THE INFLUENCE OF AGE, GENDER, SOCIAL STATUS ECONOMY, AND WORK EXPERIENCE SAME PERCEPTION TOWARDS ETHICAL
ACCOUNTING STUDENTS WITH A LOVE OF MONEY AS AN INTERVENING VARIABLE
(The Empirical Study on Islamic University in Yogyakarta)
Oleh
VIKY APRIANTI 20130420296
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
THE INFLUENCE OF AGE, GENDER, SOCIAL STATUS ECONOMY, AND WORK EXPERIENCE SAME PERCEPTION TOWARDS ETHICAL
ACCOUNTING STUDENTS WITH A LOVE OF MONEY AS AN INTERVENING VARIABLE
(The Empirical Study on Islamic University in Yogyakarta)
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
VIKY APRIANTI 20130420296
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ii
INTERVENING
(Studi Empiris Pada Universitas Islam di Yogyakata)
THE INFLUENCE OF AGE, GENDER, SOCIAL STATUS ECONOMY, AND WORK EXPERIENCE SAME PERCEPTION TOWARDS ETHICAL
ACCOUNTING STUDENTS WITH A LOVE OF MONEY AS AN INTERVENING VARIABLE
(The Empirical Study on Islamic University in Yogyakarta)
Diajukan oleh:
VIKY APRIANTI 20130420296
Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing
iii
INTERVENING
(Studi Empiris Pada Universitas Islam di Yogyakata)
THE INFLUENCE OF AGE, GENDER, SOCIAL STATUS ECONOMY, AND WORK EXPERIENCE SAME PERCEPTION TOWARDS ETHICAL
ACCOUNTING STUDENTS WITH A LOVE OF MONEY AS AN INTERVENING VARIABLE
(The Empirical Study on Islamic University in Yogyakarta)
VIKY APRIANTI 20130420296
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal 20 Desember 2016
Yang terdiri dari
Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si., Ak., CA Ketua Tim Penguji
ErniSuryandari, S.E., M.Si Dr. Evi Rahmawati, S.E., M.Acc.,Ak., CA
Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji
Mengetahui
DekanFakultasEkonomi dan Bisnis UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta
iv
Nama : Viky Aprianti
Nomor Mahasiswa : 20130420296
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Pengaruh Usia, Gender, Status Sosial Ekonomi, Dan Pengalaman Kerja Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening” adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulisan lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri. Dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas baik sengaja atau tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 18 November 2016
v
(Depag RI, 1989 : 421)
“Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut
rahmat ; orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan
rukun Islam dan Pahala yang diberikan kepada sama dengan para Nabi”
(HR. Dailani dari Anas r.a)
“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya
menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”
vi memberikan rahmat dan hidayahNya.
2. Nabi Muhammad SAW, Allahumma shollii wa sallim ‘alaa nabiyyinaa Muhammad.
3. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Taufik dan Ibu Wiwin yang telah mendidik, mendukung dan menjadi pelita semangat dalam setiap langkah penulis. Terimakasih untuk doa dan kasih sayang yang selalu diberikan selama ini.
4. Kedua adikku tercinta, Melgi dan Rachel yang selalu menjadi penyemangat dalam setiap lagkah penulis.
5. Sahabatku tersayang, Retno fitria Wulandari, Atqatia Sugiharti, Heryana Rhuly Oktaria, Suniasna Elisabeth, Siska Febrina, dan Yessy Trimelda yang selalu ada disaat aku membutuhkan dan selalu memberi dukungan serta selalu mendoakanku.
6. Seluruh teman-temanku Nur icmiati Karim, Nurisa Septiani, Almira Leonita, Pratiwi Yunita, Karina Gama Soleha, Hera Nurmalita, Choirunnisa N.Okpian, N. Wulandari, Dita Pradina, Lieona Faradilla, Rahma Dwi yuliani, Rahmi Dwi Yuliana, Isfan Pratama, Setiawan Muhammad Syaifuddin, Andre Yahya, Yogi Levianto, Muhammad Galang Wibisono, Nina Lutfyantika, Surya Ayuningga, Totok Sunarko, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu mendoakan dan menemani langkahku disaat susah maupun senang.
vii
viii
of money merupakan penyebab dari persepsi etis. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu purposive sampling. Penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Islam Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 96 responden. Pengujian analisis data pada penelitian ini menggunakan PLS (Partial Least Square) melalui software SmartPLS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel usia, gender, dan status sosial ekonomi berpengaruh signifikan terhadap love of money, namun pengalaman kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap love of money. Variabel usia, gender, dan love of money mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Selain itu, pada pengaruh mediasi variabel usia memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money dan variabel gender berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi tanpa melalui love of money.
ix
factor of love of money is the cause of ethical perception. The samples in this study using data collection method is purposive sampling. This study used a sample of students majoring in accounting S1 final level Muhammadiyah University of Yogyakarta, Ahmad Dahlan University and Islamic University of Indonesia. The samples used as many as 96 respondents. The test data analysis in this study using the PLS (Partial Least Square) through software SmartPLS.
The results showed that the variables of age, gender, and socioeconomic status significantly influence the love of money, but the work experience does not have significant influence on the love of money. The variables of age, gender, and the love of money has a significant influence on the perception of ethical
accounting students. In addition, the mediating influence of the age variable has a significant influence on the perception of ethical accounting students through the love of money and gender variables significantly influence the perception of ethical accounting students without going through the love of money.
x
Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufik, dan karunia Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Usia, Gender, Status Sosial Ekonomi dan Pengalaman Kerja Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening.”
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada program Sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengangkat topik ini dimulai dari ketertarikan penulis untuk dapat mengetahui dan menjelaskan pengaruh dari usia, gender, status sosial ekonomi, dan pengalaman kerja terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dengan love of money sebagai variabel intervening pada mahasiswa akuntansi tingkat akhir. Melalui skripsi ini penulis berharap dapat memberikan ide pengembangan untuk penelitian selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa dukungan, bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Nano Parwoto, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Erni Suryandari Fatmaningrum, S.E.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan masukan, ilmu, dan nilai kedisiplinan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
xi
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa tidak ada hasil karya manusia yang sempurna. Demikian pula dengan skripsi ini yang tidak lepas dari kesalahan. Karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 18 November 2016 Penulis
xii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... viii
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ... 22
xiii
D. Teknik Pengumpulan Data ... 37
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37
F. Uji Kualitas Instrumen dan Hipotesis Data ... 42
1. Statistik Deskriptif ... 42
2. Uji Hipotesis ... 42
3. Uji Jalur ... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 49
B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 51
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 59
D. Pembahasan (Interpretasi) ... 65
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 76
A. Simpulan ... 76
B. Keterbatasan ... 77
C. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA
xiv
4.2 Karakteristik Responden ... 50
4.3 Statistik Deskriptif ... 51
4.4 Outer Loading ... 52
4.5 Average Variance Extracted (AVE) ... 54
4.6 Cross Loading ... 55
4.7 Composite Reliabillity ... 56
4.8 Cronbachs Alpha ... 57
4.9 R Square ... 58
money merupakan penyebab dari persepsi etis. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu purposive sampling. Penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Islam Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 96 responden. Pengujian analisis data pada penelitian ini menggunakan PLS (Partial Least Square) melalui
software SmartPLS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel usia, gender, dan status sosial ekonomi berpengaruh signifikan terhadap love of money, namun pengalaman kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap love of money. Variabel usia, gender, dan love of money mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Selain itu, pada pengaruh mediasi variabel usia memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love of money dan variabel gender berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi tanpa melalui love of money.
Kata kunci : Usia, Gender, Status sosial ekonomi, pengalaman kerja, Love of money,
of love of money is the cause of ethical perception. The samples in this study using data collection method is purposive sampling. This study used a sample of students majoring in accounting S1 final level Muhammadiyah University of Yogyakarta, Ahmad Dahlan University and Islamic University of Indonesia. The samples used as many as 96 respondents. The test data analysis in this study using the PLS (Partial Least Square) through software SmartPLS.
The results showed that the variables of age, gender, and socioeconomic status significantly influence the love of money, but the work experience does not have significant influence on the love of money. The variables of age, gender, and the love of money has a significant influence on the perception of ethical accounting students. In addition, the mediating influence of the age variable has a significant influence on the perception of ethical accounting students through the love of money and gender variables significantly influence the perception of ethical accounting students without going through the love of money.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Profesi akuntan memiliki tantangan yang sangat sulit dalam melakukan
pekerjaannya, karena akuntan harus profesional agar bisa menjaga
kompetensi, serta harkat dan martabatnya agar dapat terhindar dari ha-hal
yang dapat mencoreng nama baiknya. Selain keahlian dan kemampuan,
akuntan harus mempunyai etika dalam menjalankan profesinya, dan juga
untuk dapat bertahan dalam persaingan dunia bisnis atau usaha (Julianto,
2013). Selain itu etika seorang profesi akuntan juga sangat penting dalam
menentukan status dan kredibilitas dalam bidang akuntansi (Widyaningrum,
2014). Isu terkait etika selalu menjadi hal menarik untuk dibahas karena etika
dalam dunia akuntansi berhubungan erat dengan profesional auditing
(Charismawati, 2011).
Kewajiban yang harus dimiliki oleh akuntan yaitu menjaga standar
perilaku etis mereka pada organisasi tempat mereka bernaung, profesi,
masyarakat serta diri mereka sendiri dimana akuntan memiliki tanggung
Perilaku etis profesional akuntan sangat penting untuk menentukan status dan
kredibilitas profesi di bidang akuntansi (Charismawati, 2011). Sikap etis ini
sangat menggambarkan tanggung jawab auditor dan karakter profesi akuntan.
Saat ini kesadaran akan penting suatu perilaku etis sudah mulai tidak
diperdulikan lagi, terlihat jelas dengan adanya beberapa kasus yang terjadi
seperti skandal besar pada perusahaan Enron tahun 2002, yang melibatkan
Arthur Andersen dan tokoh-tokoh pelaku akuntansi professional Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Amerika Serikat.
Auditor Enron, Arthur Andersen ikut dipersalahkan karena dianggap
membantu proses perekayasaan laporan keuangan perusahaan tersebut yang
mengakibatkan turunnya rasa percaya masyarakat kepada akuntan. Kasus
tersebut mengakibatkan profesi akuntan menjadi pusat perhatian berbagai
pihak, karena dianggap mempunyai peran yang besar terhadap kasus
kebangkrutan pada suatu perusahaan (Widyaningrum, 2014). Enron menjadi
salah satu perusahaan dengan skandal besar yang berhasil dibongkar. Pradanti
(2014) mengatakan terbongkarnya kasus skandal tersebut menemukan adanya
kecurangan dengan memanipulasi angka-angka pada laporan keuangan yang
membuat perusahaan tersebut tidak kehilangan investor meskipun sebenarnya
perusahaan sedang mengalami kerugian. Himmah (2013) menyatakan dalam
tingkat tinggi antara manajemen Enron, para analisis keuangan, para penasihat
hukum, serta pihak-pihak lainnya.
Berbagai kasus pelanggaran yang telah terjadi mempertegas perlunya
kepekaan profesi akuntan terhadap etika. Perilaku etis merupakan perilaku
yang sejalan dengan norma, kaidah, sistem dan prinsip yang ditetapkan.
Karena itu, bukan hanya keketerampilan dan kepandaian khusus yang
diperlukan pada bidang profesi, sikap etispun diperlukan. Teori etika
menyajikan suatu kerangka yang dapat menuntun kita terhadap benar atau
tidaknya suatu keputusan moral (Himmah, 2013). Mastracchio (2005)
menekankan bahwa mahasiswa akuntansi harus perduli terhadap etika mulai
dari pendidikan akuntansi sebelum memasuki dunia profesi akuntan.
Widyaningrum (2014) mengasumsikan prospek etika sangat penting
dalam melakukan suatu tindakan dan kegiatan bisnis, sebab etika bisnis
merupakan suatu cara untuk menyesuaikan kepentingan strategis suatu usaha
bisnis dengan atau tuntutan kebijakan perusahaan. Sehingga pendidikan etika
benar-benar harus diperhatikan dan diterapkan selama bangku perkuliahan
karena etika sangat penting dalam suatu profesi, memfokuskan perhatian
profesi akuntan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi sebagai langkah
awal untuk meningkatkan persepsi terhadap profesi akuntansi. Aziz (2015)
mengatakan dengan harapan mahasiswa mempunyai karakteristik yang
menjunjung nilai-nilai etika dan menjadi individu yang beretika sebelum
menjadi tujuan pendidikan akuntansi yaitu memperkenalkan mahasiswa
akuntansi pada standar-standar dan nilai-nilai etik yang ada pada profesi
akuntansi.
Perilaku meyimpang dalam profesi akuntan bisa diminimalisasi oleh
niali-nilai etika. Nilai etika sebaiknya ditanamkan sedini mungkin untuk
menciptakan karakter dan moral seseorang. Untuk itu dimulai dari bangku
perkuliahan pendidikan etika harus benar-benar diterapkan dan diperhatikan
dengan harapan mahasiswa mempunyai karakteristik yang menjunjung
nilai-nilai etika dan menjadi individu yang beretika sebelum memasuki dunia kerja
(Aziz, 2015). Disamping lingkungan bisnis, banyak faktor lain yang dapat
mendorong seseorang untuk melakukan suatu pelanggaran terhadap persepsi
etisnya, salah satunya adalah faktor uang. Uang adalah suatu faktor yang
dapat dikatakan berpengaruh untuk kehidupan dan segala aktivitas yang
terjadi berkaitan dengan uang terutama dalam bidang akuntansi. Charismawati
(2011) menyatakan bahwa meskipun uang digunakan secara universal, namun
arti pentingnya tidak dapat diterima secara universal.
Di Amerika, kesuksesan individu diukur melalui seberapa banyak
uang serta penghasilan yang mampu didapat Elias (2009) dalam Charismawati
(2011). Widyaningrum (2014) mengatakan bahwa uang merupakan suatu
motivator untuk sebagian orang, tetapi bagi sebagian orang menganggapnya
sebagai sebuah hygiene factor. Widyaningrum (2014) penelitian tersebut
(MES), yang mencakup sikap yang positif dan yang negatif, kekuatan,
pencapaian, penghargaan dan pengelolaan uang (Widyaningrum, 2014).
Berbagai aspek demografi, seperti : gender, usia, status sosial ekonomi
dan pengalaman kerja dianggap ikut mempengaruhi tingkat love of money
seorang mahasiswa akuntansi. Widyaningrum (2015) memberikan kesimpulan
bahwa usia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap etika, sikap orang
yang berusia lebih tua ditemukan lebih etis dari rekan mereka yang berusia
lebih muda. Manajer yang usianya jauh lebih tua lebih etis dibandingkan
manajer yang usianya muda (melakukan pertukaran hadiah sebagai tindakan
spesial/istimewa, membeberkan informasi yang bersifat rahasia, menutupi
yang buruk, dan memanipulasi laporan). Widyaningrum (2015) usia
mengakibatkan pemikiran etis individu menjadi lebih etis. Usia seseorang
dianggap memiliki pengaruh pada pertimbangan etis. Menurut pendapat
Comunale et al (2006), seseorang yang berusia lebih muda cenderung kurang
fokus terhadap isu etis dibandingkan dengan rekan kerja mereka yang berusia
lebih tua.
Tang (2000) berpendapat bahwa karyawan perempuan memiliki tingkat
kepedulian pada uang lebih rendah jika dibandingkan karyawan laki-laki.
Dalam tahap sosialisasi terdapat perbedaan paradigma dalam melakukan
pekerjaan, laki-laki dianggap memiliki penekanan lebih pada sisi persaingan.
Berbeda dengan laki-laki perempuan dianggap memiliki penekanan lebih pada
juga dapat berpengaruh terhadap tingkat love of money seseorang (Sipayung,
2015).
Tang dan Arocas (2005) telah melakukan penelitan yang menunjukkan
bahwasannya mahasiswa yang telah bekerja memiliki tingkat kecintaan pada
uang lebih tinggi karena mereka menyadari pentingnya suatu kebutuhan dan
cara bagaimana untuk memenuhinya. Status sosial ekonomi merupakan
ukuran yang dapat menentukan posisi seseorang berdasarkan dari
pekerjaannya, pendapatannya, dan keanggotaannya dalam kehidupan sosial
(Sipayung, 2015). Erni (2013) menyatakan bahwa seseorang dengan
penghasilan tinggi akan memiliki tingkat konsumsi yang tinggi pula,
sedangkan seseorang dengan penghasilan yang rendah lebih cenderung
memiliki tingkat konsumsi yang rendah pula.
Sipayung (2015) menyatakan love of money mempengaruhi tindakan dan
perilaku seorang professional akuntan. Seorang akuntan yang memiliki love of
money rendah cenderung mempunyai kepuasan kerja yang rendah pula,
sebaliknya seorang akuntan yang memiliki love of money yang tinggi
cenderung mempunyai tingkat kepuasan kerja yang kecil serta memiliki
perilaku yang tidak etis. Penelitian ini dilakukan karena untuk mengetahui
apakah faktor love of money merupakan penyebab dari persepsi etis. Secara
keseluruhan penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian
Widyaningrum (2014) dan Sipayung (2015) yang membahas analisis tentang
dengan menggabungkan variabel independen dari Widyaningrum (2014) yaitu
usia dan gender dengan penelitian dari Sipayung (2015) yaitu pengalaman
kerja dan status sosial ekonomi. Sampel dalam penelitian ini adalah
mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.
Mahasiswa S1 Akuntansi tingkat akhir dipilih sebagai sampel karena
mahasiswa tersebut sudah mulai mendekati dunia kerja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut :
1. Apakah usia berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa
akuntansi?
2. Apakah gender berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa
akuntansi?
3. Apakah status sosial ekonomi berpengaruh terhadap love of money pada
mahasiswa akuntansi?
4. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap love of money pada
mahasiswa akuntansi?
5. Apakah usia berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi?
7. Apakah love of money berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa
akuntansi?
8. Apakah usia berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi
melalui love of money?
9. Apakah gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi
melalui love of money?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris, apakah :
1. Usia berpengaruh terhadap love of money padamahasiswa akuntansi.
2. Gender berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa akuntansi.
3. Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap love of money pada
mahasiswa akuntansi.
4. Pengalaman keja berpengaruh terhadap love of money pada mahasiswa
akuntansi.
5. Usia berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.
6. Gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.
7. Love of money berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.
8. Usia berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui love
9. Gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi melalui
love of money.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di
bidang akuntansi dan juga menambah kesadaran mahasiswa akan arti
penting pemahaman love of money serta etika profesi akuntan.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk menambah wawasan
dan pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian, yaitu pengaruh
usia, gender, status sosial ekonomi dan pengalaman kerja terhadap
persepsi etis mahasiswa akuntansi dengan love of money sebagai
variabel intervening.
b. Bagi Pembaca dan Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya mahasiswa yang sedang belajar di perguruan tinggi untuk
mempersiapkan perilaku etis mereka sebelum masuk dalam dunia
c. Bagi Dunia Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
perkembangan penelitian etika profesi akuntan serta dapat menjadi
11
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Harapan (Expectacy Theory)
Teori harapan bertumpu kepada motivasi dalam berperilaku yang akan
menghasilkan kombinasi suatu keinginan yang diharapakan sebagai suatu
hasil (Normadewi, 2012). Teori ekspektasi atau expectacy theory of
motivation pertama kali dikemukakan oleh Victor Vroom pada tahun 1964.
Sipayung (2015) menyatakan bahwa orang-orang akan termotivasi untuk
melakukan hal-hal tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa
tindakan mereka akan mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.
Teori harapan menjelaskan mengenai motivasi yang dimiliki karyawan
untuk mengeluarkan tingkat usahayang tinggi dengan melakukan kinerja yang
baik karena timbul keyakinan bahwa kinerja yang baik akan menghasilkan
penilaian kinerja yang baik pula. Penilaian kinerja yang baik dapat berupa
imbalan yang tinggi dari atasan atau mendapatkan sebuah penghargaan.
Motivasi yang dimiliki oleh karyawan berhubungan dengan perilaku etis
karyawan itu sendiri. Karyawan yang memiliki perilaku yang etis cenderung
memiliki motivasi untuk menghasilkan kinerja yang baik dan memuaskan.
pada kemampuan kognitif untuk mengantisipasi konsekuensi perilaku yang
sering terjadi (Normadewi, 2012).
Sipayung (2015) teori harapan ini digunakan dalam memperhitungkan
perilaku pada setiap keadaan yang mana terdapat dua pilihan alternatif atau
lebih yang harus dibuat. Dalam hal ini, contohnya teori harapan dapat
digunakan dalam menganalisis pengaruh hubungan tingkat love of money
terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dengan cara mengidentifikasi
faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.
2. Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior)
Teori tersebut mengatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh
sesuatu yang orang lain ingin lakukan (sikap), pemikiran mereka tentang apa
yang ingin mereka lakukan (aturan-aturan sosial), hal apa yang sering mereka
lakukan (kebiasaan) serta konsekuensi perilaku apa yang mereka pikiran.
Sikap yang berhubungan dengan komponen afektif mempunyai konotasi suka
atau tidak suka sedangkan komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan.
Sikap juga memberikan serta melayani suatu hal yang bermanfaat atau suatu
kebutuhan yang memuaskan (Pradanti dan Prastiwi, 2014). Faktor lingkungan
sekitar dan kebiasaan mempengaruhi pembentukan sikap yang dimiliki
seseorang terhadap uang. Banyak faktor yang menyebabkan lingkungan
membentuk suatu kebudayaan, kebudayaan tersebut yang akan berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku yang dimiliki seseorang.
Keinginan seseorang dipacu tentang hal apa yang mereka pikirkan,
sehingga jika keinginan seseorang akan uang berlebihan maka mereka
cenderung akan melakukan perbuatan diluar etika demi memenuhi keinginan
mereka akan hal tersebut. Mengenai hubungannya dengan pendidikan
sehingga pendidikan yang berkaitan dengan uang tidak saja hanya dipelajari
melalui pendidikan formal saja tetapi juga dipengaruhi oleh pendidikan yang
non formal didalamnya mencakup lingkungan dimana seseorang itu tinggal
yang banyak sedikitnya akan mempengaruhi pola pikir serta sikap yang
mereka miliki (Pradanti, 2014).
3. Etika
Etika dalam bahasa Yunani kuno disebut ”ethikos” yang berarti timbul
dari kebiasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia etika diartikan sebagai
penilai benar atau salah yang dipercayai suatu masyarakat atau golongan.
Pradanti (2014) berasumsi bahwa etika suatu hal yang absolut atau dengan
kata lain tidak dapatdilakukan tawar-menawar lagi, yang benar akan mendapat
pujian dan apabila salah maka harus mendapatkan sebuah sanksi. Namun
menurut pendapat Marwanto (2007) prinsip moral didasari oleh tingkah laku
seseorang yang kaitannya erat dengan etika yang mengakibatkan suatu hal
dan martabat seseorang dalam pandangan masyarakat (Pradanti, 2014). Etika
seseorang mempengaruhi persepsi etis yang dimiliki oleh setiap individu.
Dalam penelitian ini, persepsi etis mahasiswa dianggap tinggi karena
mahasiswa memiliki etika yang tinggi pula (Sipayung, 2015).
Etika yang dimiliki oleh mahasiswa dianggap tinggi karena mereka
adalah golongan terpelajar dan berpendidikan sehingga menghasilkan perilaku
yang etis. Walaupun begitu masih banyak mahasiswa yang melakukan
kecurangan, dan tidak berperilaku etis. Kecurangan tersebut biasanya
dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu penting untuk dilakukannya
penelitian mengenai etika dalam profesi akuntansi. Hal tersebut dapat dimulai
dengan memfokuskan penelitian pada persepsi etis mahasiswa, karena
mahasiswa kelak akan menjadi seorang akuntan profesional didalam dunia
kerja. Dengan memberikan pendidikan mengenai pentingnya etika dan
sosialisasi kode etik akuntan professional sejak masih berada di lingkungan
kampus sebagai tindakan antisipatif, maka diharapkan para mahasiswa tidak
akan melakukan kecurangan dalam menjalankan tugas profesinya di masa
depan nanti dan kedepannya kecurangan keuangan yang melibatkan akuntan
mungkin akan dapat dikurangi (Sipayung, 2015).
Himmah (2013) menyatakan bahwa Etika merupakan moral yang
ditanamkan di dalam diri individu yang membentuk suatu filsafat moralitas,
dan pada umumnya tidak tertulis. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi
disebut kode etik. Himmah (2013) mengatakan bahwa banyak penelitian juga
merujuk bagaimana aspek etis sebagai bagian dari proses pendidikan
akuntansi untuk membekali mahasiswa agar memiliki kesadaran etis dalam
menjalankan profesinya. Oleh karena itu, pendidikan etika memiliki tujuan
untuk membentuk perkembangan moral dan pola pikir mahasiswa untuk lebih
menyadari dimensi sosial dan dimensi etika dalam setiap pengambilan
keputusan etis mengenai berbagai isu skandal akuntansi yang selama ini
terjadi.
Pada dasarnya International Accounting Education Standards Board
(2006) menyatakan bahwa lingkungan pendidikan harus mampu membentuk
individu yang memiliki nilai etika dan perilaku profesional dengan
mengajarkan tentang nilai-nilai profesional, serta mengembangkan dan
menanamkan perilaku etis (Himmah, 2013).
4. Persepsi
Persepsi dapat dimaknai sebagai suatu keadaan tentang bagaimana
seseorang mengintepretasikan peristiwa, obyek, dan subjek (Pradanti dan
Prastiwi, 2014). Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi faktor
tersebut meliputi situasi, pemersepsi, serta obyek (Robbins dan Judge, 2007).
Dalam penelitian ini persepsi etis dianggap sebagai suatu pandangan orang
untuk melihat suatu kecurangan akuntansi. Berdasarkan hasil teori yang
mempengaruhi persepsi seseorang erat kaitannya dengan variabel independen
dalam penelitian ini yaitu variabel usia, gender, status sosial ekonomi, dan
pengalaman kerja. Variabel usia termasuk dalam kategori suatu keadaan sosial
yang masuk dalam faktor situasi (Pradanti dan Prastiwi, 2014).
Gibson et al. (1996) mengemukakan bahwa persepsi membantu
seseorang untuk memilih, menyimpan, mengatur, dan menafsirkan rangsangan
menjadi suatu gambaran dunia yang utuh dan penuh arti. Karena itu setiap
orang memberi makna tersendiri terhadap rangsangan, seseorang berbeda
ketika melihat hal yang sama melalui cara yang berbeda. Seorang pekerja
memandang suatu keadaan seringkali memiliki arti yang lebih dalam hal
memahami perilaku jika dibandingkan dengan keadaan itu sendiri. Pernyataan
lain yang lebih tegas menyatakan peta kognitif individu bukan sekedar
penyajian gambar dunia fisiknya saja, tetapi juga sebagai sebuah bagian
gambaran personalyang mana objek tertentu dipilih oleh individu sebagai
peranan utama, dan mampu dirasakan dalam tingkah laku seorang individu.
pada konteks penelitian ini persepsi berarti sebagai sebuah penerimaan atau
cara pandangan seseorang dengan melalui suatu proses yang diperoleh
berdasarkan pengalaman serta pengambilan nilai atau pembelajaran sampai
seorang individu itu mampu untuk mengambil keputusan akan suatu hal
5. Love of Money
Uang adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan.
Karena uang merupakan suatu hal yang sangat penting. Dengan uang
seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu sandang, pangan dan
papan. Bahkan Rubenstein (1981) mengatakan bahwa di Amerika Serikat,
kesuksesan diukur melalui uang dan pendapatan. Akan tetapi sebagian
seseorang menganggapnya berbeda. Perbedaan penafsiran akan uang akhirnya
menciptakan suatu konsep dengan hadirlah Tang (1992) yang
memperkenalkan love of money sebagai konsep literatur psikologis. Konsep
love of money tersebut digunakan sebagai suatu pengukuran untuk megetahui
perasaan subjektif individu terhadap uang (Julianto, 2013).
Arocas dan Tang (2004) menjelaskan pengertian love of money secara
ringkas sebagai : (1) tolak ukur terhadap keinginan atau nilai seseorang akan
uang meskipun bukan kebutuhan mereka; (2) pentingnya suatu uang serta
sikap akan uang. Kemudian Tang et al. (2008) mengartikan love of money
sebagai suatu sikap, pengertian, keinginan serta asprirasi yang dimiliki
seseorang pada uang.
Dalam penelitiannya Tang et al. (2000) menemukan bahwa seorang
professional memiliki kesehatan mental dengan kecintaan terhadap uang yang
rendah akan mengakibatkan rendahnya perputaran kesenjangan serta kepuasan
kerja yang rendah pula. Ketika masih ditemukannya beberapa bentuk
melakukan segala macam cara hanya demi mendapatkan uang. Hal ini jelas
menunjukkan pengaruh love of money terhadap perilaku tidak etis seseorang.
Orang-orang yang patuh terhadap segala macam godaan mendorong mereka
untuk melakukan perilaku etis atau tidak etis (Yeltsinta, 2013). Kecintaan
masing-masing orang terhadap uang dapat dipengaruhi faktor demografi
seperti usia seseorang dan beberapa hal lainnya yaitu gender, status sosial
ekonomi dan pengalaman kerja.
6. Usia
Kumala (2016) mengatakan Istilah usia diartikan dengan lamanya
keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu dipandang dari segi
kronologi, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan
anatomis dan fisiologik sama. Usia merupakan faktor yang dinyatakan dapat
mempunyai pengaruh terhadap pemikiran etis seseorang. Kumala (2016)
menyatakan pada teori Kohlberg usia berperan dalam perkembangan moral
kognitif. Perkembangan moral adalah suatu karakteristik pribadi yang dapat
dipengaruhi oleh faktor kondisional, hal tersebut nampak bahwa
perkembangan moral berkembang sejalan dengan bertambahnya usia
seseorang, yang mana dapat diperkirakan bahwa seseorang memperoleh
pengalaman semakin banyak sejalan dengan bertambahnya usia mereka.
Sehingga semakin baik perkembangan moral yang dimiliki seseorang maka
7. Gender
Gender digunakan sebagai aspek demografi yang berpengaruh
terhadap tingkat love of money seseorang karena terdapat perbedaan antara
tingkat love of money yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Hal ini juga
menunjukkan perbedaan dalam membuat suatu keputusan etis yang akan
diambil (Sipayung, 2015). Menurut Tang et al. (2000) karyawan laki-laki
cenderung lebih mementingkan uang dibandingkan dengan karyawan
perempuan. Pada penelitian lain juga ditemukan bahwa laki-laki memiliki
sikap etis lebih rendah dari pada perempuan, tetapi pada penemuan lain tidak
terjadi perbedaan sikap etis yang signifikan antara laki-laki dan perempuan
(Charismawati, 2011).
Dari sebuah studi eksplorasi Roxas dan Stroneback (2004) dalam
Pradanti (2014) menganalisa tanggapan atau respon siswa yang berasal dari
delapan negara yang berbeda, yang didalamnya termasuk China dan Kanada
menyangkut pertanyaan mengenai suatu kemungkinan terjadinya tindakan
dilema etis. Dari hasil penelitian itu menunjukkan bahwa siswa laki-laki
akuntansi di Ukraina mempunyai tingkat etis lebih tinggi jika dibandingkan
mahasiswa akuntansi perempuan, sebaliknya di China mahasiswa akuntansi
perempuan mempunyai tingkat etika yang cenderung lebih tinggi daripada
rekan mereka mahasiswa pria. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari
Amerika Serikat, Filipina, Kanada, Jerman dan Thailand. Berdasarkan hasil
itu menunjukkan bahwa gender berpengaruh pada etika.
8. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi merupakan ukuran yang dapat mengetahui
posisi seseorang berdasarkan dari pekerjaannya, pendapatannya dan
keanggotaannnya dalam kehidupan sosial (Sipayung, 2015). Menurut Pradanti
(2014) status sosial ekonomi merupakan pandngan tentang suatu kondisi
seseorang ataupun masyarakat yang dilihat melalui segi sosial dan ekonomi,
pandangan itu mencakup tingkat pendapatan dan lainnya. Sipayung (2015)
menyatakan bahwa status sosial ekonomi juga berhubungan dengan harta
benda, kekuasaan dan uang. Penghasilan yang didapat dari pekerjaan
professional lebih memiliki prestise dibandingkan penghasilan pekerjaan
kasar yang berwujud upah. Sehingga, jenis penghasilan seseorang dapat
memberikan gambaran mengenai status sosial ekonomi seseorang.
Penelitian Erni (2013) menemukan bahwa penghasilan tinggi yang
diperoleh seseorang akan menyebabkan tingkat konsumsi yang juga tinggi,
berbeda dengan seseorang yang memperoleh penghasilan yang rendah
cenderung lebih memiliki tingkat konsumsi yang juga rendah. Prasastianta
(2011) melakukan pengujian terhadap faktor pendorong perilaku ekonomi
sendiri. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa perilaku konsumtif
cenderung dilakukan oleh seseorang yang memiliki status ekonomi yang
tinggi.
9. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan proses tentang metode suatu pekerjaan
untuk membentuk pengetahuan atau keterampilan karyawan dalam
pelaksanaan tugas (Sipayung, 2015). Pengalaman kerja juga memiliki peran
dalam berkembangnya kepekaan etika seseorang. Hal ini dibuktikan lewat
penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2012) yang menyatakan bahwa
perkembangan seseorang berhubungan dengan seberapa banyak pengalaman
kerja mereka. Sipayung (2015) mengemukakan pengalaman kerja seseorang
dapat berpengaruh terhadap tingkat love of money. Pada penelitian ini,
pengalaman kerja yang dimiliki mahasiswa sangat menentukan kecintaannya
terhadap uang. Mahasiswa S1 misalnya, karena mereka masih menempuh
pendidikan, pengalaman kerja yang dimilikinya tidak sama dengan mahasiswa
S2 magister. Mahasiswa S2 magister memiliki pengalaman kerja yang lebih
banyak, karena sebagian besar dari mereka sudah pernah bekerja.
Tang dan Arocas (2005) melakukan sebuah penelitian yang
menunjukan bahwasannya tingkat kecintaan terhadap uang cenderung lebih
tinggi pada mahasiswa yang sudah pernah bekerja yang dalam hal ini sudah
pentingnya suatu kebutuhan dalam hidup serta bagaimana cara untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis 1. Pengaruh Usia Terhadap Love of money
Usia merupakan salah satu aspek demografi yang juga berdampak pada
tingkat love of money seseorang dan pemikiran etisnya. Usia mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam etika, orang yang berusia lebih tua lebih etis
dari pada orang yang berusia lebih muda (Sipayung, 2015). Menurut
Widyaningrum (2014) usia meningkatkan penalaran etis seseorang menjadi
lebih etis. Sama halnya yang dinyatakan dalam penelitian Furnham (1994),
bahwa para pekerja yang berusia lebih muda di Amerika Utara dan Selatan
mempunyai keinginan akan uang yang lebih jika dibandingkan dengan para
pekerja yang berusia lebih tua. Sama halnya pada studi penelitian yang
dilakukan Kovach (1987) menunjukkan dari 1000 karyawan, pekerja yang
berusia muda dengan tingkat pendapatan yang rendah lebih peduli akan uang,
namun pekerja yang berusia lebih tua dengan tingkat pendapatan yang lebih
tinggi serta jabatan organisasi condong termotivasi melalui pekerjaan yang
menarik, keamanan kerja, dan pengakuan.
Tang dan Arocas (2005) melakukan sebuah penelitian yang hasilnya
menunjukkan bahwasannya tingkat kecintaan terhadap uang cenderung lebih
akan lebih menyadari pentingnya suatu kebutuhan dalam hidup serta cara
memenuhi kebutuhan tersebut, berbeda dengan mahasiswa yang belum
bekerja yang belum memikirkan arti kebutuhan. Sehingga ia lebih baik dalam
memandang kebutuhan akan uang.
Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai
berikut:
H1 : Usia berpengaruh positif terhadap Love of money mahasiswa
akuntansi
2. Pengaruh gender terhadap Love of money
Selalu ada perdebatan tentang pandangan menilai uang antara laki-laki
dan perempuan (Charismawati, 2011). Seorang laki-laki lebih merasa tertuntut
dalam memenuhi kebutuhan hidup, serta memiliki ambisi untuk memperoleh
jabatan dan kekuasaan. Berbeda dengan perempuan yang tidak berambisi
untuk mendapatkan hal tersebut selama kebutuhan hidupnya tercukupi
Menurut Tang et al. (2000) karyawan laki-laki cenderung lebih
mementingkan uang dibandingkan dengan karyawan perempuan. Penelitian
tersebut membuktikan bahwa perempuan tidak memiliki tingkat love of money
yang tinggi, karena perempuan tidak memiliki motivasi untuk mendapatkan
jabatan atau kekuasaan, selama kebutuhannya terpenuhi (Charismawati,
Du dan Tang (2005) menyatakan dalam penelitiannya, wanita
mempunyai keinginan akan gaji yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
pria, karena wanita condong lebih menilai kebutuhan sosialnya serta memiliki
keinginan untuk mendapatkan tingkat kepuasan yang sama seperti pria
terhadap gaji yang lebih kecil atau memiliki kepuasaan yang lebih
dibandingkan pria meskipun dengan gaji yang sama, sementara pria lebih
condong menganggap gajinya lebih penting.
Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai
berikut:
H2 : Gender berpengaruh terhadap love of money mahasiswa akuntansi
3. Pengaruh status sosial ekonomi terhadap Love of money
Status sosial ekonomi merupakan suatu pandangan dan ukuran
seseorang dalam menentukan posisinya berdasarkan dari aspek sosial dan
ekonomi, pekerjaan, penghasilan dan keanggotaan dalam suatu perkumpulan
sosialnya (Sipayung, 2015). Status ekonomi seorang individu mempunyai
pengaruh pada kecintaan akan uang yang dimilikinya. Seseorang yang
memiliki status ekonomi yang cenderung tinggi akan menginginkan uang
lebih serta mempunyai perilaku yang konsumtif. Uang berperan penting
dalam kehidupan yang dimiliki seseorang sebagai penopang dalam kehidupan
Prasastianta (2011) melakukan pengujian faktor pendorong perilaku
ekonomi yang salah satunya adalah faktor status ekonomi mahasiswa itu
sendiri. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa perilaku konsumtif
cenderung dilakukan oleh seseorang yang memiliki status ekonomi yang
tinggi. Status sosial ekonomi yang dimiliki seseorang berhubungan dengan
perilaku etisnya. Orang dengan status sosial ekonomi yang tinggi cenderung
berperilaku tidak etis. Status sosial yang tinggi akan menghasilkan tingkat
love of money yang tinggi pula.
Sipayung (2015) menyatakan bahwa status sosial ekonomi juga
berhubungan dengan harta benda, kekuasaan dan uang. Penghasilan yang
didapat dari pekerjaan profesional lebih memiliki prestise dibandingkan
penghasilan pekerjaan kasar yang berwujud upah. Sehingga, jenis penghasilan
seseorang dapat memberikan gambaran mengenai status sosial ekonomi
seseorang.
Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai
berikut:
4. Pengaruh pengalaman kerja terhadap Love of money
Pengalaman kerja merupakan proses tentang metode suatu pekerjaan
untuk membentuk pengetahuan atau keterampilan karyawan dalam
pelaksanaan tugas (Sipayung, 2015). Pengalaman kerja dapat mempengaruhi
tingkat kecintaan seseorang terhadap uang, karena seseorang yang sudah
pernah bekerja akan lebih mengerti arti suatu kebutuhan dan proses memenuhi
kebutuhan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Tang dan Arocas (2005)
melakukan sebuah penelitian yang menunjukan bahwasannya tingkat
kecintaan terhadap uang cenderung tinggi pada mahasiswa yang sudah pernah
bekerja yang dalam hal ini sudah memiliki pengalaman kerja yang cukup,
dikarenakan mereka lebih menyadari pentingnya suatu kebutuhan dalam
hidup serta bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai
berikut:
H4 : Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap love of money
mahasiswa akuntansi
5. Usia terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Usia seseorang dinyatakan mempunyai dampak terhadap pemikiran
etisnya. seseorang yang lebih tua cenderung lebih fokus terhadap isu etis
dibandingkan rekan kerja mereka yang lebih muda Widyaningrum (2014),
lebih moralistik (Sankaran dan Bui, 2003). Penelitian tersebut didukung juga
oleh penelitian Comunale et al (2006) yang meneliti tentang pengaruh usia
mahasiswa untuk mengetahui reaksi mereka serta rencana berkarir mereka di
bidang akuntansi setelah mendapati skandal akuntansi yang tejadi dan
menunjukkan bahwa usia berpengaruh terhadap pendapat mahasiswa
akuntansi mengenai profesi akuntan dalam skandal keuangan. Pernyataan
tersebut sejalan dengan studi lainnya yang mengatakan bahwasanya
pertimbangan etika individu berhubungan dengan variabel usia
(Widyaningrum 2014).
Pada teori Kohlberg, usia memiliki peran dalam perkembangan moral
kognitif. Kohlberg menyatakan melalui enam langkah-langkah progresif,
suatu pertimbangan etis seseorang berkembangdari level pre-conventional
sampai level post-conventional. Namun, beberapa studi empiris menemukan
bahwa orang-orang muda membuat penilaian etis yang lebih baik daripada
orang yang lebih tua (Ede et al, 2000;. Vitell et al, 2007 dalam
Widyaningrum, 2014).
Widyaningrum (2014) mengemukakan bahwa terdapat faktor kontinjen
yang menyebabkan perkembangan moral menjadi tidak berpengaruh terhadap
perilaku etis individu dalam pengambilan keputusan etis, faktor kontinjen
tersebut meliputi faktor kondisional antara lain sanksi (punishment) dan
penghargaan (reward). Faktor-faktor tersebut merupakan hal yang selalu ada
pengendalian organisasi. Kebijakan yang dibuat oleh manajemen dalam suatu
organisasi menjadi pembatas bagi individu yang bergabung dalam anggota
organisasi, sehingga faktor ini dapat memberikan pengaruh pada setiap
tindakan yang dilakukan oleh setiap anggota organisasi dimana mereka
bernaung.
Widyaningrum (2014) mengatakan usia dapat menentukan perkembangan
moral seseorang, dimana dengan bertambahnya usia seseorang maka
pengalaman yang didapat juga akan semakin banyak. Sehingga semakin baik
pula perkembangan moralnya maka semakin dapat untuk berperilaku etis.
Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai
berikut:
H5 : Usia berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa
akuntansi
6. Gender terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Gender dapat mempengaruhi perbedaan persepsi dalam menanggapi kasus
mengenai etika profesi akuntan publik (Normadewi, 2012). Melalui
pendekatan sosialisasi antara gender dan literatur oleh Gilligan (1982), pria
dan wanita menilai dilema etis secara berbeda. Berdasarkan pendekatan
tersebut, terlihat bahwa pria lebih condong melakukan hal-hal atau perilaku
yang tidak etis dikarenakan mereka lebih fokus terhadap kesuksesan dengan
kesuksesan, sedangkan wanita lebih menitikberatkan pada tugas sehingga ia
lebih fokus dalam melaksanakan dan menyelesaikan suatu tugas dibandingkan
melanggar aturan.
Studi empiris menunjukkan adanya perbedaan perkembangan moral
berdasarkan gender dalam pengambilan keputusan etis yang yang berkaitan
dengan etika pada bidang akuntansi dan bisnis. Penelitian tersebut berhasil
menerangkan bahwa perempuan mempunyai pertimbangan moral yang lebih
tinggi dibandingkan dengan laki-laki mengenai ikatan yang kuat sekaligus
konsisten antara pertimbangan moral dan gender. Hal tersebut karena wanita
lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan serta lebih berusaha untuk
menjauhi risiko yang bisa merugikan dirinya dimasa yang akan datang.
Sementara pria tidak terlalu memikirkan risiko dimasa yang akan datang
dalam mengambil suatu keputusan (Widyaningrum, 2014).
Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai
berikut:
H6 : Gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswaakuntansi
7. Love of Money terhadap persepsi etis mahasiwa akuntansi
Etika yang dimiliki individu berkaitan erat terhadap persepsi etisnya.
Tingginya etika yang dimiliki seorang individu menunjukkan bahwa ia
memiliki tingkat kecintaan pada uang yang rendah (Elias, 2010). Love of
uang sering digunakan secara universal, namun arti pentingnya tidak diterima
secara universal (Pradanti, 2014). Pada tahap sosialisasi terhadap uang
dipelajari mulai dari proses sosialisasi masa anak-anak hingga dewasa. Pada
dunia bisnis, uang biasa digunakan oleh manajer untuk mendorong
karyawannya dalam melakukan suatu pekerjaan (Milkovich dan Newman,
2002). Dikarena uang memiliki arti penting dan penafsiran yang berbeda
maka Tang (1992) mengemukakan sebuah konsep yang disebut “love of
money” untuk menilai perasaan subyektif seseorang mengenai uang.
Menurut Charismawati (2011) love of money dan persepsi etis
mempunyai ikatan yang negatif. Semakin rendah persepsi etis yang dimiliki
seseorang maka akan semakin tinggi tingkat love of money yang dimilikinya,
begitupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan apabila kecintaan seseorang
terhadap uang tinggi, maka seseorang akan berupaya untuk melakukan segala
macam cara dalam memenuhi kebutuhannya, meskipun tidak sesuai dengan
etika yang ada. Dibeberapa negara, telah melakukan penelitian yang lebih
dalam mengenai hubungan perilaku cinta uang dan persepsi etis. Elias (2010)
dalam penelitiannya mengevaluasi hubungan antara love of money dengan
persepsi etis yang bila dikaitkan akan memberikan hasil ikatan yang negatif.
Mahasiswa yang memiliki tingkat love of money yang tinggi cenderung
memiliki tingkat pertimbangan etis yang rendah, berbeda dengan mahasiswa
lebih baik dalam memandang kebutuhan akan uang serta dalam persepsi
etisnya.
Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka rumusan hipotesis sebagai
berikut:
H7: Love of money berpengaruh negatif terhadap persepsi etis mahasiswa
akuntansi
8. Pengaruh Usia terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi melalui
Love Of Money
Usia berdampak pada tingkat love of money seseorang dan pemikiran
etisnya. Usia memegang pengaruh yang signifikan dalam etika, orang yang
berusia lebih tua lebih etis dari pada orang yang berusia lebih muda
(Sipayung, 2015). Menurut Kohlberg (1981) dalam Widyaningrum (2014)
usia meningkatkan penalaran etis seseorang menjadi lebih etis. Sama halnya
yang dinyatakan dalam penelitian Furnham (1994), bahwa para pekerja yang
berusia lebih muda di Amerika Utara dan Selatan mempunyai keinginan akan
uang yang lebih jika dibandingkan dengan para pekerja yang berusia lebih tua.
Berbeda pula pada studi penelitian yang dilakukan Kovach (1987)
menunjukkan dari 1000 karyawan pekerja yang berusia muda dengan tingkat
pendapatan yang rendah lebih peduli akan uang, namun pekerja yang berusia
condong termotivasi melalui pekerjaan yang menarik, keamanan kerja, dan
pengakuan (Widyaningrum, 2014).
Penelitian tersebut didukung juga oleh penelitian yang dilakukan
Comunale et al (2006) yang mengamati tentang pengaruh usia untuk melihat
reaksi mahasiswa dalam rencana pekerjaan mereka pada bidang akuntansi
setelah mengetahui kasus skandal akuntansi yang sering tejadi dan
mengungkapkan bahwa usia berpengaruh terhadap pemikiran mahasiswa
akuntansi pada profesi akuntan dalam skandal mengenai keuangan. Pernyataan
tersebut sejalan dengan studi lainnya yang mengatakan bahwasanya
pertimbangan etika individu berhubungan dengan variabel usia (Widyaningrum,
2014). Semakin bertambah usia seorang mahasiswa akuntansi maka
kecintaannya terhadap uang akan semakin tinggi sehingga semakin dapat
seseorang itu untuk berpersepsi etis, karena usia dapat menentukan
perkembangan moral seseorang, dimana dengan bertambahnya usia maka
pengalaman yang didapat juga akan semakin banyak. Sehingga semakin baik
perkembangan moral seseorang maka akan semakin dapat seseorang untuk
berperilaku etis. Menjadikannya semakin rasional dalam menilai kebutuhan akan
uang dan memandang kebutuhan dalam hidup.
H8 : Usia berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa
9. Pengaruh Gender terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi melalui
Love Of Money
Gender mempengaruhi tingkat kecintaan uang mahasiswa akuntansi dan
pemikiran etisnya melalui pendekatan sosialisasi antara gender dan literatur
oleh Gilligan (1982), pria dan wanita menilai dilema etis secara berbeda.
Berdasarkan pendekatan tersebut, bahwa pria lebih condong melakukan
hal-hal atau perilaku yang tidak etis dikarenakan mereka lebih fokus terhadap
kesuksesan dengan cara yang kompetitif dan sering mengabaikan peraturan
untuk memperoleh kesuksesan, sedangkan wanita lebih menitikberatkan pada
tugas sehingga ia lebih fokus dalam melaksanakan dan menyelesaikan suatu
tugas dibandingkan melanggar aturan. Penelitian Tang et al. (2000) yang
hasilnya menunjukkan bahwa laki-laki cenderung mempunyai tingkat
kecintaan pada uang lebih tinggi daripada perempuan, hal itu dikarenakan
laki-laki lebih dituntut untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidup dan
juga memiliki ambisi untuk meraih kedudukan dan kekuasaan sedangkan
perempuan tidak terlalu termotivasi akan hal tersebut selagi kebutuhan
hidupnya terpenuhi.
Penjelasan lainnya mengenai perbedaan tersebut yaitu sosialisasi
antara laki-laki dan perempuan yang beragam. Laki-laki dibiasakan untuk
lebih menitikberatkan pada persaingan namun perempuan dibiasakan untuk
lebih menitikberatkan pada hubungan sosial (Julianto, 2013). Laki-laki
laki-laki yaitu kompetitif yang tinggi, yang menuntut mereka untuk selalu
berusaha keras mencapai kesuksesan dan mampu menafkahi keluarganya.
Sedangkan perempuan cenderung lebih berwaspada dalam melakukan
tindakan serta lebih berupaya untuk menjauhi risiko yang bisa merugikan
dirinya dimasa yang akan datang.
H9 : Gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi
36
A. Objek/Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas
Ahmad Dahlan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan akuntansi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.
Mahasiswa S1 Akuntansi tingkat akhir dipilih sebagai sampel karena
mahasiswa tersebut sudah mulai mendekati dunia kerja yang menuntut
sikap etis yang tinggi dan merupakan calon profesi akuntan masa depan
yang sering terguncang skandal perusahaan. Peneliti memilih mahasiswa
S1 tingkat akhir karena telah mendekati kelulusan sehingga pola pikirnya
telah terbentuk dengan matang untuk menghadapi dunia kerja.
B. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner
sebagai instrument utamanya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat pernyataan atau
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sipayung, 2015).
S1 akuntansi tingkat akhir Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode
puposive sampling, merupakan suatu metode pemilihan sampel yang
sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini
sampel yang digunakan adalah mahasiswa S1 tingkat akhir jurusan
akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam
Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini memakai kuesioner sebagai
instrumen utama. Kuesioner disebarkan secara langsung kepada responden
yaitu mahasiswa S1 akuntansi tingkat akhir Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Pada penelitian ini memiliki empat variabel independen yaitu : usia,
gender, status sosial ekonomi, dan pengalaman kerja, satu variabel
intervening yaitu love of money dan satu variabel dependen yaitu persepsi
etis. Definisi dari masing-masing variabel yang digunakan akan dijelaskan
1) Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah
persepsi etis mahasiswa akuntansi. Persepsi etis merupakan cara atau
bagaimana seseorang bersikap dan menilai suatu keadaan atau perilaku
pelanggaran (Charismawati, 2011). Untuk mengukur persepsi etis
mahasiswa akuntansi, menggunakan skenario yang digunakan oleh
(Sipayung, 2015). Dalam riset mereka, mereka mengukur hubungan
penalaran moral serta peninjauan diri Chief Financial Officer (CFO)
pada persepsi etis terhadap pelanggaran.
Penelitian ini menggunakan 5 skenario yang berupa
kasus-kasus yang berhubungan dalam bidang akuntansi yang mencakup :
perilaku atau perbuatan tidak etis yang sering terjadi seperti
penghindaran pajak, pembelian orang dalam, konflik kepentingan,
kerahasiaan profesional serta pembayaran kembali. Responden
menyatakan setuju dan tidak setuju berdasarkan skala lima poin yaitu 1
(sangat tidak setuju) sampai 5 (Sangat Setuju), namun dalam penelitian
ini dimodifikasi menjadi 4 pilihan jawaban menggukan skala likert
dari angka 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju). Semakin
tinggi skor jawaban maka menunjukkan mahasiswa tersebut semakin
2) Variabel Independen
a. Usia
Usia merupakan salah satu aspek yang berdampak pada
pemikiran etis dan tingkat love of money seseorang yang juga
menentukan tingkat kematangan pemikiran seseorang. Usia ikut
berperan dalam perkembangan moral seseorang. Menurut Lawrence
dan Shaub (1997) dalam Sipayung (2015) usia seseorang akan
meningkat lebih tinggi dalam pengembangan moral. Seseorang dengan
perkembangan moral yang baik maka akan semakin bisa untuk
berperilaku. Hal ini berarti orang condong lebih etis ketika mereka
beranjak dewasa. Tidak ada penaksiran yang spesifik pada hal
pengukuran pengaruh usia. Usia merupakan variabel dummy yang
diukur dengan memberikan kode 0 untuk usia muda (19-21 tahun) dan
kode 1 untuk kelompok usia dewasa (22-25).
b. Gender
Gender merupakan konsep analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan yang dilihat dari
segi non-biologis, meliputi aspek sosial, budaya, maupun psikologis
(Mutmainah, 2006). Pada penelitian ini gender dibedakan antara
laki-laki dan perempuan. Gender digunakan untuk melihat apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara love of money dan persepsi etis
menggunakan variabel Dummy untuk mengukur variabel gender
dimana untuk perempuan diberikan kode 0 dan untuk laki-laki
diberikan kode 1.
c. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi merupakan suatu pengukuran untuk
melihat kedudukan seseorang berdasarkan karier, pendapatan dan
keanggotaannya dalam kelompok sosial (Sipayung 2015). Untuk
mengukurnya dapat dilakukan dengan mengukur penghasilan yang
diperoleh. Pada penelitian ini variabel status sosial dibagi dalam dua
kelompok pengukuran, yaitu : penghasilan pribadi untuk mahasiswa
yang sudah mempunyai penghasilan sendiri dan penghasilan orang tua
untuk mahasiswa yang belum memiliki penghasilan sendiri.
Pembagian tingkat penghasilan menggunakan tingkat status sosial
(Sipayung, 2015). Variabel ini diukur dengan skala ordinal, dengan
kode 0 untuk kelompok kelas bawah yang penghasilannya < Rp
1.000.000, 1 untuk kelompok kelas menengah dengan penghasilan Rp
1.000.000 – Rp 2.000.000, dan 2 untuk kelompok kelas atas dengan
penghasilan > Rp 2.000.000
d. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang
telah diketahui dan dikuasai seseorang akibat dari perbuatan atau