• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6. MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMASI (MKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 6. MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMASI (MKI"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 6.

MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMASI (MKI)

Elemen Penilaian MKI.1

1. Rumah sakit mengidentifikasi komunitas dan populasi yang dilayani (cakupan pelayanan) 2. Rumah sakit telah mengimplementasikan suatu strategi komunikasi dengan populasi

tersebut.

3. Rumah sakit menyediakan informasi tentang jenis pelayanan, jam pelayanan dan proses untuk mendapatkan pelayanan.

4. Rumah sakit menyediakan informasi tentang kualitas pelayanannya.

Elemen Penilaian MKI.2

1. Informasi untuk pasien dan keluarga tentang asuhan dan pelayanan diberikan oleh rumah sakit.

2. Informasi untuk pasien dan keluarga tentang bagaimana akses terhadap pelayanan diberikan oleh rumah sakit.

3. Informasi tentang altenatif asuhan dan pelayanan lain diberikan apabila rumah sakit tidak dapat menyediakan asuhan dan pelayanan yang dibutuhkan.

Elemen Penilaian MKI.3

1. Komunikasi dan pendidikan (edukasi) pasien dan keluarga menggunakan format yang mudah dipahami.

2. Komunikasi dan pendidikan (edukasi) pasien dan keluarga diberikan dalam bahasa yang dimengerti.

3. Anggota keluarga, khususnya penerjemah anak, digunakan sebagai penerjemah hanya sebagai upaya akhir.

Elemen Penilaian MKI.4

1. Pimpinan menjamin proses pemberian informasi yang relevan secara tepat dalam waktu yang tepat di seluruh rumah sakit.

2. Komunikasi efektif terlaksana antar program- program di dalam rumah sakit.

3. Komunikasi efektif terlaksana dengan pihak luar rumah sakit.

4. Komunikaksi efektif terlaksana dengan pasien dan keluarga.

(2)

Elemen Penilaian MKI. 5

1. Pimpinan menjamin komunikasi yang efektif dan efisien antara departemen klinik dan non klinik, pelayanan dan anggota staf secara indvidu.

2. Pimpinan membantu mengembangkan komunikasi dalam memberikan pelayanan klinik.

3. Tersedia pengembangan saluran (channels) komunikasi reguler antara pemerintah dengan manajemen.

Elemen Penilaian MKI. 6

1. Tersedia suatu proses komunikasi informasi pasien diantara pemberi asuhan berdasarkan pada proses yang sedang berjalan atau pada waktu penting tertentu dalam proses pelayanan.

2. Informasi dikomunikasikan termasuk status kesehatan pasien

3. Informasi dikomunikasikan termasuk ringkasan pelayanan yang telah diberikan.

4. Informasi dikomunikasikan termasuk perkembangan pasien.

Elemen Penilaian MKI. 7

1. Ditetapkan kebijakan (policy) siapa pemberi pelayanan yang mempunyai akses pada berkas rekam medis.

2. Berkas rekam medis tersedia bagi semua pemberi pelayanan yang membutuhkannya untuk pelayanan pasien.

3. Data Berkas rekam medis di perbaharui (up date) untuk menjamin komunikasi dengan informasi mutakhir.

Elemen Penilaian MKI. 8

1. Berkas rekam medis atau resume/ringkasan informasi pelayanan pasien ditransfer bersama pasien ke unit pelayanan lain di dalam rumah sakit.

2. Resume/ringkasan berisi alasan masuk rawat inap

3. Resume/ringkasan berisi temuan yang signifikan

4. Resume/ringkasan berisi diagnosis yang telah ditegakkan ( dibuat)

5. Resume/ringkasan berisi tindakan yang telah diberikan

6. Resume/ringkasan berisi obat- obatan atau pengobatan lainnya.

7. Resume/ringkasan berisi kondisi pasien saat dipindah ( transfers)

Elemen Penilaian MKI. 9

(3)

3. Proses perencanaan kebutuhan informasi memperhatikan persyaratan individu dan agen pihak luar rumah sakit

4. Perencanaan disesuaikan dengan besar dan kompleksitas rumah sakit

Elemen Penilaian MKI. 10

1. Ada kebijakan tertulis mengenai privasi dan kerahasiaan informasi berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

2. Rumah sakit mempunyai kebijakan yang mengindikasikan bahwa pasien mempunyai hak akses terhadap informasi kesehatan mereka dan proses ijin untuk mendapatkan informasi tersebut

3. Kebijakan tersebut dilaksanakan.

4. Kepatuhan terhadap kebijakan dimonitor.

Elemen Penilaian MKI. 11

1. Rumah sakit memiliki kebijakan tertulis untuk menangani keamanan informasi, termasuk integritas data yang didasarkan pada atau konsisten dengan peraturan dan perundang– undangan yang berlaku.

2. Kebijakan mencakup tingkat keamanan untuk setiap katagori data dan informasi

3. Diidentifikasi kebutuhan siapa atau jabatan apa yang mendapat ijin akses terhadap setiap katagori data dan informasi.

4. Kebijakan dilaksanakan

5. Kepatuhan terhadap kebijakan dimonitor

Elemen Penilaian MKI. 12

1. Rumah sakit mempunyai kebijakan waktu penyimpanan (retensi) berkas rekam medis pasien, data dan informasi lainnya

2. Proses retensi sesuai dengan keamanan dan kerahasiaan yang ditetapkan.

3. Dokumen, data dan informasi dimusnahkan setelah mencapai periode retensi.

Elemen Penilaian MKI. 13

1. Standarisasi kode diagnosis yang digunakan dan dimonitor

2. Standarisasi kode prosedur/tindakan yang digunakan dan dimonitor

3. Standarisasi definisi yang digunakan

(4)

5. Standarisasi singkatan yang digunakan dan yang tidak digunakan diidentifikasi dan dimonitor

Elemen Penilaian MKI. 14

1. Desiminasi data dan informasi sesuai kebutuhan pengguna, 2. Pengguna menerima data dan informasi tepat waktu,

3. Pengguna menerima data dan informasi dalam suatu format yang sesuai dengan yang diharapkan.

4. Staf memiliki akses ke data dan informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pekerjaan mereka.

Elemen Penilaian MKI. 15

1. Staf klinik berpartisipasi dalam pengambilan keputusan teknologi informasi. 2. Staf manajerial berpartisipasi dalam pengambilan keputusan teknologi informasi.

Elemen Penilaian MKI. 16

1. Rekam medis dan informasi dilindungi dari kehilangan dan kerusakan.

2. Rekam medis dan informasi dilindungi gangguan dan akses serta penggunaan yang tidak sah.

Elemen Penilaian MKI. 17

1. Pengambil keputusan dan tenaga lainnya telah diberikan pendidikan tentang prinsip manajemen informasi

2. Pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan tanggung jawab pekerjaannya

3. Data dan informasi klinik dan manajerial diintegrasikan sesuai kebutuhan untuk mendukung pengambilan keputusan.

Elemen Penilaian MKI. 18

1. Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis yang menjelaskan persyaratan untuk mengembangkan dan menjaga kebijakan dan prosedur, meliputi paling sedikit item a) sampai dengan h) dalam maksud dan tujuan dan dilaksanakan.

2. Tersedia prosedur protokol tertulis yang menguraikan bagaimana kebijakan dan prosedur yang berasal dari luar rumah sakit dapat dikendalikan dan diimplementasikan.

(5)

4. Tersedia kebijakan dan protokol tertulis yang menguraikan bagaimana semua kebijakan dan prosedur yang beredar dapat diidentifikasi dan ditelusuri, serta diimplementasikan.

Elemen Penilaian MKI. 19

1. Rekam medis pasien dibuat untuk setiap pasien yang dikaji dan diobati rumah sakit. 2. Rekam medis pasien dipelihara dengan menggunakan identitas pasien yang unik/khas

atau metode lain yang efektif.

Elemen Penilaian MKI . 19.1.

1. Isi spesifik dari berkas rekam medis pasien ditentukan oleh rumah sakit 2. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mengidentifikasi pasien,

3. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mendukung diagnosis,

4. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk memberi justifikasi pelayanan dan pengobatan.

5. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mendokumentasikan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan

Elemen Penilaian MKI.19.1.1

1. Rekam medis pasien emergensi memuat jam kedatangan

2. Rekam medis pasien emergensi memuat kesimpulan ketika pengobatan diakhiri

3. Rekam medis pasien emergensi memuat kondisi pasien pada saat dipulangkan.

4. Rekam medis pasien emergensi memuat instruksi tindak lanjut.

Elemen Penilaian MKI.19.2.

1. Siapa yang mendapat otorisasi untuk mengisi rekam medis diatur dalam kebijakan rumah sakit

2. Format dan lokasi pengisian ditentukan dalam kebijakan rumah sakit.

3. Tersedia proses untuk menjamin bahwa hanya yang mempunyai otorisasi/kewenangan yang dapat mengisi berkas rekam medis.

4. Tersedia proses yang ditujukan bagaimana mengisi dan mengoreksi rekam medis.

5. Siapa yang mempunyai otorisasi untuk akses kedalam rekam medis diidentifikasi dalam kebijakan rumah sakit

(6)

Elemen Penilaian MKI.19.3.

1. Pada setiap pengisian rekam medis dapat diidentifikasi siapa yang mengisi 2. Tanggal pengisian rekam medis dapat diidentifikasi

3. Bila dipersyaratkan oleh rumah sakit, waktu/jam pengisian rekam medis dapat diidentifikasi.

Elemen Penilaian MKI. 19.4

1. Rekam medis pasien dIreview secara berkala. 2. Review menggunakan sample yang mewakili

3. Review melibatkan dokter, perawat dan profesi lain yang mempunyai otorisasi pengisian rekam medis atau pengelola rekam medis.

4. Fokus review adalah pada ketepatan waktu, keabsahan dan kelengkapan rekam medis

5. Persyaratan isi rekam medis yang sejalan dengan peraturan dan perundang-undangan termasuk dalam proses review

6. Proses review termasuk rekam medis pasien yang masih aktif dirawat dan pasien yang sudah pulang

7. Hasil proses review digabungkan dalam mekanisme menjaga kualitas pelayanan rumah sakit

Elemen Penilaian MKI. 20

1. Kumpulan data dan informasi mendukung asuhan pasien.

2. Kumpulan data dan informasi mendukung manajemen rumah sakit.

3. kumpulan data dan informasi mendukung program manajemen kualitas/mutu.

Elemen Penilaian MKI. 20.1

1. Rumah sakit memiliki proses untuk membuat kumpulan data dalam merespon sesuai identifikasi kebutuhan pengguna

2. Rumah sakit menyediakan data yang dibutuhkan oleh agensi di luar rumah sakit.

Elemen Penilaian MKI. 20.2

1. Rumah sakit memiliki proses untuk berpartisipasi atau menggunakan informasi dari data base eksternal.

2. Rumah sakit berkontribusi terhadap data atau informasi data base eksternal sesuai peraturan dan perundang-undangan.

(7)

4. Keamanan dan kerahasiaan dijaga ketika berkontribusi atau menggunakan data base eksternal.

Elemen Penilaian MKI. 21

1. Informasi ilmiah terkini dan informasi lain untuk mendukung pelayanan pasien 2. Informasi ilmiah terkini dan informasi lain untuk mendukung pendidikan klinik

3. Informasi ilmiah terkini dan informasi lain untuk mendukung riset.

4. Informasi profesional terkini dan informasi lain untuk mendukung manajemen

5. Tersedia informasi dalam kerangka waktu yang sesuai dengan harapan pengguna

Informasi mengenai Standar Akreditasi Rumah Sakit 2013 Pokja MKI atau Manajemen Komunikasi dan Informasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk Akreditasi RUmah Sakit 2013.

SAMPLE POLICY ON VERBAL/TELEPHONE ORDERS

This document is not meant to be used “as is

” and is only being distributed as an example

of the kind of policy you may wish to implemen

t in your facility. Because different types

of facilities have different requirements and

staffing, there is no “one size fits all” policy

statement related to verbal orders. We sugge

st that you consult w

ith your legal counsel

and clinical managers in developing

this or any policy or procedure.

Purpose

To reduce errors associated with misinterpr

eted verbal or telephone communications of

medication orders or test results.

Policy

1.

(8)

ich immediate written or electronic

communication is not feasible.

2.

Verbal orders and test results are not a

llowed when the prescriber is present and

the patient’s chart is available, excep

t during a sterile procedure or in an

emergency situation, in which cas

e a repeat-back is acceptable.

3.

Verbal orders are not permitted for non-fo

rmulary drugs, except during a sterile

procedure or in an emergency situation, in

which case a repeat-b

ack is acceptable.

4.

Verbal orders are not permitted for chemotherapy.

5.

Verbal orders and test results are not permitted via voice mail.

6.

The following job categories are author

ized to give verbal orders: [

include list

]

7.

The following job categories are author

ized to accept verbal orders: [

include list

]

Procedures

1.

Verbal orders and test results, when a

llowed, will be immediately written down

by the recipient, read back by the recipi

ent, and confirmed or

corrected by the

prescriber. The order must be written before it is read back.

2.

Both parties will pronounce numerical digits separately—saying, for example,

“one six” instead of “sixteen.”

(9)

For medication orders, the prescriber

will spell the name of any unfamiliar

medication, if either party feels this is necessary.

4.

For medication orders, prescribers will in

clude the purpose of the drug to ensure

that the order makes sense in the c

ontext of the patient’s condition.

©2006 Pennsylvania Patient Safety Authority

2

5.

For medication orders, both parties w

ill include the mg/kg dose along with the

patient’s specific dose for all verbal

neonatal/pediatric medication orders.

6.

For medication orders, both parties will

express doses of medications by unit of

weight (e.g., mg, g, mEq, mMol).

7.

The recipient will record each verbal orde

r directly onto an order sheet in the

patient’s chart and will include phone or pa

ger numbers in case it is necessary for

follow-up questions.

8.

Recipients of verbal orders will sign, date,

time, and note the order at the time it is

written on the order sheet or ente

red into the computer system.

9.

Prescribers will verify, sign, and

date orders within ___ hours.

10.

Pharmacy will disallow medication requests from nursing units to the pharmacy

unless the verbal order has been tr

anscribed onto an order form and

simultaneously faxed or otherwise seen

by a pharmacist before the medication is

dispensed.

11.

(10)

abbreviations.

12.

Verbal medication orders will include the following information:

12.1.

Date and time order is received

12.2.

Patient name

12.3.

Drug name (brand or generic)

12.4.

Dosage form (e.g., tablets, capsules, inhalants, etc.)

12.5.

Strength or concentration

12.6.

Dose

12.7.

Frequency

12.8.

Route

12.9.

Quantity and/or duration

12.10.

Name of prescriber

12.11.

Signature of order recipient

Resources

Pennsylvania Patient Safety Reporting Sy

stem (PA-PSRS). Improving the safety of

telephone or verbal orders. PA-PSRS Patie

nt Safety Advisory. Jun 2006;3(2):1-7.

Available from Internet: http://www.psa.state.pa.us.

National Coordinating Council fo

r Medication Error Reporting.

Recommendations to

Reduce Medication Errors Associated with Ve

rbal Medication Orders

and Prescriptions.

(11)

Latar Belakang

Kegiatan

komunikasi sudah

menjadi sebagian

besar kegiatan kita

sehari-hari, mulai

antar teman/pribadi,

kelompok,

(12)

massa. Kegiatan

komunikasi pada

prinsipnya adalah

aktivitas pertukaran

ide atau gagasan.

Secara sederhana,

kegiatan komunikasi

dipahami sebagai

kegiatan

(13)

penerimaan pesan

atau ide dari satu

pihak ke pihak lain,

dengan tujuan untuk

mencapai kesamaan

pandangan atas ide

yang dipertukarkan

tersebut. Begitu pula

dengan pelayanan

(14)

keberhasilan misi

sebuah rumah sakit

sangat ditentukan

oleh keluwesan

berkomunikasi

setiap petugas,

perawat dan dokter.

Pelayanan rumah

sakit selalu

(15)

berbagai karakter

dan perilaku pasien

yang berkepentingan

dengan jasa

perawatan sehingga

petugas, perawat dan

dokter harus

memahami dan

(16)

yang bisa diterapkan

di segala situasi.

Dalam profesi

kedokteran,

komunikasi dokter

dengan pasien

merupakan salah

satu kompetensi

(17)

komunikasi

menentukan

keberhasilan dalam

membantu

penyelesaian

masalah kesehatan pasien. Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa berada dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanya dan bercerita atau mengungkapkan diri. Hasilnya, pasien menerima saja apa yang dikatakan dokter. Paradigma inilah yang harus kita perbaiki. Pasien dan dokter harus berada dalam kedudukan setara sehingga pasien tidak merasa rendah diri dan malu untuk bisa menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi yang efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya. Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu yang lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan waktu yang lebih sedikit karena petugas, perawat dasn dokter terampil mengenali kebutuhan pasien. Atas dasar kebutuhan pasien, perawat dan dokter melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien. Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman komunikasi efektif untuk petugas, perawat dan dokter di RS Royal Progress untuk memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.

(18)

Secara umum tujuan

penyusunan

pedoman

komunikasi efektif

ini adalah : 1.

Memberikan

pengetahuan dan

pedoman bagi

(19)

cara berkomunikasi

dengan pasien dan

keluarganya. 2. Agar

petugas, perawat dan

dokter dapat

melakukan

komunikasi yang

efektif dengan

pasien dan

(20)

Menghindarkan

kesalahpahaman

yang bisa

menimbulkan

dugaan malpraktik.

BAB II

KOMUNIKASI

EFEKTIF

(21)

communis

” yang artinya

bersama. Secara

terminologis,

komunikasi diartikan

sebagai suatu proses

penyampaian

pikiran atau

(22)

pihak lain dengan

menggunakan suatu

media. Menurut ahli

kamus bahasa,

komunikasi adalah

upaya yang

bertujuan berbagi

untuk mencapai

(23)

berkomunikasi maka

pemahaman yang

sama terhadap pesan

yang saling

dipertukarkan adalah

tujuan yang

diinginkan oleh

keduanya. Webster’s

New Collegiate

(24)

tahun 1977 antara

lain menjelaskan

bahwa komunikasi

adalah suatu proses

pertukaran informasi

diantara individu

melalui sistem

lambing-lambang,

tanda-tanda atau

(25)

A. KLASIFIKASI

KOMUNIKASI

Berdasarkan kepada

penerima pesan atau

komunikan,

komunikasi

diklasifikasikan

menjadi : 1.

(26)

Penggunaan bahasa

atau pikiran yang

terjadi di dalam diri

komunikator sendiri

antara individu

dengan Tuhannya.

Komunikasi

(27)

keterlibatan internal

secara aktif dari

individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, meberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. 2. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal berlangsung dengan dua arah, antara komunikator dan komunikan; antara seorang tenaga medis dengan teman sejawat atau antara seorang tenaga medis dengan pasien. 3. Komunikasi Kelompok Salah satu bentuk komunikasi yang terjadi di dalam sebuah kelompok. Komunikasi tidak hanya terjadi antara seseorang dengan seseorang yang lainnya, komunikasi juga dilakukan dengan sekelompok orang yang disebut dengan komunikasi kelompok. Menurut Michael Burgoon, komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, dimana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat, misalnya organisasi profesi, kelompok remaja dan kelompok-kelompok sejenisnya. Komunikasi dapat dalam bentuk diskusi, rapat dan sebagainya

Dalam profesi Petugas Kesehatan, komunikasi petugas dengan Ke pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai petugas.

Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam pelayanan kesehatan. Di Indonesia, sebagian petugas kesehatan merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang – bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, petugas kesehatan bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnose dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Di rumah sakit perlu adanya koordinasi yang baik antar petugas. Mengantisipasi kesalah pahaman atau konflik dengan pasien, tenaga kesehatan di rumah sakit seperti perawat,nakes lain dan dokter harus bisa mempraktikkan komunikasi yang efektif dengan pasien. Perlu di dorong peningkatan kualitas sumber daya manusia di rumah sakit agar lebih pintar berkomunikasi.

(28)

Kepala Ruang dan tenaga fungsional kesehatan penata laboratorium, perawat, psikolog, therapist, ahli gizi, farmasist dan radiografer ) sehingga mumpunyai pengetahuan cara berkomunikasi yang efektif serta dapat memberikan edukasi pada pasien dan keluarga sesuai Kebijakan & Pedoman Pemberian Edukasi dan Mampu memberikan edukasi pada pasien dan keluarga serta dapat mendokumentasikan dalam bentuk SBAR di RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tengah. Dalam pelatihan kali ini mengundang pembicara dari Departemen keperawatan Dasar PSIK Universitas Diponegoro.Acara pelatihan Komunikasi Efektif dilaksanakan dengan meriah karena ada banyak doorprise dari sponsorship pocari sweat.

 THE COURTESY DIAL ( Sopan Santun Percakapan Telpon ) 1. ANGKATLAH SEGERA Angkat telpon yang berdering segera, jangan menunggu deringan ketiga 2. SALAM WAKTU Ucapkan salam waktu yang sesuai secara lengkap : Selamat pagi, Selamat siang, Selamat sore, Selamat malam, sesuai kebiasaan positif kita jika bertemu muka dengan orang lain. Jangan mengatakan “ halo “, “ pagi “, “ siang “, “ sore “

 3. SEBUTKAN KANTOR ANDA, DAN / ATAU NAMA ANDA Setelah mengucapkan salam waktu, sebutkan nama kantor anda ( jika Anda seorang Operator ), atau nama bagian anda dan / atau nama anda sendiri. Sebaliknya jika si penelpon tidak menyebutkan namanya, tanyalah dengan sopan : “ boleh saya tahu nama Bapak/Ibu/Anda ?”, atau : “ Dengan siapa saya berbicara Pak / Bu ? “

 4. TANYAKAN TUJUAN MENELPON Jika si penelpon tidak menjelaskan maksudnya, tanyalah dengan sopan “ Boleh saya tahu, mengenai apa Pak / Bu ? “ Sebaliknya jika Anda menjadi penelpon, setelah mendapatkan jawaban dari si penerima telpon, Anda harus

menjelaskan maksud / tujuan Anda menelpon 5. BERBICARALAH YANG JELAS Berbicaralah dengan jelas, lugas, dan asertif, pakailah suara anda yang alami, jangan dibuat - buat

 6. SIAPKAN KERTAS CATATAN DAN BOLPEN Siaplah selalu dengan nota / kertas catatan dan pensil / bolpen setiap Anda menerima telpon. Jika ada yang harus dicatat, Anda tidak repot dan tidak membiarkan si penelpon menunggu 7. TUNJUKKAN PERHATIAN YANG TULUS Beri perhatian penuh pada si pembicara, jangan bikin lawan bicara anda bingung, kecewa, atau jengkel. Ingat : telpon adalah alat elektronik yang cukup sensitif, sehingga bila perhatian anda terbagi maka lawan bicara anda dapat merasakannya

 8. MINTALAH INFORMASI SELENGKAPNYA Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan lawan bicara anda. Bila ada yang kurang jelas sebaiknya tanyalah langsung secara sopan dan ramah. Terutama jika ada sesuatu pesan atau permintaan, sebaiknya anda mengulangnya. 9. SEBUTLAH NAMA LAWAN BICARA Sebutlah nama lawan bicara anda selama pembicaraan berlangsung. Tanyalah namanya dengan sopan jika anda belum tahu. Dengan menyebut nama, percakapan akan terasa lebih dekat dan hangat seakan-akan anda berhadapan dengan orangnya sendiri, bukan dengan mesin.

 10. TAWARKAN BANTUAN SELENGKAPNYA SESUAI YANG DIBUTUHKAN Tawarkan selalu bantuan anda. Jika anda tidak bisa memberi informasi yang diinginkan penelpon,

hubungkan dengan orang lain yang bisa membantu dan melayaninya. Bila telpon tersebut salah sambung, bantulah dia untuk disambungkan secara benar pada orang yang dituju.

(29)

sehingga kurang jelas, terkesan tergesa – gesa, terkesan terpaksa / tak suka berbicara dengan lawan bicara kita

 4. Membiarkan telpon terbuka ketika berbicara dengan orang lain ( bukan si penelpon ), sehingga lawan bicara kita binggung. 5. Berbicara tidak di depan transmitter, sehingga suara kita terdengar sayup-sayup, lirih, atau seperti desahan mesra. 6. Berbicara samdil menghembuskan napas berat dalam-dalam kearah transmitter, sehingga terdengar seperti angin ribut menderu bagi lawan bicara kita.

 7. Berbicara buruk sebelum pesawat telpon kita tutup dengan sempurna. Lawan bicara kita bisa mengira kata-kata tersebut ditujukan padanya. 8. Berbicara sambil mengetukkan tangan ke badan pesawat telpon, menendang-nendang kaki meja, mengayun-ayun kabel telpon, dll. Yang akan membuat suara-suara gaduh yang mengganggu.

 9. Berbicara sekaligus pada dua pesawat telpon tanpa menutup salah satu transmitter, yang akan membingungkan lawan bicara kita. 10. Meletakkan gagang telpon kita terlalu terburu-buru, sebelum lawan bicara kita benar-benar selesai bicara.

 PENGGUNAAN KATA “ HALO “ Kata “ HALO “ memberi kesan santai, tidak resmi, menganggap lawan bicara sebagai orang yang sebaya atau sederajat dengan kita. Kantor adalah lingkungan kedinasan, sebaiknya gunakan salam waktu, karena salam selalu tepat baik untuk dinas maupun pribadi.

 Kata “ HALO “ hanya tepat digunakan : Jika kita kurang jelas menangkap sinyal lawan bicara kita, jadi merupakan kode / tanda untuk mengulang lagi apa yang dikatakannya. Untuk menyambung pembicaraan kembali jika karena sesuatu hal / gangguan pembicaraan kita terputus. Untuk mengecek apakah lawan bicara kita masih mendengarkan kita di ujung telpon sana.

 MENGEJA HURUF Ejaan huruf jika tidak persis / tepat bisa mengakibatkan kesalahan dan membingungkan, terutama ejaan nama seseorang jika keliru bisa menyinggung perasaan orang tersebut. Maka kita harus bisa mengeja kata-kata yang sulit didengar, terlalu panjang, atau kata-kata asing. Ejaan internasional yang biasa digunakan para anggota radio amatir, yang juga merupakan kode pembicaraan antara pilot dengan stasiun induknya, adalah sebagai berikut :  EJAAN INTERNATIONAL A B C D E F G H I J K L M ALPHA BRAVO CHARLIE DELTA ECHO FOXTROT GOLF HOTEL INDIA JULIET KILO LIMA MIKE N O P Q R S T U V W X Y Z NOVEMBER OSCAR PAPA QUEBEC ROMEO SIERRA TANGGO UNIFORM VICTOR WHISKEY X-RAY YANKEE ZEBRA

 SALAH – BENAR PERCAKAPAN TELPON Dalam percakapan telpon, kontak kita dengan lawan bicara kita hanya melalui suara saja. Maka kecenderungan salah paham sering terjadi, karena lawan bicara kita tidak melihat ekspresi wajah kita saat kita berbicara. Ucapan yang pendek-pendek / singkat-singkat sering disalah artikan sebagai ucapan kasar dan tidak ramah. Karena itu berhati-hatilah ketika berbicara di telpon.

 SALAH BENAR 1 Halo ! •Assalamu’alaikum •Selamat pagi •Selamat siang •Selamat sore •Selamat malam 2 Apa ? Maaf pak / bu, kurang jelas 3 Ibu siapa ? Maaf bu, tidak jelas Mohon diulang nama ibu 4 Siapa nih ? Boleh saya tahu nama bapak ? 5 Tunggu ya ! Mohon tunggu sebentar ibu

(30)

 SALAH BENAR 10 Apa mau di bel kembali ? Bagaimana kalau saya minta bapak Toni untuk menelpon ibu nanti ? 11 Ada pesan apa ? Apakah bapak ingin meninggalkan pesan ? 12 Mau nunggu enggak ? Maaf, ibu Dina sedang menelpon, apa bapak mau menunggu ?

 SALAH BENAR 13 Oke deh, nanti saya kasih tahu. Baik bu, saya akan beritahu bahwa ibu menelpon, dan saya akan sampaikan pesan ibu. 14 • Trims • Thanks Terima kasih 15 Cukup ya pak Terima kasih untuk telpon bapak, selamat siang pak.

 PANDUAN BERTELPON < MENELPON KE ORANG LAIN BENAR LAKUKAN

LANGKAH 1 Angkat gagang telpon dan tekan nomor yang akan dituju • • • SALAH JANGAN LAKUKAN Tempatkan transmiter berjarak sekitar 7 cm dari mulut anda Tekan nomor telpon secara cermat dan benar Pengeulangan karena salah tekan mengakibatkan pemborosan waktu dan biaya • • • Mengulum permen Mengunyah kerupuk, keripik, kacang, kue dan lain – lain. Memutar – mutar / menarik gagang telpon.

 LANGKAH 2 3 BENAR SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN Ucapkan salam waktu •Selamat pagi Sebut nama anda, bagian anda dan jelaskan maksud / tujuan anda menelpon •Saya Lita, dari OK, bisa bicara dengan Pak ( 00.01 – 12. 00 ) •Selamat siang ( 12.00 – 16.00 )

•Selamat sore ( 16.00 – 18.00 ) •Selamat malam ( 18.00 – 24.00 ) •Halo !! •Hai !! •Siapa disana ? •Pak halim ya ? •Mau bicara dengan Pak Halim dong Halim ? •Pak Halim ada ? •Saya Lita dari OK saya •Tolong, Pak Halim ingin bicara dengan Pak nya ada !! Halim

 4 Ucapkan terima kasih SALAH LAKUKAN LANGKAH BENAR JANGAN LAKUKAN •Terima kasih !! •Baik, saya tunggu, terima kasih •( diam saja ) •Trim’s •Cepat ya •Maaf ya, maaf ngerepoti nih

 Menerima telpon masuk LANGKAH BENAR SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN 1 Telpon berdering •Angkat telpon segera, maksimal 2 kali deringan •Jangan menunggu deringan ke tiga 2 Ucapkan salam waktu •Selamat pagi ( 00.01 – 12. 00 ) •Selamat siang ( 12.00 – 16.00 ) •Selamat sore ( 16.00 – 18.00 ) •Selamat malam ( 18.00 – 24.00 ) •Halo !! •Hai !! •Siapa disana ? •Yach, ada apa ?

 BENAR LANGKAH SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN 3 Sebut bagian anda, nama anda dan tawarkan bantuan •Ruang Bedah, dengan Lendra, bisa dibantu? •Laboratorium, dengan Ana, bisa dibantu? •Ada apa? •Lendra, ada apa ya? •Ana, mau apa ? 4 Tanyakan secara sopan nama si penelpon ( jika si penelpon belum menyebutkan namanya ) •Boleh tahu dari siapa bu ? •Dengan siapa saya bicara bu ? •Ibu siapa ? •Nama ibu siapa ? •Anda siapa •Yang bicara ini siapa ya ? •Situ siapa ?

 Jika anda menerima telpon, bukan untuk anda, tapi untuk orang lain seruangan dengan anda : BENAR LANGKAH # Lakukan penegasan, beri bantuan dan minta penelpon menunggu SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN •Oh, ibu mau bicara dengan suster maya. •Saya akan panggilkan, silakan menunggu bu? •Mau sama suster maya? Maya…!!!! Maya …!!! Telpon untuk lu nih..!! •Maya sayang ada yang nelpon nih…!!

 Jika anda menerima telpon, ternyata telpon itu salah sambung: BENAR LANGKAH # Lakukan penegasan, beri bantuan dan minta penelpon menunggu SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN •Oh, ibu salah sambung. Saya akan coba sambungkan dengan Bagian Humas, silakan menunggu sebentar •Salah sambung nih, telpon ulang aja Bu •Salah sambung (langsung tutup telpon)

(31)

mengerti maksud bapak. Saya akan menghubungkan dengan suster Ita di bagian kebidanan yang menangani masalah ini. Silakan menunggu pak •Saya tidak mengerti masalah ini, hubungi saja bagian kebidanan •Maaf, ini bukan urusan saya, bapak tanya saja ke informasi

 LANGKAH Lakukan penegasan, beri bantuan dan minta penelpon menunggu BENAR SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN •(pada waktu telpon segera tersambung pada bagian kebidananan, jelaskan apa munya pak Andi pada suster Ita ). Jangan diam saja sehingga pak Andi harus menjelaskan ulang apa maunya, yang bisa mengakibatkan pak Andi jadi jengkel / marah •Jangan “lempar mentah”, jelaskan apa yang sudah tahu, agar customer tidak berulang kali ditanya dan menjelaskan lagi maksudnya berkali – kali…!!

 Saya Siap Berkomunikasi Dengan Efektif...!!!!

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan unt

uk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Dalam rangka menc

apai tujuan tersebut kinerja sumber

daya manusia kesehatan merupakan sa

lah satu kunci keberhasilan yang harus

dikembangkan sesuai kebutuhan pelayanan

kesehatan masyarakat dan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Kinerja tena

ga kesehatan seharusnya merupakan

(32)

. Budaya organisasi mengara

h pada kualitas lingkungan

internal

organisasi

yang dialami orang yang berada di dalamnya.

Kinerja tenaga kesehatan secara pe

rorangan akan mendorong kinerja sumber

daya manusia secara keseluruhan dan memberikan

feed back

yang tepat terhadap

perubahan perilaku, yang direfleksikan da

lam kenaikan produktifitas. Jadi dapat

dikatakan bahwa keberhasilan suatu orga

nisasi sangat didukung dari tingkat kinerja

tenaga kesehatan yang sangat

dipengaruhi oleh proses kom

unikasi yang terjadi antar

tenaga kesehatan dan pimpinan di rumah sakit. Seorang pimpinan dalam sebuah

instansi rumah sakit tidak akan mungkin da

pat bekerja sendiri. Seorang pemimpin

akan selalu memerlukan bantuan tenaga kese

hatan di rumah sakit tersebut agar dapat

melaksanakan arah dan tujuan dari rumah sakit tersebut.

1

Universitas Sumatera Utara

2

Suatu organisasi akan berjalan denga

n sukses apabila organisasi dapat

me

nyediakan dan memberikan segala kebutuhan informasi yang dibutuhkan para

karyawannya, informasi merupakan sumb

er kehidupan organisasi. Dalam konteks

komunikasi organisasi, terd

(33)

, distributor, invest

or dan lain-lain,

sedangkan komunikasi yang terjadi dala

m lingkup organisasi dan mencakup para

anggota organisasi disebu

t komunikasi internal.

Komunikasi internal atau komunikasi

dengan tenaga kesehatan sangat penting

artinya dalam meningkatkan kinerja tenaga

kesehatan. Melalui komunikasi internal

dapat tercipta iklim dan suasana kerj

a yang nyaman, menyenangkan dan demokratis.

Kesadaran setiap pihak akan pentingnya

komunikasi internal dapat menumbuhkan

rasa saling memperhatikan, saling memaha

mi dan saling pengertian antara pihak

pimpinan dan para tenaga kesehatan.

Pada sebuah organisasi khususnya rumah

sakit, proses komunikasi adalah

proses yang pasti dan selalu terjadi.

Komunikasi adalah sarana untuk mengadakan

koordinasi antara berbagai sub bagian da

lam organisasi. Organi

sasi yang berfungsi

baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai

komponen. Suatu organisasi

dikonstruksi dan dipelihara de

ngan komunikasi. Artinya

ketika proses komunikasi antar komponen

dapat diselenggarakan secara harmonis,

maka organisasi tersebut semakin kokoh da

n kinerja organisasi akan meningkat.

Universitas Sumatera Utara

3

(34)

administrasi atau manajemen.

Komunikasi yang lancar dapat menciptakan hubungan kerja yang serasi dan

selaras antar pimpinan dan bawahannya serta sesama bawahan. Jika hubungan kerja

yang demikian dapat tercipta maka dapat

mendorong kinerja dari setiap orang yang

bekerja dalam organisasi tersebut sehingga

apa yang menjadi tujuan dari organisasi

tersebut dapat tercapai.

Menurut Kohler dalam Muhammad (2004)

ada dua model komunikasi dalam

rangka meningkatkan kinerja dan mencap

ai tujuan organi

sasi. Komunikasi

koordinatif, yaitu proses komunikasi ya

ng berfungsi untuk menyatukan bagian-

bagian perkantoran. Komunika

si interaktif yaitu proses

pertukaran informasi yang

berjalan secara berkesinambungan, pert

ukaran pendapat dan sikap yang dipakai

sebagai dasar penyesuaian di antara s

ub-sub bagian dalam perkantoran, maupun

antara perkantoran dengan mitra kerja.

Frekuensi dan intensitas komunikasi yang

dilakukan juga turut mempengaruhi hasil da

ri suatu proses kom

unikasi tersebut.

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan

orang lain dan membutuhkan kelompok atau

masyarakat untuk sa

ling berinteraksi.

Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa se

bagian besar pribadi manusia terbentuk

dari hasil integrasi sosi

al dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering

dipertemukan satu sama lainnya dalam su

atu wadah baik formal maupun informal.

Universitas Sumatera Utara

4

(35)

al yang komp

leksitas

nya jelas terlihat

melalui jenis, peringkat, bentuk da

n jumlah interaksi yang berlaku.

Proses komunikasi dalam organisasi adal

ah salah satu faktor penentu dalam

mencapai organisasi yang efektif. Salah sa

tu proses yang akan selalu terjadi dalam

organisasi apapun adalah proses komunikasi

. Melalui organisasi terjadi pertukaran

informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam

menunjang kelancaran berorganisasi, maka

perhatian yang cukup perlu dicurahkan

untuk mengelola komunikasi dalam organisa

si. Proses komunikasi yang begitu

dinamik dapat menimbulkan berbagai ma

salah yang mempengaruhi pencapaian

sebuah organisasi terutama denga

n timbulnya salah paham dan konflik.

Komunikasi memelihara motivasi dengan me

mberikan penjelasan kepada para

tenaga kesehatan tentang apa yang haru

s dilakukan, seberapa baik mereka

mengerjakannya dan apa yang dapat dila

kukan untuk meningka

tkan kinerja jika

sedang berada di bawah standar. Aktivitas

komunikasi dalam organisasi senantiasa

disertai dengan tujuan yang ingin dicapai

sesama dalam kelompok dan masyarakat.

Budaya komunikasi dalam konteks komunika

si organisasi harus dilihat dari

berbagai sisi. Sisi pertama adalah komuni

kasi antara atasan kepada bawahan. Sisi

kedua antara tenaga kesehatan yang satu

dengan tenaga kesehatan yang lain. Sisi

ketiga adalah antara tenaga kesehatan

kepada atasan. Masi

ng-masing komunikasi

(36)

antara kedua belah pihak harus ada

two – way – communications

atau komunikasi dua arah at

au komunikasi timbal balik,

untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang

diharapkan untuk mencapai cita-cita,

Universitas Sumatera Utara

5

baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, unt

uk me

ncapai tujuan suatu organisasi

(Muhammad, 2004 :102).

kinerja tenaga kesehatan secara pe

rorangan akan mendorong kinerja sumber

daya manusia secara keseluruhan dan memberikan

feedback

yang tepat terhadap

perubahan perilaku, yang direflesikan

dalam kenaikan produktifitas.

Menurut penelitian yang dilakukan A

gustina (2005) Pengaruh efektifitas

komunikasi internal di Graha Mulia

departemen store

Lumajang terhadap kinerja

para tenaga penjualann

ya menunjukkan pengaruh

significan

antara komunikasi

internal di Graha Mulia

departement store

yang meliputi komunikasi vertikal ke

bawah, vertikal ke atas, dan horizontal

terhadap kinerja tenaga penjualannya.

Menurut penelitian yang dilakukan A

nggriani (2009), memperlihatkan bahwa

terdapat hubungan antara komunikasi inte

rnal dengan kinerja karyawan Unit

(37)

Guilford

. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu

komunikasi internal telah dapa

t meningkatkan kinerja karyawan.

Rumah sakit sebagai suatu kesatuan or

ganisasi fungsional yang berada di

garis terdepan di bidang kesehatan, juga

tidak luput dari komunikasi. Pimpinan

rumah sakit bertanggung jawab langsung te

rhadap jalannya komunikasi secara

kondusif antara dirinya selaku

komunikator dengan para st

af administrasi sebagai

komunikan.

Pimpinan rumah sakit dan para staf tenaga kesehatan harus memahami betul

konsep komunikasi agar dapat menjalankan

aktifitas organisasi

nya sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

6

yang diharapkan. Dalam melaksanakan tuga

s, pimpinan rum

ah sakit dihadapkan

kepada dua bidang tugas dan tanggung ja

wab yang harus dikoordinirnya secara

terpadu yaitu bidang teknis medis ya

ng dilakukan petugas medis dan bidang

administrasi yang menjadi tanggung jawab

para staf administ

rasi. Tidak bisa

dipungkiri kedua bidang yang ada di ruma

h sakit dalam kenyataannya saling

mendukung dan melengkapi.

Pimpinan rumah sakit dalam mengkoordi

nir kegiatan administrasi rumah

sakit, pimpinan rumah sakit harus benar-benar dapat memanfaatkan proses

komunikasi yang dilakukannya dengan para st

af tenaga kesehatan administrasi sesuai

(38)

bulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas

antar sesama staf. Pimpinan dapat

mengetahui langsung keadaaan bidang di

bawahnya, sehingga berlangsung operasional

yang efisien, meningkatkan rasa

tanggung jawab semua anggota dan melibatkan me

reka pada kepentingan organisasi,

memunculkan saling pengertian dan sa

ling menghargai tugas masing-masing.

Rumah Sakit Umum Herna Medan mer

upakan salah satu rumah sakit yang

sudah cukup besar dan dikenal banyak kala

ngan di kota Medan bahkan Sumatera

Utara yang sudah memberikan kontri

busi yang cukup besar dalam pembangunan

khususnya dalam bidang kesehatan di kot

a Medan. Program-program kerja yang

dirancang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merupakan tujuan

yang sangat penting sehingga sangat diharapkan kinerja yang optimal yang dapat

diwujudkan melalui peranan komunikasi ya

ng efektif supaya dapat memenuhi peran

Universitas Sumatera Utara

7

dan fungsinya sebagai organisasi yang da

pat me

mberikan pelayanan terbaik bagi

pasien dan masyarakat.

Salah satu indikator kinerja rumah sak

it dapat dilihat dari jumlah pasien.

Grafik Barber Johnson merupakan salah

satu alat untuk mengukur tingkat efisiensi

pengelolaan rumah sakit. Grafik Barber

Johnson sendiri dipe

roleh dari hasil

perhitungan beberapa data statistik rumah sakit. Dalam hal ini, tentu saja

medical

record

memegang peran penting. Berdasarkan da

ta yang didapat dari bagian rekam

(39)

naga kesehatan belum maksimal. Hal ini

terlihat dari nilai

Bed Occupancy Rate

(BOR),

Bed Turn Over

(BTO)

, Length of Stay

(LOS) dan

Turn Over Interval

(TOI), Growth Death Rate

(GDR), Netto Death Rate

(NDR) yang masih jauh dari ideal seperti ya

ng terlihat di bawah ini dan sebagaimana

digambarkan dalam Grafik Barber – J

ohnson yang terdapat dalam tabel 1.1.

Tabel 1.1. Tabel BOR, BTO, LOS dan TOI RSU. Herna Tahun 2009

Bulan

(40)
(41)

5,38

3,36

0,34

September

59,27

5,13

3,52

3,46

4,69

1,26

Oktober

61,35

5,07

3,19

3,75

2,50

0,30

Nopember

64,0

5,44

3,0

3,52

4,07

0,70

Desember

56,2

5,23

4,0

3 ,33

3,75

0,37

Nilai Standard

70 - 85

7 - 10

1 - 3

4 - 5

< 3

< 2,5

Sumber : Administrasi RSU Herna Medan, Tahun 2009

(42)

8

Rendahnya

utilisasi

(penggunaan) fasilitas kesehatan seperti rum

ah sakit

sering dianggap penyebabnya adalah faktor jarak, fasilitas, tarif yang tinggi, tempat

yang kurang strategis, perala

tan yang kurang memadai da

n sebagainya. Rumah Sakit

sering melupakan kinerja dan pelayanan

kesehatan yang dilakukan tenaga medis dan

non medis sehingga pelayanan yang dibe

rikan kurang maksimal dan menjadi

penyebab rendahnya kunjungan masyarakat.

Hal ini dapat dilihat dari nilai

BOR,

BTO, LOS

dan

TOI

Rumah Sakit Umum Herna belum maksimal.

Melihat pengaruh yang sangat penting an

tara proses komunikasi yang terjadi

dalam suatu organisasi khususnya komunikasi

internal antar tenaga kesehatan dengan

tingkat kinerja tenaga kesehatan maka pe

nulis tertarik mengambil judul “Pengaruh

Komunikasi Internal Terhadap Kinerja tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum Herna

Medan”.

1.2.

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang tela

h diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasi permasalahan-permasalahan berikut :

1.

Menurunnya kinerja tenaga kesehata

n Rumah Sakit Umum Herna Medan

dilihat dari jumlah pasien

Bed Occupancy Rate

(BOR) di bawah standard

yaitu 60%- 80%.

(43)

Masih ditemukan kendala atau ha

mbatan-hambatan dalam melakukan

komunikasi internal di Ru

mah Sakit Umum Herna Medan.

Universitas Sumatera Utara

9

3.

Kurang optimalnya kinerja tenaga ke

sehatan disebabkan belum

efektifnya

proses komunikasi internal yang terjad

i di Rumah Sakit Umum Herna Medan.

Berdasarkan latar belakang yang telah di

kemukakan di atas maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh komunikasi internal

terhadap kinerja tenaga kesehatan

di Rumah Sakit Umum Herna Medan”.

1.3. Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh komunikasi internal

terhadap kinerja

tenaga kesehatan

Rumah Sakit Umum Herna Medan.

1.4. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh komunikasi internal te

rhadap kinerja tenaga kesehatan di

Rumah Sakit Umum Herna Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian pada umumnya ada

dua yaitu manfaat penelitian bagi

peneliti dan manfaat penelitian bagi lembaga (Rumah Sakit) tempat melakukan

penelitian.

Manfaat penelitian ba

gi peneliti adalah:

1.

Dapat menciptakan daya analisis terhadap permasalahan.

2.

Sebagai dasar pijakan bagi penelitian selanjutnya.

(44)

10

Manfaat penelitian bagi organisasi, da

lam hal ini bagi Ru

mah Sakit Umum

(RSU) Herna Medan, adalah:

1.

Hasil penelitian merupakan masukan

(input)

bagi rumah sakit untuk lebih

memfungsikan komunikasi internal

dalam organisasi, untuk lebih

meningkatkan kinerja tenaga kesehatan.

2.

Membuat kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja tenaga kesehatan, yang

pada akhirnya mendorong layanan kepa

da pasien dan masyarakat pada

umumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini terbagi menjadi populasi sumur gali yakni 20 sumur gali dan populasi perilaku pengguna sumur gali yang berjumlah 125 responden.

Kebutuhan akan perencanaan produksi akan sangat terlihat jelas pada usaha yang merupakan suatu usaha manufaktur atau produk yang di hasilkan berupa barang.Namun de4\mikian

Hasil penelitian tentang Analisis Penggunaan Bahan Substitusi Pada Batang Nol Model Jembatan Rangka Baja Terhadap Stabilitas Struktur menunjukkan bahwa, terjadi peningkatan

2. Elemen teritorialitas yang terdapat pada permukiman suku Bajo diatas air di Desa Tumbak yakni Teritorialitas Primer kebutuhan keluarga: a) batas halaman yang dibentuk oleh

Produk yang dihasilkan dari tanaman yang dibudidayakan di hutan dan sesuai dengan karakteristik budidaya hutan adalah hasil hutan (kayu dan HHBK), sedangkan produk yang dihasilkan

Metode analisis data yang digunakan menggunakan Model Spradley (Sugiyono, 2018) dengan proses penelitian yang berangkat dari penjelasan yang lebih luas menjelaskan

Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat, syarat dan batasan penggunaan regresi dengan banyak variabels dalam kontek hubungan kausalitas 56. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat, syarat

Jumlah responden 84 petani berasal dari 8 kabupaten, yaitu kabupaten Kendal, Brebes, Kebumen dan Temanggung (untuk mewakili Jawa Tengah bagian Barat) dan kabupaten