Menuju Indonesia Berteknologi Terbarukan
“Manusia adalah Teknologi, Teknologi adalah
Manusia”
Disusun oleh:
Nadia Oktiarsy
1106001252
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
1
Menuju Indonesia Berteknologi Terbarukan
“Manusia adalah Teknologi, Teknologi adalah Manusia”
Teknologi merupakan salah satu bagian perkembangan kehidupan dalam
manusia. Pentingnya peran teknologi yaitu agar kebutuhan manusia yang berasal
dari sumber daya alam dapat terpenuhi. Pemanfaatan sumber daya alam yang
digunakan berbagai macam teknologi diantaranya adalah sumber energi, baik
energi tak terbarukan atau energi terbarukan. Hanya saja, jumlah sumber daya
alam Indonesia tergolong beragam ternyata masih bergantung pada jenis yang
sama, yaitu sumber energi tak terbarukan, sebagai jenis energi yang suatu saat
nanti akan habis. Kebijaksanaan penggunaan sumber energi menjadi hal yang
perlu diperhatikan, terutama dalam berinovasi teknologi yang berkaitan dengan
sumber energi tersebut.
Hal ini mengakibatkan adanya hubungan antara manusia, teknologi dan
sumber daya alam. Berbagai evaluasi berdasarkan aspek-aspek yang didapat
menjadikan bahwa sebenarnya aspek manusia juga perlu dikembangkan sebagai
bagian dari inovasi itu sendiri, bukan hanya perkembangan teknologi dan
pengolahan sumber energi. Oleh sebab itu, tujuan penulisan yakni sebagai solusi
berupa pemikiran mengenai integrasi antara manusia dengan teknologi guna
pemanfaatan sumber energi yang bijaksana.
Teknologi Bukan Urgensi
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam berlimpah.
Pengolahannya juga dicantumkan pada Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 pada pasal 33 ayat 3, mengamanatkan bahwa bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kekayaan alam di
Indonesia diantaranya dapat diolah menjadi sumber energi, diantaranya energi
terbarukan dan tidak terbarukan Baik energi terbarukan dan tidak dibagi menjadi
2 Pengetahuan Indonesia pada seminar Hari Kebangkitan Teknologi Nasional
(HAKTEKNAS) tahun 2012 menjelaskan bahwa sumber energi Indonesia sangat
beragam, energi tidak terbarukan dan sudah lama dimanfaatkan bersifat fosil yang
berarti akan habis, sedangkan energi terbarukan bersifat non-fosil yang berarti
tidak akan habis dan diantaranya sudah lama dimanfaatkan. Banyaknya
keberagaman sumber energi ini menjadi bagian kekuatan Indonesia. Amat tidak
bijak jika Indonesia hanya memanfaatkan sedikit dari keberagaman serta potensi
sumber energi tersebut.
Menurut penelitian dari International Institute for Sustainable Development
(IISD) 2012, jumlah sumber energi Indonesia yang beragam belum dimanfaatkan
secara optimal jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk yang
membutuhkan sumber energi. Perbandingan tersebut disebabkan karena
penggunaan energi tidak terbarukan cenderung lebih sering digunakan, misalnya
bahan bakar minyak. Perlu digarisbawahi bahwa Indonesia bukan salah satu
kategori negara kaya energi fosil (Harun, 2011). Hal tersebut disebabkan oleh
jumlah teknologi meningkat, terutama sektor transportasi dan pembangkit listrik
(Lembaga Ketahanan Nasional RI, 2012). Peningkatan penggunaan teknologi
dengan sumber energi tak terbarukan ini merupakan pemicu bahwa sudah saatnya
Indonesia meningkatkan kualitas dan kuantitas teknologi ramah lingkungan
menggunakan sumber energi terbarukan, yang juga menjadi tuntutan global dalam
berambisi mengunggulkan inovasi-inovasi demi menjadikan bumi terus bertahan
dan berlanjut ke masa depan.
Teknologi dinyatakan sebagai solusi cerdas apabila dapat memecahkan
sebuah masalah lingkungan, dikenal istilah green technology, bahkan sudah diperkirakan pada tahun 2050 penggunaan teknologi berbasis sumber energi
terbarukan akan meningkat (International Panel on Climate PBB, 2012). Sejalan dengan waktu, kebutuhan manusia yang kompleks mengakibatkan adanya
kebergantungan manusia terhadap teknologi. Walaupun teknologi ramah
lingkungan menjadi berita yang memberikan harapan masa depan,
3 sumber energi, yakni berasal dari kekayaan alam dan belum bisa dipastikan
keberadaannya di masa depan.
Fenomena ketergantungan teknologi yang seolah-olah pahlawan masa depan
ini menjadi duri-duri kecil tidak disadari oleh masyarakat. Teknologi ramah
lingkungan dan sumber energi memang perlu dipertahankan dan dikembangkan
keberlanjutannya demi kebutuhan dan kemakmuran masyarakat, terutama
Indonesia sebagai salah satu negara kontributor penghijauan dunia.
Urgensinya adalah manusia. Dari sekian banyak masalah-masalah yang ada
di bumi ini, sebagian besar berasal dari manusia, termasuk dalam berinovasi
teknologi walaupun itu adalah teknologi ramah lingkungan. Sekarang dan masa
depan membutuhkan masyarakat yang menyediakan solusi terbarukan daripada
menjadikan bumi sebagai planet dengan benda baru buatan manusia.
Oleh karena itu, kesadaran masyarakat mengenai keberlanjutan teknologi
ramah lingkungan dan sumber energi juga menciptakan adanya keberlanjutan
planet bumi ini. Sudah saatnya masyarakat paham, belajar dan aktif,
memperlakukan teknologi ramah lingkungan dan sumber energi sebagai bagian
penting dari proses kehidupan, bukan menganggap teknologi ramah lingkungan
dan sumber energi sebagai benda berguna saja.
Serba Salah: Manusia, Teknologi, dan Sumber Energi
Pemaparan sebelumnya merupakan salah satu garis besar jika manusia
berkebutuhan, teknologi digunakan, dan sumber energi dimanfaatkan, memiliki
posisi setara. Ketiganya sama-sama belum tentu diketahui secara pasti di masa
depan. Ketiganya juga memiliki keterkaitan satu sama lain, apabila salah satu
diantaranya tidak seimbang akan memiliki dampak-dampak yang mempengaruhi
baik dari sisi sosio-humaniora dan lingkungan alam.
Arsitek William McDonough dan ahli kimia lingkungan Michael Braungart
pada tahun 2002, mengenali istilah Cradle to Grave dan Cradle to Cradle yang saat ini sering didengungkan sebagai prinsip produksi desain dan teknologi ramah
4 berawal dari sumber bahan baku yang diambil kemudian dijadikan sesuatu
menggunakan proses manufaktur. Proses tersebut menghasilkan limbah dan
menjadikan produk hanya digunakan, namun hidupnya berakhir di pembuangan.
Hal ini terjadi karena konsumer menggunakan produk dengan mudahnya dari
toko-toko, tanpa merasakan, mengetahui darimana dan bagaimana produk tersebut
datang dan pergi. Sedangkan, Cradle to Cradle sebagai model yang memperhitungkan siklus hidup produk berdasarkan contoh-contoh dari alam.
Produk dari Cradle to Cradle menyarankan semua manusia bisa menjadi kehadiran positif di planet ini bahkan mampu mengisi dan regenerasi sistem alam.
Cradle to Grave sama prinsipnya dengan sumber daya alam yang digunakan sebagai energi tidak terbarukan. Energi tak terbarukan digunakan secara masif dan
pembuangannya tidak mengembalikan seperti kondisi awal, tetapi menjadi polusi
dan pencemaran yang justru memperburuk kondisi lingkungan. Sedangkan situasi
di Indonesia masih terjadi ketidakseimbangan antara jumlah produksi energi tak
terbarukan dengan jumlah penggunanya, dilihat dari pengeluaran pemerintah
untuk subsidi energi untuk bahan bakar dan listrik (Kementrian Keuangan, 2012).
5 Kementrian ESDM Direktorat Jendral Migas (2013) juga menunjukan pada
datanya bahwa subsidi energi untuk bahan bakar dan listrik mayoritas
menggunakan bahan bakar minyak. Setiap tahunnya jumlah konsumsi bahan
bakar minyak meningkat rata-rata sebanyak 1.255.117 kiloliter (lampiran 1).
Masalahnya adalah Indonesia bukan tergolong negara dengan cadangan sumber
daya alam cadangan minyak yang sedikit. BP Migas (2011), memperkirakan
cadangan minyak potensial hanya bertahan dalam kurun waktu singkat, yaitu
selama 12 tahun.
Alasan ekonomi terus bertahan sebagai tantangan besar Indonesia mengenai
subsidi energi dan perkembangan teknologi pengolah sumber energi. Subsidi
sumber energi bahan bakar ternyata lebih menguntungkan masyarakat golongan
atas atau kaya. IISD (2012) mengungkapkan hasil penelitian yang menunjukan
sebagain besar subsidi dinikmati oleh golongan berpendapatan tinggi, terutama di
daerah perkotaan. Hal ini terjadi karena subsidi bahan bakar dihitung berdasarkan
liter, bukan perbedaan penghasilan. World Bank (2011) juga menunjukan bahwa
rumah tangga dan pribadi mengonsumsi sepertiga dari total subsidi bahan bakar,
sedangkan sisanya tersalurkan ke pengguna transportasi komersial dan kegiatan
usaha. Penggunaan teknologi secara besar-besaran ini mengisyaratkan bahwa
masyarakat memiliki ketergantungan teknologi untuk memenuhi kebutuhannya,
namun teknologi yang digunakan justru mengurangi jumlah energi tak terbarukan
seperti energi fosil.
Hal ini memaksa pemerintah dan ilmuan Indonesia memulai untuk
menciptakan teknologi berbasis energi terbarukan. Sumber energi terbarukan dan
teknologi ramah lingkungan menjadi solusi yang sekilas memberikan janji-janji
baik untuk kebutuhan masyarakat perkotaan atau di luar perkotaan. Hanya saja,
tidak semua daerah di Indonesia menjangkau adanya teknologi berbasis energi
terbarukan tersebut. Sugesti mahal di kalangan masyarakat Indonesia tentang harga teknologi ramah lingkungan berbasis energi terbarukan masih tergolong
banyak. Misalnya, harga panel surya mencapai Rp 2,5 juta–Rp 5 juta per unit,
6 Pemerintah juga masih menanggung kebutuhan dengan jumlah penduduk
Indonesia yang digolongkan banyak, yang titik padatnya ada di perkotaan. Jumlah
padatnya masyarakat Indonesia masih menetap di urutan keempat di dunia, yaitu
sebanyak 253.609.643 pada tahun 2014 dan diprediksikan berkisar 313.020.847
orang pada tahun 2050 (Internet World Stats, 2015). Jumlah ini menjadi suatu
latar belakang masalah-masalah serius yang harus ditanggapi pemerintah dan
masyarakat Indonesia, terutama dalam pemerataan kebutuhan. Apa yang
menjadikan hal ini serius adalah tidak sejalannya penambahan jumlah penduduk
dengan kualitas harapan. Indonesia mengharapkan sumber daya manusia yang
dapat mengolah sumber energi secara efesien, tujuannya agar roda nasib Indonesia
berputar menjadi buah keuntungan terbarukan juga.
Jumlah penduduk Indonesia yang intensitasnya banyak di perkotaan,
ditemukan kecenderungan bahwa penduduk sebagai konsumer belum sadar
bagaimana proses produk datang dan pergi. Oleh sebab itu, jarang ditemukan
konsumer Indonesia yang memahami esensi kehidupan masyarakat sebagai bagian
dari teknologi terbarukan, sebab masyarakat belum tergugah tentang latar
belakang dan tujuan dari teknologi terbarukan. Hal ini menekankan bahwa inovasi
teknologi terbarukan sudah semestinya melibatkan masyarakat sebagai penggerak
teknologi yang sesungguhnya. Tanpa memahami esensi integrasi antara teknologi
dan manusia, berarti ketergantungan terhadap teknologi sebagai benda akan terus
berlanjut. Pada akhirnya, suatu saat nanti Indonesia hanya sebagai negara
penyedia teknologi ramah lingkungan saja, bukan negara dengan masyarakat yang
menyediakan solusi terbarukan.
Tak Terhubung: Manusia, Teknologi, dan Sumber Energi
Apabila green technology yang saat ini dirasakan sulit dalam pengimplementasiannya di Indonesia, diakibatkan tidak seimbangnya pemaknaan
tiga aspek yang saling terkait. Ketiga aspek saling terkait tersebut adalah manusia,
teknologi, dan sumber energi. Berikut ini adalah diagram penjelaskan keterkaitan
7
Diagram 1. Keterkaitan ketiga aspek ungreen technology
Sumber: pribadi
Kebutuhan tak terpenuhi apabila hanya ada manusia dan energi tetapi tidak ada teknologi yang mengolahnya. Hilangnya teknologi sama saja artinya
mematikan kehidupan manusia. Ketidakseimbangan yang terjadi di Indonesia
ialah kecenderungan penggunaan teknologi berbasis sumber energi tak terbarukan
lebih terpublikasi daripada penggunaan teknologi pengolah sumber energi
terbarukan. UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bahkan sudah memaparkan bahwa
seharusnya sumber daya alam, salah satunya sumber energi, dipergunakan untuk
kemakmuran rakyat.
„Benda‟ merupakan suatu gambaran apabila teknologi dan sumber energi
hanya menjadi fokus produksi, tanpa didasari konteks manusia yang akan
menggunakannya. Tanpa konteks manusia, pemaknaan green technology tidak akan bertahan secara berkelanjutan karena sama saja menjadikan teknologi
sebagai benda mati yang belum tentu sesuai dengan kondisi manusia.
Cradle to grave diakibatkan karena hilangnya pemaknaan bagaimana sumber energi datang dan pergi. Sedangkan, manusia tetap bertahan menggunakan
8 energi terutama energi tak terbarukan akan habis dan menjadi polusi saja.
Fenomena ini menunjukan bahwa sebenarnya manusia dan teknologi tanpa
kebijaksanaan penggunaan sumber energi akan mengakibatkan sikap konsumtif
berlebihan.
Dari kenyataan tersebut, masyarakat Indonesia, sebagai manusia, masih
digolongkan belum paham apa pemaknaan teknologi dan sumber energi selain
menjadi benda yang digunakan. Manusia sebagai salah satu aspek keseimbangan dalam konsep green technology justru sibuk saling menyalahkan dan belum mengintegrasikan diri menjadi bagian sistem teknologi tersebut. Pada akhirnya,
cita-cita Indonesia mandiri justru tertinggal dalam perkembangan teknologi dan
pengolahan sumber energi terus bertahan pada energi tak terbarukan.
Mengikutsertakan Masyarakat Sebagai Teknologi
Berdasarkan pengumpulan data dan penelitian yang sudah dilakukan,
Indonesia sudah sepantasnya mulai melatih diri, mengonversi sumber energi tidak
terbarukan menjadi sumber energi terbarukan potensial, misalnya menggunakan
panas bumi, arus laut, cahaya matahari, dan lain-lain. Penerapannya juga
didukung oleh teknologi ramah lingkungan, walaupun dalam proses manufaktur
dan produksinya membutuhkan biaya yang relatif mahal. Poin ini justru
memberikan refleksi untuk terus melanjutkan kreativitas bahwa sebenarnya
teknologi ramah lingkungan tidak semahal yang didengungkan banyak orang.
Sudah seharusnya ilmuan dan pemerintah menghentikan sikap pesimistis untuk
memproduksi teknologi berbasis sumber energi terbarukan. Manusia merupakan kunci penggerak untuk mewujudkan konsep green technology ini.
“Energy of people, people that provide sustainable solutions instead provide sustainable planet.” Mike Stormmen, 2011.
Sebuah iklan komersil Minnesota Mining and Manufacturing Company
(3M) berjudul “Innovation is Energy” (2011), melalui pernyataan dari seorang Specialis Teknis Divisi Energi Terbarukan, Mike Stormmen, menggugah bahwa
9 perginya tergantung dari inovasi. Inovasi tersendiri datangnya dari ide manusia,
sedangkan penekanannya adalah mengunggulkan orang-orang yang berdedikasi
untuk membuat inovasi dan solusi dari berbagai masalah namun tetap
berkelanjutan, bukan dari inovasi teknologinya saja. Kesalahan banyak orang
mengenai teknologi adalah menciptakan suatu benda agar dapat digunakan. Pemaknaan ini seharusnya mulai digugah dan diterapkan pada masyarakat,
terutama di perkotaan yang jumlah konsumsi energi dan penggunaan teknologinya
tinggi. Melalui pemaknaan tersebut diharapkan akan memicu bertambahnya
kesadaran masyarakat untuk menjunjung teknologi berbasis energi terbarukan.
Pemaknaan dibutuhkannya integrasi manusia dapat dimulai dari suatu hal
kecil yang memiliki cita-cita besar. Berarti hal kecil dan sederhana sebenarnya
bisa menjadi media pembiasaan diri masyarakat untuk sadar, paham, dan aktif
dalam pengembangan energi terbarukan untuk mewujudkan kemandirian
Indonesia. Misalnya, belajar dari program dari perusahaan Volkswagen Group, disebut dengan The Fun Theory sejak tahun 2009. Program tersebut mewadahi ide-ide kreatif dari masyarakat, yang mana ide-ide diharapkan dapat mengundang
masyarakat publik berperan aktif untuk menjadi bagian dari teknologi yang
memberikan pengalaman menyenangkan. Salah satunya adalah Piano Staircase
(Tangga Piano) dirancang dan dicoba tahun 2009, di Odenplan, Stockholm.
Percobaan ini dilakakunan berdasarkan isu masyarakat perkotaan yang cenderung
memilih menggunakan tangga otomatis atau eskalator daripada tangga biasa. Ide
direalisasikan agar masyarakat belajar bahwa teknologi juga menyenangkan.
Ilustrasi 1. Isu Masyarakat kota yang lebih memilih tangga otomatis.
10 Ilustrasi 2. Pemasangan teknologi sederhana oleh masyarakat
Sumber: http://www.thefuntheory.com/piano-staircase (diakses tanggal 8 Maret 2015)
Ilustrasi 3. Hari Percobaan
Sumber: http://www.thefuntheory.com/piano-staircase (diakses tanggal 8 Maret 2015)
Masyarakat Odenplan, Stockholm, memiliki kebiasaan menggunakan
eskalator saat beraktivitas. Kemudian ide cerdas direalisasikan melalui teknologi
sederhana yang dipasang pada tangga biasa, apabila diinjak oleh orang-orang yang
lalu lalang maka tangga tersebut akan mengeluarkan suara. Suara tersebut
mengintervensi ruang publik dan memberikan perasaan berbeda saat menginjak
anak-anak tangga tersebut. Hasilnya 66% orang lebih memilih menggunakan
tangga biasa daripada eskalator dengan alasan lebih menyenangkan (Volkswagen,
2009). Masih banyak lagi ide kreatif hasil pewadahan Volkswagen Group yang menggugah banyak orang di seluruh dunia untuk paham bahwa teknologi
merupakan bagian dari manusia, manusia merupakan bagian dari teknologi.
Esensi dari Piano Staircase dapat diambil menjadi pelajaran bahwa sesuatu yang sederhana dan memberikan pengalaman memiliki pengaruh besar terutama dalam
11 Bagaimana dengan Indonesia? Dengan jumlah penduduk terbanyak keempat
di dunia itu memiliki masyarakat yang berinisiatif untuk ikut serta sebagai bagian
teknologi memungkinkan peluang Indonesia dalam mengembangkan teknologi
dan menghemat energi akan lebih terbuka lebar, terutama di perkotaan.
“Teknologi yang mengikutsertakan masyarakat” merupakan salah satu solusi terbarukan. Mengikutsertakan masyarakat untuk berteknologi bersolusi
terbarukan tidak lepas juga dari unsur pendidikan. Pendidikan bisa dimulai kapan
saja, teknologi dengan solusi terbarukan tidak harus menjadi mahasiswa bahkan
ilmuan. Pada dasarnya, anak-anak adalah refleksi ide-ide kreatif yang disebut
dengan impian. Apabila masih ada pemikiran ide anak-anak bersifat mustahil, hal ini dikarenakan budaya pendidikan terus mengagungkan ilmu dengan
kekompleksitasan tinggi sehingga keputusan terus bias di tangan orang-orang
dewasa.
“Giving opportunities to children to have a say about their life is quite a challenge in our culture. We have been culturally educated for so long that “children are to be seen and not heard”. Thus most decisions in our society are made by the adults. Within families, schools and communities, we are used to the situation where
children are only passive participants, merely following the programs or activities planned by adults.” Paramita Atmodiwirjo dan Yandi Andri Yatmo, 2007.
Penerapannya sudah dilakukan oleh Departemen Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia, sejak tahun 2007. Program ini adalah realisasi
bahwa pendidikan lingkungan melalui pendekatan kreativitas dan sumber daya
lokal, kemudian hasil pembelajarannya menjadi modal untuk menuju Indonesia
12
Ilustrasi 4. Workshop „Rumah Sehat‟ di RT 04/RW 02 Jatinegara, Cakung
Sumber: http://lingkunganku.com/galeri/rumahku/workshop-rumah-sehat-di-rt-04rw-02-jatinegara-cakung (diakses tanggal 8 Maret 2015)
Ilustrasi 5. Workshop „Rumah Sehat‟ di SD Negeri Srengseng Sawah 13
Sumber:
http://lingkunganku.com/galeri/rumahku/workshop-rumah-sehat-di-rt-04rw-02-jatinegara-cakung (diakses tanggal 8 Maret 2015)
Esensinya ialah penerapan kreativitas seharusnya juga dikembangkan pada
pendidikan Indonesia. Bukan hanya ilmu pengetahuan saja yang dijunjung tinggi,
tetapi melalui penanaman nilai kreativitas ditujukan agar pelajar-pelajar siap
menciptakan inovasi baru dan berani mengambil resiko dengan membiasakan
beropini melalui apa yang sudah dibuatnya (National Advisory Committee on
Creative and Cultural Education, 1999). Poin ini menjadi penekanan bahwa
Indonesia membutuhkan orang-orang yang mau berpendapat, berperan aktif, dan
berani mengambil resiko, sehingga memungkinan inovasi-inovasi bermunculan
lebih banyak, serta melatih masyarakat Indonesia berteknologi ramah lingkungan
13 Manusia adalah Teknologi, Teknologi adalah Manusia
Semakin kompleksnya kebutuhan manusia menjadikan teknologi memiliki
peranan besar dan berpengaruh. Teknologi yang digunakan secara besar-besaran
pada akhirnya akan memanfaatkan sumber energi yang menyesuaikan teknologi
dan jumlah penggunanya. Berbagai masalah yang harus ditanggung Indonesia
justru dibuat sebagai alasan masih mencari-cari masalah, dan saling salah
menyalahi berbagai pihak seperti pemerintah dan masyarakat. Tetapi urgensinya
adalah manusia.
Secanggih apapun teknologi yang diciptakan, sehemat apapun sumber
energi yang digunakan, apabila manusia tidak dapat mengatur diri sama saja
artinya menghambat perkembangan teknologi dan energi Indonesia. Keterkaitan
manusia, teknologi, dan sumber energi merupakan gambaran pemaknaan green technology sebenarnya. Dampak yang terjadi apabila tidak adanya keseimbangan antara ketiga aspek tersebut justru mengurangi perkembangan Indonesia mandiri.
Mengikutsertakan masyarakat sebagai teknologi merupakan langkah yang
dapat diterapkan terutama dalam menciptakan teknologi. Masyarakat sebagai
penggerak dan penghubung lingkungan melalui aktivitasnya untuk memenuhi
kebutuhan. Sudah saatnya teknologi Indonesia berbasis konteks manusia dan
lingkungannya, yang dapat mengubah cara berperilaku untuk belajar dengan
14
DAFTAR PUSTAKA
Atmodiwirjo, Paramita & Yatmo, A.Y.. 2007. Let City Children Have Their Say. Jakarta:
The Jakarta Post.
http://www.thejakartapost.com/news/2007/10/20/let-city-children-have-their-say.html (diakses tanggal 8 Maret 2015)
Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas). 2011.
Gas Bumi, dan Masa Depan Energi Indonesia, dalam Buletin BP Migas No. 73. http://www.bpmigas.go.id/wp-content/uploads/2011/08/Buletin-73.pdf (diakses tanggal 4 Maret 2015)
Braungart, Michael & McDonough, William. 2002. Cradle to Cradle: Remaking the Way We Make Things. North Point Press.
Harun, Mochamad. 2011. Peran Pertamina dalam Pemenuhan Bahan Bakar Minyak Dalam Negeri. Presentasi Media Workshop: International Institute for Sustainable Development & Global Subsidies Initiative.
Hidayat, Arif. 2012. Listrik Tenaga Surya Harusnya Tidak Mahal. Kompasiana.
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2012/12/19/listrik-tenaga-surya-harusnya-tidak-mahal-517290.html (diakses tanggal 7 Maret 2015)
International Institute for Sustainable Development. 2012. Panduan Masyarakat Tentang Subsidi Energi di Indonesia Perkembangan Terakhir 2012. International Panel on Climate PBB, dalam Lembaga Pertahanan Nasional. 2012.
Internet World Stats. 2015. The World Population and The Top Ten Countries with The Highest Population. http://www.internetworldstats.com/stats8.htm (diakses tanggal 7 Maret 2015)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2012. Presentasi Seminar Hari Kebangkitan Teknologi Nasion (HAKTEKNAS) 17. Bandung.
Lembaga Pertahanan Nasional. 2012. Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) guna Penghematan Bahan Baku Fosil dalam Rangka Ketahanan Energi Nasional.
Jurnal Kajian LEMHANNAS RI Edisi 14: hal. 12-19.
Minnesota Mining and Manufacturing Company (The 3M Company). 2011.
15 National Advisory Committee on Creative and Cultural Education. 1999. All Our
Futures: Creativity, Culture, and Education.
Putri, Amanda. 2012. Mengoptimalkan Panel Surya Rumah Tangga. Kompas. http://edukasi.kompas.com/read/2012/01/13/03401813/Mengoptimalkan.Pa
nel.Surya.di.Rumah.Tangga (diakses tanggal 7 Maret 2015)
Volkswagen. 2009. The Fun Theory: Piano Staircase.
http://www.thefuntheory.com/piano-staircase (diakses tanggal 8 Maret
2015)
World Bank. 2011. Indonesia Economic Quarterly.
http://issuu.com/worldbank.indonesia/docs/ieq-mar2011-english (diakses
tanggal 6 Maret 2015)
Ilustrasi:
Ilustrasi 4: Lingkunganku. 2011. Workshop ‘Rumah Sehat’ di SD Negeri Srengseng
Sawah 13. http://lingkunganku.com/galeri/rumahku/workshop-rumah-sehat-di-rt-04rw-02-jatinegara-cakung (diakses tanggal 8 Maret 2015)
Ilustrasi 5: Lingkunganku. 2011. Workshop ‘Rumah Sehat’ di RT 04/RW 02 Jatinegara,
Cakung.
http://lingkunganku.com/galeri/rumahku/workshop-rumah-sehat-di-rt-04rw-02-jatinegara-cakung (diakses tanggal 8 Maret 2015)
Ilustrasi 1, 2, dan 3: Volkswagen. 2009. The Fun Theory: Piano Staircase. http://www.thefuntheory.com/piano-staircase (diakses tanggal 8 Maret
2015)
Tabel:
Tabel 1: Kementerian Keuangan. n.d.a. Data Pokok APBN 2006 - 2012.
Tabel 2 (Lampiran 1): Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. 2013.
16 Lampiran 1