ii ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARN TEMATIK PADA SISWA KELAS II
DI SD NEGERI 1 BHAKTI NEGARA KABUPATEN WAY KANAN
Oleh: Sudarmi
Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah : (1) motivasi belajar peserta didik yang masih rendah, (2) prestasi belajar IPA peserta didik masih rendah di bawah KKM, dan (3) kurangnya kreativitas guru untuk menggunakan medel pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka tujuan penelitian ini : meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran tematik.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Bhakti Negara dengan subyek penelitian adalah peserta didik kelas II. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 4 langkah kegiatan, meliputi kegiatan perencanaan, melakukan tindakan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah perangkat tes, lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas peserta didik dan kinerja guru.
Hasil analisis tindakan yang dilakukan pada siklus 1, 2, dan 3 menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar IPA yang dapat terlihat dari peningkatan hasil prestasi belajar peserta didik. Hasil analisis tindakan yang dilakukan pada siklus 1 mencapai rata-rata 33,33 % atau sekitar 11 orangdi bawah KKM. Hasil analisis tndakan yang dilakukan pada siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar IPA melalui medel pembelajaran tematik menunjukkan kemajuan mencapai rata-rata 78,79% atau sekitar 26 orang yang telah mencapai KKM. Hasil analisis tindakan yang dilakukan pada siklus 3 menunjukkan peningkatan prestasi belajar IPA peserta didik melalui model pembelajaran tematik menunjukkan kemajuan kemajuan yang signifikan, secara keseluruhan peserta didik yang telah mencapai skor ketuntasan minimal mencapai rata-rata 87,88% atau sekitar 29 orang telah mencapai KKM. Demikian model pembelajaran tematik dapat dijadikan salah satu alternatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar IPA peserta didik.
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR halaman
x
Lembar Persetujuan ...iv
xi
A. Prestasi Belajara
... 7
B. Pengertian Model Pembelajaran
Tematik ... 9
C. Tujuan Penerapan Model
Pembelajaran Tematik ... 10
D. Teori Yang Melandasi Model
Pembelajaran Tematik ... 12
1. Teori Pemrosesan Informasi dari
Robert Gagne ... 12
2. Teori Perkembangan Kognitif dari
Piaget ... 16
3. Teori Gestalt
... 18
E. Langkah – Langkah Pembelajaran
Tematik ... 19
1. Pemetaan Kompetensi Dasar
... 20
2. Menentukan Jaringan Tema
... 22
3. Menyusun Silabus
... 22
4. Penyusunan Rencana Pembelajaran
xii
F. Hakekat Pelajaran IPA
... 25
G. Hipotesis
Penelitian... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian
... 29
G. Analisis Tindakan PTK
... 32
H. Indikator Keberhasilan
... 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
xiii
B. Siklus 1
... 37
C. Siklus
2... 43
D. Siklus
3………...49
E. Pembahasan Hasil Penelitian
... 35 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
... 58
B. Saran
... 59 DAFTAR PUSTAKA
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena petunjuk dan hidayahNya peneliti dapat
menyelesaikan penelitian Tindakan Kelas yang berjudul : “ Peningkatan Prestasi Belajar IPA
melalui model Pembelajaran Tematik pada siswa kelas II SD Negeri 1 Bhakti Negara
Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2012 / 2013”. Penulisan Penelitian Tindakan Kelas
ini diajukan sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana pada Program S-1 PGSD Dalam
Jabatan.
Banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moral maupun material
dalam menyelesaikan penulisan penelitian ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
2. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Prof. Dr. H Sudjarwo, M.S Dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bibingan
dan arahan dengan penuh kesabaran dari awal hingga penelitian Tindakan Kelas ini
selesai.
4. Drs. Maman Surahman, M.Pd Dosen pembahas yang dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan dan masukan pada peneliti hingga Peneliti Tindakan Kelas ini
selesai.
5. Bapak/Ibu Dosen selaku tim pengajar dalam pelaksanaan Program S1 PGSD dalam
viii
menyelesaikan studi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung
6. Slamet, S.Pd. sebagai Kepala SD Negeri 1 Bhakti negara Kabupaten Way Kanan yang
telah memberikan bantuan serta izin untuk melakukan penelitian di SD Negeri 1 Bahkti
negara dan segenap dewan guru yang telah membantu di dalam penelitian ini.
7. Teman – teman peserta Program S1 PGSD dalam jabatan yang telah banyak
memberikan bantuan serta rasa persahabatan dan kekeluargaan yang akan menjadi
kenangan indah.
8. Suamiku Mujiana, serta anak-anakku Eka Handayani dan Dwi Handoko atas do’a dan
dukungan yang selama ini diberikan.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan laporan
penelitian ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.
Peneliti mengakui bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini masih banyak kekurangannya,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Peneliti harapkan untuk
perbaikan lebih lanjut dan masukan bagi peneliti sebagai pedoman acuan dalam penelitian
viii
Bandar Lampung, Februari 2013
SUDARMI
NPM.1013144022
vii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar - sebenarnya bahwa :
1. Skripsi ini dengan judul “Peningkatan Prestasi belajar IPA melalui model pembelajaran tematik pada siswa kelas II di SD Negeri 1 Bhakti Negara Kabupaten Way Kanan” adalah hasil karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan tata cara yang tidak sesuai dengan karya ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiatisme
2. Hak intlektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung.
Demikian perbyataan ini saya buat dengan sebenarnya, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan ada yang ketiadak beneran atas pernyataan saya ini, saya bersedia menanggung akibat dan sangsi hokum yang berlaku.
Baradatu, Februari 2013
SUDARMI
ix MOTTO
Ajaklah Manusia Itu Ke Jalan Tuhanmu Dengan Cara Bijaksan Dan Nasihat (Pendidikan) Yang Baik...
v
PENGESAHAN
1. Tim Penguji
Peguji : Prof. Dr.H. Sudjarwo, M.S
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Maman Surahman, M.Pd
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si
v
vii
Judul Skripsi : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA KELASM II DI SD NEGERI 1 BHAKTI NEGARA KABUPATEN WAY KANAN
Nama Mahasiswa : SUDARMI
NPM : 1013144022
Program Studi : S1 PGSD Dalam Jabatan
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pimbimbing
viii
PERSEMBAHAN
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati
Dalam perjuanganku sebagai tanda bakti dan kasihku
Kepada
1. Kedua orangtuaku yang selalu mendo’akan keberhasilanku
2. Suami tercinta yang selalu memberikan semangat demi keberhasilanku
3. Anak-anakku tersayang yang selalu membuat hidupku lebih berarti dan
yang selalu mendo’akan untuk keberhasilanku
4. Adik-adikku tersayang yang telah memberikan dukungan dan
semangat
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 BHAKTI NEGARA KABUPATEN WAY KANAN.
Nama Mahasiswa : SUDARMI
No. Pokok Mahasiswa : 1013144022
Program Studi : S1 PGSD Dalam Jabatan
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing
Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd Prof.Dr. H Sudjarwo, M.S
vi
RIWAYAT HIDUP
SUDARMI, lahir di Setianegara, 10 Juni 1972. Anak pertama dari tiga bersaudara dari bapak Sutrisno dan ibu Suparti. Menikah dengan mujiana dan dikaruniai dua orang anak yang diberi nama Eka Handayani dan Dwi Handoko.
Memulai pendidikan di SD Negeri 1 Banjar Sari lulus tahun 1985. Melanjutkan ke SMP YP 17 Baradatu lulus tahun 1988. Melanjutkan ke SPG YP 17 Baradatu lulus tahun 1991. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program S-1 PGSD Dalam Jabatan lulus tahun 2013.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu kegiatan pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik, apabila kegiatan
pembelajaran tersebut mengutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru
dan peserta didiknya, artinya kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan tempat
bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga
tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana.
Usia 6-8 tahun otak anak masih dalam tahap perkembangan atau mengalami masa
kematangan. Pada usia delapan tahun normalnya anak berada pada jenjang kelas dua atau
tiga SD yang sebenarnya masih merupakan masa-masa keemasan bagi anak, karena
proses menerima dan menyerap berbagai bentuk pengalaman baik bagi guru ataupun
lingkungan sekitar akan dengan mudah mereka terima. Salah satu komponen yang sangat
penting dalam dunia pendidikan adalah guru, guru merupakan ujung tombak pendidikan.
Dalam konteks ini, guru mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis, karena
gurulah yang berada dibarisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru
langsung berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang
didalamnya mencakup kegiatan pentransferan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
penanaman nilal-nilai positif melalui bimbingan dan juga tauladan. Jika diizinkan saya
mengutip sebuah kalimat indah atau kata bijak yang di kemukakan oleh Carla Rinaldi
(2006: 5) bahwa kesuksesan dalam pendidikan anak sejak dini bergantung pada apakah
Hal itudidasarkan pada interaksi dan komunikasi antara anak, guru dan orang tua.
Seorang guru merupakan sosok yang memiliki kepribadian yang kuat. Guru secara terus
menerus harus selalu memberikan sumbangan yang positif kepada dunia pendidikan.
Guru tidak hanya memberikan suatu pengawasan, tetapi juga selalu memantau perjalanan
akademik dan psikis peserta didik. Jika dilihat dari paparan diatas, maka tugas yang
diemban oleh guru memang sangat berat, namun sanatlah mulia. Untuk itu, sudah
selayaknya guru memiliki berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugasnya, agar
menjadi guru yang profesional. Apalagi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, guru sebagai komponen utama dalam pendidikan dituntut untuk mampu
mengimbangi atau bahkan diharapkan mampu melampaui perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang di masyarakat. Melalui sentuhan-sentuhan
guru disekolah, diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi
tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup yang semakin keras.
Guru dan juga dunia pendidikan pada umumnya diharapkan mampu menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas baik secara keilmuan maupun secara sikap mental yang
positif. Untuk itu, dalam proses pembelajaran, metode, strategi atau kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru seyogyanya adalah suatu yang benar-benar tepat
dan bermakna, untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan tahap
perkembangan anak, maka strategi yang digunakan dalam penyampaian sesuatu, baik
yang berupa penanaman sikap, mental, perilaku, keperibadian maupun kecerdasan harus
tepat sasaran, kecerdasan peserta didik sedapatnya harus dikembangkan secara
propesional. Yang sangat kita khawatirkan dan harus dihindari adalah jangansampai
pembelajaran yang guru sampaikan tidak tepat dan tidak sesuai dengan masa
perkembangan anak.
Jika membicarakan anak atau peserta didik, salah satu masalah yang sering dijumpai
dalam dunia pendidikan kita adalah tentang prestasi belajar peserta didik. Melihat kondisi
belajar peserta didik kelas II SD Negeri 1 Bhakti Negara dalam mengikuti pembelajaran
IPA pada Tahun Pelajaran 2011/2012 yang masih rendah, yaitu sekitar 30 % peserta didik
atau 8 orang saja yang mampu memenuhi standar ketuntasan minimal (KKM) 60.
Masalah ini sepertinya menjadi momok yang cukup menakutkan bagi pelaku-pelaku
pendidikan kita. Baik itu pemerintah, satuan pendidikan, termasuk guru dan peserta didik
juga terkait dalam hal tersebut, namun yang paling berhubungan dengan masalah itu
adalah guru dan peserta didiknya.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti akan mencoba menerapkan model
pembelajaran tematik dalam pelajaran IPA di kelas II SD. Menurut Kunandar (2007: 331)
model pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta
didik. Pendekatan tematik adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah
mata pelajaran dalam mempelajari sesuatu. Misalnya, sambil belajar menyanyi seorang
anak belajar alphabet. Atau sambil belajar mengenal hewan ia juga belajar mewarnai.
Ketika proses pembelajaran berlangsung, peserta didik tidak merasa sedang mempelajari
satu mata pelajaran saja. Hal itu diharapkan agar peserta didik dapat memperoleh
berbagai pengetahuan dan keterampilan hanya dalam satu kali pertemuan saja.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi
masalah yang dapat ditentukan adalah sebagai berikut :
1. Motivasi belajar peserta didik yang masih rendah 2. Prestasi belajar IPA peserta didik masih dibawah KKM
3. Kurangnya kreativitas guru untuk menggunakan model pembelajaran yang tepat
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas II khususnya untuk mata
pelajaran IPA.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah adalah :
Bagaimanakahpenerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi
belajar IPA pada peserta didik kelas II SD Negeri 1 Bhakti Negara?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk :
1. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran
tematik.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Manfaat penelitian ini secara teoritis antara lain untuk memberikan gambaran yang
jelas tentang penerapan model pembelajaran tematik terhadap prestasi belajar IPA
ditinjau dari motivasi peserta didik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik
Dapat digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan motivasi peserta didik
sehingga prestasi belajar pun meningkat.
b. Bagi Guru
Mampu memberikan masukan kepada guru pada umumnya dan guru kelas rendah
pada khususnya, tentang pengaruh penerapan model pembelajaran tematik terhada
prestasi belajar IPA ditinjau dari motivasi peserta didik.
Sebagai bahan pertimbangan dan acuan guru dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan dan pembelajaran.
c. Bagi sekolah
Memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk mengadakan pembaharuan
dalam pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran tematik.
d. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan tentang penerapan model pembelajaran tematik dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni”prestasi” dan
“belajar”, mempunyai arti yang berbeda. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian
prestasi belajar, penelitian menjabarkan makna dari kedua kata tersebut. Prestasi adalah
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu atau kelompok.
Kamus besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
Sedangkan Djamarah (1994:20) bahwa prestasi belajar adalah apa yang telah dapat
diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan
keuletan kerja. Nasrun Harahap berpendapat bahwa prestasi belajar adalah “ penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan peserta didik berkenaan dengan
penguasaan bahwa pelajaran yang disajikan kepada peserta didik. Dari pengertian diatas
bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah
dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.
Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (186:2) memberikan pengertian prestasi
belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seorang dalam usaha belajar sebagaimana yang
dinyatakan dalam raport. Sedangkan menurut Nasution (1996: 17) prestasi belajar adalah
kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa, dan berbuat. Prestasi
belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif, dan
mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Prestasi belajar merupakan hal
yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan
proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar bertitik tolak kepada pengertian
belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda
sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat
kita temukan satu titik persamaan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki peserta didik dalam menerima, menolak
dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi
belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuai dalam mempelajari materi
pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah
mengalami proses pembelajaran. Prestasi belajar peserta didik dapat diketahui setelah
diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau
rendahnya prestasi belajar peserta didik.
B. Pengertian Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk
pada tiga landasan, yakni landasan filosofis, psikologis, dan yurisis. Tema adalah pokok
pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Depdiknas, 2006: 226).
Selanjutnya menurut Kunandar (2007:311), Tema merupakan alat atau wadah untuk
diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh,
memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada peserta didik.
Model pembelajaran ini diperuntukkan bagi pembelajaran di SD kelas rendah. Model
tematik tidak mengenalkan anakdengan istilah mata pelajaran. Anak dikenalkan dengan
istilah tema, dan substansi didalamnya dapat mencakup beberapa aspek aktivitas bidang
kehidupan yang secara tradisional disebut mata pelajaran. Pembelajaran model tematik
esensinya bertolak dari hakekat pendidikan kecakapan hidup. Artinya bagi anak
pendidikan itu adalah melatih kecakapan dasar untuk kehidupan. Kecakapan dasar
kehidupan itu, mencakup kecakapan sosial, emosional, artimatika, kecakapan literasi dan
lain-lain. Untuk memudahkan penguasaan kecakapan itu, maka pembelajarannya perlu
kontek yang tepat. Kontek yang tepat untuk ukuran anak SD adalah tempat dan aktivitas
yang sering menjadi pusat minat perhatian mereka. Oleh karena itu, pusat minat anak
yang diberi tema, selalu berhubungan dengan kontek yang disenangi anak, misalnya
pariwisata, tetangga, diri sendiri dan lain-lain.
Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum, dan aspek pembelajaran. Jadi pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam
beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka. Pembelajaran tematik
dikemasdalam suatu tema atau biasa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik
ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai
Kesimpulan yang diperoleh adalah pembelajaran yang menggunakan tema mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta
didik. Dikatakan bermakna karena pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami
konsep- konsep langsung mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami.
C. Tujuan Penerapan Model Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih
dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik dengan memperhatikan keterkaitanya
dengan isi mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang harus
dikembangkan.
Tema tersebut diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya : (1) peserta
didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) peserta didik mampu
mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antara mata
pelajaran dalam tema yang sama; (3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih
mendalam dan berkesan; (4) kompetensi dasar dikembangkan lebih baik dengan
mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; (5) peserta
didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam
konteks tema yang jelas; (6) peserta didik mampu lebih bergairah belajar karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu
mata pelajaran sekaligus mempelajarai mata pelajaran lain; (7) guru dapat menghemat
waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus
kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan (Poerwadarminta dalam Depdiknas, 2006
: 5)
Penggabungan beberapa kompetensi dasar, indikator serta isi mata pelajaran dalam
pembelajaran tematik akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat
dikurangi bahkan dihilangkan. Peserta didik mampu melihat hubungan-hubungan yang
bermakna sebab isi/ materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan
merupakan tujuan akhir. Pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik akan
mendapat pengertiaan mengenai proses dan materi pelajaran secara utuh pula. Adanya
pemanduan antara mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan
meningkat. Karena pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang
berdasarkan tema-tema tertentu, maka dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari
berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari bidang studi lain,
seperti IPS, Bahasa, dan Seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan
kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada
peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah
opitomo dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk secara
produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin
tahu dengan penghayatan secara ilmiah tentang dunia sekitar mereka.
Kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran tematik adalah peseta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan
yang dipelajarinya melalui pembelajaran yang lebih menekan pada keterlibatan peserta
didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran.
1. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Menurut teori Gagne, cara untuk menentukan persaratan untuk suatu tujuan belajar
adalah melakukan hirarki belajar. Sebuah hirarki belajar dibangun dengan bekerja
mundur dari tujuan pembelajaran akhir. Dan kemampuan akhir yang dimiliki oleh
peserta didik setelah belajar disebut kabilitas. Karena itu, hirarki belajar menurut
Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down. Dimulai dengan
menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah
satu tujuan dalam proses pembelajaran di pucak dari hirarki belajar tesebut, diikuti
kemampuan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka kuasai
lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan di
atasnya itu. Hirarki belajar dariGagne memungkinkan juga prasyaratan yang berbeda
untuk kemampuan yang berbeda pula (Orton, 1987 : 76).
Berdasarkan analisanya tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne menyarankan
kejadian-kejadian instruksi; kejadian-kejadian belajarnya dapat juga diterapkan baik
pada belajar penemuan, atau belajar di luar kelas, maupun belajar dalam kelas. Tetapi
kejadian-kejadian instruksi yang dikemukakan Gagne ditujukan pada guru yang
menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok peserta didik. Kejadian-kejadian
instruksi itu adalah :
1. Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
2. Memberi tahu tujuan-tujuan belajar
3. Mengarahkan perhatian (directing attention)
4. Merangsang ingatan ( simulating recall)
6. Meningkatkan retensi (enhancing retention)
7. Melancarkan transfer belajar.
Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil belajar yang diberikan Gagne yaitu
(Sutrisna,2010) :
1. Informasi verbal. Informasi verbal adalah kemampuan peserta didik untuk
memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat dicontohkan
kemampuan peserta didik mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang
lainnya bersifat verbal.
2. Keterampilan intelektual. Keterampilan intelektual merupakan penampilan yang
ditunjukkan peserta didik tentang operasi-operasi intelektual yang dapat
dilakukannya. Ketermapilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi
dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan.
Yang membedakan keterampilan intelektual pada bidang tertentu adalah terletak
pada tingkat kompleksitasnya. Untuk memecahkan masalah peserta didik
memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi yaitu aturan-aturan yang kompleks yang
berisi aturan-aturan dan konsep terdefinisi, untuk memperoleh aturan-aturan ini
peserta didik sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan untuk belajar
konsep konkret ini peserta didik harus menguasai diskriminasi-diskriminasi.
3. Strategi kognitif. Strategi kognitif merupakan suatu macam keterampilan
intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan
berpikir. Proses kontrol yang digunakan peserta didik untuk memilih dan
Beberapa strategi kognitif adalah strategi menghafal, strategi menghafal, strategi
elaborasi, strategi pengaturan, strategi metakognitif, dan strategi afektif.
4. Sikap-sikap. Merupakan pembawaan yang dapat memengaruhi perilaku seseorang
terhadap benda, kejadian atau makhluk hidup lainnya. Sekelompok peserta didik
yang penting ialah sikap-sikap terhadap orang lain. Bagaimana sikap-sikap sosial
itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu menjadi hal yang penting dalam
menerapkan metode dan materi pembelajaran.
5. Keterapilan-keterampilan motorik. Keterampilan motorik merupakan
keterampilan kegiatan fisik dan penggabungan kegiatan motorik dengan
intelektual sebagai hasil belajar seperti membaca, menulis, dan sebagai berikut.
Karenanya, di saat guru menemui para peserta didik yang mengalami kesulitan atau
melakukan kesalahan, cobalah unntuk berpikir jernih dalam menetapkan penyebab
kesulitan maupun kesalahan peserta didik tersebut dan dapat menggunakan teori
tentang hirarki belajar ini sebagai salah satu alat pentingnya. Sekali lagi, seorang
peserta didik tidak akan dapat mempelajari atau menyelesaikan tugas tertentu jika
mereka tidak memiliki pengetahuan prasyaratnya. Karena itu, untk memudahkan
para peserta didik selama proses pembelajaran di kelas, proses tersebut harus dimulai
dengan memberi kemudahan bagi para peserta didik dengan mengecek, mengingat
kembali, dan memperbaiki pengetahuan-pengetahuan prasyaratnya.
Disimpulkan bahwa berdasarkan teori Gagne belajar adalah perubahan yang terjadi
dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan
hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar dipengaruhi oleh factor dalam diri
2. Teori Perkembangan Kognitif dari Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunya empat aspek, yaitu (1)
kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan saraf; (2) pengalaman, yaitu
hubungan timbal bali antara organisme dengan dunianya; (3) interaksi sosial, yaitu
pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial,
dan (4) ekulibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri selalu
mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungan.
Sistem mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan adaptasi.
Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh
organisme yang merupakan skumulasi dari tingkah laku yang sederhan hingga yang
kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang
skumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan
adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang skumulasi dari tingkah
laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi
penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.
Menurut Piaget, perkembangan kognotif seseorang atau peserta didik adalah suatu
proses yang bersifat genetic. Artinya proses belajar itu di dasarkan atas mekanisme
biologis perkembangan sistem syarat.
Oleh sebab itu makin bertambahnya umur seseorang peserta didik, mengakibatkan
kompleksnya susunan sel-sel syaraf dan juga makin meningkatkan kemampuan
khususnya dalam bidang kualitas intelektual (kognitif). Ketika seseorang peserta
didik berkembang dalam proses menuju kedewasaan diri, mereka pasti melakukan
proses perubahan-perubahan secara kualitatif maupun kuantitatif. Asumsi ini dapat
disimpulkan bahwa peserta didik yang memiliki perbedaan usia secara kronologis
akan berbeda secara kualitatif. Inilah yang kemudian dijadikan standar ukuran anak
masuk SD minimal berusia kronologis 7 tahun.
Kesimpulan yang bisa diambil bahwa teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh
peserta didik tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu guru
harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari
individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecilpeserta didik dari pada
aktivitas dalam bentuk klasikal.
3. Teori Gestalt
Kontribusi paling penting dalam teori gestalt terhadap pemahaman kita mengenal
pembelajaran adalah pada studi tentang wawasan (insight). Manusia adalah makhluk
ciptaan tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah makhluk yang
perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Teori pendidikan
yang dikembangkan dunia barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya
dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) sehingga dalam proses belajar dan
mengajar peserta didik tersebut aktif, sebagai lawannya berkembang pula teori yang
mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya
(empirisme) sehingga dalam proses belajar dan mengajar peserta didik tersebut pasif,
perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya
(konvergensi) sehingga dalam proses belajar dan mengajar peserta didik tersebut
aktif dan pasif.
Menurut pandangan Gestalt, semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman
terhadap hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Intinya,
menurut mereka, tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam
situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada
dengan hukuman dan ganjaran. Teori belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan
dan problem solving, dari penamatannya ia menyesalkan penggunaan metode
menghafal disekolah, dan menghendaki agar peserta didk belajar dengan pengertian
bukan hafalan akademis. Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah
tentang insting yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap
hubungan-hubungan antara bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Pelaksanaan
pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau
bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud
dalam teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian
bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh. Guru memberikan suatu kesatuan
situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak harus
berusaha menemukan hubungan antara bagian, memperoleh instingh agar ia dapat
memahami keseluruhan situasi atau bahan ajaran tersebut.
Sebagai model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut : (1) berpusat pada peserta didik, (2)
memberikan pengalaman langsung, (3) pemisahan mata pelajarn tidak begitu jelas, (4)
menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5) bersifat fleksibel, (6) hasil
pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, (7) prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan.
Pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap
perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan
jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
(dikutip dari Depdiknas, 2006 : 12-14).
1. Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh
dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dan berbagai
mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan
adalah :
a. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari
setiap mata pelajaran ke dalam indicator. Mengembangakan indikator perlu
memperhatikan haal sebagai berikut :
1. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
2. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
3. Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan atau dapat
b. Menentukan Tema
1. Cara penentu tema
Menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
Yang pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan
menentukan tema yang sesuai.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan
untuk menentukan tema tersebut, uru dapat bekerja sama dengan peserta didik
sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
2. Prinsip penentu tema
Menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik
Yang termudah menuju yang sulit
Yang sederhana menuju ke yang kompleks
Yang kongkrit menuju yang abstrak
Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri
peserta didik
Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta
didik, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.
c. Identifikasi dan analisis standar kompetensi dasar dan indikator, lakukan
identifikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi,
2. Menetapkan Jaringan Tema
Bualtlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indicator dengan
tema pemersatu. Jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi
dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan
sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
3. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan
dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari stnadar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat atau sumber, dan penelitian.
4. Penyusunan Rencana Pembelajaran
Untuk keperluan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman
belajar peserta didik yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen
rencana pembeljaran tematik meliputi :
1. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas,
semester, dan waktu, banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
2. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
3. Materi pokok bahasan uraiannya yang perlu dipelajari peserta didik dalam rangka
mencapai kompetensi dasar dan indikator.
4. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus
sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini
tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutupan).
5. Alat dan media yang digunakan unuk memperlancar pencapaian kompetensi
dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik
sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
6. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk
menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian.
Secara oprasional tahap-tahap kegiatan dalam penelitian ini yang akan dilakukan
dalam siklus dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan
1. Mempersiapkan kelompok mata pelajaran yang akan disampaikan dengan
menggunakan model pembelajaran tematik.
2. Memilih dan menetapkan tema yang sesuai dengan kelompok mata pelajaran
yang akan disampaikan.
3. Melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran
topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku
pelajaran.
4. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
5. Merencanakan penerapan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran tematik.
6. Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan keberhasilan
7. Mempersiapkan media pembelajaran
9. Membuat lembar observasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah :
1. Setelah menyusun rencana pembelajaran kemudian menyajikan atau
mempresentasikan rencana pembelajaran.
2. Menyampaikan kepada peserta didik mengenai pelaksanaan dan tujuan model
pembelajaran tematik
3. Guru menyampaikan materi pelajar dengan menggunakan model pembelajaran
tematik
4. Guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator selama proses pembelajaran.
c. Pengamatan (Observasi)
1. Observasi melakukan pengamatan sesuai dengan menggunakan lembar
observasi.
2. Menilai tindakan dengan mengunakan format evaluasi.
3. Tahap ini guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah
disesuaikan, kemudian mengamati kegiatan peserta didik dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain itu di lakukan
pemotretan untuk mendokumentasikan kejadian-kejadian khusus selama
pelaksanaan pembelajaran.
d. Repleksi
1. Repleksi dilakukan setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk
memperoleh masukan dari hasil kegiatan, dan akhirnya komentar dari dosen
pembelajaran, jika mereka mengulangnya di kelas masing-masing atau untuk
topik yang berbeda.
2. Mengevaluasikan tindakan yang telah dilakukan dan menganalisis hasil
tindakan
3. Kesimpulan dan saran untuk perbaikan pada tahap berikutnya.
F. Hakekat Pelajaran IPA
Ilmu alam (natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan
yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan
hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapanpun dimanapun. Sund dan
Rrowbribge merumuskan bahwa sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.
Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa sains adalah kumpulan pengetahuan dan
cara-cara untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan itu. Sains merupakan
produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik dan non manusia tentang bumi dan alam
sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya
dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni. IPA (sains) berupaya
membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya
tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Tersikapnya
tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya,
jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar.
Namun dari waktu kewaktu jarak tersebut makin sempit, sehingga semboyan “Sains hari
ini adalah teknologi hari esok” merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh
dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya
mengandung hakikat sains (the nature of cience) dan sisi yang lainnya mengandung
makna teknologi (the meaning of technology)
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winataputra, 1992 :122) bahwa IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang
sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
observasi dan eksperimen. Mata pelajaran ini pula di gunakan dalam UN dan UASBN.
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai
obyek, menggunakan metode ilmiah sehingga perlu diajarkan di sekolah dasar. Setiap
guru harus paham akan alasan mengapa sain perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada
berbagai alasan yang menyebutkan satu mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam
kurikulum suatu sekolah. Ada empat alasan sains dimasukkan dikurikulum sekolah dasar
yaitu :
1. Bahwa sains berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang
lebar. Kesejahteraan materi suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan
bangsa itu dalam bidang ini, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering di
sebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi
ialah sains. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atua dokter yang
baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenal berbagai gejala alam.
2. Bila diajarkan sains menurut cara tepat, maka sains merupakan suatu mata pelajaran
mengikuti metode “menemukan sendiri”. Anak dihadapkan pada suatu masalah;
umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian”. Dapatkah tumbuhan hidup
tanpa daun?” anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.
3. Bila sains diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan oleh anak, maka
sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
4. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang
dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar
minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD
didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
A. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka di atas hipotesis peneliti dapat dirumuskan sebagai berikut :
melalui penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar IPA
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini berfokus pada peserta didik SD Negeri 1 Bhakti Negara Kabupaten
Way Kanan Kelas II yang berjumlah 33 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 20 orang dan
perempuan 13 orang.
B. Tempat dan waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Bhakti Negara Kabupaten Way Kanan.
Tahun 2012/2013 Selama dua bulan.
C. Desains Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan
kelas dengan menggunakan model pembelajaran tematik. Penelitian ini dilaksanakan
dalam tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan utama yaitu :
perencanaan, pelaksanaan kegiatan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Setiap akhir
kegiatan siklus diadakan refleksi, sehingga kelemahan-kelemahan setiap siklus dapat
dibenahi pada siklus berikutnya. Setiap siklus dilengkapi dengan indikator kinerja yaitu
80% peserta didik harus memiliki nilai ≥ 60.
D. Instrumen Penelitian
Peningkatan kemampuan peserta didik di kelas dapat diketahui dengan cara observasi
berperan sebagai instrument utama dalam mengumpulkan informasi. Selain itu akan
digunakan instrumen penunjang yaitu lembar panduan observasi aktivitas peserta didik
dan kinerja guru, lembar tes untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, kamera untuk
mendokumentasikan segala kegiatan dalam penelitian.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yaitu penelitian tindakan yang berbentuk siklus (tindakan). Secara
keseluruhan langkah-langkah yang dilakukan dalam metode penelitian ini dapat
divisualisasikan ke dalam siklus kegiatan sebagai berikut :
Alur Siklus Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas
Rencana Umum
(pembelajaran
)Refleksi Siklus 1
Kemmis dan Mc Taggart (Aqib,2006 :31)
Kegiatan perencana diawali dengan orientasi pendahuluan terhadap proses pembelajaran
yang sedang berlangsung dan melakukan tanya jawab dengan peserta didik mengenai
proses pembelajaran konvensional. Kegiatan ini merupakan penelitian pendahuluan
dengan tujuan mengidentifikasi masalah dan menemukan fakta lapangan. Kemudian
berdasarkan temuan pada orientasi pendahuluan, peneliti merencanakan tindakan yang
akan ditampilkan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Selanjutnya peneliti
melaksanakan kegiatan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan,
kemudian observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman observasi
yang telah disiapkan. Hasil observasi merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan Tindakan & Observasi 1
Perbaikan rencana
Refleksi
Tindakan & Observasi Siklus 2
Perbaikan Rencana
Refleksi
Tindakan & observasi III
refleksi dan revisi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan untuk menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
F. Pengumpulan Data
Alat bantu yang digunakan peneliti dalam mempermudah pengumpulan data, yaitu :
1.Observasi, dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yaitu aktivitas peserta
didik dan kinerja guru selama penelitian sebagai upaya mengetahui kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan. Data aktivitas peserta didik diperoleh dengan
menggunakan lembar observasi aktivitas peserta didik dan kinerja guru.
2. Lembar tes dilakukan setiap akhir siklus dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan peserta didik setelah diterapkannya pembelajaran tematik
G. Analisis Tindakan PTK
Proses analisa data dilakukan secara reflektif, partisipatif, dan kolaborasi pada setiap
tahap refleksi sehingga dari hasil analisis refleksi ini dapat ditemukan alternatif jalan
keluar untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada tindakan
berikutnya. Data kualitatif diperoleh dari data aktivitas peserta didik dan kinerja guru.
Setiap peserta didik diamati aktivitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan dengan
memberi tanda (x) pada lembar observasi yang telah disediakan sesuai dengan indikator
yang telah ditentukan. Indikator peserta didik dikatakan aktif jika lebih atau sama dengan
60% frekuensi yang ditetapkan peridikator. Setelah selesai di observasi maka jumlah
aktivitas yang dilakukan peserta didik dihitung, lalu dipersentasikan.
Menentukan persentase aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
%A : Persentase aktivitas peserta didik
Na : Jumlah indikator aktivitas terkategori aktif dilakukan peserta didik
N : Jumlah indikator aktivitas keseluruhan
Data pada siklus 1 dan 2 dioleh menjadi persentase aktivitas peserta didik. Seorang
peserta didik dikategorikan aktif apabila minimal memperoleh 61% dari 9 indikator
aktivitas yang ada. Pemilihan persentase keaktifan peserta didik yaitu :
81% - 100 % : sangat baik
61% - 80% : baik
41% - 60% : cukup
21% - 40% : kurang
0% - 20% : kurang sekali
Menentukan persentase peserta didik aktif dengan menggunakan rumus :
%As = ∑As x 100% N
Keterangan :
%As : Persentase peserta didik yang aktif
∑As : Jumlah peserta didik yang aktif
N : Jumlah peserta didik
Untuk mengetahui peningkatan kinerja guru, dengan kategori kurang, cukup, baik, dan
sangat baik, kinerja guru dapat dilihat berdasarkan rentang nilai sebagai berikut : 0 – 4
(kurang), 15 – 28 (cukup), 29 – 42 (baik), dan 43 – 56 (sangat baik) dengan kategoti :
(apabila indikator yang mempengaruhi kinerja guru sudah dilaksanakan namun masih
kurang baik), dan sangat baik (apabila indikator yang mempengaruhi kinerja guru sudah
dapat dilaksanakan dengan baik). Untuk menilai kinerja guru, peneliti dibantu oleh
seorang guru mitra yaitu guru di sekolah tersebut yang mengajar di kelas lain.
Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran
tematik diambil dari persentase ketuntasan belajar peserta didik setelah diadakan tes pada
setiap akhir siklus. Pesreta didik dikatakan tuntas jika mendapat nilai lebih atau sama
dengan 60. Untuk menentukan persentase peserta didik tuntas setiap siklusnya dengan
menggunakan rumus :
%At = ∑At r
Keterangan :
%At : Persentase peserta didik tuntas belajar
∑At : Banyak peserta didik yang tuntas
r : Jumlah peserta didik
Langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data melalui tahap-tahap sebagai
berikut :
1. Kategori Data
Kategori data yaitu menkategorisasikan data terlebih dahulu berdasarkan fokus
masalah penelitian, yaitu mengenai aktivitas peserta didik dan guru selama kegiatan
pembelajaran berlangsung dan situasi kelas.
2. Validasi Data
Teknik validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
b. Triangulasi, mengecek kebenaran data atau informasi kebenaran data untuk
memperoleh informasi dari sumber-sumber lain mengenai kebenaran data
peneliti.
c. Member check, informasi yang kita peroleh dan gunakan dalam penelitian laporan
sesuai dengan apa yang dimaksud informan.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk membangun
kemampuan dan pengetahuan yang difasilitasi guru. Sehingga dengan mata pelajaran IPA
siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam
sekitar, serta mampu mengembangkan dan menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari secara ilmiah. Pembelajaran dalam penelitian ini berhasil jika siswa yang tuntas
minimal 75% dengan rerata 65. Siswa dikatakan aktif jika 80% dari seluruh jumlah siswa
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran, ternyata
penerapan model pembelajaran tematik mendapat tanggapan yang
positif dari guru dan peserta didik. Proses pembelajaran
berlangsung dengan aktif dan menyenangkang, guru dan peserta
didik menjadi lebih bersemangat melaksanakan setiap proses
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Hal ini terlihat dari
peneilaian kinerja guru dan aktivitas peserta didik yang makin
meningkat dari siklus 1, 2, dan 3.
2. Model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar
IPA peserta didik. Hal ini didasarkan pada beberapa temuan, yaitu
peserta didik dalam proses pembelajaran melalui penerapan model
pembelajaran tematik menjadi aktif dan bersemangat dalam
mengikuti pelajaran, memperhatikan penjelasan guru, berani
mengemukakan pendapat, antusias mengerjakan tugas yang
diberikan, berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru,
2
bekerja sama dengan baik, antusias pada saat mengikuti proses
pembelajaran. Hal ini juga terlihat daripencapaian hasil belajar
peserta didik yang meningkat dari siklus ke siklus, siklus 1 prestasi
belajar siswa masih di bawah KKM rata-rata 33,33% atau sekitar
11 orang. Siklus 2 prestasi belajar siswa mencapai rata-rata
78,79% atau sekitar 26 orang yang mencapai KKM. Di akhir
siklus 3 prestasi belajar siswa telah mencapai 87,88% atau sekitar
29 orang telah mencapai KKM.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
dapat mengemukakan beberapa saran dalam penerapan model
pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut :
a. Bagi Peserta Didik
Agar lebih aktif dalam proses pembelajaran supaya materi yang
disampaikan dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Guru
Agar lebih kreatif dalam proses belajar mengajar ( dalam
menyampaikan materi pembelajaran).
3
Agar dapat lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana
dalam mendukung proses pembelajaran.
d. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan tentang penerapan model
pembelajaran tematik dalam meningkatkan prestasi belajar peserta
iii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA
KELAS II DI SD NEGERI 1 BHAKTI NEGARA
KABUPATEN WAY KANAN
Oleh : SUDARMI 1013144022
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada Program Studi PGSD STRATA 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR PUSTAKA
Agus, S 2003, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di Indonesia, Jakarta.
Aqib, Zainal, (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Yrama Widya.
Departeman Pendidikan Nasional, (2004), Bahan Pelatihan Penelitian Tindakan
Kelas, Jakarta: Depdiknas.
---, (2006), kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar, Jakarta:
Depdiknas
---, (2006), Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta : PUSKUR BALITBANG.
Djamarah, Syaiful Bahri, (1994), Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,
Surabaya: Usaha Nasional
Kunandar, (2007), Guru Profesional, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Nasution, S, (1996), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,
Jakarta : Bumi Aksara
Orton, A, (1987), Learning Mathematics, London ; Casel Educational Limited.
Purwanto, Ngalim, (1986). Pisikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rinaldi, Carla, (2006), 30 Kiat Mencetak Anak Kreatif Mandiri, Jakarta : PT. Gramedia
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Jakarta : Bina Aksara, 1987
Sutrisna, Putu, (2010), Teori Belajar Robert Gagne,
http://putusutrisna.blogspot.com/2010/11/teori-belajar-rober-gagne.html didownload tanggal 9 Agustus 2012