BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk
membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, baik potensi fisik maupun psikis sehingga mampu menghadapi setiap
perubahan yang terjadi. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu unsur yang sangat penting dan harus ada dalam
pendidikan. Matematika merupakan pengetahuan yang mempunyai peran sangat besar, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Pendidikan matematika di sekolah diharapkan dapat mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara fungsional dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam rangka menghadapi ilmu pengetahuan lain. Hal ini karena matematika diberikan kepada
siswa untuk membantu memperoleh, mengelolah, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan
yang selalu berubah, tidak pasti dan konservatif (Ibrahim dan Suparni, 2008: 36).
Zaini (2009: 81) menyebutkan tujuan pembelajaran merupakan tujuan dari setiap program pendidikan yang diberikan
mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru
berhadapan langsung dengan peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik
yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual (Kunandar,
2008: 40). Ketercapaian tujuan pembelajaran matematika dapat dilihat dari hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika
dikatakan tercapai apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi (Islamuddin, 2012: 174). Guru
sebagai pengajar sekaligus pendidik harus bisa memahami kondisi lingkungan belajar, baik dalam penggunaan strategi, metode, dan model pembelajaran yang tepat sehingga hasil
belajar siswa menjadi lebih baik.
Sardirman (2001: 47) menyatakan bahwa suatu proses
belajar mengajar dikatakan baik apabila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Kegiatan belajar
yang efektif tidak hanya melihat dari hasilnya saja akan tetapi juga harus memperhatikan prosesnya. Karena dalam proses inilah
siswa akan beraktivitas. Sardirman (2001: 93) juga menyatakan bahwa aktivitas dalam belajar sangat diperlukan saat proses
pembelajaran karena tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
(2014) menyatakan dalam penelitianya bahwa kenyataannya di sekolah-sekolah aktivitas belajar siswa masih rendah, dapat
dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang pasif baik dalam bidang kognitif maupun fisik saat
mengikuti pembelajaran. Selain itu, dalam proses pembelajaran masih banyak siswa yang tidak fokus dalam mengikuti proses
pembelajaran. Ketidak fokusan ini dapat dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang asyik
bermain dengan temannya daripada mendengarkan penjelasan guru. Di samping itu, model pembelajaran yang diterapkan oleh
guru kurang menarik dan membuat siswa bosan saat mengikuti pembelajaran, sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru kurang. Hal ini mengakibatkan prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran matematika rendah.
Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat observasi
awal di SMP Shalahuddin Malang, khususnya siswa kelas VIII D pembelajaran matematika masih dilakukan secara konvensional,
yang diawali dengan guru menyampaikan materi, guru memberikan contoh soal, dan guru memberikan latihan soal.
Padahal sekolah tersebut sudah menerapkan kurikulum 2013 yang seharusnya pembelajaran berpusat pada siswa, alasan guru tidak
menerapkan kurikulum 2013 karena takut materi tidak tersampaikan kepada siswa. Karena pembelajaran matematika
belum menggunakan variase metode dalam pembelajaran. Selain itu, tingkat aktivitas siswa pun rendah hal ini terbukti dari saat
menerima pelajaran ada 12 dari 31 siswa yang mau aktif, sedangkan siswa yang lainnya hanya duduk diam tanpa ada
interaksi yang dilakukan antara guru dengan siswa. Bahkan ditemui siswa bercanda saat guru mengajar. Dan lebih lagi jika
guru memberikan permasalahan matematika, siswa yang tidak aktif/tidak dapat mengerjakan selalu mengandalkan temannya
yang mampu tanpa perlu mencobanya terlebih dahulu.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru pelajaran matematika yang bersangkutan dan memperoleh
informasi yang sejalan dengan hasil observasi peneliti, yang
menyatakan rendahnya aktivitas siswa karena sebagian besar siswa kurang tertarik terhadap mata pelajaran matematika, mereka menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran
yang sulit dan membingungkan, hal ini terbukti ketika siswa kurang semangat ketika jam pelajaran matematika berlangsung.
Rendahnya aktivitas siswa berdampak pada hasil belajar siswa. Pada hasil belajar siswa yang dalam ketentuan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) untuk pelajaran matematika adalah 70.
Tetapi dilihat dari nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran matematika pada materi sebelumnya yang cenderung masih
rendah yaitu sebesar 45,16% yang mendapat nilai lebih dari 70
hasil belajar siswa masih belum berhasil yaitu yang seharusnya
75% dari keseluruhan siswa memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Guru sebagai pendidik di sekolah memiliki peran yang penting terhadap keberhasilan pembelajaran. Salah satu aspek
yang mempengaruhi proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran yang sesuai. Dimana dalam pengajaran matematika
metode dan cara pengajarannya harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi dan situasi siswa. Sehingga dengan begitu siswa
dapat dengan mudah menerima dan memahami materi yang disampaikan. Untuk meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran matematika salah satu alternatif yang dapat dilakukan
adalah meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah seperti mengubah metode pembelajarannya. Dengan
demikian, diperlukan suatu metode pembelajaran yang dimungkinkan dapat meningkatkan aktivitas siswa pada mata
pelajaran matematika. Oleh karena itu perlunya diterapkan suatu metode pembelajaran kelompok yang menyenangkan dan
membuat siswa lebih aktif dalam meningkuti pembelajaran matematika.
Salah satu metode pembelajaran yang efektif untuk merubah siswa dari pasif menjadi aktif dan membuat hasil belajar
pendekatan scientific. Metode make a match menurut Sugiyanto (2009: 49) adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan. Pemahaman siswa dari suatu konsep atau topik yang disajikan
sangat penting untuk menghasilkan hasil belajar siswa yang memuaskan. Metode make a matchmerupakan salah satu metode pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran matematika karena mampu menciptakan siswa aktif dan suasana menyenangkan, hal
ini sesuai dengan pendapat Curron dalam Tampubolon (2011: 50) yang menyatakan bahwa make a match memiliki keunggulan, pembelajarannya dapat menggunakan permainan mencari pasangan sehingga guru mampu menciptakan ruang kelas dengan siswa yang aktif dan suasana yang menyenangkan.
Sedangkan pendekatan scientific merupakan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 dimana kurikulum 2013
merupakan kurikulum yang menekankan pada dimensi pedagogik dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan scientific mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Pendekatan
scientific mengarahkan siswa belajar dengan cara mengkontruksi pengetahuan yang diperoleh dari belajar sendiri dan bertukar
pikiran dengan teman kelompoknya. Siswa akan memperoleh pengetahuan dari bertanya dan berbagai sumber informasi yang
terpusat kepada siswa, guru hanya sebagai scaffolding. Ini artinya dengan pendekatanscientificdapat menumbuhkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Metode make a match dilakukan dengan guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep, topik, atau jenis pertanyaan lainnya. Kemudian kartu dibagikan kepada setiap
siswa untuk kemudian setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya tentunya hal ini
diterapkan dengan pendekatan scientific yang sesuai dengan kurikulum 2013 pada proses pembelajarannya. Alasan utama pemilihan metode make a match dengan pendekatan scientific diterapkan dalam pembelajaran karena pembelajaran dengan
metode make a match dengan pendekatan scientific murni berorientasi pada aktivitas siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan sehingga siswa semakin berminat untuk belajar
khususnya pada pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika ini akan lebih dikhususkan lagi pada materi bangun
ruang sisi datar sub bab kubus dan balok.
Diharapkan melalui metode make a match dengan pendekatan scientific ini pembelajaran matematika khusus pada materi bangun ruang sisi datar akan menjadi pelajaran yang
dan paham akan materi yang disampaikan oleh guru menjadi penentu bahwa pembelajaran berkualitas dan dengan melalui
latihan-latihan yang disajikan dengan cara yang menyenangkan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil sebuah judul
penelitian “Penerapan MetodeMake A Matchdengan Pendekatan Scientific pada Pembelajaran Matematika di SMP Shalahuddin Malang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode make a match dengan pendekatan scientificpada Pembelajaran matematika di SMP Shalahuddin Malang?
2. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran
matematika dengan penerapan metode make a match dengan pendekatanscientificdi SMP Shalahuddin Malang?
1.3 Pembatasan Masalah
Agar masalah yang dikaji lebih terfokus dan terarah maka
penulis membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-D dengan jumlah sebanyak 31 siswa.
2. Materi pelajaran yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah bangun ruang sisi datar sub bab kubus dan balok.
3. Aktivitas siswa dalam penelitian ini mengacu pada pendekatan scientific yaitu aktivitas mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.
4. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini yaitu hasil dari tes akhir setelah menerima pembelajaran mengunakan metode
Make A Matchdengan pendekatanScientific 1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa pada pembelajaran matematika yang diajarkan dengan metode make a match dengan pendekatanscientificdi SMP Shalahuddin Malang. 3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran
matematika yang diajarkan dengan metode make a match dengan pendekatanscientificdi SMP Shalahuddin Malang. 1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini antara
lain:
a. Bagi Siswa dengan diterapkannya metode make a match dengan pendekatan scientific diharapkan siswa dapat menerima pengalaman belajar yang lebih bervariasi sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa
pada pembelajaran matematika.
b. Bagi Guru melalui penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan bagi guru untuk lebih mengetahui alternatif-alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
upaya meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika siswa.
c. Bagi Sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan dan wawasan untuk memperbaiki dan
matematika serta memberi sumbangan informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
d. Bagi Peneliti hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan metode
make a match dengan pendekatan scientificyang diterapkan langsung pada ruang kelas.
1.6 Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dalam memahami
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi operasional sebagai berikut:
a. Make a match merupakan salah satu metode dari pembelajaran kooperatif. Salah satu keunggulan make a match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Sugiyanto, 2008: 49). Suprijono (2011: 94)
menyatakan bahwa yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran make a match adalah kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan kartu yang lain berisi jawaban. Kemudian setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya.
pembelajaraan yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013). Tujuan yang harus ada dalam
pembelajaran scientific yaitu menekankan bahwa guru cukup bertindak sebagai scaffolding ketika siswa mengalami
kesulitan, serta guru bukan satu-satunya sumber belajar. c. Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika materi bangun ruang sisi datar dengan diterapakannya metode make a match dengan pendekatan scientific. Indikator aktivitas siswa meliputi aktivitas mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.
d. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya dengan
penerapan metode make a match dengan pendekatan scientific pada pembelajaran matematika. Hasil belajar pada penelitian ini merupakan hasil tes akhir pada materi bangun ruang sisi datar dengan Ketuntasan hasil belajar sesuai
LAPORAN TUGAS AKHIR
Topik Tugas Akhir : Penelitian Pendidikan Matematika
PENERAPAN METODEMAKE A MATCHDENGAN
PENDEKATANSCIENTIFICPADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI SMP SHALAHUDDIN MALANG
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Salah Satu Prasyarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh : Pregil Diansari 201110060311175
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Penerapan Metode Make A Match dengan Pendekatan Scientific Pada Pembelajaran Matematika Di SMP Shalahuddin Malang”. Penyusunan naskah tugas akhir ini merupakan salah
satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dra. Siti Inganah, MM,. M.Pd selaku dosen Pembimbing I
atas ilmu, bimbingan serta pengarahan yang diberikan kepada penulis selama penyusunan tugas akhir ini.
2. En Efendi, M.Pd selaku dosen Pembimbing II atas ilmu, bimbingan serta pengarahan yang diberikan kepada penulis
selama penyusunan tugas akhir ini.
3. Mineil Alphafiani, S.Pd selaku guru matematika kelas VIII D
SMP Shalahuddin Malang yang telah membantu dalam kelancaran penelitian tugas akhir ini.
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membatu kelancaran penyusunan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga naskah tugas akhir ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Malang, Agustus 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
LEMBAR PERSETUJUAN ...ii
LEMBAR PENGESAHAN...iii
SURAT PERNYATAAN ...iv
MOTTO ...vi
PERSEMBAHAN...vii
KATA PENGANTAR ...viii
ABSTRAK ...x
DAFTAR ISI ...xi
BAB I ...1
PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan Masalah ...8
1.3 Pembatasan Masalah ...9
1.4 Tujuan Penelitian...9
1.5 Manfaat Penelitian ...10
1.6 Definisi Operasional ...11
BAB II ...13
KAJIAN PUSTAKA ...13
2.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika...13
2.1.1 Definisi Belajar dan Pembelajaran ...13
2.1.2 Definisi Pembelajaran Matematika ...16
2.2 Metode Make A Match ...20
2.2.2 Langkah-langkah MetodeMake A Match ...22
2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan MetodeMake A Match24 2.3 PendekatanScientific ...26
2.3.1 Definisi PendekatanScientific ...26
2.3.2 Langkah-langkah PendekatanScientific ...28
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan PendekatanScientific...33
2.4 Aktivitas Siswa ...34
2.5 Hasil Belajar ...38
2.5.1 Definisi Hasil Belajar ...38
2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ...40
2.6 Penerapan Metode Make A Match dengan Pendekatan Scientificpada Pembelajaran Matematika...41
BAB III ...47
METODE PENELITIAN...47
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian...47
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...48
3.3 Prosedur Penelitian ...49
3.4 Subjek Penelitian ...51
3.5 Data dan Sumber Data ...52
3.6 Teknik Pengumpulan Data...52
3.7 Instrumen Penelitian ...56
3.8 Analisis Data ...60
BAB IV ...65
4.1 Penerapan Metode Make A Match dengan Pendekatan
Scientific ...65
4.1.1 Pertemuan Pertama ...66
4.1.2 Pertemuan Kedua...77
4.1.3 Pertemuan Ketiga ...88
4.2 Aktivitas Guru dalam Penerapan Metode Make A Match dengan PendekatanScientific ...89
4.3 Aktivitas Siswa dalam Penerapan Metode Make A Match dengan PendekatanScientific ...92
4.4 Hasil Belajar Siswa setelah Penerapan Metode Make A Matchdengan PendekatanScientific ...100
4.5 Pembahasan ...102
BAB V ...113
PENUTUP ...113
5.1 Kesimpulan ...113
5.2 Saran...114
DAFTAR PUSTAKA...116
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...119
Lampiran 2 Kartu Soal dan Kartu Jawaban...132
Lampiran 3 Soal Evaluasi...135
Lampiran 4 Lembar Observasi Guru...141
Lampiran 5 Lembar Observasi Siswa ...143
Lampiran 6 Daftar Nilai Siswa...145
Lampiran 7 Surat Penelitian ...146
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Adjie, Nahrowi dan Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika.Bandung: UPI.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmi, Yuni Karsih dkk. 2014. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match dengan Pendekatan Scientific untuk meningkatkan pemahaman konsep menyederhanakan pecahan. Jurnal Didaktika Dwija Indria, PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Vol.2 No.8.
Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Kencana.
Herdiansyah, Haris. 2010.Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ibrahim dan Suparni. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Karina, Iin dkk. 2012. Peningkatan Pembelajaran Di Sekolah Dasar Dengan Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match. Jurnal FKIP Universitas Sebelas Maret.
Kemdikbud. 2013. Pengembangan Kurikulum 2013. Paparan Mendikbud dalam Sosialisasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.
Kemdikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Proses. Permendikbud No. 65 Tahun 2013.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
Komara, Endang. 2013. Pendekatan Scientific dalam Kurikulum 2013.http://endangkomarasblog.blogspot.com/2013/10/pe ndekatan-scientific-dalamkurikulumhtml.(27januari2014)
Lie, A. 2008. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo Remaja Rosdakarya.
Permendikbud. 2014. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah.Jakarta: Kemendikbud. Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2010. Psikologi
Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
Sanjaya, Wina. 2006. StrategiPembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sardiman AM. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer.Bandung: UPI.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif.Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 13.