• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM INFORMASI PENGKAJIAN STOK IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN SELAT SUNDA SITI ASIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM INFORMASI PENGKAJIAN STOK IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN SELAT SUNDA SITI ASIAH"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM INFORMASI PENGKAJIAN STOK IKAN

DEMERSAL DI PERAIRAN SELAT SUNDA

SITI ASIAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Sistem Informasi Pengkajian Stok Ikan Demersal di Perairan Selat Sunda adalah benar hasil karya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2016

Siti Asiah NIM C24120086

(4)

ABSTRAK

SITI ASIAH. Sistem Informasi Pengkajian Stok Ikan Demersal di Perairan Selat Sunda. Dibimbing oleh MENNOFATRIA BOER dan RAHMAT KURNIA.

Ikan demersal merupakan sumber daya perikanan yang banyak ditangkap untuk konsumsi. Beberapa jenis ikan demersal yang didaratkan di PPP Labuan diantaranya ikan pepetek (Leiognathus equulus), ikan kuniran (Upeneus moluccensis), ikan kurisi (Nemitarus japonicus), ikan layur (Trichiurus savala) dan ikan swangi (Priacanthus tayanus). Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan suatu sistem informasi berbasis website mencakup aspek pengkajian stok, reproduksi dan kebiasaan makanan ikan-ikan demersal yang dapat membantu dalam pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada bulan November 2015 - maret 2016. Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras yang digunakan berupa laptop. Perangkat lunak yang digunakan dalam aplikasi sistem informasi ini yaitu perangkat basis data dan sistem program desain website. Sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) dalam pengelolaan perikanan memberikan informasi yang diantaranya yaitu menentukan ukuran mata jaring , menjaga daerah nursery ground dan menentukan standar alat tangkap yang digunakan.

Kata kunci : ikan demersal, SISFISH, sistem informasi , pengelolaan perikanan, website.

ABSTRACT

SITI ASIAH. Information Systems of Demersal Fish Stock Assessment in Sunda Strait. Supervised by MENNOFATRIA BOER and RAHMAT KURNIA.

Demersal fish is one of many fishery resources caught for consumption. Some of demersal fishes landed in Labuan PPP including pony fishes (Leiognathus equulus), goldband goat fish (Upeneus moluccensis), japanese threadfin bream fish (Nemitarus japonicus), hairtails fish (Trichiurus savala) and barracuda fish (Priacanthus tayanus). This research was to develop an integrated website-based information system covering aspects of stock assessment, reproductive and food habits of demersal fish that can assist in the management of sustainable fisheries. This research was carried out from November 2015 until March 2016. The instrument used in this study consists of hardware and software. The hardware used in the form of a laptop. The software used in the application of this information system is tools of database and tools of desain website. Information System of Fishery Resources (SISFISH) in fisheries management provides information among which determines the mesh size , keep the area nursery ground and determine the standard of fishing gear used.

Keywords : demersal fish, SISFISH, information system, fisheries management, website.

(5)

SISTEM INFORMASI PENGKAJIAN STOK IKAN

DEMERSAL DI PERAIRAN SELAT SUNDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sistem Informasi Pengkajian Stok Ikan Demersal di Perairan Selat Sunda. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1 Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.

2 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2015, kode Mak: 2015. 089. 521219, Penelitian Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan judul “Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Sumber daya Ikan Ekologis dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten” yang dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA (sebagai ketua peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi (sebagai anggota peneliti).

3 Ir Agustinus M Samosir, MPhil selaku pembimbing akademik yang telah memberi saran selama perkuliahan.

4 Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA dan Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5 Ir Agustinus M Samosir, MPhil selaku penguji luar pembimbing dan Inna Puspa Ayu, SPi MSi selaku perwakilan Komisi Pendidikan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

6 Keluarga tercinta: Ayah Kiagus Abdul Wahab, Ibu Neneng Yunengsih, Adik Kiagus Abdul Fattah dan Kiagus Abdul Rofi, yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan dukungannya selama ini.

7 Sahabat terbaik: Luthfi Mahfuzh, Asti, Fina, Ridha, Ulfanida atas semangat, doa, bantuan, dukungan dan kebersamaannya selama ini.

8 Tim Penelitian Pejuang labuan, seluruh Asisten MOSI, seluruh MSP 49 dan teman kos wisma botani 99, atas semangat, doa, bantuan dan dukungannya selama ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2016 Siti Asiah

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan 1 Manfaat 2 METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Pengumpulan Data 2

Rancangan Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Hasil 4

Pembahasan 28

KESIMPULAN DAN SARAN 34

Kesimpulan 34

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 37

(10)

DAFTAR TABEL

1 Analisis kebutuhan Sistem informasi 7

2 Kebutuhan masing-masing pelaku sistem yang berkaitan dengan

SISFISH 8

3 Tabel pada data base SISFISH 9

DAFTAR GAMBAR

1 Model waterfall 4

2 Ikan Pepetek (Leiognathus equulus) 5

3 Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus) 5

4 Ikan Kuniran (Upeneus moluccensis) 6

5 Ikan Layur (Trichiurus lepturus) 6

6 Ikan Kurisi (Upeneus moluccensis) 7

7 Diagram blok sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) 8 8 Struktur program sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) 10

9 Menu Home SISFISH 12

10 Menu Kontak pada SISFISH 12

11 Menu ikan peperek, ikan layur, ikan kuniran, ikan kurisi dan ikan

swanggi pada SISFISH 13

12 Tampilan sub menu deskripsi dan klasifikasi pada SISFISH 14 13 Hasil dari sub menu deskripsi dan klasifikasi pada SISFISH 14 14 Tampilan sub menu pengkajian stok pada SISIFISH 15 15 Hasil dari sub menu pengkajian stok pada SISIFISH 15 16 Tampilan grafik hubungan panjang-bobot ikan pada SISFISH 16 17 Tampilan grafik identifikasi kelompok umur ikan pada SISFIS 17

18 Tampilan kurva pertumbuhan ikan pada SISFISH 17

19 Tampilan grafik Lm dan Lc ikan pada SISFISH 18

20 Tampilan grafik model produksi surplus pada SISFISH 18 21 Tampilan tabel standarisasi alat tangkap pada SISFISH 19

22 Tampilan menu tambah data pada SISFISH 19

23 Tampilan sub menu reproduksi pada SISFISH 20

24 Tampilan hasil sub menu reproduksi pada SISFISH 20 25 Tampilan grafik faktor kondisi ikan pada SISFISH 21

26 Tampilan grafik TKG ikan pada SISFISH 21

27 Tampilan grafik IKG ikan pada SISFISH 22

28 Tampilan grafik fekunditas ikan pada SISFISH 22

29 Tampilan grafik diameter telur ikan pada SISFISH 23

30 Tampilan tambah data pada sub menu reproduksi 23

31 Tampilan sub menu kebiasaan makanan pada SISFISH 24

32 Tampilan hasil kebiasaan makanan pada SISFISH 24

33 Tampilan tambah data pada bagian sub menu kebiasaan makanan 25

34 Tampilan sub menu status stok pada SISFISH 25

35 Tampilan status stok pada SISFISH 26

(11)

37 Tampilan daftar pustaka pada SISFISH 27 38 Tampilan sub menu rencana pengelolaan pada SISFISH 27

39 Rencana pengelolaan pada SISFISH 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perbandingan SISFISH dengan beberapa penelitian sebelumnya 37

2 Struktur basis data SISFISH 37

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelabuhan perikanan pantai (PPP) Labuan terletak di Kabupaten Pandeglang, Banten. PPP ini terletak di lokasi dekat dengan daerah penangkapan ikan yang potensial di perairan Selat Sunda dan Samudera Hindia. Salah satu jenis ikan yang didaratkan di PPP Labuan ialah jenis ikan demersal diantaranya ikan pepetek (Leiognathus equulus), ikan kuniran (Upeneus sulphureus), ikan kurisi (Nemitarus japonicus), ikan layur (Trichiurus savala) dan ikan swanggi (Priacanthus tayanus). Pemanfaatan potensi sumber daya laut tersebut harus didasari pada prinsip pengelolaan sumber daya alam dengan tetap memperhatikan kelestarian, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pengelolaan sumber daya perikanan dapat dibantu dengan pengembangan sistem informasi. Pengembangan sistem informasi yang dapat dilakukan yaitu sistem informasi berbasis website (Baco et al. 2012). Fasilitas sistem informasi berbasis website ini membuat data dan informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan mudah dan cepat.

Sistem informasi terdiri atas orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur dan pengendalian. Sistem informasi ditunjukkan untuk mendapat jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen terhadap kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan yang tepat (Enterprise 2015). Pengelolaan perikanan membutuhkan suatu analisis dan informasi mendasar, terencana dengan benar dan terstruktur agar pengambilan keputusan dalam pengelolaan tersebut lebih efektif dan efisien yang dapat dibantu dengan sistem ini. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu sistem informasi yang dapat mendukung pelestarian sumber daya ikan ada di WPP Utara Jawa dan Selat Sunda. Penelitian ini akan menyajikan sistem informasi yang dapat memudahkan pemberian informasi mengenai klasifikasi, pengkajian stok ikan, biologi reproduksi, kebiasaan makanan, status stok dan rencana pengelolaan terhadap ikan demersal.

Perumusan Masalah

Data dan informasi tentang stok perikanan yang ada saat ini sudah cukup banyak, namun masih belum tertata dengan baik karena pada sistem informasi yang ada hanya menampilkan data mengenai salah satu aspek. Oleh karena itu, diperlukan suatu tools yang dapat membantu memberikan informasi mengenai data perikanan dari beberapa aspek yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan perikanan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah sistem informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan pengelolaan perikanan.

(14)

2

Manfaat

Penelitian ini dapat memberikan tools yang memudahkan dalam analisis pengkajian stok ikan serta dapat menjadi penetapan keputusan dalam pengelolaan perikanan.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Model dan Simulasi, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan November 2015 hingga Juni 2016. Adapun perincian jadwal pelaksanaan, yaitu tahap investigasi (November-Desember 2015), analisis (Desember 2015), desain (Januari-Februari 2016), implementasi (Maret-April 2016) dan perawatan (Mei-Juni 2016).

Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras yang digunakan berupa laptop, sedangkan perangkat lunak yang digunakan adalah aplikasi sistem informasi. Aplikasi sistem informasi terdiri atas perangkat lunak basis data, website server, penjelajah internet, edit kode program, perangkat desain dan bahasa pemrograman dalam pembuatan website. Perangkat lunak tersebut kemudian dijalankan dalam windows 7 dan microsoft office sebagai sistem operasi.

Data yang digunakan untuk simulasi program, yaitu data dan informasi pengamatan pengkajian stok ikan demersal yang tertangkap di Perairan Selat Sunda dan didaratkan di PPP Labuan Banten. Data yang diambil berupa data-data yang termasuk aspek klasifikasi ikan, pengkajian stok ikan, biologi reproduksi dan kebiasaan makanan ikan pepetek (Leiognathus equulus), ikan kuniran (Upeneus sulphureus), ikan kurisi (Nemitarus japonicus), ikan layur (Trichiurus savala) dan ikan swanggi (Priacanthus tayanus) selama 3 tahun (2013-2015).

Rancangan Penelitian

Penelitian ini untuk mengembangkan sistem analisis dan informasi mengenai klasifikasi, pengkajian stok ikan, biologi reproduksi, kebiasaan makanan, status stok dan rencana pengelolaan sebagai penunjang dalam pengelolaan perikanan. Menurut Mulyanto (2008) model waterfall merupakan salah satu model pengembangan sistem yang dapat digunakan karena model waterfall membuat suatu pengembangan sistem secara sistematis dan terstruktur mulai dari tahap investigasi hingga tahap perawatan. Oleh karena itu, model

(15)

3 waterfall seperti pada Gambar 1 dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan sistem ini dengan lima tahap, yaitu:

Tahap investigasi

Tahap investigasi merupakan tahap pengembangan sistem mengenai masalah dan peluang yang diidentifikasi dan kemudian dipertimbangkan. Tahap investigasi menentukan apakah ada suatu masalah dan ada suatu sistem informasi yang dikembangkan dengan melakukan studi kelayakan untuk menentukan apakah sistem informasi yang akan dikembangkan merupakan solusi yang tepat atau tidak. Oleh karena itu, sebelum dirancang perlu diketahui apa yang menjadi kebutuhan para pengguna.

Tahap analisis

Tahap analisis merupakan tahap perancangan sistem yang menggambarkan bagaimana sistem dibentuk yang menerangkan secara luas bagaimana setiap komponen perancangan sistem (output, input dan proses) akan dirancang (Herman 2005). Perangkat lunak ini perlu mengetahui apa saja yang diperlukan dan menjadi kebutuhan para pengguna karena perangkat lunak ini dibuat untuk memberikan manfaat bagi penggunanya (Rochim 2002). Tahap analisis ini menggunakan program basis data dalam pembuatan basis data yang terdiri atas data klasifikasi, pengkajian stok, biologi reproduksi, kebiasaan makanan ikan pepetek, ikan kuniran, ikan kurisi, ikan layur dan ikan swanggi.

Tahap desain

Tahap desain merupakan tahap mengubah kebutuhan menjadi bentuk karakteristik yang dapat dimengerti oleh perangkat lunak sebelum penulisan program. Rincian desain terdiri atas sistem input, output, dan tampilan pengguna; spesifik perangkat keras, lunak, database dan komponen prosedur; dan menunjukkan bagaimana komponen saling berhubungan (Indriasari 2012). Perancangan sistem informasi ini dilakukan menggunakan perancangan database dan perancangan perangkat lunak (pengkodean program).

Tahap implementasi

Tahap implementasi merupakan tahap mengubah bentuk desain kedalam bentuk kode-kode pemrograman. Program dirancang menggunakan bahasa pemrograman sebagai perangkat lunak desain dan perangkat lunak basis data sebagai pengolahan data. Perangkat lunak yang telah selesai dibuat kemudian akan dilakukan tahap pengujian kemampuannya untuk menghasilkan informasi yang akurat. Tahap pengujian terhadap program yang telah dibuat dengan menggunakan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai ikan demersal di perairan Selat Sunda pada tahun 2013-2015. Informasi yang dimasukkan tersebut sesuai atau tidak dengan informasi yang ada sebenarnya.

Tahap perawatan

Tahap perawatan dilakukan ketika sistem informasi sudah dioprasikan. Pada tahapan ini dilakukan monitoring proses, evaluasi dan perubahan bila diperlukan. Tahap ini diperlukan untuk mengetahui penyebab kesalahan dalam program sedini mungkin (Jangra et al. 2011).

(16)

4

Gambar 1 model waterfall

Gambar 1 menunjukkan tahap-tahap yang ada pada model waterfall sebagai model pengembangan sistem informasi yang digunakan. Model waterfall terdiri dari tahap investigasi, tahap analisis, tahap desain, tahap implementasi dan tahap perawatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi umum PPP Labuan

PPP Labuan terletak di Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang. Batas administratif yang dimilki PPP Labuan yaitu berada di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Labuan dan Desa Cigondang, sebelah utara berbatasan dengan Desa Caringi dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Banyumekar. PPP Labuan terdiri atas PPP 1 dan PPP 3 yang berada di muara sungai Cipunten dan jenis kapal motor yang dioperasikan yaitu berukuran 0-5 GT dan 5-10 GT yang merupakan pelabuhan bagi armada kapal obor, rampus, dan cantrang. PPP 2 berada di tepi pantai yang terbuka degan jenis kapal motor yang beroperasi yaitu berukuran lebih dari 10 GT karena merupakan pelabuhan bagi armada kapal purse seine.

Posisi PPP Labuan berada pada titik kordinat 06024’30’’LS dan 105049’15’’BT. PPP Labuan berada di wilayah perairan Selat Sunda yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia 1 (ALKI-1). Tahun 2008, jumlah nelayan terbanyak di PPP Labuan yaitu 2284 atau sekitar 42,68% dari total secara keseluruhan jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Pandeglang. Nelayan melakukan penangkapan di daerah yang terhalang oleh pulau-pulau kecil karena daerah penangkapan tersebut terlindungi dari pengaruh gelombang. Nelayan Labuan melakukan operasi penangkapan ikan sepanjang tahun baik pada musim barat maupun musim timur peralihan (www.bantenprov.go.id).

(17)

5 Sumber daya ikan demersal

1. Ikan pepetek (Leiognathus equulus) Klasifikasi ikan pepetek

Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan peperek adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Percomorphi Divisi : Perciformes Famili : Leiognathidae Genus : Leiognathus

Spesies : Leiognathus equulus

Nama lokal : Pepetek, petek, peperek, kopeh, maco, pettah, dodok, dan gampar.

Gambar 2 Ikan Pepetek (Leiognathus equulus) Sumber: Ramadhani (2016) 2. Ikan swanggi (Priacanthus tayenus)

Klasifikasi ikan swanggi

Menurut Richardson (1846) klasifikasi ikan swanggi adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Priacanthidae Genus : Priacanthus

Spesies : Priacanthus tayenus Nama Internasional: Purple-spotted bigeye

Nama Lokal : Ikan swanggi, ikan raja gantang, ikan mata goyang

Gambar 3 Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus) Sumber: Rahayu (2016)

(18)

6

3. Ikan kuniran (Upeneus moluccensis) Klasifikasi Ikan kuniran

Menurut Fishbase (2014) klasifikasi ikan kuniran adalah sebagai berikut:

Ordo : Perciformes

Famili : Mullidae

Genus : Upeneus

Spesies : Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) Nama FAO : Goldband goatfish

Nama lokal : Kuniran, biji nangka, kunir (Saanin 1984).

Gambar 4 Ikan Kuniran (Upeneus moluccensis) Sumber: Andiani (2016)

4. Ikan layur (Trichiurus lepturus) Klasifikasi ikan layur

Menurut Cuvier 1829 klasifikasi ikan layur adalah sebagai berikut:

Ordo : Perciformes (perch-likes)

Famili : Trichiuridae/Cutlassfishes Genus : Lepturacanthus (Fowler 1905) Spesies : Trichiurus lepturus (Cuvier 1829) Nama FAO : Savalai Hairtail

Nama Lokal : Layur (PPP Labuan).

Gambar 5 Ikan Layur (Trichiurus lepturus) Sumber: Purwaningsih (2016) 5. Ikan kurisi (Upeneus moluccensis)

Klasifikasi ikan kurisi

Menurut (Bloch 1791) in FAO (2001), klasifikasi ikan kurisi adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Nemipteridae Genus : Nemipterus

Spesies : Upeneus moluccensis (Bloch 1791) Nama Internasional : Japanese threadfine bream

(19)

7

Gambar 6 Ikan Kurisi (Upeneus moluccensis) Sumber: Muhali (2016)

Pengembangan sistem

Sistem informasi perikanan yang telah dibangun merupakan aplikasi perangkat lunak yang berbasis website dengan menggunakan dua bahasa pemrograman dan perangkat lunak basis data. Sistem yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH). Pengembangan sistem informasi sumber daya perikanan memiliki beberapa tahapan yang mengacu pada The waterfall model (Mulyanto 2008).

1. Tahap investigasi

Tahap ini mengidentifikasi sistem yang sudah ada dan sistem baru yang akan dikembangkan. Pada tahap ini menentukan sistem informasi seperti apa yang perlu dikembangkan dengan dilakukan studi pustaka dan menanyakan langsung dari kalangan akademisi. Tahap ini juga menentukan informasi-informasi apa saja yang diperlukan dalam pengelolaan suatu sumber daya perikanan yang akan dibantu dengan pengembangan sistem informasi ini. Sistem yang telah ada yaitu sistem pengelolaan perikanan yang masih menggunakan buku dan dokumen dan sistem yang akan dikembangkan adalah terkomputerisasi serta berbasis website.

2. Tahap analisis

Tahap analisis menentukan apa yang harus dilakukan sistem informasi untuk memberikan informasi dengan mempelajari sistem dan proses yang ada. Tahap ini melakukan pengumpulan data mengenai ikan demersal yang berada di perairan Selat Sunda yang terdiri atas data klasifikasi ikan, pengkajian stok, biologi reproduksi, kebiasaan makanan, status stok, studi pustaka dan rencana pengelolaan. Data yang dibutuhkan berasal dari data hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai ikan demersal di PPP Labuan, Banten dari tahun 2013-2015. Analisis kebutuhan Sistem informasi ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Analisis kebutuhan sistem informasi

Kebutuhan Pengguna (user) Informasi Ikan Informasi deskripsi ikan

Informasi aspek pengkajian stok ikan Informasi aspek reproduksi

Informasi aspek kebiasaan makanan Informasi status stok

Informasi studi pustaka

(20)

8

Tabel 1 merupakan kebutuhan informasi yang telah disediakan pada sistem ini, yaitu deskripsi ikan, aspek pengkajian stok ikan, aspek reproduksi, aspek kebiasaan makanan, status stok, studi pustaka dan rencana pengelolaan. Komponen-komponen dalam Sistem informasi ini sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing pelaku sistem terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kebutuhan masing-masing pelaku sistem yang berkaitan dengan SISFISH

Pelaku Sistem Kebutuhan Pelaku Sistem

User

Dinas Perikanan

Mempermudah penyimpanan dan menampilkan data pengambilan keputusan

Pengguna data dan informasi (akademisi, peneliti atau pemerintah)

Kemudahan memperoleh data dan informasi sesuai dengan kebutuhan pengambilan keputusan

Administrator Staf ahli dinas perikanan/instansi

Form informasi ikan

Pada Tabel 2 diketahui sistem ini membantu pelaku sistem seperti dinas perikanan, pengguna data dan informasi serta staf ahli dalam mempermudah penyimpanan dan menampilkan data yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan.

3. Tahap desain

Sistem informasi ini memiliki beberapa komponen yang terdiri atas administrator, database, informasi, SISFISH, dan pengguna. Hal tersebut disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Diagram blok sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) Gambar 7 menunjukkan sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) mendapat masukan data dari administrator yang memiliki peranan utama untuk mengatur segala proses pengolahan data secara terpusat. Komponen ini dapat melakukan penambahan, penghapusan, perubahan dan penyimpanan data. Data yang sudah dimasukan dari administrator kemudian akan disimpan dalam

(21)

9 database. Database merupakan komponen yang berisikan sekumpulan data yang tersusun dengan baik sehingga tidak bercampur antara satu data dengan data yang lainnya. Data yang sudah diolah dalam SISFISH akan menghasilkan informasi kepada pengguna sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Pengelolaan basis data

Basis data merupakan sekumpulan data yang saling berkaitan dan terorganisir agar tidak terjadi duplikasi sehingga dapat memberikan informasi yang tepat kepada pengguna (Sutedjo 2002 in Andayati 2010). Pembuatan desain database harus sesuai dengan analisis kebutuhan sistem yang ditentukan. Pembuatan database memerlukan perintah pemasukan data dan beberapa kode pemrograman (Nugroho 2004). Pemasukkan data menggunakan dua tahapan yaitu tahap off-line (tahap komputer tidak tersambung ke internet) dan tahap on-line (tahap komputer terhubung ke internet) (Nugroho 2004). Sistem informasi ini menggunakan pemasukan data secara off-line.

Data yang dimasukkan kedalam tabel kemudian akan menghasilkan informasi sehingga dapat dicari atau diambil dengan menerapkan proses query dengan menggunakan perangkat lunak editing query (Lampiran 2). Basis data dalam pembuatan SISFISH memilki lima tabel yang masing-masing tidak terhubung, yaitu tabel deskripsi, tabel pengkajian stok, tabel reproduksi tabel kebiasaan makan dan status stok. Hubungan relasi antar tabel yang ada pada SISFISH yaitu dihubungkan dengan adanya suatu kunci atau primary key yaitu nama ikan. Tabel-tabel pada sistem informasi ini terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Tabel pada data base SISFISH

No Nama tabel Deskripsi

1 tabel_deskripsi Gambar ikan, deskripsi ikan, klasifikasi ikan

2 tabel_stok Data dari parameter-parameter pada aspek stok 2013, 2014 dan 2015

3 tabel_reproduksi Data dari parameter-parameter pada aspek reproduksi 2013, 2014 dan 2015

4 5

tabel_kebiasaan_makanan tabel_status_stok

Data dari parameter-parameter pada aspek kebiasaan makanan 2013, 2014 dan 2015 Data status stok ikan tahun 2013, 2014 dan 2015

Tabel 3 merupakan beberapa tabel yang ada pada sistem informasi ini terdiri atas tabel deskripsi, stok, reproduksi, kebiasaan makanan dan status stok. Data pada masing-masing tabel terdiri dari data tahun 2013, 2014 dan 2015.

Desain tampilan

Tahap desain tampilan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemakaian sistem sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas pada tahap implementasi. Tahap ini merupakan tahapan setelah dilakukannya analisis kebutuhan, persiapan untuk tahap implementasi dan penggambaran bagaimana suatu sistem akan dibentuk (Andansari 2012). Pada tahap ini dilakukan perubahan kebutuhan menjadi bentuk karakteristik yang dibantu dengan sistem program desain.

(22)

10

Tampilan website dibuat berdasarkan komponen yang akan ada pada tampilan website tersebut mulai dari pemilihan warna website, struktur pada website serta rancangan terhadap jalannya program SISFISH dalam memberikan informasi kepada pengguna. Struktur program SISFISH terdapat pada Gambar 8.

Gambar 8 Struktur program sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) Gambar 8 menunjukkan sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) memiliki 7 menu utama yang terdiri atas menu ikan pepetek, ikan kuniran, ikan kurisi, ikan layur, ikan swanggi, home dan kontak. Pada bagian masing-masing menu ikan terdiri atas 6 sub menu diantaranya yaitu, 1) deskripsi dan klasifikasi, 2) pengkajian stok, 3) reproduksi, 4) kebiasaan makanan, 5) status stok, 6) daftar pustaka dan 7) rencana pengelolaan. Menu home menampilkan informasi mengenai wilayah pengelolaan perikanan yang dijelaskan dengan gambar peta Indonesia dan wilayah perairan pada masing-masing wilayah pengelolaan perikanan. Informasi yang ditampilkan pada SISFISH yaitu informasi wilayah pengelolaan perikanan yang pada penelitian ini dilakukan di Perairan Selat Sunda (WPP 572). Bagian menu kontak menampilkan informasi mengenai alamat email administrator sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap website SISFISH. 4. Tahap implementasi

Tahap implementasi program mencakup coding (pengkodean program) dan pemasangan program. Tahap ini menggunakan perangkat lunak basis data dan dua bahasa pemrograman dalam menjalankan sistem informasi. Pada tahap ini dilakukan pengubahan bentuk desain menjadi kode-kode pemrograman. Desain yang sudah dibuat pada tahap ini kemudian diubah menjadi kode pemrograman yang kemudian ditambahankan beberapa kode dengan bahasa pemrograman. Penambahan kode pemrograman tersebut untuk menghubungkan antara database dengan desain sehingga, data yang ada pada database akan dapat ditampilkan pada website.

(23)

11

5. Tahap perawatan

Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan setelah SISFISH sudah dapat dioperasikan. Pada tahap ini dilakukan perubahan warna tampilan website beberapa kali agar tampilan website dapat menarik bagi pengguna. Penambahan sub menu juga dilakukan pada tahap ini seperti penambahan sub menu status stok, daftar pustaka dan rencana pengelolaan. Sub menu status stok diperlukan untuk mengetahui kondisi ikan tersebut secara keseluruhan di suatu perairan, sub menu daftar pustaka juga diperlukan untuk mengetahui sumber-sumber data yang ada pada SISFISH. Sub menu rencana pengelolaan diperlukan untuk mengetahui pengelolaan yang bagaimana diperlukan untuk salah satu ikan demersal di perairan Selat Sunda yang didapatkan dari data-data aspek sebelumnya.

SISFISH (Sistem informasi sumber daya perikanan)

Sistem infromasi yang dihasilkan dari penelitian ini diberi nama SISFISH (Sistem informasi sumber daya perikanan). Sistem informasi ini dimaksudkan kepada penyediaan informasi dalam bidang perikanan terutama mengenai klasifikasi dan deskripsi ikan, data pengkajian stok, data biologi reproduksi, data kebiasaan makanan, status stok, daftar pustaka dan rencana pengelolaan mengenai sumber daya perikanan demersal yang ada di PPP Labuan, Banten yaitu data ikan pepetek, ikan kuniran, ikan kurisi, ikan layur dan ikan swanggi.

a. Hasil eksekusi program untuk user

Aplikasi SISFISH merupakan aplikasi yang berbasis website dan memiliki desain interface ketika awal dijalankan akan menampilkan tampilan awal seperti pada Gambar 9. Sesuai pelaku sistem, SISFISH memiliki dua macam menu tampilan yaitu tampilan untuk pengguna dan administrator. Pengguna sebagai pihak yang menggunakan aplikasi untuk kebutuhan mencari informasi. Sedangkan administrator yaitu pihak yang bertugas untuk mengurus (memperbaruhi, memperbaiki dan menghapus) isi dari SISFISH (Sadeli 2014).

Sistem informasi SISFISH memiliki 7 menu utama dan dibuat menggunakan format php (Lampiran 2). Menu utama tersebut terdiri atas menu home (home.php), menu kontak (kontak.php), menu ikan pepetek (pepetek.php), menu ikan kuniran (kuniran.php), menu ikan kurisi (kurisi.php), menu ikan layur (layur.php) dan menu ikan swanggi (swanggi.php). Menu-menu pada aplikasi SISFISH memiliki hubungan antara satu menu dengan menu yang lain. Setelah membuka menu utama pengguna akan diarahkan untuk memilih menu serta sub menu yang tersedia yang akan menghubungkan dengan menu-menu lainnya. Pada tampilan SISFISH akan disajikan menu utama dan sub menu yang terdiri atas :

1. Menu home

Menu home merupakan menu yang akan menghubungkan langsung ke tampilan awal. Pada tampilan awal akan ditampilkan peta WPP RI secara keseluruhan mulai dari WPP RI 572 hingga WPP RI 718. Pada tampilan home juga memberikan informasi mengenai beberapa perairan yang berada pada masing-masing WPP RI. Masing-masing WPP RI dan perairan yang ada akan

(24)

12

memberikan informasi peta lokasi serta informasi mengenai WPP RI dan perairan tersebut (Gambar 9).

Gambar 9 Menu Home SISFISH

Gambar 9 menampilkan peta secara keseluruhan dan apabila memilih salah satu WPP RI atau salah satu perairan maka akan memberikan tampilan informasi mengenai WPP tersebut yang terdiri atas peta lokasi WPP, informasi dan deskripsi WPP dan informasi mengenai beberapa jenis ikan demersal yang ada pada WPP tersebut (Gambar 11). Bagian menu juga terdapat menu kontak yang memberikan informasi mengenai pihak yang bertanggung jawab terhadap website SISFISH (Gambar 10).

2. Menu kontak

(25)

13 Gambar 10 akan memberikan tampilan mengenai alamat email administrator untuk pengguna yang ingin mengubungi administrator terkait data dan informasi yang ada pada website SISFISH tersebut.

3. Menu ikan pepetek (Leiognathus sp.)

Menu ikan pepetek memiliki beberapa sub menu yang terdiri atas deskripsi dan klasifikasi, pengkajian stok, reproduksi, kebiasaan makanan, status stok dan daftar pustaka.

4. Menu ikan kuniran (Upeneus moluccensis)

Menu ikan kuniran memiliki beberapa sub menu yang terdiri atas deskripsi dan klasifikasi, pengkajian stok, reproduksi, kebiasaan makanan, status stok dan daftar pustaka.

5. Menu ikan kurisi ((Upeneus moluccensis)

Menu ikan kurisi memiliki beberapa sub menu yang terdiri atas deskripsi dan klasifikasi, pengkajian stok, reproduksi, kebiasaan makanan, status stok dan daftar pustaka.

6. Menu ikan layur (Trichiurus lepturus)

Menu ikan kuniran memiliki beberapa sub menu yang terdiri atas deskripsi dan klasifikasi, pengkajian stok, reproduksi, kebiasaan makanan, status stok dan daftar pustaka.

7. Menu ikan swanggi (Priacanthus tayenus)

Menu ikan swanggi memiliki beberapa sub menu yang terdiri atas deskripsi dan klasifikasi, pengkajian stok, reproduksi, kebiasaan makanan, status stok dan daftar pustaka.

Gambar 11 Menu ikan peperek, ikan layur, ikan kuniran, ikan kurisi dan ikan swanggi pada SISFISH

(26)

14

Gambar 11 memberikan informasi mengenai PPP Labuan, Banten yang terletak di WPP 572 dan informasi mengenai beberapa jenis ikan demesral yang ada di perairan Selat Sunda. Pada masing-masing menu ikan terdapat beberapa sub menu (Gambar 12, 14, 23, 31, 34, 36 dan 38).

8. Sub menu deskripsi dan klasifikasi

Gambar 12 Tampilan sub menu deskripsi dan klasifikasi pada SISFISH Gambar 12, 13, 23, 31, 34, 36 dan 38 memberikan informasi mengenai sub menu yang ada pada masing-masing menu ikan yaitu sub menu deskripsi dan klasifikasi, pengakjian stok, reproduksi, kebiasaan makanan, status stok, daftar pustaka dan rencana pengelolaan. Sub menu deskripsi dan klasifikasi akan memberikan tampilan klasifikasi, deskripsi dan gambar dari ikan (Gambar 13).

(27)

15 9. Sub menu pengkajian stok

Gambar 14 Tampilan sub menu pengkajian stok pada SISIFISH

Sub menu pengkajian stok akan memberikan tampilan data-data dari tahun 2013-2015 (Gambar 15). Data yang termasuk kedalam aspek pengkajian stok ikan yang terdiri atas data hubungan panjang bobot dan grafik, data identifikasi kelompok umur dan grafik, kurva pertumbuhan, data parameter pertumbuhan, data mortalitas dan laju eksploitasi, data pertama kali matang gonad ikan, data model produksi surplus ikan dan grafik (Gambar 16, 18, 19, 20, 21 dan 22).

(28)

16

Gambar 16 Tampilan grafik hubungan panjang dan bobot ikan pada SISFISH Gambar 16 memberikan informasi mengenai hubungan panjang dan bobot yang dijelaskan dengan grafik pada tiap tahunnya. Grafik tersebut menunjukkan perbedaan hubungan panjang dan bobot ikan pada tiap tahunnya. Salah satu contoh grafik hubungan panjang dan bobot dijelaskan pada Gambar 17.

Gambar 17 Tampilan contoh salah satu grafik hubungan panjang dan bobot ikan Gambar 17 memberikan informasi mengenai hubungan panjang dan bobot ikan kurisi jantan pada tahun 2015. Grafik diatas menunjukkan pola pertumbuhan ikan dilihat dari hubungan panjang dan bobot. Pola pertumbuhan ikan kurisi jantan yaitu allometrik negatif yang ditunjukkan dengan nilai b < 3.

(29)

17

Gambar 18 Tampilan grafik identifikasi kelompok umur ikan pada SISFIS

(30)

18

Gambar 20 Tampilan grafik Lm dan Lc ikan pada SISFISH

(31)

19

Gambar 22 Tampilan tabel standarisasi alat tangkap pada SISFISH

Bagian tambah data merupakan bagian untuk penambahan data yang ada pada SISFISH untuk tahun-tahun berikutnya. Bagian tambah data ditampilkan seperti pada Gambar 23.

(32)

20

10. Sub menu reproduksi

Gambar 24 Tampilan sub menu reproduksi pada SISFISH

Sub menu reproduksi memberikan tampilan data-data aspek biologi reproduksi ikan dari tahun 2013-2015 (Gambar 24) yang terdiri atas data hubungan panjang-bobot dan grafik ikan, data faktor kondisi dan grafik ikan, data nisbah kelamin ikan, data ukuran pertama matang gonad ikan, data TKG dan grafik ikan, data IKG dan grafik ikan, data fekunditas dan grafik ikan, data diameter telur dan grafik ikan. Pada ikan kuniran, kurisi dan swanggi terdapat gambar hasil histologis gonad ikan (Gambar 25, 26, 27, 28, 29 dan 30).

(33)

21

Gambar 26 Tampilan grafik faktor kondisi ikan pada SISFISH

(34)

22

Gambar 28 Tampilan grafik IKG ikan pada SISFISH

(35)

23

Gambar 30 Tampilan grafik diameter telur ikan pada SISFISH

Gambar 25, 26, 27, 28, 29 dan 30 memberikan informasi mengenai grafik dari tahun 2013-2015 mengenai masing-masing aspek pada bagian sub menu reproduksi. Sub menu reproduksi terdapat bagian untuk melakukan penambahan data pada masing-masing aspek yang ditampilkan pada Gambar 30.

Gambar 31 Tampilan tambah data pada sub menu reproduksi

Gambar 31 memberikan informasi mengenai bagian tambah data pada sub menu reproduksi. Bagian ini dibutuhkan untuk memasukkan data-data mengenai aspek reproduksi pada tahun-tahun selajutnya.

(36)

24

11. Sub menu kebiasaan makanan

Gambar 32 Tampilan sub menu kebiasaan makanan pada SISFISH

Sub menu kebiasaan makanan memberikan tampilan data-data ikan yang termasuk kedalam aspek kebiasaan makanan dari tahun 2014 hingga 2015. Data yang ditampilkan terdiri atas data makanan utama ikan, data makanan pelengkap ikan dan grafik komposisi makanan ikan tiap tahunnya (Gambar 33).

(37)

25 Gambar 33 memberikan informasi mengenai data kebiasaan makanan ikan dari tahun 2014 dan 2015 yang dilengkapi grafik komposisi makanan pada setiap tahunnya. Sub menu kebiasaan makan juga terdapat bagian untuk melakukan penambahan data yang ditunjukkan pada Gambar 34.

Gambar 34 Tampilan tambah data pada bagian sub menu kebiasaan makanan Gambar 34 memberikan informasi mengenai bagian tambah data pada sub menu kebiasaan makanan. Bagian ini dibutuhkan untuk memasukkan data-data mengenai aspek kebiasaan makanan ikan demersal pada tahun-tahun selajutnya. 12. Sub menu status stok

Gambar 35 Tampilan sub menu status stok pada SISFISH

Sub menu status stok memberikan tampilan informasi mengenai status stok ikan demersal di perairan pada tiap tahunnya. Data status stok didapatkan dari hasil data yang ada pada aspek-aspek sebelumnya (Gambar 36).

(38)

26

Gambar 36 Tampilan status stok pada SISFISH

Gambar 36 memberikan informasi mengenai status stok ikan demersal dilihat dari beberapa aspek sebelumnya dari tahun 2013-2015. Sub menu daftar pustaka pada SISFISH ditunjukkan pada Gambar 37.

13. Sub menu daftar pustaka

(39)

27

Gambar 38 Tampilan daftar pustaka pada SISFISH

Gambar 38 memberikan informasi mengenai beberapa sumber yang dijadikan sebagai acuan dalam pengumpulan data pada SISFISH. Sumber yang ditampilkan pada bagian daftar pustaka ini untuk memudahkan pengguna menemukan acuan mengenai masing-masing ikan demersal.

14. Sub menu rencana pengelolaan

(40)

28

Sub menu rencana pengelolaan memberikan tampilan mengenai pengelolaan yang tepat untuk salah satu ikan demersal. Saran penglolaan tersebut ditampikan pada Gambar 40.

Gambar 40 Rencana pengelolaan pada SISFISH

Gambar 40 memberikan informasi mengenai saran pengelolaan terhadap salah satu ikan demersal di perairan Selat Sunda. Saran pengelolaan tersebut didapatkan berdasarkan data dan informasi yang sudah ditampilkan pada masing-masing aspek sebelumnya.

Pembahasan

Ikan demersal merupakan jenis ikan yang habitatnya berada pada dasar perairan. Sifat ekologis ikan demersal yaitu memiliki aktifitas yang relatif rendah dibandingkan ikan pelagis sehingga memiliki daerah ruaya yang lebih sempit dibandingkan dengan ikan pelagis. Potensi ikan demersal diperairan relatif lebih lebih kecil dibandingkan ikan pelagis, namun banyak juga jenis ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Saputro et al. 2014). Ikan demersal tersebar diseluruh perairan Indonesia, terutama di paparan Sunda dan laut Arafuru dengan kecendrungan kepadatan sediaan potensi tinggi di daerah pantai. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal, yaitu trawl dasar, jaring insang, rawai dasar, bubu, purse sein dan beberapa alat tagkap lainnya.

Sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) dirancang dengan sistem informasi berbasis website agar pengguna dapat dengan mudah mengakses sistem informasi ini melalui komputer dan laptop. Sistem informasi ini menggunakan perangkat lunak basis data sebagai sistem yang menyimpan serta mengelola data-data yang sudah dimasukkan. Desain tampilan dan pengkodean

(41)

29 (coding) sistem informasi ini menggunakan perangkat lunak desain dengan nama file yang bereksistensi .php. Sistem informasi ini dapat diakses dengan menggunakan berbagai macam browser internet. Sistem kerja bahasa pemrograman yang digunakan yaitu diawali dengan perintah yang berasal dari halaman website oleh browser. Berdasarkan URL atau alamat website SISFISH dalam jaringan internet, browser akan menemukan sebuah alamat website server yang selanjutnya akan mengidentifikasi halaman yang dikehendaki dan menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh website server (Watung et al. 2014).

Perancangan sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) ini dilakukan karena masih sedikitnya sistem informasi yang berbasis website mengenai dunia perikanan terutama terhadap ikan-ikan demersal yang ada di perairan Selat Sunda. Data-data hasil penelitian yang telah dilakukan biasanya hanya bisa didapatkan dalam bentuk dokumen secara terpisah, sehingga sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Data dan informasi mengenai sumber daya perikanan sangat diperlukan dalam dunia perikanan baik untuk usaha perikanan, pengelolaan serta pembangunan perikanan nasional. Data pada sistem informasi dalam penelitian ini, dirancang untuk dapat digunakan oleh semua pihak atau semua pelaku sistem dalam memenuhi kebutuhannya.

Sistem informasi ini memiliki beberapa tampilan informasi, yaitu deskripsi dan klasifikasi, pengkajian stok, reproduksi, kebiasaan makanan, status stok, daftar pustaka dan rencana pengelolaan. Tampilan deskripsi dan klasifikasi ikan dirancang untuk memudahkan mengenali jenis ikan dan data yang sudah ada pada sistem informasi ini. Identifikasi jenis ikan merupakan hal yang paling mendasar sebelum melakukan pengelolaan perikanan. Kesalahan dalam melakukan identifikasi ikan akan menyebabkan terjadinya pengelolaan perikanan yang kurang tepat. Selain memerlukan data identifikasi ikan, pengelolaan perikanan juga memerlukan data mengenai ukuran stok ikan yang mencangkup rekruitmen, pertumbuhan dan mortalitas alami yang ditampilkan pada bagian pengkajian stok ikan yang terdiri atas data parameter pertumbuhan, hubungan panjang bobot, laju mortalitas dan laju eksploitasi serta model produksi surplus.

Tampilan reproduksi ikan juga diperlukan dalam pengelolaan perikanan untuk mengetahui pola pemijahan ikan pada suatu perairan yang terdiri atas data parameter hubungan panjang bobot, faktor kondisi, nisbah kelamin, TKG, IKG dan diameter telur. Pada tampilan kebiasaan makanan terdiri atas parameter jenis makan utama ikan, makanan pelengkap ikan serta grafik mengenai komposisi makanan ikan. Tampilan status stok memberikan informasi mengenai status stok ikan tersebut sehingga dapat ditentukan pengelolaan yang tepat terhadap sumber daya ikan tersebut. Tampilan daftar pustaka memberikan informasi mengenai sumber data dan informasi yang ada pada SISFISH sehingga memudahkan pengguna mengetahui sumber data dan informasi tersebut. Bagian lain yaitu tampilan rencana pengelolaan, pada bagian ini memberikan informasi mengenai saran pengelolaan yang tepat terhadap salah satu ikan demersal di perairan Selat Sunda. Rencana pengelolaan didapatkan dari data dan informasi yang sudah ditampilkan pada sub menu sebelumnya.

SISFISH dirancang berdasarkan pengembangan sistem informasi yang sudah ada sebelumnya. Pengembangan SISFISH dirancang untuk dapat

(42)

30

melengkapi sistem informasi yang sudah ada (Lampiran 1). Sistem informasi yang sudah ada cenderung hanya menampilkan salah satu aspek dengan studi kasus mengenai salah satu ikan yang ada di perairan Indonesia. Sehingga, SISFISH dirancang untuk dapat menampilkan data dan informasi dari berbagai aspek mengenai ikan demersal yang ada di Perairan Selat Sunda. Penelitian Utariningsih (2012) melakukan pengembangan sistem informasi berbasis mobile website yang dapat membantu dalam melakukan identifikasi ikan. Penelitian Andansari (2012) membuat suatu sistem informasi yang diberi nama dengan CIAFISH yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah sistem analisis dan informasi yang terpadu akan parameter pertumbuhan (hubungan panjang berat, sebaran frekuensi panjang, nilai K, L∞, t0), laju eksplotasi dan model produksi surplus dengan studi kasus ikan kurisi (Upeneus moluccensis, Bloch 1791) di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Pandeglang, Banten. Satya (2013) melakukan penelitian mengenai pengembangan sistem informasi berbasis website mengenai sebaran dan data statistik ikan ekonomis penting di Indonesia serta sebaran mengenai udang, tuna, cakalang dan tongkol.

Penelitian lain yang dilakukan Aji (2014) mengembangankan sistem informasi dengan penerapan augmented reality dan berbasis android mengenai klasifikasi, morfologi, distribusi penyebaran, status dan nilai produksi sumber daya perikanan dengan studi kasus ikan pari totol biru (Neotrygon kuhlii) yang didaratkan di PPP Labuan Banten. Penelitian ini mengembangkan sistem informasi berbasis website. Sistem informasi ini menampikan data dan informasi mengenai beberapa ikan demersal di perairan Selat Sunda. Data yang ditampilkan pada sistem informasi ini terdiri atas data klasifikasi, pengkajian stok, reproduksi, kebiasaan makanan, status stok, dan rencana pengelolaan sumberdaya perikanan berdasarkan masing-masing ikan.

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran panjang dan bobot suatu organisme pada periode tertentu (Innal 2015). Studi biologi dan pengkajian stok ikan membutuhkan analisis hubungan panjang dan bobot (Abdurahiman et al. 2004 in Afshari 2013). Analisis hubungan panjang dan bobot sering digunakan dalam studi pertumbuhan ikan untuk menjelaskan pola pertumbuhan, biomasa, dan kondisi ikan (Adarsh dan James 2016). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh SISFISH dapat memberikan informasi mengenai aspek pengkajian stok. Data dan informasi yang ada pada SISFISH ini terdiri atas, hubungan panjang bobot, parameter pertumbuhan, mortalitas dan laju eksploitasi, model produksi surplus dan identifikasi kelompok ikan. Hubungan panjang bobot ikan pepetek pada tahun 2014 menunjukkan pola pertumbuhan isometrik yaitu pertumbuhan panjang bobot yang seimbang dan tahun 2015 menunjukkan pola pertumbuhan alometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang mendominasi dibandingkan pertumbuhan bobot.

Data pertumbuhan ikan pepetek dari tahun 2014-2015 mengalami perbedaan. Tahun 2014 L∞ ikan pepetek jantan lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan betina yang menunjukkan bahwa ikan pepetek betina lebih lama mencapai panjang asymptotic. Ikan dengan nilai K lebih besar memiliki umur yang relatif pendek. Sedangkan nilai K atau laju pertumbuhan tahun 2014 dan 2015 ikan pepetek jantan lebih kecil daripada ikan pepetek betina. Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2014-2015 menunjukkan bahwa nilai nilai Lc dan Lm ikan pepetek betina lebih kecil dibandingkan dengan nilai Lc dan Lm

(43)

31 ikan pepetek jantan. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ukuran ikan pepetek betina dan pepetek jantan yang tertangkap oleh alat yang beroperasi merupakan kelompok ikan-ikan yang masih sangat muda dan belum sempat melakukan pemijahan tahunan.

Pendugaan laju mortalitas total (Z) ikan pepetek dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang dilinearkan sehingga berbasis data panjang. Mortalitas tangkapan ikan pepetek jantan dan betina lebih tinggi daripada mortalitas alaminnya. Semakin tinggi tingkat eksploitasi di suatu daerah maka mortalitas penangkapannya semakin besar. Nilai laju eksploitasi ikan pepetek jantan dan betina tahun 2014 dan 2015 lebih dari 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa penangkapan ikan pepetek telah mengalami overeksploitasi. Nilai laju eksploitasi ikan pepetek ini menyatakan indikasi adanya tekanan penangkapan yang tinggi terhadap stok ikan pepetek di perairan Selat Sunda. Model produksi surplus digunakan untuk menentukan tingkat upaya optimum yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu tangkapan maksimum lestari. Namun, hasil tangkapan pada tahun 2014 mengalami penurunan dengan nilai upaya yang lebih tinggi. Hal ini diduga pada tahun tersebut telah terjadi overexploitasi karena tingginya upaya (effort) yang dilakukan yang tidak dapat meningkatkan hasil tangkapan.

Ikan kurisi (Upeneus moluccensis) merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis penting (Brojo dan Sari 2002). Data pengkajian stok pada ikan kurisi terdiri atas data tahun 2013, 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan jumlah jantan dan betina. Pada tahun 2013 hingga 2015 pola pertumbuhan ikan kurisi menunjukkan pola allometrik negatif. Tahun 2013 hingga 2015 koefisien pertumbuhan (K) ikan kurisi jantan lebih rendah dari ikan kurisi betina. Nilai L∞ pada ikan kurisi jantan dari tahun 2013 hingga 2015 memiliki nilai lebih besar jika dibandingkan dengan ikan kurisi betina yang menunjukan bahwa ikan kurisi jantan lebih lama dalam mencapai panjang asymptotic. Semakin rendah koefisien pertumbuhan maka semakin lama waktu yang dibutuhkan spesies tersebut untuk mendekati panjang asymptotic. Mortalitas tangkapan ikan kurisi dan betina lebih tinggi daripada mortalitas alaminnya. Nilai laju eksploitasi ikan kurisi jantan dan betina tahun 2014 lebih dari 0,7 dan tahun 2015 lebih dari 0,8. Hal ini menunjukkan bahwa penangkapan ikan kurisi telah mengalami eksploitasi lebih.

Ukuran panjang rata-rata tertangkap (Lc) merupakan hal penting untuk mengetahui apakah sumber daya tersebut merupakan sumber daya yang lestari atau tidak sedangkan, ukuran pertama kali matang gonad (Lm) merupakan hal penting yang dapat digunakan untuk menyusun suatu konsep pengelolaan lingkungan perairan (Saputra et al. 2009). Nilai Lm ikan kurisi betina pada tahun 2013 hingga 2015 kurang dari Lm ikan kurisi jantan. Perbedaan ukuran pertama kali matang gonad tersebut disebabkan oleh parameter pertumbuhan yang berbeda (Sulistiono et al. 2001). Sebagian besar ikan kurisi yang tertangkap memiliki ukuran yang kurang dari Lm, hal tersebut mengindikasikan bahwa ikan kurisi di perairan Selat Sunda mengalami recruitment overfishing yang terjadi ketika hasil tangkapan didominasi ikan-ikan yang siap memijah (Saputra et al. 2009). Hasil tangkapan ikan kurisi dari tahun 2013 hingga 2015 memiliki nilai Lc yang kurang dari nilai Lm, baik ikan kurisi betina maupun jantan. Nilai Lc yang kurang dari Lm menunjukkan bahwa ikan memasuki tahap eksploitasi puncak sebelum mencapai matang gonad dan eksploitasi yang berlebihan dapat mengurangi hasil tangkapan karena stok mengalami growth overfishing (Sen et al. 2014).

(44)

32

Growth overfishing merupakan keadaan yang terjadi ketika hasil tangkapan didominasi oleh ikan-ikan kecil atau ikan muda (Saputra et al. 2009), sehingga ikan belum sempat mengalami pertumbuhan. Model produksi surplus digunakan untuk menentukan tingkat upaya optimum yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu tangkapan maksimum lestari. Model produksi surplus yang digunakan untuk menduga nilai MSY dan fMSY yaitu mengunakan model fox karena nilai R2 lebih tinggi. Nilai MSY tahun 2014 yaitu 1480,85 ton dan nilai fMSY yaitu 655,23 trip dengan nilai R2 95,67%. Tahun 2015 nilai MSY yaitu 1457 ton dan nilai fMSY yaitu 4262 trip dengan nilai R2 43,76%.

Data pengkajian stok pada ikan kuniran terdiri atas data tahun 2013, 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan pada ikan kuniran jantan dan betina. Pola pertumbuhan ikan kuniran pada tahun 2013 hingga 2015 menunjukkan pola pertumbuhan allometrik negatif. Data parameter pertumbuhan ikan kuniran mengalami perbedaan dari tahun 2013 hingga 2015. Tahun 2013 L∞ ikan kuniran yang diperoleh menunjukkan bahwa ikan kuniran betina lebih besar dari ikan kuniran jantan dengan nilai koefisien pertumbuhan (K) dari ikan kuniran betina lebih kecil dari ikan kuniran jantan. Tahun 2014 L∞ ikan kuniran jantan lebih besar jika dibandingkan dengan ikan kuniran betina dengan nilai K atau laju pertumbuhan ikan kuniran jantan lebih kecil daripada ikan kuniran betina. Sedangkan, Tahun 2015 menunjukkan bahwa L∞ ikan kuniran jantan lebih tinggi dibandingkan dengan ikan kuniran betina dengan nilai koefisien pertumbuhan (K) ikan kuniran jantan lebih kecil dari pada ikan kuniran betina. Hubungan antara L∞ dan K adalah semakin besar nilai K maka ikan tersebut akan cepat mencapai L∞, sehingga mengakibatkan ikan tersebut akan cepat mati.

Ikan kuniran betina lebih dahulu matang gonad dibandingkan dengan ikan kuniran jantan dengan nilai Lm ikan betina yang lebih besar dibandingkan ikan kuniran jantan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan betina memiliki ukuran yang lebih panjang untuk mencapai ukuran pertama kali matang gonadnya. Ukuran waktu pertama kali matang gonad bervariasi, yang disebabkan oleh perbedaan kecepatan adaptasi ikan serta adanya perbedaan kondisi perairan. Pendugaan mortalitas total (Z) ikan kuniran dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang dilinierkan sehingga berbasis data panjang. Laju mortalitas penangkapan (F) ikan kuniran betina dan jantan lebih besar dibandingkan dengan laju mortalitas alami (M). Hal tersebut menunjukan bahwa ikan kuniran betina dan jantan lebih banyak mati akibat aktivitas penangkapan. Nilai laju eksploitasi ikan kuniran jantan dan betina pada tahun 2013 sampai 2015 sangat tinggi yaitu lebih dari 0,5 yang menunjukkan bahwa penangkapan ikan kuniran telah mengalami eksploitasi.

Model produksi surplus digunakan untuk menentukan tingkat upaya optimum yaitu upaya yang dapat menghasilkan tangkapan maksimum lestari. Tahun 2013 model produksi surplus yang digunakan untuk menduga nilai MSY dan fMSY yaitu menggunakan model fox karena nilai R2 lebih tinggi. Pada tahun 2014 nilai MSY yaitu 1423,83 ton dan nilai fMSY yaitu 15582,71 trip dengan nilai R2 76,97%. Sedangkan pada tahun 2015 Nilai MSY yaitu 1899,21 ton dan nilai fMSY yaitu 4155,69 trip dengan nilai R2 80%. Namun, hasil tangkapan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan nilai upaya yang lebih tinggi. Hal ini diduga pada tahun tersebut telah terjadi overexploitasi karena

(45)

33 tingginya upaya (effort) yang dilakukan tidak dapat meningkatkan hasil tangkapan.

Data pengkajian stok pada ikan layur terdiri atas data tahun 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan antara ikan layur jantan dan betina. Pada pengambilan contoh tahun 2014 dan 2015 pola pertumbuhan ikan layur pada setiap pengambilan contoh berbeda. Namun, dominan menunjukkan pola pertumbuhan allometrik negatif. Ikan layur betina lebih dahulu matang gonad dibandingkan dengan ikan layur jantan yang ditunjukkan dari data Lm ikan layur betina yang lebih besar ikan layur jantan. Pendugaan mortalitas total (Z) ikan layur dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang dilinierkan sehingga berbasis data panjang. Laju mortalitas penangkapan (F) ikan layur betina dan jantan lebih besar dibandingkan dengan laju mortalitas alami (M). Pada tahun 2014 dan 2015 nilai laju eksploitasi ikan layur jantan dan betina sangat tinggi yaitu lebih dari 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa penangkapan ikan layur telah mengalami overfishing. Model produksi surplus digunakan untuk menentukan tingkat upaya optimum yaitu upaya yang dapat menghasilkan tangkapan maksimum lestari. Model produksi surplus yang digunakan untuk menduga nilai MSY dan fMSY yaitu menggunakan model fox karena nilai R2 lebih tinggi. Nilai MSY tahun 2014 yaitu 1003,69 ton dan nilai fMSY yaitu 1134,01 trip dengan nilai R2 73,83%. Sedangkan upaya tangkapan aktual pada tahun 2008 hingga 2010 telah melebihi upaya lestari. Pada tahun 2015 model produksi surplus yang digunakan untuk menduga nilai MSY dan fMSY yaitu menggunakan model fox karena nilai R2 lebih tinggi. Nilai MSY yaitu 2918,48 ton dan nilai fMSY yaitu 10811,27 trip dengan nilai R2 88,88% sedangkan upaya tangkapan aktual pada tahun 2004 hingga 2013 telah melebihi upaya lestari.

Data pengkajian stok pada ikan swanggi terdiri atas data tahun 2013, 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan antara ikan swanggi jantan dan betina. Data tahun 2013 hingga 2015 menunjukkan pola pertumbuhan ikan swanggi dominan menunjukkan pola pertumbuhan allometrik negatif. Pada pengambilan contoh tahun 2013, 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa ikan swanggi jantan memiliki umur yang lebih pendek karena nilai koefisien pertumbuhan (K) dan panjang asymptotic (L∞) lebih besar dibandingkan dengan ikan swanggi betina. Hal ini menunjukkan bahwa ikan swanggi jantan lebih lebih cepat mati. Pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad (Lm) secara berkala dapat dijadikan sebagai indikator adanya tekanan terhadap populasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ukuran pertama kali matang gonad ikan swanggi betina pada tahun 2013 hingga 2015 menunjukkan nilai lebih besar dibandingkan ikan swanggi jantan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan swanggi betina lebih cepat mencapai ukuran matang gonad pertama kali.

Pendugaan rata-rata ukuran panjang pertama kali tertangkap (Lc) ikan swanggi jantan dan betina menunjukkan bahwa rata-rata ukuran ikan swanggi betina dan swanggi jantan yang tertangkap oleh alat yang beroperasi merupakan kelompok ikan-ikan yang masih sangat muda dan belum sempat melakukan pemijahan tahunan. Pendugaan mortalitas total (Z) ikan swanggi dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang dilinierkan sehingga berbasis data panjang. Laju mortalitas penangkapan (F) ikan swanggi betina dan jantan lebih besar dibandingkan dengan laju mortalitas alami (M). Hasil penelitian pada tahun 2013, 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa mortalitas tangkapan ikan swanggi jantan dan

(46)

34

betina lebih tinggi daripada mortalitas alaminnya. Nilai laju eksploitasi ikan swanggi jantan dan betina sangat tinggi yaitu lebih dari 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa Penangkapan ikan swanggi telah mengalami eksploitasi lebih.

Data dan informasi yang ditampilkan oleh sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) ini dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan pengelolaan. Rencana pengelolaan yang dapat dilakukan dari data dan informasi pada SISFISH yaitu penentuan ukuran mata jaring dilihat dari musim pemijahan ikan dalam setahun, pengurangan upaya penangkapan agar tidak melebihi upaya lestari, pembatasan jumlah nelayan yang melaut dan pembatasan penggunaan alat tangkap yang dapat merusak lingkungan perairan. Sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) memiliki kekurangan serta kelebihan. Kelebihan sistem informasi ini yaitu menampilkan data dan informasi mengenai ikan demersal dari beberapa aspek dan dalam beberapa tahun mulai tahun 2013-2015.

Sistem informasi ini menampilkan data dan informasi dalam bentuk halaman-halaman website yang dapat berubah secara otomatis. Sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) mudah digunakan dan tidak memerlukan ruang yang besar untuk menyimpan data karena semua tersimpan dalam komputer. Proses pencarian dan pengelompokan data dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat karena terkomputerisasi. Kekurangan dari sistem informasi ini adalah baru sedikitnya data dan informasi ikan demersal yang ada pada sistem ini. Sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) ini belum dapat menampilkan sistem informasi geografis dan peta sebaran ikan menurut spesies.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sistem informasi sumber daya perikanan (SISFISH) merupakan sistem informasi yang menyediakan data dan informasi mengenai ikan-ikan demersal yang ada di perairan Selat Sunda (WPP 572). Sistem informasi ini dirancang dengan memperhatikan kemudahan dalam pemakaian dan kecepatan dalam pengaksesan yang dapat digunakan sesuai kebutuhan pengelolaan perikanan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan guna dalam memenuhi kebutuhan dalam pengambilan keputusan pengelolaan perikaanan. Berdasarkan penelitian ini, pengembangan lebih lanjut terhadap sistem informasi ini yaitu dengan menambahkan parameter lain yang dapat diajdikan sebagai acuan dalam penunjangan pengambilan keputusan pengelolaan perikanan.

(47)

35

DAFTAR PUSTAKA

Adarsh S dan James RA. 2016. Morphometric role on length-length and length weight relationship of sulphur goatfish (Upeneus sulphureus Cuvier,1829) from Mandapam Coast, Southern India. International Journal of Advanced Research. 4(1): 825-839.

Afshari M, Valinassab T, dan Seifabadi J. 2013. Age determination and feeding habits of Upeneus moluccensis (Bloch, 1791) in the Northern Oman Sea. Iranian Journal of Fisheries Sciences. 12(2): 248-264.

Aji W. 2014. Penerapan augmented reality dalam sistem informasi sumber daya perikanan berbasis android (kasus : ikan pari totol biru Neotrygon kuhlii yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Andansari PA. 2012. Sistem informasi pengkajian stok ikan (studi kasus : ikan kurisi Upeneus moluccensis, Bloch 1791 di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Pandeglang, Banten) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Andayati D. 2010. Sistem penunjang keputusan pra-seleksi penerimaan siswa baru (PSB) on-line Yogyakarta. Jurnal Teknologi. 3(2):145-153.

Andiani FF. 2016. dinamika populasi ikan kuniran Upeneus moluccensis (Bleeker,1855) di Perairan Selat Sunda. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Baco S, Swandi M, Amal AR. 2012. Rancangan sistem informasi jurnal ilmu teknik berbasis website universitas islam Makassar. Jurnal Ilmiah ILTEK Vol-7 : 13.

Brojo M dan Sari RP. 2002. Biologi reproduksi ikan kurisi (Nempiterus tambuloides Blkr.) yang didaratkan di tempat pelelangan ikan Labuan, Pandeglang. Jurnal Iktiologi Indonesia. 4(1): 75-84.

Enterprise J. 2015. Otodidak desain website dari nol. Elex media komputindo: Jakarta.

Herman. 2005. Perancangan website sistem informasi lalu lintas kota Depok [skripsi]. Jakarta (ID). Universitas Gunadarma.

Indriasari S. 2012. Sistem informasi berbasis website untuk membantu kegiatan trace study Program Diploma Institut Pertanian Bogor. Jurnal Ilmiah Sains Terapan Edisi II Vol-2 : 84-120.

Innal D, Aksu M, Akdoganbulut D, Kisin B, Unal MC, Aztop M, Dogangil B, dan Pek E. 2015. Age and growth of Nemipterus randalli from Antalya Gulf-Turkey. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies. 2(4): 299-303.

Jangra A, Singh G, Singh J, Verma R. 2011. Exploring testing strategies. International Journal of Information Technology and Knowledge Management. 4(1): 297-299.

Khan ME. 2010. Different form of software testing techniques for finding errors. International journal of computer science issues.

Kunto P dan Katamirardja ES. 2005. Pertumbuhan, mortalitas, dan kebiasaan makan ikan tawes (barbodes gonionotus) di Waduk Wonogiri. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11(2): 1-7.

Gambar

Gambar 1 model waterfall
Gambar 2 Ikan Pepetek (Leiognathus equulus)  Sumber: Ramadhani (2016)  2.  Ikan swanggi (Priacanthus tayenus)
Gambar 6 Ikan Kurisi (Upeneus moluccensis)  Sumber: Muhali (2016)
Tabel 3 Tabel pada data base SISFISH
+7

Referensi

Dokumen terkait

Polio tidak hanya melanda negara-negara maju saja, tetapi juga melanda negara-negara berkembang, polio sebenarnya dapat di berantas dengan menghambat penyebarannya

Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak-anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat di mana anak itu berada. Perkembangan sosial anak

Keterlibatan dan kepatuhan dengan CBAT dipengaruhi oleh intrinsik dipengaruhi oleh intrinsik (misalnya, keinginan untuk mencapai skor yang lebih tinggi), dan ekstrinsik (misalnya,

Baseband merupakan mesin digital dari sebuah sistem bluetooth yang bertanggung jawab dalam proses pembentukan dan pen-decode-an paket data , mengcodekan dan

Lean Manufacturing ini akan digunakan di PT ARISU untuk mengurangi pemborosan pada produk PBL D50 mm yang terjadi di sepanjang aliran produksi sehingga

Dengan memilih fakultas pada menu utama, maka akan muncul link

Berdasarkan hasil analisis uji F diketahui bahwa variabel gaya kepemimpinan, diklat dan disiplin mempunyai pengaruh secara bersama-sama dan secara signifikan terhadap

Mengenal teks cerita diri/personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata..