• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Empirik pada Beberapa Guru SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta

SKRIPSI

Oleh:

Alfonsa Ika Andriani 041334020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Doa Yang Indah

Aku minta Tuhan menyingkirkan deritaku. Tuhan menjawab,” Tidak. Itu bukan untuk kusingkirkan tetapi agar kau mengalahkannya”

Aku minta Tuhan menyempurnakan kecacatanku. Tuhan menjawab, “Tidak. Jiwa itu sempurna, badan hanyalah sementara.”

Aku meminta Tuhan memberiku kebahagiaan. Tuhan menjawab, “Tidak. Aku memberimu berkat, kebahagiaan itu tergantung padamu.”

Aku meminta Tuhan untuk menjauhkan penderitaan. Tuhan menjawab, “Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari perhatian duniawi, dan membawamu dekat kepadaku.”

Aku minta Tuhan menumbuhkan roh. Tuhan menjawab, “Tidak. Kau harus menumbuhkannya sendiri, tetapi aku akan memangkas untuk membuat kamu berubah.”

Aku meminta Tuhan segala hal yang membuatku menikmati hidup. Tuhan menjawab, “Tidak aku akan memberimu hidup, sehingga kau dapat menikmati segala hal.”

Aku meminta Tuhan membantuku mengasihi orang lain, seperti Ia mengasihi aku. Tuhan menjawab,”Aghhh….,akhirnya kau mengerti. Hari ini adalah milikmu, jangan sia-siakan. Tuhan memberkatimu. Bagi dunia mungkin kau hanyalah seseorang, tetapi bagi seseorang kau mungkin

dunianya.”

<<<

Skripsiku ini aku persembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sebagai sumber hidupku Papa dan Mama yang selalu memberikan kasih dan doa untuk keberhasilanku Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan aku keceriaan dalam hari-hariku Mas Agung yang telah setia mendengar keluh kesahku, atas segala doa, semangat dan cinta…

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesunguh-sunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 06 November 2008

Penulis

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Alfonsa Ika Andriani

Nomor Mahasiswa : 041334020

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal : 14 Januari 2009

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: ” Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Ditinjau dari Usia, Pengalaman Kerja, dan Status Sosial Ekonomi”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memeperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan, dorongan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu di kesempatan ini sudah selayaknya bagi penulis untuk menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta beserta stafnya, yang telah memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan selama penulis mengikuti pendidikan.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Bapak L. Saptono, S. Pd., M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

5. Bapak Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Orang tuaku tercinta Bpk. Andreas Wargunanto dan Ibu. Maria Sugiharyani, adikku Bernadeti Dwi Esterina, Marieta Dea Karina yang selalu setia

(8)

memberikan doa, semangat dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Untuk teman seperjuanganku Agustina Susanti dan Putri Kurnia Jati terima kasih atas kerjasama, semangat, masukan, dan atas kenangan indah saat kita penelitian bersama

8. Sahabat-sahabat terbaikku Rani, Pasca, Cece, Puput, Shela, Astri, Yanita, Gareth, Yoga, Koco, Blacki, Agung, Beny, TePe terima kasih untuk segala

canda tawa dan semangat kalian, dengan persahabatan ini kalian telah memberi warna baru bagi hidupku.

9. Victorius Dwi Prasetyo Agung Nugroho,SS, terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian, dan semangat dalam setiap langkah hidupku.

10.Mas Regar atas kerelaan hatinya untuk setia mengantar kami dalam penelitian yang luar biasa melelahkan.

11.Teman-temanku serta pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun bagi

kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, 06 November 2008 Penulis

Alfonsa Ika Andriani

(9)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI USIA, PENGALAMAN KERJA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

Alfonsa Ika Andriani

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia, (2) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari pengalaman kerja, (3) perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari status sosial ekonomi.

Populasi penelitian ini adalah guru-guru SMA se Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sampel sebanyak 359 guru. Teknik pengambilan sampel dilakukan proportionate stratified random sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang berisi angket pertanyaan tertutup. Teknik analisis data yang digunakan adalah Chi-Square dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari usia (χ2 tabel 12,59 > χ2hitung 8,94), (2) Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari pengalaman kerja (χ2tabel 12,59 > χ2hitung 6,23), dan (3) Tidak terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari status sosial ekonomi (χ2 tabel 9,48 > χ2hitung 1,08).

(10)

ABSTRACT

AN ANALYSIS ON TEACHERS’ PEDAGOGIC COMPETENCE PERCEIVED FROM THEIR AGES, WORKING EXPERIENCE, AND

SOCIAL ECONOMICAL STATUS

Alfonsa Ika Andriani

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2008

This study aims to answer 3 problems : (1) the difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their ages (2) the difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their working experience,(3) The difference of teachers’ pedagogic competence perceived from their social economical status.

The populations of this study are the high school teachers in the special province of Yogyakarta with the total samples are 359 teachers. The method used in taking the samples was proportionate stratified random sampling. The data were collected by using questionnaire that contains closed questions. In analyzing the data, the writer used Chi-Square method with 5% signification rate.

The result of this study shows that (1) there’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their ages (χ2 table 12,59 > χ2

count 8,94) (2) there’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their working experience, (χ2table 12,59 > χ2count 6,23) (3) There’s no difference on the teachers’ pedagogic competence perceived from their social economical status (χ2 table 9,48 > χ2count 1,08).

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIK ... 8

A. Pengertian Kompetensi ... 8

B. Kompetensi Profesional Guru... 9

C. Hakikat Guru... 14

D. Umur ... 16

E. Pengalaman Kerja ... 17

F. Status Sosial Ekonomi ... 18

G. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ... 22

(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 27

E. Operasionalisasi Variabel ... 28

F. Teknik Pengumpulan Data... 42

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 43

H. Teknik Analisis Data... 45

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 52

A. Deskripsi Data... 52

B. Analisis Data ... 57

C. Pembahasan... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

C. Keterbatasan Penelitian... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Pengambilan Sampel Per Wilayah ... 29

Tabel 3.2 Variabel Kompetensi Pedagogik... 31

Tabel 3.3 Variabel Usia ... 35

Tabel 3.4 Variabel Pengalaman Kerja ... 35

Tabel 3.5 Variabel Status Sosial Ekonomi... 35

Tabel 3.6 Kriteria Kompetensi Pedagogik... 36

Tabel 3.7 Kriteria Usia... 36

Tabel 3.8 Kriteria Pengalaman Kerja... 36

Tabel 3.9 Pendapatan Keluarga Per Bulan... 37

Tabel 3.10 Jumlah Anggota Keluarga... 37

Tabel 3.11 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 38

Tabel 3.12 Rumah ... 38

Tabel 3.13 Fasilitas Khusus Barang Yang Dimiliki ... 38

Tabel 3.14 Sumber Air yang Dipergunakan ... 39

Tabel 3.15 Jumlah Kamar Mandi... 39

Tabel 3.16 Sawah Yang Dimiliki... 39

Tabel 3.17 Kebun Yang Dimiliki... 39

Tabel 3.18 Pangkat Guru ... 40

Tabel 3.19 Ruang Golongan ... 40

Tabel 3.20 Jabatan Dalam Keorganisasian ... 41

Tabel 3.21 Keaktifan Dalam Keorganiasian Keagamaan ... 41

Tabel 3.22 Keaktifan Dalam Pertemuan Kemasyarakatan ... 41

Tabel 3.23 Pendidikan Terakhir... 42

Tabel 3.24 Hasil Pengukuran Validitas Kompetensi Pedagogik Guru ... 44

(14)

Tabel 3.25 Interpretasi C maks... 51

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia... 52

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 53

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Ststus Sosial Ekonomi ... 54

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kompetensi Pedagogik... 56

Tabel 4.5 Pengujian Normalitas... 57

Tabel 4.6 Pengujian Homoginetas ... 58

Tabel 4.7 Pengujian Hipotesis Kompetensi Pedagogik Ditinjau dari Usia... 59

Tabel 4.8 Pengujian Hipotesis Ditinjau dari Pengalaman Kerja... 61

Tabel 4.9 Pengujian Hipotesis Ditinjau dari Sosial Ekonomi... 63

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui pengajaran. Kegiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar 9 tahun, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Muhibin, 1995).

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan menduduki peranan penting sehingga perlu mendapatkan prioritas tinggi dalam pembangunan nasional. Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia itu, pendidikan mempunyai tugas untuk memberikan bekal kepada seseorang agar potensinya berkembang sehat, wajar, optimal dan bersifat adaptif sehingga sifat dasar manusia yang eksploratif dan adaptif bisa berkembang dan menemukan artikulasinya dalam wadah pendidikan (Pudjo Suharso,1993;7)

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar adalah proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam hal ini bukan hanya sekedar penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman

(16)

sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Peranan guru adalah serangkaian

tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta

berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa

yang menjadi tujuannya (Wrightman, 1977). Tapi dalam prakteknya guru hanya

sekedar menyampaikan materi kepada murid tanpa disertai keteladanan yang

seharusnya dapat dicontoh oleh peserta didik. Tidak jarang pula guru yang hanya

cenderung mengacu pada buku pelajaran semata. Padahal dengan adanya KTSP,

sebenarnya guru bisa lebih kreatif dalam mengajar. Sebagai dampaknya banyak

siswa yang kurang tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga

tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai, lebih parahnya lagi hal tersebut dapat

menjadi salah satu faktor banyaknya siswa tidak lulus dalam mengikuti Ujian Akhir

Nasional (UNAS). Seperti dikutip dari www.kapanlagi.com menyatakan bahwa

Sebanyak 3.084 siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA) se-Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) tidak lulus Ujian Nasional (Unas) 2006/2007.

Hal di atas merupakan salah satu bukti keprihatinan dari pemerintah oleh

sebab itu pemerintah tidak lelah untuk terus melakukan perbaikan mutu pendidikan

mulai dari upaya peningkatan standar lulusan sekolah dasar dan menengah,

perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum, hingga bagian yang

terpenting, peningkatan kompetensi para pendidik yang kerap menjadi keluhan

terbesar.

Oleh dari itu pemerintah menetapkan kebijakan bahwa guru harus ikut uji

(17)

ia seorang profesional. Presiden telah mencanangkan bahwa guru adalah sebuah

profesi, maka tentu harus ada perubahan. Dituangkan dalam peraturan perundangan,

UU Guru dan Dosen. No 14/2005 yang diudangkan pada 30 Desember 2005.

“Intinya mengatur bahwa guru dan dosen sebagai sebuah profesi memerlukan

kualifikasi dan persyaratan tertentu serta pemberian jaminan. Standarnya demikian.

Guru profesional harus punya standar kualifikasi akademik tertentu. Guru S1/D4,

dosen S2. kemudian harus ada bukti dalam bentuk sertifikat bahwa memang dia

sebagai tenaga profesi. Karenanya dituntut pula untuk mempunyai sertifikasi

pendidik” jelas Dirjen PMPTK, Depdiknas, Prof Fasli Jalal, Ph.D yang dikutip dari

www.dimasnugraha.wordpress.com.

Dalam uji tersebut guru diwajibkan memiliki beberapa kompetensi dalam diri

guru itu sendiri yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi

profesional, dan kompetensi sosial. Selanjutnya dalam Undang-Undang Guru,

kompetensi pedagogik diartikan sebagai kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi

profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan

mendalam, sedangkan kompetensi sosial guru didefinisikan sebagai kemampuan

guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik,

semua guru, orangtua peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Namun pada kenyataannya ternyata tersebut belum sesuai dengan harapan

karena setelah dilakukan uji sertifikasi pada guru, banyak sekali guru di berbagai

(18)

dosen di 14 kabupaten kota DIY – Jawa Tengah Sebanyak 400 guru dari 1.710 guru

yang mengikuti akreditasi di Universitas Negeri Yogyakarta (DIY) dinyatakan tidak

lulus.(http://www.indonesia.go.id). Sedangkan di Bandung Sebanyak 10.000 dari

17.000 kuota guru di Jabar yang berhak mendapatkan sertifikasi pada 2007

kemungkinan gagal tes sertifikasi. Hanya 7.000 guru yang dipastikan lulus tes

tersebut. Lebih memprihatinkan lagi sebanyak 1.600 dari 2.000 guru yang teregistrasi

di Nusa Tenggara Timur dipastikan tak lolos sertifikasi guru karena tidak memenuhi

persyaratan. Di lain sisi, data di atas juga membuktikan bahwa kompetensi guru antar

daerah berbeda-beda satu dengan yang lainnya, tentu saja juga akan berbeda pula

kompetensi antar pribadi guru.

Kompetensi guru yang berbeda-beda diduga disebabkan oleh faktor-faktor

yang terdapat dalam diri guru itu sendiri, misalnya faktor usia guru itu sendiri yang

mungkin akan mempengaruhi cara guru memahami peserta didik saat dalam kelas,

atau kematangan usia guru akan berpengaruh terhadap kepribadian guru sehingga

mampu memahami siswa sehingga bisa memilih metode yang tepat untuk

pembelajaran bagi siswa.

Faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi kompetensi guru adalah

pengalaman kerja guru itu sendiri, seorang guru yang sudah banyak memiliki

pengalaman kerja dalam mengajar pasti berbeda dengan guru yang baru saja lulus

dalam cara dia mengajar, ataupun bersikap kepada anak didiknya. Selain faktor umur

dan pengalaman kerja, faktor status sosial ekonomi guru mungkin juga dapat

mempengaruhi tingkat kompetensi guru satu dengan yang lainnya misalnya dalam

(19)

yang memiliki tingkat ekonomi yang tinggi pasti juga berbeda dengan guru yang

memiliki status sosial ekonomi rendah.

Dari keempat kompetensi yang membentuk sosok guru professional di atas,

yang ingin diamati oleh penulis adalah kompetensi pedagogik yaitu suatu

kompetensi yang dapat mencerminkan kemampuan mengajar seorang guru. Untuk

dapat mengajar dengan baik maka yang bersangkutan harus menguasai teori dan

praktek pedagogik dengan baik. Misalnya dengan memahami karakter peserta didik,

dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, mampu memberikan evaluasi

terhadap apa yang sudah diajarkan, juga mengembangkan potensi yang dimiliki oleh

peserta didik. Dan kompetensi pedagogik guru dalam pengajaran sangatlah penting

dalam pencapaian tujuan pembelajaran di kelas.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti tentang “ ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DITINJAU DARI ASPEK UMUR, PENGALAMAN KERJA DAN STATUS SOSIAL EKONOMI”.

B. Batasan Masalah

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

keprefesionalan guru-guru dari berbagai aspek, tetapi agar penelitian lebih terarah

dan mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya, serta kemampuan peneliti, maka

penelitian ini hanya dibatasi pada satu kompetensi saja yaitu kompetensi pedagogik

(20)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek usia?

2. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek

pengalaman kerja ?

3. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek sosial

ekonomi ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau

dari aspek usia.

2. Untuk mengetahui adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau

dari aspek pengalaman kerja.

3. Untuk mengetahui adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau

dari sosial ekonomi.

E. Manfaat Penelitian 1) Sekolah

Dari hasil penelitian ini sekolah dapat menilai kembali sejauh mana

(21)

kompetensi guru yang ditinjau dari aspek usia, pengalaman kerja, dan sosial

ekonomi guru.

2) Bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi penelitian

yang berkaitan dengan kompetensi guru sehingga dapat digunakan sebagai

salah satu alat untuk melihat kompetensi guru SMA di DIY kaitannya dengan

kompetensi pedagogik.

3) Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pemacu perbaikan lulusan

khususnya mahasiswa FKIP untuk dipersiapkan menjadi seorang guru

profesional nantinya.

4) Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan memberi wawasan baru tentang profil guru,

sehingga termotivasi untuk semakin memdalami dan benar-benar

(22)

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Pengertian Kompetensi

Kompetensi (Competency) didefinisikan dengan berbagai cara, namun pada dasarnya kompetensi merupakan kebulatan penguasaan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu program pendidikan. Sementara itu, menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.

Menurut Mc Ashan (dalam Fransisca,2004:15) mengemukakan bahwa kompetensi “…Behaviour”. Dalam hal ini, “is a knowledge, skill, and abilities or capabilitas that a person, achives whit become part of his or her

being to the event he or she can satisfactority perform particular cogniyive,

effective and psychomotor”. Kompetensi diartikan pengetahuan, keterampilan

dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, menurut Fiich & Crunkilton (dalam Herlina,2005:22) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.

(23)

Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi /

kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuntitatif.

Kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan

kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak (Moh.Uzer

Usman,2004:4,14).

B. Kompetensi Profesional Guru

Ada 4 hal penting yang dapat diusahakan oleh guru untuk

mengembangkan kompetensi diri dan kompetensi mengajarnya, yaitu :

1. Membangun kemantapan diri daripada mereduksi ekspektasi dengan terus

melakukan regulasi diri yang relevan dengan pengembangan profesinya.

2. Mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah (seminar, lokakarya, diskusi ilmiah,

dsb) secara berkesinambungan dalam merespons secara aktif setiap isu-isu

terbaru yang berkembang di dunia pendidikan.

3. Mempelajari hasil-hasil penelitian dari berbagai literatur tentang

kompetensi mengajarnya yang berhubungan dengan prestasi subjek didik.

4. Sebagai hasil dari analisis tugas mengajar pada tingkat dan kurikulum yang

berbeda.

Menurut PP RI 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal

28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis

kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Dalam konteks itu, maka

(24)

keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan

cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk

memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru

yang dipersyaratkan beserta subkompetensi dan indikator esensialnya

diuraikan sebagai berikut.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan yang berkenan

dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik

dan dialogis. Secara subtantif kompetensi ini mencakup kemampuan

pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci

masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi

subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.

a. Memahami peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial :

memahami peserta didik denagn memanfaatkan prinsip-prinsip

perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan

prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta

didik.

b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan

untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator

esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi

(25)

ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancanagn pembelajaran

berdasarkan strategi yang dipilih.

c. Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator

esensial : menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan

pembelajaran yang kondusif.

d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Subkompetensi ini

memiliki indikator esensial : melaksakan evaluasi proses dan hasil belajar

secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil

penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan

belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran

untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:

memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi

akademik: dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan

berbagai potensi nonakademik.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Secara rinci, setiap elemen kepribadian tersebut dijabarkan menjadi

(26)

a. Memiliki kepribadian yang mantab dan stabil. Subkompetensi ini

memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum;

bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan

memiliki kosistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

b. Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki

indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagi

pendidik dan memiliki etos kerja sebagi pendidik.

c. Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini memiliki

indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap

peserta didik dan memiliki perilaku disegani.

d. Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator

esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan

peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan

dalam berpikir dan bertindak.

e. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini

memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma

relegius(imtaq, jujur, iklas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang

diteladani peserta didik.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang

berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas

dan meneladan yang mencangkup penguasaan substansi isi materi kurikulum

(27)

kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Secara

rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi

dan indikator sebagai berikut.

a Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar

yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan

metode keilmuan yang menangui atau koheren dengan materi ajar;

memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan

menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

b Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah

wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

4. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkenan dengan kemampuan pendidik sebagai

bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif

dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali

peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki

subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut.

a Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara

efektif dengan peserta didik.

b Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama

(28)

c Mampu berkomunikasi dan bergaul seara efektif dengan orangtua/wali

peserta didik dan masyarakat sekitar.

Keempat standar kompetensi, subkompetensi dan jabaran indikator

esensial digunakan sebagai acuan untuk menyusun kisi-kisi instrumen

ujian sertifikasi.

C. Hakikat Guru

1. Pengertian Guru

Secara etimologis (asal-usul kata), istilah’guru’ berasal dari bahasa

India yang artinya’orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari

sengsara’ (shambuan, Republika, 25 November 1997). Dalam pengertian

umum Guru didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tugas sebagai

fasilitator sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi

dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan

sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau

swasta.

Menurut Poerwadarminta (1996:35), guru adalah orang yang kerjanya

mengajar. Sementara itu, Zakiyah Daradjat (1992:39) menyatakan bahwa

guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul

beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak. Secara legal formal,

guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari

(29)

Berdasarkan tanggung jawab yang diembannya, pengertian guru dapat

dibedakan menjadi beberapa macam, misalnya :

a Guru Kelas, jika mempunyai tugas untuk mengajarkan sebagian besar

mata pelajaran di satu kelas saja, dan ia tidak mengajar di kelas lainnya.

b Guru Mata Pelajaran, jika ia hanya memiliki tugas untuk mengajarkan

satu mata pelajaran saja.

c Guru Bimbingan atau Konseling, yakni guru yang diberikan tugas untuk

memberikan bimbingan bagi peserta didik, baik dalam menghadapi

kesulitan belajar maupun untuk memilih karier di masa depan yang

sesuai dengan bakat dan minatnya.

d Guru Ekstra kulikuler, yakni guru yang diberi tugas tambahan lain

sebagai pembimbing kegiatan ekstrakulikuler.

f Guru Pustakawan, yakni guru yang selain bertugas untuk mengajar di

kelas, ia juga diberikan tugas tambahan lain untuk mengurus

perpustakaan sekolah.

2. Peran dan Fungsi Guru

Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak

terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan

melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif,

antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Seseorang yang

dapat mendidik, tetapi tidak memiliki kemampuan membimbing,

mengajar, dan melatih, ia tidaklah dapat disebut sebagai guru yang

(30)

tetapi tidak memiliki kemampuan mendidik, membimbing, dan melatih,

juga tidak dapat disebut sebagai guru sebenarnya.

Wright(1987) sebagaimana dikutip oleh Robiah Sidin(1999:8),

dalam buku bertajuk Classroom Management, menyatakan bahwa guru

memiliki dua peran utama, yakni (1) the management role atau peran

menejemen, dan (2) the instructional role atau peran instruksional. Dari

kedua peran ini, guru dapat disebut sebagai manajer sekaligus sebagai

instruktur. Selain kedua peran tersebut guru juga memiliki fungsi yang

lain di dalam kelas, yaitu sebagai (1) pembimbing siswa dalam

memecahkan kesulitan pembelajaran, (2) narasumber yang dapat

membantu memecahkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa atau

untuk menemukan jawaban atau untuk memperoleh informasi lanjutan,

dan (2) penilai hasil belajar, untuk menentukan perkembangan hasil

belajar siswa, serta untuk menentukan nilai siswa.

D. Umur

Umur adalah lamanya rentang waktu dalam tahun yang dihitung

mulai seseorang lahir ke dunia sampai saat penelitian tersebut diadakan.

Menurut Stephen P. Robbins (1996:217), pekerja dengan umur

semakin tua akan semakin memiliki disiplin kerja, rasa tanggung jawab dan

kesetiaan yang semakin tinggi pula terhadap pekerjaan dan perusahaan

(31)

Gallerman (1987) berpendapat bahwa para pekerja muda pada

umumnya mempunyai tingkat harapan dan ambisi yang tinggi. Mereka

mempunyai tantangan dalam pekerjaan dan menjadi bosan dengan

tugas-tugas rutin. Mereka tidak puas dengan kedudukan yang kurang berarti. Hal ini

yang terjadi pada pekerja pada usia menengah. Status menjadi suatu yang

penting. Pada usia inilah mereka akan ditentukan apakah sukses atau tidak.

Sebaliknya di usia lanjut, kompetensi biasanya dielakkan karena menurunnya

stamina.

E. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan salah satu syarat yang sering

diminta oleh sekolah dalam menyerap tingkat tenaga kerja. Menurut Moh.

As’ad (1986:5) pengalaman kerja adalah lamanya waktu karyawan bekerja.

Pengalaman kerja yang banyak, memberikan memberikan kecenderungan

bahwa yang bersangkutan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang

relatif tinggi. Sebaliknya terbatasnya pengalaman yang dimiliki maka

semakin rendah tingkat keahlian dan keterampilan tenaga kerja yang

bersangkutan. Pengalaman kerja yang dimiliki seseorang terkadang lebih

dihargai daripada tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Susila Murtoyo,

1987:90). Menurut S.P Siagian (1984:174) seseorang yang mempunyai

pengalaman kerja membawa dampak berbagai hal, seperti :

1. Cakrawala pandangan makin luas yang memungkinkan seseorang untuk

(32)

2. Meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan

penghasilan seseorang, sekaligus menambah kepuasan batin yang

semakin besar.

3. Memungkinkan promosi yang besar.

Dalam bekerja, seorang guru akan mendapatkan tambahan

pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pekerjaan. Pengalaman kerja

merupakan modal utama untuk terjun dalam suatu bidang garapan.

Dengan pengalaman kerja yang dimiliki, seorang guru akan dapat bekerja

lebih efisien, sehingga ini akan menguntungkan bagi pihak sekolah.

F. Status Sosial Ekonomi

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai suatu penghargaan

tertentu terhadap hal-hal yang terkait dalam masyarakat. Hal-hal yang

dihargai di dalam masyarakat itu dapat berupa uang atau benda yang

bernilai ekonomis, dan juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan,

kesalehan dalam agama atau mungkin keturunan dari keluarga tersebut.

Sorokim menyatakan bahwa sistem berlapis-lapis itu merupakan

ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur

(Soekanto, 1982:219). Manusia yang memiliki sesuatu yang berharga dan

dengan jumlah yang cukup banyak, dianggap oleh masyarakat

berkedudukan dalam lapisan atas dan mereka yang sedikit sekali atau

sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga tersebut, dalam

(33)

lapisan atas dan rendah terdapat lapisan yang jumlahnya dapat ditentukan

sendiri oleh mereka yang hendak memelajari sistem berlapis-lapis dalam

masyarakat itu. Sistem lapisan dalam masyarakat ini dikenal dengan

istilah social stratification. Kata stratification berasal dari stratum. Arti

social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat dalam

kelas-kelas yang tinggi dan kelas yang rendah. Dasar dan inti dari

lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangann dalam

pembagian hak dan kewajiban, terutama kewajiban dan tanggung jawab

dalam nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota

masyarakat.

Schumpeter menyatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas

dalam masyarakat sangat diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat

dengan keperluan-keperluan yang nyata. Akan tetapi makna kelas-kelas

dan gejala-gejala kemasyarakatan lainya hanya dapat dimengerti dengan

benar apabila diketahui riwayat terjadinya (Soekanto, 1982: 229).

Bentuk nyata dari lapisan-lapisan di dalam masyarakat

tersebut tidak sedikit, akan tetapi secara prinsipil bentuk-bentuk tersebut

dapat diklarifikasikan ke tiga macam kelas, yaitu ekonomis, politis dan

yang didasarkan pada jabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya

ketiga bentuk pokok tadi mempunyai hubungan yang erat satu sama

lainnya, dimana terjadi saling pengaruh mempengaruhi, misalnya mereka

yang termasuk ke dalam suatu lapisan tertentu atas dasar ekonomis atau

(34)

tidak semua demikian keadannya karena hal tersebut tergantung pada

sistem nilai-nilai yang berlaku serta berkembang dalam masyarakat yang

bersangkutan.

Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi

seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sehubungan dengan orang-orang

lainnya status sendiri mempuyai dua aspek yang penting yaitu aspek yang

statis yang sifatnya hierkis, maksudnya mengandung perbandingan tinggi

dan rendahnya secara relatif terhadap status yang lain dan aspek

fungsional yang berhubungan erat dengan peranan sosial tertentu. Dalam

hal ini dapat berhubungan dengan jabatan, tingkah laku yang formal dan

jasa yang diharapkan dari fungsi jabatan tersebut (Polak, 1964: 367

Soekanto, 1982:233)

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam

kedudukan, yaitu ascribed status yang merupakan kedudukan yang

diperoleh tanpa memperlihatkan perbedaan-perbedaan rohaniah dan

kemampuan yang diperoleh melalui kelahiran dan achieved status, yaitu

kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja

dan diperoleh tidak melalui kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi

siapa saja dan ini tergantung dari kemampuan masing-masing dalam

mengejar serta mencapai tujuannya (Soekanto, 1982:217).

Dengan demikian sistem pelapisan dalam masyarakat dapat

terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, ada

(35)

menjadi alasan terjadinya system pelapisan tersebut, seperti kepandaian,

tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan, kerabat. Ukuran atau kriteria

yang dipakai untuk menggolongkan masyarakat yang satu dengan yang

lainnya adalah sebagai berikut (Soekanto, 1982, 231-232).

Pertama, ukuran kekayaan dapat dijadikan sebagai suatu

ukuran. Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, ia termasuk

dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dalam

bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya

menggunakan pakaian yang dipakainya dan sebagainya.

Kedua, ukuran kekuasaan dapat dijadikan sebagai ukuran.

Barang siapa memiliki kekuasaan atau memiliki wewenang, menempati

lapisan yang tertinggi. Kekuasaan mencakup baik suatu kemampuan

untuk memerintah dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang

secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan

pihk lain. Max Webber menyatakan, bahwa kekuasaan adalah kesempatan

dari seseorang atau sekelompok orang-orang untuk menyadarkan

masyarakat akan kemauan-kemaunnya sendiri dengan sekaligus

menerapkannya terhadap tindakan perlawanan dari orang-orang atau

golongan tertentu.

Ketiga, ukuran kehormatan yang terlepas dari ukuran-ukuran

kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati

mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada

(36)

Keempat, ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh

masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi

ukuran-ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat

yang negatif. Karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang

dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya.

G. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

1. Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek usia

Kematangan usia seseorang akan mempengaruhi daya pikir

dan tindakan seseorang. Begitu pula seorang guru yang masih muda

akan memiliki temperamental yang labil dibandingkan seorang guru

yang telah berumur. Hal tersebut akan mempengaruhi guru tersebut

dalam mengajar dan sikapnya dalam menghadapi murid di kelas. Atau

kata lain, seorang guru yang lebih tua akan lebih memiliki

wawasan/landasan kependidikan, dan lebih memiliki pemahaman

terhadap peserta didik dibandingkan seorang guru yang lebih muda.

Di sisi lain, kadang kala seorang guru yang lebih muda

memiliki daya pengembangan perancangan pembelajaran yang lebih

inovatif ataupun dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran

dibandingkan dengan guru yang telah berumur, karena biasanya guru

yang sudah berumur 45 tahun ke atas kadang kala dalam

(37)

pembelajarannya karena dia menganggap caranya tersebut adalah cara

yang paling baik dan telah diterapkan bertahun-tahun saat dia

mengajar sehingga enggan untuk mengganti metode pengajarannya.

Dari sini tampaklah bahwa kompetensi pedagogik setiap guru akan

berbeda satu sama lainnya ditinjau dari segi umur guru.

Berdasarkan penjelasan di atas, diturunkan hipotesis seperti

berikut:

H1 : Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari

aspek usia

2. Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek pengalaman kerja

Pengalaman kerja merupakan salah satu syarat yang

sering diminta oleh sekolah dalam menyerap tingkat tenaga kerja.

Pengalaman kerja yang banyak, memberikan kecenderungan bahwa

yang bersangkutan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang

relatif tinggi. Begitu pula seorang guru yang telah memiliki banyak

pengalaman kerja akan berbeda dalam hal kompetensi pedagogiknya

dibandingkan seorang guru yang belum memiliki pengalaman kerja.

Seorang guru yang telah memiliki pengalaman kerja akan memiliki

keterampilan mengajar yang lebih dibandingkan dengan guru yang

belum memiliki pengalaman dalam mengajar, misalnya dalam

menguasai kelas, menerangkan bahan, ataupun penggunaan metode

(38)

Seorang guru yang sudah memiliki pengalaman kerja memiliki

nilai tambah karena ia memiliki pengalaman-pengalaman

sebelum-sebelumnya yang dapat digunakan sebagai pelajaran sehingga kini

dapat mengajar lebih baik lagi. Sedangkan guru yang belum memiliki

pengalaman kerja biasanya masih belum mengetahui betul tentang

bagaimana mengelola kelas dengan benar, bagaimana memahami

peserta didik atau cara menerangkan bahan secara efisien, guru

tersebut hanya tahu dari teori-teori yang terdapat dalam buku semata

belum merasakan dalam praktek yang sesungguhnya. Sehingga akan

membedakan tingkat kompetensi pedagogik guru yang

berpengalaman dengan guru yang belum memiliki pengalaman dalam

mengajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, diturunkan hipotesis seperti berikut:

H2 : Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari

aspek pengalaman kerja

3. Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek sosial ekonomi

Setiap orang di dalam masyarakat pasti memiliki status sosial

yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, begitu pula dengan guru

pasti memiliki latar belakang sosial yang berbeda satu sama lainya,

faktor tersebut akan menyebabkan perbedaan pula dalam tingkat

kompetensi pedagogik antar guru yang berbeda status sosialnya.

(39)

yang terpandang maka dalam gaya mengajarnya juga akan berbeda

dengan guru yang memiliki status sosial menengah ke bawah, guru

yang memiliki status sosial yang terpandang misalnya tokoh agama,

atau pejabat tinggi yang disegani di masyarakat cenderung gaya

mengajarnya dengan penuh wibawa sehingga hubungan antar peserta

didik tidak begitu dekat karena murid sudah segan dengan status yang

diembannya.

Sedangkan guru yang memiliki status sosial menengah, atau

orang biasa memiliki gaya mengajar dengan penuh antusias dan

berusaha dekat dengan peserta didik untuk tahu apa yang sedang

dibutuhkan peserta didik, misalnya dengan lelucon-lelucon yang

terlontar saat mengajar, ataupun pendekatan secara personal.

Gaya bahasa yang digunakan saat mengajar juga berbeda

antara guru yang memiliki status sosial terpandang dan guru yang

berstatus sosial menengah ke bawah. Seorang guru yang memiliki

status sosial yang tinggi maka peluang untuk terus meningkatkan

pendidikan terus menerus juga akan tinggi, maka kebanyakan guru

yang memiliki status sosial yang tinggi memiliki tingkat kecerdasan

yang tinggi pula, dari situlah akan membedakan gaya bahasa yang

dimiliki guru tersebut dalam mengajar di kelas, dia menggunakan

istilah-istilah asing yang mungkin malah tidak di mengerti oleh siswa.

Kompetensi pedagogik guru akan berbeda jika ditinjau

(40)

yang berbeda-beda satu dengan yang lain, akibatnya akan berdampak

pada pengajarannya di kelas dalam menghadapi para peserta didik.

Misalnya dalam penyediaan fasiltas bagi peserta didik atupun dalam

pengolahan metode pembelajaran, seorang guru yang memiliki tingkat

status ekonomi yang mantap akan semakin banyak memberikan

variasi gaya mengajar dengan berbagai media yang dimilikinya.

Wawasan yang dimiliki guru yang memiliki status ekonomi tinggi

akan semakin baik karena didukung dengan dapatnya pengadaan

buku-buku yang mendukung profesinya. Berbeda dengan guru yang

memiliki status ekonomi menengah ke bawah mereka cenderung

memprioritaskan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhannya

sehari-hari daripada untuk membeli buku-buku baru yang mendukung

kinerjanya mereka cenderung mengandalkan sarana dan prasarana

yang telah disediakan oleh sekolah saja.

Berdasarkan penjelasan di atas, diturunkan hipotesis seperti berikut:

H3 : Adanya perbedaan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari aspek

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif. Penelitian komparatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dan menganalisis perbedaan-perbedaan dalam variabel. Jadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kompetensi pedagogik guru di Daerah Istimewa Yogyakarta ditinjau dari usia, pengalaman kerja, dan status sosial ekonomi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian adalah dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2008.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Objek penelitiannya adalah kompetensi pedagogik guru.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Maman Rachman, 1993: 57).

(42)

Populasi dalam penelitian ini adalah para guru Sekolah Menengah Atas di

Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut perhitungan Badan Pusat Statistik 2007

jumlah guru Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah

5.618 guru, sehingga jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 5.618 guru.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang diteliti (Sugiono, 1999). Untuk menentukan besarnya sampel dari

populasi tersebut, peneliti menggunakan rumus Slovin (1960), yaitu sebagai berikut:

2 Ne 1 N n + = Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Nilai kritis yang diinginkan

Dalam penelitian ini, ditentukan nilai kritis sebesar 5%.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan sebuah propinsi yang mempunyai 4

kabupaten (yaitu; Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan Gunung Kidul) dan 1 kota

madya (yaitu Kotamadya Yogyakarta). Oleh sebab itu penarikan sampel dilakukan

dengan berdasarkan pada proporsi jumlah guru untuk setiap kabupaten dan

kotamadya. Perhitungan jumlah sampel tersebut adalah sebagi berikut:

N = 5.618 guru

e = 5 %

n = 2

1+Νe Ν

=

(

)

2
(43)

=

(

)

0025 , 0 618 . 5 1 618 . 5 + = 045 , 14 1 618 . 5 + = 045 . 15 618 . 5

= 373,41dibulatkan menjadi 373

Dari perhitungan di atas jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 373

guru, sampel sebanyak itu akan diambil dari 5 wilayah, yaitu dari Kabupaten Sleman,

Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan dari

Kotamadya Yogyakarta.

Pengambilan banyaknya sampel guru dari masing-masing wilayah berbeda

satu sama lain sesuai dengan total guru yang ada di setiap wilayah. Di bawah ini

akan dijelaskan sebaran wilayah pengambilan sempel serta jumlah pengambilan

sempelnya .

Tabel 3.1

Jumlah Pengambilan Sampel Per Wilayah

Keterangan Jumlah sekolah Jumlah guru

Sleman 8 89

Bantul 9 85

Kulon Progo 6 25

Gunung Kidul 8 49

Kotamadya Yogyakarta 10 125

(44)

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

proportionate stratified random sampling, dimana populasi mempunyai anggota atau

unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

E. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek pengamatan atau

faktor yang berperan dalam gejala yang akan diteliti. Sugiono (1999) mengatakan

bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, objek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan yang berkenan

dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang

mendidik dan dialogis.

2) Usia

Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu seseorang (guru)

dalam menjalani hidupnya.

3) Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja disini berkaitan dengan masa kerja seorang guru

(45)

4) Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah tempat atau posisi guru dalam

lingkungan masyarakat dilihat dari keadaan sosial dan ekonomi.

2. Indikator Penelitian

Indikator penelitian masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

a.Variabel Kompetensi Pedagogik

Tabel 3.2 Variabel Kompetensi Pedagogik Kompetensi inti 

Guru 

Kompetensi Guru Mata  Pelajaran 

No. Butir  Jumlah 

Menguasai  karakteristik  peserta didik dari  aspek fisik, moral,  spiritual, sosial,  kultural, 

emosional, dan  intelektual. 

1) Memahami karakteristik

peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya.

2) Mengidentifikasi potensi

peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

3) Mengidentifikasi bekal-ajar

awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

4) Mengidentifikasi kesulitan

belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

19

20

2

Menguasai teori  belajar dan  prinsip‐prinsip  pembelajaran yang  mendidik 

1) Memahami berbagai teori

belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

2) Menetapkan berbagai

pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.

1 1

Mengembangkan  kurikulum yang  terkait dengan 

1) Memahami prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum.

2) Menentukan tujuan

pembelajaran yang diampu

(46)

mata pelajaran  yang diampu 

3) Menemukan pengalaman

belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran yang diampu 4) Memilih materi pembelajaran

secara benar sesuai dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran

5) Menata materi pembelajaran

secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik 6) Mengembangkan indikator dan

instrumen penilaian.

2

3

Menyelenggarakan  pembelajaran yang  mendidik 

1) Memahami prinsip-prinsip

perancangan pembelajaran yang mendidik

2) Mengembangkan

komponen-komponen rancangan pembelajaran

3) Menyusun rancangan

pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.

4) Melaksanakan pembelajaran

yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar

keamanan yang dipersyaratkan.

5) Menggunakan media

pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.

6) Mengambil keputusan

transaksional dalam pembelajaran yang diampu

sesuai dengan situasi yang berkembang. 4 5 6 7 8 5 Memanfaatkan  teknologi 

1) Memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang

(47)

informasi dan  komunikasi untuk  kepentingan  pembelajaran. 

diampu.

Memfasilitasi  pengembangan  potensi peserta  didik untuk  mengaktualisasika n berbagai potensi  yang dimilki. 

1) Menyediakan berbagai

kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal.

2) Menyediakan berbagai

kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.

9

1

Berkomunikasi  secara efektif,  empatik, dan  santun dengan  peserta didik. 

1) Memahami berbagai strategi

berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain.

2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan atau contoh, (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terhadap ajakan guru, (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya. 10 11 12 13 4 Menyelenggarakan  penilaian dan  evalusi proses dan  hasil belajar, 

1) Memahami prinsip-prinsip

tentang penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.

2) Menentukan aspek-aspek

proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan

14

15

(48)

karakteristik mata pelajaran yang diampu

3) Menentukan prosedur

penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

4) Mengembangkan instrumen

penilaian dan ealuasi proses dan hasil belajarnya.

5) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen.

6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan

7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

16

Memanfaatkan  hasil penilaian dan  evaluasi untuk  kepentingan  pembelajaran. 

1) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar 2) Menggunakan informasi hasil

penilaian dan evaluasi untuk merancang program remidial dan pengayaan

3) Mengkomunikasikan hasil

penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan

4) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi

pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 17 18 2 Melakukan 

tindakan reflektif  untuk peningkatan  kualitas 

pembelajaran 

1) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan

2) Memanfaatkan hasil refleksi

untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pembelajaran yang diampu

3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dala mata pelajaran yang diampu.

22

23

24

3

(49)

b. Variabel usia

Tabel 3.3 Variabel usia

Variabel Indikator

Usia (X1) - Sangat muda

- Muda

- Tua

- Lanjut

c. Variabel pengalaman kerja

Tabel 3.4 Variabel pengalaman kerja

Variabel Indikator

Masa Kerja - Baru

- Cukup

- Lama

- Sangat Lama

d. Variabel status sosial ekonomi

Tabel 3.5 Variabel status sosial ekonomi

Variabel Indikator

Status Sosial Ekonomi - Rendah

- Menengah

- Tinggi

3. Pengukuran Variabel

Pengukuran Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Kompetensi pedagogik guru

Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan yang berkenan

(50)

mendidik dan dialogis . Untuk mengukur kompetensi pedagogik tersebut

digunakan skala Likert

Tabel 3.6 Kriteria Kompetensi Pedagogik

No Frekuensi Skor

1 2 3 Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Skor 1 Skor 2 Skor 3 b. Usia

Dalam hal ini untuk mengukur variabel usia peneliti menggunakan skala

Likert, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.7 kriteria usia

Kriteria Jawaban Skor Keterangan < 20 th

20-39 th 40-59 th >59 1 2 3 4 Sangat muda Muda Tua Lanjut

c. Pengalaman kerja

Untuk mengukur pengalaman kerja peneliti menggunakan skala Likert,

yaitu sebagai berkut :

Tabel 3.8 Kriteria Pengalaman Kerja

(51)

d. Status sosial ekonomi

Untuk mengetahui status sosial ekonomi seorang guru, skala

pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan rating

scale dimana data yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan

dalam pengertian kualitatif. Pengukuran status sosial ekonomi dalam

penelitian ini berdasarkan pada pendapat Soerjono Soekamto (1990),

adalah :

1) Ukuran Kekayaan

Ukuran kekayaan dapat diukur melalui beberapa indikator antara

lain pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, harta benda yang

dimiliki, serta fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut ini adalah indikator pengukuran kekayaan dalam penelitian

ini:

a) Pendapatan keluarga

Tabel 3.9 Pendapatan keluarga Per Bulan

No Pendapatan Skor

1. 2. 3. 4.

<Rp 2.000.000 Rp 2.000.000– Rp. 2. 600.000 Rp 2.600.000 – Rp. 3. 400.000 >Rp 3. 400.000

1 2 3 4

b) Jumlah anggota keluarga

Tabel 3.10 Jumlah Anggota Keluarga No. Jumlah anggota Skor

1. 2. 3. 4. 3 orang 4 orang 5 orang

Lebih dari 5 orang

(52)

c) Jumlah tanggungan keluarga

Tabel 3.11 Jumlah Tanggungan Keluarga No Jumlah tanggungan Skor 1.

2. 3.

1-2 3-4

Lebih dari 4

3 2 1

d) Rumah

Tabel 3.12 Rumah

No Rumah Skor

1. 2. 3. 4. Rumah sendiri Rumah sewa Rumah dinas

Milik orang tua/sanak saudara

4 3 2 1

e) Fasilitas khusus barang yang dimiliki

Tabel 3.13 Fasilitas Khusus Barang Yang Dimiliki

No Fasilitas Skor

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Mobil Motor Video TV berwarna TV hitam putih Tape recorder Radio Kulkas Mesin cuci Pesawat telepon Telepon genggam VCD player Komputer Laptop

(53)

f) Sumber air

Tabel 3.14 Sumber Air Yang Digunakan No Jenis sumber Skor 1. 2. 3. 4. 5. Sungai/mata air Sumur umum

Sumur timba milik sendiri Air Sumur pompa PAM 1 2 3 4 5

g) Kamar mandi

Tabel 3.15 Jumlah Kamar Mandi

No Jumlah Skor

1. 2. 3.

1 kamar mandi 2 kamar mandi

lebih dari 2 kamar mandi

1 2 3

h) Sawah

Tabel 3.16 Sawah Yang Dimiliki

No Jumlah Skor

1. 2. 3. 4. 5. Tidak mempunyai kurang dari ¼ ha. Antara ¼ ha – ½ ha Lebih dari ½ ha – 1 ha Lebih dari 1 ha

0 1 2 3 4 i) Kebun

Tabel 3.17 Kebun Yang Dimiliki No Jumlah tanggungan Skor 1.

2. 3. 4

Kurang dari ¼ ha. Antara ¼ ha – ½ ha Lebih dari ½ ha – 1 ha Lebih dari 1 ha

(54)

2) Ukuran kekuasaan

Seseorang yang memiliki kekuasaan atau mempunyai wewenang

dalam masyarakat, maka ia menempati lapisan tertinggi statusnya

dalam masyarakat.

a) Pangkat guru

Tabel 3.18 Pangkat Guru

No Pangkat Skor

1. 2. 3. 4.

Penata Muda, Penata Muda Tingkat I Penata, Penata Tingkat I

Pembina, Pembina Tingkat I

Pembina Utama Muda, Pembina Utama Madya, Pembina Utama

1 2 3 4

b) Ruang golongan

Tabel 3.19 Ruang Golongan

No Golongan Skor

1. 2. 3. 4. III/a, III/b III/c, III/d IV/a, IV/b IV/c, IV/d, IV/e

1 2 3 4

3) Ukuran kehormatan

Orang yang disegani dan dihormati dalam masyarakat merupakan

orang yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi dalam

(55)

a) Jabatan dalam keorganisasian

Tabel 3.20 Jabatan Dalam Keorganisasian

No Jabatan Skor

1. 2. 3. 4. 5. Anggota Pengurus seksi Bendahara Sekretaris Ketua 1 2 3 4 5

b) Keaktifan dalam organisasi

Tabel 3.21 Keaktifan Dalam Kegiatan Keagamaan

No Keaktifan Skor

1. 2. 3. 4. Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif

Tidak Aktif sama sekali

4 3 2 1

c) Keaktifan dalam kegiatan pertemuan kemasyarakatan

Tabel 3.22

Keaktifan Dalam kegiatan Pertemuan Kemasyarakatan

No Keaktifan Skor

1. 2. 3. 4. Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif

Tidak Aktif sama sekali

4 3 2 1

4) Ukuran ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan dipakai pada masyarakat yang menghargai ilmu

pengetahuan. Masyarakat sering menggunakan tingkatan pendidikan

sebagai indikator penggolongan status sosial ekonomi, semakin tinggi

(56)

ekonomi yang tinggi dalam masyarakat. Dalam penelitian ini

indikator pendidikan terakhir guru dapat dijadikan kriteria dalam

dalam mengukur status sosial ekonomi.

Tabel 3.23 Pendidikan Terakhir Guru No Pendidikan terakhir Skor 1.

2. 3. 4.

Non keguruan < S1

S1 >S1

1 2 3 4

Untuk perhitungan ukuran status sosial ekonomi, dilakukan

dengan cara menjumlahkan skor-skor ukuran tersebut dengan

Penilaian Acuan Norma tipe II (PAN II) dan perhitungan mean serta

standar deviasi dilaksanakan dengan bantuan program SPSS versi 12.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah

kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiono, 1999:135).

Kuesioner dalam penelitian ini ditujukan bagi guru guna mengumpulkan data

dan informasi berkaitan dengan kepribadian yang dimiliki. Oleh sebab itu pertanyaan

dalam kuesioner berisi mengenai kompetensi kepribadian guru yang mantap dan

(57)

G. Pengujian Instrumen Penelitian a. Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini untuk menguji

validitas instrumen penelitian digunakan rumus product moment, yaitu sebagai

berikut: )} y ( y N { )} x ( x N { ) y )( x ( xy N r 2 2 2 2 xy ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan

N = Jumlah responden

Σx = Jumlah kuadrat skor x

Σy = Jumlah skor x

Σx2

= Jumlah kuadrat skor y

Σy2

= Jumlah kuadrat skor y

Untuk menguji interpretasi dari nilai r digunakan tabel r Product Moment

dengan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka

instrumen penelitian tersebut valid. Sedangkan jika r hitung lebih kecil dari

pada r tabel maka dapat dikatakan bahwa intrumen tersebut tidak valid.

Dalam hal ini pengukuran validitas dilaksanakan dengan bantuan program

(58)

Berikut ini adalah ringkasan hasil pengujian validitas data dari 30 responden:

Tabel 3.24

Hasil pengukuran validitas kompetensi pedagogik guru

No

Item hitung

r rtabel Keterangan

1 0,813 0,239 Valid

2 0,813 0,239 Valid

3 0,774 0,239 Valid

4 0,802 0,239 Valid

5 0,774 0,239 Valid

6 0,778 0,239 Valid

7 0,946 0,239 Valid

8 0,900 0,239 Valid

9 0,871 0,239 Valid

10 0,758 0,239 Valid

11 0,871 0,239 Valid

12 0,900 0,239 Valid

13 0,900 0,239 Valid

14 0,946 0,239 Valid

15 0,813 0,239 Valid

16 0,813 0,239 Valid

17 0,802 0,239 Valid

18 0,774 0,239 Valid

19 0,778 0,239 Valid

20 0,946 0,239 Valid

21 0,900 0,239 Valid

22 0,871 0,239 Valid

23 0,758 0,239 Valid

24 0,871 0,239 Valid

b. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

Gambar

Tabel 3.2 Variabel Kompetensi Pedagogik  Kompetensi inti 
Tabel 3.3 Variabel usia
Tabel 3.6 Kriteria Kompetensi Pedagogik
Tabel 3.10 Jumlah Anggota Keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah dirancang suatu alat multi locker dengan penyandian berbasis mikrokontroler ATmega 8 menggunakan android phone. Alat ini terdiri dari mekanis pintu locker,

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pemberian POC dan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah polong, panjang polong dan jumlah

diajukan untuk memenuhi bagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Departemen Pendidikan Ilmu Komputer. Program Studi Ilmu

Persentase implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Kupang adalah sebesar 62,38 %. Dari persentase ini

beragama di Paranggupito, dan menambah kerukunan suasana serta keharmonisan diantara para peserta ritual Nyadran Lintas Agama dan mempererat tali persaudaraan

rangka mencapai kompetensi dasar). 4) Strategi pembelajaran/tahapan-tahapan proses belajar mengajar (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan oleh siswa

- Bidang kesehatan, budaya masyarakat desa Aikmel masih melekat, seperti upaya pengobatan tradisional yang dilakukan dengan cara “Bejampi” atau. membaca mantra sehingga orang

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAANTRUP)SKPD PEMERINTAHAN KABUPATEN HUTU SUNGAI SEIATAN SUMBER DANA: APBD PERUBAHAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN ANGGARAN 2012A. SI(PD