MILIK PERPUSTAKAAN KEMENTERIAN KESEHATAN
613 .0432 ind o p
Pedoman
Pelayanan Kesehatan
Anak Oi Panti
ー LN イBオ
セ エャGォBBョ@
Oepkes.-0/3
f) lp)..-N '). In d uk : "GANセ N_Ziヲ_MMZ
N_Zヲ_ORZ@
/nc/
• q" T"'rt 1'1 II : ....
7..
WGZN@ Nᄁ_Z
N@ _NセAAZ@
ta
l.J
セ iNI@ ・エ@
Ds ri : ... ... .../f...
NDirektorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Kesehatan Anak
TIM PENYUSUN
PEOOMAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK 01 PANTI
Pengarah :
dr. Kirana Pritasari, MQIH
Direktur Bina Kesehatan Anak, Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI
Tim Penyusun :
1. Ketua: dr. Penina Regina Bebena, MPHM 2. Narasumber: DR. dr. Rini Sekartini, SpA (K) 3. Anggota:
1) lip Syaiful, SKM, M. Kes 2) drg. Dara Pahlarini 3) Drs. Sri Wahyudhi , M.Kes 4) Drs. Agus Hasyim Ibrahim 5) Dra. Hj. Ucu Rahayu, MM 6) Bayu Aji, SE, MSc, PH
7) Suharni Simbolon, SKM, M.Kes 8) Diah Wati, SKM, M.Kes
9) Dr. Linda Siti Rohaeti, MKM 10) Iwan Kurniawan, SE
11) dr. Made Yosi Purbadi 12) drg. Naneu Retna Arfani 13) dr. Laila Mahmudah 14) Maya Raiyan, S.Psi 15) Sriyati Mardiyana
Kontributor :
1) Kementerian Sosial RI 2) Dinas Sosial DKI Jakarta
3) Puskesmas Kembangan, Jakarta Barat
Art Designer:
1) Bayu Aji, SE, MSc, PH 2) Umarjono Hadi, S.Sn
Tim Administrasi : 1. Sartiyem, SKM
KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas karuniaNya sehingga buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Panti (LKSA) dapat disu-sun. Pedoman ini merupakan salah satu wujud upaya pemenuhan hak anak di panti (LKSA) untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sebagai amanat dari Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang ter-libat dalam proses penyusunan pedoman ini.
Diharapkan buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Panti (LKSA) dapat menjadi acuan bagi pengelola program kesehatan, petugas kesehatan di puskesmas dan pengelola panti untuk melak-sanakan pembinaan kesehatan anak di panti (LKSA).
Kami sangat mengharapkan masukan dan saran dari para peng-guna buku pedoman ini, agar kelak dapat disempurnakan. Semoga Tuhan memudahkan upaya kita bersama untuk menjamin kualitas hidup anak di panti (LKSA) melalui upaya pembinaan kesehatan.
Oktober, 2011
Direktur· esehatan Anak
DAFTAR lSI
Kata Pengantar ... .. . . .... . iii
Daftar lsi . ... . ... .... ... . . . iv
Daftar Bagan ... . . . .. .. ... .. .. . .. . . . ... . ... . v
Daftar Lampiran .. . .. ... . .. .... .. ... . . ... . .... .. ... . vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 . LATAR BELAKANG ... . .... . ... . . .... .. .. . . . 1.2. TUJUAN ... . .... . ... . ... . 4
1.3. SASARAN ... . ... . 5
1.4. PENGERTIAN... 5
1.5. LANDASAN HUKUM ... . ... 7
1.6. KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL . . ... ... 8
1.6.1 Kebijakan... .. ... 8
1.6.2 Strategi Operasional ... ... . . ... 8
1.7. RUANGLlNGKUP... ... .... . ... 8
BAB 2 PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI PANTI (LKSA) 2.1 . JENIS PELAYANAN 13 2.1.1 Pengobatan 13 2.1.2 Pelayanan Imunisasi ... .... . ... . . ... . ... 13
2.1.3 Pelayanan Gizi ... . ... . ... . ... 14
2.1.4 Promosi Kesehatan di Panti (LKSA) ... 17
2.1.5 Penyehatan Lingkungan ... ... . ... 20
2.1.6 Pengendalian Penyakit .. . . ... 25
2.1.7 Kesehatan Jiwa .... .... . . ... 26
2.1.8 Pemeriksaan dan Pemeliharaan Kebersihan 33 Diri ... .. ... . 2.2. PEMBIAYMN ... . .... .. . . ... ·· 34
2. 3. MEKANISME RUJUKAN ... ... ... 35
BAB 3 PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 3.1. PENCATATAN DAN PELAPORAN ... . .... ... 37
3.2. MONITORING DAN EVALUASI . ... .. ... . ... 38
3. 3. INDIKATOR ... . .... .... . ... ... .. . .. . ... .. . ... . ... . .. 39
BAB 4 PENUTUP ... . ... . ... . ... 40
41 DAFTAR RUJUKAN ... .. .. .. ... .
56 DAFTAR SINGKATAN ... .. . . ... .. . . ... .. . .
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Skema Konsep Pelayanan Gizi 15
Bagan 2 Alur Rujukan
35
Bagan 3 Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan 38
Program Pelayanan Kesehatan Anak di Panti (LKSA)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang 44
Indonesia
Komposisi Kebutuhan Pangan untuk Memenuhi 45
Kecukupan Gizi Berdasarkan Kelompok Umur
Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah (4 - 15 Tahun) 46
Form Pencatatan Pelayanan Kesehatan Anak di Panti
47
(LKSA) Puskesmas
Laporan Rekapitulasi Pencatatan Pelayanan 48
Kesehatan Anak di Panti (LKSA) Kabupatenl Kota
Laporan Rekapitulasi Pencatatan Pelayanan 49
Kesehatan Anak di Panti (LKSA) Provinsi
instrumen Pemantauan Pelayanan Kesehatan Anak 50
di Panti (LKSA) di Puskesmas
instrumen Pemantauan Pelayanan Kesehatan Ana k
52
di Panti (LKSA) di Kabupaten / Kota
lnstrumen Pemantauan Pelayanan Kesehatan Anak 54
di Panti (LKSA) di Propinsi
[image:9.595.65.427.109.361.2]Bab
1
PENDAHULUAN
1
.1. LATAR BELAKANG
Anak memiliki potensi untuk melanjutkan pembangunan bangsa karena itu perlu diperhatikan dan dilindungi oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara. UUD Tahun 1945 pasal 34 menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara . Hal ini sejalan dengan amanat Undang Undang Perlindungan Anak No. 23 tahun 2002 bahwa pemerintah bertanggung jawab menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang , dan berpartisipasi , secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan , serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Dalam kenyataannya tidak semua anak di Indonesia berada dalam kondisi beruntung dapat tinggal di rumah bersama dengan orangtua atau keluarga mereka, dan tidak semua anak yang dilahirkan berasal dari keluarga yang mampu. Sebagaimana diketahui bahwa berbagai alasan dapat menyebabkan banyak keluarga tidak mampu menjalankan pengasuhan bagi anak yang dilahirkan, diantaranya karena faktor kemiskinan .
Berdasarkan data UNICEF pada laporan Save The Children Tahun 2008 menyatakan bahwa hanya sebagian kecil anak yang berada di Panti Asuhan ya ng be nar -benar ya tim piatu (6%) dan
90% diantaranya masih memiliki salah satu anggota keluarga .
Padahal keluarga merupakan lingkungan terbaik bagi anak untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, sebagian besar anak di Panti dapat digolongkan sebagai "anak terlantar" yang diakibatkan oleh disfungsi keluarga atau ketidakmampuan keluarga mencukupkan kebutuhan dasar anak yaitu asah, asih, dan asuh. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor kemiskinan, kurangnya lapangan pekerjaan, serta tingkat pendidikan orang tua yang masih rendah.
Masalah kesehatan anak di panti (LKSA) tidak jauh berbeda dengan anak lainnya yaitu terkait dengan kesehatan bayi, balita, anak usia sekolah dan remaja.
Anak yang berada di panti (LKSA) memiliki hak dan kedudukan yang sama dengan anak lainnya antara lain hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas. Puskesmas sebagai unit teknis pelayanan kesehatan di lapangan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi semua komunitas di wilayah kerjanya termasuk panti (LKSA). Dengan terbitnya Inpres No. 3 tahun 2010 di mana salah satu indikatornya terkait dengan pembinaan kesehatan anak di panti (LKSA) maka puskesmas diwajibkan memberikan pelayanan kesehatan anak secara komprehensif di panti (LKSA) yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Undang-Undang No . 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 8: menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial agar pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA) dapat diberikan sesuai haknya.
Program pemerintah melalui Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah memiliki kebijakan dengan berbagai program yang diimplementasikan kepada anak terlantar yaitu Program
Kesejahteraan Sosial Anak, adanya Jamkesmas, dana BOK dan dana BOS.
Menurut data Kementerian Sosial RI tahun 2008 jumlah Panti Asuhan di seluruh Indonesia diperkirakan terdapat
5.000 sid
8.000 panti yang mengasuh hampir 500.000 anak. Sebagian besar Panti Asuhan diselenggarakan oleh organisasi kemasyarakatan. Pada tahun 2011 Kementerian Sosial RI menyatakan bahwa terdapat sekitar 8 juta "anak terlantar" yang berada di seluruh Indonesia, diantaranya hanya sekitar 4% (142.530 anak) yang memperoleh bantuan sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). Pelaksanaan PKSA ini melalui pendekatan panti atau Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang teregistrasi yaitu sebanyak 5.849. Namun hanya 3.136 Panti (LKSA) yang mendapat pembinaan kesehatan oleh puskesmas. Kemudahan bagi anak terlantar untuk memperoleh akses pelayanan kesehatan di fasilitaskesehatan telah tersedia dengan memanfaatkan dana
Jamkesmas melalui surat rekomendasi dinas sosial setempat .
Implementasi PKSA seharusnya mendukung program kesehatan dan pendidikan agar anak terlantar bisa memperoleh akses pendidikan di sekolah dan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Kementerian Kesehatan RI telah memfasilitasi puskesmas untuk melakukan pembinaan kesehatan bagi anak di panti (LKSA) yang teregistrasi. Berdasarkan hasH monitoring dan evaluasi program , sebagian besar tenaga kesehatan belum memahami pelayanan kesehatan anak yang seharusnya diberikan bagi anak di panti (LKSA). Hal ini disebabkan oleh karena masih kurangnya sosialisasi tentang kebijakan pemerintah pusat di daerah dan dukungan pemerintah daerah yang belum optimal.
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 ten tang Pemerintahan Daerah , daerah mempunyai kewenangan untuk melaksanakan se mua kebutuhan pelayanan sesuai permasalahannya termasuk masalah anak terlantar. Inpres No. 3 tahun 2010 ditujukan
an tara lain kepada seluruh Gubernur, Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia untuk dilaksanakan sesuai sasaran "program yang berkeadilan" diantaranya bagi anak terlantar. Dalam kenyataan, pelaksanaannya belum terkoordinasi dengan baik oleh karena berbagai faktor yang mempengaruhi seperti sumber daya maupun sumber dana yang terbatas.
Dalam rangka meningkatkan status kesehatan anak di panti (LKSA), perlu ditingkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait, agar semua kebutuhan pelayanan kesehatan anak dapat dilaksanakan secara integrasi dan komprehensif. Hal ini memerlukan dukungan faktor lain di luar kesehatan seperti ketersediaan air bersih, terjaminnya lingkungan yang sehat dan keamanan pangan. Program kesehatan anak yang sudah dilaksanakan melalui puskesmas dengan berbagai buku pedoman secara umum, juga dapat dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA). Hal ini sangat tergantung dari kemampuan petugas pemberi layanan untuk mengkemas program tersebut sesuai kebutuhan anak di panti (LKSA).
Oleh karena itu untuk lebih memudahkan pelaksanaan pembinaan kesehatan anak di panti (LKSA) diperlukan suatu Pedoman tentang Pelayanan Kesehatan Anak di Panti (LKSA) sebagai acuan bagi petugas pemberi layanan. Buku ini diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA).
1.2.
TUJUAN1. Sebagai pedoman bagi petugas kesehatan dalam
memberikan layanan kesehatan kepada anak di panti
(LKSA)
2. Terlaksananya pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA) secara terintegrasi
3. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait dalam pembinaan kesehatan anak di pan t; (LKSA)
4. Terpenuhinya hak-hak anak di panti (LKSA) untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal
1.3. SASARAN
Sasaran Langsung
1 . Tenaga kesehatan di Puskesmas
2. Penanggung jawab di klinik panti (LKSA) 3. Pengelola dan pengasuh panti anak
4. Pengelola program kesehatan anak di dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
5. Pengelola lintas program dan l'intas sektor terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
Sasaran Tidak Langsung 1. Anak di panti (LKSA)
2. Keluarga anak di panti (LKSA)
1.4. PENGERTIAN
1. Anak adalah seseorang yang berusia 0-18 tahun termasuk anak di dalam kandungan (Undang-Undang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002) .
2. Anak Terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orang
tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara rohani , jasmani maupun sosial (Undang-Undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak).
3. Panti Anak adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
(LKSA) yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak terlantar yang berada di dalam panti maupun anak terlantar di lingkungan sekitar panti/ pelayanan lua r panti.
Merujuk pad a Standar Nasional Pengasuhan Anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak tahun 2011 , maka
is tilah panti selanjutnya diganti m e njadi Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).
4. Pelayanan Kesehatan Anak adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
5. Pengasuh Panti (LKSA) adalah tenaga yang bertugas untuk
memberikan pengasuhan dan pendampingan pada
anak-anak di panti.
6. Pengelola Panti (LKSA) adalah tenaga yang mengelola panti
dari segi manajemen dan administrasi.
7. Program Kesejahteraan Sosial Anak adalah upaya yang
terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi hak dasar anak melalui:
• Bantuan/subsidi pemenuhan kebutuhan dasar (sandang, pangan, peningkatan gizi)
• Aksesibiltas pelayanan sosial dasar (akses"ibilitas terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, akte kelahiran)
• Pengembangan potensi diri dan kreativitas anak • Penguatan tanggungjawab orang tua/keluarga
• Penguatan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
8. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri di bidang kesehatan, serta memiliki pengetahuan dan atau keterarnpilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
9. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) Dinas
Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja tertentu (kecamatan). Puskesmas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan I atau kegiatan teknis penunjang dinas kesehatan kabupaten/kota.
10. Kesehatan Lingkungan adalah upaya penyehatan, pengamanan dan pengendalian dalam rangka peningkatan
kualitas media lingkungan fisik, kimia, biologis dan sosial yang dinyatakan atau diukur dengan nilai am bang batas, standar, dan atau persyaratan kesehatan sesuai dengan peruntukannya.
1.5. LANDASAN HUKUM
1. UndangUndang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 1 bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin , bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
2. UndangUndang Nomor4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
3. UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
4. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. UndangUndang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial.
6. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
7. UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisti m Pendidikan Nasional.
8. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Child (Konvensi tentang Hakhak Anak).
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 494/Menkes/SK/IV12010 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan .
10. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1259
I
MenkeslSKI
XII12009 ten tang Program Jamkesmas bagi Penghuni Panti Sosial, Korban Bencana dan Penghuni Lapas dan Rutan.11. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1081 HUK12009 ten tang Akreditasi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial.
12. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 301
HUK12011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.
13. Keputusan Menteri Sosial Nomor 15A/HUK12010 ten tang Panduan Umum PKSA.
1.6. KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL
1.6.1 Kebijakan
Kebijakan kesehatan bagi anak di panti (LKSA) merupakan suatu kesatuan dari kebijakan kesehatan bagi anak secara umum. Arah kebijakan difokuskan pada upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup anak dalam rangka pemenuhan hakhak anak.
1.6.2 Strategi Operasional
.. Meni ngkatkan pemahaman para pengelola program dan petugas peiayanan kesehatan bagi anak di panti (LKSA).
.. Meningkatkan Koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam keterpaduan gerencanaan , pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi kesehatan anak di panti (LKSA).
• Meningkatkan dukungan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di panti (LKSA)
• Meningkatkan dukungan pembiayaan bag; pelayanan kesehatan anak di pant; (LKSA)
• Meningkatkan peran serta keluarga, masyarakat dalam mendukung pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA)
• Meningkatkan sistim informasi, pencatatan dan pelaporan.
1.7. RUANG LlNGKUP
Cakupan pelayan an terhadap kesehatan anak di panti (LKSA)
I
adalah usia 0 - 18 tahun, yang meliputi:
• Pelayanan kesehatan bayi
• Pelayanan kesehatan balita dan anak pra sekolah
• Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja
Upaya pelayanan yang dilakukan mencakup upaya promotif, preventif, kura tif dan rehabilitatif.
Berikut ini tabel paket pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA) :
Tabel Paket Pelayanan Kesehatan Anak di Panti Berdasarkan Usia dan Jenis Pelayanan
USIA PROMOTIF PREVENTIF KURATIF REHABILITATIF I
Bayi 11 . Penyuluhan Gizi 1 . Imunisasi Pengobatan Rujukan ke
I tentang Pembe·
z.
S t i m u I a s i , sesuai jenis Rumah SakitI
rian Makanan Deteksi dan penyakit (RS) , Rehabili ·
Bayi dan Anak Interven si Dini tasi Bersumber
I
(PMBA ) Tumbuh Kembang daya Masyara
Z. Penyuluhan Pola (SDIDTK) kat (RBM) jika
Asuh Anak 3. P e m b e ria n programnya
3. Pemanfaatan Vitamin A ada di wilayah
Buku KIA 4 . Penerapan Pola kerja setempat
4. Penyu l uhan Asuh Anak
Kesehatan 5. Pen y e hat a n
Lingkungan Lingkungan
Anak 1 . Penyuluhan 1.Stimulasi , Pengobatan Rujukan ke
Balita Gizi tentang Deteksi dan sesuai jenis Rumah Sakit
Pember i an !ntervensi Dini
I
penyakit (RS) , Rehabili Makanan Bayi Tumbuh Kembang tasi Bersumber
, dan Anak (PMBA) (SDIDTK )
daya Masyara
I
z.
Penyuluhan Pola Z. P e m b e ria n kat (RBM) jikaAsuh Anak I Vitamin A programnya
3. Pemanfaatan 3. Penerapan Pola ada di wilayah
Buku KIA Asuh Anak kerja setempat
4. Penyuluhan 4. Deteksi Dini
Gangguan Mental
L 1
Kesehatan Gigidan Mulut , Emosional
5 . P e n y u l u han
Gangguan Mental Emosional
USIA PROMOTIF PREVENTIF KURATIF REHABILITATIF 6. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan 5.Penyehatan Lingkungan
Anak 1. Penyuluhan 1. Imunisasi Pengobatan Rujukan ke
Usia kesehatan dan 2.Penjaringan sesuai jenis Rumah Sakit
Sekolah konseling (PHBS,
Gizi, NAPZA, HIV-AIDS)
2. Pen y u l u han
kesehatan gigi
dan mulut 3. Pen y u l u han
Kesehatan Lingkungan kesehatan anak usia sekolah 3.Penyehatan Lingkungan
penyakit (RS),
Rehabili-tasi Bersumber daya Masyara-kat (RBM) jika programnya ada di wilayah kerja setempat
Remaja 1.Penyuluhan
kesehatan dan
konseling (PHBS, k e s e hat a n reproduksi
remaja, Gizi,
NAPZA, HIVAIDS) 2. Keg i a tan
Konseling Sebaya 3. Pen y u l u han
K e s e hat a n Lingkungan 1.Kegiatan Konseling Sebaya 2.Penjaringan kesehatan 3.lmunisasi
4 . Pen did i k a n Keterampilan
Hidup Sehat
(PKHS)
5. Pemberian tablet tambah darah 6. Pen y e hat a n Lingkungan Pengobatan sesuai jenis penyakit Rujukan ke Rumah Sakit (RS), Rehabili-tasi Bersumber daya Masyara-kat (RBM) j i ka programnya ada di wilayah kerja setempat
Catatan:
1. Pelayanan pengobatan dilakukan di dalam dan di luar gedung panti (LKSA)
2. Perlu disediakan ruang khusus untuk pengobatan di panti (LKSA)
3. Pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan dilakukan pada lingkungan panti termasuk lingkungan sekitar panti (LKSA)
MfLlK PE RPU Sl'AKAAN KEMENTERIAN KESEHATAN
Paket pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas kesehatan di puskesmas melalui kerjasama dengan petugas panti (LKSA) baik di dalam maupun di luar panti (LKSA). Untuk meningkatkan cakupan pelayanan, perlu dilakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor terlebih dahulu agar pelayanan kesehatan bagi anak di panti (LI<SA) dapat diintegrasikan dengan kegiatan yang ada di puskesmas dan jaringannya serta di posyandu.
Contoh: pemberian imunisasi bagi bayi bisa dilakukan di posyandu, poskesdes, pustu, dan puskesmas, sedangkan imunisasi pada anak panti (LKSA) yang berusia sekolah hanya dilakukan di sekolah.
Instrumen yang dipakai dalam pelayanan kesehatan anak di panti merujuk pada berbagai pedoman pelayanan kesehatan yang sudah ada, antara lain:
1. Paket pelayanan Bayi Baru Lahir :
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Buku Pedoman Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak, Buku KIA, Buku Pedoman Pemberian
Makanan Bayi dan Anak (PMBA), Buku Pedoma n
Penyelenggaraan Imunisasi, dan Buku Pedoman Pola Asuh untuk Bayi Baru Lahir.
2. Paket pelayanan anak balita dan anak pra sekolah
Buku Pedoman Pemberian Kapsul Vit A, Buku Pedoman SDIDTK, Buku KIA, Buku Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA), dan Buku Pedoman Deteksi Dini Gangguan Mental Emosional/GME Anak Usia 6 Tahun Ke Bawah.
3. Paket pelayanan anak usia sekolah dan remaja
Buku Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar, Buku Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Lanjutan, Buku Pedoman Usaha Kesehatan Sekolah di Tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Pondok Pesantren, Buku Panduan Kesehatan Remaja Pra Nikah
(IMS, HIVAIDS, NAPZA), Buku Pedoman UKGS, Buku Teknik Konseling Kesehatan Remaja bagi Petugas PKPR, Buku Teknik Konseling Kesehatan Remaja bagi Konselor Sebaya, Buku Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS, Buku Pedoman untuk Tenaga Kesehatan UKS di Tingkat SD, SMP dan Pesantren, Buku Pedoman Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat, dan Buku Pedoman Keterampilan Sosial bagi Anak dan Remaja.
4. Pedoman lainnya:
Buku pedoman tentang kesehatan lingkungan seperti air minum, air bersih, penyehatan makanan dan minuman , pengamanan limbah, udara serta kebisingan, dan penyehatan tempattempat umum, dan Buku Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Bab
2
PELAYANAN KESEHATAN
ANAK 01 PANTI (LKSA)
2.1. JENIS PELAYANAN
Pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA) merupakan pelayanan kesehatan secara komprehensif yang meliputi :
2. 1 .
1 PengobatanPengobatan dilakukan sesuai jenis penyakit
2.1 . 2 Pelayanan Imunisasi
Pemberian imunisasi adalah salah satu cara untuk melindungi anak dan masyarakat sekitarnya terhadap penyakit yang sebenarnya sudah dapat dicegah. Jika anak tidak diimunisasi akan menimbulkan risiko terjadinya penyakit pada dirinya dan penularan terhadap masyarakat di sekitarnya. Dengan kata lain pemberian imunisasi merupakan suatu amal perbuatan baik untuk melindungi anak terhadap penyakit yang dapat dicegah.
Setiap anak usia 0 11 bulan yang tinggal di panti (LKSA) berhak mendapatkan imunisasi dasar lengkap, yang meliputi :
UMUR VAKSIN
-
-0-7 hari HB 0
1 bulan BeG, Polio 1
2 bulan DPT-HB1,Polio2
3 bulan DPT-HB2, Polio3
Selain pemberian imunisasi dasar lengkap, anak di panti (LKSA) yang mengikuti sekolah dasar atau yang sederajat kelas I s.d kelas III berhak mendapatkan imunisasi anak sekolah atau yang lebih dikenal dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), yang meliputi :
IMUNISASI ANAK SEKOLAH PEMBERIAN IMUNISASI
Kelas 1 DT, Campak
Kelas 2 Td
Kelas 3 Td
Pemberian pelayanan imunisasi untuk anak di panti (LKSA) ini diberikan di pos pelayanan kesehatan terdekat seperti : Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes, Posyandu untuk pemberian imunisasi dasar len gkap pada setiap anak usia 0 11 bulan dan di instan si sekolah dasar atau yang sederajat tempat mereka sekolah unt uk pemberian imunisasi anak sekolah (BIAS).
Untuk pemberian imunisasi dasar lengkap usia 0 11 bulan dapat juga diberikan di panti (LKSA) bersamaan dengan Tim integrasi Puskesmas yang turun ke panti (LKSA) untuk melakukan pelayanan kesehatan bersama .
2. 1.3 Pelayanan Gizi
Makanan merupakan kebutuhan utama bagi makhluk hidup. Untuk hidup sehat manusia memerlukan zatzat gizi yang didapat dari makanan. Semua anak termasuk anak di panti (LKSA) masih berada dalam proses tumbuh kembang yang memerlukan zat gizi dalam jumlah yang
cukup untuk menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Kebutuhan zat gizi akan terpenuhi dengan dilakukannya pelayanan gizi yang sesuai.
Pola Pelayanan meliputi pelayanan bagi anak dengan:
• Gizi lebih
• Gizi baik
• Gizi kurang
• Gizi buruk
Siralegi Nasional Pencegahanl Penanggulangan Gizi lebih 1. Entry poinl (ASEK) 2. NSPK 3. Kegialan: a. Skrining b Konseling c Penyuluhan GIZIBAIK Pencegahan Gizi Kurang
1. Pemantauan
berat badan di Posyandu 2. Penyuluhan dan konseling ASI eksklusif dan MPASI 3. Pemberian kapsul vitA balita 4. Pemberian lablet Fe Bumil 5. Promosi dan
pemanlauan
garam beryodium 6. PMT
Penyuluhan 7. Skrining aklif
[ GIZI KURANG
I
Tanpa kompllkasl Dengan kompllkasJ PMT PEMUUHAN MPASI (623 bin)
PMT Lokal (24-59 bin) Rawatlnap
(TFClPU8KJR8
+-- SOK
1
JAMKESMAS
Bagan 1
Skema Konsep Pelayanan Gizi
Tujuan penyediaan makanan di panti (LKSA):
• Menyediakan makanan bagi anak di panti (LKSA)
dalam jumlah dan mutu yang memenuhi syarat
• Menyediakan makanan yang memenuhi cita rasa dan
selera anak di panti (LKSA)
• Menyediakan makanan yang memenuhi standar
sanitasi dengan mempertimbangkan fasilitas dan sumber dana yang tersedia
• Menyediakan makanan secara layak, tepat dan cepat
Tujuan perbaikan gizi di panti (LKSA)
Meningkatkan status gizi anak di panti (LKSA) melalui penyelenggaraan makanan yang cukup dan seimbang sesuai kecukupan gizi yang dianjurkan, aman, serta terpantaunya status gizi anak selama di panti (LKSA).
Indikator
• Persentase anak di panti (LKSA) yang ditimbang • Persentase anak di panti (LKSA) yang mendapat
kapsul vitamin A
• Persentase anak di panti (LKSA) yang menggunakan garam beryodium
Kegiatan
• Penyediaan makanan dengan gizi se'imbang
dan beraneka ragam yang disesuaikan dengan kemampuan panti (LKSA)
• Suplemen zat gizi mikro (Vitamin A).
• Pemberian makanan tambahan untuk anak di panti (LKSA)
• Pemantauan berkala status gizi anak di panti (LKSA) • Penyuluhan gizi terpadu/konseling gizi
Instrument yang dipakai untuk pelayanan gizi adalah:
• AKG (Angka Kecukupan Gizi) anak (Lihat Lampiran
1 )
• Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi berdasarkan kelompok umur (Lih at Lampi ran 2)
• Pengukuran antropometri menurut TB/BB (Lihat
Lampiran 1)
2.1.4 Promosi Kesehatan Oi Panti (LKSA)
Promosi kesehatan di panti (LKSA) adalah upaya meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan kelompok masyarakat panti (LKSA) seperti pemimpin,
pengurus/pembina, pengasuh, anakanak panti
(LKSA) agar dapat mandiri dalam meningkatkan
kesehatan, mencegah masalahmasalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat, melalui pembelajaran dari , oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Tujuan Promosi Kesehatan Oi Panti (LKSA)
Meningkatkan perilaku penghuni dan pengelola panti (LKSA) yang peduli, tanggap dan mampu, mencegah serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya meningkat.
Manfaat Promosi Kesehatan Oi Panti (LKSA)
• Terciptanya panti (LKSA) yang bersih dan sehat, sehingga pengelola dan penghuni dan masyarakat di lingkungan panti (LKSA) terlindungi dari berbagai ancaman penyakit.
• Mengenalkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS ) lebih dini agar dapat menjadi perilaku yang menetap.
• Menciptakan lingkungan panti (LKSA) menjadi lebih bersih, sehat, dan mandiri dalam memelihara kesehatannya.
• Anak panti (LKSA) tidak mudah jatuh sakjt. .
• Meningkatkan proses belajar ュ・ョセ。ェ。イ@ yang
berdampak pada prestasi belajar di panti (LKSA) • Citra panti (LKSA) sebagai lembaga sosial meningkat.
Kegiatan Promosi Kesehatan Di Panti (LKSA)
Banyak sekali tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di panti (LKSA). Salah satunya adalah kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi penghuni panti (LKSA) adalah sebagai berikut :
Membiasakan perilaku sehat bagi penghuni panti untuk selalu berperilaku sehat, seperti :
1) Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun (CTPS) .
2) Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari. 3) Buang air besar dan buang air kecil di jamban 4) Melakukan aktivitas fisik/olah raga secara teratur. 5) Memberantas jentik nyamuk secara rutin.
6) Tidak merokok di lingkungan panti (LKSA).
7) Menimbang be rat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
8) Membuang sampah pada tempatnya. 9) Menggunakan air bersih.
Kegiatan PHBS di Panti (LKSA) berdasarkan tempat di panti (LKSA)
Kegiatan promosi kesehatan di panti (LKSA) pad a hakikatnya berupa pemanfaatan saranasarana di panti (LKSA) untuk promosi kesehatan. Pemanfaatan sarana dapat berupa pembuatan taman obat keluarga, media informasi dan lainlain. Dengan demikian sesungguhnya tersedia banyak cara untuk melaksanakan promosi kesehatan di panti (LKSA) yang dapat dilaksanakan di beberapa tempat seperti :
1. Oi Tam an
Gedung panti (LKSA) pad a umumnya memiliki taman,
balk
di halaman depan , di sekelil ing , atau pun di belakang gedung. Tamantaman di halaman panti(LKSA) memang diperlukan guna memperindah pemandangan di sekitar panti (LKSA) .
Namun demikian taman taman ini sebenarnya dapat pula digunakan sebagai sarana memperkenalkan berbagai jenis tanaman yang berkhasiat obat. Jika demikian, maka taman taman tersebut dapat dikatakan sebagai Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
Banyak jenis tanaman berkhasiat obat yang dapat ditanam di TOGA di panti (LKSA), yang selain memiliki daun yan g indah , juga bunga dan bahkan buah yang menarik. Taman tidak hanya dapat digunakan untuk menginformasikan jenisjenis tanaman berkhasiat obat. Oi taman panti (LKSA) juga dapat sekaligus ditunjukkan jenisjenis tanaman dengan kandungan gizinya, seperti wortel , kacang kacangan , pohon buah , ubi, jagung, kedelai dan lainlain. Bahkan di taman panti (LKSA) itu pun dapat ditampilkan berbagai hewan sumber protein hewani , kolam beserta ikan-ikan sungguhan juga dapat dibuat guna menambah keindahan taman.
2.
Di OindingOi dinding panti (LKSA) juga dapat ditampilkan pesan-pesan promosi kesehatan. Namun demikian perlu dicermati agar penampilan pesan ini t idak merusak keindahan gedung panti (LKSA) . Oleh karena itu disarankan untuk sebaiknya memasang pesan-pesan kesehatan dalam bentuk poster atau stiker di tempat-tempat yang mudah dilihat orang.
3. Di Tempat Jbadah
Tempat ibadah yang tersedia di panti (LKSA) biasanya berupa tempat ibadah untuk kepentingan individu atau ke lomp ok kec il , sepe r ti m usholla . Tetapi t idak tertutup kemungkinan bahwa di kawasan panti (LKSA)
juga berdiri tempat ibadah yang lebih besar seperti masjid, gereja, pura , dan lainlain.
Pesanpesan kesehatan dapat disampaikan dalam
bentuk pemasangan poster atau menyediakan
leaflet, brosur atau selebaran yang dapat diambil.
Adapun pesan pesan yang disampaikan sebaiknya berupa pesan pesan untuk kesehatan jiwa dengan pendekatan keagamaan.
3. Di Ruang Pertemuan/Aula Panti (LKSA)
Dalam rangka meningkatkan kemampuan penghuni panti (LKSA) untuk hidup sehat dapat dilakukan beberapa kegiatan di ruang pertemuan/aula panti (LKSA), seperti:
セ@ Konseling kesehatan
Konseling kesehatan tentang hidup bersi h dan sehat
• Penyuluhan individu
Melalui penyuluhan kesehatan secara individu agar penghuni paham secara utuh tentang pentingnya kesehatan bagi dirinya.
• Peyuluhan kelompok
Penyuluhan kelompok dengan beberapa oran g membicarakan tentang perilaku hid up bersih dan sehat
2.1.5 Penyehatan Lingkungan
Penyehatan lingkungan adalah upaya penyehatan, pengamanan dan pengendalian faktor risiko kesehatan lingkungan dalam rangka peningkatan kualitas media lingkungan fisik , kimia , biologis dan sosial yang dinyatakan atau diukur dengan nilai ambang batas , standar, dan atau persyaratan kesehatan sesuai dengan peruntukannya.
Untuk mencapai kondisi dimaksud diambil beberapa kebijakan antara lain berupa peningkatan
komunikasi, informasi dan edukasi penyehatan
lingkungan; peningkatan kemampuan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; memperkuat surveilans faktor risiko lingkungan dan peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan penyehatan lingkungan.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan penyehatan lingkungan di panti (LKSA) yaitu mengawasi faktor risiko lingkungan
yang berpengaruh terhadap kesehatan penghuni
panti (LKSA) , sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan, serta mencegah penularan penyakit antar penghuni maupun masyarakat sekitar dan pencegahan terjadinya kecelakaan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyehatan lingkungan panti (LKSA) , yaitu meliputi : sanitasi bangunan, sarana sanitasi, higiene dan sanitasi pangan, pengendalian pencemaran udara terutama kualitas udara dalam ruang
(indoor air quality), suhu, kelembaban , pencahayaan dan kebisingan serta pengendalian gangguan akibat kecelakaan yang menyebabkan cedera, serta vektor penyakit dan binatang pengganggu .
Kegiatannya yang dilakukan adalah :
Pemantauan Kualitas Air Minum dan Air Bersih Panti (LKSA).
• Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permenkes Nomor 4921MENKES/PER1201 0 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dan Permenkes Nomor 4161
MENKES/PERI IXI 1999 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih)
• Kapasitas air bersih yang diperlukan adalah 60 literI
orang/hari.
Pemantauan Sanitasi Bangunan dan Lingkungan serta Sarana Sanitasi Panti (LKSA).
Pemantauan sanitasi bangunan dan lingkungan serta sarana sanitasi panti (LKSA) meliputi ruangan yang ada di dalam panti (LKSA) seperti ruang tidur, ruang bermain , ruang bengkel/workshop , ruang makan maupun ruangan fungsional lainnya , serta halaman panti (LKSA) harus memen uhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, antara lain yaitu;
• Bangunan t idak t erbuat dari bahan yang dapat
melepas za t zat yang dapat membahayakan
kesehatan , serta bah an yang dapat menj adi t umbuh dan berkemb angnya mi kroorganism e pat hogen. • Bubun gan gedung yang memili ki t inggi lebi h dari 10
meter atau lebih, ha ru s dilengkapi dengan pe nangkal petir.
• Lan git langit harus mudah dibersi hkan dan t idak raw an kec elakaa n.
• Ti nggi an ak ta ngga maksimal 20 cm, lebar t apa k minimal 30 cm .
• Dinding tidak retak dan mudah dibersihkan , dan dinding kamar mandi serta tempat cuci harus kedap air.
• Lantai harus kedap air dan mud ah dibersihkan, serta pertemuan antar dinding dan lantai berbentuk "conus" (melengkung).
• Ke padatan hunian ru an g ti dur, yaitu l u as r uang
tidur minimal 8 meter2 /0rang dan tidak dianjurkan digunakan untuk lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 ta hun.
• Kamar mandi dan jamban harus mencukupi untuk jumlah penghuni panti sesuai standar nasional pengasuhan anak di LKSA. Jambanlurinoir untuk lakilaki minimal 1 :40, perempuan 1 :20.
• Pengelolaan pembuangan kotoran manusia dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Pada setiap ruangan ada fasilitas cuci tangan dHengkapi dengan air yang mengalir, sabun dan saluran pembuangan limbahnya, dan jumlah fasilitas cuci tangan adalah 2 buah untuk 25 orang, 3 buah untuk 26 50 orang serta disesuaikan dengan fungsi ruangan.
• Ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai, sedangkan untuk dapur 20%.
• Pencahayaan alam dan atau buatan, langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dan tidak menyilaukan.
• Kelembaban 40 60%. 280
• Suhu 18 C.
• Bebas kuman dan debu.
• Tingkat kebisingan di lokasi panti (LKSA) tidak melebihi 45 55 dB
• Vektor penyakit dan binatang pengganggu : bebas dari lalat, kecoa, nyamuk Aedes Aegypti, dan tikus. • Halaman panti (LKSA) dapat ditanami pepohonan
yang berfungsi sebagai pelindung, penyejuk, keindahan dan kelestarian alam.
Pemantauan Higiene Sanitasi Pangan
Pemantauan higiene sanitasi pangan meliputi dapur, penjamah makanan, peralatan memasak , peralatan makan dan minum, penyimpanan bahan baku makanan
,
penyimpanan makanan siap saji serta penyediaan makanan, dalam rangka menjamin tidak terjadinya kontaminasi yang dapat menimbulkan keracunan. Tempat pengelolaan makanan harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, antara lain yaitu :
• Ruangan dapur harus dilengkapi sarana pembuangan asap
• Ventilasi dapur minimal 20% dari luas lantai
Pemeriksaan Kualitas Udara Dalam Ruangan (Indoor
Air Quality)
Pemeriksaan kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) harus memenuhi persyaratan kesehatan.
Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu yaitu; nyamuk, lalat, kecoa dan tikus , harus memenuhi persyaratan kesehatan.
Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyehatan lingkungan untuk penanggungjawab, penge- lola dan penghuni panti (LKSA).
Melakukan Pemberdayaan
Melakukan pemberdayaan khususnya pengelola dan penghuni panti (LKSA) dalam bidang penyehatan lingkungan.
Pelaksanaan kegiatan pengukuran parameter kualitas
lingkungan dilakukan
olehpetugas
kesehatan lingkunganatau petugas lainnya yang mempunyai kompetensi dalam hal tersebut.
Persyaratan kesehatan lingkungan harus dipenuhi untuk menjamin agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan, serta mencegah penularan penyakit antar penghuni maupun masyarakat sekitar dan pencegahan terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, setiap panti (LKSA) harus berupaya secara optimal untuk memenuhi persyaratan tersebut.
2.1.6 Pengendalian Penyakit
Upaya pengendalian penyakit bertujuan untuk
melindungi anak di panti (LKSA) terhadap penyakit menular dan penyakit tidak menular, serta mengurangi dampak yang merugikan terhadap kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak.
Pengendalian terhadap Penyakit Menular dapat dilakukan melalui:
1. Imunisasi
2. Penyuluhan kesehatan
3. Pencegahan penularan penyakit
• Penyakit bersumber pada binatang misalnya lalat, kecoa, tikus, nyamuk, antara lain : melakukan kebersihan lingkungan panti (LKSA) secara rutin, Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur), • Penyakit menular lainnya seperti cacar air, campak, dan TB dengan cara merawat dan memisahkan anak di ruang tersendiri, khusus untuk TB perlu ada pengawas minum obat • Penyakit yang berpotensi wabah seperti diare :
cara mencegah dengan menjaga kualitas sumber air minum, kebersihan peralatan masak, Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebelum makan dan setelah buang air besar.
4. Pembinaan lingkungan panti (LKSA) yang bersih dan sehat
Pengendalian terhadap Penyakit Tidak Menular dapat dilakukan melalui:
1. Penyuluhan tentang gizi seimbang dan pola hid up sehat
2. Pemantauan Tumbuh Kembang melalui Buku KIA/ KMS
3. Melakukan aktivitas fisik (olah raga) secara teratur 4. Apabila terjadi wabah seperti Diare, Campak,
keracunan makanan, maka pengelola/petugas panti (LKSA) harus segera melaporkan kepada puskesmas setempat.
Kegiatan tersebut di atas dapat diintegrasikan secara lintas program melalui kerjasama antara petugas kesehatan di puskesmas dengan petugas/pengelola panti (LKSA).
2.1.7 Kesehatan Jiwa
Pelayanan kesehatanjiwadi panti (LKSA)adalah pelayanan yang diberikan oleh petugas puskesmas maupun petugas kesehatan panti (LKSA) yang bertujuan untuk memantau dan menangani gangguan perkembangan mental emo-sional anak, serta memberikan pendampingan terhadap anak yang mempunyai masalah kesehatan jiwa.
Kegiatan pelayanan kesehatan jiwa anak meliputi 4 aspek yaitu:
Upaya Promotif
• Penyuluhan tentang Pola Asuh Anak, Gangguan Mental Emosional pada anak usia dibawah 6 tahu n dan keterarnpilan sosial pad a anak dan remaja bagi petugas panti (LKSA).
Upaya Preventif
1. Penerapan program pola asuh anak oleh petugas panti (LKSA).
Z. Deteksi dini dan pelayanan gangguan mental emosional anak oleh petugas kesehatan.
3. Konseling masalah kesehatan jiwa oleh petugas kesehatan dan petugas panti (LKSA) terlatih.
4. Penerapan keterampilan sosial pada anak dan remaja.
Upaya Kuratif
Memberikan pelayanan kesehatan pad a anak yang mempunyai masalah kesehatan jiwa melalui:
1. Terapi / pengobatan Z. Konseling
3. Rujukan ke RS
Upaya Rehabilitatif
1. Konseling, dan terapi jika diperlukan Z. Pendampingan psikologis
Pelayanan kesehatan jiwa anak meliputi:
Pola Asuh Anak
Adalah proses mendid'ik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan baik. Hakekatnya adalah pemberian kasih sayang, rasa aman, disiplin dan contoh yang baik .
Pola asuh yang diberikan sejak dalam kandungan sampai usia 6 tahun merupakan dasar dari perkembangan anak.
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam mengasuh anak.
Pola asuh dilaksanakan oleh petugas di panti (LKSA) melalui kerjasama dengan petugas puskesmas. Pola asuh diterapkan sesuai kelompok umur anak. Agar pola asuh dapat dijalankan dengan optimal sebaiknya :
1. Setiap anak memiliki pengasuh yang tetap yang dapat ditemui setiap saat
2. Pengasuh bertanggungjawab untuk memperhatikan anak secara individual , termasuk anak ingin berbicara soal masalah pribadi.
3. Panti (LKSA) menyediakan jadual pertemuan rutin dengan pengasuh yang diketahui oleh anak minimal sekali dalam seminggu.
4. Pengasuh menyediakan waktu setiap saat jika anak memerlukan.
Prinsip dasar dalam mengasuh anak adalah :
1. Menerapkan nilai agama dalam kehidupan sehari-hari
Petugas/pengelola panti (LKSA) perlu mengajarkan nilainilai agama kepada anak sejak usia dini dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari. 2. Kasih sayang
Kasih sayang perlu ditunjukkan secara wajar sesuai dengan umur anak, misalnya dengan cara mencium , membelai, memuji , menepuk bahunya, mengucapkan katakata yang menghibur atau meneguhkan dan lainlain.
3. Disiplin yang membangun
Norma dan tata tertib sangat diperlukan anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Ada 10 cara mendisiplinkan anak yaitu :
• Konsisten, tidak berubahubah, artinya perlu adanya kesepakatan antara ayah dan ibu sehingga setiap tindakan dalam menanamkan disiplin tidak berubah.
• Jelas , artinya memberi aturan yang sederhana dan jelas sehingga anak mudah melakukannya. • Memperhatikan harga diri anak, artinya jangan
menegur anak di depan orang lain, karena hal itu akan membuat anak merasa malu sehingga tetap mempertahankan tingkah lakunya tersebut. • Beralasan dan dapat dimengerti, artinya al asan
dan tata tertib yang berlaku perlu dijelaskan kepada anak sehingga anak melakukan dengan penuh kesadaran.
• Memberi hadiah bila anak berperilaku baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. • Berhatihati dalam memberi hukuman bila anak
berbuat salah , artinya hukuman yang diberikan jangan sampai menyakiti fisik ataupun jiwa anak. Hukuman merupakan pilihan terakhir, lebih baik memuji perbuatan yang benar daripada menghukum kesalahan.
• Luwes, artinya jangan terlalu kaku dalam menerapkan disiplin , harus disesuaikan dengan situasi dan keadaan anak.
• Keterlibatan anak artinya sebaiknya anak dilibatkan dalam membuat setiap tata te rtib sehingga anak paham bahwa hal itu untuk kepentingannya.
• Bersikap tegas (bukan bersikap kasar) baik dalam tindakan (fisi k ) maupun perkataan. • Jangan emosional agar anak dapat menyadari
perilakunya dan akibat yang dapat dialaminya.
4. Luangkan waktu kebersamaan Dapat ditunjukkan dengan: • Bermain bersama
• Berbincang bincang, saling mendengar dan menanggapi
• Melatih keterampilan seharihari
• Melakukan kegiatan bersama secara teratur
5. Membedakan antara yang baik dan buruk
Hal ini sangat diperlukan agar anak mudah menyesuaikan diri dengan masyarakat, contoh bersikap dan berperilaku sopan san tun terhadap orang yang lebih tua.
6. Saling menghargai
Menciptakan suasana saling menghargai satu sama lain, contoh bila orang tua berbuat salah, jangan segan untuk segera meminta maaf. Orang tua juga perlu mendorong anak agar menghargai dan menghormati orang tua, demikian juga sebaliknya.
7. Memperhatikan dan mendengar pendapat anak
Mendengarkan dan berusaha untuk mengerti
pendapat anak tanpa dipengaruhi oleh pendapatnya.
8. Membantu mengatasi masalah
Memahami masalah sesuai sudut pandang anak dan berikan beberapa pendapat serta dorongan untuk memilih sesuai dengan keadaannya.
9. Melatih anak mengenal diri sendiri dan lingkungannya Mengajak dan melatih anak mengenal dirinya, emosinya dan cara menyalurkan emosi yang baik agar tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain.
10. Mengemba ngkan kemandirian
Merangsang inisiatif dan berikan kebebasan anak untuk mengembangkan diri dengan memberikan
pujian sesuai dengan keadaannya dan jangan memaksa berlebihan.
11. Memahami keterbatasan anak
Jangan pernah membandingkan anak yang satu dengan lainnya.
Pola Asuh Menurut Umur :
Mengasuh Anak usia 0 1,5 tahun :
• Bayi sangat bergantung kepada orang lain agar bisa mempertahankan hidupnya.
• Tahap meletakkan rasa aman dan rasa percaya pada lingkungannya.
• Kelekatan pengasuh dan anak harus dibina sejak dini untuk menunjang perkembangannya.
• Bila terlalu banyak pengasuh dengan cara yang berbedabeda dapat membuat bayi menjadi bingung. • Sentuhan kasih sayang dan kesiapan pengasuh sebagai pengganti ibu kandung setiap saat dibutuhkan oleh bayi akan meletakkan dasar rasa aman dan percaya. • Bayi yang sering diajak bermain dan berbicara akan
mencapai perkembangan yang lebih baik, contohnya anak dapat berbahasa dengan baik.
Mengasuh anak usia 1,5 3 tahun :
•
Tahap ini merupakan pembentukan kemandirian.•
Anak bergerak kesana kemari meraih danmenjangkau sesuatu.
•
Anak dapat menuntut atau menolak sesuai dengan keinginannya.•
Anak egosentris, memperlakukan orang lain sebagai objek sesuai dengan keinginannya.•
Memberikan dorongan agar anak dapat berge rak bebas, namun pengasuh panti harus bersikap tegas untuk melindungl dar; bahaya.•
Menghargai dan mengakui kemampuan anak.•
Hindari pengekangan, termasuk hukuman dan penganiayaan fisiko•
Mendorong anak mau bermain dengan anak lain.•
Memberi anak permainan yang sederhana.•
Mengajak anak berbicara dengan kalimat pendek-pendek yang mudah dimengerti.Mengasuh anak usia 3 - 5 tahun :
• Anak bersifat ingin tahu.
• Anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama , ada iniasitif tapi tidak mementingkan hasilnya. • Anak berpindah pindah dan meninggalkan tugas
yang diberikan kepadanya.
• Anak mulai melihat adanya perbedaan jenis kelamin. • Melalui peristiwa ini anak dapat mengalami perasaan sayang, benci, iri hati , bersaing, memiliki , takut dan cemas.
• Pada tahap ini terjadi proses mencontoh peran yaitu anak laki mencontoh peran ayah sedangkan anak perempuan mencontoh peran ibu.
• Membantu anak dalam mengucapkan katakata
dengan benar.
• Memberi kesempatan pada anak untuk mengurus diri sendiri.
• Jangan menertawakan atau mengejeknya bahkan menakutnakuti anak.
• Salurkan inisiatif anak ke arah yang baik.
• Masa yang peka untuk belajar dengan cara bermain. • Pertumbuhan fisik dan emosi cepat.
• Usia 5 6 thn , anak siap untuk sekolah.
• Anak menguasai tugas sosial yang pertama: dapat mengontrol , dapat berpakaian dan makan sendiri , dapat mengontrol emosi dan perilakunya.
• Mengenal konsep kanan dan kiri
•
Mengenal konsep warna pokok: merah, kuning, hijau, biru, hitam dan putih2.1.8 Pemeriksaan dan Pemeliharaan Kebersihan Diri
Anak di Panti (LKSA) pada umumnya mempunyai masalah kesehatan diri terkait dengan pola hidup bersih dan sehat seperti; kebersihan, rambut, gigi dan mulut, badan, kuku, tangan, kaki dan pakaian. Masalah kebersihan diri harus dipantau setiap hari oleh pengasuh di panti (LKSA) dengan cara memperhatikan kebersihan dan kesehatan :
1. Rambut: apakah rambut kusam atau berkutu ; perlu perawatan dengan shampo minimal 3 kali seminggu atau jika habis bermain dan banyak berkeringat. 2. Gigi dan Mulut : memperhatikan keadaan rongga
mulut, gusi dan gigi geligi apakah mulut berbau, gigi berlubang (caries dentist), adanya plak dan karang gigi, gusi bengkak atau mudah berdarah, perlu diajarkan cara sikat gigi yang bersih , benar dan teratur 2 kali sehari sehabis makan dan sebelum tidur.
3. Badan : memperhatikan kulit di seluruh badan apakah terdapat kotoran yang melekat, kulit bersisik , penyakit kulit seperti panu, kurap, gat al-gatal ; perlu menjaga kebersihan badan dengan cara mandi minimal 2 kali sehari memakai sabun, air bersih dan hand uk bersih. Khusus untuk remaja perhatikan kebersihan diri saat haid dengan mengganti pembalut yang bersih sesuai kebutuhan . 4. Kuku, Tangan dan Kaki : perlu diperhatikan agar
kuku selalu dipotong, CTPS , selalu memakai alas kaki untuk mencegah kecacingan.
5. Pakaian memperhatikan kebersihan pakaian
agar selalu ditukar setelah mandi, jika kotor dan berkeringat.
2.2. PEMBIAYAAN
Pembiayaan pelayanan kesehatan bagi anak di panti (LKSA) berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan sumber dana lainnya yang tidak mengikat. Dukungan pembiayaan pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA) yang berasal dari sumber yang tidak mengikat seperti; Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Bantuan Luar Negeri (BLN), dana hibah, dukungan pihak swasta (C SR) dan partisipasi masyarakat umum lainnya.
Dalam rangka meningkatkan cakupan dan kualitas pe layanan kesehatan anak di panti (LKSA) maka perlu dilakukan perencanaan secara terpad u di t ingkat provinsi dan kabupat enl kota yang melibatkan semua unsur terkait yan g memberikan pelayanan kepada anak di panti (LKSA). Hal ini ber t uju an agar dapat melakukan penyelar asan prog ram dan efi sie nsi peman fa atan dana di setiap sektor terkait seh ingga pelaya nan kese hat an anak di panti (LKSA) dapat t erl aksan a tepat sasaran.
Sebagai contoh adanya kerjasama untuk i mp lementasi Program Kesejahteraan Sosia l An ak (PKSA), dana jamkesm as dan Biaya Operasional Keseha t an (BOK). Melalui dana PKSA dapat dimanfaatkan untuk tra nsport bagi anak dan orang tua (pendamping) dalam memperoleh akses pengoba tan di puskesmas atau rumah sakit. Sedangkan biaya pengobatan bagi anak di panti (LKSA) sudah dapat ditangani dengan Jamkesmas berdasarka n Kepmenkes Nomor 12591 Menkesl SK / XII12009 tentang petunjuk teknis pelayanan j amkesmas bagi masyarakat miskin akibat bencana, masyarakat miskin penghuni panti sosial, dan masyarakat miskin penghun i lembaga pemasyarakatan serta rumah tahanan negara atau melalui jamkesda. Untuk upaya promotif dan preventif di panti anak
(LKSA) seperti penyuluhan, kunjungan untuk imunisasi , maka dapat memanfaatkan dana BOK.
2.3.
MEKANISME RUJUKAN
Pelaksanaan pelayanan kesehatan rujukan bagi anak di panti (LKSA) mengacu pada sistem dan mekanisme yang ada yaitu; rujukan dari panti (LKSA) ke puskesmas dan rumah sakit. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tersebut di atas, mekanisme rujukan tidak menggunakan kartu Jamkesmas tetapi hanya dengan rekomendasi dinas sosial setempat.
ANAKANAK
I
...,...DI PANTI
1
DINAS SOSIAL セ@SEMBUH
PUSKESMAS IL
JAMKESMAS1
L
.---J
T
RUMAH SAKIT
Bagan 2 Alur Rujukan
Mekanisme penanganan kasus rujukan : pasien datang dengan didampingi oleh satuan bakti pekerja sosial (sakti peksos)1 tenaga kesejahteraan sosial kecamatan Ipetugas panti (LKSA) ke puskesmas. Setelah dilakukan registrasi , maka dilakukan pemeriksaan kesehatan dan tindakan sesuai dengan kondisi pasien . Untuk kondisi tertentu seperti kedaruratan medis yang tidak bisa ditangani di puskesmas atau kasus yang memerlukan penanganan spesialistik, maka pasien dirujuk ke Rumah Sakit
Umum Daerah (R5UD) dengan membawa surat pengantar dari puskesmas dan surat rekomendasi dari dinas sosial setempat sebagai jaminan untuk pengobatan. Apabila pasien dalam keadaan gawat darurat maka surat rekomendasi dari dinas sosial setempat dapat disusulkan.
Bab
3
PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
Sistim Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Sistim Inforrnasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS), seharusnya mengakomodasi semua kebutuhan Pencatatan dan Pelaporan setiap program yang dilaksanakan di Puskesmas. Pembinaan kesehatan anak di panti (LKSA) merupakan program kesehatan anak yang terintegrasi dilaksanakan di panti (LKSA) oleh puskesmas dimana sebagian besar program tersebut terkait dengan program pokok puskesmas seperti kesehatan ibu dan anak, gizi, dan imunisasi yang telah memiliki format pencatatan dan pelaporan.
Dengan adanya dinamisasi pengembangan program, maka perlu ditambahkan beberapa variabel ke dalam sistim pencatatan dan pelaporan untuk melengkapi pembinaan kesehatan anak di panti (LKSA).
3.1.
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Kegiatan pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA) yang dicatat meliputi : upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Lihat Lampiran 4).
Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu puskesmas mencatat semua pelayanan kesehatan yang dilakukan di panti sesuai dengan format yang tersedia, kemudian hasilnya dilaporkan ke dinas kesehatan kabupateni
kota. Rumah sa kit mencatat ten tang jumlah dan jenis kasus anak di panti (LKSA) yang dirujuk ke rumah sakit.
Selanjutnya dinas kesehatan kabupaten/kota mengkompilasi hasil laporan puskesmas dan rumah sakit pemerintah/swasta di kabupaten/kota, kemudian mencatat dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi sesuai format yang tersedia.
Dinas Kesehatan Provinsi, mengkompilasi hasH laporan dari Kabupaten/Kota dan rumah sakit dan mengirim ke pusat yaitu Kementerian Kesehatan cq Direktorat Bina Kesehatan Anak untuk dimanfaatkan sebagai bahan analisis kebijakan.
Alur pencatatan dan pelaporan tentang penanganan anak di panti (LKSA) secara skematis dapat dilihat pad a bagan di bawah ini
KEMENTERIAN KESEHATAN
l
RS
r
_ _ RSUPN PEMERINTAH/ DINKES PROV
SWASTA
-1
RS DINKES
PEMERINTAH/
KAB/KOTA SWASTA1
PUSKESMAS
BBBBO セセ
BoB@
PANTI
Bagan 3
Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan Program Pelayanan Kesehatan Anak di Panti (LKSA)
3.2. MONITORING DAN EVALUASI
Untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan, masalah, dan hambatan yang dihadapi dalam kegiatan program pelayanan
kesehatan anak di panti (LKSA), maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi dengan menggunakan instrumen pemantauan sebagaimana terlampir (Lampiran 7 dan seterusnya).
Kegiatan tersebut dilakukan secara berjenjang yaitu :
1. Puskesmas memantau pelaksanaan kegiatan di panti (LKSA) melalui kunjungan lapangan atau terintegrasi dengan kegiatan program lainnya.
2. Kabupaten/kota melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program di tingkat puskesmas melalui kunjungan lapangan atau melaksanakan pertemuan evaluasi.
3. Provinsi melakukan monitoring dan evaluasi di tingkat kabupaten/kota melalui kunjungan lapangan atau melalui pertemuan evaluasi.
4. Pusat melakukan monitoring dan evaluasi di tingkat provinsi melalui kunjungan lapangan atau melalui pertemuan evaluasi tingkat nasional.
3.3. INDIKATOR
Indikator program pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA) adalah minimal di setiap kabupaten/kota terdapat 1 puskesmas membina panti (LKSA) di wilayah kerjanya.
Catatan:
Definisi Operasional Puskesmas membina panti (LKSA) adalah puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan anak di Panti (LKSA) yang meliputi:
Pengobatan Imunisasi Gizi
Promosi Kesehatan (penyuluhan) Kesehatan Jiwa
Kesehatan Gigi dan Mulut
Penyehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
4
Bab
PENUTUP
Pelayanan kesehatan bagi anak di panti (LKSA) merupakan pelayanan yang multisektoral dan terintegrasi dengan berbagai program kesehatan anak sehingga perlu mendapat perhatian dan penanganan secara komprehensif.
Dalam rangka meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan anak di panti (LKSA), maka perlu dilakukan koordinasi dengan semua sektor terkait sehingga upaya pemenuhan hakhak anak di bidang kesehatan dapat dilaksanakan untuk mewujudkan anak di panti (LKSA) yang sehat dan berkualitas.
Puskesmas mengemban tugas untuk melakukan pembinaan kesehatan anak di panti (LKSA) perlu membuat perencanaan dan menyusun program yang terarah