• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menuju Indonesia Berteknologi Terbarukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Menuju Indonesia Berteknologi Terbarukan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Menuju Indonesia Berteknologi Terbarukan

“Manusia adalah Teknologi, Teknologi adalah

Manusia”

Disusun oleh:

Nadia Oktiarsy

1106001252

Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

(2)

1

Menuju Indonesia Berteknologi Terbarukan

“Manusia adalah Teknologi, Teknologi adalah Manusia”

Teknologi merupakan salah satu bagian perkembangan kehidupan dalam

manusia. Pentingnya peran teknologi yaitu agar kebutuhan manusia yang berasal

dari sumber daya alam dapat terpenuhi. Pemanfaatan sumber daya alam yang

digunakan berbagai macam teknologi diantaranya adalah sumber energi, baik

energi tak terbarukan atau energi terbarukan. Hanya saja, jumlah sumber daya

alam Indonesia tergolong beragam ternyata masih bergantung pada jenis yang

sama, yaitu sumber energi tak terbarukan, sebagai jenis energi yang suatu saat

nanti akan habis. Kebijaksanaan penggunaan sumber energi menjadi hal yang

perlu diperhatikan, terutama dalam berinovasi teknologi yang berkaitan dengan

sumber energi tersebut.

Hal ini mengakibatkan adanya hubungan antara manusia, teknologi dan

sumber daya alam. Berbagai evaluasi berdasarkan aspek-aspek yang didapat

menjadikan bahwa sebenarnya aspek manusia juga perlu dikembangkan sebagai

bagian dari inovasi itu sendiri, bukan hanya perkembangan teknologi dan

pengolahan sumber energi. Oleh sebab itu, tujuan penulisan yakni sebagai solusi

berupa pemikiran mengenai integrasi antara manusia dengan teknologi guna

pemanfaatan sumber energi yang bijaksana.

Teknologi Bukan Urgensi

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam berlimpah.

Pengolahannya juga dicantumkan pada Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945 pada pasal 33 ayat 3, mengamanatkan bahwa bumi dan air

dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kekayaan alam di

Indonesia diantaranya dapat diolah menjadi sumber energi, diantaranya energi

terbarukan dan tidak terbarukan Baik energi terbarukan dan tidak dibagi menjadi

(3)

2 Pengetahuan Indonesia pada seminar Hari Kebangkitan Teknologi Nasional

(HAKTEKNAS) tahun 2012 menjelaskan bahwa sumber energi Indonesia sangat

beragam, energi tidak terbarukan dan sudah lama dimanfaatkan bersifat fosil yang

berarti akan habis, sedangkan energi terbarukan bersifat non-fosil yang berarti

tidak akan habis dan diantaranya sudah lama dimanfaatkan. Banyaknya

keberagaman sumber energi ini menjadi bagian kekuatan Indonesia. Amat tidak

bijak jika Indonesia hanya memanfaatkan sedikit dari keberagaman serta potensi

sumber energi tersebut.

Menurut penelitian dari International Institute for Sustainable Development

(IISD) 2012, jumlah sumber energi Indonesia yang beragam belum dimanfaatkan

secara optimal jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk yang

membutuhkan sumber energi. Perbandingan tersebut disebabkan karena

penggunaan energi tidak terbarukan cenderung lebih sering digunakan, misalnya

bahan bakar minyak. Perlu digarisbawahi bahwa Indonesia bukan salah satu

kategori negara kaya energi fosil (Harun, 2011). Hal tersebut disebabkan oleh

jumlah teknologi meningkat, terutama sektor transportasi dan pembangkit listrik

(Lembaga Ketahanan Nasional RI, 2012). Peningkatan penggunaan teknologi

dengan sumber energi tak terbarukan ini merupakan pemicu bahwa sudah saatnya

Indonesia meningkatkan kualitas dan kuantitas teknologi ramah lingkungan

menggunakan sumber energi terbarukan, yang juga menjadi tuntutan global dalam

berambisi mengunggulkan inovasi-inovasi demi menjadikan bumi terus bertahan

dan berlanjut ke masa depan.

Teknologi dinyatakan sebagai solusi cerdas apabila dapat memecahkan

sebuah masalah lingkungan, dikenal istilah green technology, bahkan sudah diperkirakan pada tahun 2050 penggunaan teknologi berbasis sumber energi

terbarukan akan meningkat (International Panel on Climate PBB, 2012). Sejalan dengan waktu, kebutuhan manusia yang kompleks mengakibatkan adanya

kebergantungan manusia terhadap teknologi. Walaupun teknologi ramah

lingkungan menjadi berita yang memberikan harapan masa depan,

(4)

3 sumber energi, yakni berasal dari kekayaan alam dan belum bisa dipastikan

keberadaannya di masa depan.

Fenomena ketergantungan teknologi yang seolah-olah pahlawan masa depan

ini menjadi duri-duri kecil tidak disadari oleh masyarakat. Teknologi ramah

lingkungan dan sumber energi memang perlu dipertahankan dan dikembangkan

keberlanjutannya demi kebutuhan dan kemakmuran masyarakat, terutama

Indonesia sebagai salah satu negara kontributor penghijauan dunia.

Urgensinya adalah manusia. Dari sekian banyak masalah-masalah yang ada

di bumi ini, sebagian besar berasal dari manusia, termasuk dalam berinovasi

teknologi walaupun itu adalah teknologi ramah lingkungan. Sekarang dan masa

depan membutuhkan masyarakat yang menyediakan solusi terbarukan daripada

menjadikan bumi sebagai planet dengan benda baru buatan manusia.

Oleh karena itu, kesadaran masyarakat mengenai keberlanjutan teknologi

ramah lingkungan dan sumber energi juga menciptakan adanya keberlanjutan

planet bumi ini. Sudah saatnya masyarakat paham, belajar dan aktif,

memperlakukan teknologi ramah lingkungan dan sumber energi sebagai bagian

penting dari proses kehidupan, bukan menganggap teknologi ramah lingkungan

dan sumber energi sebagai benda berguna saja.

Serba Salah: Manusia, Teknologi, dan Sumber Energi

Pemaparan sebelumnya merupakan salah satu garis besar jika manusia

berkebutuhan, teknologi digunakan, dan sumber energi dimanfaatkan, memiliki

posisi setara. Ketiganya sama-sama belum tentu diketahui secara pasti di masa

depan. Ketiganya juga memiliki keterkaitan satu sama lain, apabila salah satu

diantaranya tidak seimbang akan memiliki dampak-dampak yang mempengaruhi

baik dari sisi sosio-humaniora dan lingkungan alam.

Arsitek William McDonough dan ahli kimia lingkungan Michael Braungart

pada tahun 2002, mengenali istilah Cradle to Grave dan Cradle to Cradle yang saat ini sering didengungkan sebagai prinsip produksi desain dan teknologi ramah

(5)

4 berawal dari sumber bahan baku yang diambil kemudian dijadikan sesuatu

menggunakan proses manufaktur. Proses tersebut menghasilkan limbah dan

menjadikan produk hanya digunakan, namun hidupnya berakhir di pembuangan.

Hal ini terjadi karena konsumer menggunakan produk dengan mudahnya dari

toko-toko, tanpa merasakan, mengetahui darimana dan bagaimana produk tersebut

datang dan pergi. Sedangkan, Cradle to Cradle sebagai model yang memperhitungkan siklus hidup produk berdasarkan contoh-contoh dari alam.

Produk dari Cradle to Cradle menyarankan semua manusia bisa menjadi kehadiran positif di planet ini bahkan mampu mengisi dan regenerasi sistem alam.

Cradle to Grave sama prinsipnya dengan sumber daya alam yang digunakan sebagai energi tidak terbarukan. Energi tak terbarukan digunakan secara masif dan

pembuangannya tidak mengembalikan seperti kondisi awal, tetapi menjadi polusi

dan pencemaran yang justru memperburuk kondisi lingkungan. Sedangkan situasi

di Indonesia masih terjadi ketidakseimbangan antara jumlah produksi energi tak

terbarukan dengan jumlah penggunanya, dilihat dari pengeluaran pemerintah

untuk subsidi energi untuk bahan bakar dan listrik (Kementrian Keuangan, 2012).

(6)

5 Kementrian ESDM Direktorat Jendral Migas (2013) juga menunjukan pada

datanya bahwa subsidi energi untuk bahan bakar dan listrik mayoritas

menggunakan bahan bakar minyak. Setiap tahunnya jumlah konsumsi bahan

bakar minyak meningkat rata-rata sebanyak 1.255.117 kiloliter (lampiran 1).

Masalahnya adalah Indonesia bukan tergolong negara dengan cadangan sumber

daya alam cadangan minyak yang sedikit. BP Migas (2011), memperkirakan

cadangan minyak potensial hanya bertahan dalam kurun waktu singkat, yaitu

selama 12 tahun.

Alasan ekonomi terus bertahan sebagai tantangan besar Indonesia mengenai

subsidi energi dan perkembangan teknologi pengolah sumber energi. Subsidi

sumber energi bahan bakar ternyata lebih menguntungkan masyarakat golongan

atas atau kaya. IISD (2012) mengungkapkan hasil penelitian yang menunjukan

sebagain besar subsidi dinikmati oleh golongan berpendapatan tinggi, terutama di

daerah perkotaan. Hal ini terjadi karena subsidi bahan bakar dihitung berdasarkan

liter, bukan perbedaan penghasilan. World Bank (2011) juga menunjukan bahwa

rumah tangga dan pribadi mengonsumsi sepertiga dari total subsidi bahan bakar,

sedangkan sisanya tersalurkan ke pengguna transportasi komersial dan kegiatan

usaha. Penggunaan teknologi secara besar-besaran ini mengisyaratkan bahwa

masyarakat memiliki ketergantungan teknologi untuk memenuhi kebutuhannya,

namun teknologi yang digunakan justru mengurangi jumlah energi tak terbarukan

seperti energi fosil.

Hal ini memaksa pemerintah dan ilmuan Indonesia memulai untuk

menciptakan teknologi berbasis energi terbarukan. Sumber energi terbarukan dan

teknologi ramah lingkungan menjadi solusi yang sekilas memberikan janji-janji

baik untuk kebutuhan masyarakat perkotaan atau di luar perkotaan. Hanya saja,

tidak semua daerah di Indonesia menjangkau adanya teknologi berbasis energi

terbarukan tersebut. Sugesti mahal di kalangan masyarakat Indonesia tentang harga teknologi ramah lingkungan berbasis energi terbarukan masih tergolong

banyak. Misalnya, harga panel surya mencapai Rp 2,5 juta–Rp 5 juta per unit,

(7)

6 Pemerintah juga masih menanggung kebutuhan dengan jumlah penduduk

Indonesia yang digolongkan banyak, yang titik padatnya ada di perkotaan. Jumlah

padatnya masyarakat Indonesia masih menetap di urutan keempat di dunia, yaitu

sebanyak 253.609.643 pada tahun 2014 dan diprediksikan berkisar 313.020.847

orang pada tahun 2050 (Internet World Stats, 2015). Jumlah ini menjadi suatu

latar belakang masalah-masalah serius yang harus ditanggapi pemerintah dan

masyarakat Indonesia, terutama dalam pemerataan kebutuhan. Apa yang

menjadikan hal ini serius adalah tidak sejalannya penambahan jumlah penduduk

dengan kualitas harapan. Indonesia mengharapkan sumber daya manusia yang

dapat mengolah sumber energi secara efesien, tujuannya agar roda nasib Indonesia

berputar menjadi buah keuntungan terbarukan juga.

Jumlah penduduk Indonesia yang intensitasnya banyak di perkotaan,

ditemukan kecenderungan bahwa penduduk sebagai konsumer belum sadar

bagaimana proses produk datang dan pergi. Oleh sebab itu, jarang ditemukan

konsumer Indonesia yang memahami esensi kehidupan masyarakat sebagai bagian

dari teknologi terbarukan, sebab masyarakat belum tergugah tentang latar

belakang dan tujuan dari teknologi terbarukan. Hal ini menekankan bahwa inovasi

teknologi terbarukan sudah semestinya melibatkan masyarakat sebagai penggerak

teknologi yang sesungguhnya. Tanpa memahami esensi integrasi antara teknologi

dan manusia, berarti ketergantungan terhadap teknologi sebagai benda akan terus

berlanjut. Pada akhirnya, suatu saat nanti Indonesia hanya sebagai negara

penyedia teknologi ramah lingkungan saja, bukan negara dengan masyarakat yang

menyediakan solusi terbarukan.

Tak Terhubung: Manusia, Teknologi, dan Sumber Energi

Apabila green technology yang saat ini dirasakan sulit dalam pengimplementasiannya di Indonesia, diakibatkan tidak seimbangnya pemaknaan

tiga aspek yang saling terkait. Ketiga aspek saling terkait tersebut adalah manusia,

teknologi, dan sumber energi. Berikut ini adalah diagram penjelaskan keterkaitan

(8)

7

Diagram 1. Keterkaitan ketiga aspek ungreen technology

Sumber: pribadi

Kebutuhan tak terpenuhi apabila hanya ada manusia dan energi tetapi tidak ada teknologi yang mengolahnya. Hilangnya teknologi sama saja artinya

mematikan kehidupan manusia. Ketidakseimbangan yang terjadi di Indonesia

ialah kecenderungan penggunaan teknologi berbasis sumber energi tak terbarukan

lebih terpublikasi daripada penggunaan teknologi pengolah sumber energi

terbarukan. UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bahkan sudah memaparkan bahwa

seharusnya sumber daya alam, salah satunya sumber energi, dipergunakan untuk

kemakmuran rakyat.

Benda‟ merupakan suatu gambaran apabila teknologi dan sumber energi

hanya menjadi fokus produksi, tanpa didasari konteks manusia yang akan

menggunakannya. Tanpa konteks manusia, pemaknaan green technology tidak akan bertahan secara berkelanjutan karena sama saja menjadikan teknologi

sebagai benda mati yang belum tentu sesuai dengan kondisi manusia.

Cradle to grave diakibatkan karena hilangnya pemaknaan bagaimana sumber energi datang dan pergi. Sedangkan, manusia tetap bertahan menggunakan

(9)

8 energi terutama energi tak terbarukan akan habis dan menjadi polusi saja.

Fenomena ini menunjukan bahwa sebenarnya manusia dan teknologi tanpa

kebijaksanaan penggunaan sumber energi akan mengakibatkan sikap konsumtif

berlebihan.

Dari kenyataan tersebut, masyarakat Indonesia, sebagai manusia, masih

digolongkan belum paham apa pemaknaan teknologi dan sumber energi selain

menjadi benda yang digunakan. Manusia sebagai salah satu aspek keseimbangan dalam konsep green technology justru sibuk saling menyalahkan dan belum mengintegrasikan diri menjadi bagian sistem teknologi tersebut. Pada akhirnya,

cita-cita Indonesia mandiri justru tertinggal dalam perkembangan teknologi dan

pengolahan sumber energi terus bertahan pada energi tak terbarukan.

Mengikutsertakan Masyarakat Sebagai Teknologi

Berdasarkan pengumpulan data dan penelitian yang sudah dilakukan,

Indonesia sudah sepantasnya mulai melatih diri, mengonversi sumber energi tidak

terbarukan menjadi sumber energi terbarukan potensial, misalnya menggunakan

panas bumi, arus laut, cahaya matahari, dan lain-lain. Penerapannya juga

didukung oleh teknologi ramah lingkungan, walaupun dalam proses manufaktur

dan produksinya membutuhkan biaya yang relatif mahal. Poin ini justru

memberikan refleksi untuk terus melanjutkan kreativitas bahwa sebenarnya

teknologi ramah lingkungan tidak semahal yang didengungkan banyak orang.

Sudah seharusnya ilmuan dan pemerintah menghentikan sikap pesimistis untuk

memproduksi teknologi berbasis sumber energi terbarukan. Manusia merupakan kunci penggerak untuk mewujudkan konsep green technology ini.

Energy of people, people that provide sustainable solutions instead provide sustainable planet.” Mike Stormmen, 2011.

Sebuah iklan komersil Minnesota Mining and Manufacturing Company

(3M) berjudul “Innovation is Energy” (2011), melalui pernyataan dari seorang Specialis Teknis Divisi Energi Terbarukan, Mike Stormmen, menggugah bahwa

(10)

9 perginya tergantung dari inovasi. Inovasi tersendiri datangnya dari ide manusia,

sedangkan penekanannya adalah mengunggulkan orang-orang yang berdedikasi

untuk membuat inovasi dan solusi dari berbagai masalah namun tetap

berkelanjutan, bukan dari inovasi teknologinya saja. Kesalahan banyak orang

mengenai teknologi adalah menciptakan suatu benda agar dapat digunakan. Pemaknaan ini seharusnya mulai digugah dan diterapkan pada masyarakat,

terutama di perkotaan yang jumlah konsumsi energi dan penggunaan teknologinya

tinggi. Melalui pemaknaan tersebut diharapkan akan memicu bertambahnya

kesadaran masyarakat untuk menjunjung teknologi berbasis energi terbarukan.

Pemaknaan dibutuhkannya integrasi manusia dapat dimulai dari suatu hal

kecil yang memiliki cita-cita besar. Berarti hal kecil dan sederhana sebenarnya

bisa menjadi media pembiasaan diri masyarakat untuk sadar, paham, dan aktif

dalam pengembangan energi terbarukan untuk mewujudkan kemandirian

Indonesia. Misalnya, belajar dari program dari perusahaan Volkswagen Group, disebut dengan The Fun Theory sejak tahun 2009. Program tersebut mewadahi ide-ide kreatif dari masyarakat, yang mana ide-ide diharapkan dapat mengundang

masyarakat publik berperan aktif untuk menjadi bagian dari teknologi yang

memberikan pengalaman menyenangkan. Salah satunya adalah Piano Staircase

(Tangga Piano) dirancang dan dicoba tahun 2009, di Odenplan, Stockholm.

Percobaan ini dilakakunan berdasarkan isu masyarakat perkotaan yang cenderung

memilih menggunakan tangga otomatis atau eskalator daripada tangga biasa. Ide

direalisasikan agar masyarakat belajar bahwa teknologi juga menyenangkan.

Ilustrasi 1. Isu Masyarakat kota yang lebih memilih tangga otomatis.

(11)

10 Ilustrasi 2. Pemasangan teknologi sederhana oleh masyarakat

Sumber: http://www.thefuntheory.com/piano-staircase (diakses tanggal 8 Maret 2015)

Ilustrasi 3. Hari Percobaan

Sumber: http://www.thefuntheory.com/piano-staircase (diakses tanggal 8 Maret 2015)

Masyarakat Odenplan, Stockholm, memiliki kebiasaan menggunakan

eskalator saat beraktivitas. Kemudian ide cerdas direalisasikan melalui teknologi

sederhana yang dipasang pada tangga biasa, apabila diinjak oleh orang-orang yang

lalu lalang maka tangga tersebut akan mengeluarkan suara. Suara tersebut

mengintervensi ruang publik dan memberikan perasaan berbeda saat menginjak

anak-anak tangga tersebut. Hasilnya 66% orang lebih memilih menggunakan

tangga biasa daripada eskalator dengan alasan lebih menyenangkan (Volkswagen,

2009). Masih banyak lagi ide kreatif hasil pewadahan Volkswagen Group yang menggugah banyak orang di seluruh dunia untuk paham bahwa teknologi

merupakan bagian dari manusia, manusia merupakan bagian dari teknologi.

Esensi dari Piano Staircase dapat diambil menjadi pelajaran bahwa sesuatu yang sederhana dan memberikan pengalaman memiliki pengaruh besar terutama dalam

(12)

11 Bagaimana dengan Indonesia? Dengan jumlah penduduk terbanyak keempat

di dunia itu memiliki masyarakat yang berinisiatif untuk ikut serta sebagai bagian

teknologi memungkinkan peluang Indonesia dalam mengembangkan teknologi

dan menghemat energi akan lebih terbuka lebar, terutama di perkotaan.

“Teknologi yang mengikutsertakan masyarakat” merupakan salah satu solusi terbarukan. Mengikutsertakan masyarakat untuk berteknologi bersolusi

terbarukan tidak lepas juga dari unsur pendidikan. Pendidikan bisa dimulai kapan

saja, teknologi dengan solusi terbarukan tidak harus menjadi mahasiswa bahkan

ilmuan. Pada dasarnya, anak-anak adalah refleksi ide-ide kreatif yang disebut

dengan impian. Apabila masih ada pemikiran ide anak-anak bersifat mustahil, hal ini dikarenakan budaya pendidikan terus mengagungkan ilmu dengan

kekompleksitasan tinggi sehingga keputusan terus bias di tangan orang-orang

dewasa.

“Giving opportunities to children to have a say about their life is quite a challenge in our culture. We have been culturally educated for so long that “children are to be seen and not heard”. Thus most decisions in our society are made by the adults. Within families, schools and communities, we are used to the situation where

children are only passive participants, merely following the programs or activities planned by adults.” Paramita Atmodiwirjo dan Yandi Andri Yatmo, 2007.

Penerapannya sudah dilakukan oleh Departemen Arsitektur, Fakultas

Teknik, Universitas Indonesia, sejak tahun 2007. Program ini adalah realisasi

bahwa pendidikan lingkungan melalui pendekatan kreativitas dan sumber daya

lokal, kemudian hasil pembelajarannya menjadi modal untuk menuju Indonesia

(13)

12

Ilustrasi 4. Workshop „Rumah Sehat‟ di RT 04/RW 02 Jatinegara, Cakung

Sumber: http://lingkunganku.com/galeri/rumahku/workshop-rumah-sehat-di-rt-04rw-02-jatinegara-cakung (diakses tanggal 8 Maret 2015)

Ilustrasi 5. Workshop „Rumah Sehat‟ di SD Negeri Srengseng Sawah 13

Sumber:

http://lingkunganku.com/galeri/rumahku/workshop-rumah-sehat-di-rt-04rw-02-jatinegara-cakung (diakses tanggal 8 Maret 2015)

Esensinya ialah penerapan kreativitas seharusnya juga dikembangkan pada

pendidikan Indonesia. Bukan hanya ilmu pengetahuan saja yang dijunjung tinggi,

tetapi melalui penanaman nilai kreativitas ditujukan agar pelajar-pelajar siap

menciptakan inovasi baru dan berani mengambil resiko dengan membiasakan

beropini melalui apa yang sudah dibuatnya (National Advisory Committee on

Creative and Cultural Education, 1999). Poin ini menjadi penekanan bahwa

Indonesia membutuhkan orang-orang yang mau berpendapat, berperan aktif, dan

berani mengambil resiko, sehingga memungkinan inovasi-inovasi bermunculan

lebih banyak, serta melatih masyarakat Indonesia berteknologi ramah lingkungan

(14)

13 Manusia adalah Teknologi, Teknologi adalah Manusia

Semakin kompleksnya kebutuhan manusia menjadikan teknologi memiliki

peranan besar dan berpengaruh. Teknologi yang digunakan secara besar-besaran

pada akhirnya akan memanfaatkan sumber energi yang menyesuaikan teknologi

dan jumlah penggunanya. Berbagai masalah yang harus ditanggung Indonesia

justru dibuat sebagai alasan masih mencari-cari masalah, dan saling salah

menyalahi berbagai pihak seperti pemerintah dan masyarakat. Tetapi urgensinya

adalah manusia.

Secanggih apapun teknologi yang diciptakan, sehemat apapun sumber

energi yang digunakan, apabila manusia tidak dapat mengatur diri sama saja

artinya menghambat perkembangan teknologi dan energi Indonesia. Keterkaitan

manusia, teknologi, dan sumber energi merupakan gambaran pemaknaan green technology sebenarnya. Dampak yang terjadi apabila tidak adanya keseimbangan antara ketiga aspek tersebut justru mengurangi perkembangan Indonesia mandiri.

Mengikutsertakan masyarakat sebagai teknologi merupakan langkah yang

dapat diterapkan terutama dalam menciptakan teknologi. Masyarakat sebagai

penggerak dan penghubung lingkungan melalui aktivitasnya untuk memenuhi

kebutuhan. Sudah saatnya teknologi Indonesia berbasis konteks manusia dan

lingkungannya, yang dapat mengubah cara berperilaku untuk belajar dengan

(15)

14

DAFTAR PUSTAKA

Atmodiwirjo, Paramita & Yatmo, A.Y.. 2007. Let City Children Have Their Say. Jakarta:

The Jakarta Post.

http://www.thejakartapost.com/news/2007/10/20/let-city-children-have-their-say.html (diakses tanggal 8 Maret 2015)

Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas). 2011.

Gas Bumi, dan Masa Depan Energi Indonesia, dalam Buletin BP Migas No. 73. http://www.bpmigas.go.id/wp-content/uploads/2011/08/Buletin-73.pdf (diakses tanggal 4 Maret 2015)

Braungart, Michael & McDonough, William. 2002. Cradle to Cradle: Remaking the Way We Make Things. North Point Press.

Harun, Mochamad. 2011. Peran Pertamina dalam Pemenuhan Bahan Bakar Minyak Dalam Negeri. Presentasi Media Workshop: International Institute for Sustainable Development & Global Subsidies Initiative.

Hidayat, Arif. 2012. Listrik Tenaga Surya Harusnya Tidak Mahal. Kompasiana.

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2012/12/19/listrik-tenaga-surya-harusnya-tidak-mahal-517290.html (diakses tanggal 7 Maret 2015)

International Institute for Sustainable Development. 2012. Panduan Masyarakat Tentang Subsidi Energi di Indonesia Perkembangan Terakhir 2012. International Panel on Climate PBB, dalam Lembaga Pertahanan Nasional. 2012.

Internet World Stats. 2015. The World Population and The Top Ten Countries with The Highest Population. http://www.internetworldstats.com/stats8.htm (diakses tanggal 7 Maret 2015)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2012. Presentasi Seminar Hari Kebangkitan Teknologi Nasion (HAKTEKNAS) 17. Bandung.

Lembaga Pertahanan Nasional. 2012. Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) guna Penghematan Bahan Baku Fosil dalam Rangka Ketahanan Energi Nasional.

Jurnal Kajian LEMHANNAS RI Edisi 14: hal. 12-19.

Minnesota Mining and Manufacturing Company (The 3M Company). 2011.

(16)

15 National Advisory Committee on Creative and Cultural Education. 1999. All Our

Futures: Creativity, Culture, and Education.

Putri, Amanda. 2012. Mengoptimalkan Panel Surya Rumah Tangga. Kompas. http://edukasi.kompas.com/read/2012/01/13/03401813/Mengoptimalkan.Pa

nel.Surya.di.Rumah.Tangga (diakses tanggal 7 Maret 2015)

Volkswagen. 2009. The Fun Theory: Piano Staircase.

http://www.thefuntheory.com/piano-staircase (diakses tanggal 8 Maret

2015)

World Bank. 2011. Indonesia Economic Quarterly.

http://issuu.com/worldbank.indonesia/docs/ieq-mar2011-english (diakses

tanggal 6 Maret 2015)

Ilustrasi:

Ilustrasi 4: Lingkunganku. 2011. Workshop ‘Rumah Sehat’ di SD Negeri Srengseng

Sawah 13. http://lingkunganku.com/galeri/rumahku/workshop-rumah-sehat-di-rt-04rw-02-jatinegara-cakung (diakses tanggal 8 Maret 2015)

Ilustrasi 5: Lingkunganku. 2011. Workshop ‘Rumah Sehat’ di RT 04/RW 02 Jatinegara,

Cakung.

http://lingkunganku.com/galeri/rumahku/workshop-rumah-sehat-di-rt-04rw-02-jatinegara-cakung (diakses tanggal 8 Maret 2015)

Ilustrasi 1, 2, dan 3: Volkswagen. 2009. The Fun Theory: Piano Staircase. http://www.thefuntheory.com/piano-staircase (diakses tanggal 8 Maret

2015)

Tabel:

Tabel 1: Kementerian Keuangan. n.d.a. Data Pokok APBN 2006 - 2012.

Tabel 2 (Lampiran 1): Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. 2013.

(17)

16 Lampiran 1

Gambar

Tabel 1. Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Subsidi, 2006-2012 (dalam triliun rupiah)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kepentingan ekonomi Perancis kembali dalam struktur komando NATO adalah untuk mengamankan investasi Perancis di luar negeri karena investasi Perancis di luar negeri pada

Setelah mengamati video animasi di link youtube yang dibagikan oleh guru mengenai gangguan organ peredaran darah pada manusia, siswa bersama teman yang dekat dengan rumahnya

Dalam aspek sosial (Gambar 5), perusahaan dan pemerintah sepakat bahwa yang harus diutamakan adalah membangun pemahaman masyarakat mengenai upaya penurunan laju

NILAI-NILAI PENDIDIKAN BERKARAKTER DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA. TERE LIYE : KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

Berdasarkan pada Berita Acara Pembuktian kualifikasi nomor Berita Acara Pembuktian kualifikasi Nomor : 74/ULP-Pokja-JK/2012 tanggal 29 Februari 2012 Pekerjaan Pemetaan Ibu

Sebagai upaya pengamalan nilai-nilai spiritual ibadah dan dalam rangka pembinaan Pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menuju pelayanan prima kepada masyarakat, dengan ini

[r]