• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN CAMAT DALAM PEMBERDAYAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BELALAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN CAMAT DALAM PEMBERDAYAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BELALAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN CAMAT DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BELALAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT

(Skripsi)

Oleh Reni Meylina

0342011401

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)
(3)

Judul Skripsi : PERAN CAMAT DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BELALAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Nama Mahasiswa : Reni Meylina Nomor Pokok Mahasiswa : 0342011401

Pogram Studi : Ilmu Hukum

Jurusan : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Upik Hamidah, S.H.,M.H Syamsir Syamsu, S.H.,M.Hum

NIP 096006061987032002 NIP 196108051989031005

2.Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Upik Hamidah, S.H., M.H. ………..

Sekretaris :Syamsir Syamsu S.H.,M.Hum. .………..

Penguji Utama : Charles Jackson S.H.,M.H ……….. Bukan Pembimbing

2. Dekan Fakultas Hukum

Adius Semenguk, S.H.,M.S NIP 195609011981031003

(5)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirokhim.

Terucap syukur kepadamu, ya ALLAH, ya RAHMAN. Kupersembahkan karya ini dengan kerendahan hati, ketulusan, kesederhanaan dan perjuanganku sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada :

 Mama, tercinta dan tersayang yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, serta Senantiasa berdoa menantikan keberhasilanku

 Papa, tercinta dan tersayang yang selama ini memberikan motivasi, dan dorongan Untuk keberhasilanku.

 Atin (Rifki), Cik Wo Ayu, dan adik-adikku (Rema, dan Nanda), yang tersayang yang selalu memberikan motivasi dan senantiasa berdoa menantikan keberhasilanku.

 Orang terdekatku Sofyan Arif Nurrahman yang selama ini dengan sabar menantikan keberhasilanku, memberikan dorongan dan masukan.

 Seseorang kelak yang akan mendampingi hidupku  Rekan-rekan Penimba Ilmu

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan pada tanggal 20 Mei 1985 di Lampung Barat, merupakan anak kedua dari empat bersaudara, anak dari pasangan Muhammad Syariffuddin dengan Fitri Duaya.

Pendidikan yang telah di tempuh pada Sekolah Dasar Negeri 3 kenali Belalau Lampung Barat di selesaikan pada tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 20 Bandar Lampung di selesaikan pada tahun 2000, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 12 Bandar Lampung di selesaikan pada tahun 2003.

(7)

MOTTO

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati,

padahal kamulah orang

orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu

orang

orang yang beriman. ( Q ; S. AL IMRAN :139 ) .

jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,dan sesungguhnya yang

demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang

orang yang khusu

( Q : S Al

BaQarah 45)

Jangan lihat Masa lalu dengan penyesalan,

Jangan Pula Lihat Masa Depan Dengan Ketakutan,

Tapi Lihatlah Masa Sekarang Dengan Penuh Kesadaran.

(8)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas karunianya dan rahmatNya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “ PERAN CAMAT DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BELALAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT” Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) di Universitas Lampung.

Penulis menyadari, pula bahwa skiripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Adius Semenguk, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Nurmayani S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara. 3. Ibu Upik Hamidah S.H.,M.H., selaku sekretaris Bagian Hukum Administrasi

Negara dan juga selaku pembimbing pertama.

4. Bapak Syamsir Syamsu S.H.,M.Hum,. selaku pembimbing kedua. 5. Bapak Charles Jackson S.H.,M.H., selaku pembahas pertama. 6. Ibu Eka Deviani S.H., M.H., selaku pembahas kedua.

7. Bapak Heni Siswanto S.H.,M.H., selaku pembimbing akademik.

(9)

9. seluruh keluargaku tercinta Papa, Mama, Atin Rifki, Cik Wo Ayu, adek Rema, adek Nanda. Ajong Among, Alak- alakku, Inan-Inan, Pak ngah, Mak ngah, Pak Cik, Mak Cik, Om, Sepupu-sepupuku dan seluruh keluarga besarku yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10. Sofyan Arif Nurrahman, terima kasih untuk semua motivasi, perhatian, nasihat yang membangun dan kebersamaan selama ini.

11. Sahabat-sahabatku Dian, Kuarta Tursina, Mega, Revi, Retna, Iwan, Nana, Oni, Fitri, Very, Robin, Ici, dan semua yang tidak bisa kusebutkan satu persatu.

12. Rekan-rekan Fakultas Hukum Reguler dan Non Reguler (Angkatan 2003-2004-2005-2006) atas bantuan dan dukungannya selama saya menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Akhir kata saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan saya, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap

pembacanya Amin.

Bandar Lampung, 25 November 2010 Penulis,

(10)

PERAN CAMAT DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BELALAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh Reni Meylina

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(11)

Judul Skripsi : PERAN CAMAT DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BELALAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Nama Mahasiswa : Reni Meylina Nomor Pokok Mahasiswa : 0342011401

Pogram Studi : Ilmu Hukum

Jurusan : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Upik Hamidah, S.H.,M.H Syamsir Syamsu, S.H.,M.Hum

NIP 096006061987032002 NIP 196108051989031005

2.Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

(12)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Upik Hamidah, S.H., M.H. ………..

Sekretaris :Syamsir Syamsu S.H.,M.Hum. .………..

Penguji Utama : Charles Jackson S.H.,M.H ………..

2. Dekan Fakultas Hukum

Adius Semenguk, S.H.,M.S NIP 195609011981031003

(13)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirokhim.

Terucap syukur kepadamu, ya ALLAH, ya RAHMAN. Kupersembahkan karya ini dengan kerendahan hati, ketulusan, kesederhanaan dan perjuanganku sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada :

Mama, tercinta dan tersayang yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, serta Senantiasa berdoa menantikan keberhasilanku

Papa, tercinta dan tersayang yang selama ini memberikan motivasi, dan dorongan Untuk keberhasilanku.

Atin (Rifki), Cik Wo Ayu, dan adik-adikku (Rema, dan Nanda), yang tersayang yang selalu memberikan motivasi dan senantiasa berdoa menantikan keberhasilanku.

Orang terdekatku Sofyan Arif Nurrahman yang selama ini dengan sabar menantikan keberhasilanku, memberikan dorongan dan masukan.

Seseorang kelak yang akan mendampingi hidupku

Rekan-rekan Penimba Ilmu

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan pada tanggal 20 Mei 1985 di Lampung Barat, merupakan anak kedua dari empat bersaudara, anak dari pasangan Muhammad Syariffuddin dengan Fitri Duaya.

Pendidikan yang telah di tempuh pada Sekolah Dasar Negeri 3 kenali Belalau Lampung Barat di selesaikan pada tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 20 Bandar Lampung di selesaikan pada tahun 2000, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 12 Bandar Lampung di selesaikan pada tahun 2003.

(15)

MOTTO

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati,

padahal kamulah orang

orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu

orang

orang yang beriman. ( Q ; S. AL IMRAN :139 ) .

jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,dan sesungguhnya yang

demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang

orang yang khusu

( Q : S Al

BaQarah 45)

Jangan lihat Masa lalu dengan penyesalan,

Jangan Pula Lihat Masa Depan Dengan Ketakutan,

Tapi Lihatlah Masa Sekarang Dengan Penuh Kesadaran.

(16)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas karunianya dan rahmatNya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “ PERAN CAMAT DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BELALAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT” Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) di Universitas Lampung.

Penulis menyadari, pula bahwa skiripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Adius Semenguk, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Nurmayani S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara. 3. Ibu Upik Hamidah S.H.,M.H., selaku sekretaris Bagian Hukum Administrasi

Negara dan juga selaku pembimbing pertama.

4. Bapak Syamsir Syamsu S.H.,M.Hum,. selaku pembimbing kedua. 5. Bapak Charles Jackson S.H.,M.H., selaku pembahas pertama. 6. Ibu Eka Deviani S.H., M.H., selaku pembahas kedua.

7. Bapak Heni Siswanto S.H.,M.H., selaku pembimbing akademik.

(17)

9. seluruh keluargaku tercinta Papa, Mama, Atin Rifki, Cik Wo Ayu, adek Rema, adek Nanda. Ajong Among, Alak- alakku, Inan-Inan, Pak ngah, Mak ngah, Pak Cik, Mak Cik, Om, Sepupu-sepupuku dan seluruh keluarga besarku yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10. Sofyan Arif Nurrahman, terima kasih untuk semua motivasi, perhatian, nasihat yang membangun dan kebersamaan selama ini.

11. Sahabat-sahabatku Dian, Kuarta Tursina, Mega, Revi, Retna, Iwan, Nana, Oni, Fitri, Very, Robin, Ici, dan semua yang tidak bisa kusebutkan satu persatu.

12. Rekan-rekan Fakultas Hukum Reguler dan Non Reguler (Angkatan 2003-2004-2005-2006) atas bantuan dan dukungannya selama saya menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Akhir kata saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan saya, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap

pembacanya Amin.

Bandar Lampung, 25 November 2010 Penulis,

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Kartono. Kartini,1996,Pemimpin dan Kepimpinan.CV. Rajawali.Bandung. Nasir Moh,1998,Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Mardinata Antun,1995. Dasar Dasar Metode Penelitian Kualitatif, Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Indonesia. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1982: 4 : 238.Pengantar Penelitian Hukum, UI pres, Jakarta. Slamet, Margono. 1985 : 15Pengantar Sosiologi,CV. Rajawali, Jakarta.

Korten,David C dan Sjahrir, 1988, pembangunan berdimensi Kerakyatan,Jakarta yayasan Obor Indonesia

Kartasasmita,Ginandjar, 1996 pembangunan untuk Rakyat memadukan dan Pemerataan,Jakarta, PT.Pustaka Cidesindo.

Sumodiningrat, Gunawan, 1997, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat,Jakarta, Bina Rena Pariwara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang kecamatan

(19)

Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok, fungsi dan Uraian Pemerintah Kecamatan Lampung Barat.

(20)

DAFTAR ISI

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup... 8

1.2.1 Permasalahan ... 8

1.2.2 Ruang Lingkup... 8

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran ... 10

2.2 Pemberdayaan Masyarakat ... 12

2.3 Kedudukan Pemerintah Kecamatan ... 20

2.4 Tugas Pokok Pemerintah Kecamatan ... 21

2.4.1 Tugas Camat ... 21

2.4.2 Bidang Kasi Pemerintahan Kecamatan... 23

(21)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah... 27

3.2 Sumber Data... 27

3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data... 28

3.3.1 Teknik Pengumpul Data………28

3.3.2 Teknik Pengolahan Data………29

3.4 Analisis Data... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung Barat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan………30

4.1.1 Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan Belalau………..36

4.1.2 Perangkat Organisasi Kecamatan pada Kabupaten Lampung Barat……..36

4.2 Peran Camat dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung Barat...38

4.3 Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Peran Camat dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung Barat...45

4.3.1 Faktor-faktor Pendukung Peran Camat dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung Barat...45

(22)

47

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Bahwa peran camat berpedoman pada peraturan daerah kabupaten Lampung Barat No. 32 tahun 2008 tentang rincian tugas fungsi dan tata kerja kecamatan Belalau Lampung Barat menggunakan organisasi pemerintahan kecamatan pola maksimal terdiri dari, memimpin penyelenggaraan pemerintahan, pembinaan pemerintah pekon/ kelurahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan instansi vertikal dan instansi satuan kerja lainnya dalam wilayah kecamatan.

Tugas dari peran camat dalam pemberdayaan masyarakat pekon/ kelurahan meliputi, pembinaan pembangunan bidang perekonomian, produksi, distribusi dan lingkungan hidup.

b. Tugas Camat dalam Pemberdayaan Masyarakat sebagai koordinator penyelenggara pemerintahan di Kecamatan Belalau kabupaten Lampung Barat.

(23)

48

Kecamatan lainnya. Sehingga dalam pelaksanaannya tersebut akan memperoleh hasil yang sempurna, Adanya sarana Pembangunan untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi di bidang Pembangunan. Hambatan pelaksanaan peran Camat dalam pemberdayaan masyarakat bidang pembangunan Belalau adalah: Kurangnya kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya pembangunan atau masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, sehingga di dalam pelaksanaannya pemerintahan masih memerlukan suatu kecakapan, keterampilan dan pengetahuan dibidang pembangunan pemerintahan tersebut. Sehingga dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah dapat berjalan dengan lancar, kwalitas para pelaksana pembangunan pemerintah yang tidak seimbang dengan tugas yang harus dikerjakan, tidak atau kurang tersedianya anggaran yang memadai untuk cepat mengelola pembangunan pemerintah dengan baik.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan, selanjutnya dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :

(24)

49

b. Selain itu untuk memperlancar program pembangunan perlu adanya penambahan anggaran karena anggaran yang ada belum mencukupi pelaksanaan pekerjaan.

(25)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dilakukan dalam penelitian adalah:

Pendekatan secara yuridis empiris, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara mencari data secara langsung di lapangan (studi lapangan) yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dengan cara mengkaji, mempelajari, dan menafsirkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan memberikan arti baik secara tersirat maupun tersurat.

3.2 Sumber Data.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian atau penulisan skripsi ini adalah: 1. Data sekunder yaitu data yang diperoleh langsung dari bahan-bahan kepustakaan

(26)

28

2. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara dengan responden yang berwenang dan merupakan sumber data dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah terdiri dari :

a. Kepala Camat Belalau Kabupaten Lampung Barat (Drs. Junaidi) dan b. Kepala Kasi Pemberdayaan Masyarakat ( Muhammad Syarifudin)

3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan.

1) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca, mempelajari, mencatat dan mengutip literature yang berkaitan dengan pokok bahasan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran awal sebelum penelitian dilapangan.

2) Studi Lapangan

(27)

29

3.3.2 Pengolahan Data

Setelah data dalam penelitian ini terkumpul baik data primer maupun data sekunder maka dapat diolah melalui prosedur sebagai berikut :

1) Data yang diperoleh diperiksa apakah data tersebut telah benar. Untuk data yang benar diambil, sedangkan data yang kurang lengkap dilengkapi.

2) Data yang telah di periksa selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan sub-sub bahasan. Pengolahan data di lakukan untuk mempermudah menginterprestasikan data dan memberi arti terhadap data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan studi lapangan.

3.4 Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti.

(28)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peran

Pengertian peran menurut Margono Slamet adalah mencakup tindakan atau prilaku yang perlu di laksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam masyarakat ( Margono Slamet,1985 : 15 ).

Sedangkan W.J.S. Poerwadarminta memberikan suatu batasan peranan sebagai suatu yang memegang pimpinan utama dalam terjadinya suatu atau peristiwa (W. J. S Poerwadarminta, 1982 : 735 )

Lebih lanjut Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa : “ peran merupakan hak dan kewajiban yang bersifat sukarela walaupun tidak terlalu mudah untuk menetapkan apakah secara subtansial peran merupakan hak dan kewajiban oleh karena itu di pergunakan istilah authority atau power bagi kedudukan itu di pergunakan superior dan kepatuhan kedudukan informal. Apabila orang yang telah melaksanakan hak dan kewajiban, maka ia telah melaksanakan peran ( Soerjono Soekanto, 1982 : 4 ).

(29)

11

pemimpin atau Kepala Kecamatan. Pentingnya peranan adalah untuk mengatur prilaku sendiri dengan orang-orang sekelompoknya.

Kecamatan merupakan perangkat Kabupaten dan daerah kota yang dipimpin oleh seorang Kepala Kecamatan yang disebut Camat, Camat merupakan seseorang yang mengepalai dan membina suatu Wilayah yang biasanya terdiri dari beberapa Desa. Berarti Camat merupakan pejabat yang mengepalai suatu Wilayah yang bernama Kecamatan. Dari batasan pengertian di atas, maka Camat adalah seseorang yang mengepalai dan membina suatu Wilayah administratif yang terendah yang biasanya terdiri dari beberapa Desa yang di sebut dengan Kecamatan.

Dalam rangka pelaksanaan azas dekonstrasi dibentuk dan disusun Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, dan kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

(30)

12

Camat diangkat oleh Bupati/Wali kota atas usul Sekretaris Daerah Kabupaten/kota dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. Camat menerima pelimpahan sebagian kewenangan Pemerintahan dari Bupati/Walikota dengan demikian Camat dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 19 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pemerintah Pasal 1(ayat) 5 menyatakan Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja Camat sebagai Kecamatan di Kabupaten/Kota.

Dengan demikian, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Kecamatan merupakan perangkat Daerah Kabupaten, menerima pelimpahan sebagian kewenangan Pemerintah dari Bupati yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah konsep yang berkembang dari masyarakat budaya barat sejak lahirnya Eropa modern pada pertengahan abad 18. dalam perjalanannya sampai kini telah mengalami proses dialektika dan akhirnya menemukan konsep ke-masa kini-an, yang telah umum di gunakan. Secara umum pemberdayaan dalam pembangunan meliputi proses pemberian kekuasaan untuk meningkatkan posisi sosial, ekonomi, budaya dan politik dari masyarakat yang bersifat lokal, sehingga masyarakat mampu memainkan peranan yang disignifkan dalam pembangunan.

(31)

13

a. menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang.

b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (ompowering) dalam rangka ini di perlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berkarya dalam memanfaatkan peluang.

c. Memberdayakan juga berarti melindungi. Dalam proses pemberdayaan memerlukan cara-cara atau langkah-langkah konkrit untuk mewujudkannya. Tanpa langkah-langkah yang tepat, upaya pemberdayaan akan mengalami banyak kendala.

Pemberdayaan sebagai proses ataupun sebagai tujuan pada dasarnya akan memunculkan keberanian pada individu ataupun kelompok. Kondisi semula yang cenderung hanya menerima keadaan akan lebih berani bertindak untuk merubah keadaan. Bentuk keberanian itu juga dapat berupa menghadapi kekuasaan formal guna menghapus ketergantungannya pada kekuatan itu.

Secara khusus kartasasmita (1996:144) meninjau tentang peranan pihak-pihak yang terlibat dalam pemberdayaan, yaitu :

(32)

14

program dan proyek pembangunan, akan tetapi merupakan subyek dari upaya pembangunannya sendiri. Untuk itu, maka dalam pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan yang terarah, dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi kelompok sasaran dan menggunakan pendekatan kelompok.

Pihak pemberdaya harus mempunyai komitmen untuk membuat atau melakukan suatu program yang juga memberdayakan. Sebab pengalaman menunjukkan bahwa banyak program pembangunan dalam pelaksanaannya kurang atau bahkan tidak mencerminkan aspek pemberdayaan. Hal ini tidak sesuai dengan pemberdayaan yang memberikan kekuatan dan kemampuan pada masyarakat. Komitman yang rendah dari pihak pemberdaya dapat saja muncul dari kekhawatiran bahwa dengan upaya pemberdayaan akan mengurangi kekuatan dan kekuasaan mereka.

Pemberdayaan sebagai cara pembangunan yang mengacu pada pembangunan yang berpusat rakyat didalamnya mengandung upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia serta partisipasi masyarakat. Karakteristik dari pembangunan yang berpusat rakyat tersebut dikemukakan oleh Supriatna (2000:18), yaitu:

a. Keputusan dan insiatif untuk memenuhi kebutuhan rakyat dibuat ditingkat local dimana didalamnya rakyat memiliki indentitas dan peran yang dilakukan sebagai partisipasi aktif.

(33)

15

c. Pendekatan ini mempunyai toleransi terhadap perbedaan.

d. Pendekatan pembangunan dengan menekankan pada proses”social learning”.

e. Budaya kelembagaan yang ditandai oleh adanya organisasi yang bias mengatur diri dan lebih terdistribusi.

f. Proses pembentukan jaringan koalisi dan komunikasi antara birokrasi dan lembaga lokal, satuan organisasi tradisional yang mandiri, merupakan bagian yang integral dan pendekatan ini baik untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengindentifikasikan dan mengelola berbagai sumber maupun untuk menjaga keseimbangan antara struktur vertical dan horizontal.

Sebagai sesutau yang baru dalam pembangunan, pemberdayaan masyarakat tidak luput dari berbagai bias, seperti :

a. Bahwa pemberdayaan masyarakat banyak dilakukan ditingkat bawah yang lebih memerlukan bantuan materal daripada keterampilan teknis dan manajerial. Akibatnya sering terjadi pemborosan sumber daya dan dana karena kurang persiapan keterampilan teknis dan majerial dalam pengembangan sumber daya manusia.

b. Anggapan bahwa teknologi yang diperkenalkan jauh lebih ampuh daripada teknologi masyarakat itu sendiri.

(34)

16

Berkenan hal tersebut, Scumacher (dalam Lasito, 2002:28) menyarankan sebagai berikut: Bantuan yang terbaik yang dapat diberikan pada masyarakat adalah bantuan intelektual yaitu berupa pemberian pengetahuan yang berguna. Bantuan ini jelas lebih baik daripada bantuan dalam bentuk barang. Karena sesuatu yang tidak diperoleh dengan usaha atau pengorbanan yang sungguh-sungguh tidak akan menjadi “milik sendiri”. Bantuan barang

dapat diterima oleh penerima bantuan tanpa usaha dan pengorbanan. Karenanya jarang

menjadi “milik sendiri”.

Memang disadari bahwa saat ini bantuan berupa pengetahuan itu sudah ada yang

diberikan. Namun hal itu didasarkan pada anggapan bahwa “apa yang tidak baik untuk si

kaya pasti baik pula untuk si miskin”. Anggapan inilah yang ditentang Scumachler

(1993:187) sebagai sesuatu yang salah. “ selama kita mengaku tahu, padahal

sesungguhnya tidak tahu, maka kita akan terus datang ke Negara miskin dan memperagakan pada mereka segala yang indah yang dapat mereka lakukan kalau mereka

sudah kaya”.

(35)

17

Proses pemberdayaan memerlukan tindakan aktif subyek untuk mengakui daya yang dimiliki obyek dengan memberinya kesempatan untuk mengembangkan diri sebelum akhirnya obyek akan beralih fungsi menjadi subjek yang baru. Karena proses tersebut didukung oleh faktor atau stimulus dari luar, maka subyek tersebut sebagai faktor eksternal. Selain itu, faktor internal yang mementingkan tindakan aktif obyek atau masyarakat miskin sendiri juga merupakan prasarat penting yang dapat mendukung proses pemberdayaan yang efektif (Pranakarta, 1996:137).

Pada umumnya “Negara” hampir selalu takut pada aksi politik tingkat bawah yang

murni. Istilah yang lebih disukai adalah “partisipasi”, bukan pemberian wewenan

(empowerment) yang kemudian dikenal dengan istilah ”pemberdayaan”. Walau

bagaimanapun, partisipasi sebagai ranah dalam pembangunan tetap mensyaratkan suatu komunitas lokal yang aktif, yang melakukan sebagian pengawasan terhadap kondisi-kondisi kehidupannya sendiri, dan bahkan dapat meminta pertanggung-jawaban pemerintah. Hal tersebut yang merupakan perwujudan keberdayaan mereka dalam

berpartisipasi. Gagasan utama dari perencanaan dari “bawah” tersebut akhirnya yang

dapat dicerminkan dengan tepat kepentingan sesungguhnya dari rakyat yang terlibat dari rakyat yang terlibat dalam kehidupan masyarakat, (Friedmann dalam Korten, 1988:257).

(36)

18

melemahkan adalah rasa tidak berdaya dalam menghadapi lembaga-lembaga yang dikontrol oleh mereka yang tidak dikenal oleh masyarakat lokal dan nilai-nilai yang dibawapun juga seringkali tidak sesuai dengan yang dianut oleh masyarakat lokal

tersebut”. Sehingga bagaimanapun, msyarakat selalu lebih mampu memahami kebutuhan

mereka sendiri dengan lebih baik dari siapapun juga, sehingga sudah pada tempatnya, pemerintah atau outsider stakeholder mengambil posisi yang proporsional dan lebih mengedepankan pemberdayaan masyarakat itu sendiri.

Pemberdayaan masyarakat juga dipandang sebagai proses yang lebih bernuansa humanis, sebagaimana dinyatakan oleh Kusnaka (dalam Hikmat, 2001:xi), sebagai berikut:

“Bahwa pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi

rakyat, tetapi juga harkat martabat, rasa percaya diri dan harga diri serta terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep social budaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat, tidak saja menumbuh

kembangkan nilai tambah ekonomi tetapi juga nilai tambah sosial budaya.”

(37)

19

proses pemberdayaan masyarakat, disamping domain politik. Berbicara tentang pemberdayaan masyarakat, akan lebih efektif kalau menyentuh domain-domain tersebut. Friedman (1992) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga. Pemberdayaan rumah tangga adalah pemberdayaan yang mencangkup aspek sosial, politik, dan psikologis. Yang dimaksud dengan pemberdayaan sosial adalah usaha bagaimana rumah tangga lemah memperoleh akses informasi, akses pengetahuan dan keterampilan, akses untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial, dan akses ke sumber-sember keuangan.

Yang dimaksud dengan pemberdayaan politik adalah usaha bagaimana rumah tangga yang lemah memiliki akses dalam proses pengambilan keputusan public yang mempengaruhi masa depan mereka. Sedangkan pemberdayaan psikologis adalah usaha bagaimana membangun kepercayaan diri tumah tangga yang lemah.

Lebih lanjut, Friedmann menyatakan bahwa pemberdayaan adalah penguatan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa depannya, penguatan masyarakat untuk dapat memperoleh factor-faktor produksi, dan penguatan masyarakat untuk dapat menentukan pilihan masa depannya.

(38)

20

membantu klien (warga masyarakat) memperoleh kekuasaan dalam pengambilan keputusan (perencanaan) dan bertindak dalam menentukan kehidupannya dengan mengurangi dampak dari hambatan sosial atau individu dalam penerapan kekuasaan dengan meningkatkan kemampuan dan percaya diri dalam menggunakan kekuasaan serta memindahkan kekuasaan dari lingkungan kepada warga masyarakat.

Selain itu untuk dapat melakukan pemberdayaan masyarakat perlu didukung oleh situasi dan kondisi yang kondusif, khususnya political will dari pemerintah, alokasi dana yang memadai serta kesungguhan dari para stakeholders yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat. Yang terpenting dalam pemberdayaan masyarakat adalah prosesnya, bukan sekedar hasil, karena proses akan terkait dengan kesinambungan. Demikian juga halnya para stakeholders yang terlihat hendaknya tetap dalam hubungan yang equal sesuai dengan paradigma pemberdayaan yang modern (bukan sekedar paradigma pemberdayaan

klasik yang berpangkat dari persepsi dikotomi “yang berdaya”dan “yang tidak berdaya”).

2.3 Kedudukan Pemerintah Kecamatan

Di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat menyebutkan bahwa:

Pemerintah Kecamatan merupakan perangkat Daerah menerima pelimpahan sebagian kewenangan Pemerintah dari Bupati. pemerintah Kecamatan di pimpin oleh seorang kepala kecamatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Hal ini, sesuai dengan Pasal 14, No. 19 Tahun 2008 tentang Peraturan Pemerintah, menyatakan: 1) Kecamatan merupakan perangkat Daerah Kabupaten dan Kota yang dipimpin

oleh Kecamatan.

(39)

21

3) Camat di angkat oleh Bupati/ Wali kota atau usul sekretaris Daerah. 4) Camat menerima pelimpahan sebagian kewenangan Pemerintahan dari

Bupati/Wali kota.

5) Camat bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.

2.4 Tugas Pokok Pemerintah Kecamatan

Dalam melaksanakan tugas pokok, Pemerintah Kecamatan mempunyai tugas untuk menyelenggarakan Pemerintahan, mengkoordinasikan perencanaan dan pembagunan serta membina kehidupan kemasyarakatan dan wilayah Kecamatan.

2.4.1 Tugas Camat

Pasal 66 ayat (2) dan (3) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 32 Tahun 2008 Tentang Tugas pokok,fungsi dan uraian tugas pemerintahan Kecamatan belalau kabupaten Lampung-Barat.Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana di maksud pada ayat (2), Camat mempunyai Uraian tugas ;.

a. Menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan umum, pembinaan keagrarian dan pembinaan politik dalam negeri dalam wilayah kecamatanan dan ketertiban b. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

c. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban masyarakat.

d. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan. e. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

(40)

22

g. Melaksanakan pembinaan pemerintahan pekon/kelurahan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan umum.

h. Melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah kecamatan.

i. Melaksanakan pembinaan perekonomian dan pembangunan yang meliputi pembinaan sarana dan prasarana perekonomian, produksi, distribusi, kesejahteraan sosial, dan lingkungan hidup.

j. Melaksanakan pembinaan pemberdayaan dan partisipasif aktif masyarakat dalam pembangunan daerah.

k. Menyusun pelaksanaan program, pembinaan administrasi, ketatausahaan dan rumah tangga.

l. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat di laksanakan pemerintah pekon atau kelurahan. m. Melaksanakan sebagian kewenangan yang di limpahkan oleh Bupati kepada

Camat sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

n. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan tugas dan kegiatan yang dilakukan kepada atasan.

o. Menilai prestasi kerja bawahan di lingkup Kecamatan berdasarkan hasil kerja yang telah di capai untuk di pergunakan sebagai bahan dalam meningkatkan karir atau penilaian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) Pegawai Negeri Sipil.

(41)

23

2.4.2 Bidang Kasi Pemerintah Kecamatan

Dalam melasanakan tugas di Kecamatan Camat di Bantu oleh Sekretaris Kecamatan dan membawahi :

1). Kasi Pemerintahan

Bidang Kasi Pemerintahan mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut : 1. Seksi Pemerintahan mempunyai tugas dan pokok membantu Camat dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan umum dan Pembinaan Pemerintahan Pekon/Kelurahan.

2. Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagai mana di maksud tersebut diatas, Seksi Pemerintahan mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program kerja di bidang Pemerintahan:

b. Pelaksanaan pelayanan administrasi kependudukan, pertanahan dan urusan umum Pemerintahan.

c. Pembinaan dan pengkoordinasian penyelenggaraan Pemerintahan Pekon/Kelurahan.

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan Pemerintahan.

2. Kasi Kemasyarakatan

Bidang Kasi Kemasyarakatan mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut : 1. Seksi Kemasyarakatan mempunyai tugas pokok membantu camat dalam

Mengkoordinasikan penyusunan program dan pembinaan kesejahteraan sosial masyarakat.

(42)

24

Seksi Kemasyarakatan mempunyai fungsi;

a. Penyusunan rencana dan program kerja di bidang kemasyarakatan di bidang kemasyarakatan.

b. Pelaksanaan dan pengelolaan administrasi di bidang kemasyarakatan di Wilayah Kecamatan.

c. Pembinaan dan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang kemasyarakatan.

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang kemasyarakatan.

3. Kasi Pemberdayaan Masyarakat Masyarakat Pekon / Kelurahan

Bidang Kasi Pemberdayaan Masyarakat Pekon/Kelurahan mempunyai tugas pokok fungsi sebagai berikut:

1. Seksi Pemberdayaan Masyarakat Pekon/kelurahan mempunyai tugas pokok membatu camat dalam pemberdayaan masyarakat pekon/kelurahan meliputi pembinaan pembangunan di bidang perekonomian, produksi, distribusi dan lingkungan hidup.

2. Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud tersebut diatas, Seksi Pemberdayaan Masyarakat Pekon/Kelurahan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana dan program kerja di bidang pemberdayaan masyarakat b. Pelaksanaan dan pengolaan administrasi di bidang pemberdayaan masyarakat

(43)

25

c. Pembinaan dan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang pemberdayaan masyarakat pekon/kelurahan;

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pemberdayaan masyarakat pekon/kelurahan.

4. Kasi Ketentraman dan Ketertiban

Bidang Kasi Ketentraman dan Ketertiban mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

1. Seksi Ketentraman dan ketertiban mempunyai tugas pokok membantu camat dalam Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban serta pembinaan Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan.

2. Untuk menyelenggaraakan tugas pokok sebagaimana di maksud tersebut di atas, Seksi ketentraman dan Ketertiban mempunyai fungsi;

a. Penyusunan rencana dan program kerja di bidang ketentraman dan ketertiban b. Pelaksanaan kegiatan dan administrasi penertiban, penegakan hukum dan

pembinaan keamanan serta pembinaan perlindungan masyarakat di wilayah kecamatan;

c. Pemantauan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah kerja kecamatan;

(44)

26

2.5 Dasar Hukum Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan

1) Undang-Undang 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah 2) Peraturan Pemerintah RI No.72 Tahun 2005 Tentang Desa 3) Peraturan Pemerintah RI No.19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan. 4. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 32 Tahun 2008

Tentang Tugas Pokok, fungsi dan uraian tugas Pemerintahan Kecamatan. 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007

(45)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional. Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan yang di rancang pemerintah untuk pembangunan desa.

Hampir seluruh instansi terutama pemerintah daerah mengkomodir pembangunan desa dalam program kerjanya. Tentunya berlandaskan pemahaman bahwa desa sebagai kesatuan geografis terdepan yang merupakan tempat sebagian besar penduduk bermukim. Dalam struktur pemerintahan, desa menempati posisi terbawah, akan tetapi justru terdepan dan langsung berada di tengah masyarakat. Karenanya dapat di pastikan apapun bentuk setiap program pembangunan dari pemerintah akan selalu bermuara ke desa.

(46)

2

tingkat pendapatan masyarakat dan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Semua itu pada akhirnya berkontribusi pada kemiskinan penduduk.

Fakta tersebut menyebabkan pemerintah semakin intensif menggulirkan program dan proyek pembangunan dalam pelaksanaan pembangunman desa.

Namun demikian program atau proyek di arahkan dalam pembangunan desa justru tidak dapat berjalan optimal, karena kebanyakan direncanakan jauh dari desa (Korten, 1988:247).

Masyarakat masih di anggap oleh obyek/sasaran yang akan di bangun. Hubungan yang terbangun adalah pemerintah sebagai subjek/pelaku pembangunan dan masyarakat desa sebagai obyek/sasaran pembangunan Partisipasi yang ada masih sebatas pemanfaatan hasil. (Kartasasmita, 1996 : 144).

Tingkat partisipasi dalam pembangunan masih terbatas, misalnya masih sebatas peran serta fisik tanpa berperan secara luas sejak perencanaan sampai evaluasi. Pemerintah berperan dominan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan program atau proyek pembangunan. Hal ini telah di atur dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa di susun perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten/Kota. pasal 63 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa

(47)

3

Bimbingan dan arahan dari pemerintah bila kondisi tersebut di pertahankan, maka masyarakat tidak akan pernah dapat menunjukkan kemampuannya dalam mengelola pembangunan di desanya. Apapun bentuk pembangunan, secara substantif akan selalu di artikan mengandung unsur proses dan adanya suatu perubahan yang di rencanakan untuk mencapai kemajuan masyarakat. Karena ditujukan untuk merubah masyarakat itulah sewajarnya masyarakatlah sebagai pemilik (owner) kegiatan pembangunan. Hal ini di maksudkan supaya perubahan yang di ketahui dan sebenarnya yang di kehendaki oleh masyarakat (Conyers, 1991:154-155). Ada kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menerima perubahan itu. Untuk itu keterlibatannya harus di perluas sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga pemanfaatannya, sehingga proses pembangunan yang di jalankan dapat memberdayakan masyarakat, bukan memperdayakan.

Pembangunan desa secara konseptual mengandung makna proses dimana usaha-usaha dari masyarakat desa terpadu dengan usaha-usaha-usaha-usaha dari pemerintah. Tujuanna untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Sehingga dalam konteks pembangunan desa, paling tidak terdapat dua stakeholder yang berperan utama dan sejajar (equal) yaitu pemerintah dan masyarakat (Korten, 1988:378).

(48)

4

urusan otonomi daerah. Yang telah diatur dalam Pasal 126 ayat (1 dan 2)Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Kecamatan di pimpin oleh seorang Kepala camat yang berada di bawah bertanggung jawab kepada Bupati.

Jadi kepimpinan Camat sebagai kepala wilayah merupakan faktor yang menentukan dalam penyelenggaraan pemerintahan, dan yang dapat menentukan pula terhadap dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan kemampuan untuk membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat di daerah tertentu.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan pada Pasal 14 menyatakan: Kecamatan merupakan perangkat Daerah Kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan di pimpin oleh Camat.

(49)

5

kelurahan dan melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan. Sebagian kewenangan pemerintahan yang di limpahakan bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek; perizinan, rekomendasi, koordinasi, pembinaan, pengawasan, fasilitasi, penetapan, penyelenggaraan dan kewenangan lain yang di limpahkan.

Sebagai unsur staf, tugas pemberdayaan masyarakat di kecamatan adalah membantu Camat dalam melaksanakan tugasnya, melaksanakan pembinaan administrasi serta memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh perangkat pemerintah kecamatan.

Tugas pokok dan fungsi kecamatan dalam pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu jabatan struktural di Pemerintah Kecamatan menurut Pasal 73 ayat (2) Peraturan Daerah Lampung Barat Nomor 32 tahun 2008 Tentang struktur organisasi kantor Camat Belalau Kabupaten Lampung Barat antara lain:

a. Penyusunan rencana dan program kerja di bidang pemberdayaan masyarakat pekon/kelurahan.

b. Pelaksanaan dan pengelolaan administrasi di bidang pemberdayaan masyarakat pekon/kelurahan di wilayah kecamatan.

c. Pembinaan dan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang pemberdayaan masyarakat pekon/kelurahan.

(50)

6

Berdasarkan analisis situasi yg ada pelaksanaan perencanaan pembangunan yang tidak tepat sasaran, terlaksana dengan baik dan tidak dapat di manfaatkan hasilnya, karena pembangunan tersebut benar-benar tidak memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal itu di mungkinkan terjadi, khususnya dalam pembangunan masyarakat jika masyarakat tidak di libatkan mulai dari proses penyusunan rencana di mulai dari perumusan masalah, penggalian potensi, penentuan prioritas masalah serta perumusan rencana mengenai kegiatan yang akan di laksanakan.

Dalam pemberdayaan masyarakat berarti membahas mengenai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan prilaku manusia dan pengorganisasi masyarakat.

Camat melaksanakan tugas-tugasnya dikecamatan belalau dengan di bantu oleh staf seksi/bidang pemberdayaan masyarakat pekon/kelurahan yang mempunyai tugas pokok membantu camat dalam pemberdayaan masyarakat pekon/kelurahan yang meliputi, pembinaan pembangunan, bidang perekonomian, produksi, distribusi dan lingkungan hidup.

Semua kegiatan yang dilakukan oleh staf dibidang pemberdayaan masyarakat yaitu penyusunan rencana program kerja seperti kebutuhan masyarakat itu sendiri baik dalam pembangunan dan perekonomian.

(51)

7

Kegiatan lainnya seperti perekonomian berupa meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat desa agar bisa mengembangkan potensi dan kemampuan masyarakat, dapat meliputi antara lain dengan bertani, berternak, melakukan wirausaha atau keterampilan-keterampilan membuat home industry (rumah industri) dan masih banyak lagi kemampuan dan keterampilan masyarakat yang dapat di kembangkan.

Penelitian ini dikhususkan pada desa-desa dikecamatan belalau kabupaten Lampung Barat, pengalaman selama ini yang digulirkan oleh pemerintah kurang optimal melibatkan masyarakat dalam perencanaan sampai evaluasi pembangunan didesa. Sehingga muncul kesenjangan persepsi antara masyarakat dengan pemerintah hal tersebut berakibat rendahnya tingkat partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan, karena tanpa disadari sebenarnya peran pemerintah sendiri masih lebih besar, meskipun tidak secara fisik akan tetapi dalam wujud regulasi yang kurang memberikan keluasaan bagi masyarakat secara optimal.

(52)

8

Mengingat pentingnya peran Camat dalam pemberdayaan masyarakat maka penulis terarik untuk melalukan penelitian lebih lanjut tentang “Peran Camat

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Bidang Pembangunan di Kecamatan Belalau

Kabupaten Lampung Barat”.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Dari uraian latar belakang yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah Peran Camat dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung Barat ?

b. Adakah faktor-faktor pendukung dan penghambat Peran Camat dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung Barat ?

1.2.2. Ruang Lingkup

(53)

9

lokasi yang di pilih dalam melakukan penelitian lapangan ini, serta untuk memperoleh data atau informasi guna melengkapi penulisan ini maka lokasinya adalah Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung Barat.

1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitiann

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui tentang Peran Camat dalam Pemberdayaan Masyarakat di kecamatan Belalau Lampung Barat.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Peran Camat dalam Pemberdayaan Masyarakat di kecamatan Belalau Lampung Barat.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan teoritis, bermanfaat sebagai bahan bacaan atau bahan kajian hukum khususnya hukum administrasi negara yang akan menambah wawasan pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan hukum

(54)

ABSTRAK

PERAN CAMAT DALAM PEMBERDAYAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BELALAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT

OLEH

RENI MEYLINA

Camat sebagai administrator pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di wilayahnya dalam artian mengkordinasikan sebaik-baiknya kegiatan pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat adalah pelaku utama pembangunan sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang menunjang kegiatan masyarakat tersebut, tugasnya diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat No 32 Tahun 2008 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Kecamatan di Belalau, namun pada kenyataannya tugas camat belum berjalan seoptimal mungkin. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Peran Camat dalam Pemberdayaan Masyarakat serta adakah faktor-faktor pendukung dan penghambat Peran Camat Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Belalau Lampung Barat.

Pendekatan masalah yang dilakukan dalam penyelesaian skripsi ini adalah dengan pendekatan yang bersifat yuridis empiris dalam memperoleh data yang digunakan data yang diperoleh dianalisis dengan cara mengadakan studi kepustakaan dan studi lapangan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Camat belalau, organisasi pemerintahan Kecamatan dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 32 Tahun 2008 tentang rincian, tugas, fungsi dan tata kerja Kecamatan Belalau. Kecamatan Belalau Lampung Barat menggunakan organisasi pemerintahan Kecamatan pola maksimal yang terdiri dari : memimpin penyelenggaraan pemerintahan, pembinaan pemerintah pekon/kelurahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan instansi vertikal dan instansi satuan kerja lainnya dalam wilayah Kecamatan.

Faktor pendukung Peran Camat dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Belalau : adanya kedisiplinan kerja kerja dari pelaksana pembangunan pemberdayaan masyarakat, adanya kerjasama yang cukup baik dari pelaksana pembangunan pemberdayaan masyarakat serta dengan perangkat pemerintah kecamatan lainnya, adanya sarana untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi dibidang pemberdayaan masyarakat.

(55)

ABSTRACT

SUBDISTRICT HEAD IN THE COMMUNITY ROLE IN BELALAU SUB DISTRICT OF WEST LAMPUNG

BY

RENI MEYLINA

Sub district head as a government administrator, and social development in the region and to coordinate the activities of community empowerment, where communities are the main actors of development while the government is obliged to direct, guide and create an atmosphere that supports community activities, duties stipulated in West Lampung District No. 32 of 2008 regarding the details of the duties, functions and working procedures of the District in Belalau, but in reality district task has not run optimally. Formulation of the problem in this research is how the role of District Head of Community Empowerment and is there any supporting factors and obstacles Role of District Head of Belalau Community Empowerment in the District of West Lampung.

Approach in solving problems that made this thesis is the juridical approach is empirical data used in obtaining the data obtained were analyzed by means of holding bibliography study and field study.

From the research result shows that Belalau Sub district head, District government organizations in carrying out its duties guided by the West Lampung District Regulation No. 32 of 2008 on the details, tasks, functions and working procedures Belalau District. Sub Belalau West Lampung district administration using organization maximal pattern consisting of: lead the management of governance, government guidance / district, and community development and organizing the coordination of the activities of Government agencies and other agencies working unit within the District.

Factors supporting the role of sub-district head in Community Empowerment in Sub Belalau: the discipline of the work of implementing the development of community empowerment, the existence of a fairly good cooperation from the commissioning of community development as well as with the other sub-district government, the means to carry out the duties and functions in the field of community empowerment.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam area konservasi ex situ , provenans yang akan dipilih untuk ditanam dalam suatu lokasi sebaiknya merupakan kombinasi provenans yang memiliki kisaran nilai

Hal ini berbeda dengan proses pemajemukan (複合),.. Prefiks 巣- ini apabila melekat pada 名詞 menunjukkan makna „tanpa apapun/polos‟. Afiks derivasional adalah

けるスキャンダルに他ならない。山田孝雄にとって本居宣長とは、〈大和心・道・国体〉

Dengan adanya sistem pakar ini, para peternak dapat memperkirakan jenis warna anakan lovebird yang dilakukan pada persilangan dua jenis warna indukan yang berbeda

Penyelidikan ini bertujuan untuk menghasilkan satu perisian pengajaran pembelajaran berbantukan komputer (PPBK) yang menggunakan multimedia interaktif dengan gabungan teks,

Dari data kuesioner di dapat bahwa 72 persen responden menyatakan tidak adanya atau belum adanya sosialisasi mengenain pemilihan elektronik yang baik dan hemat energi seperti

Dari rumus tersebut diketahui bahwa cash ratio berpengaruh negatif terhadap dividen kas (bila terjadi kenaikan cash ratio maka akan diikuti penurunan dividen kas) ini berarti

Kelebihan aplikasi program ini disbanding dengan sistem pembelajaran yang lama adalah anak - anak bisa belajar dengan cara melihat dan mendengarkan, serta memiliki tampilan