• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVOLUSI PEMBELAJARAN Pengaruh Efikasi D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REVOLUSI PEMBELAJARAN Pengaruh Efikasi D"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

1

REVOLUSI PEMBELAJARAN

Pengaruh Efikasi Diri, Pemanfaatan Gaya Belajar Dan Identifikasi Tipe Kecerdasan dalam upaya Revolusi Pembelajaran

Oleh : Bahrur Rosyidi Duraisy

PENDAHULUAN

Pengangguran semakin membengkak pada dewasa ini. Pada tahun 2003 saja ada 43 juta lebih usia pekerja produktif menganggur akibat ketidakmampuan pendidikan menghantarkan manusia menjadi mandiri dan berkualitas. Bagaimana dengan sekarang. Tentunya jumlah pengangguran tak jauh beda, mungkin sudah melebihi angka tersebut. Tantangannya, bagaimana menciptakan tenaga kerja terbaik. Untuk itu perlu terobosan secara revolusioner cara belajar yang efektif.

Selama ini, sekolah cenderung identik dengan kewajiban belajar. Akibatnya, banyak siswa merasa gagal, karena sistem sekolah dianggap membosankan dan melelahkan. Sistem belajar yang disampaikan oleh guru cenderung menakutkan, membuat siswa stress.

Jalan keluarnya, tawaran belajar yang menyenangkan dan mengasyikkan menjadi penting. Kenapa? Agar sistem pembelajaran mampu melakukan perubahan-perubahan berkualitas yang sejalan dengan dinamika masa depan yang tambah kompleks. Persaingan globalisasi membutuhkan aktor-aktor berkualitas.

Kualitas lulusan yang telah dihasilkan oleh sekolah-sekolah di Indonesia, telah sewajarnya menjadi keprihatinan kita bersama. Kewajiban anak-anak menempuh wajib belajar 9 tahun seyogyanya perlu didasari oleh visi bersama yang mengacu pada kualitas anak didik handal, mampu, mandiri dan kreatif. Sayangnya, cita-cita ini hanya memperoleh sedikit perhatian dari pemerintah dan masyarakat.

Keinginan untuk menciptakan sekolah unggul hanya pada tataran ide. Yang ada, terkesan asal-asalan, bahkan terbaca, pihak penyelenggara membiarkan kondisi sarana dan prasarana pendidikan sangat minim dari memadai dan dari berstandar mutu. Sikap bias ini begitu nampak dari alokasi anggaran untuk pendidikan di setiap daerah berkisar 5 - 10% yang berorientasi pada pembangunan gedung semata.

Salah satu faktor internal yang diduga mempengaruhi prestasi belajar adalah self-efficacy atau efikasi diri. Ferridiyanto (2012) menjelaskan “Self- efficacy atau efikasi diri merupakan persepsi individu akan keyakinan atas kemampuannya melakukan tindakan yang diharapkan”.Keyakinan akan kemampuan diri siswa mempengaruhi pilihan tindakan yang akan dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan hambatan atau kesulitan. Efikasi diri juga besar pengaruhnya dalam mencapai sebuah kesuksesan atau prestasi karena dengan adanya efikasi diri yang tinggi maka siswa yakin terhadap kesuksesan atau prestasi yang akan dicapai, sehingga ia berusaha mempengaruhi dirinya dengan cara berperilaku atau bertindak untuk mencapai tujuannya. Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi akan mempersiapkan dirinya untuk belajar dengan baik sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang baik pula. Siswa SMK dipersiapkan untuk bersaing di dunia kerja juga membutuhkan efikasi diri yang tinggi. Dengan begitu siswa dapat memaksimalkan prestasi belajarnya, membentuk sikap optimis dan tetap gigih dalam menghadapi setiap tantangan yang ada agar dapat bersaing di sekolah maupun dunia kerja.

(2)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

2

suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”. Pemanfaatan gaya belajar adalah pendayagunaan aktivitas seseorang untuk memudahkan proses menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Dengan pemanfaatan gaya belajar siswa lebih mudah untuk menyerap, mengatur dan mengolah informasi yang diberikan oleh guru. Siswa akan dapat belajar dengan baik dan akan menghasilkan prestasi belajar yang baik, apabila siswa dapat mengoptimalkan pemanfaatan gaya belajarnya. Siswa SMK dituntut untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja juga perlu mengetahui dan mengoptimalkan pemanfaatan gaya belajar agar memudahkan siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian siswa SMK dapat meningkatkan segala kemampuan yang ia miliki, keterampilan dan pengetahuannya yang tercermin dalam prestasi belajar yang maksimal.

PEMBAHASAN

1. EFIKASI DIRI

Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self knowwledge yang paling berpengaruh dalam kehudupan maanusia sehari-hari. Hal ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut memengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan termasuk di dalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi.

A. PENGERTIAN EFIKASI DIRI

Bandura adalah tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (self-efficacy). Ia mendefenisikan bahwa efikasi dirii adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Sementara itu, Baron dan Byrne (1991) mendefenisikanan efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan. Bandura dan Woods menjelaskan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan akan kemampuan individu untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi.

Meskipun Bandura menganggap bahwa efikasi diri terjadi pada suatu kemampuan fenomena situasi khusus, para peneliti yang lain telah membedakan efikasi diri khusus dari efikasi diri secara umum atau generalized self-efficacy. efikasi diri secara umum menggambarkan suatu penilaian dari seberapa baik seseorang dapat melakukan suatu perbuatan pada situasi yang beraneka ragam.

(3)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

3

sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut dia, efikasi diri tidak berkaitann dengan kecakapan yang dimiliki, tapi berkaitan dengan keyakinan individu mengenai hal apa yang dapat dilakukan dengan kecakapan yang ia miliki seberapa pun besarnya. Efikasi diri menekannkan pada komponen keyakinan diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang akan datang yang mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan, dan sering penuh dengan tekanan. Meskipun efikasi diri memiliki suatu pengaruh sebab-musabab yang besar pada tindakan kita, efikasi diri berkombinasi dengan lingkungan, perilaku sebelumnya, dan variabel-variabel personal lainnya, terutama harapan terhadap hasil untuk menghasilkan perilaku. Efikasi diri akan mempengaruhi beberapa aspek dari kognisi dan perilaku seseorang. Gist dan Mitchell mengatakan bahwa efikasi diri dapat membawa pada perilaku yang berbeda di antatara individu dengan kemampuan yang sama kaena efikasi diri memengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah, dan kegigihan dalam berusaha (Judge dan Erez, 2001).

Seseorang dengan efikasi diri percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya, sedangkan seseorang dengan efikasi diri rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi yang sulit, orang dengan efikasi yang rendah cenderung mudah menyerah. Sementara dengan orang dengan efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk mengatasi tantangan yang ada. Hal senada juga di ungkapkan oleh Gist, yang menunjukkan bukti bahwa perasaan efikasi diri memainkan satu peran penting dalam mengatasi memotivasi pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang menantang dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan tertentu.

Dalam kehidupan sehari-hari, efikasi diri memimpin kita untuk menentukan cita-cita yang menantang dan tetap bertahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Lebih dari seratus penelitian memperlihatkan bahwa efikasi diri meramalkan produktivitas pekerja. ketika masalah-masalah muncul, perasaan efikasi diri yang kuat mendorong para pekerja untuk tetap tenang dan mencari solusi daripada merenung ketidakmampuannya. Usaha dan kegigihan menghasilkan prestasi.

Judge dkk, menganggap bahwa efikasi diri ini adalah indikator positif dari core self-evaluation untuk melakukan evaluasi diri yang berguna untuk memahami diri (Judge dan Bono,2001). Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau sel-knowledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari karena efikasi diri yang dimiliki ikut memengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya perkiraan terhadap tantangan yang akan dihadapi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri secara umum keyakinan seseorang mengenai kemampuannya dalam mengatasi beraneka ragam situasi yang muncul dalam hidupnya. Efikasi diri tidak berkaitan dengan kecakapan yang ia miliki seberapa aspek dari kognisi dan perilaku seseorang. Oleh karena itu, perilaku satu individu akan berbeda dengan individu yang lain.

B. PERKEMBANGAN EFIKASI DIRI

(4)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

4

penguat (reward dan punishment) lama-kelamaan dihayati sehingga terbentuk pengertian dan keyakinan mengenai kemampuan diri. Bandura (1997) mengatakan bahwa persepsi terhadap efikasi diri setiap individu berkembang dari pencapaian secara berangsur-angsur akan kemampuan dan pengalaman tertentu secara terus-menerus. Kemampuan memersepsikan secara kognitif terhadap kemampuan yang dimiliki memunculkan keyakinan atau kemantapan diri yang akan digunakan sebagai landasan bagi individu untuk berusaha semaksimal mungkin mencapai target yang telah ditetapkan.

Menurut Bandura (1997) efikasi diri dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat sumber informasi utama. Beriku ini adalah empat unsur-unsur informasi tersebut.

1) Pengalaman keberhasilan (mastery experience)

Sumber informasi ini memberikan pengaruh besar pada efikasi diri individu karena didasrkan pada pengalaman-pengalaman pribadi individu secara nyata yang berupa keberhasilan dan kegagalan. Pengalaman keberhasilan akan menaikkan efikasi diri individu, sedangkan pengalaman kegagalan akan menurunkannya. Setelah efikasi diri yang kuat berkembang melalui serangkaian keberhasilan, dampak negatif dari kegagalan-kegagalan yang umum akan terkurangi. Bahkan kemudian kegagalan diatasi dengan usaha-usaha tertentu yang dapat memperkuat motivasi diri apabila seseorang menemukan lewat pengalaman bahwa hambatan tersulit pun dapat di atasi melalui usaha yang terus-menerus.

2) Pengalaman orang lain (vicarious experience)

Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang sebanding dalam mengerjakan suatu tugas akan meningkatkan efikasi diri individu dalam mengerjakan tugas yang sama. Begitu pula sebaliknya, pengamatan terhadap kegagalan orang lain akan menurunkan penilaian individu mengenai kemampuannya dan individu akan mengurangi usaha yang akan dilakukan.

3) Persuasi verbal (verbal persuasion)

Pada persuasi verbal, individu diarahkan dengan saran, nasihat, dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki yang dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang diyakinkan secara verbal cenderung akan berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan. Menurut Bandura (1997), pengaruh persuasi verbal tidaklah terlalu besar karena tidak memberikan suatu pengalaman yang dapat langsung dialami atau diamati individu. Dalam kondisi yang menekan dan kegagalan terus-menerus, pengaruh sugesti akan cepat lenyap jika mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.

4) Kondisi fisiologis (psysiological state)

Individu akan mendasarkan informasi mengenai kondisi fisiologis mereka untuk menilai kemampuannya. Ketegangan fisik dalam situasi yang menekan dipandang individu sebagai suatu tanda ketidakmampuan karena hal itu dapat melemahkan perfomansi kerja individu.

(5)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

5

(vicarious experience), Persuasi verbal (verbal persuasion), Kondisi fisiologis (psysiological state).

C. ASPEK-APEK EFIKASI DIRI

Menurut Bandura (1997), efikasi diri pada diri tiap individu akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga dimensi. Berikut adalah tiga dimensi tersebut.

1) Dimensi tingak level (level)

dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi diri individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang, atau bahkan meliputi tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuan yang di rasakannya.

2) Dimensi kekuatan (strength)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin tiggi level taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.

3) Dimensi generalisasi (geneality)

Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkain aktivitas dan situasi yang bervariasi.

2. BELAJAR DAN GAYA BELAJAR

Belajar dalam pengertian luas adalah di mana guru murid mengetahui poko penting dari aspek-aspek perbuatan belajar.Pada umumnya belajar dapat kita lihat dari dua jenis pandangan yakni tradisional dan moderen.Pertama, pandangan tradisional, belajar adalah usaha memperoleh sejumlahilmu penegetahuan. “Pengetahuan” memegang peranan yang penting dalam hidup manusia,pengetahuan adalah kekuasaan siapa saja yang memiliki banyak maka ia akan mendapat kekuasaan.Kedua , pandangan moderen, belajar adalah proses perubahan tingkah laku perekat interaksi dengan lingkungannya.Seorang dikatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil yakni terjadinya perubahan tingkah laku.

(6)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

6

Lain ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya. Pepatah di atas memang pas untuk menjelaskan fenomena bahwa tak semua orang punya gaya belajar yang sama. Pun bila mereka bersekolah di sekolah atau bahkan duduk di kelas yang sama.

Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.

Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Tapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut.

Cara lain yang juga kerap disukai banyak siswa adalah model belajar yang menempatkan guru tak ubahnya seorang penceramah. Guru diharapkan bercerita panjang lebar tentang beragam teori dengan segudang ilustrasinya, sementara para siswa mendengarkan sambil menggambarkan isi ceramah itu dalam bentuk yang hanya mereka pahami sendiri.

Apa pun cara yang dipilih, perbedaaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagia setiap individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Karenanya, jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang itu, mungkin akan lebih mudah bagi kita jika suatu ketika, misalnya, kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.

Tentu saja, sebelum kita sendiri mengajarkannya pada orang lain, langkah terbaik adalah mengenali gaya belajar kita sendiri. Gaya belajar itu sendiri memiliki arti cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Pertimbangan ini yang seringkali kita lupakan. Dengan kata lain, kita sendiri harus merasakan pengalaman mendapatkan gaya belajar yang tepat bagi diri sendiri, sebelum menularkannya pada orang lain. Ada banyak alasan dan keuntungan yang bisa kita dapatkan bila kita mampu memahami ragam gaya belajar, termasuk gaya kita sendiri.

Kalangan tua, biasanya menyerap banyak pengetahuan tentang gaya belajar, berdasarkan pengalaman yang telah mereka lewati. Misalnya, mereka pernah bekerja, menjalani latihan militer, mendidik dan membimbing anak, dan sebagainya. Rangkaian pengalaman yang mereka lewati itu, sesungguhnya, adalah bagian dari cara mereka mendapatkan pelajaran berarti yang mungkin bisa kita serap untuk melihat seperti apa sebetulnya gaya belajar yang tepat bagi kita. Apa pun gaya yang akan kita pilih dan ikuti, hal terpenting yang tak boleh dilupakan.

Ada empat gaya belajar yang dikemukan oleh Anthony Gregore seorang profesor kurikulum instruksi di Universitas Connecticut yaitu: 1. Sekuensial konkrit yaitu mengutamakan realitas sebagai objek untuk

memandang sesuatu.

2. Acak konkrit yaitu kecenderungan belajar dengan cara bereksprimen.

(7)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

7

4. Sekuensial abstrak yaitu gaya belajar yang tidak beraturan dan cenderung

mengikuti situasi yang ada, untuk itu perlu mempelajari logika untuk menggali kemampuan yang terpendam.

Dari keempat gaya belajar tersebut diatas maka setiap anak didik memunyai kecenderungan yang unik dalam memaksimalkan kemampuan yang dimiliki. Semakin kreatif seseorang dalam mencipta, maka belajar cara revolusi menjadi alternatif model pertimbangan. Terlebih pada situasi pasar global yang menuntut cepat dalam mengambil keputusan dalam setiap saat. Kecerdasan bisnis untuk tetap bisa survive dengan kompetisi tiada batas antar negara memberi peluang bagi anak didik untuk mandiri dalam belajar. Pembatasan wilayah yang telah terpecahkan melalui media computer dan internet semakin menambah luas jaringan untuk membuka wawasan yang serba baru dengan kecepatan yang tinggi.

Dampak globalisasi membawa keuntungan sekaligus tantangan bagi anak didik untuk kreatif menggunakan kesempatan yang tidak diperoleh sebelumnya oleh guru yang mengajar. Kesempatan untuk mencari informasi tanpa guru sangat mungkin dalam kemajuan teknologi yang serba canggih. Teman bisa berperan sebagai guru, begitupun guru berperan sebagai teman. Anak didikpun berfungsi sebagai guru untuk orang lain dan dirinya sendiri. Di zaman yang serba canggih ini, semuanya menjadi mungkin, bukan sekedar impian kosong mewujudkannya. Jasa dan kepribadian serta penalaran merupakan hal yang dipertaruhkan dalam tuntutan masa sekarang.

Gaya Belajar Visual,Auditorial,Kinestetik

Selain gaya belajar yang dikemukakan oleh Anthony Gregore di atas ada juga gaya belajar yang lain.

Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing_ masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga molalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara

ketiganya”.

1) Gaya Belajar Visual (belajar dengan cara melihat)

Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual : a. Bicara agak cepat

(8)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

8

c. Tidak mudah terganggu oleh keributan

d. Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar e. Lebih suka membaca dari pada dibacakan f. Pembaca cepat dan tekun

g. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

h. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato i. Lebih suka musik dari pada seni

j. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

k. Teliti terhadap detail

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

a. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta. b. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.

c. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi. d. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).

e. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

2) Gaya Belajar Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :

a. Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri b. Penampilan rapi

c. Mudah terganggu oleh keributan

d. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

e. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

f. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

g. Biasanya ia pembicara yang fasih

h. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya i. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

j. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual

k. Berbicara dalam irama yang terpola

l. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

(9)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

9

a. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas

maupun di dalam keluarga.

b. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras. c. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.

d. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.

e. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

3) Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik : a. Berbicara perlahan

b. Penampilan rapi

c. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan d. Belajar melalui memanipulasi dan praktek

e. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

f. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

g. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita

h. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

i. Menyukai permainan yang menyibukkan

j. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu

k. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik: a. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

b. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).

c. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.

d. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan. e. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.

(10)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

10

pelajaran. Keempat, kita merasa bisa belajar lebih baik bila disertai dengan kegiatan fisik. Karakter terakhir, orang-orang yang memiliki gaya belajar ini memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim dan kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).

3. TIPE KECERDASAN ANAK

A. Kecerdasan matematika dan logika atau cerdas angka

Memuat kemampuan seorang anak berpikir secara induktif dan deduktif, kemampuan berpikir menurut aturan logika dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah melalui kemampuan berpikir. Anak-anak dengan kecerdasan matematika dan logika yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan analisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.

Mereka menyenangi cara berpikir yang konseptual, misalnya menyusun hipotesis, mengategori, dan mengklasifikasi apa yang dihadapinya. Anak-anak ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan yang tinggi dalam menyelesaikan problem matematika.

Bila kurang memahami, mereka cenderung bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya. Anak-anak yang cerdas angka juga sangat menyukai permainan yang melibatkan kemampuan berpikir aktif seperti catur dan bermain teka-teki. Setelah remaja biasanya mereka cenderung menggeluti bidang matematika atau IPA, dan setelah dewasa menjadi insinyur, ahli teknik, ahli statistik, dan pekerjaan-pekerjaan yang banyak melibatkan angka.

B. Kecerdasan bahasa atau cerdas kata

Memuat kemampuan seorang anak untuk menggunakan bahasa dan kata-kata baik secara lisan maupun tulisan dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasannya. Anak-anak dengan kemampuan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan bahasa seperti membaca, membuat puisi, dan menyusun kata mutiara.

Anak-anak ini cenderung memiliki daya ingat yang kuat akan nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal kemampuan menguasai bahasa baru, anak-anak ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Pada saat dewasa biasanya mereka akan menjadi presenter, pengarang, penyair, wartawan, penerjemah, dan profesi-profesi lain yang banyak melibatkan bahasa dan kata-kata.

C. Kecerdasan musikal atau cerdas musik

Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, dalam hal ini adalah nada dan irama. Anak-anak ini senang sekali mendengar nada-nada dan irama yang indah, mulai dari senandung yang mereka lakukan sendiri, dari radio, kaset, menonton orkestra, atau memainkan alat musik sendiri. Mereka lebih mudah mengingat sesuatu dengan musik. Saat dewasa mereka dapat menjadi penyanyi, pemain musik, komposer pencipta lagu, dan bidang-bidang lain yang berhubungan dengan musik.

(11)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

11

Memuat kemampuan seorang anak untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan antara objek dan ruang. Anak-anak ini memiliki kemampuan menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi. Setelah dewasa biasanya mereka akan menjadi pemahat, arsitek, pelukis, desainer, dan profesi lain yang berkaitan dengan seni visual.

E. Kecerdasan kinestetik atau cerdas gerak

Memuat kemampuan seorang anak untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul dalam bidang olah raga, misalnya bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang, basket, dan cabang-cabang olah raga lainnya, atau bisa pula terlihat pada mereka yang unggul dalam menari, bermain sulap, akrobat, dan kemampuan-kemampuan lain yang melibatkan keterampilan gerak tubuh.

F. Kecerdasan inter personal atau cerdas teman

Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan ini disebut juga kecerdasan sosial, dimana seorang anak mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya, termasuk berkemampuan memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman, dan memperoleh simpati dari anak yang lain. Setelah dewasa mereka dapat menjadi aktivis dalam organisasi, public relation, pemimpin, manajer, direktur, bahkan menteri atau presiden.

G. Kecerdasan intra personal atau cerdas diri

Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Mereka cenderung mampu mengenali kekuatan atau kelemahan dirinya sendiri, senang mengintropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya dan kemudian mencoba untuk memperbaiki dirinya sendiri. Beberapa di antara mereka cenderung menyenangi kesendirian dan kesunyian, merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri. Saat dewasa biasanya mereka akan menjadi ahli filsafat, penyair, atau seniman.

H. Kecerdasan naturalis atau cerdas alam

Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam terbuka seperti cagar alam, gunung, pantai, dan hutan. Mereka cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, flora dan fauna, bahkan benda-benda di ruang angkasa. Saat dewasa mereka dapat menjadi pecinta alam, pecinta lingkungan, ahli geologi, ahli astronomi, penyayang binatang, dan aktivitas-aktivitas lain yang berhubungan dengan alam dan lingkungan.

Dengan konsep Multiple Intelligences (Kecerdasan Ganda), Howard Gardner ingin mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan, bahwa seolah-olah kecerdasan hanya terbatas pada hasil tes intelegensi yang sempit saja, atau hanya sekadar dilihat dari prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka.

(12)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

12

Oleh karena itu diperlukan kesungguhan dari orang tua dan pendidik untuk secara tekun dan rendah hati mengamati dan memahami potensi anak atau murid dengan segala kelebihan maupun kekurangannya, dan menghargai seriap bentuk kecerdasan yang berlainan.

PENUTUP

Self- efficacy atau efikasi diri merupakan persepsi individu akan keyakinan atas kemampuannya melakukan tindakan yang diharapkan”.Keyakinan akan kemampuan diri siswa mempengaruhi pilihan tindakan yang akan dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan hambatan atau kesulitan

 Efikasi diri dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat sumber informasi utama. Beriku ini adalah empat unsur-unsur informasi tersebut :

1. Pengalaman keberhasilan (mastery experience) 2. Pengalaman orang lain (vicarious experience) 3. Persuasi verbal (verbal persuasion)

4. Kondisi fisiologis (psysiological state)

 Belajar dalam pengertian luas adalah di mana guru murid mengetahui pokok penting dari aspek-aspek perbuatan belajar.

 Gaya belajar itu sendiri artinya adalahcara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut.

Macam-macam gaya belajar:

1. Gaya Belajar Visual (belajar dengan cara melihat) Ciri-ciri gaya belajar visual :

a. Bicara agak cepat

b. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi c. Tidak mudah terganggu oleh keributan

d. Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar e. Lebih suka membaca dari pada dibacakan f. Pembaca cepat dan tekun

g. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

h. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato i. Lebih suka musik dari pada seni

j. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

2. Gaya Belajar Auditori (belajar dengan cara mendengar) Ciri-ciri gaya belajar auditori :

a. Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri b. Penampilan rapi

c. Mudah terganggu oleh keributan

d. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

e. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

f. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

g. Biasanya ia pembicara yang fasih

(13)

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | REVOLUSI PEMBELAJARAN

13

j. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang

melibatkan Visual

k. Berbicara dalam irama yang terpola

l. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

3. Gaya Belajar kinestetik

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik : a. Berbicara perlahan b. Penampilan rapi

c. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan d. Belajar melalui memanipulasi dan praktek

e. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

f. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

g. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita h. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan

gerakan tubuh saat membaca

i. Menyukai permainan yang menyibukkan

j. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu

k. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

Tipe-tipe kecerdasan anak:

1. Kecerdasan matematika dan logika atau cerdas angka 2. Kecerdasan Bahasa atau cerdas kata

3. Kecerdasan musikal atau cerdas musik

4. Kecerdasan Visual spasial atau cerdas gambar 5. Kecerdasan Kinestetik atau cerdas gerak 6. Kecerdasan inter personal atau cerdas teman 7. Kecerdasan intra personal atau cerdas diri 8. Kecerdasan naturalis atau cerdas alam

DAFTAR PUSTAKA

Brown dan Inouge dalam A. Bandura, Self-Efficacy: The Exercise of Control, (New York: W.H.Freeman and Company,1997)

Chen dan Gully; Gist; Gist dan Mitchel dalam R.Hogan, & B.W Robbert, Personality Psychology: in the Workplace, (Washington DC: American Psychology

Association, 2001)

De Porter,Bobbi & Hernachi,Mike.2002.Quantum Learning.Bandung:Kaifa

Ghufron M. Nur & Risnawati Rini S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

J. Feist, dan G.J Feist, “theories of Personality”, Fourth Edition, (Boston:Mcgraw-Hill Companies Inc., 1998)

N.W Wulandari, “ Hubungan Antara Efikasi Diri dan Dukungan Sosial dengan Kepuasan Kerja”, Skripsi, (Tidak diterbitkan), (Jogjakarta: Fakultas Psikologi UGM, 2000)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat Daya, ditemukan 35 kasus filariasis kronis di Kecamatan Kodi Balaghar, namun sejauh ini belum pernah

Nazih Hammad menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang diharamkan seperti alkohol dalam medis dan obat-obatan selama belum bisa tergantikan atau tidak ada alternatif lain yang

Oleh sebab itu, meskipun UUHT telah memberikan hak kepada kreditur untuk melakukan parate eksekusi terhadap objek hak tanggungan apabila debitur cidera janji/wanprestasi

Siswa banyak mengeluh mengenai pelajaran bahasa arab yang cukup sulit karena kurangnya kosakata ( mufrodat ) yang diketahui. Dalam pengajaran guru tidak banyak

Pengendali atau kontrol bekerja dengan menggunakan sistem mikrokontroller, pada modul wemos D1 R2 uno based terdapat sebuah chip mikrokontroler ESP8266 yang

Aspek terpenting dalam menghasilkan karya sastera yang bermutu terletak kepada penulis yang berjaya membuat olahan, susunan atau gaya bahasa yang menarik dan berkesan kepada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan komposisi kelaras 68% dan jerami 17% merupakan variasi komposisi media dengan hasil berat basah, berat kering, dan jumlah tubuh buah

Sistem informasi ini dimaksudkan kepada penyediaan informasi dalam bidang perikanan terutama mengenai klasifikasi dan deskripsi ikan, data pengkajian stok, data