• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Ketidakteraturan Makan Dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan Di SMA Plus Al-Azhar Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Ketidakteraturan Makan Dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan Di SMA Plus Al-Azhar Medan"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Annisa : Hubungan Ketidakteraturan Makan Dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan Di SMA Plus Al-Azhar Medan, 2009.

Oleh:

A N N I S A

060100088

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Annisa : Hubungan Ketidakteraturan Makan Dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan Di SMA Plus Al-Azhar Medan, 2009.

HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN

SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PEREMPUAN

DI SMA PLUS AL-AZHAR MEDAN

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Kelulusan

Sarjana Kedokteran

Oleh:

A N N I S A

NIM: 060100088

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Annisa : Hubungan Ketidakteraturan Makan Dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan Di SMA Plus Al-Azhar Medan, 2009.

Perempua n di SMA Plus Al-Azhar Medan

Nama : A N N I S A NIM : 060100088

Pembimbing Penguji

(dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi, Sp.GK) (dr. Dedi Ardinata, M.Kes) NIP: 132303378 NIP: 132206387

(dr. Zulkifli, M.Si)

NIP: 130675296

Medan, 1 Desember 2009 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ii

ABSTRAK

Sindroma dispepsia merupakan keluhan gastrointestinal yang sangat umum di semua kalangan masyarakat, khususnya golongan remaja. Sindroma dispepsia menunjukkan adanya kelainan dalam proses cerna, baik organik maupun fungsional, mulai dari tingkat yang ringan sampai berbahaya. Namun pada kenyataannya, sindroma ini sering diabaikan dan dianggap sebagai keluhan biasa oleh masyarakat umum.

Sindroma dispepsia memiliki penyebab yang multifaktorial, dimana salah satu diantaranya adalah ketidakteraturan makan yang akan dibuktikan pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola keteraturan makan, angka kejadian dispepsia, dan hubungan antara ketidakteraturan makan dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan.

Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional. Responden penelitian adalah 73 orang remaja perempuan berusia 14-17 tahun yang bersekolah di SMA Plus Al-Azhar Medan. Responden diambil dengan menggunakan metode total sampling, dimana diambil keseluruhan responden yang telah memenuhi syarat dan telah menandatangani persetujuan. Selanjutnya data akan dianalisa dengan program SPSS 17.

Peneliti memperoleh data jumlah responden yang pola makannya tidak teratur yaitu 39 orang (53,4%). Angka kejadian sindroma dispepsia dari keseluruhan responden yaitu 47 orang (64,4%). Hasil analisa data menunjukkan nilai P sebesar 0,017 dengan interpretasi lebih besar dari nilai (0,05). Artinya, terdapat hubungan antara keteraturan makan dengan sindroma dispepsia remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa besarnya angka kejadian sindroma dispepsia di SMA Plus Al-Azhar Medan ternyata sesuai dengan pola makan remaja perempuan yang tidak teratur. Saran bagi responden dan pihak sekolah adalah untuk berusaha menjaga kedisiplinan dalam mengatur pola makan.

(5)

iii

digestive process, whether it is structural or functional, ranging from mild to severe pathology. However, in most case this syndrome has always been neglectly treated as a very common and insignificant symptom by the society.

Dyspepsia syndrome has multifactorial causes, such one as taking meals irregulary which will be confirmed further in this study. The objectives of this study are to know the regularity of meal consumption, incidence of dyspepsia, and the association between dyspepsia syndrome and the irregular meal consumption on female teenagers in SMA Plus Al-Azhar Medan.

The study used cross-sectional analytic method. Respondents of the study are 73 female teenagers age 14-17 years old, currently studying on SMA Plus Al-Azhar Medan. The respondents were taken using a total sampling method, where the whole qualified and consented respondents were taken as the subjects. The collected datas will be analyzed using SPSS 17 program.

The study showed the pattern of irregular meal consumption for total of 39 respondents (53,4%). Dyspepsia syndrome occurred in 47 respondents (64,4%). The data analyzing result showed the P value 0,017, by interpretation means is larger than value (0,05). It confirmed that there is an association between irregular meal consumption and dyspepsia syndrome on female teenagers in SMA Plus Al-Azhar Medan.

The conclusion made based on the result of this study is, the high incidence of dyspepsia syndrome in SMA Plus Al-Azhar Medan is actually justified by the female teenagers’ irregular meal consumption. The suggestion for the respondents and the school is to try to maintain discipline in establishing regularity of meal consumption.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul “Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia Remaja

Perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan”.

Penelitian ini terlaksana berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak terutama pembimbing dan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) yang telah banyak memberi masukan saran demi kesempurnaan pelaksanaan penelitian.

Ucapan terima kasih saya tujukan kepada Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan FK USU. Kepada dr. Dina Keumala Sari, M. Gizi, Sp.GK sebagai pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan arahan dalam melaksanakan langkah-langkah penyusunan usulan penelitian.

Terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak SMA Plus Al-Azhar Medan, Drs. Sariman Al-Faruq selaku kepala sekolah, dan Drs. Binawan Setia S.T. yang telah memberikan izin menggunakan lokasi penelitian dan senantiasa mendukung peneliti di lapangan dalam pengumpulan data. Terima kasih kepada seluruh adik-adik responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Terima kasih kepada orang tua, keluarga, sahabat, dan teman-teman yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil hingga penelitian ini terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Nopember 2009

(7)

v

Abstract……… iii

Kata Pengantar……… iv

Daftar Isi……….. v

Daftar Tabel………. vii

Daftar Gambar……… viii

Daftar Lampiran……… ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah………. 2

1.3. Tujuan Penelitian……….. 2

1.4. Manfaat Penelitian……… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dispepsia……… 4

2.1.1. Sekresi Asam Lambung..……… 4

2.1.2. Defenisi Dispepsia……….. 7

2.1.3. Etiologi Dispepsia………... 7

2.1.4. Diagnosa Dispepsia………. 10

2.2. Pola Makan………. 10

2.2.1. Pola Makan Sehat……… 10

2.2.2. Pola Makan Remaja……… 11

2.3. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Dispepsia……….. 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian………. 15

3.2. Definisi Operasional………. 15

3.3. Hipotesis………. 16

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian………... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……….... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian……….... 17

4.4. Teknik Pengumpulan Data……..……….. 18

4.4.1. Uji Validitas dan Realibilitas……… 18

(8)

v

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian……….………... 20

(9)

vi

5.1.3.2. Pola Makan……….. 23

5.1.3.2.1. Makan Pagi……… 23

5.1.3.2.2. Makan Siang……….. 24

5.1.3.2.3. Makan Malam……… 24

5.1.3.2.4. Makanan Tambahan……….. 25

5.1.3.3. Jeda Waktu Makan……… 25

5.1.3.4. Tindakan Diet……… 26

5.1.4. Kejadian Sindroma Dispepsia……….. 26

5.1.4.1. Angka Kejadian Sindroma Dispepsia………... 26

5.1.4.2. Gambaran Keluhan Sindroma Dispepsia….………. 27

5.1.5. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia……….. 28

5.2. Pembahasan……….……….... 29

5.2.1. Ketidakteraturan Makan……….. 29

5.2.2. Kejadian Sindroma Dispepsia………. 30

5.2.3. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia………. 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan…..……….………... 34

6.2. Saran………. 34

DAFTAR PUSTAKA……… 35

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penyebab Dispepsia……….. 8

2.2. Hasil Pemeriksaan Esofagogastroduodenoskopi……….. 8

4.1. Tabulasi Hasil Uji Validitas dan Reabilitas………. 18 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas di SMA Plus Al-Azhar

Medan……… 21

5.2. Distribusi Sampel Responden Berdasarkan Usia di SMA Plus

Al-Azhar Medan……… 21

5.3. Distribusi Ketidakteraturan Makan Responden di SMA Plus

Al-Azhar Medan……… 22

5.4. Distribusi Pola Makan Responden Secara Keseluruhan di SMA

Plus Al-Azhar Medan……… 22

5.5. Distribusi Frekuensi Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar

Medan………. 23

5.6. Distribusi Pola Makan Pagi Responden di SMA Plus Al-Azhar

Medan………... 23

5.7. Distribusi Pola Makan Siang Responden di SMA Plus Al-Azhar

Medan………... 24

5.8. Distribusi Pola Makan Malam Responden di SMA Plus Al-Azhar

Medan…..………. 24

5.9. Distribusi Pola Konsumsi Makanan Tambahan Responden di SMA

Plus Al-Azhar Medan……….. 25

5.10. Distribusi Jeda Waktu Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar

Medan……….. 26

5.11. Distribusi Tindakan Diet Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan 26 5.12. Distribusi Kejadian Sindroma Dispepsia Responden di SMA Plus

Al-Azhar Medan tahun 2009………. 26

5.13. Distribusi Jumlah Keluhan Sindroma Dispepsia Pada Keseluruhan

Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan……… 27

5.14. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Dispepsia di SMA

Plus Al-Azhar Medan………..……….. 27

5.15. Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Kejadian Dispepsia dan

(11)

viii

2.2. Pertahanan Mukosa Lambung………... 5

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup

Kuesioner Penelitian

Lembar Pertetujuan (Informed Consent) Penelitian

Surat Izin Penelitian

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Data Induk

Output SPSS Distribusi Frekuensi

Output SPSS Hasil Analisa Chi-Square

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dispepsia adalah keluhan umum yang disampaikan oleh individu-individu dalam suatu populasi umum yang mencari pertolongan medis. Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari. Belum didapatkan data epidemiologi di Indonesia (Djojoningrat, 2001).

Angka kejadian dispepsia di masyarakat luas tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada suatu komunitas selama 6 bulan, tingkat keluhan dispepsia mencapai 38% (Jones dkk, 1989), dimana pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa keluhan dispepsia banyak didapatkan pada usia yang lebih muda. Penelitian pada komunitas lain yang dilakukan oleh peneliti yang sama selama 6 bulan mendapatkan angka keluhan dispepsia 41% (Jones dkk, 1990).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja usia 14-17 tahun, remaja perempuan lebih banyak menderita dispepsia dibandingkan dengan remaja laki-laki, yaitu 27% dan 16% (Reshetnikov, 2001).

Penyebab timbulnya dispepsia diantaranya adalah faktor diet dan lingkungan, sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik lambung, persepsi viseral lambung, psikologi, dan infeksi Helicobacter pylori (Djojoningrat, 2001). Berdasarkan penelitian tentang gejala gastrointestinal, jeda antara jadwal makan yang lama dan ketidakteraturan makan berkaitan dengan gejala dispepsia (Reshetnikov, 2007).

(14)

2

remaja laki-laki dilaporkan mencoba menjaga agar berat badan mereka tidak bertambah (Robert, 2000).

Penelitian dilakukan di SMA Plus Al-Azhar Medan yang terletak di jalan Pintu Air IV, Kwala Bekala, Padang Bulan Medan. Alasan penentuan lokasi penelitian antara lain adalah untuk menjaga homogenitas dari sampel. SMA Plus Al-Azhar merupakan SMA yang menggunakan fasilitas asrama, sehingga hal ini dapat menyingkirkan faktor-faktor lain yang secara umum dapat mempengaruhi kejadian sindroma dispepsia seperti aktivitas, konsumsi alkohol, dan rokok. Selain itu, belum ada penelitian serupa yang pernah dilakukan di SMA Plus Al-Azhar Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Apakah ada hubungan antara ketidakteraturan makan dengan terjadinya sindroma dispepsia remaja perempuan SMA Plus Al-Azhar?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mencari hubungan antara ketidakteraturan makan dengan kejadian sindroma dispepsia remaja perempuan SMA Plus Al-Azhar Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Diketahuinya ketidakteraturan makan remaja perempuan SMA Plus Al-Azhar Medan

(15)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bidang penelitian:

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang sindroma dispepsia.

2. Bidang pendidikan:

Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan metode yang baik dan benar.

3. Bidang pelayanan masyarakat:

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dispepsia

Dispepsia umumnya terjadi akibat adanya masalah pada bagian lambung dan duodenum. Penyakit yang memiliki sindroma seperti dispepsia seperti gastro-esophageal reflux disease dan irritable bowel syndrome yang melibatkan esofagus

dan bagian saluran cerna lainnya tidak dimasukkan ke dalam bagian dispepsia (Djojoningrat, 2001).

2.1.1. Sekresi Asam Lambung

Lambung melaksanakan 3 fungsi utama. Fungsi utama lambung yang paling penting adalah menyimpan makanan yang telah dicerna hingga makanan tersebut dapat dikosongkan kedalam usus halus pada kecepatan normal untuk proses cerna dan absorpsi. Lambung akan mensekresikan asam hidroklorida (HCl) dan enzim untuk memulai pencernaan protein. Lambung memiliki motilitas khusus untuk gerakan pencampuran antara makanan yang dicerna dan cairan lambung untuk membentuk cairan padat yang dinamakan kimus. Seluruh isi lambung harus diubah menjadi kimus sebelum dikosongkan ke duodenum (Sheerwood, 2007).

(17)

Gambar 2.1. Sekresi Asam Lambung Sumber: Color Atlas of Pathophysiology, 2000

Lambung memiliki mekanisme protektif sendiri, diantaranya adalah mukus yang melapisi permukaan mukosa lambung (Gambar 2.2). Mukus ini berperan sebagai pelindung dari berbagai macam kerusakan potensial pada mukosa lambung dengan sifat lubrikasinya untuk mencegah kerusakan mekanis. Mukus juga membantu melindungi mukosa lambung agar tidak mencerna dirinya sendiri dengan menginhibisi pepsin saat bersentuhan dengan lapisannya. Sebagai substansi alkali, mukus juga membantu mekanisme perlindungan mukosa dari kerusakan akibat asam dengan menetralisir HCl di sekitarnya tanpa mempengaruhi HCl pada lumen (Sheerwood, 2007).

Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme persarafan dan humoral. Komponen saraf adalah otonom lokal yang melibatkan neuron-neuron kolinergik dan ilmpuls-impuls dari SSP melalui nervus vagus. Pengaturan fisiologik sekresi lambung biasanya dibahas berdasarkan pengaruh otak (sefalik), lambung, dan usus (Ganong, 2003).

(18)

6

Pengaruh sefalik adalah respon yang diperantarai oleh nervus vagus dan diinduksi oleh aktivitas di SSP. Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan merangsang sekresi lambung. Serat-serat eferen untuk refleks ini adalah nervus vagus. Pada manusia, melihat, mencium, dan memikirkan makanan akan meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ini disebabkan oleh refleks bersyarat saluran cerna yang telah berkembang sejak awal masa kehidupan. Rangsang hipotalamus anterior dan bagian-bagian korteks frontalis orbital disekitarnya meningkatkan aktivitas eferen vagus dan sekresi lambung. Pengaruh otak menentukan sepertiga sampai separuh dari asam yang disekresikan sebagai respon terhadap makanan normal (Ganong, 2003).

Pengaruh lambung terutama adalah respon-respon refleks lokal dan respon terhadap gastrin. Adanya makanan dalam lambung mempercepat peningkatan sekresi lambung yang disebabkan oleh penglihatan, bau makanan, dan adanya makanan di mulut. Reseptor di dinding lambung dan mukosa berespon terhadap peregangan dan rangsang kimia, terutama asam-asam amino dan produk pencernaan terkait lain. Produk-produk pencernaan protein juga menyebabkan peningkatan sekresi gastrin, dan hal ini meningkatkan aliran asam (Ganong, 2003).

Pengaruh usus adalah efek umpan balik hormonal dan refleks pada sekresi lambung yang dicetuskan dari mukosa usus halus. Walaupun di mukosa usus halus dan lambung terdapat sel-sel yang berisi gastrin, pemberian asam amino langsung ke dalam duodenum tidak akan meningkatkan kadar gastrin dalam darah. Sekresi asam lambung meningkat bisa sebagian besar usus halus diangkat, sehingga sumber hormon-hormon yang menghambat sekresi asam menghilang (Ganong, 2003).

(19)

somatostatin sebagai pemberi respon balik negatif untuk menghambat sekresi lambung. Penurunan motilitas lambung juga akan menurunkan sekresi asam lambung (Sheerwood, 2007).

2.1.2. Defenisi dispepsia

Dispepsia adalah sebuah turunan kata bahasa Yunani yang artinya indigestion atau kesulitan dalam mencerna. Semua gejala-gejala gastrointestinal yang berhubungan dengan masukan makanan disebut dispepsia, contohnya mual, heartburn, nyeri epigastrium, rasa tidak nyaman, atau distensi (Davidson, 1975).

Prevalensi dispepsia bervariasi antara 3% hingga 40%. Variasi dalam angka prevalensi ini berkaitan dengan perbedaan dalam defenisi dispepsia pada penelitian-penelitian tersebut (Yasser, 2004).

Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, dan sendawa. Keluhan ini sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala maupun intensitas gejala tersebut dari waktu ke waktu (Djojoningrat, 2001).

Dispepsia dapat muncul meskipun tidak ada perubahan struktural pada saluran cerna, yang biasanya dikenal sebagai ‘fungsional’ dan gejalanya dapat berasal dari psikologis ataupun akibat intoleransi terhadap makanan tertentu. Di sisi lain, dispepsia dapat merupakan gejala dari gangguan organik pada saluran cerna, dan dapat juga disebabkan oleh gangguan di sekitar dari saluran cerna, misalnya pankres, kandung empedu, dan sebagainya (Davidson, 1975).

2.1.3. Etiologi dispepsia

(20)

8

Tabel 2.1. Penyebab Dispepsia

Dalam lumen saluran cerna Pankreas

- Tukak peptik - Pankreatritis

- Gastritis - Keganasan

- Keganasan Keadaan sistemik

Gastroparesis - Diabetes melitus

Obat-obatan - Penyakit tiroid

- Anti inflamasi non steroid - Gagal ginjal

- Teofilin - Kehamilan

- Digitalis - Penyakit jantung

- Antibiotik iskemik

Hepato-bilier Gangguan fungsional

- Hepatitis - Dispepsia fungsional

- Kolesistitis - Sindrom kolon iritatif

- Kolelitiasis - Keganasan

- Disfungsi sphincter Odli

Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam , 2001

Berdasarkan hasil pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi pada 591 kasus dispepsia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, ditemukan adanya lesi pada esophagus, gastritis, gaster, duodeni, dan lain-lain. Sebagian besar ditemukan kasus dispepsia dengan hasil esofagogastroduodenoskopi yang normal (Djojoningrat, 2001).

Tabel 2.2. Hasil Pemeriksaan Esofagogastroduodenoskopi pada 591 Kasus Dispepsia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Lesi Jumlah Kasus %

Normal 168 28,43

Esofagitis 35 5,91

Gastritis 295 49,91

Ulkus gaster 13 2,20

Ulkus duodeni 21 3,55

Turnor esofagus 1 0,16

Turnor gaster 6 1,01

Lain-lain 52 8,83

(21)

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Berdasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan (Djojoningrat, 2001).

Gastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Kira-kira 80-90% pasien yang dirawat di ruang intensif menderita gastritis akut erosif yang sering disebut gastritis akut stress. Penyebab lain adalah obat-obatan. Obat yang sering dihubungkan dengan gastritis erosive adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (NSAID) (Hirlan, 2001).

Ulkus peptikum ialah suatu istilah untuk menunjuk kepada suatu kelompok penyakit ulserativa saluran makanan bagian atas yang melibatkan terutama bagian proksimal duodenum dan lambung, yang mempunyai patogenesis yang sama-sama melibatkan asam-pepsin (Gambar 2.3.). Bentuk utama ulkus peptikum adalah ulkus duodeni dan ulkus lambung. Ulkus peptikum terjadi bila efek-efek korosif asam dan pepsin lebih banyak daripada efek protektif pertahanan mukosa lambung atau mukosa duodenum (McGuigan, 1995).

Dispepsia dengan temuan penyebab organik ataupun adanya kelainan sistemik yang jelas akan berdampak pada pengobatan yang defenitif perdasarkan parogenesis yang ada. Dalam kenyataan sehari-hari didapatkan keluhan dispepsia yang tidak ada kelainan sistemik yang mendasarinya, pemeriksaan radiologi dalam batas normal dan pada pemeriksaan endoskopi tidak dijumpai lesi mukosa. Hal inilah yang melahirkan istilah dispepsia non-ulkus atau dispepsia fungsional.

(22)

10

2.1.4. Diagnosa dispepsia

Berdasarkan kriteria diagnosa Roma III, sindroma dispepsia didiagnosa dengan gejala rasa penuh yang mengganggu, cepat kenyang, rasa tidak enak atau nyeri epigastrium, dan rasa terbakar pada epigastrium. Pada kriteria tersebut juga dinyatakan bahwa dispepsia ditandai dengan adanya satu atau lebih dari gejala dispepsia yang diperkirakan berasal dari daerah gastroduodenal (Chang, 2006).

Kriteria dispepsia memiliki utilitas terbatas dan dibagi atas 2 kelompok berdasarkan bukti yang tersedia, yaitu kelompok yang berhubungan dengan makanan, dan kelompok yang berhubungan dengan nyeri. Pada klinis, pengelompokan ini tidak dipergunakan, dan kriteria dispepsia tetap diaplikasikan. Mual dan muntah juga memiliki kriteria sendiri dalam kelompok lain yang berbedadiluar dari dispepsia (Chang, 2006).

Untuk menegakkan diagnosa, diperlukan data dan pemeriksaan penunjang untuk melihat adanya kelainan organik/struktural, ataupun mengesklusinya untuk menegakkan diagnosa dispepsia fungsional. Adanya keluhan tambahan yang mengancam seperti penurunan berat badan, anemia, kesulitan menelan, perdarahan, dan lain-lainnya, mengindikasikan agar dilakukan eksplorasi diagnostik secepatnya. Selain radiologi, pemeriksaan yang bisa dilakukan diantaranya adalah laboratorium, endoskopi, manometri esofago-gastro-duodenum, dan waktu pengosongan lambung (Djojoningrat, 2001).

2.2. Pola Makan

2.2.1. Pola makan sehat

Ada dua hal yang terkandung dalam pola makan yang sehat, yaitu makanan yang sehat dan pola makannya. Makanan yang sehat yaitu makanan yang di dalamnya terkandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Hardani, 2002). Zat-zat yang dibutuhkan untuk tubuh, khususnya untuk remaja telah dibahas pada tinjauan sebelumnya.

Pada Pedoman Umum Gizi Seimbang dari direktorat gizi masyarakat RI, terdapat 13 pesan dasar, yaitu:

(23)

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi

5. Gunakan gara beryodium

6. Makanlah makanan sumber zat besi

7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan 8. Biasakan makan pagi

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya 10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur 11. Hindari minum minuman beralkohol

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas

Sedangkan pada masyarakat Jepang, ada beberapa anjuran kesehatan oleh departemen kesehatan Jepang yang tidak jauh berbeda dengan yang telah dikemukakan diatas. Hal yang penting diantaranya adalah memakan makanan tiga kali sehari dengan porsi yang seimbang, makan jangan berlebihan, jangan lupa makan pagi, dan setelah makan jangan langsung tidur (Hardani, 2002).

2.2.2. Pola makan remaja

Pertumbuhan yang pesat, perubahan psikologis yang dramatis serta peningkatan aktivitas yang menjadi karakteristik masa remaja, menyebabkan peningkatan kebutuhan zat gizi, dan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan ini akan mempengaruhi status gizi (Sayogo, 2006).

(24)

12

merasakan bahwa orang lain sedang memandangi mereka juga. Gangguan citra tingkat ringan pada usia ini bersifat universal. Gangguan citra tubuh yang serius seperti anoreksia nervosa, juga cenderung muncul pada usia ini (Nelson, 2000).

Saat mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, remaja biasanya makan lebih sering dan lebih banyak. Sesudah masa growth spurt biasanya mereka akan lebih memperthatikan penampilan dirinya, terutama remaja putri. Mereka sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi (Sayogo, 2006).

Pengembangan sebuah gambaran tentang fisik pribadi yang menyangkut bentuk tubuh dewasa adalah suatu gabungan antara kerja intelektual dan emosional yang berkaitan dengan isu nutrisi. Remaja umumnya merasa tidak nyaman dengan perubahan yang pesat pada bentuk tubuh mereka. Pada waktu yang bersamaan, mereka sangat dipengaruhi oleh dunia luar, seperti kesempurnaan yang dimiliki teman sebaya ataupun idola mereka. Remaja bisa menginginkan suatu bagian tubuh lebih kecil ataupun lebih besar, ingin tumbuh lebih cepat ataupun lebih lambat. Perasaan-perasaan seperti ini dapat mengarahkan mereka kepada percobaan untuk mengubah bentuk tubuh dengan memanipulasi pola makan mereka (Robert, 2000).

2.3. Hubungan keteraturan makan terhadap dispepsia

Salah satu faktor yang berperan pada kejadian dispepsia diantaranya adalah pola makan dan sekresi cairan asam lambung (Djojoningrat, 2001). Selain jenis-jenis makanan yang dikonsumsi, ketidak teraturan makan seperti kebiasaan makan yang buruk, tergesa-gesa, dan jadwal yang tidak teratur dapat menyebabkan dispepsia (Eschleman, 1984).

(25)

Mendukung hasil penelitian diatas, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ervianti pada 48 orang subyek tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian sindroma dispepsia, didapatkan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian sindroma dispepsia adalah keteraturan makan (Ervianti, 2008).

Remaja putri sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi. Tindakan remaja ini mencakup manipulasi jadwal makan dan menyebabkan terjadi jeda waktu yang panjang antara jadwal makan (Sayogo, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 449 siswa usia 14-17 tahun, remaja perempuan lebih banyak menderita dispepsia dibandingkan dengan remaja laki-laki, yaitu 27% dan 16% (Reshetnikov, 2001).

Selain itu, pola diet banyak dilaporkan secara konsisten pada remaja wanita yang mencoba untuk melakukan diet. Pada survey nasional di sebuah sekolah menengah atas, 44% remaja perempuan dan 15% remaja laki-laki mencoba untuk menurunkan berat badan. Sebagai tambahan, 26% remaja perempuan dan 15% remaja laki-laki dilaporkan mencoba menjaga agar berat badan mereka tidak bertambah (Robert, 2000).

Penyebab timbulnya dispepsia diantaranya adalah faktor diet dan lingkungan, serta sekresi cairan asam lambung (Djojoningrat, 2001). Asam lambung adalah cairan yang dihasilkan lambung dan bersifat iritatif dengan fungsi utama untuk pencernaan dan membunuh kuman yang masuk bersama makanan (Redaksi, 2009).

Selain faktor asam, efek proteolitik pepsin sesuai dengan sifat korosif asam lambung yang disekresikan merupakan komponen integral yang menyebabkan cedera jaringan. Kebanyakan agen yang merangsang sekresi asam lambung juga meningkatkan sekresi pepsinogen. Walaupun sekresi asam lambung dihambat, sekretin tetap merangsang sekresi pepsinogen (Harrison, 2000).

(26)

14

memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung (Ganong, 2003). Selain pengaruh sefalik, sekresi asam lambung interdigestif atau basal dapat dipertimbangkan untuk menjadi tahapan sekresi. Tahap ini tidak berhubungan dengan makan, mencapai puncaknya sekitar tengah malam dan titik terendahnya kira-kira pukul 7 pagi (Harrison, 2000).

(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

Subyek penelitian: Subyek penelitian adalah remaja perempuan yang aktif secara

akademik di SMA plus Al-Azhar Medan.

Ketidakteraturan makan: Hitungan pola konsumsi makanan per hari yang

diukur berdasarkan frekuensi dan penilaian cara konsumsi dengan menggunakan angket.

Penilaian terhadap variabel ketidakteraturan makan yaitu dengan melakukan skoring. Skor terendah adalah 7 dan skor tertinggi adalah 28.

Apabila responden menjawab: (a) Skornya adalah 4 (b) Skornya adalah 3 (c) Skornya adalah 2 (d) Skornya adalah 1

Dari skor tersebut terbagi dalam tiga kategori

- Skor 22-28 : Baik

- Skor 15-21 : Sedang

(28)

16

Penilaian ketidakteraturan makan:

- Teratur : kategori baik

- Tidak teratur : kategori sedang dan buruk

Sindroma dispepsia: sindroma dispepsia merupakan kumpulan yang terdiri dari

nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang dan sendawa. Pengukuran dilakukan dengan metode angket sesuai keluhan spesifik yang terpapar pada kriteria diagnosa dispepsia fungsional berdasarkan Rome Criteria III.

Penilaian sindroma dispepsia positif adalah: Terdapatnya jawaban (Ya) pada 1 atau lebih dari pertanyaan 1-4 ataupun 2 atau lebih dari seluruh pertanyaan.

3.3. Hipotesis

(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectional.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Plus Al-Azhar Medan yang terletak di jalan Pintu Air IV, Kwala Bekala, Padang Bulan Medan. Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus tahun 2009, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data sampai bulan November tahun 2009.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua remaja perempuan yang bersekolah di SMA plus Al-Azhar Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yang diambil dengan metode total sampling, dan secara tertulis telah menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian dan telah menandatangani lembar persetujuan.

Kriteria inklusi :

1. Remaja perempuan yang masih bersekolah di SMA Plus Al-Azhar 2. Berusia antara 14-17 tahun

(30)

18

Besar sampel ditentukan dengan metode total sampling, dimana terdapat jumlah populasi kurang dari 100 orang, sehingga seluruh populasi dijadikan sampel (Notoatmodjo, 2005).

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data ketidakteraturan makan: diperoleh dengan menggunakan kuesioner berupa angket yang dibagikan kepada sampel penelitian, seperti yang tertera pada lampiran.

Data sindroma dispepsia: diperoleh dengan menggunakan kuesioner berupa angket yang dibagikan kepada sampel penelitian, sepertinya yang tertera pada lampiran.

[image:30.595.115.506.294.587.2]

Telah dilakukan uji validitas dan reabilitas terhadap instrumentasi penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.1. Tabulasi Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Variabel Nomor

pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Ketidakteraturan Makan

1 0,574 Valid 0,685 Reliabel

2 0,739 Valid Reliabel

3 0,525 Valid Reliabel

4 0,707 Valid Reliabel

5 0,393 Valid Reliabel

6 0,559 Valid Reliabel

7 0,421 Valid Reliabel

4.5. Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini akan SPSS sebagai database dan program analisis data.

(31)

berdasarkan data akan dicari rasio prevalens untuk mengetahui pengaruh faktor resiko terhadap efek, dan dilakukan uji hipotesis.

EFEK

YA TIDAK JUMLAH

YA A B A + B

FAKTOR RISIKO

[image:31.595.168.439.169.256.2]

TIDAK C D C + D

Tabel 2 x 2 menunjukkan hasil pengamatan pada studi cross sectional.

Rumus rasio prevalens:

RP = A / (A + B) : C / (C + D)

Interpretasi hasil:

1. Bila rasio prevalens = 1 berarti variabel yang diduga merupakan faktor risiko tersebut tidak ada pengaruhnya untuk terjadinya efek, dengan kata lain bersifat netral.

2. Bila rasio prevalens > 1 berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko timbulnya penyakit tertentu.

Penentuan uji hipotesis berdasarkan rancangan penelitian:

Langkah Jawaban

Menentukan variabel yang dihubungkan

Variabel yang dihubungkan adalah ketidak teraturan makan (kategorik) dengan sindroma dispepsia (kategorik)

Menentukan jenis hipotesis Komparatif Menentukan masalah skala

variabel

Kategorik

Menentukan pasangan/tidak berpasangan

Tidak berpasangan

Menentukan jenis table B x K 2 x 2 Kesimpulan:

(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Perguruan Al-Azhar didirikan tanggal 16 Juli 1993 yang ditandai dengan pembukaan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sekolah Menengah Atas (SMA) Plus Al-Azhar Medan berstatus swasta yang didirikan pada tahun 1984 terletak di jalan Pintu Air No.214 Medan.

Nomor Data Sekolah (NDS) : GI7061007 Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 104076008073 Jarak ke Pusat Kecamatan : ± 3 Km

Jarak ke Pusat Kota : ± 7 Km

Nama Kepala Sekolah : Drs. Sariman Al-Faruq

SMA Plus Al-Azhar Medan memiliki berbagai fasilitas yang terdiri dari:

- 9 buah

ruangan belajar (XA, XB, XIA, XIB, XIIA, XIIB, XAksel, XIIAkselA, XIIAkselB)

- 5 buah

laboratorium (Fisika, Biologi, Kimia, Komputer, Bahasa)

- Perpusta

kaan

- Aula

dan Sanggar Kesenian

- Masjid

- Ruang Audio Visual

- 6 buah lapangan (Sepak Bola, Basket, Badminton, Voli, Takraw, Upacara) - Area Parkir

- Kantin

(33)
(34)

22

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

5.1.2.1. Kelas

[image:34.595.131.494.253.346.2]

Responden penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I, II, III, dan akselerasi III yang seluruhnya berjenis kelamin perempuan.

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas di SMA Plus Al-Azhar Medan

Kelas Jumlah (orang) Persentase (%)

X XI XII XIIAksel Total 15 21 26 11 73 20.5 28.8 35.6 15.1 100

Dari tabel 5.1 diatas terlihat bahwa jumlah responden tertinggi berasal dari kelas XII dengan jumlah 26 orang (35,6%), dan yang paling sedikit adalah kelas XIIAksel dengan jumlah 11 orang (15,1%).

5.1.2.2. Umur

Responden penelitian berumur antara 14 sampai 17 tahun dengan presentase umur tertinggi adalah 16 tahun sebanyak 34,2%, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Responden Berdasarkan Usia di SMA Plus Al-Azhar Medan

Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

14 15 16 17 Total 12 19 25 17 73 16.4 26.0 34.2 23.3 100

5.1.3. Gambaran Pola Makan

[image:34.595.133.491.559.654.2]
(35)

Tabel 5.3. Distribusi Ketidakteraturan Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak teratur Teratur

Total

39 34 73

53.4 46.6 100

[image:35.595.123.502.342.444.2]

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa distribusi remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan yang pola makannya tidak teratur lebih tinggi daripada yang teratur, dengan jumlah 39 orang (53,4%).

Tabel 5.4. Distribusi Pola Makan Responden Secara Keseluruhan di SMA Plus Al-Azhar Medan

Jumlah (orang) Persentase (%) Baik

Sedang Buruk

Total

34 39 0 73

46.6 53.4 0 73

Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa remaja perempuan yang memiliki pola makan baik (46,6%), lebih rendah daripada remaja perempuan dengan pola makan rendah dan buruk. Remaja perempuan dengan pola makan yang buruk tidak ada sama sekali (0%).

Ketidakteraturan makan dan penilaian pola makan secara kategorik dinilai berdasarkan frekuensi makan, pola makan, jeda waktu makan, dan tindakan diet.

5.1.3.1. Frekuensi Makan

(36)
[image:36.595.125.518.137.235.2]

24

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

Dari tabel 5.5 terlihat bahwa persentase frekuensi makan responden paling tinggi adalah 3 kali perhari dengan jumlah 48 orang (65,8%). Persentase frekuensi makan responden paling rendah adalah 2 kali perhari dengan jumlah 6 orang (8,2%). Tidak ada responden yang makan 1 kali perhari (0%).

5.1.3.2. Pola Makan

Pola makan responden sehari-hari dinilai dari bagaimana responden makan pagi, makan siang, makan malam, dan mengkonsumsi makanan tambahan sehari-harinya.

5.1.3.2.1. Makan Pagi

Dari penilaian ini dapat diketahui pola makan pagi masing-masing responden setiap harinya.

Tabel 5.6. Distribusi Pola Makan Pagi Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pola makan pagi rutin setiap hari adalah pola makan pagi yang paling tinggi dengan jumlah orang 41 (56,2%), sementara yang paling rendah berjumlah 10 orang (13,7%) dimana responden

Frekuensi Makan (kali/hari)

Jumlah (orang) Persentase (%)

3 2 1 Kalau lapar Total 48 6 0 19 73 65.8 8.2 0 26.0 100

Pola Makan Pagi Jumlah (orang) Persentase (%)

Rutin setiap hari Kalau ke sekolah

Kalau lapar

[image:36.595.121.517.567.655.2]
(37)

hanya makan pagi bila pergi ke sekolah. Tidak ada responden yang rutin tidak pernah makan pagi setiap harinya (0%).

5.1.3.2.2. Makan Siang

[image:37.595.123.517.281.376.2]

Dari penilaian ini dapat diketahui pola makan siang masing-masing responden setiap harinya.

Tabel 5.7. Distribusi Pola Makan Siang Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

Dari tabel 5.7 dapat dilihat bahwa pola makan siang rutin setiap hari adalah pola makan siang yang paling tinggi dengan jumlah orang 40 (54,8%), sementara yang paling rendah berjumlah 6 orang (8,2%) dimana responden hanya makan siang bila pergi ke sekolah. Tidak ada responden yang rutin tidak pernah makan siang setiap harinya (0%).

5.1.3.2.3. Makan Malam

Dari penilaian ini dapat diketahui pola makan malam masing-masing responden setiap harinya.

Tabel 5.8. Distribusi Pola Makan Malam Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

Pola Makan Pagi Jumlah (orang) Persentase (%)

Rutin setiap hari Kalau ke sekolah

Kalau lapar

Tidak pernah sama sekali Total 40 6 27 0 73 54.8 8.2 37.0 0 100

Pola Makan Pagi Jumlah (orang) Persentase (%)

Rutin setiap hari Kalau ke sekolah

Kalau lapar Tidak pernah sama sekali

[image:37.595.124.517.638.726.2]
(38)

26

Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa pola makan malam tertinggi adalah pola makan dimana responden hanya makan malam bila ia lapar, dengan jumlah orang 44 (60,3%), sementara yang paling rendah berjumlah 2 orang (2,7%) dimana responden tidak pernah makan malam sama sekali. Tidak ada responden yang makan malamnya dipengaruhi apakah ia ke sekolah atau tidak (0%).

5.1.3.2.4. Makanan Tambahan

[image:38.595.112.517.352.495.2]

Dari penelitian ini dapat diketahui bagaimana pola konsumsi makanan tambahan seperti susu atau camilan lain pada responden sehari-harinya.

Tabel 5.9. Distribusi Pola Konsumsi Makanan Tambahan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

Dari tabel 5.9 dapat dilihat bahwa pola konsumsi makanan tambahan tertinggi adalah 76,7%, dimana responden hanya kadang-kadang mengkonsumsi makan tambahan tersebut. Hasil terendah adalah 1,4% dengan jumlah 1 orang responden, dimana responden tersebut tidak pernah mengkonsumsi makanan tambahan sama sekali.

5.1.3.3. Jeda Waktu Makan

Dari penelitian ini dapat diketahui berapa lama jeda waktu makan antara jadwal makan satu dengan lainnya yang biasa dilakukan responden sehari-hari. Didapatkan persentase jeda waktu makan yang paling tinggi adalah 6-7 jam (64.4%). Hasil terendah adalah >10 jam dengan 2 orang responden (2.7%) seperti yang tertera pada tabel berikut:

Konsumsi makanan Tambahan

Jumlah (orang) Persentase (%)

Rutin setiap hari Kadang-kadang Hanya bila ada kegiatan

Tidak pernah Total

13 56 3 1 73

(39)
[image:39.595.121.517.177.280.2]

Tabel 5.10. Distribusi Jeda Waktu Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

5.1.3.4. Tindakan Diet

Data menunjukkan bahwa 22 responden (30,1%) dengan sengaja kadang-kadang menghindari makan untuk berdiet. Angka tertinggi perilaku diet yang ditunjukkan adalah 65,8%, dimana 48 orang responden tidak ada kesengajaan untuk melakukan tindakan diet seperti yang ditunjukkan tabel berikut:

Tabel 5.11. Distribusi Tindakan Diet Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

5.1.4. Kejadian Sindroma Dispepsia

5.1.4.1. Angka Kejadian Sindroma Dispepsia

[image:39.595.126.517.694.755.2]

Dari hasil penentuan diagnosa awal dispepsia dengan menggunakan Rome Criteria III, didapatkan angka kejadian dispepsia sebagai berikut:

Tabel 5.12. Distribusi Kejadian Sindroma Dispepsia Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan tahun 2009

Jeda waktu makan (jam)

Jumlah (orang) Persentase (%)

4-5 6-7 8-9 >10 Total 20 47 4 2 73 27.4 64.4 5.5 2.7 100

Tindakan Diet Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak diet Diet program kesehatan

Menghindari makan Diet ketat Total 48 3 22 0 73 65.8 4.1 30.1 0 100

Jumlah (orang) Persentase (%)

(40)

28

[image:40.595.125.516.256.435.2]

Dari tabel 5.12 terlihat bahwa dari keseluruhan responden di SMA Plus Al-Azhar Medan, lebih banyak yang memiliki keluhan dan memenuhi kriteria dispepsia daripada yang tidak dispepsia. Responden dengan keluhan dispepsia berjumlah 47 orang (64,4%), dan yang tidak dispepsia 26 orang (35,6%).

Tabel 5.13. Distribusi Jumlah Keluhan Sindroma Dispepsia Pada Keseluruhan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

[image:40.595.124.516.258.434.2]

5.1.4.2. Gambaran Keluhan Sindroma Dispepsia

Tabel 5.14. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Dispepsia di SMA Plus Al-Azhar Medan

Dari tabel 5.14 dapat dilihat bahwa keluhan yang paling banyak diderita oleh responden adalah nyeri epigastrium, yaitu 38 orang (52,1%). Keluhan yang paling sedikit adalah keluhan muntah, yaitu 5 orang (6,8%).

Jumlah keluhan Jumlah (orang) Persentase (%)

0 1 2 3 4 5 6 7 Total 25 5 15 13 7 6 2 0 73 34.2 6.8 20.5 17.8 9.6 8.2 2.7 0 100

Keluhan Jumlah (orang) Persentase (%)

Nyeri epigastrium Rasa terbakar di dada

Kembung Porsi makan menurun

(41)
[image:41.595.127.518.174.344.2]

5.1.5. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia

Tabel 5.15. Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Kejadian Dispepsia dan Ketidakteraturan Makan

Dispepsia

Total Positif Negatif

Keteraturan Tidak teratur

Count 30 9 39

Expected

count 25.1 13.9 39.0

teratur

Count 17 17 34

Expected

Count 21.9 12.1 34.0

Total

Count 47 26 73

Expected

count 47.0 26.0 73.0

Tabel 5.15 menggambarkan deskripsi masing-masing sel untuk nilai observed dan expected. Nilai observed untuk sel a, b, c, d, masing-masing 30, 9,

17, 17 sedangkan nilai expectednya masing-masing 25.1, 13.9, 21.9, dan 12.1. Setelah dimasukkan kedalam rumus perhitungan rasio prevalens, didapatkan hasil sebesar 1.53. Nilai perhitungan lebih besar dari satu, yang interpretasinya menyatakan bahwa variabel tersebut merupakan faktor risiko timbulnya penyakit tertentu. Artinya, ketidakteraturan makan merupakan faktor risiko timbulnya kejadian sindroma dispepsia.

Uji hipotesa penelitian ini menggunakan metode Chi-Square. Tabel 2 x 2 ini layak diuji dengan Chi-Square karena tidak ada nilai expected yang kurang dari lima.

Pada hasil uji Chi-Square, nilai yang dipakai adalah nilai pada Pearson Chi-Square. Nilai significancy-nya adalah 0,017. Confidence interval yang

(42)

30

5.2. Pembahasan

5.2.1. Ketidakteraturan Makan

Dari penelitian yang telah disajikan pada lembar sebelumnya tentang gambaran pola makan di SMA Plus Al-Azhar Medan, ternyata diperoleh bahwa sebagian responden memiliki pola makan yang tidak teratur yaitu 53,4%. Responden yang memiliki pola makan teratur hanya 46,6% (tabel 5.3).

Ketidakteraturan makan diantaranya dinilai berdasarkan frekuensi makan sehari-hari, dimana responden sebagian besar menjawab mereka makan dengan rutin sebanyak 3 kali sehari (tabel 5.5). Namun untuk keteraturan makan pagi, siang, dan malam, kebanyakan responden mengatakan bahwa mereka hanya makan apabila lapar, khususnya makan malam (60,3%). Selain itu, jeda waktu makan responden bervariasi (tabel 5.10), umumnya 6-7 jam (64,4%), bahkan ada yang diatas 10 jam (2,7%). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun dari segi frekuensi makan responden sebagian besar menjawab rutin 3 kali sehari, namun dari segi keteraturan, responden tetap tidak menunjukkan pola yang sesuai.

Penyebab dari ketidakteraturan makan umumnya multifaktorial. Salah satu penyebab yang paling sering adalah perubahan pola makan pada remaja putri. Remaja putri sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi (Sayogo, 2006).

Berdasarkan data penelitian (tabel 5.11), didapatkan hasil bahwa 30,1% responden menghindari makan untuk berdiet, dan hanya sekitar 4,1% yang melakukan diet dengan panduan kesehatan. Hal ini juga dapat dilihat pada penelitian lain yaitu pada survey nasional di sebuah sekolah menengah atas, dengan presentase sebesar 44% remaja perempuan mencoba untuk menurunkan berat badan, dan sebagai tambahan 26% remaja perempuan dilaporkan mencoba menjaga agar berat badan mereka tidak bertambah (Robert, 2000).

5.2.2. Kejadian Sindroma Dispepsia

(43)

penelitian tersebut dinyatakan bahwa keluhan dispepsia banyak didapatkan pada usia yang lebih muda. Penelitian pada komunitas lain yang dilakukan oleh peneliti yang sama selama 6 bulan mendapatkan angka keluhan dispepsia 41% (Jones dkk, 1990).

Dari hasil penelitian, didapatkan angka kejadian sindroma dispepsia sebesar 64,4% di SMA Plus Al-Azhar Medan (tabel 5.12). Angka ini tergolong cukup besar, dan dapat dikatakan bahwa hampir semua atau sebagian besar remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan mengalami sindroma dispepsia. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan di sebuah sekolah dengan metode yang sama pada remaja berusia 14-17 tahun, didapatkan remaja perempuan yang menderita dispepsia sebanyak 27% (Reshetnikov, 2001).

Angka ini menunjukkan perbedaan presentase dispepsia yang sangat tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh penyebab dispepsia yang multifaktorial, sehingga dapat menyebabkan lebih tingginya tingkat kejadian di tempat yang satu dengan yang lain. Selain itu, perbedaan operasional berdasarkan jumlah responden juga dapat mempengaruhi hasil penelitian pada presentase akhirnya.

Dari data penelitian diatas, dapat dilihat bahwa sindroma dispepsia memiliki variasi, baik dari segi jumlah keluhan (tabel 5.13), maupun dari jenis keluhan, yaitu nyeri ulu hati, rasa terbakar di dada, kembung, cepat kenyang, mual, muntah, dan sendawa (tabel 5.14). Hal ini sesuai dengan pernyataan pada buku penyakit dalam yang menyatakan bahwa dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sendawa, dimana keluhan ini sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala maupun intensitas gejala tersebut dari waktu ke waktu (Djojoningrat, 2001).

(44)

32

5.2.3. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia

Dari hasil analisis data penelitian, didapatkan adanya hubungan antara ketidakteraturan makan dengan dispepsia. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian tentang gejala gastrointestinal yang dilakukan oleh Reshetnikov (2007) kepada 1562 orang dewasa, jeda antara jadwal makan yang lama dan ketidakteraturan makan berkaitan dengan gejala dispepsia. Dan berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Ervianti (2008) pada 48 orang subyek tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian sindroma dispepsia, didapatkan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian sindroma dispepsia adalah keteraturan makan.

Salah satu faktor yang berperan pada kejadian dispepsia diantaranya adalah pola makan (Djojoningrat, 2001). Selain jenis-jenis makanan yang dikonsumsi, ketidak teraturan makan seperti kebiasaan makan yang buruk, tergesa-gesa, dan jadwal yang tidak teratur dapat menyebabkan dispepsia (Eschleman, 1984). Hal ini juga dapat dilihat dari data penelitian yang menggambarkan pola makan 53,4% remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar yang menunjukkan ketidakteraturan makan (tabel 5.3).

Selain faktor makanan, salah satu penyebab terjadinya dispepsia adalah sekresi cairan asam lambung (Djojoningrat, 2001). Asam lambung adalah cairan yang dihasilkan lambung dan bersifat iritatif dengan fungsi utama untuk pencernaan dan membunuh kuman yang masuk bersama makanan (Redaksi, 2009). Peningkatan sekresi asam lambung yang melampaui akan mengiritasi mukosa lambung, dimana efek-efek korosif asam dan pepsin lebih banyak daripada efek protektif pertahanan mukosa (McGuigan, 1995). Hal ini akan menyebabkan terjadinya sindroma dispepsia.

(45)

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa jeda waktu makan yang lama dapat mengakibatkan sindroma dispepsia.

Jeda waktu makan yang baik berkisar antara 4-5 jam (Iping, 2004). Dari data penelitian didapatkan 72,6% responden memiliki jeda waktu makan diatas 6 jam, dimana 2,7% diantaranya bahkan memiliki jeda waktu lebih dari 10 jam (tabel 5.10).

Selain sekresi akibat adanya respon terhadap makanan, ada tahapan sekresi asam lambung yang tidak berhubungan dengan makan, dimana tahapan ini mencapai puncaknya sekitar tengah malam dan titik terendahnya kira-kira pukul 7 pagi (Harrison, 2000). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kebiasaan tidak makan malam dapat mengakibatkan terjadinya sindroma dispepsia. Hal ini sesuai dengan temuan pada penelitian, dimana hanya 37% responden yang makan malam dengan teratur, dan sisa 63% lainnya tidak pernah makan malam sama sekali, atau hanya makan bila merasa lapar.

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, dapat dilihat bahwa besarnya angka kejadian sindroma dispepsia remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan ternyata sesuai dengan pola makannya yang sebagian besar tidak teratur.

Penelitian ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Dalam menganalisis hubungan pola makan, kelebihan dari penelitian ini salah satunya adalah dari segi homogenitas responden penelitian. Responden memiliki latar belakang yang mayoritas sama, diantaranya adalah memiliki kegiatan yang sama dalam program pendidikan dan bertempat tinggal di asrama, sehingga pola hidup diperkirakan cukup seimbang antar responden. Responden yang diambil juga memiliki tingkat pendidikan yang cukup untuk dapat mengerti pertanyaan dalam kuesioner penelitian, hal ini dapat mengurangi terjadinya bias dalam menjawab pertanyaan untuk membedakan keluhan-keluhan dalam sindroma dispepsia.

(46)

34

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pada remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan lebih banyak dijumpai ketidakteraturan makan.

2. Persentase kejadian sindroma dispepsia remaja perempuan di SMA Al-Azhar Medan cukup tinggi, dan gejala yang paling umum dikeluhkan adalah nyeri epigastrium.

3. Pada penelitian ini terdapat hubungan antara ketidakteraturan makan dengan sindroma dispepsia. Besarnya angka kejadian sindroma dispepsia remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan ternyata sesuai dengan pola makannya yang sebagian besar tidak teratur.

6.2. Saran

Peneliti menyarankan agar responden lebih memperhatikan pola makannya dan lebih disiplin dalam mengatur jadwal makan sehari-hari. Bagi para responden yang ingin melakukan tindakan diet untuk penurunan berat badan, peneliti merekomendasikan panduan diet berdasarkan pedoman kesehatan.

Peneliti juga menyarankan kepada pihak asrama sekolah agar lebih memperhatikan pola makan siswa-siswi dan membantu mereka agar lebih disiplin dalam menjaga kesehatan secara aktif.

(48)

35

DAFTAR PUSTAKA

Chang L, 2006. The Rome Criteria for the Functional GI Disorders. Medscape.

Available from:

2 February 2009]

Dahlan, M.S., 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. 3rd ed. Jakarta: Salemba Medika, 122-125.

Davidson S.S., Passmore R, Brock J.R., Truswell A.S., 1975. Human Nutrition and Dietetics. 6th ed. Edinburgh: Churchill Livingstone, 466-467.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Direktorat Gizi Masyarakat.

Available from:

=viewarticle&sid=2272&Itemid=. [Accessed 2 February 2009]

Djojoningrat D, 2001. Dispepsia Fungsional. In: Suyono, S.H., Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 153-155.

Ervianti M, 2008. Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Sindroma Dispepsia pada Supir Truk: Studi di PT. Varia Usaha.

Available from: http:adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-sl-2008-erviantime-8434. [Accessed 3 March 2009]

Eschleman, M.M., 1984. Introductory Nutrition and Diet Therapy. Pennsylvania: Lippincott Company, 345-346.

Floyd, A.F., Mimms, S.E., Yelding, C., 2003. Personal Health: Perspective and Lifestyle. 3rd ed. USA: Wadsworth, 291-292.

Ganong, W.F., 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Review of Medical Physiology. 20th ed. Jakarta: EGC, 450, 473-477.

Hardani R, 2002. Pola Makan Sehat. Kharisma Woman and Education. Available from: kharisma.de/files/home/makalah_rika.pdf. [Accessed 2 February 2009]

(49)

Iping S, 2004. Metode Makan Kualitatif Cara Mutakhir Untuk Langsing dan Sehat. Jakarta: Puspa Swara, 17-18.

Jones P.F., Brunt P.W., Gowat N.A., 1985. Integrated Clinical Science: Gatroenterology. London: William Heinemann Medical Books, 70-71.

Jones R, Lydeard S, 1989. Prevalence of symptoms of Dyspepsia in the Community, Department of Primary Medical Care, University of Southhampton.

Available from: http:lib.bioinfo.pl/meid:98367. [Accessed 27 February 2009]

Jones R.H., Lydeard S.E., Hobbs F.D., Kenkre J.E., Williams E.I., Jones S.J., Repper J.A., Caldlow .J.L., Dunwoodle W.M., Bottomley J.M., 1990. Dyspepsia in England and Scotland, Department of Primary Medical Care, University of Southhampton.

Available from: http:lib.bioinfo.pl/meid:98367. [Accessed 27 February 2009]

McGuigan J.E., 1995. Ulkus Peptikum dan Gastritis. In: Isselbacher J.K., Braunwald E, Wilson J.D., Martin J.B., Fauci A.S., Kasper D.L., Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam vol 4. 13th ed. Jakarta: EGC,1532-1534.

Nelson W.E., Behrman R.E, Kliegman R, Arvin A.M., 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Vol 1. 15th ed. Jakarta: EGC, 75-78.

Notoatmodjo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 92.

Pratomo, H. dan Sudarti, 1966. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana atau Kependudukan. Jakarta, Unit Pelaksana Proyek Pengembangan FKM di Indonesia.

Redaksi, 2009. Mengatasi Gangguan Penyakit Maag. Yogyakarta: Banyu Media, 25-26.

Reshetnikov O.V., Kurilovich S.A., Denisova D.V., Zavyalova L.G., Tereshonok I.N., 2001. Prevalence of Dyspepsia and Irritable Bowel Syndrome Among Adolescent of Novosibirsk, Institute of Internal Medicine Russia. Int. J Circumpolar Health 60 (2): 253.

Available from: http://

[Accessed 27 February 2009]

(50)

36

Reshetnikov O.V., Kurilovich S.A., 2007. Population-Based Study: Mode of Dieting and Dyspepsia. PubMed 76 (4): 35.

Available from:

[Accessed 27 February 2009]

Roberts W.B., Williams S.R., 2000. Nutrition Throughout the Life Cycle. 4th ed. Singapore: McGraw Hill, 262-267, 272, 294.

Sayogo S, 2006. Gizi Remaja Putri, Yayasan Pengembangan Medik Indonesia. Jakarta: FKUI, 42-47.

Sheerwood L, 2007. Human Physiology: From Cells to Systems. 6th ed. China: Thomson Brooks, 590-602.

Sastroadmodjo S, Ismael S, 1995. Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara, 68-71

Shaib Y, Serag H.B., 2004. The Prevalence and Risk Factors of Functional Dyspepsia in a Multiethnic Population in the United States. Am. J. Gastroenterol 99 (11): 2210-2216.

Available from:

[Accessed 28 February 2009]

Silbernagl S, 2000. Color Atlas of Pathophysiology. NY: Thieme, 139-145.

(51)

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : A N N I S A

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/13 Agustus 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tangguk Bongkar X No.23 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996 lulus Taman Kanak-Kanak Al-Azhar Medan

2. Tahun 2002 lulus Sekolah Dasar Swasta Harapan I Medan

3. Tahun 2004 lulus Sekolah Menengah Pertama Akselerasi Swasta Harapan II Medan

4. Tahun 2006 lulus Sekolah Menengah Atas Akselerasi Swasta Al-Azhar Medan

Riwayat Pelatihan : 1. Tahun 2003 Upper Advanced-English Language Course di International Language Centre

2. Tahun 2004 Training and Workshop on Biological Research Microscope PT Fajar Mas Murni

3. Tahun 2004 Internet Application di Growth Centre Medan

4. Tahun 2004 Microsoft Office Application di Growth Centre Medan

(52)

6. Tahun 2009 Pelatihan Penulisan Karya Tulis Mahasiswa dan Artikel Populer oleh Unit Bina Kokurikuler Sahiva Universitas Sumatera Utara

Riwayat Organisasi : 1. Pengurus Panitia Hari Besar Islam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Periode 2007-2008

2. Personalia Badan Pers Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2008-2009

(53)

Terima kasih atas kesediaannya..

1.

Berapa kali anda makan dalam

satu hari?

(a)

3 kali

(b)

2 kali

(c)

1 kali

(d)

Kalau lapar

2.

Bagaimana saudara sarapan pagi

setiap harinya?

(a)

Rutin setiap hari

(b)

Kalau ke sekolah

(c)

Kalau lapar

(d)

Tidak pernah sama sekali

3.

Bagaimana saudara makan siang

setiap harinya?

(a)

Rutin setiap hari

(b)

Kalau ke sekolah

(c)

Kalau lapar

(d)

Tidak pernah sama sekali

4.

Bagaimana saudara makan malam

setiap harinya?

(a)

Rutin setiap hari

(b)

Kalau ke sekolah

(c)

Kalau lapar

(d)

Tidak pernah sama sekali

5.

Berapa lama jeda antara waktu

makan anda biasanya?

(a)

4-5 jam

(b)

6-7 jam

(c)

8-9 jam

(d)

> 10 jam

6.

Apakah saudara sering

meng-konsumsi makanan tambahan

seperti susu atau cemilan lain

sebagai tambahan?

(a)

Ya, rutin setiap hari

(b)

Ya, kadang-kadang

(c)

Ya, kalau hanya ada kegiatan

(d)

Tidak pernah

7.

Apakah anda sedang dalam

percobaan penurunan berat badan/

diet?

(a)

Tidak, saya tetap makan

dengan disiplin setiap harinya

(b)

Ya, saya dalam program diet

dengan panduan kesehatan

(c)

Ya, saya kadang-kadang

meng-hindari makan untuk berdiet.

(d)

Ya, saya diet ketat dan

(54)

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan SMA Plus Al-Azhar

Terima kasih atas kesediaannya..

1. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu merasakan sakit atau rasa tidak enak

di ulu hati / bagian perut selama

beberapa kali dalam seminggu?

Kuesioner Sindroma Dispepsia

a. Ya b. Tidak

2. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu merasakan adanya rasa panas terbakar

yang tidak nyaman/nyeri terbakar di dada selama beberapa kali dalam

seminggu? a. Ya b. tidak

3. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu

merasa kembung setelah makan

makanan porsi normal/biasa selama

beberapa kali dalam seminggu? a. Ya

b. Tidak

4. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu merasa cepat kenyang atau tidak

sanggup menghabiskan makanan dengan porsi normal/biasa selama

beberapa kali dalam seminggu? a. Ya

b. Tidak

5. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu merasa mual selama beberapa kali dalam seminggu?

a. Ya b. Tidak

6. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu mengalami keluhan muntah selama beberapa kali dalam seminggu?

a. Ya b. Tidak

7. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu mengalami keluhan sering sendawa selama beberapa kali dalam seminggu?

(55)

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur/Tgl Lahir : / Kelas : I / II / III

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk menjawab pertanyaan yang tertera pada kuesioner-kuesioner yang tertera untuk disertakan ke dalam data penelitian

Medan, 2009

Peneliti, Yang membuat pernyataan,

(Annisa) (………) *Coret yang tidak perlu

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Selamat siang kepada saudari-saudari sekalian.

Peneliti : Annisa

NIM : 060100088

Fak/Jurusan : Kedokteran / Pendidikan Dokter

Saya selaku mahasiswa dan peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan

Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kejadian sindroma dispepsia pada remaja perempuan, mengetahui keteraturan makan remaja perempuan, dan mengetahui hubungan antara ketidakteraturan makan dengan kejadian sindroma dispepsia.

(56)

Nama

DATA INDUK

Kelas Umur Dispepsia K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 JK p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 TP Pola

Makan

Keteraturan

R 01 satu 14 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 2 3 4 3 24 baik teratur R 02 satu 14 positif ada tidak tidak tidak tidak tidak tidak 1 1 3 2 2 1 3 4 16 sedang tidak teratur R 03 satu 15 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 4 2 4 4 26 baik teratur R 04 satu 14 positif ada tidak tidak tidak tidak tidak ada 2 4 2 4 4 2 4 4 24 baik teratur R 05 satu 14 positif ada tidak tidak ada tidak tidak tidak 2 3 2 4 2 3 3 4 21 sedang tidak teratur R 06 satu 15 positif tidak ada tidak tidak tidak tidak ada 2 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur R 07 satu 14 positif ada tidak tidak ada tidak tidak tidak 2 4 4 2 4 4 4 4 26 baik teratur R 08 satu 14 positif ada ada tidak tidak tidak tidak tidak 2 1 3 4 2 4 3 2 19 sedang tidak teratur R 09 satu 15 positif ada tidak ada ada tidak tidak ada 4 1 2 2 4 4 3 4 20 sedang tidak teratur R 10 satu 15 positif tidak tidak ada ada tidak tidak tidak 2 1 4 2 2 4 3 4 20 sedang tidak teratur R 11 satu 15 positif ada tidak ada ada tidak tidak ada 4 1 2 2 4 4 3 4 20 sedang tidak teratur R 12 satu 14 positif ada tidak tidak ada tidak tidak tidak 2 3 3 4 2 3 3 2 20 sedang tidak teratur R 13 satu 15 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 2 3 3 2 22 baik teratur R 14 satu 15 positif ada tidak tidak ada tidak tidak tidak 2 1 2 2 2 2 3 4 16 sedang tidak teratur R 15 satu 14 positif tidak ada tidak tidak tidak tidak tidak 1 1 2 4 2 3 4 3 19 sedang tidak teratur R 16 dua 16 positif ada tidak ada ada tidak tidak tidak 3 4 2 2 2 3 3 4 20 sedang tidak teratur

R 17 dua 16 positif tidak ada tidak ada tidak tidak ada 3 4 4 4 4 4 4 4 28 baik teratur

R 18 dua 16 positif tidak tidak ada ada tidak tidak tidak 2 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur

R 19 dua 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 1 3 2 2 3 3 2 16 sedang tidak teratur

R 20 dua 16 positif ada ada ada ada ada tidak tidak 5 4 3 2 1 3 3 2 18 sedang tidak teratur

R 21 dua 16 positif ada tidak ada ada ada tidak ada 4 4 4 2 2 3 3 2 20 sedang tidak teratur

(57)

R 29 dua 15 positif ada ada ada tidak ada ada ada 6 4 4 2 2 3 3 4 22 baik teratur R 30 dua 16 positif ada tidak ada ada ada tidak tidak 4 4 4 2 2 4 3 2 21 sedang tidak teratur R 31 dua 16 positif ada tidak ada ada tidak tidak tidak 3 4 4 3 2 3 3 2 21 sedang tidak teratur R 32 dua 15 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur R 33 dua 17 positif ada tidak ada tidak tidak tidak ada 3 1 2 3 2 3 3 2 16 sedang tidak teratur R 34 dua 15 positif ada tidak ada ada tidak tidak tidak 3 4 4 3 2 3 3 2 21 sedang tidak teratur

R 35 dua 16 positif tidak ada tidak tidak tidak tidak ada 2 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur

R 36 dua 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 4 3 4 4 27 baik teratur R 37 tiga 17 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur R 38 tiga 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 3 2 4 2 3 3 2 19 sedang tidak teratur

R 39 tiga 17 positif ada tidak tidak ada ada tidak tidak 3 4 4 2 2 3 4 4 23 baik teratur

R 40 tiga 16 positif ada tidak ada ada tidak tidak tidak 3 4 2 4 4 3 3 4 24 baik teratur

R 41 tiga 17 positif ada tidak ada ada ada ada ada 6 1 4 2 2 4 3 2 18 sedang tidak teratur

R 42 tiga 16 positif ada tidak tidak ada ada ada tidak 4 4 2 4 2 3 3 2 20 sedang tidak teratur

R 43 tiga 17 positif ada tidak ada ada ada ada tidak 5 4 4 2 4 3 3 4 24 baik teratur

R 44 tiga 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 2 4 4 4 26 baik teratur R 45 tiga 17 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 2 2 3 4 2 21 sedang tidak teratur

R 46 tiga 17 positif ada tidak ada ada tidak tidak tidak 3 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur

R 47 tiga 17 positif tidak tidak tidak ada ada tidak tidak 2 4 2 4 2 4 3 4 23 baik teratur R 48 tiga 16 positif ada tidak ada ada ada tidak ada 5 1 2 2 2 3 3 4 17 sedang tidak teratur R 49 tiga 16 positif tidak tidak ada ada tidak tidak ada 3 4 2 2 2 4 3 2 19 sedang tidak teratur R 50 tiga 17 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 2 3 3 4 24 baik teratur R 51 tiga 17 positif ada tidak tidak tidak ada tidak ada 3 4 3 3 2 3 2 4 21 sedang tidak teratur R 52 tiga 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 4 3 4 4 27 baik teratur R 53 tiga 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 3 3 4 2 4 3 4 23 baik teratur R 54 tiga 16 positif ada tidak ada ada ada tidak ada 5 4 3 4 2 3 3 2 21 sedang tidak teratur

(58)

R 56 tiga 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 2 3 4 4 25 baik teratur R 57 tiga 17 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 1 4 4 2 4 3 2 20 sedang tidak teratur

R 58 tiga 17 positif ada ada ada ada tidak tidak ada 5 4 4 4 4 3

Gambar

Tabel 2.1. Penyebab Dispepsia
Tabel 4.1. Tabulasi Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Tabel 2 x 2 menunjukkan hasil pengamatan pada studi cross sectional.
Tabel 5.2. Distribusi Sampel Responden Berdasarkan Usia di SMA Plus Al-Azhar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara simultan (uji f) hasil analisis regresi linier berganda diperoleh dari variabel bebas yaitu budaya oganisasi dan iklim organisasi yang memiliki pengaruh

Rata-rata tinggi badan anak umur 7 dan 8 tahun, laki-laki dan pcrempuan di daerah endemik disajikan pada Tabell dan dibandingkan dengan hasil penelitian Abunain (1)..

Profil kemampuan komunikasi siswa dalam pemecahan masalah verbal, subjek PBT: (a) Tahap memahami masalah terdiri dari mencermati/menerjemahkan masalah dari

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menolak gugatan kumulasi Penggugat Tentang Perceraian dan Pembagian Harta Bersama dalam putusan perkara Nomor

Terhadap gugatan tersebut, Para Tergugat membantah atau keberatan terhadap gugatan tersebut yang secara tegas dalam eksepsinya menyatakan tentang dasar alasannya

Penelitian ini disertai dengan saran dari penulis bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. a) Bagi Kepala Sekolah, sebaiknya lebih tegas dalam pengawasan

Skripsi Uber Alles Mahasiswa Mesin .... Mochammad

Seluruh institusi pendidikan tinggi tenaga kesehatan yang menjadi fokus dalam pembahasan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) ini berada langsung dibawah