• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAH HISTORIS PEMBENTUKAN PASUKAN PENJAGA KEAMANAN RAKYAT (PKR) LAUT DI LAMPUNG TAHUN 1945-1949

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAH HISTORIS PEMBENTUKAN PASUKAN PENJAGA KEAMANAN RAKYAT (PKR) LAUT DI LAMPUNG TAHUN 1945-1949"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN HISTORIS PEMBENTUKAN PASUKAN PENJAGA KEAMANAN RAKYAT (PKR) LAUT DI LAMPUNG TAHUN 1945-1949

Oleh :

DEKA SATRIYA IMANDA

(2)

Oleh :

DEKA SATRIYA IMANDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

DAFTAR LAMPIRAN

(4)
(5)
(6)

“Hidup ini bukan sekedar games, karena terbukti kemiskinan itu pedihnya nyata bagi orang yang menelantarkan masa depanya”

(7)
(8)

Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya. Dengan keikhlasan hati dan mengharap ridho-nya kupersembahkan karya skripsi

ini kepada :

Bapak Suharjanto, S.Pd. dan Ibu Darlina, S.Pd. yang telah membesarkan ku dengan keikhlasan hatinya serta selalu Mendoakan dan Menasehati selalu penulis

dalam setiap langkahnya. Terima Kasih pada saudara-saudaraku :

Dwi Maya Sari, S.Pd. dan Anisa Ade Tiara yang selalu memberikan motivasi dalam setiap tindakanku.

Para pendidik yang senantiasa membimbing penulis untuk dapat menjadi orang yang bermanfaat selalu bagi bangsa, agama dan lingkungan di sekitarnya. Rekan-rekan seperjuangan penulis di Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 06 Mei 1992, penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara buah cinta kasih dari Bapak Suharjanto, S.Pd. dan Ibu Darlina, S.Pd.

Perjalanan pendidikan Penulis diawali sejak penulis memasuki masa pendidikan formal di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Wonokriyo pada tahun 1997, kemudian di lanjutkan kesekolah dasar di SD Negeri 1 Bulukarto pada tahun 1998 sampai memasuki jenjang pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Gadingrejo pada tahun 2004 dan jejang pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Gadingrejo pada tahun 2010.

(10)

Allhamdulillahirobil allamin, puji syukur kehadira Allah SWT berkat rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelsaikan tugas akhir skripsi ini yang berjudul “TINJAUAN HISTORIS PEMBENTUKAN PENJAGA KEAMANAN

RAKYAT (PKR) LAUT DI LAMPUNG PADA TAHUN 1945-1949” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar ke Sarjanaan dalam bidang pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Dalam penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

2. Bapak Dr. Abdurahman, M.Si. Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

(11)

7. Bapak Drs. H. Maskun, M.H. Sebagai Pembimbing I terima kasih atas segala saran, dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum. Sebagai Pembahas Utama terima kasih atas segala saran, dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak Suparman Arif, S.Pd. M.Pd. Sebagai Pembimbing Akademik dan Pembimbing II terimakasih atas segala saran, dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

10.Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Drs. H. Iskandar Syah, M.H., Drs. H. Ali Imron, M.Hum., Drs. H. Maskun, M.H., Drs. Wakidi, M.Hum., Drs. H. Tontowi Amsia, M.Si., Hendri Susanto, S.S. M.Hum., Drs. Syaiful, M, M.Si., Dr. Risma Magaretha Sinaga, M. Hum., M. Basri, S.Pd, M.Pd., Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum., Suparman Arif, S.Pd, M.Pd.

11.Bapak Ki Agus Tjek Mat Zen serta Bapak/Ibu Responden dan Informan yang telah memberikan pengetahuan dan ilmu-ilmu berharga yang tak diketahui penulis sebelumnya.

12.Kakak dan Adiku tercinta, Dwi Maya Sari, S.Pd. dan Adiku Anisa Ade Tiara yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi dalam hidupku.

(12)

Winata, Hermawan Santoso, Lilis Suryana, Dista Lia Arum, Dahlia Nasution, Ermawati, Indah Sri Lestari, Indah Mustika Dewi dan rekan-rekan seperjuanganku yang lainya angkatan 2010 Program Studi Pendidikan Sejarah yang tak dapat ku sebutkan satu persatu, ku ucapkan terima kasih atas segala canda tawa yang kalian berikan kepada ku selama ini.

15.Teman-teman satu Pembimbing Akademik ku Argy Yosef Ratin, Yohanes Susilo, Dian Nur Pertiwi, Mei Destriana, Dora Arcela terima kasih atas kesedian kalian menemaniku selama ini.

16.Saudari Umairo Tuti Daraswita, S.Pd. terima kasih atas nasihat dan motivasi yang selalu diberikan kepada ku.

17.Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini yang tak dapat ku sebutkan satu persatu. Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian dalam membantuku akan mendapatkan imbalan yang sesuai dari Allah SWT.

Amin.

Bandar Lampung, Desember 2015

Penulis

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Proses terbentuknya Organisasi Militer di Indonesia, ditandai dengan masa pendudukan Jepang di tahun 1942-1945. Proses pembentukan tersebut terjadi ketika bangsa Jepang dengan kekuatan militernya membentuk sebuah barisan pertahanan yang dikenal sebagai Heiho dan PETA. Dibentuknya Heiho dan PETA merupakan suatu rangkaian dari strategi Jepang untuk memanfaatkan dan menampung aspirasi bangsa Indonesia atas keinginannya untuk memiliki sejumlah pasukan militer yang terlatih, serta dengan harapan pihak Jepang dapat dipergunakan sebagai alat untuk membantu dalam menghadapi perang Asia Timur Raya.

(14)

“Pemuda-pemuda di desa, dilatih sebagai militer dengan persenjataan bambu runcing, sedangkan penduduk diberi pelajaran juga didalam membasmi kebakaran. Pemuda-pemuda yang berpendidikan diambil dari daerah-daerah untuk dijadikan anggota PETA yang dipersenjatai senapan”. (Iskandar Syah, 2004:53)

Sejak dibentuknya Heiho dan PETA oleh tentara Jepang, untuk mengkondisikan situasi keamanan wilayah di Indonesia, pihak jepang mulai membentuk sejumlah barisan-barisan keamanan lainya seperti : Seinendan, Keibodan, Fujinkai dan lain-lainya. Dibentuknya barisan pertahanan tersebut, tentu merupakan sebuah strategi yang dilakukan selain untuk menjaga keamanan wilayah, juga dipersiapkan untuk dapat membantu Jepang didalam melawan sekutu apabila Jepang terdesak dikemudian hari.

“Pembentukan (Seinendan dan Keibodan) itu bertujuan untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Maksud yang disembunyikan ialah agar dengan demikian memperoleh tenaga cadangan untuk memperkuat usaha mencapai kemengangan akhir dalam perang saat itu.” (Marwati Djoened. P dan Nugroho Notosusanto, 1992 : 45)

(15)

Dengan berakhirnya kekuasaan Jepang serta dimulainya kedaulatan baru bagi Indonesia, maka guna mempertahankan status kedaulatan wilayah Indonesia dibentuklah suatu badan pertahanan yang pada nantinya akan dikenal sebagai Badan Keamanan Rakyat (BKR) dikemudian hari.

“Pembentukan BKR diumumkan presiden Soekarno tanggal 23 Agustus 1945. Presiden berseru agar para bekas tentara PETA, Heiho dan pemudah lain memasuki BKR sambil menunggu dibentuknya tentara kebangsaan……… Para pemuda bekas Kaigun Heiho, karyawan Jawa Unko Kaisha serta para siswa dan guru-guru Sekolah Tinggi Pelayaran membentuk BKR Laut di daerah-daerah pelabuhan. Sementara itu para pemuda di sekitar pangkalan udara membentuk BKR Udara”. (Marwati Djoened. P dan Nugroho Notosusanto, 1992 : 178, 179)

Dalam perkembangannya BKR dibagi kedalam tiga macam bagian, yakni bagian Darat, bagian Laut dan bagian Udara. Dalam perkembangan BKR Laut, sebagian besar pasukan pendukungnya berasal dari sekelompok tentara dididikan Jepang seperti Giÿugun, Kaigun Heiho, PETA dan lain-lainya serta beberapa relawan dari laskar-laskar pejuang lainya. Bersamaan BKR, lahirlah pula BKR laut, terdiri dari pemuda laut dari Jawa Unko Kaisha, murid-murid sekolah pelayaran, Heiho Laut, bekas buruh pelayaran dan Pelabuhan (Slamet Muljana, 2008:50)

(16)

menyempurnakan diri sebagai barisan tentara nasional, kemudian BKR Laut diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat Laut (TKR Laut), yang kemudian dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).

Perkembangan angkatan laut tentu tidaklah hanya terjadi ditingkat pusat. Di setiap daerah-daerah khusunya diwilayah Lampung, pembentukan pasukan pertahanan laut telah dimulai sejak dibentuknya PKR Laut pada bulan Oktober 1945 yang untuk pertama kalinya dibawahi oleh pimpinan M.M Haidar dan beberapa pimpinan lainya seperti C. Shoukan, K.L Tobing, Dadang Efendii dan Didit Jamaludin yang pada umumnya berasal dari bermacam-macam kesatuan : Kaigun, Heiho, Jawa Unko Kaisa dan Unsur-unsur Maritim Lainya. (Dewan Harian Daerah Angkatan “45, 1994 : 165)

Sejak dibentuknya PKR Laut Lampung di tahun 1945, kondisi wilayah disekitar laut Lampung menjadi tertata dan kondusif. Hal ini lebih disebabkan oleh adanya aktivitas penjagaan wilayah oleh PKR Laut. Oleh sebab itulah, hingga memasuki tahun 1949 ketika bangsa Belanda mulai mengadakan Agresi Militer II nya di Lampung, aktivitas-aktivitas kehadiranya sudah terlebih dahulu diketahui serta dapatlah dihambat dengan baik.

(17)

tujuan dan aktivitas militer pasukan laut dan beberapa laskar pembantu yang berada disekitar provinsi Lampung.

1.2Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pembentukan Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) Laut di Lampung ?

1.3Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitan 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

a. Mengetahui latar belakang dari dibentuknya Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) Laut di Lampung tahun 1945-1949.

b. Mengetahui proses dari dibentuknya Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) Laut di Lampung tahun 1945-1949.

c. Mengetahui tujuan dan aktivitas Kegiatan Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) Laut di Lampung tahun 1945-1949.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Dalam kegunaan karya penelitian ini, peneliti memiliki beberapa nilai kegunaan, antara lain :

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini berguna secara teoritik untuk mengungkap alasan dari Pembentukan Pasukan Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) laut di Lampung tahun 1945-1949

(18)

b. Kegunaan Praktis

1. Sebagai acuan bagi pemerintah didalam menyempurnakan pasukan pertahanan militer guna mengamankan kedaulatan wilayah negara.

2. Diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan perdamaian di tanah air dari gangguan-gangguan yang sewaktu-waktu dapat mengancam status kedaulatan negara.

1.3.3 Ruang Lingkup Penelitan

Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitianya meliputi beberapa hal sebagai berikut :

a. Objek Penelitian : Pasukan Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) laut

b. Subjek Penelitian : Aktivitas Militer Pasukan Penjaga

Kemanan Rakyat (PKR) laut di Lampung tahun 1945-1949

c. Tempat Penelitian : Perpustakaan Universitas Lampung Perpustakaan Daerah Lampung Markas Angkatan Laut Lampung d. Waktu Penelitian : Disesuaikan dengan surat-surat izin

penelitian yang dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

(19)

REFERENSI

Iskandar Syah. 2004. Persepektif Sejarah Nasional.Bandar Lampung : Universitas Lampung. Hal : 53.

Marwati Djoened. P dan Nugroho. N. 1992. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Hal : 45.

Ibid. Hal : 178, 179.

Dewan Harian Daerah ¨45. 1994. Sejarah Perjuangan Daerah Lampung Buku I. CV. Bandar Lampung : Mataram. Hal : 165.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka diperlukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang dijadikan sebagai topik pembahasan dalam penelitian. Hal ini sangat perlu dilakukan, sebab dalam tinjauan pustaka terdapat teori-teori ataupun konsep-konsep atau generalisasi yang akan dijadikan sebagai landasan teoritis bagi peneliti. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :

2.1.1 Konsep Tinjauan Historis

Tinjauan Historis bila diperhatikan secara seksama, merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari beberapa suku kata yang berbeda, yakni Tinjauan dan Historis. Secara etimologi bila diterjemahkan melalui kamus besar bahasa Indonesia Tinjauan memiliki beberapa pengertian yaitu sebagai hasil temuan, peyelidikan, mempelajari dan sebagainya. (Peter Salim dan Yeny Salim, 2002 : 1621)

(21)

mendapat sebuah hasil dari sebuah permasalahan dengan cara melakukan penyelidikan, mempelajari dan sebagainya.

Dalam pergertian selanjutnya mengenai kata “History”, bila ditelusuri melalui etimologi bahasanya merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa eropa yang sebelumnya diadaptasikan melalui kata yang berasal dari bahasa Yunani kuno “historia” (dibaca Historia), yang dimana kata tersebut memiliki makna sebagai telaahan mengenai sebuah gejala-gejala yang menyangkut individu manusia yang berjalan dalam sebuah urutan kronologis. (Sjamsuddin dan Ismaun, dalam Dadang Supardan. 2011:287)

Sementara itu bila penggunaan istilah History tersebut diartikan kedalam bahasa indonesia, tentunya akan mengacu pada sebuah istilah “Sejarah”. Penggunaan istilah “Sejarah” bagi bangsa Indonesia tentu dipengaruhi oleh sebuah kata yang berasal dari bahasa arab “Syajarotun” (dibaca Syajarah) yang memiliki arti sebagai pohon kayu. Dalam pemaknaan arti tersebut, pengertian pohon yang dapat dianalogikan sebagai sebuah rangkaian dari silsilah kehidupan yang terus berjalan sebagai sebuah ranting atapun akar pohon yang terus bercabang.

(22)

merupakan suatu gambaran mengenai sebuah peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan manusia sebagai pusat peristiwa, yang kemudian disusun sebagai sebuah karya ilmiah yang meliputi urutan waktu dan diberikan tafsiran dan análisis kritis sehingga mudah untuk dipahami. (Hugiono dan P.K Poerwantana, 1987:9)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, baik mengenai arti kata maupun pendapat-pendapat dari berbagai macam sumber, maka dapatlah disimpulkan bahwa Tinjauan Historis merupakan suatu pengamatan yang dilakukan guna mendapatkan sebuah hasil atau jawaban dari sebuah peristiwa yang terjadi dimasa lampau, dengan cara melakukan peyelidikan mengenai fakta-fakta sumber serta mempelajari setiap kronologi peristiwa tersebut dalam sebuah penafsiran dari karya ilmiah.

2.1.2 Konsep Pembentukan Penjaga Keamanan Rakyat (PKR)

Penjaga Keamanan Rakyat atau yang biasa dikenal dengan istilah PKR, merupakan suatu badan pertahanan pemerintah yang telah terbentuk sejak tahun 1945. Terbentuknya PKR sebagai organisasi militer pemerintah, semata-mata merupakan suatu kelanjutan dari dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang telah terbentuk sebelumnya sebagai badan yang menaungi keamanan wilayah.

(23)

perangkat keamanan yang bertugas dalam memelihara keamanan bersama rakyat, sehingga BKR merupakan bagian dari BPKKP (Badan Penolong Keluarga Korban Perang). Namun seiring dengan perkembangannya BKR kini mulai mengembangkan diri sebagai Korps Pejuang Bersenjata. (F. Sugeng Istanto, 1992:131)

Setelah BKR terbentuk, kemudian hadirlah organisasi pertahanan baru yang dikenal dengan istilah Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) yang dimana hampir keseluruhan anggotanya merupakan bekas tentara jepang seperti Gyu´gun dan Heiho. Berbeda dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) merupakan salah satu organisasi militer pemerintah yang pada waktu itu hanya dibentuk diwilayah Sumatera khususnya di Sumatera Selatan dan sekitarnya. PKR pada mulanya tidak lebih dari sekedar tempat berkumpul opsir-opsir muda tanpa seragam, anak buah dan tanda pangkat. (Mestika Zed, 2005 : 126)

Di wilayah Lampung, PKR telah terbentuk sejak 25 Agustus 1945 yang pada waktu itu proses pembentukanya dilakukan oleh sejumlah perwira bekas tentara didikan Jepang dan sejumlah tokoh-tokoh pemudah lainya yang kemudian pembentukan PKR itu meluas keseluruh daerah di Lampung dan merupakan embrio organisasi militer di Lampung. (Dewan Harian Daerah “45, 1994: 138)

(24)

Dibentuknya organisasi Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) secara umum di Lampung pada tanggal 25 Agustus 1945, kemudian dikuti dengan dibentuknya Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) Laut pada bulan Oktober 1945 yang berbasis diwilayah Teluk Betung. PKR Laut pada umumnya berisikan para pelaut bekas militer Jepang yang terdiri dari Kaigun, Heiho, Jawa Unko Kaisha dan unsur-unsur maritim lainya yang kemudian mendirikan organisasi kententaraan yang bergerakan didalam menjaga wilayah perairan dan fasilitas-fasilitas di sekitar wilayah perairan.

2.1.3 Konsep Pasukan Militer

Pengertian akan makna sebuah Pasukan bila diperhatikan menurut kamus besar bahasa Indonesia, pasukan memiliki pengertian sebagai sekelompok tentara atau prajurit yang memiliki tugas tertentu sesuai dengan kemampuan dan tugasnya, dan terkadang ditempatkan di posisi terdepan dalam suatu pertahanan. (Peter Salim dan Yeny Salim, 2002 : 1105)

(25)

Menurut Sayidiman Suryohadiprojo menyebutkan mengenai pengertian istilah militer secara lebih sederhana, bahwa : “Militer sebagai organisasi kekuatan bersenjata yang bertugas didalam menjaga kedaulatan negara”

(Sayidiman Suryohadiprojo dalam Conni Rahakundini Bakrie, 2007 : 41)

Bila ditinjau dari beberapa pendapat dan pengertian tersebut, maka dalam hal ini dapatlah sedikit diartikan bahwa istilah “pasukan” tentunya memiliki sebuah keterkaitan dalam istilah militer, sebab dalam hal ini militer merupakan suatu organisasi angkatan bersenjata yang dimiliki oleh sebuah negara yang berfungsi didalam mengelolah para prajurit atau serdadu (dalam hal ini adalah Pasukan), sebagai alat yang digunakan untuk melaksanakan kepentingan negara.

Dengan mengacu pada pengertian tersebut, maka dalam hal ini dapatlah sedikit disimpulkan bahwa hubungan antara militer dan pasukan tentunya merupakan suatu hal yang sangatlah logis untuk dihubungkan, dan oleh sebab itulah maka dalam hal ini, prajurit/tentara/ pasukan merupakan suatu unit taktis yang diciptakan oleh sebuah organisasi militer yang tentunya dimiliki oleh sebuah negara.

Menurut pandangan Almos Perlmutter mengenai organisasi militer didalam sebuah negara, dalam buku karanganya yang berjudul “Militer dan Politik”,

(26)

akan terdapat beberapa jenis-jenis orientasi militer yang dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni prajurit profesional, prajurit pretorian dan prajurit revolusioner. Ketiga jenis orientasi ini muncul sebagai bagian dari adanya reaksi terhadap keadaan-keadaan yang terjadi di sekitar lingkunganya. (Amos Perlmutter, 2000 : 14)

Sementara itu bila ditelusuri melalui asal usul pembentukannya, nodlinger mengidentifikasikan bahwa pembentukan pasukan militer dapat dibentuk menjadi tiga kelas sosial, yaitu : 1. Kelas atas (high class) 2. Kelas menengah (middle class) 3. Kelas menengah bawah (lower middle class). (Nodliger dalam Indria Samego, 2000 : 40)

Dengan adanya berbagai pendapat dan sumber-sumber mengenai pengertian pasukan, maka dalam hal ini peneliti dapatlah menyimpulkan secara garis besar mengenai pasukan. Pasukan merupakan sekelompok unit taktis militer yang terlatih dan dipersenjatai guna menjalankan fungsi dan tujuannya sesuai dengan organisasi militer yang terdapat didalamnya.

2.1.4 Konsep Pertahanan Laut

(27)

dicerminkan dari keberadaaan sebuah negara. Pertahanan dalam sebuah negara, terkadang memiliki sebuah keterkaitan yang cukup kuat. Sebab dalam hal ini pertahanan dalam sebuah negara lebih dititi beratkan pada aktivitas didalam mengamanakan wilayah teritorialnya. Dalam hal ini, pertahanan memiliki sebuah tujuan yang tidak sederhana, sebab pertahanan tidaklah lagi terbatas pada mempertahankan suatu integritas wilayah nasional terhadap segala bentuk ancaman, namun lebih ditujukan didalam mempertahankan segala ideologi dan segala nilai-nilai kehidupan dari sebuah bangsa yang ada didalamnya. (Daoed Joesoef, 1973 : 138)

Upaya pertahanan seperti itu, tentunya merupakan suatu proses didalam menghadapi kemungkinan dari sebuah serangan atau invansi dari luar yang dilakukan dengan cara membangun serta membina daya kekuatan tangkai negara sebuah bangsa sehingga mampu menangkal setiap ancaman yang berasal dari luar negeri, dalam bentuk dan wujud apapun. (Thontowi Amsia, 2011 : 61)

Oleh sebab itu maka dalam hal ini dapatlah sedikit disimpulkan bahwa pertahanan merupakan sebuah cara bagi suatu kelompok tertentu didalam mempertahankan diri ataupun kepemilikan tertentu dari segala macam ancaman-ancaman yang di lakukan oleh musuh.

(28)

Pengertian selajutnya yaitu mengenai istilah laut. Laut merupakan salah satu wilayah yang dimana selalu mendapatkan perhatian disetiap Negara-negara didunia. Laut selain sebagai unsur dari alam, tentunya memiliki sejumlah potensi yang besar bagi kehidupan manusia. Menurut Anugrah Nontji dalam bukunya yang berjudul “Laut Nusantara” menyebutkan bahwa laut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan Antara lain :

1. Transportasi

Bila diperhatikan secara sepintas menurut pandangan Anugrah Nontji, laut secara garis besar juga berperan sebagai penentu didalam pertahanan serta keamaan dari sebuah Negara. Laut bagi setiap negara kepulauan tentunya merupakan suatu wilayah yang sangat penting, mengingat laut merupakan wilayah yang dapat dijadikan sebagai pengamanan dan penjaga keutuhan wilayah dari segala macam ancaman.

Sementara itu bila diperhatikan dari segi pertahanan dan keamanannya, Menurut Sayidiman Suryohadiprojo dalam bukunya “Si Vis Pacem Para Bellum”. menyebutkan : Laut merupakan bagian penting dari perang dan

(29)

membawa kekuatan perang didaerah-daerah lain ke seberang lautan. (Sayidiman Suryohadiprojo, 2005:102)

Dalam peryataan tersebut sudah sangat jelas bahwa pertahanan laut merupakan sebuah bagian dari penguasaan wilayah yang sangat strategis untuk dikuasasi ataupun di pertahankan bagian wilayahanya, sebab dalam hal inilah sebuah Negara kepulauan dapatlah bertahan dan menyempurnakan bagian kedaulatan wilayahnya.

Pentingnya potensi laut dalam pertahanan, tentunya juga didukung dengan adanya pandangan para ahli mengenai potensi wilayah perairan tersebut. Menurut pandangan ilmu maritim yang menyatakan bahwa penguasaan lautlah yang menjadi dasar terakhir bagi kekuasaan negara. (T.B Simatupang, 1981 : 202)

Hal tersebut tentunya didukung pula dengan adanya peryataan yang disampaikan oleh Sir Wlater Ralegh yang menyatakan bahwa “Siapa yang

(30)

menurut mahan menerangkan tentang peranan lautan, bahwa pemakaian dan penguasaan lautan mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap sejarah negara. Hal ini tentunya telah dibuktikan dari sejumlah catatan-catatanya mengenai kejayaan-kejayaan dari berbagai bangsa didunia yang menggunakan penguasaan laut dalam membentuk armada perangnya. (T.B Simatupang, 1981 : 203)

Dari berbagai sumber serta beberapa pendapat-pendapat ahli mengenai pertahanan laut, maka dalam hal ini peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa pertahanan laut merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh sekelompok orang atau negara didalam mengamankan wilayah perairanya dari segala macam ancaman yang timbul dari berbagai pihak tertentu.

2.1.5 Konsep Organisasi Militer

Organisasi Militer merupakan sebuah istilah yang sering dimunculkan untuk menggambarkan sebuah kekuatan militer yang tersetruktur dan terencana. Organisasi Militer cederung dimiliki oleh sebuah Negara maupun penguasa tertentu. Menurut pandangan Amos Perlmutter mengenai Organisasi Militer, dalam buku karanganya yang berjudul “Militer dan Politik”, menyebutkan bahwa organisasi militer adalah sebuah ikatan

(31)

Bila diperhatikan mengenai pengertian tersebut maka dalam hal ini,

organisasi militer dapat diartikan sebagai sebuah himpunan ataupun perkumpulan individu yang dapat digerakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam memperoleh kekuasaan. Selanjutnya mengenai perkembangan dari sistem pengorganisasianya, menurut Beisheline menjelaskan pengorganisasian militer merupakan sebuah proses didalam membuat prosedur-prosedur, faktor-faktor dan struktur organisasi dalam melaksanakan rencana yang telah ditetapkan. (Biesheline dalam C. Rahakundini Bakrie, 2007 : 22)

Sementara itu bila ditelusuri melalui asal usul pembentukannya, nodlinger mengidentifikasikan bahwa pembentukan organisasi militer dapat dibentuk menjadi dua katagori, yaitu berdasarkan pembentukanya militer berasal dari faktor-faktor berikut : a). dibentuk oleh rezim kolonial. b). terbentuk pada masa geriliya/revolusi dan c). terbentuk sesudah kemerdekaan. Sementara itu berdasarkan asal usul kelas sosialnya meliputi : 1. Kelas atas (high class) 2. Kelas menengah (middle class) 3. Kelas menengah bawah (lower middle class). (Nodliger dalam Indria Samego, 2000 : 40)

Bila diperhatikan melalui beberapa pemaparan yang diungkapkan oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi militer merupakan sebuah perkumpulan yang dibentuk sebagai alat untuk mencapai

(32)

tujuan tertentu dan dalam proses pengorganisasianya pun banyak menyesuaikan dengan kondisi sekitar.

2.1.6 Konsep Kolonialisme dan Imperialisme Belanda

Kolonialisme berasal dari kata koloni yang memiliki pengertian menahan sebagaian masyarakat di luar batas atau lingkungan daerahnya. Pengertian dari kolonialisme itu sendiri cenderung berkaitan dengan adanya suatu sistem imperialisme yang tentunya dilakukan oleh para pelaku kolonial Pengertian tersebut bila disejajarkan dengan pendapat yang disampaikan oleh C.S.T Kansil dan Julianto dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia” disebutkan bahwa :

“Kolonialisme adalah rangkaian nafsu suatu bangsa untuk menaklukan bangsa lain di bidang politik, social, ekonomi dan kebudayaan dengan jalan :

a. Dominasi Politik b. Eksploitasi Ekonomi

c. Penetrasi Kebudayaan. (C.S.T Kansil dan Julianto, 1977 : 7)

(33)

Pengertian Imperialisme bila didasarkan atas pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, menyebutkan : Imperialisme pada pokoknya berarti politik ekspoloitasi terhadap bangsa lain untuk kepentingan si Imperialis (mother contry). (C.S.T Kansil dan Julianto, 1977 : 8)

Menurut Smith, dalam penggunaan istilah imperialisme dapat digunakan kedalam empat pengertian yang saling berbeda, yakni :

1. Imperialisme sebagai ekspansi ekonomi

2. Imperialisme sebagai pendudukan orang lain (other)

3. Imperialisme sebagai konsep, semangat dan berbagai macam perwujudtan.

4. Imperialisme sebagai suatu bidang pengetahuan diskursif

(Makinuddin dan Tri Handiyanto Sasongko, 2006 : 8)

Dengan adanya pengertian mengenai konsep-konsep kolonialisasi dan Imperialisme, maka dalam hal ini penulis dapatlah menyimpulkan secara sederhana bahwa konsep kolonialisme dan Imperialisme merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk membentuk suatu koloni-koloni baru yang nantinya akan memberikan suatu keuntungan bagi Negara induk.

(34)

2.2Kerangka Pikir

Peran pasukan pertahanan laut bagi Indonesia, tentu tidaklah hanya sebatas mengamankan wilayah perairan di Indonesia saja, melainkan juga bertindak sebagai alat dalam mengamankan segala unsur-unsur negara. Hal ini tentu akan dapat terlihat dengan jelas, apabila pemahaman tersebut di sadingkan dengan perjalanan sejarah awal proses Kemerdekaan bangsa Indonesia yang dimana dimasa ini, peran pasukan pertahanan laut tentu sangatlah menentukan bagi kelanjutan kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini pun disebapkan dengan upaya bangsa Belanda ke Indonesia untuk menduduki wilayah jajahanya kembali.

Adanya Agresi Militer Belanda inilah, yang kemudian mendorong sikap pemerintah untuk membentuk suatu Badan Keamana Rakyat (BKR) disetiap daerah. Dengan hadirnya BKR dan PKR inilah yang nantinya akan menjadi cikal bakal dari berbagai macam devisi-devisi militer yang terbagi atas devisi Darat, Laut dan Udara.

(35)

2.3Paradigma

Keterangan :

: Garis Proses

: Garis Hubungan atau Masalah

PEMBENTUKAN PKR LAUT DI LAMPUNG

LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN PKR

LAUT

TUJUAN

PEMBENTUKAN PKR LAUT DI LAMPUNG PROSES

PEMBENTUKAN PKR LAUT LAMPUNG

(36)

REFERENSI

Peter Salim dan Yenny Salim. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Modern English Perss. Hal : 1621.

Dadang Supardan. 2011. Penghantar Ilmu Sosial : Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta : PT. Bumi Akasara. Hal : 287.

Hugiono dan P.K Poerwanatana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : PT. Bina Aksara. Hal : 9.

F. Sugeng Istanto. 1992. Perlindungan Penduduk Sipil dalam Perlawanan Rakyat Semesta dan Hukum Internasional. Yogyakarta : ANDI OFFSET. Hal : 131.

Mestika Zed. 2005. Gyúgun Cikal Bakal Tentara Nasional di Sumatera. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia. Hal : 126

Dewan Harian Daerah ¨45. 1994. Sejarah Perjuangan Daerah Lampung Buku I. CV. Bandar Lampung : Mataram. Hal : 138.

Peter Salim dan Yenny Salim. op. cit. Hal : 1105

Conni Rahakundini Bakrie. 2007. Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Hal : 41.

Almos Perlmuter. 2000. Militer dan Politik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal : 14.

Indria Samego. 2000. TNI di Era Perubahan. Jakarta : Erlangga. Hal : 40.

Daoed Joesoef. 1973. Dua Pemikiran Tentang Pertahanan Keamanan dan Strategi Nasional. Jakarta : Yayasan Proklamasi dan CSIS. Hal : 138.

Thontowi Amsia. 2011. Perspektif Kewarganegaraan dalam Ketahanan Nasional. Bandar Lampung : ____________. Hal : 61.

Anugrah Nontji. 1987. Laut Nusantara. Jakarta : ________. Hal : 6, 8.

(37)

T.B Simatupang. 1981. Pelopor Dalam Perang Pelopor Dalam Damai. Jakarta : Sinar Harapan. Hal : 202.

Ibid. Hal : 203.

Almos Perlmuter. op. cit. Hal : 9.

Conni Rahakundini Bakrie. op. cit., Hal : 22. Indria Samego. op. cit. Hal : 40

C.S.T Kansil dan Julianto. 1977. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta : Erlangga. Hal : 7.

Ibid. Hal : 8.

(38)

METODE PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Keberhasilan dari sebuah penelitian ilmiah, tentunya merupakan sebuah hal yang tak terlepas dari adanya suatu Metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang diambil. Istilah metode penelitian itu sendiri, tentu banyak dipahami sebagai suatu cara dalam melakukan tindakan-tindakan didalam melakukan suatu penelitian. Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiyady Akbar menjelaskan metode penelitian sebagai berikut :

“Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan Metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.” (Usman dan Purnomo Setiyady Akbar, 2011 : 41)

(39)

3.1.1 Metode Penelitian Historis

Dalam penelitian ini, metode yang akan dipakai adalah metode historis dengan tujuan untuk mencari sebuah gambaran informasi data yang menyeluruh didasarkan atas fakta dan peristiwa yang terjadi dimasa lampau. Penggunaan metode historis juga diperuntunkan sebagai penggambaran permasalahan dari sebuah pertanyaan-pertanyaan yang perlu diselidiki mengenai kebenaranya, proses tersebut kemudian di ringkas dan dievaluasi berdasarkan sumber-sumber sejarah yang kemudian disajikan berdasarkan fakta-fakta yang bersangkutan dalam suatu kerangka yang interpretatif. (Edson dalam Dadang Supardan, 2011 : 306)

Untuk tujuan dari metode peneltian historis menurut pendapat dari Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar menyebutkan bahwa :

“Penelitian Historis bermaksud membuat rekonstruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensintetiskan bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat”. (Husain Usman dan Purnomo Setiady akbar, 2003 :4)

(40)

dalam Dadang Supardan, 2011 : 307)

Sementara itu bila dibandingkan dengan metode penelitian historis yang digunakan oleh Kuntowijoyo dalam bukunya Penghantar Ilmu Sejarah, menyebutkan suatu penelitian dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu Pemilihan Topik, Pengumpulan Sumber, Verifikasi, Interpretasi dan penulisan. (Kuntowijoyo, 1995 : 89).

Dari kedua pendapat ahli tersebut, kendati masih memiliki beberapa perbedaan. Namun bila diperhatikan secara seksama, tahapan-tahapan penelitian tersebut memiliki makna dan proses yang hampir sama. Langkah-langkah tersebut, tentunya merupakan sebuah cara yang dinilai efektif didalam menjawab sebuah masalah yang diperdebatkan. Oleh sebab itulah guna mempermudah penelitian, maka berikut akan dipaparkan mengenai langkah-langkah penelitian sejarah.

Langkah-langkah penelitian sejarah bila didasarkan atas pemahaman peneliti, didalam memahami isi materi yang ditulis oleh Suhartono, langkah-langkah tersebut tentu dapat ditafsirkan sebagai berikut:

1. Heuristik ( Pengumpulan data atau Sumber)

(41)

2. Kritik dan Analisis Sumber

Dalam melakukan kritik dibagi atas dua macam kritik, yakni kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal adalah menguji keasilan hal-hal yang sifatnya fisik, sedangkan kritik internal adalah menguji isi dokumen.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu proses penafsiran dari hasil kritik sejarah yang dapat dibedakan atas fakta keras dan fakta lunak. 4. Historiografi (Penulisan)

Proses penarasian ke dalam bentuk deskripsi yang dimana merupakan proses akhir dalam menjelaskan dan menganalisis bukti-bukti sejarah.

(Suhartono, 2007 : 30, 31)

3.2Variabel Penelitian

Varibel Penelitan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Sebab dalam hal inilah, suatu penelitian akan berhasil dan teruji kebenaranya apabila terdapat suatu varibel yang jelas mengenai subjek-subjek masalah yang akan diteliti. Variabel penelitian bila dipandang menurut pendapat para ahli, memiliki beberapa pengertian.

(42)

sebagai suatu hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian (Point to be noticed), yang menunjukan variasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Variabel juga dapat disebut sebagai “ubahan” karena dapat berubah-ubah atau bervariasi. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 10)

Sementara itu mengenai pengertian lain tetang variabel, variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Konsep itu sendiri digunakan untuk menggambarkan suatu fenomena yang secara abstrak dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu yang khas. (Moch. Nazir dalam P.Joko Subagyo, 2006 : 95)

Namun bila mengacu kepada definisi para ahli-ahli lainya mengenai pengertian variabel, secara garis besar variabel dapat didefinisikan sebagai kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasikan dalam suatu penelitian. (Usman Rianse dan Abdi, 2009 : 81)

(43)

3.3Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses penelitian ilmiah, tentu merupakan suatu hal yang wajar apabila suatu penelitian memiliki sumber-sumber yang jelas dan tentunya dapatlah dipertanggung jawabkan mengenai fakta-fakta dari kebenaran data tersebut. Adapun cara atau teknik yang akan digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya adalah sebagai berikut :

3.3.1 Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan atau cenderung dikenal sebagai teknik studi pustaka, bila mengacu pada pengertian yang ditulis oleh Jonathan Sarwono, mengemukakan bahwa studi kepustakaan adalah suatu teknik pengumpulan data yang ditulis dengan menelaah teori-teori, pendapat-pendapat, serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam sebuah media cetak, khususnya buku-buku yang menunjang dan relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian. (Jonathan Sarwono, 2010: 34,35)

(44)

merujuk pada hasil-hasil laporan atau catatan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

3.3.2 Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi bila didasarkan atas beberapa pengertian menurut para ahli, teknik dokumentasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu teknik didalam mengarsipkan atau mencatat suatu peristiwa-peristiwa penting yang kemudian didokumentasikan. Menurut Suharsimi Arikunto, mengartikan teknik dokumentasi sebagai proses didalam mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 231).

Sementara itu menurut Hadari Nawawi meyebutkan mengenai teknik/studi dokumenter adalah suatu cara dalam mengumpulkan data peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsipp dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil /hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Hadari Nawawi, 1991 : 133)

(45)

buku-buku, prasasti dan sebagainya yang dapat dijadikan sebagai bahan penunjang peneltian.

3.3.3 Teknik Interview

Teknik interview atau yang dikenal sebagai teknik didalam mewawancarai narasumber, merupakan suatu teknik sederhana yang dimana proses tersebut dilakukan dengan melakukan Tanya jawab secara langsung kepada narasumber, saksi atau pelaku yang memiliki informasi mengenai keterkaitanya dengan suatu masalah yang hendak diteliti oleh peneliti.

Teknik Interwiew atau wawancara bila mengacu pada pengertian atau pendapat para ahli, menyebutkan bahwa : wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Ini merupakan proses tanya jawab lisan, yang dimana dua orang atau lebih saling berhadapan secara fisik. (Kartono dalam Jonathan Sarwono, 2010 : 34) Sementara itu dalam sebuah wawancara dapat dilakukan dengan berbagai macam pedoman. Menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan secara garis besar bahwa dalam suatu wawancara dapat dilakukan atas dua macam, yakni :

a. Pedoman Wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.

b. Pedoman Wawancra terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.

(46)

Dengan adanya pengertian tersebut, maka dalam hal ini peneliti secara sederhana dapat menyimpulkan mengenai teknik interview atau wawancara, yaitu suatu teknik yang digunakan oleh seseorang dengan maksud untuk mengorek atau menggali informasi dari narasumber, saksi atau pelaku mengenai suatu informasi yang akan menjadi objek penelitian dengan cara melakukan Tanya jawab secara langsung.

3.4Uji Validitas

Uji validitas atau yang dapat diartikan sebagai uji mengenai ke validtan, kebenaran dan keabsahan data, merupakan suatu serangkaian dari proses penelitian yang tentunya digunakan sebagai cara bagi seorang peneliti didalam menguji sumber atau hasil dari sebuah data penelitian yang telah diperoleh. Uji validitas tentu merupakan suatu serangkaian proses yang wajib untuk dilakukan oleh seorang peneliti, mengingat dengan digunakannya cara inilah sebuah hasil dari penelitian dapatlah dinyatakan ilmiah apabila data yang diolah sesuai dengan keadaannya.

Secara garis besar, bila mengacu pada pengertian “Validitas”, Menurut

Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul “Prosedur Penelitian : Suatu

Pendekatan Praktik” menyebutkan mengenai pengertian validitas sebagai berikut :

(47)

Dengan demikian maka sudah sangatlah sesuai apabila kunci dari keabsahan penelitian ilmiah tersebut dapat ditentukan dengan penggunaan Uji validitas pada setiap data-datanya. Oleh sebab itulah, maka suatu penelitian dapat dinyatakan ilmiah apabila data yang digunakan valid, sesuai dengan keadaan suatu objek yang menjadi sasaran dalam penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, keabsahan data dapat diperoleh dengan beberapa teknik, seperti : Teknik Triangulasi, Teknik Trasferbilitas, Teknik Audibilitas (dependadibilitas), Teknik Konfirmabilitas dan Teknik Kredibilitas. Beberapa teknik penelitian kualitatif tersebut apabila dipaparkan pengertiannya secara sederhana maka dapat dijelaskan sebagai berikut.

Teknik Triangulasi merupakan suatu teknik penelitian kualitatif yang sering digunakan oleh peneliti dalam menentukan data-data penelitian yang akan diolah. Dalam pengertiannya, teknik triangulasi menurut Suwardi Endraswara menyebutkan sebagai berikut :

“Triangulasi artinya mengulang atau mengklarifikasi dengan berbagai sumber. Jika yang diperlukan triangulasi data, dapat dilakukan dengan cara mencari data-data lain sebagai pembanding. Orang yang terlibat dapat dimintai keterangan lebih lanjut tentang data yang diperoleh. Jika triangulasi pada aspek metode perlu meninjau ulang metode yang digunakan (dokumentasi, observasi, catatan lapangan dan lain-lain).” (Suwardi Endraswara, 2009:224)

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam hal ini peneliti dapatlah menyimpulkan secara sederhana bahwa teknik Triangulasi merupakan suatu teknik yang dimana dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan setiap

(48)

data baik tertulis maupun lisan yang kemudian data-data tersebut dapat dijadikan pembanding sebagai bahan penelitian.

Sementara itu mengenai pengertian teknik trasferbilitas dan audibilitas bila mengacu pada pengertianya menurut Suwardi Endraswara, menyebutkan beberapa pengertiannya menjadi beberapa hal sebagai berikut :

Pertama, teknik Trasferbilitas merupakan suatu teknik validitas eksternal yang dapat digunakan dalam menentukan keabsahan dari data kualitatif yang dimana penentuan tersebut dapat berupa keteralihan. Kedua, teknik Audibilitas dan Konfirmabilitas merupakan suatu teknik yang digunakan dalam suatu penelitian yang diharapkan akan menghasilkan data-data yang konsisten dengan sekurang-kurangnya memiliki kesamaan hasil bila diulang kembali mengenai proses penelitannya oleh orang lain. (Suwardi Endraswara, 2006 : 212)

(49)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memberikan suatu pemahaman mengenai suatu data yang akan di kaji. Analisis data menurut Matt Holland, menyebutkan bahwa analisis data adalah suatu proses menata, menyetrukturkan dan memaknai data yang tidak teratur. (Matt Holland dalam C. Daymon dan Immy Holloway, 2008 : 368)

Jadi dengan berlandaskan pengertian tersebut, maka peneliti dalam hal ini dapatlah mengambil sebuah pemahaman secara sederhana mengenai teknik analisis data. Pemahaman peneliti mengenai teknik analisis data yaitu merupakan suatu proses yang dimana seorang peneliti melakukan proses penataaan secara menyeluruh terhadap setiap data yang diperoleh selama dalam penelitianya, baik berupa dokumen-dokumen atau informasi lisan yang kemudian hasil dari temuanya akan dikaji kembali dan dituliskan kedalam suatu laporan ilmiah yang tersusun secara sistematis.

Dalam suatu penelitian, adanya teknik analisi data tentu merupakan suatu hal yang penting, sebab dalam hal inilah suatu data yang terkumpul akan diolah untuk menjadi suatu data yang singkron dan tersusun secara rapih. Dalam teknik analisis data, dapatlah dibedakan atas dua jenis data, yakni data kualitatif dan data kuatitatif. Kedua teknik analisis data tersebut pada perinsipnya dapatlah diartikan sebagai berikut :

(50)

1. Teknik Analisis Kualitatif, yakni menggunakan proses berfikir iduktif, dan untuk menguji teknik hipotesis yang dirumuskan sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti.

2. Teknik Analisis Kuantitatif, disebut juga dengan teknik statistic dan digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk angka, baik hasil pengukuran maupun hasil mengubah data kuliatatif menjadi data kuantitatif. (Usman Rianse dan Abdi, 2009 : 229)

(51)

REFERENSI

Husain Usman dan Purnomo Setiady akbar, 2011. Metodologi Penelitian Sosial : Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara. Hal : 41.

Dadang Supardan. 2011. Penghantar Ilmu Sosial : Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta : PT. Bumi Akasara. Hal : 306.

Husain Usman dan Purnomo Setiady akbar, op. cit., Hal : 4. Dadang Supardan. op. cit. Hal : 307.

Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya. Hal : 89.

Suhartono. 2007. Kaigun, Penentu Krisis Proklamasi. Yogyakarta : KANISIUS. Hal : 30, 31.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hal : 10.

P. Joko Subagyo. 2006. Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hal : 95.

Usman Rianse dan Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung : CV. ALFABETA. Hal : 229.

Jonathan Sarwono. 2010. Pintar Menulis Karangan Ilmiah : Kunci Sukses Dalam Menulis Ilmiah. Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET. Hal : 34, 35.

Suharsimi Arikunto. op. cit. Hal : 231.

C. Daymon dan Immy Holloway. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relation dan Marketing Communication. Yogyakarta : PT. Bentang Pusaka. Hal : 368.

Hadari Nawawi. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS. Hal : 133.

(52)
(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan dalam penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembentukan pasukan pertahanan laut di Lampung, pada awalnya dilatar belakangi oleh suatu keadaan untuk mengumpulkan sejumlah anggota-anggota masyarakat bekas pasukan tentara Jepang terutama para mantan pelaut (Kaigun, Heiho, Jawa Unko Kaisa, Gyu´gun) yang pada waktu itu sempat berhenti bersamaan dengan masa berakhirnya kekuasaan Jepang di Indonesia.

(54)

masyarakat sipil dan laskar-laskar rakyat yang menggabungkan atau meleburkan diri menjadi anggota dari PKR Laut pada waktu itu.

Untuk menyempurnakan tatanan dan tugas-tugas anggota PKR Laut kemudian dibentuklah struktural PKR Laut Lampung, yang pada waktu itu dipimpin oleh MM. Haidar sebagai Komandan Pangkalan. Dengan membawahi sejumlah anggota-anggota yang terdiri dari beberapa staf, seperti : Kapten C. Shouhoka, Letnan II Soeparman, Letnan II Hadisoedarmo, Letnan II Tambunan, Ajudan A. Rais, Letnan II Dadang Efendi, Kapten K.L Tobing, Letnan I Hotman Harahap, Letnan I Talmiz dan sejumlah anggota-anggota lainya.

3. Tujuan dari organisasi PKR Laut ini diantaranya yaitu : melakukan penjagaan fasilitas-fasilitas umum perairan, pengamanan wilayah perairan Lampung, mengatur ketertiban dan keamanan masyarakat.

5.2Saran

Usaha-usaha yang dilakukan oleh Pasukan Keamanan Laut di Lampung, tentu merupakan sebuah usaha-usaha yang sangatlah membutuhkan pengorbanan pada waktu itu. Oleh karena itu penulis memberikan sejumlah saran-saran antara lain :

(55)

2. Kepada seluruh kalangan masyarakat di Indonesia khusunya di daerah Lampung, hendaknya kita dapat mengambil hikmah bersama atas peristiwa masa lampau dan menjadikan peristiwa tersebut sebagai cara untuk menumbuhkan sikap Nasionalisme dan Patriotisme bangsa.

3. Menghargai setiap jasa-jasa pejuang baik bagi mereka yang masih hidup maupun mereka yang telah meninggal dengan harapan agar semangat dan perjuangan mereka tidak lah berakhir dengan kesia-sian semata.

Referensi

Dokumen terkait

Sifat formaldehida yang mudah terhidrolisis atau larut dalam air menyebabkan formaldehida yang seharusnya mengikat urea dan tanin agar daya rekat menjadi kuat lebih terikat atau

pengalaman audit yang dimiliki oleh seorang auditor maka judgment yang diambil. auditor juga akan semakin baik

Hubungan antara minat pemanfaatan sistem informasi dan penggunaan sistem informasi dikatakan positif apabila keinginan atau minat akan pemanfaatan SI yang ada pada seorang

kemampuan komputasi yang terbatas. Authoring tools yang lain dapat mendukung user dengan berbagai tingkat kemampuan komputasi, contohnya dengan bahasa pemrograman

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis kadar dalam ekstrak metanol biji kopi dengan menggunakan metode lain seperti HPLC dan LC- MS.. Perlu

Pada perusahaan yang bergerak dalam sektor financial instution atau institusi pembiayaan tidak terdapat pengaruh yang signifikan tingkat suku bunga (SBI) terhadap yield

Fanatisme Kelompok Suporter Sepakbola Studi Kasus Komunikasi Kelompok Pada The Jakmania Sektor V Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi kelompok terhadap The

Pada halaman ini diberikan gambar contoh anatomi wayang Arjuna sebagai wayang bokongan kemudian jenis gelung rambut yang dipakai yaitu Supit Urang , jenis mata yaitu