SKRIPSI
PENGARUH AUDITOR SWITCHING, FINANCIAL DISTRESS, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING
CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
M. Arif Rivan Pane 110503317
PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
PENGARUH AUDITOR SWITCHING, FINANCIAL DISTRESS, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING
CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh auditor switching, financial distress, dna debt default terhadap opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan di internet melalui website resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 143 observsasi dari 19 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regression logistic.
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variable auditor switching tidak berpengaruh tehadap opini audit going concern, financial distress tidak berpengaruh tehadap opini audit going concern, dan debt default berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan bagi penelitian selanjutnya untuk menambah variabel penelitian terkait dengan opini audit going concern, manambah jumlah sampel penelitian dan mempertimbangkan adanya tingkat pergantian auditor.
ABSTRACT
EFFECT OF AUDITOR SWITCHING, FINANCIAL DISTRESS, AND DEBT DEFAULT OF ACCEPTANCE OF AUDIT OPINION GOING
CONCERN IN MANUFACTURING LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study was conducted to determine the effect of auditors switching, financial distress, and debt default on the going concern audit opinion. This study used secondary data obtained from financial statements published on the internet through the official website of Indonesia Stock Exchange www.idx.co.id. The research sample is manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 2011-2013. Sampling using purposive sampling and obtained a sample of 143 observsasi of 19 companies sampled in this study. Hypothesis testing is done by using logistic regression.
From the test results indicate that the auditor switching variable do not influence going concern audit opinion, financial distress does not influence going concern audit opinion, and debt default has significant influence towards going concern audit opinion.
Based on the result of the research, the researcher suggests following research to add research variable which is related to going concern audit opinion, the sum of research sample and to consider the level of auditor switching.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat- Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dalam rangka
penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH AUDITOR SWITCHING, FINANCIAL DISTRESS, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”, memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi (SE)
pada Program Studi Ilmu Akuntansi Universitas Sumatra Utara.
Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini peneliti telah banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis dengan sepenuh
hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, C.A., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua
Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M, Ak., selaku Sekretaris Departemen
S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Ibu
Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi
3. Bapak Drs. M. Utama Nasution, M.M, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberi masukan, saran-saran, arahan, bimbingan serta kasih
sayang yang secara ikhlas diberikan selama proses penyusunan dan
penyelesaian skripsi sehingga sangat membantu penulis dalam penyusunan
skripsi. Semoga Bapak dan keluarga dalam keadaan sehat selalu.
4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak., selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Sucipto, M.M., Ak., selaku dosen pembanding yang telah
memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan
skripsi ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen serta pegawai akademik di Program Studi
Akuntansi Universitas Sumatra Utara.
7. Kepada orang tua penulis, H. Drs. Abdul Rachman Pane dan Anna Flora L.
Tobing. Terima kasih atas segala curahan kasih sayang yang selalu diberikan
melalui perhatian, motivasi, semangat, doa dan dukungan moril maupun
dukungan materil yang diberikan dengan tulus dari awal hingga kini,sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan skripsi ini
khususnya Magic Masrum dan Gerobak Pasir, dan teman- teman angkatan
2011 lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Terimakasih
banyak atas dukungan dan semangatnya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan
oleh penulis.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat- Nya
kepada seluruh pihak yang telah memberikan banyak bantuan dan motivasi
kepada peneliti selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini. Segala
bentuk usaha dan perjuangan telah semaksimal mungkin dilakukan oleh penulis.
Meskipun demikian, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis menyadari
bahwa keterbatasan penulis membuat skripsi ini menjadi kurang sempurna, karena
itu masih diperlukan saran maupun masukan dari pembaca. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan bermanfaat bagi pembacanya.
Medan, Agustus 2015
(M. Arif Rivan Pane)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... iError! Bookmark not defined. ABSTRACT...iiError! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.v DAFTAR ISI ...viError! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Tinjauan Teoritis ... 8
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 8
2.1.2 Auditing ... 8
2.1.3 Opini Audit ... 9
2.1.4 Opini Audit Going Concern ... 10
2.1.5 Auditor Switching ... 13
2.1.6 Financial Distress ... 16
2.1.7 Debt Default ... 17
2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 18
2.3 Kerangka Konseptual ... 22
2.4 Hipotesis Penelitian ... 25
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Penelitian ... 26
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 26
3.2.1 Variabel Dependen ... 26
3.2.2 Variabel Independen ... 27
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 29
3.4 Jenis Dan Sumber Data ... 30
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 30
3.6 Metode Analisis ... 31
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 31
3.6.2 Pengujian Data ... 31
3.6.2.1 Uji Multikolinearitas ... 32
3.6.2.2 Uji Autokorelasi ... 32
3.6.3 Pengujian Model ... 33
3.6.3.2 Menilai Kelayakan Model Regresi ... 34
3.6.3.3 Koefisien Determinasi ... 34
3.6.3.4 Matriks Klasifikasi ... 35
3.6.4 Pengujian Hipotesis ... 35
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1 Data Penelitian ... 37
4.2 Hasil Penelitian ... 37
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 37
4.2.2 Pengujian Data ... 39
4.2.2.1 Uji Multikolinearitas ... 39
4.2.2.2 Uji Autokorelasi ... 40
4.2.3 Analisis Model Regresi Logistik ... 41
4.2.3.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model ... 41
4.2.3.2 Menilai Kelayakan Model Regresi ... 44
4.2.3.3 Koefisien Determinasi ... 44
4.2.3.4 Matriks Klasifikasi ... 45
4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 47
4.3 Pembahasan Hasil Analisis Penelitian ... 49
4.3.1 Pengaruh Auditor Switching terhadap Opini Audit Going Concern ... 49
4.3.2 Pengaruh Financial Distress terhadap Opini Audit Going Concern ... 50
4.3.3 Pengaruh Debt Deafaul terhadap Opini Audit Going Concern ... 51
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
5.1 Kesimpulan ... 52
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 52
5.3 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu 19
3.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 28 3.2 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria 30
4.1 Descriptive Statistics 38
4.2 Hasil Uji Multikolineritas 40
4.3 Hasil Uji Autokorelasi 41
4.4 Likelihood Block 0 42
4.5 Likelihood Block 1 42
4.6 Hosmer dan Lemeshow Test 44
4.7 Na gerkerke R Squa re 45
4.8 Na gerkerke R Squa re 46
4.9 Case Processing Summary 47
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Populasi Dan Sampel Perusahaan 57
2 Data Variabel Penelitian 62
ABSTRAK
PENGARUH AUDITOR SWITCHING, FINANCIAL DISTRESS, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING
CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh auditor switching, financial distress, dna debt default terhadap opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan di internet melalui website resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 143 observsasi dari 19 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regression logistic.
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variable auditor switching tidak berpengaruh tehadap opini audit going concern, financial distress tidak berpengaruh tehadap opini audit going concern, dan debt default berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan bagi penelitian selanjutnya untuk menambah variabel penelitian terkait dengan opini audit going concern, manambah jumlah sampel penelitian dan mempertimbangkan adanya tingkat pergantian auditor.
ABSTRACT
EFFECT OF AUDITOR SWITCHING, FINANCIAL DISTRESS, AND DEBT DEFAULT OF ACCEPTANCE OF AUDIT OPINION GOING
CONCERN IN MANUFACTURING LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study was conducted to determine the effect of auditors switching, financial distress, and debt default on the going concern audit opinion. This study used secondary data obtained from financial statements published on the internet through the official website of Indonesia Stock Exchange www.idx.co.id. The research sample is manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 2011-2013. Sampling using purposive sampling and obtained a sample of 143 observsasi of 19 companies sampled in this study. Hypothesis testing is done by using logistic regression.
From the test results indicate that the auditor switching variable do not influence going concern audit opinion, financial distress does not influence going concern audit opinion, and debt default has significant influence towards going concern audit opinion.
Based on the result of the research, the researcher suggests following research to add research variable which is related to going concern audit opinion, the sum of research sample and to consider the level of auditor switching.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tujuan didirikannya suatu entitas atau perusahaan selain untuk memperoleh
laba ada juga tujuan serta tanggung jawab besar yang harus dibebankan oleh
perusahaan. Tanggung jawab besar tersebut adalah mempertahankan eksistensi
usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara
untuk mempertahankan kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan
kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan. Ketika perusahaan
mengalami permasalahan kondisi keuangan maka kegiatan oprasional perusahaan
akan terganggu dan akhirnya berdampak pada tingginya resiko yang akan
dihadapi oleh perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dimasa
yang mendatang. Auditor dapat memberikan opini going concern untuk mengukur
kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan harus menyiapkan laporan keuangan
yang nantinya akan di audit. Setyarno et.al. (2006), menyatakan bahwa auditor
dalam menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini
audit going concern yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya.
Secara umum, beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam
menerbitkan opini audit going concern (IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6)
antara lain terjadinya: trend negatif, petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan
keuangan perusahaan, masalah intern, dan masalah luar yang terjadi. Adapun
contoh kejadian dari trend negatif adalah arus kas negatif. Contoh kejadian dari
penunggakan pembayaran dividen. Contoh kejadian dari masalah intern adalah
pemogokan kerja dan ketergantungan besar atas sukses projek tertentu. Contoh
kejadian dari masalah luar yang terjadi adalah pengaduan gugatan utama dan
keluarnya undang-undang.
Auditor bertanggungjawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian
besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal
laporan keuangan yang sedang diaudit (IAI 2001). Masalah timbul ketika banyak
terjadi kesalahan opini (audit failures) yang dibuat oleh auditor menyangkut opini
going concern (Mayangsari 2003). Beberapa penyebabnya antara lain; pertama,
masalah self-fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan
mengungkapkan status going concern yang muncul ketika auditor khawatir bahwa
opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan
yang bermasalah (Venuti 2007). Meskipun demikian, opini going concern harus
diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan
perusahaan yang bermasalah.
Masalah kedua yang menyebabkan kegagalan audit (audit failures) adalah
tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur
(Joanna 1994). Meskipun sudah ada panduan yang jelas mengenai pemberian
opini going concern, pada kenyataannya auditor sangat susah dalam memberikan
opini going concern (Koh dan Tan 1999). Mutchler et al. (1997) menemukan
bukti bahwa keputusan opini going concern sebelum terjadinya kebangkrutan
laporan audit serta informasi berlawanan yang ekstrim (contrary information)
seperti default.
Keadaan default dapat dilihat dari tidak dipenuhinya syarat-syarat perjanjian
hutang atau tidak melakukan pembayaran sesuai jadwal hal ini mengindikasikan
bahwa perusahaan memiliki masalah dengan keuangan. Sejak pemakai laporan
audit cenderung mempersalahkan auditor yang dianggap gagal mengeluarkan
opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini
harusnya telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern
ketika perusahaan dalam keadaan default tinggi sekali, untuk itu diharapkan status
defa ult dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini going
concern.
Dampak yang tidak diharapkan dari opini going concern yang tidak
diinginkan tersebut mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor dan
menimbulkan konsekuensi negatif dalam pengeluaran opini going concern. Geiger
et al (1996) menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang
mengeluarkan opini going concern pada perusahaan financial disstress. Kondisi
tersebut memungkinkan manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila
perusahaannya terancam menerima opini audit going concern. Fenomena seperti
ini disebut opinion shopping. Manajer dapat menunda atau menghindari opini
going concern dengan memberikan laporan keuangan yang yang baik untuk
meyakinkan auditor atau dengan melakukan pergantian auditor (a uditor
switching) dengan harapan bahwa auditor baru tidak memberikan opini going
bahwa perusahaan yang mengganti auditor (switching auditor) menurunkan
kemungkinan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan, daripada
perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor. Perusahaan yang berhasil
dalam opinion shopping melakukan pergantian auditor dengan harapan mendapat
unqua lified opinion dari auditor baru.
Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan banyak perusahaan go
public menerima opini audit going concern. Pengeluaran opini audit going
concern ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk membuat
keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena ketika seorang investor akan
melakukan investasi ia perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan
terutama yang menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut
(Santosa dan Wedari, 2007). Bahkan tidak sedikit dari auditor gagal memberikan
opini going concern kepada auditee, yaitu keadaan dimana perusahaan yang tidak
sehat namun menerima pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified).
Kesalahan dalam memberikan opini audit akan berakibat fatal bagi para pemakai
laporan keuangan tersebut. Hal ini berarti, menuntut auditor untuk lebih
mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup suatu
perusahaan. Inilah alasan mengapa auditor turut bertanggung jawab atas
kelangsungan hidup suatu perusahaan meskipun dalam batas waktu tertentu yaitu
satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan auditor (IAI, 2001: SA Seksi 341.1
paragraf 2).
Penelitian ini merupakan pengembangan dan replikasi dari penelitian Eko dkk
yang dilakukan oleh Eko dkk (2006) dengan menggunakan empat variabel
independen yaitu: Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit
Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan menyatakan bahwa variabel kondisi
keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan oleh
Arga (2007) dengan menggunakan lima variabel independen yaitu: Kualitas
Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan menyatakan bahwa hanya opini
audit tahun sebelumnya yang positif berpengaruh terhadap opini audit going
concern. Penelitian yang dilakukan oleh Solikah (2007) dengan menggunakan tiga
variabel independen yaitu: Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya menyatakan Kondisi keuangan
perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap
opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2009) dengan
menggunakan empat variabel independen yaitu Financial Distress, Debt Default,
Auditor Cha nges, Opini Audit Tahun Sebelumnya menyatakan bahwa Financial
Distress, Auditor Cha nges dan Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap opini audit going concern.
Berdasarkan fenomena dan perbedaan hasil penelitian, peneliti tertarik untuk
meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit going
concern. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti auditor switching,
“Pengaruh Auditor Switching, Financial Distress, dan Debt Default Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah auditor switching berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
2. Apakah financial distress berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
3. Apakah debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan
penelitian serta memiliki konsistensi dengan permasalahan dan pertanyaan yang
terdapat di dalam perumusan masalah, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini
adalah : “Untuk mengetahui apakah auditor switching, financial distress, dan debt
defa ult berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi Peneliti, yaitu dapat digunakan menambah pengetahuan peneliti
mengenai auditor switching, financial distress, dan debt default serta
pengaruhnya terhadap opini audit going concern perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi Investor, yaitu dapat digunakan sebagai masukan bagi investor yang
ingin berinvestasi, agar mempunyai bahan pertimbangan dalam
menetapkan keputusan berinvestasi, sehingga apabila investor mengetahui
perusahaan memiliki prospek bagus untuk masa yang akan datang maka
investor akan menginvestasikan dananya dan mengharapkan deviden dari
perusahaan yang diinvestasikannya.
3. Bagi Penelitian selanjutnya, yaitu hasil dari penelitian diharapkan dapat
menambah pengetahuan para pembaca maupun sebagai bahan referensi
atau bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya dan sebagai
penambah wacana keilmuan.
4. Bagi Perusahaan yaitu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
bahan masukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan
menjadi bahan referensi untuk mengetahui pengaruh auditor switching,
fina ncia l distress, dan debt default terhadap penerimaan opini going
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori agensi, menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak
di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan
beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang
pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun agen
diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan dan semata-mata
termotivasi oleh kepentingan pribadi. Hal ini dapat memicu terjadinya konflik
keagenan. Untuk itu, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai
mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen. Auditor adalah pihak yang
dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal (shareholders)
dengan pihak agen (manajer) dalam mengelola keuangan perusahaan
Praptitorini dan Putri (2011).
2.1.2 Auditing
Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau
pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan
tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan.
Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen (Arens,
et al., 2008:14). Hasil kegiatan audit yang dilakukan auditor atas laporan
keadaaan perusahaan yang sebenarnya. Opini ini akan dipublikasikan kepada
masyarakat sehingga para investor dapat membuat keputusan investasi.
2.1.3 Opini Audit
Lapoan audit penting sekali dalam menginformasikan pemakai
informasi mengenai apa yang telah dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diperolehnya. Paragraf terakhir dalam laporan audit menyajikan kesimpulan
auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Bagian ini
merupakan bagian terpenting dari keseluruhan laporan audit, sehingga sering
kali seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat
auditor (opini audit).
Dalam SA Seksi 508 Paragraf 10 terdapat 5 tipe opini auditor, yaitu (IAPI,
2011):
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Pendapat ini diberikan bila laporan keuangan disajikan secara wajar dan
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku (unqualified opinion with
expla na tory la ngua ge).
Pendapat ini diberikan bila pendapat auditor sebagian didasarkan atas
laporan auditor independen lain, laporan keuangan menyimpang dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum, auditor menyangsikan
kelangsungan usaha perusahaan, terdapat suatu perubahan material dalam
diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tidak
disajikan atau tidak di-review, auditor tidak dapat melengkapi prosedur
audit tambahan diharuskan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia yang
berkaitan dengan informasi tersebut.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat ini diberikan bila tidak ada bukti yang cukup atau adanya
pembatasan terhadap lingkup audit, auditor yakin bahwa laporan keuangan
berisi penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia.
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Pendapat ini diberikan bila menurut pertimbangan auditor, laporan
keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
Auditor tidak dapat menyatakan suatu pendapat bila tidak dapat
merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran
laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
2.1.4 Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor
untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI,2001:SA Seksi 341).
Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu
indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat
melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil
dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan
membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan dating.
Secara umum, contoh kondisi dan peristiwa jika di pertimbangkan secara
keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam waktu
yang pantas adalah sebagai berikut (IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6):
1) Trend negatif, sebagai contoh kerugian operasi yang berulang kali terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio
keuangan penting yang jelek.
2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh
kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa,
penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap
pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang,
kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau
penjualan sebagian besar aktiva.
3) Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu,
komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk
mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian
besar aktiva.
4) Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan pengadilan,
membahayakan kemampuan perrusahaan untuk beroperasi, kehilangan
fra nchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok
utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir,
kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan
pertanggungan yang tidak memadai.
IAI(2001) dalam SA Seksi 341.2 memberikan pedoman kepada auditor
tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:
1) Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan
dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit,
dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa
yang secara keseluruhan manunjukkan adanya kesangsian besar mengenai
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh
informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti
yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
2) Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka
waktu pantas, auditor harus:
a) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan
untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
b) Menetapkan kemungkian bahwa rencana tersebut secara efektif
3) Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu yang pantas.
2.1.5 Auditor Switching
Auditor switching merupakan perpindahan auditor (KAP) yang
dilakukan oleh perusahaan klien. Dalam perkembangnya muncul banyak
permasalahan yang mendorong perusahaan untuk menganti auditor.
Beberapa literatur akuntansi menuliskan faktor-faktor yang mendorong
perusahaan untuk menganti auditor, antara lain: adanya perubahan
manajemen, adanya keinginan perusahaan supaya laporan keuangannya dapat
lebih dipercaya, audit fee dan hubungan kerja yang baik (didefinisikan
sebagai respon KAP terhadap kebutuhan klien, ketidakpuasan atas opini
auditor dan perubahan akuntansi yang digunakan manajemen (Setyorini dan
Ardiati, 2006).
Mustarno (2004) meneliti dorongan yang menyebabkan perusahaan tidak
sehat mengganti auditornya:
a. Perselisihan pelaporan dan pendapat wajar dengan pengecualian.
Perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan membuat lebih banyak
perubahan akuntansi yang menaikkan penghasilan atau laba yang berasal
dari kepentingan manajemen. Manajemen mungkin berusaha untuk
menahan penyebaran informasi keuangan keuangan atau mencoba memilih
sebenarnya. Auditor mungkin tidak sependapat mendukung manajemen,
sehingga auditor mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian.
Ancaman tersebut dapat menekan hubungan auditor dan klien, dan
akhirnya klien berusaha mencari auditor baru yang lebih kooperatif.
b. Pergantian manajemen.
Pergantian manajemen dapat menghancurkan hubungan antara auditor
dengan manajer baru, manajemen yang baru mungkin merasa tidak puas
dengan kualitas jasa yang disediakan auditor terdahulu juga biaya
auditnya. Manajemen baru mungkin tidak senang dengan kebijakan
manajemen terdahulu dan auditor lama yang sejalan dengan kebijakan
tersebut.
c. Permintaan akan jaminan.
Perusahaan yang tidak sehat mempertimbangkan pergantian dari Kantor
Akuntan Publik (KAP) kecil ke besar guna menyediakan jaminan yang
lebih besar pada investor dan kreditur. Selain itu KAP besar menyediakan
jaminan tambahan untuk melawan klaim atas terjadinya kerugian
keuangan akibat kegagalan perusahaan.
d. Kesulitan keuangan.
Perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan cenderung untuk memiliki
kecondongan untuk melakukan pergantian auditor daripada perusahaan
yang lebih sehat.
Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian
yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan
perusahaan. Manajemen akan memberhentikan auditornya sebagai suatu
bentuk hukuman atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan
keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih mudah
diatur/morepliable. Chow dan Rice (1982) mendapatkan bukti empiris bahwa
perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion
atas laporan keuangannya. Hasil ini diperkuat dengan penelitian yang
dialakukan oleh Praptitorini dan Januarti (2007) yang menunjukkan bahwa
perusahaan di Indonesia cenderung tidak menerima opini going concern
ketika mempertahankan auditornya. Krisnan dalam Mustarno (2004) yang
meniliti hubungan antara opini audit dan pergantian auditor yang difokuskan
pada proses formulasi opini auditor untuk klien yang melakukan pergantian
dan yang tidak melakukan pergantian pada satu tahun sebelum pergantian.
Hasilnya menunjukkan bahwa pergantian auditor lebih dipercepat dengan
perlakuan yang konservatif dari pada dikeluarkannya opini ”qualified”, jadi
pergantian lebih tinggi kketika opini ”qualified” didasarkan aplikasi standar
yang konservatif. Perlakuan konservatif yang dilakukan ”switchers” dan ”non
switchers” mempertimbangkan bahwa klien berusaha membeli opini yang
lebih baik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa opini tidak menjadi
lebih baik setelah pergantian sehingga ”opinion shoopping” gagal.
Alasan lain yang mendorong suatu perusahaan harus melakukan
pergantian auditor adalah keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep
No. 17/PMK.01/2008 membatasi penugasan audit paling lama 6 tahun
berturut-turut untuk KAP dan 3 tahun berturut-turut untuk seorang akuntan.
2.1.6 Financial Distress
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan
perusahaan kenyataannya.Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan
indikator masalah going concern (Purba 2011). Kondisi ini digambarkan dari
rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah perusahaan dalam
kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk (sakit). Perusahaan yang baik
(sehat) mempunyai profitabilitas yang besar dan cenderung memiliki laporan
keuangan yang sewajarnya sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang
baik akan lebih besar dibandingkan dengan jika profitabilitasnya rendah
(Purba, 2011). Kondisi keuangan perusahaan dalam hal ini diukur dari tingkat
likuiditas.Likuiditas diukur dengan perbandingan antara aset lancar dibagi
dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling
tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang
lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan
current ra tio (kas terhadap kewajiban lancar).
Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan.
Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan
asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan
ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh
melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan
dari luar dan kegiatan serupa yang lain. Menurut Sartono (1997) dalam puba
(2011), analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis
kelemahan dan kekuatan di bidang financial akan sangat membantu dalam
menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa mendatang.
Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui ini dapat diketahui
kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio tersebut
memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup memadai
untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang cukup rasional,
efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang
baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham dapat dicapai.
2.1.7 Debt Default
Salah satu ciri yang berlawanan dengan asumsi going concern adalah
ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh
tempo (IAI, 2001 : SA Seksi 341 paragraf 01). Tamba (2009) mendefenisikan
debt defa ult sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar pokok
hutang dan bunganya pada waktu jatuh tempo.
Indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam
memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi
kewajiban utangnya atau default (Ramadhany, 2004). SA Seksi 341 paragraf
01 menyatakan bahwa default utang dan retrukturisasi utang sebagai indikator
Ketika suatu perusahaan memiliki hutang dalam jumlah yang sangat besar
maka akan banyak dibutuhkan aliran kas untuk memenuhi kewajiban
tersebut. Hal ini dapat mengganggu kelangsungan operasi perusahaan.
Apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang-hutangnya ini maka
kreditor akan memberikan status default.
Manfaat status default sebelumnya telah diteliti oleh Tamba (2009)
menemukan hubungan yang kuat antara status default dengan opini going
concern. Semenjak auditor lebih sering disalahkan karena tidak berhasil
mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang
menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan
untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan
defa ult, tinggi sekali, karenanya diharapkan status default dapat
meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini going concern.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Setyano dkk (2006)
dengan judul penelitian “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan perusahaan Terhadap Opini Audit
Going Concern. Arga (2007) dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Solikah
(2007) dengan judul penelitian “Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan, Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini
Audit Going ConcerN“, Ferima (2010) dengan judul penelitian “Pengaruh
Wahyu dkk (2009) dengan judul penelitian “ Pengaruh Fina ncia l Distress, Debt
Defa ult, Auditor Changes Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terdaftar Opini
Audit Going Concern Pada Perusahaan Property And Real Estate Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia”. Rangkuman Tinjauan penelitian terdahulu ini
[image:32.595.120.510.262.743.2]tercantum pada tabel 2.1.
Tabel. 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti
(Tahun)
Judul Analisis Penelitian
Variabel Hasil 1 Setyarno
dkk (2006) Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan , Opini Audit Tahun Sebelumny a, Pertumbuh an Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Regresi Logistik Independen: − Kualitas Audit − Kondisi Keuangan Perusahaan − Opini Audit Tahun Sebelumnya −Pertumbuha n Perusahaan Dependen: Opini Audit Going Concern
No Peneliti (Tahun)
Judul Analisis Penelitian
Variabel Hasil 2 Arga
(2007) Analisis Faktor Faktor Yang Mempenga ruhi Kecenderu ngan Penerimaan Opini Audit Going Concern Regresi Logistik Independen: − Kualitas Audit − Kondisi Keuangan Perusahaan − Opini Audit Tahun Sebelumnya −
Pertumbuhan Perusahaan − Ukuran perusahaan
Dependen: Opini Audit Going Concern
− Kualitas audit, Kondisi keuangan, Pertumbuha n perusahaan dan Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderun gan penerimaan opini audit going concern − Opini audit tahun sebelumnya ber-pengaruh positif terhadap kecenderun gan pene- rimaan opini audit going concern 3 Solikah
(2007) Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan , Pertumbuh an Perusahaan ,
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Tahun Sebelumny a Terhadap Opini Audit Going Concern Analisis Penelitian Variabel Opini Audit Going Concern Hasil concern −pertumbuh an perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern
4 Ferima (2010)
No Peneliti (Tahun)
Judul Analisis Penelitian
Variabel Hasil
5 Wahyu dkk (2009) Pengaruh Financial Distress, Debt Default, Auditor Changes Dan Opini Audit Tahun Sebelumny a Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Property And Real Estate Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Regresi Logistik Independen: Financial Distress Debt Default Auditor Changes Opini Audit Tahun Sebelumnya Dependen: Opini Audit Going Concern variabel auditor changes, financial distress yang diproksikan dengan Z-Score Altman (1968) tidak berpengaruh tehadap opini audit going concern debt default, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern
2.3Kerangka Konseptual
Penelitian ini, dilakukan guna menguji pengaruh auditor switching, financial
distress, dan debt default terhadap opini audit going concern pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI. Variabel independen yang digunakan adalah
a uditor switching, financial distress, dan debt default . Variabel dependen yang
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
H1
H2
H3
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Penelitian terdahulu yang dilakukan Damayanti dan Sudarma (2008)
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah kantor akuntan
publik menemukan hasil bahwa fee audit dan ukuran KAP mempunyai pengaruh
terhadap auditor switching sedangkan pergantian manajemen, opini akuntan,
kesulitan keuangan perusahaan dan prosentase perubahan ROA tidak berpengaruh
terhadap auditor switching.
Mardiyah (2002) mengemukakan dua pendekatan yang dapat digunakan
untuk mengapa perusahaaan berpindah KAP adalah factor klien, yaitu kesulitan
keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public offering
(IPO) dan faktor auditor, yaitu fee audit dan kualitas audit. Jika auditor tidak dapat
memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak sesuai dengan harapan
perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP yang mungkin dapat memberikan
opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Manajemen akan Auditor Switching (X1)
Fina ncia l Distress (X2)
Debt Defa ult (X3)
[image:36.595.112.512.154.391.2]memberhentikan auditornya sebagai suatu bentuk hukuman atas opini yang tidak
diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk
mendapatkan auditor yang lebih mudah diatur/more pliable (Carcello dan Neal
dalam Damayanti dan Sudarma, 2008). Chow dan Rice (1982) mendapatkan bukti
empiris bahwa perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified
opinion atas laporan keuangannya.
Kondisi keuangan suatu perusahaan menunjukkan tingkat kesehatan
perusahaan dalam periode tersebut. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan
indikator masalah going concern (Ramadhany, 2004). Ketika kondisi keuangan
suatu perusahaan menurun maka pemberian opini going concern oleh auditor
semakin tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan sulit untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Santosa dan
Wedari (2007) menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan perusahaan
semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini audit going
concern, karena auditor hanya akan memeberikan opini ini jika perusahaan
dikatakan bangkrut atau sulit melanjutkan kelangsungan hidup usahanya.
Ketika suatu perusahaan memiliki hutang dalam jumlah yang sangat besar
maka akan banyak dibutuhkan aliran kas untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal
ini dapat mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila perusahaan
tidak mampu melunasi hutang-hutangnya ini maka kreditor akan memberikan
status default. Messier et. al. (2005) menyatakan bahwa indikasi kebangkrutan
dapat dilihat dari situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi
mengalami arus kas negatif, gagal bayar (default) pada perjanjian hutang, dan
akhirnya mengarah kepada kebangkrutan sehingga going concern perusahaan
tersebut diragukan. Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor
mengeluarkan opini going concern.
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008:49) ”Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris” hipotesis merupakan dugaan atau
jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui
analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan
penelitian. Dari kerangka konseptual dan tinjauan teoritis tersebut, maka peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1 H1 : Auditor switching berpengaruh terhadap opini audit going concern.
2 H2 : Financial Distress berpengaruh terhadap pemberian opini audit going
concern
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode assosiatif kausal yang merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui atau membuktikan hubungan sebab
dan akibat atau hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel
yang diteliti.
3.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel 3.2.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
opini audit going concern. Opini audit going concern merupakan opini yang
dikeluarkan oleh auditor dikarenakan adanya keraguan mengenai kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Opini dengan
modifikasi going concern terdiri dari opini wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa penjelas going concern (unqualified opinion with explanatory
la nguage), opini wajar dengan pengecualian mengenai going concern (going
concern qua lified opinion), dan opini tidak memberikan pendapat mengenai
going concern (going concern disclaimer opinion). Variabel ini diukur
dengan menggunakan variabel dummy dimana perusahaan yang mendapat
opini going concern mendapat kode 1 dan perusahaan yang tidak mendapat
3.2.2 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi perubahan
dalam variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
a uditor changes, fina ncia l distress dan debt default.
1. Auditor Switching
Merupakan perpindahan KAP yang dilakukan oleh perusahaan
klien. Kadir dalam Damayanti dan Sudarma (2008) mengemukakan dua
pendekatan yang dapat digunakan untuk mengapa perusahaaan
berpindah KAP yaitu perspektif auditor dan perspektif perusahaan.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan berpindah KAP
adalah opini audit.
Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, 1 untuk
perusahaan jika dalam periode penelitian melakukan pergantian auditor
dan 0 untuk perusahaan jika dalam periode penelitian tidak melakukan
pergantian auditor.
2. Financial Distress
Kondisi keuangan merupakan tingkat kesehatan perusahaan yang
sebenarnya (Ramadhany, 2004). Kondisi keuangan perusahaan dapat
diukur dengan menggunakan tingkat liquiditas (current ratio) dari suatu
perusahaan.
3. Debt Default
Debt default adalah kegagalan debitor (perusahaan) untuk
(Chen dan Church, dalam Ramadhany, 2004). Status debt default
biasanya terdapat pada Catatan Atas Laporan Keuangan pada pos
hutang ataupun dalam opini audit. Debt default diukur dengan variabel
dummy dimana 1 untuk perusahaan dalam status debt default dan 0
[image:41.595.113.513.256.746.2]untuk perusahaan yang tidak dalam status debt default.
Tabel 3.1
Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Variabel Variabel
Penelitian
Defenisi
Operasional Pengukuran Skala Dependen Opini Going
Concern
Opini yang dikeluar kan oleh auditor dikarenakan adanya keraguan mengenai kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup nya.
1 jika opini audit going concern, 0 jika opini audit non going concern.
Nominal
Independen Auditor Switching
Perpindahan
auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien
1 untuk
perusahaan jika dalam periode penelitian melakukan pergantian auditor dan 0 untuk
perusahaan jika dalam periode penelitian tidak melakukan pergantian auditor.
Nominal
Fina ncia l Distress
Tingkat kesehatan perusahaan yang dapat dinilai melalui laporan keuangan
perusahaan.
Tingkat liquiditas
(current ratio) dari suatu perusahaan Current Ra tio
Variabel Variabel Penelitian
Defenisi
Operasional Pengukuran Skala Debt Defa ult Kegagalan
perusahaan untuk membayar pokok utang beserta bunganya pada saat jatuh tempo
1 untuk perusahaan dalam status debt defa ult dan 0 untuk perusahaan yang tidak dalam status debt defa ult.
Nominal
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi adalah suatu himpunan unit (biasanya orang, obyek, transaksi atau
kejadian) di mana kita tertarik untuk mempelajarinya (Kuncoro, 2003). Populasi
yang digunakan di dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing
pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan penelitian yang diambil
yaitu periode 2012-20134. Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari
unit populasi (Kuncoro, 2003). Pada penelitian ini terdapat populasi perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan terdapat sampel
perusahaan yang sesuai dengan kriteria penelitian yang dapat dilihat di lampiran.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu (Erlina, 2011:87).
Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
2. Perusahaan yang tidak keluar dari BEI selama periode pengamatan (2011-
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
independen selama tahun 2011-2013.
4. Mengalami kerugian selama periode pengamatan (2011-2013).
Berdasarkan kriteria tersebut, proses seleksi sampel dapat dilihat pada tabel
[image:43.595.110.512.258.450.2]berikut ini:
Tabel 3.2
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
NO KRITERIA JUMLAH AKUMULASI
1 Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013.
143
2 Perusahaan yang tidak keluar dari BEI selama periode pengamatan (2011-2013)
(18) 125
3 Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama tahun 2011-2013
(95) 30
4 Mengalami kerugian selama periode pengamatan (2011-2013)
(11) 19
Jumlah Sampel selama periode penelitian (2011-2013)
57
3.4Jenis Dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif yakni data yang berupa
angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti. Sumber data yang digunakan
adalah data sekunder berupa data laporan keuangan dari perusahaan manufaktur
yang menjadi sampel. Data diambil dalam pengamatan antara tahun 2011-2013.
Data bersumber pada Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode pengamatan yang
dibutuhkan.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data yang diperlukan yaitu data sekunder dan teknik
adalah dengan metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mempelajari catatan-catatan atau dokumen-dokumen perusahaan
sesuai dengan data yang diperlukan melalui laporan keuangan masing-masing
perusahaan sampel yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui
situs www.idx.co.id. Data yang diperoleh kemudian diolah kembali dan
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini.
3.6 Metode Analisis
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Uji statistik digunakan untuk mendekripsikan variabel-variabel dalam
penelitian ini. Alat yang digunakan adalah rata-rata (mean), minimum,
maksimum dan standar deviasi yang bertujuan mengetahui distribusi data
yang menjadi sampel penelitian.
3.6.2 Pengujian Data
Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik
sedangkan pengujian model dan pengujian hipotesis menggunakan regresi
logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji
apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan
variable bebasnya (Ghozali, 2012:333). Pada regresi logistik tidak
menggunakan uji normalitas dan heteroskedastisitas karena variabel bebasnya
tidak harus memiliki distribusi normal dan tidak harus memiliki varian yang
3.6.2.1 Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel
independen (Ghozali, 2012:105). Pengujian terhadap ada tidaknya
multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut
(Ghozali, 2012:106):
a. Jika nilai tolerance ≥ 10 persen dan nilai VIF ≤ 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variable
independen dalam model regresi.
b. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan nilai VIF ≥ 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi.
3.6.2.2 Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika
terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali,
2012:110). Untuk mendeteteksi ada tidaknya gejala autokorelasi, maka
uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Runs Test.
0,05 maka disimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi
tersebut (Ghozali, 2012:121).
3.6.3 Pengujian Model
3.6.3.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data.
Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Agar model fit dengan data maka H0 diterima dan Ha ditolak. Statistik
yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likehood L dari
model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan
menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif,
L ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan alpha (α) 5%, cara
menilai model fit ini adalah sebagai berikut (Ghozali, 2012:341):
a. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang
berarti bahwa model fit dengan data.
b. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang
berarti bahwa model tidak fit dengan data.
Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai -2LogL
akhir menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.
3.6.3.2 Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dapat diuji dengan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini bertujuan untuk menguji
hipotesis bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada
perbedaan antaramodel dengan data sehingga model dapat dikatakan
fit).
Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah:
H0: Tidak ada perbedaan model dengan data
Ha: Ada perbedaan model dengan data
Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama
dengan atau kurang dari 0,05, maka H0 ditolak yang berarti ada
perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga
Goodness Fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi
nilai observasinya. Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit
Test lebih besar dari 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak dan berarti
model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan
model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali,
2012:341).
3.6.3.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa
besar variabilitas variabel independen mampu memperjelas variabilitas
variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat
dapat diinterprestasikan seperti nilai R Square pada multiple regression.
Bila nilai Nagelkarke R Square kecil berarti kemampuan variable
independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.
Sedangkan jika Nagelkarke R Square mendekati 1 berarti
variable independen dapat memberikan hampir semua informasi yang
diperlukan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2012:341).
3.6.3.4 Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit
going concern pada auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini
dapat dilihat pada Classification Table (Ghozali, 2012:342).
3.6.4 Pengujian Hipotesis
Regresi logistik tidak menggunakan pengujian hipotesis secara simultan
karena regresi logistik menggunakan basis maximum likelihood dimana
regresi logistik tidak memenuhi seluruh uji asumsi klasik
Regresi logistik adalah bentuk khusus analisis regresi dengan variabel
dependen berskala nominal dan variabel independennya merupakan
kombinasi antara metrik dan nominal. Regresi logistik ini digunakan untuk
menguji apakah probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi
dengan variabel independennya. Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji
normalitas pada variabel independennya (Ghozali, 2006). Gujarati (2003)
variabel dependen tidak memerlukan homoskedasitas untuk masing-masing
variabel independennya.
Pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien
regresi dari tiap variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan
antarvariabel. Pengujian dengan model regresi logistik digunakan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya menggunakan
tingkat kepercayaan sebesar 95 % atau taraf signifikasi 5% (α = 0,05). Model
regresi logistic yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitin ini adalah:
Y= α +β1X1+ β2X2+ β3X3 +e
Y = Opini Audit Going Concern
α = Konstanta
β1β2β3 = Koefisien regresi variabel independen
X1 = Auditor Switching
X2 = Financial Distress
X3 = Debt Default
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini perusahaan manufaktur yang
terdaftar selama tahun 2011-2013 yaitu sebanyak 143 perusahaan. Teknik
pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling sehingga dari 143
perusahaan yang terdaftar hanya 19 perusahaan yang memenuhi semua kriteria
penelitian untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan tahun pengamatan
selama periode 2011-2013.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Analisis data dimulai
dengan mengolah data dengan menggunakan microsoft excel, lalu dilakukan
pengujian asumsi klasik, pengujian model, dan pengujian regresi logistik dengan
menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution). Prosedur
dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS
tersebut dan menghasilkan output sesuai dengan metode analisis data yang telah
ditentukan.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2006:19) statisti deskriptif memberikan gambaran
atau deksripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata(mean), standar
(kemencengan distribusi). Untuk melihat data statistik secara umum,
peneliti menggunakan descriptive untuk variabel yang diukur dengan skala
rasio dan frequency untuk variabel yang diukur dalam skala nominal.
[image:51.595.112.514.228.358.2]Statistik deskriptif dari data penelitian ini ditunjukkan pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Auditor_Switching 57 .00 1.00 .3220 .47127
Financial_Distress 57 49.00 114924.00 8260.9322 17413.92233
Debt_Default 57 .00 1.00 .3729 .48772
Opini_Going_Concern 57 .00 1.00 .1864 .39280
Valid N (listwise) 57
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dijelaskan penggambaran tentang data
yang digunakan dalam penelitian ini :
1. N merupakan data yang valid yakni sebanyak 57 (19 dikali 3)
2. Auditor Switching, memiliki nilai minimum 0.00 dan nilai maksimum
yaitu 1,00, dengan nilai rata-rata yaitu 0,3220. Standard Deviation
variabel ini adalah 0,47127. menunjukkan bahwa data yang digunakan
yang dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan
nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.
3. Financial Distress, ,memiliki nilai minimum 49,00 dan nilai
maksimum yaitu 114924,00, dengan nilai rata-rata yaitu 8260,9322.
Sta nda rd Devia tion variabel ini adalah 17413.92233 menunjukkan
bahwa data yang digunakan yang dalam penelitian ini bersifat
heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan
4. Debt Default, ,memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum
yaitu 1,00, dengan nilai rata-rata yaitu 0,3729. Standard Deviation
variabel ini adalah 0,48772 menunjukkan bahwa data yang digunakan
yang dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan
nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.
5. Opini Going Concern, memiliki nilai minimum 00,00 dan nilai
maksimum yaitu 1,00, dengan nilai rata-rata yaitu 0,1864. Standard
Devia tion variabel ini adalah 0,39280 menunjukkan bahwa data yang
digunakan yang dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya
perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum.
4.2.2 Pengujian Data
4.2.2.1 Uji Multikoliniearitas
Menurut Ghozali (2006:91) uji multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Pada model regresi yang baik seharusnya
antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mengetahui
ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance
Inflation Factor) dan nilai Tolerance, apabila nilai VIF > 10 dan nilai
Tolerance < 0,1, maka terjadi multikolinearitas dan apabila VIF < 10
dan nilai Tolerance > 0,1, maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolineritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Auditor_Switching .981 1.020
Financial_Distress .941 1.063
Debt_Default .946 1.057
a. Dependent Variabel: Opini_going_Concern
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tidak ada gejala
multikolinearitas antar variabel independen dalam penelitian ini. Pada
tabel ini dapat dilihat bahwa tidak ada nilai tolerance yang kurang dari
0,10 dan tidak ada nilai VIF yang lebih besar dari 10. Variabel
Auditor Switching memiliki nilai tolerance 0.981 dan VIF sebesar
1,020. Variabel Financial Distress memiliki nilai tolerance 0,941 dan
nilai VIF 1,063. Variabel Debt Default memiliki nilai tolerance 0,946
dan nilai VIF 1,057.
4.2.2.2 Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2006:95) uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode tahu