• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Panti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Panti"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

MILIK PERPUSTAKAAN KEMENTERIAN KESEHATAN

613 .0432 ind o p

Pedoman

Pelayanan Kesehatan

Anak Oi Panti

ー LN イBオ

セ エャGォBBョ@

Oepkes.-

0/3

f) lp)..-N '). In d uk : "

GANセ N_Ziヲ_MMZ

N_Zヲ_ORZ@

/nc/

• q" T"'rt 1'1 II : ....

7..

WGZN@ Nᄁ_Z

N@ _NセAAZ@

ta

l.J

セ iNI@ ・エ@

Ds ri : ... ... ...

/f...

N

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Kesehatan Anak

(4)
(5)

TIM PENYUSUN

PEOOMAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK 01 PANTI

Pengarah :

dr. Kirana Pritasari, MQIH

Direktur Bina Kesehatan Anak, Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI

Tim Penyusun :

1. Ketua: dr. Penina Regina Bebena, MPHM 2. Narasumber: DR. dr. Rini Sekartini, SpA (K) 3. Anggota:

1) lip Syaiful, SKM, M. Kes 2) drg. Dara Pahlarini 3) Drs. Sri Wahyudhi , M.Kes 4) Drs. Agus Hasyim Ibrahim 5) Dra. Hj. Ucu Rahayu, MM 6) Bayu Aji, SE, MSc, PH

7) Suharni Simbolon, SKM, M.Kes 8) Diah Wati, SKM, M.Kes

9) Dr. Linda Siti Rohaeti, MKM 10) Iwan Kurniawan, SE

11) dr. Made Yosi Purbadi 12) drg. Naneu Retna Arfani 13) dr. Laila Mahmudah 14) Maya Raiyan, S.Psi 15) Sriyati Mardiyana

Kontributor :

1) Kementerian Sosial RI 2) Dinas Sosial DKI Jakarta

3) Puskesmas Kembangan, Jakarta Barat

Art Designer:

1) Bayu Aji, SE, MSc, PH 2) Umarjono Hadi, S.Sn

Tim Administrasi : 1. Sartiyem, SKM

(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas karuniaNya sehingga buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Panti (LKSA) dapat disu-sun. Pedoman ini merupakan salah satu wujud upaya pemenuhan hak anak di panti (LKSA) untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sebagai amanat dari Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002.

Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang ter-libat dalam proses penyusunan pedoman ini.

Diharapkan buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Panti (LKSA) dapat menjadi acuan bagi pengelola program kesehatan, petugas kesehatan di puskesmas dan pengelola panti untuk melak-sanakan pembinaan kesehatan anak di panti (LKSA).

Kami sangat mengharapkan masukan dan saran dari para peng-guna buku pedoman ini, agar kelak dapat disempurnakan. Semoga Tuhan memudahkan upaya kita bersama untuk menjamin kualitas hidup anak di panti (LKSA) melalui upaya pembinaan kesehatan.

Oktober, 2011

Direktur· esehatan Anak

(7)

DAFTAR lSI

Kata Pengantar ... .. . . .... . iii

Daftar lsi . ... . ... .... ... . . . iv

Daftar Bagan ... . . . .. .. ... .. .. . .. . . . ... . ... . v

Daftar Lampiran .. . .. ... . .. .... .. ... . . ... . .... .. ... . vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 . LATAR BELAKANG ... . .... . ... . . .... .. .. . . . 1.2. TUJUAN ... . .... . ... . ... . 4

1.3. SASARAN ... . ... . 5

1.4. PENGERTIAN... 5

1.5. LANDASAN HUKUM ... . ... 7

1.6. KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL . . ... ... 8

1.6.1 Kebijakan... .. ... 8

1.6.2 Strategi Operasional ... ... . . ... 8

1.7. RUANGLlNGKUP... ... .... . ... 8

BAB 2 PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI PANTI (LKSA) 2.1 . JENIS PELAYANAN 13 2.1.1 Pengobatan 13 2.1.2 Pelayanan Imunisasi ... .... . ... . . ... . ... 13

2.1.3 Pelayanan Gizi ... . ... . ... . ... 14

2.1.4 Promosi Kesehatan di Panti (LKSA) ... 17

2.1.5 Penyehatan Lingkungan ... ... . ... 20

2.1.6 Pengendalian Penyakit .. . . ... 25

2.1.7 Kesehatan Jiwa .... .... . . ... 26

2.1.8 Pemeriksaan dan Pemeliharaan Kebersihan 33 Diri ... .. ... . 2.2. PEMBIAYMN ... . .... .. . . ... ·· 34

2. 3. MEKANISME RUJUKAN ... ... ... 35

BAB 3 PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 3.1. PENCATATAN DAN PELAPORAN ... . .... ... 37

3.2. MONITORING DAN EVALUASI . ... .. ... . ... 38

3. 3. INDIKATOR ... . .... .... . ... ... .. . .. . ... .. . ... . ... . .. 39

BAB 4 PENUTUP ... . ... . ... . ... 40

41 DAFTAR RUJUKAN ... .. .. .. ... .

56 DAFTAR SINGKATAN ... .. . . ... .. . . ... .. . .

(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Skema Konsep Pelayanan Gizi 15

Bagan 2 Alur Rujukan

35

Bagan 3 Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan 38

Program Pelayanan Kesehatan Anak di Panti (LKSA)

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Lampiran 9

Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang 44

Indonesia

Komposisi Kebutuhan Pangan untuk Memenuhi 45

Kecukupan Gizi Berdasarkan Kelompok Umur

Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah (4 - 15 Tahun) 46

Form Pencatatan Pelayanan Kesehatan Anak di Panti

47

(LKSA) Puskesmas

Laporan Rekapitulasi Pencatatan Pelayanan 48

Kesehatan Anak di Panti (LKSA) Kabupatenl Kota

Laporan Rekapitulasi Pencatatan Pelayanan 49

Kesehatan Anak di Panti (LKSA) Provinsi

instrumen Pemantauan Pelayanan Kesehatan Anak 50

di Panti (LKSA) di Puskesmas

instrumen Pemantauan Pelayanan Kesehatan Ana k

52

di Panti (LKSA) di Kabupaten / Kota

lnstrumen Pemantauan Pelayanan Kesehatan Anak 54

di Panti (LKSA) di Propinsi

[image:9.595.65.427.109.361.2]
(10)

Bab

1

PENDAHULUAN

1

.1. LATAR BELAKANG

Anak memiliki potensi untuk melanjutkan pembangunan bangsa karena itu perlu diperhatikan dan dilindungi oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara. UUD Tahun 1945 pasal 34 menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara . Hal ini sejalan dengan amanat Undang Undang Perlindungan Anak No. 23 tahun 2002 bahwa pemerintah bertanggung jawab menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang , dan berpartisipasi , secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan , serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Dalam kenyataannya tidak semua anak di Indonesia berada dalam kondisi beruntung dapat tinggal di rumah bersama dengan orangtua atau keluarga mereka, dan tidak semua anak yang dilahirkan berasal dari keluarga yang mampu. Sebagaimana diketahui bahwa berbagai alasan dapat menyebabkan banyak keluarga tidak mampu menjalankan pengasuhan bagi anak yang dilahirkan, diantaranya karena faktor kemiskinan .

Berdasarkan data UNICEF pada laporan Save The Children Tahun 2008 menyatakan bahwa hanya sebagian kecil anak yang berada di Panti Asuhan ya ng be nar -benar ya tim piatu (6%) dan

90% diantaranya masih memiliki salah satu anggota keluarga .

(11)

Padahal keluarga merupakan lingkungan terbaik bagi anak untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, sebagian besar anak di Panti dapat digolongkan sebagai "anak terlantar" yang diakibatkan oleh disfungsi keluarga atau ketidakmampuan keluarga mencukupkan kebutuhan dasar anak yaitu asah, asih, dan asuh. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor kemiskinan, kurangnya lapangan pekerjaan, serta tingkat pendidikan orang tua yang masih rendah.

Masalah kesehatan anak di panti (LKSA) tidak jauh berbeda dengan anak lainnya yaitu terkait dengan kesehatan bayi, balita, anak usia sekolah dan remaja.

Anak yang berada di panti (LKSA) memiliki hak dan kedudukan yang sama dengan anak lainnya antara lain hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas. Puskesmas sebagai unit teknis pelayanan kesehatan di lapangan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi semua komunitas di wilayah kerjanya termasuk panti (LKSA). Dengan terbitnya Inpres No. 3 tahun 2010 di mana salah satu indikatornya terkait dengan pembinaan kesehatan anak di panti (LKSA) maka puskesmas diwajibkan memberikan pelayanan kesehatan anak secara komprehensif di panti (LKSA) yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Undang-Undang No . 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 8: menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial agar pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA) dapat diberikan sesuai haknya.

Program pemerintah melalui Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah memiliki kebijakan dengan berbagai program yang diimplementasikan kepada anak terlantar yaitu Program

(12)

Kesejahteraan Sosial Anak, adanya Jamkesmas, dana BOK dan dana BOS.

Menurut data Kementerian Sosial RI tahun 2008 jumlah Panti Asuhan di seluruh Indonesia diperkirakan terdapat

5.000 sid

8.000 panti yang mengasuh hampir 500.000 anak. Sebagian besar Panti Asuhan diselenggarakan oleh organisasi kemasyarakatan. Pada tahun 2011 Kementerian Sosial RI menyatakan bahwa terdapat sekitar 8 juta "anak terlantar" yang berada di seluruh Indonesia, diantaranya hanya sekitar 4% (142.530 anak) yang memperoleh bantuan sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). Pelaksanaan PKSA ini melalui pendekatan panti atau Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang teregistrasi yaitu sebanyak 5.849. Namun hanya 3.136 Panti (LKSA) yang mendapat pembinaan kesehatan oleh puskesmas. Kemudahan bagi anak terlantar untuk memperoleh akses pelayanan kesehatan di fasilitas

kesehatan telah tersedia dengan memanfaatkan dana

Jamkesmas melalui surat rekomendasi dinas sosial setempat .

Implementasi PKSA seharusnya mendukung program kesehatan dan pendidikan agar anak terlantar bisa memperoleh akses pendidikan di sekolah dan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Kementerian Kesehatan RI telah memfasilitasi puskesmas untuk melakukan pembinaan kesehatan bagi anak di panti (LKSA) yang teregistrasi. Berdasarkan hasH monitoring dan evaluasi program , sebagian besar tenaga kesehatan belum memahami pelayanan kesehatan anak yang seharusnya diberikan bagi anak di panti (LKSA). Hal ini disebabkan oleh karena masih kurangnya sosialisasi tentang kebijakan pemerintah pusat di daerah dan dukungan pemerintah daerah yang belum optimal.

Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 ten tang Pemerintahan Daerah , daerah mempunyai kewenangan untuk melaksanakan se mua kebutuhan pelayanan sesuai permasalahannya termasuk masalah anak terlantar. Inpres No. 3 tahun 2010 ditujukan

(13)

an tara lain kepada seluruh Gubernur, Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia untuk dilaksanakan sesuai sasaran "program yang berkeadilan" diantaranya bagi anak terlantar. Dalam kenyataan, pelaksanaannya belum terkoordinasi dengan baik oleh karena berbagai faktor yang mempengaruhi seperti sumber daya maupun sumber dana yang terbatas.

Dalam rangka meningkatkan status kesehatan anak di panti (LKSA), perlu ditingkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait, agar semua kebutuhan pelayanan kesehatan anak dapat dilaksanakan secara integrasi dan komprehensif. Hal ini memerlukan dukungan faktor lain di luar kesehatan seperti ketersediaan air bersih, terjaminnya lingkungan yang sehat dan keamanan pangan. Program kesehatan anak yang sudah dilaksanakan melalui puskesmas dengan berbagai buku pedoman secara umum, juga dapat dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA). Hal ini sangat tergantung dari kemampuan petugas pemberi layanan untuk mengkemas program tersebut sesuai kebutuhan anak di panti (LKSA).

Oleh karena itu untuk lebih memudahkan pelaksanaan pembinaan kesehatan anak di panti (LKSA) diperlukan suatu Pedoman tentang Pelayanan Kesehatan Anak di Panti (LKSA) sebagai acuan bagi petugas pemberi layanan. Buku ini diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA).

1.2.

TUJUAN

1. Sebagai pedoman bagi petugas kesehatan dalam

memberikan layanan kesehatan kepada anak di panti

(LKSA)

2. Terlaksananya pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA) secara terintegrasi

3. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait dalam pembinaan kesehatan anak di pan t; (LKSA)

(14)

4. Terpenuhinya hak-hak anak di panti (LKSA) untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal

1.3. SASARAN

Sasaran Langsung

1 . Tenaga kesehatan di Puskesmas

2. Penanggung jawab di klinik panti (LKSA) 3. Pengelola dan pengasuh panti anak

4. Pengelola program kesehatan anak di dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota

5. Pengelola lintas program dan l'intas sektor terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota

Sasaran Tidak Langsung 1. Anak di panti (LKSA)

2. Keluarga anak di panti (LKSA)

1.4. PENGERTIAN

1. Anak adalah seseorang yang berusia 0-18 tahun termasuk anak di dalam kandungan (Undang-Undang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002) .

2. Anak Terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orang

tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara rohani , jasmani maupun sosial (Undang-Undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak).

3. Panti Anak adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

(LKSA) yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak terlantar yang berada di dalam panti maupun anak terlantar di lingkungan sekitar panti/ pelayanan lua r panti.

Merujuk pad a Standar Nasional Pengasuhan Anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak tahun 2011 , maka

is tilah panti selanjutnya diganti m e njadi Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).

(15)

4. Pelayanan Kesehatan Anak adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

5. Pengasuh Panti (LKSA) adalah tenaga yang bertugas untuk

memberikan pengasuhan dan pendampingan pada

anak-anak di  panti. 

6.   Pengelola Panti (LKSA) adalah tenaga yang mengelola panti 

dari segi  manajemen dan  administrasi. 

7.   Program Kesejahteraan Sosial Anak adalah  upaya  yang 

terarah,  terpadu  dan  berkelanjutan  yang  dilakukan  pemerintah,  Pemerintah  Daerah  dan  masyarakat  dalam  bentuk  pelayanan  sosial  guna  memenuhi  hak  dasar  anak  melalui: 

•   Bantuan/subsidi pemenuhan kebutuhan dasar (sandang,  pangan,  peningkatan  gizi) 

•   Aksesibiltas  pelayanan  sosial  dasar  (akses"ibilitas  terhadap  pelayanan  pendidikan,  kesehatan,  akte  kelahiran) 

•   Pengembangan  potensi diri dan  kreativitas anak  •   Penguatan  tanggungjawab orang tua/keluarga 

•   Penguatan  Lembaga  Kesejahteraan  Sosial Anak  (LKSA) 

8.   Tenaga Kesehatan adalah  setiap  orang  yang  mengabdikan 

diri  di  bidang  kesehatan,  serta  memiliki  pengetahuan  dan  atau  keterarnpilan  melalui  pendidikan  di  bidang  kesehatan  yang  untuk  jenis  tertentu  memerlukan  kewenangan  untuk  melakukan upaya  kesehatan. 

9.   Puskesmas adalah  unit  pelaksana  teknis  (UPT)  Dinas 

Kesehatan  kabupaten/kota  yang  bertanggungjawab 

menyelenggarakan  pembangunan  kesehatan  di  wilayah  kerja  tertentu  (kecamatan).  Puskesmas  melaksanakan  sebagian  kegiatan  teknis  operasional  dan I atau  kegiatan  teknis penunjang dinas kesehatan  kabupaten/kota. 

10.  Kesehatan Lingkungan adalah  upaya  penyehatan,  pengamanan  dan  pengendalian  dalam  rangka  peningkatan 

(16)

kualitas  media  lingkungan  fisik,  kimia,  biologis  dan  sosial  yang  dinyatakan  atau  diukur  dengan  nilai  am bang  batas,  standar,  dan  atau  persyaratan  kesehatan  sesuai  dengan  peruntukannya. 

1.5. LANDASAN HUKUM

1.   Undang­Undang Dasar  1945  Pasal  28  H ayat  1 bahwa setiap  orang  berhak  hidup  sejahtera  lahir  batin ,  bertempat  tinggal  dan  mendapatkan  lingkungan  yang  baik  dan  sehat  serta  berhak memperoleh  pelayanan  kesehatan. 

2.   Undang­Undang Nomor4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan  Anak. 

3.   Undang­Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan  Anak. 

4.   Undang­ Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan  Daerah. 

5.   Undang­Undang  Nomor  11  Tahun  2009  tentang 

Kesejahteraan  Sosial. 

6.   Undang­Undang  Republik  Indonesia  Nomor  36  Tahun  2009  tentang  Kesehatan. 

7.   Undang­Undang  Nomor  20  Tahun  2003  tentang  Sisti m  Pendidikan  Nasional. 

8.   Keputusan  Presiden  Nomor  36  Tahun  1990  tentang  Pengesahan Convention on the Rights of Child (Konvensi  tentang  Hak­hak Anak). 

9.   Keputusan  Menteri  Kesehatan  Republik  Indonesia  Nomor  494/Menkes/SK/IV12010  tentang  Petunjuk Teknis  Bantuan  Operasional  Kesehatan . 

10.  Surat  Keputusan   Menteri  Kesehatan  Republik  Indonesia  Nomor  1259 

I

Menkesl 

SKI

XII12009  ten tang  Program  Jamkesmas  bagi  Penghuni  Panti  Sosial,  Korban  Bencana  dan  Penghuni  Lapas  dan  Rutan. 

11.   Peraturan  Menteri  Sosial  Nomor  1081 HUK12009  ten tang  Akreditasi  Lembaga  di  Bidang  Kesejahteraan  Sosial. 

(17)

12.  Peraturan  Menteri  Sosial  Republik  Indonesia  Nomor  301

HUK12011  tentang  Standar  Nasional  Pengasuhan  Anak  untuk Lembaga  Kesejahteraan  Sosial Anak. 

13.  Keputusan  Menteri  Sosial  Nomor  15A/HUK12010  ten tang  Panduan  Umum  PKSA. 

1.6. KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL

1.6.1   Kebijakan 

Kebijakan kesehatan bagi anak di panti (LKSA) merupakan  suatu  kesatuan  dari  kebijakan  kesehatan  bagi  anak  secara  umum.  Arah  kebijakan  difokuskan  pada  upaya  untuk  meningkatkan  derajat  kesehatan  dan  kualitas  hidup anak dalam  rangka  pemenuhan  hak­hak anak. 

1.6.2  Strategi  Operasional 

..  Meni ngkatkan  pemahaman  para  pengelola  program  dan  petugas peiayanan  kesehatan  bagi  anak di  panti  (LKSA). 

..  Meningkatkan  Koordinasi  lintas  program  dan  lintas  sektor  dalam  keterpaduan  gerencanaan ,  pelaksanaan,  monitoring,  dan  evaluasi  kesehatan  anak di  panti  (LKSA). 

•   Meningkatkan  dukungan  sarana  dan  prasarana  pelayanan  kesehatan  di  panti  (LKSA) 

•   Meningkatkan dukungan pembiayaan bag;  pelayanan  kesehatan  anak  di  pant;  (LKSA) 

•   Meningkatkan  peran  serta  keluarga,  masyarakat  dalam  mendukung  pelayanan  kesehatan  anak  di  panti  (LKSA) 

•   Meningkatkan  sistim  informasi,  pencatatan  dan  pelaporan. 

1.7. RUANG LlNGKUP

Cakupan  pelayan an  terhadap  kesehatan  anak  di  panti  (LKSA) 

(18)

adalah usia 0 - 18 tahun, yang meliputi:

Pelayanan kesehatan bayi

Pelayanan kesehatan balita dan anak pra sekolah

Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja

Upaya pelayanan yang dilakukan mencakup upaya promotif, preventif, kura tif dan rehabilitatif.

Berikut ini tabel paket pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA) :

Tabel Paket Pelayanan Kesehatan Anak di Panti Berdasarkan Usia dan Jenis Pelayanan

USIA PROMOTIF PREVENTIF KURATIF REHABILITATIF

Bayi  11 .  Penyuluhan  Gizi  1 . Imunisasi  Pengobatan  Rujukan  ke 

I  tentang  Pembe· 

z.

S t  i  m  u  I  a  s i  ,  sesuai  jenis  Rumah  Sakit 

rian  Makanan  Deteksi  dan  penyakit  (RS) ,  Rehabili · 

Bayi  dan  Anak  Interven si  Dini  tasi  Bersumber 

(PMBA )  Tumbuh  Kembang  daya  Masyara­

Z.  Penyuluhan  Pola  (SDIDTK)  kat  (RBM)  jika 

Asuh  Anak  3.  P e  m  b  e  ria n  programnya 

3.  Pemanfaatan  Vitamin A  ada  di  wilayah 

Buku  KIA  4 . Penerapan  Pola  kerja  setempat 

4.  Penyu l uhan  Asuh  Anak  

Kesehatan  5.  Pen y e hat a n  

Lingkungan  Lingkungan  

Anak  1 .  Penyuluhan  1.Stimulasi ,  Pengobatan  Rujukan  ke 

Balita  Gizi  tentang  Deteksi  dan  sesuai  jenis  Rumah  Sakit 

Pember i  an  !ntervensi  Dini 

I

penyakit  (RS) ,  Rehabili ­

Makanan  Bayi  Tumbuh  Kembang  tasi  Bersumber 

dan Anak  (PMBA)  (SDIDTK ) 

daya  Masyara­

I

z.

Penyuluhan  Pola  Z. P e  m  b  e  ria n  kat  (RBM)  jika 

Asuh  Anak  I  Vitamin A  programnya 

3.   Pemanfaatan  3.  Penerapan  Pola  ada  di  wilayah 

Buku  KIA  Asuh  Anak  kerja setempat 

4.  Penyuluhan  4. Deteksi   Dini 

Gangguan  Mental 

L 1 

Kesehatan  Gigi

dan  Mulut ,  Emosional 

5 .   P e n y u  l  u  han  

Gangguan  Mental   Emosional  

(19)

USIA PROMOTIF PREVENTIF KURATIF REHABILITATIF 6.  Penyuluhan  Kesehatan  Lingkungan  5.Penyehatan  Lingkungan 

Anak  1.  Penyuluhan  1. Imunisasi  Pengobatan  Rujukan  ke 

Usia  kesehatan  dan  2.Penjaringan  sesuai  jenis  Rumah  Sakit 

Sekolah  konseling  (PHBS, 

Gizi,  NAPZA,  HIV-AIDS) 

2.  Pen y u l  u han 

kesehatan  gigi 

dan  mulut  3.  Pen y  u l  u han 

Kesehatan  Lingkungan  kesehatan  anak  usia  sekolah  3.Penyehatan  Lingkungan 

penyakit  (RS), 

Rehabili-tasi  Bersumber  daya  Masyara-kat  (RBM)  jika  programnya  ada  di  wilayah  kerja setempat 

Remaja  1.Penyuluhan 

kesehatan  dan 

konseling  (PHBS,  k  e  s e  hat a  n  reproduksi 

remaja,  Gizi, 

NAPZA,  HIV­AIDS)  2.  Keg  i  a  tan 

Konseling  Sebaya  3.  Pen y  u l  u han 

K e  s e  hat a  n  Lingkungan  1.Kegiatan  Konseling  Sebaya  2.Penjaringan  kesehatan  3.lmunisasi 

4 . Pen did i  k  a  n  Keterampilan 

Hidup  Sehat 

(PKHS) 

5.  Pemberian  tablet  tambah  darah  6.  Pen y e hat a n  Lingkungan  Pengobatan  sesuai  jenis  penyakit  Rujukan  ke  Rumah  Sakit  (RS),  Rehabili-tasi  Bersumber  daya  Masyara-kat  (RBM)  j i ka  programnya  ada  di  wilayah  kerja setempat 

Catatan: 

1.   Pelayanan  pengobatan  dilakukan  di  dalam  dan  di  luar  gedung  panti  (LKSA) 

2.   Perlu  disediakan  ruang  khusus  untuk  pengobatan  di  panti  (LKSA) 

3.   Pelaksanaan  kegiatan  penyehatan  lingkungan  dilakukan  pada  lingkungan  panti  termasuk  lingkungan  sekitar  panti  (LKSA) 

(20)

MfLlK PE RPU Sl'AKAAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Paket pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas kesehatan  di  puskesmas  melalui  kerjasama  dengan  petugas  panti  (LKSA)  baik di dalam maupun di luar panti (LKSA).  Untuk meningkatkan  cakupan  pelayanan,  perlu dilakukan  koordinasi  lintas program  dan  lintas  sektor  terlebih  dahulu  agar  pelayanan  kesehatan  bagi anak di panti  (LI<SA)  dapat diintegrasikan dengan kegiatan  yang  ada  di  puskesmas  dan  jaringannya serta  di posyandu. 

Contoh:  pemberian  imunisasi  bagi  bayi  bisa  dilakukan  di  posyandu,  poskesdes,  pustu,  dan  puskesmas,  sedangkan  imunisasi  pada  anak  panti  (LKSA)  yang  berusia  sekolah  hanya  dilakukan  di  sekolah. 

Instrumen  yang  dipakai  dalam  pelayanan  kesehatan  anak  di  panti  merujuk  pada  berbagai  pedoman  pelayanan  kesehatan  yang  sudah  ada,  antara  lain: 

1.   Paket  pelayanan  Bayi  Baru  Lahir  : 

Buku  Saku  Pelayanan  Kesehatan  Neonatal  Esensial,  Buku  Pedoman  Penatalaksanaan  Bayi  Baru  Lahir  Berbasis  Perlindungan  Anak,  Buku  KIA,  Buku  Pedoman  Pemberian 

Makanan  Bayi  dan  Anak  (PMBA),  Buku  Pedoma n 

Penyelenggaraan  Imunisasi,  dan  Buku  Pedoman  Pola  Asuh  untuk Bayi  Baru  Lahir. 

2.   Paket  pelayanan  anak  balita dan  anak pra sekolah 

Buku  Pedoman  Pemberian  Kapsul  Vit  A,  Buku  Pedoman  SDIDTK,  Buku  KIA,  Buku  Pedoman  Pemberian  Makanan  Bayi  dan  Anak  (PMBA),  dan  Buku  Pedoman  Deteksi  Dini  Gangguan  Mental  Emosional/GME  Anak  Usia  6  Tahun  Ke  Bawah. 

3.   Paket  pelayanan  anak  usia  sekolah  dan  remaja 

Buku  Petunjuk Teknis  Penjaringan  Kesehatan Anak Sekolah  Dasar,  Buku  Petunjuk  Teknis  Penjaringan  Kesehatan  Anak  Sekolah  Lanjutan,  Buku  Pedoman Usaha  Kesehatan Sekolah  di  Tingkat  Sekolah  Dasar,  Sekolah  Menengah  dan  Pondok  Pesantren,  Buku  Panduan  Kesehatan  Remaja  Pra  Nikah 

(21)

(IMS,  HIV­AIDS,  NAPZA),  Buku  Pedoman  UKGS,  Buku Teknik  Konseling  Kesehatan  Remaja  bagi  Petugas  PKPR,  Buku  Teknik  Konseling  Kesehatan  Remaja  bagi  Konselor  Sebaya,  Buku  Pedoman  Pembinaan  dan  Pengembangan  UKS,  Buku  Pedoman  untuk Tenaga  Kesehatan  UKS  di Tingkat  SD,  SMP  dan  Pesantren,  Buku  Pedoman  Pendidikan  Keterampilan  Hidup Sehat,  dan  Buku  Pedoman  Keterampilan  Sosial  bagi  Anak  dan  Remaja. 

4.   Pedoman  lainnya: 

Buku  pedoman  tentang  kesehatan  lingkungan  seperti  air  minum,  air  bersih,  penyehatan  makanan  dan  minuman ,  pengamanan  limbah,  udara  serta  kebisingan,  dan  penyehatan  tempat­tempat  umum,  dan  Buku  Pedoman  Perilaku  Hidup  Bersih  dan  Sehat. 

(22)

Bab 

PELAYANAN KESEHATAN

ANAK 01 PANTI (LKSA)

2.1. JENIS PELAYANAN

Pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA) merupakan pelayanan  kesehatan  secara komprehensif yang  meliputi  : 

2. 1 .

1 Pengobatan

Pengobatan  dilakukan  sesuai  jenis penyakit 

2.1 . 2 Pelayanan Imunisasi

Pemberian  imunisasi  adalah  salah  satu  cara  untuk  melindungi  anak  dan  masyarakat  sekitarnya  terhadap  penyakit  yang  sebenarnya  sudah  dapat  dicegah.  Jika  anak  tidak  diimunisasi  akan  menimbulkan  risiko  terjadinya penyakit pada dirinya dan penularan terhadap  masyarakat  di  sekitarnya.  Dengan  kata  lain  pemberian  imunisasi  merupakan  suatu  amal  perbuatan  baik  untuk  melindungi anak terhadap penyakit yang  dapat dicegah. 

Setiap anak usia 0 ­ 11  bulan yang tinggal di panti (LKSA)  berhak  mendapatkan  imunisasi  dasar  lengkap,  yang  meliputi  : 

UMUR VAKSIN

-

-0-7 hari HB 0

1 bulan BeG, Polio 1

2 bulan DPT-HB1,Polio2

3 bulan DPT-HB2, Polio3

(23)

Selain  pemberian imunisasi  dasar  lengkap,  anak  di  panti  (LKSA) yang mengikuti sekolah dasar atau yang sederajat  kelas  I  s.d  kelas  III  berhak  mendapatkan  imunisasi  anak  sekolah  atau  yang  lebih  dikenal  dengan  Bulan  Imunisasi  Anak  Sekolah  (BIAS),  yang  meliputi  : 

IMUNISASI ANAK SEKOLAH PEMBERIAN IMUNISASI

Kelas  1  DT,  Campak 

Kelas  2  Td 

Kelas  3  Td 

Pemberian  pelayanan  imunisasi  untuk  anak  di  panti  (LKSA)  ini diberikan di pos pelayanan kesehatan terdekat  seperti  :  Puskesmas,  Puskesmas  Pembantu,  Poskesdes,  Posyandu  untuk  pemberian  imunisasi  dasar  len gkap  pada setiap anak usia 0 ­ 11  bulan dan di instan si  sekolah  dasar atau yang sederajat tempat mereka sekolah  unt uk  pemberian  imunisasi  anak  sekolah  (BIAS). 

Untuk  pemberian  imunisasi  dasar  lengkap  usia  0  ­ 11  bulan  dapat  juga  diberikan  di  panti  (LKSA)  bersamaan  dengan  Tim  integrasi  Puskesmas  yang  turun  ke  panti  (LKSA)  untuk melakukan  pelayanan  kesehatan  bersama . 

2. 1.3 Pelayanan  Gizi 

Makanan  merupakan  kebutuhan  utama  bagi  makhluk  hidup.  Untuk  hidup  sehat  manusia  memerlukan  zat­zat  gizi  yang  didapat  dari  makanan.  Semua  anak  termasuk  anak di  panti  (LKSA)  masih  berada dalam  proses  tumbuh  kembang  yang  memerlukan  zat  gizi  dalam  jumlah  yang 

(24)

cukup untuk menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Kebutuhan zat gizi akan terpenuhi dengan dilakukannya pelayanan gizi yang sesuai.

Pola Pelayanan meliputi pelayanan bagi anak dengan:

Gizi lebih

Gizi baik

Gizi kurang

Gizi buruk

Siralegi  Nasional  Pencegahanl  Penanggulangan  Gizi  lebih  1.  Entry  poinl  (ASEK)  2.  NSPK  3.  Kegialan:  a. Skrining  b  Konseling  c  Penyuluhan  GIZIBAIK Pencegahan  Gizi  Kurang 

1. Pemantauan

berat  badan  di  Posyandu  2.  Penyuluhan  dan  konseling  ASI  eksklusif  dan MP­ASI  3.   Pemberian  kapsul vitA  balita  4.   Pemberian  lablet Fe  Bumil  5.  Promosi  dan 

pemanlauan

garam  beryodium  6.   PMT 

Penyuluhan  7.  Skrining  aklif 

[ GIZI KURANG

I

Tanpa kompllkasl Dengan kompllkasJ PMT PEMUUHAN   MPASI   (6­23 bin)  

PMT Lokal (24-59  bin)   Rawatlnap

(TFClPU8KJR8

+-- SOK

JAMKESMAS 

Bagan 1

Skema Konsep Pelayanan Gizi

Tujuan penyediaan makanan di panti (LKSA):

• Menyediakan makanan bagi anak di panti (LKSA)

dalam jumlah dan mutu yang memenuhi syarat

Menyediakan makanan yang memenuhi cita rasa dan

selera anak di panti (LKSA)

Menyediakan makanan yang memenuhi standar

sanitasi dengan mempertimbangkan fasilitas dan sumber dana yang tersedia

(25)

•   Menyediakan  makanan  secara  layak,  tepat  dan  cepat 

Tujuan  perbaikan gizi di panti  (LKSA) 

Meningkatkan  status  gizi  anak  di  panti  (LKSA)  melalui  penyelenggaraan  makanan  yang  cukup  dan  seimbang  sesuai  kecukupan  gizi  yang  dianjurkan,  aman,  serta  terpantaunya status gizi anak selama  di  panti  (LKSA). 

Indikator 

•   Persentase  anak  di  panti  (LKSA)  yang  ditimbang  •   Persentase  anak  di  panti  (LKSA)  yang  mendapat 

kapsul vitamin A 

•   Persentase  anak  di  panti  (LKSA)  yang  menggunakan  garam  beryodium 

Kegiatan 

•   Penyediaan  makanan  dengan  gizi  se'imbang 

dan  beraneka  ragam  yang  disesuaikan  dengan  kemampuan  panti  (LKSA) 

•   Suplemen  zat gizi  mikro  (Vitamin A). 

•   Pemberian  makanan  tambahan  untuk  anak  di  panti  (LKSA) 

•   Pemantauan  berkala status gizi anak di  panti  (LKSA)  •   Penyuluhan  gizi  terpadu/konseling gizi 

Instrument yang dipakai  untuk pelayanan gizi adalah: 

•   AKG  (Angka  Kecukupan  Gizi)  anak  (Lihat  Lampiran 

1 )

•   Anjuran  jumlah  porsi  menurut  kecukupan  energi  berdasarkan  kelompok umur (Lih at Lampi ran 2) 

•   Pengukuran  antropometri  menurut  TB/BB  (Lihat 

Lampiran  1) 

(26)

2.1.4 Promosi Kesehatan Oi Panti (LKSA)

Promosi  kesehatan  di  panti  (LKSA)  adalah  upaya  meningkatkan  pengetahuan,  kemauan  dan  kemampuan  kelompok  masyarakat  panti  (LKSA)  seperti  pemimpin, 

pengurus/pembina,  pengasuh,  anak­anak  panti 

(LKSA)  agar  dapat  mandiri  dalam  meningkatkan 

kesehatan,  mencegah  masalah­masalah  kesehatan,  dan  mengembangkan  upaya kesehatan  berbasis  masyarakat,  melalui  pembelajaran  dari ,  oleh,  untuk,  dan  bersama  mereka,  sesuai  sosial  budaya  mereka,  serta  didukung  kebijakan  publik yang  berwawasan  kesehatan. 

Tujuan Promosi Kesehatan Oi Panti (LKSA)

Meningkatkan  perilaku  penghuni  dan  pengelola  panti  (LKSA) yang peduli, tanggap dan mampu, mencegah serta  mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara  mandiri,  sehingga  derajat kesehatannya  meningkat. 

Manfaat Promosi Kesehatan Oi Panti (LKSA)

•   Terciptanya  panti  (LKSA)  yang  bersih  dan  sehat,  sehingga  pengelola  dan  penghuni  dan  masyarakat  di  lingkungan  panti  (LKSA)  terlindungi  dari berbagai  ancaman  penyakit. 

•   Mengenalkan  Perilaku  Hidup  Bersih  Sehat  (PHBS )  lebih  dini  agar  dapat  menjadi  perilaku  yang  menetap. 

•   Menciptakan  lingkungan  panti  (LKSA)  menjadi  lebih  bersih,  sehat,  dan  mandiri  dalam  memelihara  kesehatannya. 

•   Anak  panti  (LKSA)  tidak mudah  jatuh sakjt. . 

•   Meningkatkan  proses  belajar  ュ・ョセ。ェ。イ@ yang 

berdampak pada  prestasi  belajar di  panti  (LKSA)  •   Citra panti (LKSA) sebagai lembaga sosial meningkat. 

(27)

Kegiatan Promosi Kesehatan Di Panti (LKSA)

Banyak  sekali  tersedia  peluang  untuk  melaksanakan  promosi  kesehatan di panti  (LKSA).  Salah  satunya adalah  kegiatan  Perilaku  Hidup  Bersih  dan  Sehat  (PHBS)  bagi  penghuni  panti  (LKSA)  adalah  sebagai  berikut  : 

Membiasakan  perilaku  sehat  bagi  penghuni  panti  untuk  selalu  berperilaku sehat,  seperti  : 

1)  Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan  sabun  (CTPS) . 

2)  Mengkonsumsi  sayur  dan  buah  setiap hari.  3)  Buang  air besar dan  buang  air kecil  di  jamban  4)  Melakukan  aktivitas fisik/olah  raga  secara  teratur.  5)  Memberantas jentik nyamuk  secara  rutin. 

6)  Tidak  merokok di  lingkungan  panti  (LKSA). 

7)  Menimbang be rat badan  dan  mengukur tinggi  badan  setiap bulan. 

8)  Membuang  sampah  pada  tempatnya.  9)  Menggunakan  air bersih. 

Kegiatan PHBS di Panti (LKSA) berdasarkan tempat di panti (LKSA)

Kegiatan  promosi  kesehatan  di  panti  (LKSA)  pad a  hakikatnya  berupa  pemanfaatan  sarana­sarana  di  panti  (LKSA)  untuk  promosi  kesehatan.  Pemanfaatan  sarana  dapat  berupa  pembuatan  taman  obat  keluarga,  media  informasi  dan  lain­lain.  Dengan  demikian  sesungguhnya  tersedia  banyak  cara  untuk  melaksanakan  promosi  kesehatan  di  panti  (LKSA)  yang  dapat  dilaksanakan  di  beberapa  tempat seperti  : 

1. Oi Tam an

Gedung  panti  (LKSA)  pad a umumnya memiliki taman, 

balk

di  halaman  depan ,  di  sekelil ing ,  atau  pun  di  belakang  gedung.  Taman­taman  di  halaman  panti 
(28)

(LKSA)  memang  diperlukan  guna  memperindah  pemandangan  di  sekitar panti  (LKSA) . 

Namun  demikian  taman ­taman  ini  sebenarnya  dapat  pula  digunakan  sebagai  sarana  memperkenalkan  berbagai  jenis  tanaman  yang  berkhasiat  obat.  Jika  demikian,  maka  taman ­taman  tersebut  dapat  dikatakan  sebagai Tanaman  Obat  Keluarga  (TOGA). 

Banyak  jenis  tanaman  berkhasiat  obat  yang  dapat  ditanam di TOGA di panti  (LKSA),  yang selain  memiliki  daun  yan g indah ,  juga  bunga  dan  bahkan  buah  yang  menarik.  Taman  tidak  hanya  dapat  digunakan  untuk  menginformasikan  jenis­jenis  tanaman  berkhasiat  obat.  Oi  taman  panti  (LKSA)  juga  dapat  sekaligus  ditunjukkan  jenis­jenis  tanaman  dengan  kandungan  gizinya,  seperti  wortel ,  kacang ­kacangan ,  pohon  buah ,  ubi,  jagung,  kedelai  dan  lain­lain.  Bahkan  di  taman panti (LKSA) itu pun dapat ditampilkan berbagai  hewan  sumber  protein  hewani ,  kolam  beserta  ikan-ikan sungguhan juga dapat dibuat guna menambah keindahan taman.

2.

Di Oinding

Oi dinding panti (LKSA) juga dapat ditampilkan pesan-pesan promosi kesehatan. Namun demikian perlu dicermati agar penampilan pesan ini t idak merusak keindahan gedung panti (LKSA) . Oleh karena itu disarankan untuk sebaiknya memasang pesan-pesan kesehatan dalam bentuk poster atau stiker di tempat-tempat yang mudah dilihat orang.

3. Di Tempat Jbadah

Tempat ibadah yang tersedia di panti (LKSA) biasanya berupa tempat ibadah untuk kepentingan individu atau ke lomp ok kec il , sepe r ti m usholla . Tetapi t idak tertutup kemungkinan bahwa di kawasan panti (LKSA)

(29)

juga  berdiri  tempat  ibadah  yang  lebih  besar  seperti  masjid,  gereja,  pura , dan  lain­lain. 

Pesan­pesan  kesehatan  dapat  disampaikan  dalam 

bentuk  pemasangan  poster  atau  menyediakan 

leaflet, brosur  atau  selebaran  yang  dapat  diambil. 

Adapun  pesan ­pesan  yang  disampaikan  sebaiknya  berupa  pesan ­pesan  untuk  kesehatan  jiwa  dengan  pendekatan  keagamaan. 

3. Di Ruang Pertemuan/Aula Panti (LKSA)

Dalam  rangka  meningkatkan  kemampuan  penghuni  panti  (LKSA)  untuk  hidup  sehat  dapat  dilakukan  beberapa  kegiatan  di  ruang  pertemuan/aula  panti  (LKSA),  seperti: 

セ@ Konseling  kesehatan 

Konseling  kesehatan  tentang  hidup  bersi h  dan  sehat 

•   Penyuluhan  individu 

Melalui  penyuluhan  kesehatan  secara  individu  agar  penghuni  paham  secara  utuh  tentang  pentingnya  kesehatan  bagi  dirinya. 

•   Peyuluhan  kelompok 

Penyuluhan  kelompok  dengan  beberapa  oran g  membicarakan  tentang  perilaku  hid up  bersih  dan  sehat 

2.1.5 Penyehatan Lingkungan

Penyehatan  lingkungan  adalah  upaya  penyehatan,  pengamanan  dan  pengendalian  faktor  risiko  kesehatan  lingkungan  dalam  rangka  peningkatan  kualitas  media  lingkungan  fisik ,  kimia ,  biologis  dan  sosial  yang  dinyatakan  atau  diukur  dengan  nilai  ambang  batas ,  standar,  dan  atau  persyaratan  kesehatan  sesuai  dengan  peruntukannya. 

(30)

Untuk  mencapai  kondisi  dimaksud  diambil  beberapa  kebijakan  antara  lain  berupa  peningkatan 

komunikasi,  informasi  dan  edukasi  penyehatan 

lingkungan;  peningkatan  kemampuan  pencegahan  dan  penanggulangan  faktor  risiko;  memperkuat  surveilans  faktor risiko  lingkungan  dan  peningkatan  pemberdayaan  masyarakat dalam  kegiatan  penyehatan  lingkungan. 

Dalam  pelaksanaannya,  kegiatan penyehatan lingkungan  di panti (LKSA) yaitu  mengawasi faktor risiko lingkungan 

yang  berpengaruh  terhadap  kesehatan  penghuni 

panti  (LKSA) ,  sehingga  tidak  menimbulkan  gangguan  kesehatan,  serta  mencegah  penularan  penyakit  antar  penghuni  maupun  masyarakat  sekitar  dan  pencegahan  terjadinya  kecelakaan. 

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyehatan lingkungan  panti  (LKSA) , yaitu  meliputi  :  sanitasi  bangunan,  sarana  sanitasi,  higiene  dan  sanitasi  pangan,  pengendalian  pencemaran  udara terutama kualitas udara dalam  ruang 

(indoor air quality), suhu,  kelembaban ,  pencahayaan  dan  kebisingan  serta  pengendalian  gangguan  akibat  kecelakaan  yang  menyebabkan  cedera,  serta  vektor  penyakit dan  binatang  pengganggu . 

Kegiatannya yang  dilakukan adalah  : 

Pemantauan Kualitas Air Minum dan Air Bersih Panti (LKSA).

•   Kualitas  air harus  memenuhi  persyaratan  kesehatan  sesuai  dengan  peraturan yang  berlaku  (Permenkes  Nomor 4921MENKES/PER1201 0  tentang  Persyaratan  Kualitas  Air  Minum  dan  Permenkes  Nomor  4161

MENKES/PERI IXI 1999  tentang  Syarat­syarat  dan  Pengawasan  Kualitas Air Bersih) 

(31)

•   Kapasitas air bersih yang diperlukan adalah 60  literI

orang/hari. 

Pemantauan Sanitasi Bangunan dan Lingkungan serta Sarana Sanitasi Panti (LKSA).

Pemantauan  sanitasi  bangunan  dan  lingkungan  serta  sarana  sanitasi  panti  (LKSA)  meliputi  ruangan  yang  ada  di  dalam  panti  (LKSA)  seperti  ruang  tidur,  ruang  bermain , ruang bengkel/workshop , ruang makan maupun  ruangan  fungsional  lainnya ,  serta  halaman  panti  (LKSA)  harus  memen uhi  persyaratan  kesehatan  sesuai  dengan  peraturan  perundang­undangan  yang  berlaku,  antara  lain  yaitu; 

•   Bangunan  t idak  t erbuat  dari  bahan  yang  dapat 

melepas  za t ­zat  yang  dapat  membahayakan 

kesehatan , serta bah an  yang  dapat menj adi  t umbuh  dan  berkemb angnya  mi kroorganism e  pat hogen.  •   Bubun gan  gedung yang memili ki  t inggi  lebi h dari 10 

meter atau lebih, ha ru s dilengkapi dengan pe nangkal  petir. 

•   Lan git ­langit  harus  mudah  dibersi hkan  dan  t idak  raw an  kec elakaa n. 

•   Ti nggi  an ak  ta ngga  maksimal  20 cm,  lebar  t apa k  minimal 30 cm . 

•   Dinding  tidak  retak  dan  mudah  dibersihkan ,  dan  dinding kamar  mandi  serta  tempat cuci  harus  kedap  air. 

•   Lantai  harus  kedap  air  dan  mud ah  dibersihkan,  serta pertemuan antar dinding dan  lantai  berbentuk  "conus"  (melengkung). 

•   Ke padatan  hunian  ru an g  ti dur,  yaitu  l u as  r uang 

tidur minimal  8  meter2 /0rang  dan  tidak dianjurkan  digunakan  untuk lebih  dari  2 orang  tidur dalam  satu  ruang  tidur,  kecuali  anak dibawah  umur 5 ta hun. 

(32)

•   Kamar  mandi  dan  jamban  harus  mencukupi  untuk  jumlah  penghuni  panti  sesuai  standar  nasional  pengasuhan  anak  di  LKSA.  Jambanlurinoir untuk  laki­laki  minimal 1 :40,  perempuan  1 :20. 

•   Pengelolaan  pembuangan  kotoran  manusia  dan  limbah  rumah  tangga  harus  memenuhi  persyaratan  kesehatan  sesuai  dengan  peraturan  perundang-undangan  yang  berlaku. 

•   Pada  setiap  ruangan  ada  fasilitas  cuci  tangan  dHengkapi  dengan  air  yang  mengalir,  sabun  dan  saluran pembuangan limbahnya, dan jumlah fasilitas  cuci  tangan  adalah  2  buah  untuk  25  orang,  3  buah  untuk 26  ­ 50  orang  serta  disesuaikan  dengan  fungsi  ruangan. 

•   Ventilasi  alamiah  yang  permanen  minimal  10%  dari  luas  lantai,  sedangkan  untuk dapur 20%. 

•   Pencahayaan  alam  dan  atau  buatan,  langsung  maupun  tidak  langsung  dapat  menerangi  seluruh  ruangan  dan  tidak menyilaukan. 

•   Kelembaban  40  ­ 60%.  ­ 280

•   Suhu  18  C.

•   Bebas  kuman  dan  debu. 

•   Tingkat  kebisingan  di  lokasi  panti  (LKSA)  tidak  melebihi 45  ­ 55  dB 

•   Vektor  penyakit  dan  binatang  pengganggu  :  bebas  dari  lalat,  kecoa,  nyamuk Aedes Aegypti,  dan  tikus.  •   Halaman  panti  (LKSA)  dapat  ditanami  pepohonan 

yang  berfungsi  sebagai  pelindung,  penyejuk,  keindahan  dan  kelestarian  alam. 

Pemantauan Higiene Sanitasi Pangan

Pemantauan  higiene  sanitasi  pangan  meliputi  dapur,  penjamah  makanan,  peralatan  memasak ,  peralatan  makan  dan  minum,  penyimpanan  bahan  baku  makanan 

(33)

penyimpanan  makanan  siap  saji  serta  penyediaan  makanan,  dalam  rangka  menjamin  tidak  terjadinya  kontaminasi yang dapat menimbulkan keracunan. Tempat  pengelolaan  makanan  harus  memenuhi  persyaratan  kesehatan sesuai dengan peraturan perundang­undangan  yang  berlaku,  antara  lain  yaitu  : 

•   Ruangan  dapur harus dilengkapi sarana pembuangan  asap 

•   Ventilasi  dapur minimal 20% dari  luas  lantai 

Pemeriksaan  Kualitas  Udara  Dalam  Ruangan  (Indoor

Air Quality)

Pemeriksaan  kualitas  udara  dalam  ruangan  (indoor air quality) harus  memenuhi  persyaratan  kesehatan.  

Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu  

Pengendalian  vektor  dan  binatang  pengganggu  yaitu;   nyamuk,  lalat,  kecoa  dan  tikus ,  harus  memenuhi   persyaratan  kesehatan.  

Pelaksanaan  Kegiatan  Komunikasi,  Informasi  dan   Edukasi  (KIE)  

Melakukan  komunikasi,  informasi  dan  edukasi  tentang   penyehatan  lingkungan  untuk penanggungjawab,  penge-  lola dan  penghuni  panti  (LKSA).  

Melakukan  Pemberdayaan  

Melakukan  pemberdayaan  khususnya  pengelola  dan   penghuni  panti  (LKSA)  dalam  bidang  penyehatan   lingkungan.  

Pelaksanaan  kegiatan  pengukuran  parameter  kualitas  

lingkungan dilakukan 

oleh 

petugas 

kesehatan lingkungan  
(34)

atau petugas lainnya yang mempunyai kompetensi dalam  hal tersebut. 

Persyaratan  kesehatan  lingkungan  harus  dipenuhi  untuk  menjamin agar tidak menimbulkan gangguan  kesehatan,  serta  mencegah  penularan  penyakit  antar  penghuni  maupun  masyarakat  sekitar  dan  pencegahan  terjadinya  kecelakaan.  Oleh  karena  itu,  setiap  panti  (LKSA)  harus  berupaya  secara  optimal  untuk  memenuhi  persyaratan  tersebut. 

2.1.6 Pengendalian Penyakit

Upaya  pengendalian  penyakit  bertujuan  untuk 

melindungi  anak  di  panti  (LKSA)  terhadap  penyakit  menular  dan  penyakit  tidak  menular,  serta  mengurangi  dampak  yang  merugikan  terhadap  kelangsungan  hidup  dan  tumbuh  kembang  anak. 

Pengendalian terhadap Penyakit Menular dapat dilakukan melalui:

1.   Imunisasi 

2.   Penyuluhan  kesehatan 

3.   Pencegahan  penularan  penyakit 

•   Penyakit  bersumber  pada  binatang  misalnya  lalat,  kecoa,  tikus,  nyamuk,  antara  lain  :  melakukan  kebersihan  lingkungan  panti  (LKSA)  secara  rutin,  Pemberantasan  Sarang  Nyamuk  melalui 3M  (Menguras, Menutup dan Mengubur),  •   Penyakit  menular  lainnya  seperti  cacar  air,  campak,  dan  TB  dengan  cara  merawat  dan  memisahkan  anak  di  ruang  tersendiri,  khusus  untuk TB  perlu  ada  pengawas  minum obat  •   Penyakit yang  berpotensi  wabah  seperti  diare  : 

cara mencegah dengan menjaga kualitas sumber  air  minum,  kebersihan  peralatan  masak,  Cuci 

(35)

Tangan  Pakai  Sabun  (CTPS)  sebelum  makan  dan  setelah  buang air besar. 

4.   Pembinaan  lingkungan  panti  (LKSA)  yang  bersih  dan  sehat 

Pengendalian terhadap Penyakit Tidak Menular dapat dilakukan melalui:

1.   Penyuluhan  tentang  gizi  seimbang  dan  pola  hid up  sehat 

2.   Pemantauan  Tumbuh  Kembang  melalui  Buku  KIA/  KMS 

3.   Melakukan  aktivitas fisik  (olah  raga)  secara  teratur  4.   Apabila  terjadi  wabah  seperti  Diare,  Campak, 

keracunan  makanan,  maka pengelola/petugas panti  (LKSA)  harus  segera  melaporkan  kepada  puskesmas  setempat. 

Kegiatan  tersebut  di  atas  dapat  diintegrasikan  secara  lintas  program  melalui  kerjasama  antara  petugas  kesehatan  di  puskesmas  dengan  petugas/pengelola  panti  (LKSA). 

2.1.7 Kesehatan Jiwa

Pelayanan kesehatanjiwadi panti (LKSA)adalah pelayanan  yang  diberikan oleh petugas puskesmas  maupun  petugas  kesehatan panti  (LKSA)  yang bertujuan untuk memantau  dan  menangani  gangguan  perkembangan  mental  emo-sional  anak,  serta  memberikan  pendampingan  terhadap  anak yang  mempunyai  masalah  kesehatan  jiwa. 

Kegiatan  pelayanan  kesehatan  jiwa  anak  meliputi  4  aspek  yaitu: 

(36)

Upaya Promotif

•   Penyuluhan  tentang  Pola  Asuh  Anak,  Gangguan  Mental  Emosional  pada  anak  usia  dibawah  6  tahu n  dan  keterarnpilan  sosial  pad a anak dan  remaja  bagi  petugas  panti  (LKSA). 

Upaya Preventif

1.   Penerapan  program  pola  asuh  anak  oleh  petugas  panti  (LKSA). 

Z.   Deteksi  dini  dan  pelayanan  gangguan  mental  emosional  anak  oleh  petugas  kesehatan. 

3.   Konseling  masalah  kesehatan  jiwa  oleh  petugas  kesehatan  dan  petugas  panti  (LKSA)  terlatih. 

4.   Penerapan  keterampilan  sosial  pada  anak  dan  remaja. 

Upaya Kuratif

Memberikan  pelayanan  kesehatan  pad a  anak  yang  mempunyai  masalah  kesehatan  jiwa melalui: 

1.   Terapi / pengobatan  Z.   Konseling 

3.   Rujukan  ke  RS 

Upaya Rehabilitatif

1.   Konseling,  dan  terapi  jika diperlukan  Z.   Pendampingan  psikologis 

Pelayanan  kesehatan  jiwa anak meliputi: 

Pola Asuh Anak

Adalah  proses  mendid'ik  agar  kepribadian  anak  dapat  berkembang dengan baik.  Hakekatnya adalah pemberian  kasih  sayang,  rasa  aman,  disiplin  dan  contoh yang  baik . 

Pola  asuh  yang diberikan sejak dalam kandungan  sampai  usia  6 tahun  merupakan dasar  dari  perkembangan  anak. 

(37)

Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam  mengasuh  anak. 

Pola  asuh  dilaksanakan  oleh  petugas  di  panti  (LKSA)  melalui kerjasama dengan petugas puskesmas.  Pola asuh  diterapkan  sesuai  kelompok  umur  anak.  Agar  pola  asuh  dapat dijalankan dengan  optimal sebaiknya  : 

1.   Setiap  anak  memiliki  pengasuh  yang  tetap  yang  dapat ditemui setiap saat 

2.   Pengasuh  bertanggungjawab  untuk  memperhatikan  anak  secara  individual ,  termasuk  anak  ingin  berbicara  soal  masalah  pribadi. 

3.   Panti  (LKSA)  menyediakan  jadual  pertemuan  rutin  dengan  pengasuh  yang  diketahui oleh  anak  minimal  sekali  dalam seminggu. 

4.   Pengasuh  menyediakan  waktu  setiap  saat  jika  anak  memerlukan. 

Prinsip  dasar dalam  mengasuh  anak  adalah : 

1.   Menerapkan  nilai  agama  dalam  kehidupan  sehari-hari 

Petugas/pengelola  panti  (LKSA)  perlu  mengajarkan  nilai­nilai  agama  kepada  anak  sejak  usia  dini  dan  menerapkannya dalam  kehidupan  sehari­hari.  2.   Kasih  sayang 

Kasih  sayang  perlu  ditunjukkan  secara  wajar  sesuai  dengan  umur  anak,  misalnya  dengan  cara  mencium ,  membelai,  memuji ,  menepuk  bahunya,  mengucapkan  kata­kata  yang  menghibur  atau  meneguhkan  dan  lain­lain. 

3.   Disiplin yang  membangun 

Norma dan tata tertib sangat diperlukan anak dalam  menyesuaikan  diri dengan  lingkungannya. 

(38)

Ada 10 cara mendisiplinkan anak yaitu

•   Konsisten,  tidak  berubah­ubah,  artinya  perlu  adanya  kesepakatan  antara  ayah  dan  ibu  sehingga  setiap  tindakan  dalam  menanamkan  disiplin  tidak berubah. 

•   Jelas ,  artinya  memberi  aturan  yang  sederhana  dan  jelas sehingga  anak  mudah  melakukannya.  •   Memperhatikan  harga  diri  anak,  artinya  jangan 

menegur anak di depan orang lain, karena hal itu  akan membuat anak merasa malu sehingga tetap  mempertahankan  tingkah  lakunya tersebut.  •   Beralasan  dan  dapat dimengerti,  artinya al asan 

dan  tata  tertib  yang  berlaku  perlu  dijelaskan  kepada  anak  sehingga  anak  melakukan  dengan  penuh  kesadaran. 

•   Memberi  hadiah  bila  anak  berperilaku  baik  dan  sesuai  dengan  yang  diharapkan.  Hal  ini  dapat  menumbuhkan  rasa  percaya diri  pada  anak.  •   Berhati­hati dalam  memberi hukuman  bila anak 

berbuat salah ,  artinya  hukuman  yang  diberikan  jangan  sampai  menyakiti  fisik  ataupun  jiwa  anak.  Hukuman  merupakan  pilihan  terakhir,  lebih  baik  memuji  perbuatan  yang  benar  daripada  menghukum  kesalahan. 

•   Luwes,  artinya  jangan  terlalu  kaku  dalam  menerapkan  disiplin ,  harus  disesuaikan  dengan  situasi  dan  keadaan  anak. 

•   Keterlibatan  anak  artinya  sebaiknya  anak  dilibatkan  dalam  membuat  setiap  tata  te rtib  sehingga  anak  paham  bahwa  hal  itu  untuk  kepentingannya. 

•   Bersikap  tegas  (bukan  bersikap  kasar)  baik  dalam  tindakan  (fisi k )  maupun  perkataan.  •   Jangan  emosional  agar  anak  dapat  menyadari 

perilakunya dan  akibat yang  dapat dialaminya. 

(39)

4.   Luangkan  waktu  kebersamaan  Dapat ditunjukkan dengan:  •   Bermain  bersama 

•   Berbincang ­bincang,  saling  mendengar  dan  menanggapi 

•   Melatih keterampilan sehari­hari 

•   Melakukan  kegiatan  bersama  secara  teratur 

5.   Membedakan  antara yang  baik dan  buruk 

Hal  ini  sangat  diperlukan  agar  anak  mudah  menyesuaikan  diri  dengan  masyarakat,  contoh  bersikap  dan  berperilaku  sopan  san tun  terhadap  orang yang  lebih  tua. 

6.   Saling  menghargai 

Menciptakan  suasana  saling  menghargai  satu  sama  lain,  contoh  bila  orang  tua  berbuat  salah,  jangan  segan  untuk  segera  meminta  maaf.  Orang  tua  juga  perlu  mendorong  anak  agar  menghargai  dan  menghormati  orang  tua,  demikian juga sebaliknya. 

7.   Memperhatikan dan  mendengar pendapat anak 

Mendengarkan  dan  berusaha  untuk  mengerti 

pendapat anak tanpa dipengaruhi oleh pendapatnya. 

8.   Membantu  mengatasi  masalah 

Memahami  masalah  sesuai  sudut  pandang  anak  dan  berikan  beberapa  pendapat  serta  dorongan  untuk  memilih  sesuai  dengan  keadaannya. 

9.   Melatih anak mengenal diri sendiri dan lingkungannya  Mengajak  dan  melatih  anak  mengenal  dirinya,  emosinya  dan  cara  menyalurkan  emosi  yang  baik  agar tidak menyakiti  diri sendiri  dan  orang  lain. 

10.  Mengemba ngkan kemandirian 

Merangsang  inisiatif  dan  berikan  kebebasan  anak  untuk  mengembangkan  diri  dengan  memberikan 

(40)

pujian  sesuai  dengan  keadaannya  dan  jangan  memaksa  berlebihan. 

11.  Memahami  keterbatasan  anak 

Jangan  pernah  membandingkan  anak  yang  satu  dengan  lainnya. 

Pola Asuh  Menurut Umur : 

Mengasuh Anak  usia 0  ­ 1,5 tahun  : 

•   Bayi  sangat  bergantung  kepada  orang  lain  agar  bisa  mempertahankan  hidupnya. 

•   Tahap  meletakkan  rasa  aman  dan  rasa  percaya  pada  lingkungannya. 

•   Kelekatan  pengasuh  dan  anak harus dibina sejak dini  untuk menunjang perkembangannya. 

•   Bila  terlalu  banyak  pengasuh  dengan  cara  yang  berbeda­beda dapat membuat bayi  menjadi bingung.  •   Sentuhan kasih sayang dan kesiapan pengasuh sebagai  pengganti  ibu  kandung  setiap  saat  dibutuhkan  oleh  bayi  akan  meletakkan  dasar rasa  aman  dan  percaya.  •   Bayi  yang  sering  diajak  bermain  dan  berbicara  akan 

mencapai  perkembangan  yang  lebih  baik,  contohnya  anak dapat berbahasa  dengan  baik. 

Mengasuh  anak  usia  1,5 ­ 3 tahun  : 

Tahap  ini  merupakan  pembentukan  kemandirian. 

Anak  bergerak  kesana  kemari  meraih  dan 

menjangkau  sesuatu. 

Anak  dapat  menuntut  atau  menolak  sesuai  dengan  keinginannya. 

•  

Anak  egosentris,  memperlakukan orang  lain sebagai  objek sesuai  dengan  keinginannya. 

Memberikan  dorongan  agar  anak  dapat  berge rak  bebas,  namun  pengasuh  panti  harus  bersikap  tegas  untuk melindungl dar;  bahaya. 

Menghargai  dan  mengakui  kemampuan  anak. 
(41)

Hindari  pengekangan,  termasuk  hukuman  dan  penganiayaan  fisiko 

Mendorong  anak  mau  bermain  dengan  anak  lain. 

Memberi  anak  permainan  yang  sederhana. 

Mengajak  anak  berbicara  dengan  kalimat  pendek-pendek yang  mudah  dimengerti. 

Mengasuh anak usia 3 - 5 tahun

•   Anak  bersifat ingin  tahu. 

•   Anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama ,  ada  iniasitif tapi  tidak  mementingkan  hasilnya.  •   Anak  berpindah ­pindah  dan  meninggalkan  tugas 

yang diberikan  kepadanya. 

•   Anak mulai melihat adanya perbedaan jenis kelamin.  •   Melalui peristiwa ini anak dapat mengalami perasaan  sayang,  benci,  iri  hati ,  bersaing,  memiliki ,  takut  dan  cemas. 

•   Pada  tahap ini terjadi proses mencontoh peran yaitu  anak  laki  mencontoh  peran  ayah  sedangkan  anak  perempuan  mencontoh  peran  ibu. 

•   Membantu  anak  dalam  mengucapkan  kata­kata 

dengan  benar. 

•   Memberi  kesempatan  pada  anak  untuk  mengurus  diri sendiri. 

•   Jangan  menertawakan  atau  mengejeknya  bahkan  menakut­nakuti anak. 

•   Salurkan  inisiatif anak  ke  arah  yang  baik. 

•   Masa  yang  peka untuk belajar dengan cara bermain.  •   Pertumbuhan  fisik  dan  emosi  cepat. 

•   Usia  5 ­ 6 thn ,  anak  siap untuk sekolah. 

•   Anak  menguasai  tugas  sosial  yang  pertama:  dapat  mengontrol ,  dapat  berpakaian  dan  makan  sendiri ,  dapat mengontrol emosi  dan  perilakunya. 

•   Mengenal  konsep  kanan  dan  kiri 

(42)

•  

Mengenal  konsep  warna  pokok:  merah,  kuning,  hijau,  biru,  hitam dan  putih 

2.1.8 Pemeriksaan dan Pemeliharaan Kebersihan Diri

Anak di Panti  (LKSA)  pada umumnya mempunyai masalah  kesehatan diri terkait dengan pola hidup bersih dan sehat  seperti;  kebersihan,  rambut,  gigi  dan  mulut,  badan,  kuku,  tangan,  kaki  dan  pakaian.  Masalah  kebersihan  diri  harus dipantau setiap hari oleh  pengasuh  di panti  (LKSA)  dengan cara memperhatikan kebersihan dan  kesehatan  : 

1.   Rambut:  apakah rambut kusam  atau berkutu ; perlu  perawatan  dengan  shampo  minimal  3 kali  seminggu  atau  jika habis  bermain  dan  banyak  berkeringat.  2.   Gigi  dan  Mulut  :  memperhatikan  keadaan  rongga 

mulut,  gusi  dan  gigi  geligi  apakah  mulut  berbau,  gigi  berlubang  (caries dentist), adanya  plak  dan  karang  gigi,  gusi  bengkak  atau  mudah  berdarah,  perlu  diajarkan  cara  sikat  gigi  yang  bersih ,  benar  dan teratur 2 kali  sehari sehabis makan  dan sebelum  tidur. 

3.   Badan  :  memperhatikan  kulit  di  seluruh  badan  apakah  terdapat  kotoran  yang  melekat,  kulit  bersisik ,  penyakit  kulit  seperti  panu,  kurap,  gat al-gatal  ;  perlu  menjaga  kebersihan  badan  dengan  cara  mandi  minimal  2  kali  sehari  memakai  sabun,  air  bersih  dan  hand uk  bersih.  Khusus  untuk  remaja  perhatikan  kebersihan  diri  saat  haid  dengan  mengganti  pembalut yang  bersih  sesuai  kebutuhan .  4.   Kuku,  Tangan  dan  Kaki  :  perlu  diperhatikan  agar 

kuku  selalu  dipotong,  CTPS ,  selalu  memakai  alas  kaki  untuk mencegah  kecacingan. 

5.   Pakaian  memperhatikan  kebersihan  pakaian 

agar  selalu  ditukar  setelah  mandi,  jika  kotor  dan  berkeringat. 

(43)

2.2. PEMBIAYAAN

Pembiayaan  pelayanan  kesehatan  bagi  anak  di  panti  (LKSA)  berasal dari Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja Negara  (APBN),  Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja  Daerah  (APBD),  dan  sumber  dana  lainnya  yang  tidak  mengikat.  Dukungan  pembiayaan  pelayanan  kesehatan  anak  di  panti  (LKSA)  yang  berasal  dari  sumber  yang  tidak  mengikat  seperti;  Lembaga  Swadaya  Masyarakat  (LSM),  Bantuan  Luar  Negeri  (BLN),  dana  hibah,  dukungan pihak swasta  (C SR) dan partisipasi  masyarakat umum  lainnya. 

Dalam  rangka  meningkatkan  cakupan  dan  kualitas  pe layanan  kesehatan  anak  di  panti  (LKSA)  maka  perlu  dilakukan  perencanaan secara terpad u di t ingkat provinsi dan kabupat enl  kota  yang  melibatkan  semua  unsur  terkait  yan g  memberikan  pelayanan  kepada  anak  di  panti  (LKSA).  Hal  ini  ber t uju an  agar  dapat  melakukan  penyelar asan  prog ram  dan  efi sie nsi  peman fa atan  dana  di setiap  sektor  terkait seh ingga  pelaya nan  kese hat an anak di panti (LKSA)  dapat t erl aksan a tepat  sasaran. 

Sebagai  contoh  adanya  kerjasama  untuk  i mp lementasi  Program  Kesejahteraan  Sosia l  An ak  (PKSA),  dana  jamkesm as  dan  Biaya  Operasional  Keseha t an  (BOK).  Melalui  dana  PKSA  dapat  dimanfaatkan  untuk  tra nsport  bagi  anak  dan  orang  tua  (pendamping)  dalam  memperoleh  akses  pengoba tan  di  puskesmas  atau  rumah  sakit.  Sedangkan  biaya  pengobatan  bagi  anak  di  panti  (LKSA)  sudah  dapat  ditangani  dengan  Jamkesmas  berdasarka n  Kepmenkes  Nomor  12591 Menkesl  SK / XII12009  tentang  petunjuk  teknis  pelayanan  j amkesmas  bagi  masyarakat  miskin  akibat  bencana,  masyarakat  miskin  penghuni panti sosial, dan masyarakat miskin penghun i lembaga  pemasyarakatan  serta  rumah  tahanan  negara  atau  melalui  jamkesda.  Untuk  upaya  promotif  dan  preventif  di  panti  anak 

(44)

(LKSA)  seperti  penyuluhan,  kunjungan  untuk  imunisasi ,  maka  dapat  memanfaatkan  dana  BOK. 

2.3.

MEKANISME RUJUKAN

Pelaksanaan  pelayanan  kesehatan  rujukan  bagi  anak  di  panti  (LKSA)  mengacu  pada  sistem  dan  mekanisme  yang  ada  yaitu;  rujukan  dari  panti  (LKSA)  ke  puskesmas  dan  rumah  sakit.  Berdasarkan  Kepmenkes  Nomor  1259/Menkes/SK/XII/2009  tersebut di atas,  mekanisme rujukan tidak menggunakan  kartu  Jamkesmas  tetapi  hanya  dengan  rekomendasi  dinas  sosial  setempat. 

ANAK­ANAK 

...,... 

DI  PANTI 

DINAS SOSIAL セ@

SEMBUH 

­­

PUSKESMAS  I

L  

JAMKESMAS 

1

L

.---J

T

RUMAH SAKIT 

Bagan  2  Alur Rujukan 

Mekanisme  penanganan  kasus  rujukan :  pasien  datang  dengan  didampingi  oleh  satuan  bakti  pekerja  sosial  (sakti  peksos)1  tenaga  kesejahteraan  sosial  kecamatan Ipetugas  panti  (LKSA)  ke  puskesmas.  Setelah  dilakukan  registrasi ,  maka  dilakukan  pemeriksaan  kesehatan  dan  tindakan  sesuai  dengan  kondisi  pasien . Untuk kondisi  tertentu seperti  kedaruratan medis yang  tidak bisa ditangani di  puskesmas  atau kasus  yang memerlukan  penanganan  spesialistik,  maka  pasien  dirujuk  ke  Rumah  Sakit 

(45)

Umum  Daerah  (R5UD)  dengan  membawa  surat  pengantar  dari  puskesmas  dan  surat  rekomendasi  dari  dinas  sosial  setempat  sebagai  jaminan  untuk  pengobatan.  Apabila  pasien  dalam  keadaan  gawat  darurat  maka  surat  rekomendasi  dari  dinas  sosial  setempat dapat disusulkan. 

(46)

Bab 

3

PEMBINAAN DAN

PENGAWASAN

Sistim  Pencatatan  dan  Pelaporan  Terpadu  Puskesmas  (SP2TP)  merupakan  bagian  yang  tidak  terpisahkan  dari  Sistim  Inforrnasi  dan  Manajemen  Puskesmas  (SIMPUS),  seharusnya  mengakomodasi  semua  kebutuhan  Pencatatan  dan  Pelaporan  setiap  program  yang  dilaksanakan di Puskesmas.  Pembinaan kesehatan anak di panti (LKSA)  merupakan program kesehatan anak yang terintegrasi dilaksanakan di  panti (LKSA) oleh puskesmas dimana sebagian besar program tersebut  terkait dengan  program  pokok  puskesmas  seperti  kesehatan  ibu  dan  anak,  gizi,  dan  imunisasi yang  telah  memiliki format pencatatan dan  pelaporan. 

Dengan  adanya  dinamisasi  pengembangan  program,  maka  perlu  ditambahkan  beberapa  variabel  ke  dalam  sistim  pencatatan  dan  pelaporan  untuk  melengkapi  pembinaan  kesehatan  anak  di  panti  (LKSA). 

3.1.

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Kegiatan pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA) yang dicatat  meliputi  :  upaya  promotif,  preventif,  kuratif dan  rehabilitatif  (Lihat Lampiran 4). 

Pencatatan  dan  pelaporan  dilakukan  secara  berjenjang  yaitu  puskesmas  mencatat  semua  pelayanan  kesehatan  yang  dilakukan  di  panti  sesuai  dengan  format  yang  tersedia,  kemudian  hasilnya  dilaporkan  ke  dinas  kesehatan  kabupateni 

(47)

kota.  Rumah  sa kit  mencatat  ten tang  jumlah  dan  jenis  kasus  anak di  panti  (LKSA)  yang  dirujuk ke  rumah  sakit. 

Selanjutnya  dinas  kesehatan  kabupaten/kota  mengkompilasi  hasil  laporan  puskesmas  dan  rumah  sakit  pemerintah/swasta  di  kabupaten/kota,  kemudian  mencatat  dan  melaporkan  ke  Dinas  Kesehatan  Provinsi  sesuai  format yang  tersedia. 

Dinas  Kesehatan  Provinsi,  mengkompilasi  hasH  laporan  dari  Kabupaten/Kota dan  rumah  sakit dan  mengirim  ke  pusat yaitu  Kementerian  Kesehatan  cq  Direktorat  Bina  Kesehatan  Anak  untuk dimanfaatkan  sebagai  bahan  analisis  kebijakan. 

Alur  pencatatan  dan  pelaporan  tentang  penanganan  anak  di  panti  (LKSA)  secara  skematis  dapat  dilihat  pad a  bagan  di  bawah  ini 

KEMENTERIAN KESEHATAN

l

RS

r

_ _ RSUPN PEMERINTAH/ DINKES PROV

SWASTA

­-1

RS DINKES

PEMERINTAH/

­­

KAB/KOTA SWASTA

1

PUSKESMAS

BBBBO セセ

BoB@

PANTI

Bagan  3  

Mekanisme Pencatatan  dan  Pelaporan   Program  Pelayanan  Kesehatan Anak  di  Panti  (LKSA)  

3.2. MONITORING DAN EVALUASI

Untuk  mengetahui  kemajuan  pelaksanaan,  masalah,  dan  hambatan  yang  dihadapi  dalam  kegiatan  program  pelayanan 

(48)

kesehatan anak di panti (LKSA), maka perlu dilakukan monitoring  dan  evaluasi  dengan  menggunakan  instrumen  pemantauan  sebagaimana  terlampir (Lampiran  7 dan  seterusnya). 

Kegiatan  tersebut dilakukan  secara  berjenjang yaitu  : 

1.   Puskesmas  memantau  pelaksanaan  kegiatan  di  panti  (LKSA)  melalui  kunjungan  lapangan  atau  terintegrasi  dengan  kegiatan  program  lainnya. 

2.   Kabupaten/kota  melakukan  monitoring  dan  evaluasi  terhadap  pelaksanaan  program  di  tingkat  puskesmas  melalui kunjungan lapangan atau melaksanakan pertemuan  evaluasi. 

3.   Provinsi  melakukan  monitoring  dan  evaluasi  di  tingkat  kabupaten/kota  melalui  kunjungan  lapangan  atau  melalui  pertemuan evaluasi. 

4.   Pusat melakukan monitoring dan evaluasi di tingkat provinsi  melalui  kunjungan  lapangan  atau  melalui  pertemuan  evaluasi  tingkat nasional. 

3.3. INDIKATOR

Indikator  program  pelayanan  kesehatan  anak  di  panti  (LKSA)  adalah minimal di setiap kabupaten/kota terdapat 1 puskesmas  membina  panti  (LKSA)  di wilayah  kerjanya. 

Catatan: 

Definisi  Operasional  Puskesmas  membina  panti  (LKSA)  adalah  puskesmas  yang  melaksanakan  pelayanan  kesehatan  anak  di  Panti  (LKSA)  yang  meliputi: 

Pengobatan  Imunisasi  Gizi 

Promosi  Kesehatan  (penyuluhan)  Kesehatan  Jiwa 

Kesehatan  Gigi  dan  Mulut 

Penyehatan  Lingkungan  dan  Pengendalian  Penyakit 

(49)

4

Bab 

PENUTUP

Pelayanan  kesehatan  bagi  anak di panti  (LKSA)  merupakan pelayanan  yang  multisektoral  dan  terintegrasi  dengan  berbagai  program  kesehatan  anak  sehingga  perlu  mendapat perhatian  dan  penanganan  secara  komprehensif. 

Dalam  rangka  meningkatkan  cakupan  dan  kualitas  pelayanan  kesehatan  anak  di  panti  (LKSA),  maka  perlu  dilakukan  koordinasi  dengan  semua  sektor  terkait  sehingga  upaya  pemenuhan  hak­hak  anak  di  bidang  kesehatan  dapat  dilaksanakan  untuk  mewujudkan  anak  di  panti  (LKSA)  yang  sehat dan  berkualitas. 

Puskesmas mengemban tugas untuk melakukan pembinaan kesehatan  anak  di  panti  (LKSA)  perlu  membuat  perencanaan  dan  menyusun  program  yang  terarah 

Gambar

Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang
TABEL ANGKA  KECUKUPAN  GIZI  2004 BAGI  ORANG  INDONESIA 

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Mengenai Evaluasi Kelayakan Tarif Angkutan Umum Perdesaan Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) di Kabupaten Kebumen – Jawa Tengah (Studi Kasus

Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap cakupan balita ditimbang berat badannya (D/S) di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap cakupan balita ditimbang berat badannya (D/S) di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dikeluarkan oleh pemerintah dengan harapan dapat berkontribusi dalam meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan

4) l\ilencairkan dana kegiatan sesuai yang disepakati dalam Surat Perjanjian Kerjasama Operasional (Kontrak) inj... 2) Mendapatkan biaya pelaksanaan kegiatan Audit

19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan dan Dukungan.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional

Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Puskesmas Teladan juga menjelaskan hal yang sama bahwa penggunaan dana BOK tidak sesuai dengan perincian dana yang sudah direncanakan karena