• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Sistem Pakar Untuk Menentukan Penyakit Pada Tanaman Cokelat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Sistem Pakar Untuk Menentukan Penyakit Pada Tanaman Cokelat."

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN PENYAKIT PADA TANAMAN COKELAT

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

Ririn Susanti 08.41010.0201

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

x

KATA PENGANTAR ……….... viii

DAFTAR ISI ………... . x

DAFTAR TABEL ………. . xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN ………. . 1

1.1 Latar Belakang Masalah………. . 1

1.2 Perumusan Masalah ………... . 2

1.3 Pembatasan Masalah ………. . 3

1.4 Tujuan ……… . 4

1.5 Manfaat ……….. . 4

1.6 Sistematika Penulisan ……… . 5

BAB II LANDASAN TEORI ………... . 7

2.1 Konsep Dasar Sistem Pakar ……….. . 7

2.2 Ciri-Ciri Sistem Pakar ………... . 9

2.3 Keuntungan dan Kelebihan Sistem Pakar ………. . 9

2.4 Orang Yang Terlibat Dalam Sistem Pakar ……… . 10

2.5 Runut Maju (Forward Chaining) ……….. .. 11

2.6 Runut Balik (Backward Chaining) ……… . 12

2.7 Verifikasi ………... . 13

2.8 Block Diagram ……….. . 15

2.9 Dipendency Diagram ………. . 16

(3)

xi

………..

2.13 Android Software Development Kit ………... 20

2.14 Android Development Tools ………. . 21

2.15 Versi Android ……… . 21

2.16 Cokelat ……….... 24

2.17 Perkembangan Cokelat di Indonesia ……… . 26

2.18 Mengenal Tanaman Cokelat ………. . 27

2.19 Penyakit Tanaman Cokelat ……… . 31

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ………. 44

3.1 Analisa Masalah ……….. 44

3.1.1 Identifikasi Masalah ……….. . 44

3.2 Perancangan Sistem ………. 45

3.2.1 Desain Arsitektur ………. 47

3.2.2 Perancangan Sistem Pakar ……….. 50

3.2.3 Use Case Diagram ………. . 63

3.2.4 Activity Diagram ………. 64

3.2.5 Sequence Diagram ………. . 72

3.2.6 Class Diagram ……….. . 82

3.2.7 Desain Input Output ……….... 85

3.3 Perancangan Evaluasi Sistem ……… . 89

3.3.1 Perancangan Uji Coba Sistem ………. 89

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ………. 93

(4)

xii

……….

4.3 Uji Coba Sistem Pada Pakar ……….. . 111

4.4 Evaluasi Sistem ……..………. 113

BAB V PENUTUP ……….. 114

5.1 Kesimpulan ……… . 114

5.2 Saran ……… 114

DAFTAR PUSTAKA ……… 116

(5)

xiii

Table 2.1 Decision Table (Irawan, 2007: 57)……….. 17

Table 2.2 Reduced Decision Table (Irawan, 2007: 58)……… 18

Tabel 2.3 Perkembangan Produksi Kakao Dunia………. 25

Tabel 3.1 Decision Table Rule Set 2……… 55

Tabel 3.1 Decision Table Rule Set 2 (Lanjutan) ……… 56

Tabel 3.2 Reduced Decision Table Rule Set 2………. 57

Tabel 3.4 Fungsi Obyek Desain Form Konsultasi ……… 86

Tabel 3.5 Fungsi Obyek Desain Form Gejala ………... 87

Tabel 3.6 Fungsi Obyek Desain Form Kosultasi………. 88

Tabel 3.7 uji coba test case ………... 89

Tabel 4.1 Test case pilih kategori ………... 109

Tabel 4.2 Tabel Uji Coba Konsultasi ………. 110

(6)

xiv

Gambar 2.1 Bagian Utama Sistem Pakar ……… 8

Gambar 2.2 Cara Kerja Metode Forward Chaining (Kusrini, 2006: 36) ……… 12

Gambar 2.3 Cara Kerja Metode Backwor Backword Chaining ………. 12

Gambar 2.4 Block Diagram (Irawan, 2007: 56) ………. 16

Gambar 2.5 Dependency Diagram (Irawan, 2007: 57) ……… 16

Gambar 2.6 Penyakit Busuk Buah ………... 33

Gambar 2.7 Penyakit Kanker Batang ……….. 34

Gambar 2.8 Penyakit Hawar Daun ……… 35

Gambar 2.9 Gejala serangan pada daun muda ………. 36

Gambar 2.10 Gejala serangan pada ranting, tanaman tampak seperti sapu …… 37

Gambar 2.11 Gejala serangan pada buah ……… 38

Gambar 2.12 Gejala serangan antraknosa pada tanaman kakao ………. 38

Gambar 2.13 Aservulus Colletotrichum ……….. 39

Gambar 2.14 Penyakit Antraknose-Colletotrichum ……… 41

Gambar 2.15 Penyakit Akar ………. 43

Gambar 3.1 Desain Arsitektur Diagnosis Penyakit Pada Tanaman Cokelat ….. 48

Gambar 3.2 Block Diagram ……… 52

Gambar 3.3 Dependency Diagram ……… 53

Gambar 3.4 Use Case diagram aplikasi user pada mobile android ………….... 64

Gambar 3.5 Activity diagram akar ………..… 65

(7)

xv

………

Gambar 3.9 Activity diagram tanaman ……….. 69

Gambar 3.10 Activity diagram kondisi & penyakit ………..……… 70

Gambar 3.11 Activity diagram penyakit dan solusi ……… 72

Gambar 3.12 Sequence diagram kategori ………..…… 73

Gambar 3.13 Sequence diagram akar ………...….. 74

Gambar 3.14 Sequence diagram batang ……….… 75

Gambar 3.15 Sequence diagram daun ……… 76

Gambar 3.16 Sequence diagram buah ………..…. 77

Gambar 3.17 Sequence diagram tanaman ………..… 78

Gambar 3.18 Sequence diagram kondisi ……….….. 80

Gambar 3.20 Diagram Kelas Sistem Pakar ……… 83

Gambar 3.21 Desain Form Konsultasi ……….…. 86

Gambar 3.22 Desain Form Pilih Gejala ………..….. 87

Gambar 3.23 Desain Form Menampilkan Kesimpulan ……….…… 88

Gambar 4.1 Proses Deteksi Kondisi Akar ………..…… 95

Gambar 4.2 Proses Deteksi Kondisi Batang ……….…….. 96

Gambar 4.3 Proses Deteksi Kondisi Daun ……… 97

Gambar 4.4 Proses Deteksi Kondisi Buah ……….………… 98

Gambar 4.5 Proses Deteksi Kondisi Tanaman ……….…….. 99

Gambar 4.6 Proses Deteksi Kondisi Pakar Penyakit ………..…… 100

Gambar 4.7 Form Kategori ………...……. 102

(8)

xvi

……….…….

Gambar 4.11 Form Gejala 4 ……….. 104

Gambar 4.12 Form Gejala 5 ………...……… 105

Gambar 4.13 Form Gejala 6 ………..…… 105

Gambar 4.14 Form Gejala 7 ………..…. 106

Gambar 4.15 Form Hasil Konsultasi Kondisi ………..…. 107

Gambar 4.16 Form Hasil Konsultasi Penyakit dan Solusi ……… 107

Gambar 4.17 Form Kategori ……….. 108

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem pakar merupakan paket perangkat lunak atau paket program komputer yang ditunjuk sebagai penyedia nasehat dan sarana bantuan dalam memecahkan masalah dibidang spesialisasi tertentu seperti sains, perekayasaan, matematika, kedokteran, pendidikan dan sebagainya (Arhami, 2005). Tujuan praktis dari sistem pakar ini adalah membuat komputer semakin berguna bagi manusia. Sistem pakar dapat membantu manusia dalam mengambil keputusan, mencari informasi atau solusi yang lebih akurat. Sistem pakar juga dapat diterapkan dalam bidang perkebunan. Penelitian tentang sitem pakar pernah dilakukan sebelumnya, antara lain oleh Angriani (2011), untuk menentukan penyakit pada tanaman kopi.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2010), kakao (Theobroma

cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari hutan tropis di

Amerika Tengah dan di Amerika selatan bagian utara. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, dialam dapat mencapai ketinggian 10 meter. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 meter, tetapi dengan tajuk yang menyamping dan meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.

(10)

hama dan penyakit tumbuhan. Serangga merupakan jenis hama yang jumlahnya terbesar untuk tanaman kakao di Indonesia lebih dari 130 spesies ( Entwistle, 1972). Hasil penelitian Sulistyowati dan E. Sulistyowati di dalam buku Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2010) serangan hama penggerek buah kakao (PBK) pada tingkat serangan ringan sudah mengakibatkan kerugian yang cukup besar, yaitu menurunkan berat biji basah dan mutu.

Kurangnya informasi yang diketahui oleh pihak perkebunan cokelat tentang jenis penyakit yang menyerang tanaman cokelat, menyebabkan banyaknya tanaman cokelat yang tidak tertangani dengan benar. Hal ini mengakibatkan banyak tanaman cokelat yang seharusnya bisa diselamatkan menjadi mati dan kualitas cokelat tersebut menurun. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, maka akan berimbas pada tingkat produktifitas tanaman cokelat tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, pihak perkebunan cokelat membutuhkan sebuah sistem pakar yang dapat memberikan informasi mengenai penyakit yang menyerang tanaman cokelat dan memberikan solusi untuk menangani penyakit tersebut. Aplikasi sistem pakar ini bertujuan membantu pihak perkebunan cokelat untuk mengetahui jenis penyakit yang sedang menyerang tanaman cokelat berdasarkan pada gejala-gejala penyakit yang terlihat dan juga dengan adanya aplikasi sistem pakar ini, dapat menghasilkan solusi untuk menangani tanaman cokelat yang terserang penyakit, sehingga banyak tanaman cokelat yang terselamatkan dan hal ini dapat meningkatkan produksi dan juga kualitas.

1.2 Perumusan Masalah

(11)

base system) dan menggunakan metode inferensi forward chaining untuk menentukan jenis penyakit pada tanaman cokelat berdasarkan gejala-gejala penyakit.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam pembuatan Tugas Akhir ini, ruang lingkup permasalahan hanya dibatasi pada:

1. Jenis penyakit, gejala-gejala penyakit, penyebab penyakit dan pengendalian penyakit pada tanaman cokelat disesuaikan dengan keterangan dari beberapa buku menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2010) dan Wahyudi T., T.R. Panggabean dan Pujiyanto, 2008.

2. Hasil diagnosis penyakit disesuikan dengan gejala-gejala yang tertulis pada kedua buku di atas.

3. Studi kasus pada PT. Perkebunan Panglungan yang terletak di Kabupaten Jombang.

4. Sistem ini hanya membahas tentang jenis penyakit, gejala penyakit, penyebab penyakit dan tindakan pengendalian penyakit pada tanaman cokelat.

5. Sistem pakar dibangun dengan menggunakan mobile application android untuk menginput data dan proses eksekusi untuk menentukan jenis penyakit pada tanaman cokelat dan cara pengendalian, bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa pemrograman java. Untuk membuat aplikasi android

menggunakan Eclipse yang merupakan sebuah IDE (Integrated Development

Environment) untuk mengembangkan perangkat lunak yang dapat dijalankan di

semua platform (platform-independent).

(12)

1. User interface (antar muka pemakai)

Memungkinkan pemakai untuk berinteraksi dengan expert system

2. Knowledge base (basis pengetahuan)

Berisi pengetahuan-pengetahuan (pengetahuan gabungan dalam memahami, merumuskan dan menyelesaikan masalah)

3. Interface engine (mesin inferensi)

Bertugas menganalisis pengetahuan, memberi kemampuan penalaran dan menarik kesimpulan berdasarkan knowledge base

4. Development engine

Komponen yang digunakan untuk mengolah sistem pakar terdiri dari bahasa pemrograman.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah membuat aplikasi sistem pakar dengan sistem berbasis rule (rule base system) dan menggunakan metode inferensi forward chaining untuk menentukan jenis penyakit pada tanaman cokelat berdasarkan gejala-gejala penyakit.

1.5 Manfaat

Penelitian tentang aplikasi sistem pakar ini diharapkan memiliki beberapa nilai manfaat, antara lain:

(13)

2. Dapat memberikan informasi mengenai penyakit yang menyerang tanaman cokelat dan memberikan solusi untuk menangani penyakit tersebut sehingga banyak tanaman cokelat yang terselamatkan dan hal ini dapat meningkatkan produksi dan juga kualitas.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini dibedakan dengan pembagian bab-bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, pembatan masalah dan tujuan Tugas Akhir ini.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang landasan teori, berisi penjelasan tentang toeri-teori yang menunjang dalam penulisan laporan tugas akhir ini. Konsep dasar sistem pakar, forward chaining, verifikasi, block

diagram, dependency diagram, decision table, android, dan penyakit

tanaman cokelat adalah beberapa teori yang digunakan dalam penulisan laporan TA ini serta teori-teori penunjang lainnya.

BAB III : ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Dalam bab ini dijelaskan tentang tahap-tahap yang dikerjakan dalam penyelesain Tugas Akhir mulai dari menganalisa permasalahan, desain arsitektur, perancangan sistem pakar berupa Block Diagram,

(14)

Case, struktur tabel, dan desain interface. Pada bab ini, juga dijelaskan tentang rancangan evaluasi yang berisi desain uji coba form.

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Dalam bab ini dijelaskan tentang implementasi program terhadap permasalahan, kebutuhan perangkat lunak maupun perangkat keras, dan evaluasi hasil akhir program. Uji coba dan evaluasi aplikasi ini dibantu oleh 3 orang pakar dibidang pertanian tanaman pada perkebunan Panglungan yang terletak di Jl. Penanggungan Desa Sumber Rejo RT.008/RW.001 Kec. Wonosalam, Kabupaten Jombang.

BAB V : PENUTUP

(15)
(16)

7

Dalam menyelesaikan permasalahan pada pembuatan tugas akhir ini, terdapat beberapa landasan teori yang mendukung penerapan dari aplikasi sistem pakar untuk menentukan penyakit pada tanaman cokelat dengan metode forward

chaining. Berikut ini adalah penjelasan secara detail tentang teori-teori yang

menunjang dalam pembuatan aplikasi sistem pakar.

2.1 Konsep Dasar Sistem Pakar

Menurut Irawan (2007), sistem pakar adalah sebuah program komputer yang mencoba meniru atau mensimulasikan pengetahuan (knowladge) dan ketrampilan (skill) dari seorang pakar pada area tertentu. Pada umumnya pengetahuan sistem pakar berusaha menirukan metodologi dan kinerja dari seorang manusia yang dalam domainnya. Tujuan dari sistem pakar sebenarnya bukan untuk menggantikan peran manusia, tetapi untuk mensubtitusikan pengetahuan manusia kedalam bentuk sistem, sehingga dapat digunakan oleh orang banyak.

Menurut Irawan (2007), keuntungan yang didapat dari sistem pakar adalah tidak terbatas karena dapat digunakan kapanpun juga. Pengetahuannya bersifat konsisten, kecepatan untuk memberikan solusi lebih cepat dari pada manusia dan biaya yang dikeluarkan sedikit. Kecepatan untuk menemukan solusi sifatnya bervariasi dan biaya yang harus dikeluarkan untuk konsultasi biasanya mahal.

(17)

pengetahuan (Knowledge Base). Hubungan ketiga bagian tersebut dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1 di bawah ini.

User User

Interface

Inference Engine

Knowledge Base

Gambar 2.1 Bagian Utama Sistem Pakar

1. User Interface

User Interface adalah perangkat lunak yang menyediakan media komunikasi

antar user dengan sistem. User interface memberikan memberikan berbagai fasilitas informasi dan berbagai keterangan yang bertujuan untuk membantu mengarahkan alur penelusuran masalah sampai ditemukan sebuah solusi (Andi, 2003).

2. Inference Engine

Menurut Andi (2003), inference engine bagian dari sistem pakar yang melakukan penalaran dengan menggunkan isi rules berdasarkan urutan dan pola tertentu. Selama proses konsultasi antara sistem dengan user, inference

engine menguji rules satu demi satu sampai kondisi rules itu benar. Secara

umum ada dua metode inference engine dalam sistem pakar, yaitu runut maju

(18)

3. Knowledge Base

Knowledge base merupakan inti program sistem pakar. Pengetahuan ini

merupakan representasi pengetahuan dari seorang pakar. Menurut Irawan (2007), knowledge base bias direprensentasikan dalam berbagai macam bentuk, salah satunya adalah bentuk sistem berbasis aturan (ruled-based system).

Knowledge base tersusun atas fakta yang berupa informasi tentang obyek dan

rules yang merupakan informasi tentang cara bagaimana membuktikan fakta

baru dari fakta yang telah diketahui.

2.2 Ciri-Ciri Sistem Pakar

Ciri-ciri sistem pakar adalah sebagai berikut (Kusrini, 2006): 1. Terbatas pada bidang yang spesifik.

2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau tidak pasti.

3. Dapat mengemukan rangkain alasan yang diberikannya dengan cara yang dapat dipahami.

4. Berdasarkan pada rules atau aturan-aturan tertentu. 5. Dirancang untuk dikembangkan secara bertahap. 6. Outputnya bersifat nasehat atau anjuran.

7. Output tergantung dari dialog dengan user.

8. Knowledge base dan inference engine terpisah.

2.3 Keuntungan dan Kelebihan Sistem Pakar

(19)

1. Membuat seorang yang awam dapat bekerja seperti layaknya seorang pakar. 2. Dapat bekerja dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak pasti.

3. Meningkatkan ouput dan produktivitas. 4. Meningkatkan kualitas.

5. Menyediakan nasehat atau solusi yang konsisten dan dapat mengurangi tingkat kesalahan.

6. Membuat peralatan yang kompleks dan mudah dioperasionalkan karena sistem pakar dapat melatih pekerja yang tidak berpengalaman.

7. Sistem tidak dapat lelah atau bosan.

8. Memungkinkan pemindahan pengetahuan kelokasi yang jauh serta memperluas jangkaun seorang pakar, dapat diperoleh dan dipakai dimana saja.

Menurut Kusrini (2006), ada beberapa kelemahan yang dapat diperoleh dengan mengembangkan sistem pakar, antara lain:

1. Daya kerja dan produktivitas manusia menjadi berkurang karena semuanya dilakukan secara otomatis oleh sistem.

2. Pengembangan perangkat lunak sistem pakar lebih sulit dibandingkan dengan perangkat lunak konvensional.

3. Biaya pembuatannya mahal, karena seorang pakar membutuhkan pembuat aplikasi untuk membuat sistem pakar yang diinginkan.

2.4 Orang Yang Terlibat Dalam Sistem Pakar

(20)

1. Pakar (Domain Expert)

pakar adalah seseorang yang dapat menyelesaikan masalah yang sedang diusahakan untuk dipecahkan oleh sistem.

2. Pembangun pengetahuan (Knowledge Engineer)

Pembangunan pengetahuan adalah seseorang yang menterjemahkan pengetahuan seorang pakar dalam bentuk deklaratif sehingga dapat digunakan oleh sistem pakar.

3. Pemakai (User)

Pemakai adalah seseorang yang berkonsultasi dengan sistem untuk mendapatkan saran yang disediakan oleh pakar.

4. Pembangun sistem (System Engineer)

Pembangunan sistem adalah seseorang yang dapat membuat antar muka pengguna (user interface), merancang bentuk basis pengetahuan (knowledge base) secara deklaratif dan mengimplementasikan mesin inferensi (inference engine).

2.5 Runut Maju (Forward Chaining)

Runut Maju berarti menggunakan himpunan aturan kondisi-aksi. Dalam metode ini, data digunakan untuk menentukan aturan mana yang akan dijelaskan, kemudian aturan tersebut dijalankan. Mungkin proses menambahkan data ke memori kerja. Proses diulang sampai ditemukan (Kusrini, 2006). Gambar 2 menunjukan bagaimana cara kerja metode inferensi runut maju (forward

chaining) dapat dilihat pada halaman 12.

(21)

DATA ATURAN KESIMPULAN

A = 1 B = 2

JIKA A = 1 DAN B = 2 MAKA C = 3 JIKA C = 3 MAKA D = 4

D = 4

Gambar 2.2 Cara Kerja Metode Forward Chaining (Kusrini, 2006: 36)

2.6 Runut Balik (Backward Chaining)

Runut balik (backword chaining) merupakan metode penalaran kebalikan dari runut maju (forward chaining). Dalam runut balik, penalaran dimulai dengan tujuan kemudian menurut balik ke jalur yang mengarah ketujuan tersebut. Runut balik disebut juga sebagai goal-drive reasoning yang merupakan cara yang efesien untuk memecahkan masalah yang dimodelkan sebagai masalah pemilihan terstruktur. Tujuan dari metode ini adalah mengambil pilihan terbaik dari banyak kemungkinan (Kusrini, 2006). Gambar 3 menunjukan bagaimana cara kerja metode backword chaining.

SUB TUJUAN ATURAN TUJUAN

A = 1 B = 2

JIKA A = 1 DAN B = 2 MAKA C = 3 JIKA C = 3 MAKA D = 4

D = 4

(22)

2.7 Verifikasi

Verifikasi merupakan sekumpulan aktifitas yang memastikan suatu sistem telah berlaku dalam kondisi yang ditetapkan. Verifikasi itu sendiri terdiri dari dua proses, yaitu yang pertama memeriksa keadaan sistem, kedua memeriksa konsistensi dan kelengkapan dari basis pengetahuan (knowledge base). Verifikasi dijalankan ketika ada perubahan pada rules, karena rules tersebut sudah ada pada sistem. Tujuan verifikasi adalah untuk memastikan adanya kecocokan antara sistem dengan apa yang sistem yang kerjakan dan juga memastikan apakah sistem itu terbebas dari error. Berikut ini adalah beberapa metode pemeriksaan rules

dalam suatu basis pengetahuan (Gonzales, 1993).

1. Redundant Rules

Redundant rules terjadi jika dua rules atau lebih mempunyai premise dan

conclusion yang sama.

Contoh :

Rules 1: if the humidity is high and the temperature is hot

Then there will be thunderstorms

Rules 2: if the temperature is hot and the humidity is high

Then there will be thunderstromes

2. Conflicting Rules

Conflicting rules terjadi jika dua rules atau lebih mempunyai premise yang

sama, tetapi mempunyai conclusion yang berlawanan. Contoh:

Rules 1: if the temperature is hot and the humidity is high

(23)

Rules 2: if the temperature is hot and the humidity is high Then there will be sunshine

3. Subsumed Rules

Subsumed rules terjadi jika rules tersebut mempunyai constraint yang lebih

atau kurang tetapi mempunyai conclusion yang sama. Contoh:

Rules 1: if the temperature is hot and the humidity is high

Then there will be thunderstromes

Rules 2: if the temperature is hot

Then there will be thunderstromes

4. Circular Rules

Circular rules adala suatu keadaan dimana terjadinya proses perulangan dari

suatu rules. Ini dikarenakan suatu premise dari salah satu rule merupakan

conclusion dari rule yang lain, atau kebalikannya.

Contoh:

Rules 1: if X and Y are brothers

Then X and Y have the some parents

Rules 2: if X and Y have the same parents

Then X and Y are brothers

5. Unnecessary if Condition

Unnecessary if condition terjadi jika dua rules atau lebih mempunyai

conclusion yang sama, tetapi salah satu dari rule tersebut mempunyai premise

(24)

Contoh:

Rules 1: if the patient has the pink spots and the patient has a fever

Then the patient has measles

Rules 2: if the patient has the pink spots and the patient does not have fever

Then the patient has measles

6. Dead-end Rules

Dead-end rules adalah suatu rule yang conclusion-nya tidak diperlukan oleh

rule lainnya. Contoh:

Rules 1: if the gauge reads empety

Then the gas tank

7. Missing Rules

Missing rules merupaka suatu aturan yang ditandai dengan fakta yang tidak

pernah digunakan dalam proses inference engine.

8. Unreachable Rules

Unreachable rules merupakan suatu aturan yang gejalanya tidak akan pernah

ada.

2.8 Block Diagram

Langkah awal yang dilakukan dalam menerjemahkan suati bidang ilmu kedalam sistem basis aturan adalah melalui block diagram (diagram blok). Block

diagram merupkan susunan dari rules yang terdapat dalam sebuah bidang ilmu

(Dologita, 1993). Dengan membuat block diagram di dalam sistem pakar, maka dapat diketahui urutan kerja sistem dalam mencari keputusan. Contoh dari block

(25)

2.9 Dipendency Diagram

Menurut dologite (1993), dependency diagaram adalah suatu relasi yang menunjukan hubungan atau ketergantungan antara inputan jawaban, aturan-aturan

(rules), nilai dan rekomendasi yang dibuat oleh prototype sistem berbasis

pengetahuan. Contoh dari dependency diagram dapat dilihat pada Gambar 5.

Member ID Temperature Symptoms

Mamber

status Reason Problem

Recommendation for Support level

Gambar 2.4 Block Diagram (Irawan, 2007: 56)

Set 1

Rule

1-5 Recommendedsupport

Member Status Problem Set 2 Rule 6-8 Set 3 Rule 9-11 ? member (yes, no) ID_Valid (yes, no) ? reason

(new_case, follow_up_case, information_other)

? temperature

(normal, Abnormal, not_know)

? Other symptoms (yes, no) Level_1 Level_2 Level_3 Information_other Non_member

(26)

Menurut Dologite (1993), decisiom table diperlikan untuk menunjukan hubungan timbal balik antara nilai-nilai pada hasil fase antara atau rekomendasi akhir knowlage based system (KBS). Contoh dari pembuatan decision table dapat dilihat pada table 2.1

Table 2.1 Decision Table (Irawan, 2007: 57)

Step 1: Plan

Kondisi Member status (Ok, Not_ok) 2

Reason (new_case, follow_up, information_other) 3

Problem (serious, non_serious) 2

Baris 2x3x2 = 12

Step 1: Completed Decision Table

Rule Member

Status Reason Problem

Concluding Recommendation

for support level

A1 Ok New_case Serious Level_1

A2 Ok New_case Non_serious Level_2

A3 Ok Follow_up_case Serious Level_1

A4 Ok Follow_up_case Non_serious Level_3

A5 Ok Information_other Serious Information_other A6 Ok Information_other Non_serious Information_other

A7 Not_ok New_case Serious Non_member

A8 Not_ok New_case Non_serious Non_member

A9 Not_ok Follow_up_case Serious Non_member

(27)

Menurut Dologite (1993), reduced decision table adalah pembuatan tabel yang nilai-nilainya didapat dari mereduksi decision table. Setelah didapatkan nilai dari decision tablel, nilai tersebut direduksi untuk mendapatkan nilai dari kondisi terakhir. Contoh dari reduced decision table dapat dilihat pada tabel 2.2.

Table 2.2 Reduced Decision Table (Irawan, 2007: 58)

Rule Member

Status Reason Problem

Concluding Recommendation

For suppot level

A1 Ok New_case Serious Level_1

A2 Ok New_case Non_serious Level_2

A3 Ok Follow_up_case Serious Level_1

A4 Ok Follow_up_case Non_serious Level_3

A5 Ok Information_other - Information_other

A6 Not_ok - - Non_member

2.12Android

(28)

Selain merupakan sistem operasi yang terbuka, Android juga merupakan

platform yang cukup lengkap, baik pada aplikasi juga pada pengembangannya

serta market aplikasi Android yang didukung penuh oleh komunitas open source

di dunia. Android terus berkembang pesat dari waktu ke waktu, baik perkembangan teknologi Android sendiri dan jumlah pemakai Android di dunia. Menurut safaat (2012), secara garis besar Android memiliki tiga keunggulan, yaitu :

1. Lengkap (Complete Platform), dikatakan lengkap karena para desainer dapat melakukan pendekatan yang komprehensif ketika mereka sedang mengembangkan platform Android. Android merupakan sistem operasi yang aman dan banyak menyediakan perangkat dalam membangun software dan memungkinkan untuk peluang bagi pengembang aplikasi Android.

2. Terbuka (Open source), Android disediakan melalui lisensi open source.

Pengembang dapat dengan bebas untuk mengembangkan aplikasi. Android sendiri menggunakan Linux Kernel.

(29)

2.13Android Software Development Kit

Android Software Development Kit (SDK) adalah tools Aplication

Programming Interface (API) yang diperlukan untuk memulai mengembangkan

aplikasi pada platform Android menggunakan bahasa pemrogaman Java (Safaat, 2011). Sampai saat ini disediakan Android SDK sebagai alat bantu API untuk memulai pengembangan aplikasi pada platform Android yang menggunakan bahasa pemrograman Java. Menurut Safaat (2012) ada beberapa fitur Android yang paling penting, yaitu :

1. Framework, aplikasi yang mendukung penggantian komponen dan reusable.

2. Mesin Virtual Dalvik dioptimalkan untuk perangkat mobile.

3. Integrated browser berdasarkan engine open source webkit.

4. Grafis yang dioptimalkan dan didukung oleh libraries grafis 2D, grafis 3D berdasarkan spesifikasi opengl ES 1,0 (Opsional akselerasi hardware)

5. SQLite untuk penyimpanan data (database)

6. Media support yang mendukung audio, video, dan gambar (MPEG4, H.264, MP3, AAC, AMR, JPG, PNG, GIF), GSM Telephony (tergantung hardware) 7. Bloetooth, EDGE, 3G dan WiFi (tergantung hardware)

8. Kamera, GPS, kompas dan accelerometer (tergantung hardware)

9. Lingkungan development yang lengkap dan kaya termasuk perangkat emulator,

tools untuk debugging, profil dan kinerja memori, dan plugin untuk IDE

(30)

2.14Android Development Tools

Android Development Tools (ADT) adalah plugin yang didesain untuk

IDE Eclipse yang memberikan kemudahan dalam mengembangkan aplikasi

Android dengan menggunakan IDE Eclipse (Safaat, 2012). Dengan adanya dukungan dari ADT, memudahkan membuat atau mengembangkan aplikasi proyek Android, membuat Graphic User Interface (GUI) aplikasi, dan menambahkan komponen lainnya serta dapat melakukan aktifitas running

program dengan Android SDK melalui Eclipse.

ADT juga dapat melakukan pembuatan package (.apk) yang digunakan untuk distribusi aplikasi Android yang telah dirancang sebelumnya. Instalisasi ADT pada Eclipse dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara online dan offline

yang dapat diunduh pada alamat berikut http://developer.android.com/sdk/eclipse-adt.html

2.15Versi Android

Menurut Safaat (2012) beberapa versi Android yang pernah dirilis, beserta dengan tahun perilisan dan perubahan yang terjadi dari versi sebelumnya, yaitu :

1. Android versi 1.1

Pada 9 Maret 2009, Google merilis Android versi 1.1. Android versi 1.1 dilengkapi dengan pembaharuan estetis pada aplikasi, jam, alarm, voice search

(pencarian suara), pengiriman pesan dengan Gmail dan pemberitahuan email. 2. Android versi 1.5 (Cupcake)

(31)

Development Kit) dengan versi 1.5 (Cupcake). Terdapat beberapa pembaharuan termasuk juga penambahan beberapa fitur dalam seluler versi ini, yakni kemampuan merekam beberapa dan menonton video dengan modus kamera, mengunduh video ke Youtube dan gambar ke Picasa secara langsung melalui telepon seluler, dukungan Bluetooth A2DP, kemampuan terhubung secara otomatis ke headset Bluetooth, Animasi layar, dan keyboard pada layar yang dapat disesuaikan dengan sistem.

3. Android versi 1.6 (Donut)

Versi 1.6 dirilis pada September dengan menampilkan proses pencarian yang lebih baik dibandingkan sebelumnya, penggunaan batrai indicator dan control

applet VPN. Fitur lainnya adalah galeri yang memungkinkan pengguna untuk

memilih foto yang akan dihapus. Kamera, camcorder dan galeri yang diintegrasikan, CDMA/EVDO, VPN, Gestur, dan Text-to-speech engine, kemampuan dial kontak, teknologi text to change (tidak tersedia pada semua ponsel, pengadaan resolusi VWGA)

4. Android versi 2.0/2.1 (Eclair)

Kembali diluncurkan Android dengan versi 2.0/2.1 (Eclair) pada tanggal 03 Desember 2009, perubahan yang dilakukan adalah pengoptimalan hardware, peningkatan Google Maps 3.1.2, perubahan UI dengan browser baru dan dukungan HTML5, daftar kontak yang baru yang didukung oleh flash untuk kamera 3,2 MP, digital zoom, dan Bluetooth 2.1

5. Android versi 2.2 (Froyo : Frozen Yoghurt)

(32)

dipasaran perangkat mobile, salah satunya adalah yang dipakai oleh vendor Samsung FX tab yang sudah ada dipasaran. Fitur yang tersedia di Android versi Froyo ini sudah dapat dikatakan kompleks, diantaranya adalah :

a. Kerangka aplikasi memingkinkan penggunaan dan penghapusan komponen yang tersedia.

b. Delvik Virtual Machine dioptimalkan untuk perangkat mobile.

c. Grafik 2D dan 3D berdasarkan libraries OpenGL

d. SQLite diperuntukkan sebagai penyimpanan data (database)

e. Mendukung media audio, video, dan berbagai format gambar seperti : MPEG4, MP3, AAC, AMR, JPG, PNG, Gif dan H.264

f. GSM, Bluetooth, EDGE, 3G, dn WiFi (hardware independent)

g. Kamera Global Positioning System (GPS), Kompas, dan accelerometer

6. Android versi 2.3 (Gingerbread)

Android versi 2.3 ini diluncurkan pertama sekali pada bulan Desember 2010, hal-hal yang direvisi dari versi sebelumnya adalah kemampuan seperti berikut ini :

a. SIP-based VoIP

b. Near Field Communications (NFC)

c. Gyroscope dan sensor

d. Multiple cameras support

e. Mixable audio effects

f. Download Manager

g. Internet calling dan videosupport

(33)

2.16Cokelat

Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika selatan bagian utara (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010).

Kakao diproduksi oleh lebih dari 50 negara yang berada di kawasan tropis yang secara geografis dapat dibagi dalam tiga wilayah yaitu Afrika, Asia Oceania dan Amerika Latin. Pada tahun 2002/03, produksi kakao dunia tercatat sebesar 3.102 ribu ton. Wilayah Afrika memproduksi biji kakao sebesar 2.158 ribu ton atau 69,6% produksi dunia. Sementara Asia Oceania dan Amerika Latin masing masing memproduksi 528 ribu ton dan 416 ribu ton atau 17,0% dan 13,4% produksi dunia.

Produsen utama kakao di wilayah Afrika adalah Pantai Gading dengan total produksi 1.320 ribu ton. Negara produsen lainnya adalah Ghana , Nigeria dan Kameron dengan produksi masing-masing 497 ribu ton, 165 ribu ton dan 140 ribu ton. Di wilayah Asia Oceania, Indonesia merupakan produsen utama dengan total produksi 425 ribu ton, diikuti oleh Papua New Guinea dan Malaysia . Sementara produsen utama kakao di wilayah Amerika Latin adalah Brazil dengan total produksi 165 ribu ton, diikuti oleh Ekuador, Dominika , Colombia dan Mexiko.

(34)

wilayah Amerika Latin mengalami penyusutan pangsa produksi dari 18,0% menjadi 13,0%.

[image:34.595.108.515.309.530.2]

Pangsa produksi masing-masing wilayah kembali bergeser pada tahun 2002/03, karena terjadi peningkatan produksi yang cukup tajam di Pantai gading dan Ghana dan penurunan produksi di Indonesia. Produksi kakao Pantai Gading kembali meningkat menjadi 1320 ribu ton, sedikit dibawah rekor produksi tahun 1999/00. Sementara itu, Ghana mampu meningkatkan produksi kakaonya menjadi 497 ribu ton, sehingga melampaui produksi kakao Indonesia yang turun menjadi 425 ribu ton (International Cocoa Organization (ICCO), 2003a).

Tabel 2.3 Perkembangan Produksi Kakao Dunia (Sumber: International Cocoab Organization (ICCO), 2003a)

Tahun P.

Ganding Indonesia Ghana Negeria Brazil Lainnya Total

1998/99 1.163 390 397 198 138 522 2.808

1999/00 1.404 422 437 165 124 526 3.078

2000/01 1.212 392 395 177 163 514 2.853

2001/02 1.265 455 341 185 124 491 2.861

2002/03 1.320 425 497 165 163 532 3.102

(35)

2.17Perkembangan Cokelat di Indonesia

Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan kakao. Indonesia tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% dikelola perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao curah dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

(36)

2.18Mengenal Tanaman Cokelat

Untuk mengenal tanaman cokelat, biasa dilihat dari struktur atau bagian-bagian dari tanaman cokelat tersebut (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010).

1. Akar

Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagain besar akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman tanah (jeluk) 0-30 cm. Menurut Himme (cit.Smyth, 1960), 56% akar lateral tumbuh pada jeluk 0-10 cm, 26% pada jeluk 11-20 cm, 14% pada jeluk 21-30 cm, dan hanya 4% tumbuh pada jeluk di atas 30 cm dari permukaan tanah. Jangkauan jelajah akar lateral dinyatakan jauh di luar proyeksi tajuk. Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya ruwet (intricate).

2. Batang dan Cabang

Habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohon-pohon yang tinggi, curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relatif sama, serta kelembapan tinggi dan relatif tetap. Dalam habitat seperti itu, tanaman kakao akan tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit.

(37)

atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan).

Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9-1,5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket (jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao. Pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan tunas ortotrop karena ruas-ruasnya tidak memanjang. Pada ujung tunas tersebut, stipula (semacam sisik pada kuncup bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun tidak berkembang. Dari ujung perhentian tersebut selanjutnya tumbuh 3-6 cabang yang arah pertumbuhannnya condong ke samping membentuk sudut 0 – 60º dengan arah horisontal. Cabang- cabang itu disebut dengan cabang primer (cabang

plagiotrop). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh cabang-cabang

lateral (fan) sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun.

Pada tanaman kakao dewasa sepanjang batang pokok tumbuh wiwilan atau tunas air (chupon). Dalam teknik budi yang benar, tunas air ini selalu dibuang, tetapi pada tanaman kakao liar, tunas air tersebut akan membentuk batang dan jorket yang baru sehingga tanaman mempunyai jorket yang bersusun.

Dari tunas plagiotrop biasanya tumbuh tunas-tunas plagiotrop, tetapi kadang-kadang juga tumbuh tunas ortotrop. Pangkasan berat pada cabang

plagiotrop yang besar ukurannya merangsang tumbuhnya tunas

(38)

setelah membentuk jorket. Tunas ortotrop membentuk tunas ortotrop baru dengan menumbuhkan tunas air.

Saat tumbuhnya jorket tidak berhubungan dengan umur atau tinggi tanaman. Pemakaian pot besar dilaporkan menuda tumbuhnya jorket, sedangkan pemupukan dengan 140 ppm N dalam bentuk nitrat mempercepat tumbuhnya jorket. Tanaman kakao akan membentuk jorket setelah memiliki ruas batang sebanyak 60-70 buah. Namun, batasan tersebut tidak pasti, karena kenyataannya banyak faktor lingkungan yang berpengaruh dan sukar dikendalikan. Contohnya, kakao yang ditanam dalam polibag dan mendapat intensitas cahaya 80% akan membentuk jorket lebih pendek daripada tanaman yang ditanam di kebun. Selain itu, jarak antar daun sangat dekat dan ukuran daunnya lebih kecil. Terbatasnya medium perakaran merupakan penyebab utama gejala tersebut. Sebaliknya, tanaman kakao yang ditanam di kebun dengan jarak rapat akan membentuk jorket yang tinggi sebagai efek dari etiolasi (pertumbuhan batang memanjang akibat kekurangan sinar matahari).

3. Daun

Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme.

Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm (Hall, 1932). Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya.

Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian

(39)

persendian ini dilaporkan daun mampu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari.

Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus) ujung daun meruncing

(acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang

menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun licin dan mengkilap.

4. Bunga

(40)

5. Buah dan Biji

Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning.

Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (oranye).

Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas. Kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe forasero, permukaan kulit buah pada umumnya halus (rata); kulitnya tipis, tetapi dan liat.

Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Pada saat itu ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30 cm, pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah.

2.19Penyakit Tanaman Cokelat

Pada perkebunan cokelat atau kakao skala besar (perusahaan) ataupun perkebunan rakyat pernah terserang penyakit tanaman. Pada seluruh bagian tanaman cokelat dari akar, batang, daun hingga buah dapat diserang penyakit. Dalam kondisi yang sesuai dengan perkembangannya, penyakit dengan mudah berkembang, perkembangan penyakit ini menjadi kendala dalam upaya meningkatkan produksi cokelat (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010).

Penyakit pada tanaman cokelat sering terjadi di beberapa perkebunan di Indonesia, antara lain :

(41)

Penyakit ini menyerang buah kakao yang masih muda sampai dewasa. Tetapi persentase serangan lebih banyak pada buah yang sudah dewasa. Buah yang terinfeksi menunjukan gejala terjadinya pembusukan disertai bercak cokelat kehitaman dengan batas yang tegas. Serangan biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Perkembangan bercak cokelat cukup cepat, sehingga dalam waktu beberapa hari seluruh permukaan buah menjadi busuk, basah dan berwarana cokelat kehitaman. Pada kondisi lembab pada permukaan buah akan muncul serbuk berwarna putih. Serbuk ini adalah spora p. palmivora yang sering kali bercampur dengan jamur sekunder (jamur lain).

Penyakit busuk buah di sebabkan oleh jamur P. palmivora. Jamur ini merupakan soil born sehingga dapat mempertahankan hidupnya di dalam tanah sampai bertahun-tahun. Jamur ini menyebar dari satu buah ke buah yang lain melalui beberapa cara, terutama melalaui percikan air hujan, hubungan langsung antara buah sakit dan buah sehat dan melalui perantara binatang. Hislop (1964) mengatakan, percikan air hujan merupakan agen penyebar penyakit yang paling penting. Percikan air hujan dapat menyebarkan spora jamur P.palmivora dari buah sakit ke buah sehat atau spora yang bersal dari tanah ke buah-buah yang dekat dengan tanah.

(42)
[image:42.595.247.378.110.213.2]

Gambar 2.6 Penyakit Busuk Buah

2. Penyakit kanker batang (Phytophthora Palmivora Bult.[Bult])

Penyakit kanker batang biasanya terjadi pada kulit batang atau cabang akan terlihat adanya bercak berwarna kehitam-hitaman. Pada bercak ini, sering dijumpai kemerahan yang kemudian tampak seperti lapisan karat. Bila kulit batang dikupas, akan terlihat pembusukan pada lapisan bawahnya yang berwarna merah anggur. Penyakit kanker batang penyebabnya sama dengan penyakit busuk buah, yaitu jamur phytophthora palmivora Butl. (Butl).

Apabila buah kakao yang busuk tidak diambil maka busuknya akan menjalar ke tangkai buah. Tangkai buah yang busuk akan menularkn patogen dan menginfeksi batang batang sehingga terjadi kanker batang. Batang yang terserang biasanya pada batang pokok walaupun tidak menutup kemungkinan cabang yang besar juga bias terinfeksi. Penyakit berkembang pada kebun yang lembab dengan curah hujan tinggi atau lokasi yang sering tergenang air misalnya kebanjiran sampai beberapa hari.

(43)
[image:43.595.238.385.110.256.2]

Gambar 2.7 Penyakit Kanker Batang

3. Penyakit hawar daun (Phytophthora Palmivora Bult.[Bult])

Penyakit hawar daun disebabkan oleh jamur Phytophthora Palmivora ditemukan pada tanaman cokelat pembibitan. Bibit cokelat yang terserang penyakit ini dapat diketahui dengan adanya gejala daun layu seperti tersiram air panas kemudian mengering. Daun yang terinfeksi adalah daun-daun muda yang baru saja mengembang dan masih berwarna kemerahan atau hijau muda tergantung dari jenisnya. Bibit kakao yang rawan serangan jamur pathogen ini yaitu bibit yang berumur antara satu sampai dua bukan. Serangan yang parah dapat mematikan bibit karena batangnya membusuk bahkan sampai ke akarnya. Bibit yang biasanya terserang berkelompok beberap bibit yang berada di dekatnya dalam satu lokasi pembibitan.

(44)
[image:44.595.233.389.154.291.2]

musim hujan kerusakan dapt mencapai 30% dari areal pembibitan. Penyakit hawar daun dapat dilihat pada Gambar 2.8 di bawah ini.

Gambar 2.8 Penyakit Hawar Daun

(Phytophthora Palmivora Bult.[Bult])

4. Penyakit antraknose-colletotrichum (Collietotrichom Gloeosporiodes Penz. Sacc.)

(45)

Disamping itu peningkatan suhu udara akibat global warming di duga turut memperbesar serangan penyakit. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas tentang gejala serangan, penyebab penyakit, faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit, cara penyebaran penyakit, intensitas serangan penyakit, dan cara pengendaliannya.

a. Gejala serangan penyakit antraknosa

Jamur penyebab penyakit dapat menyerang pada daun, ranting, dan buah. Pada daun muda penyakit menyebabkan matinya daun atau sebagian dari helaian daun. Gejala ini yang sering disebut sebagai hawar daun (leaf blight). Daun muda yang sakit juga dapat membentuk bintik-bintik kecil berwarna coklat tidak beraturan dan biasanya mudah gugur (Semangun, 2000). Pada daun tua penyakit dapat menyebabkan terjadinya bercak-bercak nekrosis (jaringan mati) yang terbatas tidak teratur. Bercak-bercak ini kelak dapat menjadi lubang. Daun-daun yang terserang berat akan mudah gugur, sehingga ranting-ranting tanaman menjadi gundul (Sunanto, 2002). Gejala serangan penyakit antraknose

pada daun muda dapat dilihat pada Gambar 2.9 di bawah ini.

(46)
[image:46.595.113.504.262.499.2]

Ranting yang daun-daunnya terserang dan gugur dapat mengalami mati pucuk. Jika mempunyai banyak ranting, tanaman akan tampak seperti sapu dan sering berlanjut dengan matinya ranting. Penyakit ini juga dapat timbul pada buah, terutama buah yang masih pentil atau buah muda (Semangun, 2000). Gejala serangan penyakit antraknose pada ranting dapat dilihat pada Gambar 2.10 di bawah ini.

Gambar 2.10 Gejala serangan pada ranting, tanaman tampak seperti sapu Sumber: Foto Lab. Lapangan BBP2TP Medan

Pada buah muda bintik-bintik coklat berkembang menjadi bercak coklat berlekuk. Selanjutnya buah akan layu, mengering dan mengeriput. Serangan pada buah tua akan menyebabkan busuk kering pada ujung buah (Semangun, 2000).

(47)
[image:47.595.250.388.84.183.2]

Gambar 2.11 Gejala serangan pada buah Sumber: Foto Lab. Lapangan BBP2TP Medan.

Ciri penting gejala serangan Colletotrichum pada tanaman kakao adalah terbentuknya lingkaran berwarna kuning (halo) disekeliling jaringan yang sakit, dan terjadinya jaringan mati yang melekuk (antraknosa). Halo dan

antraknosa dapat terjadi pada daun maupun pada buah. Tanaman yang

terserang berat oleh patogen ini berbuah sedikit sehingga daya hasilnya sangat menurun (Mahneli, 2007). Gejala serangan penyakit antraknose pada tanaman kakao dapat dilihat pada Gambar 2.12 di bawah ini.

Gambar 2.12 Gejala serangan antraknosa pada tanaman kakao Sumber: Foto Lab. Lapangan BBP2TP Medan

[image:47.595.108.498.313.634.2]
(48)

Penyakit yang disebabkan jamur Colletotrichum ini tersebar di semua negara penghasil kakao, dan dikenal sebagai penyakit antraknosa. Di Asia penyakit terdapat di Malaysia, Brunei, Filipina, Sri Lanka, dan India Selatan. Dan pada tahun 1980-an di Jawa Timur serangan jamur ini tampak meningkat, sehingga menarik cukup banyak perhatian. Sebenarnya penyakit ini sudah lama dikenal di Jawa, tetapi kurang mendapat perhatian, karena tidak menimbulkan kerugian yang berarti. Pada kebun yang terawat baik kerugian yang disebabkan jamur ini tidak melebihi 5-10%. Penyakit ini mengurangi hasil kebun karena mengurangi jumlah tongkol pertanaman dan jumlah biji pertongkol. Selain itu penyakit ini mengurangi kandungan pati pada ranting (Semangun, 2000). Penyebab penyakit antraknose adalah jamur Aservulus Colletotrichum dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Aservulus Colletotrichum Sumber: Barnett, 1972

(49)

konidium yang bersel 1 tadi membentuk sekat. Pembuluh kecambah membentuk apresorium sebelum mengadakan infeksi. Diantara konidiofor

biasanya terdapat rambut-rambut (seta) yang kaku dan berwarna cokelat tua (Semangun, 2000).

c. Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit antraknosa

Spora tumbuh paling baik pada suhu 25-280C sedang di bawah 50C dan di atas 400C tidak dapat berkecambah. Pada kondisi yang lembab, bercak-bercak pada daun akan menghasilkan kumpulan konidia yang berwarna putih. Faktor lingkungan yang kurang menguntungkan seperti peneduh yang kurang, kesuburan tanah yang rendah, atau cabang yang menjadi lemah karena adanya kanker batang. Jamur juga dapat mengadakan infeksi melalui bekas tusukan atau gigitan serangga (Mahneli 2007).

Konidia dapat disebarkan oleh air hujan, angin, dan serangga. Konidia yang jatuh pada permukaan daun atau buah akan segera berkecambah dan mengadakan penetrasi. Di dalam air konidia sudah berkecambah dalam waktu 3 jam, sehingga hujan yang kecil pun dapat mendukung terjadinya infeksi. Junianto dan Sri Sukamto (1987) dalam Semangun (2000) menyatakan bahwa disamping curah hujan perkembangan penyakit dipengaruhi pula oleh suhu, untuk perkecambahan, infeksi, dan sporulasi memerlukan suhu optimum 29,5 0C.

(50)

sebabnya pada tanaman yang tidak mempunyai naungan kerusakan kelihatan lebih tinggi (Vedemecum Kakao, PTPN XXVI).

Klon kakao mulia yang banyak diusahakan (DR2 dan DR38) rentan terhadap

Colletotrichum. DRC 16 agak rentan. Diantara kakao lindak yang tahan adalah

Sca 6 dan Sca 12 (Junianto, 1993). Penyakit Antraknose-Colletotrichum dapat dilihat pada Gambar 2.14 di bawah ini.

Gambar 2.14 Penyakit Antraknose-Colletotrichum

5. Penyakit pembuluh kayu atau vascular streak dieback (Oncobasidium

Theobromae Talbot & Keane)

(51)

Spora yang jatuh pada daun muda akan segera berkecambah apabila tersedia air dan akan tumbuh masuk kedalam jaringan xilem. Di dalam xilem jamur tumbuh kebatang pokok walaupun kadang dijumapai tumbuh kearah sebaliknya. Setelah 3-5 bulan baru tampak gejala daun menguning dengan bercak hijau, daun-daun tersebut sangat mudah gugur, sehingga menyebabkan mati ranting. Pada saat jamur masih tumbuh dalam jaringan tanaman dan menimbulkan kerusakn yang lebih besar.

6. Penyakit pembuluh kayu atau vascular streak dieback (Oncobasidium

Theobromae Talbot & Keane)

(52)

7. Penyakit akar

Penyakit akar yang dijumpai pada kebun-kebun kakao antara lain penyakit akar cokelat, penyakit akar merah dan penyakit akar putih. Dari ketiga penyakit akar tersebut gejala yang dapat dilihat diatas tanah tampak sama. Mula-mula daun keliatan menguning, layu dan akhirnya gugur kemudian diikuti dengan kematian tanaman.untuk mengetahui fatogennya dengan tepat harus dilakukan pemeriksaan terhadap leher akar dan perakaran tanaman, yaitu :

a. Penyakit akar cokelat pada permukaan tanaman yang terserang jamur akar cokelat diliputi oleh benang-benang jamur berlendir yang mengikat erat butir-butir tanah. Pada butir-butir tanah terdapat hifa jamur yang berwarna cokelat.

b. Penyakit akar merah ditandai dengan khas dipermukaan akar yaitu adanya lapisan jamur berwarna merah atau cokelat tua. Keadaan akar yang terinfeksi menjadi busuk basah, lunak dan berair.

c. Penyakit jamur akar putih ditandai dengan adanya benang-benang putih yang bercabang, melekat erat pada permukaan tanaman. Benang-benang tersebut adalah rhizomorf yang terdiri dari berkas-berkas hifa jamur. Hifa tersebut meluas seperti jala dan ujungnya seperti bulu. Untuk lebih jelasnya penyakit akar dapat dilihat pada gambar 2.15 di bawah ini.

(53)

44 3.1 Analisa Masalah

3.1.1 Identifikasi Masalah

Menurut Wahyudi, Panggabean, dan Pujiyanto (2008), secara umum, rata-rata produktivitas kakao/cokelat di Indonesia sebesar 900 kg/ha/tahun, angka ini masih jauh di bawah rata-rata potensi yang diharapkan, yakni sebesar 2.000 kg/ha/tahun. Rendahnya produktivitas tanaman kakao, mayoritas disebabkan antara lain karena penggunaan bahan tanaman yang kurang baik, teknologi budi daya yang kurang optimal, umur tanaman, serta masalah serangan hama dan penyakit sehingga kerugian yang disebabkan oleh hama penggerek buah kakao (PBK) tersebut bisa mencapai 5-80%.

(54)

Oleh sebab itu, pihak perkebunan cokelat membutuhkan sebuah sistem pakar yang dapat memberikan informasi mengenai penyakit yang menyerang tanaman cokelat dan memberikan solusi untuk menangani penyakit tersebut. Sehingga dibuatlah sebuah aplikasi sistem pakar yang bertujuan untuk membantu pihak perkebunan cokelat agar dapat mengetahui jenis penyakit yang sedang menyerang tanaman cokelat berdasarkan pada gejala-gejala penyakit yang terlihat di masing-masing bagian tanaman cokelat dan dengan adanya aplikasi sistem pakar ini, dapat menghasilkan solusi untuk mengambil sebuah tindakan yang tepat dalam menangani tanaman cokelat yang terserang penyakit.

3.2 Perancangan Sistem

Dalam pembuatan aplikasi sistem pakar untuk menentukan jenis penyakit pada tanaman cokelat, diperlukan langkah awal, yaitu menganalisis masalah. Pada bagian ini, akan diuraikan kebutuhan dasar sistem dalam membuat aplikasi sistem pakar ini agar dapat membentuk suatu sistem berbasis aturan yang memenuhi syarat.

Langkah pertama yang harus di lakukan adalah membuat dependency

diagram. Dalam aplikasi sistem pakar ini, dependency diagram dibuat atau

direpresentasikan dalam bentuk tree view. Dependency diagram berguna untuk menggambarkan susunan parameter yang ada. Di dalam sebuah dependency

diagram minimal terdapat dua parameter (setiap parameter tidak boleh memiliki

nama yang sama) dan sebuah parameter minimal memiliki dua possible value

(55)

Pertanyaan ini nantinya akan ditampilkan kepada pengguna yang melakukan konsultasi untuk memperolah hasil untuk memperoleh hasil penentuan penyakit pada tanaman cokelat.

Setelah pembuatan dependency diagram selesai dilakukan, dilanjutkan dengan mengisi decision table, setiap set dalam dependency diagram memiliki

decision table tersendiri. Decision table pada aplikasi ini akan dibuat otomatis

oleh sistem berdasarkan set yang telah dipilih oleh pengguna. Jumlah baris pada setiap decision table diperoleh dengan cara mengalikan jumlah possible value dari setiap parameter yang berada dalam satu set yang dipilih pengguna (lihat Tabel 2.1, step 1).

Isi dari decision table kemudian oleh sistem dibangkitkan jadi bebrapa

rule. Karena proses kombinasi possible value pada decision table dilakukan oleh sistem, maka tidak mungkin terjadi redundant rule, subsumed rule dan circular rule. Setiap baris pada decision table hanya biasa diisi dengan satu conclusion

atau kesimpulan, sehingga tidak mungkin terdapati conflicting rule, kesalahan yang mungkin terjadi adalah unnecessary if condition. Namun hal ini dapat diatasi dengan adanya proses reduction decision table yang ada pada setiap pengisian

decision table. Proses reduction ini secara otomatis mencari dan menghapus

premise atau kondisi yang tidak perlu dikondisikan. Jadi rule hasil generate dari

aplikasi ini akan bebas dari kesalahan yang ada.

Setelah proses pembuatan rule, dilanjutkan dengan mengisi solusi atau penjelasan dari setiap kesimpulan akhir yang mungkin. Kesimpulan akhir ini diambil dari possible rule yang dimiliki oleh parameter paling atas pada rule view

(56)

aplikasi sitem pakar ini, kesimpulannya adalah jenis penyakit tanaman cokelat dan penjelasan yang diisi adalah penyebab dari penyakit tersebut, gejala-gejala dan cara pengendaliannya.

Proses selanjutnya adalah pengguna dapat melakukan konsultasi untuk mendapatkan hasil akhir atau output dari aplikasi sistem pakar ini. Untuk melakukan konsultasi, pengguna harus memilih terlebih dahalu bagian dari tanaman cokelat yang tampak gejalanya, misalnya daun, maka sistem akan menampilkan secara otomatis semua gejala-gejala yang terlihat pada bagian daun. Selanjutnya adalah proses menentukan jenis penyakit pada tanaman cokelat untuk menampikan hasil akhir, yaitu hasil menentukan jenis penyakit, sesuai dengan gejala yang telah dipilih.

Aplikasi sistem pakar untuk menentukan jenis penyakit pada tanaman cokelat ini berbasis mobile application android dan memiliki satu pengguna, yaitu pengguna (user).

3.2.1 Desain Arsitektur

Desain arsitektur aplikasi sistem ini tidak bisa dirubah rule yang terdapat pada aplikasi sistem pakar karena bersifat statis. Pada desain arsitektur case yang menjelaskan elemen utama dalam sistem dan hubungan antara elemen-elemen tersebut untuk menghasilkan output berupa rule based system. Desain arsitektur secara umum ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 di halaman 48. Desain

(57)
[image:57.595.108.512.87.539.2]

Gambar 3.1 Desain Arsitektur Diagnosis Penyakit Pada Tanaman Cokelat Berikut penjelasan dari desain arsitektur :

1. Interface pakar : media yang digunakan oleh pakar untuk mengembangkan

sistem. Dimana dalam merancang sistem dengan membuat desain

Dependency Diagram pada kanvas gambar secara manual. Interface pakar

terdiri dari dua proses utama, yaitu :

a. Desain diagram, merupakan proses pembuatan dependency diagram pada kanvas gambar.

b. Validasi diagram, merupakan proses pengecekan terhadap relasi dari tiap komponen dalam desain diagram.

2. Input/update rule set : proses penentuan parameter-parameter yang digunakan

dalam tiap rule set. Proses ini meliputi dua subproses yaitu :

a. Generate decision table, ini merupakan proses untuk membentuk tabel

keputusan (decision table) dari setiap rule set pada desain dependency

(58)

b. Verifikasi rule, merupakan proses pengecekan terhadap rule-rule yang terbentuk pada decision table apakah sudah memenuhi konstrain-konstrain yang telah ditetapkan dalam sistem.

3. Generate rule : proses generate rule dijalankan untuk membentuk rule dalam

tiap rule set berdasarkan decision table yang terbentuk.

4. Database pakar : digunakan untuk menampung sementara informasi rule

pada project yang sedang dijalankan.

5. Interface user : sebagai mendia oleh user untuk melihat dan berinteraksi

dengan sistem pada saat proses konsultasi.

6. Inference engine : mekanisme inferensi yang digunakan adalah forward

chaining karena sistem lebih dahulu mengetahui fakta-fakta yang ada,

kemudian mencari kesimpulan sementara sampai akhirnya berhenti setelah menghasilkan sebuah kesimpulan akhir.

Proses forward cahining diperlukan dalam mencari solusi berdasarkan goal

konsultasi dan rule base yang ada dalam working memory.

7. Knowledge base : kumpulan fakta dan aturan (rule) serta working memory

yang merupakan fakta yang diperoleh oleh sistem selama proses berlangsung.

8. Output :

a. Output dari desain user adalah hasil akhir dari proses inference berupa

(59)

3.2.2 Perancangan Sistem Pakar

Dalam memlakukan perancangan sistem pakar ini, beberapa tahap yang harus dilakukan agar aplikasi sistem pakar yang dibuat dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Adapun tahap-tahap dalam peracangan sistem pakar adalah perancangan block diagram, dependency diagram, decision table, reduced

decision table dan use case, activity diagram,.

A. Perancangan Block Diagram

Block diagram diperlukan untuk mengetahui urutan kerja sistem dalam

mencari suatu keputusan. Dalam aplikasi sistem pakar ini terdapat sebuah block

diagram, yaitu block diagram untuk menentukan jenis penyakit pada tanaman

cokelat.

Block diagram ini terdiri dari tiga level, yaitu level 0, level 1 dan level 2.

Level 0 berisi hasil akhir berupa jenis penyakit yang menyerang tanaman cokelat. Pada level 1 terdapat 5 parameter, yaitu akar, batang, daun, buah dan tanaman. Terakhir pada level 2 dijelaskan sub parameter masing-masing parameter berupa gejala-gejala penyakit yang menyerang tanaman cokelat dapat dilihat pada Gambar 3.2 di halaman 52.

B. Perancangan Dependency Diagram

Dependency diagram menunjukan hubungan atau ketergantungan antara inputan pertanyaan, rule, nilai dan rekomendasi yang dibuat oleh prototype

Knowledge Based System (KBS). Dependency diagram untuk aplikasi sistem

(60)
(61)

Akar Batang Daun Buah Tanaman Jenis penyakit tanaman cokelat

Terlihat adanya bercak berwana kehitam-hitaman

Adanya cairan berwarna kemerahan seperti lapisan karat

Bila kulit batang dikupas, terlihat pembusukan pada lapisan bawah berwarna merah anggur

Terlihat bintik-bintik nekrosis berwarna cokelat

Setelah daun berkembang, bintik nekrosis akan menjadi bercak berlubang dengan halo berwarna kuning

Pada daun tua bintik nekrosis berkembang menjadi bercak nekrosis yang beraturan

Buah-buah muda mengalami kelayuan dengan binti-bintik cokelat

Binti-bintik berkembang menjadi bercak cokelat yang berlekuk (antraknose)

Buah mengering menjadi mumi

Daun-daun menguning dengan bercak berwarna hijau

Daun-daun yang menguning gugur gejala ranting ompong dan tanamam mati

Meranggas dengan sedikit atau tanpa daun sama sekali Mula-mula daun menguning,keliatan layu

Pada buitir-butir tanah terdapat hifa jamur berwarna cokelat

Permukaan akar adanya lapisan jamur berwarna merah/cokelat tua

Pada daun-daun muda mengalami kerontokan sehingga ranting menjadi gundul

Terbentuk ranting-ranting seperti kipas dengan ruas yang pendek diikuti dengan kematian ranting

Daun layu sperti tersiram air panas kemudian mengering

Buah dewasa mengalami antraknose mengerut pada bagian ujung

Bekas duduk daun bila disayat terlihat tiga buah noktah berwarna cokelat kehitam-hitaman

Bekas potongan daun, bekas duduk daun, bekas potongan ranting muncul benang-benang berwarna putih Matinya ranting ditandai dengan mengeringnya daun dalam satu ranting/cabang

Pada ranting/cabang dilapisi jamur upas berwarna merah jambu pada cabang-cabang yang sudah berkayu

Jamur mengilat seperti perak, mirip dengan sarang laba-laba, kulit dibawah lapisan hitam Benang-benang putih yang bercabang, melekat erat pada permukaan akar

Terjadinya pembusukan disertai bercak cokelat kahitaman dengan batas yang tegas

Pangkal buah terdapat lekukan yang dapat menjadi tempat tergenangnya air

Permukaan buah muncul serbuk berwarna putih

tanaman mengalami kerusakan parah dengan terlihat matinya ranting

Level 0 Level 1 Level 2

Gambar 3.2 Block Diagram

(62)

Gambar 3.3 Dependency Diagram Menentukan Penyakit Pada Tanaman Cokelat

Set

1 Jenis penyakit

tanaman cokelat Akar

Batang

Set

2

Apakah perpumakaan akar dilapisi jamur berwarna merah/cokelat tua? (ya, tidak)

- penyakit busuk buah - penyakit kanker batang - penyakit hawar daun - Penyakit antraknose (mati ranting) - penyakit pembuluh kayu - penyakit jamur upas - penyakit akar - normal - Tidak teridentifikasi Daun

Buah

Tanaman

Set

3

Apakah perpumakaan akar dilapisi benang-benag jamur berlendir? (ya, tidak)

- Akar membusuk - Akar lunak - Akar berair - Permukaan akar berlendir - Normal

- Tidak teridentifikasi

- Jaringan kayu rusak - Batang membusuk, - Batang berlendir - Mati ranting - Normal - Tidak teridentifikasi

- Daun menguning - Daun layu - Daun mengering, - Daun gugur/rontok - Normal - Tidak teridentifikasi

- Buah membusuk - Buah basah -Buah layu - Buah megerut - Buah mengecil - Buah mengering - Buah mengeras - Normal - Tidak teridentifikasi

Apakah permukaan akar di tandai benang-benang putih? (ya, tidak) Apakah seluruh perpumakaan akar tunggang ditutupi kerak? (ya, tidak)

Apakah ranting/cabang dilapisi jamur upas berwarna merah jambu? (ya, tidak) Apakah batang terdapat jamur mengilat seperti perak mirip

seperti sarang laba-laba? (ya, tidak) Apakah terlihat jamur berbentuk kerak berwarna merah jambu

seperti warna ikan salmon? (ya, tidak) Apakah ranting bekas potongan daun, bekas duduk daun/bekas potongan

ranting terlihat benang-benang berwarna putih? (ya, tidak)

Gambar

Tabel 2.3 Perkembangan Produksi Kakao Dunia
Gambar 2.6 Penyakit Busuk Buah
Gambar 2.7 Penyakit Kanker Batang
Gambar 2.8 Penyakit Hawar Daun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Halaman daftar kucing digunakan pengguna dengan hak akses sebagai user untuk menampilkan daftar kucing yang sudah ditambah sebelumnya, pada menu ini pemelihara dapat

Pada form ini merupakan tampilan awal Sistem Pakar untuk mendiagnosa penyakit infeksi TBC Paru yang terdiri dari dua menu, yaitu menu pakar dan menu user. Hasil dari menu utama

Sistem pakar Antarmuka sistem Pada tahap perancangan antarmuka sistem akan dibuat beberapa desain antarmuka yang akan digunakan pada sistem dimulai dari antarmuka login,

Pada form ini merupakan tampilan awal Sistem Pakar untuk mendiagnosa penyakit infeksi TBC Paru yang terdiri dari dua menu, yaitu menu pakar dan menu user. Hasil dari menu utama

Ketika pemain menjalankan aplikasibelajar tajwid, yang pertama kali ditampilkan kepada user adalah jendela inisialisasi dan pemain dapat memilih menu aplikasi dengan menekan

Tampilan ini digunakan oleh tamu yang ingin melakukan sesi konsultasi sistem pakar.Setelah user tamu meng klik menu konsultasi, maka user tamu akan dibawa menuju halaman konsultasi

Halaman daftar kucing digunakan pengguna dengan hak akses sebagai user untuk menampilkan daftar kucing yang sudah ditambah sebelumnya, pada menu ini pemelihara dapat

Pada flowchart sistem konsultasi ini alurnya dimulai dari start kemudian masuk ke halaman pendaftaran, setelah mendaftar dan data tersimpan maka selanjutnya masuk pada menu