• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GRADASI TERHADAP CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON LAPIS ANTARA (AC – BC) DITINJAU DARI BATAS BAWAH DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MARSHALL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GRADASI TERHADAP CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON LAPIS ANTARA (AC – BC) DITINJAU DARI BATAS BAWAH DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MARSHALL"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH GRADASI TERHADAP CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON LAPIS ANTARA (AC BC) DITINJAU DARI BATAS BAWAH DENGAN MENGGUNAKAN

ALAT MARSHALL

Oleh

FRANSISKUS WIJANARKO

Pengetahuan mengenai bahan perkerasan jalan sangat penting yaitu untuk mendapatkan perkerasan jalan dengan kualitas baik dan tahan lama tentu dengan proses yang baik pula. Salah satu campuran aspal pembentuk lapis perkerasan jalan adalah lapis aspal beton (LASTON). Campuran aspal ini memiliki tingkat kekakuan yang tinggi dan lebih peka terhadap variasi kadar aspal dan variasi agregat dan umumnya cocok untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas berat.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh gradasi terhadap kekuatan campuran Lapis Aspal Beton Lapis Antara (AC-BC) untuk gradasi kasar yang mengacu pada spesifikasi umum Bina Marga 2010 dengan tiga variasi gradasi benda uji Marshall, kelompok benda uji I menggunakan gradasi batas bawah, kelompok benda uji II diwakili oleh gradasi 3 % lolos diluar batas bawah, kelompok benda uji III diwakili oleh gradasi 6 % lolos diluar batas bawah. Kadar aspal rencana yang digunakan pada pengujian ini memakai batas bawah.

Dari hasil pengujian didapat nilai VMA rentang antara 18,4% sampai 22,1% dan untuk nilai Flow

yang didapat antara 4,5 mm sampai 7,3 mm. Sementara nilai VIM terkecil sebesar 8,4%, nilai VFA terbesar 56,8 %, nilai hasil bagi Marshall terbesar 164,8 kg/mm dan Stabilitas dengan hasil tertinggi dengan nilai 748,2 kg. Dari hasil analisa yang telah dilakukan dari hasil uji Marshall, seluruh variasi gradasi tidah memenuhi seluruh persyaratan parameter Marshall. Berkaitan dengan hal itu dapat dipastikan tidak didapatkan kadar aspal optimum dari ketiga jenis campuran dengan perbedaan variasi gradasi pada setiap kelompok benda uji.

(2)

ABSTRACT

THE GRADATION INFLUENCE TOWARDS ASPHALT CONCRETE – BEARING COURSE (AC-BC) MIXTURES ANALYZED FROM LOWER LIMIT BY USING

MARSHALL INSTRUMENT by

FRANSISKUS WIJANARKO

Gaining knowledge about road pavement materials plays an important role in obtaining road pavement which has good quality, resistance, and good process. One of the road pavement layer mixtures is the asphalt concrete layer (LASTON). This kind of asphalt mixtures has high degree of solidity. It is also more sensitive to the content of varied asphalt and aggregate. Generally, it is suitable for the roads having heavy loaded traffic.

The purpose of this study is to examine the gradation influence towards the power of Asphalt Concrete-Bearing Course (AC-BC) mixtures. The gradation is based on general classification of Highways 2010 using three varied gradation of Marshall tested objects. The first group of tested object used lower limit gradation, the second one has been represented by 3% gradation out of lower limit gradation, and the last one has 6% gradation out of lower limit gradation. The rate of planned asphalt used in this study is lower limit.

Based on the experiment that has been already conducted, the VMA score was range from 18,4% to 22,1% and the flow score was ranged from 4,5 mm to 7,3 mm. Meanwhile, the smallest score of VIM was 8,4%, the greatest score of VFA is 56,8%, the greatest score of VFA is 56,8%, the greatest result for Marshall Quotient was 164,8kg/mm and the heaviest result for Stability was 748,2kg. Based on the analysis which has been done from the result test of Marshall, all of various gradations were not able to fulfill the entire Marshall parameter requirement. Related to that condition, it can be concluded that the writer could not find any optimum rate of asphalt from three kinds of mixtures which have different variety in gradation of each tested-materials category.

(3)

PENGARUH GRADASI TERHADAP CAMPURAN LAPIS ASPAL

BETON LAPIS ANTARA (AC BC) DITINJAU DARI BATAS BAWAH

DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MARSHALL

(SKRIPSI)

Oleh

FRANSISKUS WIJANARKO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(4)

PENGARUH GRADASI TERHADAP CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON LAPIS ANTARA (AC BC) DITINJAU DARI BATAS BAWAH DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT MARSHALL

Oleh

FRANSISKUS WIJANARKO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Teknik

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Priyo Pratomo, M.T. ………

Sekretaris : Ir. Syukur Sebayang, M.T. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Hadi Ali, M.T. ………

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung

Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A NIP196505101993032008

(6)

Judul Skripsi : PENGARUH GRADASI TERHADAP CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON LAPIS ANTARA (AC – BC) DITINJAU DARI BATAS BAWAH DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MARSHALL

Nama Mahasiswa : FRANSISKUS WIJANARKO

Nomor Pokok Mahasiswa : 0815011059

Jurusan : Teknik Sipil

Fakultas : Teknik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Ir. Priyo Pratomo, M.T. Ir. Syukur Sebayang, M.T.

NIP. 195309261985031003 NIP. 195003091986031001

2. Ketua Jurusan Teknik Sipil

(7)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya :

Nama : Fransiskus Wijanarko

NPM : 0815011059

Fakultas : TEKNIK

Jurusan : S1. Teknik Sipil

menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah dilakukan

oleh orang lain, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam daftar pustaka, selain itu

saya menyatakan pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya sendiri.

Apabila pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai

dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, Januari 2013

(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi Jawa Barat pada tanggal 01

Oktober 1990, anak ketiga dari tiga bersaudara dari

keluarga pasangan Bapak Andreas Suratman dan Ibu

Yustina Widaryati.

Pada tahun 1995 penulis mengikuti pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) St.

Maria Yasinta Kota Bekasi, pada tahun 1996 memasuki sekolah dasar di Sekolah

Dasar (SD) St.Maria Fransiska di Kota Bekasi. Kemudian pada tahun 2002

melanjutkan jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMP Pax

Excclesia di Kota Bekasi, dan pada tahun 2005 penulis memasuki jenjang

pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 107 Jakarta Timur Selama

SMA penulis aktif sebagai Ketua OSIS II dan Ketua Persika (Persaudaraan

Siswa-Siswi Katolik SMA/K Negeri Se-Jakarta) pada periode 2006-2007. Dan

selanjutnya pada tahun 2008 melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri

Universitas Lampung dan terdaftar pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil

(S1) melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2008 penulis aktif dalam kegiatan Komunitas Mahasiswa Katolik

Lampung (KMKL) dan juga menjadi Brigadir Muda Badan Eksekutif Mahasiswa

(10)

sebagai anggota muda Mapala Unila. Pada tahun tersebut juga, hingga saat ini

penulis menjadi anggota biasa Mapala Unila. Pada tahun 2010 penulis menjadi

pengurus di Mapala Unila sebagai Badan Perbekalan dan Logistik dan tahun 2012

sebagai Badan Diklat dan Pelatihan. Pada periode 2010 – 2011 menjadi pengurus

anggota Divisi Pengembangan Penelitian dan Teknologi Himpunan Mahasiswa

Teknik Sipil (HIMATEKS) dan pada periode 2011 – 2012 menjadi anggota

Bidang Sosisal dan Politik BEM Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Selama perkuliahan penulis juga pernah diangkat menjadi asisten dosen pada

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jalan matakuliah Ilmu Ukur Tanah tahun ajaran

2009 – 2010 dan asisten dosen Laboratorium Inti Jalan Raya matakuliah

Pelaksanaan Perkerasan Jalan I tahun ajaran 2012 – 2013.

Kemudian pada Januari – Februari tahun 2012 penulis melakukan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar

Lampung dengan tema “ Pengelolaan dan Pengembangan Sampah di Daerah

Pesisir”, KKN ini dilakukan selama 40 hari setelah itu penulis melakukan Kerja

Praktik (KP) selama tiga bulan pada Proyek Pembangunan Gedung Serba Guna/

(11)

“Jika kamu tak terpilih itu hal biasa, jika kamu tak dipandang itu juga hal biasa, jika kamu terlewatkan dan kamu berubah kamu harus mengkoreksi diri dan tetap

menjadi dirimu sendiri”

“Hidup adalah kemarin dan esok tak ada saat ini, karena yang kita lakukan hari ini adalah yang terlewat atau masa depan kita”

_fransiskus wijanarko

“Jika kau sedang bersinar banyak yang mengikutimu, akan tetapi dalam kegelapan bayanganmu pun tak mengikutimu”_Caver

“Karena Kuasa Ilahi – NYA telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah

(12)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yesus yang telah

melimpahkan berkat dan kasih-Nya dan membukakan jalan pikiran, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH GRADASI

TERHADAP CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON LAPIS ANTARA (AC

BC) DITINJAU DARI BATAS BAWAH DENGAN MENGGUNAKAN

ALAT MARSHALL” ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

pada Program Sarjana Teknik Sipil Universitas Lampung ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Pada kesempatan ini secara tulus penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka yang penuh kesabaran dan dedikasi

membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini :

1. Ibu Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A. selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Lampung.

2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung.

3. Bapak Ir. Priyo Pratomo, M.T. sebagai pembimbing I yang selalu

memberikan bimbingan, saran, nasehat dan semangat dalam penyelesaian

(13)

ii

4. Bapak Ir. Syukur Sebayang, M.T. sebagai pembimbing II yang selalu

memberikan bimbingan, saran, nasehat dan semangat dalam penyelesaian

skripsi ini.

5. Bapak Ir. Hadi Ali, M.T. sebagai Dosen penguji skripsi yang telah

memberikan saran dan kritik dalam menyempurnakan dan melengkapi skripsi

ini serta argumentasinya yang mendorong penulis untuk terus belajar.

6. Bapak Tas’an Junaedi, S.T., M.T. selaku Pembimbing Akademik. Terima

kasih untuk waktu konsultasi dan nasehatnya.

7. Bapak dan Ibuku tercinta, Andreas Suratman dan Yustina Widaryati yang

telah member cinta, kasih, semangat dan doa yang sangat dirasakan penulis

disepanjang hidupnya.

8. Kakak-kakakku, Matius Yusmanto dan Yulius Ari Wibowo atas segala

bantuan, semangat dan doa untuk keberhasilan penulis.

9. Monica Reinca Larasaty, atas semangat dan doa serta dukungan dan kasihnya

untuk keberhasilan penulis.

10. Bapak Broto Santoso dan Ibu Sri Endang Lestari sebagai keluarga baru

penulis selama merantau dalam perkuliahan, terimakasih dukungan dan doa

nya.

11. Teman-temanku Intan Purtiawati, Vania Margaret E, Hafidz randi, Fikri Al

Fajri, M Aqli, Made Roy R.S, Ahmad Rifai Lubis, Ropinus F. Simatupang,

Diana Nur’ Afni, Septiadi Yota Nugraha, Rahmad Hidayat, Ervina Riduan,

Rendi Soesnando, Lucia Nathania, Ferdinand Bembin. Teman-teman

seperjuangan yang telah banyak membantu penulis didalam perkuliahan dan

(14)

iii

12. Teman-teman yang membantuku selama melakukan penelitian di

Laboratorium dan juga seminarku, terimakasih kepada Hafidz Randi, Lina

Puspa Meliana, Leni Puspa Meliani, Fikri Al Fajri, Ropinus F, Vania

Margaret, Intan Purtiawati, Ayu Agung P, Khafids Mubarak, Chandra

Rickson Sinaga, Muara P, Yoga Trias, Liona Dwi S, Tri Lestari, Made

Sudarta, Mulia L, Adi Yota, Rendi Soesnando, Juana, Bayu P,

Abdurohmansyah, M Aqli, Feri Taurus, Diana Nur’Afni, Rosmawati, Kemala

Dewi, Silvia Berta, Cony, Antonius S, Rahmad H dan Akhmad Hastomo.

13. Teman-teman seperjuangan di tempat Kerja Praktik, Nda, Ayu, Nurhayati,

Resti dan Dea dan juga teman-teman Kuliah Kerja Nyata yang melengkapi

kehidupan penulis selama perkuliahan.

14. Made’07 , Ani (Extensi) serta Tri lestari yang sama-sama berjuang dalam

menyelesaikan tugas akhir di laboratorium Inti Jalan Raya.

15. Teman-teman, abang-abang dan adik-adik yang memberikan bantuan berupa

kritik dan saran, doa, dan tenaga selama penulis mengerjakan skripsi ini.

16. Sahabat-sahabat teknik sipil angkatan 2008 yang selama perjuangan kuliah,

sampai skripsi telah membantu penulis. Terima kasih atas doa, dukungan dan

kebersamaanya selama ini.

17. Saudara-saudaraku di MAPALA UNILA terutama angkatan 18, yang telah

memberikan arti hidup, kekeluargaan dan perjuangan, terimakasih.

18. Rekan-rekan mahasiswa adik-adikku 2009, 2010, 2011, 2012 dan rekan-rekan

mahasiswa yang lain yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran

(15)

iv

19. Bapak Suroto S.T , Bapak Ari Utoyo S.T,. M.T. dan Bapak Mihardi yang

telah memberi masukan dan bantuan selama penelitian.

20. Seluruh staf pengajar dan karyawan di lingkungan Jurusan Teknik Sipil,

terimakasih atas apa yang telah penulis rasakan manfaatnya.

21. Sahabat-sahabat 1 kontrakan GT, Serta semua pihak yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga Tuhan yang Maha

Kuasa membalas segala kebaikan mereka dan semoga skripsi ini bermanfaat

bagi kita semua.

Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

penulis, untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini penulis mengharapkan saran

dan kritik dari semua pihak yang berkepentingan dengan topik ini. Penulis

berharap hasil dan penulisan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi yang

memerlukan.

Tuhan Yesus Memberkati.

Bandar Lampung, Januari 2013

Penulis

(16)

DAFTAR ISI

1. Teori Lapisan Aspal Beton /Asphalt Concrete ... 6

2. Filosofi Laston ... 7

E. Karakteristik Campuran Beraspal ... 19

1. Stabilitas (Stability) ... 19

2. Keawetan (Durability) ... 19

3. Kelenturan (Flexibility) ... 20

4. Tahanan Geser/Kekesatan (skid resistance) ... 20

5. Kedap Air (impermeability) ... 20

(17)

vi

7. Kemudahan Pelaksanaan (workability) ... 20

F. Kadar Aspal Rencana ... 21

G. Sifat Volumetrik Campuran Aspal Beton ... 22

1. Berat Jenis Bulk Agregat ... 22

2. Berat Jenis Efektif Agregat ... 22

3. Berat Jenis Maksimum Campuran ... 23

4. Penyerapan Aspal ... 24

5. Kadar Aspal Efektif ... 24

6. Rongga diantara Mineral Agregat (VMA) ... 25

7. Rongga di Dalam Campuran (VIM) ... 26

8. Rongga Terisi Aspal (VFA) ... 26

H. Metode Marshall ... 28

I. Penelitian Terkait ... 29

III.METODOLOGI PENELITIAN A. Umum ... 33

B. Bahan ... 34

C. Peralatan ... 34

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 35

1. Persiapan ... 35

2. Pengujian Bahan ... 36

3. Perecanaan Campuran ... 37

4. Pembuatan Benda Uji ... 40

5. Pengujian Dengan Alat Marshall ... 42

6. Menghitung Parameter Marshall ... 43

7. Pembahasan dan Analisa Hasil ... 43

E. Diagram Alir Penelitian ... 44

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Karakteristik Mutu Material ... 46

1. Hasil Pengujian Karakteristik Mutu Agregat ... 46

2. Hasil Pengujian Karakteristik Mutu Aspal ... 48

B. Desain Campuran Aspal ... 51

1. Menghitung Persentase Agregat ... 51

2. Penentuan Perkiraan Kadar Aspal Rencana ... 52

3. Penentuan Berat Jenis ... 54

4. Menghitung Berat Masing-masing Agregat ... 57

a. Berat Masing-masing Agregat Kelompok Benda Uji I ... 57

b. Berat Masing-masing Agregat Kelompok Benda Uji II ... 58

c. Berat Masing-masing Agregat Kelompok Benda Uji III ... 59

5. Pembuatan Benda Uji dan Pengujian Dengan Alat Marshall ... 60

C. Hasil Pengujian dengan Alat Marshall ... 61

D. Analisa Pengaruh Gradasi Terhadap Parameter Marshall ... 69

a. Kepadatan (density) ... 69

b. Stabilitas (Stability) ... 71

(18)

vii

d. Kekakuan (Marshall Quatient) ... 74 e. Rongga dalam Campuran (VIM = Void In Mix) ... 75 f. Rongga antar Mineral Agregat

(VMA = Voids In Mineral Agregat) ... 77

d. Rongga antar Butir Agregat yang Terisi Aspal (VFA = Volume of Voids Filled with Asphalt) ... 78

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 81 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Ketentuan Sifat – Sifat Campuran Beraspal Panas (AC) ... 9

2. Ketentuan Agregat Kasar. ... 11

3. Ketentuan Agregat Halus ... 12

4. Spesifikasi Aspal Keras Pen 60/70. ... 14

5. Ukuran Bukaan Saringan. ... 16

6. Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal ... 17

7. Standar Pengujian Aspal. ... 36

8. Standar Pemeriksaan Agregat Kasar. ... 36

9. Standar Pemeriksaan Agregat Halus. ... 36

10.Gradasi Agregat Campuran AC-BC yang di Uji. ... 37

11.Jumlah Benda Uji Pada Kadar Aspal. ... 40

12.Hasil Pengujian Karakteristik Mutu Agregat. ... 47

13.Hasil Pengujian Karakteristik Mutu Aspal. ... 49

14.Persentase Agregat Campuran AC-BC yang di Uji.. ... 52

15.Jumlah Proporsi Agregat Pada Setiap Fraksi. ... 52

16.Perkiraan Nilai Kadar Aspal. ... 53

17.Hasil Perhitungan Berat Jenis. ... 55

(20)

ix

19.Berat masing-masing agregat untuk kelompok benda uji I (Gradasi batas bawah). ... 58

20.Berat masing-masing agregat untuk kelompok benda uji II(Gradasi 3% lolos dibawah batas bawah). ... 59

21.Berat masing-masing agregat untuk kelompok benda uji III (Gradasi 6% lolos dibawah batas bawah). ... 60

(21)

DAFTAR ISTILAH

AC = Asphalt Concrete

AC-WC = Asphalt Concrete - Wearing Course, Laston sebagai lapis Aus

AC-BC = Asphalt Concrete - Bearing Course, Laston sebagai lapis Antara/Pengikat

ATB = Asphalt Treated Base

CA = Persentase agregat kasar

FA = Persentase agregat halus

FF = Persentase bahan pengisi (filler)

JMF = Job Mix Design

Laston = Lapis Aspal Beton

MQ = Marshall Quotient

KAO = Kadar Aspal Optimum

Gb = Berat Jenis Aspal

Gmb = Berat Jenis Bulk campuran padat

Gmm = Berat Jenis Maksimum Campuran

Gsb = Berat Jenis Bulk Total Agregate

Gse = Berat Jenis Efektif Agregate

Pb = Kadar aspal rencana awal

SNI = Standar Nasional Indonesia

Vb = Volume aspal

Vba = Volume aspal yang diserap agregat

(22)

xii

VIM = Volume rongga dalam campuran

VMA = Volume rongga diantara mineral agregat

Vmb = Volume bulk campuran padat

Vmm = Volume campuran padat tanpa rongga

(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jalan raya adalah salah satu sarana bagi manusia untuk berinteraksi yang telah

dikenal sejak zaman dahulu yang bertujuan untuk melakukan pergerakan dari

tempat asal ke tujuan. Model transportasi darat, laut dan udara sudah sangat

banyak dikenal pada zaman ini. Sementara itu kelancaran arus lalu lintas

dipengaruhi oleh kondisi jalan itu sendiri serta jenis perkerasan yang

digunakan. Untuk memperoleh jenis perkerasan yang berkualitas baik dan

tahan lama hal tersebut tergantung pada cara kita membuat/mengolah dan

melakukan pengujian standar yang mengacu kepada spesifikasi yang ada.

Bahan perkerasan jalan adalah suatu bahan yang dipergunakan untuk

pembuatan konstruksi jalan, seperti bahan untuk pembentuk tanah dasar,

lapisan pondasi bawah, lapisan pondasi atas dan berbagai jenis bahan untuk

lapisan permukaan.

Pengetahuan mengenai bahan perkerasan jalan sangat penting yaitu untuk

mendapatkan perkerasan jalan dengan kualitas baik dan tahan lama tentu

dengan proses yang baik pula. Salah satu campuran aspal pembentuk lapis

perkerasan jalan adalah lapis aspal beton (LASTON). Campuran aspal ini

memiliki tingkat kekakuan yang tinggi dan lebih peka terhadap variasi kadar

(24)

2

lalu lintas berat. Lapisan Aspal beton terdiri dari beberapa bagian yaitu lapis

permukaan atau lapis aus (AC-WC), lapis antara/pengikat (AC-Binder

Course) dan untuk lapis pondasi (AC-Base, ATB (Asphalt Treated Base).

Pada penelitian yang dilaksanakan ini, spesifikasi yang digunakan menjadi

bahan penelitian yaitu spesifikasi Bina marga 2010 divisi pekerjaan aspal

(divisi 6) mengenai perubahan yang terjadi pada gradasi. Cangkupan dari

penelitian ini yaitu campuran beraspal Lapis Aspal Beton Lapis Antara (

AC-Binder Course) dengan gradasi yang digunakan adalah gradasi kasar yang

ditinjau dari gradasi batas bawah, lalu dilakukan pengujian dengan alat

Marshall otomatis lalu hasilnya dibandingkan terhadap karakteristik uji

Marshall.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh variasi

gradasi terhadap kekuatan campuran Lapis Aspal Beton Lapis Antara (AC-BC)

untuk gradasi kasar pada batas bawah dengan mengacu pada spesifikasi Bina

Marga 2010.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi gradasi pada

campuran Laston Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC) untuk gradasi

kasar pada batas bawah terhadap karakteristik uji Marshall, yang mengacu

pada spesifikasi baru Aspal Beton Campuran Panas yaitu Spesifikasi Bina

(25)

3

D. Batasan Masalah

Masalah pada penelitian ini dibatasi pada sifat dan karakteristik campuran

Lapisan Aspal Beton dengan melakukan pengujian di Laboratorium. Ruang

lingkup dan batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Tipe campuran yang digunakan adalah Laston Asphalt Concrete-Binder

Course (AC-BC) untuk gradasi kasar.

2. Penelitian ini memfokuskan pada tiga variasi gradasi, pada gradasi AC-BC

pada batas bawah dan yang keluar pada gradasi batas bawah yaitu 3%

lolos diluar batas bawah dan 6% lolos diluar batas bawah.

3. Perkiraan kadar aspal optimum (Pb) yang digunakan adalah pada batas

bawah dengan asumsi dapat mengcover kelompok gradasi lainnya.

4. Dilakukan pengujian Marshall jika didapat nilai kadar aspal optimum pada

vaariasi campuran Laston AC-BC.

5. Semua pengujian berdasarkan pada Spesifikasi Bina Marga 2010.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat :

1. Dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan tentang pentingnya

penanganan dan pemilihan material dan pengaruhnya terhadap kualitas

perkerasan yang dihasilkan kepada pihak-pihak yang terkait dalam

masalah pembangunan jalan.

2. Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan dalam bidang perkerasan jalan

(26)

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Konstruksi perkerasan jalan adalah suatu lapisan agregat yang dipadatkan

dengan atau tanpa lapisan pengikat diatas lapisan tanah pada suatu jalur jalan.

Apabila kostruksi perkerasan direncanakan menggunakan lapisan pengikat,

maka lapisan pengikat yang umum digunakan adalah lapisan aspal atau

semen. Dengan adanya konstruksi perkerasan jalan, maka badan jalan akan

terlindung dari kerusakan terutama yang disebabkan oleh air dan beban lalu

lintas dimana konstruksi perkerasan jalan akan memperkuat daya dukung

tanah dasar yang melemah akibat air. Selain itu lapisan-lapisan pada

konstruksi perkerasan jalan juga akan membantu lapisan tanah dasar sehingga

beban yang diterima lapisan tanah dasar tidak terlalu besar. (Silvia Sukirman,

1992).

Pada dasarnya konstruksi perkerasan jalan dapat dikelompokan menjadi dua

macam, yaitu :

a. Konstruksi perkerasan lentur (Flexible pavement), yaitu perkerasan yang

menggunakan campuran aspal panas atau Hot Mix Asphalt (HMA)

(27)

5

b. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang pada

lapisan permukaannya menggunakan semen Portland atau portland

cement concrete. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas

tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas

sebagian besar dipikul oleh pelat beton (slab beton).

Proses desain campuran beraspal adalah suatu proses yang dilakukan untuk

mendapatkan komposisi campuran beraspal yang paling menguntungkan.

Campuran aspal yang didesain pada kadar aspal yang tepat diharapkan dapat

memberikan kinerja layan yang baik. Berdasarkan analisis parameter dan

karakteristik Marshall didapatkan suatu range (batas) nilai kadar aspal yang

memenuhi semua persyaratan. (Mesiriawati, Yeti. 2007)

Agregat bergradasi rapat adalah agregat yang bergradasi baik mulai dari kasar

hingga halus. Ada perbedaan nilai stabilitas campuran terhadap pemilihan

grading, sedang pengaruh interaksi antar grading dan material terhadap

stabilitas tidak berbeda.(Kusharto, Harry. 2007)

Pada uji durabilitas campuran dengan filler 100% semen portland mempunyai

nilai yang lebih baik dari pada 50% abu batu – 50% semen portland dan 100% abu batu. Pada indeks stabilitas sisa campuran dengan filler 100%

semen portland mempunyai prosentase 95,1578%, pada 50% abu batu – 50% semen portland 92,02 sedangkan pada 100% abu batu 91,5040%.

(Putrowijoyo, Rian. 2006)

Dengan menaikan proporsi campuran ukuran butiran maksimum maka nilai

(28)

6

sehingga kemampuan aspal untuk mengikat agregat menjadi kecil karena

butir agregat banyak sedangkan kadar aspal yang digunakan sedikit, dengan

demikian nilai stabilitas menjadi kecil karena campuran tidak mampu

menahan beban berulang dan campuran dengan mudah menjadi retak.

(Henong, Baki. 2010)

B. Lapisan Aspal Beton (Laston)

Lapis aspal beton (Laston)merupakan jenis tertinggi dari perkerasan bitumen

bergradasi menerus dan cocok untuk jalan yang banyak dilalui kendaraan

berat. Aspal beton biasanya dicampur dan dihamparkan pada termperatur

tinggi dan membutuhkan bahan pengikat aspal semen. Agregat minimal yang

digunakan yang berkualitas tinggi dan menurut proporsi didalam batasan

yang ketat. Spesifikasi untuk pencampuran, penghamparan kepadatan akhir

dan kepadatan akhir penyelesaian akhir permukaan memerlukan pengawasan

yang ketat atas seluruh tahap konstruksi.

1. Teori Lapisan Aspal Beton /Asphalt Concrete

Menurut Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Laston merupakan

suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras

dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan

dipadatkan pada suhu tertentu. Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan

jenis aspal yang akan digunakan. Sedangkan yang dimaksud gradasi

menerus adalah komposisi yang menunjukkan pembagian butiran yang

(29)

7

aspal beton pertama kali dikembangkan di Amerika oleh Asphalt Institude

dengan nama Asphalt Concrete (AC).

Adapun sifat – sifat Laston (AC) adalah kedap terhadap air, tahan

terhadap keausan akibat lalu lintas, mempunyai nilai struktural,

mempunyai stabilitas yang tinggi serta peka terhadap penyimpangan

perencanaan dan pelaksanaan. Dari hal tersebut tentu laston (AC)

mempunyai fungsi sebagai pendukung beban lalu lintas, laston juga

berfungsi sebagai lapisan aus atau yang terletak di atas pada perkerasan

sehingga melindungi konstruksi dibawahnya selain itu laston berfungsi

sebagai penyedia permukaan jalan yang rata dan tidak licin.

2. Filosofi Laston

Menurut Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum (2010) laston

mempunyai latar belakang :

a. Yang diutamakan adalah stabilitas, yang merupakan sasaran Lapisan

Aspal beton.

b. Gradasi agregat yang digunakan adalah gradasi harus menerus (well

graded), agar interlocking antara butir besar.

c. Karena gradasi yang digunakan gradasi menerus maka menyebabkan

rongga antar butir menjadi kecil.

d. Kebutuhan campuran terhadap aspal adalah sedikit, agar mencegah

bleeding.

Karena kebutuhan aspal sedikit maka selimut aspal (Film Thickness)

(30)

8

lapisan aus akan cepat lelah (Fatique). Akibatnya campuran tidak awet

sehingga menyebabkan lapisan aus mudah retak – retak, daya lekat aspal berkurang dan umur jalan berkurang.

3. Pembagian Laston (AC)

Menurut spesifikasi campuran beraspal Departemen Pekerjaan Umum

(2010), laston dibagi menjadi :

a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt

Concrete-Wearing Course), diameter butir maksimal 19,0 mm,

bertekstur halus.

b. Laston sebagai lapisan antara/pengikat, dikenal dengan nama AC-BC

(Asphalt Concrete-Binder Course), diameter butir maksimal 25,4 mm,

bertekstur sedang..

c. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC-Base

(Asphalt Concrete-Base), diameter butir maksimal 37,5 mm,

bertekstur kasar.

Lapisan aspal beton terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang

mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu

tertentu. Bahan Laston terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler (jika

diperlukan) dan aspal keras. Bahan harus terlebih diteliti mutu dan

gradasinya. Penggunaan hasil pencampuran aspal dari beberapa pabrik yang

berbeda tidak dibenarkan walaupun jenis aspal sama. Laston AC-binder

course adalah lapisan perkerasan yang letaknya dibawah lapisan aus

(31)

9

stabilitas untuk memikul beban lalu-lintas yang dilimpahkan melalui roda

kendaraan (Sukirman,S 2003). Tebal minimum lapis AC-BC adalah 5 cm.

Ketentuan sifat – sifat campuran beraspal panas di Indonesia seperti

campuran beraspal jenis AC-BC (Binder Course) adalah ketentuan yang telah

dikeluarkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah

bersama-sama dengan Bina Marga, hal itu menjadi acuan dalam penelitian ini. yaitu

seperti tertera dalam Tabel 1. di bawah ini :

Tabel 1. Ketentuan Sifat – Sifat Campuran Beraspal Panas (AC).

Sifat-sifat Campuran

Jumlah tumbukan perbidang 75 112

Rongga dalam campuran (VIM) (%) Min 3,5

Max 5,0

Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 15 14 13

Rongga terisi Aspal (VFA) (%) Min 65 63 60

Stabilitas Marshall (Kg) Min 800 1800

Max - -

Pelelehan (mm) Min 3 4,5

Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 300

Stabilitas Marshall sisa (%) setelah

perendaman selama 24 jam, 60oC Min 90

Rongga dalam campuran (%) Min 2,5

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan aspal.

C. Bahan Penyusun Campuran Aspal Beton

Jenis perkerasan lapisan aspal beton ini merupakan campuran merata antara

agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu

(32)

10

filler (jika diperlukan) dan aspal keras. Berikut bahan penyusun konstruksi

perkerasan jalan :

1. Agregat

Agregat atau biasa disebut batuan didefinisikan secara umum sebagai

formasi kulit bumi yang keras dan solid. ASTM (1974) mendefinisikan

batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa

berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen. Agregat merupakan

komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95 %

agregat.

Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam prasarana

transportasi, khususnya pada konstruksi perkerasan jalan. Daya dukung

perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang

digunakan. Dengan pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi syarat

akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan jalan.

Secara umum agregat yang digunakan dalam campuran beraspal dibagi

atas 2 (dua) fraksi, yaitu :

a. Agregat Kasar

Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36

mm). Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah

yang bersih, kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung

dan material asing lainya serat mempuyai tekstur permukaan yang

kasar dan tidak bulat agar dapat memberikan sifat interlocking yang

baik dengan material yang lain. Tingginya kandungan agregat kasar

(33)

11

rongga udara meningkat dan menurunya daya lekat bitumen, maka

terjadi pengelupasan aspal dari batuan.

Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada

Tabel 2. di bawah ini.

Tabel 2. Ketentuan Agregat Kasar.

Pengujian Standar Nilai

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium

dan magnesium sulfat SNI 3407:2008 Maks.12 %

Abrasi dengan

bergradasi lainnya Maks. 40%

Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %

Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm) DoT’s Pennsylvania Test Method, PTM No.621

95/90

Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm) 80/75

Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791

Perbandingan 1: 5 Maks. 10 %

Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal.

b. Agregat Halus

Agregat halus atau pasir alam merupakan hasil desintegrasi alami

batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Agregat

halus adalah material yang lolos saringan no.8 (2,36mm). Agregat

dapat meningkatkan stabilitas campuran dengan penguncian

(interlocking) antara butiran. Selain itu agregat halus juga mengisi

ruang antara butir, bahan ini dapat terdiri dari butir-butiran batu pecah

(34)

12

Agregat halus pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada

Tabel 3. di bawah ini.

Tabel 3. Ketentuan Agregat Halus.

Pengujian Standar Nilai

Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997

Min 50% untuk SS, HRS dan AC bergradasi Halus Min 70% untuk AC bergradasi kasar

Material Lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4428-1997 Maks. 8%

Kadar Lempung SNI 3423 : 2008 Maks 1%

Angularitas (kedalaman dari

permukaan < 10 cm) AASHTO TP-33 atau ASTM C1252-93

Min. 45

Angularitas (kedalaman dari

permukaan 10 cm) Min. 40

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal.

c. Bahan Pengisi

Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang harus kering dan bebas dari

gumpalan-gumpalan dan mempunyai sifat non plastis. Filler harus

mengandung bahan yang lolos saringan No. 200 (0,075) tidak kurang

dari 75% terhadap beratnya (Bina Marga 2010).

2. Aspal

Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan

yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila

mendapat pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang

membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada

(35)

13

aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen. Oleh

sebab itu, aspal sering disebut material berbituminous.

Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga

disebut aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan

proses penyulingan akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang

khusus yang cocok untuk pemakaian yang khusus pula, seperti untuk

pembuatan campuran beraspal.

Fungsi aspal pada perkerasan jalan adalah :

a. Sebagai bahan pengikat antara agregat maupun antara aspal itu

sendiri.

b. Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-butir agregat dan

pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.

Jenis aspal terdiri dari aspal keras, aspal cair, aspal emulsi, dan aspal alam

yaitu :

a. Aspal keras merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat viskoelastis

sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan

dan sebaliknya.

b. Aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras dengan

bahan pelarut berbasis minyak.

c. Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada

proses ini partikel-partikel aspal padat dipisahkan dan didispersikan

(36)

14

Campuran beraspal diatas harus memenuhi spesifikasi yang telah dibuat

sebagai standar pekerjaan jalan. Namun, tidak jarang perkerasan jalan

diatas mengalami tingkat penurunan pelayanan jalan yang disebabkan

terjadinya kerusakan dini perkerasan diawal umur pelayanan. Akibatnya

tingkat keamanan dan kenyamanan berkendaraan berkurang karena kondisi

bentuk dan hasil pemeliharaan rutin maupun peningkatan jalan tidak

memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Oleh sebab itu dilakukan evaluasi

dengan cara mengontrol kualitas perkerasan konstruksi pada spesifikasi

yang ditetapkan pada pekerjaan jalan.

Aspal pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan

sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 4. di bawah

ini.

Tabel 4. Spesifikasi Aspal Keras Pen 60/70.

No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Persyaratan

1 Penetrasi, 25oC, 100 gr, 5 detik; SNI 06-2456-1991 60 – 70

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal.

D. Gradasi

Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya, ukuran butir agregat

dapat diperoleh melalui pemeriksaan analisis saringan. Gradasi agregat

(37)

15

berdasarkan berat agregat. Gradasi agregat menentukan besarnya rongga atau

pori yang mungkin terjadi dalam agregat campuran. Seluruh spesifikasi

perkerasan mensyaratkan bahwa partikel agregat halus berada dalam rentang

ukuran tertentu dan untuk masing-masing ukuran partikel harus dalam

proporsi tertentu. Distribusi dari variasi ukuran butir agregat ini disebut

gradasi agregat. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga dalam

campuran dan menentukan workability (sifat mudah dikerjakan) dan stabilitas

campuran. Untuk menentukan apakah gradasi agregat memenuhi spesifikasi

atau tidak, diperlukan suatu pemahaman bagaimana ukuran partikel dan

gradasi agregat diukur.

Gradasi agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat harus

melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan

jaringan kawatnya dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan

jaringan kawat per inchi persegi dari saringan tersebut. Satu set saringan dan

ukuran bukaan agregat, seperti tertera pada Gambar 1. dan Tabel 5. di bawah

ini.

(38)

16

Tabel 5. Ukuran Bukaan Saringan.

Ukuran Bukaan Ukuran Bukaan Saringan (mm) Saringan (mm)

Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh

yang lolos pada saringan tertentu. Persentase ini ditentukan dengan

menimbang agregat yang lolos atau tertahan pada masing-masing saringan .

Gradasi agregat dapat dibedakan atas :

1. Gradasi seragam (uniform graded)

Gradasi seragam adalah gradasi agregat dengan ukuran yang hampir sama.

Gradasi seragam disebut juga gradasi terbuka (open graded) karena hanya

mengandung sedikit agregat halus sehingga terdapat banyak rongga atau

ruang kosong antar agregat. Campuran beraspal yang dibuat dengan

gradasi ini bersifat porus atau memiliki permeabilitas yang tinggi,

stabilitas yang rendah dan memiliki berat isi yang kecil.

2. Gradasi rapat (dense graded)

Gradasi rapat adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat

kasar sampai halus, sehingga sering juga disebut gradasi menerus atau

(39)

17

stabilitas yang tinggi, agak kedap terhadap air dan memiliki berat isi yang

besar.

3. Gradasi senjang (gap graded)

Gradasi senjang adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang ada

tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit

sekali. Campuran agregat dengan gradasi ini memiliki kualitas peralihan

dari kedua gradasi yang disebut di atas.

Gradasi agregat gabungan dalam campuran aspal ditunjukan oleh persen

terhadap berat agregat dan bahan pengisi. Gradasi yang digunakan pada

penelitian ini adalah laston AC-BC gradasi kasar yang tertera pada amplop

gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal pada spesifikasi Bina Marga

2010 halaman 6-36 dan seperti yang tertera pada Tabel 6. di bawah ini.

Tabel 6. Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal.

Ukuran Ayakan

% Berat Yang Lolos LASTON (AC)

Gradasi Halus Gradasi Kasar

(Inch) (mm) AC-WC AC-BC AC-Base AC-WC AC-BC AC-Base

(40)

Bentuk gradasi agregat biasanya digambarkan dalam suatu grafik hubungan antara ukuran saringan dinyatakan pada sumbu horizontal dan

persentase agregat yang lolos saringan tertentu dinyatakan pada sumbu vertikal dapat dilihat pada Gambar 2. berikut ini :

Gambar 2. Gradasi Agregat Halus Campuran Laston AC-BC Spesifikasi Bina Marga 2010.

0

Kurva Gradasi Agregat Laston AC-BC

(41)

19

E. Karakteristik Campuran Aspal Beton

Untuk menghasilkan campuran perkerasan yang baik harus diperhatikan

mengenai karakteristik campuran yang dimiliki oleh aspal beton. Menurut

Sukirman,S (1992), terdapat tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki

oleh aspal beton yaitu :

1. Stabilitas (stability)

Stabilitas perkeresan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan

menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti

gelombang, alur atau bleeding. Nilai stabilitas yang terlalu tinggi

menyebabkan lapis perkerasan menjadi kaku dan cepat mengalami retak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai stabilitas aspal beton adalah :

a. Gesekan internal yang dapat berasal dari kekasaran permukaan

butir-butir agregat, luas bidang kontak antar butir-butir atau bentuk butir-butir, gradasi

agregat, kepadatan campuran dan tebal film aspal.

b. Kohesi yang merupakan gaya ikat aspal yang berasal dari daya

lekatnya, sehingga mampu memelihara tekanan kontak antar butir

agregat.

2. Keawetan (durability)

Durabilitas adalah kemampuan aspal beton menerima repetisi beban lalu

lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antar roda kendaraan dan

permukaan jalan serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim,

(42)

20

3. Kelenturan (fleksibility)

Fleksibilitas pada lapis perkerasan adalah kemampuan aspal beton untuk

menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan

pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak.

4. Tahanan Geser/ Kekesatan (skid resistance)

Kekesatan adalah kemampuan permukaan aspal beton terutama pada

kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehingga

kendaraan tidak tergelincir, ataupun slip.

5. Kedap Air (impermeability)

Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air

ataupun udara lapisan aspal beton. Air dan udara dapat mengakibatkan

percepatan proses penuaan aspal dan pengelupasan selimut aspal dari

permukaan agregat.

6. Ketahanan Terhadap Kelelahan (fatique resistance)

Ketahanan campuran beraspal terhadap lelah adalah kemampuan lapisan

aspal beton menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa

terjadinya kelelahan berupa alur ataupun retak.

7. Kemudahan Pelaksanaan (workability)

Workabilitas adalah kemampuan campuran aspal beton untuk mudah

dihamparkan dan dipadatkan. Kemudahan pelaksanaan menentukan

(43)

21

adalah viskositas aspal, kepekatan aspal terhadap perubahan temperatur

dan gradasi serta kondisi agregat. Namun Kandungan bahan pengisi (filler)

yang tinggi menyebabkan pelaksanaan lebih sukar.

Ketujuh sifat campuran aspal beton ini tidak mungkin dapat dipenuhi

sekaligus oleh satu campuran. Sifat-sifat aspal beton mana yang dominan lebih

diinginkan akan menentukan jenis aspal beton yang dipilih. Hal ini sangat

perlu diperhatikan ketika merancang tebal perkerasan jalan. Jalan yang

melayani lalu lintas ringan seperti mobil penumpang sepantasnya lebih

memilih jenis perkerasan aspal beton yang mempunyai sifat durabilitas dan

fleksibilitas yang tinggi daripada memilih jenis perkerasan beton dengan

stabilitas tinggi.

F. Kadar Aspal Rencana

Perkiraan awal kadar aspal optimum dapat direncanakan setelah dilakukan

pemilihan dan pengabungan pada tiga fraksi agregat. Sedangkan

perhitungannya adalah sebagai berikut :

Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K ………(1)

Keterangan :

Pb : Perkiraan kadar aspal optimum

CA : Nilai presentase agregat kasar

FA : Nilai presentase agregat halus

FF : Nilai presentase Filler

K : konstanta (kira-kira 0,5 - 1,0)

(44)

22

G. Sifat Volumetrik Campuran Aspal Beton

Kinerja aspal beton sangat ditentukan oleh volumetrik campuran aspal beton

padat yang terdiri dari :

1. Berat Jenis Bulk Agregat

Berat jenis bulk adalah perbandingan antara berat bahan di udara (termasuk

rongga yang cukup kedap dan yang menyerap air) pada satuan volume dan

suhu tertentu dengan berat air suling serta volume yang sama pada suhu

tertentu pula.

Karena agregat total terdiri dari atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat

halus dan bahan pengisi yang masing-masing mempunyai berat jenis yang

berbeda maka berat jenis bulk (Gsb) agregat total dapat dirumuskan sebagai

berikut :

2. Berat Jenis Efektif Agregat

Berat jenis efektif adalah perbandingan antara berat bahan di udara (tidak

(45)

23

tertentu dengan berat air destilasi dengan volume yang sama dan suhu

tertentu pula, yang dirumuskan :

mmmm mm

(3)

Keterangan :

Gse = Berat jenis efektif agregat

Pmm = Persentase berat total campuran (=100%)

Gmm = Berat jenis maksimum campuran, rongga udara 0 (Nol)

Pb = Kadar aspal berdasarkan berat jenis maksimum

Gb = Berat jenis aspal

3. Berat Jenis Maksimum Campuran

Berat jenis maksimum campuran untuk masing-masing kadar aspal dapat

dihitung dengan menggunakan berat jenis efektif (Gse) rata-rata sebagai

berikut :

mm mm

se

(4)

Keterangan :

Gmm = Berat jenis maksimum campuran, rongga udara 0 (Nol)

Pmm = Persentase berat total campuran (=100%)

Pb = Kadar aspal berdasarkan berat jenis maksimum

Ps = Kadar agregat persen terhadap berat total campuran

Gse = Berat jenis efektif agregat

(46)

24

4. Penyerapan Aspal

Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat total

tidak terhadap campuran yang dirumuskan sebagai berikut :

a 100 se s

s se (5)

Keterangan :

Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat

Gsb = Berat jenis bulk agregat

Gse = Berat jenis efektif agregat

Gb = Berat jenis aspal

5. Kadar Aspal Efektif

Kadar efektif campuran beraspal adalah kadar aspal total dikurangi jumlah

aspal yang terserap oleh partikel agregat. Kadar aspal efektif ini akan

menyelimuti permukaan agregat bagian luar yang pada akhirnya

menentukan kinerja perkerasan aspal. Kadar aspal efektif ini dirumuskan

sebagai berikut :

e 100 a s 6

Keterangan :

Pbe = Kadar aspal efektif, persen total agregat

Pb = Kadar aspal persen terhadap berat total campuran

Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat

(47)

25

6. Rongga diantara Mineral Agregat (VMA)

Rongga diantra mineral agregat atau dalam bahasa inggris disebut voids in

mineral agregat (VMA) adalah ruang diantara partikel agregat pada suatu

perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif

(tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dihitung

berdasarkan Berat Jenis Bulk Agregat dan dinyatakan sebagai persen

volume bulk campuran yang dipadatkan. VMA dapat dihitung pula

terhadap berat campuran total atau terhadap berat agregat total.

Perhitungan VMA terhadap campuran total dengan persamaan :

a. Terhadap Berat Campuran Total

A 100 m s

s (7a)

Keterangan :

VMA = Rongga diantara mineral agregat, persen volume bulk

Gsb = Berat jenis bulk agregat

Gmb = Berat jenis bulk campuran padat

Ps = Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran

b. Terhadap Berat Agregat Total

A 100 m

s

100

(100 ) 100 (7 )

Keterangan :

VMA = Rongga diantara mineral agregat, persen volume bulk

Gsb = Berat jenis bulk agregat

Gmb = Berat jenis bulk campuran padat

(48)

26

7. Rongga di Dalam Campuran (VIM)

Rongga di dalam campuran atau dalam bahasa inggris void in mix (VIM)

adalah dalam campuran perkerasan beraspal terdiri atas ruang udara

diantara pertikel agregat yang terselimuti aspal. Volume rongga udara

dalam persen dapat ditentukan dengan rumus :

100 mm m

mm 8

Keterangan :

VIM = Rongga udara campuran, persen total campuran

Gmm = Berat jenis maksimum campuran agregat rongga udara 0 (Nol)

Gmb = Berat jenis bulk campuran padat

8. Rongga Terisi Aspal (VFA)

Rongga terisi aspal atau dalam bahasa inggris void filled with asphalt

(VFA) adalah persen rongga yang terdapat diantara partikel agregat yang

terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap oleh agregat. Untuk

mendapatkan rongga terisi aspal (VFA) dapat ditentukan dengan

persamaan :

A 100 ( A )

mm (9)

Keterangan :

VFA (void filled with asphalt) = Rongga terisi aspal

VMA (voids in mineral agregat) = Rongga diantara mineral agregat

(49)

27

Secara skematis berbagai volume yang terdapat didalam campuran beton aspal

dapat dilihat pada Gambar 3. di bawah :

Gambar 3. Skematis Berbagai Jenis Volume Beton Aspal.

Keterangan :

Vmb = Volume bulk dari campuran aspal beton padat.

Vsb = Volume agregat, adalah volume bulk dari agregat (volume

bagian masif + pori yang ada di dalam masing-masing butir

agregat).

Vse = Volume agregat, adalah volume aktif dari agregat (volume

bagian massif + pori yang tidak terisi aspal didalam masing-

masing butir agregat).

VMA = Volume pori diantara butir agregat didalam aspal beton padat.

Vmm = Volume tanpa pori dari aspal beton padat.

Va = Volume aspal dalam aspal beton padat.

VIM = Volume pori dalam aspal beton padat

(50)

28

VFA = Volume pori aspal beton yang terisi oleh aspal.

Vab = Volume aspal yang terabsorbsi kedalam agregat dari aspal beton

padat.

H. Metode Marshall

Konsep pengujian Marshall diperkenalkan pertama kali oleh Bruce Marshall,

yang bekerja sebagai Bitumios Engineering pada Departemen Jalan Raya

Negeri Bagian Missisipi. Pada tahun 1948, uji tersebut telah diadopsi oleh

beberapa organisasi maupun pemerintahan pada banyak Negara, selanjutnya

dikembangkan oleh U.S. Corps of Engineer dan mengikuti prosedur

PC-0201-76, AASHTO T 245-74 atau ASTM D 1559-62T. Pengujian Marshall

bertujuan untuk mengukur daya tahan (stabilitas) campuran agregat dan aspal

terhadap kelelehan plastis (flow). Flow didefinisikan sebagai perubahan

deformasi atau regangan suatu campuran mulai dari tanpa beban, sampai

beban maksimum.

Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan Proving ring

(cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs) dan flowmeter. Proving ring

digunakan untuk mengukur nilai stabilitas, dan flowmeter untuk mengukur

kelelehan plastis atau flow. Benda uji Marshall berbentuk silinder berdiamater

4 inchi (10,16 cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm). Prosedur pengujian

Marshall mengikuti SNI 06-2489-1991, atau AASHTO 245-90.

Pada kondisi lalu lintas berat perencanaan Marshall menetapkan pemadatan

benda uji 2 x 75 tumbukan dengan batas rongga 3,0 sampai 5,5% (Spesifikasi

(51)

29

Indonesia mengindikasikan rongga dalam campuran (VIM) setelah beberapa

tahun dilalui lalu lintas mencapai kurang dari 1 % sehingga terjadi perubahan

plastis.

I. Penelitian Terkait

Penelitian-penelitian tentang pengaruh gradasi terhadap campuran lapis aspal

beton pernah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti berikut ini

1. Sutaryo (2004) pada Tesis Program Magister Teknik Sipil Universitas

Diponegoro dengan judul “ Pengaruh Variasi Temperatur Pemadatan

Terhadapsifat Marshall Dan Indeks Stabilitas Sisa Berdasarkan

Spesifikasi Baru Lapis Aspal Pada Laston (AC-BC) Menggunakan Jenis

Aspal Pertamina Dan Aspal Esso Penetrasi 60/70 ”. Hasil penelitian

menunjukan nilai stabilitas Aspal Esso sampai akhir akhir pelayanan lebih

besar, nilai flow lebih kecil, MQ lebih besar dan Indeks Stabilitas Sisa

pada akhir pelayanan lebih besar dari aspal Pertamina. Untuk pengaruh

variasi tingkat kepadatan kedua jenis aspal memenuhi persyaratan

konstruksi lapis lentur (flexible pavement) dengan beban lalu lintas berat.

2. Zulkifli, Herman Parung, Wihardi Tjaronge dalam suatu penelitian yang

erjudul “Kajian Laboratorium Limbah Marmer Sebagai Filler Dalam

Campuran Aspal Beton Lapis Antara (AC-BC)”. Penelitian ini bertujuan

mengkaji karakteristik marshall, nilai kepadatan mutlak (refusal desnsity),

dan nilai stabilitas marshall sisa dari campuran aspal beton lapis antara

(AC-BC) yang mengunakan limbah marmer sebagai bahan pengisi (filler).

(52)

30

(KAO), dilanjutkan dengan uji kepadatan mutlak (vim refusal) dan

perendaman selama 24 jam sebagai uji tambahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak limbah marmer

yang digunakan menggantikan filler debu batu maka nilai VIM dan flow

meningkat. Untuk rongga terisi aspal (VFB) meningkat sedangkan nilai

stabilitas marshall menurun dan Indeks stabilitas marshall sisa rata-rata

menurun. Hal ini menunjukkan bahwa campuran aspal beton lapis antara

(AC-BC) yang menggunakan filler dari limbah marmer dapat tahan

terhadap deformasi plastis akibat beban lalu lintas.

3. Penelitian yang dilakukan Henong,Baki (2010) dalam jurnal Sipil

UNWIRA yang erjudul “ Pengaruh Ukuran Butir Maksimum Agregat

Kasar terhadap Parameter Marshall “. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa variasi ukuran butiran maksimum agregat kasar batu pecah ½ dan

¾ sangat berpengaruh terhadap parameter marshall. Dengan dinaikan

ataupun diturunkan ukuran butiran makasimum maka akan berpengaruh

terhadap nilai stabilitas, VIM, VMA, Marshall Quentiont dan VFB.

4. Simanullang,J.I. (2012) pada Skripsi Program Sarjana Universitas

Lampung yang berjudul “Pengaruh Perubahan Gradasi Terhadap Parameter Marshall pada campuran Laston Asphalt Concrete-Wearing

Course (AC-WC)”. Penelitian ini dilakukan dengan membedakan gradasi benda uji Marshall, kelompok benda uji I menggunakan agregat yang

diwakili gradasi batas tengah (standar/ideal). Kelompok benda uji II

(53)

31

Kelompok benda uji III diwakili oleh gradasi dikurangi 2 % lolos diluar

batas bawah. Kelompok benda uji IV diwakili oleh gradasi yang dinaikkan

3 % lolos diluar batas atas. Sedangkan kelompok benda uji V diwakili oleh

gradasi yang dikurangi 3 % lolos diluar batas bawah.

Dari hasil analisis diperoleh nilai-nilai parameter Marshall pada setiap

kelompok benda uji dimana gradasi batas tengah kelompok benda uji I

adalah gradasi yang baik digunakan sebagai campuran beraspal dengan

nilai-nilai parameter Marshall yang diperoleh sesuai dengan batas-batas

spesifikasi campuran dan nilai Kadar Aspal Optimum yang diperoleh

sebesar 6.575 %.

5. Rudiyanto,Wilis (2006) pada Skripsi Program Sarjana Universitas

Lampung dengan judul “ Pengaruh Perubahan Gradasi Terhadap

Parameter Marshall ”. enelitian ini dilakukan dengan membedakan

gradasi benda uji Marshall, yaitu kelompok benda uji I menggunakan

agregat yang diwakili oleh garis gradasi, kelompok benda uji II diwakili

oleh garis yang menghubungkan titik-titik kontrol atas, kelompok benda

uji III diwakili oleh garis Fuller yang melewati daerah larangan (restrik

zone), sedangkan kelompok benda uji IV diwakili oleh garis yang

menghubungkan titik-titik kontrol bawah yaitu dengan menggunakan lima

variasi kadar aspal yaitu : 4.5 %, 5.0 %, 5.5%, 6.0% dan 6.5 % yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap parameter Marshall

dengan menggunakan gradasi data sekunder untuk campuran Asphalt

(54)

32

6. Rianung, Sih (2007) dalam Tesis Program Magister Teknik Sipil

Universitas Diponegoro dengan judul “Kajian Laboratorium Pengaruh Bahan Tambah Gondorukem Pada Asphalt Concrete-Binder Course

(AC-BC) Tehadap Nilai Propertis Marshall Dan Durabilitas“ dengan hasil bahwa Gondorukem jika digunakan sebagai bahan tambah pada campuran

beraspal panas AC-BC mempunyai kinerja yang lebih baik jika digunakan

pada dalam kondisi kering. Paling optimal ditunjukkan pada As-rukem 2%

karena semua parameter uji aspal dapat dipenuhi dan mempuyai

karateristik Marshall yang dianggap paling optimal jika dibandingkan

dengan menggunakan aspal murni. Akan tetapi pada kondisi jalan yang

sering terendam air, penggunaan gondorukem sebagai bahan tambah tidak

direkomendasikan untuk digunakan karena stabilitasnya cenderung lebih

(55)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Umum

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan

untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete – Binder Course

(AC-BC) dengan gradasi kasar dengan panduan standar pada spesifikasi umum

Divisi 6 Bina Marga 2010. Di dalam penelitian ini pengujian dilakukan secara

bertahap, yaitu terdiri atas pengujian agregat (kasar, halus dan filler), aspal

dan pengujian terhadapcampuran (uji Marshall).

Pengujian terhadap agregat termasuk pemeriksaan berat jenis, pengujian

abrasi dengan mesin Los Angeles, kelekatan terhadap aspal, indeks kepipihan

dan penyerapan air. Untuk pengujian aspal termasuk juga pengujian penetrasi,

titik lembek, berat jenis, daktilitas dan kehilangan berat. Sedangkan metode

yang digunakan sebagai penguji campuran adalah metode Marshall, dimana

dari pengujian Marshall tersebut didapatkan hasil-hasil yang berupa

komponen-komponen Marshall, yaitu stabilitas, kepadatan (density), flow,

void in mix (VIM), void filled with asphalt (VFA), voids in mineral agregat

(56)

34

B. Bahan

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian gradasi terhadap

kekuatan campuran Lapis Aspal Beton Lapis Pengikat/ Antara (AC-Binder

Course) untuk gradasi kasar adalah sebagai berikut :

a. Agregat kasar, berupa batu pecah yang diambil dari PT. Syabangun Bumi

Tirta yang berlokasi di Tarahan Lampung Selatan, dengan diameter

butiran standar untuk lapis perkerasan jenis laston.

b. Agregat halus, berupa pasir alam merupakan hasil desintegrasi alami

batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu yang diambil

dari PT. Syabangun Bumi Tirta yang berlokasi di Tarahan Lampung

Selatan.

c. Bahan pengisi (filler) yang digunakan adalah semen.

d. Aspal yang digunakan adalah aspal keras shell penetrasi 60/70.

C. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Alat uji pengujian agregat, yang digunakan untuk pengujian agregat antara

lain satu Set Saringan (Sieve) yang berguna untuk memisahkan agregat

berdasarkan gradasi agregat, los angeles (Tes abrasi), alat uji berat jenis

(piknometer, timbangan, pemanas).

2. Alat uji pengujian aspal, yang digunakan untuk pengujian aspal adalah alat

uji penetrasi, alat uji titik lembek, alat uji titik nyala, alat uji daktilitas, alat

(57)

35

3. Alat karakteristik campuran agregat aspal, yang digunakan adalah

seperangkat alat untuk metode Marshall, meliputi :

a. Alat uji tekan Marshall yang terdiri dari kepala penekan berbentuk

lengkung, cincin penguji berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs) yang

dilengkapi dengan arloji flowmeter.

b. Alat cetak benda uji berbentuk silinder diameter 4 inchi (10,16 cm)

dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm).

c. Marshall automatic compactor yang digunakan untuk pemadatan

campuran sebanyak 75 kali tumbukan tiap sisi (atas dan bawah).

d. Ejektor untuk mengeluarkan benda uji setelah proses pemadatan.

e. Bak perendam (water bath) yang dilengkapi pengatur suhu.

f. Alat-alat penunjang yang meliputi penggorengan pencampur, kompor

pemanas, thermometer, sendok pengaduk, sarung tangan anti panas,

kain lap, timbangan, ember untuk merendam benda uji, jangka sorong,

dan tip-ex yang digunakan untuk menandai benda uji.

D. Prosedur Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian saya ini didapat dari data-data berupa data

primer di dapat dari hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti sementara

data sekunder bisa di dapat dari literatur, baik dari buku – buku, jurnal-jurnal,

bulletin-bulletin terdahulu yang membahas tentang Laston. Adapun prosedur

penelitian meliputi :

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan yaitu persiapan pustaka, persiapan bahan, dan

(58)

36

pen 60/70, agregat kasar, agregat halus, filler (berupa semen) yaitu

mendatangkan bahan-bahan yang diperlukan ke laboratorium inti jalan

raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dan menyiapkan serta

mengecek peralatan tersebut sebelum digunakan.

2. Pengujian bahan

Pemeriksaan material yang digunakan mengikuti prosedur pemeriksan

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan seperti tertera pada Tabel 7.

Tabel 8. dan Tabel 9. di bawah :

Tabel 7. Standar Pengujian Aspal.

No Jenis Pengujian Standar Uji

1 Penetrasi 25⁰C (mm) SNI 06-2456-1991

2 Titik Lembek (⁰C) SNI 06-2434-1991

3 Daktilitas pada 25⁰ (cm) SNI 06-2432-1991

4 Berat Jenis SNI 06-2441-1991

5 Kehilangan Berat SNI 06-2440-1991

Sumber : Spesifikasi Bina Marga 2010 Divisi 6 hal.38.

Tabel 8. Standar Pemeriksaan Agregat Kasar.

No Jenis Pengujian Standar Uji

1 Analisa saringan SNI 03-1968-1990

2 Berat jenis (Berat jenis Bulk, Berat jenis SSD dan Berat Jenis Semu ) dan penyerapan agregat kasar

SNI 03-1969-1990

3 Los Angeles Test SNI 03-2417-1990

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal.

Tabel 9. Standar Pemeriksaan Agregat Halus.

No Jenis Pengujian Standar Uji

1 Analisa saringan SNI 03-1968-1990

2 Berat jenis (Berat jenis Bulk, Berat jenis SSD dan Berat Jenis Semu ) dan penyerapan agregat halus

SNI 03-1970-1990

Gambar

Tabel 1. Ketentuan Sifat – Sifat Campuran Beraspal Panas (AC).
Tabel 2. Ketentuan Agregat Kasar.
Tabel 3. Ketentuan Agregat Halus.
Tabel 4. Spesifikasi Aspal Keras Pen 60/70.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik parameter Marshall akibat perubahan variasi gradasi agregat pada campuran Asphalt Concrete-Binder

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kadar Aspal Optimum, stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, VFA, dan MQ pada campuran aspal beton AC-BC yang menggunakan batu

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu pada proses pencampuran terhadap lapis aspal beton AC-WC ( Asphalt Concrete-Wearing Course ) gradasi

Hasil dari pengujian sifat-sifat fisik atau karakteristik agregat kasar, agregat halus, dan filler yang digunakan dalam campuran seperti terlihat pada Tabel 5

Prosedur penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan nilai stabilitas pada campuran aspal beton AC-BC adalah pertama-tama penyiapan semua bahan dan material serta peralatan. Tahap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil perbandingan kadar Aspal Hasil ektraksi aspal campuran AC-WC gradasi kasar antara Job Mix Design yang berasal dari Asphal

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik campuran aspal beton lapis aus (AC-WC) pada kadar aspal optimum (KAO) dengan penambahan

Pada penelitian ini dicoba membuat campuran aspal beton lapis aus (AC-WC) menggunakan aspal penetrasi 60/70 dengan penambahan lateks, dengan tujuan untuk