan dari beberapa protokol routing yang
akan diaplikasikan pada jaringan komputer USU yang menggunakan router dan juga
mengetahui protokol routing yang memilki kinerja terbaik untuk jaringan komputer
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelebihan penggunaan router
pada jaringan komputer USU dan mendapatkan protokol routing yang terbaik (sesuai
kebutuhan) untuk jaringan komputer USU sehingga diharapkan dapat memperbaiki
kinerja pada jaringan komputer USU.
1.6 Metodole Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :
1. Studi Literatur
Melakukan studi literatur tentang:
a. Dasar jaringan komputer
b. Routing dan protokol routing
2. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data dari informasi-informasi yang didapat dari Pusat
Sistem Informasi (PSI) dan melakukan wawancara terhadap pegawai di
instansi tersebut untuk melengkapi data yang akan digunakan pada tugas
akhir ini.
3. Desain, Implementasi, dan Analisis
Data yang telah didapat, lalu didesain supaya dapat diimplementasikan ke
Router Simulator, dan menganti switch-switch yang menghubungkan antar
fakultas dengan router, serta menerapkan protokol routing yang ada
kemudian hasilnya akan dianalisis sehingga didapatkan kelebihan dan
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, Penulis membagi sistematika penulisan menjadi 5 Bab,
yang lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang diambilnya judul Tugas Akhir “Analisis
Protokol Routing pada Jaringan Komputer USU dengan Router
Simulator”, tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini, batasan masalah
dalam penganalisisan, dan sistematika penulisan Tugas Akhir yang
menjelaskan secara garis besar susbstansi yang diberikan pada
masing-masing bab.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Membahas tentang pengertian jaringan komputer, model OSI, model
TCP/IP, network device, routing, dan protokol routing.
BAB 3 : ANALISIS
Berisi tentang analisis jaringan komputer USU yang menggunakan
switch dan yang menggunakan router, serta analisis protokol routing
RIP dan OSPF pada jaringan komputer USU yang menggunakan
router.
BAB 4 : HASIL ANALISIS
Bab ini menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari analisis yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya.
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Jaringan Komputer
Odom (2005, hal: 5) menyatakan bahwa jaringan komputer adalah kombinasi
perangkat keras, perangkat lunak, dan pengkabelan (cabling), yang memungkinkan
berbagai komputer berkomunikasi satu sama lain.
Dalam suatu jaringan komputer, terjadi sebuah proses komunikasi antar entiti
atau perangkat yang berlainan sistemnya. Entiti atau perangkat ini adalah segala
sesuatu yang mampu menerima dan mengirim. Untuk berkomunikasi mengirim dan
menerima antara dua entiti dibutuhkan pengertian di antara kedua belah pihak.
Pengertian ini lah yang dikatakan sebagai protokol. Jadi protokol adalah himpunan
aturan-aturan main yang mengatur komunikasi data. Protokol mendefinisikan apa
yang dikomunikasikan bagaimana dan kapan terjadinya komunikasi.
2.2 Model OSI
Model OSI disusun atas 7 lapisan; fisik (lapisan 1), data link (lapisan 2), network
(lapisan 3), transport (lapisan 4), session (lapisan 5), presentasi (lapisan 6), dan
Gambar 2.1 Model OSI (Team , Cisco. 2003)
Gambar 2.2 Model OSI (encapsulation) (Team, Cisco. 2003)
2.3 Model TCP/IP
Protokol TCP/IP hanya dibuat atas empat lapisan saja: Network Access, Internet,
Gambar 2.3 Model TCP/IP (Team, Cisco. 2003)
Beberapa protokol yang sering digunakan pada lapisan application:
a. File Transfer Protocol (FTP)
b. Hypertext Transfer Protocol (HTTP)
c. Simple Mail Transfer Protocol (SMTP)
d. Domain Name System (DNS)
e. Trivial File Transfer Protocol (TFTP)
Beberapa protokol yang umumnya berada pada lapisan transport:
a. Transport Control Protocol (TCP)
b. User Datagram Protocol (UDP)
Protokol utama dari lapisan internet adalah Internet Protocol (IP). Sementara
Gambar 2.4 Fungsi TCP/IP (Team, Cisco. 2003)
Data yang dikirim dalam jaringan akan dipecah sesuai dengan fungsi
masing-masing lapisan, sehingga dapat melalui media transmisi.
2.4 Perangkat Jaringan (Network Device)
Perangkat jaringan digunakan untuk memenuhi kebutuhan suatu jaringan komputer.
Gambar 2.6 Simbol-simbol yang digunakan dalam jaringan (Team, Cisco. 2003)
a. Repeater
Repeater bekerja pada level physical layer dalam model jaringan OSI. Tugas
utama repeater adalah menerima sinyal dari kabel LAN yang satu dan
memancarkannya kembali ke kabel LAN yang lain.
b. Hub
Hub merupakan repeater dengan banyak port (multiport).
c. Bridge
Bridge bekerja pada level data link layer pada model jaringan OSI. Bridge
fungsinya sama dengan repeater, tetapi bridge lebih cerdas dan fleksibel.
alamat MAC setiap device yang tersambung dengannya dan mampu mengatur
alur frame berdasarkan alamat tadi.
d. Router
Router memiliki kecerdasan yang lebih tinggi daripada bridge. Router
beroperasi di lapisan 3 OSI, melakukan keputusan berdasarkan alamat
jaringan. Dua fungsi utama dari router adalah memilih rute terbaik dan sebagai
switching paket-paket data ke inetrface yang dituju..
Gambar 2.7 Router (Team, Cisco. 2003)
e. Switch
Switch merupakan perangkat bridge dengan banyak port (multiport),
dipandang sebagai perangkat lapisan 2 pada lapisan OSI. Switch dapat
menangani beberapa sambungan sekaligus pada saat yang bersamaan.
Hubungan perangat jaringan dengan lapisan-lapisan OSI dapat dilihat
pada gambar 2.8 :
2.5 Routing
Hal pertama yang pelu diketahui oleh router adalah berapa banyak jumlah port yang
dimilikinya dan apa tipe-tipenya. Informasi ini biasanya diketahui secara otomatis
oleh sistem operasi router, dan tidak membutuhkan konfigurasi. Gambar 2.9
memperlihatkan sebuah router yang memiliki satu antarmuka Ethernet, satu
antarmuka Token ring, dan satu antarmuka ISDN (Integrated Services Digital
Network). Untuk mengidentifikasi antarmuka-antarmuka ini, tipe antarmuka biasanya
disingkat menjadi satu atau dua huruf, kemudian diikuti angka yang mengindikasikan
urutan antarmuka diantara antarmuka-antarmuka yang bertipe sama. Karena pada
sebagian besar router nomor urutan port dimulai dari 0, ketiga ID antarmuka di dalam
gambar 2.9 adalah e0, to0, dan bri0.
Informasi berikutnya yang harus diketahui oleh router adalah alamat host dan
alamat IP dari masing-masing port. Konfigurasi alamat-alamat ini hampir selalu
dilakukan secara manual (alamat IP dan subnet mask). Dalam gambar 2.9, antarmuka
ethernet0 (e0) diberi alamat IP 10.1.1.1/24 dan antarmuka tokenring0 (to0) diberi
alamat IP 10.1.2.5/24. Seluruh informasi ini secara kolektif disebut sebagai Network
Layer Reachability Information (NLRI).
2.5.1 Tabel Routing
Setelah router mengetahui informasi diatas, router akan menggabungkan informasi
tersebut untuk membentuk entri-entri sebuah tabel. Tabel ini berada didalam memori
router dan biasanya disebut sebagai tabel Routing. Tabel ini setidaknya memiliki dua
field : Alamat jaringan dan hop berikutnya, yang dapat berupa ID sebuah antarmuka,
semisal e0 dan bri0, atau alamat IP sebuah simpul tetangga. Setiap entri di dalam tabel
disebut sebagai sebuah rute. Oleh karena itu, router pada gambar 2.9 akan memiliki
kedua rute seperti yang tertera pada tabel 2.1 dalam tabel routingnya:
Tabel 2.1 Tabel Routing pada router A
Alamat Jaringan Subnet Mask Hop Berikutnya
10.1.1.0 10.1.2.0 255.255.255.0 255.255.255.0 e0 to0
Tabel Routing ini berfungsi menampung semua NLRI yang diketahui oleh
router, sehingga router hanya perlu merujuk ke satu tempat saja untuk menentukan ke
mana sebuah paket harus dikirimkan. Di dalam sebuah jaringan yang berukuran besar,
tabel ini dapat menjadi cukup panjang. Tabel diatas memperlihatkan informasi
minimum yang harus tersedia untuk melaksanakan proses Routing. Dalam praktiknya,
tabel Routing memuat jauh lebih banyak field dari pada yang diperlihatkan disini.
2.5.2 Proses Routing
Hal berikutnya yang harus diketahui router adalah bagaimana mengidentifikasikan
alamat tujuan paket-paket. Untuk mengetahui ke alamat mana paket-paket ditujukan,
router harus membaca header IP setiap paket yang melewatinya, header IP memuat
sebuah field alamat tujuan dan berbagai field lainnya. Nilai yang tertera pada field
Setelah router membaca field alamat IP tujuan di dalam paket, router akan
membandingkannya dengan semua nilai alamat yang ada di dalam tabel Routing-nya.
Ketika router menemukan alamat IP di mana perangkat tujuan berada, router akan
meneruskan paket tersebut ke antarmuka yang sesuai.
Sebagai contoh, perhatikan kembali gambar 2.9. Apabila router menerima
sebuah paket dari antarmuka e0, dengan alamat tujuan 10.1.2.30, router akan mencari
sebuah rute yang menuju ke alamat tersebut di dalam tabel Routing-nya. Ketika rute
ke jaringan 10.1.2.0 berhasil ditemukan, router akan meneruskan paket itu ke
antarmuka to0.
Meskipun proses ini terlihat cukup sederhana, perhatikan Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Jaringan dengan dua rute dan dua antarmuka
Dengan jaringan seperti diatas, tabel Routing untuk router A akan terlihat seperti tabel
Tabel 2.2 Tabel Routing untuk router A
Alamat Jaringan Subnet Mask Hop Berikutnya
10.1.1.0 10.1.2.0 255.255.255.0 255.255.255.0 e0 to0
Tabel Routing untuk router B akan terlihat seperti tabel 2.3 :
Tabel 2.3 Tabel Routing untuk router B
Alamat Jaringan Subnet Mask Hop berikutnya
10.1.2.0 10.1.3.0 255.255.255.0 255.255.255.0 to0 to1
Bila sebuah paket yang ditujukan ke alamat 10.1.3.15 tiba di antarmuka
Ethernet (e0) router A, maka router A akan mencari didalam tabel routingnya, dan
mendapatkan bahwa rute menuju ke terminal 10.1.3.15 tidak ada di dalam tabel
Routing-nya. Router akan mengirim sebuah ICMP (Internet Control Message
Protocol) unreachable ke alamat IP (internet Protocol) pengirim paket tersebut,
meskipun alamat jaringan 10.1.3.0 jelas-jelas ada di dalam tabel Routing milik router
B.
Tentu saja, permasalahannya adalah router A belum dikonfigurasikan untuk
mengetahui alamat tersebut. Salah satu solusi sederhana untuk masalah ini adalah
dengan menambahkan secara manual rute menuju jaringan 10.1.3.0 ke dalam tabel
Routing router A. Untuk mengirim paket-paket ke jaringan 10.1.3.0, router A harus
mengirim paket-paket data ke alamat 10.1.2.5, yang adalah antarmuka to0 milik
router B. Selebihnya router B yang akan meneruskan paket tersebut ke tujuannya.
Setelah konfigurasi ini, tabel Routing milik router A terlihat seperti tabel 2.4.
Tabel 2.4 Tabel Routing router A setelah dikonfigurasi
Alamat Jaringan Subnet Mask Hop berikutnya
10.1.1.0 10.1.2.0 10.1.3.0 255.255.255.0 255.255.255.0 255.255.255.0 e0 to0 10.1.2.5
Dengan demikian, paket-paket yang dikirimkan dari jaringan 10.1.1.0 dapat
mencapai jaringan 10.1.3.0, namun perhatikanlah bahwa sekarang akan ditanggapi
dengan sebuah pesan Request Timed Out, danbukannya pesan Network Unreachable
atau pesan paket sukses diterima. Bila diperhatikan sebuah terminal di alamat
10.1.1.100 yang berusaha mengirimkan sebuah paket PING (Packet Internet Groper)
ke terminal lain di alamat 10.1.3.100. Ketika paket PING mencapai router A, router
akan mencari alamat jaringan yang sesuai di dalam tabel Routing-nya dan kemudian
meneruskan paket itu ke alamat 10.1.2.5 (antarmuka to0 router B). Ketika router B
menerima paket, router B akan mencari di dalam tabel Routing-nya mendapatkan
alamat 10.1.3.0, dan meneruskan paket tersebut ke antarmuka token ring-nya yang
kedua (to1). Dari antarmuka ini paket diteruskan ke alamat terminal 10.1.3.100.
Ketika terminal 10.1.3.100 menerima pesan PING Echo Request, maka
terminal tersebut akan menanggapinya dengan sebuah pesan Echo Reply ke alamat
10.1.1.100. Paket ini terlebih dahulu dikirmkan ke alamat 10.1.3.1. Ketika router B
menerima paket, router B tidak mengetahui rute ke alamat 10.1.1.100 dan akan
menanggapinya dengan pesan ICMP Network Unreachable ke 10.1.3.100. Hal ini
dikarenakan 10.1.3.100 adalah alamat pengirim yang tertera di dalam header IP paket
ICMP Echo Reply. Akan tetapi, sementara kejadian ini berlangsung terminal
10.1.1.100 yang pada awalnya mengirimkan Echo Request tidak menerima
pemberitahuan error apapun. Terminal 10.1.1.100 terus menunggu, dan ketika
perhitungan timer-nya berakhir terminal menampilkan pesan eror Request Timed Out.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa konfigurasi memang harus dilakukan
kini router biasanya memiliki ratusan bahkan ribuan entri di dalam tabel Routing-nya.
Situasi ini menjadikan konfigurasi secara manual tidak praktis. Lebih jauh lagi, untuk
mempertahankan kehandalannya, sebagian besar jaringan menerapkan teknik
redudansi (dimana terdapat beberapa rute yang berbeda menuju ke satu tujuan yang
sama) sehingga berpotensi menimbulkan permasalahan looping tanpa akhir. Untuk
mengatasi semua kendaa ini digunakanlah protokol Routing (Tittel, Ed, 2004.).
2.5.3 Protokol Routing
Protokol Routing pada dasarnya adalah metode-metode yang digunakan oleh router
untuk saling mengkomunikasikan informasi NLRI. Dengan demikian, sebuah router
dapat menginformasikan rute-rute yang diketahuinya kepada router-router lain yang
terhubung. Tujuan-tujuan penggunaan protokol Routing adalah:
a. Menyederhanakan proses manajemen jaringan karena alamat-alamat yang
dicapai dapat segera diketahui secara otomatis.
b. Menemukan rute-rute “bebas loop” didalam jaringan.
c. Menetapkan rute “terbaik” di antara beberapa pilihan yang tersedia.
d. Memastikan bahwa semua router yang ada didalam jaringan “menyetujui”
rute-rute terbaik yang telah ditetapkan.
Terdapat banyak protokol Routing yang digunakan dewasa ini, dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sebagian di antaranya adalah standar
terbuka (open standard) yang dikelola oleh badan-badan standar internasional, seperti
IETF dan ISO, dan sebagian lainnya adalah standar proprieter (proprietary standard)
yang kepemilikannya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan swasta. Akan tetapi,
semua protokol ini menyediakan suatu mekanisme bagi router untuk berkomunikasi
dan digunakan untuk menentukan rute-rute terbaik di dalam jaringan serta mengatasi
berbagai potensi looping.
Untuk dapat memilih rute yang terbaik, protokol-protokol Routing
menyandarkan keputusannya pada perhitungan metrik. Metrik adalah sebuah nilai
numerik yang merepresentasikan tingkat prioritas atau preferensi sebuah rute,
terhadap rute-rute lainnya yang menuju ke satu tujuan yang sama. Metrik dapat
dihitung berdasarkan berbagai faktor yang berbeda, yaitu: hop, Bandwidth, delay,
reliability, dan load.
Kondisi dimana semua router di dalam jaringan dapat mencapai “kesepakatan”
bulat dalam menentukan rute terbaik, berarti dapat dikatakan jaringan dalam keadaan
konvergen.
Protokol Routing dapat dikelompokkan berdasarkan prilaku routingnya,
terdapat dua metode Routing yang utama, yaitu distance vector, dan link-state.
Keduanya menggunakan algoritma-algoritma yang berbeda, memanfaatkan informasi
rute yang berbeda, menggunakan metode komunikasi antar router yang sama sekali
berbeda, dan menerapkan perhitungan metrik yang berbeda juga. Contoh routing
protokol: Routing Information Protocol (RIP), Interior Gateway Routing Protocol
(IGRP), Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP), Open Shortest Path
First (OSPF), Border Gateway Protocol (BGP).
1. Dasar RIP diterangkan dalam RFC 1058, dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Routing protokol distance vector.
b. Metric berdasarkan jumlah lompatan (hop count) untuk pemilihan
jalur.
c. Jika hop count lebih dari 15, paket dibuang.
d. Update routing dilakukan secara broadcast setiap 30 detik.
2. IGRP adalah protokol routing yang dibangun oleh Cisco, dengan karakteristik
sebagai berikut:
b. Menggunakan composite metric yang terdiri atas bandwidth, load,
delay dan reliability.
c. Update routing dilakukan secara broadcast setiap 90 detik.
3. OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan karakteristik sebagai
berikut:
a. Protokol routing link-state.
b. Merupakan open standard protokol routing yang dijelaskan di RFC
2328.
c. Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah.
d. Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan
topologi jaringan.
4. EIGRP menggunakan protokol routing enhanced distance vector, dengan
karakteristik sebagai berikut:
a. Menggunakan protokol routing enhanced distance vector.
b. Menggunakan cost load balancing yang tidak sama.
c. Menggunakan algoritma kombinasi antara distance vector dan
link-state.
d. Menggunakan Diffusing Update Algorithm (DUAL) untuk menghitung
jalur terpendek.
e. Update routing dilakukan secara multicast menggunakan alamat
224.0.0.10 yang diakibatkan oleh perubahan topologi jaringan.
5. Border Gateway Protocol (BGP) merupakan routing protokol eksterior, dengan
karakteristik sebagai berikut:
a. Menggunakan routing protokol distance vector.
b. Digunakan antara ISP dengan ISP dan client-client.
2.5.3.1Distance Vector
Algoritma Routing distance vector secara periodik mengirimkan tabel Routing dari
router ke router dimana router-router tersebut saling berhubungan. Tabel Routing
yang diterima akan di-update oleh router yang menerimanya. Algoritma distance
vector juga disebut dengan algoritma Bellman-Ford.
Setiap router menerima tabel Routing dari router tetangga yang terhubung
langsung dengannya. Pada gambar 2.11 digambarkan konsep kerja dari distance
vector.
Gambar 2.11 Konsep Distance Vector (Team, Cisco. 2003)
Router B menerima informasi dari Router A. Router B menambahkan nomor
distance vector, seperti jumlah hop. Router B melewatkan tabel Routing baru ini ke
router-router tetangganya yang lain, yaitu Router C. Proses ini akan terus berlangsung
untuk semua router.
Algoritma ini mengakumulasi jarak jaringan (berdasarkan hop) sehingga dapat
digunakan untuk memperbaiki Database informasi mengenai topologi jaringan.
Setiap router yang menggunakan distance vector ini, pertama kali akan
router tetangganya mempunyai distance 0. Router yang menerapkan distance vector
dapat menentukan rute terbaik untuk menuju ke jaringan tujuan berdasarkan informasi
yang diterima dari tetangganya. Router A mempelajari jaringan lain berdasarkan
informasi yang diterima dari router B. Masing-masing router lain di dalam tabel
Routing-nya mempunyai akumulasi distance vector untuk melihat sejauh mana
jaringan yang akan dituju (Team, Cisco. 2003). Seperti yang dijelaskan oleh gambar
2.12.
Gambar 2.12 Jaringan Distance vector Discovery (Team, Cisco. 2003)
Salah satu protokol Routing distance vector adalah RIP (Routing information
2.5.3.1.1 Routing Loops
Protokol Routing jenis distance vector mengikuti semua perubahan pada jaringan
komputer (internetwork) dengan melakukan broadcast update Routing yang periodik,
di mana broadcast ini diarahkan keluar dari semua interface-nya yang aktif.
Broadcast ini mencakup tabel Routing yang lengkap. Dan jika ada kejadian sebuah
network putus, masalah dapat terjadi. Ditambah lagi, convergence yang lambat dari
protokol Routing jenis distance vector dapat berakibat pada tabel Routing yang tidak
konsisten dan apa yang disebut Routing Loops.
Routing Loops dapat terjadi karena semua router tidak ter-update secara
serentak atau tidak bersamaan. Pada gambar 2.13, interface network 5 gagal. Semua
router mengetahui tentang network 5 dari router E. Router A pada tabel routingnya,
memiliki sebuah jalur ke network 5 melalui router B.
Gambar 2.13 Routing Loop
Ketika router 5 gagal, router E memberitahu router C, ini menyebabkan router
C menghentikan Routing ke network 5 melalui router E. Tetapi router A, router B, dan
router D tidak tahu tentang gagalnya network 5 ini. Sehingga router-router ini tetap
mengirimkan informasi update keluar. Router C pada akhirnya akan mengirimkan
update dari tabel routingnya keluar dan mnyebabkan router B menghentikan Routing
ke network 5, tetapi router A dan router D masih belum ter-update. Bagi router A dan
router D, network 5 masih tersedia melalui router B dengan metric 3.
Masalah terjadi ketika router A mengirimkan keluar sebuah pesan yang selalu
dikirimkannya setiap 30 detik. Yaitu yang berbunyi, “Halo, saya masih disini, berikut
network 5 melalui router B. Ketika router B dan router D menerima berita bahwa
network 5 dapat dicapai dari router A, maka router-router ini akan mengirimkan
informasi ke router lain bahwa network 5 masih tersedia melalui router A. Setiap
paket yang ditujukan untuk network 5 akan pergi ke router A, lalu router B, dan
karena tabel Routing di router B ter-update dengan informasi bahwa network 5 dapat
dicapai melalui router A, maka paket tersebut akan dikirimkannya kembali ke router
A. Inilah yang disebut Routing Loop.
2.5.3.1.2 Jumlah Hop Maksimum
Masalah Routing Loop disebabkan oleh informasi yang salah, yang dikomunakasikan
dan disebarkan ke seluruh jaringan (internetwork). Masalah ini dapat diselesaikan
dengan mendefinisikan sebuah jumlah hop maksimum. RIP mengizinkan jumlah hop
sampai 15, jadi apa pun yang memerlukan 16 hop akan dianggap tidak terjangkau
(unreachable). Dengan kata lain, setelah loop yang terdiri dari 15 hop, network 5 pada
gambar 2.13 akan dianggap down atau mati.
Meskipun ini sebuah solusi yang dapat dikerjakan, cara ini tidak dapat
menghilangkan Routing Loop itu sendiri. Pakt masih tetap akan berjalan didalam loop,
tetapi paket tersebut tidak akan berjalan terus tanpa pengecekan, mereka akan
berputar-putar sebanyak 16 kali dan kemudian stop.
2.5.3.1.3 Split Horizon
Solusi lain untuk masalah Routing Loop adalah yang disebut split horizon. Hal ini
mengurangi informasi Routing yang salah dan mengurangi overhead (waktu
pemrosesan) pada sebuah network yang distance vector dengan cara menegakkan
Dengan kata lain, protokol Routing membedakan dari interface mana sebuah
rute network dipelajari, dan protoko Routing tidak akan mengumumkan rute tersebut
kembali ke interface yang sama.
2.5.3.1.4 Route Poisoning
Cara lain untuk menghindari masalah-masalah yang disebabkan oleh update dengan
informasi yang salah (Routing Loop) adalah dengan apa yang disebut Route
Poisoning. Sebagai contoh, dapat dilihat pada gambar 2.13 ketika network 5
mati(down), router E akan mengawali Routing poisoning dengan cara mangirimkan
pengumuman bahwa network 5 memiliki jumlah hop 16, atau tidak terjangkau.
Poisoning ini untuk menjaga router C agar tidak menerima update yang tidak benar
tentang rute ke network 5. Ketika router C menerima sebuah Route Poisoning dari
router E, router C akan mengirimkan sebuah update, yang disebut poison reverse,
kembali ke router E. ini memastikan agar semua rute disegmen tersebut telah
menerima informasi tentang rute yang telah diracuni(poison) tersebut.
Route Poisoning dan split horizon menciptakan sebuah network distance
vector yang lebih tangguh dan dapat diandalkan, dibandingkan dengan network yang
tidak menggunakannya. Kedua teknik ini sangat baik dalam mencegah loop.
2.5.3.2Link-State
Algoritma link-state juga dikenal dengan algoritma Dijkstra atau algoritma Shortest
Path First (SPF). Algoritma Dijkstra adalah algoritma yang digunakan untuk
menghitung jarak terpendek dari suatu simpul ke simpul yang lain pada kelompok
protokol link-state, misalnya OSPF.
Algoritma distance vector memiliki informasi yang tidak spesifik tentang jarak
memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaimana mereka saling terkoneksi.
Fitur-fitur yang dimiliki oleh Routinglink-state yaitu:
a. Link State Advertisement (LSA) adalah paket kecil dari informasi Routing
yang dikirim antar router.
b. Topological Database adalah kumpulan informasi yang di dapat dari
LSA-LSA.
c. Algoritma SPF adalah perhitungan yang dilakukan pada Database yang
menghasilkan pohon SPF.
d. Tabel Routing adalah daftar rute dan interface.
Gambar 2.14 Konsep Link-State (Team, Cisco. 2003)
Router yang berada dalam internetwork (jaringan) melakukan pertukaran
LSA, tentang informasi yang mereka miliki. Masing-masing router membangun
Database topologi yang berisi informasi LSA yang diberikan kepadanya.
Algoritma SPF mengkalkulasi jaringan yang dapat dicapai. Router
membangun topologi logika ini sebagai pohon (tree), dengan router itu sendiri
yang berada dalam jaringan yang memakai protokol link-state. Router kemudian
menggunakan SPF untuk memperpendek rute-rute ini. Router tersebut mendaftarkan
rute-rute dan interface-interface terbaik ke jaringan-jaringan yang dapat dituju di
dalam tabel Routing (Team, Cisco. 2003).
Protokol ini menggunakan paket hello yang dikirim secara periodik untuk
maintain jaringan dari perubahan yang terjadi. Router-router mengirimkan paket hello
ke seluruh jaringan yang terhubung secara periodik, jika paket tidak terdengar maka
jaringan dianggap down (defaultnya 4 kali periode paket hello).
2.6 RIP (Routing Information Protocol)
RIP adalah sebuah Routing protocol jenis distance-vector sejati. RIP mengirimkan
Routing tabel yang lengkap ke semua interface yang aktif setip 30 detik. RIP hanya
menggunakan jumlah hop untuk menentukan cara terbaik ke sebuah network remote,
tetapi RIP secara default memiliki sebuah nilai jumlah hop maksimum yang diizinkan,
yaitu 15, yang berarti nilai 16 dianggap tidak terjangkau (unreachable). RIP bekerja
dengan baik di network-network yang kecil, tetapi RIP tidak efisien pada network
-network besar atau pada network-network banyak router terpasang.
RIP versi satu mengunakan classful Routing, yang berarti semua alat di
network harus menggunakan subnet mask yang sama. Ini karena RIP versi satu tidak
mengirimkan update dengan informasi subnet mask di dalamnya. RIP versi dua
menyediakan sesuatu yang disebut prefix Routing, dan bisa mengirimkan infoemasi
subnet mask bersama dengan update-update rute, dan ini disebut classless Routing.
Pada tugas akhir ini hanya akan membahas RIP versi satu.
2.6.1 RIP Timer
a. Rute update timer
Timer ini menset interval (biasanya 30 detik) update Routing, di mana router
mengirimkan sebuah copy yang lengkap dari Routing tabel-nya ke semua
router tetangga.
b. Rute invalid timer
Timer ini menentukan jangka waktu yang harus dilewatkan (180 detik)
sebelum sebuah router menentukan bahwa suatu rute menjadi tidak valid.
Kesimpulan bahwa sebuah rute tidak valid akan dibuat jika router tidak
mendengar update apapun tentang suatu rute tertentu selama periode waktu ini.
Ketika itu terjadi, router akan mengirimkan update kesemua router tetangga
untuk memberitahu bahwa rute itu sudah tidak valid.
c. Holddown timer
Timer ini menset lamanya waktu informasi Routing ditahan. Router akan
masuk ke status yang disebut holddown state jika sebuah paket update yang
diterima menunjukan bahwa rute tidak terjangkau. Ini akan berlanjut sampai
sebuah paket update diterima dengan sebuah metric yang lebih baik atau
sampai holddown timer habis (expired). Default-nya adalah 180 detik.
d. Rute flush timer
Timer ini menset waktu suatu rute menjadi tidak valid dan penghapusannya
dari Routing tabel (240 detik). sebelum rute dihapus dari tabel Routing, router
memberitahu router tetangganya tentang rute yang akan mati itu. Nilai dari
rute invalid timer harus lebih kecil dari pada nilai rute flush timer. Hal ini akan
memberi cukup waktu pada router untuk memberitahu router tetangganya
2.7 OSPF (Open Shortest Path First)
OSPF adalah sebuah Routing protocol standard terbuka yang telah diimplementasikan
oleh sejumlah besar vendor jaringan, OSPF bekerja dengan sebuah algoritma Dijkstra.
Pertama, sebuah pohon rute terpendek (shortest path tree) akan dibangun , dan
kemudian Routing tabel akan diisi dengan rute-rute terbaik yang dihasilkan dari pohon
tersebut. OSPF melakukan converge dengan cepat, OSPF mendukung multiple rute
dengan cost (biaya) yang sama, ke tujuan yang sama. Berguna untuk melihat
bagaimana OSPF dibandingkan dengan protocol distance-vector yang lebih tradisional
[image:42.595.133.502.330.589.2]seperti RIPv1. Tabel 2.5 memberikan perbandingan dari kedua protocol tersebut.
Tabel 2.5 Perbandingan OSPF dan RIPv1
Karakteristik OSPF RIPv1
Jenis protokol Link-state Distance-vector
Dukungan classless Ya Tidak
Dukungan VLSM Ya Tidak
Auto summarization Tidak Ya
Manual summarization Ya Tidak
Penyebaran rute Tidak periodik Periodic
Metric rute Bandwidth Hop
Batas rute hop Tidak ada 15
Konvergensi Cepat Lambat
Network hierarkis Ya (menggunakan area) Tidak
Penghitunganrute Dijkstra Bellman-Ford
OSPF memiliki banyak fitur lain di luar dari yang ada di tabel 2.5, dan
semuanya memberi kontribusi pada sebuah protocol yang cepat, scalable, dan kuat,
yang dapat diterapkan secara aktif pada ribuan Network.
OSPF dapat dirancang dengan cara hierarki, yang pada dasarnya berarti bahwa
dapat memisahkan jaringan yang lebih besar menjadi jaringan-jaringan yang lebih
a. Untuk mengurangi overhead (waktu pemrosesan) Routing.
b. Untuk mempercepat convergence.
c. Untuk membatasi ketidak stabilan network di sebuah area.
Ini tidak membuat mengkonfigurasikan OSPF lebih mudah, tetapi malah menjadi
lebih banyak dan sulit. Gambar 2.14 menunjukkan sebuah rancangan sederhana
OSPF.
Perhatikan bahwa setiap router terhubung ke backbone-yang disebut area 0,
atau area backbone. OSPF harus memiliki sebuah area 0, dan semua router harus
terhubung ke area ini jika memungkinkan, tetapi router-router yang menghubungkan
area-area lain ke backbone di dalam sebuah AS disebut Area border routers (ABRs).
Meskipun demikian, paling sedikit satu interface harus berada di area 0.
OSPF bekeja di dalam sebuah autonomous system, tetapi dapat juga
menghubungkan banyak autonomous system bersama. Router yang menghubungkan
beberapa AS bersama disebut sebuah Autonomous systemBoundary Router (ASBR).
Sebaiknya diciptakan area-area network lain untuk membantu mengurangi
update rute hingga minimum, dan menjaga masalah-masalah untuk tidak menyebar ke
seluruh network.
2.7.1 Terminologi OSPF
Bayangkan bagaimana tantangannya jika diberikan sebuah peta dan kompas tetapi
tidak memiliki pengetahuan tentang barat atau timur, Utara atau selatan, sungai atau
gunung, danau atau gurun. Mungkin tidak akan bertahan lama mengunakan alat-alat
tersebut tanpa memiliki pengetahuan yang disebutkan di atas. Berikut ini adalah
istilah-istilah penting OSPF :
a. Link
Sebuah link adalah sebuah network atau sebuah interface router yang
ditempatkan pada sebuah network. Ketika sebuah interface ditambahkan ke
proses OSPF, ia dianggap oleh OSPF sebagai sebuah link. Link ini, atau
interface, akan memiliki informasi status yang berkaitan dengannya (status
hidup atau mati) dan memiliki satu atau lebih alamat IP.
b. Router ID
Router ID (RID) adalah sebuah alamat IP yang digunakan untuk
mengindetifikasi router. Router cisco memilih menggunakan Router ID
dengan menggunakan alamat ID dengan menggunakan alamat IP tertinggi dari
semua interface loopback yang dikonfigurasi. Jika tidak ada interface
loopback yang terkonfigurasi dengan alamat-alamat IP, OSPF akan memilih
alamat IP tertinggi dari semua interface-interface fisik yang aktif.
c. Neighbors
Neighbors adalah dua atau lebih router yang memiliki sebuah interface pada
sebuah network yang sama, seperti dua router yang terhubung pada sebuah link
d. Adjacency
Adjacency atau kedekatan adalah sebuah hubungan antara dua buah router
OSPF yang mengizinkan pertukaran langsung dari update-update rute. OSPF
cukup pemilih dalam hal berbagi informasi Routing, OSPF membagi rute-rute
secara langsung hanya dengan tetangga juga yang telah menetapkan hubungan
adjacency tersebut. Dan tidak semua tetangga akan menjadi adjacent-ini
bergantung pada jenis network dan konfigurasi dari router-router yang terlibat.
e. Neighborship Database
Neighborship Database adalah sebuah daftar dari semua router OSPF di mana
paket Hello dari router tersebut sudah terlihat. Berbagai detail router di dalam
neighborship Database.
f. Topology Database
Topolagy Database mengandung informasi dari semua paket Link State
Advertisement (LSA) yang telah diterima untuk sebuah area. Router
menggunakan informasi dari Topology Database sebagai input ke dalam
Algoritma Dijkstra yang menghitung rute terpendek ke semua network.
g. Link State Advertisement
Link State Advertisement (LSA) adalah sebuah paket data OSPF yang
mengandung informasi Link-State dan informasi Routing yang dibagi di antara
router-router OSPF. Sebuah router OSPF akan bertukar paket-paket LSA
hanya dengan router-router di mana ia telah menetapkan Adjacency.
h. Designated Router
Sebuah Designated Router (DR, atau Router yang dipilih), dipilih ketika
multi-akses adalah network - network yang memiliki penerima yang banyak.
Sebuah contoh utama network multiakses adalah LAN Ethernet. Untuk
meminimalkan jumlah adjacency yang terbentuk, sebuah DR dipilih untuk
mengeluarkan/menerima informasi Routing ke/dari router-router lainnya pada
network tersebut. Ini memastikan agar tabel topologi mereka tersinkronisasi.
Semua router di network yang dibagi (shared network) akan menetapkan
adjacency dengan DR dan dengan Backup Designated router (BDR) yang
akan didefinisikan setelah ini. Pemilihan ini dimenangkan oleh router dengan
prioritas tertinggi, dan Router ID digunakan sebagai sebuah penilaian jika
prioritas dari lebih dari Satu router ternyata sama.
i. Backup Designated Router
Backup Designated Router (BDR) adalah sebuah router yang standby dan aktif
untuk menggantikan DR pada link-link multi-akses. BDR menarima semua
update Routing dari router-router OSPF yang adjacent, tetapi tidak
mengirimkan update-update LSA.
j. OSPF areas
Sebuah area OSPF adalah sebuah pengelompokkan dari network dan router
yang contiguous (berentetan). Semua router di area yang sama berbagi sebuah
area ID yang sama. Karena sebuah router dapat menjadi sebuah anggota dari
lebih dari satu area pada satu kesempatan, maka Area ID diasosiasikan dengan
interface untuk masuk ke area 1, sementara interface yang lain msuk ke area 0.
Semua router di area yang sama memiliki tabel topologi yang sama. Ketika
mengkinfigurasi OSPF, ingat bahwa harus ada sebuah area 0, dan bahwa ini
adalah biasanya dikonfigurasi untuk router-router yang terhubung ke
backbone dari network. Area juga memainkan sebuah peranan dalam
menetapkan sebuah organisasi network yang hierarkis, sesuatu yang
k. Broadcast (Multi-access)
Network-network Broadcast (multi-akses) seperti Ethernet memungkinkan
banyak alat berhubungan dengan (atau mengakses) network yang sama, dan
juga menyediakan sebuah kemampuan Broadcast di mana sebuah paket
tunggal dikirimkan ke semua titik (node) di network. Dalam OSPF, sebuah DR
dan sebuah BDR harus dipilih untuk setiap network multi-akses Broadcast.
l. Point-to-point
Point-to-point mengacu pada sebuah jenis topologi network yang terdiri dari
sebuah koneksi langsung antara dua router yang menyediakan sebuah rute
komunikasi tunggal. Koneksi point-to-point dapat berupa koneksi fisik, seperti
pada sebuah kabel serial yang menghubungkan secara langsung dua router,
atau ia dapat berupa koneksi logikal, seperti dua router yang terpisah ribuan
mil tetapi dihubungkan oleh sebuah rangkaian dalam sebuah network Frame
Relay. Pada kedua kasus ini, jenis konfigurasi ini mengeliminasi kebutuhan
untuk DR atau BDR-tetapi tetangga-tetangga akan ditemukan secara otomatis.
2.7.2 Perhitungan Pohon SPF (SPF Tree)
Dalam sebuah area, setiap router menghitung rute terbaik/terpendek ke semua
network di area yang sama. Perhitungan ini didasarkan pada informasi yang
dikumpulkan di Topology Database dan sebuah algoritma yang disebut shortest path
first (SPF). Dapat dibayangkan setiap router di sebuah area seperti membentuk
sebatang pohon-sama seperti pohon keluarga-di mana router adalah akarnya, dan
semua network lain di susun menjadi cabang-cabang dan daun-daun. Ini adalah pohon
rute terpendek (shortest path tree) yang digunakan oleh router untuk memasukkan
rute-rute ke dalam Routing tabel.
Penting untuk dipahami bahwa pohon ini terdiri dari hanya network-network
interface-interface di banyak area, maka pohon-pohon yang terpisah akan dibuat
untuk setiap area. Satu dari kriteria utama yang diperhitungkan selama proses
pemilihan rute dari algoritma SPF adalah metric atau cost dari setiap rute yang
potensial ke sebuah network. Tetapi perhitungan SPF ini tidak berlaku untuk rute-rute
yang berasal dari area lain.
OSPF menggunakan sebuah metric yang disebut sebagaai cost (biaya). Sebuah
cost dihitung untuk semua outgoing interface (interface yang mengirimkan data) yang
termasuk dalam sebuah pohon SPF. Cost dari keseluruhan rute adalah penjumlahan
dari cost-cost yang dimiliki oleh interface-interface outgoing di sepanjang rute
tersebut. Router yang dikonfigurasi protokol Routing OSPF menggunakan sebuah
persamaan sederhana, cost = 108 / Bandwidth. Bandwidth di sini adalah Bandwidth
yang dikonfigurasi untuk interface. Menggunakan aturan ini, sebuah interface Fast
Ethernet 100 Mbps akan memiliki sebuah cost OSPF default bernilai 1 (108 / 108 bps)
dan sebuah interfaceEthernet 10 Mbps akan memiliki sebuah cost 10 (108 / 107 bps).
BAB 3
ANALISIS
3.1 Analisis Permasalahan
Jaringan komputer Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan jaringan komputer
[image:49.595.108.522.407.656.2]yang cukup besar. Dimana dapat kita lihat pada gambar 3.1:
Gambar 3.1 Jaringan Komputer Universitas Sumatera Utara (USU)
(www.usu.ac.id)
Setelah jaringan ini disimulasikan pada router simulator (Packet Tracer),
Gambar 3.2 Jaringan Komputer Universitas Sumatera Utara (USU) di Packet
Tracer
Pada jaringan komputer USU ini masih menggunakan switch untuk
menghubungkan fakultas satu dengan yang lain, dimana ada beberapa jaringan
komputer pada satu fakultas. Hal ini manyebabkan sulit untuk melakukan lokalisasi
permasalahan pemantauan (monitoring). Selain itu satu broadcast domain untuk
jaringan komputer sebesar ini, juga dapat menyebabkan jaringan komputer satu
dengan yang lain pada jaringan komputer USU saling mem-broadcast. Seperti yang
a. Pengirim (PC1) mengakses
Gambar 3.3 PC 1 mengakses
b. Paket ARP (Address Resolution Protocol) dikirim secara broadcast dari PC1,
dan dapat dilihat PDU dari paket ARP yang dikirim memiliki IP address
tujuan 10.100.100.1 (alamat DNS (Domain Name System) server), MAC
address tujuan FFFF.FFFF.FFFF yang menyatakan bahwa dikirim ke seluruh
line yang terhubung kecuali line dimana paket didapatkan (broadcast).
c. Paket ARP (Address Resolution Protocol) dikirim secara broadcast dari PC1
Gambar 3.5 Pengiriman paket ARP dari PC 1
d. Paket ARP diterima switch.
e. Paket dikirim ke switch berikutnya.
Gambar 3.7 Paket dikirim ke switch berikutnya
f. Paket ARP dikirim ke seluruh line yang terhubung ke switch, kecuali line yang
mengirim paket tersebut ke switch ini. Selajutnya paket ARP diteruskan oleh
switch FKG.
g. Paket ARP diteruskan oleh switch FKG keseluruh line yang terhubung, kecuali
line yang mengirim paket tersebut ke switch ini.
Gambar 3.9 Paket ARP diteruskan oleh switch FKG keseluruh line yang
terhubung
h. Seluruh switch yang mendapatkan paket ARP ini meneruskan keseluruh line
yang terhubung, kecuali line yang mengirim paket tersebut ke switch ini.
Gambar 3.10 Seluruh switch yang mendapatkan paket ARP ini meneruskan
i. Paket ini di broadcast kembali.
Gambar 3.11 Paket ini di broadcast kembali
j. Paket ARP ini dijawab oleh DNS (Domain Name System) server, lalu
dikembalikan ke PC 1 dan paket ARP pada segmen lain masih
mem-broadcast.
k. Paket ARP (answer) ini diteruskan ke switch PSI.
Gambar 3.13 Paket ARP (answer) ini diteruskan ke switch PSI
l. Paket ARP (answer) ini di kirimkan ke switch FKG untuk diteruskan ke PC 1.
Gambar 3.14 Paket ARP (answer) ini di kirimkan ke switch FKG untuk
m. Paket ARP (answer) di teruskan switch tujuan.
Gambar 3.15Paket ARP (answer) di teruskan switch tujuan
n. Paket ARP (answer) ini diteruskan ke switch selanjutnya.
o. Paket ARP (answer) sampai di PC 1.
Gambar 3.17 Paket ARP (answer) sampai di PC 1
p. Setelah MAC address dari tujuan diketahui, PC 1 akan mengirim paket DNS
ke DNS server yang juga merupakan web server untuk mengetahui alamat IP
dar
diketahui, PC 1 akan mengirimkan paket TCP untuk melakukan sinkronisasi
dengan web server. Sinkronisasi ini terjadi karena layanan HTTP (Hypertext
Transfer Protocol) menggunakan port TCP bukan UDP jadi melakukan
connection-oriented. Pertama-tama permintaan sinkronisasi dikirimkan, kedua
mengirim tanda terima (acknowledgment) untuk permohonan sinkronisasi
tersebut dan membuat parameter-parameter dan aturan-aturan koneksi antar
host (PC 1 dan web server), sehingga dibentuk koneksi dua arah. Ketiga
sebuah acknowledgment, yang memberitahukan kepada host tujuan (web
server) bahwa persetujuan koneksi telah diterima dan koneksi yang sebenarnya
telah terjadi. Lalu PC 1 (request) dan web server (answer) saling mengirim
q. Hasil dari mengakses
Gambar 3.18 Hasil dari mengakses
Dapat dilihat bahwa pada simulasi diatas terjadi broadcast. Bila banyak host
(PC) melakukan hal yang sama, maka jaringan akan menjadi lambat. Dan masalah ini
dapat diatasi (diminimalkan/dikurangi) dengan mengunakan router pada titik-titik
tertentu untuk membagi broadcast domain. Dan pada router-router yang saling
berhubungan dibutuhkan routing static atau routing dinamik, supaya router-router
yang tidak terhubung secara langsung dapat berkomunikasi satu sama lain. Bila
routing dinamik digunakan, maka untuk meng-update atau memelihara tabel
3.2 Analisis Kebutuhan
Jaringan USU ini akan disimulasikan dengan mengganti switch pada titik-titik
penghubung antar fakultas menjadi router, serta menggunakan routing dinamik
dengan protokol routing RIP dan OSPF seperti gambar 3.19. Sehingga dapat
ditemukan kelebihan dan kekurangan masing-masing protokol routing