• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH USIA, GENDER, STATUS SOSIAL EKONOMI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris Pada Universitas Islam di Yogyakata)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH USIA, GENDER, STATUS SOSIAL EKONOMI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris Pada Universitas Islam di Yogyakata)"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

THE INFLUENCE OF AGE, GENDER, SOCIAL STATUS ECONOMY, AND WORK EXPERIENCE SAME PERCEPTION TOWARDS ETHICAL

ACCOUNTING STUDENTS WITH A LOVE OF MONEY AS AN INTERVENING VARIABLE

(The Empirical Study on Islamic University in Yogyakarta)

Oleh

VIKY APRIANTI 20130420296

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

THE INFLUENCE OF AGE, GENDER, SOCIAL STATUS ECONOMY, AND WORK EXPERIENCE SAME PERCEPTION TOWARDS ETHICAL

ACCOUNTING STUDENTS WITH A LOVE OF MONEY AS AN INTERVENING VARIABLE

(The Empirical Study on Islamic University in Yogyakarta)

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

VIKY APRIANTI 20130420296

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)

ii

INTERVENING

(Studi Empiris Pada Universitas Islam di Yogyakata)

THE INFLUENCE OF AGE, GENDER, SOCIAL STATUS ECONOMY, AND WORK EXPERIENCE SAME PERCEPTION TOWARDS ETHICAL

ACCOUNTING STUDENTS WITH A LOVE OF MONEY AS AN INTERVENING VARIABLE

(The Empirical Study on Islamic University in Yogyakarta)

Diajukan oleh:

VIKY APRIANTI 20130420296

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

(4)

iii

INTERVENING

(Studi Empiris Pada Universitas Islam di Yogyakata)

THE INFLUENCE OF AGE, GENDER, SOCIAL STATUS ECONOMY, AND WORK EXPERIENCE SAME PERCEPTION TOWARDS ETHICAL

ACCOUNTING STUDENTS WITH A LOVE OF MONEY AS AN INTERVENING VARIABLE

(The Empirical Study on Islamic University in Yogyakarta)

VIKY APRIANTI 20130420296

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal 20 Desember 2016

Yang terdiri dari

Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si., Ak., CA Ketua Tim Penguji

ErniSuryandari, S.E., M.Si Dr. Evi Rahmawati, S.E., M.Acc.,Ak., CA

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui

DekanFakultasEkonomi dan Bisnis UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta

(5)

iv

Nama : Viky Aprianti

Nomor Mahasiswa : 20130420296

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Pengaruh Usia, Gender, Status Sosial Ekonomi, Dan Pengalaman Kerja Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening” adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulisan lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri. Dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas baik sengaja atau tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 18 November 2016

(6)

v

(Depag RI, 1989 : 421)

“Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut

rahmat ; orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan

rukun Islam dan Pahala yang diberikan kepada sama dengan para Nabi”

(HR. Dailani dari Anas r.a)

“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya

menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”

(7)

vi memberikan rahmat dan hidayahNya.

2. Nabi Muhammad SAW, Allahumma shollii wa sallim ‘alaa nabiyyinaa Muhammad.

3. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Taufik dan Ibu Wiwin yang telah mendidik, mendukung dan menjadi pelita semangat dalam setiap langkah penulis. Terimakasih untuk doa dan kasih sayang yang selalu diberikan selama ini.

4. Kedua adikku tercinta, Melgi dan Rachel yang selalu menjadi penyemangat dalam setiap lagkah penulis.

5. Sahabatku tersayang, Retno fitria Wulandari, Atqatia Sugiharti, Heryana Rhuly Oktaria, Suniasna Elisabeth, Siska Febrina, dan Yessy Trimelda yang selalu ada disaat aku membutuhkan dan selalu memberi dukungan serta selalu mendoakanku.

6. Seluruh teman-temanku Nur icmiati Karim, Nurisa Septiani, Almira Leonita, Pratiwi Yunita, Karina Gama Soleha, Hera Nurmalita, Choirunnisa N.Okpian, N. Wulandari, Dita Pradina, Lieona Faradilla, Rahma Dwi yuliani, Rahmi Dwi Yuliana, Isfan Pratama, Setiawan Muhammad Syaifuddin, Andre Yahya, Yogi Levianto, Muhammad Galang Wibisono, Nina Lutfyantika, Surya Ayuningga, Totok Sunarko, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu mendoakan dan menemani langkahku disaat susah maupun senang.

(8)

vii

(9)

viii

of money merupakan penyebab dari persepsi etis. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu purposive sampling. Penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Islam Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 96 responden. Pengujian analisis data pada penelitian ini menggunakan PLS (Partial Least Square) melalui software SmartPLS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel usia, gender, dan status sosial ekonomi berpengaruh signifikan terhadap love of money, namun pengalaman kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap love of money. Variabel usia, gender, dan love of money mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Selain itu, pada pengaruh mediasi variabel usia memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money dan variabel gender berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi tanpa melalui love of money.

(10)

ix

factor of love of money is the cause of ethical perception. The samples in this study using data collection method is purposive sampling. This study used a sample of students majoring in accounting S1 final level Muhammadiyah University of Yogyakarta, Ahmad Dahlan University and Islamic University of Indonesia. The samples used as many as 96 respondents. The test data analysis in this study using the PLS (Partial Least Square) through software SmartPLS.

The results showed that the variables of age, gender, and socioeconomic status significantly influence the love of money, but the work experience does not have significant influence on the love of money. The variables of age, gender, and the love of money has a significant influence on the perception of ethical

accounting students. In addition, the mediating influence of the age variable has a significant influence on the perception of ethical accounting students through the love of money and gender variables significantly influence the perception of ethical accounting students without going through the love of money.

(11)

x

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufik, dan karunia Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Usia, Gender, Status Sosial Ekonomi dan Pengalaman Kerja Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening.”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada program Sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengangkat topik ini dimulai dari ketertarikan penulis untuk dapat mengetahui dan menjelaskan pengaruh dari usia, gender, status sosial ekonomi, dan pengalaman kerja terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dengan love of money sebagai variabel intervening pada mahasiswa akuntansi tingkat akhir. Melalui skripsi ini penulis berharap dapat memberikan ide pengembangan untuk penelitian selanjutnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa dukungan, bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Nano Parwoto, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Erni Suryandari Fatmaningrum, S.E.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan masukan, ilmu, dan nilai kedisiplinan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

(12)

xi

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa tidak ada hasil karya manusia yang sempurna. Demikian pula dengan skripsi ini yang tidak lepas dari kesalahan. Karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 18 November 2016 Penulis

(13)

xii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... viii

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ... 22

(14)

xiii

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

F. Uji Kualitas Instrumen dan Hipotesis Data ... 42

1. Statistik Deskriptif ... 42

2. Uji Hipotesis ... 42

3. Uji Jalur ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 49

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 51

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 59

D. Pembahasan (Interpretasi) ... 65

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 76

A. Simpulan ... 76

B. Keterbatasan ... 77

C. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xiv

4.2 Karakteristik Responden ... 50

4.3 Statistik Deskriptif ... 51

4.4 Outer Loading ... 52

4.5 Average Variance Extracted (AVE) ... 54

4.6 Cross Loading ... 55

4.7 Composite Reliabillity ... 56

4.8 Cronbachs Alpha ... 57

4.9 R Square ... 58

(16)
(17)
(18)

money merupakan penyebab dari persepsi etis. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu purposive sampling. Penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Islam Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 96 responden. Pengujian analisis data pada penelitian ini menggunakan PLS (Partial Least Square) melalui

software SmartPLS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel usia, gender, dan status sosial ekonomi berpengaruh signifikan terhadap love of money, namun pengalaman kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap love of money. Variabel usia, gender, dan love of money mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Selain itu, pada pengaruh mediasi variabel usia memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money dan variabel gender berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi tanpa melalui love of money.

Kata kunci : Usia, Gender, Status sosial ekonomi, pengalaman kerja, Love of money,

(19)

of love of money is the cause of ethical perception. The samples in this study using data collection method is purposive sampling. This study used a sample of students majoring in accounting S1 final level Muhammadiyah University of Yogyakarta, Ahmad Dahlan University and Islamic University of Indonesia. The samples used as many as 96 respondents. The test data analysis in this study using the PLS (Partial Least Square) through software SmartPLS.

The results showed that the variables of age, gender, and socioeconomic status significantly influence the love of money, but the work experience does not have significant influence on the love of money. The variables of age, gender, and the love of money has a significant influence on the perception of ethical accounting students. In addition, the mediating influence of the age variable has a significant influence on the perception of ethical accounting students through the love of money and gender variables significantly influence the perception of ethical accounting students without going through the love of money.

(20)
(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Profesi akuntan memiliki tantangan yang sangat sulit dalam melakukan

pekerjaannya, karena akuntan harus profesional agar bisa menjaga

kompetensi, serta harkat dan martabatnya agar dapat terhindar dari ha-hal

yang dapat mencoreng nama baiknya. Selain keahlian dan kemampuan,

akuntan harus mempunyai etika dalam menjalankan profesinya, dan juga

untuk dapat bertahan dalam persaingan dunia bisnis atau usaha (Julianto,

2013). Selain itu etika seorang profesi akuntan juga sangat penting dalam

menentukan status dan kredibilitas dalam bidang akuntansi (Widyaningrum,

2014). Isu terkait etika selalu menjadi hal menarik untuk dibahas karena etika

dalam dunia akuntansi berhubungan erat dengan profesional auditing

(Charismawati, 2011).

Kewajiban yang harus dimiliki oleh akuntan yaitu menjaga standar

perilaku etis mereka pada organisasi tempat mereka bernaung, profesi,

masyarakat serta diri mereka sendiri dimana akuntan memiliki tanggung

(22)

Perilaku etis profesional akuntan sangat penting untuk menentukan status dan

kredibilitas profesi di bidang akuntansi (Charismawati, 2011). Sikap etis ini

sangat menggambarkan tanggung jawab auditor dan karakter profesi akuntan.

Saat ini kesadaran akan penting suatu perilaku etis sudah mulai tidak

diperdulikan lagi, terlihat jelas dengan adanya beberapa kasus yang terjadi

seperti skandal besar pada perusahaan Enron tahun 2002, yang melibatkan

Arthur Andersen dan tokoh-tokoh pelaku akuntansi professional Kantor

Akuntan Publik (KAP) di Amerika Serikat.

Auditor Enron, Arthur Andersen ikut dipersalahkan karena dianggap

membantu proses perekayasaan laporan keuangan perusahaan tersebut yang

mengakibatkan turunnya rasa percaya masyarakat kepada akuntan. Kasus

tersebut mengakibatkan profesi akuntan menjadi pusat perhatian berbagai

pihak, karena dianggap mempunyai peran yang besar terhadap kasus

kebangkrutan pada suatu perusahaan (Widyaningrum, 2014). Enron menjadi

salah satu perusahaan dengan skandal besar yang berhasil dibongkar. Pradanti

(2014) mengatakan terbongkarnya kasus skandal tersebut menemukan adanya

kecurangan dengan memanipulasi angka-angka pada laporan keuangan yang

membuat perusahaan tersebut tidak kehilangan investor meskipun sebenarnya

perusahaan sedang mengalami kerugian. Himmah (2013) menyatakan dalam

(23)

tingkat tinggi antara manajemen Enron, para analisis keuangan, para penasihat

hukum, serta pihak-pihak lainnya.

Berbagai kasus pelanggaran yang telah terjadi mempertegas perlunya

kepekaan profesi akuntan terhadap etika. Perilaku etis merupakan perilaku

yang sejalan dengan norma, kaidah, sistem dan prinsip yang ditetapkan.

Karena itu, bukan hanya keketerampilan dan kepandaian khusus yang

diperlukan pada bidang profesi, sikap etispun diperlukan. Teori etika

menyajikan suatu kerangka yang dapat menuntun kita terhadap benar atau

tidaknya suatu keputusan moral (Himmah, 2013). Mastracchio (2005)

menekankan bahwa mahasiswa akuntansi harus perduli terhadap etika mulai

dari pendidikan akuntansi sebelum memasuki dunia profesi akuntan.

Widyaningrum (2014) mengasumsikan prospek etika sangat penting

dalam melakukan suatu tindakan dan kegiatan bisnis, sebab etika bisnis

merupakan suatu cara untuk menyesuaikan kepentingan strategis suatu usaha

bisnis dengan atau tuntutan kebijakan perusahaan. Sehingga pendidikan etika

benar-benar harus diperhatikan dan diterapkan selama bangku perkuliahan

karena etika sangat penting dalam suatu profesi, memfokuskan perhatian

profesi akuntan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi sebagai langkah

awal untuk meningkatkan persepsi terhadap profesi akuntansi. Aziz (2015)

mengatakan dengan harapan mahasiswa mempunyai karakteristik yang

menjunjung nilai-nilai etika dan menjadi individu yang beretika sebelum

(24)

menjadi tujuan pendidikan akuntansi yaitu memperkenalkan mahasiswa

akuntansi pada standar-standar dan nilai-nilai etik yang ada pada profesi

akuntansi.

Perilaku meyimpang dalam profesi akuntan bisa diminimalisasi oleh

niali-nilai etika. Nilai etika sebaiknya ditanamkan sedini mungkin untuk

menciptakan karakter dan moral seseorang. Untuk itu dimulai dari bangku

perkuliahan pendidikan etika harus benar-benar diterapkan dan diperhatikan

dengan harapan mahasiswa mempunyai karakteristik yang menjunjung

nilai-nilai etika dan menjadi individu yang beretika sebelum memasuki dunia kerja

(Aziz, 2015). Disamping lingkungan bisnis, banyak faktor lain yang dapat

mendorong seseorang untuk melakukan suatu pelanggaran terhadap persepsi

etisnya, salah satunya adalah faktor uang. Uang adalah suatu faktor yang

dapat dikatakan berpengaruh untuk kehidupan dan segala aktivitas yang

terjadi berkaitan dengan uang terutama dalam bidang akuntansi. Charismawati

(2011) menyatakan bahwa meskipun uang digunakan secara universal, namun

arti pentingnya tidak dapat diterima secara universal.

Di Amerika, kesuksesan individu diukur melalui seberapa banyak

uang serta penghasilan yang mampu didapat Elias (2009) dalam Charismawati

(2011). Widyaningrum (2014) mengatakan bahwa uang merupakan suatu

motivator untuk sebagian orang, tetapi bagi sebagian orang menganggapnya

sebagai sebuah hygiene factor. Widyaningrum (2014) penelitian tersebut

(25)

(MES), yang mencakup sikap yang positif dan yang negatif, kekuatan,

pencapaian, penghargaan dan pengelolaan uang (Widyaningrum, 2014).

Berbagai aspek demografi, seperti : gender, usia, status sosial ekonomi

dan pengalaman kerja dianggap ikut mempengaruhi tingkat love of money

seorang mahasiswa akuntansi. Widyaningrum (2015) memberikan kesimpulan

bahwa usia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap etika, sikap orang

yang berusia lebih tua ditemukan lebih etis dari rekan mereka yang berusia

lebih muda. Manajer yang usianya jauh lebih tua lebih etis dibandingkan

manajer yang usianya muda (melakukan pertukaran hadiah sebagai tindakan

spesial/istimewa, membeberkan informasi yang bersifat rahasia, menutupi

yang buruk, dan memanipulasi laporan). Widyaningrum (2015) usia

mengakibatkan pemikiran etis individu menjadi lebih etis. Usia seseorang

dianggap memiliki pengaruh pada pertimbangan etis. Menurut pendapat

Comunale et al (2006), seseorang yang berusia lebih muda cenderung kurang

fokus terhadap isu etis dibandingkan dengan rekan kerja mereka yang berusia

lebih tua.

Tang (2000) berpendapat bahwa karyawan perempuan memiliki tingkat

kepedulian pada uang lebih rendah jika dibandingkan karyawan laki-laki.

Dalam tahap sosialisasi terdapat perbedaan paradigma dalam melakukan

pekerjaan, laki-laki dianggap memiliki penekanan lebih pada sisi persaingan.

Berbeda dengan laki-laki perempuan dianggap memiliki penekanan lebih pada

(26)

juga dapat berpengaruh terhadap tingkat love of money seseorang (Sipayung,

2015).

Tang dan Arocas (2005) telah melakukan penelitan yang menunjukkan

bahwasannya mahasiswa yang telah bekerja memiliki tingkat kecintaan pada

uang lebih tinggi karena mereka menyadari pentingnya suatu kebutuhan dan

cara bagaimana untuk memenuhinya. Status sosial ekonomi merupakan

ukuran yang dapat menentukan posisi seseorang berdasarkan dari

pekerjaannya, pendapatannya, dan keanggotaannya dalam kehidupan sosial

(Sipayung, 2015). Erni (2013) menyatakan bahwa seseorang dengan

penghasilan tinggi akan memiliki tingkat konsumsi yang tinggi pula,

sedangkan seseorang dengan penghasilan yang rendah lebih cenderung

memiliki tingkat konsumsi yang rendah pula.

Sipayung (2015) menyatakan love of money mempengaruhi tindakan dan

perilaku seorang professional akuntan. Seorang akuntan yang memiliki love of

money rendah cenderung mempunyai kepuasan kerja yang rendah pula,

sebaliknya seorang akuntan yang memiliki love of money yang tinggi

cenderung mempunyai tingkat kepuasan kerja yang kecil serta memiliki

perilaku yang tidak etis. Penelitian ini dilakukan karena untuk mengetahui

apakah faktor love of money merupakan penyebab dari persepsi etis. Secara

keseluruhan penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian

Widyaningrum (2014) dan Sipayung (2015) yang membahas analisis tentang

(27)

dengan menggabungkan variabel independen dari Widyaningrum (2014) yaitu

usia dan gender dengan penelitian dari Sipayung (2015) yaitu pengalaman

kerja dan status sosial ekonomi. Sampel dalam penelitian ini adalah

mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.

Mahasiswa S1 Akuntansi tingkat akhir dipilih sebagai sampel karena

mahasiswa tersebut sudah mulai mendekati dunia kerja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut :

1. Apakah usia berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa

akuntansi?

2. Apakah gender berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa

akuntansi?

3. Apakah status sosial ekonomi berpengaruh terhadap love of money pada

mahasiswa akuntansi?

4. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap love of money pada

mahasiswa akuntansi?

5. Apakah usia berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi?

(28)

7. Apakah love of money berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa

akuntansi?

8. Apakah usia berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi

melalui love of money?

9. Apakah gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi

melalui love of money?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris, apakah :

1. Usia berpengaruh terhadap love of money padamahasiswa akuntansi.

2. Gender berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa akuntansi.

3. Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap love of money pada

mahasiswa akuntansi.

4. Pengalaman keja berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa

akuntansi.

5. Usia berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.

6. Gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.

7. Love of money berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.

8. Usia berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love

(29)

9. Gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui

love of money.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di

bidang akuntansi dan juga menambah kesadaran mahasiswa akan arti

penting pemahaman love of money serta etika profesi akuntan.

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan sarana untuk menambah wawasan

dan pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian, yaitu pengaruh

usia, gender, status sosial ekonomi dan pengalaman kerja terhadap

persepsi etis mahasiswa akuntansi dengan love of money sebagai

variabel intervening.

b. Bagi Pembaca dan Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca

khususnya mahasiswa yang sedang belajar di perguruan tinggi untuk

mempersiapkan perilaku etis mereka sebelum masuk dalam dunia

(30)

c. Bagi Dunia Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

perkembangan penelitian etika profesi akuntan serta dapat menjadi

(31)

11

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Harapan (Expectacy Theory)

Teori harapan bertumpu kepada motivasi dalam berperilaku yang akan

menghasilkan kombinasi suatu keinginan yang diharapakan sebagai suatu

hasil (Normadewi, 2012). Teori ekspektasi atau expectacy theory of

motivation pertama kali dikemukakan oleh Victor Vroom pada tahun 1964.

Sipayung (2015) menyatakan bahwa orang-orang akan termotivasi untuk

melakukan hal-hal tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa

tindakan mereka akan mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.

Teori harapan menjelaskan mengenai motivasi yang dimiliki karyawan

untuk mengeluarkan tingkat usahayang tinggi dengan melakukan kinerja yang

baik karena timbul keyakinan bahwa kinerja yang baik akan menghasilkan

penilaian kinerja yang baik pula. Penilaian kinerja yang baik dapat berupa

imbalan yang tinggi dari atasan atau mendapatkan sebuah penghargaan.

Motivasi yang dimiliki oleh karyawan berhubungan dengan perilaku etis

karyawan itu sendiri. Karyawan yang memiliki perilaku yang etis cenderung

memiliki motivasi untuk menghasilkan kinerja yang baik dan memuaskan.

(32)

pada kemampuan kognitif untuk mengantisipasi konsekuensi perilaku yang

sering terjadi (Normadewi, 2012).

Sipayung (2015) teori harapan ini digunakan dalam memperhitungkan

perilaku pada setiap keadaan yang mana terdapat dua pilihan alternatif atau

lebih yang harus dibuat. Dalam hal ini, contohnya teori harapan dapat

digunakan dalam menganalisis pengaruh hubungan tingkat love of money

terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dengan cara mengidentifikasi

faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.

2. Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior)

Teori tersebut mengatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh

sesuatu yang orang lain ingin lakukan (sikap), pemikiran mereka tentang apa

yang ingin mereka lakukan (aturan-aturan sosial), hal apa yang sering mereka

lakukan (kebiasaan) serta konsekuensi perilaku apa yang mereka pikiran.

Sikap yang berhubungan dengan komponen afektif mempunyai konotasi suka

atau tidak suka sedangkan komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan.

Sikap juga memberikan serta melayani suatu hal yang bermanfaat atau suatu

kebutuhan yang memuaskan (Pradanti dan Prastiwi, 2014). Faktor lingkungan

sekitar dan kebiasaan mempengaruhi pembentukan sikap yang dimiliki

seseorang terhadap uang. Banyak faktor yang menyebabkan lingkungan

(33)

membentuk suatu kebudayaan, kebudayaan tersebut yang akan berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku yang dimiliki seseorang.

Keinginan seseorang dipacu tentang hal apa yang mereka pikirkan,

sehingga jika keinginan seseorang akan uang berlebihan maka mereka

cenderung akan melakukan perbuatan diluar etika demi memenuhi keinginan

mereka akan hal tersebut. Mengenai hubungannya dengan pendidikan

sehingga pendidikan yang berkaitan dengan uang tidak saja hanya dipelajari

melalui pendidikan formal saja tetapi juga dipengaruhi oleh pendidikan yang

non formal didalamnya mencakup lingkungan dimana seseorang itu tinggal

yang banyak sedikitnya akan mempengaruhi pola pikir serta sikap yang

mereka miliki (Pradanti, 2014).

3. Etika

Etika dalam bahasa Yunani kuno disebut ”ethikos” yang berarti timbul

dari kebiasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia etika diartikan sebagai

penilai benar atau salah yang dipercayai suatu masyarakat atau golongan.

Pradanti (2014) berasumsi bahwa etika suatu hal yang absolut atau dengan

kata lain tidak dapatdilakukan tawar-menawar lagi, yang benar akan mendapat

pujian dan apabila salah maka harus mendapatkan sebuah sanksi. Namun

menurut pendapat Marwanto (2007) prinsip moral didasari oleh tingkah laku

seseorang yang kaitannya erat dengan etika yang mengakibatkan suatu hal

(34)

dan martabat seseorang dalam pandangan masyarakat (Pradanti, 2014). Etika

seseorang mempengaruhi persepsi etis yang dimiliki oleh setiap individu.

Dalam penelitian ini, persepsi etis mahasiswa dianggap tinggi karena

mahasiswa memiliki etika yang tinggi pula (Sipayung, 2015).

Etika yang dimiliki oleh mahasiswa dianggap tinggi karena mereka

adalah golongan terpelajar dan berpendidikan sehingga menghasilkan perilaku

yang etis. Walaupun begitu masih banyak mahasiswa yang melakukan

kecurangan, dan tidak berperilaku etis. Kecurangan tersebut biasanya

dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu penting untuk dilakukannya

penelitian mengenai etika dalam profesi akuntansi. Hal tersebut dapat dimulai

dengan memfokuskan penelitian pada persepsi etis mahasiswa, karena

mahasiswa kelak akan menjadi seorang akuntan profesional didalam dunia

kerja. Dengan memberikan pendidikan mengenai pentingnya etika dan

sosialisasi kode etik akuntan professional sejak masih berada di lingkungan

kampus sebagai tindakan antisipatif, maka diharapkan para mahasiswa tidak

akan melakukan kecurangan dalam menjalankan tugas profesinya di masa

depan nanti dan kedepannya kecurangan keuangan yang melibatkan akuntan

mungkin akan dapat dikurangi (Sipayung, 2015).

Himmah (2013) menyatakan bahwa Etika merupakan moral yang

ditanamkan di dalam diri individu yang membentuk suatu filsafat moralitas,

dan pada umumnya tidak tertulis. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi

(35)

disebut kode etik. Himmah (2013) mengatakan bahwa banyak penelitian juga

merujuk bagaimana aspek etis sebagai bagian dari proses pendidikan

akuntansi untuk membekali mahasiswa agar memiliki kesadaran etis dalam

menjalankan profesinya. Oleh karena itu, pendidikan etika memiliki tujuan

untuk membentuk perkembangan moral dan pola pikir mahasiswa untuk lebih

menyadari dimensi sosial dan dimensi etika dalam setiap pengambilan

keputusan etis mengenai berbagai isu skandal akuntansi yang selama ini

terjadi.

Pada dasarnya International Accounting Education Standards Board

(2006) menyatakan bahwa lingkungan pendidikan harus mampu membentuk

individu yang memiliki nilai etika dan perilaku profesional dengan

mengajarkan tentang nilai-nilai profesional, serta mengembangkan dan

menanamkan perilaku etis (Himmah, 2013).

4. Persepsi

Persepsi dapat dimaknai sebagai suatu keadaan tentang bagaimana

seseorang mengintepretasikan peristiwa, obyek, dan subjek (Pradanti dan

Prastiwi, 2014). Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi faktor

tersebut meliputi situasi, pemersepsi, serta obyek (Robbins dan Judge, 2007).

Dalam penelitian ini persepsi etis dianggap sebagai suatu pandangan orang

untuk melihat suatu kecurangan akuntansi. Berdasarkan hasil teori yang

(36)

mempengaruhi persepsi seseorang erat kaitannya dengan variabel independen

dalam penelitian ini yaitu variabel usia, gender, status sosial ekonomi, dan

pengalaman kerja. Variabel usia termasuk dalam kategori suatu keadaan sosial

yang masuk dalam faktor situasi (Pradanti dan Prastiwi, 2014).

Gibson et al. (1996) mengemukakan bahwa persepsi membantu

seseorang untuk memilih, menyimpan, mengatur, dan menafsirkan rangsangan

menjadi suatu gambaran dunia yang utuh dan penuh arti. Karena itu setiap

orang memberi makna tersendiri terhadap rangsangan, seseorang berbeda

ketika melihat hal yang sama melalui cara yang berbeda. Seorang pekerja

memandang suatu keadaan seringkali memiliki arti yang lebih dalam hal

memahami perilaku jika dibandingkan dengan keadaan itu sendiri. Pernyataan

lain yang lebih tegas menyatakan peta kognitif individu bukan sekedar

penyajian gambar dunia fisiknya saja, tetapi juga sebagai sebuah bagian

gambaran personalyang mana objek tertentu dipilih oleh individu sebagai

peranan utama, dan mampu dirasakan dalam tingkah laku seorang individu.

pada konteks penelitian ini persepsi berarti sebagai sebuah penerimaan atau

cara pandangan seseorang dengan melalui suatu proses yang diperoleh

berdasarkan pengalaman serta pengambilan nilai atau pembelajaran sampai

seorang individu itu mampu untuk mengambil keputusan akan suatu hal

(37)

5. Love of Money

Uang adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan.

Karena uang merupakan suatu hal yang sangat penting. Dengan uang

seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu sandang, pangan dan

papan. Bahkan Rubenstein (1981) mengatakan bahwa di Amerika Serikat,

kesuksesan diukur melalui uang dan pendapatan. Akan tetapi sebagian

seseorang menganggapnya berbeda. Perbedaan penafsiran akan uang akhirnya

menciptakan suatu konsep dengan hadirlah Tang (1992) yang

memperkenalkan love of money sebagai konsep literatur psikologis. Konsep

love of money tersebut digunakan sebagai suatu pengukuran untuk megetahui

perasaan subjektif individu terhadap uang (Julianto, 2013).

Arocas dan Tang (2004) menjelaskan pengertian love of money secara

ringkas sebagai : (1) tolak ukur terhadap keinginan atau nilai seseorang akan

uang meskipun bukan kebutuhan mereka; (2) pentingnya suatu uang serta

sikap akan uang. Kemudian Tang et al. (2008) mengartikan love of money

sebagai suatu sikap, pengertian, keinginan serta asprirasi yang dimiliki

seseorang pada uang.

Dalam penelitiannya Tang et al. (2000) menemukan bahwa seorang

professional memiliki kesehatan mental dengan kecintaan terhadap uang yang

rendah akan mengakibatkan rendahnya perputaran kesenjangan serta kepuasan

kerja yang rendah pula. Ketika masih ditemukannya beberapa bentuk

(38)

melakukan segala macam cara hanya demi mendapatkan uang. Hal ini jelas

menunjukkan pengaruh love of money terhadap perilaku tidak etis seseorang.

Orang-orang yang patuh terhadap segala macam godaan mendorong mereka

untuk melakukan perilaku etis atau tidak etis (Yeltsinta, 2013). Kecintaan

masing-masing orang terhadap uang dapat dipengaruhi faktor demografi

seperti usia seseorang dan beberapa hal lainnya yaitu gender, status sosial

ekonomi dan pengalaman kerja.

6. Usia

Kumala (2016) mengatakan Istilah usia diartikan dengan lamanya

keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu dipandang dari segi

kronologi, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan

anatomis dan fisiologik sama. Usia merupakan faktor yang dinyatakan dapat

mempunyai pengaruh terhadap pemikiran etis seseorang. Kumala (2016)

menyatakan pada teori Kohlberg usia berperan dalam perkembangan moral

kognitif. Perkembangan moral adalah suatu karakteristik pribadi yang dapat

dipengaruhi oleh faktor kondisional, hal tersebut nampak bahwa

perkembangan moral berkembang sejalan dengan bertambahnya usia

seseorang, yang mana dapat diperkirakan bahwa seseorang memperoleh

pengalaman semakin banyak sejalan dengan bertambahnya usia mereka.

Sehingga semakin baik perkembangan moral yang dimiliki seseorang maka

(39)

7. Gender

Gender digunakan sebagai aspek demografi yang berpengaruh

terhadap tingkat love of money seseorang karena terdapat perbedaan antara

tingkat love of money yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Hal ini juga

menunjukkan perbedaan dalam membuat suatu keputusan etis yang akan

diambil (Sipayung, 2015). Menurut Tang et al. (2000) karyawan laki-laki

cenderung lebih mementingkan uang dibandingkan dengan karyawan

perempuan. Pada penelitian lain juga ditemukan bahwa laki-laki memiliki

sikap etis lebih rendah dari pada perempuan, tetapi pada penemuan lain tidak

terjadi perbedaan sikap etis yang signifikan antara laki-laki dan perempuan

(Charismawati, 2011).

Dari sebuah studi eksplorasi Roxas dan Stroneback (2004) dalam

Pradanti (2014) menganalisa tanggapan atau respon siswa yang berasal dari

delapan negara yang berbeda, yang didalamnya termasuk China dan Kanada

menyangkut pertanyaan mengenai suatu kemungkinan terjadinya tindakan

dilema etis. Dari hasil penelitian itu menunjukkan bahwa siswa laki-laki

akuntansi di Ukraina mempunyai tingkat etis lebih tinggi jika dibandingkan

mahasiswa akuntansi perempuan, sebaliknya di China mahasiswa akuntansi

perempuan mempunyai tingkat etika yang cenderung lebih tinggi daripada

rekan mereka mahasiswa pria. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari

(40)

Amerika Serikat, Filipina, Kanada, Jerman dan Thailand. Berdasarkan hasil

itu menunjukkan bahwa gender berpengaruh pada etika.

8. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi merupakan ukuran yang dapat mengetahui

posisi seseorang berdasarkan dari pekerjaannya, pendapatannya dan

keanggotaannnya dalam kehidupan sosial (Sipayung, 2015). Menurut Pradanti

(2014) status sosial ekonomi merupakan pandngan tentang suatu kondisi

seseorang ataupun masyarakat yang dilihat melalui segi sosial dan ekonomi,

pandangan itu mencakup tingkat pendapatan dan lainnya. Sipayung (2015)

menyatakan bahwa status sosial ekonomi juga berhubungan dengan harta

benda, kekuasaan dan uang. Penghasilan yang didapat dari pekerjaan

professional lebih memiliki prestise dibandingkan penghasilan pekerjaan

kasar yang berwujud upah. Sehingga, jenis penghasilan seseorang dapat

memberikan gambaran mengenai status sosial ekonomi seseorang.

Penelitian Erni (2013) menemukan bahwa penghasilan tinggi yang

diperoleh seseorang akan menyebabkan tingkat konsumsi yang juga tinggi,

berbeda dengan seseorang yang memperoleh penghasilan yang rendah

cenderung lebih memiliki tingkat konsumsi yang juga rendah. Prasastianta

(2011) melakukan pengujian terhadap faktor pendorong perilaku ekonomi

(41)

sendiri. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa perilaku konsumtif

cenderung dilakukan oleh seseorang yang memiliki status ekonomi yang

tinggi.

9. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan proses tentang metode suatu pekerjaan

untuk membentuk pengetahuan atau keterampilan karyawan dalam

pelaksanaan tugas (Sipayung, 2015). Pengalaman kerja juga memiliki peran

dalam berkembangnya kepekaan etika seseorang. Hal ini dibuktikan lewat

penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2012) yang menyatakan bahwa

perkembangan seseorang berhubungan dengan seberapa banyak pengalaman

kerja mereka. Sipayung (2015) mengemukakan pengalaman kerja seseorang

dapat berpengaruh terhadap tingkat love of money. Pada penelitian ini,

pengalaman kerja yang dimiliki mahasiswa sangat menentukan kecintaannya

terhadap uang. Mahasiswa S1 misalnya, karena mereka masih menempuh

pendidikan, pengalaman kerja yang dimilikinya tidak sama dengan mahasiswa

S2 magister. Mahasiswa S2 magister memiliki pengalaman kerja yang lebih

banyak, karena sebagian besar dari mereka sudah pernah bekerja.

Tang dan Arocas (2005) melakukan sebuah penelitian yang

menunjukan bahwasannya tingkat kecintaan terhadap uang cenderung lebih

tinggi pada mahasiswa yang sudah pernah bekerja yang dalam hal ini sudah

(42)

pentingnya suatu kebutuhan dalam hidup serta bagaimana cara untuk

memenuhi kebutuhan tersebut.

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis 1. Pengaruh Usia Terhadap Love of money

Usia merupakan salah satu aspek demografi yang juga berdampak pada

tingkat love of money seseorang dan pemikiran etisnya. Usia mempunyai

pengaruh yang signifikan dalam etika, orang yang berusia lebih tua lebih etis

dari pada orang yang berusia lebih muda (Sipayung, 2015). Menurut

Widyaningrum (2014) usia meningkatkan penalaran etis seseorang menjadi

lebih etis. Sama halnya yang dinyatakan dalam penelitian Furnham (1994),

bahwa para pekerja yang berusia lebih muda di Amerika Utara dan Selatan

mempunyai keinginan akan uang yang lebih jika dibandingkan dengan para

pekerja yang berusia lebih tua. Sama halnya pada studi penelitian yang

dilakukan Kovach (1987) menunjukkan dari 1000 karyawan, pekerja yang

berusia muda dengan tingkat pendapatan yang rendah lebih peduli akan uang,

namun pekerja yang berusia lebih tua dengan tingkat pendapatan yang lebih

tinggi serta jabatan organisasi condong termotivasi melalui pekerjaan yang

menarik, keamanan kerja, dan pengakuan.

Tang dan Arocas (2005) melakukan sebuah penelitian yang hasilnya

menunjukkan bahwasannya tingkat kecintaan terhadap uang cenderung lebih

(43)

akan lebih menyadari pentingnya suatu kebutuhan dalam hidup serta cara

memenuhi kebutuhan tersebut, berbeda dengan mahasiswa yang belum

bekerja yang belum memikirkan arti kebutuhan. Sehingga ia lebih baik dalam

memandang kebutuhan akan uang.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai

berikut:

H1 : Usia berpengaruh positif terhadap Love of money mahasiswa

akuntansi

2. Pengaruh gender terhadap Love of money

Selalu ada perdebatan tentang pandangan menilai uang antara laki-laki

dan perempuan (Charismawati, 2011). Seorang laki-laki lebih merasa tertuntut

dalam memenuhi kebutuhan hidup, serta memiliki ambisi untuk memperoleh

jabatan dan kekuasaan. Berbeda dengan perempuan yang tidak berambisi

untuk mendapatkan hal tersebut selama kebutuhan hidupnya tercukupi

Menurut Tang et al. (2000) karyawan laki-laki cenderung lebih

mementingkan uang dibandingkan dengan karyawan perempuan. Penelitian

tersebut membuktikan bahwa perempuan tidak memiliki tingkat love of money

yang tinggi, karena perempuan tidak memiliki motivasi untuk mendapatkan

jabatan atau kekuasaan, selama kebutuhannya terpenuhi (Charismawati,

(44)

Du dan Tang (2005) menyatakan dalam penelitiannya, wanita

mempunyai keinginan akan gaji yang lebih kecil bila dibandingkan dengan

pria, karena wanita condong lebih menilai kebutuhan sosialnya serta memiliki

keinginan untuk mendapatkan tingkat kepuasan yang sama seperti pria

terhadap gaji yang lebih kecil atau memiliki kepuasaan yang lebih

dibandingkan pria meskipun dengan gaji yang sama, sementara pria lebih

condong menganggap gajinya lebih penting.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai

berikut:

H2 : Gender berpengaruh terhadap love of money mahasiswa akuntansi

3. Pengaruh status sosial ekonomi terhadap Love of money

Status sosial ekonomi merupakan suatu pandangan dan ukuran

seseorang dalam menentukan posisinya berdasarkan dari aspek sosial dan

ekonomi, pekerjaan, penghasilan dan keanggotaan dalam suatu perkumpulan

sosialnya (Sipayung, 2015). Status ekonomi seorang individu mempunyai

pengaruh pada kecintaan akan uang yang dimilikinya. Seseorang yang

memiliki status ekonomi yang cenderung tinggi akan menginginkan uang

lebih serta mempunyai perilaku yang konsumtif. Uang berperan penting

dalam kehidupan yang dimiliki seseorang sebagai penopang dalam kehidupan

(45)

Prasastianta (2011) melakukan pengujian faktor pendorong perilaku

ekonomi yang salah satunya adalah faktor status ekonomi mahasiswa itu

sendiri. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa perilaku konsumtif

cenderung dilakukan oleh seseorang yang memiliki status ekonomi yang

tinggi. Status sosial ekonomi yang dimiliki seseorang berhubungan dengan

perilaku etisnya. Orang dengan status sosial ekonomi yang tinggi cenderung

berperilaku tidak etis. Status sosial yang tinggi akan menghasilkan tingkat

love of money yang tinggi pula.

Sipayung (2015) menyatakan bahwa status sosial ekonomi juga

berhubungan dengan harta benda, kekuasaan dan uang. Penghasilan yang

didapat dari pekerjaan profesional lebih memiliki prestise dibandingkan

penghasilan pekerjaan kasar yang berwujud upah. Sehingga, jenis penghasilan

seseorang dapat memberikan gambaran mengenai status sosial ekonomi

seseorang.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai

berikut:

(46)

4. Pengaruh pengalaman kerja terhadap Love of money

Pengalaman kerja merupakan proses tentang metode suatu pekerjaan

untuk membentuk pengetahuan atau keterampilan karyawan dalam

pelaksanaan tugas (Sipayung, 2015). Pengalaman kerja dapat mempengaruhi

tingkat kecintaan seseorang terhadap uang, karena seseorang yang sudah

pernah bekerja akan lebih mengerti arti suatu kebutuhan dan proses memenuhi

kebutuhan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Tang dan Arocas (2005)

melakukan sebuah penelitian yang menunjukan bahwasannya tingkat

kecintaan terhadap uang cenderung tinggi pada mahasiswa yang sudah pernah

bekerja yang dalam hal ini sudah memiliki pengalaman kerja yang cukup,

dikarenakan mereka lebih menyadari pentingnya suatu kebutuhan dalam

hidup serta bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai

berikut:

H4 : Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap love of money

mahasiswa akuntansi

5. Usia terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi

Usia seseorang dinyatakan mempunyai dampak terhadap pemikiran

etisnya. seseorang yang lebih tua cenderung lebih fokus terhadap isu etis

dibandingkan rekan kerja mereka yang lebih muda Widyaningrum (2014),

(47)

lebih moralistik (Sankaran dan Bui, 2003). Penelitian tersebut didukung juga

oleh penelitian Comunale et al (2006) yang meneliti tentang pengaruh usia

mahasiswa untuk mengetahui reaksi mereka serta rencana berkarir mereka di

bidang akuntansi setelah mendapati skandal akuntansi yang tejadi dan

menunjukkan bahwa usia berpengaruh terhadap pendapat mahasiswa

akuntansi mengenai profesi akuntan dalam skandal keuangan. Pernyataan

tersebut sejalan dengan studi lainnya yang mengatakan bahwasanya

pertimbangan etika individu berhubungan dengan variabel usia

(Widyaningrum 2014).

Pada teori Kohlberg, usia memiliki peran dalam perkembangan moral

kognitif. Kohlberg menyatakan melalui enam langkah-langkah progresif,

suatu pertimbangan etis seseorang berkembangdari level pre-conventional

sampai level post-conventional. Namun, beberapa studi empiris menemukan

bahwa orang-orang muda membuat penilaian etis yang lebih baik daripada

orang yang lebih tua (Ede et al, 2000;. Vitell et al, 2007 dalam

Widyaningrum, 2014).

Widyaningrum (2014) mengemukakan bahwa terdapat faktor kontinjen

yang menyebabkan perkembangan moral menjadi tidak berpengaruh terhadap

perilaku etis individu dalam pengambilan keputusan etis, faktor kontinjen

tersebut meliputi faktor kondisional antara lain sanksi (punishment) dan

penghargaan (reward). Faktor-faktor tersebut merupakan hal yang selalu ada

(48)

pengendalian organisasi. Kebijakan yang dibuat oleh manajemen dalam suatu

organisasi menjadi pembatas bagi individu yang bergabung dalam anggota

organisasi, sehingga faktor ini dapat memberikan pengaruh pada setiap

tindakan yang dilakukan oleh setiap anggota organisasi dimana mereka

bernaung.

Widyaningrum (2014) mengatakan usia dapat menentukan perkembangan

moral seseorang, dimana dengan bertambahnya usia seseorang maka

pengalaman yang didapat juga akan semakin banyak. Sehingga semakin baik

pula perkembangan moralnya maka semakin dapat untuk berperilaku etis.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai

berikut:

H5 : Usia berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa

akuntansi

6. Gender terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi

Gender dapat mempengaruhi perbedaan persepsi dalam menanggapi kasus

mengenai etika profesi akuntan publik (Normadewi, 2012). Melalui

pendekatan sosialisasi antara gender dan literatur oleh Gilligan (1982), pria

dan wanita menilai dilema etis secara berbeda. Berdasarkan pendekatan

tersebut, terlihat bahwa pria lebih condong melakukan hal-hal atau perilaku

yang tidak etis dikarenakan mereka lebih fokus terhadap kesuksesan dengan

(49)

kesuksesan, sedangkan wanita lebih menitikberatkan pada tugas sehingga ia

lebih fokus dalam melaksanakan dan menyelesaikan suatu tugas dibandingkan

melanggar aturan.

Studi empiris menunjukkan adanya perbedaan perkembangan moral

berdasarkan gender dalam pengambilan keputusan etis yang yang berkaitan

dengan etika pada bidang akuntansi dan bisnis. Penelitian tersebut berhasil

menerangkan bahwa perempuan mempunyai pertimbangan moral yang lebih

tinggi dibandingkan dengan laki-laki mengenai ikatan yang kuat sekaligus

konsisten antara pertimbangan moral dan gender. Hal tersebut karena wanita

lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan serta lebih berusaha untuk

menjauhi risiko yang bisa merugikan dirinya dimasa yang akan datang.

Sementara pria tidak terlalu memikirkan risiko dimasa yang akan datang

dalam mengambil suatu keputusan (Widyaningrum, 2014).

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai

berikut:

H6 : Gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswaakuntansi

7. Love of Money terhadap persepsi etis mahasiwa akuntansi

Etika yang dimiliki individu berkaitan erat terhadap persepsi etisnya.

Tingginya etika yang dimiliki seorang individu menunjukkan bahwa ia

memiliki tingkat kecintaan pada uang yang rendah (Elias, 2010). Love of

(50)

uang sering digunakan secara universal, namun arti pentingnya tidak diterima

secara universal (Pradanti, 2014). Pada tahap sosialisasi terhadap uang

dipelajari mulai dari proses sosialisasi masa anak-anak hingga dewasa. Pada

dunia bisnis, uang biasa digunakan oleh manajer untuk mendorong

karyawannya dalam melakukan suatu pekerjaan (Milkovich dan Newman,

2002). Dikarena uang memiliki arti penting dan penafsiran yang berbeda

maka Tang (1992) mengemukakan sebuah konsep yang disebut “love of

money” untuk menilai perasaan subyektif seseorang mengenai uang.

Menurut Charismawati (2011) love of money dan persepsi etis

mempunyai ikatan yang negatif. Semakin rendah persepsi etis yang dimiliki

seseorang maka akan semakin tinggi tingkat love of money yang dimilikinya,

begitupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan apabila kecintaan seseorang

terhadap uang tinggi, maka seseorang akan berupaya untuk melakukan segala

macam cara dalam memenuhi kebutuhannya, meskipun tidak sesuai dengan

etika yang ada. Dibeberapa negara, telah melakukan penelitian yang lebih

dalam mengenai hubungan perilaku cinta uang dan persepsi etis. Elias (2010)

dalam penelitiannya mengevaluasi hubungan antara love of money dengan

persepsi etis yang bila dikaitkan akan memberikan hasil ikatan yang negatif.

Mahasiswa yang memiliki tingkat love of money yang tinggi cenderung

memiliki tingkat pertimbangan etis yang rendah, berbeda dengan mahasiswa

(51)

lebih baik dalam memandang kebutuhan akan uang serta dalam persepsi

etisnya.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai

berikut:

H7: Love of money berpengaruh negatif terhadap persepsi etis mahasiswa

akuntansi

8. Pengaruh Usia terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi melalui

Love Of Money

Usia berdampak pada tingkat love of money seseorang dan pemikiran

etisnya. Usia memegang pengaruh yang signifikan dalam etika, orang yang

berusia lebih tua lebih etis dari pada orang yang berusia lebih muda

(Sipayung, 2015). Menurut Kohlberg (1981) dalam Widyaningrum (2014)

usia meningkatkan penalaran etis seseorang menjadi lebih etis. Sama halnya

yang dinyatakan dalam penelitian Furnham (1994), bahwa para pekerja yang

berusia lebih muda di Amerika Utara dan Selatan mempunyai keinginan akan

uang yang lebih jika dibandingkan dengan para pekerja yang berusia lebih tua.

Berbeda pula pada studi penelitian yang dilakukan Kovach (1987)

menunjukkan dari 1000 karyawan pekerja yang berusia muda dengan tingkat

pendapatan yang rendah lebih peduli akan uang, namun pekerja yang berusia

(52)

condong termotivasi melalui pekerjaan yang menarik, keamanan kerja, dan

pengakuan (Widyaningrum, 2014).

Penelitian tersebut didukung juga oleh penelitian yang dilakukan

Comunale et al (2006) yang mengamati tentang pengaruh usia untuk melihat

reaksi mahasiswa dalam rencana pekerjaan mereka pada bidang akuntansi

setelah mengetahui kasus skandal akuntansi yang sering tejadi dan

mengungkapkan bahwa usia berpengaruh terhadap pemikiran mahasiswa

akuntansi pada profesi akuntan dalam skandal mengenai keuangan. Pernyataan

tersebut sejalan dengan studi lainnya yang mengatakan bahwasanya

pertimbangan etika individu berhubungan dengan variabel usia (Widyaningrum,

2014). Semakin bertambah usia seorang mahasiswa akuntansi maka

kecintaannya terhadap uang akan semakin tinggi sehingga semakin dapat

seseorang itu untuk berpersepsi etis, karena usia dapat menentukan

perkembangan moral seseorang, dimana dengan bertambahnya usia maka

pengalaman yang didapat juga akan semakin banyak. Sehingga semakin baik

perkembangan moral seseorang maka akan semakin dapat seseorang untuk

berperilaku etis. Menjadikannya semakin rasional dalam menilai kebutuhan akan

uang dan memandang kebutuhan dalam hidup.

H8 : Usia berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa

(53)

9. Pengaruh Gender terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi melalui

Love Of Money

Gender mempengaruhi tingkat kecintaan uang mahasiswa akuntansi dan

pemikiran etisnya melalui pendekatan sosialisasi antara gender dan literatur

oleh Gilligan (1982), pria dan wanita menilai dilema etis secara berbeda.

Berdasarkan pendekatan tersebut, bahwa pria lebih condong melakukan

hal-hal atau perilaku yang tidak etis dikarenakan mereka lebih fokus terhadap

kesuksesan dengan cara yang kompetitif dan sering mengabaikan peraturan

untuk memperoleh kesuksesan, sedangkan wanita lebih menitikberatkan pada

tugas sehingga ia lebih fokus dalam melaksanakan dan menyelesaikan suatu

tugas dibandingkan melanggar aturan. Penelitian Tang et al. (2000) yang

hasilnya menunjukkan bahwa laki-laki cenderung mempunyai tingkat

kecintaan pada uang lebih tinggi daripada perempuan, hal itu dikarenakan

laki-laki lebih dituntut untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidup dan

juga memiliki ambisi untuk meraih kedudukan dan kekuasaan sedangkan

perempuan tidak terlalu termotivasi akan hal tersebut selagi kebutuhan

hidupnya terpenuhi.

Penjelasan lainnya mengenai perbedaan tersebut yaitu sosialisasi

antara laki-laki dan perempuan yang beragam. Laki-laki dibiasakan untuk

lebih menitikberatkan pada persaingan namun perempuan dibiasakan untuk

lebih menitikberatkan pada hubungan sosial (Julianto, 2013). Laki-laki

(54)

laki-laki yaitu kompetitif yang tinggi, yang menuntut mereka untuk selalu

berusaha keras mencapai kesuksesan dan mampu menafkahi keluarganya.

Sedangkan perempuan cenderung lebih berwaspada dalam melakukan

tindakan serta lebih berupaya untuk menjauhi risiko yang bisa merugikan

dirinya dimasa yang akan datang.

H9 : Gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi

(55)
(56)

36

A. Objek/Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas

Ahmad Dahlan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.

Mahasiswa S1 Akuntansi tingkat akhir dipilih sebagai sampel karena

mahasiswa tersebut sudah mulai mendekati dunia kerja yang menuntut

sikap etis yang tinggi dan merupakan calon profesi akuntan masa depan

yang sering terguncang skandal perusahaan. Peneliti memilih mahasiswa

S1 tingkat akhir karena telah mendekati kelulusan sehingga pola pikirnya

telah terbentuk dengan matang untuk menghadapi dunia kerja.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner

sebagai instrument utamanya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat pernyataan atau

pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sipayung, 2015).

(57)

S1 akuntansi tingkat akhir Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

puposive sampling, merupakan suatu metode pemilihan sampel yang

sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini

sampel yang digunakan adalah mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan

akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam

Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini memakai kuesioner sebagai

instrumen utama. Kuesioner disebarkan secara langsung kepada responden

yaitu mahasiswa S1 akuntansi tingkat akhir Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Pada penelitian ini memiliki empat variabel independen yaitu : usia,

gender, status sosial ekonomi, dan pengalaman kerja, satu variabel

intervening yaitu love of money dan satu variabel dependen yaitu persepsi

etis. Definisi dari masing-masing variabel yang digunakan akan dijelaskan

(58)

1) Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah

persepsi etis mahasiswa akuntansi. Persepsi etis merupakan cara atau

bagaimana seseorang bersikap dan menilai suatu keadaan atau perilaku

pelanggaran (Charismawati, 2011). Untuk mengukur persepsi etis

mahasiswa akuntansi, menggunakan skenario yang digunakan oleh

(Sipayung, 2015). Dalam riset mereka, mereka mengukur hubungan

penalaran moral serta peninjauan diri Chief Financial Officer (CFO)

pada persepsi etis terhadap pelanggaran.

Penelitian ini menggunakan 5 skenario yang berupa

kasus-kasus yang berhubungan dalam bidang akuntansi yang mencakup :

perilaku atau perbuatan tidak etis yang sering terjadi seperti

penghindaran pajak, pembelian orang dalam, konflik kepentingan,

kerahasiaan profesional serta pembayaran kembali. Responden

menyatakan setuju dan tidak setuju berdasarkan skala lima poin yaitu 1

(sangat tidak setuju) sampai 5 (Sangat Setuju), namun dalam penelitian

ini dimodifikasi menjadi 4 pilihan jawaban menggukan skala likert

dari angka 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju). Semakin

tinggi skor jawaban maka menunjukkan mahasiswa tersebut semakin

(59)

2) Variabel Independen

a. Usia

Usia merupakan salah satu aspek yang berdampak pada

pemikiran etis dan tingkat love of money seseorang yang juga

menentukan tingkat kematangan pemikiran seseorang. Usia ikut

berperan dalam perkembangan moral seseorang. Menurut Lawrence

dan Shaub (1997) dalam Sipayung (2015) usia seseorang akan

meningkat lebih tinggi dalam pengembangan moral. Seseorang dengan

perkembangan moral yang baik maka akan semakin bisa untuk

berperilaku. Hal ini berarti orang condong lebih etis ketika mereka

beranjak dewasa. Tidak ada penaksiran yang spesifik pada hal

pengukuran pengaruh usia. Usia merupakan variabel dummy yang

diukur dengan memberikan kode 0 untuk usia muda (19-21 tahun) dan

kode 1 untuk kelompok usia dewasa (22-25).

b. Gender

Gender merupakan konsep analisis yang digunakan untuk

mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan yang dilihat dari

segi non-biologis, meliputi aspek sosial, budaya, maupun psikologis

(Mutmainah, 2006). Pada penelitian ini gender dibedakan antara

laki-laki dan perempuan. Gender digunakan untuk melihat apakah terdapat

perbedaan yang signifikan antara love of money dan persepsi etis

(60)

menggunakan variabel Dummy untuk mengukur variabel gender

dimana untuk perempuan diberikan kode 0 dan untuk laki-laki

diberikan kode 1.

c. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi merupakan suatu pengukuran untuk

melihat kedudukan seseorang berdasarkan karier, pendapatan dan

keanggotaannya dalam kelompok sosial (Sipayung 2015). Untuk

mengukurnya dapat dilakukan dengan mengukur penghasilan yang

diperoleh. Pada penelitian ini variabel status sosial dibagi dalam dua

kelompok pengukuran, yaitu : penghasilan pribadi untuk mahasiswa

yang sudah mempunyai penghasilan sendiri dan penghasilan orang tua

untuk mahasiswa yang belum memiliki penghasilan sendiri.

Pembagian tingkat penghasilan menggunakan tingkat status sosial

(Sipayung, 2015). Variabel ini diukur dengan skala ordinal, dengan

kode 0 untuk kelompok kelas bawah yang penghasilannya < Rp

1.000.000, 1 untuk kelompok kelas menengah dengan penghasilan Rp

1.000.000 – Rp 2.000.000, dan 2 untuk kelompok kelas atas dengan

penghasilan > Rp 2.000.000

d. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang

telah diketahui dan dikuasai seseorang akibat dari perbuatan atau

Gambar

Gambar 2.1 Model Penelitian
TABEL 4.1Tingkat Pengembalian Kuesioner
TABEL 4.2
TABEL 4.3Statistik Deskriptif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Jenis Kelamin (Gender) Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi yang melalui Love of Money 19 5. Pengaruh Usia terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi

Jadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kompetensi pedagogik guru di Daerah Istimewa Yogyakarta ditinjau dari usia, pengalaman kerja, dan status sosial

PENGARUH MACHIAVELLIAN, LOVE OF MONEY, ETHICAL SENSITIVITY, DAN PENGETAHUAN ETIKA TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSIi. DENGAN GENDER SEBAGAI

Jenis kelamin adalah suatu konsep analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari sudut non- biologis, yaitu dari

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan kesehatan, kesabaran,

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi etis yaitu religiusitas dan gender apakah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalis hubungan jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, dan ethnic background terhadap persepsi

Dalam penelitian yang dilakukan Mulyani (2015) menemukan bahwa gender tidak berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dimana dalam menjalankan profesi