ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA BURUH PANGGUL DI PASAR PASIR
GINTUNG BANDAR LAMPUNG
Oleh
FAUZIA ANDINI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA BURUH PANGGUL DI PASAR PASIR
GINTUNG BANDAR LAMPUNG
Oleh
FAUZIA ANDINI
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri punggung bawah tersebut merupakan penyebab utama kecacatan yang mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Low back pain dapat disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Pekerjaan mengangkat menjadi penyebab terlazim dari LBP, yang menyebabkan sekitar 80% kasus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar lampung yang terdiri dari usia, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, masa kerja, beban kerja, dan posisi kerja. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional dengan metode cross sectional dengan sampel sebanyak 48 orang dan dilaksanakan pada bulan November 2014.
ABSTRACT
FACTOR ANALYSIS OF LOW BACK PAIN IN WORKERS AT PASIR GINTUNG MARKET BANDAR LAMPUNG
BY
FAUZIA ANDINI
Low back pain is neither a disease nor a diagnostic entity of any sort. The term refers to pain of variable duration in an area of anatomy afflicted. Low back pain is the leading cause of work-related disability and general welfare. It can be caused by musculoskeletal disorders, psychology, and incorrect mobilization. Eighty percent cases were caused by lifting, which is the most common cause of low back pain.
The aim of this study was to investigate the risk factors of low back pain such as age, body mass index, smoking habit, working period, heavy work load and working position and the relation with low back pain in workers at Pasir Gintung Market, Bandar Lampung. This is an observational study with cross-sectional approach with 48 samples that held on November 2014.
The result of this study showed that 32 participants with low back pain (66,7%) and 16 participant without low back pain (33,3). Working period, heavy work load and working position are found statically significant with low back pain (p <
0,05) meanwhile age, body mass index and smoking habit aren’t statically
significant with low back pain (p >0,05). The biggest risk to low back pain among six variables is working position.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Fauzia Andini dilahirkan di Tangerang, 19 Februari
1993. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan
Endang Romza dan Muhaer. Penulis bertempat tinggal di Jalan Daan Mogot Km.
23 no. 13 RT 03 RW 07 Tanah Tinggi Kota Tangerang.
Pendidikan yang ditempuh penulis yaitu Taman Kanak-Kanak Al-Qalam, SD
Negeri Daan Mogot 1, SMP Negeri 1 Kota Tangerang, SMA Negeri 2 Kota
Tangerang yang semuanya dijalani di tempat kelahiran penulis, Kota Tangerang.
Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) jalur tertulis. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah
Untuk Mama dan Papa atas segala doa, kasih sayang, dan
kesabarannya. Semoga Mama dan Papa selalu dalam lindungan
Allah dan diberi keselamatan dunia dan akhirat.
“Don’t believe you have to be
better than everybody else. Believe
you have to be better than you
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT
yang senantiasa mencurahkan segala nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terhaturkan kepada junjungan kita,
Rasulullah SAW.
Skripsi dengan judul “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Low Back Pain Pada Buruh Panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di
Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas
Lampung;
2. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed., selaku Dekan Fakultas Kedoketran
Universitas Lampung;
3. dr. Fitria Saftarina, M.Sc., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya
untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses serta
penyelesaian skripsi ini;
5. dr. Azelia Nusadewiarti, M.PH., selaku Penguji Utama. Terima kasih atas
waktu, ilmu serta saran-saran yang telah diberikan;
6. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibunda (Muhaer), atas kiriman
do’anya setiap saat dan setiap sholat, kesabaran, keikhlasan, kasih sayang,
perhatian, motivasi, inspirasi dan segala sesuatu yang telah dan akan selalu
diberikan kepada penulis. Ayahanda (Endang Romza) yang selalu
memberikan do’a, pelajaran hidup, dan semangat berjuang yang tinggi.
Adik-adik Nisrina Fakhriyah, Fakhru Hasani Romza dan Fakhri Husaini Romza
serta keluarga besar lainnya, terimakasih atas do’a dan motivasi kuat yang
telah diberikan;
7. Dr. Diah Wulan Sumekar, SKM., M.Kes. dan Alm. dr. Masykur Berawi,
Sp.A., selaku Pembimbing Akademik atas segala do’a, motivasi, perhatian,
kesabaran dan bantuan dalam membimbing penulis selama ini;
8. dr. Iswandi Darwis, atas segala do’a, motivasi, perhatian, kesabaran dan
bantuan dalam membimbing penulis selama ini;
9. Seluruh staf dosen dan staf karyawan FK Unila;
10. Buruh panggul yang ada di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung atas
kesediaan dan kerja samanya;
11. Sahabat, saudara seperjuangan, “Pemuda-Pemudi Negeri”, Fadia Nadila, Fini
Amalia, Lita Marlinda, Maradewi Maksum, Narita Ekananda A.R, Nurul
telah membantu, menemani, menyemangati, berbagi dalam banyak hal dan
lain-lain disaat suka dan duka;
12. Dimas Prayugo Prambono Putra, Fadia Nadila, Maradewi Maksum, Narita
Ekananda A.R, Novita Dwiswara Putri, Resti Ramdani, Indah Prambono
Putri, Seulanga Rahmani, Fatwa Maratus, Anisa Ika, dan Dina Rianti Fitri
yang telah membantu, menemani, menyemangati dan berbagi selama
penelitian.
13. Rekan kerja seperjuangan asisten dosen anatomi Annisa Ratya, Anisa Nuraisa
Jausal, Belda Evina, Desta Eko Indrawan, Prianggara Rostu P, dan Selvia
Farahdina yang telah membantu, menemani, berbagi dalam banyak hal dan
lain-lain disaat suka dan duka;
14. Teman dan sahabat Afifah Kurnia, Sista Choiriah, Ahmad Candra Rahman,
Agatha Billkiss Ismail, Nur Anissa, Dahlia Rahma Asmara Devi, Debby
Aprilia, Zhahrah Qamarani, Hardiyanto, Khrisna, Fuad Habibi, Abdurrahman
Rafi dll yang telah menyemangati dan mendoakan.
15. Seluruh keluarga mahasiswa angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu atas canda, tawa, masalah, bahagia, kemudahan, konflik dll. selama
3,5 tahun, semoga semua cerita itu dapat menjadi warna tersendiri dan dapat
memberikan makna atas kebersamaan yang terjalin baik sekarang maupun
kedepan nanti;
16. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat (angkatan 2002–2014), yang sudah
memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
dari Allah SWT. Terima kasih.
Bandar Lampung, 22 Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
2.2.5 Patofisiologi ... 30
2.2.6 Diagnosis ... 31
2.2.7 Penatalaksanaan ... 33
2.3 Gambaran Buruh Panggul di Pasar Pasir Gintung ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Desain Penelitian ... 38
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
3.3 Populasi dan Sampel ... 38
3.4 Identifikasi Variabel ... 40
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 40
3.6 Definisi Operasional ... 42
3.7 Alat dan Cara penelitian ... 45
3.8 Alur Penelitian ... 46
3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 46
3.9.1 Pengolahan Data ... 46
3.9.2 Analisis Statistika ... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 49
4.2 Hasil ... 50
4.3 Pembahasan ... 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1Kerangka Teori ... 6
Gambar 1.2Kerangka konsep ... 8
Gambar 2.1 Anatomi tulang belakang ... 15
Gambar 2.2Tes Laseque ... 30
Gambar 2.3Tes Patrick ... 32
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ... 42
Tabel 4.1 Karakteristik Responden ... 50
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden ... 51
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh Responden ... 51
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden ... 52
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden ... 53
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berat Beban Kerja Responden ... 53
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Posisi Kerja Responden ... 54
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kejadian LBP ... 55
Tabel 4.9 Hubungan Usia Responden dengan Kejadian LBP ... 55
Tabel 4.10 Hubungan Indeks Massa Tubuh Responden dengan Kejadian LBP ... 57
Tabel 4.11 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian LBP ... 58
Tabel 4.12 Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian LBP ... 59
Tabel 4.13 Hubungan Berat Beban Kerja dengan Kejadian LBP ... 60
Tabel 4.14 Hubungan Posisi Kerja dengan Kejadian LBP ... 61
Tabel 4.15 Hasil analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Kejadian LBP ... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Lampiran 2. Lembar Pengesahan Lampiran 3. Kuesioner
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam
hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja,
peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah
perusahaan, dan hasil produksi (Buchari, 2007). Salah satu penyakit akibat
kerja yang menjadi masalah kesehatan yang umum terjadi di dunia dan
mempengaruhi hampir seluruh populasi adalah low back pain. Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di punggung
bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu
penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area
anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri (WHO,
2003). Nyeri punggung bawah tersebut merupakan penyebab utama kecacatan
yang mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Keluhan LBP dapat
terjadi pada setiap orang, baik jenis kelamin, usia, ras, status pendidikan, dan
2
Prevalensi nyeri muskuloskeletal, termasuk LBP, dideskripsikan sebagai
sebuah epidemik. Sekitar 80 persen dari populasi pernah menderita nyeri
punggung bawah paling tidak sekali dalam hidupnya (Delitto et al., 2012). Prevalensi penyakit muskuloskeletal di Indonesia berdasarkan pernah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan
diagnosis atau gejala yaitu 24,7 persen sedangkan di provinsi Lampung angka
prevalensi penyakit musculoskeletal berdasarkan diagnosis dan gejala yaitu
18,9 persen (Riskesdas, 2013). Prevalensi penyakit musculoskeletal tertinggi
berdasarkan pekerjaan adalah pada petani, nelayan atau buruh yaitu 31,2
persen (Riskesdas, 2013). Prevalensi meningkat terus menerus dan mencapai
puncaknya antara usia 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia
seseorang, risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat karena
terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua (WHO, 2003).
Menurut WHO (2013), LBP dapat disebabkan oleh berbagai penyakit
muskuloskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Terdapat
beberapa faktor risiko penting yang terkait dengan kejadian LBP yaitu usia
diatas 35 tahun, perokok, masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan,
dan riwayat keluarga penderita gangguan musculoskeletal (Astuti, 2007).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya gangguan LBP meliputi
karakteristik individu yaitu indeks massa tubuh (IMT), tinggi badan,
kebiasaan olah raga, masa kerja, posisi kerja, dan berat beban kerja
Buruh panggul menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
bekerja dengan mengangkat barang diatas bahu atau punggung untuk
mendapatkan upah. Buruh merupakan salah satu bagian dari masyarakat
pekerja yang perlu mendapat perhatian karena proses kerja yang mereka
lakukan banyak mengandung risiko terhadap kesehatan. Berat beban yang
diangkat, frekuensi angkat serta cara atau teknik mengangkat beban sering
dapat mempengaruhi kesehatan pekerja berupa kecelakaan kerja ataupun
timbulnya nyeri atau cedera pada punggung (Effendi, 2007). Sebanyak 90%
kasus LBP bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh
kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Pekerjaan mengangkat menjadi
penyebab terlazim dari LBP, yang menyebabkan sekitar 80% kasus (Dachlan,
2009).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP
pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu apa saja faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir
4
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP
pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui angka kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir
Gintung.
2. Mengetahui hubungan antara usia dengan kejadian LBP pada buruh
panggul di Pasar Pasir Gintung.
3. Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian
LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.
4. Mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian
LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.
5. Mengetahui hubungan antara masa kerja dengan kejadian LBP
pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.
6. Mengetahui hubungan antara beban kerja dengan kejadian LBP
pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.
7. Mengetahui hubungan antara posisi kerja dengan kejadian LBP
pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.
8. Mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kejadian LBP
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis
Menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan penulis serta dapat
menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan
2. Bagi Masyarakat
Memberi informasi tentang LBP dan faktor-faktor yang berisiko sehingga
diharapkan dapat melakukan pencegahan secara mandiri
3. Bagi Institusi
Untuk bahan kepustakaan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas
6
1.5 Kerangka Teori
Low back pain adalah nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk
suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area
anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri (WHO,
2003). Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika, fisiologi
dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat dua faktor yang
menyebabkan terjadinya LBP (Delitto et al, 2012) yaitu:
1. Faktor pekerjaan (work factors) seperti beban kerja, postur tubuh, repetisi, dan durasi (Bridger, 2003).
Gambar 1.1 Kerangka Teori (Bridger, 2003., Marras, 2006., Pheasant, 2003)
• Riwayat LBP sebelumnya
• Aktivitas fisik rendah
• Merokok
• Scoliosis and unequal leg lenght
8
1.6 Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen
yang mengacu pada kerangka teori yang telah disebutkan sebelumnya.
Variabel independen terdiri dari faktor individu dan faktor pekerjaan
sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah keluhan LBP.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 1.2 Kerangka konsep Faktor Pekerjaan:
- Beban kerja - Posisi kerja
Keluhan LBP
Faktor Individu:
- Usia - IMT - Masa Kerja - Kebiasaan
1.7 Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara usia dengan kejadian LBP
2. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian LBP
3. Terdapat hubungan antara IMT dengan kejadian LBP
4. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan kejadian LBP
5. Terdapat hubungan antara beban kerja dengan kejadian LBP
6. Terdapat hubungan antara posisi kerja dengan kejadian LBP
7. Terdapat faktor yang paling berhubungan dengan kejadian LBP
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergos yang artinya kerja dan nomos yang artinya aturan atau hukum alam. Ergonomi berarti aturan kerja atau
hukum kerja alami, yaitu aturan dalam bekerja agar mengeluarkan tenaga
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil sebesar-besarnya. Pada hakikatnya
ergonomi berarti ilmu tentang kerja, yaitu bagaimana pekerjaan dilakukan
dan bagaimana bekerja lebih baik sehingga ergonomi berguna dalam desain
pelayanan atau proses. Ergonomi berguna untuk membantu menentukan
bagaimana digunakan, bagaimana memenuhi kebutuhan, dan membuat
nyaman serta efisien agar sesuai dengan karakteristik manusia (to fit the job to the man) (Soedirman, 2014).
Penerapan ergonomi dalam kerja dapat mengurangi beban kerja. Beban kerja
dapat diukur dengan evaluasi fisiologis, evaluasi psikologis dan dengan
cara-cara lainnya. Dianjurkan untuk modifikasi beban kerja dan beban kerja
tambahan yang sesuai dengan kapasitas atau kemampuan kerja, dengan tujuan
Evaluasi kapasitas kerja dengan beban kerja harus memperhatikan kegiatan
fisik, yaitu:
a. Intensitas kerja
b. Tempo kerja
c. Jam kerja dan waktu istirahat
d. Pengaruh kondisi lingkungan (suhu, kelembapan, kecepatan gerakan
udara, bising, penerangan, warna, debu, gas, dan sebagainya).
e. Data biologis (modifikasi makan dan minum, pemulihan sesudah tidur dan
istirahat, perubahan kapasitas kerja karena usia).
f. Kekhususan jenis pekerjaan (adanya getaran mekanis, kerja malam, kerja
bergilir) (Soedirman, 2014).
Penerapan ergonomi dapat mencegah timbulnya tekanan mental, kelelahan,
kekurangwaspadaan, gangguan fisiologis, dan kesalahan sehingga
produktivitas meningkat dan terpelihara dengan baik. Jadi ergonomi berkaitan
dengan optimalisasi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia
dalam melaksanakan pekerjaan di tempat kerja. Kegiatan penanganan
material seperti mengangkat, membawa, mendorong, dan menarik akan
menimbulkan gaya yang signifikan pada tulang belakang bagian bawah, yaitu
pada ruas lumbal ke-5 dan sakrum ke-1, lokasi tempat sering terjadinya nyeri
12
Pelaksanaan aktivitas yang berat dan penggunaan kerja otot yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan gangguan pada otot rangka, yang dikenal
dengan gangguan otot rangka (musculoskeletal disorder, MSD), yaitu:
a. Kelelahan dan keletihan terus-menerus yang disebabkan oleh kegiatan
yang dilakukan dengan frekuensi atau periode waktu yang lama dari upaya
otot, pengulangan aktivitas atau upaya yang terus-menerus dari bagian
tubuh yang sama pada posisi tubuh yang statis
b. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat dan
berat atau pergerakan yang tidak terduga (Soedirman, 2014).
Jenis-jenis keluhan MSD adalah:
a. Sakit leher: peningkatan tegangan otot atau mialgia, leher miring atau kaku
leher
b. Nyeri punggung: gejala nyeri punggung yang spesifik seperti herniasi
lumbal, arthritis, ataupun spasme otot
c. Carpal tunnel syndrome: kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi pada saraf medianus.
d. De quervains tenosynovitis: penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah, disebabkan oleh inflamasi tenosinovium
dan dua tendon yang berada di ibu jari dan pergelangan tangan
f. Low back pain: terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal, yaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk
ke depan, maka akan terjadi penekanan pada diskus (Soedirman, 2014).
2.2 Low Back Pain
2.2.1 Definisi Low Back Pain
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit
ataupun diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah
untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan
berbagai variasi lama terjadinya nyeri (WHO, 2003). Nyeri ini dapat
berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di
daerah lumbal atau lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar hingga ke arah
tungkai dan kaki (Sadeli, 2001).
Yuliana (2011) menjelaskan yang termasuk dalam LBP terdiri dari:
a. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus
14
b. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung processus spinosus vertebreae sacralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis
imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior.
c. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain.
2.2.2 Anatomi Punggung
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem
rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan,
sistem saraf, sistem penginderaan, sistem otot, dll. Sistem-sistem
tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan berperan
dalam menyokong kehidupan manusia. Sistem yang paling
berpengaruh dalam ergonomi adalah sistem otot, sistem rangka dan
sistem saraf. Ketiga sistem ini sangat berpengaruh dalam ergonomi
karena manusia yang memegang peran sebagai pusat dalam ilmu
Gambar 2.1 Anatomi tulang belakang (Putz, 2006)
Tulang belakang terdiri atas (Moore, 2002):
a. Tulang belakang cervical: terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau processus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali
tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang yang
mendukung bagian leher.
b. Tulang belakang thorax: terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang dorsal. Processus spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan memutar dapat
terjadi pada tulang ini.
c. Tulang belakang lumbal: terdiri atas 5 tulang yang merupakan
bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat
16
dan ekstensi tubuh dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat
yang kecil.
d. Tulang sakrum: terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya tidak
memiliki celah dan bergabung (diskus intervertebralis) satu sama
lainnya. Tulang ini menghubungkan antara bagian punggung
dengan bagian panggul.
e. Tulang coccyx: terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sakrum tergabung menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang yang kuat.
Gerak pada columna vertebralis berbeda-beda sesuai dengan daerah columna vertebralis dan sifat individual. Pada columna vertebralis dapat dilakukan gerakan fleksi, ekstensi, laterofleksi dan rotasi.
Kebebasan gerak tulang belakang terutama dihasilkan oleh
pemampatan dan kelenturan diskus intervertebralis. Pada tulang
belakang terdapat bantalan yaitu diskus intervertebralis yang terdapat
di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang yang
berdekatan dan berfungsi melindungi jalinan tulang belakang. Bagian
luar dari bantalan ini terdiri dari annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan yang mengelilingi nucleus pulposus yang berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air. Bantalan ini memungkinkan
terjadinya gerakan pada tulang belakang dan sebagai penahan jika
terjadi tekanan pada tulang belakang seperti dalam keadaan melompat.
Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan
punggung bagian bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus
dipertahankan dalam kondisi yang baik agar tidak terjadi kerusakan
yang dapat menyebabkan cedera (Moore, 2002).
2.2.3 Etiologi Low Back Pain
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi
pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun
struktur lain yang menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut
antara lain:
a. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan
spondilolistesis, kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda
spinalis
b. Trauma minor: regangan, cedera whiplash
c. Fraktur: traumatik yaitu jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor,
atraumatik yaitu osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen
d. Herniasi diskus intervertebral
e. Degeneratif: kompleks diskus-osteofit, gangguan diskus internal,
stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi
vertebral, gangguan sendi atlantoaksial (misalnya arthritis
reumatoid)
f. Arthritis: spondilosis, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun
(misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter)
18
h. Infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis
diskus, meningitis, arachnoiditis lumbalis
i. Metabolik: osteoporosis, hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis
(misalnya penyakit paget)
j. Vaskular: aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri vertebral
k. Lainnya: nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik,
pura-pura sakit, sindrom nyeri kronik (Fauci et al., 2008).
2.2.4 Faktor Risiko terjadinya Low Back Pain a. Faktor individu
Ada beberapa faktor individu yang mempengaruhi keluhan LBP.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
Menurut Pheasant (2003):
Strong:
a) Riwayat LBP sebelumnya
b) Aktivitas fisik rendah
c) Merokok
d) Genetik
Moderate: a) Hypermobility b) Spondylosis c) Spondylolisthesis
Weak:
a) Tinggi badan
b) Berat badan
Faktor lainnya: a) Lordosis
b) Abnormal vertebral number c) Riwayat trauma
Marras (2006):
a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Indeks Massa Tubuh
d) Berat badan
e) Tinggi badan
f) Merokok
g) Status pernikahan
h) Pendapatan
i) Status pendidikan
Berdasarkan teori tersebut di atas, peneliti menggabungkan ketiga
teori tersebut untuk memudahkan penelitian. Faktor individu
dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor berikut
20
1. Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi
pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang
berusia 30 tahun (Bridger, 2003). Pada usia 30 tahun terjadi
degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian
jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal
tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi
berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang
tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang
yang menjadi pemicu timbulnya gejala LBP. Pada umumnya
keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun (Kantana, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh
Garg dalam Pratiwi (2009) menunjukkan insiden LBP tertinggi
pada umur 35-55 tahun dan semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Hal ini diperkuat dengan penelitian
Sorenson dimana pada usia 35 tahun mulai terjadi nyeri
punggung bawah dan akan semakin meningkat pada umur 55
tahun (Pratiwi, 2009).
2. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa wanita lebih sering izin untuk tidak
terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih
rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian
menunjukkan prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria (NIOSH, 1997).
3. Indeks massa tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari
berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari
berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam
meter (kg/m2). Panduan terbaru dari WHO tahun 2000
mengkategorikan indeks masa tubuh untuk orang Asia dewasa
menjadi underweight (IMT <18.5), normal range (IMT 18.5-22.9), dan overweight (IMT ≥23.0). Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT 23.0-24.9), obese 1 (IMT 25-29.9), dan obese 2 (IMT ≥ 30.0) (Koentjoro, 2010). Hasil penelitian Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang
yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal.
Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan
untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga
mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada
stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang
belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah
22
4. Masa kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya
seseorang bekerja disuatu tempat. Terkait dengan hal tersebut,
LBP merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu
lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama
waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor
risiko ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami
LBP (Kantana, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Umami
(2013) bahwa pekerja yang paling banyak mengalami keluhan
LBP adalah pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun
dibandingkan dengan mereka dengan masa kerja < 5 tahun
ataupun 5-10 tahun.
5. Kebiasaan merokok
World Health Organisation (WHO) melaporkan jumlah kematian akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan
menjelang tahun 2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya.
Hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan
keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang
memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain
itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya
kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri
akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang
6. Genetik
Suatu kondisi (penyakit, dan sebagainya) yang diturunkan dari
generasi (keluarga) sebelumnya. Low back pain bisa disebabkan oleh adanya faktor keturunan terkait penyakit
rangka dan penyakit lainnya yang dapat menyebabkan adanya
keluhan low back pain. 7. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pekerja menunjukkan pengetahuannya
dalam melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat.
Pendidikan seseorang menunjukkan tingkat pengetahuan yang
diterima oleh orang tersebut. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin banyak pengetahuan yang
didapatkan.
8. Tingkat Pendapatan
Pada beberapa perusahaan, pendapatan juga berkaitan dengan
hari kerja. Terdapat sistem 6 hari kerja dan 5 hari kerja (lebih
dominan) dalam seminggu. Akan tetapi, penerapan sistem 5
hari kerja sering menjadi masalah apabila diterapkan di
perusahaan di Indonesia. Penyebabnya tidak lain adalah
standar pengupahan sangat rendah yang menyebabkan
kebutuhan dasar keluarga tidak tercukupi. Hal ini sering
menjadi pemikiran mendasar bagi seorang pekerja. Mereka
berfikir bahwa jika bekerja selama 5 atau 6 hari akan
24
dilakukan efisiensi dan peningkatan produktivitas kerja,
pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu maka dengan
sendirinya kerja lembur tidak diperlukan. Akan tetapi para
pekerja akan berfikir mereka tidak akan mendapatkan
tambahan pendapatan jikalau mereka tidak lembur. Hal
ini akan berdampak pada produktivitas kerja.
9. Aktivitas Fisik
Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko terjadinya
berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya LBP.
Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
dengan melibatkan aktivitas otot pada periode waktu tertentu
(Tarwaka, 2004). Aktivitas fisik yang cukup dan dilakukan
secara rutin dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP.
Olahraga yang teratur juga dapat memperbaiki kualitas hidup,
mencegah osteoporosis, dan berbagai penyakit rangka serta
penyakit lainnya. Olahraga sangat menguntungkan karena
risikonya minimal. Program olahraga harus dilakukan secara
bertahap, dimulai dengan intensitas rendah pada awalnya untuk
menghindari cidera pada otot dan sendi (Kurniawidjaja, 2011).
Aktivitas fisik dikatakan teratur ketika aktvitas tersebut
dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu. Selain itu, di dalam
aktivitas fisik juga dilakukan streching guna meregangkan otot-otot yang sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu.
dalam otot sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan otot.
Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada
seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai
cukup waktu untuk istirahat dan melakukan aktivitas fisik yang
cukup. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh
tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari
hasil penelitian Cady et al. (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah maka risiko terjadinya
keluhan adalah 8,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah
3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%. Hal ini
juga diperkuat dengan laporan Betti’e et al. (1989) yang
menyatakan bahwa hasil penelitian terhadap para penebang
menunjukkan bahwa kelompok penebang dengan tingkat
kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai risiko sangat kecil
terhadap risiko cidera otot (Tarwaka, 2004).
10. Riwayat Penyakit Terkait Rangka dan Riwayat Trauma
Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang
belakang merupakan salah satu faktor risiko adanya keluhan
LBP. Orang dengan kasus spondylolisthesis akan lebih berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat, tetapi kondisi seperti ini
26
dalam Bridger, 2003). Riwayat terjadinya trauma pada tulang
belakang juga merupakan faktor risiko terjadinya LBP karena
trauma akan merusak struktur tulang belakang yang dapat
mengakibatkan nyeri yang terus menerus.
b. Faktor Pekerjaan
1. Beban kerja
Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial
yang diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam
waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik, maupun
keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut. Harrianto
(2010) menyatakan bahwa beban kerja adalah sejumlah
kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun
sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam
keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan
tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar
terhadap otot, tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang berat
akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan
otot, tendon, dan jaringan lainnya.
2. Posisi kerja
Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara
signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan.
Bekerja dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah
menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke
jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan
kelelahan. Termasuk ke dalam posisi janggal adalah
pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai,
berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang
dalam posisi statis, dan menjepit dengan tangan. Posisi ini
melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu, punggung, dan
lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami cedera
(Straker, 2000). Salah satu metode yang digunakan untuk
mengukur posisi tubuh saat bekerja adalah metode OWAS
(Ovako Working Posture Analysis System). Metode OWAS merupakan metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan
pergerakan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan beban
berat yang diangkat untuk kemudian dimasukkan ke dalam
beberapa kategori.
3. Repetisi
Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang
sama. Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan
mendorong fatigue dan ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat
yang digunakan untuk peregangan otot. Dampak gerakan
berulang akan meningkat bila gerakan tersebut dilakukan
dengan postur janggal dengan beban yang berat dalam waktu
28
berapa kali repetitive motion dalam melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat
beban terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk
relaksasi (Bridger, 2003).
4. Durasi
Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi
didefinisikan sebagai durasi singkat jika < 1 jam per hari,
durasi sedang yaitu 1-2 jam per hari, dan durasi lama yaitu > 2
jam per hari. Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko
bila postur tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik. Risiko
fisiologis utama yang dikaitkan dengan gerakan yang sering
dan berulang-ulang adalah kelelahan otot. Selama berkontraksi
otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang dari
otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai
jaringan maka akan terjadi kelelahan otot (Humantech, 2003).
c. Faktor Lingkungan Fisik
1. Getaran
Getaran berpotensi menimbulkan keluhan LBP ketika
seseoang menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau
lingkungan kerja yang memiliki hazard getaran. Hal ini juga
dibuktikan dengan penelitian Frymoyer et al., (1980, 1983) dalam Pheasant (2003) bahwa getaran merupakan faktor risiko
menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan
peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat
meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri (Suma’mur, 1982
dalam Tarwaka, 2004).
2. Kebisingan
Kebisingan yang ada di lingkungan kerja juga bisa
mempengaruhi performa kerja. Kebisingan secara tidak
langsung dapat memicu dan meningkatkan rasa nyeri LBP
yang dirasakan pekerja karena bisa membuat stres pekerja saat
berada di lingkungan kerja yang tidak baik.
2.2.5 Patofisiologi Low Back Pain
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
dapat dirangsang oleh berbagai stimulus lokal. Stimulus ini akan
direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi
yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah
spasme otot, yang selanjutnya akan menimbulkan iskemia. Nyeri yang
timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi atau nyeri neuropatik yang diakibatkan
lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf
dapat menyebabkan dua kemungkinan. Pertama, penekanan hanya
30
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut
saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan
mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan
biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion
lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot
yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal (Huldani,
2012).
2.2.6 Diagnosis
Untuk dapat mendiagnosis LBP selain anamnesis juga diperlukan
pemeriksaan fisik, yaitu:
a. Tes Lasegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien (dalam posisi 0°)
didorong ke arah muka kemudian setelah itu tungkai pasien
diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.
Tanda lasegue menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda lasegue dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900
lalu dengan perlahan-lahan dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini
akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes
yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan
fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai
dengan lutut dalam keadaan ekstensi (straight leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda lasegue yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara lasegue yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan tanda
kemungkinan herniasi diskus. Pada tanda lasegue, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar
kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya.
b. Tes Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada
sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi,
32
Gambar 2.3 Tes Patrick ( Harsono, 2007)
c. Tes Kebalikan Patrick
Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi,
endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Tes
kebalikan patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di
sakroiliaka.
Ada beberapa tes diagnostik yang digunakan untuk menemukan
penyebab nyeri punggung, yaitu :
a. FotoPolos
Foto polos posisi anteroposterior, lateral dan conned down lateral view adalah standar pemeriksaan nyeri pinggang. Data tambahan dapat diperoleh melalui posisi foto oblik (Kasjmir, 2009).
b. Mielografi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui lokasi sumbatan dan
c. Bone Scan
Pemeriksaan ini dapat dipakai untuk mendeteksi adanya proses
infeksi, keganasan dan ankilosing spondilitis awal (Kasjmir, 2009)
d. CT (Computed Tomography) Scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) Scan
CT Scan dan MRI Scan merupakan cara yang relatif cepat dan mudah untuk mendapatkan gambaran rinci mengenai keadaan
dalam tubuh tanpa perlu melakukan pembedahan (Kasjmir, 2009).
2.2.7 Penatalaksanaan
a. Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan
kerja seperti biasanya
b. Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa
kasus dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk
mengurangi nyeri
c. Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan
digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau
OAINS. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran parasetamol
dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan
d. Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali
34
e. Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat
kembali bekerja dalam 1-2 minggu
f. Operasi: dilakukan pada kasus dengan tanda-tanda neurologis
progresif/kauda ekuina dan pengurangan nyeri yang tidak
memuaskan setelah 6-12 minggu, mungkin dengan episode nyeri
yang tidak tertahankan sebelumnya (Yuliana, 2011).
2.2.8 Pencegahan
a. Latihan Punggung Setiap Hari
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras.
Tekukan satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan
beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain.
Lakukanlah beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu
luruskanlah ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu
tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa detik
kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki
berada flat di lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan
tangan di tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari
lantai. Lakukan beberapa kali.
b. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda
yang lebih rendah
3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
c. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja,
pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu
(seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu
kaki pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak
dan mengubah posisi secara periodik.
4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan
baik tidak teregang.
5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga
36
d. Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang
nyaman dan sepatu berhak rendah
2. Makanlah makanan seimbang, diet rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi serta
perbanyak makanan yang mengandung glukosamin contohnya
yaitu kerang
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.
4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau
terjadi trauma.
2.3 Gambaran Buruh Panggul di Pasar Pasir Gintung
Pasar Pasir Gintung berlokasi di dekat Pasar Bambu Kuning dimana
merupakan pasar tertua di Bandar Lampung setelah Pasar Cimeng dan Pasar
Bawah. Pemerintah Kota Bandar Lampung masih memperbaiki sarana dan
prasarana dari Pasar Gintung ini untuk meningkatkan pelayanan. Buruh
panggul di pasar pasir gintung terdapat 55 orang dengan usia bervariasi.
Pendidikan yang terakhir kali ditempuh oleh para pekerja kuli panggul
bervariasi, ada yang hanya lulusan SD namun ada pula lulusan SMA
(Wawancara dengan Bpk. KH. Samsir Nasution).
Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Serikat Pekerja/Buruh ”Serikat Pekerja/Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari,
yang bersifat bebas,terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung-jawab
guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.”
Maka para buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar lampung, berada di
naungan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) wilayah Lampung. Ketua
SPSI cabang Pasar Pasir Gintung dipegang oleh Bpk. KH. Samsir Nasution
dan sekertarisnya adalah Bpk. David Saputra. Sedangkan keanggotaan dari
para pekerja kuli panggul dibagi atas beberapa wilayah yang diketuai oleh
koordinator lapangan masing- masing wilayah otoritas (Wawancara dengan
Bpk. KH. Samsir Nasution).
Aktivitas perdagangan di Pasar Pasir Gintung berlangsung 24 jam, pada
pukul 00.00 sampai 03.00 biasanya barang yang akan dijual baru datang dari
masing- masing distributor, pada jam ini lah para buruh panggul bekerja
untung membongkar barang muatan yang ada di truk. Sedangkan pada
pukul 06.00-15.00 biasanya para pekerja kuli membantu para pemilik
toko-toko di sepanjang Pasar Pasir Gintung untuk bongkar muat barang. Terdapat
pembagian wilayah untuk para buruh panggul, yaitu wilayah bagian depan
disepanjang pinggir jalan raya imam bonjol, wilayah pasar smep yang masih
termasuk bagian dari pasar gintung, dan wilayah belakang. Setiap wilayah
terbagi atas 20-15 orang. Untuk penghasilan sehari- hari para pekerja rata-
rata mendapatkan Rp. 50.000,00 per harinya, hal ini tergantung atas
permintaan bantuan dari para pelanggan pasar (Wawancara dengan Bpk.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi LBP pada
buruh panggul (Notoatmodjo, 2010).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung pada
bulan November 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek
penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Dahlan,
2008). Sampel adalah sekumpulan subjek penelitian yang dianggap mewakili
suatu populasi penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan
t : koefisien kepercayaan (coefficient of confidence) d : sampling eror
p & q : parameter proporsi binominal
N : populasi
Koefisiensi Kepercayaan :
Untuk kepercayaan 99%, maka koefisien kepercayaan adalah 2,58
Untuk kepercayaan 95%, maka koefisien kepercayaan adalah 1,96
Untuk kepercayaan 90%, maka koefisien kepercayaan adalah 1,64
Untuk kepercayaan 80%, maka koefisien kepercayaan adalah 1,28
Untuk kepercayaan 50%, maka koefisien kepercayaan adalah 0,67
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam penelitian ini, peneliti
menentukan proporsi binomial adalah 50% : 50% (ditentukan peneliti),
sampling error 0,05 (5%), dan koefisien kepercayaan 1,96 (95%), maka
jumlah sampel minimal yang diambil adalah :
40
Maka, yang akan menjadi sample sebanyak berikut :
= n0 1 + (n�0)
= 384.16
1 + (384.1655 )
= 48
Kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Bersedia mengikuti penelitian
2. Mengisi informed consent
3. Usia kerja 20-55 tahun (Menakertrans, 2012)
Kriteria ekslusi sebagai berikut:
1. Tidak hadir saat dilakukan penelitian
2. Memiliki riwayat trauma maupun penyakit tulang belakang
3.4 Identifikasi Variabel
1. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah LBP. 2. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah usia,
IMT, kebiasaan merokok, masa kerja, beban kerja dan posisi kerja.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data primer tentang karakteristik responden:
1. Posisi kerja diukur secara pengamatan langsung selama jam kerja.
2. Keluhan LBP dilakukan dengan wawancara langsung dan pemeriksaan
fisik
3. Kuesioner untuk mengetahui identitas responden, usia, IMT, kebiasaan
42
3.6 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala
Low back pain Nyeri yang dirasakan dan dikeluhkan oleh panggul diukur sejak dia lahir hingga tinggi badan kuadrat dalam meter
Kebiasaan Merokok Penentuan derajat berat merokok
Kuesioner Wawancara 1= derajat ringan 0-200
dengan indeks brinkman (IB) yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama
Masa Kerja Lamanya seseorang bekerja menjadi
Kuesioner Wawancara 1= > 10 tahun
2= 5-10 tahun pada saat penelitian diadopsi menurut
Posisi Kerja Penilaian postur Kuesioner Observasi 1= Risiko tinggi Ordinal
4
44
tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang diadopsi menurut metode OWAS (Ovako
Working Posture Analysis System)
cedera (kategori 2, 3, dan 4 OWAS)
2= Risiko rendah cedera (kategori 1 OWAS)
4
3.7 Alat dan Cara Penelitian 1. Alat Tulis
Adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil penelitian.
Alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil dan komputer.
2. Kuesioner Terstruktur
Adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
3. Lembar observasi
Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari responden
(data primer), yang meliputi :
1. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian.
2. Pengisian informed consent.
46
3.8 Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
3.9Pengolahan dan Analisis Data 3.9.1 Pengolahan data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah
ke dalam bentuk tabel - tabel, kemudian data diolah menggunakan
program komputer. Kemudian proses pengolahan data menggunakan
program komputer ini terdiri beberapa langkah :
a. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk
keperluan analisis.
b. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.
1. Tahap Persiapan Pembuatan Proposal,
Perizinan, Koordinasi
2. Tahap Pelaksanaan Pengisian informed
consent
Pengisian kuisioner, observasi dan pemeriksaan fisik
3. Tahap Pengolahan Data
Pencatatan
c. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap
data yang telah dimasukkan ke dalam komputer.
d. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.
3.9.2 Analisis Statistika
Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan
menggunakan program software statistik pada komputer dimana akan dilakukan 3 macam analisis data, yaitu analisis univariat, analisis
bivariat, dan analisis multivariat
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi dan
persentase variabel bebas dan variabel terkait.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan
menggunakan uji statistik. Uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Uji chi square merupakan uji komparatif yang digunakan dalam data di penelitian ini. Uji signifikan antara data
yang diobservasi dengan data yang diharapkan dilakukan dengan
batas kemaknaan (α < 0,05) yang artinya apabila diperoleh p < α,
berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan
variabel terikat dan bila nilai p > α, berarti tidak ada hubungan
48
Apabila uji Chi-Square tidak memenuhi syarat parametrik (nilai expected count > 20%) maka dilakukan uji Kolmogorov-smirnov sebagai uji alternatif untuk tabel 2x3 dan uji Fisher’s exact sebagai
uji alternatif untuk tabel 2x2.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik karena
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Dari 48 jumlah sampel yang dilakukan penelitian, sebanyak 32 responden
(66,7 %) yang mengeluhkan terjadinya Low Back Pain (LBP).
2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia responden dengan
kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,178.
3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT responden dengan
kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,186.
4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok
dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,169.
5. Terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian
79
6. Terdapat hubungan yang bermakna antara berat beban kerja kerja dengan
kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,001.
7. Terdapat hubungan yang bermakna antara posisi kerja dengan kejadian
Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,000.
8. Faktor posisi kerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar
Lampung.
5.2 Saran
1. Bagi pekerja, senantiasa memperhatikan aspek ergonomi dalam bekerja
terutama posisi dalam bekerja maupun berat beban yang akan di angkut
pada saat bekerja guna mencegah maupun mengurangi angka kejadian
LBP.
2. Bagi Dinas Kesehatan/Instansi Terkait, diharapkan memberikan pelayanan
kesehatan seperti konseling atau penyuluhan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) pada pekerja informal, sehingga dapat mengurangi penyakit
akibat kerja terutama Low Back Pain (LBP).
3. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2005. Penyakit akibat kerja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm. 20-3.
Astuti RD. 2007. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat terhadap kelelahan muskuluskeletal. Gema Teknik 2: 28-9.
Basuki K. 2009. Faktor risiko kejadian low back pain pada operator tambang sebuah perusahaan tambang nickel di Sulawesi Selatan. Jurnal Promkes 4(2): 115-21.
Bridger RS. 2003. Introduction to ergonomics international edition. Singapore: McGraw-Hill Book Co: 45-7.
Buchari. 2007. Penyakit akibat kerja dan penyakit terkait kerja. Medan: Universitas Sumatera Utara. Hlm. 1-28.
Catur Y. 2012. Hubungan antara teknik mengankat beban dengan keluhan nyeri pinggang pada buruh gendong di Pasar Buah Johar Semarang. Jurnal Visikes 11:1.
Dachlan LM. 2009. Pengaruh back exercise pada nyeri punggung bawah [tesis]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Dahlan MS. 2008. Statistik untuk kedokteran kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 68.
Delitto A, George SZ, Dillen LV, Whitman JM, Sowa G, Shekelle P et al. 2012. Low back pain clinical practice guidelines linked to the international classification of functioning, disability, and health from the orthopaedic section of the american physical therapy association. J Orthop Sports Phys Ther42(4): A11.
Effendi F. 2007. Ergonomi bagi pekerja sektor informal. Cermin Dunia Kedokteran 34: 1-154.
Fathoni H. 2009. Hubungan sikap dan posisi kerja dengan low back pain pada perawat di RSUD Purbalingga. Jurnal FKIK Unsoed 4(3).
Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. 2008. Back and neck pain. Dalam:
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th Ed. New York:
McGraw-Hill.
Harrianto R. 2010. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: EGC. hlm 83-9.
Harsono. 2009. Kapita selekta neurologi. Edisi II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlm. 97-9.
Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. 2010. The epidemiology of low back pain. Best Pract Res Clin Rheumatol24: 769-81.
Huldani. 2012. Nyeri punggung. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Humantech. 2003. Applied ergonomics training manual. Berkeley: Humantech
Inc. 189-201
Kantana T. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun 2010 [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Kasjmir YI. 2009. Nyeri spinal. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing. Hlm 2720-3.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2012. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia No.609/MEN/2012. Pedoman penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jakarta.
Khaizun. 2013. Faktor penyebab keluhan subyektif pada punggung pekerja tenun sarung ATBM di Desa Wanarejan Utara Pemalang [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Koentjoro SL. 2010. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan derajat osteoarthritis lutut menurut Kellgren dan Lawrence [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Koley S, Kaur J, Sandhu JS. 2010. Biological risk indicators for non-specific low back pain in young adults of Amritsar Punjab India. J Life Sci 2(1): 43-8.
Kurniawidjaja, Meily L. 2011. Teori Dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Depok: UI Press. Hlm. 32-6.
Lailani TM, Dewi DRL, Handoko W. 2013. Hubungan antara peningkatan indeks massa tubuh dengan kejadian nyeri punggung bawah pada pasien rawat jalan di poliklinik Saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Pontianak: Universitas Tanjung Pura.