• Tidak ada hasil yang ditemukan

GOLDEN SHAKE HAND SEBAGAI UPAYA PEMBERAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GOLDEN SHAKE HAND SEBAGAI UPAYA PEMBERAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

GOLDEN SHAKE HAND

SEBAGAI UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

DALAM MEWUJUDKAN REFORMASI BIROKRASI

DAN

GOOD GOVERNANCE

DI INDONESIA

KOMPETISI KARYA TULIS ILMIAH SCEPTA 2015

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Disusun oleh:

RIZKA MEISA NIM. 110710101193 M. RIZAL RACHMAN NIM. 120710101282 YUSRIZAL M. RANGGA NIM. 120710101331

UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis : GOLDEN SHAKE HAND

SEBAGAI UPAYA

PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEWUJUDKAN REFORMASI BIROKRASI DAN

GOOD GOVERNANCE DI

INDONESIA 2. Ketua Pelaksana

a. Nama : RIZKA MEISA b. NIM : 110710101193 c. Fakultas/Jurusan : Hukum/Ilmu Hukum d. Perguruan Tinggi : Universitas Jember

e. Alamat : Dsn. Kepatihan Rt. 01 Rw. 1 Ds. Kedaleman Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi Prov. Jawa Timur f. No. Tlp/Hp : 085707701899

g. E-mail : rizkameisa.fhunej@gmail.com 3. Jumlah Anggota : 2 (dua) orang

4. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Nurul Ghufron, S.H., M.H. b. NIP : 1974092219990310

c. Alamat Rumah : Perum. Taman Kampus d. No. Tlp/Hp : 085745871202

(3)
(4)

iii

SURAT PERNYATAAN PESERTA

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : RIZKA MEISA NIM : 110710101193 Fakultas/Jurusan : Hukum/Ilmu Hukum Perguruan Tinggi : Universitas Jember No. Tlp/Hp : 085707701899

Nama : M. RIZAL RACHMAN NIM : 120710101282

Fakultas/Jurusan : Hukum/Ilmu Hukum Perguruan Tinggi : Universitas Jember No. Tlp/Hp : 082330018989

Nama : YUSRIZAL M. RANGGA NIM : 120710101331

Fakultas/Jurusan : Hukum/Ilmu Hukum Perguruan Tinggi : Universitas Jember No. Tlp/Hp : 089682256239

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul “GOLDEN SHAKE HAND

SEBAGAI UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEWUJUDKAN REFORMASI BIROKRASI DAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA”

(5)
(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul : GOLDEN SHAKE HAND SEBAGAI UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEWUJUDKAN REFORMASI

BIROKRASI DAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA dengan baik

tanpa suatu halangan yang berarti.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT sebagai Sang Khaliq yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya;

2. Ayah dan Ibunda penulis yang selalu memberikan doa dan dukungan; 3. Bapak Rektor Universitas Jember, Drs. Moh. Hasan, M.Sc., Ph.D.

4. Bapak Dekan Fakultas Hukum Universitas Jember, Prof. Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H., M.Hum.;

5. Bapak Dosen Pembimbing, Dr. Nurul Ghufron, S.H., M.H. yang senantiasa memberi nasehat serta membimbing penulis; dan

6. Rekan-rekan UKMF FK2H (Forum Kajian Keilmuan Hukum) Fakultas Hukum Universitas Jember yang turut serta membantu kami berdiskusi.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, sehingga sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah yang akan datang. Semoga dapat memberikan wawasan dan informasi, serta sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi pe-merintah, masyarakat, mahasiswa serta para pihak yang tertarik dan berminat terhadap permasalahan yang dihadapi.

Jember, 22 April 2015

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penulisan ... 5

1.4 Manfaat Penulisan ... 5

BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Hukum ... 6

2.2 Tindak Pidana Korupsi 2.2.1 Pengertian Tindak Pidana Korupsi... 7

2.2.2 Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Korupsi ... 7

2.3 Reformasi Birokrasi ... 8

2.4 KonsepGood Governance... 10

2.5 Golden Shake Hand... 10

BAB III METODE PENULISAN 3.1 Tipe Penelitian... 12

3.2 Pendekatan Masalah ... 12

3.2.1 Sumber Bahan Hukum ... 12

3.2.2 Analisis Bahan Hukum... 14

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 PenerapanGolden Shake Handdi Indonesia ... 15

(8)

4.2 Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Lembaga Eksekutif dalam Mewujudkan Reformasi Birokrasi dan Good Governancedi Indonesia... 20 4.2.1 Perwujudan Reformasi Birokrasi danGood Governancedalam

Pemberantasan Korupsi di Indonesia ... 20 4.2.2 Mekanisme Pengaturan Golden Shake Hand di Lembaga

Eksekutif dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia ... 22

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ... 25 5.2 Rekomendasi ... 25

DAFTAR PUSTAKA

(9)

GOLDEN SHAKE HAND

SEBAGAI UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

DALAM MEWUJUDKAN REFORMASI BIROKRASI

DANGOOD GOVERNANCEDI INDONESIA

RIZKA MEISA, MUHAMMAD RIZAL RACHMAN, YUSRIZAL MUHAMMAD RANGGA

UNIVERSITAS JEMBER

ABSTRAK

Korupsi merupakan bagian dariextra ordinary crime(kejahatan luar biasa) karena dampak yang ditimbulkan mampu memberikan efek negatif yang menjangkau berbagai sendi kehidupan dari ekonomi hingga sosial. Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi telah dilaksanakan baik secara preventif maupun represif bahkan keseriusan itu diwujudkan Pemerintah Indonesia melalui ratifikasi United Nation Convention Agains Corruption hingga pembentukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Namun hingga saat ini korupsi masih tumbuh subur di Indonesia. Nampaknya perlu upaya lain sebagai jalan keluar atas kebuntuan tersebut. Sehingga dilakukanlah analisis penelitian dengan menggunakan metode yuridis normatif-empiris untuk mendapatkan gagasan terbaru atas permasalan tersebut melalui pendekatan undang-undang, konseptual, dan perbandingan. Jika dikaitkan dengan program yang sedang diusung oleh pemerintah saat ini yakni Reformasi Birokrasi sebagai upaya mewujudkanGood Governance, maka korupsi adalah ganjalan terbesar atas upaya ini. Apabila berkaca pada Legal Theory yang dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman bahwa dalam mengakkan hukum tidak boleh melepaskan diri dari tiga hal yakni legal structure, legal substance and legal culture, makaGolden Shake Hand adalah sebuah konsep yang ditawarkan mampu menekan tingginya korupsi dalam mewujukan Good Governance di Indonesia. Golden Shake Hand dapat dilakukan dengan jalan pemotongan generasi pada suatu birokrasi melaui mekanisme evaluasi dan seleksi ketat atau jika dinilai tidak mampu maka penawaran pensiun dini dengan uang saku yang berlipat dari ketentuan umum pada biasanya.

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Korupsi adalah masalah terbesar bagi semua negara dunia dan tergolong kepada kejahatan Transnasional. Korupsi menjalar sebagai sebuah kejahatan lintas negara dan menimbulkan dampak kerugian sistemik diseluruh negara-negara di dunia. Dampak sistemik dari korupsi menyebabkan terganggungnya kesejah-teraan, stabilitas hukum, politik dan ekonomi suatu negara. Hal ini dibuktikan melalui data yang diperoleh dari Bank dunia (2008) memperkirakan bahwa lebih dari US$10 milyar atau sekitar 5% dari GDP dunia setiap tahun hilang dikarenakan korupsi.1 Dalam konteks global, dunia international telah bersama-sama berkomitmen untuk memberantas korupsi dengan dilahirkannya“The United Nations Convention against Corruption” selanjutnya disebut UNCAC pada tanggal 9 Desember 2003 di Merida, Meksiko. Konvensi ini menjadi momentum awal dunia internasional dalam rangka memerangi kejahatan korupsi.

Korupsi dalam UNCAC dikatakansebagai “an insidious plague that has a

wide range of corrosive effects on societies. It undermines democracy and the rule

of law, leads to violations of human rights, distorts markets, erodes the quality of

life and allows organized crime, terrorism and other threats to human security to

flourish. This evil phenomenon is found in all countries—big and small, rich and

poor— but it is in the developing world that its effects are most destructive.

Corruption hurts the poor disproportionately by diverting funds intended for

development, undermining a Government’s ability to provide basic services,

feeding inequality and injustice and discouraging foreign aid and investment.

Corruption is a key element in economic underperformance and a major obstacle

to poverty alleviation and development”2, dari pandangan ini dapatlah dikatakan

1

Nawatmi, Sri. 2013. Korupsi Dan Pertumbuhan Ekonomi – Studi Empiris 33 Provinsi Di Indonesia (Corruption And Economics Growth In 33 Province – An Empirical Study In Indonesia).Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Vol. 2(1): 66

2

(12)

bahwa korupsi adalah suatu kejahatan “extra-ordinary crime” (kejahatan luar

biasa).

Korupsi sebagai bagian dari extra-ordinary crime, juga hadir di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Terkait hal tersebut, pemerintah Indonesia menun-jukkan keseriusan komitmennya dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang ditunjukkan dengan pembentukan berbagai regulasi dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang tertuang di dalam TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih, Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih, Bebas, Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Selanjutnya disebut UU Tipikor); Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Selain di tingkat nasional, bentuk keseriusan pemerintah Indonesia juga ditunjukkan di tingkat internasional dengan melakukan Ratifikasi terhadap UNCAC sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Againts Corruption2003.

Pemberantasan korupsi menjadi salah satu fokus utama Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan law enforcement. Berbagai upaya pemberantasan tindak pidana korupsi baik preventif maupun represif telah dilaksanakan. Upaya preventif terhadap tindak pidana korupsi dilakukan dengan cara meningkatkan pendidikan dan budaya anti korupsi, kemudian meningkatkan

(13)

koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Sedangkan upaya represif dilakukan dengan pemberian sanksi pidana yang berat hingga adanya ketentuan pidana mati dalam UU Tipikor bagi para pelaku tindak pidana korupsi. Selain itu, sebagai wujud konkrit untuk lebih menekan angka korupsi di Indonesia, pada tahun 2002 dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.

Meskipun berbagai upaya pemberantasan telah dilakukan, namun faktanya pada tahun 2014 berdasarkan Corruption Perseption Index (CPI) yang dikeluarkan oleh Transparency International (TI) menyebutkan bahwa Indonesia berada diurutan 107 dari 175 negara terbersih di dunia.3 Hal tersebut masih jauh dari harapan agar Indonesia terbebas dari korupsi yang masih menjadi budaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Praktik tindak pidana korupsi di Indonesia kini telah menjalar ke berbagai lini negara, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Tabulasi Data Penanganan Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan berdasarkan instansi periode tahun 2004-2014 (per 31 Oktober 2014)4, menempatkan lembaga eksekutif sebagai lembaga dengan kasus korupsi terbanyak dengan 180 dari 402 kasus yang ditangani. Lembaga Eksekutif merupakan lahan basah praktik korupsi para birokrat atau aparatur sipil negara guna memperkaya diri dengan memanfaatkan jabatannya. Dimana bukan saja para pejabat atau para pimpinan Kementerian dan Lembaga (selanjutnya disebut K/L) yang melakukan korupsi (grand corruption), tanpa kecuali para pegawai-pegawai negeri sipil (petty corruption) yang berjalan secara sistematis dan meluas. Belum lagi buruknya pelayanan publik atau birokrasi baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah menambah Pekerjaan Rumah bagi upaya terhadap Reformasi Birokrasi serta terciptanya Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance) di lembaga Eksekutif.

3

http://www.ti.or.id/index.php/publication/2014/12/06/corruption-perceptions-index-2014 (diakses pada tanggal 17 April 2015 pukul 00.16 WIB)

4

(14)

Sebagai kejahatan yang dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra-ordinary crime), maka korupsi perlu segera diberantas sampai pada akarnya. Dari

berbagai upaya yang telah dilakukan dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dan memutus mata rantai korupsi di Indonesia masih dapat dianggap kurang berjalan secara efektif. Apalagi data menyebutkan korupsi di K/L berada di tingkat teratas dibandingkan dengan lembaga-lembaga lainnya. Hal tersebut menandakan bahwa perlu adanya terobosan baru dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, khususnya di lembaga eksekutif. Seperti fenomena ‘puncak gunung es’ tingkat praktik korupsi di K/L sudah berada di titik yang

memprihatinkan. Sehingga perlu sebuah terobosan pemberantasan korupsi yang tidak hanya terhadap upaya pemberan-tasan korupsi saja, tetapi lebih mengarah pada upaya pencegahan (preventif) guna menekan praktik korupsi di Indonesia, khususnya bagi lembaga Eksekutif (K/L).

Indonesia harus belajar dari negara Latvia yang menerapkan konsep

‘lustrasi’ (golden shake hand) bagi lembaga eksekutifnya. Latvia memberlakukan

sebuah undang-undang yang disebut dengan UU tentang Lustrasi. Menurut

Mahfud MD, konsep ‘lustrasi’ ini dinilai sebagai suatu konsep yang efektif dalam

upaya pemberantasan korupsi disana, dimana beliau menyatakan bahwa5: Di Latvia, ada Undang-Undang tentang Lustrasi. Ini semacam undang-undang yang mengatur pemotongan generasi. Yakni, memotong generasi pejabat di era 1998 ke bawah sehingga seluruh pejabat lama diganti. Dengan UU Lustrasi ini, negara Latvia yang dulunya terkenal sebagai negara korup saat ini menjadi negara bersih tanpa korupsi.

Konsep lustrasi ataugolden shake handini adalah konsep yang baru dalam strategi upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Menurutnya, ‘korupsi di

judicial system itu hulunya di birokrasi yang tidak beres’. Diharapkan dalam penerapan konsep tersebut dapat menekan bahkan membasmi praktik korupsi di Indonesia yang saat ini sudah berada di titik yang memperihatinkan. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut dalam karya tulis ilmiah yang berjudul GOLDEN SHAKE HAND SEBAGAI

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEWUJUDKAN

REFORMASI BIROKRASI DANGOOD GOVERNANCEDI INDONESIA

5

(15)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini adalah:

1. ApakahGolden Shake Handdapat diterapkan dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia?

2. Bagaimana pengaturan mekanisme Golden Shake Hand sebagai upaya pemberantasan korupsi dalam mewujudkan Reformasi Birokrasi danGood Governancedi Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1. Untuk menganalisis kesesuaian konsep Golden Shake Hand apabila diterapkan di Indonesia;

2. Untuk mengetahui pengaturan mekanisme Golden Shake Hand sebagai upaya pemberantasan korupsi dalam mewujudkan Reformasi Birokrasi dan Good Governancedi Indonesia.

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1. Sebagai salah satu sarana menyampaikan gagasan mengenai pembaharuan penegakan hukum terhadap pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

(16)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Teori Sistem Hukum

Hukum adalah suatu sistem6, yang terdiri atas sub-sub sistem yang saling terkait. Menurut Lawrence M. Friedman, ada tiga unsur dalam sistem hukum,yaitu:7 Struktur Hukum (Legal Structure), Substansi Hukum (Legal Substance), dan Budaya Hukum (Legal Culture). Pertama-tama, sistem hukum

mempunyai struktur. Sistem hukum, terus berubah, namun bagian-bagian sistem itu berubah dalam kecepatan yang berbeda, dan setiap bagian berubah tidak secepat bagian tertentu lainnya. Ada pola jangka panjang yang berkesinambu-ngan. Inilah struktur sistem Hukum, kerangka atau rangkanya, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberi semacam bentuk dan batasan terhadap keselu-ruhan. Aspek lain sistem hukum adalah substansinya, yakni: aturan, norma, dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Substansi juga berarti

“produk” yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum itu, ke-putusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun. Penekannya disini terletak pada hukum yang hidup (Living Law), bukan hanya aturan dalam kitab hukum (Law Books).

Komponen ketiga dari sistem hukum adalah budaya hukum, yaitu sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya. Dengan kata lain budaya hukum adalah suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari atau disalahgunakan. Tanpa budaya hukum, sistem hukum itu sendiri tidak akan berdaya, seperti seekor ikan mati yang terkapar di dalam keranjang, bukan seperti seekor ikan hidup yang berenang di lautan.8

6

Lili Rasidji dan Ida Bagus Wyasa Putra. 1993.Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. hlm. 93-125

7

Lawrence M. Friedman. 2001. American Law: An Introduction Second Edition (Hukum Amerika Sebuah Pengantar) terjemahan dariWishnu Basuki. Jakarta: PT. Tatanusa. hlm. 7-9

8

(17)

2.2.Tindak Pidana Korupsi

2.2.1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Ditinjau dalam sudut pandang etimologi, korupsi merupakan istilah asing yang diserap dalam bahasa Indonesia. Dalam Webster Student Dictionary, Korupsi merupakan istilah yang berasal yang dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Selanjutnya disebutkan bahwa coruptio itu berasal dari kata asal corrumpere, suatu kata dalam bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah

turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris, yaitucorruption,corrupt; Perancis, yaitucorruption; dan Belanda, yaitucorruptie(korruptie), dapat atau patut diduga istilah korupsi berasal dari Bahasa Belanda dan menjadi bahasa Indonesia yaitu

“korupsi.”9

Di dalam Black’s Law Dictionary, korupsi adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak lain, secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, bersamaan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.10Korupsi perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya. Arti harfiah dari kata korupsi adalah kebusukan, ke-burukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah”.

2.2.2. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Korupsi

Menurut Aditjandra terdapat tiga macam model korupsi.11Pertama, berada dalam bentuk suap (bribery), yakni dimana prakarsa datang dari pengusaha atau warga yang membutuhkan jasa dari birokrat atau petugas pelayanan publik atau pembatalan kewajiban membayar denda ke kas negara, pemerasan (extortion) dimana prakarsa untuk meminta balas jasa datang dari birokrat atau petugas

9

Ermansjah Djaja. 2009.Memberantas Korupsi bersama KPK. Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 6

10

Henry Campbell Black dalam Marwan Effendy. 2012. Sistem Peradilan Pidana: Tinjauan terhadap Beberapa Perkembangan Hukum Pidana. Jakarta: Referensi. hlm. 80

11

(18)

pelayan publik lainnya. Kedua, jaring-jaring korupsi (cabal) antar birokrat, politisi, aparat penegakan hukum, dan perusahaan yang mendapatkan kedudukan istimewa. Pada korupsi dalam bentuk ini biasanya terdapat ikatan-ikatan yang nepotis antara beberapa anggota jaring-jaring korupsi, dan lingkupnya bisa mencapai level nasional. Ketiga, korupsi dalam model ini berlangsung dalam lingkup internasional dimana kedudukan aparat penegak hukum dalam model korupsi lapis kedua digantikan oleh lembaga-lembaga internasional yang mempunyai otoritas di bidang usaha maskapai-maskapai mancanegara yang produknya terlebih oleh pimpinan rezim yang menjadi anggota jaring-jaring korupsi internasional korupsi tersebut.

Jika dilihat dari besarnya lingkaran aktor yang terlibat, korupsi dapat dibedakan menjadi dua, yakni korupsi yang terkonsentrasi pada tingkat elit kekuasaan (grand corruption) dan korupsi yang dilakukan secara ‘massal’ oleh

oknum-oknum pegawai negeri sipil (petty corruption).12Di Indonesia, kedua jenis korupsi ini telah menjadi kebiasaan dan berkembang secara sistematis dan meluas. Namun, hal ini tidak berarti bahwa korupsi massal yang dilakukan oleh pegawai negeri mempunyai jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan korupsi yang dilakukan oleh elit-elit politik. Dalam banyak kasus justru sebaliknya, korupsi yang dilakukan oleh segelintir orang ditingkat pusat mempunyai jumlah yang sangat besar, melebihi korupsi yang dilakukan oleh orang-orang di tingkat bawah yang kecil angkanya. Pejabat rendahan akan memiliki peluang yang lebih kecil karena kedudukannya, sementara pejabat tinggi akan mempunyai kesempatan yang jauh lebih besar untuk mengkorup uang negara atau publik.

2.3. Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi secara etimologis terdiri dari dua kata yaitu reformasi dan birokrasi. Reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara. Sedangkan birokrasi berasal dari kata “bureau” yang berarti meja atau kantor; dan kata

kratia” (cratein) yang berarti pemerintah. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh

12

(19)

pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan; dan cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan sebagainya) yang banyak liku-likunya dan sebagainya. Reformasi Birokrasi adalah suatu perubahan signifikan elemen-elemen birokrasi seperti kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas, aparatur, pengawasan dan pelayanan publik, yang dilakukan secara sadar untuk memposisikan diri (birokrasi) kembali, dalam rangka menyesuaikan diri dengan dinamika lingkungan yang dinamis.

Perubahan tersebut dilakukan untuk melaksanakan peran dan fungsi birokrasi secara tepat, cepat dan konsisten, guna menghasilkan manfaat sesuai diamanatkan konstitusi. Perubahan kearah yang lebih baik, merupakan cerminan dari seluruh kebutuhan yang bertitik tolak dari fakta adanya peran birokrasi saat ini yang masih jauh dari harapan. Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem penyelangggaraan pemerintah yang tidak hanya efektif dan efisien, tetapi juga reformsi birokrasi menjadi tulang punggung dalam perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Kementerian Perdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN dan RB), reformasi birokrasi merupakan langkah strategis membangun sumber daya aparatur negara yang profesional, memliki daya guna dan hasil guna yang profesional dalam rangka menunjang jalannya pemerintah dan pembangunan sosial.13

Dalam melaksanakan reformasi birokrasi perlu adanya sebuah prinsip atau pedoman atau panduan sebagai tolak ukurnya. Adapun prinsip-prinsip yang terdapat dalam reformasi birokrasi di Indonesia antara lain14: (i) PrinsipOutcomes Oriented; (ii) Prinsip Keterukuran; (iii) Prinsip Efisien; (iv) Prinsip Efektivitas;

(v) Prinsip Realistik; (vi) Prinsip Konsisten; (vii) Prinsip Sinergi; (viii) Prinsip Inovatif; (ix) Prinsip Kepatuhan; dan (x) Prinsip Dimonitor.

13

Kementerian Perdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 2011. Buku 5: Kriteria Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi Indonesia. KEMENPAN RB Republik Indonesia

14

(20)

2.4. KonsepGood Governance

Jika mengacu pada program World Bank dan United Nation Development Program (UNDP)15, orientasi pembangunan sektor publik adalah menciptakan good governance. Pengertian good governancesering diartikan sebagai tata kelola pemerintahan yang baik. Good governance atau tata kelola pemerintahan yang baik merupakan proses penyelenggaraan birokrasi dalam pelayanan barang dan jasa publik (public goods and services) yang dalam pelaksanaannya harus senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip good governance, yaitu: prinsip efektifitas (effectiveness), keadilan (equity), partisipasi (participation), akuntabilitas (accountability) dan transparansi (transparency). Gunawan Sumodiningrat16 menyatakan good governance adalah upaya pemerintahan yang amanah dan sejalan dengan kaidah penyelanggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Agar good governance dapat menjadi kenyataan dan berjalan dengan baik, maka dibutuhkan komitmen dan keterlibatan semua pihak yaitu pemerintah dan masyrakat. Good Governance yang efektif

menuntut adanya “alignment” (koordinasi) yang baik dan integritas, profesional

serta etos kerja dan moral yang tinggi. Dengan demikian terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsanegara.

2.5. Golden Shake Hand

Menurut Cambridge Dictionary17Golden Handshake adalah “A usually large payment made to people when they leave their job, either when their

em-ployer has asked to leave or when they are leaving at the end of their working life,

as a reward for very long or good service in their job.”18 Pemberian tunjangan

15

Alwi Hasyim Batubara. 2006.Jurnal Analisis Administrasi dan Kebijakan.Vol 3.Januari-April 2006(1).hlm. 3

16

Gunawan Sumodiningrat. 2009. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 251

17

http://dictionary.cambridge.org/dictionary/british/golden-handshake(diakses pada tanggal 19 April 2015 pukul 04.20 WIB)

18

(21)

dalam jumlah besar ini diberikan oleh perusahaan dalam rangka menjaga tingkat kesejahteraan pegawai yang telah mengundurkan diri dari perusahaan. Dalam hal ini perusahaan menempatkan dirinya sebagai pengayom bagi pekerja bukan hanya ketika mereka masih menjadi pekerja resmi, namun ketika mereka telah memu-tuskan untuk tidak lagi menjadi bagian dari perusahaan tersebut.

Sementara itu, Golden Shake Hand menurut USLEGAL adalah “ stipula-tion in an employment agreement which states that in the event of loss of the job,

the employer will provide a significant severance package. A golden handshake is

usually provided to top executives. The clause serves as protection against loss of

employment through layoffs, firing, or even retirement. The principal amount so

offered is free of tax.”19 Dari pengertian ini, pemberian golden shake hand didasarkan kepada adanya klausul atau perjanjian kerja yang sebelumnya telah disetujui oleh pekerja ketika mereka melamar dalam suatu perusahaan. Pemberian golden shake hand biasanya diberikan kepada pekerja yang telah lama mengabdi kepada suatu perusahaan dan telah memberikan suatu kontribusi aktif bagi perusahaan.

ketika mereka mengundurkan diri secara sukarela di akhir masa kerja mereka, sebagai sebuah penghargaan atas pengabdian dan pelayanan mereka.”

19Terjemahan Bahasa Indonesia: “Ketentuaan dalam perjanjian kerja, bahwa dalam hal hilangnya

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi dalam penelitian hukum menguraikan tentang tata cara bagaimana suatu penelitian hukum itu harus dilaksanakan. Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.20 Hal tersebut sejalan dengan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Morris L. Cohen, Legal Research is the process of finding the law that governs activities in human society.21Selanjutnya Cohen menyatakan bahwa “It involves locating both

the rules which are enforced by the states and commentaries which explain or

analyze these rules”.22

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul.23 Tipe Penelitian dalam karya tulis ilmiah ini adalah Yuridis Normatif (legal Research). Hukum sebagai konsep normatif adalah hukum sebagai norma, baik yang diidentikkan dengan keadaan yang harus diwujudkan (ius constituendum) ataupun norma yang telah terwujud sebagai perintah yang eksplisit dan yang secara positif telah terumus jelas (ius constitutum).24

3.2 Pendekatan Masalah

Terkait karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan beberapa pendekatan. Melalui pendekatan tersebut, penulis akan mendapatkan informasi dan berbagai

20

Peter Mahmud Marzuki,Penulisan Hukum,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 35

21

Morris L.Cohen & Kent C. Olson.Legal Research, West Publishing Company, St. Paul, Minn. Hlm.1 Sebagaimana dikutip dalam buku Peter Mahmud Marzuki, Penulisan Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 29

22

Enind Campbell, et al, Legal Research, The Law Book Company, Melbourne, 199, hlm. 271 Sebagaimana dikutip dalam buku Peter Mahmud Marzuki, Penulisan Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 29

23

Peter Mahmud Marzuki,Op.cit. hlm. 41

24

(23)

aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatan yang digunakan penulis dalam karya tulis ilmiah ini adalah yuridis yaitu dengan menggunakan antara lain :

1. Pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani25;

2. Pendekatan konseptual (conseptual approuch), pendekatan ini beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pendangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, penulis akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi penulis dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.26

3.2.1 Sumber Bahan Hukum

Sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber penelitian berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum non hukum. Bahan hukum tersebut merupakan sarana bagi suatu penulisan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa yang seharusnya. Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penulisan artikel ilmiah ini adalah :

1. Bahan Hukum Primer

(24)

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan pegawai Negeri Sipil;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum dan jurnal-jurnal hukum. Disamping itu juga, kamus-kamus hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.28 Bahan-bahan tersebut digunakan untuk mendukung, mem-bantu, melengkapi, dan membahas masalah-masalah yang timbul dalam penulisan ini. Pada penulisan ini bahan hukum sekunder yang digunakan oleh penulis adalah buku-buku teks yang berkaitan dengan isu hukum yang menjadi pokok permasalahan.

3.2.2 Analisis Bahan Hukum

Metode analisis bahan hukum yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan analisa deduktif, yaitu dengan cara melihat suatu permasalahan secara umum sampai dengan pada hal-hal yang bersifat khusus untuk mencapai preskripsi atau maksud yang sebenarnya.29 Peter Mahmud Marzuki menyatakan, “Dalam menganalisa bahan yang diperoleh agar dapat

menjawab permasalahan dengan tepat dilakukan dengan langkah-langkah : 1. Mengidentifikasi fakta hukum dan mengeliminir hal-hal yang tidak

relevan untuk menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan; 2. Pengumpulan bahan-bahan hukum dan bahan-bahan non hukum yang

dipandang mempunyai relevansi;

3. Melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan;

4. Menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab isu hukum; dan

28

Ibid. hlm. 155

29

(25)

5. Memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah dibangun di dalam kesimpulan.

Sesuai langkah-langkah diatas, sebelumnya penulis mengidentifikasi fakta-fakta hukum dan telah menetapkan isu hukum yang akan dibahas. Selanjutnya mengumpulkan bahan-bahan yang relevan dengan isu hukum yang akan dibahas. Bahan-bahan hukum tersebut kemudian digunakan untuk menelaah dan menganalisis isu hukum yang dibahas. Setelah melakukan telaah kemudian penulis menganalisis dengan menggunakan analisis deduktif yaitu analisis umum menuju ke khusus. Pada judul yang dianalisis, GOLDEN SHAKE HAND

SEBAGAI UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM

MEWUJUDKAN REFORMASI BIROKRASI DAN GOOD GOVERNANCE

DI INDONESIA, dikaji menggunakan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Setelah itu memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang dibangun dalam kesimpulan.

(26)

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 PenerapanGolden Shake Handdi Indonesia

Konsep Golden Shake Hand sebenarnya telah ada di Indonesia, namun tidak banyak orang menyadari keberadaan dan betapa besar manfaat dari penerapannya. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan-perusahaan nasional, baik nasional (BUMN) maupun swasta yang menerapkannya. Hal ini dilakukan karena seiring dengan perkembangan dan tuntutan jaman, perusahaan-perusahaan besar membutuhkan suatu kinerja dan keuntungan (profit) perusahaan yang berjalan secara linear. Terkadang, suatu perusahaan mengalami apa yang dina-makan dengan financial distress (kesulitan keuangan), sehingga mengeluarkan sebuah kebijakan-kebijakan strategis untuk menanganinya, salah satunya adalah Golden Shake Hand. Konsep inilah yang kemudian dinilai berhasil dalam mengeluarkan

suatu perusahaan saat terjadifinancialdistress.

4.1.1 Perusahaan-perusahaan yang menerapkanGolden Shake Hand

Penerapan Golden Shake Hand di Indonesia saat ini ada di 4 (empat) perusahaan nasional, yaitu: Telkom Indonesia, Garuda Indonesia Airways, Merpati Nusantara Airlines dan Citibank. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) adalah perusahaan nasional yang pertama kali menerapkan Golden Shake Hand sejak tahun 1995,30 yang dilakukan secara bertahap untuk merampingkan jumlah pegawai agar perusahaan dapat bergerak lincah dalam kompetisi yang semakin ketat. Saat itu sebanyak 5.188 pegawai mengikuti program tersebut. Bila dihitung sejak tahun 2002 hingga 2009 sudah sekitar 12 ribu pegawai mengambil program pensiun dini. Pada bulan Maret 2009 lalu, sebanyak 1.156 pegawai telah mengkuti program pensiun dini.

Dalam persaingan industri telekomunikasi yang sangat ketat, Telkom perlu mengantisipasi lingkungan bisnis yang sangat cepat berubah dan sumberdaya yang efisien menjadi pertimbangan yang sangat strategis. Untuk meningkatkan

30

(27)

efisiensi dan efektivitas operasional perlu diterapkannya program Golden Shake Hand dengan cara menawarkan kepada para pegawai dengan memberikan kompensasi yang sangat memadai jika memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Rata-rata para pegawai yang melakukan Golden Shake Hand ingin mengem-bangkan diri di luar perusahaan sebagai second carrier. Tidak sedikit pula di antara mereka umurnya sudah mendekati masa pensiun sehingga mereka mungkin memilih berkiprah dalam bidang lain.

Golden shake hand juga diterapkan oleh perusahaan penerbangan nasional Garuda Indonesia Airways. Menurut Mantan Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar mengatakan bahwa31 ‘Garuda saat ini telah banyak berubah, namun tidak semua sumber daya manusianya mampu mengikuti perubahan

tersebut’. Lanjutnya menegaskan ‘bahwa dalam memanage perusahaan harus

mempunyai keseimbangan antara logika dan hati. Harus adanya guidance

bagai-mana cara untuk bertahan dan melanjutkan’. Garuda menawarkan golden shake hand bagi karyawannya dengan lebih dari 4 tahun gaji mereka dan memberikan pelatihan kewirausahaan. Dengan begitu, karyawan yang mengikuti program golden shake handdiberikan bekal setelah tidak bekerja kembali.

Selain Telkom dan Garuda Indonesia yang menerapkan program golden shake handbagi perusahaannya, Merpati Nusantara Airlines juga menerapkan hal yang sama. Berbeda dengan kedua perusahaan diatas, Tujuan menerapkangolden shake hand oleh Merpati Nusantara Airlines adalah alasan karena kinerja keuangan yang belum juga membaik.32 Anak perusahaan Garuda Indonesia ini beralasan juga untuk efisiensi perusahaan di tengah persaingan perang tarif penerbangan perlu dilakukan pemangkasan karyawan.

Citibank, perusahaan yang bergerak di bidang perbankan juga melakukan program golden shake hand bagi karyawannya. Multi National Corporation (MNC) ini sejak awal telah melakukan berbagai usaha untuk mengalokasikan karyawan yang posisinya hilang ke posisi lain di bank sesuai dengan kapabilitas

31

http://rumahperubahan.com/index.php?option=com_content&task=view&id=182&Itemid=57 (diakses pada tanggal 21 april 2015 pukul 12.45 WIB)

32

(28)

dan pengalaman mereka. Namun, bagi yang tidak dan mengalami posisi yang hilang kemudian ditawarkan Golden Shake Hand.33 Terkait penyelesaian dengan pihak karyawannya, Citibank memastikan bahwa hingga saat ini sudah 99 persen karyawan menerima program restrukturisasi ini (golden handshake program) berjalan dengan sangat baik. Program restrukturisasi yang diberikan Citibank adalah dengan memberikan kompensasi serta tunjangan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

4.1.2 Manfaat PenerapanGolden Shake Hand

Suatu konsep pasti memiliki suatu tujuan untuk dicapai, begitu pula dengan Golden Shake Hand. Secara umum Golden Shake Hand bertujuan untuk menjamin kesejahteraan karyawan selepas mereka tidak lagi menjadi bagian dari perusahaan. Biasanya Golden Shake Hand diberlakukan oleh perusahaan yang ingin melakukan peremajaan dalam perusahaannya dengan mempertimbangkan beberapa manfaat yang ada. Manfaat dari Golden Shake Hand dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Jika dilihat dari sudut pandang pemberi Golden Shake Hand atau perusahaan, maka pemberian Golden Shake Hand mempunyai dua manfaat: yang pertama, terkait alasan kelebihan karyawan, maka dengan diber-lakukannyaGolden Shake Handdiharapkan biaya operasional perusahaan di masa mendatang akan berkurang karena jumlah beban tanggungan perusahaan turut berkurang sejalan dengan berkurangngnya jumlah karyawan. Kedua,untuk alasan menyegarkan perusahaan, pemberian Golden Shake Hand akan memutus rantai generasi dari karyawan yang kurang produktif dan menggantinya dengan karyawan-karyawan baru yang memiliki kompetensi lebih bagus dari sebelumnya sehingga dengan adanya karyawan baru diharapkan mampu memunculkan ide-ide segar yang nantinya berdampak kepada meningkatnya kinerja perusahaan.

Lebih lanjut dilihat dari sudut pandang karyawan yang mendapatkan Golden Shake Hand, para karyawan merasa diperhatikan kesejahteraan selepas

mereka bukan lagi menjadi bagian dari perusahaan. Selain itu pemberian Golden Shake Handjuga dapat membuka peluang bagi karwayan tersebut untuk mengem-bangkan diri diluar perusahaan. Diharapkan dengan adanya program Golden

33

(29)

Shake Hand dapat memberikan suatu tindakan solutif yang dapat menguntungkan baik bagi perusahaan maupun pekerja yang tidak lagi menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Jadi penerapan Golden Shake Hand di Indonesia saat ini telah diterapkan oleh perusahaan-perusahaan nasional, baik BUMN maupun swasta.

4.2 Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi melalui mekanisme Golden Shake Hand dalam Mewujudkan Reformasi Birokrasi danGood Governance di Indonesia

4.2.1 Perwujudan Reformasi Birokrasi dan Good Governance dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Reformasi birokrasi di Indonesia sebenarnya telah dilakukan sejak akhir tahun 2005 yang lalu dengan diterapkannnya pilot project reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan, Mahkamah Agung dan Badan Pemeriiksa Keuangan. Selanjutnya dikembangkanlah suatu kerangka kerja reformasi birokrasi yang diwujudkan dalam Peraturan Presiden No.81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Didalam Peraturan Presiden tersebut, terdapat

sasaran dan indikator keberhasilan reformasi birokrasi di Indonesia adalah ‘

Ter-wujudnya Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN’34. Dimana tujuannya adalah akan terciptanya suatu tatanan penyelenggaraan negara yang efektif dan efisien.

Penyebab munculnya reformasi birokrasi adalah adanya kebutuhan mela-kukan perubahan dan pembaharuan. Kebutuhan akan perubahan dan pembaharuan tersebut terwujud jika didukung oleh kebijakan politik (political policy) yang strategis dan dijadikan suatu program nasional dengan dukungan seluruh rakyat.35 Reformasi birokrasi adalah langkah solutif dalam rangka membangun pemerin-tahan negara yang mampu berjalan dengan baik (good governance).

Pada hakikatnya birokrasi pemerintah harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik dan profesional. Birokrasi harus sepenuhnya

34

Selain itu juga :’Terwujudnya Peningkatan kualitas layanan publik kepada masyarakat’ dan ‘Meningkatnya kapabilitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.’ Ramadhani Ardiansyah. dalamDesain Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi di Indonesia Mari Belajar Dari yang Terbaik. Tangerang: STAN Bintaro.

35

(30)

mengabdi pada kepentingan rakyat dan bekerja untuk memberikan pelayanan pri-ma, transparan, akuntabel, dan bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Semangat inilah yang mendasari pelaksanaan reformasi birokrasi peme-rintah di Indonesia.

Namun sayang karena belum termaksimalkannya upaya reformasi birokra-si di Indonebirokra-sia, maka berdampak pada pelayanan dan kinerja yang buruk hingga mengarah kepada terjadinya praktik korupsi. Bahkan Tabulasi data ACCH KPK menyebutkan bahwa tingkat praktik korupsi tertinggi berdasarkan instansi secara akumulasi di Indonesia berada dalam lingkungan lembaga eksekutif, yaitu melipu-ti Kementerian atau Lembaga (K/L), Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Daerah.

Gambar 1: Tabulasi Data Penanganan Korupsi Berdasarkan Instansi Tahun 2004-2015

(31)

berpe-ran memperburuk keadaan tersebut.36 Kondisi yang demikian itu merupakan realita dalam sektor pelayanan publik yang perlu dibenahi, dicegah dan dicarikan jalan keluarnya.

Hal demikian terjadi karena jika melihat pada ketentuan normatif yang ada di Indonesia, memang bagi orang-orang yang duduk di ranah eksekutif dalam hal ini yang menjadi fokus adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) telah ada aturan mengenai evaluasi kinerja atau yang dikenal dengan istilah daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan yang diatur dalam ketentuan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil. Tapi anehnya tujuan dari daftar penilaian pelaksaan pekerjaan adalah untuk memperoleh bahan-bahan pertimbangan yang objektif dalam pembinaan PNS dan untuk menjamin objektivitas dalam mempertimbangkan pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan pangkat diadakan penilaian prestasi kerja saja. Selain itu yang menjadi miris adalah dalam ketentuan Pasal 3 pada Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa terhadap setiap PNS dilakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan sekali setahun oleh pejabat penilai.

Padahal seharusnya jika Pemerintah benar-benar sepenuh hati ingin me-lakukan reformasi birokrasi di Indonesia, maka idealnya adalah hasil dari daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan tersebut juga menjadi acuan apakah orang tersebut masih layak ada di kursi eksekutif dalam hal ini PNS ataukah tidak. Karena hanya akan menjadi hal yang mubadzir ketika kebradaannya tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perwujudan Good Governace di Indonesia, tetapi malah menambah beban anggran negara yang terbuang percuma.

4.2.2 Mekanisme Golden Shake Hand sebagai Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam Mewujudkan Reformasi Birokrasi dan Good Governancedi Indonesia

Mekanisme Golden Shake Hand mungkin bagi sebagian orang diiden-tikkan dengan istilah Pensiun Dini. Namun disini penulis menegaskan bahwa

36

(32)

konsep Golden Shake Hand yang diusulkan oleh penulis adalah berbeda dengan istilah Pensiun Dini yang diterapkan di Indonesia saat ini. Pensiun dini merupakan salah satu alasan pemberhentian PNS yang ada dalam ketentuan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Selanjutnya dalam Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Administrasi Pemberhentian Dengan Hak Pensiun Pegawai Negeri Sipil Secretariat Negara Republik Indonesia. Disebutkan bahwa Pemberhentian Atas Permintaan Sendiri (Pensiun Dini) dapat dilakukan oleh PNS yang telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan mempunyai masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20 tahun, dapat mengajukan permohonan pemberhentian sebagai PNS dengan hak pensiun (pensiun dini), dengan cara mengajukan permohonan berhenti sebagai PNS kepada Menteri Sekretaris Negara u.p. Deputi Menteri Sekretris Negara Bidang Sumber Daya Manusia.

Sedangkan konsepGolden Shake Handyang diusulkan oleh penulis memi-liki mekanisme yang berbeda. Berikut adalah mekanismenya:

1. Dilakukan secara kontinue terhadap seluruh jajaran PNS yang ada dalam ranah eksekutif;

2. Dilakukan melalui mekanisme evaluasi kerja dan uji kompetensi.

Jadi disini bagi orang-orang yang sudah menduduki posisi jabatan yang strategis tidak lantas mereka bisa merasa tenang dengan jabatanyya, karena setiap tahunnnya atas hasil dari evalusi, kinerja mereka akan terus dipantau, dan jika masih ingin menduduki jabatan tersebut maka harus melakukan uji kompetensi ulang. Hal ini bertujuan agar nantinya yang duduk di kursi eksekutif (dalam hal ini PNS) adalah benar-benar orang yang teruji dan memiliki kompetensi juga komitmen tinggi bagi perwujudanGood Governancedi Indonesia.

(33)
(34)

BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan dan setelah dianalisis per-masalahan, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Angka korupsi tertinggi yang terjadi di Indonesia ada pada ranah eksekutif. Hal ini secara otomatis juga memperlambat terwujudnya Reformasi Birokrasi dan Good Governace di Indonesia. Meskipun pereintah telah menerapkan mekanisme evaluasi kenerja yang ada dalam PP Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan pegawai Negeri Sipil namun ternyata hasilnya hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

2. Konsep Golden Shake Hand merupakan jalan alternatif pemberantasan korupsi di Indonesia. Dilakukan dengan mekanisme evaluasi kerja dan uji kompetensi yang dilaksanakan secara continueterhadap seluruh jajaran PNS yang ada dalam ranah eksekutif. Nantinya yang berhasil lolos maka akan tetap menduduki jabtannya atau bisa juga akan dipindahkan kejabatan yang lebih tinggi, namun bagi yang tidak berhasil lolos, maka akan diberikan pelatihan kewirausahaan dan kemudian dilakukan Golden Shake Hand dengan cara diberikan uang pesangon yang lebih besar dari hak pensiun perbulannya.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa rekomen-dasi sebagai berikut:

1. Harus ada pengaturan secara normatif terkait konsep dan mekanisme dari Golden Shake Hand, karena bagaimapun sesuai dengan bunyi Pasal 1 ayat (3)

UUD NRI Tahun 1945 bahwa negara Indonesia adalah negara hukum maka konsekuensi logisnya adalah segala sesuatunya harus berdasar atas hukum; 2. Harus ada perubahan terhadap ketentuan mengenai evaluasi kinerja yang ada

(35)

DAFTAR PUSTAKA

JURNAL:

Batubara, Alwi Hasyim. 2006.Jurnal Analisis Administrasi dan Kebijakan. Vol. 3 Januari-April 2006(1)

Nawatmi, Sri. 2013. Korupsi Dan Pertumbuhan Ekonomi – Studi Empiris 33 Provinsi Di Indonesia (Corruption And Economics Growth In 33 Province –

An Empirical Study In Indonesia). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Vol. 2(1)

BUKU:

Budi Winarno. 2008. Globalisasi: Peluang atau Ancaman bagi Indonesia. Surabaya: PT. Erlangga.

Burhan, Ashofa. 2000.Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.

Djaja, Ermansjah. 2009. Memberantas Korupsi bersama KPK. Jakarta: Sinar Grafika.

Effendy, Marwan. 2012. Sistem Peradilan Pidana: Tinjauan terhadap Beberapa Perkembangan Hukum Pidana. Jakarta: Referensi.

Mahmud Marzuki, Peter. 2010. Penulisan Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sumodiningrat, Gunawan. 2009.Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Thoha, Miftah. 2008.Reformasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi. Jakarta: Prenada Media Group.

BUKU TERJEMAHAN:

M. Friedman, Lawrence. 2001. American Law: An Introduction Second Edition (Hukum Amerika Sebuah Pengantar) terjemahan dari Wishnu Basuki. Jakarta: PT. Tatanusa.

ORGANISASI SEBAGAI PENGARANG:

Kementerian Perdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 2011. Buku 5: Kriteria Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi Indonesia. KEMENPAN RB Republik Indonesia.

SURAT KABAR:

Halili, 6 April 2010.Potong Generasi Korupsi. Harian Kompas.

PUBLIKASI ELEKTRONIK:

Transparancy International. Publikasi Corruptions Perception Index (CPI) 2014.

http://www.ti.or.id[20 April 2015]

Komisi Pemberantasan Korupsi. Statistik Penanganan Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Instansi.http://acch.kpk.go.id[19 April 2015]

Jaring News. Politik Peristiwa: Untuk Berantas Korupsi Perlu Potong Satu Generasi di Birokrasi.http://jaringnews.com[19 April 2015]

(36)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : RIZKA MEISA

Tempat, Tanggal Lahir : Banyuwangi, 2 Mei 1993

NIM : 110710101193

Fakultas/Jurusan : Hukum/Ilmu Hukum Universitas : Universitas Jember

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :

1. Ultra Petita Dalam Mahkamah Konstitusi Sebagai Perwujudan Keadilan Substantif

Penghargaan Ilmiah yang Pernah Diraih :

1. Juara III Lomba Debat Piala Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Tahun 2013

2. Juara I Artikel Ilmiah Constitutional Law Festival Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Tahun 2014

(37)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : MUHAMMAD RIZAL RACHMAN Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 08 November 1993

NIM : 120710101282

Fakultas/Jurusan : Hukum/Ilmu Hukum Universitas : Universitas Jember

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :

1. Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi tentang Calon Presiden Perseorangan (Independent)

2. Qou Vadis Pengadilan Agama dalam Penyelesaian Sengketa di Bidang Bisnis dan Keuangan Syariah?

(38)

-DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : YUSRIZAL MUHAMMAD RANGGA Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 20 Juli 1994

NIM : 120710101331

Fakultas/Jurusan : Hukum/Ilmu Hukum Universitas : Universitas Jember

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :

1. Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi tentang Calon Presiden Perseorangan (Independent)

Penghargaan Ilmiah yang Pernah Diraih :

Gambar

Gambar 1: Tabulasi Data Penanganan Korupsi Berdasarkan Instansi Tahun 2004-2015

Referensi

Dokumen terkait