• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN LOW BACK PAIN PADA PEKERJA BURUH ANGKUT DI PASAR RAYA PADANG TAHUN 2023

N/A
N/A
Anzelia Miranda

Academic year: 2024

Membagikan "SKRIPSI FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN LOW BACK PAIN PADA PEKERJA BURUH ANGKUT DI PASAR RAYA PADANG TAHUN 2023"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN LOW BACK PAIN PADA PEKERJA BURUH ANGKUT

DI PASAR RAYA PADANG TAHUN 2023

diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Kesehatan

Masyarakat

NOVITA ANGGUN SARI 1913201102

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN 2023

(2)

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

ii

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

iii

(4)

PERNYATAAN PENGUJI

iv

(5)

v

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG Skripsi, September 2023

Novita Anggun Sari

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Low Back Pain pada Pekerja Buruh Angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023

Ix+ 65 halaman, 19 tabel, 8 gambar, 11 lampiran

ABSTRAK

Salah satu gangguan musculoskeletal disosders yang sering dialami oleh pekerja adalah LBP. Menurut WHO pada tahun 2018 sekitar 70-80% penduduk negara maju mengalami LBP dan bertambah 15-45% pertahun. Badan Pusat Statistik sebanyak 37,02% penduduk Indonesia sebagai buruh pada Februari 2021.

Berdasarkan survei awal peneliti 60% buruh angkut di Pasar Raya Padang mengalami keluhan LBP. Faktor risiko terjadinya keluhan LBP yaitu faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan LBP pada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang.

Jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada Maret-Agustus 2023 dengan populasi sebanyak 150 orang buruh angkut di Pasar Raya Padang. Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling berjumlah 60 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan chi-square.

Hasil penelitian didapatkan 61,7% buruh mengalami keluhan low bck pain, 56,7% buruh memiliki masa kerja yang berisiko, 58,3% buruh memiliki lama kerja yang berisiko, dan 51,7% buruh memiliki sikap kerja yang berisiko sedang.

Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan masa kerja (p-value = 0,001), lama kerja (p-value = 0,035) dan sikap kerja (p-value = 0,025) dengan keluhan low back pain pada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang tahun 2023.

Keluhan LBP berhubungan dengan masa kerja, lama kerja dan sikap kerja.

Pekerja buruh angkut agar dapat memperhatikan prinsip ergonomis saat bekerja dan melakukan peregangan secara berkala setelah lebih kurang 1 atau 2 jam bekerja pada posisi yang sama.

Daftar Bacaan : 35 (2008-2022)

Kata Kunci : Lama Kerja, Low Back Pain, Masa Kerja, Sikap Kerja

(6)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG Skripsi, September 2023

Novita Anggun Sari

Factors Associated with Low Back Pain Complaints in Labouner Workers at Pasar Raya Padang Year 2023

Ix + 65 pages, 19 tables, 8 figures, 11 attachments

ABSTRACT

One of the musculoskeletal disorders that is often experienced by workers is LBP. According to WHO in 2018 around 70-80% of the population of developed countries experienced LBP and increased by 15-45% per year. The Central Bureau of Statistics as much as 37.02% of the Indonesian population as laborers in February 2021. Based on the researcher's initial survey, 60% of transport workers at Pasar Raya Padang experienced LBP complaints. Risk factors for LBP complaints are individual factors, work factors and environmental factors.

The purpose of the study was to determine the factors associated with LBP complaints in transport workers at Pasar Raya Padang.

Type of quantitative research with cross sectional design. This research was conducted in March-August 2023 with a population of 150 transport workers at Pasar Raya Padang. The sample in this study was taken by purposive sampling totaling 60 people. Data collection was done by interview and observation using questionnaires and observation sheets. Data were analyzed univariately and bivariately using chi-square.

The results showed that 61.7% of workers experienced low back pain complaints, 56.7% of workers had a risky work period, 58.3% of workers had a risky work duration, and 51.7% of workers had a moderate risky work attitude.

The statistical test results showed that there was a relationship between work period (p-value = 0.001), work duration (p-value = 0.035) and work attitude (p- value = 0.025) with complaints of low back pain in transport workers at Pasar Raya Padang in 2023.

LBP complaints are associated with tenure, length of work and work attitude.

Transport workers should pay attention to ergonomic principles when working and stretch periodically after approximately 1 or 2 hours of working in the same position.

Reading List : 35(2008-2022)

Keywords : Length of Service, Low Back Pain, Length of Service, Work Attitude

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : Novita Anggun Sari

Tempat Tinggal : Limau Sundai Tempat Lahir : 15 November 2000

Agama : Islam

Anak Ke : 2

Jumlah Bersaudara : 3

Daerah Asal : Solok Selatan

Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Limau Sundai

Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Yusril Efendi

Pekerjaan : Swasta

Nama Ibu : Erniati

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Riwayat Pendidikan

2007 – 2013 : SDN 18 IV Jorong Selatan 2013 – 2016 : MTsN Pasir Talang

2016 – 2019 : SMA 1 Solok Selatan

2019 – 2023 : S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Alifah Padang

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, shalawat beriringan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Low Back Pain Pada Pekerja Buruh Angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023”

Pada kesempatan ini peneliti telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Ibu Fadillah Ulva, MPH sebagai pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran kepada peneliti

2. Ibu Gusrianti, M. Kes sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran kepada peneliti dan sebagai Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Alifah Padang.

3. Ibu Ns. Febry Handiny, MKM sebagai penguji I yang telah memberikan masukan untuk peneliti.

4. Ibu Ns. Delima, M. Kes sebagai penguji II yang telah memberikan masukan untuk peneliti.

5. Ibu Dr. Ns. Asmawati, S. Kep, M. Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang.

6. Seluruh staf dan dosen pengajar di STIKes Alifah Padang yang telah banyak memberikan ilmu kepada peneliti selama perkuliahan.

(9)

7. Kapala Dinas Perdagangan dan beserta petugas lainnya yang telah memberikan bantuan selama pengambilan data dan melakukan penelitian ini.

8. Teristimewa terima kasih kepada orang tua, papa saya Yusril Efendi, aba saya Syamsudin dan mama saya Erniati, mama saya (Alm) Nurhalena, abang saya Nofri Andi Maulana, adik saya Desri Amanda serta keluarga besar yang sudah memberikan kasih sayang, dukungan, semangat, pengorbanan, serta do’a tulus yang tiada henti selama ini.

9. Serta sahabat, teman-teman, dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan, hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu peneliti.

Padang, September 2023

Peneliti

(10)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN PENGUJI ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Low Back Pain ... 10

B. Kerangka Teori ... 35

C. Kerangka Konsep ... 36

D. Definisi Operasional ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Teknik Pengolahan Data ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 45

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

A. Lokasi Umum Penelitian ... 46

B. Karakteristik Responden ... 47

C. Analisis Univariat ... 47

D. Analisis Bivariat ... 49

BAB V PEMBAHASAN ... 52

A. Keterbatasan Penelitian ... 52

B. Analisis Univariat ... 52

C. Analisis Bivariat ... 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Skor Bagian Leher (Neck) ... 25

Tabel 2. 2 Skor REBA ... 26

Tabel 2. 3 Skor Bagian Kaki ( legs) ... 27

Tabel 2. 4 Penilaian Skor Tabel A ... 28

Tabel 2. 5 Skor Bagian Lengan Atas ( Upper Arms) ... 29

Tabel 2. 6 Skor Bagian Lengan Bawah ( Lower Arms) ... 30

Tabel 2. 7 Skor Bagian B Pergerakan Pergelangan Lengan ... 31

Tabel 2. 8 Penilaian Skor Tabel B ... 31

Tabel 2. 9 Penilaian Skor Tabel C ... 33

Tabel 2. 10 Definisi Operasional ... 37

Tabel 3. 1 Kegiatan Pengumpulan Data ... 42

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik pada Pekerja Buruh Angkut Tahun 2023… ... 47

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keluhan Low Back Pain ... 47

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja Buruh Angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023 ... 48

Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja pada Pekerja Buruh Angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023 ... 48

Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Kerja pada Pekerja Buruh Angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023 ... 48

Tabel 4. 6 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Low Back Pain pada Pekerja Buruh Angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023 ... 49

Tabel 4. 7 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Low Back Pain pada Pekerja Buruh Angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023 ... 50

Tabel 4. 8 Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Low Back Pain pada Pekerja Buruh Angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023 ... 51

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Penilaian Grup A Pergerakan Leher ... 25

Gambar 2. 2 Penilaian Grup A Pergerakan Punggung ... 26

Gambar 2. 3 Penilaian Grup A Pergerakan Kaki ... 27

Gambar 2. 4 Peneliaian Grup B Pergerakan Lengan Atas ... 29

Gambar 2. 5 Penilaian Grup B Pergerakan Lengan Bawah ... 30

Gambar 2. 6 Penilaian Grup B Pergerakan Pengelangan Tangan ... 30

Gambar 2. 7 Kerangka Teori ... 35

Gambar 2. 8 Kerangka Konsep ... 36

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1. Gantt Chart Penelitian

2. Surat Izin Pengambilan Data Awal

3. Surat Izin Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 4. Surat Permohonan Izin Penelitian Dinas Perdaganagn

5. Surat Pernyataan Selesai Penelitian 6. Permohonan Menjadi Responden 7. Persetujuan Responden

8. Kuesioner Peneliti 9. Master Tabel

10. Hasil Pengelolaan Data 11. Lembar Konsultasi

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan (Candrianto, 2020).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut International Labour Organization (ILO) adalah meningkatan dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan. Upaya lain yang dilakukan yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan (Djatmiko, 2016). Setiap pekerjaan memiliki risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Besar kecilnya risiko tersebut tergantung pada jenis pekerjaan itu sendiri. Ada dua hal yang menjadi perhatian utama dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan kerja berhubungan dengan kecelakaan akibat kerja (KAK), sedangkan kesehatan kerja berhubungan dengan penyakit akibat kerja (PAK).

Penyakit akibat kerja merupakan hal yang menjadi perhatian di dalam dunia ketenagakerjaan. Hal ini dikarenakan penyakit akibat kerja sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi pekerjaan dari seorang pekerja yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan produktivitas kerjanya. Data

(16)

dari International Labour Organization (ILO) tahun 2018 menyebutkan bahwa, menurut perkiraan ILO, lebih dari 1,8 juta kematian akibat kerja terjadi setiap tahunnya di 156 kawasan Asia dan Pasifik. Bahkan dua pertiga kematian akibat kerja di dunia terjadi di Asia. Di tingkat global, lebih dari 2,78 juta orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja (ILO,2018). Selain itu, terdapat sekitar 374 juta cedera dan penyakit akibat kerja yang tidak fatal setiap tahunnya, yang banyak mengakibatkan absensi kerja (Putri dkk., 2022).

Salah satu penyakit akibat kerja yang sering dialami oleh pekerja adalah gangguan musculoskeletal disorders (MSDs). Keluhan pada sistem musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon (Parinduri dkk., 2021).

Menurut Healtcxh Safety Executive (HSE) dalam Work Related Musculoskeletal Disorders (WRMSDs) statistik di Inggris tahun 2017 menyebutkan pada tahun 2016 terdapat 507.000 pekerja yang menderita gangguan musculoskeletal terkait pekerjaan (berdiri sebentar atau berdiri lama). Akibatnya 8.9 juta hari kerja hilang terkait gangguan musculoskeletal.

HSE juga mengelompokkan pekerja yang menderita Musculoskeletal Disorders (MSDs) berdasarkan efek pada area tubuh yang terkena. HSE menyebut ada lima industri dengan tingkat gangguan musculoskeletal yang

(17)

lebih tinggi dari rata-rata per 100.000 pekerja dalam setahun, yaitu industri kontruksi ada 2300 kasus, industri pertanian kehutanan dan perikanan terdapat 2000 kasus, industri transportasi dan penyimpanan terdapat 1700 kasus, industri kesehatan dan pekerja sosial terdapat 1.600 kasus, dan industri lainnya terdapat 1200 kasus (Parinduri dkk., 2021)

Salah satu gangguan musculoskeletal disorders yang disebabkan oleh gerakan repetitif dan aktivitas tubuh yang kurang baik adalah Low Back Pain (LBP). LBP bisa ditandai dengan adanya nyeri yang dirasakan pada daerah punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal maupun nyeri radikuler. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu daerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki yang diakibatkan oleh penyakit maupun aktivitas tubuh yang tidak baik (Sali & Sujaya, 2019).

Prevalensi low back pain menurut data dari WHO (2022) menyatakan bahwa gangguan musculoskeletal di dunia berjumlah 1,71 milyar sedangkan kejadian low back pain merupakan masalah kesehatan ke 3 di dunia antara lain osteoatritis di tahun 2022 berjumlah 528 juta orang, rematik di tahun 2020 berjumlah 335 juta orang dan low back pain di tahun 2022 berjumlah 17,3 juta orang. Jumlah karyawan di dunia khususnya di bidang industry setiap tahun mengalami nyeri punggung bawah 2- 5% (Melvin et al., 2020). Data statistik Amerika Serikat memperlihatkan angka kejadian sebesar 15%-20% per tahun sebanyak 90% kasus low back pain bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Di Amerika Serikat,

(18)

prevalensi low back pain menduduki peringkat kedua setelah penyakit saluran pernafasan bagian atas yang mengakibatkan kerugian waktu akibat sakit.

Cedera punggung mencakup sekitar 19% hingga 25% (Putri dkk., 2022).

Dilihat dari data RISKESDAS tahun 2018, kurang aktivitas fisik merupakan kegiatan kumulatif kurang dari 150 menit seminggu. Prevalensi aktivitas fisik yang kurang juga meningkat dari tahun 2013, dari 26,1% menjadi 33,5% di tahun 2018. Hal ini sebanding dengan meningkatnya prevalensi beberapa penyakit tidak menular di Indonesia (RISKESDAS, 2018).

Low Back Pain (LBP) di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang nyata. LBP merupakan penyakit nomor dua pada manusia setelah influenza.

Data untuk jumlah penderita LBP di indonesia belum di ketahui secara pasti, namun di perkirakan penderita LBP di Indonesia bervariasi antara 7,8% sampai 37% dari jumlah penduduk yang ada di Indonesia, prevalensi low back pain terdapat 59,25% penderita low back pain pada tahun 2016 (Putri dkk., 2022).

Faktor-faktor risiko terjadinya keluhan LBP yaitu faktor individu (jenis kelamin, usia, kesegaran jasmani, kebiasaan merokok, dan indeks massa tubuh), faktor pekejaan (sikap kerja, masa kerja, lama kerja, beban kerja) dan faktor lingkungan (getaran dan kebisingan) (Tarwaka dkk, 2022).

Menurut Umami (2014) bahwa masa kerja berhubungan signifikan dengan keluhan low back pain (p=0,000), pekerja yang banyak mengalami keluhan nyeri punggung bawah adalah yang mempunyai masa kerja > 10 tahun dan yang paling banyak mengalami keluhan sakit punggung pada tingkat nyeri sedang. Masa kerja yang lama dapat mempengaruhi kejadian low back pain

(19)

karena merupakan akumulasi pembebanan pada tulang belakang akibat posisi duduk yang statis, semakin lama bekerja maka semakin tinggi resiko terjadinya low back pain terlalu lama bekerja pada posisi susuk statis yang akan mengakibatkan peregangan pada otot-otot, fasia dan ligamen pada tulang belakang (Rudiana, 2019).

Berdasarkan Penelitian yang dikemukakan oleh Larono (2017) menunjukan bahwa adanya hubungan antara sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal. Sikap kerja yang dilakukan dapat dipengaruhi bagian-bagian tubuh yang terlihat yaitu lengan, bahu, punggung, kaki dimana bagian-bagian tubuh tersebut adalah paling banyak dikeluhkan. Sikap kerja saat melakukan pekerjaan yaitu dengan sikap kerja berjalan dengan kedua tangan mengangkat beban terus menerus dan terkadang tubuh sediki miring dan cenderung membungkuk, sikap kerja yang seperti ini merupakan penyebab adanya keluhan pada punggung, pinggang, lengan, bahu dan betis.

Menurut penelitian Harwanti,S & Panuwun menunjukkan umur, kebiasaan olahraga, masa kerja mempengaruhi terjadinnya Low Back Pain (Harwanti dkk., 2018). Berdasarkan Bajwa & Kaur mengatakan faktor pencetus lainnya adalah pekerjaan yang memerlukan pengulangan gerakan berlebihan sehingga menimbulkan cedera otot dan saraf, posisi yang tidak mendukung, posisi statis atau diam tidak bergerak dalam jangka waktu lama, membungkuk, memutar serta waktu istirahat yang tidak memadai (Harwanti dkk., 2018). Melihat urgensi kebanyakan kasus low back pain bersifat akut dan dapat sembuh sendirinya beberapa minggu, tetapi beberapa individu

(20)

mengalami low back pain kronis yang berlangsung lebih seminggu yang dapat menyebabkan disabilitas jangka panjang dan memerlukan perawatan intensif (Nasional library of medicine, 2021).

Pasar Raya Padang merupakan pasar terbesar dan pasar pusat di kota Padang maupun Sumatera Barat. Banyak pekerja yang bergantung hidup mereka dari bekerja dengan mengangkut barang yang di jual di pasar atau dikenal dengan buruh angkut. Pekerja pengangkat barang di Pasar Raya Padang adalah pekerjaan sektor informal dengan menerima upah mengangkut barang dari truk barang menuju kios dagangan. Tenaga kerja buruh angkut di Pasar Raya Padang adalah laki-laki dengan rentang usia antara 15-60 tahun.

Dalam sehari, buruh angkut mengangkat bobot secara manual maupun dengan menggunakan gerobak pengangkut barang dengan bobot sebesar 60 sampai 100 kg dalam 1 kali angkut. Para buruh setiap hari mengangkut barang dimulai dari jam 01.00 pagi sampai jam 17.00 sore (Dinas Pasar Kota Padang, 2019).

Berdasarkan survey awal peneliti pada tanggal 15 Februari 2023 di Pasar Raya Padang terhadap 10 orang responden diketahui 9 responden (90%) memiliki masa kerja berisiko, 4 responden (40%) memiliki lama kerja berisiko, 6 responden (60%) mengalami keluhan low back pain, dan 6 responden (60%) memiliki sikap kerja dengan risiko tinggi.

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan low back pain pada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang tahun 2023”

(21)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan low back pain pada buruh angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023”?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan low back pain pada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi keluhan low back pain pada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023.

b. Diketahui distribudi frekuensi masa kerja buruh angkut di Pasar Raya Tahun 2023.

c. Diketahui distribusi frekuensi lama kerja buruh angkut di Pasar Raya Tahun 2023.

d. Diketahui distribusi frekuensi sikap kerja buruh angkut di Pasar Raya Tahun 2023.

e. Diketahui hubungan masa kerja buruh angkut dengan keluhan low back pain pada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023.

f. Diketahui hubungan lama kerja buruh angkut dengan keluhan low back pain pada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023.

(22)

g. Diketahui hubungan sikap kerja buruh angkut dengan keluhan low back pain pada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

a. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta pengalaman melalui penelitian khususnya tentang faktor faktor yang berhubungan dengan keluhan low back pain pada buruh angkut.

b. Penelitian Selanjutnya

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini dan dapat menambah informasi untuk penelitian selanjutnya.

2. Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan tambahan dan daftar perpustakaan, serta sumber informasi dan tersedianya data untuk keperluan yang berkaitan dengan buruh angkut.

b. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan untuk pekerja buruh angkut di Pasar Raya agar lebih memperhatikan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja sehingga dapat menurunkan angka kejadian low back pain guna meningkatkan produktivitas kerja.

(23)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang faktor faktor yang berhubungan dengan keluhan low back pain pada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan (masa kerja, lama kerja, dan sikap kerja) dengan (keluhan low back pain). Variabel independen pada penelitian ini adalah masa kerja, lama kerja dan sikap kerja sedangkan variabel dependen adalah keluhan low back pain. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Agustus 2023 di Pasar Raya Padang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua buruh angkut di Pasar Raya Padang, dengan jumlah populasi 150 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara mengunakan kuesioner dilakukan pada tanggal 11-25 Juli 2023. Analisis data yang dilakukan secara univariat dalam bentuk distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji chi-square.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Low Back Pain

1. Definisi Low Back Pain (LBP)

Low Back Pain (LBP) atau biasa dikenal dengan nyeri pada punggung bagian bawah yakni suatu gejala nyeri (sakit) yang akan dirasakan di daerah sekitar punggung bagian bawah, yang dapat berupa nyeri lokal, nyeri radikular ataupun keduanya. Nyeri ini akan dirasakan di antara sudut iga paling bawah hingga lipatan bagian bokong bawah yakni pada wilayah tulang lumbal ataupun lumbo-sakral yang pada umumnya akan disertai bersama dengan rambatan rasa nyeri ke arah bagian tungkai hingga kaki (Sela Ayu, 2022).

LBP merupakan nyeri antara tulang iga ke 12 serta bagian dasar lipatan gluteal dengan ataupun tanpa perih pada kaki serta berlangsung minimun 24 jam dan nilai perih sebesar 3 dari 10 ataupun lebih. Low Back Pain berhubungan dengan kendala 19 mobilitas pada thorak, lumbar, ataupun sakroiliaka, perih alih ke ekstremitas dasar, ataupun nyeri umum (Sela Ayu, 2022).

Low back pain (LBP) merupakan efek umum dari munual meterial handling. Pekerja berusaha untuk mempertahankan kecepatan dan beban yang diangkat, sehingga tubuh semakin lama semakin lelah. Dalam mengangkat yang tidak terlalu berat tapi terjadi dalam waktu yang lama tanpa istirahat akan cepat menurunkan kamampuan pekerja dalam

(25)

mengangkat beban dan cenderung mudah lelah. Kelelahan ini jika terjadi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan cedera serius pada system musculoskeletal. Cedera ini nantinya bisa berkembang menjadi kondisi kronis dan dapat meningkatakn resiko kecelakaan (Sali & Sujaya, 2019).

LBP merupakan gejala dan bukan merupakan suatu penyakit, yang mana gejala itu dapat diakibatkan oleh sebagai patologi atau penyakit yang dikenali ataupun tidak dikenali. Yang mana penyakit yang dikenali ataupun tidak dikenali. Yang mana penentuan patologinya akan ditentukan berdasarkan sumber lokasi nyerinya yang biasanya antar batas rusuk bawah dan lipatan bokong. LBP biasanya disertai dengan nyeri pada satu atau kedua kaki dan beberapa orang dengan nyeri punggung bawah memiliki gejala neurologi yang terkait dengan ekstremitas bawah. Orang dengan nyeri punggung bawah sering mengalami nyeri bersamaan di bagian tubuh lain, serta fisik yang lebih umum (Hartvigsen, 2018).

Sehingga Low Back Pain (LBP) adalah rasa sakit atau nyeri yang terdapat pada bagian tulang belakang, antara tulang rusuk sampai sekitar tulang ekor dan dapat juga menjalar ke daerah lain seperti pada bagian punggung bagian atas atau pangkal paha serta rasa sakit atau nyeri tersebut disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.

2. Gejala Low Back Pain (LBP)

Gejala utama yang dirasakan oleh penderita low back pain (LBP) berupa rasa nyeri. Gejala spesifik yang dirasakan oleh penderita LBP seperti:

(26)

1) Rasa nyeri yang dirasakan akan terjadi secara intermitten ataupun terputus-putus.

2) Nyeri bisa menjadi sangat sakit dan tajam dikarenakan pengaruh sikap atau pun gerakan tubuh yang mampu meminimalisir atau pun memperberatkan adanya nyeri.

3) Menjadi lebih baik apabila telah istirahat dan akan semakin memburuk setelah melakukan aktivitas.

4) Tidak terdapat tanda-tanda seperti peredangan, kemerahan, juga pembekakan pada punggung bagian bawah .

5) Rasa nyeri bisa dirasakan hingga bagian tungkai sampai kaki.

6) Kekakuan pagi hari dapat terjadi.

7) Rasa nyeri akan semakin parah apabila melakukan gerakan eksistensi, perputaran, berdiri, fleksi, ataupun posisi duduk.

8) Nyeri akan meredam apabila tubuh beristirahat dalam kondisi berbaring (Gusti, 2022)

3. Faktor Risiko Low Back Pain (LBP)

Faktor risiko adalah setiap paparan terhadap individu yang berkaitan dengan meningkatnya kecenderungan terjadinya penyakit. Menurut Tarwaka (2022), faktor-faktor risiko terjadinya low back pain yaitu faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan.

a. Faktor Individu 1) Umur

Umur merupakan jumlah tahun yang dihitung mulai dari

(27)

responden lahir sampai saat pengambilan data. Biasanya seseorang akan mulai merasakan keluhan LBP pada usia 25-65 tahun atau usia produktif kerja. Munculnya keluhan LBP biasanya mulai terjadi pada usia 35 tahun, dan semakin bertambah usia maka tingkat keluhannya pun akan semakin meningkat. Kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan dan nyeri otot meningkat.

Kekuatan otot akan menurun ketika berada di usia 60 tahun (Tarwaka,2022).

Umur adalah umumnya keluhan sistem muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnaya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehinnga resiko terjadinya keluhan otot meningkat (Benynda, 2017)

2) Jenis Kelamin

Prevelansi terjadinya LBP lebih banyak wanita dibandingkan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja karena LBP. Hal ini dapat dikarenakan adanya faktor dari hormon estrogen yang berperan. Selain itu, kemampuan otot wanita lebih rendah dari pada pria (Rasyidah dkk, 2019).

(28)

Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot.

Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria (Tarwaka, 2022)

3) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Menurut Departemen Kesehatan RI (2022), IMT merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus, atau gemuk.

Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur >18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan (Saputra, 2020)

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu faktor resiko yang dapat mempengaruhi keluhan LBP. IMT dengan kategori diatas atau biasa dikenal sebagai berat badan berlebih akan menyebabkan struktur tonus otot abdomen melemah yang berpotensi mendorong pusat pergerakan seseorang ke depan. Selanjutnya menimbulkan lordosis lumbalis hingga menimbulkan kelelahan pada otot (Andini, 2015).

4) Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit terkait rangka dan riwayat trauma postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang merupakan

(29)

salah satu faktor risiko adanya keluhan (Anisa, 2018).

5) Kebiasaan Merokok

Merokok adalah kegiatan mengkonsumsi tembakau dengan cara mengisap atau membakar produk tembakau. Kebiasaan merokok akan mempengaruhi transfer darah kaya oksigen menuju tulang dan jaringan yang ada di dalam tubuh. Penurunan aliran perendaran darah tersebut akan mempengaruhi degenerasi pada cakram tulang belakang sehingga akan memicu timbulnya keluhan nyeri pada punggung bagian bawah (Pratiwi, 2021).

Kebiasan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangknya kandungan mineral pada tulang sehinnga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang.

b. Faktor Pekerjaan 1) Masa Kerja

Masa kerja merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi faktor pemicu munculnya muscoskletal disorder yang disebabkan oleh pekerjaan. Pekerja dengan peningkatan masa kerja akan melakukan gerakan yang ama dan berulang. Sehingga dapat memicu terjadinya kelelahan jaringan, dalam hal ini jaringan otot yang dapat menyebabkan overuse, sehingga bisa menimbulkan spasme otot.

(30)

Munculnya kondisi ini sebagai efek fisiologis dari otot untuk mempertahankan atau mencegah kerusakan yang lebih lanjut dari suatu jaringan, spasme otot ini adalah responden dari tubuh untuk memberikan informasi ke diri kita untuk menyudahi aktifitas yang dilakukan dan segera beristirahat agar tubuh dapat tetap terjaga dengan baik. Selain itu masa kerja yang lama akan mengakibatkan rongga diskus menyepit secara permanen dan akan megakibatkan degenerasi tulang belakang yang akan menyebabkan LBP (Pratiwi, 2021).

Masa kerja merupakan lama seseorang mulai bekerja hinnga penelitian berlangsung, sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Sakinah, dkk (2012), keluhan low back pain pada masa kerja > 5 tahun, lebih berisiko dibandingkan pada masa kerja ≤ 5 tahun (Sali &

Sujaya, 2019).

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, low back pain merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembangkan dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami low back pain (Anisa, 2018).

(31)

2) Sikap Kerja

a) Definisi sikap kerja

sikap kerja merupakan pikiran dan perasaan puas atau tidak puas, suka atau tidak suka terhadap pekerjaannya dengan kecenderungan respon positif atau negatif untuk memperoleh hal yang diinginkannya dalam pekerjaannya. Sikap kerja ini menunjukan respon-respon setiap orang berupa emosional terhadap pekerjaan yang sedang dikerjakan, tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dibebankan, dan rasa percaya diri ketika bekerja.

Tingkah laku tersebut yang mencerminkan sikap kerja yang dimiliki seseorang ketika bekerja (Pitriyani, 2020).

Posisi kerja dengan sikap yang salah dapat meningkatkan energi yang dibutuhkan, sehingga sikap kerja harus sesuai dengan posisi kerja. Posisi kerja yang kerja kurang benar ini dapat menyebabkan perpindahan dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah mengalami kelelahan dalam bekerja. Posisi kerja tersebut merupakan aktivitas dari pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan, berlutut, memegang dalam posisi statis dan menjepit dnegan tangan. Dalam melakukan aktivitas tersebut, dilibatkan beberapa anggota tubuh seperti bahu punggung dan lutut karena daerah tersebut yang rentan mengalami cedera (Rudiana, 2019).

(32)

b) Jenis-Jenis Sikap Kerja

Menurut Nurmianto (2008), sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan.

Terdapat 4 macam sikap dalam bekerja, yaitu:

(1) Sikap Kerja Duduk

Menurut Tarwaka (2022), keuntungan bekerja dengan sikap kerja duduk ini adalah kurangnya kelelahan pada kaki, terhindarnya posturpostur tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi dan kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.

Menurut Salma Oktaria (2017) ada beberapa hal yang harus diketahui dan dapat dilakukan ketika duduk:

(a)Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu kebelakang.

Paha menempel di dudukan kursi dan bokong harus menyentuh bagian belakang kursi.

(b)Pusatkan beban tubuh pada satu titik agar seimbang.

Usahakan jangan sampai membungkuk jika diperlukan, kuri dapat ditarik mendekati meja kerja agar posisi duduk tidak membungkuk.

(c)Usahakan menekuk lutut hingga sejajar dengan pinggang, dan disarankan untuk tidak menyilangkan kaki.

(d)Bagi seseorang yang bertubuh kecil atau pengguna hak tinggi yang merasa kursinya ketinggian, penggunaan

(33)

pengganjal kaki dapat membantu menyalurkan beban dari tungkai.

(e)Usahakan istirahat tiap 30-45 menit dengan cara berdiri, peregangan sesaat atau berjalan disekitar meja kerja sehingga kesegaran tubuh dapat kembali, sehingga konsentrasi dalam bekerja kembali (Rudiana, 2019).

(2) Sikap Kerja Berdiri

Sikap kerja berdiri merupakan sikap siaga baik dalam hal fisik dan mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Namun demikian mengubah posisi duduk ke berdiri dengan masih menggunakan alat kerja yang sama akan melelahkan (Tarwaka, 2022)

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko berdiri terlalu lama, dengan cara sebagai berikut:

(a)Jika memungkinkan, seorang pekerja dapat mengubah posisi kerja secara teratur, sehingga mengurangi posisi statis dalam waktu yang lama, dan pekerja dapat bergerak secara fleksibel.

(b)Lantai kerja dilapisis alas yang berbahan empuk untuk mengurangi kelelahan saat berdiri terlalu lama.

(c)Gunakan alas kaki yang nyaman atau pas dengan ukuran dan tidak mengubah bentuk kaki.

(d)Jika lantai licin, gunakan sepatu anti slip agar tidak mudah

(34)

tergelincir saat beraktivitas.

(e)Lakukan peregangan secara teratur, setiap 30 menit atau 1 jam sekali. Peregangan dilakukan untuk mengurangi tekanan pada kaki, bahu, leher dan kepala.

(f) Usahakan duduk disela-sela waktu kerja atau saar jam istirahat.

(g)Konsumsi makanan rendah lemak dan bergizi, tidur yang cukup, dan olahraga secara teratur untuk meningkatkan sisitem kekebalan tubuh (Rudiana, 2019).

(3) Sikap Kerja Membungkuk

Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri pada bagian punggung bagian bawah (low back pain) bila dilakukan secara berulang dan periode yang cukup lama. Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh (Saputra, 2020).

(4) Sikap Kerja Dinamis

Sikap kerja yang dinamis ini merupakan sikap kerja yang berubah (duduk, berdiri, membungkuk, tegap dalam satu waktu dalam bekerja) yang lebih baik dari pada sikap statis (tegang) telah banyak dilakukan di sebagian industri, ternyata mempunyai keuntungan biomekanis tersendiri. Tekanan pada

(35)

otot yang berlebih semakin berkurang sehingga keluhan yang terjadi pada otot rangka (skeletal) dan nyeri pada bagian tulang belakang juga digunakan sebagai intervensi ergonomi. Oleh karena itu penerapan sikap kerja dinamis dapat memberikan keuntungan bagi sebagian besar tenaga kerja (Tarwaka, 2022).

3) Lama Kerja

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang ketenagakerjaan disebutkan setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja bagi pekerja yang dipekerjakan. Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 (pasal 77, ayat 1), bahwa waktu yang di persyaratkan adalah:

a) Waktu kerja silang hari:

1) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

2) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

b) Waktu kerja malam hari, dapat dilakukan dengan:

1) 6 (enam) jam 1 (satu) hari dan 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

2) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

Lama kerja merupakan jumlah waktu pekerja terpanjang faktor risiko, lama kerja dapat dilihat sebagai menit-menit dari jam kerja/hari

(36)

pekerja terpajan risiko. Lama kerja juga dapat dilihat sebagai pajanan/tahun faktor risiko atau karakteristik pekerjaan berdasarkan risikonya (Utami dkk, 2017).

Lama kerja adalah lamanya seorang bekerja sehari baik pada umumnya 6-8 jam. Dalam seminggu orang hanya bisa bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah 40 jam kerja. Seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa pengukuran jam kerja dari 8 1/4 ke 8 jam disertai meningkatnya efesiensi kerja dengan kenaikan produktivitas 3 samapai 10%. Kecenderungan ini lebih terlihat pada pekerjaan yang dilakukan dengan tangan (Suma’mur,2009).

4) Beban Kerja

Beban kerja merupakan beban aktifitas fisik, mental, sosial yang diterima oleh seseoarang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut. Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal (Kantana,2010).

(37)

c. Faktor Lingkungan 1) Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontrasi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, sehingga penimbunan asam laktat meningkat, dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Tarwaka, 2022).

2) Tekanan

Terjadinya getaran langsung pada jaringan otot yang lunak.

Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang air, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap (Tarwaka, 2022)

4. Metode Penelitian Risiko Kerja

a. Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. Metode tersebut dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur seorang pekerja. Rapid Entire Body Assesment (REBA) adalah suatu metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seseorang pekerja (Rudiana, 2019).

(38)

Data yang akan dikumpulkan yaitu termasuk postur tubuh, penggunaaan kekuatan, tipe pergerakan, gerakan berangkai dan berulang.

Dan skor akhir dari REBA diberi untuk memperoleh suatu indikasi terhadap tingkat risiko dan bagian mana saja yang harus ditanggulangi nantinya. Dalam prosedur penilaiannya metode REBA akan membuat bagian tubuh menjadi 2 kelompok, yang terdiri dari kelompok A meliputi; badan, leher, dan kaki. Sedangkan pada kelompok B meliputi anggota bagian tubuh atas (lengan, lengan atas, dan pergelangan tangan).

Skor pada kelompok A dan B dihitung sesuai keadaan pada bagian- bagian masig-masing dan memasukkan nilai pada masing-masing postur badan sesuai kelompok (Tarwaka, 2022).

Setelah skor pada kelompok A didapat, selanjutnya akan ditambah dengan dengan skor beban guna mendapatkan hasil total untuk skor A, dan skor B ditambah dengan skor pegangan untuk hasil totalnya.

Kemudian total skor A dan B dimasukkan kedalam table C, hasil akhir skor REBA yang akan didapatkan dari skor C ditambah dengan skor aktivitas otot. Dari skor akhir REBA inilah dapat ditentukan tingkat risiko dan tindakan yang harus dilakukan. Berikut merupakan uraian langkah-lagkah aplikasi metode REBA dan penilaian data pada masing- masing anggota bagian tubuh (Tarwaka, 2022),Yaitu :

1) Group A

a) Leher (Neck), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada gambar 2.1

(39)

Gambar 2. 1 Penilaian Grup A Pergerakan Leher Sumber : Astari, 2017

Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertara pada tabel 2.1

Tabel 2. 1 Skor Bagian Leher (Neck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan 0 - 20 ke depan tubuh 1 + jika leher berputar

atau bengkok

>20 ke depan maupun ke

belakang tubuh 2

(40)

b) Punggung (Trunk), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2. 2 Penilaian Grup A Pergerakan Punggung Pergerakan punggung digolongkan ke dalam skor REBA seperti yang tertara pada tabel 2.2

Tabel 2. 2 Skor REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 0 1 + 1 jika punggung

berputar atau menekuk 0 - 20 ke depan

maupun ke belakang tubuh

2

20 – 60 ke depan tubuh; > 20 ke belakang tubuh

3

>60 ke depan tubuh 4

(41)

c) Kaki (legs), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada gambar 2.3

Gambar 2. 3 Penilaian Grup A Pergerakan Kaki

Pergerakan kaki di golongkan ke dalam skor REBA seperti tertulis pada tabel 2.3

Tabel 2. 3 Skor Bagian Kaki (legs)

Posisi Skor Skor Perubahan

Kedua kaki menahan berat tubuh, misalnya berjalan

atau duduk

1 + 1 jika lutut bengkok antara 30

dan 60 Salah satu kaki menahan

berat tubuh, misalnya berdiri dengan satu kaki atau sikap kerja yang tidak

stabil.

2

+ 2 jika lutut bengkok >60

(42)

Penilain skor A mengikuti tabel pengumpulan data : Tabel 2. 4 Penilaian Skor Tabel A

Punggung

Leher

1 2 3

Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 4 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Beban

0 1 2 +1

<5kg 5-10kg >10kg Perambahan

beban secara tiba-tiba secara cepat

Sumber : Maijunidah, 2010

Tabel A merupakan penggabungan nilai group A untuk skor postur tubuh, leher dan kaki. Sehingga didapatkan skor tabel A.

Kemudian skor tabel A dilakukan penjumlahan terhadap besarnya beban atau gaya yang dilakukan pekerja dalam melaksanakan aktifitas.

Skor A adalah penjumlahan dari skor tabel A dan skor beban atau besarnya gaya. Skor tabel A ditambah 0 (nol) apabila berat beban atau besarnya gaya dinilai < 5 Kg, ditambah 1 (satu) bila berat beban atau besarnya gaya antara kisaran 5-10 Kg, ditambah 2 (dua) bila berat beban atau besarnya gaya dinilai >10 Kg. Pertimbangan mengenai tugas atau pekejaan kritis dari pekerja, bila terdapat getaran perputaran (twisting) hasil skor berat beban ditambah 1 (satu). Setelah perhitungan skor tabel A selesai dilakukan, perhitungan untuk skor tabel B dapat dilakukan yaitu lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan.

(43)

2) Group B

a) Lengan Atas (Upper Arms), dengan ketentuan pergerakan dapat di lihat pada gambar 2.4

Gambar 2. 4 Peneliaian Grup B Pergerakan Lengan Atas Pergerakan lengan atas digolongkan ke dalam skor REBA seperti yang tercantum pada tabel 2.5

Tabel 2. 5 Skor Bagian Lengan Atas (Upper Arms)

Posisi Skor Skor Perubahan

Fleksi atau ekstensi 0-20 1

+ 1 jika bahu naik + 1 jika lengan berputar/bengkok

-1 jika lengan ditopang Posisi fleksi 21-45 atau

ekstensi >20

2 Posisi fleksi 46-90 3 Posisi fleksi >90 4

Skor untuk lengan dapat dimodifikasi ditambah atau dikurangai jika bahu pekerja terangkat jauh dari badan, lengan diputar, atau dapat dikurangi 1 jika pekerja bekerja dengan posisi lengan ditopang.

(44)

b) Lengan Bawah (Lower Arms), dengan ketentuan pergerakan dapat di lihat pada gambar 2.5

Gambar 2. 5 Penilaian Grup B Pergerakan Lengan Bawah Pergerakan lengan bawah digolongkan ke dalam skor REBA seperti yang tercantum pada tabel 2.6

Tabel 2. 6 Skor Bagian Lengan Bawah (Lower Arms)

Posisi Skor

Posisi fleksi antara 60-100 1 Posisi fleksi < 60 atau >100 2

c) Pergelangan Tangan (Wrists), dengan ketentuan pergerakan dapat di lihat pada gambar 2.6

Gambar 2. 6 Penilaian Grup B Pergerakan Pengelangan Tangan

(45)

Pergerakan pergelangan tangan digolongkan ke dalam skor REBA seperti yang tercantum pada tabel 2.7

Tabel 2. 7 Skor Bagian B Pergerakan Pergelangan Lengan

Pergelangan Skor Skor

perubahan Posisi fleksi atau ekstensi

antara 0 – 15

1

+ 1 jika pergelangan

tangan mengalami torsi Posisi fleksi atau ekstensi

antara >15 2

Tabel 2. 8 Penilaian Skor Tabel B

Lengan atas

Lengan bawah

1 2

Pergelangan 1 2 3 1 2 3

1 1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Coupling

0-good 1-fair 2-poor 3-unacceptable

Peganggan pas dan tepat ditengah, genggaman kuat

Penggangan tangan bisa diterima tapi tidak ideal atau

coupling lebih sesuai digunakan oleh bagian lain dari tubuh

Penggangan tangan tidak bisa diterima walaupun memungkin kan

Dipaksakan genggaman yang tidak aman, tanpa peganggan coupling tidak sesuai digunakan oleh bagian lain dari tubuh Sumber :Maijunidah, 2010

(46)

Tabel B merupakan penggabungan nilai dari group B untuk skor postur lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Sehingga didapatkan skor tabel B. Kemudian skor tabel B dilakukan penjumlahan terhadap perangkai atau coupling dari setiap masing- masing bagian tangan. Skor B adalah penjumlahan dari skor tabel B dan perangkai atau coupling dari setiap masing-masing bagian tangan. Tahap selanjutnya dijumlahkan dengan nilai genggaman tangan. Kriteria penilaian cara memegang:

a) Skor 0 = memegang beban dengan dibantu oleh alat pembantu.

b) Skor 1 = memegang beban dengan mendekatkan beban ke anggota tubuh yang dapat menopang.

c) Skor 2 = memegang beban hanya dengan tangan tanpa mendekatkan beban ke anggota tubuh yang dapat menopang.

d) Skor 3 = memegang beban tidak pada tempat pegangan yang disediakan.

3) Grup C

Skor C adalah denan melihat tabel C, yaitu memasukkan skor tersebut dengan skor A dan skor B. Kemudian skor REBA adalah penjumlahan dari skor C dan skor aktivitas. Berikut ini adalah tabel skor C dan skor aktivitas

(47)

Tabel 2. 9 Penilaian Skor Tabel C Score A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 8 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Activity Score + 1 = Jika 1 atau

lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari 1 menit

+ 1 = Jika pengulangan gerakan dalam rentang waktu singkat, diulang lebih dar 4 kali

permenit (tidak termasuk berjalan )

+ 1 = Jika gerakan menyebabkan perubahan atau pergerakan postur yang cepat dari posisi awal

5. Pencegahan Low Back Pain (LBP)

Pencegaan merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah oarang yang sehat menjadi sakit. Ada 3 macam pencegahan yang dapat di lakukan :

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer yang dapat dilakukan di tempat kerja adalah melalui upaya health promotion yakni dengan pelatihan dan menjaga kebugaran dengan olahraga,nutrisi seimbang dan istirahat cukup.

(48)

b. Pencegahan sekunder

1) Diagnosis dini dengan pemeriksaan berkala.

2) Memantau dan memberi rekondasi untuk cara kerja yang baik dan beban kerja yang sesuai.

3) Memperbaiki lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap posisi kerja yang kurang baik.

4) Memberikan kesempatan untuk “minibreaks” agar pekerja dapat melakukan peregangan otot.

c. Pencegahan tersier

Cedera punggung bawah akan sembuh dengan cepat, bila penatalaksanaannya sesuai.

(49)

Faktor Lingkungan : Getaran

Tekanan

Penyakit Akibat Kerja (Keluhan Low Back Pain) Faktor Individu:

Jenis Kelamin Umur

Kebiasaan Merokok Indeks Massa Tubuh Riwayat

Penyakit

Faktor Pekerjaan : Sikap Kerja

Lama Kerja Masa Kerja o Beban Kerja B. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang berisiko terjadinya keluhan LBP pada pekerja terbagi atas faktor pekerjaan, faktor individu, faktor lingkungan. Kerangka tersebut adalah sebagai berikut :

Keterangan :

 Diteliti o Tidak diteliti

Gambar 2. 7 Kerangka Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

Sumber Teori : Modifikasi dari Rudiana (2019) dalam Tarwaka, 2017

(50)

Sikap Kerja Lama Kerja

Keluhan Low Back Pain Masa Kerja

C. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.

Kerangka konsep ini gunanya menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan di bahas. Berdasarkan landasan teori yang diuraikan diatas pada tinjauan pustaka, maka variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 2. 8 Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan low back pain pada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang Tahun 2023

(51)

D. Definisi Operasional

Tabel 2. 10 Definisi Operasional No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur 1 Variabel Dependen

Keluhan Low BackPain

Keluhan atau rasa sakit yang

dirasakan oleh pekerja buruh angkut yang ditandai dengan keluhan berupa :

- Nyeri - Mati rasa - Kesemutan - Nyeri redikuler - Kelemahan

pada otot

Kuesioner Wawancara 1. Ada keluhan, jika skor ≥ median (5)

Ordinal

2. Tidak ada keluhan, jika skor <

median(5)

2 Variabel Independen Masa

Kerja

Lamanya pekerja bekerja di Pasar Raya Padang

Kuesioner Wawancara 1. Berisiko, jika masa kerja > 5 tahun

2. Tidak

berisiko, jika masa kerja ≤ 5 tahun

Ordinal

Lama Jumlah jam kerja Kuesioner Wawancara 1. Berisiko, jika jam kerja > 8 jam/hari ko, jika jam

kerja ≤ 8 jam/hari

Ordinal Kerja buruh angkut di

Pasar Raya Padang pada saat penelitian diakukan

Sikap Kerja

Gambaran tentang posisi tubuh saat bekerja

berdasarkan substansi pada lembaran penelitian (Rapid Entire Body Assessment) REBA

Kuesioner Lembar penilaian (Rapid Entire Body Assessmen) REBA

Observasi Resiko rendah, jika skor 1- 3

0. Risiko Sedang jika skor 1-7 1. Risiko tinggi,

jika skor 8-10

Ordinal

(52)

E. Hipotesis

Ha : Terdapat hubungan masa kerja dengan keluhan low back pain pada perkerja buruh angkut di Pasar Raya Padang

Ha : Terdapat hubungan lama kerja dengan keluhan low back pain pada pekerja uruh angkut di Pasar Raya Padang

Ha : Terdapat hubungan sikap kerja dengan keluhan low back pain pada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang

(53)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional karena pada penelitian ini variabel independen (masa kerja, lama kerja, sikap kerja) dan variabel dependen (keluhan low back pain) diukur pada waktu yang sama untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan low back pain pada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Pasar Raya Padang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2023. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 11- 25 Juli 2023.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pekerja Buruh Angkut di Pasar Raya Padang dengan jumlah keseluruhan 150 orang.

2. Sampel

Cara pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

Rumus :

n =

1+

� (𝑑)

Keterangan :

2

(54)

N : Besar Populasi n : Besar Sampel

d : Penyimpanan/Keterangan yang diinginkan (0,1) n = 150

1+ 150 (0,1)2

n =

1+ 150 . 0,01150

n =

1502,5

n =

60 orang

Berdasarkan rumus diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 pekerja. Teknik pengambilan sampel dengan cara Purposive Sampling.

Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah : 1) Kriteria Inklusi

a. Pekerja bersedia menjadi responden

b. Pekerja dapat berkomunikasi dengan baik dan benar c. Bekerja lebih 1 tahun

2) Kriteria Ekslusi

a. Responden sakit saat pengumpulan data b. Responden yang sudah dilakukan survey awal

(55)

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini kuesioner dan lembar observasi melalui metode wawancara dan observasi. Instrument pada variable dependen keluhan LBP menggunakan kuesioner dengan dengan metode wawancara sedangakan instrument pada variable independen masa kerja, lama kerja menggunakan kuesioner dengan metode wawancara dan sikap kerja menggunakan kuesioner lembar penilain Rapid Entire Body Assessment (REBA) dengan metode observasi.

2. Teknik Pengumpulan Data a. Data primer

Data diperoleh dengan cara melakukan wawancara kepada pekerja buruh angkut di Pasar Raya Padang dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 11-25 Juli 2023.

Adapun proses pengumpulan data, yaitu :

a. Peneliti memasukkan surat permohonan izin penelitian pada institusi STIKes Alifah Padang.

b. Peneliti memasukkan surat permohonan izin kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

c. Setelah mendapat izin, peneliti meminta izin ke Dinas Perdagangan dan UPTD Pasar Raya Kota Padang untuk melakukan penelitian.

d. Peneliti melakukan penelitian selama 13 hari dengan tahap sebagai berikut :

(56)

1) Peneliti, observasi sikap kerja buruh angkut dengan memfhoto 2) Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan diadakan

penelitian ini dan meminta persetujuan responden untuk menjadi sampel pada penelitian ini.

3) Responden dimita untuk tanda tangan pada informed consent yang telah disediakan sebagai bukti kesediaannya.

4) Peneliti wawancara kepada buruh angkut.

Tabel 3. 1 Kegiatan Pengumpulan Data

No Hari Tanggal Jumlah Sampel

1. Selasa 11 Juli 2023 9

2. Rabu 12 Juli 2023 8

3. Kamis 13 Juli 2023 11

4. Sabtu 15 Juli 2023 3

5. Senin 17 Juli 2023 4

6. Selasa 18 Juli 2023 2

7. Rabu 19 Juli 2023 3

8. Kamis 20 Juli 2023 3

9. Jumat 21 Juli 2023 1

10. Sabtu 22 Juli 2023 3

11. Minggu 23 Juli 2023 3

12. Senin 24 Juli 2023 5

13. Selasa 25 Juli 2023 5

Jumlah 60

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh dari ketua komunitas buruh angkut dan jumlah 150 populasi buruh angkut di Pasar Raya Padang.

(57)

E. Teknik Pengolahan Data

Ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu:

1. Editing (Penyunting)

Tahap penyunting dilakukan secara manual. Kegiatan pada tahap ini meliputi : pemeriksaan isi kuesioner, apakah jawaban di kuesioner sudah lengkap (semua pertanyaan sudah ada jawabanya), jelas (jawaban pertanyaan dapat dibaca), relavan (jawaban yang ditulis sesuai dengan pertanyaan), dan konsisten. Kuesioner sudah terisi lengkap dan tidak ada kesalahan.

2. Coding (Pemberian kode)

Coding merupakan suatu pemberian kode yang biasanya dalam bentuk angka, proses penyusunan secara sistematis data mentah dalam bentuk angka, proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam lembar observasi) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data seperti komputer. Memberikan kode ke setiap informasi yang telah terkumpul bagi setiap pertanyaan dalam kuesioner untuk pengolahan data.

a. Variabel keluhan LBP

Jika responden mengalami ada keluhan diberi kode 1 Jika responden mengalami tidak ada keluhan diberi kode 2 b. Variabel masa kerja

Jika responden yang bekerja ≥ 5 tahun diberi kode 1 Jika responden yang bekerja < 5 tahun diberi kode 2

(58)

c. Variabel lama kerja

Jika responden bekerja ≥ 8 jam/hari diberi kode 1 Jika responden bekerja < 8 jam/hari diberi kode 2 d. Variabel sikap kerja

Jika responden mengalami risiko tinggi diberi 2 Jika responden mengalami risiko sedang diberi kode 1 3. Processing/Entry Data (Pemindahan Data ke computer)

Data yang telah di dapat diproses agar dapat dianalisa. Proses data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuisioner ke paket program computer. Proses ini dilakukan jika semua isian kuisioner terisi penuh dan benar.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Data yang telah dimasukan diperiksa kembali sesuai dengan kriteria dan yakin bahwa data yang telah masuk, benar-benar bebas dari kesalahan yang kemudian dapat disajikan dalam bentuk table. Beberapa cara untuk melakukan cleaning data yaitu mengetahui missing data, cara mendeteksi missing data adalah dengan melakukan distiribusi frekuensi pada tiap variabel, selanjutnya mengetahui variasi data. Tujuanya adalah untuk mengetahui apakah data yang di-entry sudah benar atau masih salah.

Mengetahui konsistensi data, cara mendeteksi adanya ketidak konsistensi data dilakukan dengan cara menghubungkan dua variable.

(59)

F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel. Analisa ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari tiap variabel independen (masa kerja, lama kerja dan sikap kerja) dan variabel dependen yaitu (low back pain) kemudian ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan manual handling terhadap musculoskeletal. Analisis ini menggunakan uji chi square dengan derajat kepercayaan 95% (a=0,05). Jika p<0,05 maka ada hubungan antara variable independen dengan variable dependen. Sedangkan jika p≥0,05 maka tidak ada hubungan antara independen dengan variabel dependen.

Adapun aturan yang berlaku pada Chi Square adalah sebagai berikut : a. Bila pada tabel 2×2 dijumpai pada cells (0%) atau tidak ada nilai E < 5,

maka uji yang digunakan “Continuity Correction”

b. Bila pada tabel 2×2 dijumpai pada cells > (0%) atau nilai Expected kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”

c. Bila tabelnya lebih dari 2×2, misalnya 3×2, 3×3 dsb, maka uji yang digunakan “Person Chi Square”

Referensi

Dokumen terkait

5.2 Hubungan Faktor Individu (Usia, Masa Kerja, Jenis Kelamin, Kebiasaan Merokok dan Indeks Massa Tubuh) dengan Keluhan Low Back Pain pada Petani Jeruk di Desa Dokan Kecamatan

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh pemberian peregangan (stretching) terhadap penurunan keluhan nyeri pinggang dan punggung bawah (Low Back Pain) pada pekerja

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA LOW BACK PAIN PADA PEKERJA PEMBUAT BATU BATA DI DESA.. PAMIJEN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Low Back Pain (LBP) pada pekerja pembuat batu bata di Desa Pamijen kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.. Metode:

Hal ini juga yang menjadi latar belakang penulis melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan Low Back Pain (Nyeri Punggung Bawah)

5.2 Hubungan Faktor Individu (Usia, Masa Kerja, Jenis Kelamin, Kebiasaan Merokok dan Indeks Massa Tubuh) dengan Keluhan Low Back Pain pada Petani Jeruk di Desa Dokan Kecamatan

5.2 Hubungan Faktor Individu (Usia, Masa Kerja, Jenis Kelamin, Kebiasaan Merokok dan Indeks Massa Tubuh) dengan Keluhan Low Back Pain pada Petani Jeruk di Desa Dokan Kecamatan

Hubungan antara Faktor Individu dengan Low Back Pain LBP Hasil analisis statistik hubungan antara faktor individu yang terdiri dari variabel jenis kelamin, umur pekerja, indeks massa