SISWA KELAS V SDN I TALANG TBS, BANDAR LAMPUNG
OLEH
NUR HADI (SKRIPSI)
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR
SARJANA PENDIDIKAN PADA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPING
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD)
PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN 1 TALANG, TELUK BETUNG SELATAN
BANDAR LAMPUNG Oleh
NUR HADI
Masalah yang ditemukan pada saat pembelajaran IPA di SDN 1 Talang masih di dominasi oleh pembelajaran menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang aktif pada saat pembelajaran.
Begitu juga dengan peran guru yang masih menjadi titik sentral dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga aktivitas siswa masih rendah yang pada akhirnya berpengaruh pada hasil belajar siswa, sebagian besar siswa masih belum tuntas hasil belajarnya. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui masalah-masalah yang ada dalam proses pembelajaran di kelas serta solusi yang harus dilakukan. Metode penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus terdiri dari satu kali tes hasil belajar.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model student teams achievment division (STAD) yaitu: 1) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok beranggotakan 5 (lima) siswa, 2) Guru menyajikan materi pelajaran, 3) Siswa mengerjakan tugas dalam kelompoknya dengan melakukan demonstrasi dan diskusi, 4) Siswa yang sudah mengerti dapat menjelaskan kepada siswa lainnya, 5) Guru memberi pertanyaan kepada semua siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran student teams achievment division (STAD) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata aktivitas siswa dari siklus I dan siklus II yang meningkat. Begitu juga dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari siklus I dan siklus II. Rata-rata ketuntasan pada siklus I yaitu 28% atau hanya 7 siswa yang tuntas dari 25 siswa, dan meningkat pada siklus II yaitu sebesar 92% atau 23 siswa dari 25 siswa.
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
ABSTRAK ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
RIWAYAT HIDUP ... ix
SAN WACANA ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
B Pengalaman Belajar ... 8
C Hakikat Pembelajaran IPA ... 10
D. Belajar ... 10
E. Aktivitas Belajar... 12
F. Hasil Belajar ... 13
G. Teori Kinerja Guru ... 14
H. Hipoetsis ... 20
I. Kerangka Pikiran Model STAD ... 21
BAB III. PELAKSANAAN PERBAIKAN A. Subjek Penelitian ... 27
B. Setting Penelitian ... 27
C. Instrumen Penelitian... 32
D. Data dan Metode Pengumpulan Data ... 33
E. Teknik Analisis Data ... 35
F. Indikator Keberhasilan ... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tempat Penelitian ... 38
B. Hasil Penelitian ... 55
B. Saran ... 67
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seorang guru dalam proses pembelajaran menginginkan siswanya dapat belajar dengan baik sehingga guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa menerima dan memahami materi pelajaran, sehingga mendapatkan basil yang maksimal. Ini sesuai dengan Undang-undang tahun 2003 pasal 40 ayat 2 tugas seorang guru adalah menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan efektif.
pendidikan sangat tergantung pada guru yang professional, keadaan siswa dan bimbingan orang tua di rumah serta dukungan dari pemerintah.
Berdasarkan hasil pengalaman dan pengamatan selama ini, bahwa pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku dan juga belum memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal.
Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan masih sangat minim dilakukan oleh guru dalam menjelaskan dan menyampaikan materi yang berkaitan dengan pelajaran IPA. Hal ini membuat pembelajaran IPA dirasa belum efektif karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Kemampuan awal siswa dalam hal belajar, arus lebih diberdayakan agar siswa lebih belajar mandiri dan kreatif. Seperti ketika siswa mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Tanpa ada usaha pemberdayaan kemampuan siswa, maka proses dan hasil belajar siswa menjadi tidak berarti.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran masih sangat kurang, hal ini disebabkan minimnya sarana penunjang yang ada disekolah. Dari beberapa faktor yang menjadi kendak untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa merupakan tantangan bagi seorang guru untuk tetap dapat mencetak siswa-siswa yang berprestasi. Latar belakang siswa yang heterogen juga mempengaruhi didalam proses pembelajaran di sekolah.
21 Roy Okta Diantono 65 62 Belum Tuntas 22 Nova Wanda Putri 65 67 Tuntas 23 Bintang Riski. A 65 70 Tuntas 24 Siti Amelia Sari 65 62 Belum Tuntas 25 Sella. YL 65 70 Tuntas 26 Lani Dwi Lestari 65 67 Tuntas
Sumber: Data hasil Ulangan umum semester 1
Dari data diatas dapat simpulkan bahwa sebagian besar siswa masih belum mencapai target KKM yang telah ditentukan faktor-faktor penyebabnya yang telah disebutkan di awal.
B. Identifikasi Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah, maka teridentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran IPA di SDN 1 Talang, Masih didominasi oleh pembelajaran menggunakan metode ceramah, siswa kurang aktif saat proses pembelajaran.
2. Aktivitas siswa di dalam kelas masih didominasi oleh guru mata pelajaran.
3. Peran siswa pada saat proses pembelajaran masih sangat minim.
C. Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah penggunaan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPA.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPA.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menemukan teori atau pengetahuan baru tentang cara mengatasi masalah dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran tertentu.
2. Manfaat praktis a. Bagi Siswa
- Memberi motivasi dan minat belajar siswa melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) - Melatih kreatifitas siswa melalui aktivitas siswa didalam kelas b. Bagi Guru
- Mengembangkan kreatifitas dan strategi dalam memotivasi belajar siswa serta mengetahui salah satu pemecahan masalah dalam pembelajaran sehingga terjadi perbaikan dan peningkatan efektifitas pembelajaran di kelas.
- Sebagai referensi untuk memilih stiategis pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
- Sebagai bahan rujukan dalam menerapkan pembelajaran yang sejenis, untuk guru-guru yang akan menrapkan model pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori-Teori Belajar 1. Kognitivisme
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus menerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak kita yang
merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali
lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai maasalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya. Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya ialah Jean Piaget, yang pernah mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan kognitif anak yang terdiri atas beberapa tahap. Dalam hal pemerolehan bahasa Ibu (B), Piaget mengatakan bahwa (i) anak itu disamping meniru-niru juga aktif dan kreatif dalam menguasai bahasa Ibunya; (ii) kemampuan anak untuk
menguasai bahasa itu didasari oleh adanya kognisi’ (iii) kognisi itu
lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. (Lihat strategi pembelajaran).
2. Konstruktivisme
Teori Piaget di atas melahirkan teori konstruktivitas dalam belajar. Piaget mengatakan bahwa struktur kognisi itu dapat berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya individu sendiri. Menurut konstruktivisme, pebelajar (learner, orang yang sedang belajar) akan membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan apa yang sudah diketahuinya. Karena itu belajar tentang dan mempelajari sesuatu itu tidak dapat diwakilkan dan
tidak dapat “diborongkan” kepada orang lain. Siswa sendiri harus proaktif
mencari dan menemukan pengetahuan itu, dan mengalami sendiri proses
belajar dengan mencari dan menemukan itu. Di sini diperlukan
pemahaman guru tentang “apa yang sudah diketahui pebelajar”, atau apa
yang disebut pengetahuan awal (prior knowledge), sehingga guru bisa tepat menyajikan bahan pengajaran yang pas. Jangan memberikan bahan yang sudah diketahui siswa, jangan memberikan bahan yang terlalu jauh bisa dijangkau oleh siswa. Patut diingat bahwa sebelum belajar Bahasa Indonesia siswa sudah mempunyai bahasa Ibu (bahasa daerah) itu harus dimanfaatkan oleh guru untuk belajar berbahasa Indonesia dengan lebih baik.
B. Pengalaman Belajar
dari belajar yang memberikan pengetahuan baru bagi siswa dan bermanfaat. Pengalaman belajar perlu diciptakan agar siswa semakin antusias dalam mencari pengalaman-pengalaman belajar yang bermanfaat bagi dirinya. Ragam pengalaman belajar yang diberikan guru kepada siswa berdasarkan Balitbang Depdiknas (2003) yaitu:
a. Pengalaman mental
Pada pengalaman belajar mental, siswa biasanya hanya memperoleh informasi melalui indera dengar dan lihat. Beberapa bentuk pengalaman mental antara lain membaca buku, mendengarkan ceramah, mendengarkan berita di radio, dan lain sebagainya.
b. Pengalaman fisik
Pengalaman belajar jenis ini siswa dapat memanfaatkan seluruh inderanya ketika menggali informasi. Siswa dapat langsung melakukan pengamatan, percobaan dan kunjungan.
c. Pengalaman sosial
Bentuk pengalaman belajar ini antara lain diskusi, kerja kelompok, mendemonstrasikan, komentar dan sebagainya.
C. Hakikat Pembelajaran IPA
Dalam Djojosoediro (2011) Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scientia
yang berarti istilah “saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari
kata science yang berarti “pengetahuan”. Science kemudian berkembang
menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
IPA merupakan mata pelajaran yang pokok di tingkat satuan Sekolah Dasar. Dengan demikian diperlukan pemberdayaan mata pelajaran IPA yang disampaikan langsung oleh guru mata pelajaran. Pembelajaran IPA yang ada selalu dikaitkan dengan materi yang ada disekitar lingkungan siswa. Pembelajaran IPA di tingkat satuan sekolah dasar terbagi dalam materi biologi dan materi fisika.
Menurut Djojosoediro (2011), pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dalam perkembangannya selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal yang membedakan metode ilmiah dalam IPA dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya.
D. Belajar
Secara umum dalam Sumiati dan Asra (2008) bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Dengan demikian seseorang telah dikatakan belajar jika sudah dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumbya. Perilaku tersebut dapat diartikan dengan tindakan yang baru maupun pengetahuan yang baru yang semuanya didapat setelah melakukan proses belajar.
Proses belajar harus langsung, yaitu interaksi satu dengan lainnya harus secara langsung mengalami proses belajar. Selain itu interaksi seseorang yang belajjar tidak pernah lepas dari lingkungan. Lingkungan membantu dalam mengarahkan pengetahuan seseorang yang belajar dalam mengembangkan materi yang telah didapat.
1) Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami 2) Belajar merupakan transaksi aktif
3) Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya 4) Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan sehingga tercapai
tujuan
Berdasarkan pendapat diatas belajar adalah mengalami sesuatu akibat dari interaksi atau transaksi aktif. Transaksi aktif tersebut dapat diartikan penyampaian materi yang diberikan. Selain itu belajar juga adalah melatih siswa dalam menghadapi masalah yang telah diberikan untuk kemudian dipecahkan atau dicari solusi jawaban berdasarkan ilmu yang telah didapat setelah mengalami proses belajar.
E. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar bagian dari terjadinya proses pembelajaran. Aktivitas sangat diperlukan sebagai proses terciptakan pembelajaran. Sardiman (2004 : 21) menyatakan bahwa:
Pada prinsipnya belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk percakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.
diberdayakan untuk memunculkan semangat belajar dan minat belajar siswa. Dengan demikian jika siswa telah memiliki semangat dan minat, hasil belajar yang diperoleh dari belajar akan menjadi baik.
F. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tahap atau rangkaian akhir siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tahap akhir tersebut dapat dikatagorikan sebagai lulus atau tidak lulusnya siswa mengikuti pempelajaran. Selain itu hasil belajar juga dapat digunakan oleh siswa sebagai tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa berkaitan materi yang telah diberikan.
Abdurrahman (1999 : 37) menyatakan:
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Sudjana (2005 : 3) menyatakan:
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotoris.
tingkah laku berupa pengetahuan maupun berupa ketrampilan. Sedangkan berdasarkan Sudjana, hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa dalam berinteraksi pada proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang didapat siswa mencakup 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Penekanannya adalah bahwa setelah siswa mendapatkan materi belajar maka yang terjadi adalah tiap siswa mengalami perubahan tingkah laku. Seorang siswa belum dapat dikatakan belajar jika siswa belum mendapatkan atau mengalami perubahan tingkah laku.
G. Teori Kinerja Guru
Pengertian Kinerja Guru
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar kinerja guru, Sahertian sebagaimana dikutip Kusmianto (1997: 49) dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa:
UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pads perguruan tinggi.
Keterangan lain menjelaskan dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru.
Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar mengajar di Was termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia Department of Education telah mengembangkan
teacher performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) prosedur pembelajaran (classroom procedure); dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).
Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang terlihat pada saat guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam melaksanakan pembelajaran yang baik seorang guru harus mengadakan persiapan yang baik agar pada saat melaksanakan pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan pembelajaran yang terdapat pada indikator keberhasilan pembelajaran. Proses pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap akhir pembelajaran yaitu pelaksanaan evaluasi dan perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada saat dilakukan evaluasi.
pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan membina hubungan antar pribadi (interpersonal) dengan siswanya.
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Malthis dan Jackson (2001: 82) dalam Wikipedia, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja.
"Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1) Kemampuan mereka.
2) Motivasi.
3) Dukungan yang diterima.
4) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan. 5) Hubungan mereka dengan organisasi".
Sedangkan menurut Menurut Gibson (1987) masih dalam Wikipedia menjelaskan ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja.
"Tiga faktor tersebut adalah:
1) Faktor individu (kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang).
2) Faktor psikologis (persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja).
Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dijelaskan oleh Mulyasa. Menurut Mulyasa (2007: 227) sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal:
"Kesepuluh faktor tersebut adalah: (1) dorongan untuk bekerja, (2) tanggung jawab terhadap tugas, (3) minat terhadap tugas, (4) penghargaan terhadap tugas, (5) peluang untuk berkembang, (6) perhatian dari kepala sekolah, (7) hubungan interpersonal dengan sesama guru, (8) MGMP dan KKG, (9) kelompok diskusi terbimbing serta (10) layanan perpustakaan".
Selanjutnya pendapat lain juga dikemukakan oleh Surya (2004: 10) tentang faktor yang mempengaruhi kinerja guru.
"Faktor mendasar yang terkait erat dengan kinerja profesional guru adalah kepuasan kerja yang berkaitan erat dengan kesejahteraan guru. Kepuasan ini dilatarbelakangi oleh faktor-faktor: (1) imbalan jasa, (2) rasa aman, (3) hubungan antar pribadi, (4) kondisi lingkungan kerja, (5) kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan diri".
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan diatas, faktor-faktor yang menentukan tingkat kinerja guru dapat disimpulkan antara lain:
Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengetahui atau memahami tingkat kinerja guru satu dengan tingkat kinerja guru yang lainnya atau dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Hani Handoko (1994: 135) menjelaskan bahwa, "penilaian prestai kerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan". Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.
Terdapat berbagai model instrumen yang dapat dipakai dalam penilaian kinerja guru. Namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan lembar observasi atau penilaian. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki makna atau nilai. Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang alami sebenarnya maupun situasi buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai dengan observasi.
umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan dan potensinya. Bagi sekolah hasil penilaian para guru sangat penting arti dan perannya dalam pengambilan keputusan.
Manfaat Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru memiliki manfaat bagi sebuah sekolah karena dengan penilaian ini akan memberikan tingkat pencapaian dari standar, ukuran atau kriteria yang telah ditetapkan sekolah. Sehingga kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam seorang guru dapat diatasi serta akan memberikan umpan balik kepada guru tersebut. Menurut Mangkupawira (2001: 224), manfaat dari penilaian kinerja guru adalah: (1) perbaikan kinerja; (2) penyesuaian kompensasi; (3) keputusan penetapan; (4) kebutuhan pelatihan dan pengembangan; (5) perencanaan dan pengembangan karir; (6) efisiensi proses penempatan staf, (7) ketidakakuratan informasi; (8) kesalahan rancangan pekerjaan; (9) kesempatan kerja yang sama; (10) tantangan-tantangan eksternal; (11) umpan balik pada SDM.
H. Hipotesis
Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipoetsis yang telah teruji kebenarannya disebut teori (sumber: www.google.com)
Dalam penelitian tindakan kelas ini hipotesisnya adalah bila menggunakan model pembelajaran STAD maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
I. Kerangka Pikir Model STAD
Pembelajaran bukanlah suatu proses pemindahan pengetahuan secara langsung dari guru ke siswa. Pada proses belajar siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar proses pencarian itu berjalan baik. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung, yang harus dilakukan oleh siswa secara aktif baik individual maupun kelompok, dan guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Pembelajaran IPA di tingkat satuan sekolah dasar merupakan mata pelajaran pokok bagi siswa. Hasil belajar IPA akan baik jika pemberdayaan pembelajaran IPA didalam kelas juga baik. Pengalaman belajar akan sangat diperlukan oleh siswa dikarenakan pembelajaran IPA di sebagian materi mencakup atau berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
siswa untuk bekerjasama secara baik didalam sebuah tim. Dengan demikian diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa akan dapat meningkat.
Secara sistematis, kerangka pemikiran pada penelitian dengan menggunakan model pembelajaran STAD dapat dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 1 : Model STAD
Tabel 2 : Langkah-langkah Proses Pembelajaran Model STAD 1. Tahap
Pendahuluan
Guru memberikan informasi kepada sisiwa tentang materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi. Guru membetuk siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan.
Mensosialisasikan kepada siswa tentang model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahaminya.
Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
2. Tahap
Pengembangan
Guru mendemonstrasikan konsep atau ketrampilan secara aktif dengan menggunakan alat bantu.
Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.
Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama kelompoknya.
Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
3. Tahap Penerapan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya. Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban, kemudian dikumpulkan untuk dinilai.
Sumber : www.google.com Diakses 13 Mei 2013
Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran STAD menurut Roestiyah (2001 : 17). Yaitu :
1. Keuntungan model pembelajaran STAD, yaitu:
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.
Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.
Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya dan menghargai pendapat orang lain.
2. Kelemahan Model Pembelajaran STAD, yaitu:
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
Model Pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)
Pembelajaran model STAD merupakan “salah satu pembelajaran kooperatif yang
sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan (Arindawati, 2011 : 83 – 84)
Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.
(menurut Arindawati, 2011: 83 – 84)
Pembelajaran tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu: 1. Penyajian Kelas
Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing.
2. Kegiatan Kelompok
Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
3. Kuis
sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.
4. Skor kemajuan (perkembangan) individu
Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampaui rata-rata skor siswa yang lalu.
5. Penghargaan kelompok
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 1 Talang, Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung semester I tahun pelajaran 2013 /2014. Jumlah siswa 25 orang, kelas V SDN 1 Talang, Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung memiliki kemampuan yang heterogen antar siswa yang satu dan siswa lainnya.
B. Setting Penelitian
a) Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Talang TBS Bandar Lampung b) Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal bulan Agustus sampai dengan November 2013.
Gambar 2. Alur tindakan kelas model Hopkins dalam Aqib (2007)
Penelitian tindakan kelas ini hanya terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan, siklus I terdiri dari satu pertemuan mengenai penyampaian materi dan tes hasil belajar siklus I, dan siklus II terdiri dari satu kali pertemuan mengenai materi pembelajaran dan satu kali untuk tes hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini menurut Hopkins terdiri dari empat tahapan, sebagai berikut:
Identifikasi Masalah
Prencanaan
Tindakan Refleksi
Observasi
Perencanaan Ulang
Refleksi
Observasi
Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas, diadopsi oleh peneliti dari Aqib (2007:30)
Siklus I
1. Perencanaan
(1) Tahap ini dilakukan dengan memberikan tes awal pada materi sebelum dilakukan penelitian. Kemudian dilakukan pembentukan kelompok berdasarkan skor yang diperoleh. Tiap kelompok di wakili oleh kemampuan siswa yang dapat dikategorikan baik. Pembagian siswa yang berkategori baik berdasarkan hasil obesrvasi hasil belajar siswa pada aktivitas prapenelitian.
(2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:
1. Membuat rancangan pembelajaran yang akan diterapkan.
2. Menyusun skenario pembelajaran menggunakan metode pembelajaran diskusi sesuai dengan materi yang akan diberikan.
3. Membuat lembar kerja siswa. 4. Membuat lembar observasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran STAD dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelejaran.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistematik melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak.
Tahap akhir pada pelaksanaan siklus I adalah memberikan tes individual untuk mengetahui peningkatan hasil belajar individu.
3. Pengamatan
4. Refleksi
Meliputi kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Selain itu refleksi ini juga untuk perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Termasuk kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas.
Siklus II
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:
1. Membuat rancangan pembelajaran tindak lanjut Siklus I.
2. Menyusun skenario pembelajaran menggunakan metode pembelajaran diskusi sesuai dengan materi yang akan diberikan.
3. Membuat lembar kerja siswa. 4. Membuat lembar observasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pendahuluan
b. Kegiatan inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak.
Tahapan akhir pada pelaksanaan siklus II adalah memberi tes individual untuk mengetahui peningkatan hasil belajar individu.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan sejak proses pembelajaran mulai berlangsung dikelas dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang diamati oleh guru dan lembar aktivitas siswa yang telah dipersiapkan.
4. Refleksi
Meliputi kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi ini untuk perbaikan ditiap akhir siklus II agar dapat meminimalisir kekurangan-kekurangan pada proses pembelajaran berikutnya.
C. Instrumen Penelitian
1. Visual activities. Terdiri dari aspek membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi dan percobaan.
2. Oral activities. Terdiri dari aspek bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat dan diskusi.
3. Listening avtivities. Terdiri dari aspek mendengarkan uraian, percakapan dan diskusi.
4. Mental activities. Terdiri dari aspek mengingat, menganalisa, mengambil keputusan dan memecahkan soal.
Sumber : Sardiman, 2004
Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
D. Data dan Metode Pengumpulan Data
1. Data
Data penelitian ini didapat dari hasil observasi aktivitas dan hasil belajar siswa tiap siklus. Data penelitian ini dibagi menjadi data kuantitatif dan data kualitatif (Wolcott. 1992).
Data diperoleh setelah diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data kualitatif yang terdiri atas;
a. Data aktivitas siswa dari setiap siklus selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD.
2. Data kuantitatif yang terdiri dari hasil tes belajar siswa berupa nilai tes pada akhir setiap siklus I dan siklus II.
2. Teknik Pengumpulan Data a. Data aktivitas siswa
Data aktivitas siswa diperoleh dari observasi selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati aktivitas yang dilakukan siswa yang terdapat dalam lembar observasi (Wolcott. 1992). Dalam penelitian ini, lembar observasi aktivitas siswa diamati oleh sejawat.
Aspek yang diamati yaitu perilaku yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Memperhatikan penjelasan guru
2. Berdiskusi/bertanya antara siswa dalam kelompok 3. Mengerjakan lembar kerja siswa
4. Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru 5. Membuat kesimpulan
b. Data hasil belajar
E. Teknik Analisis Data
Setelah data penelitian diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Talang Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014. Teknik analisis data dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis Data Kualitatif
1.1 Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa
Dalam pengumpulan data aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data aktivitas diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan tujuan pembelajaran. Data nilai aktivitas siswa dari setiap siklus akan dianalisis sebagai berikut:
Proses analisis untuk data aktivitas siswa:
a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap aspek aktivitas.
b. Presentase setiap siswa diperoleh dengan rumus: % presentase pencapaian hasil belajar =
%
c. Nilai aktivitas setiap siswa
Nilai rata-rata aktivitas siswa =
Untuk mengetahui tingkat keaktivan siswa digunakan pedoman Memes (2001:36) sebagai berikut:
Bila nilai aktivitas siswa ≥ 75,6 maka dikategorikan aktif. Bila nilai siswa
59,4 nilai siswa 75,6 maka dikategorikan cukup aktif. Bila nilai siswa < 59,4 maka dikategorikan kurang aktif.
2. Analisis Data Kuantitatif 2.1Analisis Data Hasil Belajar
Data hasil belajar siswa diperoleh dari penelitian hasil tes akhir pada setiap siklus yang mewakili tiap-tiap indikator. Data nilai hasil belajar siswa tiap siklus akan dianalisis sebagai berikut berikut:
Proses analisis untuk data pencapaian hasil belajar siswa adalah sebagia berikut:
a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.
b. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:
% pencapaian hasil belajar = x100%
c. Nilai hasil belajar siswa adalah:
d. Nilai rata-rata hasil belajar siswa di kelas diperoleh dengan rumus:
Rata-rata HB siswa
siswa jumlah
siswa setiap
HB nilai
Kriteria penilaian menurut Arikunto (2001:254) untuk kategori rata-rata pencapaian hasil belajar siswa.
Bila nilai siswa ≥ 81 maka dikategorikan baik sekali. Bila 66 nilai siswa < 81 maka dikategorikan baik. Bila 56 nilai siswa < 66 maka
dikategorikan cukup. Bila 41 nilai siswa < 56 maka dikategorikan kurang. Bila nilai siswa < 41 maka dikategorikan gagal.
F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: a. Peningkatan aktivitas dari siklus ke siklus berikutnya
b. Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus ke siklus berikutnya
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus selama empat kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan bahawa pembelajaran dengan menggunakan model STAD dapat meningkatkan : 1. Aktivitas siswa dari siklus ke siklus. Pada siklus I sebesar 55,5% dengan
kategori “kurang aktif”. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi
80,75% dengan kategori “aktif”. Berdasarka data tersebut aktivitas pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
2. Hasil belajar siswa dari siklus ke siklus. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 62 dengan kategori “cukup baik”. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 71,6 dengan kategori “baik”. Berdasarkan data tersebut aktivitas pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Saran
1. Proses diawal pembelajaran STAD sebaiknya difokuskan terlebih dahulu pada aktivitas siswa di dalam kegiatan kelas.
2. Penerapan pembelajaran STAD perlu perlu diperhatikan penggunaan alokasi waktu yang seefektif dan seefisien untuk kelancaran proses pembelajaran.
3. Penerapan pembelajaran STAD sebelum menyiapkan pembelajaran sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan pada proses pembelajaran mudah didapat di lingkungan sekitar siswa.
Abdurrahman. 1999. Metode Pembelajaran Tindakan Kelas. Jakarta : Grafindo. Arindawati. 2011. Model Pembelajaran STAD. www.google.com. Diakses 13
Mei 2013.
Aqib Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Rama Widya
Balitbang Depdikbud. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta: Depdikbud.
Djojosoediro, Wasih. 2013. Hakikat dan Pembelajaran IPA SD. www.google.com: Diakses 13 Mei 2013.
Sardiman. 2004. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Tarsito
Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima. Wolcott. 1992. Data Kualiatif dan Kuantitatif. www.google.com: Diakses 13
Mei 2013.
PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG
DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDAR LAMPUNG
SEKOLAH DASAR NEGERI 1 TALANG
KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN
Jalan Ikan Mujair No. 6 Telp. (0721) 489430 Kode PoS 35229
SURAT KETERANGAN IZIN
NOMOR :
Yang bertanda tangan dbawah ini : Nama : Dra. Helnawati, M.Pd. NIP : 19640715 198612 2 001 Jabatan : Kepala SDN 1 TALANG
Kec. Teluk Betung Selatan
Menerangkan Bahwa :
Nama : NURHADI, A.MA NIP : 19750812 200902 1 003 Jabatan : GURU KELAS
Yang bersangkutan telah melaksanakan Penelitian di SD Negeri 1 Talang Teluk Betung Selatan Bandar Lampung.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, Oktober 2013 Kepala SD Negeri 1 Talang
Dra. Helnawati, M.Pd.
PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG
DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDAR LAMPUNG
SEKOLAH DASAR NEGERI 1 TALANG
KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN
Jalan Ikan Mujair No. 6 Telp. (0721) 489430 Kode PoS 35229
SURAT KETERANGAN IZIN
NOMOR :
Yang bertanda tangan dbawah ini : Nama : NURHADI, A.MA NPM : 1113069066
Program study : S1 PGSD Dalam Jabatan Jurusan : Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : UNILA Menerangkan Bahwa :
Nama : ERLINDA, S.Pd. NIP : 19600616 19803 009 Jabatan : GURU KELAS
Adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Talang Kecamatan Teluk Betung Selatan. Yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan study S 1 PGSD Dalam Jabatan.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, Oktober 2013 Teman sejawat yang membuat Pernyataan
ERLINDA, S.Pd. NURHADI, A.MA
NIP. 19600616 198203 2 009 NPM. 1113069066 Mengetahui
Kepala SD Negeri 1 Talang
SILABUS PEMBELAJARAN
Standar Kompetensi : Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunannya dan perubahan sifat bend a sebagai hasil suatu proses.
Kompetensi Dasar :
Materi Pokok : - Perubahan sifat benda
- Perubahan wujud yang dapat kembali dan tidak dapat kembali.
Indikator : - Mengumpulkan data tentang sifat benda
- Mendeskripsikan sifat benda sesudah mengalami perubahan sebagai suatu proses.
- Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan perubahan pada benda.
- Mengidentifikasi benda yang dapat dan yang tidak dapat kembali kewujud semula sesudah mengalami suatu proses.
Penilaian : Jenis instrumen:
- Tugas individu dan kelompok Bentuk instrumen:
- Tes tertulis dan lisan
Alokasi waktu : 4 x 35 menit
Sumber/bahan/alat : - Buku Sains SD Kelas V, Penerbit Erlangga Halaman 81 – 96
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SDN 1 Talang, TBS Mata Pelajaran : IPA / Sains
Kelas / Semester : V (lima) / 1 (satu) Materi pokok : Perubahan Sifat Benda
Waktu : 4 x 35 menit
Metode : Ceramah, Disksui, Demonstrasi
Standar Kompetensi : Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunannya dan perubahan sifat benda sebagai suatu hasil suatu proses.
Kompetensi Dasar : Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
Tujuan Pembelajaran : - Siswa dapat memahami penyebab perubahan pada benda
- Sebatang lilin, sehelai kertas, sebongkah es - Sekantong semen
Kegiatan Pembelajaran : Pertemuan Ke 1
- Menyampaikan indikator pencapaian
Elaborasi : - Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi secara individual maupun kelompok. - Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan
hasil kerja individual maupun kelompok.
Konfirmasi : - Guru bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
- Guru dan siswa meluruskan kesalahan pemahaman memberi penguatan dalam penyimpulan
Penutup : - Menyimpulkan bahwa perubahan sifat pada benda dapat diamati
Pertemuan ke 2
Pendahuluan : - Apersepsi dan motivasi
- Mengulang materi pertemuan sebelumnya’ - Menyampaikan indikator pencapaian
kompetensi yang diharapkan
Kegiatan Inti
- Siswa memahami penyebab perubahan benda akibat pemanasan, pendinginan, penyubliman, pembakaran, pembusukkan, perkaratan.
- Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
- Memfasilitasi siswa melakukan demonstrasi Elaborasi : - Membiasakan siswa membaca dan menulis
- Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru. - Memberi kesempatan pada siswa untuk berfikir
menganalisa, menyelesaikan masalah tanpa rasa takut. pemahaman memberi penguatan, dan penyimpulan.
Penutup : - Menyimpulkan bahwa perubahan sifat benda dapat disebabkan karena pemanasan, pendinginan, penyubliman, pembakaran, pembusukkan, perkaratan.
Penilaian : - Aktivitas siswa
Bandar Lampung, September 2013 Mengetahui:
Kepala SDN 1 Talang Peneliti,
Dra. HELNAWATI, M.Pd. NURHADI
LEMBAR KERJA KELOMPOK (SIKLUS I)
Standar Kompetensi : Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses.
Kompetensi Dasar : Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
Perubahan Sifat Benda Cobalah untuk mengamati peristiwa berikut!
Kerjakanlah secara berkelompok
Catatlah hasil percobaan dalam buku kegiatan kalian
Alat dan Bahan : a. Sebatang lilin b. Sehelai kertas c. Sebongkah es batu d. Sekantong semen
Percobaan I
1. Nyalakan sebatang lilin
Amati apa yang yang terjadi pada lilin itu 2. Bakarlah sehelai kertas sampai apinya padam
Amati apa yang terjadi pada kertas itu
Percobaan II
1. Letakkan sebongkah es batu kedalam sebuah wadah
Biarkanlah beberapa saat, lalu amatilah apa yang terjadi pada es tersebut 2. Letakkan semen kedalam sebuah wadah, lalu berilah air kesemen itu
biarkanlah beberapa saat.
Tulislah hasil pengamatanmu pada tabel berikut:
Benda Waktu
Pengamatan
Sifat Benda
Bentuk Warna Bau Kekerasan Kelenturan Lilin Sebelum
Sesudah Kertas Sebelum Sesudah Es Batu Sebelum Sesudah Semen Sebelum Sesudah
Berdasarkan hasil percobaan kelompokmu, tuliskan kesimpulannya.
Tes Hasil Belajar Siklus I
Petunjuk pengerjaan I. Tuliskan nama dan kelas
II. Jawablah pertanyaan dengan benar
Soal
1. Sebatang lilin jika dinyalakan akan berubah ………
2. Sehelai kertas yang dibakar tergolong perubahan sifat yang ……. 3. Mengapa sebongkah es batu dapat mencair jika dibiarkan?
4. Tergolong perubahan sifat yang bagaimanakah bila semen yang dicampurkan air lalu dibiarkan bebeapa saat?
Kunci jawaban: 1. Bentuk 2. Tetap
3. Karena suhu panas 4. Tetap
5. - Kertas yang dibakar
- Semen yang dicampur air lalu dibiarkan
Skor penilaian
Nilai : skor benar x 2 Skor maksimal : 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SDN 1 Talang
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas/Semester : V / 2
Materi Pokok : Cahaya dan Sifat-sifatnya Waktu : 4 x 35 menit (2x pertemuan)
A. Standar Kompetensi
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
B. Kompetensi Dasar
6.1. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
C. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat memahami peta konsep tentang cahaya Siswa dapat menyebutkan sifat cahaya
Siswa dapat memahami sifat cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung
Siswa dapat memahami bayangan yang terjadi pada cermin datar, cermin cekung, cermin cembung
Siswa dapat menyebutkan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa dapat memahami bahwa benda terlihat oleh mata karena benda memantulkan cahaya
Siswa dapat memahami bahwa mata tidak dapat melihat benda yang sangat kecil
Siswa dapat mengetahui cara menjaga mata agar tidak rusak Siswa dapat mengetahui cacat mata
Siswa dapat menyebutkan alat-alat optik yang lain
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin (Discipline), rasa hormat dan perhatian (respect), Tekun (diligence), Tanggungjawab (responbility) dan ketelitian(carefulness).
D. Materi Essensial Sifat Cahaya
Cahaya merambat lurus
Cahaya menembus benda bening Cahaya dapat dipantulkan Cahaya dapat dibiaskan
Cahaya putih terdiri dari berbagai warna
Benda dapat dilihat karena benda memantulkan cahaya Alat-alat optik membantu penglihatan
E. Media Belajar
Buku SAINS SD Relevan Kelas V
Karton tebal, tiga potong kayu penjepit yang seragam, gunting, pelubang, lampu senter, gelas bening, gelas berwarna, kaleng, batu, karton, potongan triplek, plastik bening dan botol bening, air jernih, air berlumpur/keruh.
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa Pertemuan ke-1
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi dan kompetensi yang diharapkan
2. Kegiatan Inti Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapaat memahami peta konsep tentang cahaya Memahami bahwa cahaya merambat lurus
Memahami bahwa cahaya menembus benda bening Memahami definisi benda bening
Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan dilaboratorium, studio atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
Memfasilitasi peserta didik membuat laporan ekplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
Melakukan kegiatan
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
3. Penutup
Memberikan kesimpulan bahwa - Berkas cahaya merambat lurus
4. Pekerjaan Rumah Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan
Apersepsi dan motivasi:
Mengulang materi pertemuan sebelumnya
Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi dan kompetensi yang diharapkan
2. Kegiatan Inti Eksplorasi
Dalam kegiatan ekplorasi, guru:
Siswa dapat memahami peta konsep tentang cahaya Memahami bahwa cahaya dapat dipantulkan
Memahami istilah dari pemantulkan teratur
Memahami bayangan yang terjadi pada cermin datar Memahami istilah dari bayangan semu dan nyata Memahami bayangan yang terjadi pada cermin cekung Memahami bayangan yang terjadi pada cermin cembung
Memahami sifat cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung Melibatkan sifat cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegaitan pembelajaran; dan
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik secara lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok Melakukan kegiatan
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
3. Penutup
Memberikan kesimpulan dari kegiatan:
- Bayangan yang dibentuk cermin datar selalu semu, tegak dan sama dengan bendanya
- Jika benda dekat dengan cermin, bayangan yang dibentuk semu, lebih besar dan tegak. Jika benda jauh dari cermin bayangan yang dibentuk nyata dan terbalik
Bandar Lampung, September 2013 Mengetahui:
Kepala SDN 1 Talang Peneliti,
Dra. HELNAWATI, M.Pd. NURHADI
LEMBAR KERJA KELOMPOK (SIKLUS II)
Standar Kompetensi : Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
Sifat-sifat cahaya Cobalah untuk melakukan kegiatan berikut! Kerjakanlah secara berkelompok
Catatlah hasil percobaan kedalam buku kegiatan kalian
Alat dan Bahan:
a. Karton tebal f. Gelas bening b. 3 potong kayu penjepit g. Gelas berwarna
c. Gunting h. Kaleng
d. Pelubang i. Potongan triplek
e. Lampu senter j. Plastik bening
Percobaan I
1. Potonglah kartun tebal menjadi 3, berbentuk persegi dan berukuran sama. 2. Tegakkan masing-masing karton ditengah-tenagah kayu penjepit.
3. Buatlah lubang ditengah karton pada titik yang sama.
6. Atur posisi lilin sehingga nyala apinya berada tepat didepan lubang ketiga karton itu
7. Amatilah cahaya lilin itu melalui lubang pada setiap karton.
Percobaan II
1. Letakkan gelas bening, gelas berwarna, kaleng, akrton, triplek, plastik bening diatas meja.
2. Sorotkan cahaya lampu sentermu mengenai masing-masing benda. 3. Amati berkas cahaya lampu sentermu dibalik tiap benda.
Tulislah hasil kegiatanmu pada tabel berikut:
Tabel percobaan I (Berilah tanda √ pada jawaban yang benar)
Posisi lubang pada karton-karton
Cahaya Lilin
Dapaat dilihat Tidak dapat lihat Segaris
Tabel percobaan III (Berilah tanda √ pada jawaban yang benar)
No Benda Tembus Cahaya Titak tembus
cahaya 1. Gelas bening
2. Gelas berwarna 3. Kaleng
4. Karton
5. Potongan triplek 6. Plastik bening
TES HASIL BELAJAR SIKLUS II
Petunjuk pengerjaan I. Tuliskan nama dan kelas
II. Jawablah pertanyaan dengan benar
Soal
1. Apakah cahaya lilin dapat dilihat jika posisi lubang pada karton-karton itu segaris?
2. Apakah cahaya lilin dapat dilihat jika posisi salah satu karton digeser? 3. Sebutkan benda-benda yang dapat ditembus oleh cahaya senter? 4. Sebutkan benda-benda yang tidak dapat ditembus oleh cahaya senter?
Kunci jawaban 1. Dapat dilihat 2. Tidak dapat dilihat
3. Gelas bening, plastik bening
4. Gelas berwarna, kaleng, karton, triplek
Skor Penilaian:
Nilai : Skor benar x 2,5 Skor maksimal : 10
DAFTAR NAMA KELOMPOK PEMBELAJARAN STAD
NO. NAMA KELOMPOK KETERANGAN
DATA AKTIVITAS SIKLUS I
1. Aktivitas A (visual actitivities) terdiri dari aspek membaca, memperhatikan gambar, demontrasi dan percobaan
3. Aktivitas C (listening activities) terdiri dari aspek mendengarkan uraian, percakapan, diskusi dan presentasi
4. Aktivitas D (mental activities) terdiri dari aspek mengingat, menganalisa, mengambil keputusan dan memecahkan soal.
Guru Mitra Guru Peneliti
ERLINDA, S.Pd. NURHADI, A.MA
NIP. 19600616 198203 2 009 NPM. 1113069066
Mengetahui:
Kepala SD Negeri 1 Talang
ANALISIS DATA AKTIVITAS SISWA TIAP ASPEK YANG DIAMATI
Kategori Kurang aktif
1. Nilai empat : jika aspek aktivitas dikerjakan oleh siswa tercapai 4 aspek 2. Nilai tiga : jika aspek aktivitas dikerjakan siswa tercapai 3 aspek
Keterangan:
1. Aktivitas A (visual actitivities) terdiri dari aspek membaca, memperhatikan gambar, demontrasi dan percobaan
2. Aktivita B (oral activities) terdiri dari aspek bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, dan dikusi
3. Aktivitas C (listening activities) terdiri dari aspek mendengarkan uraian, percakapan, diskusi dan presentasi
4. Aktivitas D (mental activities) terdiri dari aspek mengingat, menganalisa, mengambil keputusan dan memecahkan soal.
Guru mitra Guru Peneliti
ERLINDA, S.Pd. NURHADI, A.MA
NIP. 19600616 198203 2 009 NPM. 1113069066
Mengetahui
Kepala SD Negeri 1 Talang
DATA HASIL BELAJAR SISWA BERDASARKAN SIKLUS I
No. Nama siswa Hasil belajar siklus I
Nilai Kategori Keterangan
1 Adelia 60 Cukup baik Belum tuntas
Guru Mitra Guru Peneliti
ERLINDA, S.Pd. NURHADI, A.MA
NIP. 19600616 198203 2 009 NPM. 1113069066
Mengetahui
Kepala SD Negeri 1 Talang
DATA AKTIVITAS SIKLUS II
1. Aktivitas A (visual actitivities) terdiri dari aspek membaca, memperhatikan gambar, demontrasi dan percobaan
2. Aktivita B (oral activities) terdiri dari aspek bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, dan dikusi
4. aktivitas D (mental activities) terdiri dari aspek mengingat, menganalisa, mengambil keputusan dan memecahkan soal.
Guru Mitra Guru Peneliti
ERLINDA, S.Pd. NURHADI, A.MA
NIP. 19600616 198203 2 009 NPM. 1113069066
Mengetahui: Kepala SD Negeri 1 Talang
ANALISIS DATA AKTIVITAS SISWA TIAP ASPEK YANG DIAMATI Rata-rata aktivitas 80,75
Kategori AKTIF
Keterangan :
1. Nilai empat : jika aspek aktivitas dikerjakan oleh siswa tercapai 4 aspek 2. Nilai tiga : jika aspek aktivitas dikerjakan siswa tercapai 3 aspek
Keterangan :
1. Aktivitas A (visual actitivities) terdiri dari aspek membaca, memperhatikan gambar, demontrasi dan percobaan
2. Aktivita B (oral activities) terdiri dari aspek bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, dan dikusi
3. Aktivitas C (listening activities) terdiri dari aspek mendengarkan uraian, percakapan, diskusi dan presentasi
4. Aktivitas D (mental activities) terdiri dari aspek mengingat, menganalisa, mengambil keputusan dan memecahkan soal.
Guru mitra Guru Peneliti
ERLINDA, S.Pd. NURHADI, A.MA
NIP. 19600616 198203 2 009 NPM. 1113069066 Mengetahui
Kepala SD Negeri 1 Talang
DATA HASIL BELAJAR SISWA BERDASARKAN SIKLUS II
No. Nama siswa Hasil belajar siklus I
Nilai Kategori Keterangan
1 Adelia 70 Baik Tuntas
Guru mitra Guru Peneliti
ERLINDA, S.Pd. NURHADI, A.MA
NIP. 19600616 198203 2 009 NPM. 1113069066 Mengetahui
Kepala SD Negeri 1 Talang
ANALISIS DATA KEMAMPUAN HASIL BELAJAR SISWA SDN 1 TALANG TBS
No Nama siswa
Nilai tes hasil belajar siswa
Siklus I Siklus II
Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Adelia 60 Cukup baik 70 Baik
Kriteria penilaian untuk kategori rata-rata pencapaian hasil belajar siswa yaitu : bila nilai siswa ≥ 81 maka dikategorikan baik sekali. Bila 66 ≤ nilai siswa < 81
maka dikategorikan baik. Bila 56 ≤ nilai siswa < 66 maka dikategorikan cukup.
Bila 41 ≤ nilai siswa < 56 maka dikategorikan kurang. Bila nilai siswa < 41 maka