• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Low Back Pain Pada Buruh Panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Low Back Pain Pada Buruh Panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA BURUH PANGGUL DI PASAR PASIR

GINTUNG BANDAR LAMPUNG

Oleh

FAUZIA ANDINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA BURUH PANGGUL DI PASAR PASIR

GINTUNG BANDAR LAMPUNG

Oleh

FAUZIA ANDINI

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri punggung bawah tersebut merupakan penyebab utama kecacatan yang mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Low back pain dapat disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Pekerjaan mengangkat menjadi penyebab terlazim dari LBP, yang menyebabkan sekitar 80% kasus.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar lampung yang terdiri dari usia, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, masa kerja, beban kerja, dan posisi kerja. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional dengan metode cross sectional dengan sampel sebanyak 48 orang dan dilaksanakan pada bulan November 2014.

(3)

ABSTRACT

FACTOR ANALYSIS OF LOW BACK PAIN IN WORKERS AT PASIR GINTUNG MARKET BANDAR LAMPUNG

BY

FAUZIA ANDINI

Low back pain is neither a disease nor a diagnostic entity of any sort. The term refers to pain of variable duration in an area of anatomy afflicted. Low back pain is the leading cause of work-related disability and general welfare. It can be caused by musculoskeletal disorders, psychology, and incorrect mobilization. Eighty percent cases were caused by lifting, which is the most common cause of low back pain.

The aim of this study was to investigate the risk factors of low back pain such as age, body mass index, smoking habit, working period, heavy work load and working position and the relation with low back pain in workers at Pasir Gintung Market, Bandar Lampung. This is an observational study with cross-sectional approach with 48 samples that held on November 2014.

The result of this study showed that 32 participants with low back pain (66,7%) and 16 participant without low back pain (33,3). Working period, heavy work load and working position are found statically significant with low back pain (p <

0,05) meanwhile age, body mass index and smoking habit aren’t statically

significant with low back pain (p >0,05). The biggest risk to low back pain among six variables is working position.

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Fauzia Andini dilahirkan di Tangerang, 19 Februari

1993. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan

Endang Romza dan Muhaer. Penulis bertempat tinggal di Jalan Daan Mogot Km.

23 no. 13 RT 03 RW 07 Tanah Tinggi Kota Tangerang.

Pendidikan yang ditempuh penulis yaitu Taman Kanak-Kanak Al-Qalam, SD

Negeri Daan Mogot 1, SMP Negeri 1 Kota Tangerang, SMA Negeri 2 Kota

Tangerang yang semuanya dijalani di tempat kelahiran penulis, Kota Tangerang.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) jalur tertulis. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah

(8)

Untuk Mama dan Papa atas segala doa, kasih sayang, dan

kesabarannya. Semoga Mama dan Papa selalu dalam lindungan

Allah dan diberi keselamatan dunia dan akhirat.

“Don’t believe you have to be

better than everybody else. Believe

you have to be better than you

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT

yang senantiasa mencurahkan segala nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terhaturkan kepada junjungan kita,

Rasulullah SAW.

Skripsi dengan judul “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Low Back Pain Pada Buruh Panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di

Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed., selaku Dekan Fakultas Kedoketran

Universitas Lampung;

3. dr. Fitria Saftarina, M.Sc., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya

untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses serta

(10)

penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Azelia Nusadewiarti, M.PH., selaku Penguji Utama. Terima kasih atas

waktu, ilmu serta saran-saran yang telah diberikan;

6. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibunda (Muhaer), atas kiriman

do’anya setiap saat dan setiap sholat, kesabaran, keikhlasan, kasih sayang,

perhatian, motivasi, inspirasi dan segala sesuatu yang telah dan akan selalu

diberikan kepada penulis. Ayahanda (Endang Romza) yang selalu

memberikan do’a, pelajaran hidup, dan semangat berjuang yang tinggi.

Adik-adik Nisrina Fakhriyah, Fakhru Hasani Romza dan Fakhri Husaini Romza

serta keluarga besar lainnya, terimakasih atas do’a dan motivasi kuat yang

telah diberikan;

7. Dr. Diah Wulan Sumekar, SKM., M.Kes. dan Alm. dr. Masykur Berawi,

Sp.A., selaku Pembimbing Akademik atas segala do’a, motivasi, perhatian,

kesabaran dan bantuan dalam membimbing penulis selama ini;

8. dr. Iswandi Darwis, atas segala do’a, motivasi, perhatian, kesabaran dan

bantuan dalam membimbing penulis selama ini;

9. Seluruh staf dosen dan staf karyawan FK Unila;

10. Buruh panggul yang ada di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung atas

kesediaan dan kerja samanya;

11. Sahabat, saudara seperjuangan, “Pemuda-Pemudi Negeri”, Fadia Nadila, Fini

Amalia, Lita Marlinda, Maradewi Maksum, Narita Ekananda A.R, Nurul

(11)

telah membantu, menemani, menyemangati, berbagi dalam banyak hal dan

lain-lain disaat suka dan duka;

12. Dimas Prayugo Prambono Putra, Fadia Nadila, Maradewi Maksum, Narita

Ekananda A.R, Novita Dwiswara Putri, Resti Ramdani, Indah Prambono

Putri, Seulanga Rahmani, Fatwa Maratus, Anisa Ika, dan Dina Rianti Fitri

yang telah membantu, menemani, menyemangati dan berbagi selama

penelitian.

13. Rekan kerja seperjuangan asisten dosen anatomi Annisa Ratya, Anisa Nuraisa

Jausal, Belda Evina, Desta Eko Indrawan, Prianggara Rostu P, dan Selvia

Farahdina yang telah membantu, menemani, berbagi dalam banyak hal dan

lain-lain disaat suka dan duka;

14. Teman dan sahabat Afifah Kurnia, Sista Choiriah, Ahmad Candra Rahman,

Agatha Billkiss Ismail, Nur Anissa, Dahlia Rahma Asmara Devi, Debby

Aprilia, Zhahrah Qamarani, Hardiyanto, Khrisna, Fuad Habibi, Abdurrahman

Rafi dll yang telah menyemangati dan mendoakan.

15. Seluruh keluarga mahasiswa angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu atas canda, tawa, masalah, bahagia, kemudahan, konflik dll. selama

3,5 tahun, semoga semua cerita itu dapat menjadi warna tersendiri dan dapat

memberikan makna atas kebersamaan yang terjalin baik sekarang maupun

kedepan nanti;

16. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat (angkatan 2002–2014), yang sudah

memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

(12)

dari Allah SWT. Terima kasih.

Bandar Lampung, 22 Januari 2015

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

2.2.5 Patofisiologi ... 30

2.2.6 Diagnosis ... 31

2.2.7 Penatalaksanaan ... 33

2.3 Gambaran Buruh Panggul di Pasar Pasir Gintung ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Desain Penelitian ... 38

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.4 Identifikasi Variabel ... 40

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.6 Definisi Operasional ... 42

3.7 Alat dan Cara penelitian ... 45

3.8 Alur Penelitian ... 46

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 46

3.9.1 Pengolahan Data ... 46

3.9.2 Analisis Statistika ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 49

4.2 Hasil ... 50

4.3 Pembahasan ... 65

(14)
(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1Kerangka Teori ... 6

Gambar 1.2Kerangka konsep ... 8

Gambar 2.1 Anatomi tulang belakang ... 15

Gambar 2.2Tes Laseque ... 30

Gambar 2.3Tes Patrick ... 32

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Karakteristik Responden ... 50

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden ... 51

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh Responden ... 51

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden ... 52

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden ... 53

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berat Beban Kerja Responden ... 53

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Posisi Kerja Responden ... 54

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kejadian LBP ... 55

Tabel 4.9 Hubungan Usia Responden dengan Kejadian LBP ... 55

Tabel 4.10 Hubungan Indeks Massa Tubuh Responden dengan Kejadian LBP ... 57

Tabel 4.11 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian LBP ... 58

Tabel 4.12 Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian LBP ... 59

Tabel 4.13 Hubungan Berat Beban Kerja dengan Kejadian LBP ... 60

Tabel 4.14 Hubungan Posisi Kerja dengan Kejadian LBP ... 61

Tabel 4.15 Hasil analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Kejadian LBP ... 63

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Lampiran 2. Lembar Pengesahan Lampiran 3. Kuesioner

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam

hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja,

peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah

perusahaan, dan hasil produksi (Buchari, 2007). Salah satu penyakit akibat

kerja yang menjadi masalah kesehatan yang umum terjadi di dunia dan

mempengaruhi hampir seluruh populasi adalah low back pain. Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di punggung

bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu

penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area

anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri (WHO,

2003). Nyeri punggung bawah tersebut merupakan penyebab utama kecacatan

yang mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Keluhan LBP dapat

terjadi pada setiap orang, baik jenis kelamin, usia, ras, status pendidikan, dan

(19)

2

Prevalensi nyeri muskuloskeletal, termasuk LBP, dideskripsikan sebagai

sebuah epidemik. Sekitar 80 persen dari populasi pernah menderita nyeri

punggung bawah paling tidak sekali dalam hidupnya (Delitto et al., 2012). Prevalensi penyakit muskuloskeletal di Indonesia berdasarkan pernah

didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan

diagnosis atau gejala yaitu 24,7 persen sedangkan di provinsi Lampung angka

prevalensi penyakit musculoskeletal berdasarkan diagnosis dan gejala yaitu

18,9 persen (Riskesdas, 2013). Prevalensi penyakit musculoskeletal tertinggi

berdasarkan pekerjaan adalah pada petani, nelayan atau buruh yaitu 31,2

persen (Riskesdas, 2013). Prevalensi meningkat terus menerus dan mencapai

puncaknya antara usia 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia

seseorang, risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat karena

terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua (WHO, 2003).

Menurut WHO (2013), LBP dapat disebabkan oleh berbagai penyakit

muskuloskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Terdapat

beberapa faktor risiko penting yang terkait dengan kejadian LBP yaitu usia

diatas 35 tahun, perokok, masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan,

dan riwayat keluarga penderita gangguan musculoskeletal (Astuti, 2007).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya gangguan LBP meliputi

karakteristik individu yaitu indeks massa tubuh (IMT), tinggi badan,

kebiasaan olah raga, masa kerja, posisi kerja, dan berat beban kerja

(20)

Buruh panggul menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang

bekerja dengan mengangkat barang diatas bahu atau punggung untuk

mendapatkan upah. Buruh merupakan salah satu bagian dari masyarakat

pekerja yang perlu mendapat perhatian karena proses kerja yang mereka

lakukan banyak mengandung risiko terhadap kesehatan. Berat beban yang

diangkat, frekuensi angkat serta cara atau teknik mengangkat beban sering

dapat mempengaruhi kesehatan pekerja berupa kecelakaan kerja ataupun

timbulnya nyeri atau cedera pada punggung (Effendi, 2007). Sebanyak 90%

kasus LBP bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh

kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Pekerjaan mengangkat menjadi

penyebab terlazim dari LBP, yang menyebabkan sekitar 80% kasus (Dachlan,

2009).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP

pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang

menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu apa saja faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir

(21)

4

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP

pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir

Gintung.

2. Mengetahui hubungan antara usia dengan kejadian LBP pada buruh

panggul di Pasar Pasir Gintung.

3. Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian

LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

4. Mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian

LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

5. Mengetahui hubungan antara masa kerja dengan kejadian LBP

pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

6. Mengetahui hubungan antara beban kerja dengan kejadian LBP

pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

7. Mengetahui hubungan antara posisi kerja dengan kejadian LBP

pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung.

8. Mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kejadian LBP

(22)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan penulis serta dapat

menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan

2. Bagi Masyarakat

Memberi informasi tentang LBP dan faktor-faktor yang berisiko sehingga

diharapkan dapat melakukan pencegahan secara mandiri

3. Bagi Institusi

Untuk bahan kepustakaan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas

(23)

6

1.5 Kerangka Teori

Low back pain adalah nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk

suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area

anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri (WHO,

2003). Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika, fisiologi

dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat dua faktor yang

menyebabkan terjadinya LBP (Delitto et al, 2012) yaitu:

1. Faktor pekerjaan (work factors) seperti beban kerja, postur tubuh, repetisi, dan durasi (Bridger, 2003).

(24)

Gambar 1.1 Kerangka Teori (Bridger, 2003., Marras, 2006., Pheasant, 2003)

• Riwayat LBP sebelumnya

• Aktivitas fisik rendah

• Merokok

• Scoliosis and unequal leg lenght

(25)

8

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen

yang mengacu pada kerangka teori yang telah disebutkan sebelumnya.

Variabel independen terdiri dari faktor individu dan faktor pekerjaan

sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah keluhan LBP.

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 1.2 Kerangka konsep Faktor Pekerjaan:

- Beban kerja - Posisi kerja

Keluhan LBP

Faktor Individu:

- Usia - IMT - Masa Kerja - Kebiasaan

(26)

1.7 Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara usia dengan kejadian LBP

2. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian LBP

3. Terdapat hubungan antara IMT dengan kejadian LBP

4. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan kejadian LBP

5. Terdapat hubungan antara beban kerja dengan kejadian LBP

6. Terdapat hubungan antara posisi kerja dengan kejadian LBP

7. Terdapat faktor yang paling berhubungan dengan kejadian LBP

(27)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergos yang artinya kerja dan nomos yang artinya aturan atau hukum alam. Ergonomi berarti aturan kerja atau

hukum kerja alami, yaitu aturan dalam bekerja agar mengeluarkan tenaga

sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil sebesar-besarnya. Pada hakikatnya

ergonomi berarti ilmu tentang kerja, yaitu bagaimana pekerjaan dilakukan

dan bagaimana bekerja lebih baik sehingga ergonomi berguna dalam desain

pelayanan atau proses. Ergonomi berguna untuk membantu menentukan

bagaimana digunakan, bagaimana memenuhi kebutuhan, dan membuat

nyaman serta efisien agar sesuai dengan karakteristik manusia (to fit the job to the man) (Soedirman, 2014).

Penerapan ergonomi dalam kerja dapat mengurangi beban kerja. Beban kerja

dapat diukur dengan evaluasi fisiologis, evaluasi psikologis dan dengan

cara-cara lainnya. Dianjurkan untuk modifikasi beban kerja dan beban kerja

tambahan yang sesuai dengan kapasitas atau kemampuan kerja, dengan tujuan

(28)

Evaluasi kapasitas kerja dengan beban kerja harus memperhatikan kegiatan

fisik, yaitu:

a. Intensitas kerja

b. Tempo kerja

c. Jam kerja dan waktu istirahat

d. Pengaruh kondisi lingkungan (suhu, kelembapan, kecepatan gerakan

udara, bising, penerangan, warna, debu, gas, dan sebagainya).

e. Data biologis (modifikasi makan dan minum, pemulihan sesudah tidur dan

istirahat, perubahan kapasitas kerja karena usia).

f. Kekhususan jenis pekerjaan (adanya getaran mekanis, kerja malam, kerja

bergilir) (Soedirman, 2014).

Penerapan ergonomi dapat mencegah timbulnya tekanan mental, kelelahan,

kekurangwaspadaan, gangguan fisiologis, dan kesalahan sehingga

produktivitas meningkat dan terpelihara dengan baik. Jadi ergonomi berkaitan

dengan optimalisasi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia

dalam melaksanakan pekerjaan di tempat kerja. Kegiatan penanganan

material seperti mengangkat, membawa, mendorong, dan menarik akan

menimbulkan gaya yang signifikan pada tulang belakang bagian bawah, yaitu

pada ruas lumbal ke-5 dan sakrum ke-1, lokasi tempat sering terjadinya nyeri

(29)

12

Pelaksanaan aktivitas yang berat dan penggunaan kerja otot yang tidak

terkontrol dapat menimbulkan gangguan pada otot rangka, yang dikenal

dengan gangguan otot rangka (musculoskeletal disorder, MSD), yaitu:

a. Kelelahan dan keletihan terus-menerus yang disebabkan oleh kegiatan

yang dilakukan dengan frekuensi atau periode waktu yang lama dari upaya

otot, pengulangan aktivitas atau upaya yang terus-menerus dari bagian

tubuh yang sama pada posisi tubuh yang statis

b. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat dan

berat atau pergerakan yang tidak terduga (Soedirman, 2014).

Jenis-jenis keluhan MSD adalah:

a. Sakit leher: peningkatan tegangan otot atau mialgia, leher miring atau kaku

leher

b. Nyeri punggung: gejala nyeri punggung yang spesifik seperti herniasi

lumbal, arthritis, ataupun spasme otot

c. Carpal tunnel syndrome: kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi pada saraf medianus.

d. De quervains tenosynovitis: penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah, disebabkan oleh inflamasi tenosinovium

dan dua tendon yang berada di ibu jari dan pergelangan tangan

(30)

f. Low back pain: terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal, yaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk

ke depan, maka akan terjadi penekanan pada diskus (Soedirman, 2014).

2.2 Low Back Pain

2.2.1 Definisi Low Back Pain

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit

ataupun diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah

untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan

berbagai variasi lama terjadinya nyeri (WHO, 2003). Nyeri ini dapat

berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun keduanya. Nyeri ini terasa

diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di

daerah lumbal atau lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar hingga ke arah

tungkai dan kaki (Sadeli, 2001).

Yuliana (2011) menjelaskan yang termasuk dalam LBP terdiri dari:

a. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus

(31)

14

b. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung processus spinosus vertebreae sacralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis

imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior.

c. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain.

2.2.2 Anatomi Punggung

Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem

rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan,

sistem saraf, sistem penginderaan, sistem otot, dll. Sistem-sistem

tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan berperan

dalam menyokong kehidupan manusia. Sistem yang paling

berpengaruh dalam ergonomi adalah sistem otot, sistem rangka dan

sistem saraf. Ketiga sistem ini sangat berpengaruh dalam ergonomi

karena manusia yang memegang peran sebagai pusat dalam ilmu

(32)

Gambar 2.1 Anatomi tulang belakang (Putz, 2006)

Tulang belakang terdiri atas (Moore, 2002):

a. Tulang belakang cervical: terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau processus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali

tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang yang

mendukung bagian leher.

b. Tulang belakang thorax: terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang dorsal. Processus spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan memutar dapat

terjadi pada tulang ini.

c. Tulang belakang lumbal: terdiri atas 5 tulang yang merupakan

bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat

(33)

16

dan ekstensi tubuh dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat

yang kecil.

d. Tulang sakrum: terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya tidak

memiliki celah dan bergabung (diskus intervertebralis) satu sama

lainnya. Tulang ini menghubungkan antara bagian punggung

dengan bagian panggul.

e. Tulang coccyx: terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sakrum tergabung menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang yang kuat.

Gerak pada columna vertebralis berbeda-beda sesuai dengan daerah columna vertebralis dan sifat individual. Pada columna vertebralis dapat dilakukan gerakan fleksi, ekstensi, laterofleksi dan rotasi.

Kebebasan gerak tulang belakang terutama dihasilkan oleh

pemampatan dan kelenturan diskus intervertebralis. Pada tulang

belakang terdapat bantalan yaitu diskus intervertebralis yang terdapat

di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang yang

berdekatan dan berfungsi melindungi jalinan tulang belakang. Bagian

luar dari bantalan ini terdiri dari annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan yang mengelilingi nucleus pulposus yang berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air. Bantalan ini memungkinkan

terjadinya gerakan pada tulang belakang dan sebagai penahan jika

terjadi tekanan pada tulang belakang seperti dalam keadaan melompat.

Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan

(34)

punggung bagian bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus

dipertahankan dalam kondisi yang baik agar tidak terjadi kerusakan

yang dapat menyebabkan cedera (Moore, 2002).

2.2.3 Etiologi Low Back Pain

Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi

pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun

struktur lain yang menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut

antara lain:

a. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan

spondilolistesis, kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda

spinalis

b. Trauma minor: regangan, cedera whiplash

c. Fraktur: traumatik yaitu jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor,

atraumatik yaitu osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen

d. Herniasi diskus intervertebral

e. Degeneratif: kompleks diskus-osteofit, gangguan diskus internal,

stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi

vertebral, gangguan sendi atlantoaksial (misalnya arthritis

reumatoid)

f. Arthritis: spondilosis, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun

(misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter)

(35)

18

h. Infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis

diskus, meningitis, arachnoiditis lumbalis

i. Metabolik: osteoporosis, hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis

(misalnya penyakit paget)

j. Vaskular: aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri vertebral

k. Lainnya: nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik,

pura-pura sakit, sindrom nyeri kronik (Fauci et al., 2008).

2.2.4 Faktor Risiko terjadinya Low Back Pain a. Faktor individu

Ada beberapa faktor individu yang mempengaruhi keluhan LBP.

Diantaranya adalah sebagai berikut:

Menurut Pheasant (2003):

Strong:

a) Riwayat LBP sebelumnya

b) Aktivitas fisik rendah

c) Merokok

d) Genetik

Moderate: a) Hypermobility b) Spondylosis c) Spondylolisthesis

(36)

Weak:

a) Tinggi badan

b) Berat badan

Faktor lainnya: a) Lordosis

b) Abnormal vertebral number c) Riwayat trauma

Marras (2006):

a) Umur

b) Jenis kelamin

c) Indeks Massa Tubuh

d) Berat badan

e) Tinggi badan

f) Merokok

g) Status pernikahan

h) Pendapatan

i) Status pendidikan

Berdasarkan teori tersebut di atas, peneliti menggabungkan ketiga

teori tersebut untuk memudahkan penelitian. Faktor individu

dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor berikut

(37)

20

1. Usia

Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi

pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang

berusia 30 tahun (Bridger, 2003). Pada usia 30 tahun terjadi

degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian

jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal

tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi

berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang

tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang

yang menjadi pemicu timbulnya gejala LBP. Pada umumnya

keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun (Kantana, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh

Garg dalam Pratiwi (2009) menunjukkan insiden LBP tertinggi

pada umur 35-55 tahun dan semakin meningkat dengan

bertambahnya umur. Hal ini diperkuat dengan penelitian

Sorenson dimana pada usia 35 tahun mulai terjadi nyeri

punggung bawah dan akan semakin meningkat pada umur 55

tahun (Pratiwi, 2009).

2. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita

dibandingkan dengan laki-laki, beberapa penelitian

menunjukkan bahwa wanita lebih sering izin untuk tidak

(38)

terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih

rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian

menunjukkan prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria (NIOSH, 1997).

3. Indeks massa tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari

berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari

berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam

meter (kg/m2). Panduan terbaru dari WHO tahun 2000

mengkategorikan indeks masa tubuh untuk orang Asia dewasa

menjadi underweight (IMT <18.5), normal range (IMT 18.5-22.9), dan overweight (IMT ≥23.0). Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT 23.0-24.9), obese 1 (IMT 25-29.9), dan obese 2 (IMT ≥ 30.0) (Koentjoro, 2010). Hasil penelitian Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang

yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal.

Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan

untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga

mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada

stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang

belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah

(39)

22

4. Masa kerja

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya

seseorang bekerja disuatu tempat. Terkait dengan hal tersebut,

LBP merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu

lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama

waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor

risiko ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami

LBP (Kantana, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Umami

(2013) bahwa pekerja yang paling banyak mengalami keluhan

LBP adalah pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun

dibandingkan dengan mereka dengan masa kerja < 5 tahun

ataupun 5-10 tahun.

5. Kebiasaan merokok

World Health Organisation (WHO) melaporkan jumlah kematian akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan

menjelang tahun 2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya.

Hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan

keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang

memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat

menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain

itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya

kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri

akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang

(40)

6. Genetik

Suatu kondisi (penyakit, dan sebagainya) yang diturunkan dari

generasi (keluarga) sebelumnya. Low back pain bisa disebabkan oleh adanya faktor keturunan terkait penyakit

rangka dan penyakit lainnya yang dapat menyebabkan adanya

keluhan low back pain. 7. Riwayat Pendidikan

Pendidikan terakhir pekerja menunjukkan pengetahuannya

dalam melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat.

Pendidikan seseorang menunjukkan tingkat pengetahuan yang

diterima oleh orang tersebut. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, semakin banyak pengetahuan yang

didapatkan.

8. Tingkat Pendapatan

Pada beberapa perusahaan, pendapatan juga berkaitan dengan

hari kerja. Terdapat sistem 6 hari kerja dan 5 hari kerja (lebih

dominan) dalam seminggu. Akan tetapi, penerapan sistem 5

hari kerja sering menjadi masalah apabila diterapkan di

perusahaan di Indonesia. Penyebabnya tidak lain adalah

standar pengupahan sangat rendah yang menyebabkan

kebutuhan dasar keluarga tidak tercukupi. Hal ini sering

menjadi pemikiran mendasar bagi seorang pekerja. Mereka

berfikir bahwa jika bekerja selama 5 atau 6 hari akan

(41)

24

dilakukan efisiensi dan peningkatan produktivitas kerja,

pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu maka dengan

sendirinya kerja lembur tidak diperlukan. Akan tetapi para

pekerja akan berfikir mereka tidak akan mendapatkan

tambahan pendapatan jikalau mereka tidak lembur. Hal

ini akan berdampak pada produktivitas kerja.

9. Aktivitas Fisik

Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko terjadinya

berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya LBP.

Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

dengan melibatkan aktivitas otot pada periode waktu tertentu

(Tarwaka, 2004). Aktivitas fisik yang cukup dan dilakukan

secara rutin dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP.

Olahraga yang teratur juga dapat memperbaiki kualitas hidup,

mencegah osteoporosis, dan berbagai penyakit rangka serta

penyakit lainnya. Olahraga sangat menguntungkan karena

risikonya minimal. Program olahraga harus dilakukan secara

bertahap, dimulai dengan intensitas rendah pada awalnya untuk

menghindari cidera pada otot dan sendi (Kurniawidjaja, 2011).

Aktivitas fisik dikatakan teratur ketika aktvitas tersebut

dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu. Selain itu, di dalam

aktivitas fisik juga dilakukan streching guna meregangkan otot-otot yang sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu.

(42)

dalam otot sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan otot.

Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada

seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai

cukup waktu untuk istirahat dan melakukan aktivitas fisik yang

cukup. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh

tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari

hasil penelitian Cady et al. (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah maka risiko terjadinya

keluhan adalah 8,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah

3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%. Hal ini

juga diperkuat dengan laporan Betti’e et al. (1989) yang

menyatakan bahwa hasil penelitian terhadap para penebang

menunjukkan bahwa kelompok penebang dengan tingkat

kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai risiko sangat kecil

terhadap risiko cidera otot (Tarwaka, 2004).

10. Riwayat Penyakit Terkait Rangka dan Riwayat Trauma

Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang

belakang merupakan salah satu faktor risiko adanya keluhan

LBP. Orang dengan kasus spondylolisthesis akan lebih berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat, tetapi kondisi seperti ini

(43)

26

dalam Bridger, 2003). Riwayat terjadinya trauma pada tulang

belakang juga merupakan faktor risiko terjadinya LBP karena

trauma akan merusak struktur tulang belakang yang dapat

mengakibatkan nyeri yang terus menerus.

b. Faktor Pekerjaan

1. Beban kerja

Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial

yang diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam

waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik, maupun

keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut. Harrianto

(2010) menyatakan bahwa beban kerja adalah sejumlah

kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun

sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam

keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan

tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar

terhadap otot, tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang berat

akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan

otot, tendon, dan jaringan lainnya.

2. Posisi kerja

Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara

signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan.

Bekerja dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah

(44)

menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke

jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan

kelelahan. Termasuk ke dalam posisi janggal adalah

pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai,

berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang

dalam posisi statis, dan menjepit dengan tangan. Posisi ini

melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu, punggung, dan

lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami cedera

(Straker, 2000). Salah satu metode yang digunakan untuk

mengukur posisi tubuh saat bekerja adalah metode OWAS

(Ovako Working Posture Analysis System). Metode OWAS merupakan metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan

pergerakan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan beban

berat yang diangkat untuk kemudian dimasukkan ke dalam

beberapa kategori.

3. Repetisi

Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang

sama. Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan

mendorong fatigue dan ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat

yang digunakan untuk peregangan otot. Dampak gerakan

berulang akan meningkat bila gerakan tersebut dilakukan

dengan postur janggal dengan beban yang berat dalam waktu

(45)

28

berapa kali repetitive motion dalam melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat

beban terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk

relaksasi (Bridger, 2003).

4. Durasi

Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi

didefinisikan sebagai durasi singkat jika < 1 jam per hari,

durasi sedang yaitu 1-2 jam per hari, dan durasi lama yaitu > 2

jam per hari. Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko

bila postur tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik. Risiko

fisiologis utama yang dikaitkan dengan gerakan yang sering

dan berulang-ulang adalah kelelahan otot. Selama berkontraksi

otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang dari

otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai

jaringan maka akan terjadi kelelahan otot (Humantech, 2003).

c. Faktor Lingkungan Fisik

1. Getaran

Getaran berpotensi menimbulkan keluhan LBP ketika

seseoang menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau

lingkungan kerja yang memiliki hazard getaran. Hal ini juga

dibuktikan dengan penelitian Frymoyer et al., (1980, 1983) dalam Pheasant (2003) bahwa getaran merupakan faktor risiko

(46)

menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan

peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat

meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri (Suma’mur, 1982

dalam Tarwaka, 2004).

2. Kebisingan

Kebisingan yang ada di lingkungan kerja juga bisa

mempengaruhi performa kerja. Kebisingan secara tidak

langsung dapat memicu dan meningkatkan rasa nyeri LBP

yang dirasakan pekerja karena bisa membuat stres pekerja saat

berada di lingkungan kerja yang tidak baik.

2.2.5 Patofisiologi Low Back Pain

Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang

dapat dirangsang oleh berbagai stimulus lokal. Stimulus ini akan

direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan

menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi

yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses

penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah

spasme otot, yang selanjutnya akan menimbulkan iskemia. Nyeri yang

timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya

berbagai mediator inflamasi atau nyeri neuropatik yang diakibatkan

lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf

dapat menyebabkan dua kemungkinan. Pertama, penekanan hanya

(47)

30

nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan

sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut

saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan

mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan

biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion

lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot

yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal (Huldani,

2012).

2.2.6 Diagnosis

Untuk dapat mendiagnosis LBP selain anamnesis juga diperlukan

pemeriksaan fisik, yaitu:

a. Tes Lasegue

Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien (dalam posisi 0°)

didorong ke arah muka kemudian setelah itu tungkai pasien

diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.

(48)

Tanda lasegue menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda lasegue dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900

lalu dengan perlahan-lahan dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini

akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes

yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan

fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai

dengan lutut dalam keadaan ekstensi (straight leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda lasegue yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara lasegue yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan tanda

kemungkinan herniasi diskus. Pada tanda lasegue, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar

kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya.

b. Tes Patrick

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada

sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi,

(49)

32

Gambar 2.3 Tes Patrick ( Harsono, 2007)

c. Tes Kebalikan Patrick

Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi,

endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Tes

kebalikan patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di

sakroiliaka.

Ada beberapa tes diagnostik yang digunakan untuk menemukan

penyebab nyeri punggung, yaitu :

a. FotoPolos

Foto polos posisi anteroposterior, lateral dan conned down lateral view adalah standar pemeriksaan nyeri pinggang. Data tambahan dapat diperoleh melalui posisi foto oblik (Kasjmir, 2009).

b. Mielografi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui lokasi sumbatan dan

(50)

c. Bone Scan

Pemeriksaan ini dapat dipakai untuk mendeteksi adanya proses

infeksi, keganasan dan ankilosing spondilitis awal (Kasjmir, 2009)

d. CT (Computed Tomography) Scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) Scan

CT Scan dan MRI Scan merupakan cara yang relatif cepat dan mudah untuk mendapatkan gambaran rinci mengenai keadaan

dalam tubuh tanpa perlu melakukan pembedahan (Kasjmir, 2009).

2.2.7 Penatalaksanaan

a. Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan

kerja seperti biasanya

b. Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa

kasus dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk

mengurangi nyeri

c. Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan

digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau

OAINS. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran parasetamol

dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan

d. Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali

(51)

34

e. Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasus-kasus yang

membutuhkan obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat

kembali bekerja dalam 1-2 minggu

f. Operasi: dilakukan pada kasus dengan tanda-tanda neurologis

progresif/kauda ekuina dan pengurangan nyeri yang tidak

memuaskan setelah 6-12 minggu, mungkin dengan episode nyeri

yang tidak tertahankan sebelumnya (Yuliana, 2011).

2.2.8 Pencegahan

a. Latihan Punggung Setiap Hari

1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras.

Tekukan satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan

beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain.

Lakukanlah beberapa kali.

2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu

luruskanlah ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu

tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa detik

kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.

3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki

berada flat di lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan

tangan di tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari

lantai. Lakukan beberapa kali.

(52)

b. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat

1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum

mengangkatnya.

2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda

yang lebih rendah

3. Peganglah benda dekat perut dan dada

4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda

5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda

c. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri

1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama

2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja,

pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu

(seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.

3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu

kaki pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak

dan mengubah posisi secara periodik.

4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan

baik tidak teregang.

5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga

(53)

36

d. Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat

1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang

nyaman dan sepatu berhak rendah

2. Makanlah makanan seimbang, diet rendah lemak dan banyak

mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi serta

perbanyak makanan yang mengandung glukosamin contohnya

yaitu kerang

3. Tidurlah di kasur yang nyaman.

4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau

terjadi trauma.

2.3 Gambaran Buruh Panggul di Pasar Pasir Gintung

Pasar Pasir Gintung berlokasi di dekat Pasar Bambu Kuning dimana

merupakan pasar tertua di Bandar Lampung setelah Pasar Cimeng dan Pasar

Bawah. Pemerintah Kota Bandar Lampung masih memperbaiki sarana dan

prasarana dari Pasar Gintung ini untuk meningkatkan pelayanan. Buruh

panggul di pasar pasir gintung terdapat 55 orang dengan usia bervariasi.

Pendidikan yang terakhir kali ditempuh oleh para pekerja kuli panggul

bervariasi, ada yang hanya lulusan SD namun ada pula lulusan SMA

(Wawancara dengan Bpk. KH. Samsir Nasution).

Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Serikat Pekerja/Buruh ”Serikat Pekerja/Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari,

(54)

yang bersifat bebas,terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung-jawab

guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan

pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.”

Maka para buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar lampung, berada di

naungan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) wilayah Lampung. Ketua

SPSI cabang Pasar Pasir Gintung dipegang oleh Bpk. KH. Samsir Nasution

dan sekertarisnya adalah Bpk. David Saputra. Sedangkan keanggotaan dari

para pekerja kuli panggul dibagi atas beberapa wilayah yang diketuai oleh

koordinator lapangan masing- masing wilayah otoritas (Wawancara dengan

Bpk. KH. Samsir Nasution).

Aktivitas perdagangan di Pasar Pasir Gintung berlangsung 24 jam, pada

pukul 00.00 sampai 03.00 biasanya barang yang akan dijual baru datang dari

masing- masing distributor, pada jam ini lah para buruh panggul bekerja

untung membongkar barang muatan yang ada di truk. Sedangkan pada

pukul 06.00-15.00 biasanya para pekerja kuli membantu para pemilik

toko-toko di sepanjang Pasar Pasir Gintung untuk bongkar muat barang. Terdapat

pembagian wilayah untuk para buruh panggul, yaitu wilayah bagian depan

disepanjang pinggir jalan raya imam bonjol, wilayah pasar smep yang masih

termasuk bagian dari pasar gintung, dan wilayah belakang. Setiap wilayah

terbagi atas 20-15 orang. Untuk penghasilan sehari- hari para pekerja rata-

rata mendapatkan Rp. 50.000,00 per harinya, hal ini tergantung atas

permintaan bantuan dari para pelanggan pasar (Wawancara dengan Bpk.

(55)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi LBP pada

buruh panggul (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung pada

bulan November 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek

penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Dahlan,

2008). Sampel adalah sekumpulan subjek penelitian yang dianggap mewakili

suatu populasi penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(56)

pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan

t : koefisien kepercayaan (coefficient of confidence) d : sampling eror

p & q : parameter proporsi binominal

N : populasi

Koefisiensi Kepercayaan :

Untuk kepercayaan 99%, maka koefisien kepercayaan adalah 2,58

Untuk kepercayaan 95%, maka koefisien kepercayaan adalah 1,96

Untuk kepercayaan 90%, maka koefisien kepercayaan adalah 1,64

Untuk kepercayaan 80%, maka koefisien kepercayaan adalah 1,28

Untuk kepercayaan 50%, maka koefisien kepercayaan adalah 0,67

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam penelitian ini, peneliti

menentukan proporsi binomial adalah 50% : 50% (ditentukan peneliti),

sampling error 0,05 (5%), dan koefisien kepercayaan 1,96 (95%), maka

jumlah sampel minimal yang diambil adalah :

(57)

40

Maka, yang akan menjadi sample sebanyak berikut :

= n0 1 + (n0)

= 384.16

1 + (384.1655 )

= 48

Kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Bersedia mengikuti penelitian

2. Mengisi informed consent

3. Usia kerja 20-55 tahun (Menakertrans, 2012)

Kriteria ekslusi sebagai berikut:

1. Tidak hadir saat dilakukan penelitian

2. Memiliki riwayat trauma maupun penyakit tulang belakang

3.4 Identifikasi Variabel

1. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah LBP. 2. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah usia,

IMT, kebiasaan merokok, masa kerja, beban kerja dan posisi kerja.

(58)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data primer tentang karakteristik responden:

1. Posisi kerja diukur secara pengamatan langsung selama jam kerja.

2. Keluhan LBP dilakukan dengan wawancara langsung dan pemeriksaan

fisik

3. Kuesioner untuk mengetahui identitas responden, usia, IMT, kebiasaan

(59)

42

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala

Low back pain Nyeri yang dirasakan dan dikeluhkan oleh panggul diukur sejak dia lahir hingga tinggi badan kuadrat dalam meter

Kebiasaan Merokok Penentuan derajat berat merokok

Kuesioner Wawancara 1= derajat ringan 0-200

(60)

dengan indeks brinkman (IB) yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama

Masa Kerja Lamanya seseorang bekerja menjadi

Kuesioner Wawancara 1= > 10 tahun

2= 5-10 tahun pada saat penelitian diadopsi menurut

Posisi Kerja Penilaian postur Kuesioner Observasi 1= Risiko tinggi Ordinal

4

(61)

44

tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang diadopsi menurut metode OWAS (Ovako

Working Posture Analysis System)

cedera (kategori 2, 3, dan 4 OWAS)

2= Risiko rendah cedera (kategori 1 OWAS)

4

(62)

3.7 Alat dan Cara Penelitian 1. Alat Tulis

Adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil penelitian.

Alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil dan komputer.

2. Kuesioner Terstruktur

Adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

3. Lembar observasi

Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari responden

(data primer), yang meliputi :

1. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian.

2. Pengisian informed consent.

(63)

46

3.8 Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

3.9Pengolahan dan Analisis Data 3.9.1 Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah

ke dalam bentuk tabel - tabel, kemudian data diolah menggunakan

program komputer. Kemudian proses pengolahan data menggunakan

program komputer ini terdiri beberapa langkah :

a. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk

keperluan analisis.

b. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.

1. Tahap Persiapan Pembuatan Proposal,

Perizinan, Koordinasi

2. Tahap Pelaksanaan Pengisian informed

consent

Pengisian kuisioner, observasi dan pemeriksaan fisik

3. Tahap Pengolahan Data

Pencatatan

(64)

c. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap

data yang telah dimasukkan ke dalam komputer.

d. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.

3.9.2 Analisis Statistika

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan

menggunakan program software statistik pada komputer dimana akan dilakukan 3 macam analisis data, yaitu analisis univariat, analisis

bivariat, dan analisis multivariat

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi dan

persentase variabel bebas dan variabel terkait.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan

menggunakan uji statistik. Uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Uji chi square merupakan uji komparatif yang digunakan dalam data di penelitian ini. Uji signifikan antara data

yang diobservasi dengan data yang diharapkan dilakukan dengan

batas kemaknaan (α < 0,05) yang artinya apabila diperoleh p < α,

berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan

variabel terikat dan bila nilai p > α, berarti tidak ada hubungan

(65)

48

Apabila uji Chi-Square tidak memenuhi syarat parametrik (nilai expected count > 20%) maka dilakukan uji Kolmogorov-smirnov sebagai uji alternatif untuk tabel 2x3 dan uji Fisher’s exact sebagai

uji alternatif untuk tabel 2x2.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik karena

(66)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Dari 48 jumlah sampel yang dilakukan penelitian, sebanyak 32 responden

(66,7 %) yang mengeluhkan terjadinya Low Back Pain (LBP).

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia responden dengan

kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,178.

3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT responden dengan

kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,186.

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok

dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,169.

5. Terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian

(67)

79

6. Terdapat hubungan yang bermakna antara berat beban kerja kerja dengan

kejadian Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,001.

7. Terdapat hubungan yang bermakna antara posisi kerja dengan kejadian

Low Back Pain (LBP) pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung dengan p = 0,000.

8. Faktor posisi kerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap

kejadian LBP pada buruh panggul di Pasar Pasir Gintung Bandar

Lampung.

5.2 Saran

1. Bagi pekerja, senantiasa memperhatikan aspek ergonomi dalam bekerja

terutama posisi dalam bekerja maupun berat beban yang akan di angkut

pada saat bekerja guna mencegah maupun mengurangi angka kejadian

LBP.

2. Bagi Dinas Kesehatan/Instansi Terkait, diharapkan memberikan pelayanan

kesehatan seperti konseling atau penyuluhan keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) pada pekerja informal, sehingga dapat mengurangi penyakit

akibat kerja terutama Low Back Pain (LBP).

3. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2005. Penyakit akibat kerja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm. 20-3.

Astuti RD. 2007. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat terhadap kelelahan muskuluskeletal. Gema Teknik 2: 28-9.

Basuki K. 2009. Faktor risiko kejadian low back pain pada operator tambang sebuah perusahaan tambang nickel di Sulawesi Selatan. Jurnal Promkes 4(2): 115-21.

Bridger RS. 2003. Introduction to ergonomics international edition. Singapore: McGraw-Hill Book Co: 45-7.

Buchari. 2007. Penyakit akibat kerja dan penyakit terkait kerja. Medan: Universitas Sumatera Utara. Hlm. 1-28.

Catur Y. 2012. Hubungan antara teknik mengankat beban dengan keluhan nyeri pinggang pada buruh gendong di Pasar Buah Johar Semarang. Jurnal Visikes 11:1.

Dachlan LM. 2009. Pengaruh back exercise pada nyeri punggung bawah [tesis]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Dahlan MS. 2008. Statistik untuk kedokteran kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 68.

Delitto A, George SZ, Dillen LV, Whitman JM, Sowa G, Shekelle P et al. 2012. Low back pain clinical practice guidelines linked to the international classification of functioning, disability, and health from the orthopaedic section of the american physical therapy association. J Orthop Sports Phys Ther42(4): A11.

Effendi F. 2007. Ergonomi bagi pekerja sektor informal. Cermin Dunia Kedokteran 34: 1-154.

Fathoni H. 2009. Hubungan sikap dan posisi kerja dengan low back pain pada perawat di RSUD Purbalingga. Jurnal FKIK Unsoed 4(3).

(69)

Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. 2008. Back and neck pain. Dalam:

Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th Ed. New York:

McGraw-Hill.

Harrianto R. 2010. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: EGC. hlm 83-9.

Harsono. 2009. Kapita selekta neurologi. Edisi II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlm. 97-9.

Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. 2010. The epidemiology of low back pain. Best Pract Res Clin Rheumatol24: 769-81.

Huldani. 2012. Nyeri punggung. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Humantech. 2003. Applied ergonomics training manual. Berkeley: Humantech

Inc. 189-201

Kantana T. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun 2010 [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Kasjmir YI. 2009. Nyeri spinal. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing. Hlm 2720-3.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2012. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia No.609/MEN/2012. Pedoman penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jakarta.

Khaizun. 2013. Faktor penyebab keluhan subyektif pada punggung pekerja tenun sarung ATBM di Desa Wanarejan Utara Pemalang [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Koentjoro SL. 2010. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan derajat osteoarthritis lutut menurut Kellgren dan Lawrence [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Koley S, Kaur J, Sandhu JS. 2010. Biological risk indicators for non-specific low back pain in young adults of Amritsar Punjab India. J Life Sci 2(1): 43-8.

Kurniawidjaja, Meily L. 2011. Teori Dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Depok: UI Press. Hlm. 32-6.

Lailani TM, Dewi DRL, Handoko W. 2013. Hubungan antara peningkatan indeks massa tubuh dengan kejadian nyeri punggung bawah pada pasien rawat jalan di poliklinik Saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Pontianak: Universitas Tanjung Pura.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Teori (Bridger, 2003., Marras, 2006., Pheasant, 2003)
Gambar 1.2 Kerangka konsep
Gambar 2.1 Anatomi tulang belakang (Putz, 2006)
Gambar 2.2 Tes Lasegue (Harsono, 2007)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Memberi masukan pada institusi perusahaan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada pekerja sehingga informasi ini dapat digunakan untuk

8 Berdasarkan penelitian pada pengemudi transportasi di Lampung didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan LBP adalah faktor individu seperti

Terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan terjadap kejadian low back pain (LBP) pada petani di Desa Munca Kabupaten Pesawaran antara lain usia, lama

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kejadian IMS pada pekerja seks komersil dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian IMS di lokalisasi Pantai Harapan

Walikota Bandar Lampung selaku kepala daerah yang mempunyai hak untuk menetapkan peraturan walikota tentang pelaksanaan pemungutan retribusi khususya dalam pelayanan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung Tahun

ANALYSIS OF MANUAL MATERIAL HANDLING TECHNIQUE AND ITS ASSOCIATION WITH LOW BACK PAIN (LBP) AMONG FISHERMEN IN KANGKUNG VILLAGE, BANDAR LAMPUNG1. Diana Mayasari 1* ,

Menurut Suma’mur 2009, Low back pain (LBP) berhubungan dengan faktor risiko seperti usia,obesitas (kegemukan), kebiasaan merokok atau kurangnya kesegaran/kebugaran jasmani, selain