• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kabupaten Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kabupaten Bekasi"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KABUPATEN BEKASI

LAPORAN KKL

Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi

pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun oleh: AGUS MUSLIM

NIM. 41709007

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

33

RIWAYAT HIDUP PENULIS

1.Identitas Diri

Nama : Agus Muslim

Tempat, dan Tanggal Lahir : Bekasi, 1 Agustus 1989

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Perumahan Taman Aster Blok F8/11, RT 011/007, Desa Telaga Asih, Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi.

Nama Ayah : Drs. Ahmad Tadjiri

Pekerjaan Ayah : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Nama Ibu : Upit Sulastri

Pekerjaan Ibu : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Alamat Orang Tua : Perumahan Taman Aster Blok F8/11, RT 011/007, Desa Telaga Asih, Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi.

2. Pendidikan Formal

Tingkat Sekolah Dasar

Nama Sekolah : SDN 1 Sukatani, Bekasi

(5)

34

Tahun Lulus : 2001

Tingkat Sekolah Menengah Pertama

Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Cikarang Barat, Bekasi

Tahun Masuk : 2002

Tahun Lulus : 2004

Tingkat Sekolah Menengah Atas

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Cikarang Barat, Bekasi

Tahun Masuk : 2005

Tahun Lulus : 2007

Tingkat Perguruan Tinggi

Nama Universitas : Universitas Komputer Indonesia (Unikom)

Tahun Masuk : 2009

Status Sekarang : Sedang Menempuh

3. Pendidikan Non Formal

Kursus Musik

Nama Tempat Kursus : Purwacaraka Music School

Alamat Tempat Kursus : Jababeka, Cikarang, Bekasi

Tahun Masuk : 2008

Tahun Lulus : 2009

Pelatihan

Nama Acara Pelatihan : Table Manner Class

Tempat Pelatihan : Maja House, Bandung

Waktu Pelatihan : 8 Desember 2010

Seminar

(6)

35

Tempat Acara Seminar : Sasana Budaya Ganesha, Bandung

Waktu Acara Seminar : 26 Februari 2011

Nama Acara Seminar : Diskusi Politik

Tempat Acara Seminar : Gedung Indonesia Menggugat, Bandung

Waktu Acara Seminar : 31 Mei 2011

Nama Acara Seminar : Kuliah Umum Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom

Tempat Acara Seminar : Auditorium Unikom, Bandung

Waktu Acara Seminar : 13 Maret 2012

Bandung, 29 Oktober 2012

(7)

iv DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan KKL ... 1

1.2 Kegunaan KKL ... 2

1.3 Metode KKL ... 3

1.4 Lokasi & Waktu Pelaksanaan KKL ... 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori ... 5

2.1.1 Pengertian Implementasi ... 5

2.1.2 Pengertian Kebijakan ... 6

2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan ... 7

2.1.4 Tahap-tahap Implementasi Kebijakan ... 13

2.1.5 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan ... 14

BAB III HASIL KEGIATAN & PEMBAHASAN KKL 3.1 Hasil Kegiatan KKL ... 16

(8)

v

BAB IV PENUTUP ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke Khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan kekuatan sehingga saya dapat menyelesaikan tanggung jawab untuk menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, serta shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Pada Laporan KKL ini saya sebagai mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom menyusun dan menulis laporan hasil pelaksanaan KKL yang sudah lakukan selama sebulan di salah satu instansi pemerintahan daerah, tepat nya di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Dengan mengambil judul Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kabupaten Bekasi, saya mendapat banyak pelajaran dan pengalaman baru selama pelaksanaan KKL di instansi tersebut, saya menjadi mengetahui bagaimana kerja di salah satu Instansi Pemerintahan. Penyusunan Laporan KKL ini, dimaksudkan sebagai salah satu kewajiban untuk menyelesaikan perkuliahan di program studi Ilmu Pemerintahan pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

Saya menemukan banyak kesulitan yang dirasakan tapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak saya dapat menyelesaikan penyusunan. Saya menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan saya dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan penyusunan Laporan KKL ini.

Saya juga sampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

1 Nia Karniawati, S.IP., M.Si Selaku Ketua Program studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unikom.

2 Rino Adibowo, S.IP selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Kuliah Kerja Lapangan (KKL).

(10)

iv

4 Drs. H. Ruminta, Selaku Pembimbing instansi KKL di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

5 Semua pihak yang telah mendukung dan membantu, semoga menjadi amal baik di hari nanti.

Saya menyadari masih adanya kelemahan dan kekurangan serta keterbatasan dalam penyusunan Laporan KKL ini. Akhir kata saya berharap semoga Laporan KKL ini dapat berguna bagi saya pada khusus nya dan pembaca pada umum nya.

Bandung, Oktober 2012

(11)

27

DAFTAR PUSTAKA

Wahab, SA., 2001, Analisis Kebijaksanaan, dari Formulasi ke Implementasi Kebijakasanaan Negara, Edisi Kedua, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Agustino, Leo, 2008, Politik & Kebijakan Publik, Edisi 1, Penerbit Alfabeta, Jakarta.

Badjuri, Abdul Kahar, dan Teguh Yuwono, 2002, Kebijakan Publik Konsep dan Strategi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Winardi, 1990. Asas-asas manajemen. Penerbit Mandar maju, Bandung.

Dunn, William N, 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Terjemahan), Edisi Kedua, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Dwijowijoto, R.N, 2003, Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Wahab, SA., 2001, Analisis Kebijaksanaan, dari Formulasi ke Implementasi Kebijakasanaan Negara, Edisi Kedua, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Dwidjowijoto, Riant Nugroho. (2003). Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo.

Danim, Sudarwan. 1997, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara.

Dunn, William N. 1999, Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

(12)

28

Edward III, George C dan Ira Sharkansky, 1978, The Policy Predicament – Making and Implementing Public Policy, San Fransisco : W.H Freeman and Company.

Ekowati, Mas Roro Lilik, 2005. Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Kebijakan atau Program, Surakarta: Pustaka Cakra.

Islamy, M. Irfan, 2004, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta.

Jones, Charles O. 1994, Pengantar Kebijakan Publik Terjemahan Ricky Istamto, Jakarta: Roja Grafindo Persada.

RUJUKAN ELEKTRONIK:

Kebijakan KEMENDIKNAS. 2010. Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C. Melalui http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud

DOKUMEN:

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan KKL

Dalam Negara kita Indonesia begitu banyaknya permasalahan yang ada, permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya ialah masalah mengenai pendidikan masyarakatnya yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, masalah pendidikan belum semua terselesaikan dengan baik dan merata, dari berbagai macam masalah pendidikan yang ada, masalah putus sekolah yang banyak terjadi di Negara kita. Untuk mengatasi permasalahan putus sekolah itu Kemendikbud mengeluarkan Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C.

Sesuai instruksi dari Menteri Pendidikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2009 “Tentang Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C” dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2009 “Tentang Penyelenggaraan Program Paket C Kejuruan” kebijakan ini dibuat bertujuan untuk mengatasi masalah putus sekolah di Indonesia.

(14)

2

kuliah di PTN atau PTS dalam dan luar negeri, penyesuaian golongan jabatan di TNI, POLRI, PNS dan pegawai swasta.

Masalah putus sekolah banyak dihadapi di tingkat daerah seperti halnya di Kabupaten Bekasi yang memiliki cakupan wilayah yang luas, dan jumlah pendudukan yang besar. Kondisi ini merupakan potensi dalam pengembangan dan pembangunan Kabupaten Bekasi. Namun demikian masih banyak masalah yang berkaitan dengan aspek pengembangan sumber daya manusia di Kabupaten Bekasi.

Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi mencoba juga mengatasi masalah-masalah pendidikan yang ada, diantaranya mengenai putus sekolah dan lainnya dengan mengimplementasikan Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kabupaten Bekasi sesuai dengan instruksi dari KEMDIKBUD (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 76 dan 36 Tahun 2009 mengenai Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C.

Sebagaimana dengan Visi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi adalah mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, berkarakter, dan berakhlaq, sedangkan Misi nya meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, dan relevansi pendidikan, serta meningkatkan tata kelola dan pencitraan publik.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kabupaten Bekasi”, dan melaksanakan KKL di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi dengan tujuan mendapatkan pelajar dan pengalaman secara langsung dilapangan.

1.2 Kegunaan KKL

Pelaksanaan KKL ini dilakukan dengan kegunaan, sebagai berikut : 1. Bagi Penulis

(15)

3

Menambah pengalaman belajar yang berharga untuk peneliti sebagai mahasiswa dengan keterlibatannya dalam masyarakat dan dunia kerja di instansi tersebut secara langsung.

2. Secara Teoritis

Secara teoritis, penulisan ini untuk mengembangkan teori-teori yang peneliti gunakan yang relevan dengan permasalahan dalam laporan KKL ini dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat.

3. Secara Praktis

Diharapkan penulisan ini dapat bermanfaat dalam hal peningkatan mutu pendidikan seperti yang diharapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

1.3 Metode KKL

Sesuai dengan laporan yang ditulis pada laporan KKL ini, khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode.

Peneliti dalam melakukan penulisan ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Peneliti melakukan kegiatan observasi secara langsung ke lapangan, melakukan penelitian secara langsung di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, peneliti kemudian menggambarkan kondisi dilapangan yang terjadi mengenai Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kabupaten Bekasi yang kemudian meringkas dan menarik gambaran tentang kondisi dan situasi dalam laporan ini.

1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL

(16)

4

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

Dalam menyusun laporan KKL ini penulis melaksanakan selama 6 bulan, mulai dari observasi lokasi KKL sampai seminar KKL seperti pada tabel berikut :

Waktu Kegiatan

Tahun 2012 Tahun

2013 Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Feb

Observasi Lokasi KKL Pengajuan Judul KKL Penyusunan Usulan KKL Pengajuan Surat ke Tempat KKL

Pelaksanaan KKL Bimbingan KKL

(17)
(18)

5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Solihin Abdul Wahab adalah:

“Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to

implemen”t. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu) (Webster dalam Wahab, 2004:64).

Berdasarkan diatas maka implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

(19)

6

membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Mazmanian dan Sebastiar juga mendefinisikan implementasi sebagai berikut:

“Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan” (Mazmanian dan Sebastiar).

Implementasi menurut Mazmanian dan Sebastier merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan yang penting atau seperti keputusan badan peradilan. Proses implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang bersangkutan.

2.1.2 Pengertian Kebijakan

Menurut N. Dunn, menyatakan bahwa kebijakan publik (Public policy) adalah “Pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk bertindak yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah” (N. Dunn, 2000:132).

Pendapat Anderson yang dikutip oleh Wahab, merumuskan kebijaksanaan sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang sedang dihadapi (Anderson dalam Wahab, 2004:3). Oleh karena itu, kebijaksanaan menurut Anderson merupakan langkah tindakan yang sengaja dilakukan oleh aktor yang berkenaan dengan adanya masalah yang sedang di hadapi.

Kebijakan menurut pendapat Carl Friedrich yang dikutip oleh Wahab bahwa:

“Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan

(20)

hambatan-7

hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan” (Friedrich dalam Wahab, 2004:3).

Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai tujuan dan umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan tetapi harus mencari peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang diinginkan.

Hal tersebut berarti kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila kebijakan berisi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan tersebut akan mendapat kendala ketika diimplementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan harus mampu mengakomodasikan nilai-nilai dan praktik-praktik yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Menurut Carl friedrich yang dikutip oleh Leo Agustino mendefinisikan kebijakan adalah :

“Serangakaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu diamana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dankemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud” (Dalam Leo, 2006:7).

Kebijakan merupakan salah satu produk pemerintah dengan tujuan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik sehingga suatu kebijakan harus benar-benar sesuai dengan kondisi masyarakat dan ditujukan untuk kepentingan masyarakat.

2.1.3 pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno, menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah:

(21)

8

menjalankan kebijakan guna meraihdampak atau tujuan yang

diinginkan” (Lester dan Stewart dalam Winarno,2002:101-102).

Implementasi kebijakan menurut Nugroho terdapat dua pilihan untuk mengimplementasikannya, yaitu langsung mengimplementasikannya dalam bentuk program-program dan melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut (Nugroho, 2003:158). Oleh karena itu, implementasi kebijakan yang telah dijelaskan oleh Nugroho merupakan dua pilihan, dimana yang pertama langsung mengimplementasi dalam bentuk program dan pilihan kedua melalui formulasi kebijakan.

Pengertian implementasi kebijakan di atas, maka Edward III mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi, yaitu:

1. Comunication (Komunikasi) 2. Resources (Sumber Daya) 3. Disposition (Disposisi)

4. Bureaucratic Structur (Struktur Birokrasi) (Edward 1980:147)

Pertama, Komunikasi implementasi mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi komunikator kepada komunikan. Selain itu juga dalam komunikasi implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran kebijakan yang harus disampaikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut dilakukan agar mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan.

Komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam dimensi, antara lain dimensi transformasi (transmission), kejelasan (clarity) dan konsistensi (consistency). Dimensi transformasi menghendaki agar kebijakan publik dapat ditransformasikan kepada para pelaksana, kelompok sasaran dan pihak lain yang terkait dengan kebijakan. Dimensi kejelasan menghendaki agar kebijakan yang ditransmisikan kepada para pelaksana, target group dan pihak lain yang berkepentingan langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan dapat diterima dengan jelas sehingga dapat diketahui yang menjadi maksud, tujuan dan sasaran.

Kedua, sumber daya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

(22)

9

walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, akan tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan dapat berwujud, seperti sumber daya manusia, dan sumber daya anggaran, sumber daya peralatan, sumber daya informasi dan kewenangan.

Sumber daya manusia merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan implementasi. Implementasi sangat tergantung kepada sumber daya manusia (aparatur), dengan demikian sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan di samping harus cukup juga harus memiliki keahlian dan kemampuan untuk melaksanakan tugas, anjuran, perintah dari atasan (pimpinan). Oleh karena itu, sumber daya manusia harus ada ketepatan dan kelayakan antara jumlah staf yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas pekerjaan yang di tanganinya. Sumber daya anggaran merupakan sumber daya yang mempengaruhi implementasi setelah adanya sumber daya menusia, terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan terhadap publik yang harus diberikan kepada masyarakat juga terbatas. Terbatasnya anggaran menyebabkan disposisi para pelaku rendah bahkan akan terjadi goal displacement yang dilakukan oleh pelaku terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Sumber daya peralatan juga merupakan sumber daya yang mempengaruhi terhadap keberhasilan dan kegagalan suatu implementasi, menurut Edward III yaitu :

“Sumber daya peralatan merupakan sarana yang digunakan untuk operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung, tanah dan sarana yang semuanya akan memudahkan dalam memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan”. (Edward III, 1980:102)

(23)

10

akuntabilitas. Sumber daya informasi dan kewenangan juga menjadi faktor penting dalam implementasi, informasi yang relevan dan cukup tentang berkaitan dengan bagaimana cara mengimplementasikan suatu kebijakan. Informasi tentang kerelaan atau kesanggupan dari berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan, dimaksudkan agar para pelaksana tidak akan melakukan suatu kesalahan dalam menginterpretasikan tentang bagaimana cara mengimplementasikan.

Ketiga, disposisi adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh

pelaksana kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratik. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan. Menurut Van Meter dan Van Horn terdapat tiga macam elemen yang dapat mempengaruhi disposisi, antara lain:

“Tiga elemen yang dapat mempengaruhi disposisi, yaitu: pengetahuan (cognition), pemahaman dan pendalaman (comprehension and understanding) terhadap kebijakan, arah respon mereka apakah menerima, netral atau menolak (acceptance, neutrality, and rejection), intensitas terhadap kebijakan”.(Van Meter dan Van Horn dalam Widodo,2007: 105)

Elemen yang dapat mempengaruhi disposisi adalah pengetahuan, dimana pengetahuan merupakan elemen yang cukup penting karena dengan pengetahuan tinggi yang dimiliki oleh aparatur dapat membantu pelaksanaan implementasi tersebut. Pemahaman dan pendalaman juga dapat membantu terciptanya dan terlaksananya implementasi sesuai dengan tujuan yang akan di capai. Respon masyarakat juga dapat menentukan keberhasilan suatu implementasi, karena dapat menentukan sikap apakah masyarakat menerima, netral atau menolak.

Keempat, struktur birokrasi merupakan suatu badan yang paling sering

(24)

11

struktur birokrasi yang penting dari dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP).

SOP ini merupakan pedoman bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak atau menjalankan tugasnya. Selain SOP yang mempengaruhi struktur birokrasi adalah fragmentasi yang berasal dari luar organisasi.

Menurut Van Meter dan Van Horn ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi, yaitu:

1. Ukuran dan tujuan kebijakan. 2. Sumber-sumber kebijakan.

3. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi pelaksana.

4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan.

5. Sikap para pelaksana, dan

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik. (Meter dan Horn dalam Wahab, 2004:79)

Keberhasilan suatu implementasi menurut kutipan Wahab dapat dipengaruhi berdasarkan faktor-faktor di atas, yaitu:

Kesatu yaitu ukuran dan tujuan diperlukan untuk mengarahkan dalam

melaksanakan kebijakan, hal tersebut dilakukan agar sesuai dengan program yang sudah direncanakan.

Kedua, sumber daya kebijakan menurut Van Metter dan Van Horn yang

dikutip oleh Agustino, sumber daya kebijakan merupakan keberhasilan proses implementasi kebijakan yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan waktu (Meter dan Horn dalam Agustino, 2006:142). Sumber-sumber kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

(25)

12

Ketiga, keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari sifat atau ciri-ciri

badan/instansi pelaksana kebijakan. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para badan atau instansi pelaksananya.

Keempat, komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya

koordinasi implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan Gunn yang dikutip oleh Wahab bahwa:

“Koordinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan

mengkomunikasikan informasi-informasi atau pun membentuk struktur-struktur administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan” (Hogwood dan Gunn dalam Wahab, 2004:77).

Berdasarkan teori diatas maka Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.

Kelima, menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Widodo,

bahwa karakteristik para pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi (Meter dan Horn dalam Subarsono, 2006:101). Sikap para pelaksana dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan harus dilandasi dengan sikap disiplin. Hal tersebut dilakukan karena dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, setiap badan/instansi pelaksana kebijakan harus merasa memiliki terhadap tugasnya masing-masing berdasarkan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Keenam, dalam menilai kinerja keberhasilan implementasi kebijakan

(26)

13

Menurut Teori implementasi kebijakan merupakan proses yang krusial karena seberapa baiknya suatu kebijakan kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan dengan baik implementasinya, maka apa yang menjadi tujuan kebijakan publik tidak akan terwujud (George Edward III 1980: 1).

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu kebijakan atau program harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi publik dimana aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

2.1.4 Tahap-tahap Implementasi Kebijakan

Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. (M. Irfan Islamy 1997: 102-106) membagi tahap implementasi dalam 2 bentuk, yaitu:

a. Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dandisahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara lain.

b. Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan kebijakan tercapai. (Islamy 1997: 102-106)

Ahli lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam Solichin Abdul Wahab (1991: 36) dalam buku analisis kebijakan: dari formulasi ke implementasi kebijakan negara mengemukakan sejumlah tahap implementasi sebagai berikut:

Tahap I Terdiri atas kegiatan-kegiatan:

a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas

b. Menentukan standar pelaksanaan

(27)

14

Tahap II: Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode.

Tahap III: Merupakan kegiatan-kegiatan: a. Menentukan jadwal

b. Melakukan pemantauan

c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program.

Jadi implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan perencanaan penetapan waktu dan pengawasan, sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Solichin Abdul Wahab, yaitu mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan. Yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan baik yang menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasi maupun usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi perilaku lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas sasaran (target grup) tetapi memperhatikan berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada impelementasi kebijakan negara.

2.1.5 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan

Menurut Budi Winarno implementasi kebijakan bila dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan:

“Alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang

diinginkan” (Winarno 2002:102).

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan dan dilaksanakan untuk intern pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus dilaksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di lingkungannya.

(28)

15

hambatan-hambatan yang mengakibatkan sebuah kebijakan tidak berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Setelah membaca dan mengutip beberapa definisi menurut para ahli diatas saya dapat mengerti dan menganalisi apa itu implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan pemerintah untuk menjalankan suatu keputusan atau program yang dibuat dan dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri untuk memperbaiki atau mengatasi masalah yang ada.

Implementasi kebijakan dapat berhasil apabila empat faktor dapat terpenuhi dan berjalan, yaitu :

1. Komunikasi 2. Sumber daya 3. Disposisi

4. Struktur birokrasi

Dengan komunikasi masyarakat atau pemerintah yang mengimplementasi mengetahui apa yang harus dilakukan, dapat terhubung dengan semua elemen yang ada.

Sumber daya juga merupakan hal yang penting dalam implementasi. Sumber daya dapat berwujud sumber daya manusia, sumber daya anggaran, sumber daya peralatan, dan juga sumber daya informasi.

Disposisi merupakan faktor selanjutnya agar suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik. Disposisi merupakan watak yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan itu sendiri.

(29)

16

BAB III

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL

3.1 Hasil Kegiatan KKL

Pada saat saya melaksanakan KKL banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang saya dapat secara langsung. Saya dapat merasakan bagaimana prakteknya berkerja secara langsung di salah satu instansi pemerintahan dalam hal ini yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten bekasi.

Melaksanakan KKL di Dinas Pendidikan kabupaten Bekasi saya melakukan banyak aktivitas yang diberikan oleh para pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, aktivitas-aktivitas tersebut berbagai macam, ada yang mudah dan sulit, beragam setiap hari nya. Namun semua nya bisa saya selesaikan dengan lancar dengan baik dengan ada nya bimbingan dan bantuan dari pembimbing saya di dinas tersebut dan juga dari para pegawai lain di dinas tersebut.

Aktivitas awal KKL saya di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi yaitu dimulai dengan pengenalan dan interview dengan pembimbing instansi KKL saya. Saya memperkenalkan diri saya dan menjelaskan maksud dan tujuan saya melaksanakan KKL di dinas tersebut. Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi meminta saya untuk membantu pekerjaan-pekerjaan dibagian kepegawaiannya, dan saya siap terima untuk ditempatkan dibagian Kepegawaian Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi.

(30)

17

Pada minggu ketiga pelaksanaan KKL saya selain membantu pekerjaan-pekerjaan di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi saya juga mempelajari program yang ada di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, seperti Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Dari PKBM itu saya mempelajari mengenai suatu wadah yang menyediakan informasi dan kegiatan belajar masyarakat yang dibuat dan dikelola oleh masyarakat itu sendiri.

Kegiatan lain pada saat saya melaksanakan KKL waktu itu mendata jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Bekasi.

Dari keseluruhan sekolah yang saya data, dikabupaten Bekasi angka putus sekolah yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pendidikan SD sebanyak 239 murid; 2. Tingkat pendidikan SMP sebanyak 367 murid; 3. Tingkat pendidikan SMA sebanyak 86 murid;

4. Sedangkan pada tingkat pendidikan SMK tidak tercatat adanya angka putus sekolah.

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Tahun 2011

Kegiatan KKL saya mengenai Program Paket C yaitu membantu mendata Kecamatan mana saja yang ikut serta Ujian Kesetaraan Program Paket C pada agustus kemarin.

Ada 8 Kecamatan dikabupaten Bekasi yang ikut serta dalam Ujian Kesetaraan Program Paket C bulan agustus kemarin, diantaranya :

1. Kecamatan Kedungwaringin 2. Kecamatan Sukawangi 3. Kecamatan Cabang Bungin 4. Kecamatan Pebayuran 5. Kecamatan Bojongmangu 6. Kecamatan Tambelang 7. Kecamatan Muara Gembong 8. Kecamatan Cikarang Pusat

(31)

18

Minggu terakhir melaksanakan KKL di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Sudah tidak banyak aktivitas yang saya lakukan di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi. Secara resmi dengan keluarnya surat telah melakukan KKL saya sudah selesai melaksanakan kegiatan KKL di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi.

Dengan melaksanakan berbagai tugas yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten bekasi tersebut saya banyak belajar bagaimana berkerja di instansi pemerintahan. Saya dapat pengalaman yang sangat bagus bagaimana menjadi seorang pelayan masyarakat yang baik dan benar. Saya juga dapat mengenal banyak orang-orang yang sudah berpengalaman di instansi pemerintahan, khususnya di Dinas Pendidikan kabupaten Bekasi.

3.2 Pembahasan KKL

Sesuai instruksi dari Menteri Pendidikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2009 “Tentang Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C” dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2009 “Tentang Penyelenggaraan Program Paket C Kejuruan” kebijakan ini dibuat bertujuan untuk mengatasi masalah putus sekolah di Indonesia.

(32)

19

Atas (SMA) yang dapat dipergunakan untuk melamar kerja, melanjutkan kuliah di PTN atau PTS dalam dan luar negeri, penyesuaian golongan jabatan di TNI, POLRI, PNS dan pegawai swasta.

Masalah putus sekolah banyak terjadi di Kabupaten Bekasi yang memiliki cakupan wilayah yang luas, dan jumlah pendudukan yang besar. Kondisi ini merupakan potensi dalam pengembangan dan pembangunan Kabupaten Bekasi. Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi sebagai instansi yang diarahkan langsung oleh Kemendikbud harus mengimplementasikan kebijakan pendidikan kesetaraan program paket c ini untuk mengatasi masalah mengenai putus sekolah yang ada di Kabupaten Bekasi.

Sebagaimana dengan Visi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi adalah : 1. mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, berkarakter, dan

berakhlaq

Sedangkan Misi nya adalah :

1. Meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan,

2. Meningkatkan mutu pendidikan, dan relevansi pendidikan, 3. Serta meningkatkan tata kelola dan pencitraan publik.

Program Paket C merupakan salah satu Program Pendidikan Non Formal. Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi :

a. Penguatan satuan-satuan pendidikan non-formal melalui pengembangan standarisasi, akreditasi, dan sertifikasi serta penguatan kemampuan manajerial pengelolanya.

b. Menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan non-formal.

c. Penyedian informasi pendidikan yang memadai yang memungkinkan masyarakat untuk memilih pendidikan non-formal sesuai dengan minat, potensi, dan kebutuhan.

Dengan Grand Teori yang saya gunakan dari Edward III yang mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi, yaitu:

(33)

20

3. Disposition (Disposisi)

4. Bureaucratic Structur (Struktur Birokrasi) (Edward 1980:147)

Pertama, Komunikasi implementasi mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi komunikator kepada komunikan. Selain itu juga dalam komunikasi implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran kebijakan yang harus disampaikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut dilakukan agar mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan.

Komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam dimensi, antara lain dimensi transformasi (transmission), kejelasan (clarity) dan konsistensi (consistency). Dimensi transformasi menghendaki agar kebijakan publik dapat ditransformasikan kepada para pelaksana, kelompok sasaran dan pihak lain yang terkait dengan kebijakan. Dimensi kejelasan menghendaki agar kebijakan yang ditransmisikan kepada para pelaksana, target group dan pihak lain yang berkepentingan langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan dapat diterima dengan jelas sehingga dapat diketahui yang menjadi maksud, tujuan dan sasaran.

Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi mengimplementasikan kebijakan pendidikan kesetaraan program paket c ini sudah baik, namun masih banyaknya kekurangan, seperti dalam hal komunikasi ini, koordinasi diantara pihak-pihak seperti masyarakat, Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi khususnya bidang PKBM, dan LPPK yang terlibat untuk melaksanakan kebijakan ini belum seluruhnya berjalan dan terhubung dengan baik. Dengan begitu implementasi kebijakan ini masih terus banyak kekurangan dan kesalahan diberbagai tingkatan. Untuk memperbaiki dan menjadikan kebijakan ini berjalan dengan baik dan sukses menurut saya dinas pendidikan kabupaten bekasi perlu banyak perbaikan dalam masalah komunikasi dan koordinasi.

Kedua, sumber daya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

(34)

21

melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan dapat berwujud, seperti sumber daya manusia, dan sumber daya anggaran, sumber daya peralatan, sumber daya informasi dan kewenangan.

Sumber daya manusia merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan implementasi. Implementasi sangat tergantung kepada sumber daya manusia (aparatur), dengan demikian sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan di samping harus cukup juga harus memiliki keahlian dan kemampuan untuk melaksanakan tugas, anjuran, perintah dari atasan (pimpinan). Oleh karena itu, sumber daya manusia harus ada ketepatan dan kelayakan antara jumlah staf yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas pekerjaan yang di tanganinya. Sumber daya anggaran merupakan sumber daya yang mempengaruhi implementasi setelah adanya sumber daya menusia, terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan terhadap publik yang harus diberikan kepada masyarakat juga terbatas. Terbatasnya anggaran menyebabkan disposisi para pelaku rendah bahkan akan terjadi goal displacement yang dilakukan oleh pelaku terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Sumber daya peralatan juga merupakan sumber daya yang mempengaruhi terhadap keberhasilan dan kegagalan suatu implementasi, menurut Edward III yaitu :

“Sumber daya peralatan merupakan sarana yang digunakan untuk operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung, tanah dan sarana yang semuanya akan memudahkan dalam memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan”. (Edward III, 1980:102)

(35)

22

berkaitan dengan bagaimana cara mengimplementasikan suatu kebijakan. Informasi tentang kerelaan atau kesanggupan dari berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan, dimaksudkan agar para pelaksana tidak akan melakukan suatu kesalahan dalam menginterpretasikan tentang bagaimana cara mengimplementasikan. Kewenangan juga merupakan sumber daya lain yang mempengaruhi efektifitas pelaksanaan kebijakan. Menurut Edward III menegaskan bahwa kewenangan (authority) yang cukup untuk membuat keputusan sendiri yang dimiliki oleh suatu lembaga akan mempengaruhi lembaga itu dalam melaksanakan suatu kebijakan. (Edward III, 1980:103)

Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, menurut saya masih banyak kekurangan sumber daya manusia nya, SDM yang dapat berkerja secara maksimal dan profesional masih kurang dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang ada.

Dari sumber daya anggaran dan peralatan, Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi sudah terpenuhi dan cukup menurut saya. Anggaran pedidikan yang diberikan langsung oleh pemerintah Kabupaten dan Provinsi Jawa Barat menurut saya sudah sangat cukup untuk mengimplementasikan kebijakan Program Paket C ini dengan maksimal. Dengan anggaran yang ada, sumber daya peralatan juga dimiliki dengan cukup lengkap oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi untuk mengimplementasikan kebijakan Program Paket C. Ketiga, disposisi adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh

pelaksana kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratik. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan. Menurut Van Meter dan Van Horn terdapat tiga macam elemen yang dapat mempengaruhi disposisi, antara lain:

“Tiga elemen yang dapat mempengaruhi disposisi, yaitu: pengetahuan

(36)

23

rejection), intensitas terhadap kebijakan”.(Van Meter dan Van Horn dalam Widodo,2007: 105)

Elemen yang dapat mempengaruhi disposisi adalah pengetahuan, dimana pengetahuan merupakan elemen yang cukup penting karena dengan pengetahuan tinggi yang dimiliki oleh aparatur dapat memabantu pelaksanaan implementasi tersebut. Pemahaman dan pendalaman juga dapat membantu terciptanya dan terlaksananya implementasi sesuai dengan tujuan yang akan di capai. Respon masyarakat juga dapat menentukan keberhasilan suatu implementasi, karena dapat menentukan sikap apakah masyarakat menerima, netral atau menolak.

Sikap para pelaksana dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan harus dilandasi dengan sikap disiplin. Hal tersebut dilakukan karena dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, setiap badan/instansi pelaksana kebijakan harus merasa memiliki terhadap tugasnya masing-masing berdasarkan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

(37)

24

perkerjaan untuk masyarakat dapat dikerjakan secara profesional dan tidak main-main.

Keempat, struktur birokrasi merupakan suatu badan yang paling sering

terlibat dalam implementasi kebijakan secara keseluruhan. Struktur Organisasi merupakan yang bertugas melaksanakan kebijakan memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Didalam struktur birokrasi terdapat dua hal penting yang mempengaruhinya salah satunya yaitu aspek struktur birokrasi yang penting dari dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP).

(38)

25 BAB IV PENUTUP Kesimpulan

Kesimpulan dari Laporan ini berisi mengenai Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kabupaten Bekasi yang fokus saya pelajari dan teliti bagaimana pengimplementasiannya.

Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C merupakan program pendidikan nonformal yang setara dengan pendidikan formal SMA, yang dibuat sejak tahun 2009 sebagai alternatif program untuk mengatasi masalah putus sekolah yang harus diimplementasikan oleh tiap dinas pendidikan diseluruh daerah indonesia. Program Paket C merupakan program penyempurnaan dari program Ujian Persamaan yang sebelumnya diberlakukan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2009 “Tentang Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C” dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2009 “Tentang Penyelenggaraan Program Paket C Kejuruan” kebijakan ini dibuat.

Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi sebagai instansi yang diarahkan langsung oleh Kemendikbud harus mengimplementasikan Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C ini untuk mengatasi masalah mengenai putus sekolah yang ada di Kabupaten Bekasi.

Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C sudah berhasil diimplementasikan dengan baik oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi. Masalah putus sekolah mulai berkurang dengan kebijakan ini, masalah kesetaraan berhasil diatasi.

Saran

(39)

26

Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kabupaten Bekasi ini. Semua nya harus terlibat dan berkerja sama demi terlaksananya kebijakan ini dengan lancar, baik, dan maksimal sampai pada yang membutuhkan program ini.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus membenahi Dinas-dinas Pendidikan diseluruh daerah indonesia. Pemerintah harus membenahi Sumber daya manusia nya, Sumber daya anggaran nya, Sumber daya peralatan nya, agar setiap pengimplementasiaan kebijakan yang ada dapat berjalan baik dan maksimal.

Gambar

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Adapun usulan perbaikan kepada UKM sesuai usulan green QFD II adalah Produk tahu yang sesuai memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen adalah Tahu memilikin

Walaupun bapak Darma Jaya tidak berlatar belakang dari keluarga yang ahli ibadah serta disibukkan dengan aktivitas pekerjaan demi menafkahi keluarganya, begitu juga dengan

SUSINTAWATI.Cost Effectivenes Analisys Kemoterapi Kombinasi Siklosfosfamid, Adriamicin, 5-Fluorourasil (CAF) Dengan Kemoterapi Kombinasi Paxus, Epirubisin,

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Oleh yang demikian, pelbagai pendekatan aplikasi wakaf tunai telah dibina dan sedang dibina oleh pihak bertanggungjawab bagi memastikan berwakaf dalam bentuk

Dapat dilihat pada Tabel 5, perbedaan karakteristik pengguna bus AC dan KRL ekspress berdasarkan atribut pelayanan moda terjadi pada atribut jarak tempuh total

Pada nilai skor terhadap Pi minyak solar didapatkan Ci/Li minyak solar rerata yaitu 0 dan nilai Ci/Li minyak solar baru yaitu 0 sesuai berdasarkan kriteria status mutu air

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Dampak bencana banjir tidak bisa diabaikan, seperti kerusakan sarana infrastruktur kota, dan kerugian sosial ekonomi di kawasan