i
KARYA TULIS AKHIR
HUBUNGAN GERAKAN REPETITIF DAN BERKEKUATAN DENGAN SINDROM TEROWONGAN KARPAL PADA PENGRAJIN SEPATU
KULIT DI KABUPATEN MAGETAN BAGIAN PRODUKSI
Oleh:
ERFIAN PRISSANTIKA
201110330311115
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN
ii
KARYA TULIS AKHIR
HUBUNGAN GERAKAN REPETITIF DAN BERKEKUATAN DENGAN SINDROM TEROWONGAN KARPAL PADA PENGRAJIN SEPATU
KULIT DI KABUPATEN MAGETAN BAGIAN PRODUKSI
Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Fakultas Kedokteran
Oleh:
ERFIAN PRISSANTIKA
201110330311115
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirrabil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Maha Pemberi semua nikmat, kebaikan,
dan kekuatan selama proses pelaksanaan, Yang Maha Menyimpan rahasia hikmah
di balik semua peristiwa, Yang Maha Memudahkan, dan atas karunia-Nya,
penulisan tugas akhir ini dapat selesai dengan baik. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam,
keluarganya dan para sahabatnya yang telah berjasa membawa syiar dakwah
Islam ke seluruh dunia.
Penelitian tugas akhir ini berjudul “Hubungan Gerakan Repetitif dan
Berkekuatan dengan Sindrom Terowongan Karpal pada Pengrajin Sepatu Kulit di
Kabupaten Magetan Bagian Produksi”. Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi
persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Malang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. dr. Irma Suswati, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang atas ilmu dan bimbingannya selama di Fakultas
vi
2. dr. Moch. Ma’roef, SpOG, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran
UMM atas kesediaan waktu dan penyampaian ilmu yang sangat bermanfaat
bagi masa depan para mahasiswa FK UMM.
3. dr. Rahayu, SpS, selaku Pembantu dekan II Fakultas Kedokteran UMM
yang senantiasa bersabar dalam membimbing dan mengajarkan ilmunya
kepada kami.
4. dr. Iwan Sys Indrawanto, SpKJ, selaku Pembantu Dekan III, yang penuh
semangat dalam menyampaikan ilmu dan motivasi yang membangun
semangat kami selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran.
5. dr. Rubayat Indradi, M.OH, selaku pembimbing I, atas kesabaran, kebaikan
hati, serta kesediaan dalam meluangkan waktu dalam membimbing hingga
dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
6. dr. Anung Putri Illahika, M.Si, selaku pembimbing II, atas kesabaran,
kebaikan hati, serta kesediaan dalam meluangkan waktu dalam
membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
baik.
7. dr. Yudityarini Priyanto, SpS, selaku penguji tugas akhir ini, atas segala
masukan dan arahan yang sangat bermanfaat dalam pengerjaan tugas
akhirini dan kesediaan waktu, sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan
baik.
8. Segenap jajaran TU dan staf Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang atas bantuannya selama mengerjakan tugas akhir
vii
9. Kepada ibu, bapak, atas doa yang diberikan dari pagi hingga pagi lagi, serta
dukungan moril dan materil yang tak pernah putus agar tugas ini dapat
selesai dengan baik. Chrysan Riandini, terimakasih sudah menjadi adik
terbaik yang telah banyak membantu dan membuat penulis selalu semangat
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Sejawat FK UMM angkatan 2011, Adorables, atas dukungan, bantuan, dan
kerjasamanya. Semoga kelak dapat menjadi dokter-dokter profesional yang
barokah, sukses dunia akhirat, dan senantiasa dalam ketaatan kepada Allah
SWT.
11. Sahabat-sahabat terbaik yang menjadi keluarga selama di Malang, Linda,
Ayu Desi, Dea, Tari, Lili, Junita, Imaniyah, Laksita, Arum, Mega, Winda,
Tita, Almira terimakasih atas kebersamaan yang sederhana, bantuan,
kesabaran, motivasi, dukungan, dan semua yang telah diberikan.
12. Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, yang
telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis akhir ini, terimakasih atas
bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan
masukan yang membangun. Dengan mengharapkan Keridhaan-Nya, semoga
karya tulis ini dapat menambah wawasan keilmuan dan bermanfaat bagi
semua pihak.
Malang, 1 September 2015
viii ABSTRAK
Prisantika, Erfian. 2015. Hubungan Gerakan Repetitif dan Berkekuatan dengan Sindrom Terowongan Karpal pada Pengrajin Sepatu Kulit di Kabupaten Magetan Bagian Produksi. Tugas Akhir. Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Rubayat Indradi * , (2) Anung Putri Illahika **
Latar Belakang: Sindrom Terowongan Karpal merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang sering dijumpai pada pekerja industri di beberapa negara. Beberapa faktor yang berhubungan dengan resiko peningkatan terjadinya kejadian Sindrom Terowongan Karpal adalah gerakan repetitif dan gerakan yang menggunakan kekuatan pergelangan tangan.
Tujuan: Mengetahui hubungan gerak repetitif dan berkekuatan dengan Sindrom Terowongan Karpal pada pengrajin sepatu kulit di Kabupaten Magetan bagian produksi. Metode: Analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel secara total sampling dan didapatkan sampel sebanyak 67 responden yang terdiri dari 12 orang di bagian pemotongan, 16 orang di bagian penjahitan, 26 orang di bagian perakitan, dan 13 orang di bagian finishing. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, observasi, dan pemeriksaan fisik (Phalen test and Tinel sign). Gerak repetitif dan gerak berkekuatan masing-masing terbagi dalam kelompok tinggi dan rendah. Gerak repetitif tinggi adalah gerak berulang yang intensitas gerakannya lebih dari 30x/menit, sedangkan kekuatan tinggi adalah kekuatan tangan yang lebih dari 6 kg. Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan Chi-square, Spearman, dan regresi logistik.
Hasil Penelitian dan Diskusi: Angka kejadian STK terbanyak ditemukan pada rentang usia 21-30 tahun (22,4%), masa kerja lebih dari 10 tahun (41,8%), lama kerja lebih dari 8 jam per hari (47,8%), pada responden dengan BMI normal (49,3%), pada bagian unit perakitan (32,8%), dan pada responden yang menggunakan gerakan repetitif tinggi dan kekuatan tinggi (51,2%). Pada analisis Chi-square didapatkan p<0,05 yang berarti ada hubungan signifikan antara gerak repetitif dan berkekuatan dengan STK. Hasil korelasi Spearman menunjukkan korelasi sedang. Hubungan gerak repetitif dan kekuatan dengan STK sebesar 38%.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara gerakan repetitif dan berkekuatan dengan STK.
Kata Kunci: Sindrom Terowongan Karpal (STK), gerak repetitif, pengrajin sepatu kulit bagian produksi
*) Staf Pengajar Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Muhammmadiyah Malang
ix ABSTRACT
Prissantika, Erfian. 2015. Correlation Between Repetitive Motion and Hand Force with Carpal Tunnel Syndrome at Craftsman Leather Shoes Workers in Magetan District Production Division. Undergraduate thesis. Medical Faculty of Muhamadiyah Malang University. Supervisors: (1) Rubayat Indradi *, (2) Anung Putri Illahika **
Background: Carpal tunnel syndrome is one of the occupational diseases and often found in industrial workers in some countries. There are several risk factors associated with an increase of the incidence of Carpal Tunnel Syndrome include repetitive movements and hand force using.
Objective: Knowing the correlation between repetitive motion and hand force with Carpal Tunnel Syndrome at craftsman leather shoes in Magetan production division. Methods: This was an analytic observational research with cross sectional approach. Total sampling method was used to get samples and obtained a sample of 67 respondents consisting of 12 respondents from the cutting unit, 16 respondents from the sewing unit, 26 respondents from the assembly unit, and 13 respondents from the finishing unit. Data collected by questionnaires, observation, and physical examination related to CTS (Phalen test and Tinel sign). Repetitive motion and hand force were divided into high and low groups. High repetitive motion is repetitive motion which has intensity of the movement more than 30x/min, while the high hand force is the strength of the hand which more than 6 kg. Data was analyzed using Chi-square, Spearman, and Logistic Regression.
Result and Discussion: The most incidence of CTS was in the age range between 21-30 years (22.4%), work period of more than 10 years (41.8%), duration of work was more than 8 hours per day (47.8%), the respondents with normal BMI (49.3%), the respondents from the assembly unit (32.8%), and the respondents who work using high repetitive motion and high force (51.2%). From the results of Chi-square analysis showed p<0,05, which means that there was a significant correlation between repetitive motion and hand force with CTS. Spearman showed medium correlation. The correlation between repetitive motion and hand force with CTS was 38%.
Conclusion: There was a significant correlation between repetitive motion and hand force with CTS.
Keywords: Carpal Tunnel Syndrome (CTS), repetitive motion, production workers of craftsman leather shoes.
*) Lecturer of Occupational Health in Medical Faculty of Muhammadiyah Malang University
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGUJIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan umum ... 3
1.3.2 Tujuan khusus ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1 Manfaat akademis ... 4
1.4.2 Manfaat klinis ... 4
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat ... 4
1.4.4 Manfaat bagi industri ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Anatomi Pergelangan Tangan ... 5
2.2 Anatomi Nervus Medianus ... 6
2.3 Fisiologi Tangan ... 10
2.3.1 Pergerakan sendi pergelangan tangan ... 10
2.3.2 Posisi tangan ... 10
2.3.3 Pergerakan tangan ... 11
xi
2.4.1 Definisi ... 12
2.4.2 Epidemiologi ... 13
2.4.3 Etiologi ... 15
2.4.4 Faktor resiko ... 18
2.4.4.1 Faktor resiko yang berhubungan dengan pekerjaan ... 18
2.4.4.2 Faktor resiko yang tidak berhubungan dengan pekerjaan 22 2.4.5 Patogenesis ... 24
2.4.6 Gejala Klinis ... 26
2.4.7 Klasifikasi STK ... 30
2.4.8 Diagnosis STK ... 31
2.4.8.1 Pemeriksaan fisik ... 31
2.4.8.2 Pemeriksaan penunjang ... 35
2.4.9 Diagnosis banding STK ... 36
2.5 Proses Pembuatan Sepatu ... 37
2.6 Gerakan Repetitif dan Berkekuatan dengan Kejadian STK ... 39
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 41
3.1 Kerangka Konsep ... 41
3.2 Hipotesis ... 43
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 44
4.1 Rancangan Penelitian ... 44
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
4.3 Populasi dan Sampel ... 44
4.3.1 Populasi ... 44
4.3.2 Teknik pengambilan sampel ... 44
4.3.3 Karakteristik sampel ... 45
4.4 Variabel Penelitian ... 45
4.5 Definisi Operasional ... 45
4.6 Pengumpulan Data ... 47
4.7 Alur Penelitian ... 49
4.8 Metode Analisis Data ... 49
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 50
xii
5.1.1 Karakteristik usia responden dengan kejadian STK ... 51
5.1.2 Karakteristik masa kerja responden dengan kejadian STK .... 53
5.1.3 Karakteristik lama kerja responden dengan kejadian STK .... 54
5.1.4 Karakteristik BMI responden dengan kejadian STK ... 55
5.1.5 Pembagian Unit Kerja Responden dengan kejadian STK ... 56
5.1.6 Tabulasi Silang Gerak Repetitif dan Berkekuatan ... 57
5.2 Analisis Data ... 58
5.2.1 Hubungan Gerak Repetitif dengan STK ... 58
5.2.2 Hubungan Kekuatan Tangan dengan STK ... 59
5.2.3 Hubungan gerakan repetitif dan kekuatan dengan STK ... 60
BAB 6 PEMBAHASAN ... 61
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
7.1 Kesimpulan ... 68
7.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Etiologi Sindrom terowongan Karpal ... 17
Tabel 2.2 Gejala dan Tanda Sindrom Terowongan Karpal... 29
Tabel 2.3 Klasifikasi STK Jose J.Monsivais ... 30
Tabel 5.1 Karakteristik Responden ... 50
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Usia dengan STK ... 51
Tabel 5.3 Distribusi Masa Kerja dengan STK ... 53
Tabel 5.4 Distribusi Lama Kerja per Hari dengan STK ... 54
Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik BMI dengan STK ... 55
Tabel 5.6 Distribusi Pembagian Unit Kerja dengan STK ... 56
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Gerak Repetitif dan berkekuatan dengan STK ... 57
Tabel 5.8 Gerak Repetitif dengan STK ... 58
Tabel 5.9 Hasil Analisis Data Gerak Repetitif dengan STK ... 58
Tabel 5.10 Kekuatan tangan dengan STK ... 59
Tabel 5.11 Hasil Analisis DataKekuatan Tangan dengan STK ... 59
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Pergelangan Tangan ... 5
Gambar 2.2 Struktur Anatomi Nervus Medianus ... 7
Gambar 2.3 Sindrom Terowongan Karpal ...12
Gambar 2.4 Phalen’s Test ...31
Gambar 2.5 Tinel’s sign ...32
Gambar 2.6 Proses Pembuatan Sepatu ...39
Gambar 5.1 Grafik Distribusi Karakteristik Usia dengan STK ...52
Gambar 5.2 Grafik Distribusi Masa Kerja dengan STK ...53
Gambar 5.3 Grafik Distribusi Lama Kerja dengan STK ...54
Gambar 5.4 Grafik Distribusi Karakteristik BMI dengan STK ...55
xv
DAFTAR SINGKATAN
PAK : Penyakit Akibat Kerja
ILO : International Labor Organization
STK : Sindrom Terowongan Karpal
USA : United States of America
CTD : Cumulative Trauma Dissorders
NIOSH : The National Institute for Occupational Safety and Health
AAOS : American Academy of Orthopedic Surgeons
M. : Musculus
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Penjelasan ...76
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan ...77
Lampiran 3 Kuesioner Skrinning ...78
Lampiran 4 Kuesioner klinis untuk Sindrom Terowongan Karpal ...79
Lampiran 5 Tabel BMI ...81
Lampiran 6 Kusioner Responden ...82
Lampiran 7 Data Tabel Hasil Penelitian ...86
Lampiran 8 Tabel Frekuensi, Tabulasi Silang, dan Output SPSS ...88
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian ...96
Lampiran 10 Surat Izin Peminjaman Alat ...97
Lampiran 11 Surat Keterangan Selesai Penelitian ...98
Lampiran 12 Dokumentasi ...99
71
DAFTAR PUSTAKA
Albugis DY, 2009, Analisis Resiko Musculoskleletal Disorders (MSDs)
Menggunakan Metode Rapid Entire Body, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, e-Jurnal UI, pp. 7-38 [online] Viewed 28 Juni
2015<http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124280-S-5672-Analisis%20risiko
-Literatur.pdf>
American Academy of Orthopedic Surgeons (AAOS), 2009, Carpal Tunnel
Syndrome, [online] Viewed 29 Mei 2015
<http://guideline.gov/browse/by-organization.aspx?orgid=42>.
Asworth N, 2009, Clinical Evidence Carpal Tunnel Syndrome, Edmonton
Canada: Associate Profesor University of Alberta.
Bahrudin M, 2011, Carpal TunnelSyndrome, Jurnal Neurologi Vol. 7, No. 14
Bahrudin M, 2013, Carpal Tunnel Syndrome dalam Buku Neurologi Klinis UMM
Press. Malang.
Barcenilla A, March L M, Chen J S et al, 2012, Carpal Tunnel Syndrome and Its
Relationship to Occupation, A-Meta-analysis dalam Rheumatology,
Oxford University Press 2012;51(2): Pp. 250-261 [online] Viewed 29 Mei
2015 <http://www. medscape.com/viewarticle/757841>.
Benjamin C, 2013, Carpal Tunnel Syndrome. Sports Medicine and Shoulder
Service, UCSF Department of Orthopaedic Surgery, [online] Viewed 29
Mei 2015
<http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000433.htm>.
Bernard B P, 2014, Musculosceletal and Workplace Factors: Individual Fact
Associated with Work-Related Musculosceletal Disorders (MSDs), US
Department of Health and Human Services (NIOSH), Pp. 246-590.
[online] Viewed 30 Mei 2015 < http://www.cdc.gov/niosh>.
Bethesda M, 2012, Carpal Tunnel Syndrome, US Department of Health and
Human Services: Public Health Services National Institute of Health
(NIH), Pp. 2-3 [online] Viewed 26 Mei 2015 < http://www.ninds.nih.gov/
disorders/carpal_tunnel/carpel_tunnel_FS.pdf>.
Bruce and John, 2009, Carpal Tunnel Syndrome: Can it be a work related
72
72
Burt S, Ken C, Yan J et al, 2011, Workplace and Individual Risk Factor for
Carpal Tunnel Syndrome, Occupational and Environmental Medicine,
[online] Viewed 30 Mei 2015 <http://www.medscape.com/viewarticle/
753450>.
Cabe M S J, Anna L, Uebele et al, 2007, Epidemiologic Association of Carpal
Tunnel Syndrome and Sleep Position: Is There a Case for Causation?,
American Association for Hand Surgery, No.2, Pp. 127-134.
Chiotis K, Nikolaos D, Aspasia R et al, 2013, Role of Anthropometric
Characteristic in Idiopathic Carpal Tunnel Syndrome, American Congress
of Rehabilitation Medicine, Pp. 737-744. [online]. Viewed 30 Mei 2015
<http://www.archieves-pmr.org>.
Departemen Kesehatan RI, 2005, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta:
Departemen Republik Indonesia.
Erawati R V, 2012, Kontribusi Industri Kerajinan Kulit Bagi Pendapatan Tenaga
Kerja di Kabupaten Magetan, Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya.
[online] Viewed 29 Mei 2015 <ejournal.unesa.ac.id/article/12281/53/
article.pdf>.
Harahap, R, 2003, Praktis Carpal Tunnel Syndrome, Cermin Dunia Kedokteran,
Vol.141: Pp. 51-53.
Health Council of Netherland, 2013, Repetitive Movements at Work: Health Risk
due to Repetitive Movements at Work, Committe on Identification of
Workplace Risks, Pp. 21-35. ISBN: 978-90-5549-967-0.
Helmi Z N, 2012, Penyakit Degeneratif pada Tendon: Sindrom Terowongan
Karpal, In: Helmi Z N, Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, Pp.
339-343, Salemba Medika, Jakarta, ISBN: 978-602-8570-97-8.
Huldani, 2013, Carpal Tunnel Syndrome, Jurnal online Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Ibrahim I, W S Khan, N Goddard et al, 2012, Carpal Tunnel Syndrome: A Review
of the Recent Literature, The Open Orthopaedics Journal, Vol. 6, pp.
69-76.
Jagga V, Lehri A, and Verma S K, 2011, Occupation and Its Association with of
73
73
Physiotherapy. Vol.7, No.2, pp.68-78 [online]. Viewed 27 Mei 2015 <
http: //medind.nic.in/jau/t11/i2/jaut11i2p68.pdf>.
Jonathan F, 2013, The Wrist and Carpal Tunnel, [online] Viewed 29 Mei 2015
<http://corewalking.com/wrist-carpal-tunnel/> .
Kamath and Stothard, 2004, A Clinical Questionnaire for the Diagnosis ofCarpal
Tunnel Syndrome, The British Society for Surgery of the Hand, Vol.29,
pp.95-96.
Kurniawan B, Jayanti S, dan Setyaningsih Y, 2008, Faktor Resiko Kejadian
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa
Karangcengis, Purbalingga, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol.3,
No.1, pp 31-37.
Lie TMS, 2005, Gerakan Repetitif Berulang Sebagai Faktor Resiko Terjadinya
Sindrom Terowongan Karpal pada Pekerja Wanita di Pabrik Pengolahan
Makanan, Universa Medicina Jurnal Kedokteran Universitas Trisakti,
Vol.24, No.1, pp. 15-23.
Mardjono M dan Sidharta P, 2009, Neurologi Klinis Dasar, PT Dian Rakyat,
Jakarta.
Moore KL, Arthur F, Dalley II et al, 2013, Anatomi Berorientasi Klinis Edisi 5,
PT Erlangga, Jakarta.
Munoz ZR, 2013, Water, Energy, and Carbon Footprints of a Pair of Leather
Shoes, KTH Royal Institute of Technology, pp. 12-14.
Negari ADS, 2009, Hubungan antara Intensitas Gerakan Berulang dan Tingkat
Kekuatan Kontraksi Otot pada Tangan dengan Tingkat Nyeri Pergelangan Tangan pada Industri Sarung Ayu “M&C” Pemalang Jawa Tengah, e-Journal Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
Palmer KT, 2011, Carpal tunnel syndrome: The role of occupational factors,
Europe PMC Funders Group, University of Southampton, UK, Best Pract
Res Clin Rheumatol, 25(1): 15–29. doi:10.1016/j.berh.2011.01.014.
Pangestuti AA dan Widajati N, 2014, Faktor yan Berhubungan dengan Keluhan
Karpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Gerinda di PT DOK dan
Perkapalan Surabaya, The Indonesian Journal of Occupational Safety and
74
74
Rell MJ and Galvin JR, 2008, Cumulative Trauma Disorders, Connecticut
Department of Public Health, Environmental and Occupational Health
Assessment Program, University of Connecticut, Pp. 2-4 [online]. Viewed
26 Mei 2015 <http://www.ct.gov/dph/lib/dph/environmental_health/eoha/
pdf/ctds_fact_sheet.pdf>.
Roquelaure Y, Mariel J, Dano C et al, 2002, Prevalence, Incidence, and Risk
Factors of Carpal Tunnel Syndrome in a Large Shoe Footwear Factory,
Center for Occupational Health and Ergonomics University Hospital
Angers Cedex France, Vol.14, No.4 pp. 357-367.
Schnetzler, KA, 2008, Acute Carpal Tunnel Syndrome, US National Library of
Medicine National Institute of Health, Pubmed [online] Viewed 28 Mei
2015 < http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18460688>.
Silverstein BA, Fine LJ, and Amstrong TJ, 1987, Hand Wrist Cumulative Trauma
Disorders in Industry, British Journal of Industrial Medicine, Vol.43, pp.
779-784 [online] Viewed 26 Juni 2015 <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC1007752/pdf/brjindmed00175-0059.pdf>.
Snell RS, 2006, Anatomi Klinik Ed 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Soegih R, 2009, Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis, CV Sagung Seto
Jakarta.
Subaris dan Haryono, 2007, Hygiene Lingkungan Kerja, Mitra Cendekia Press,
Yogyakarta.
Tana L, Halim SF, Delima et al, 2004, Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja
Garmen di Jakarta, Jurnal Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 32, No. 2.
Pp. 73-82.
Tana L, Delima, dan Ryadina W, 2009, Evaluasi Mdel Penyuluhan dalam
Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Mengenai Sindrom
Terowongan Karpal pada Pekerja Beberapa Perusahaan Garmen di Jakarta
tahun 2004, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. XIX,
No.3, Pp. 109-115.
Tengfei F, Manlin C, Fang L et al, 2015, Carpal Tunnel Syndrome Assessment
75
75
in Patients versus HealthyVolunters, PLOS ONE 10 (1) pp. 1-11:
e0116777. Doi:10.1371/journal.pone.0116777.
Takala J, Päivi H, Kaija LS et al, 2014, Global Estimates of the Burden of Injury
and Illness at Work in 2012, Journal of Occupational and Environmental
Hygiene, [online] Viewed 30 Mei 2015 <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC4003859/>.
Yunanto D, 2013, Produk Sepatu Kulit, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya, Sleman,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tenaga kerja diberbagai sektor baik formal maupun informal memiliki
resiko terpajan dengan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat
Pekerjaan (KAP). PAK adalah suatu masalah kesehatan yang disebabkan oleh
pajanan berbahaya di tempat kerja. Laporan ILO 2011 menyebutkan bahwa
persentase kasus PAK lebih banyak daripada KAP (Takala et al, 2014). PAK
yang sering dijumpai yaitu ketulian, gangguan reproduksi, penyakit jiwa,
sistem saraf dan gangguan muskuloskeletal termasuk sindrom terowongan
karpal (STK). STK merupakan salah satu PAK yang dilaporkan oleh badan
statistik perburuhan di negara maju sebagai penyakit yang sering terjadi
dikalangan pekerja industri. Angka kejadian STK di USA pada pekerja
industri diperkirakan ada 15-20% dan dilaporkan bahwa lebih 50% dari
seluruh PAK di USA adalah cumulative trauma disorders (CTD), dimana
salah satunya adalah STK (Rell and Galvin, 2008).
Prevalensi STK dalam dunia kerja di Indonesia masih belum banyak
diketahui, karena sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja yang
dilaporkan. Pada penelitian sebelumnya tahun 2003-2005, menunjukkan
adanya peningkatan kejadian STK di Surabaya dari 76 kasus menjadi 112
kasus pada pekerjaan dengan tingkat frekuensi pengulangan yang sering dan
durasi yang lama (Pangestuti dan Widajati, 2014).
STKmerupakan salah satu penyakit yang paling sering mengenai nervus
2
dalam golongan CTD pada ekstremitas atas (Rell and Galvin, 2008). STK
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Beberapa
peneliti melaporkan bahwa lebih dari separuh penyebab STK adalah faktor
dari tempat kerja yang erat hubungannya dengan gerakan repetitif dengan
menggunakan tumpuan tenaga pergelangan tangan dan tangan, getaran, dan
tekanan mekanik langsung pada tangan saat bekerja dalam jangka waktu yang
lama, suhu yang ekstrim serta postur kerja yang tidak ergonomis (Jagga,
Lehri, and Verma, 2011).
Penyebab gangguan pada jaringan sekitar terowongan karpal terjadi
karena proses inflamasi kronis yang mengakibatkan tekanan dalam
terowongan karpal meningkat sehingga dapat menekan nervus medianus
(entrapment neuropathy) yang akhirnya memunculkan gejala klinis STK
yang khas seperti kesemutan, nyeri, kebas, atau sensasi seperti tertusuk-tusuk
pada jari dan tangan di daerah distribusi nervus medianus (bagian volar 3½
jari sisi radial) yang menyebabkan terbatasnya fungsi pergelangan tangan dan
pekerjaan sehari-hari (Bethesda, 2012).
Kabupaten Magetan selama 15 tahun terakhir dikenal sebagai sentra
pengrajin sepatu kulit. Sebagian besar pengrajin sepatu kulit didaerah tersebut
termasuk dalam sektor informal dengan memproduksi sepatu kulit yang
dibuat secara hand made. Pengrajin sepatu bagian produksi merupakan
bagian yang amat penting bagi produsen sepatu, karena dibagian inilah semua
kegiatan produksi mulai dari pemrosesan bahan hingga menjadi sepatu yang
3
Minimnya penelitian tentang STK di industri sepatu Indonesia inilah
yang menyebabkan peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang hubungan
lamanya frekuensi gerakan repetitif dan berkekuatan tangan dengan angka
kejadian STK pada pengrajin sepatu kulit sektor informal.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara intensitas gerakan repetitif dan berkekuatan
dengan kejadian sindrom terowongan karpal (STK) pada pegrajin sepatu
kulit di Magetan bagian produksi ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara intensitas gerakan repetitif dan berkekuatan
dengan kejadian Sindrom Terowongan Karpal (STK) pada pengrajin sepatu
kulit di Magetan bagian produksi.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui angka kejadian STK pada setiap unit produksi (pemotongan,
penjahitan, perakitan, dan finishing)
2. Mengetahui angka kejadian STK dengan profil responden (usia, masa kerja,
lama kerja, dan BMI)
3. Menganalisis seberapa besar pengaruh gerakan repetitif dan berkekuatan
4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat akademis
a. Sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
menempuh pendidikan dokter terutama dalam bidang ilmu penyakit
saraf yang berhubungan dengan penyakit akibat kerja, khususnya STK.
b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah
kesehatan kerja khususnya STK.
1.4.2 Manfaat klinis
Memberikan sumbangan pemikiran kepada pengembangan ilmu
kedokteran untuk mengupayakan tindakan preventif terjadinya STK pada
pengrajin sepatu kulit.
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang STK sehingga
nantinya diharapkan masyarakat lebih memperhatikan kondisi kesehatan diri
dengan rutin memeriksakan kesehatan di tempat pelayanan kesehatan
terdekat sebagai upaya deteksi dini STK.
1.4.4 Manfaat bagi industri
Memberikan sumbangan pemikiran bagi bidang industri untuk
menerapkan standar operasional prosedur bagi pekerja pada sektor formal
maupun informal yang kesehariannya melakukan pekerjaan beresiko untuk
mengalami PAK berupa STK. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya
dalam mengurangi biaya perusahaan yang dikeluarkan untuk kesehatan para