• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Perekonomian Kuta Kendit Setelah Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo Dibangun pada Tahun 1981-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perkembangan Perekonomian Kuta Kendit Setelah Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo Dibangun pada Tahun 1981-2010"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

LembarPengesahanPembimbingSkripsi

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KUTA KENDIT SETELAH PROYEK PEMUKIMAN MASYARAKAT TERASING (PKMT) KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN

KARO DIBANGUN PADA TAHUN 1981-2010 SKRIPSI SARJANA

Drs. Sentosa Tarigan, M. SP. NIP. 1951110419866011002

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas IlmuBudayaUSU Medan, untuk melengkapi Salah satu syarat ujian Sarjana IlmuBudaya

(2)

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

Drs.Edi Sumarno,M.Hum. NIP 196409221989031001

(3)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian PENGESAHAN :

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi ini disusun sedemikian rupa agar pembaca mendapatkan kemudahan dalam memahami maksud dan tujuan dari skripsi ini. Penulis sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Tanpa dukungan dari semua pihak, tentu penulis mengalami berbagai kesulitan. Kepada Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga ilmu yang diperoleh penulis dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini berjudul “ PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KUTA KENDIT SETELAH PROYEK PEMUKIMAN MASYARAKAT TERASING (PKMT) KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN KARO DIBANGUN PADA TAHUN 1981-2010”.

Penulis menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna, jadi apabila di dalam skripsi ini terdapat kesalahan ataupun kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifat membangun agar di lain kesempatan penulis dapat memberikan perbaikan ataupun penyajian yang lebih baik dari sekarang.

Akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan semoga skripsi ini berguna dan dapat dimanfaatkan dengan baik.

Medan, 01 Mei 2014

Penulis,

(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menyertai dan senantiasa memberkati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “ Perkembangan Perekonomian Masyarakat Dusun Kuta Kendit Setelah Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo Dibangun Pada Tahun 1981-2010”, ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Dapertemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Kendati skripsi ini merupakan karya penulis, tetapi tentu saja semuanya juga atas bantuan dari berbagai pihak. Atas dasar itulah, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Ayahanda Nuri Karo-Karo dan ibunda Aslina Yustina br Perangin-angin, yang senantiasa mengasihi saya sejak lahir hingga saat ini. Ayah dan bunda banyak member nasehat, motivasi, dukungan dan kasih saying yang tidak ternilai harganya, sehingga skripsi ini terlaksana dengan baik.

2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara beserta staf dan pegawainya.

3. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum. dan Dra. Nurhabsyah, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Dapertemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah membantu penulis selama perkuliahan.

(6)

untuk membimbing penulis. Kebaikan Bapak senantiasa penulis ingat, semoga Tuhan memberi berkatnya kepada bapak sekeluarga.

5. Ibu Dra. Haswita MSP. Selaku dosen wali penulisyang telah memberi arahan kepada penulis selama perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu dosen serta staf administrasi pendidikan di Dapertemen Sejarah (B’Ampera) yang telah banyak membantu penulis mulai masa awal perkuliahan hingga dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Abang dan kakakku terkasih Adrianus Karo-Karo, Juli br Perangin-angin, Lipinus Karo-karo, dan Juminem br Ginting, karena kasih yang tulus dan kebersamaan dari kalian semua, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Kawan-kawan stambuk 2010, seperti, Ayu Maharani br Sembiring, Helma br Karo, Evitamala br Simamora dan Rina Hutabarat, Sepno Semsa, Resmaulina, terimaksih atas ke kompakan kita selama ini.

9. Bapak Sentosa Sembiring dan keluarga yang mendukung dan membantu pencarian data-data yang dibutuhkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan Bapak Mburak Ginting yang selalu memberikan drongan dan motivasi untuk penulis.

10.Keluargaku di Kmk Gregorius Agung Fakultas Ilmu Budaya seperti Kiki Haloho, Deviana Sipahutar, Feni LumbanGaol. Betrix br Tarigan, Maria br Sembiring, Lisnawati, Jernita br Manalu dan lainnya.

(7)

12.Kekasihku Hotma Nanda Hasaloan Banjarnahor, yang telah setia berbagi kasih dan selalu mendampingi, mendorong, menyemangati, dan dengan kesabaran mendukung penulis untuk tetap menyelesaikan skripsi ini. Sukses untukmu.

13.Akhirnya untuk semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak seluruhnya disebutkan dalam penyusunan skripsi ini, saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga semua kebaikan yang penulis terima dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Medan,

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian………...6

1.4Tinjuan Pustaka……….…..8

1.5 Metode Penelitian………..…..8

(9)

2.4.2 Keadaan Iklim………..………….…..…14

BAB III LATAR BELAKANG MUNCULNYA TRANSMIGRASI DI KUTA KENDIT KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN KARO TAHUN 1981-2010 3.1 Terbentuknya PKMT(Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing) Kuta Kendit……….33

3.2 Asal usul dan Proses Adaptasi Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing Kuta kendit……….….38

3.3 Masuknya PT Alwi di Dusun Kuta Kendit Tahun 1983………...……..41

3.4 Sistem Mata Pencarian Penduduk Masyarakat Kuta Kendit……….….42

BAB IV PERKEMBANGAN EKONOMI SOSIAL KUTA KENDIT KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN KARO PADA TAHUN 1981-2010 4.1 Perkembangan Perekonomian di Dusun Kuta Kendit………46

4.2. periode pertama : Tahap Penempatan (1979-1978)……….……47

4.3. Periode kedua: Masa Pengembangan Tahap Pertama (1978-1983)………47

4.4. Periode ketiga : Masa Perkembangan tahap kedua (1982-1988……….….48

(10)

4.6. Periode kelima : puncak perekonomian masyarakat (2008-2010)………..49

4.7. Perkembangan Kehidupan Sosial di Kuta Kendit Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo……….……….………50

4.7.1. Bentuk Interaksi Sosial Penduduk Kuta Kendit Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo………51

4.7.1.1.Adaptasi………..54

4.7.1.2. Kerja sama……….….54

4.7.1.3.Konflik………...….54

4.7.1.4. Asimilasi ………55

4.7.1.5. Perkawinan Campuran………55

4.7.1.6 Toleransi………..…………56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..………61

5.2 Saran………....…62

DAFTAR PUSTAKA………..63

DAFTAR INFORMAN………....65

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Gambar rumah di masyarakat Kuta Kendit

Lampiran II Gambar gereja di Kuta kendit

Lampiran III Gambar sekolah di Kuta Kendit

Lampiran IV Gambar jalan Kuta Kendit sebelum dan sesudah diperbaiki

Lampiran V Gambar hasil tanaman Kuta Kendit

(12)

Abstrak

Skripsi ini membicarakan tentang perkembangan perekonomian Kuta Kendit setelah dibangunnya Proyek Pemikiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo Tahun 1981-2010. Adapun skripsi ini secara spesifik membahas tentang Latar Belakang dibangunnya Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) di Kuta Kendit Tahun 1981, munculnya transmigrasi Kabupaten Karo tahun 1981-2010, perkembangan ekonomi sosial Kuta Kendit Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo tahun 1981-2010. Peneliti ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik atau pengumpulan sumber, verifikasi, interprestasi, dan histiografi. Bahan yang diperoleh adalah bahan-bahan tertulis tentang perkembangan perekonomian dusun Kuta Kendit, serta wawancara.

(13)

Abstrak

Skripsi ini membicarakan tentang perkembangan perekonomian Kuta Kendit setelah dibangunnya Proyek Pemikiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo Tahun 1981-2010. Adapun skripsi ini secara spesifik membahas tentang Latar Belakang dibangunnya Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) di Kuta Kendit Tahun 1981, munculnya transmigrasi Kabupaten Karo tahun 1981-2010, perkembangan ekonomi sosial Kuta Kendit Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo tahun 1981-2010. Peneliti ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik atau pengumpulan sumber, verifikasi, interprestasi, dan histiografi. Bahan yang diperoleh adalah bahan-bahan tertulis tentang perkembangan perekonomian dusun Kuta Kendit, serta wawancara.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Pemukiman merupakan tempat berlangsungnya proses kehidupan yang dibutuhkan oleh

setiap manusia maupun kelompok manusia. Proses perubahannya cenderung sejalan dengan

kebutuhan hidup manusia. Terbentuknya pemukiman baru pada masyarakat tradisional,

umumnya disebabkan oleh berbagai hal yang terjadi pada pemukiman lama, antara lain lahan

pertanian yang semakin sempit, lokasi yang sudah padat. Pemukiman itu berada pada areal tanah

yang luas, berhawa sejuk, dengan pemandangan bukit-bukit yang indah yang dikelilingi oleh

hutan lindung. Seiring dengan perjalanan sejarah, pemukiman masyarakat terasing berkembang

dengan berbagai fasilitas yang melengkapi sebuah pemukiman.

Masyarakat terasing menurut Departemen Sosial adalah Masyarakat yang taraf hidupnya sangat sederhana/terbelakang, tinggal di daerah terpencil, tersebar dan terasing dalam faktor sosial dan budaya, tidak ada hubungan fisik dan sosial budaya dengan dunia luar dan tidak terjangkau oleh pembangunan. Karena mereka dianggap sangat primitif, tentulah mereka sangat percaya dan tergantung pada hukum dan kekuasaan/dominasi alam pada habitat mereka. Sifat-sifat suku terasing dilihat dari salement/terisolasi, hidup menggantungkan diri dengan alam, masyarakat lebih bersifat konservatif, kurang diferensiasi. Dari segi ekstern bisa dilihat dari, segi pendidikan, sistem kepercayaan, mata pencarian dan ekonomi1

Terbentuknya suatu pemukiman sebagai tempat tinggal kelompok hal ini disebabkan naluri alamiah untuk mempertahankan kelompok. Di dalam kelompok tersebut terjalin

sendi-.

(15)

sendi yang melandasi hubungan-hubungan antara sesama warga kelompok berdasarkan hubungan kekerabatan/ kekeluargaan2. Setiap desa memiliki sejarah berdirinya masing-masing dan memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dengan yang lain. Ada beberapa desa yang muncul karena daerah tersebut memiliki sumber daya alam yang melimpah dan ada juga lahir karena daerah tersebut memiliki sungai yang besar sebagai penghubung bagi masayarakat sekitarnya. Berdirinya suatu desa tentunya membutuhkan waktu yang sangat lama.3 Sama halnya dengan Kuta Kendit yang merupakan salah satu Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) di Kabupaten Karo sebelum menjadi pemukiman, awalnya adalah hutan dan tempat perladangan masayarakat Kuta Pengkih. Karena ada niat dari masayarakat Kuta Pengkih ingin memajukan wilayahnya maka masyarakat Kuta Pengkih meminta bantuan kepada pemerintah untuk membuka sebuah desa yang dinamakan sekarang Kuta Kendit. Desa atau dalam bahasa karo kuta Kendit berarti rata, jadi Kuta Kendit merupakan kampung yang rata4

Kuta Kendit terletak di daerah ujung paling Barat Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Tenggara Nanggore Aceh Darusalam (NAD) , dan sebelah timur berbatasan langsung dengan wilayah Panongsang, sebelah utara berbatasan dengan Deleng Tumanggu (Wilayah Langkat) dan sebelah Selatan berbatasan langsung dengan desa Kuta Pengkih.

.

5

2 Chozon M.A,

Pembangunan Pedesaan : Dalam Rangka Peningkatan Kesejahtraan Masyarakat, IPB Press ,2010

3

Koentjaraningrat, Masyarakat Desa di Indonesia Masa ini, Universitas Indonesia, 1992, hal 33

4

Dalam Bahasa Karo, Kuta artinya Kampung ; Kendit artinya rata. Jadi Kuta Kendit merupakan Kampung yang rata.

5

Hasil wawancara dengan bapak Sentosa Sembiring (mantan Kepala Desa Kuta Pengkih) pada 18 Februari 2014

(16)

untuk bisa memajukan taraf kehidupan perekonomian mereka. Faktor kondisi geografis menyebabkan sulitnya akses transportasi ke daerah ini, dan menjadi penghambat interaksi dengan masyarakat yang berada di lingkungan lain. Sulitnya transportasi menyebabkan lalu lintas perekonomian menjadi kurang lancar sehingga penduduk umumnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keberlangsungan hidup sendiri saja.

Kuta Kendit ini merupakan daerah pedalaman yang berada di Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo. Pemukiman di pedalaman Kuta Kendit ini sendiri berdiri pada tahun 1981. Dan telah ditentukan bahwa sekitar dua hektar akan dibuat pemukiman rumah tangga, 50 Ha untuk kepentingan desa diantaranya itu adalah sekolah, gereja dan perladangan masyarakat setempat. Pada awalnya ada lima keluarga yang mendiami Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) di Kuta Kendit diantaranya ada Marga Nainggolan, Tobing, Manik, Simarmata, dan Simanjutak6

Sebagian masyarakat Kuta Pengkih juga ada mengambil bagian di perumahan di Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kuta Kendit tersebut, akan tetapi tidak semua mendapat bagian karena sebagian masyarakat bisa dikatakan golongon yang mampu, seperti Sentosa Sembiring tidak mendapat bagian karena orang tua dari bapak ini berpenghasilan yang cukup. Dan sebagian penduduk juga kurang tertarik untuk pindah ke tempat ini tentunya karena masih tergolong sepi untuk didiami, akhirnya mayoritas penghuninya adalah diluar Kecamatan Mardingding melainkan datang dari Kabupaten Samosir. Jadi kecuali Suku Karo Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kuta Kendit dihuni oleh suku Toba dan Jawa.

.

(17)

ExpaUntuk mendapatkan suatu tempat mereka memilih menjadi anggota tetap di wilayah Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT). Pada masa itu mata pencarian pokok Kuta Kendit adalah bercocok tanam di ladang. Tanaman yang paling utama yaitu tanaman tembakau, kopi dan padi. Masyarakat Kuta Kendit juga memenuhi kebutuhan pangan dari hasil-hasil ladang, akan tetapi di samping itu juga dapat terpenuhi dari produk-produk luar yang dibeli oleh masyarakat. Kebutuhan pangan yang tidak didapatkan dari hasil ladang seperti garam,ikan asin,ikan-ikan laut, tahu ,tempe, dan sebagainya . Kebutuhan tersebut hanya didapatkan di daerah luar seperti Tigabinanga dan Mardingding karena pada masa itu tidak ada pedagang yang bersedia datang ke Kuta Kendit disebabkan karena susahnya alat transportasi7

Dan hasil panen masyarakat Kuta Kendit dijual ke Kuta Pengkih yang dilakukan setiap hari Kamis karena pasar hanya dibuka hari kamis saja. Tentunya pemikiran masyarakat kuta Kendit adalah harapan keuntungan yang diperoleh dari hasil bumi mereka. Namun harapan untuk mencapai kesuksesan hanya terbatas sampai angan-angan saja. Artinya ,dalam banyak kasus, para pendatang ini mendapatkan hal sebaliknya yaitu kemelaratan yang tidak mereka pikirkan sebelumnya, karena hasil panen kadang tidak memuaskan dan jika dijual ke pasar kadang hasil panen tidak laku disebabkan karena hasil panen tidak sesuai dengan diharapkan ,mungkin hal ini terjadi karena tidak adanya modal untuk pemilihan bibit yang unggul mengakibatkan banyak tanaman yang terkena penyakit seperti bercak daun.

.

8

Pada tahun 1983-1984 PT ALWI mengadakan transaksi ke Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) di Kuta Kendit untuk menjanjikan akan membantu peningkatan

Pada masa ini tanaman yang paling utama adalah kopi, tembakau, dan padi.

7

Wawancara, Pilem br Ginting Kuta Pengkih, 26 April 2014, Pukul 20.00 WIB

8

(18)

hasil panen tersebut, awalnya PT ALWI mengadakan transaksi tersebut akan tetapi pada akhirnya pihak PT ALWI mempunyai niat buruk terhadap Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) di Kuta Kendit, pihak PT ALWI ingin menguasai tanah di Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT), sehingga terjadi perselisihan antara PT ALWI dan Marga Kembaren. Marga Kembaren merupakan simenteki kuta yang artinya Kepala Suku di Kuta Pengkih. 9

1.2Rumusan Masalah

Oleh karena itu, sedikit banyaknya yang akan dibahas mengenai Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kuta Kendit maka penelitian ini direncanakan akan diberi judul

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KUTA KENDIT SETELAH PROYEK

PEMUKIMAN MASYARAKAT TERASING (PKMT) KECAMATAN MARDINGDING

KABUPATEN KARO DIBANGUN PADA TAHUN 1981-2010

Penelitian ini diawali mulai tahun 1981 karena sejak tahun inilah Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) di bentuk, sementara itu skop temporal penulisan penelitian diakhiri pada tahun 2010 menunjukkan sudah banyak perkembangan perekonomian di Kuta Kendit.

Dalam rangka melakukan sebuah penelitian yang menjadi landasan dari penelitian itu sendiri adalah apa yang menjadi akar permasalahannya. Berangkat dari latar belakang di atas, maka dibuatlah suatu perumusan mengenai masalah yang hendak diteliti sebagai landasan utama dalam penelitian sekaligus menjaga sinkronisasi dalam uraian penelitian. Untuk mempermudah penulisannya dalam upaya menghasilkan penelitian yang objektif, maka pembahasannya dirumuskan terhadap masalah-masalah sebagai berikut :

(19)

1. Apa yang menjadi latar belakang terbentuknya sebuah Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kuta Kendit Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo Tahun 1981? 2. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat Terasing Kuta Kendit dari tahun 1981-2010? 3. Bagaimana perkembangan Ekonomi masyarakat Kuta Kendit dari tahun 1981- 2010?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setelah memperhatikan apa yang yang menjadi permasalahnnya yang akan dikaji oleh penulis maka yang menjadi permasalahan yang akan dikaji oleh penulis maka yang menjadi permasalahnnya selanjutnya adalah apa yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini, serta manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan latar belakang terbentuknya sebuah Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kuta Kendit Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo Tahun 1981-2010.

2. Menjelaskan kehidupan sosial masyarakat Terasing Kuta Kendit dari tahun 1981-2010.

3. Menjelaskan perkembangan perekonomian Kuta Kendit Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo tahun 1981-2010.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:

(20)

2. Dapat dipergunakan oleh instansi yang terkait dengan terbentuknya Proyek Pemukiman Masyrakat Terasing (PKMT) antara lain kementerian lingkungan, Dinas Sosial, dan Dinas Pendidikan.

3. Sebagai referensi yang dapat membantu bagi penelitian-penelitian yang berkaitan dengan hal ini di masa yang akan datang.

1.4Tinjauan Pustaka

Ketika kita menulis karya ilmiah, maka diperlukan beberapa literatur untuk mendukung penulisan tersebut. Literatur-literatur itulah yang peneliti sebut dengan tinjaun pustaka. Tinjauan Pustaka adalah literature yang relevan dan memiliki keterkaitan secara dekat dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Tinjauan pustaka berisi tentang uraian-uraian yang mengarahkan peneliti betapa pentingnya literature sehingga digunakan sebagai sumber acuan yang menimbulkan ide, sumber informasi dan pendukung penelitian. Adapun literature yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut :

(21)

Buku yang ditulis Amri Marzali yang berjudul Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia menjelaskan tentang perubahan yang berlangsung pada masyarakat pedalaman secara umum di Indonesia. Buku ini membahas sejarah dan ciri-ciri masyarakat daerah pedalaman yang terus berubah, khususnya dalam kaitannya dengan cara mereka mencari nafkah, dan bergesernya hubungan dengan sumber daya alam, dengan pasar, dan dengan negara. Dari buku ini juga dapat dilihat persoalan-persoalan mengenai proses perubahan dalam masyarakat pedalam serta memiliki kesamaan permasalahan dengan pedalaman yang akan diteliti oleh penulis.

Buku Seminar Sejarah Lokal : Dinamika Masyarakat Pedesaan menguraikan tentang proses perubahan dan perkembangan sosial ekonomi serta pada masyarakat desa dalam kaitannya dengan mata pencarian seperti bidang pertanian. Secara umum buku ini menggambarkan ciri-ciri dari kehidupan masyarakat Indonesia. Pelukis-pelukis dari beberapa desa di Indonesia masing-masing menunjukkan cirinya baik dalam proses adat istiadat, kerukunan, gotong royong dan bekerja maupun konflik yang terdapat pada masyarakat. Perbandingan yang ditampilkan di antara beberapa desa berbeda di Indonesia.

Buku yang ditulis Soetomo dalam bukunya starategi-strategi Pembangunan menjelaskan masyarakat dalam implementasi beberapa pengaturan tata ruang secara hirarkis melalui kebijakan spasial yang terintegrasi, meski dapat mengurangi pemusatan perkembangan sosial ekonomi di kota-kota besar, disparitas desa-kota dan disparitas antar wilayah, namun demikian tidak jarang dijumpai masih adanya warga masyarakat yang berada dalam kondisi kemiskinan baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan.

(22)

permasalahan masyarakat pedesaan secara partisipasif dan memaparkan tentang metode dan pendekatan yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata10

1.5Metode Penelitian

.

Dari keterangan diatas, menunjukkan bahwa Kuta Kendit tergolong desa yang tertinggal, di lihat dari rendahnya kualitas sumber daya manusia , pengangkutan transportasi yang kurang memadai, dan segi pendidikan yang kurang.

Di dalam suatu penelitian sejarah yang ilmiah pemakaian metode sejarah sangatlah penting11

1. Heuristik adalah tahapan paling awal dalam metode sejarah. Pada tahapan ini peneliti berusaha mengumpulkan sumber atau data melalui dua metode, yaitu metode kepustakaan ( library research ) dan metode lapangan ( field research).Penelitian dengan metode kepustakaan bertujuan untuk memperoleh data tertulis melalui buku-buku, arsip, artikel ataupun sumber tertulis lainnya. Sedangkan pengumpulan data dengan metode penelitian lapangan dilakukan dengan teknik wawancara terhadap beberapa informan yang dianggap mampu memberikan masukan yang bererti sebagai sumber penelitian dan penulis melakukan wawancara terhadap . Metode sejarah adalah suatu tahapan yang digunakan dalam penelitian sejarah ilmiah. Dengan adanya metode penelitian dapat menjadi petunjuk peneliti untuk memperoleh sumber-sumber yang relevan terhadap pokok pembahasan sehingga dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.

Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan dalam metode sejarah adalah :

10

(23)

mantan Kepala Desa Kuta Pengkih. Selain itu bisa juga dengan melakukan observasi dan pengamatan yang berhubungan dengan pokok bahasan di atas.

2. Kritik Sumber adalah tahapan kedua dalam metode sejarah . Pada tahapan ini peneliti bertugas untuk mengkritik terhadap sumber-sumber yang diteliti agar peneliti lebih dekat lagi dengan nilai kebenaran dan keasliaan dari sumber yang diperoleh. Dalam melakukan kritik terhadap sumber dapat dilakukan dengan cara mengkroscek data dengan meneleh kembali kebenaran isi atau fakta dari sumbe buku, arsip ataupun hasil wawancara dengan informan, dan kemudian diuji kembali keaslian sumber tersebut demi menjaga keobjektifan suatu data.

3. Interpretasi adalah tahapan ketiga dalam metode sejarah. Pada tahapan ini peneliti hendaknya menafsirkan data-data yang diperoleh agar menjadi suatu data yang objektif. Dalam hal ini, peneliti menginterpretasi pengumpulan sumber, mengkritik tentang Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT). Dengan adanya interpretasi ini diharapkan dapat menjadi data sementara sebelum peneliti menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.

(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM DUSUN KUTA KENDIT

2.1 Letak Geografis

Kuta Kendit berjarak 55 km dari Kabanjahe yang merupakan ibu kota daerahKabupaten Karo dan berjarak sekitar 130 km dari kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara, letak wilayah Kuta Kendit ini dikelilingi dan dibatasi oleh beberapa desa serta pegunungan12

฀ Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Panongsang

. Dengan batas-batas wilayah:

฀ Sebelah Utara berbatasan dengan Deleng Tumanggu (Wilayah Langkat)

฀ Sebelah selatan berbatasan dengan Kuta Pengkih.

฀ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara Nanggroe Aceh Darusalam (NAD).

13

Kuta Kendit terletak di desa Kuta Pengkih Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo. Ada dua pengertian pokok yang dijadikan dasar mengkaji penyebaran pemukiman yang terdapat

.

Pada umumnya karakteristik desa pegunungan adalah sama, yaitu mempunyai udara yang sejuk, potensi alam yang kaya dan keadaan tanah yang berlereng. Ciri-ciri wilayah pedesaan yaitu: 1) Perbandingan luas tanah dengan jumlah manusia, relatif besar. 2) Lapangan kerja agraris. Hubungan penduduk akrab. 4) Sifat menurut tradisi budaya setempat.

2.2 Penyebaran Pemukiman inti dan Letak Bangunan

12

(25)

dalam desa objek yaitu: pola tempat kediaman penduduk desa atau rural settelement type dan pola desa atau village type.

Rural settelement type memperhatikan penyebaran rumah penduduk desa dan membentuk suatu pola tertentu. Village type memperhatikan penyebaran rumah penduduk desa beserta tanah pekarangannya.

Bertolak dari kedua pengertian di atas dapat dikemukakan hal-hal berikut : a. Pola tempat kediaman

1.) Penyebaran rumah penduduk Kuta Kendit pada umumnya adalah type compact settlement (mengelompok), jarak antara satu rumah kediaman relative dekat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tempat kediaman Kuta Kendit yang mengelompok tersebut adalah:

(a). Terdapatnya kawasan tertentu yang memiliki lahan yang subur untuk jenis tanaman pokok.

(b). Terdapatnya kawasan yang reliefnya hampir bersamaan pada lokasi tertentu menjadi sasaran penduduk untuk bertempat tinggal.

(c). Tersedianya sumber air pada kawasan tertentu sebagai sumber daya yang sangat menentukan kelangsungan hidup secara layak.

(d). Terdapatnya pengaruh yang kuat dari sistem kekerabatan yang berlaku pada suku bangsa yang bersangkutan14

.

Disamping itu faktor yang mempengaruhi pola tempat kediaman penduduk pada sebahagian daerah dalam Kuta Kendit yang berbentuk menyebar ditemuinya beberapa tempat atau daerah yang bertopografi kasar berupa perbukitan.

14

(26)

B . Pola Kuta Kendit

Kuta kendit ini bentuk rumahnya sangat tersusun rapi, rumah saling berhadapan dan terdiri dari empat jalur.

2. 3.Transportasi dan Komunikasi

Perbedaan kelancaran komunikasi dan transportasi suatu daerah adalah salah satu penyebab berbedanya laju pembangunan daerah bersangkutan. Di Kuta Kendit kelancaran komunikasi adalah hambatan pokok yang perlu dipecahkan secara bertahap dan berencana sesuai dengan kondisi dan ekologi daerah setempat. Hubungan yang lancar pada umumnya hanya terdapat di sekitar perbukitan misalnya di penatapen15

No. Dusun Kuta Kendit

.

Di Kuta Kendit sungai tidak berfungsi sebagai alat transportasi. Saran angkutan utama adalah kenderaan roda dua dan kenderaan roda empat, serta prasarana jalan setapak. Jika ditinjau pula kelancaran hubungan dusun ini dengan daerah-daerah lain baik secara regional maupun nasional, jelas sangat berbeda satu sama lain.

2.4 Potensi Alam

2.4.1 Tata guna tanah

Penggunaan tanah di Kuta Kendit ini tidak boleh dilakukan dengan semberangan oleh masyarakat pendatang, karena jauh sebelum dibentuk pemukiman ini sudah ditentukan dua hektar per rumah tangga. Berikut merupakan gambaran luas tanah di Kuta Kendit :

Tabel menunjukkan luas tanah di Kuta Kendit

Luas

Perladangan 200 hektar

Perumahan dan Pekarangan 50 hektar

(27)

Bangunan 5 hektar Penambahan perladangan 50 hektar Sumber Kepala Desa Kuta Pengkih

Sebenarnya luas Keseluruhan Kuta Kendit ini adalah dua ribu hektar,akan tetapi wilayah yang belum dimasukkan dalam tabel di atas adalah tanah yang penuh dengan pepohonan yang masih rindang dan selain itu masih dipergunakan desa Kuta Pengkih sebagai lahan pertanian16

16

Ibid Data Kepala Desa Kuta Pengkih

(28)

Di Kuta Kendit masih banyak terdapat hutan tropis sebagai sumber kekayaan alam dan tersedianya flora dan fauna mengelilingi daerah ini awalnya sebagian besar daerah ini ditumbuhi berbagai jenis pepohonan dan semak belukar. Maka seiring dengan aktivitas kehidupan penduduk, belantara tersebut menjadi ternoda ditandai dengan perambahan hutan yang dijadikan sebagai lahan pertanian sehingga warga pendatang menebangi hutan tersebut. Hal ini tentunya melanggar peraturan bagi para pendatang di Kuta Kendit.

2.4.2 Keadaan Iklim

Curah hujan merupakan salah satu indikator wilayah untuk mengetahui kondisi tanah dalam suatu wilayah. Keadaan cuaca ini banyak mempengaruhi semua kegiatan pembangunan, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan yang bersangkutan dengan wadah pembangunan itu sendiri yang berupa tanah.

Di Kuta Kendit berada 800-980 M / DPL dari permukaan laut. Suhu udara di Kuta Kendit berkisar antara 30º s/d 33º derejat celcius dengan kelembapan udaranya rata-rata 30º17

. Ada dua musim yang terdapat di Kuta Kendit yaitu musim Hujan dan Kemarau. Musim hujan pertama terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Januari, dan musim kemarau terjadi pada bulan Maret sampai bulan Juli. Hal ini disebabkan karena arah angin yang berhembus di Kuta Kendit terbagi atas dua yaitu pada musim hujan, angin berhembus dari arah barat sedangkan pada musim kemarau angin Timur Tenggara berhembus dari arah Timur.

(29)

Kepala desa yang tradisional biasanya disebut Penghulu, yang kedudukan diwariskan secara turun temurun menurut garis anak laki-laki yang tertua. Bersama anak beru-Nya dan seorang Seninanya, dan Penghulu menjalankan pemerintahan desa. Menurut adat karo sebuah desa tidak dapat didirikan oleh satu orang atau satu kelompok patrilineal saja tetapi harus bersama-sama anak berunya dan seninanya daripada orang atau kelompok orang itu. Anak beru juga demikian turut mendirikan kampung yang disebut juga dengan anak beru tua yaitu pengambilan dara yang tradisional. Yang dimaksud dengan senina ialah orang atau kelompok patrilineal yang tergolong kedalam satu klen tetapi berbeda sub klen dengan seseorang. Ketiga kedudukan tersebut yaitu Penghulu, anak beru dan senina adalah turun temurun.

Dan setelah Indonesia Merdeka Pada tahun 1945 maka Penghulu digantikan dengan kepala Kampung dan kemudian diganti menjadi Kepala desa, akan tetapi Kuta Kendit dikepalai oleh Kepala Lorong.

(30)

mobil gerdang dua membutuhkan waktu yang lama untuk melewati jembatan ini, dalam istilah karo Ngerker18

Selain itu Kuta Kendit bisa juga ditempuh dari Desa Buluh Pancur tembus ke Cerumbu, melewati hutan lindung yang dibutuhkan waktu satu hari perjalanan

.

19

Dari desa Kuta Pengkih ke Kuta Kendit berjarak 7 km dari semua desa-desa yang dilajui, jalan paling rusak adalah perjalanan dari desa Kuta Pengkih ke Kuta Kendit yang paling mengerikan karena jalan terjal atau pajek/nenangkengi, bahkan mobil gerdang dua tidak dapat melewati jalan tersebut karena banyak lumpur dan berlubang, jadi alat transportasi yang digunakan dari desa Kuta Pengkih ke dusun Kuta Kendit ini mempergunakan tarikan ‘’gereta kerbo atau tarikan kerbau’

. Kuta Kendit tentunya sulit untuk diketahui oleh masyarakat luar, hal ini disebabkan karena sangat minimnya sarana dan prasarana transportasi dengan ditandai akses jalan yang seadanya untuk menuju ke Kuta Kendit disebabkan kondisi alam yang sulit untuk dijangkau dan letak kampung ini sangat tersembunyi di antara hutan belantara.

Dalam perjalanan ke Kuta Kendit ada beberapa desa yang harus dilewati mulai dari Desa Kuta Bangun, sehabis dari desa ini akan memasuki daerah Liang Melas yang dimana pada saat ini jalannya masih rusak total. Desa-desa yang akan dilewati jika perjalanan ke Kuta Kendit diantara adalah Desa Suka Julu, Desa Kuta Mbaru Punti, Desa Kuta Mbelin, Samperaya, Barisen, Desa Kuta Pengkih.

20

18

Ngerker merupakan bahasa yang sudah jarang sekali didengar, akan tetapi di masyarakat dusun Kuta Kendit pada musim Penghujan hampir setiap hari dipergunakan oleh masyarakat setempat, karena dalam istilah ngerker ini mobil yang masuk ke lumpuran becek, dan sangat susah dikeluarkan dan biasanya orang setempat mengeluarkan mobil ini dari lumpuran menggunakan kulit padi yang sudah digiling

19

Wawancara dengan Nemani Kembaren, Kuta pengkih 27 April 2014 pukul 21.00 WIB

20

Tarikan Kerbau merukan alat transportasi pada musim penghujan di masyarakat Kuta Kendit, biasanya tarikan seperti ini kebanyakan disewa oleh para-para pedagang karena barang jualan yang dibawa dari pekan tidak bisa dilewati oleh mobil gerdang dua,dan hanya bisa dibantu dengan tarikan Kerbau yang seadanya.

(31)

Hal seperti ini sangat memperhatinkan bagi masyarakat yang tinggal di Kuta Kendit , bahkan setelah kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 65 baru diterangi oleh listrik, penerangan listrik pun dilakukan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Sebelum masuknya Pembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA) Kuta Kendit hanya melakukan penerangan dengan “Lampu Teplok’’. Dan tempat pemandian di kampung ini hanya ke mata air bahkan satu tempat pemandian sama laki-laki. Di waktu sore hari untuk mandi saja dilakukan secara bergantian dengan perempuan. Untuk membuang air harus ke semak belukar, karena belum ada kamar mandi umum yang disediakan di dusun ini.

Terutama dalam memenuhi sebagian kebutuhan yang mencakup akan sandang, pangan, dan papan maka akan mencarinya ke hutan yang ada di sekitar pemukiman. Kegiatan mencari binatang buruan dengan membawa anjing dan perangkap, menebangi pohon dengan kampak guna mendirikan gubuk untuk bermukim menjadi ciri khas yang diwariskan secara turun-temurun sehingga kemudian daerah Kuta Kendit nampak semakin terang dengan berkurangnya pepohonan. Maka kondisi tersebut kemudian memungkinkan untuk memulai bercocok tanam di daerah ini.

2.5 Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk yang penting adalah yang berdasarkan umur dan jenis kelamin, karena erat kaitannya dengan potensi desa yang antara lain meliputi aspek tenaga kerja. Sumber manusiawi ini sangat menentukan kelangsungan dan perkembangan pembangunan suatu desa.

Dalam hubungan ini, dua macam cara penggolongan umur perlu dikemukakan. (1) Menurut Dr. Nathan Keyfitz dan Prof. Dr. Widjojo Nitisastro:

(32)

Umur 14-65 tahun : Usia produktif Umur diatas 66 tahun : Usia improduktif (2) Menurut Dr. W. Sleumer

Umur 0-14 : Usia belum produktif

Jumlah penduduk yang ditemukan hanya jumlah penduduk Kuta Kendit terlihat dalam tabel ini yaitu jumlah penduduk dusun Kuta Kendit tahun 2006 sampai dengan 2009.

Table I Jumlah Penduduk menurut kelompok umur dusun Kuta Kendit Tahun 2006-2009

Laki-laki Perempuan Jumlah

0-14 thn 133 90 223

15-19 thn 65 45 110

20-54 Thn 160 143 203

55-64 thn 30 23 53

≥ 65 thn 20 12 32

Sumber Kepala Desa Kuta Pengkih

(33)

Tabel II Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian Tahun 1981

Mata Pencarian Pokok Jumlah Penduduk

Bertani 150

Berdagang 1

Pegawai -

Bidan -

Sumber Kepala Desa Kuta Pengkih

Tabel III Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian Tahun 1990

Mata Pencarian Pokok Jumlah Penduduk

Bertani 170

Berdagang 2

Pegawai 2

Bidan -

Sumber Kepala Desa Kuta Pengkih

Tabel IV Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian Tahun 2000

Mata Pencarian Pokok Jumlah Penduduk

Bertani 210

Berdagang 3

Pegawai 2

Bidan 1

(34)

Tabel V Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian Tahun 2005

Mata Pencarian Pokok Jumlah Penduduk

Bertani 230

Berdagang 7

Pegawai 3

Bidan 1

Sumber Kepala Desa Kuta Pengkih

Tabel VI Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian Tahun 2010

Mata Pencarian Pokok Jumlah Penduduk

Bertani 450

Berdagang 12

Pegawai 6

Bidan 2

Sumber Kepala Desa Kuta Pengkih

Tabel VII Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 1990

Jenis Pendidikan Jumlah Penduduk

SD 30

SMP Data tidak lengkap

SMA 3

Akademi /Perguruan Tinggi -

Jumlah 33

(35)

Tabel VIII Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 2009

Jenis Pendidikan Jumlah Penduduk

SD 150

SMP 40

SMA 34

Akademi/ Perguruan Tinggi 6

Jumlah 230

Sumber Kepala Sekolah L.Sihombing

Tabel IX Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 2010

Jenis Pendidikan Jumlah Penduduk

SD 160

SMP 45

SMA 39

Akademi/ Perguruan Tinggi 8

Jumlah 252

(36)

Tabel X Jumlah Perantau Ke Dusun Kuta Kendit 1981-1988

Sebagai suatu indikator dapat dijadikan pegangan bahwa masyarakat Kuta Kendit jumlah perantauan ke tempat ini naik turun, dimana bisa dilihat tahun 1981 ini jumlah perantauan yang paling banyak hal ini disebabkan karena pada tahun 1981 pembukaan pemukiman di masyarakat Kuta Kendit dan langsung menerima perantauan dengan membawa surat pindah dari asal semula yang ditempati pendatang.

2.6 Keadaan Sarana dan Prasarana

2.6.1 Sarana dan Prasarana Pendidikan

(37)

pendidikan menurut beberapa ahli (pendidikan) berbeda, tetapi secara asenssial terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat didalamnya, yaitu bahwa pendidikan menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik. Bahkan telah disebutkan bahwa pengertian pendidikan berdasar UU Nomor 20 tahun2003, yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadiaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Hal ini diperkuat oleh UU Nomor 2 tahun 1989, yang menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi perannya di masa yang akan datang22

22

Artikel yang dimuat https;//arti pendidikan.ac.id. .

(38)

Salah satu kendala yang telah disadari oleh pemerintahan dalam bidang pendidikan di tanah air adalah kesenjangan dan ketidakadilan dalam mengakses di desa sangat kurang dan tidak antusias serta memahami akan pentingnya pendidikan. Selain itu, kendala lain Negara berkembang termasuk Indonesia, untuk masa yang lama menghdapi empat tahapan besar yaitu:

1. Peninggalan penjajah dengan masyarakat yang tingkat pendidikan sangat rendah, 2. Anggaran untuk bidang pendidikan yang rendah dan biasanya kalah bersaingdan

kebutuhan pembangunan bidaang lainnya,

3. Anggaran yang rendah biasnaya diarahkan pada bidang-bidang yang justru menguntungkan mereka yang relatif kaya,

(39)

menambah masyarakat berpengetahuan yang akan meningkatkan kesejahtraan dan berdampak pada pengentasan kemiskinan. Program untuk menanggulangi kemiskinan bagi aktor-aktor yang tongkat pendidikan dan keadilan sosial ekonominya sangat rendah harus dirancang dengan menempatkan actor yang bersangkutan sebagai titik sentralnya. Kesadaran akan pentingnya pendidikan mendorong pula pemerintah untung mencenangkan kewajiban belajar 9 tahun bagi seluruh rakyatnya demi memajukan kehidupan sosial pedesaan dan nasional, dimana dalam pencapainnya membutuhkan kerjasama antara keluarga dan masyarakat untuk berperanserta bersama pemerintah dalam mewujudkan berlakunya wajib belajar 9 tahun oleh Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan yang tercantum dalam penjelasan Pasal 25 ayat(1) UU No. 2 Tahun 1989, bahwa “ Pada dasarnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah, yang berlaku juga dalam hal pembiayaan’’. Pembangunan bidang pendidikan di Indonesia memiliki kerangka umum yang kuat sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentnang sistem pendidikan, bahwa “ Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan23

Dalam bidang pendidikan Kuta Kendit sekolah disediakan oleh Kabupatn hanya sebanyak lima kelas dimulai dari kelas satu SD sampai kelas lima SD, hal ini sangat memperhatinkan. Akan tetapi semenjak peningkatan perekonomian di Kuta Kendit penduduk masyarakat semakin meningkat, tentunya anak-anak yang berkeinginan sekolah semakin bertambah. Hingga pada tahun 2005 penambahan satu kelas lagi dibangun oleh pemerintah,

.

Pendidikan merupakan jalan sukses untuk mencapai kemajuan. Setiap keluarga di Kuta Kendit menyekolahkan anak-anak mereka, meskipun sekolah cukup jauh dari tempat tinggalnya. Keberhasilan yang diraih membuat anak-anak mereka sukses di perantuan dan membuat mereka tidak kembali lagi ke kampung halamanya.

23

(40)

sebelum dibangun kelas enam SD akan disekolahkan diluar Kuta Kendit, ada yang ke desa Kuta Pengkih bahkan diluar desa tersebut juga banyak disekolahkan.

2.6.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu penunjang aktivitas manusia. Manusia dapat melakukan aktivitas dengan baik apabila kesehatannya cukup baik.Menurut Undang-undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan dan Undang-undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran pengertian kesehatan, antara lain :

1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui melalui di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 5. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna

Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :

1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

(41)

b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.

c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.

3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut24

Masyarakat Kuta Kendit mengandalkan obat-obatan yang tersedia di alam yang digunakan untuk menyembuhkan tubuh dari penyakit. Pengobatan tradisional yang demikian banyak juga dilakukan oleh para dukun di kampung. Sehingga untuk penyakit-penyakit yang kronis tidak sempurna penyembuhannya, bahkan sering seseorang yang menderita penyakit

.

24

(42)

karena terlalu parah sampai meninggal karena tidak terobati. Kondisi tersebut berlangsungan dalam masyarakat semakin jelas terlihat, apalagi ketika penduduk masih menganut sisitem kepercayaan lama, di mana kekuatan mistik lebih banyak digunakan.

Dalam perkembangan pengobatan, masyarakat kuta kendit mempergunakan jenis tanaman yang terdapat di hutan sebagai ramuan obatan. Di samping itu masyarakat Kuta Kendit juga masih mempercayai kekuatan mantra-mantra yang dipanjatkan kepada roh roh leluhur juga masih dipercayai sebagai pengobatan yang mujarab bagi jenis penyakit. Penyakit yang diderita oleh seseorang mungkin karena melanggar peraturan dan ketetapan-ketetapan adat, guna-guna dari orang lain yang mengirimkan jenis penyakit karena adanya perselisihan, dan melakukan hal yang tidak sopan pada tempat yang dianggap keramat sehingga keserupan.

Setelah mempelajari penyakit pasien lewat pengamatan dukun, maka dapatlah diramu obat-obatan yang akan dipergunakan untuk menyembuhkannya. Dalam pengamatan tersebut dukun akan menemukan penyebab pasien menjadi sakit apakah karena guna-guna orang lain atau sebagainya. Berdasarkan penyebab-penyebab itulah pihak keluarga pasien harus melakukan sesuatu tindakan sebagai bentuk minta maaf atas kelalaian pasien dalam hidupnya. Dalam hal ini bisa dilakukan dengan ritual memanjatkan doa permohonan kepada roh lelehur serta mengindahkan apa yang menjadi kehendaknya.

(43)

2.6.3 Sarana dan Prasarana Transportasi

Transportasi merupakan gabungan sarana prasarana alat angkut dan alat/sistem pengaturan yang digunakan untuk mengangkut manusia maupun barang dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi diperlukan karena adanya perbedaan jarak dari sumber barang hasil produksi maupun hasil alam ke daerah lain yang membutuhkan. Dengan adanya transportasi maka kegiatan pemindahan barang maupun bahan, akan menjadi lebih cepat dan lancar. Dengan adanya pergerakan ini diharapkan pertumbuhan perekonomian masing-masing daerah akan berlangsung lebih cepat. Pembangunan transportasi yang dilaksanakan dimaksudkan demi tercapainya sistem transportasi nasional yang handal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara tertib, lancar, aman dan efisien bagi kegiatan mobilitas manusia dan barang. Dengan terbentuknya sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien tersebut diharapkan mampu menggerakkan dinamika pembangunan terutama di bidang ekonomi sehingga tercapai tingkat perekonomian nasional yang tinggi yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara lebih luas. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan perkembangan penduduk maka semakin banyak diperlukan penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang baik untuk melancarkan arus lalu lintas dengan aman, nyaman dan efisien baik dari segi waktu maupun biaya. Dalam hal ini berupa penyediaan sarana jalan dan jembatan. Dimana jembatan merupakan sarana transportasi yang menghubungkan antara dua tempat yang dibatasi oleh sungai. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu segera dilakukan usaha-usaha untuk membangun jembatan-jembatan yang memadai.

(44)

kawasan Lau Napal menuju kampung tersebut dan harus berjalan kaki sepanjang tiga kilometer untuk sampai di kampung ke Kuta Kendit. Pasalnya, selain jalannya yang harus mendaki, badan jalan dipenuhi dengan lumpur seperti kubangan kerbau, dan tidak dapat dilalui kendaraan roda dua bahkan mobil yang tak memiliki gardan dua tidak bisa melewati.

Kendaraan yang terlihat melintas di jalan ini hanya kereta yang ditarik kerbau dan sejumlah mobil Jeep Land Rover gardan dua. Itupun harus berjalan lambat tertatih-tatih, kalau tidak ingin terjadi kecelakaan yang bisa membuat kendaraan terbalik karena dalamnya lubang dan tebalnya lumpur di badan jalan. Kerusakan jalan ini mengakibatkan sejumlah harga barang kebutuhan pokok menjadi tinggi.

Tingginya harga jual bahan pokok menurut seorang pedagang bernama Aris Tarigan dikarenakan ongkos angkut barang-barang jualannya juga tinggi. Karena tidak sembarangan kendaraan yang mau masuk ke Kuta Kendit, akibat kondisi jalan yang rusak parah. Melalui artikel yang penulis baca , Aris dan seorang temannya pemilik angkutan kereta kerbau bermarga Simanjuntak mengharapkan dapat bantuan dari pemerintah agar memberikan perhatian, dengan mempercepat perbaikan jalan tersebut sehingga arus transportasi dari dan ke desa itu bisa menjadi lancar.

Adapun artikel yang penulis baca yang isinya :

“Tolong bapak buat beritanya bahwa, kami warga desa ini menghimbau kepada Bupati Karo agar memberikan perhatiannya dengan mempercepat perbaikan jalan ini. Sehingga bisa tertolong bila arus lalu lintas bisa lancar ke desa kami. Kalau tidak segera diperbaiki, kami khawatir dalam waktu yang tidak lama lagi, jalan ini bakal tidak dapat dilalui kendaraan Jeep bergardan dua maupun kereta kerbau seperti saat ini,” ujarnya.

(45)

Kerusakannya akan bertambah parah setiap hari,” tutur kedua warga desa ini sambil memuat barang jualan kedalam kereta kerbau yang akan mengangkut barang mereka25

1. masyarakat miskin dan kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantuan dan pelestarian pembangunan.

.

Salah satu yang rasanya wajar ditiru dari warga desa ini ialah, kerukunan warga dalam beragama. Hal ini terlihat dari keberadaan tiga rumah ibadah seperti Mesjid, Gereja GBKP dan Katolik berada berdekatan ketiganya.

Pada tahun 2008, dusun ini baru mendapatkan bantuan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) yang tujuan khusunya meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khusunya :

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipasif dengan mendayagunakan sumber daya lokal.

3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitas pengelolaan pembangunan partisipasif

4. Menyediakan prasarana dan saran sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja sama antar Desa (BKAD) penagggulan kemiskinan perdesaan26

Dan hingga kini jalan transportasi menuju dusun kuta Kendit masih tergolonng memprihatinkan karena masih ada jalan yang rusak total sekitar tiga km dari Lau Napal.

.

25

Artikel yang dimuat pada tanggal 13 Juli di Karo Simantab.Warga Kuta Kendit Desak Perbaiki Jalan.com

26

(46)

2.7 Sistem Kekerabatan

Dalam masyarakat karo hubungan kekerabatan masih tetap merupakan unsur yang paling penting di kehidupan. Mengenai kelompok patrineal dan sistem hubungan perkawinan yang merupakan sendi daripada sistem kekerabatan mereka. Pada suku bangsa karo terdapat lima klen besar yaitu Ginting, Karo-karo, Perangin-angin, Sembiring dan Tarigan

Kuta Kendit mulai didatangi orang-orang setelah di bentuknya pemukiman di sekitar tahun 1981 akan tetapi masyarakatnya terdiri hanya beberapa keluarga saja dan kemudian di susul oleh marga Simamora dan marga Ginting27

Penduduk asli Kuta Kendit adalah marga Sembiring Kembaren yang berasal dari daerah Kuala Ayer Batu, kemudian pindah ke Pagaruyung terus ke Bangko di Jambi dan selanjutnya ke Ketungkuhen di Alas. Nenek moyangnya bernama Kence Tempe Kuala berangkat bersama rakyatnya menaiki perahu dengan membawa pisau kerajaan bernama “ Pisau Bala Diri” . Di dataran tinggi Karo, Kuta sebagai kesatuan teritorial yang luas dihuni oleh keluarga-keluarga yang berasal dari satu klen disebut kesain. jadi kesain merupakan bagian-bagian dari suatu kuta, sebab kuta biasanya terdiri dari penduduk yang berasal dari klen yang berbeda-beda. Keluarga sada nini adalah suatu kelompok kekerabatan di dalamnya termasuk semua kaum kerabat patrilinial yang masih diingat atau dikenal kekerabatannya. Suatu kelompok kekerabatan yang besar dalam masyarakat karo adalah merga, tetapi istilah merga sendiri mempunyai beberapa pengertian. merga bisa berarti klen besar yang patrilineal, misalnya merga Ginting, Sembiring, Tarigan, Perangin-angin, Karo-karo. selain itu merga pada orang Karo bisa juga berarti bagian dari klen besar patrilineal, misalnya Barus, Suka, Pandia, Singarimbun, Tambun dan sebagainya.

(47)

Keturunanya kemudian mendirikan kampong silalahi, Paropo, Tumba dan Martogan hingga ke Kabupaten Karo Liang Melas seperti Kuta Mbelin, Samperaya hingga ke Kuta Pengkih28

28

Www.kekerabatanpadamasyarakatkaro.ac.id.

.

Tidak ada bukti yang pasti mengenai tahun kedatangan marga Sembiring Kembaren ke daerah Desa Kuta Pengkih akan tetapi dari penuturannya dan informasi dapat di prediksi bahwa marga Sembiring Kembaren sudah mulai bermukim di daerah tersebut dan Desa Kuta Pengkih mulai dikenal orang-orang di sekitar daerah tersebut pada Tahun 1700 akan tetapi masyarakatnya terdiri hanya beberapa keluarga saja dan kemudian di susul oleh marga-marga lainnya. Ketiga klan klompok marga masyarakat tersebut kemudian menetap bersama dan membangun Kuta Kendit baik dari sistem mata pencaharian hingga pemerintahan desa.

(48)

Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat karo adalah keluarga inti, yang merupakan kesatuan yang menghuni satu rumah yang diikat berdasarkan perkawinan adat dan perkawinan agama. Rumah-rumah keluarga inti yang berdekatan ada kalanya memiliki hubungan kerabat berdasarkan garis keturunan, namun kadang-kadang juga berdasarkan kesamaan kelompok kerabat atau kerabat karena hubungan perkawinan. Keluarga-keluarga inti yang terdapat dalam satu wilayah membentuk suatu saudara, dan ikatan di antara mereka terutama berdasarkan norma-norma sosial biasa.

(49)

BAB III

LATAR BELAKANG MUNCULNYA TRANSMIGRASI DI KUTA KENDIT

KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN KARO TAHUN 1981-2010

3.1 Terbentuknya PKMT(Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing) Kuta Kendit

Transmigrasi pada dasarnnya merupakan pembangunan wilayah dalam rangka peningkatan taraf hidup serta pemanfaatan sumber daya alam dan manusia dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa melalui program terpadu dan lintas sektoral. Menurut undang-undang nomor 3 tahun 1972 tentang ketentuan-ketentuan pokok transmigrasi, yang dimaksud transmigrasi adalah pemindahan atau kepindahan penduduk dari satu daerah untuk menetap kedaerah lain yang ditetapkan dalam wilayah republik Indonesia guna kepentingan pembangunan

Negara atau atas alasan-alasan yang dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh undang-undang29

29

Ibid hal 32

(50)

masa itu secara tidak langsung pemerintahan kolonial Belanda telah menerapkan pola transmigrasi dengan membawa banyak orang pribumi untuk melakukan ekspansi ke pulau-pulau yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar seperti sumatera dan Kalimantan. Orang-orang pribumi tersebut pada awalnnya pekerja sebagai petani di daerah asalnnya, atau tukang pembantu untuk menjagakan kebun karet merawat dan membersihkan pada sejarahnnya orang pribumi tersebut awalnnya di perkerjakan sebagai pembantu dan nelayan. Penyelenggaraan transmigrasi menurut undang-undang Nomor 15 tahun 1997 tentang ke transmigrasian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnnya, serta meningkatkan dan melakukan pemerataan pembangunan di daerah dan juga memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. .

Kebijakan mengenai ke transmigrasi diatas, jelas bahwa transmigrasi adalah suatu program yang sangat bijak dalam mengatasi masalah kependudukan apalagi dalam mengatasi masalah perekonomian. Tujuan utama transmigrasi sesuai dengan pengertiannya ada dalam rangka penyebaran penduduk yang merata di seluruh wilayah Indonesia, selain itu, tujuan lain dari transmigrasi sesuai dengan konteks kehidupan bangsa Indonesia saat ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mengurangi pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja baru di sector informal, mengembangkan potensi sumber daya alam30

(51)

pedesaan antara lain di tandai dengan tumbuhnnya pasar karena ingin membangun perekonomian baru di desa yang jarang pembangunannya dan ingin membantu perkembangan ekonomi, dan juga kota marabahan juga sangat dekat dengan kota banjarmasin karena mengakibatkan di bangunnya transmigarasi.

Pada awal tahun 1900 desa Kuta Pengkih adalah salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk yang terkecil dibandingkan daerah lain, pertumbuhan pembangunannya masih kecil dan perekonomian masih tidak meningkat pertumbuhan pembangunanya masih kecil maka oleh karena itu pemerintah pusat atau Departemen Transmigrasi Dan Tenaga Kerja di putuskanlah untuk membangun daerah transmigrasi terutama didesa yang belum terawat dan masih lebat dengan pepohonan31

Latar belakang awal pembentukan unit pemukiman transmigrasi didesa Kuta Pengkih Kuta Kendit Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo, sebagai kampung yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara Nanggore Aceh Darusalam mempunyai jumlah penduduk dan persentase pembangunan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya alam yang dibilang sangat

.

Selain karena kurangnnya jumlah penduduk di desa Kuta Pengkih, yang menjadi alasan pemerintah pusat untuk menjadikan desa sebagai tujuan transmigrasi alasan pemerintah pusat untuk menjadikan daerah Kuta Pengkih sebagai tujuan transmigrsi, karena tempatnnya dipedalaman sangat menguntungkan bagi pertanian jenis tanaman yang ditanam bermacam-macam dan juga jarang penduduknnya. Unit pemukiman tranmigrasi desa Kuta Pengkih Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo sangat banyak lahan kosong dan tanaman hutan. Daerah yang dijadikan tujuan tranmigarasi di kabupaten Karo adalah Kuta Kendit.

31

(52)

kecil. Banyak sumber daya alam dan lahan yang sangat berpotensi tetapi belum dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah karena didaerah ini mempunyai keahlian sangat memadai dan karena perkembangan perekonomian yang tidak maju-maju. Dan masih sangat kecil perekonomiannya karena daerahnnya yang masuk paling ujung dan di pedalaman hutan, dan sangat mudah melakukan kemudahan untuk pertanian.

Terbentuknya sebuah pemukiman dapat dijelaskan melalui proses dimana awalnya manusia berkumpul dan tinggal bersama pada tempat-tempat tertentu, Seiring dengan berjalannya waktu tempat-tempat tersebut menjadi perkampungan (suatu area hunian yang kemudian tumbuh menjadi pemukiman dan berkembang menjadi perkampungan).

Penulisan sejarah yang menyangkut daerah tempat tinggal atau pemukiman sudah diawali oleh D.H Burger dalam tulisannya “Rapport over de desa Pekalongan in 1869 en 1928 dan desa Ngablak (Regentschap Pati) 1869 en 1928”.

Proses terbentuknya daerah tempat tinggal manusia terjadi melalui proses yang panjang, Proses ini menjelaskan bahwa sejarah mempunyai peran penting dan sejarah akan selalu terikat pada kronologis peristiwa, artinya selalu ada kesinambungan antara kejadian sebelumnya dengan kejadian selanjutnya. Sejarah melihat penting sebuah proses terbentuknya sebuah area hunian karena dalam pembentukan area hunian pasti melibatkan dimensi ruang, waktu, dan manusia.

Ketiga unsur tersebut merupakan bagian terpenting dalam penulisan sejarah yang analitis32

(53)

membahayakan keberlangsungan hidup mereka, ancaman yang dimaksud dapat berupa bahaya banjir, letusan gunung, gempa, dan lain-lain. Selain itu ada juga faktor seperti kesuburan tanah atau kurangnya sumber daya alam yang memaksa manusia untuk meninggalkan suatu tempat tinggal dan membentuk tempat tinggal yang baru.

Dalam proses membentuk ruang sebagai wujud usaha terciptanya pemukiman, manusia melewati banyak permasalahan maupun tantangan. Namun hambatan-hambatan ini yang memaksa manusia untuk terus belajar dari waktu ke waktu bagaimana agar dapat bertahan hidup. Pembentukkan tempat tinggal merupakan wadah fungsional yang didasarkan pada pola aktivitas manusia. Pola tersebut boleh bersifat fisik dan non fisik. Pemukiman merupakan refleksi dari kekuatan-kekuatan sosial budaya seperti kepercayaan,hubungan kekeluargaan, organisasi sosial, dan interaksi sosial antara individu. Pemukiman yang dibentuk oleh suatu kelompok masyarakat secara sadar maupun tidak sadar akan menghasilkan sebuah pola. Sebagai contoh, ada keterkaitan dan hubungan geografis antara desa dengan daerah perbukitan atau lembah. Letak geografis membedakan perubahan sosial, pendapatan, tingkah laku, dan kepercayaan. Pola dalam suatu desa juga dipengaruhi oleh budaya, “budaya adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan sebagian tata cara hidup yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan”.

Pengertian “Kampung Kuta Kendit” secara etimologis terbagi atas “kampung” dan “Kendit”. Pengertian “kampung” menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kelompok rumah yang merupakan bagian kota,tentu setiap daerah memiliki ciri-ciri adat, kehidupan, dan tingkah laku yang berbeda. Kendit berarti rata.

(54)

masyarakat kampung. Inilah yang menjadi keunikkan dan daya tarik dalam sebuah penelitian mengenai perkembangan suatu daerah tempat tinggal. Kegiatan ini termasuk dalam kajian sejarah pedesaan yang dilihat secara prosesual melewati kronologis kejadian di daerah tempat tinggal tersebut.

Fasilitas-fasilitas yang ada di Masyarakat Kuta Kendit sebagai berikut :

- Sekolah

- Gereja terdiri dari Gereja Katolik, GBKP, GPDI

- Mesjid

- Jalan sudah dilakukan dalam sistem pengerasan, walaupun masih ada dalam keadaan berlobang.

3.2 Asal usul dan Proses Adaptasi Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing Dusun Kuta

Kendit

(55)

Pemukiman Kuta Kendit jelasnya merupakan tempat transmigrasi dari daerah lain, pemukiman ini berada di daerah Liang Melas tanah karo. Pemukiman ini didirikan pada tahun 1981. Dalam perkembangan awal Kuta Kendit, penduduknya tidak terlepas dari budaya sebelumnya dari mana mereka datang. Tradisi-tradisi kehidupan bermasyarakat di kampung mulai dibentuk solidaritas hingga kebiasaan dalam menjalankan upacara-upacara adat di pemukiman Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kuta Kendit.

Dalam pembangunan Kuta Kendit, Dinas Sosial sangat berperan, Dalam pernyataan ini Masri Singarimbun menceritakan isi dokumen Dapertemen Sosial yang dibaca dalam sebuah dokumen di Medan.

“Bahwa di Kabupaten Karo ada proyek Pemukiman Kembali Masyarakat Terasing (PKMT) di Kuta Kendit, Kecamatan Mardingding, saya pun terkejut. Sebagai orang Karo, saya bertanya dalam hati: apakah ada masyarakat terasing dalam masyarakat kami? Lokasinya dekat Desa Kuta Pengkih. Di Medan, saya memperoleh dokumen mengenai hasil penelitian proyek PKMT Kuta Kendit. Ternyata orang setempat, seperti penduduk Desa Kuta Pengkih dan Cerumbu, heran bahwa mereka digolongkan sebagai masyarakat terasing. Memang jalan yang baik belum ada, tapi di Kuta Pengkih sudah ada dua jip Willys milik penduduk untuk mengangkut penumpang. Mereka masih melakukan ladang berpindah, dan mempunyai dangau di ladang. Tapi apakah itu cukup menjadi syarat untuk disebut sebagai masyarakat terasing? Penduduk Kuta Pengkih yang dianggap terasing tersebut sudah mempunyai SD enam kelas, puskesmas, pasar tiap Kamis, dua lapangan olahraga untuk sepak bola dan voli, dua unit meja bilyar, televisi dengan parabola di dua kedai kopi, dan ada generator listrik milik pribadi yang disalurkan kepada penduduk lainnya. Mereka tak merasa tertinggal jika dibandingkan dengan masyarakat Karo lainnya. Untuk pendidikan lanjutan, anak-anak mereka disekolahkan ke tempat lain, dan ada yang sudah lulusan perguruan tinggi. Bagaimanakah nasib PKMT Kuta Kendit? Karena penduduk setempat kurang tertarik untuk pindah ke situ, akhirnya mayoritas penghuninya adalah orang luar. Hanya lima keluarga yang merupakan penduduk setempat. Selebihnya orang luar yang berasal dari luar Kecamatan Mardingding, dan malah dari luar Kabupaten Binjai serta Medan Jadi, kecuali suku Karo, PKMT Kuta Kendit dihuni oleh suku Toba, Pakpak, Simalungun, dan Jawa. Untuk mendapatkan fasilitas, mereka memilih menjadi anggota masyarakat terasing. Maka terciptalah sebuah PKMT yang penuh dengan migran33

.”

(56)

Dalam pembangunan ini tujuan Dinas Sosial membangun pemukiman di Kuta Kendit,masih dipertanyakan, karena dalam bentuk pembangunan Dinas Sosial Kuta Kendit digolongkan sebagai Masyarakat Terasing. Dalam perkataan seperti ini banyak yang memprotes bahwa di Kabupaten Karo tidak ada lagi masyarakat Terasing. Seperti yang dijelaskan Masri Singarimbun di atas. Dalam bentuk pembangunan ini masyarakat yang didatangkan dari beberapa daerah yang sudah padat misalnya dari Pulau Jawa dan Samosir, dan ada juga datang karena dibawa keluarga yang tidak jauh menetap dari Kuta Kendit seperti desa Kuta Pengkih, Cerumbu dan Kuta Mbelin, bahkan ada juga yang melarikan diri dari Riau yang mengetahui mencuri karena takutnya terjerat hukum.

Dari hasil penelitian penulis dijelaskan bahwa pada awalnya masyarakat desa Kuta Pengkih berencana membangun atau mengembangkan penduduk di sekitar yang letaknya sekarang di Kuta Kendit, pembangunan ini dilakukan atas persetujuan masyarakat desa Kuta Pengkih yang pada saat itu Kepala desa bernama Kobal Simarmata. Para pimpinan di desa Kuta Pengkih akhirnya meminta bantuan kepada Dinas Sosial, dalam masa pembangunan pihak Depsos membuat suatu pemukiman yang terasing34

Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing ini diresmikan oleh Rakut Sembiring tahun 1981 dia adalah seorang kepala desa Kuta Pengkih. Dalam bentuk pemukiman di Kuta Kendit ini bersifat heterogen, masyarakat heterogen adalah masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut pranata-pranata dasar atau primer yang bersumber pada kebudayaan-kebudayaan suku bangsa yang menjadi landasan bagi berbagai corak atau suasana kehidupan dalam masyarakat luas maupun dalam sejumlah suku bangsa telah diseragamkan oleh pemerintahan nasional yang penyeragamannya dilakukan dengan bersumber pada corak dan hakikat

.

(57)

kebudayaan nasional tersebut dan Masyarakat hetoregen juga biasanya ditandai oleh adanya tingkat kemajuan yang tinggi dalam kehidupan ekonomi dan teknologinya, yang sebetulnya telah dimungkinkan berkembang melalui perkembangan pranata-pranata alternative tersebut. Karena latar belakang keadaan masyarakat yang beragam, bisa dilihat dari Suku yang mendiami di Kuta Kendit diantaranya ada Suku Jawa, Batak Toba, Simalungun. Dalam proses pembangunan ini orang-orang yang didatangkan dari luar mendapat satu rumah dan tempat perladangan sekitar dua hektar, akan tetapi perladangan yang diserah terimakan kepada penduduk pendatang tidak boleh diperjual belikan kepada pihak yang lain, karena dari pemberian itu masyarakat setempat memenuhi kebutuhan hidupnya melalui menanam tanaman padi untuk kelangsungan hidup mereka.

(58)

merupakan warga yang pertama kali mendiami penduduk Kuta Kendit berkata bahwa kadang lebih nyaman Juma Medem karena lebih efektif untuk mengerjakan ladangnya35

Setelah diresmikannya proyek pemukiman masyarakat terasing (PKMT) tahun 1981. Masuklah PT Alwi ke Kuta Kendit pada tahun 1983, Pelaksana PT Alwi ini bernama Kusno dia bersuku Jawa dan pelaksananya adalah Samudin Sembiring. Dimana pada masa itu yang menjabat sebagai kepala desa adalah Kobal Simarmata yang berasal dari Cerumbu. Kobal Simarmata ini merupakan kepala desa tukur yang menjual tanah Kuta Kendit ke pihak PT Alwi, hal seperti ini dilakukan tanpa sepengetahuan masyarakat desa Kuta Pengkih terutama Simenteki Kuta dan Anak berunya

.

Pada awalnya ada sekitar 100 keluarga dipindahkan ke pemukiman Kuta Kendit ini,adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi para pendatang cukup membawa surat pindah dari kampung asalnya. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah seorang pengetua Adat bernama Mburak Ginting menjelaskan bahwa para-para pendatang ini mendapat bocoran dari Nainggolan yang merupakan salah seorang penghuni awal di Kuta Kendit, dan kebanyakan pendatang dari tanah Samosir yang masih bisa dibilang keluarga dekat dari Nainggolan.

3.3 Masuknya PT Alwi di Dusun Kuta Kendit Tahun 1983

36

Seperti yang dijelaskan masyarakat setempat PT Alwi berhubungan dengan perkebunan, akan tetapi belum jelas perkebunan apa yang ingin dikembangkan di Kuta Kendit. Hanya saja pihak Pt ini berjanji akan membantu perkembangan perekenomian dan membantu pemilihan bibit tembakau dan kopi agar terhindar dari hama dan bercak daun. Hal seperti ini tentunya pemikiran masyarakat akan membantu perekonomian yang ada di masyarakat Kuta Kendit.

.

35

(59)

Awalnya janji-janji yang dibuat dari pihak PT Alwi berjalan dengan lancar, akan tetapi di sekitar bulan Juli 1984 pihak PT Alwi mulai menguasai tanah yang ada di Kuta Kendit, tanpa sepengetahuan pihak Simenteki Kuta dan Anak berunya di desa Kuta Pengkih.

Tidak lama semenjak Kobal Simarmata menjual tanah di Kuta Kendit ke pihak PT Alwi dia meninggal karena sakit dan digantikan oleh Rakut Sembiring. Semenjak Rakut Sembring yang memegang kepala desa baru lah terbongkar ulah dari PT Alwi ini, dan sempat terjadi perselisihan antara Simenteki Kuta dengan PT Alwi. Perselisihan ini akhirnya selesai begitu saja karena dari pihak PT Alwi tidak mengurus tanah yang pernah dijualkan oleh Kobal Simarmata.

3.4 Sistem Mata Pencarian Penduduk Masyarakat Dusun Kuta Kendit

Mengandalkan potensi alam lingkungan merupakan ciri khas penduduk masyarakat desa Kuta Kendit. Mata pencarian pokok penduduk Kuta Kendit, dan desa sekelilingnya adalah bercocok tanam diladang. Dalam hal ini dusun Kuta Kendit agak khas sifatnya, karena ditanah Karo pada umumnya sistim perladangan sudah lama ditinggalkan. Orang pada umumnya bercocok tanam menetap dengan irigasi dan penggunaan pupuk yang meluas37

37

Obcit Koentjaraningrat dkk, Masyarakat Desa Di Indonesia, Jajasan Badan, Tanpa Tahun Terbit .

Gambar

Gambar ini menunjukkan bentuk rumah yang dibangun oleh dinas sosial di dusun Kuta Kendit
Gambar ini menunjukkan rumah yang dibangun oleh Dinas Sosial masih ditempati warga
Gambar ini menunjukkan rumah yang dibangun masyarakat sendiri, hasil dari tanaman cabe
Gambar Mesjid Kuta Kendit
+7

Referensi

Dokumen terkait