BAB 6.
MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMASI (MKI)
Elemen Penilaian MKI.1
1. Rumah sakit mengidentifikasi komunitas dan populasi yang dilayani (cakupan pelayanan) 2. Rumah sakit telah mengimplementasikan suatu strategi komunikasi dengan populasi
tersebut.
3. Rumah sakit menyediakan informasi tentang jenis pelayanan, jam pelayanan dan proses untuk mendapatkan pelayanan.
4. Rumah sakit menyediakan informasi tentang kualitas pelayanannya.
Elemen Penilaian MKI.2
1. Informasi untuk pasien dan keluarga tentang asuhan dan pelayanan diberikan oleh rumah sakit.
2. Informasi untuk pasien dan keluarga tentang bagaimana akses terhadap pelayanan diberikan oleh rumah sakit.
3. Informasi tentang altenatif asuhan dan pelayanan lain diberikan apabila rumah sakit tidak dapat menyediakan asuhan dan pelayanan yang dibutuhkan.
Elemen Penilaian MKI.3
1. Komunikasi dan pendidikan (edukasi) pasien dan keluarga menggunakan format yang mudah dipahami.
2. Komunikasi dan pendidikan (edukasi) pasien dan keluarga diberikan dalam bahasa yang dimengerti.
3. Anggota keluarga, khususnya penerjemah anak, digunakan sebagai penerjemah hanya sebagai upaya akhir.
Elemen Penilaian MKI.4
1. Pimpinan menjamin proses pemberian informasi yang relevan secara tepat dalam waktu yang tepat di seluruh rumah sakit.
2. Komunikasi efektif terlaksana antar program- program di dalam rumah sakit.
3. Komunikasi efektif terlaksana dengan pihak luar rumah sakit.
4. Komunikaksi efektif terlaksana dengan pasien dan keluarga.
Elemen Penilaian MKI. 5
1. Pimpinan menjamin komunikasi yang efektif dan efisien antara departemen klinik dan non klinik, pelayanan dan anggota staf secara indvidu.
2. Pimpinan membantu mengembangkan komunikasi dalam memberikan pelayanan klinik.
3. Tersedia pengembangan saluran (channels) komunikasi reguler antara pemerintah dengan manajemen.
Elemen Penilaian MKI. 6
1. Tersedia suatu proses komunikasi informasi pasien diantara pemberi asuhan berdasarkan pada proses yang sedang berjalan atau pada waktu penting tertentu dalam proses pelayanan.
2. Informasi dikomunikasikan termasuk status kesehatan pasien
3. Informasi dikomunikasikan termasuk ringkasan pelayanan yang telah diberikan.
4. Informasi dikomunikasikan termasuk perkembangan pasien.
Elemen Penilaian MKI. 7
1. Ditetapkan kebijakan (policy) siapa pemberi pelayanan yang mempunyai akses pada berkas rekam medis.
2. Berkas rekam medis tersedia bagi semua pemberi pelayanan yang membutuhkannya untuk pelayanan pasien.
3. Data Berkas rekam medis di perbaharui (up date) untuk menjamin komunikasi dengan informasi mutakhir.
Elemen Penilaian MKI. 8
1. Berkas rekam medis atau resume/ringkasan informasi pelayanan pasien ditransfer bersama pasien ke unit pelayanan lain di dalam rumah sakit.
2. Resume/ringkasan berisi alasan masuk rawat inap
3. Resume/ringkasan berisi temuan yang signifikan
4. Resume/ringkasan berisi diagnosis yang telah ditegakkan ( dibuat)
5. Resume/ringkasan berisi tindakan yang telah diberikan
6. Resume/ringkasan berisi obat- obatan atau pengobatan lainnya.
7. Resume/ringkasan berisi kondisi pasien saat dipindah ( transfers)
Elemen Penilaian MKI. 9
3. Proses perencanaan kebutuhan informasi memperhatikan persyaratan individu dan agen pihak luar rumah sakit
4. Perencanaan disesuaikan dengan besar dan kompleksitas rumah sakit
Elemen Penilaian MKI. 10
1. Ada kebijakan tertulis mengenai privasi dan kerahasiaan informasi berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
2. Rumah sakit mempunyai kebijakan yang mengindikasikan bahwa pasien mempunyai hak akses terhadap informasi kesehatan mereka dan proses ijin untuk mendapatkan informasi tersebut
3. Kebijakan tersebut dilaksanakan.
4. Kepatuhan terhadap kebijakan dimonitor.
Elemen Penilaian MKI. 11
1. Rumah sakit memiliki kebijakan tertulis untuk menangani keamanan informasi, termasuk integritas data yang didasarkan pada atau konsisten dengan peraturan dan perundang– undangan yang berlaku.
2. Kebijakan mencakup tingkat keamanan untuk setiap katagori data dan informasi
3. Diidentifikasi kebutuhan siapa atau jabatan apa yang mendapat ijin akses terhadap setiap katagori data dan informasi.
4. Kebijakan dilaksanakan
5. Kepatuhan terhadap kebijakan dimonitor
Elemen Penilaian MKI. 12
1. Rumah sakit mempunyai kebijakan waktu penyimpanan (retensi) berkas rekam medis pasien, data dan informasi lainnya
2. Proses retensi sesuai dengan keamanan dan kerahasiaan yang ditetapkan.
3. Dokumen, data dan informasi dimusnahkan setelah mencapai periode retensi.
Elemen Penilaian MKI. 13
1. Standarisasi kode diagnosis yang digunakan dan dimonitor
2. Standarisasi kode prosedur/tindakan yang digunakan dan dimonitor
3. Standarisasi definisi yang digunakan
5. Standarisasi singkatan yang digunakan dan yang tidak digunakan diidentifikasi dan dimonitor
Elemen Penilaian MKI. 14
1. Desiminasi data dan informasi sesuai kebutuhan pengguna, 2. Pengguna menerima data dan informasi tepat waktu,
3. Pengguna menerima data dan informasi dalam suatu format yang sesuai dengan yang diharapkan.
4. Staf memiliki akses ke data dan informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pekerjaan mereka.
Elemen Penilaian MKI. 15
1. Staf klinik berpartisipasi dalam pengambilan keputusan teknologi informasi. 2. Staf manajerial berpartisipasi dalam pengambilan keputusan teknologi informasi.
Elemen Penilaian MKI. 16
1. Rekam medis dan informasi dilindungi dari kehilangan dan kerusakan.
2. Rekam medis dan informasi dilindungi gangguan dan akses serta penggunaan yang tidak sah.
Elemen Penilaian MKI. 17
1. Pengambil keputusan dan tenaga lainnya telah diberikan pendidikan tentang prinsip manajemen informasi
2. Pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan tanggung jawab pekerjaannya
3. Data dan informasi klinik dan manajerial diintegrasikan sesuai kebutuhan untuk mendukung pengambilan keputusan.
Elemen Penilaian MKI. 18
1. Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis yang menjelaskan persyaratan untuk mengembangkan dan menjaga kebijakan dan prosedur, meliputi paling sedikit item a) sampai dengan h) dalam maksud dan tujuan dan dilaksanakan.
2. Tersedia prosedur protokol tertulis yang menguraikan bagaimana kebijakan dan prosedur yang berasal dari luar rumah sakit dapat dikendalikan dan diimplementasikan.
4. Tersedia kebijakan dan protokol tertulis yang menguraikan bagaimana semua kebijakan dan prosedur yang beredar dapat diidentifikasi dan ditelusuri, serta diimplementasikan.
Elemen Penilaian MKI. 19
1. Rekam medis pasien dibuat untuk setiap pasien yang dikaji dan diobati rumah sakit. 2. Rekam medis pasien dipelihara dengan menggunakan identitas pasien yang unik/khas
atau metode lain yang efektif.
Elemen Penilaian MKI . 19.1.
1. Isi spesifik dari berkas rekam medis pasien ditentukan oleh rumah sakit 2. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mengidentifikasi pasien,
3. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mendukung diagnosis,
4. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk memberi justifikasi pelayanan dan pengobatan.
5. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mendokumentasikan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
Elemen Penilaian MKI.19.1.1
1. Rekam medis pasien emergensi memuat jam kedatangan
2. Rekam medis pasien emergensi memuat kesimpulan ketika pengobatan diakhiri
3. Rekam medis pasien emergensi memuat kondisi pasien pada saat dipulangkan.
4. Rekam medis pasien emergensi memuat instruksi tindak lanjut.
Elemen Penilaian MKI.19.2.
1. Siapa yang mendapat otorisasi untuk mengisi rekam medis diatur dalam kebijakan rumah sakit
2. Format dan lokasi pengisian ditentukan dalam kebijakan rumah sakit.
3. Tersedia proses untuk menjamin bahwa hanya yang mempunyai otorisasi/kewenangan yang dapat mengisi berkas rekam medis.
4. Tersedia proses yang ditujukan bagaimana mengisi dan mengoreksi rekam medis.
5. Siapa yang mempunyai otorisasi untuk akses kedalam rekam medis diidentifikasi dalam kebijakan rumah sakit
Elemen Penilaian MKI.19.3.
1. Pada setiap pengisian rekam medis dapat diidentifikasi siapa yang mengisi 2. Tanggal pengisian rekam medis dapat diidentifikasi
3. Bila dipersyaratkan oleh rumah sakit, waktu/jam pengisian rekam medis dapat diidentifikasi.
Elemen Penilaian MKI. 19.4
1. Rekam medis pasien dIreview secara berkala. 2. Review menggunakan sample yang mewakili
3. Review melibatkan dokter, perawat dan profesi lain yang mempunyai otorisasi pengisian rekam medis atau pengelola rekam medis.
4. Fokus review adalah pada ketepatan waktu, keabsahan dan kelengkapan rekam medis
5. Persyaratan isi rekam medis yang sejalan dengan peraturan dan perundang-undangan termasuk dalam proses review
6. Proses review termasuk rekam medis pasien yang masih aktif dirawat dan pasien yang sudah pulang
7. Hasil proses review digabungkan dalam mekanisme menjaga kualitas pelayanan rumah sakit
Elemen Penilaian MKI. 20
1. Kumpulan data dan informasi mendukung asuhan pasien.
2. Kumpulan data dan informasi mendukung manajemen rumah sakit.
3. kumpulan data dan informasi mendukung program manajemen kualitas/mutu.
Elemen Penilaian MKI. 20.1
1. Rumah sakit memiliki proses untuk membuat kumpulan data dalam merespon sesuai identifikasi kebutuhan pengguna
2. Rumah sakit menyediakan data yang dibutuhkan oleh agensi di luar rumah sakit.
Elemen Penilaian MKI. 20.2
1. Rumah sakit memiliki proses untuk berpartisipasi atau menggunakan informasi dari data base eksternal.
2. Rumah sakit berkontribusi terhadap data atau informasi data base eksternal sesuai peraturan dan perundang-undangan.
4. Keamanan dan kerahasiaan dijaga ketika berkontribusi atau menggunakan data base eksternal.
Elemen Penilaian MKI. 21
1. Informasi ilmiah terkini dan informasi lain untuk mendukung pelayanan pasien 2. Informasi ilmiah terkini dan informasi lain untuk mendukung pendidikan klinik
3. Informasi ilmiah terkini dan informasi lain untuk mendukung riset.
4. Informasi profesional terkini dan informasi lain untuk mendukung manajemen
5. Tersedia informasi dalam kerangka waktu yang sesuai dengan harapan pengguna
Informasi mengenai Standar Akreditasi Rumah Sakit 2013 Pokja MKI atau Manajemen Komunikasi dan Informasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk Akreditasi RUmah Sakit 2013.
SAMPLE POLICY ON VERBAL/TELEPHONE ORDERS
This document is not meant to be used “as is
” and is only being distributed as an example
of the kind of policy you may wish to implemen
t in your facility. Because different types
of facilities have different requirements and
staffing, there is no “one size fits all” policy
statement related to verbal orders. We sugge
st that you consult w
ith your legal counsel
and clinical managers in developing
this or any policy or procedure.
Purpose
To reduce errors associated with misinterpr
eted verbal or telephone communications of
medication orders or test results.
Policy
1.
ich immediate written or electronic
communication is not feasible.
2.
Verbal orders and test results are not a
llowed when the prescriber is present and
the patient’s chart is available, excep
t during a sterile procedure or in an
emergency situation, in which cas
e a repeat-back is acceptable.
3.
Verbal orders are not permitted for non-fo
rmulary drugs, except during a sterile
procedure or in an emergency situation, in
which case a repeat-b
ack is acceptable.
4.
Verbal orders are not permitted for chemotherapy.
5.
Verbal orders and test results are not permitted via voice mail.
6.
The following job categories are author
ized to give verbal orders: [
include list
]
7.
The following job categories are author
ized to accept verbal orders: [
include list
]
Procedures
1.
Verbal orders and test results, when a
llowed, will be immediately written down
by the recipient, read back by the recipi
ent, and confirmed or
corrected by the
prescriber. The order must be written before it is read back.
2.
Both parties will pronounce numerical digits separately—saying, for example,
“one six” instead of “sixteen.”
For medication orders, the prescriber
will spell the name of any unfamiliar
medication, if either party feels this is necessary.
4.
For medication orders, prescribers will in
clude the purpose of the drug to ensure
that the order makes sense in the c
ontext of the patient’s condition.
©2006 Pennsylvania Patient Safety Authority
2
5.
For medication orders, both parties w
ill include the mg/kg dose along with the
patient’s specific dose for all verbal
neonatal/pediatric medication orders.
6.
For medication orders, both parties will
express doses of medications by unit of
weight (e.g., mg, g, mEq, mMol).
7.
The recipient will record each verbal orde
r directly onto an order sheet in the
patient’s chart and will include phone or pa
ger numbers in case it is necessary for
follow-up questions.
8.
Recipients of verbal orders will sign, date,
time, and note the order at the time it is
written on the order sheet or ente
red into the computer system.
9.
Prescribers will verify, sign, and
date orders within ___ hours.
10.
Pharmacy will disallow medication requests from nursing units to the pharmacy
unless the verbal order has been tr
anscribed onto an order form and
simultaneously faxed or otherwise seen
by a pharmacist before the medication is
dispensed.
11.
abbreviations.
12.
Verbal medication orders will include the following information:
12.1.
Date and time order is received
12.2.
Patient name
12.3.
Drug name (brand or generic)
12.4.
Dosage form (e.g., tablets, capsules, inhalants, etc.)
12.5.
Strength or concentration
12.6.
Dose
12.7.
Frequency
12.8.
Route
12.9.
Quantity and/or duration
12.10.
Name of prescriber
12.11.
Signature of order recipient
Resources
Pennsylvania Patient Safety Reporting Sy
stem (PA-PSRS). Improving the safety of
telephone or verbal orders. PA-PSRS Patie
nt Safety Advisory. Jun 2006;3(2):1-7.
Available from Internet: http://www.psa.state.pa.us.
National Coordinating Council fo
r Medication Error Reporting.
Recommendations to
Reduce Medication Errors Associated with Ve
rbal Medication Orders
and Prescriptions.
Latar Belakang
Kegiatan
komunikasi sudah
menjadi sebagian
besar kegiatan kita
sehari-hari, mulai
antar teman/pribadi,
kelompok,
massa. Kegiatan
komunikasi pada
prinsipnya adalah
aktivitas pertukaran
ide atau gagasan.
Secara sederhana,
kegiatan komunikasi
dipahami sebagai
kegiatan
penerimaan pesan
atau ide dari satu
pihak ke pihak lain,
dengan tujuan untuk
mencapai kesamaan
pandangan atas ide
yang dipertukarkan
tersebut. Begitu pula
dengan pelayanan
keberhasilan misi
sebuah rumah sakit
sangat ditentukan
oleh keluwesan
berkomunikasi
setiap petugas,
perawat dan dokter.
Pelayanan rumah
sakit selalu
berbagai karakter
dan perilaku pasien
yang berkepentingan
dengan jasa
perawatan sehingga
petugas, perawat dan
dokter harus
memahami dan
yang bisa diterapkan
di segala situasi.
Dalam profesi
kedokteran,
komunikasi dokter
dengan pasien
merupakan salah
satu kompetensi
komunikasi
menentukan
keberhasilan dalam
membantu
penyelesaian
masalah kesehatan pasien. Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa berada dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanya dan bercerita atau mengungkapkan diri. Hasilnya, pasien menerima saja apa yang dikatakan dokter. Paradigma inilah yang harus kita perbaiki. Pasien dan dokter harus berada dalam kedudukan setara sehingga pasien tidak merasa rendah diri dan malu untuk bisa menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi yang efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya. Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu yang lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan waktu yang lebih sedikit karena petugas, perawat dasn dokter terampil mengenali kebutuhan pasien. Atas dasar kebutuhan pasien, perawat dan dokter melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien. Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman komunikasi efektif untuk petugas, perawat dan dokter di RS Royal Progress untuk memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.
Secara umum tujuan
penyusunan
pedoman
komunikasi efektif
ini adalah : 1.
Memberikan
pengetahuan dan
pedoman bagi
cara berkomunikasi
dengan pasien dan
keluarganya. 2. Agar
petugas, perawat dan
dokter dapat
melakukan
komunikasi yang
efektif dengan
pasien dan
Menghindarkan
kesalahpahaman
yang bisa
menimbulkan
dugaan malpraktik.
BAB II
KOMUNIKASI
EFEKTIF
communis
” yang artinya
bersama. Secara
terminologis,
komunikasi diartikan
sebagai suatu proses
penyampaian
pikiran atau
pihak lain dengan
menggunakan suatu
media. Menurut ahli
kamus bahasa,
komunikasi adalah
upaya yang
bertujuan berbagi
untuk mencapai
berkomunikasi maka
pemahaman yang
sama terhadap pesan
yang saling
dipertukarkan adalah
tujuan yang
diinginkan oleh
keduanya. Webster’s
New Collegiate
tahun 1977 antara
lain menjelaskan
bahwa komunikasi
adalah suatu proses
pertukaran informasi
diantara individu
melalui sistem
lambing-lambang,
tanda-tanda atau
A. KLASIFIKASI
KOMUNIKASI
Berdasarkan kepada
penerima pesan atau
komunikan,
komunikasi
diklasifikasikan
menjadi : 1.
Penggunaan bahasa
atau pikiran yang
terjadi di dalam diri
komunikator sendiri
antara individu
dengan Tuhannya.
Komunikasi
keterlibatan internal
secara aktif dari
individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, meberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. 2. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal berlangsung dengan dua arah, antara komunikator dan komunikan; antara seorang tenaga medis dengan teman sejawat atau antara seorang tenaga medis dengan pasien. 3. Komunikasi Kelompok Salah satu bentuk komunikasi yang terjadi di dalam sebuah kelompok. Komunikasi tidak hanya terjadi antara seseorang dengan seseorang yang lainnya, komunikasi juga dilakukan dengan sekelompok orang yang disebut dengan komunikasi kelompok. Menurut Michael Burgoon, komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, dimana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat, misalnya organisasi profesi, kelompok remaja dan kelompok-kelompok sejenisnya. Komunikasi dapat dalam bentuk diskusi, rapat dan sebagainya
Dalam profesi Petugas Kesehatan, komunikasi petugas dengan Ke pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai petugas.
Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam pelayanan kesehatan. Di Indonesia, sebagian petugas kesehatan merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang – bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, petugas kesehatan bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnose dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Di rumah sakit perlu adanya koordinasi yang baik antar petugas. Mengantisipasi kesalah pahaman atau konflik dengan pasien, tenaga kesehatan di rumah sakit seperti perawat,nakes lain dan dokter harus bisa mempraktikkan komunikasi yang efektif dengan pasien. Perlu di dorong peningkatan kualitas sumber daya manusia di rumah sakit agar lebih pintar berkomunikasi.
Kepala Ruang dan tenaga fungsional kesehatan penata laboratorium, perawat, psikolog, therapist, ahli gizi, farmasist dan radiografer ) sehingga mumpunyai pengetahuan cara berkomunikasi yang efektif serta dapat memberikan edukasi pada pasien dan keluarga sesuai Kebijakan & Pedoman Pemberian Edukasi dan Mampu memberikan edukasi pada pasien dan keluarga serta dapat mendokumentasikan dalam bentuk SBAR di RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tengah. Dalam pelatihan kali ini mengundang pembicara dari Departemen keperawatan Dasar PSIK Universitas Diponegoro.Acara pelatihan Komunikasi Efektif dilaksanakan dengan meriah karena ada banyak doorprise dari sponsorship pocari sweat.
THE COURTESY DIAL ( Sopan Santun Percakapan Telpon ) 1. ANGKATLAH SEGERA Angkat telpon yang berdering segera, jangan menunggu deringan ketiga 2. SALAM WAKTU Ucapkan salam waktu yang sesuai secara lengkap : Selamat pagi, Selamat siang, Selamat sore, Selamat malam, sesuai kebiasaan positif kita jika bertemu muka dengan orang lain. Jangan mengatakan “ halo “, “ pagi “, “ siang “, “ sore “
3. SEBUTKAN KANTOR ANDA, DAN / ATAU NAMA ANDA Setelah mengucapkan salam waktu, sebutkan nama kantor anda ( jika Anda seorang Operator ), atau nama bagian anda dan / atau nama anda sendiri. Sebaliknya jika si penelpon tidak menyebutkan namanya, tanyalah dengan sopan : “ boleh saya tahu nama Bapak/Ibu/Anda ?”, atau : “ Dengan siapa saya berbicara Pak / Bu ? “
4. TANYAKAN TUJUAN MENELPON Jika si penelpon tidak menjelaskan maksudnya, tanyalah dengan sopan “ Boleh saya tahu, mengenai apa Pak / Bu ? “ Sebaliknya jika Anda menjadi penelpon, setelah mendapatkan jawaban dari si penerima telpon, Anda harus
menjelaskan maksud / tujuan Anda menelpon 5. BERBICARALAH YANG JELAS Berbicaralah dengan jelas, lugas, dan asertif, pakailah suara anda yang alami, jangan dibuat - buat
6. SIAPKAN KERTAS CATATAN DAN BOLPEN Siaplah selalu dengan nota / kertas catatan dan pensil / bolpen setiap Anda menerima telpon. Jika ada yang harus dicatat, Anda tidak repot dan tidak membiarkan si penelpon menunggu 7. TUNJUKKAN PERHATIAN YANG TULUS Beri perhatian penuh pada si pembicara, jangan bikin lawan bicara anda bingung, kecewa, atau jengkel. Ingat : telpon adalah alat elektronik yang cukup sensitif, sehingga bila perhatian anda terbagi maka lawan bicara anda dapat merasakannya
8. MINTALAH INFORMASI SELENGKAPNYA Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan lawan bicara anda. Bila ada yang kurang jelas sebaiknya tanyalah langsung secara sopan dan ramah. Terutama jika ada sesuatu pesan atau permintaan, sebaiknya anda mengulangnya. 9. SEBUTLAH NAMA LAWAN BICARA Sebutlah nama lawan bicara anda selama pembicaraan berlangsung. Tanyalah namanya dengan sopan jika anda belum tahu. Dengan menyebut nama, percakapan akan terasa lebih dekat dan hangat seakan-akan anda berhadapan dengan orangnya sendiri, bukan dengan mesin.
10. TAWARKAN BANTUAN SELENGKAPNYA SESUAI YANG DIBUTUHKAN Tawarkan selalu bantuan anda. Jika anda tidak bisa memberi informasi yang diinginkan penelpon,
hubungkan dengan orang lain yang bisa membantu dan melayaninya. Bila telpon tersebut salah sambung, bantulah dia untuk disambungkan secara benar pada orang yang dituju.
sehingga kurang jelas, terkesan tergesa – gesa, terkesan terpaksa / tak suka berbicara dengan lawan bicara kita
4. Membiarkan telpon terbuka ketika berbicara dengan orang lain ( bukan si penelpon ), sehingga lawan bicara kita binggung. 5. Berbicara tidak di depan transmitter, sehingga suara kita terdengar sayup-sayup, lirih, atau seperti desahan mesra. 6. Berbicara samdil menghembuskan napas berat dalam-dalam kearah transmitter, sehingga terdengar seperti angin ribut menderu bagi lawan bicara kita.
7. Berbicara buruk sebelum pesawat telpon kita tutup dengan sempurna. Lawan bicara kita bisa mengira kata-kata tersebut ditujukan padanya. 8. Berbicara sambil mengetukkan tangan ke badan pesawat telpon, menendang-nendang kaki meja, mengayun-ayun kabel telpon, dll. Yang akan membuat suara-suara gaduh yang mengganggu.
9. Berbicara sekaligus pada dua pesawat telpon tanpa menutup salah satu transmitter, yang akan membingungkan lawan bicara kita. 10. Meletakkan gagang telpon kita terlalu terburu-buru, sebelum lawan bicara kita benar-benar selesai bicara.
PENGGUNAAN KATA “ HALO “ Kata “ HALO “ memberi kesan santai, tidak resmi, menganggap lawan bicara sebagai orang yang sebaya atau sederajat dengan kita. Kantor adalah lingkungan kedinasan, sebaiknya gunakan salam waktu, karena salam selalu tepat baik untuk dinas maupun pribadi.
Kata “ HALO “ hanya tepat digunakan : Jika kita kurang jelas menangkap sinyal lawan bicara kita, jadi merupakan kode / tanda untuk mengulang lagi apa yang dikatakannya. Untuk menyambung pembicaraan kembali jika karena sesuatu hal / gangguan pembicaraan kita terputus. Untuk mengecek apakah lawan bicara kita masih mendengarkan kita di ujung telpon sana.
MENGEJA HURUF Ejaan huruf jika tidak persis / tepat bisa mengakibatkan kesalahan dan membingungkan, terutama ejaan nama seseorang jika keliru bisa menyinggung perasaan orang tersebut. Maka kita harus bisa mengeja kata-kata yang sulit didengar, terlalu panjang, atau kata-kata asing. Ejaan internasional yang biasa digunakan para anggota radio amatir, yang juga merupakan kode pembicaraan antara pilot dengan stasiun induknya, adalah sebagai berikut : EJAAN INTERNATIONAL A B C D E F G H I J K L M ALPHA BRAVO CHARLIE DELTA ECHO FOXTROT GOLF HOTEL INDIA JULIET KILO LIMA MIKE N O P Q R S T U V W X Y Z NOVEMBER OSCAR PAPA QUEBEC ROMEO SIERRA TANGGO UNIFORM VICTOR WHISKEY X-RAY YANKEE ZEBRA
SALAH – BENAR PERCAKAPAN TELPON Dalam percakapan telpon, kontak kita dengan lawan bicara kita hanya melalui suara saja. Maka kecenderungan salah paham sering terjadi, karena lawan bicara kita tidak melihat ekspresi wajah kita saat kita berbicara. Ucapan yang pendek-pendek / singkat-singkat sering disalah artikan sebagai ucapan kasar dan tidak ramah. Karena itu berhati-hatilah ketika berbicara di telpon.
SALAH BENAR 1 Halo ! •Assalamu’alaikum •Selamat pagi •Selamat siang •Selamat sore •Selamat malam 2 Apa ? Maaf pak / bu, kurang jelas 3 Ibu siapa ? Maaf bu, tidak jelas Mohon diulang nama ibu 4 Siapa nih ? Boleh saya tahu nama bapak ? 5 Tunggu ya ! Mohon tunggu sebentar ibu
SALAH BENAR 10 Apa mau di bel kembali ? Bagaimana kalau saya minta bapak Toni untuk menelpon ibu nanti ? 11 Ada pesan apa ? Apakah bapak ingin meninggalkan pesan ? 12 Mau nunggu enggak ? Maaf, ibu Dina sedang menelpon, apa bapak mau menunggu ?
SALAH BENAR 13 Oke deh, nanti saya kasih tahu. Baik bu, saya akan beritahu bahwa ibu menelpon, dan saya akan sampaikan pesan ibu. 14 • Trims • Thanks Terima kasih 15 Cukup ya pak Terima kasih untuk telpon bapak, selamat siang pak.
PANDUAN BERTELPON < MENELPON KE ORANG LAIN BENAR LAKUKAN
LANGKAH 1 Angkat gagang telpon dan tekan nomor yang akan dituju • • • SALAH JANGAN LAKUKAN Tempatkan transmiter berjarak sekitar 7 cm dari mulut anda Tekan nomor telpon secara cermat dan benar Pengeulangan karena salah tekan mengakibatkan pemborosan waktu dan biaya • • • Mengulum permen Mengunyah kerupuk, keripik, kacang, kue dan lain – lain. Memutar – mutar / menarik gagang telpon.
LANGKAH 2 3 BENAR SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN Ucapkan salam waktu •Selamat pagi Sebut nama anda, bagian anda dan jelaskan maksud / tujuan anda menelpon •Saya Lita, dari OK, bisa bicara dengan Pak ( 00.01 – 12. 00 ) •Selamat siang ( 12.00 – 16.00 )
•Selamat sore ( 16.00 – 18.00 ) •Selamat malam ( 18.00 – 24.00 ) •Halo !! •Hai !! •Siapa disana ? •Pak halim ya ? •Mau bicara dengan Pak Halim dong Halim ? •Pak Halim ada ? •Saya Lita dari OK saya •Tolong, Pak Halim ingin bicara dengan Pak nya ada !! Halim
4 Ucapkan terima kasih SALAH LAKUKAN LANGKAH BENAR JANGAN LAKUKAN •Terima kasih !! •Baik, saya tunggu, terima kasih •( diam saja ) •Trim’s •Cepat ya •Maaf ya, maaf ngerepoti nih
Menerima telpon masuk LANGKAH BENAR SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN 1 Telpon berdering •Angkat telpon segera, maksimal 2 kali deringan •Jangan menunggu deringan ke tiga 2 Ucapkan salam waktu •Selamat pagi ( 00.01 – 12. 00 ) •Selamat siang ( 12.00 – 16.00 ) •Selamat sore ( 16.00 – 18.00 ) •Selamat malam ( 18.00 – 24.00 ) •Halo !! •Hai !! •Siapa disana ? •Yach, ada apa ?
BENAR LANGKAH SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN 3 Sebut bagian anda, nama anda dan tawarkan bantuan •Ruang Bedah, dengan Lendra, bisa dibantu? •Laboratorium, dengan Ana, bisa dibantu? •Ada apa? •Lendra, ada apa ya? •Ana, mau apa ? 4 Tanyakan secara sopan nama si penelpon ( jika si penelpon belum menyebutkan namanya ) •Boleh tahu dari siapa bu ? •Dengan siapa saya bicara bu ? •Ibu siapa ? •Nama ibu siapa ? •Anda siapa •Yang bicara ini siapa ya ? •Situ siapa ?
Jika anda menerima telpon, bukan untuk anda, tapi untuk orang lain seruangan dengan anda : BENAR LANGKAH # Lakukan penegasan, beri bantuan dan minta penelpon menunggu SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN •Oh, ibu mau bicara dengan suster maya. •Saya akan panggilkan, silakan menunggu bu? •Mau sama suster maya? Maya…!!!! Maya …!!! Telpon untuk lu nih..!! •Maya sayang ada yang nelpon nih…!!
Jika anda menerima telpon, ternyata telpon itu salah sambung: BENAR LANGKAH # Lakukan penegasan, beri bantuan dan minta penelpon menunggu SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN •Oh, ibu salah sambung. Saya akan coba sambungkan dengan Bagian Humas, silakan menunggu sebentar •Salah sambung nih, telpon ulang aja Bu •Salah sambung (langsung tutup telpon)
mengerti maksud bapak. Saya akan menghubungkan dengan suster Ita di bagian kebidanan yang menangani masalah ini. Silakan menunggu pak •Saya tidak mengerti masalah ini, hubungi saja bagian kebidanan •Maaf, ini bukan urusan saya, bapak tanya saja ke informasi
LANGKAH Lakukan penegasan, beri bantuan dan minta penelpon menunggu BENAR SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN •(pada waktu telpon segera tersambung pada bagian kebidananan, jelaskan apa munya pak Andi pada suster Ita ). Jangan diam saja sehingga pak Andi harus menjelaskan ulang apa maunya, yang bisa mengakibatkan pak Andi jadi jengkel / marah •Jangan “lempar mentah”, jelaskan apa yang sudah tahu, agar customer tidak berulang kali ditanya dan menjelaskan lagi maksudnya berkali – kali…!!
Saya Siap Berkomunikasi Dengan Efektif...!!!!
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan unt
uk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Dalam rangka menc
apai tujuan tersebut kinerja sumber
daya manusia kesehatan merupakan sa
lah satu kunci keberhasilan yang harus
dikembangkan sesuai kebutuhan pelayanan
kesehatan masyarakat dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kinerja tena
ga kesehatan seharusnya merupakan
. Budaya organisasi mengara
h pada kualitas lingkungan
internal
organisasi
yang dialami orang yang berada di dalamnya.
Kinerja tenaga kesehatan secara pe
rorangan akan mendorong kinerja sumber
daya manusia secara keseluruhan dan memberikan
feed back
yang tepat terhadap
perubahan perilaku, yang direfleksikan da
lam kenaikan produktifitas. Jadi dapat
dikatakan bahwa keberhasilan suatu orga
nisasi sangat didukung dari tingkat kinerja
tenaga kesehatan yang sangat
dipengaruhi oleh proses kom
unikasi yang terjadi antar
tenaga kesehatan dan pimpinan di rumah sakit. Seorang pimpinan dalam sebuah
instansi rumah sakit tidak akan mungkin da
pat bekerja sendiri. Seorang pemimpin
akan selalu memerlukan bantuan tenaga kese
hatan di rumah sakit tersebut agar dapat
melaksanakan arah dan tujuan dari rumah sakit tersebut.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Suatu organisasi akan berjalan denga
n sukses apabila organisasi dapat
me
nyediakan dan memberikan segala kebutuhan informasi yang dibutuhkan para
karyawannya, informasi merupakan sumb
er kehidupan organisasi. Dalam konteks
komunikasi organisasi, terd
, distributor, invest
or dan lain-lain,
sedangkan komunikasi yang terjadi dala
m lingkup organisasi dan mencakup para
anggota organisasi disebu
t komunikasi internal.
Komunikasi internal atau komunikasi
dengan tenaga kesehatan sangat penting
artinya dalam meningkatkan kinerja tenaga
kesehatan. Melalui komunikasi internal
dapat tercipta iklim dan suasana kerj
a yang nyaman, menyenangkan dan demokratis.
Kesadaran setiap pihak akan pentingnya
komunikasi internal dapat menumbuhkan
rasa saling memperhatikan, saling memaha
mi dan saling pengertian antara pihak
pimpinan dan para tenaga kesehatan.
Pada sebuah organisasi khususnya rumah
sakit, proses komunikasi adalah
proses yang pasti dan selalu terjadi.
Komunikasi adalah sarana untuk mengadakan
koordinasi antara berbagai sub bagian da
lam organisasi. Organi
sasi yang berfungsi
baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai
komponen. Suatu organisasi
dikonstruksi dan dipelihara de
ngan komunikasi. Artinya
ketika proses komunikasi antar komponen
dapat diselenggarakan secara harmonis,
maka organisasi tersebut semakin kokoh da
n kinerja organisasi akan meningkat.
Universitas Sumatera Utara
3
administrasi atau manajemen.
Komunikasi yang lancar dapat menciptakan hubungan kerja yang serasi dan
selaras antar pimpinan dan bawahannya serta sesama bawahan. Jika hubungan kerja
yang demikian dapat tercipta maka dapat
mendorong kinerja dari setiap orang yang
bekerja dalam organisasi tersebut sehingga
apa yang menjadi tujuan dari organisasi
tersebut dapat tercapai.
Menurut Kohler dalam Muhammad (2004)
ada dua model komunikasi dalam
rangka meningkatkan kinerja dan mencap
ai tujuan organi
sasi. Komunikasi
koordinatif, yaitu proses komunikasi ya
ng berfungsi untuk menyatukan bagian-
bagian perkantoran. Komunika
si interaktif yaitu proses
pertukaran informasi yang
berjalan secara berkesinambungan, pert
ukaran pendapat dan sikap yang dipakai
sebagai dasar penyesuaian di antara s
ub-sub bagian dalam perkantoran, maupun
antara perkantoran dengan mitra kerja.
Frekuensi dan intensitas komunikasi yang
dilakukan juga turut mempengaruhi hasil da
ri suatu proses kom
unikasi tersebut.
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan
orang lain dan membutuhkan kelompok atau
masyarakat untuk sa
ling berinteraksi.
Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa se
bagian besar pribadi manusia terbentuk
dari hasil integrasi sosi
al dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering
dipertemukan satu sama lainnya dalam su
atu wadah baik formal maupun informal.
Universitas Sumatera Utara
4
al yang komp
leksitas
nya jelas terlihat
melalui jenis, peringkat, bentuk da
n jumlah interaksi yang berlaku.
Proses komunikasi dalam organisasi adal
ah salah satu faktor penentu dalam
mencapai organisasi yang efektif. Salah sa
tu proses yang akan selalu terjadi dalam
organisasi apapun adalah proses komunikasi
. Melalui organisasi terjadi pertukaran
informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam
menunjang kelancaran berorganisasi, maka
perhatian yang cukup perlu dicurahkan
untuk mengelola komunikasi dalam organisa
si. Proses komunikasi yang begitu
dinamik dapat menimbulkan berbagai ma
salah yang mempengaruhi pencapaian
sebuah organisasi terutama denga
n timbulnya salah paham dan konflik.
Komunikasi memelihara motivasi dengan me
mberikan penjelasan kepada para
tenaga kesehatan tentang apa yang haru
s dilakukan, seberapa baik mereka
mengerjakannya dan apa yang dapat dila
kukan untuk meningka
tkan kinerja jika
sedang berada di bawah standar. Aktivitas
komunikasi dalam organisasi senantiasa
disertai dengan tujuan yang ingin dicapai
sesama dalam kelompok dan masyarakat.
Budaya komunikasi dalam konteks komunika
si organisasi harus dilihat dari
berbagai sisi. Sisi pertama adalah komuni
kasi antara atasan kepada bawahan. Sisi
kedua antara tenaga kesehatan yang satu
dengan tenaga kesehatan yang lain. Sisi
ketiga adalah antara tenaga kesehatan
kepada atasan. Masi
ng-masing komunikasi
antara kedua belah pihak harus ada
two – way – communications
atau komunikasi dua arah at
au komunikasi timbal balik,
untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang
diharapkan untuk mencapai cita-cita,
Universitas Sumatera Utara
5
baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, unt
uk me
ncapai tujuan suatu organisasi
(Muhammad, 2004 :102).
kinerja tenaga kesehatan secara pe
rorangan akan mendorong kinerja sumber
daya manusia secara keseluruhan dan memberikan
feedback
yang tepat terhadap
perubahan perilaku, yang direflesikan
dalam kenaikan produktifitas.
Menurut penelitian yang dilakukan A
gustina (2005) Pengaruh efektifitas
komunikasi internal di Graha Mulia
departemen store
Lumajang terhadap kinerja
para tenaga penjualann
ya menunjukkan pengaruh
significan
antara komunikasi
internal di Graha Mulia
departement store
yang meliputi komunikasi vertikal ke
bawah, vertikal ke atas, dan horizontal
terhadap kinerja tenaga penjualannya.
Menurut penelitian yang dilakukan A
nggriani (2009), memperlihatkan bahwa
terdapat hubungan antara komunikasi inte
rnal dengan kinerja karyawan Unit
Guilford
. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu
komunikasi internal telah dapa
t meningkatkan kinerja karyawan.
Rumah sakit sebagai suatu kesatuan or
ganisasi fungsional yang berada di
garis terdepan di bidang kesehatan, juga
tidak luput dari komunikasi. Pimpinan
rumah sakit bertanggung jawab langsung te
rhadap jalannya komunikasi secara
kondusif antara dirinya selaku
komunikator dengan para st
af administrasi sebagai
komunikan.
Pimpinan rumah sakit dan para staf tenaga kesehatan harus memahami betul
konsep komunikasi agar dapat menjalankan
aktifitas organisasi
nya sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
6
yang diharapkan. Dalam melaksanakan tuga
s, pimpinan rum
ah sakit dihadapkan
kepada dua bidang tugas dan tanggung ja
wab yang harus dikoordinirnya secara
terpadu yaitu bidang teknis medis ya
ng dilakukan petugas medis dan bidang
administrasi yang menjadi tanggung jawab
para staf administ
rasi. Tidak bisa
dipungkiri kedua bidang yang ada di ruma
h sakit dalam kenyataannya saling
mendukung dan melengkapi.
Pimpinan rumah sakit dalam mengkoordi
nir kegiatan administrasi rumah
sakit, pimpinan rumah sakit harus benar-benar dapat memanfaatkan proses
komunikasi yang dilakukannya dengan para st
af tenaga kesehatan administrasi sesuai
bulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas
antar sesama staf. Pimpinan dapat
mengetahui langsung keadaaan bidang di
bawahnya, sehingga berlangsung operasional
yang efisien, meningkatkan rasa
tanggung jawab semua anggota dan melibatkan me
reka pada kepentingan organisasi,
memunculkan saling pengertian dan sa
ling menghargai tugas masing-masing.
Rumah Sakit Umum Herna Medan mer
upakan salah satu rumah sakit yang
sudah cukup besar dan dikenal banyak kala
ngan di kota Medan bahkan Sumatera
Utara yang sudah memberikan kontri
busi yang cukup besar dalam pembangunan
khususnya dalam bidang kesehatan di kot
a Medan. Program-program kerja yang
dirancang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merupakan tujuan
yang sangat penting sehingga sangat diharapkan kinerja yang optimal yang dapat
diwujudkan melalui peranan komunikasi ya
ng efektif supaya dapat memenuhi peran
Universitas Sumatera Utara
7
dan fungsinya sebagai organisasi yang da
pat me
mberikan pelayanan terbaik bagi
pasien dan masyarakat.
Salah satu indikator kinerja rumah sak
it dapat dilihat dari jumlah pasien.
Grafik Barber Johnson merupakan salah
satu alat untuk mengukur tingkat efisiensi
pengelolaan rumah sakit. Grafik Barber
Johnson sendiri dipe
roleh dari hasil
perhitungan beberapa data statistik rumah sakit. Dalam hal ini, tentu saja
medical
record
memegang peran penting. Berdasarkan da
ta yang didapat dari bagian rekam
naga kesehatan belum maksimal. Hal ini
terlihat dari nilai
Bed Occupancy Rate
(BOR),
Bed Turn Over
(BTO)
, Length of Stay
(LOS) dan
Turn Over Interval
(TOI), Growth Death Rate
(GDR), Netto Death Rate
(NDR) yang masih jauh dari ideal seperti ya
ng terlihat di bawah ini dan sebagaimana
digambarkan dalam Grafik Barber – J
ohnson yang terdapat dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1. Tabel BOR, BTO, LOS dan TOI RSU. Herna Tahun 2009
Bulan
5,38
3,36
0,34
September
59,27
5,13
3,52
3,46
4,69
1,26
Oktober
61,35
5,07
3,19
3,75
2,50
0,30
Nopember
64,0
5,44
3,0
3,52
4,07
0,70
Desember
56,2
5,23
4,0
3 ,33
3,75
0,37
Nilai Standard
70 - 85
7 - 10
1 - 3
4 - 5
< 3
< 2,5
Sumber : Administrasi RSU Herna Medan, Tahun 2009
8
Rendahnya
utilisasi
(penggunaan) fasilitas kesehatan seperti rum
ah sakit
sering dianggap penyebabnya adalah faktor jarak, fasilitas, tarif yang tinggi, tempat
yang kurang strategis, perala
tan yang kurang memadai da
n sebagainya. Rumah Sakit
sering melupakan kinerja dan pelayanan
kesehatan yang dilakukan tenaga medis dan
non medis sehingga pelayanan yang dibe
rikan kurang maksimal dan menjadi
penyebab rendahnya kunjungan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari nilai
BOR,
BTO, LOS
dan
TOI
Rumah Sakit Umum Herna belum maksimal.
Melihat pengaruh yang sangat penting an
tara proses komunikasi yang terjadi
dalam suatu organisasi khususnya komunikasi
internal antar tenaga kesehatan dengan
tingkat kinerja tenaga kesehatan maka pe
nulis tertarik mengambil judul “Pengaruh
Komunikasi Internal Terhadap Kinerja tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum Herna
Medan”.
1.2.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang tela
h diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi permasalahan-permasalahan berikut :
1.
Menurunnya kinerja tenaga kesehata
n Rumah Sakit Umum Herna Medan
dilihat dari jumlah pasien
Bed Occupancy Rate
(BOR) di bawah standard
yaitu 60%- 80%.
Masih ditemukan kendala atau ha
mbatan-hambatan dalam melakukan
komunikasi internal di Ru
mah Sakit Umum Herna Medan.
Universitas Sumatera Utara
9
3.
Kurang optimalnya kinerja tenaga ke
sehatan disebabkan belum
efektifnya
proses komunikasi internal yang terjad
i di Rumah Sakit Umum Herna Medan.
Berdasarkan latar belakang yang telah di
kemukakan di atas maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh komunikasi internal
terhadap kinerja tenaga kesehatan
di Rumah Sakit Umum Herna Medan”.
1.3. Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh komunikasi internal
terhadap kinerja
tenaga kesehatan
Rumah Sakit Umum Herna Medan.
1.4. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh komunikasi internal te
rhadap kinerja tenaga kesehatan di
Rumah Sakit Umum Herna Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian pada umumnya ada
dua yaitu manfaat penelitian bagi
peneliti dan manfaat penelitian bagi lembaga (Rumah Sakit) tempat melakukan
penelitian.
Manfaat penelitian ba
gi peneliti adalah:
1.
Dapat menciptakan daya analisis terhadap permasalahan.
2.
Sebagai dasar pijakan bagi penelitian selanjutnya.
10
Manfaat penelitian bagi organisasi, da
lam hal ini bagi Ru
mah Sakit Umum
(RSU) Herna Medan, adalah:
1.
Hasil penelitian merupakan masukan
(input)
bagi rumah sakit untuk lebih
memfungsikan komunikasi internal
dalam organisasi, untuk lebih
meningkatkan kinerja tenaga kesehatan.
2.
Membuat kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja tenaga kesehatan, yang
pada akhirnya mendorong layanan kepa
da pasien dan masyarakat pada
umumnya.