• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK BATANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK BATANG"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV

DI GARDU INDUK BATANG

HALAMAN JUDUL

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk mencapai Derajad Strata-1 Pada Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

M. NASHIRUL HAQ

20120120054

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK BATANG

HALAMAN JUDUL

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk mencapai Derajad Strata-1 Pada Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

M. NASHIRUL HAQ

20120120054

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(3)
(4)

iii

HALAMAN MOTTO

Your future is your unknown paradise -Unknown

Keepyour eyes on the stars, and your feet on the ground

-Theodore Roosevelt

Berusaha dengan keras adalah -Mahatma Gandhi

-QS. An Najm: 39

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, serta petunjuk Nya sehingga penyusunan tugas akhir ini telah terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis telah banyak mendapatkan arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan karunia, rahmat, dan hidayah Nya. 2. Kedua orang tua saya, Ibu Siti Muripah dan Bapak Imanudin yang tidak

pernah lelah mendoakan dan mendukung saya dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. Ir. Slamet Suripto, M.Eng. dan Rahmat Adiprasetya A.H., S.T., M.Eng. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, dan pikiran dalam penyelesaian tugas akhir ini.

4. PT. PLN Area Pekalongan bagian jaringan tempat pengambilan data untuk tugas akhir ini.

5. Mas Faris, pegawai PT. PLN Area Pekalongan yang telah membantu penulis dalam memperoleh data untuk tugas akhir ini.

6. Saudara Teknik Elektro 2012 kelas A dan B 7. Teman teman di grup Koalisi.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, Rahmat, Taufik, dan Hidayah Nya penyusunan Tugas Akhir yang berjudul dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beriring salam tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis membuat Tugas Akhir ini guna untuk syarat memperoleh derajat sarjana Teknik ELektro pada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Tugas Akhir ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Agus Jamal, M.Eng 2. Bapak Ir. Slamet Suripto, M.Eng.

3. Bapak Rahmat Adiprasetya A.H, S.T., M.Eng.

4. Seluruh dosen program studi Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Pak Faris

6. Pegawai PT. PLN Area Pekalongan bagian jaringan.

7. Kedua orang tua saya, Ibu Siti Muripah S.Pd dan Bapak Imanudin 8. Saudara Teknik Elektro 2012 Kelas A dan B

9. Semua pihak yang telah secara tidak langsung membantu penulis.

(7)

vi

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat.

Waalaikumsalam, Wr. Wb.

Yogyakarta, 20 Agustus 2016 Penulis

(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... ... i

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... ... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN PENDADARAN ... ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... ... ... iv

HALAMAN MOTTO ... ... ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ... ... vi

KATA PENGANTAR ... ... ... vii

BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Tinjauan Pustaka ... ... ... 7

2.2 Dasar Teori... ... ... 8

2.2.1 Saluran Transmisi... ... ... 8

2.2.2 Sistem Distribusi ... ... ... 10

2.2.3 Sistem Jaringan Distribusi Primer ... ... 11

2.2.4 Sistem Jaringan Distribusi Sekunder ... ... 14

2.2.5 Gardu Induk ... ... ... 15

2.2.6 Tipe Jaringan Distribusi Menengah 20 kV ... ... 17

(9)

viii

2.2.8 Keandalan Sistem Distribusi ... ... 23

2.2.9 ... ... ... 24

2.2.10 SAIFI (System Average Interruption Index) ... .. 25

2.2.11 SAIDI (System Average Duration Index) ... ... 25

2.2.12 CAIDI (Customer Average Duration Index)... ... 26

2.2.13 ASAI (Average System Avaibility Index) ... ... 27

2.2.14 ASUI (Average System Unavaibility Index) ... .. 27

2.2.15 Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN) ... .... 28

2.2.16 Standar Nilai Indeks Keandalan SAIFI dan SAIDI ... 28

2.2.17 Daftar Penyulang di Gardu Induk Batang ... ... 29

2.2.18 Data Aset Penyulang di Gardu Induk Batang ... . 30

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... ... 31

3.1 Alat dan Bahan Penelitian Tugas Akhir... ... 31

3.2 Lokasi Penelitian Tugas Akhir... ... 31

3.3 Langkah-langkah Penelitian Tugas Akhir ... ... 32

3.4 Jadwal Penelitian Tugas Akhir ... ... 35

BAB IVPEMBAHASAN ... ... ... 36

4.1 Jumlah Pelanggan pada setiap Penyulang di Gardu Induk Batang ... 36

4.2 Gangguan Penyulang Gardu Induk Tambun Tahun 2015 ... 36

4.3 Perhitungan SAIFI pada setiap Penyulang ... ... 42

4.4 Analisis Nilai SAIFI ... ... ... 44

4.5 Perhitungan SAIDI pada setiap Penyulang ... ... 45

4.6 Analisis Nilai SAIDI ... ... ... 47

4.7 Perhitungan CAIDI pada setiap penyulang... ... 48

4.8 Analisis Nilai CAIDI ... ... ... 50

4.9 Perhitungan dan Analisis ASAI dan ASUI di Gardu Induk Batang ... 51

4.10 Analisis SAIFI dan SAIDI di Gardu Induk Batang ... 53

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... ... 55

5.1 Kesimpulan ... ... ... 55

5.2 Saran ... ... ... ... 56

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Target kinerja Rayon Batang 2015 ... ... 28

Tabel 2.2 Standar Indeks Keandalan SPLN 68 2 : 1986 ... .... 28

Tabel 2.3 Standar Indeks Keandalan IEEE std 1366 2003 ... 29

Tabel 2.4 Standar Indeks Keandalan WCS (World Class Service) ... 29

Tabel 2.5 Daftar Penyulang di GI Batang ... ... 29

Tabel 2.6 Data Aset penyulang di GI Batang ... ... 30

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tugas Akhir ... ... 35

Tabel 4.1 Data pelanggan pada setiap penyulang di GI Batang tahun 2015... 36

Tabel 4.2 Data gangguan penyulang di GI Batang tahun 2015 ... 37

Tabel 4.3 Frekuensi Gangguan pada setiap penyulang di GI Batang ... 39

Tabel 4.4 Ringkasan Frekuensi gangguan penyulang di GI Batang ... 442

Tabel 4.5 Nilai SAIFI pada setiap penyulang di GI Batang ... 444

Tabel 4.6 Durasi Gangguan Penyulang Tahun 2015 ... ... 45

Tabel 4.7 Nilai SAIDI pada setiap penyulang di GI Batang ... . 47

Tabel 4.8 Nilai SAIFI dan SAIDI pada setiap Penyulang ... .... 48

Tabel 4.9 Nilai CAIDI pada setiap penyulang di GI Batang ... 50

Tabel 4.10 Nilai SAIDI pada setiap penyulang ... ... 51

Tabel 4.11 Nilai ASAI pada setiap Penyulang... ... 53

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 9 Gambar 2.2 Saluran Udara Tegangan Tinggi 10 Gambar 2.3 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah 12 13

Gambar 2.5 Jaringan Radial 17

Gambar 2.6 Jaringan Hantaran Penghubung 18

Gambar 2.7 Jaringan Loop 19

20

(12)
(13)
(14)

xiii

INTISARI

Keandalan merupakan faktor yang sangat penting dalam pengoperasian suatu sistem jaringan distribusi. Beberapa parameter yang dapat dijadikan acuan dalam mengetahui keandalan suatu sistem distribusi yaitu dengan SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) perhitungan indeks jumlah rata – rata gangguan selama satu tahun, SAIDI (System Average Interruption Index) indeks durasi rata – rata gangguan sistem selama satu tahun, CAIDI (Customer Average Interruption Index), ASAI (Average System Avaibility Index), ASUI (Average System Unavailability Index).

Berdasarkan perhitungan dan analisis didapatkan bahwa indeks nilai keandalan penyulang BTG06 dikategorikan kurang handal karena nilai SAIFI dan SAIDI melebihi batas maksimal yang telah ditentukan oleh IEEE.

Kinerja sistem di Gardu Induk PLN Rayon Batang dikategorikan kurang handal karena nilai SAIFI dan SAIDI melebihi dari batas maksimal yang sudah di tentukan oleh WCS dan WCC.

(15)

xiv ABSTRACT

Reliability is an important factor in the operation of network distribution system. Some of the parameters that can be used as references to determine the reliability of a distribution system are System Average Interruption Frequency Index (SAIFI), System Average Interruption Index (SAIDI), Customer Average Interruption Index (CAIDI), Average System availability Index (ASAI), and Average System Unavailability Index (ASUI).

Based on the calculation and analysis it can be found that the reliability value index of BTG06 feeder was categorized as less reliable because the SAIFI and SAIDI value exceed the maximum limit specified by IEEE.

The performance of the system in PLN Batang subdistrict considered less reliable because of the SAIFI and SAIDI value exceed the maximum limit specified by WCS and WCC.

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke

tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat. Perkembangan permintaan energi listrik tersebut perlu diimbangi

dengan peningkatan pembangkit energi listrik dan kemampuan infrastruktur

yang ada, sehingga penyaluran energi listrik ke konsumen berjalan lancar

dengan kualitas penyaluran energi listrik yang memenuhi standar. Sistem distribusi

yang dikelola oleh PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah & DIY memiliki

andil yang sangat besar dalam memberikan jaminan kualitas penyaluran energi

listrik sehingga memenuhi standar, baik secara teknis maupun non teknis pada

konsumen. Kualitas penyaluran secara teknis ditunjukkan dengan

parameter-parameter besaran tegangan, frekuensi, faktor daya dan indeks keandalan yang

memenuhi standar yang berlaku secara nasional maupun internasional.

Kebutuhan listrik masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun semakin

meningkat. Hal tersebut harus ditunjang dengan meningkatkan keandalan suatu alat

di sistem distribusi. Keandalan ini dapat dilihat dari sejauh mana suplai tenaga

listrik bisa menyuplai secara kontinu dalam satu tahun ke konsumen. Permasalahan

yang paling mendasar pada penyaluran daya listrik adalah terletak pada mutu,

kontinuitas dan ketersediaan pelayanan daya listrik pada pelanggan. Keandalan

(17)

2 Tingkat keandalan pelayanan tergantung dari berapa lama terjadi pemadaman

selama selang waktu tertentu (satu tahun) atau dikenal dengan SAIDI dan berapa

sering (frekuensi) terjadinya pemadaman selama setahun atau dikenal dengan

SAIFI.

Gonen Toren, (1986) mengemukakan bahwa keandalan sistem distribusi

sebagai kemungkinan perangkat atau sistem melakukan fungsi itu dengan

memadai, untuk periode waktu yang telah ditentukan, dibawah kondisi operasi

yang telah ditentukan pula, dalam pengertian ini tidak hanya kemungkinan

kegagalan tetapi juga besarnya durasi dan frekuensi itu penting. Secara fisik tidak

mungkin memperoleh keandalan 100% karena kegagalan sistem yang kadang

terjadi, peluang terjadinya pemadaman dapat dikurangi secara perlahan dengan

menambah biaya selama masa perencanaan dan masa operasi atau keduanya.

Kontinuitas pelayanan yang merupakan salah satu unsur dari kualitas

pelayanan tergantung pada macam sarana penyalur dan peralatan pengaman.

Jaringan distribusi sebagai sarana penyalur tenaga listrik mempunyai tingkat

kontinuitas tergantung pada susunan saluran dan cara pengaturan operasinya.

Tingkat kontinuitas pelayanan dari sarana penyalur disusun berdasarkan lamanya

upaya menghidupkan kembali suplai setelah mengalami gangguan.

Tingkatan-tingkatan tersebut antara lain:

a. Tingkat 1 : dimungkinkan berjam-jam; yaitu waktu yang diperlukan

untuk mencari dan memperbaiki bagian yang rusak karena gangguan.

b. Tingkat 2 : padam beberapa jam; yaitu waktu yang diperlukan untuk

(18)

3 manipulasi untuk menghidupkan kembali dari arah atau saluran yang

lain.

c. Tingkat 3 : padam beberapa menit; yaitu dilakukan manipulasi oleh

petugas gardu, dilakukan deteksi, dilakukan pengukuran dan

pelaksanaan manipulasi jarak jauh.

d. Tingkat 4 : padam beberapa detik; yaitu pengamanan atau manipulasi

secara otomatis.

e. Tingkat 5 : tanpa padam; yaitu dilengkapi instalasi cadangan terpisah

dan otomatisasi penuh.

Umumnya jaringan distribusi luar kota (pedesaan) terdiri dari jenis saluran

udara dengan sistem jaringan radial mempunyai kontinuitas tingkat 1, sedangkan

untuk pelayanan dalam kota susunan jaringan yang dipakai adalah jenis kabel tanah

dengan sistem jaringan spindel yang mempunyai kontinuitas tingkat 2.

Keandalan suatu penyulang dapat ditetapkan dengan suatu indeks

keandalan yaitu besaran untuk membandingkan penampilan suatu sistem

distribusi. Indeks keandalan pada dasarnya adalah suatu angka atau parameter yang

menunjukkan tingkat pelayanan serta tingkat keandalan dari suplai tenaga

listrik sampai ke konsumen. Indeks-indeks keandalan yang sering dipakai dalam

suatu sistem distribusi adalah SAIFI (System Average Interruption Frequency

Index), SAIDI (System Average Interruption Frequency Index), CAIDI

(Customer Average Interruption Frequency Index). Beberapa faktor yang harus

diketahui dan dihitung sebelum melakukan perhitungan analisis keandalan antara

(19)

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dilakukan evaluasi pada sistem

distribusi tenaga listrik di Gardu Induk Batang, dengan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Berapa besar indeks keandalan beberapa penyulang di Gardu Induk Batang

menggunakan perhitungan SAIFI, SAIDI dan CAIDI berdasarkan data

gangguan operasi.

2. Berdasarkan indeks keandalan yang sudah di targetkan, dapat di ketahui

lokasi-lokasi penyulang yang sudah memenuhi target kerja atau belum.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, batasan pada tugas

akhir ini adalah wilayah penelitian yaitu Kabupaten Batang tepatnya di P.T. PLN

Rayon Batang. Penelitian ini di lakukan di gardu induk Batang. Setiap penyulang

itu akan dilihat nilai SAIDI, SAIFI dan CAIDI untuk mengetahui tingkat keandalan

yang dimiliki oleh gardu induk Batang di masing-masing penyulangnya. Standar

keandalan yang digunakan meliputi Target Kerja PLN Rayon Batang, SPLN 68

2 : 1986, IEEE std 1366 2003, WCS (World Class Service) & WCC (World Class

(20)

5

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas dapat ditentukan penelitian sebagai

berikut:

1. Menghitung indeks keandalan sistem jaringan distribusi Batang pada

masing masing penyulang.

2. Menganalisis lalu membandingkan tingkat keandalan realisasi dengan

standar keandalan Target Kerja PLN Rayon Batang, SPLN 68 2 : 1986,

IEEE std 1366 2003, WCS (World Class Service) & WCC (World Class

Company).

1.5 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan

masukan bagi P.T. PLN Rayon Batang dalam mengambil kebijakan

strategis untuk mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan.

2. Mengetahui seberapa besar tingkat keandalan pada beberapa penyulang di

(21)

6

1.6 Sistematika Penulisan

Guna memberikan keterangan yang jelas, maka sistematika penulisan dibuat

dalam 5 bab dengan susunan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka, yang mencakup landasan teori yang mendukung

penulisan dari pustaka-pustaka yang telah dipublikasikan.

BAB III Metode penelitian yang mencakup bahan/tempat penelitian, alat yang

digunakan selama penelitian, jalanya penelitian, diagram alir

penelitian dan cara pengolahan data.

BAB IV Hasil dan pembahasan.

(22)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa referensi dari

penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan –

batasan masalah yang berkaitan erat dengan topik yang sedang diambil.

Referensi-referensi ini kemudian akan digunakan untuk mempertimbangkan

permasalahan-permasalahan apa saja yang berhubungan dengan topik yang diambil. Adapun

beberapa referensi nya adalah sebagai berikut:

1. Endra Heri Sulino UGM (2011) melakukan penelitian tentang Evaluasi dan

Studi Keandalan Jaringan Distribusi 4 KV Lex Plant Santan Terminal di

Chevron Indonesia Company, menjelaskan tentang SAIFI, SAIDI dan CAIDI

bahwa ketiga hal tersebut merupakan indeks keandalan yang dapat menentukan

apakah sistem tersebut di nyatakan sesuai harapan atau tidak.

2. Ahmad Fajar Sayidul Yaom UMY (2015) melakukan penelitian tentang

Analisis Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik di P.T. PLN UPJ Rayon

Bumiayu, menjelaskan bahwa hanya dua penyulang yang mempunyai nilai

SAIFI dan SAIDI yang handal. Artinya di setiap Gardu Induk harus dilakukan

analisis guna mengetahui seberapa besar nilai keandalannya, karena hal

(23)

8

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Saluran Transmisi

Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk

mentransmisikan tenaga listrik dari Generator Station/ Pembangkit Listrik

sampai distribution station hingga sampai pada konsumen listrik. Tenaga

listrik ditransmisikan oleh suatu bahan konduktor yang mengalirkan tipe

Saluran Transmisi Listrik.

1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 200kV–500 kV

Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada

pembangkit dengan kapastas 500 kV. Dimana tujuannya adalah agar

drop tegangan dari penampang kawat dapat direduksi secara maksimal,

sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi

terdapat permasalahan mendasar dalam pembangunan saluran udara

tegangan ekstra tinggi (SUTET) ialah konstruksi tiang (tower) yang

besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator

yang banyak, sehingga memerlukan biaya besar. Masalah lain yang

timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang

(24)

9 Gambar 2.1 Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi

2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30 kV - 150 kV

Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30

kV sampai 150 kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau

doble sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat.

Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya diganti oleh tanah

sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar,

maka penghantar pada masing - masing phasa terdiri dari dua atau

empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut

Bundle Conductor. Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak

terjauh yang paling efektif adalah 100 km. Jika jarak transmisi lebih dari

100 km maka tegangan jatuh (drop voltage) terlalu besar, sehingga

tegangan di ujung transmisi menjadi rendah. Untuk mengatasi hal

(25)

10

interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan

dikembangkan di Pulau - pulau besar lainnya di Indonesia.

Gambar 2.2 Saluran Udara Tegangan Tinggi

2.2.2 Sistem Distribusi

Pembangkit listrik umumnya memiliki letak yang jauh dari pusat

beban, terlebih-lebih pembangkit listrik berskala besar, sehingga untuk

menyalurkan tenaga listrik tersebut sampai ke konsumen atau pusat beban

maka tenaga listrik tersebut harus disalurkan. Sistem Jaringan distribusi

dapat dibedakan menjadi 2 sistem jaringan distribusi primer dan sistem

jaringan distribusi sekunder. Kedua sistem tersebut dibedakan berdasarkan

tegangan kerjanya. Pada umumnya tegangan kerja pada sistem jaringan

distribusi primer adalah 20 kV, sedangkan tegangan kerja pada sistem

jaringan distribusi sekunder 380 V atau 220 V. Untuk menyalurkan tenaga

(26)

11 yang tepat. Kriteria pemilihan ini berdasarkan pada beberapa faktor, antara

lain:

1. Faktor ekonomis

2. Faktor Tempat

3. Kelayakan

Pemilihan sistem jaringan harus memenuhi kriteria persyaratan yaitu:

1. Keandalan yang tinggi

2. Kontinuitas pelayanan

3. Biaya investasi yang rendah

4. Fluktuasi frekuensi dan tegangan rendah

2.2.3 Sistem Jaringan Distribusi Primer

Sistem jaringan distribusi primer adalah bagian dari sistem tenaga

listrik diantara Gardu Induk (GI) dan Gardu Distribusi. Jaringan distribusi

primer ini umumnya terdiri dari jaringan tiga phasa, yang jumlahnya tiga

kawat atau empat kawat. Penurunan tegangan sistem ini dari tegangan

transmisi, pertama-tama dilakukan pada gardu induk sub transmisi, dimana

tegangan diturunkan ke tegangan yang lebih rendah mulai sistem tegangan

500 kV ke sistem tegangan 150 kV atau ke tegangan sistem 70 kV,

kemudian pada gardu induk distribusi kembali dilakukan 20 kV.

Pada sistem jaringan distribusi primer saluran yang digunakan untuk

menyalurkan daya listrik pada masing-masing beban disebut penyulang

(27)

12 daerah beban yang dilayani. Hal ini bertujuan untuk memudahkan untuk

mengingat dan menandai jalur-jalur yang dilayani oleh penyulang tersebut.

Sistem penyaluran daya listrik pada sistem jaringan distribusi primer dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 6 – 20 kV

Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel telanjang (tanpa

isolasi) seperti kawat AAAC (All Alumunium Alloy Conductor), ACSR

(AlumuniumConductor Steel Reinforced), dll.

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM) 6 – 20 kV

Jenis penghantar yang dipakai adalah kawat berisolasi seperti

MVTIC (Medium Voltage Twisted Insulated Cable).

Gambar 2.3 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah

3. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 6 – 20 kV

Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel tanam berisolasi

(28)

13 Gambar 2.4 Saluran Kabel Tegangan Menengah

Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang

sama dengan transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam

di dalam tanah. Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM

adalah :

a. Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM.

b. Kesulitan mendapatkan ruang bebas, karena berada di tengah kota dan

pemukiman padat.

c. Pertimbangan segi estetika.

d. Beberapa hal yang perlu diketahui:

e. Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena

harga kabel yang jauh lebih mahal dibanding penghantar udara dan

dalam pelaksanaan pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi

dengan banyak pihak.

f. Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering

(29)

14 g. Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif

sulit dan memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan SUTM.

h. Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM telah terpasang di

wilayah PT. PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.

2.2.4 Sistem Jaringan Distribusi Sekunder

Jaringan distribusi sekunder merupakan bagian dari jaringan

distribusi primer dimana jaringan ini berhubungan langsung dengan

konsumen tenaga listrik. Pada jaringan distribusi sekunder, sistem tegangan

distribusi primer 20 kV diturunkan menjadi sistem tegangan rendah

380/220V. Sistem penyaluran daya listrik pada jaringan distribusi sekunder

dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)

Jenis penghantar yang dipakai adalah kawat berisolasi, seperti

kabel berisolasi seperti kabel LVTC (Low Voltage Twisted Cable).

Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada

tegangan distribusi, yang langsung memasok kebutuhan listrik

tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi

transmisi SUTR saat ini adalah 220/380Volt. Radius operasi jaringan

distribusi tegangan rendah dibatasi oleh:

a. Susut tegangan yang disyaratkan.

b. Susut tegangan yang diijinkan adalah + 5% dan – 10 %, dengan

(30)

15 c. Luas penghantar jaringan.

d. Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.

e. Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain).

2. Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR)

Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang

sama dengan transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di

tanam didalam di dalam tanah. Jika menggunakan SUTR sebenarnya

dari segi jarak aman / ruang bebas (ROW) tidak ada masalah, karena

SUTR menggunakan penghantar berisolasi.

2.2.5 Gardu Induk

Gardu induk di sebut juga gardu unit pusat beban yang merupakan

gabungan dari transformer dan rangkaian switchgear yang tergabung dalam

satu kesatuan melalui sistem kontrol yang saling mendukung untuk

keperluan operasional. Pada dasarnya gardu induk bekerja mengubah

tegangan yang dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik menjadi

tenaga listrik menjadi tegangan tinggi atau tegangan transmisi dan

sebaliknya mengubah tegangan menengah atau tegangan distribusi.

Gardu Induk juga merupakan sub sistem dari sistem penyaluran

(transmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem

penyaluran (transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari

sistem tenaga listrik. Gardu induk merupakan sub – sub sistem dari sistem

(31)

16 induk mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat

dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.

Pengaturan daya ke gardu-gardu induk lainnya melalui tegangan tinggi dan

gardu-gardu induk distribusi melalui feeder tegangan menengah.

Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

saluran transmisi distribusi listrik. Dimana suatu system tenaga yang

dipusatkan pada suatu tempat berisi saluran transmisi dan distribusi

perlengkapan hubung bagi transformator dan peralatan pengaman serta

peralatan control. Fungsi utama dari gardu induk:

1. Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran

transmisi lainnya yang kemudian didistribusikan ke konsumen.

2. Sebagai tempat control.

3. Sebagai pengaman operasi system.

4. Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi

tegangan distribusi.

Dilihat dari segi manfaat dan kegunaan dari gardu induk itu sendiri,

maka peralatan dan komponen dari gardu induk harus memiliki keandalan

yang tinggi serta kualitas yang tidak diragukan lagi, atau dapat dikatakan

harus optimal dalam kinerjanya sehingga masyarakat sebagai konsumen

tidak merasa dirugikan oleh kinerjanya. Oleh karena itu, sesuatu yang

berhubungan dengan rekonstruksi pembangunan gardu induk harus

(32)

17 diperhatikan besarnya beban. Maka perencanaan suatu gardu induk harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Operasi, yaitu dalam segi perawatan dan perbaikan mudah.

2. Fleksibel.

3. Konstruksi sederhana dan Kuat.

4. Memiliki tingkat keandalan dan daya guna yang tinggi.

5. Memiliki tingkat keamanan yang tinggi.

2.2.6 Tipe Jaringan Distribusi Menengah 20 kV

Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20kV)

dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan

hantaran penghubung (Tie Line), Jaringan Lingkaran (Loop), Jaringan

Spindel dan Sistem Gugus atau Kluster.

1. Jaringan Radial

Sistem distribusi jenis Radial adalah sistem distribusi yang

paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa

penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.

(33)

18 Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi

untuk konsumen. Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk

konsumen dipasang. Bisa dalam bangunan beton atau diletakkan diatas

tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih

murah dibanding dengan sistem yang lain. Namun keandalan sistem ini

lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya. Kurangnya keandalan

disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai

gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami

gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam.

2. Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)

Sistem distribusi Tie Line ini digunakan untuk pelanggan

penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lain

lain). Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan

tambahan Automatic Change Over Switch / Automatic Transfer Switch,

setiap penyulang terkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut

sehingga bila salah satu penyulang mengalami gangguan maka pasokan

listrik akan di pindah ke penyulang lain.

(34)

19 3. Jaringan Loop

Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop)

ini dimungkinkan pemasokan nya dari beberapa gardu induk, sehingga

dengan demikian kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta kualitas

dayanya menjadi lebih baik, karena drop tegangan dan rugi daya pada

saluran menjadi lebih kecil.

Gambar 2.7 Jaringan Loop 4. Jaringan Spindel

Sistem Spindel seperti pada Gambar di bawah ini adalah suatu

pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari

beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu

Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).

Pada sebuah spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan

sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui

gardu hubung. Pola Spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan

menengah (JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah

(35)

20 Gambar 2.8 Jaringan Spindel

Namun pada pengoperasiannya, sistem Spindel berfungsi

sebagai sistem Radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari

gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan tegangan

kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau tegangan

menengah (TM).

5. Jaringan Gugus

Konfigurasi Gugus banyak digunakan untuk kota besar yang

mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam sistem ini terdapat

Saklar Pemutus Beban, dan penyulang cadangan. Dimana penyulang

cadangan ini berfungsi bila ada gangguan yang terjadi pada salah satu

penyulang konsumen maka penyulang cadangan inilah yang

(36)

21 Gambar 2.9 Jaringan Kluster

Dimana penyulang ini berfungsi bila ada gangguan yang terjadi pada

salah satu penyulang konsumen maka penyulang cadangan inilah yang

menggantikan fungsi suplai ke konsumen.

2.2.7 Gangguan Pada Sistem Distribusi

Gangguan pada sistem distribusi adalah terganggunya system tenaga

listrik yang menyebabkan bekerjanya rele pengaman penyulang bekerja

untuk membuka circuit breaker di gardu induk yang menyebabkan

terputusnya suplai tenaga listrik.Hal ini untuk mengamankan peralatan yang

dilalui arus gangguan tersebut untuk dari kerusakan. Sehingga fungsi dari

peralatan pengaman adalah untuk mencegah kerusakan peralatan dan tidak

meniadakan gangguan.

Gangguan pada jaringan distribusi lebih banyak terjadi padas aluran

distribusi yang dibentangkan di udara bebas (SUTM) yang umumnya tidak

(37)

22 tanah (SKTM) dengan menggunakan isolasi pembungkus Sumber

gangguan pada jaringan distribusi dapat berasaldari dalam sistem maupun

dari luar sistem distribusi.

1. Gangguan dari dalam sistem antara lain :

a. Tegangan lebih atau arus lebih

b. Pemasangan yang kurang tepat

c. Usia peralatan atau komponen

2. Gangguan dari luar sistem antara lain :

a. Dahan/ranting pohon yang mengenai SUTM

b. Sambaran petir

c. Hujan atau cuaca

d. Kerusakan pada peralatan

e. Gangguan binatang

Berdasarkan sifatnya gangguan sistem distribusi dibagi menjadi dua,

yaitu:

1. Gangguan Temporer

Gangguan yang bersifat sementara karena dapat hilang dengan

sendirinya dengan cara memutuskan bagian yang terganggu sesaat,

kemudian menutup balik kembali, baiksecara otomatis (autorecloser)

maupun secara manual olehoperator. Bila gangguan tidak dapat

dihilangkan dengan sendirinya atau dengan bekerjanya alat pengaman

(38)

23 pemutusan tetap.Bila gangguan sementara terjadi terjadi

berulang-ulang.

2. Gangguan permanen

Gangguan bersifat tetap, sehingga untuk membebaskanya perlu

tindakan perbaikan atau penghilangan penyebab gangguan. Hal ini

ditandai dengan jatuhnya (trip) kembali pemutus daya setelah operator

memasukkan sistem kembali setelah terjadi gangguan. Untuk

mengatasi gangguan- gangguan sebuah peralatan harus dilengkapi

dengan system pengaman relay, dimana sistem pengaman ini

diharapkan dapat mendeteksi adanya gangguan sesuai dengan fungsi

dan daerah pengamannya.

2.2.8 Keandalan Sistem Distribusi

Keandalan merupakan tingkat keberhasilan kinerja suatu sistem atau

bagian dari sistem, untuk dapat memberikan hasil yang lebih baik pada

periode waktu dan dalam kondisi operasi tertentu. Untuk dapat menentukan

tingkat keandalan dari suatu sistem, harus diadakan pemeriksaan dengan

cara melalui perhitungan maupun analisis terhadap tingkat keberhasilan

kinerja atau operasi dari sistem yang ditinjau, pada periode tertentu

kemudian membandingkannya dengan standar yang ditetapkan sebelumnya.

Keandalan sistem distribusi erat kaitannya dengan masalah pemutusan

beban yang merupakan akibat adanya gangguan pada sistem. Keandalan

(39)

24 sistem. Semakin tinggi frekuensi pemutusan beban pada sistem, maka

keandalan sistem semakin berkurang, begitu juga sebaliknya. Untuk dapat

mengetahui dari mutu pelayanan tersebut, maka kita perlu mengetahui

keandalan dari sistem tersebut dalam menanggapi atau melayani konsumen.

Pengertian keandalan itu sendiri menurut sudut pandang kelistrikan adalah

kemungkinan dari suatu atau kumpulan benda akan memuaskan kerja pada

keadaan tertentu dan periode waktu yang telah ditentukan.

Untuk mengetahui keandalan dari suatu distribusi diantaranya dapat

dilakukan dengan menghitung rata-rata durasi frekuensi gangguan

(interruptions) yang sering terjadi pada beban (customer) atau sering kita

sebut dengan perhitungan SAIDI – SAIFI. Tentu saja sistem dengan tingkat

keandalan yang rendah bisa merugikan pihak konsumen dan pihak produsen

juga, apalagi pelanggan dengan konsumsi daya yang tinggi untuk produksi,

padamnya sistem bisa berpengaruh pada proses produksi.

2.2.9 Laju Kegagalan (λ)

Laju kegagalan adalah banyaknya kegagalan operasi yang terjadi pada

suatu alat dalam suatu periode tertentu. Bila dimisalkan (f) adalah jumlah

kegagalan selama selang waktu percobaan dan total waktu percobaannya adalah

(T), maka laju kegagalannya adalah:

(40)

25 Dimana:

λ = Angka kegagalan.

F = Jumlah kegagalan selama selang waktu percobaan.

T = Jumlah lamanya selang waktu.

2.2.10 SAIFI (System Average Interruption Index)

SAIFI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian

frekuensi padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang

dilayani. Dengan indeks ini gambaran mengenai frekuensi kegagalan rata-rata yang

terjadi pada bagian-bagian dari sistem bisa dievaluasi sehingga dapat

dikelompokkan sesuai dengan tingkat keandalannya. Satuannya adalah

pemadaman per pelanggan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

SAIFI =Jumlah dari Perkalian Frekuensi Angka Kegagalan dan Pelanggan PadamJumlah Pelanggan

����� =��. ����

Dimana:

� = Angka kegagalan rata-rata / frekuensi padam.

i = Jumlah konsumen yang terganggu pada beban.

�t = Jumlah konsumen yang dilayani.

2.2.11 SAIDI (System Average Duration Index)

SAIDI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian

(41)

26 Dengan indeks ini, gambaran mengenai lama pemadaman rata-rata yang

diakibatkan oleh gangguan pada bagian-bagian dari sistem dapat dievaluasi. Secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

SAIDI =Jumlah dari Perkalian Jam Pemadaman dan Pelanggan PadamJumlah Pelanggan

����� = �. ����

Dimana:

U = Durasi gangguan.

i = Jumlah konsumen yang terganggu pada beban.

�t = Jumlah konsumen yang dilayani.

Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan

dalam suatu besaran probabilitas. Sejumlah indeks telah dikembangkan untuk

menyediakan suatu kerangka untuk mengevaluasi keandalan jaringan sistem

distribusi.

2.2.12 CAIDI (Customer Average Duration Index)

Indeks ini memberikan informasi lama waktu (durasi) rata – rata setiap

pemadaman. Indeks ini dirumuskan dengan:

CAIDI =Jumlah Dusari Gangguan PelangganJumlah Interupsi Pelanggan =∑ ����∑ ����

Indeks ini juga sama dengan perbandingan antara SAIDI dengan SAIFI, yaitu:

(42)

27 Dimana:

U = Durasi gangguan

�� = Jumlah konsumen yang terganggu pada beban �

�� = Angka kegagalan rata-rata / frekuensi padam

Besarnya nilai CAIDI ini dapat digambarkan sebagai besar durasi

pemadaman (r) sistem distribusi keseluruhan ditinjau dari sisi pelanggan. Indeks

keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan dalam suatu

besaran probabilitas. Sejumlah indeks telah dikembangkan untuk menyediakan

suatu kerangka untuk mengevaluasi keandalan jaringan sistem distribusi.

2.2.13 ASAI (Average System Avaibility Index)

ASAI merupakan suatu indeks yang menyatakan kemampuan suatu sistem

untuk menyediakan/menyuplai suatu sistem dalam jangka waktu 1 tahun.

���� =∑ ���∑ �� � − ∑ �� ��

ASAI dapat juga dihitung dengan persamaan:

���� = − �����

Pada umumnya ASAI dinyatakan dalam persentase.

2.2.14 ASUI (Average System Unavaibility Index)

ASUI merupakan indeks yang menyatakan ketidakmampuan suatu sistem

untuk menyediakan/menyuplai suatu sistem. Persamaan ASUI:

(43)

28 2.2.15 Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN)

SPLN adalah standar perusahaan PT PLN (Persero) yang ditetapkan

Direksi bersifat wajib. Dapat berupa peraturan, pedoman, instruksi, cara pengujian

dan spesifikasi teknik. Sejak tahun 1976 sudah lebih dari 264 buah standar berhasil

dirampungkan. 61 standar bidang pembangkitan, 71 standar bidang transmisi, 99

standar bidang distribusi dan 33 standar bidang umum.

Standar ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan menetapkan tingkat keandalan

sistem distribusi tenaga listrik. Tujuannya ialah untuk memberikan pegangan yang

terarah dalam menilai penampilan dan menentukan tingkat keandalan dari sistem

distribusi dan juga sebagai tolak ukur terhadap kemajuan atau menentukan

proyeksi yang akan dicapai PLN

2.2.16 Standar Nilai Indeks Keandalan SAIFI dan SAIDI

Target kerja PLN Rayon Batang 2015

Tabel 2.1 Target kinerja Rayon Batang 2015

Indikator Kerja

Standar

Nilai Satuan

SAIFI 13.88 kali/pelanggan/tahun

SAIDI 16.33 jam/pelanggan/tahun

Standar Nilai Indeks Keandalan SPLN 68 – 2 : 1986

(44)

29 Standar Nilai Indeks Keandalan IEEE std 1366 – 2003

Tabel 2.3 Standar Indeks Keandalan IEEE std 1366 – 2003

Indikator Kerja

Standar

Nilai Satuan

SAIFI 1.45 kali/pelanggan/tahun SAIDI 2.30 jam/pelanggan/tahun

CAIDI 1.47 Jam/Gangguan

ASAI 99.92 Persen

Standar Nilai Indeks Keandalan WCS (World Class Service) &

WCC (World Class Company)

Tabel 2.4 Standar Indeks Keandalan WCS (World Class Service)

Indikator Kerja

Standar

Nilai Satuan

SAIFI 3 kali/pelanggan/tahun

SAIDI 1.666 jam/pelanggan/tahun

2.2.17 Daftar Penyulang di Gardu Induk Batang

Tabel 2.5 Daftar Penyulang di GI Batang

No Nama Penyulang

(45)

30 2.2.18 Aset Penyulang di Gardu Induk Batang

Data ini meliputi jenis penghantar yang digunakan oleh setiap penyulang

dan panjang penghantar setiap penyulang dalam satuan kms (kilometer sirkuit).

Tabel 2.6 Data Aset penyulang di GI Batang

(46)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian Tugas Akhir

Alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas

perangkat keras dan perangkat lunak, yaitu sebagai berikut:

1. Perangkat Keras (Hardware)

Perangkat keras yang digunakan adalah 1 (satu) unit komputer (laptop)

yang telah dilengkapi dengan peralatan printer.

2. Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak yang digunakan adalah Perangkat lunak sistem yaitu

Microsoft Office 2013.

3.2 Lokasi Penelitian Tugas Akhir

Adapun lokasi yang dipilih sebagai lokasi dalam penelitian dilaksanakan di

PT. PLN (Persero) Batang Gardu Induk 150/20 kV Batang yang berlokasi di Jalan

Raya Kandeman, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Sedangkan untuk pengambilan data-data yang berkaitan dengan distribusi

secara keseluruhan yang bertanggung jawab adalah Kantor PLN Area Pekalongan,

(47)

32

3.3 Langkah-langkah Penelitian Tugas Akhir

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas maka di bawah ini diberikan

penjelasan yang lebih menyeluruh dari setiap langkah-langkah penelitian tugas

akhir:

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan adalah tahap awal dalam metodologi penulisan.

Pada tahap ini dilakukan studi dan pengamatan di lapangan secara langsung

untuk melakukan pengumpulan data di PT. PLN Area Pekalongan dan Gardu

Induk 150/20 kV Batang yang berkaitan dengan sistem distribusi 20 kV.

2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Setelah studi pendahuluan, permasalahan pada area sistem distribusi

listrik Gardu Induk Batang dapat diidentifikasi. Kemudian penyebab dari

permasalahan dapat ditelusuri. Dalam menelusuri akar penyebab

permasalahan, dilakukan melalui pengumpulan data mengenai sistem distribusi

tenaga listrik.

Dalam tugas akhir ini, permasalahan yang diangkat menjadi topik

adalah Analisis Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik di Gardu Induk

Batang khususnya pada setiap penyulang (feeder) 20 kV di Gardu Induk

Batang.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan referensi-referensi yang

berkaitan dengan penelitian untuk mencari informasi-informasi tentang teori

(48)

33 distribusi tenaga listrik, komponen pada gardu induk, keandalan sistem

distribusi tenaga listrik 20 kV, standar nilai indeks keandalan, metode, dan

konsep yang relevan dengan permasalahan. Sehingga dengan

informasi-informasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam penyelesaian

permasalahan.

4. Pengumpulan Data

Jenis data pada penelitian ini ada 2 (dua) macam, yaitu data primer dan

data sekunder.

a. Data Primer

Data yang diperoleh dari hasil studi dan pengamatan langsung

terhadap objek penelitian. Salah satu metode yang digunakan untuk

mendapatkan data primer adalah wawancara (interview) pada saat berada

lapangan. Berikut ini data primer yang diperlukan pada penelitian tugas

akhir:

1) Jumlah trafo daya dan kapasitas daya setiap trafo pada Gardu Induk

150/20 kV Batang.

2) Jumlah penyulang (feeder) 20 kV pada Gardu Induk 150 kV Batang.

b. Data Sekunder

1) Dokumentasi

Pengambilan data dilakukan secara langsung di PT. PLN Area

Pekalongan tujuan dari pengambilan data ini adalah untuk

memperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian tugas akhir

(49)

34 kV di masing-masing penyulang (feeder) 20 kV pada Gardu Induk

Pekalongan. Berikut ini data-data yang diperlukan sebagai

dokumentasi:

a) Jumlah pelanggan yang disuplai oleh Gardu Induk 150/20 kV

Batang.

b) Data setiap penyulang (feeder) 20 kV Gardu Induk 150/20 kV

Batang, meliputi :

 Panjang setiap penyulang (feeder) 20 kV (SKTM &

SUTM).

Single line diagram per penyulang.

 Daya Beban per penyulang.

 Jumlah trafo distribusi setiap penyulang.

 Data jumlah pelanggan per penyulang.

 Sistem jaringan yang digunakan

c) Data gangguan penyulang selama satu tahun, meliputi :  Penyulang yang mengalami gangguan.

 Lama Padam

 Jumlah Pelanggan dari masing – masing penyulang.

5. Analisis Data

Berdasarkan dari data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, akan

dilakukan analisis untuk memperoleh nilai SAIDI, SAIFI, CAIDI, ASAI dan

ASUI untuk mengetahui seberapa besar tingkat keandalan realisasi sistem

(50)

35 150/20 kV Batang dan membandingkan dengan standar nilai indeks keandalan

yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini. Standar nilai indeks nilai

keandalan yang digunakan adalah IEEE std 1936-2003, standar world-class

company (WCC) dan world class service (WCS), SPLN 68 - 2 : 1986 dan target

P.T PLN Rayon Batang, tahun 2015.

6. Penulisan Tugas Akhir

Setelah selesai melakukan pengolahan data dan analisis data maka

langkah berikutnya adalah menyusun tugas akhir sesuai dengan peraturan yang

baku.

3.4 Jadwal Penelitian Tugas Akhir

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tugas Akhir

(51)

36

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Jumlah Pelanggan pada setiap Penyulang di Gardu Induk Batang

Data jumlah pelanggan dari masing – masing penyulang di gardu Induk

Batang berjumlah 153.143 pelanggan.

Tabel 4.1 Data pelanggan pada setiap penyulang di GI Batang tahun 2015

No Penyulang Jumlah Pelanggan

1 BTG01 20951

2 BTG02 28953

3 BTG03 6457

4 BTG04 1

5 BTG06 27015

6 BTG07 20220

7 BTG08 1

8 BTG09 24794

9 BTG10 24751

Total 153143

4.2 Gangguan Penyulang Gardu Induk Tambun Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.2 yang menunjukan data trip trafo selama tahun 2015,

meliputi data waktu pemadaman dan waktu masuk kembali pada masing – masing

feeder atau penyulang. Dusari lama padam dan frekuensi di setiap penyulang dapat

(52)

37 dalam satuan menit dari berapa lama waktu pemadaman, sedangkan frekuensi

padam didapat dari perhitungan berapa kali trip atau padam pada masing – masing

penyulang setiap bulannya dan di total dalam satu tahun.

Tabel 4.2 Data gangguan penyulang di GI Batang tahun 2015

(53)
(54)

39 Berdasarkan tabel 4.3 frekuensi gangguan setiap penyulang di GI Batang

akan dikelompokkan dengan penyulang yang mengalami gangguan, guna untuk

memudahkan dalam pengamatan dan perhitungan.

Tabel 4.3 Frekuensi gangguan penyulang di GI Batang

(55)

40

6 BTG06 3-May-15 12:56 13:32 36

7 BTG06 4-Jun-15 9:43 10:14 31

8 BTG06 19-Jun-15 4:00 4:56 56

9 BTG06 20-Jul-15 13:48 15:53 125

10 BTG06 10-Sep-15 9:08 12:22 194

11 BTG06 12-Dec-15 10:52 11:23 31

12 BTG06 15-Dec-15 0:04 7:52 468

1 BTG07 11-Jan-15 18:25 19:55 90

2 BTG07 4-Mar-15 19:01 20:47 106

3 BTG07 20-Mar-15 14:35 15:44 69

4 BTG07 15-Apr-15 10:25 11:02 37

5 BTG07 5-May-15 8:49 9:23 34

6 BTG07 4-Sep-15 5:24 6:53 89

7 BTG07 7-Oct-15 11:59 13:26 87

8 BTG07 10-Oct-15 1:36 1:55 19

1 BTG08 4-Mar-15 19:01 20:50 109

2 BTG08 30-Nov-15 22:09 23:07 58

1 BTG09 21-Feb-15 4:08 5:13 65

2 BTG09 20-Nov-15 22:17 0:54 157

(56)

41

(57)

42

4.3 Perhitungan SAIFI pada setiap Penyulang

Berdasarkan Tabel 4.4 data frekuensi gangguan setiap penyulang di Gardu

Induk Batang digunakan untuk memudahkan pengamatan dan perhitungan. Nilai

SAIFI didapatkan dari frekuensi gangguan, jumlah pelanggan yang mengalami

gangguan dan jumlah total dari semua pelanggan.

Tabel 4.4 Ringkasan frekuensi gangguan penyulang di GI Batang

No Penyulang Frekuensi

Gangguan Pelanggan

1 BTG01 8 20951

2 BTG02 6 28953

3 BTG03 5 6457

4 BTG04 2 1

5 BTG06 12 27015

6 BTG07 8 20220

7 BTG08 2 1

8 BTG09 2 24794

9 BTG10 1 24751

Total Pelanggan 153143

Nilai SAIFI dari masing

– masing penyulang dapat menggunakan rumus

perhitungan sebagai berikut:

SAIFI =Jumlah dari Perkalian Frekuensi Angka Kegagalan dan Pelanggan PadamJumlah Pelanggan

(58)

43 Dimana:

� = Angka kegagalan rata-rata / frekuensi padam.

i = Jumlah konsumen yang terganggu pada beban.

�t = Jumlah konsumen yang dilayani.

1. BTG01

SAIFI = ∗ = 1.094

2. BTG02

SAIFI = ∗ = 1.134

3. BTG03

SAIFI = ∗ = 0.210

4. BTG04

SAIFI = ∗ = 1.305

5. BTG06

SAIFI = ∗ = 2.116

6. BTG07

SAIFI = ∗ = 1.056

7. BTG08

SAIFI = ∗ = 1.305

8. BTG09

(59)

44 9. BTG10

SAIFI = ∗ = 0.161

Tabel 4.5 Nilai SAIFI pada setiap penyulang di GI Batang

No Penyulang Nilai SAIFI

(kali/pelanggan/tahun)

4.4 Analisis Nilai SAIFI

Berdasarkan tabel 4.5 kinerja sistem di Gadu Induk Batang dikategorikan

handal karena nilainya tidak melebihi batas maksimal yang ditentukan oleh PLN

Rayon Batang yaitu 13.88 kali/pelanggan/tahun. Setiap penyulang di Gardu Induk

Batang dapat dikatakan handal karena nilainya tidak melebihi dari batas maksimum

yang ditentukan oleh PLN yaitu 3.2 kali/pelanggan/tahun. Berdasarkan nilai indeks

keandalan IEEE std 1366 – 2003 sebesar 1.45 kali/pelanggan/tahun hanya

penyulang BTG06 (2.116 kali/pelanggan/tahun) yang dikategorikan kurang handal

karena nilainya melebihi batas maksimal yang ditentukan oleh IEEE. Menurut nilai

(60)

45 sebesar 3 kali/pelanggan/tahun. Kinerja sistem di Gardu Induk Batang

dikategorikan kurang handal, karena nilainya melebihi dari yang sudah ditentukan.

4.5 Perhitungan SAIDI pada setiap Penyulang

Berdasarkan tabel 4.6 data durasi gangguan setiap penyulang pada tahun

2015 yang telah di konfersi dari satuan menit ke satuan jam guna untuk

memudahkan pengataman dan perhitungan SAIDI.

Tabel 4.6 Durasi Gangguan Penyulang Tahun 2015

No. Nama

SAIDI =Jumlah dari Perkalian Jam Pemadaman dan Pelanggan PadamJumlah Pelanggan

(61)

46 Dimana:

U = Durasi gangguan.

i = Jumlah konsumen yang terganggu pada beban.

�t = Jumlah konsumen yang dilayani.

1. BTG01

SAIDI = . ∗ = 1.796

2. BTG02

SAIDI = . ∗ = 0.932

3. BTG03

SAIDI = . ∗ = 0.328

4. BTG04

SAIDI = . ∗ = 1.051

5. BTG06

SAIDI = ∗ = 3.351

6. BTG07

SAIDI = . ∗ = 1.168

7. BTG08

SAIDI = . ∗ = 1.815

8. BTG09

(62)

47 9. BTG10

SAIDI = . ∗ = 0.206

Tabel 4.7 Nilai SAIDI pada setiap penyulang di GI Batang

No Penyulang Nilai SAIDI

(jam/pelanggan/tahun)

4.6 Analisis Nilai SAIDI

Berdasarkan tabel 4.7 kinerja sistem di Gardu Induk Batang dikategorikan

handal karena nilainya tidak melebihi batas maksimal yang ditentukan oleh PLN

Rayon Batang yaitu 16.33 jam/pelanggan/tahun. Setiap penyulang di Gardu Induk

Batang dikategorikan handal karena nilainya tidak melebihi dari batas maksimum

yang ditentukan oleh PLN yaitu 21.09 jam/pelanggan/tahun. Berdasarkan nilai

indeks keandalan IEEE std 1366 – 2003 sebesar 2.30 kali/pelanggan/tahun hanya

penyulang BTG06 yang dikategorikan kurang handal karena nilainya melebihi

batas maksimal yang ditentukan oleh IEEE. Menurut nilai indeks keandalan WCS

(63)

48 jam/pelanggan/tahun. Kinerja sistem di Gardu Induk Batang dikategorikan kurang

handal, karena nilainya melebihi dari yang sudah ditentukan.

4.7 Perhitungan CAIDI pada setiap penyulang

Berdasarkan Tabel 4.8 data nilai SAIFI dan SAIDI pada setiap penyulang

digunakan untuk memudahkan dalam pengamatan dan perhitungan CAIDI.

Tabel 4.8 Nilai SAIFI dan SAIDI pada setiap Penyulang

No Penyulang Nilai SAIFI

(kali/pelanggan/tahun)

Nilai CAIDI dari masing – masing penyulang dapat menggunakan rumus

perhitungan sebagai berikut:

CAIDI =Jumlah Dusari Gangguan Pelanggan Jumlah Interupsi Pelanggan =

(64)

49

�� = Jumlah konsumen yang terganggu pada beban �

(65)

50

Tabel 4.9 Nilai CAIDI pada setiap penyulang di GI Batang

No Penyulang Nilai CAIDI

(jam/gangguan)

4.8 Analisis Nilai CAIDI

Berdasarkan nilai indeks keandalan IEEE std 1366 – 2003 sebesar 1.47

jam/gangguan. Penyulang BTG01, BTG03, BTG06 dan BTG09 dapat

dikategorikan kurang handal karena nilainya melebihi batas maksimal yang telah di

(66)

51

4.9 Perhitungan dan Analisis ASAI dan ASUI di Gardu Induk Batang

Berdasarkan tabel 4.10 data nilai SAIDI pada setiap penyulang digunakan

untuk memudahkan dalam pengamatan dan perhitungan ASAI.

Tabel 4.10 Nilai SAIDI pada setiap penyulang

No Penyulang Nilai SAIDI

(jam/pelanggan/tahun)

1 BTG01 1.796

2 BTG02 0.932

3 BTG03 0.328

4 BTG04 1.051

5 BTG06 3.351

6 BTG07 1.168

7 BTG08 1.815

8 BTG09 0.599

9 BTG10 0.206

Nilai ASAI dari masing – masing penyulang dapat menggunakan rumus

perhitungan sebagai berikut:

ASAI = −����� = . . . %

ASUI = 1 − ASAI

Keterangan : 8760 adalah jumlah jam dalam satu tahun.

(67)

52 1. BTG01

ASAI = − . = 0.9997 x 100% = 99.97%

2. BTG02

ASAI = − . = 0.9998 x 100% = 99.98%

3. BTG03

ASAI = − . = 0.9999 x 100% = 99.99%

4. BTG04

ASAI = − . = 0.9999 x 100% = 99.99%

5. BTG06

ASAI = − . = 0.9996 x 100% = 99.96%

6. BTG07

ASAI = − . = 0.9998 x 100% = 99.98%

7. BTG08

ASAI = − . = 0.9999 x 100% = 99.99%

8. BTG09

ASAI = − . = 0.9999 x 100% = 99.99%

9. BTG10

(68)

53 Tabel 4.11 Nilai ASAI pada setiap Penyulang

No Nilai ASAI Nilai ASUI

1 99.97% 0.000205054

2 99.98% 0.000106399

3 99.99% 0.000037446

4 99.99% 0.000000001

5 99.96% 0.000382611

6 99.98% 0.00013339

7 99.99% 0.000000002

8 99.99% 0.000068383

9 99.99% 0.999976384

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, indeks nilai ASAI dalam hal

ketersediaan layanan sistem selama satu tahun pada setiap penyulang di Gardu

Induk Batang sudah memenuhi standar nilai IEEE 1366 – 2003 yaitu lebih dari

99.92 %.

4.10Analisis SAIFI dan SAIDI di Gardu Induk Batang

Berdasarkan indeks keandalan PLN Rayon Batang penyulang di Gardu

Induk Batang dikategorikan handal karena nilai total SAIFI dan total SAIDI tidak

melebihi batas maksimum yang sudah di tentukan. Menurut indeks keandalan

SPLN 68 – 2 : 1986 setiap penyulang dikategorikan handal karena tidak melebihi

batas maksimum yang sudah ditentukan. Berdasarkan indeks IEEE std 1366 – 2003

(69)

54 SAIDI melebihi dari batas maksimum yang telah ditentukan. Menurut nilai indeks

keandalan WCS (World Class Service) & WCC (World Class Company) kinerja

sistem di GI Batang dikategorikan kurang handal, karena melebihi batas yang

ditentukan oleh WCS dan WCC. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Tabel 4.12 Penyulang yang dikategorikan handal dan kurang handal

No Penyulang Nilai

 = Memenuhi standar yang ditentukan.

 = Tidak memenuhi standar yang ditentukan.

- = Tidak ada.

kpt = kali/pelanggan/tahun

(70)

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari perhitungan dan analisis, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil perhitungan nilai SAIFI dan SAIDI, kinerja sistem di

Gardu Induk Batang telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh

PLN Rayon Batang yaitu dengan nilai SAIFI 13.88l kali/pelanggan/tahun

dan SAIDI 16.33 jam/pelanggan/tahun

2. Berdasarkan hasil perhitungan nilai SAIFI dan SAIDI, setiap penyulang di

Gardu Induk Batang telah memenuhi standar SPLN 68 – 2 : 1986 yaitu

dengan SAIFI 3.2 kali/pelanggan/tahun dan SAIDI 21.09

jam/pelanggan/tahun.

3. Berdasarkan perhitungan nilai SAIFI dan SAIDI pada setiap penyulang di

Gardu Induk Batang, hanya penyulang BTG06 (2.116 kali/pelanggan/tahun,

3.351 jam/pelanggan/tahun) dikategorikan kurang handal karena tidak

memenuhi standar IEEE std 1366 – 2003 yaitu dengan SAIFI 1.45

kali/pelanggan/tahun dan SAIDI 2.30 jam/pelanggan/tahun.

4. Berdasarkan perhitungan nilai CAIDI pada setiap penyulang di Garu Induk

Batang, penyulang BTG01, BTG03, BTG06 dan BTG09 (1.641

jam/gangguan, 1.556 jam/gangguan, 1.583 jam/gangguan, 1.85

jam/gangguan) dikategorikan kurang handal karena tidak memenuhi standar

(71)

56 5. Berdasarkan perhitungan nilai SAIFI dan SAIDI, kinerja sistem di Gardu

Induk Batang dikategorikan kurang handal karena nilai SAIFI dan SAIDI

tidak memenuhi WCS (World Class Service) & WCC (World Class

Company) yaitu dengan nilai SAIFI 3 kali/pelanggan/tahun dan SAIDI

1.666 jam/pelanggan/tahun.

6. Berdasarkan perhitungan nilai ASAI, semua penyulang yang ada di Gardu

Induk Batang dapat dikategorikan handal karena nilai ASAI sudah

memenuhi standar IEEE std 1366 – 2003 yaitu 99.92%.

5.2 Saran

1. Standar indeks SPLN 68 – 2 : 1986 tentang nilai keandalan SAIFI perlu

dikaji kembali mengingat pertumbuhan beban yang semakin meningkat

setiap tahunnya dan terus bertambah kerapatan beban, agar pada penelitian

selanjutnya lebih efektif.

2. Penyulang yang dikategorikan kurang handal (BTG06) atau melebihi angka

maksimal yang sudah ditentukan, perlu dilakukan pemeliharaan, perawatan

dan pengecekan secara berkala pada area yang di mungkinkan sering

terjandinya gangguan eksternal (binatang, pepohonan, dll) guna

memperkecil gangguan dan dapat memenuhi target kerja yang sudah

ditentukan.

3. Penyulang BTG06 perlu adanya pemasangan pengaman pada tempat yang

dimungkinkan sering terjadinya gangguan eksternal, seperti perkotaan dan

(72)

ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV

DI GARDU INDUK BATANG

HALAMAN JUDUL

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk mencapai Derajad Strata-1 Pada Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

M. NASHIRUL HAQ

20120120054

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

(73)

NO TGL GI PENYU

Sambungan kabel SKTM rusak di B4-56 (beban

dilimpah ke BTG03) 51 BTG

POHON ROBOH MENGENAI JARINGAN DI

B210/235/1 41a BTG

22 2-May-15 Batang BTG01 11:39 12:31 52 11 20.4 310.929 269.47 OCR GFR >> ULAR Mengenai Jaringan 41b BTG

23 3-May-15 Batang BTG06 12:56 13:32 36 115 20.1 3202.81 1921.69 OCR GFR Isolator Pecah Fasa S 45 BTG

24 5-May-15 Batang BTG07 8:49 9:23 34 171 20.3 4809.83 2725.57 OCR GFR >> High

Set 2

TALANG TERBANG MENGENAI JARINGAN DI

B4-19 41d BTG

25 27-May-15 Batang BTG02 16:52 17:26 34 85 20.6 2426.19 1374.84 OCR Ø S,T >> BURUNG DARA 41b BTG

(74)

27 16-Jun-15 Batang BTG03 21:54 22:41 47 0 0.00 - Tikus mengenai jaringan di B3-75/2 41b BTG

28 19-Jun-15 Batang BTG06 4:00 4:56 56 0 0.00 OCR GFR inst Isolator gosong di B6-81 45 BTG

29 20-Jul-15 Batang BTG06 13:48 15:53 125 112 20.6 3196.86 6660.12 Tidak Termonitor Isolator flashover di B6-11 (SEBAGIAN

DILIMPAHKAN KE BTG09 PKL 14:06) 45 BTG

30 2-Sep-15 Batang BTG04 0:07 1:02 55 267 20.0 7399.1 6782.51 Phs C Kabel power BTG04 breakdown 51 BTG

LEBAT DISERTAI ANGIN KENCANG 82 BTG

39 20-Nov-15 Batang BTG09 22:17 0:54 157 131 20.4 3702.88 9689.20 OCR GFR Ø S,T TRAFO TERGANGGU DI B-187 50 KVA, HUJAN

LEBAT DISERTAI ANGIN KENCANG 82 BTG

40 30-Nov-15 Batang BTG01 22:10 0:26 136 120 20.6 3425.2 7763.79 Tidak Termonitor TIDAK DITEMUKAN (BEBAN DILIMPAHKAN KE BTG01 PKL22:48) 82 BTG

41 30-Nov-15 Batang BTG08 22:09 23:07 58 131 20.6 3739.18 3614.54 Tidak Termonitor TIDAK DITEMUKANM (CUACA HUJAN DERAS DISERTAI PETIR) 82 BTG

42 12-Dec-15 Batang BTG02 4:16 6:46 150 88 20.5 2499.62 6249.06 OCR GFR Ø S,T

>> ISOLATOR FLASHOVER DI B-210/30 45 BTG

43 12-Dec-15 Batang BTG06 10:52 11:23 31 139 20.5 3948.27 2039.94 OCR GFR Ø T >> BURUNG PADA BUSHING RECLOSER DI B6-39 41b BTG

44 13-Dec-15 Batang BTG01 4:41 5:59 78 104 20.3 2925.28 3802.86 OCR GFR >> Konduktor Putus Tertabrak Truk 41d BTG

45 15-Dec-15 Batang BTG06 0:04 7:52 468 123 20.6 3510.83 27384.50 OCR GFR >> ISOLATOR GUMPIL DIPOLE B6-25 (PUKUL 01:52

WIB BEBAN DILIMPAHKAN KE BTG09) 45 BTG

(75)

KLASIFIKASI KODE PENYEBAB

KOMPONEN 41d-3 FCO PUTUS TIDAK DIKETAHUI PENYEBABNYA 4

44b JUMPER SUTM RUSAK 2

56 SYMPATHETIC TRIPPING -

38 KERUSAKAN PADA TIANG KECUALI ( ISOLATOR & PENGHANTAR ) -

JUMLAH 16

LAYANG-LAYANG 41d LAYANG-LAYANG ( BALIHO DLL ) 29

RELE KERJA KODE

Tidak Termonitor 1

Gambar

Gambar 2.1 Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
Gambar 2.2 Saluran Udara Tegangan Tinggi
Gambar 2.3 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah
Gambar 2.4 Saluran Kabel Tegangan Menengah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan distribusi sangat mempengaruhi keandalan suatu sistem distribusi Karena jaringan distribusi yang panjang akan membuat kemungkinan terjadi gangguan pemadaman semakin

Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan nilai indeks keandalan dengan metode section technique untuk jaringan distribusi penyulang BRG-2.. Penyulang BRG-2 merupakan

Penjumlahan U tiap komponen sisten distribusi pada load point yang ditinjau akan menghasilkan U pada load point ( U _LP ). Hasil perhitungan nilai r sistem dan U

Untuk standar internasional yang digunakan yaitu IEEE std 1366-2003 yang memiliki standar nilai SAIFI yaitu 1,45 kali/pelanggan/tahun, penyulang Gardu Induk Gejayan

Setelah didapatkan hasil analisa tingkat keandalan jaringan distribusi pada Gardu Induk Bangkinang sesuai Tabel 4.9 diatas, maka kemudian dilakukan perbandingan

 SAIDI ( System Average Interruption Duration Index ) menginformasikan tentang durasi pemadaman rata-rata untuk tiap konsumen dalam kurun waktu setahun pada suatu area

Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi sistem distribusi pada penyulang, sistem kelistrikan pada penyulang Pangkalbalam, nilai keandalan SAIDI, SAIFI,

Indeks keandalan sistem distribusi dan transmisi meliputi indeks frekuensi gangguan rata – rata sistem (SAIFI), SAIFI transformator, perbandingan jumlah gangguan terhadap