• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE DENGAN MODEL DIRECT INSTRUCTION (DI) PADA MATERI CAHAYA SISWA SMP NEGERI 1 NATAR T.P. 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE DENGAN MODEL DIRECT INSTRUCTION (DI) PADA MATERI CAHAYA SISWA SMP NEGERI 1 NATAR T.P. 2012/2013"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE DENGAN MODEL DI PADA MATERI CAHAYA

SISWA SMP NEGERI 1 NATAR T.P. 2012/2013

Oleh

Mitha Pratiwi Mahardika Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE DENGAN MODEL DIRECT INSTRUCTION (DI)

PADA MATERI CAHAYA SISWA SMP NEGERI 1 NATAR T.P. 2012/2013

Oleh

Mitha Pratiwi Mahardika

Mata pelajaran fisika dikalangan siswa dianggap salah satu mata pelajaran yang

sulit dipahami sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang

maksimal. Berbagai inovasi pembelajaran yang disajikan dalam bentuk model

pembelajaran telah banyak membantu guru menyajikan materi fisika dengan

pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Beragamnya model pembelajaran

memaksa guru lebih selektif memilih model yang tepat sesuai materi pelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Penelitian ini

membandingkan hasil belajar dua model pembelajaran. Tujuan penelitian ini yaitu

untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran

Exclusive dengan model DI dan untuk mengetahui model manakah yang rata-rata hasil belajarnya lebih tinggi. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII

SMPN 1 Natar pada semester genap T.P. 2012/2013 sedangkan sampel

penelitiannya yaitu siswa kelas VIII E sebagai kelas eksperimen 1 dan VIII F

(3)

Mitha Pratiwi Mahardika Desain penelitian menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe

One Group Pretest-Posttest Design. Teknik analisis data hasil belajar kognitif menggunakan skor gain ternormalisasi, sedangkan data hasil belajar afektif dan

psikomotor menggukan persentase perolehan nilai. Pada pengujian hipotesis

menggunakan uji Independent Sample T Test. Berdasarkan hasil uji Independent

Sample T Test diperoleh bahwa nilai t hitung pada hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor berturut-turut yaitu 3.35, 4.26, dan 9.47 lebih besar dari t tabel

yaitu 2.04, artinya ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara model pembelajaran

Exclusive dengan model DI. Secara keseluruhan, rata-rata hasil belajar siswa pada kelas Exclusive lebih tinggi dibandingkan dengan kelas DI sehingga dapat

disimpulkan bahwa pembelajan dengan model pembelajaran Exclusive lebih

efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan

pembelajaran dengan model DI.

Kata kunci : Model pembelajaran Exclusive, model Direct Instruction (DI), dan hasil belajar

(4)
(5)
(6)
(7)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. kerangka Teoretis 1. Model Pembelajaran Exclusive ... 5

2. Model Direct Instruction (DI) ... 9

3. Hasil Belajar ... 15

B. Kerangka Pemikiran ... 19

C. Hipotesis Tindakan ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 23

(8)

xiv

C. DesainPenelitian... 23

D. Variabel Penelitian ... 24

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Analisis Instrumen ... 25

G. Teknik Pengumpulan Data ... 28

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

B. Pembahasan ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50

4. Kisi-kisi Instrumen ... 74

5. Lembar Penilaian Afektif ... 88

6. Lembar Penilaian Psikomotor ... 90

7. Kunci Jawaban ... 91

8. LKK Pemantulan ... 92

9. LKK Pembiasan ... 96

10.Soal Latihan DI ... 100

(9)

xv

12.Soal Instrumen ... 121

13.Pretest ... 126

14.Posttest... 128

15.Daftar Nilai Hasil Belajar ... 130

16.Normalitas ... 132

17.Independent Sample T Test ... 135

18.Daftar Nilai Uji Instrumen ... 138

(10)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Natar dengan cara wawancara

pada salah satu guru mata pelajaran fisika kelas VIII diperoleh bahwa pelajaran

fisika merupakan salah satu pelajaran yang kurang diminati siswa dan rata-rata

hasil belajar fisika siswa kelas VIII masih rendah. Fakta ini menunjukan bahwa

adanya pengaruh minat belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. Minat belajar

fisika siswa yang rendah membuat hasil belajar siswa rendah. Kondisi ini

menuntut guru harus kreatif mengondisikan kegiatan pembelajaran yang kondusif

dan efektif agar siswa termotivasi belajar.

Hasil belajar dapat dijadikan sebagai indikator tercapai atau tidaknya tujuan

pembelajaran. Upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal,

seorang guru harus mampu mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar (KBM)

dengan baik. Agar KBM dapat terorganisir dengan baik, sebelum KBM

berlangsung guru harus membuat perencanaan matang, tertuang dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan Model Pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan acuan yang digunakan guru dalam menyusun

KBM. Model pembelajaran tersusun atas sintaks-sintaks atau langkah-langkah

(11)

2

berbeda-beda yang menjadi ciri khas dari model itu sendiri. Setiap model

pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya tidak ada model

pembelajaran yang lebih unggul secara mutlak dengan model pembelajaran

lainnya. Sebuah model pembelajaran bisa jadi lebih efektif digunakan pada

materi, situasi dan kondisi tertentu dibandingkan model pembelajaran lain, namun

bisa jadi sebaliknya jika tidak cocok dengan materi, situasi dan kondisi yang lain.

Guru harus menyesuaikan penggunaan model pembelajaran dengan konsep atau

materi yang akan diajarkan kepada siswanya. Pemilihan model yang tepat akan

menghasilkan hasil belajar yang optimal. Pemilihan model pembelajaran ini

dilihat dari ciri khas model pembelajaran dan ciri khas materi pelajaran.

Model pembelajaran Exclusive merupakan model yang dikembangkan berbasis

konstruktivisme dengan pendekatan Student Centered Learning, dimana siswa

yang menjadi pusat pembelajaran, siswa dituntut aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Nama Exclusive merupakan akronim dari sintaks model ini, yaitu

Exploring, Clustering, Simulating, Valuing, And Evaluating.

Model Pembelajaran yang biasa digunakan guru disekolah yaitu model Direct

Instruction (DI) yang menggunakan pendekatan Teacher Centered Learning. Model DI ini tersusun atas 5 fase belajar yaitu fase orientasi, fase presentasi atau

demonstrasi, fase latihan terstruktur, fase latihan terbimbing dan fase latihan

mandiri. Pembelajaran yang bertahap dan disertai latihan-latihan terbimbing serta

pengajaran yang tidak membutuhkan media pembelajaran yang rumit membuat

(12)

3

Berdasarkan latar belakang di atas, maka telah dilakukan penelitian eksperimen

untuk mengetahui model mana yang lebih efektif digunakan untuk menyampaikan

materi cahaya di sekolah dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Model

Pembelajaran Exclusive dengan Model Direct Instruction (DI) pada Materi

Cahaya Siswa SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran

Exclusive dengan model DI?

2. Manakah yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar fisika siswa, antara model

pembelajaran Exclusive dengan model DI?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

1. Perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran Exclusive dengan model DI.

2. Manakah yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar siswa model pembelajaran

(13)

4

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Guru

Dapat dijadikan referensi dalam memvariasikan penyajian materi untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Siswa

Dapat menumbuhkan minat belajar siswa dan merubah pola pikir siswa

terhadap mata pelajaran fisika serta mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar

sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

(1) Model Pembelajaran Exclusive dengan sintaks pembelajarannya antara lain,

(a) Exploring, (b) Clustering, (c) Simulating, (d) Valuing, (e) Evaluating;

(2) Model Direct Instruction (DI) dengan sintaks pembelajarannya antara lain,

(a) orientasi, (b) presentasi/ demonstrasi, (c) latihan terstruktur, (d) latihan

terbimbing, dan (e) latihan mandiri;

(3) Hasil belajar siswa (ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor);

(4) Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Natar tahun ajaran

2012/2013;

(5) Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok Cahaya

(14)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Model Pembelajaran Exclusive

Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang

pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

kegiatan yang sistematis sehingga KBM terorganisir untuk mencapai tujuan

pembelajaran, pendapat ini didukung oleh Sagala (2005: 175) yang

mengemukakan bahwa:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorgaisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai acuan dalam merancang kegiatan

pembelajaran untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang kondusif agar

tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Telah banyak dikembangkan model pembelajaran guna membantu Guru

dalam menyajikan pembelajaran yang terstruktur, sistematis, dan menarik,

salah satunya yaitu model pembelajaran Exclusive (Exploring, Clustering,

(15)

6

Abdurrahman, dkk. (2012: 217) memaparkan bahwa model pembelajaran

Exclusive dikembangkan berdasarkan kerangka model Sudiarta (Sudiarta, 2005) yaitu model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang

menggambarkan prosedur sistimatis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar peserta didik yang meliputi:

1) Rasional teoritik; landasan berfikir bagaimana hakikat peserta didik

dapat belajar dengan baik,

2) sintaks; bagaimana pola urutan perilaku siswa-guru,

3) prinsip interaksi; bagaimana guru memposisikan diri terhadap

siswa, maupun sumber-sumber belajar,

4) sistem sosial; bagaimana cara pandang antar komponen dalam

komunitas belajar,

5) sistem pendukung; bagaimana lingkungan belajar yang mendukung,

6) dampak pembelajaran; bagaimana hasil dan dampak pembelajaran yang diharapkan baik dampak instruksional (instructional effect)

maupun dampak pengiring (nurturant effect), diharapkan menjadi

salah satu solusi bagi peningkatan pemahaman sains anak-anak

Indonesia.

Model pembelajaran Exclusive berguna dalam mengkaji fakta atau fenomena

yang ada di lingkungan sekitar dan terkait dengan pengalaman nyata siswa

sehari-hari (Abdurrahman, dkk., 2012: 218). Model ini dikembangkan

berbasis teori konstruktivisme, yaitu salah satu filsafat pengetahuan yang

(16)

7

sendiri. Model pembelajaran Exclusive juga dikembangkan berdasarkan teori

metakognisi yang menitik beratkan pada pengetahuan kesadaran dan kendali

atas proses. Model Exclusive memiliki sintaks utama yaitu Exploring,

Clustering, Simulating, Valuing, and Evaluating, sintaks pembelajaran ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Fase 1: Exploring

Setelah apersepsi dan memotivasi singkat mengenai tema yang akan

dipelajari, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dimana masing-masing

kelompok mempunyai tugas untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya

terkait dengan informasi rinci mengenai tema yang dipelajari. Setiap

kelompok bekerja sama untuk memastikan bahwa setiap anggotanya telah

menguasai informasi.

Fase 2: Clustering

Setelah masing-masing kelompok mendapat informasi yang cukup bayak

dalam waktu yang telah ditentukan, guru dan siswa mencari

kesamaan-kesamaan informasi yang didapat pada langkah pertama untuk dibuat

cluster-cluster informasi. Kemudian, dari cluster-cluster informasi yang terbentuk, dibentuk

lagi kelompok-kelompok yang akan secara spesifik mendalami cluster

informasi yang bersangkutan. Setelah cluster informasi terbentuk, guru dan

siswa berdiskusi untuk mengkonfirmasi clustered data sebelum dilakukan

simulasi. Misal, clustered data/ informasi tersebut dirumuskan menjadi

(17)

8

Fase 3: Simulating

Pada tahap ini siswa diajak untuk melakukan simulasi agar dapat memahami

konsep dengan pengalaman secara langsung.

Fase 4: Valuing

Pada tahap ini melalui diskusi dan simulasi siswa diajak untuk memahami

manfaat/ aplikasi konsep yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.

Fase 5: Evaluating

Tahap yang terakhir adalah mengevaluasi jalannya keseluruhan proses

pembelajaran sehingga memperoleh sejumlah rumusan

rekomendasi-rekomendasi perbaikan pada kegiatan pembelajaran berikutnya. Dalam tahap

ini jika dari hasil evaluasi masih ada hal-hal yang perlu digali lebih dalam,

tahap exploring dapat dilakukan kembali dan begitu seterusnya seperti sebuah

siklus.

(18)

9

Model pembelajaran Exclusive menuntut siswa terlibat aktif, saling tukar

pikiran, berkolaborasi, berkomunikasi, dan bersimulasi bersama-sama untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pada model ini guru berperan

sebagai fasilitator, motivator, dan moderator saja dan yang berperan aktif

adalah siswa, dengan kata lain pembelajaran ini berpusat pada siswa.

Dampak instruksional dan dampak pengiring dari model pembelajaran

Exclusive, seperti yang dijelaskan Abdurrahman, dkk. (2012: 221) yaitu dampak instruksional yang diperoleh siswa adalah memiliki kemampuan

dalam mengkonstruksi pengatahuan, kemampuan pemecahan masalah, dan

penguasaan materi pembelajaran baik aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik serta dampak pengiring yang diperoleh siswa adalah nilai-nilai

positif dalam membangkitkan kesadaran akan pengetahuan yang relevan dan

sikap kritis siswa dalam belajar.

Dampak yang diperoleh siswa setelah diterapkan pembelajaran Exclusive di

kelas tidak hanya dapat merubah dan meningkatkan kemampuan siswa dari

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor saja namun juga perubahan lainnya

berupa bertambahnya nilai-nilai positif siswa dan sikap kritis dalam belajar,

hal ini tentu merupakan tujuan dari belajar yang diharapkan baik siswa

maupun guru.

2. Model Direct Instruction (DI)

Model Direct Instruction (DI) menurut Setiawan (2010: 8) merupakan suatu

(19)

10

keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajar selangkah

demi langkah. Model DI ini dirancang khusus untuk menunjang proses

belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural (pengetahuan

tentang sesuatu) dan pengetahuan deklaratif (pengetahuan bagaimana

melakukan sesuatu) yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi langkah. Ciri-ciri model

DI menurut Trianto (2007: 29-30) yaitu:

1.Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada peserta didik termasuk prosedur penilaian belajar.

2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.

3.System pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Menurut Joyce & Weil (2000: 24) Model DI memiliki sintaks yang terdiri

dari lima fase yaitu fase orientasi, fase presentasi atau demonstrasi, fase

latihan terstruktur, fase latihan terbimbing dan fase latihan mandiri yang

membutuhkan peran berbeda dari pengajar, kelima fase tersebut dijelaskan

sebagai berikut:

Fase 1: Orientasi

Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa–siswanya melalui

rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis

atau membacakannya. Guru berusaha menarik perhatian siswa, memusatkan

perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada

hasil belajar yang telah dimilikinya yang relevan dengan pokok bahasan yang

(20)

11

Fase 2: Presentasi atau demonstrasi

Guru menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun

keterampilan. Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil, pemberian

contoh-contoh konsep, pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara

demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas dapat

mempermudah siswa memahami materi pelajaran.

Fase 3: Latihan terstruktur

Setelah presentasi dan demonstrasi siswa diberikan latihan-latihan awal

mengenai materi ajar yang terkait dengan materi yang telah dipresentasikan

dan didemonstrasikan secara bertahap. Pada fase ini, siswa juga dapat diikut

sertakan dalam proses demonstrasi, sehingga semua siswa dapat

menggunakan dengan baik. Jika diperlukan, guru dapat menjelaskan kembali

hal-hal yang dianggap sulit atau belum dipahami siswa.

Fase 4: Latihan terbimbing

Siswa diberikan latihan-latihan yang harus dikerjakan. Pada latihan ini, siswa

melakukan latihan, guru memonitoring dan memberikan arahan serta koreksi

jika diperlukan. Pada fase ini, kegiatan yang tidak kalah penting mengecek

pemahaman siswa dan memberikan umpan balik. Kegiatan ini merupakan

aspek penting dalam pengajaran langsung karena tanpa mengetahui hasilnya,

latihan tidak banyak memberikan manfaat pada pembelajaran.

Fase 5: Latihan mandiri

(21)

12

Model ini juga memiliki dampak intruksional dan dampak pengiring. Dampak

instrusional yaitu dapat meningkatkan keterampilan dasar dan keterampilan

akademik siswa, membangun minat dan menimbulkan rasa ingin tahu, dan

merangsang siswa untuk berpikir cepat. Dampak pengiringnya yaitu dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan kreativitas siswa,

dan melalui kesuksesan serta respon balik positif dapat memperkaya

penghargaan diri siswa.

Model pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan yang dapat

dijadikan pertimbangan bagi guru sebelum menggunakan sebuah model

dalam merancang kegiatan belajar. Berikut ini adalah keunggulan dan

kelemahan dari model DI (Sudrajat, 2011: 1).

Keunggulan model DI, yaitu:

1. Guru dapat mengendalikan isi dan urutan materi pelajaran sehingga dapat

mempertahankan fokus tujuan yang ingin dicapai.

2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas kecil ataupun kelas besar.

3. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan

pengetahuan faktual yang terstruktur.

4. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan

keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi

rendah.

(22)

13

6. Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar

(misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat

membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.

7. Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak

tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan

dan hasil-hasil penelitian terkini.

8. Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi

siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di

antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang

mereka lihat).

9. Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil

dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini

penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau

keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.

10.Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi

apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.

11.Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru

sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.

Kelemahan model DI, yaitu:

1. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk

mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati,

dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam

(23)

14

2. Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan

awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau

ketertarikan siswa.

3. Siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit

bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal

mereka.

4. Guru yang menjadi pusat kegiatan belajar, kesuksesan strategi

pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak

siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat

menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan

terhambat.

5. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali

guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi

karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif

terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan

keingintahuan siswa.

6. Sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk

cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model

pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan

banyak perilaku komunikasi positif.

7. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model

pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan

yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang

(24)

15

8. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa

akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat

sedikit isi materi yang disampaikan.

9. Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan

membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua

yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung

jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.

10.Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi

satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai

pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah

paham.

11.Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa.

Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat

melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.

3. Hasil Belajar

Kegiatan belajar yang dilakukan siswa bertujuan untuk memperoleh suatu

hasil tertentu yang biasa kita sebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar

merupakan suatu indikator berhasil atau tidaknya kegiatan belajar yang

dilakukan. Pendapat ini didukung oleh Djamarah dan Zain (2006: 121) yang

mengatakan bahwa:

(25)

16

Sardiman juga menerangkan tentang pengertian belajar dalam pandangan

teori konstruktivisme, yaitu:

Belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses

mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengertiannya menjadi berkembang.

Teori kontruktivisme menerangkan lima prinsip atau ciri dalam belajar

(Suparno, 1997 dalam Sardiman, 2007: 38), yaitu:

a) Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.

b) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri.

d) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

e) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Teori ini menjelaskan kepada guru bahwa siswa dalam belajar memiliki

pengetahuan awal yang harus dibangun dan dikembangkan dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas sehingga dalam menyusun perencanaan

pembelajaran harus didasari pada prinsip ini.

Definisi belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis

belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Usaha yang

dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau

(26)

17

Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari hidupnya,

berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja baik di sekolah, di

kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya

(Hamalik, 2008: 154).

Belajar dan pembelajaran sebagai suatu proses mengandung triangulasi atau

hubungan erat tiga komponen yaitu: (1) Tujuan pembelajaran, (2) Kegiatan

pembelajaran, (3) Hasil belajar. Sudjana (2009: 2) menggambarkan

Triangulasi tersebut dalam diagram sebagai berikut.

Gambar 2.2 Diagram Triangulasi

Garis (a) menunjukan hubungan anatara tujuan pembelajaran dengan kegiatan

pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun oleh guru dengan mengacu pada

tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Garis (b) menunjukan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan hasil

belajar. Merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan kegiatan

(27)

18

Garis (c) menunjukan hubungan antara tujuan pembelajaran dengan hasil

belajar, merupakan kegiatan penilaian yaitu suatu tidakan atau kegiatan untuk

melihat sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dapat dicapai atau

dikuasai siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkan siswa

setelah kegiatan pembelajaran.

Sudjana menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana,

2009: 22).

Bloom (1956) (dalam Sardiman, 2007: 23-24) mengklasifikasikan hasil

belajar ke dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah

afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain).

Sedangkan tingkatan-tingkatan dari ketiga ranah tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:

(a) pengetahuan atau ingatan (Knowledge), (b) pemahaman (Comprehension),

(c) analisis (Analysis), (d) sintesis (Syntesis),

(e) evaluasi (Evaluation), dan (f) aplikasi (Application).

2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek, yakni: (a) penerimaan (Receiving),

(b) jawaban atau reaksi (Responding), (c) penilaian (Valuing),

(d) organisasi (Organization) dan (e) karakteristik nilai (Characterization).

3. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, yaitu:

(28)

19

Sardiman juga menjelaskan target jangkauan mengenai pencapaian level

sebagaimana diajarkan di tiap-tiap ranah disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran, tidak harus mencapai level tertinggi.

Hasil belajar dikatakan betul-betul baik jika memenuhi dua prinsip atau ciri

(Sardiman, 2007: 49-50) sebagai berikut:

a) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Dalam hal ini guru akan senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para siswa yang akan menghadapi ujian. Kalau hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, berarti hasil belajar itu tidak efektif.

b) Hasil itu merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik”.

Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat memengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.

B. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran Exclusive (X1) dan model DI (X2), variabel terikatnya adalah

hasil belajar model pembelajaran Exclusive (Y1) dan hasil belajar model DI

(Y2). Dalam penelitian ini diukur hasil belajar berupa pretest dan posttest

kedua kelas eksperimen. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui

Perbedaan rata-rata hasil kedua kelas eksperimen menggunakan analisis uji

Independent Sample T Test.

Penelitian ini berasumsi bahwa model pembelajaran dapat berpengaruh dalam

(29)

20

memiliki langkah-langkah kegiatan belajar yang tersusun secara sistematis

sehingga jika guru menerapkan model pembelajaran dalam merencanakan

KBM, guru dapat memanfaatkan jam pelajaran yang ada secara optimal dan

mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Indikator

ketercapaian tujuan pembelajaran ini tercermin dalam keberhasilan siswa

memperoleh hasil belajar di atas KKM.

Sebelum menerapkan model pembelajaran dalam merencanakan KBM, Guru

harus memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai dalam materi pembelajarannya, karena tidak semua model

pembelajaran cocok dengan semua materi pembelajaran. Oleh karena itu

sebelum menentukan model yang akan digunakan, Guru sebaiknya

mengetahui ciri khas model pembelajaran dan kebutuhan materi

pembelajaran.

Pemilihan model pembelajaran sebagai acuan menyusun kegiatan

pembelajaran harus dipertimbangkan dengan baik karena setiap model

pembelajaran memiliki ciri khas, disesuaikan dengan kebutuhan ketercapaian

tujuan pembelajaran pada materi pembelajaran. Indikator ketercapaian tujuan

pembelajaran ini terinterprestasi dalam hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh dengan menerapkan pretest

di awal kegiatan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan

posttest sebagai hasil dari kegiatan belajar, kemudian dihitung skor N-gain, serta hasil belajar afektif dan psikomotor kedua kelas eksperimen lalu

(30)

21

Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat, maka dapat dijelaskan dengan paradigma penelitian

seperti berikut:

Gambar 2.3 Diagram Kerangka Pemikiran

Keterangan:

X1 = Model pembelajaran Exclusive

X2 = Model DI

Y1 = Hasil belajar dengan model pembelajaran Exclusive

Y2 = Hasil belajar dengan model DI

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang akan diuji yaitu:

Hipotesis pertama

Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif siswa antara model

pembelajaran Exclusive dengan model DI

Hipotesis kedua

Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar afektif siswa antara model

(31)

22

Hipotesis ketiga

Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar psikomotor siswa antara model

(32)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam

penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Natar pada semester

genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 9 kelas berjumlah 384 siswa.

B. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang

juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa

mewakili populasi. Dari 9 kelas populasi diambil dua kelas, yaitu kelas VIII E dan

Kelas VIII F. Teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mengambil kelas sampel

yaitu menggunakan teknik purposive sampling.

C. Disain Penelitian

Disain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental

Design dengan tipe One Group Pretest-Posttest Design. Pada disain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat

(33)

24

Menurut Setyosari (2012: 174), disain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

= nilai pretest = nilai posttest

X1 = penerapan model pembelajaran Exclusive X2 = penerapan model DI

Siswa kelas VIII E diberikan pretest (tes awal) untuk melihat kemampuan awal

siswa berupa soal pilihan jamak berjumlah 10 butir soal, kemudian diberikan

perlakuan yaitu penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran Exclusive.

Kemudian pada akhir pembelajaran, siswa diberikan posttest (tes akhir) dalam

bentuk soal pilihan jamak berjumlah 10 butir soal. Berdasarkan hasil pretest (tes

awal) dan posttest (tes akhir) tersebut dihitung N-gain untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar. Pada kelas VIII F yang menggunakan model DI juga

diberikan soal pretest dan posttest yang kemudian hasil pretest dan posttest pada

kedua kelompok dibandingkan.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel penelitian yaitu variabel bebas, variabel

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model pembelajaran Exclusive

(X1) dan Model DI (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar

O

1 X1 O2

(34)

25

dengan model pembelajaran Exclusive (Y1) dan hasil belajar dengan model DI

(Y2).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yaitu instrument penilaian kognitif berupa soal

pilihan jamak berjumlah 10 soal (pretest-posttest), instrumen penilaian afektif,

dan instrumen penilaian psikomotor. Dari hasil tes ini dapat mengetahui tingkat

keberahasilan siswa dalam belajar dan perbandingan hasil belajar antara model

pembelajaran Exclusive dengan model DI.

F. Analisis Instrumen

Instrumen penelitian sebelum digunakan dalam penelitian harus diuji terlebih

dahulu agar valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen menunjukkan adanya tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang akan diukur. Artinya, instrumen itu dapat mengungkap

data dari variabel yang dikaji secara tepat. Instrumen yang valid atau sahih

memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid

berarti memilki validitas rendah (Setyosari, 2012).

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment

(35)

26

Keterangan:

= Koefisien korelasi yang menyatakan validitas

= Skor butir soal

= Skor total

= Jumlah sampel

Jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen

tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan

skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut

signifikan. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriteria uji bila Pearson Correlation > r tabel (0.42) maka data tersebut kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel sebenarnya mengandung makna bahwa instrumen

tersebut cukup mantap untuk mengambil data penelitian, sehingga mampu

mengungkap data yang dapat dipercaya hasilnya. Maka instrumen yang

reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur

objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk

(36)

27

(2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat

digunakan rumus alpha, yaitu:

Di mana:

= reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tiap item

= varians total

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen

diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk

mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS

17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha

cronbach’s 0 sampai 1.

Tabel 3.1 Nilai Kisaran Alpha Chronbach’s Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan

0,00-0,20 Kurang reliabel

0,21-0,40 Agak reliabel

0,41-0,60 Cukup reliabel

0,61-0,80 Reliabel

0,81-1,00 Sangat reliabel

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian instrumen akan diujikan

kepada sampel penelitian. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

(37)

28

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data

berbentuk tabel yang diperoleh dari pretest dan posttest untuk pemahaman

konsep. Tabel data hasil belajar terlampir dalam lampiran 15.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain yang

ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor postest dengan skor

pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah sebagai berikut.

(38)

29

2. Uji Normalitas Data

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal,

dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov.

Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

H0 : data tidak terdistribusi secara normal

H1 : data terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,02 maka H0 diterima.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,02 maka H1 diterima.

3. Pengujian Hipotesis

Independent Sample T-Test

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Hipotesis yang

akan diuji dengan Independent sample t-test yaitu

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara

model pembelajaran Exclusive dengan model DI.

H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model

pembelajaran Exclusive dengan model DI.

Kriteria pengujian:

 H0 diterima jika – t-tabel < t-hitung < t tabel

(39)

30

Berdasarkan probabilitas:

 H0 diterima jika P-value > 0,05

(40)

50

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan dari penelitian dengan judul “Perbandingan hasil belajar model

pembelajaran Exclusive dengan model DI pada materi Cahaya siswa SMP Negeri

1 Natar T.P. 2012/2013”, yaitu:

1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar;

a. kognitif siswa (skor N-gain) model pembelajaran Exclusive dengan Model

DI yaitu 0.60 dan 0.44 dengan selisih skor N-gain sebesar 0.16.

b. afektif siswa model pembelajaran Exclusive dengan Model DI. Skor

rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas model pembelajaran Exclusive lebih

tinggi 4.75 dari siswa kelas model DI.

c. psikomotor siswa model pembelajaran Exclusive dengan Model DI. Skor

rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas model pembelajaran Exclusive

lebih tinggi 19.45 dari siswa kelas model DI.

(41)

51

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai

berikut:

1. Dalam memilih model pembelajaran, guru harus mengetahui kelebihan dan

kekurangan dari model yang akan digunakan dan disesuaikan dengan konsep

materi fisika agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.

2. Model pembelajaran yang baik digunakan untuk pembelajaran materi cahaya

sebaiknya model pembelajaran yang menyajikan eksperimen agar siswa

dapat memahami konsep secara langsung.

3. Guru harus bekerjasama dengan siswa dalam menciptakan suasana belajar

yang aktif dan menyenangkan.

4. Dalam menerapkan model pembelajaran Exclusive sebaiknya guru memilih

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Wini Tarmini, dan Budi Kadaryanto. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Kemampuan Metakognitif Untuk Membentuk Karakter Literate dan Awareness Bagi Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Rawan Bencana. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains. UNS-Solo

Arends, Richard, I. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Djamarah dan Zain. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2000. Models of Teaching. Amerika: A. Pearson Education Company

Oemar, Hamalik . 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Sagala, Syaiful H. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta Sardiman A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Sari, Suci Wulan. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Tipe Kepribadian Siswa Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada SMP Swasta Di Kecamatan Medan Area dalam http://library.unimed.ac.id diakses 10 Juni 2013

Setiawan, Fitrajaya, Mardiyanti. 2010. Penerapan Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Untuk Meningkatkan Pemahaman Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Jurnal Pendidikan

Teknologi Informasi dan Komunikasi, Vol 3. No 1. Hal. 7-10.

Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Kencana Prenada Jakarta: Media Group

(43)

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya

Sudrajat, Akhmat. “Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)” dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/ diakses 3 Juni 2013

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Model Pembelajaran Exclusive
Gambar 2.2 Diagram Triangulasi
Gambar 2.3 Diagram Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

A NEEDS ANALYSIS FOR DESIGNING AN ESP-BASED SYLLABUS IN AN ISLAMIC STUDIES EDUCATION PROGRAM..

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Pupuk KCl.. Pengaruh Penambahan Arang

Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang Pembuatan Website Salon Kecantikan Lutuye Menggunakan Macromedia Flash MX Dengan memanfaatkan fasilitas internet dan

Mengembangkan silabus Bahasa Inggris untuk pengajaran Bahasa Inggris di sebuah Program Studi Pendidikan Agama Islam dianggap perlu berdasarkan fakta bahwa silabus Bahasa

Dapat menjadi teladan dan menjaga nama baik Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta;3. Berpenampilan sederhana, rapi,

Perangkat lunak meliputi setiap program yang berkaitan dengan komputer bahwa Anda tidak bisa merasakan dengan indra fisik misalnya, sistem sistem operasi, program anti-virus, web

Aplikasi berbasis web dengan tampilan grafis sangat bermanfaat untuk menampilkan beberapa model data yang perlu dianalisa, lebih jauh lagi bahwa aplikasi berbasis web yang bisa

[r]