PENENTUAN KADAR GLUKOSA PADA KENTANG REBUS DAN
TALAS REBUS SEBAGAI PENGGANTI NASI BAGI PENDERITA
DIABETES DENGAN METODE LUFF SCHOORL
KARYA ILMIAH
MEUTIA SARI
072401019
DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM D-3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATRA
PENENTUAN KADAR GLUKOSA PADA KENTANG REBUS DAN
TALAS REBUS SEBAGAI PENGGANTI NASI BAGI PENDERITA
DIABETES DENGAN METODE LUFF SCHOORL
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
MEUTIA SARI
072401019
DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM D-3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATRA
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR GLUKOSA PADA KENTANG REBUS DANTALAS REBUS SEBAGAI PENGGANTI NASI BAGI
PENDERITA DIABETES DENGAN METODE LUFF SCHOORL Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : MEUTIA SARI No Induk Mahasiswa : 072401019
Program Studi : DIPLOMA-3 (D3) KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA
Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITA SUMATRA UTARA
Disetujui di
Medan, Juli 2010
Diketahui
Departemen KIMIA FMIPA USU
Ketua, Pembimbing,
(DR.Rumondang Bulan Nst,MS) (Drs. Syamsul Bachri Lubis,Msi) NIP : 195408301985032001 NIP : 195108181980031002
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR GLUKOSA PADA KENTANG REBUS DAN TALAS REBUS SEBAGAI PENGGANTI NASI BAGI PENDERITA
DIABETES DENGAN METODE LUFF SCHOORL
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2010
PENGHARGAAN
Alhamdulillahirabbil’alamin….inilah kalimat untuk- Mu Ya ALLAH, kalimat indah penuh makna sebagai tanda syukur atas nikmat dan karunia yang tidak mampu dihitung dengan apapun. Selawat dan salam untuk nabi Muhammad saw. Penulis mengaku setulus- tulusnya, bahwa banyak pihak yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan sumbang saran dalam penyelesaian penulisan tugas akhir ini yang berjudul” Penentuan Kadar Glokusa Pada Kentang Rebus Dan Talas Rebus Sebagai Pengganti Nasi Bagi Penderita Diabetes Dengan Metode luff schoorl” dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Diploma 3 program studi Kimia Analis FMIPA USU. Oleh karena itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Orangtua yang dicintai karena Allah, Yasbi Yacob dan Salbiah
Ya Allah, berikanlah kesempatan kepada hamba untuk dapat membahagiakan mereka, berbakti kepada keduanya.Lindungi dan sayangi keduanya.amin
2. Kakanda Ervina dan Adinda Taufiq yang senantiasa memberikan motivasi untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Bapak Syamsul Bahri,M.S, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan karya ilmiah ini.
4. Ibu Dr,Rumondang Bulan,M.S, selaku ketua departemen Kimia Program Studi Kimia Analis FMIPA USU.
5. Untuk orang terdekat yang senatiasa memberikan bantuan,kak Rejequ, Tio, Susan, Sintia, Malina, Nuzula, Dewi A, kak hafni, kak Alfi, dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.Semoga Allah membalas kebaikan ukhtunna sekalian.amin
6. Seluruh sahabat – sahabat seperjuangan Hizbut Tahrir untuk doa dam dukungannya. Terus berjuang sampai kesyahidan menjeputmu.
7. Seluruh rekan – rekan mahasiswa program studi Kimia Analis angkatan 2007 namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.
Atas segala bantuan yang telah diberikan,sesungguhnya penulis tentu tidak dapat membalasnya, melainkan hanya dapat memohon kepada Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan dari berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil dalam penulisan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhir kata, penulis sangat berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 01 Juli 2010 Penulis
PENENTUAN KADAR GLOKUSA PADA KENTANG REBUS DAN TALAS REBUS SEBAGAI PENGGANTI NASI BAGI PENDERITA DIABETES DENGAN METODE
LUFF SCHOORL
ABSTRAK
THE DETERMINATION OF GLUCOSE AMOUNT IN THE BOILED TARO AND POTATO AS A RICE SUBSTITUTE FOR DIABETIC BY USING LUFF
SCHROOL METHOD
ABSTRACT
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSRACT v
DAFTAR ISI vi
BAB 1. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Permasalahan 2
I.3. Tujuan 2
1.4. Manfaat 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Karbohidrat 4
2.1.1. Analisa kadar karbohidrat 5
2.2. Kentang (Solanum tuberosum) 7
2.2.1. Klasifikasi kentang 7
2.2.2. Karakteristik kentang 7
2.2.3. Kegunaan Kentang 8
2.3. Talas ( Colocasia esculenta schoott) 8
2.3.1. Klasifikasi talas 8
2.3.2. Karakteristik Talas 9
2.4. Nasi (Oryza sativa ) 11
2.4.1. Klasifikasi Nasi (Padi) 11
2.5. Bahaya Karbohidrat bagi Penderita Diabetes 14
2.6. Diabetes Melitus 14
2.6.1. Peranan Gizi dalam Diabetes Melitus 15
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan 16
3.1.1. Alat – Alat 16
3.1.2. Bahan 16
3.2. Prosedur 17
3.2.1. Perlakuan Sampel 17
3.2.2. Perlakuan Blanko 17
3.3. Pembuatan Reagen 18
BAB 4. DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Perhitungan 21
4.1.1. Perhitungan Kadar Glukosa 21
4.2. Pembahasan 25
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 27
5.2. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN
PENENTUAN KADAR GLOKUSA PADA KENTANG REBUS DAN TALAS REBUS SEBAGAI PENGGANTI NASI BAGI PENDERITA DIABETES DENGAN METODE
LUFF SCHOORL
ABSTRAK
THE DETERMINATION OF GLUCOSE AMOUNT IN THE BOILED TARO AND POTATO AS A RICE SUBSTITUTE FOR DIABETIC BY USING LUFF
SCHROOL METHOD
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penyakit Diabetes Melitus ( DM ) adalah suatu penyakit menahun yang perlu
mendapat perhatian khusus, mengingat adanya perubahan- perubahan dalam pola
kehidupan masyarakat, bertambahnya pengertian serta penemuan kasus DM yang lebih
banyak. Dinegara – Negara sedang berkembang menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka kematian oleh karena DM. (H. Askandar Tjokroprawiro,1986)
Meskipun sudah sedemikian majunya riset dibidang pengobatan Diabetes Melitus
dengan ditemukannya berbagai jenis insulin dan obat oral yang mutakhir, diet masih tetap
merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksana diabetes, terutama pada DM tipe
2. Anjuran makan untuk pasien diabetes sebenarnya sama dengan anjuran makan sehat
untuk semua orang termasuk yang tidak diabetes yaitu makanan gizi yang seimbang.
Salah satu tujuan khusus perencanaan makan untuk pasien diabetes adalah mencapai dan
mempertahankan kadar glukosa darah dan lemak darah normal. Makan dengan porsi kecil
dalam waktu tertentu juga membantu memperbaiki kadar glukosa dalam darah. Porsi
yang besar akan megakibatkan lebih banyak glukosa , sehingga tubuh mungkin tidak
dapat memberikan cukup insulin yang efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah.
Dengan demikian perlu diperhatikan bagi pasien penderita diabetes adalah makan sesuai
dengan kebutuhan kalorinya dan makan teratur dalam hal jumlah, jenis, dan waktu. Untuk
itu pasien perlu mengetahui kebutuhan kalori, standart diet, dan daftar bahan makanan
Berbagai analisa dapat dilakukan terhadap karbohidrat untuk memenuhi berbagai
keperluan. Dala ilmu dan tekhnologi pangan, analisa karbohidrat yang biasa dilakukan
misalnya penentuan jumlahnya secara kuantitatif dalam rangka menetukan komposisi
suatu bahan makanan, penentuan sifat fisis atau kimiawinya dalam kaitanya dengan
pembentukan kekentalan, kelekatan, stabilitas larutan dan tekstur hasil olahan. Dalam
ilmu gizi mungkin sangat penting untuk mengadakan analisa biologis senyawa – senyawa
karbohidrat dalam kaitannya dengan peranan membentuk kalori, pencegahan penyakit (
diabetes, karies gigi, kegemukan, dan lain- lain), serat kasar dalam pencernaan dan
sebagainya. (Sudarmadji,1989).
1.2Perumusan Masalah
1. Menguji kadar glukosa yang terdapat pada kentang rebus dan talas rebus, apakah
dapat dijadikan makanan pokok alternative pengganti nasi bagi penderita penyakit
diabetes.
1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar glukosa yang terdapat pada kentang rebus dan talas rebus
2. Untuk mengetahui apakah kentang rebus dan talas rebus dapat dijadikan makanan
pengganti bagi penderita diabetes
3. Untuk mengetahui cara penentuan kadar glukosa pada kentang rebus dan talas
1.4Manfaat
1. Dapat mengetahui kadar glukosa pada kentang rebus dan talas rebus
2. Dapat diketahui apakah kentang rebus dan talas rebus dapat dijadikan menu
pengganti dari nasi untuk penderita diabetes
3. Dapat dijadikan solusi untuk menangani penderita diabetes dalam pengaturan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk
dunia,khususnya bagi penduduk Negara yang sedang berkembang . Walaupun jumlah
kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 Kal (kkal) bila dibanding
protein dan lemak, karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah.
Dalam tubuh manusia dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian
dari gliserol lemak. Tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang
dimakan sehari- hari, terutama bahan makanan yang berasal dari tumbuh – tumbuhan.
Ada beberapa cara analisis yang digunakan untuk memperkirakan kandungan
karbohidrat dalam bahan makanan . Yang paling mudah adalah dengan cara perhitungan
kasar (aproximate analysis),yaitu suatu analisis dimana kandungan karbohidrat termasuk
serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan sebagai berikut:
% karbohidrat = 100% - % ( protein + lemak + abu + air )
Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam
suatu bahan yaitu dengan cara kimiawi, cara fisik, cara enzimatik atau biokimia, dan cara
memerlukan perlakuan pendahuluan yaitu hidrolisis terlebih dahulu, sehingga diperoleh
monosakarida. Untuk keperluan ini, maka bahan dihidrolisis dengan asam atau enzim
pada suatu keadaan yang tertentu.( Winarno,1984)
Molekol karbohidrat terdiri atas atom – atom karbon,hidrogen dan oksigen.
Jumlah atom hidrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2 : 1 seperti pada molekol
air. Sebagai contoh molekol gluko sa mempunyai rumus kimia C6H12O6.
Glukosa adalah salah satu aldoheksosa yang sering disebut dekstrosa karena
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan. Di alam, glukosa
terdapat didalam buah – buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung
glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml
darah. Glukosa darah dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat,
namun 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada
orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih
besar dari 130 mg per 100 ml darah.
Dalam alam, glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan
bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan
glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk pembentukan amilum atau selulosa.
Amilum terbentuk dari glukosa dengan jalan penggabungan molekul – molekul glukosa
yang membentuk rantai lurus maupun bercabang dengan melepaskan air. (Poedjiadi,
2006)
Metode luff Schoorl adalah merupakan suatu metode atau cara penentuan
monosakarida dengan cara kimiawi. Pada penentuan metode ini, yang ditentukan
bukannya kuprooksida yang mengendap tapi dengan menentukan kuprioksida dalam
larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi ( titrasi blanko) dan sesudah direaksikan
dengan sampel gula reduksi ( titrasi sampel). Penentuan titrasi dengan menggunakan
Na-tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan kuprooksida yang
terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan / larutan.
Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini mula- mula kuprooksida yang
ada dalam reagen akan membebaskan iod dari garam K-iodida. Banyaknya iod yang
dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kuprioksida. Banyaknya iod dapat diketahui
dengan titrasi dengan menggunakan Na-tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah
cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah warnanya dari biru
menjadi putih, adalah menunjukkan bahwa titrasi sudah selesai.
Reaksi yang terjadi dalam penentuan gula cara Luff dapat dituliskan sebagai
berikut :
R – COH + 2CuO Cu2O + R-COOH
H2SO4 + CuO CuSO4 + H2O
CuSO4 + 2 KI Cu2I2
I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI
2.2 Kentang (Solanum tuberosum)
2.2.1 Klasifikasi Kentang
Solanum tuberosum, itulah nama sesungguhnya dari kentang . nama
sesungguhnya dari kentang. Para ahli pertanian dan ahli taksonomi memasukkan kedalam
:
Kelas : Dicotyledonce
Ordo : Tubiflorae
Family : Solanaceae
genus : Solanum
spesies : Solanum tuberosum.
(Setiadi,1993)
Solanum atau kentang merupakan tanaman setahun, berbentuk sesungguhnya
menyemak dan bersifat menjalar . batangnya berbentuk segiempat, panjangnya biasa
mencapai 50-120 cm, dan tidak berkayu dan tidak keras. Batang dan daun bewarna hijau
kemerahan atau keungu – unguan. Buahnya berbentuk buni, buah yang kulit / dindingnya
berdaging dan mempunyai dua ruang. Didalam buah berisi banyak calon biji yang
jumlahya bisa mencapai 500 biji. Sedangkan akar tanaman kentang adalah menjalar dan
berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Akar ini bewarna keputih – putihan.
Kedalaamn daya tembusnya biasa mencapai 45 cm. Namun biasanya akar ini banyak
yang mengumpul dikedalaman 20 cm. Selain mempunyai organ – organ tersebut kentang
juga mempunyai organ umbi. Umbi tersebut berasal dari cabang samping yang masuk
kedalam tanah. Cabang ini merupakan tempat menyimpan karbohidrat sehingga
membengkak dan bisa dimakan. Umbi bisa mengeluarkan tunas dan nantinya akan
membentuk cabang – cabang baru. (Setiadi,1993)
Kentang (Solanum tuberosum L) berasal dari Negara beriklim dingin ( Belanda,
Jerman ). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia sejak sebelum perang dunia II
yang disebut Eugenheimer. Kentang ini merupakan hasil seleksi di negeri Belanda pada
tahun 1890, berkulit umbi kekuning- kuningan, berdaging kuning, dan rasanya enak. (
Bambang, 1997)
2.2.3 Kegunaan Kentang
Meskipun kentang bukan bahan makanan pokok bagi rakyat Indonesia, tetapi
bertambah, taraf hidup masyarakat meningkat. Sebagai bahan makanan, kentang banyak
mengandung karbohidrat, sumber mineral ( fosfor, besi, kalium ), mengandung vitamin B,
vitamin C, dan sedikit vitamin A.(Bambang,1997)
2.3 Talas(Colocasia esculenta L. Schoott)
2.3.1 Klasifikasi Talas
Taksonomi Tumbuhan, adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
Famili : Araceae
Genus : Colocasia
Spesies : Colocasia esculenta Schoott
Salah satu jenis talas yang digemari orang ialah Colocasia esculenta L. Schoott
atau talas bogor. Bedanya dengan kimpul jenis ini mempunyai daun yang berbentuk hati
dengan ujung pelepah daunnya tertancap agak ketengah helai daun sebelah bawah. Warna
pelepah bermacam-macam. Bunga terdiri atas tangkai seludang dan tongkol. Bunga
betinanya terletak di pangkal tongkol, bunga jantan disebelah atasnya, sedang diantaranya
terdapat bagian yang menyempit. Pada ujung tongkolnya terletak bunga-bunga yang
mandul, umbinya berbentuk silinder sampai agak membulat. Talas Bogor ini mengandung
kristal yang menyebabkan rasa gatal.
Terdapat keanekaragaman pada bentuk daun, warna pelepah, bentuk dan rasa
umbi kandungan kristal. Untuk pertumbuhan talas yang baik diperlukan tanah yang kaya
akan humus dan berdrainase baik. Masa tanam yang tepat adalah sebelum musim hujan.
Talas berkembang biak dengan anakan, sulur umbi anakan atau pangkal umbi serta
bagian pelepah daunnya. Anakan ini perlu dibuang agar umbi induk bisa tumbuh menjadi
besar. Tanaman dipanen setelah berumur 6 – 9 bulan. Pada umumnya tanaman ini telah
dibudidayakan oleh para petani. Pembudidayaan secara teratur ada di daerah Sumatera
Selatan dan Sulawesi Utara, Bengkulu, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat dan di
Kalimantan Barat. Pembudidayaan yang tidak teratur terdapat di daerah DI. Aceh dan
Nusa Tenggara Timur. Untuk daerah Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah tanaman ini
merupakan tumbuhan liar. Tanaman ini terdapat atau diusahakan petani di pekarangan
dan di ladang-ladang dekat rumah (menurut hasil survey Direktorat Bina Produksi
2.3.3 Kegunaan Talas
Tanaman talas merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki peranan
cukup strategis tidak hanya sebagai sumber bahan pangan, dan bahan baku industri tetapi
juga untuk pakan ternak. Oleh karena itu tanaman talas menjadi sangat penting artinya
didalam kaitannya terhadap upaya penyediaan bahan pangan karbohidrat non beras,
diversifikasi/penganekaragaman komsumsi pangan lokal/budaya lokal. Dibeberapa
daerah / propinsi tanaman talas telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan ,
diversifikasi pangan maupun bahan pangan ternak serta bahan baku industry. Tanaman
talas memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena hampir sebagian besar bagian tanaman
dapat dimanfaatkan untuk dikomsumsi manusia. Tanaman talas yang merupakan
penghasil karbohidrat berpotensi sebagai substitusi beras. Talas mempunyai peluang yang
besar untuk dikembangkan karena berbagai manfaat dan dapat dibudidayakan dengan
mudah sehingga potensi talas ini cukup besar.(http://
bukabi.wordpress.com/2007/umbi-umbian-talas/)
2.4 Nasi
Kingdom : plantae
Divisi : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : poales
Famili : poaceae
Genus : oryza
Spesies : Oryza sativa
Padi termasuk kedalam suku padi – padian atau Poaceae, berakar serabut, batang
sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling
menopang ; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau
muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar. Buah tanaman padi berupa beras adalah
bahan makanan utama bagi lebih dari 1750 juta umat manusia yang menghuni negara –
kehari hidup dengan makan nasi 3 kali sehari. Padi di Indonesia terdapat berbagai varietas
yang sifatnya beraneka ragam. Dapat dimengerti bahwa kesemua varietas – varietas alam
tidak seluruhnya mempunyai sifat- sifat yang menguntungkan bagi manusia. Diantara
tanaman padi yang termasuk ke bangsa Oryza Sativa L, terdapat ribuan varietas - varietas
yang satu sama lain mempunyai ciri khas tersendiri sehingga dapatlah dikatakan bahwa
ditilik dari sudut bentuk tubuh tidaklah ada dua varietas padi yang mempunyai bentuk
tubuh yang sama yang disebabkan perbedaan dalam pembawaan atau sifat varietasn. (
Hadrian, 1981)
Varietas adalah suatu kelompok tumbuhan tertentu asli alam dalam suatu spesies
yang mempunyai ciri atau sifat tertentu. Padi ( Oryza sativa L.) mempunyai beberapa
varietas botani, diantaranya padi ketan ( Oryza sativa varietas glutinosa), padi biasa
(Oryza sativa varietas indica) dan padi Jepang (Oryza sativa varietas japonica). (Tony,
2001)
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun
terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga dinamakan untuk mengacu
pada beberapa jenis dari marga ( genus ) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serelia, setelah jagung dan
gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas
Kebiasaan makan beras\dalam bentuk nasi terbentuk melalui sejarah yang
panjang. Makanan merupakan hasil interaksi antara manusia dan lingkungan. Jenis
pangan pokok dipilih antara lain berdasar apakah pangan tersebut dapat disimpan dalam
waktu yang lama tanpa kerusakan yang berat. Sesungguhnya rasa lapar dapat dipuaskan
dengan memakan makanan apa saja, terutama makanan sumber pati atau lazimnya disebut
karbohidrat. Namun perlu diperhatikan, dalam konsep makan, terdapat dua unsur yang
dianut oleh orang kebanyakan, yaitu kenyang dan nikmat. Makanan disenangi jika
memberi kesan nikmat pada indera penglihatan mengenai warna, bentuk, dan ketampakan
lainnya. Sebagian terbesar bahan pangan pokok penduduk dunia merupakan hasil
tanaman yang banyak berpati, meliputi padian, umbian dan beberapa jenis buah.
Berdasarkan evolusi, secara garis besar dapat dengan mudah dibedakan tiga cara utama
pengolahan pangan pokok. Pertama, orang kulit putih umumnya mengolah padian berupa
gandum rye menjadi roti. Kedua, orang kulit kuning dan orang Asia umumnya mengolah
padian berupa beras butiran hanya dengan menanaknya, yaitu memanaskan bersama air
menjadi nasi. Ketiga, meliputi pembuatan pasta atau bubur dari semua sumber pangan
berpati lainnya dengan cara mengaduk campuran tepung berpati tersebut kedalam air
mendidih hingga membentuk pasta yang kental. (Haryadi,2006)
Seperti diketahui gula umumnya dilarang dikomsumsi oleh pasien diabetes.
Larangan ini dibuat dengan alasan bahwa gula cepat diabsorbsi oleh saluran pencernaan
dan langsung masuk kedalam aliran darah sehingga kadar glukosa darah meningkat
dengan cepat. Oleh karena itu dikhawatirkan akan memperburuk pengendalian glukosa
darah. Maka dari itu perlu adanya anjuran perencanaan makan untuk mengendalikan
diabetesnya. Makan teratur akan mengakibatkan glukosa darah turun sebelum makan
berikutnya. Dengan demikian perlu diperhatikan pasien diabetes adalah makan sesuai
kebutuhan kalorinya dan makan teratur dalam hal jumlah, jenis, dan waktu, serta daftar
bahan makanan penukar. (Sarwono,2002)
3.6 Diabetes
Penyakit Diabetes Mellitus ( DM ) adalah salah satu penyakit metabolik yang
dapat menyebabkan menurunkan kesegaran jasmani dengan akibatnya merosotnya
prestasi kerja. Penyakit ini masih dapat dhindarkan atau diperbaiki denagn pengelolaan
yang baik dan rasional. Dilain pihak penyakit menahun ini dapat dihindarkan apabila
perawatan diabetes nya yang menunjukkan hasil stabilitas yang sempurna.
Data yang dilaporkan oleh komisi Nasional Amerika menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan non diabetes, penderita DM mempunyai kecenderungan :
Dua kali lebih mudah mengalami trombosis serebri
Mudah mengalami kebutaan
Mudah mengalami gagal ginjal
Muda h menderita selulitis-gangren
Diabetes mellitus ( DM ) merupakan suatu sindroma klinik yang primer ditandai
oleh hiperglikemia khronik. Dalam garis besar DM terdiri dari dua tipe, yaitu DM tipe I
dan DM tipe II. Diagnosa pasti DM berdasarkan terdapatnya peningkatan abnormal dari
glukosa darah. Tujuan perawatan DM adalah untuk menjadikan kadar glukosa normal
kembali. .(Tjokroprawiro, 1986)
3.6.1 Peranan Gizi Dalam Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah suatu sindroma klinik yang terdiri dari peningkatan
kadar gula darah, ekresi gula melalui air seni dan gangguan mekanisme kerja hormon
insulin. Kelainan tersebut timbulnya secara bertahap dan bersifat menahun.. gejala
diabetes akibat dari adanya ketidaksinambungan dalam metabolisme hidrat arang, protein,
lemak dengan produksi ataupun fungsi hormon insulin. Gejala Diabetes Mellitus dapat
diatasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat- alat :
Neraca analitik
Erlenmeyer 500 ml
Pendingin tegak
Labu ukur 500 ml
Corong
Pipet volumetrik 10 ml, 25 ml
Penangas air
Gelas ukur
Buret
Pipet tetes
3.1.2 Bahan
Asam klorida 3%
Natrium hidroksida, NaOH 30%
Indikator universal
Indikator fenolftalein ( pp )
Larutan Kalium Iodida, KI 20%
Larutan Asam sulfat , H2SO4 25%
Larutan Natrium tiosulfat, Na2S2O7 0,1 N
Indikator amilum 0,5%
Kentang
Talas ( umbi keladi )
Nasi
3.2 Prosedur
3.2.1 Perlakuan Sampel
Ditimbang 5 g cuplikan kedalam Erlenmeyer 500 ml
Ditambahkan 200 ml larutan HCL3%, didihkan selama 3 jam dengan pendingin
tegak
Didinginkan dan netralkan dengan larutan NaOH 30%
Dipindahkan isinya kedalam Erlenmeyer 500 ml, dan dihimpitkan hingga tanda
batas , kemudian disaring
Dipipet 10 ml saringan kedalam Erlenmeyer 500 ml, ditambahkan 25 ml larutan
Luff dan beberapa butir batu didih serta 15 ml air suling
Dipanaskan campuran tersebut dengan nyala yang tetap. Usahakan agar larutan
dapat mendidih dalam waktu 3 menit. Didihkan selama tepat 10 menit dan
kemudian didinginkan dalam bak berisi es
3.2.2 Perlakuan Blanko
Diukur 10 ml air suling, kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer 500 ml
Ditambahkan 25 ml larutan Luff dan beberapa butir batu didih serta 15 ml air
suling
Dipanaskan campuran tersebut dengan nyala yang tetap. Usahakan agar larutan
dapat mendidih dalam waktu 3 menit. Didihkan selama tepat 10 menit dan
kemudian didinginkan dalam bak berisi es
Dititrasi dengan larutan tiosulfat 0,1N (digunakan indikator amilum 0,5%)
3.3 Pembuatan Reagen
Pembuatan pereaksi Luff- Scrhoorl
Larutkan 143,8 g Na2CO3 anhidrat dalam kira-kira 300 ml air suling. Sambil
diaduk, ditambahkan 50 g asam sitrat yang telah dilarutkan dengan 50 ml air
suling. Tambahkan 25 g CuSO4.5H2O yang telah dilarutkan dengan 100 ml air
suling. Pindahkan larutan tersebut kedalam labu 1 liter, tepatkan sampai tanda garis
dengan air suling dan kocok. Biarkan semalaman.
Pembuatan larutan H2SO4 25 %
V1 .N1 = V2 . N2
V1 97% = 250 . 25 %
V1 = 64,4 ml
Dimasukkan 64,4 ml H2SO4 p.a kedalam labu takar 250 ml, lalu ditambahkan
Pembuatan larutan HCl 3%
V1.N1 = V2.N2
V1.37%= 500.3%
V1 = 40,5 %
Dimasukkan 40,5 ml HCL p.a kedalam labu takar 500 ml, lalu ditambahkan
aquadest hingga garis batas, kemudian dihomogenkan.
Pembuatan larutan NaOH 30 %
Ditimbang 300 gram NaOH tekhnis, diencerkan dengan aquadest hingga volume
1000ml.
Pembuatan larutan KI 20%
Ditimbang 20 gram KI dimasukkan kedalam beaker glass, kemudian dilarutkan
dengan aquadest hingga larut, lalu dimasukkan kedalam labu takar 100 ml,
ditambahkan aquadest hingga garis batas,lalu dihomogenkan.
Pembuatan larutan Amilum 0,5 %
Ditimbang 0,5 gram amilum dan dimasukkan kedalam beaker glass, kemudian
dilarutkan dengan aquadest hingga larut, lalu dimasukkan kedalam labu takar 100
ml, ditambahkan aquadest hingga garis batas,lalu dihomogenkan.
Pembuatan lndikator Fenolftalein 1%
ditimbang dengan tepat 1 gram indicator fenolftalein dan dilarutkan dengan etanol
Penetapan normalitas Na2S2O7 0,1N
Ditimbang 0,05 gram K2C2O7 dilarutkan kedalam air kemudian ditambahkan 7 ml
larutan KI 20% dan 20 ml HCL 4N lalu dititrasi dengan Na2S2O7 0,1N, pada
menjelang titik akhir titrasi dilakukan penambahan indicator amilum 0,5%, titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi hijau muda.
Perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali. Diperoleh konsentrasi Na2S2O7 sebesar
BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan
4.1.1 Perhitungan kadar glukosa
Perhitungan :
( Blanko – penitar) x N tiosulfat x 10, setara dengan terusi yang tereduksi. Kemudian
dilihat dalam daftar Luff Schoorl beberapa mg gula yang terkandung untuk ml tiosulfat
yang dipergunakan.
1. Kadar glukosa
Kadar glukosa = 1 100%
x W
xfp W
Dimana :
W1 = mg glukosa yang terkandung untuk ml tiosulfat yang dipergunakan( terlampir dalam
daftar)
W = bobot cuplikan, dalam mg
Fp = factor pengenceran
Volume blanko = 24,90 ml
a. Nasi
Nasi I
mg glukosa = ( V blanko – V contoh) x N tio x 10
= (24,90-20,15)x 0,0978 x 10
Kadar glukosa = 100% 1000
Karbohidrat adalah merupakan salah satu sumber energi yang diperlukan oleh
tubuh. Karohidrat yang berasal dari makanan , dalam tubuh mengalami perubahan atau
metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa dalam darah. Maka bagi
penderita diabetes, adalah harus dapat berhati – hati dalam mengkomsumsi dan mengatur
pola makan, agar dapat mengurangi dan mengupayakan dampak lanjutan dari penyakit
yang diderita. Oleh sebab itu perlu adanya analisis kadar glukosa pada beberapa
diabetes.Dari analisis kadar glukosa dengan menggunakan metode luff schoorl, diperoleh
bahwa kadar glukosa pada kentang adalah lebih rendah dibandingkan dengan nasi dan
talas, yaitu kentang (I) 10,4%, kentang (II) 11,2%, dan kentang (III) adalah 10,3%. Maka
dari itu, kentang dapat kita jadikan sebagai makanan pengganti bagi penderita diabetes.
Selain kentang mengandung karbohidrat. Kentang juga memiliki manfaat yang sangat
banyak, hal ini dimungkinkan berkat kandungan yang ada di dalamnya. Misalnya saja
mineral kalsium yang tinggi sehingga bermanfat untuk memelihara kesehatan tulang dan
gigi. Kandungan air per 100 gram kentang ialah 82 gram, dengan nilai protein sebanyak 2
gram, kalori sebanyak 70 kkal, dan karbohidrat sebanyak 19 gram. Selain kandungan –
kandungan tersebut, kentang juga memiliki kandungan lain seperti zat besi dan riboflavin
yang penting bagi tubuh.
Selain kentang, talas juga merupakan makanan alternative yang dapat dijadikan
sebagai menu makanan peganti. Selain karena mengandung karbohidrat, talas
mengandung protein( 1,5-3,0%), kalsium dan fosfor lebih tinggi. Umbi sedikit
mengandung lemak dan banyak mengandung vitamin A dan C. Umbi talas 98,8 % dapat
dicerna karena memiliki pati yang banyak mengandung amilosa (20-25%), yanga dapat
dipecah oleh gula ludah manusia. Disamping itu, merupakan sumber yang baik untuk diet
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kadar glukosa yang terdapat pada kentang rebus, talas rebus dan nasi :
a. kentang rebus
Kentang I = 10,4 %
Kentang II =11,2%
Kentang III = 10,3%
b. talas rebus
Talas I = 18,5%
Talas II= 18,85 %
Talas III= 16,95%
c. nasi
Nasi I = 40,8 %
Nasi II = 40,37%
Nasi III = 37,75%
2 Dari data yang diperoleh diketahui bahwa kadar glukosa pada kentang rebus dan talas
rebus lebih rendah dibandingkan dengan nasi, sehingga kentang rebus dan talas rebus
3. Cara penentuan kadar glukosa dengan menggunakan metode luff school adalah yaitu
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan
CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang
dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan cara atau metode lain dalam penentuan kadar glukosa, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
http:// bukabi.wordpress.com/2007/umbi-umbian-talas. Tanggal akses 23 Februari
2010.
Hartus,T. 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Jakarta : Penebar Swadaya.
Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Poejadi, A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. Cetakan Pertama. Jakarta : UI Press.
Setiadi. 2000. Kentang , Varietas dan Pembudidayaan . Jakarta : Penebar Swadaya.
Siregar,H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Bogor : PT Sastra Hudaya.
Soelarso,B. 1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Yogyakarta : Kanisius.
Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Jakarta : Liberty.
Tjokroprawiro,A. 1986. Diabetes Mellitus Aspek klinik dan Epidemiologi. Surabaya:
Airlangga University Press.
Waspadji,S. 2002. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
21
22
23
56,0
59,1
62,2
79,8
83,9
88,0
85,4
90,0
94,6