• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disiplin Kerja Dan Kompetensi Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Disiplin Kerja Dan Kompetensi Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS)"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pandangan masyarakat disekitar kita bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS)

adalah abdi masyarakat, memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik,

namun masyarakat beranggapan bahwa pelayanan PNS umumnya tidak

memuaskan, lamban dan tidak profesional karena disebabkan PNS identik dengan

pegawai yang malas, sering bolos, tidak disiplin, dan kompetensinya

dipertanyakan. Masyarakat berasumsi bahwa, bagaimana kinerja diharapkan

bagus jika pegawainya tidak disiplin dan memiliki kompetensi rendah.Anggapan

masyarakat ini juga meliputi PNS yang berada di SESKOAD. Hal yang wajar jika

masyarakat berpikiran demikian, mengingat pelayanan PNS yang merupakan abdi

masyarakat, belum memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat.

Berdasarkan pengamatan penulis, pegawai di SESKOAD juga masih banyak

pegawainya yang belum optimal dalam bekerja.

Penerapan aturan sanksi kedisiplinan pegawai masih rendah. Masih

banyak aturan yang tidak dijalankan atau kecenderungan mencari kelemahan

aturan sehingga dapat dimanfaatkan oleh pegawai yang bersangkutan. Hal ini

dapat terlihat bahwa aturan waktu kerja hanya mengatur jam masuk dan jam

pulang kantor saja. Apa yang harus dikerjakan oleh pegawai selama jam kerja

tidak ada aturan khusus, sehingga masih banyak pegawai yang keluar kantor

(2)

Di lihat dari kompetensi juga masih adanya pegawai yang berpersepsi

bahwa tidak ada surat tugas berati tidak ada pekerjaan. Kurangnya keinginan

untuk berkreasi seperti menciptakan pekerjaan jika tidak ada penugasan,

kurangnya arahan dari atasan langsung terhadap pegawai yang menganggur, dapat

dikatakan bahwa kompetensi belum terbangun secara utuh. Pada dasarnya

pegawai masih berpikir bahwa bekerja jika ada surat tugas.

Dalam penugasan juga masih sering timbul friksi-friksi seperti

menggabungkan pegawai yang tidak dapat bekerja dengan pegawai yang bekerja

baik dan profesional, hal ini menunjukkan bahwa masih adanya toleransi terhadap

pegawai yang under performance sehingga beban dan kerja keras pegawai

berkinerja baik akhirnya harus meng-cover pegawai berkinerja buruk. Kompetensi

tidak berjalan optimal (adanya toleransi yang besar terhadap pegawai berkinerja

buruk dengan tetap diberikan surat tugas sehingga hal ini tidak akan mendorong

pegawai untuk mengerti functional kompetensi yang harus dimiliki pegawai)

Sebenarnya, bagaimana kondisi sumber daya manusia di SESKOAD

secara umum, Apakah SESKOAD sudah melakukan pembenahan,. Menjawab hal

tersebut SESKOAD pada dasarnya telah melakukan reformasi birokrasi, yang

salah satu unsur yang ditata kembali adalah masalah sumber daya Manusia

(SDM). Kalau kita merujuk lebih dalam berdasarkan tulisan Surya Dharma dan

Yuanita S dalam bukunya “MencapaiSDM Optimal”, (2006,58) disebutkan :

(3)

Begitu pentingnya faktor SDM ini membuat SESKOAD melakukan pembenahan

SDM di lingkungannya. Fokus utama pembenahan SDM antara lain adalah faktor

disiplin dan kompetensi pegawai.

Menurut R. Palan dalam bukunya, “Competency Management”, (2007,8).

R.Palan mengunakan model Iceberg yang mendeskripsikan enam jenis karateristik

kompetensi yaitu”: knowledge, skills, values, self concept, traits, dan motives.

Karateristik ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu hard

kompetensi dan soft kompetensi.

Hard kompetensi seperti latar belakang pendidikan dan pelatihan pegawai,

Latar pendidikan pegawai SESKOAD pada umumnya adalah lulusan sma dan secara umum pelatihan pegawai cukup baik, namun perlu juga diupgrade agar

pegawai dapat menghasilkan kinerja baik.

Berdasarkan pengamatan penulis di SESKOAD, faktor lain yaitu disiplin

pegawai juga mempengaruhi kinerja pegawai. Seorang pegawai yang mempunyai

tingkat kedisiplinan tinggi akan bekerja sesuai dengan tujuan organisasi walaupun

tanpa pengawasan sekalipun dari atasannya. Pegawai berdisiplin tinggi akan

menghargai waktu sehingga waktu kerjanya akan digunakan secara optimal, tidak

melakukan korupsi waktu kerja dan melakukan hal-hal lain yang tidak ada

kaitannya dengan pekerjaan kantor selama jam kerja. Demikian juga pegawai

yang mempunyai kedisiplinan akan mentaati peraturan yang ada dalam

lingkungan kerja dengan kesadaran yang tinggi tanpa ada rasa paksaan. Rasa

peduli akan tanggungjawab pekerjaan sudah menjadi pola kerja pegawai yang

(4)

tinggi akan mempunyai kinerja yang baik sesuai dengan target yang telah

ditetapkan oleh organisasi, hal ini sesuai dengan pendapat Veithzal Rivai

(2004:444) mengemukakan bahwa :

Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma sosial yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat pentingnya peranan disiplin dan

kompetensi dalam meningkatkan kinerja pegawai. Dari pengamatan awal yang

dilakukan pada pegawai SESKOAD dapat diketahui bahwa tingkat kedisiplinan

dan kompetensi pegawai masih rendah. Hal ini terlihat dari masih adanya pegawai

kurang mampu dalam melaksanakan tugas, tidak dapat bekerjasama dalam tim

kerja dan kurangnya rasa tanggungjawab.

Pegawai juga kurang memiliki inisiatif dan tindakan, kekurangmampuan

dalam mengarahkan bawahannya dan kurangnya perhatian terhadap bawahannya.

Hal ini terlihat dengan kurang pedulinya atasan terhadap pegawai yang

menganggur, tidak berjalannya couching and counselling. Pegawai juga sering

tidak bekerja pada saat jam kerja atau memanfaatkan waktu kerja untuk

melakukan hal-hal lain di luar pekerjaannya, adanya pegawai yang keluar kantor

untuk urusan pribadi, hanya pegawai tertentu yang terlihat sibuk dan pegawai

lainnya sibuk dengan mengobrol dan mengunakan jam istirahat melebihi waktu

yang ditentukan. Banyaknya pegawai yang belum memahami esensi kode etik

yang diterapkan di organisasi.

Disamping itu, dilihat dari kinerja pegawai, tampak masih rendahnya

(5)

pekerjaan sehingga penyelesaian waktu pekerjaan tidak tepat waktu, tidak

berorientasi pada keberhasilan pekerjaan dan pemberian pekerjaan hanya untuk

orang-orang tertentu saja, bekerja tidak efektif dan bekerja seperti robot dan

monoton tanpa ada kreatifitas dan gagasan/saran. Hal ini berakibat pada

rendahnya kinerja yang dimiliki pegawai, hal ini sesuai dengan pendapat Pendapat

Bambang Kusriyanto dalam Mangkunegara (2009: 9) adalah :

“perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per jam)”.

Gomes dalam Mangkunegara (2009: 9) mengemukakan:

“sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas”

SESKOAD (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat) sebelumnya SSKD

yang berdiri pada tangga 17 Maret 1951 merupakan suatu organisasi yang

bergerak pada organisasi kemiliteran republik Indonesia, yang bertugas mendidik

para perwira tni ad, yang akan diarahkan untuk menduduki jabatan staf umum dan

komando satuan operasional tingkat komando, serta tingkat resimen tim

pertempuran ke bagian atas, berdasarkan keputusan kasad nomor :

44/ksad/kpts/51 tanggal 17 maret 1951.

Dengan begitu ada permasalahan yang dihadapi SESKOAD didalamnya

terutama yang dapat mengganggu performansi kinerja pegawai, bisa menurunkan

kinerja, dan berdampak buruk bagi organisasi mungkin diantaranya kelemahan

terdapat pada pegawai yang pada umumnya lulusan sma, atau bisa jadi karena

kinerja pegawai yang buruk atau ada faktor-faktor lainnya yang membuat pegawai

(6)

SESKOAD mempunyai komposisi sumber daya manusia yang unik.

Dikatakan unik karena organisasi ini terdiri dari dua jenis sumber daya manusia

yaitu personel militer dan pegawai negeri sipil (PNS). Hubungan yang saling

melengkapi antara personel militer dan PNS dituntut untuk meningkatkan

profesionalitas peran PNS sebagai komplemen harus senantiasa siap dalam

menghadapi berbagai tuntutan tugas, perkembangan dan perubahan yang

menghasilkan nilai-nilai yang berarti dan memberikan kontribusi bagi organisasi

militer. Di SESKOAD PNS dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan

tuntutan dan kebutuhan organisasi militer.

Menyadari pentingnya sumber daya manusia bagi kelangsungan hidup dan

kemajuan organisasi, maka SESKOAD senantiasa berupaya memberikan

perhatian khusus pada faktor kesejahteraan yang akan diberikan kepada

masing-masing anggota. Hal tersebut ditunjang oleh pandangan bahwa PNS bukan hanya

sekedar asset organisasi tetapi juga mitra TNI dalam bekerja. Sebagai mitra dalam

bekerja, maka perlakuan yang adil menjadi penting untuk diperhatikan dalam

memberikan motivasi kerja pegawai dalam hal ini PNS maupun anggota militer.

Penulis meneliti lebih lanjut tentang sistem penilaian terhadap PNS

khususnya di lingkungan SESKOAD, penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai

merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi tingkat

pelaksanaan pekerjaan atau unjuk kerja (performance appraisal) seorang pegawai

di lingkungan PNS.

Manfaat dari program ini ialah sebagai cara untuk meningkatkan

(7)

pegawai serta untuk mengukur prestasi kepemimpinan seseorang yaitu kepala

Bagian Personalia SESKOAD. Penilaian prestasi kerja merupakan alat kendali

agar setiap kegiatan pelaksanaan tugas pokok oleh setiap PNS selaras dengan

tujuan yang telah ditetapkan.

Penilaian prestasi kerja PNS secara sistematik menggabungkan antara

penilaian sasaran kerja pegawai negeri sipil dengan penilaian perilaku kerja.

Penilaian prestasi kerja terdiri dari dua unsur yaitu sasaran kerja pegawai dan

perilaku kerja.

Penilaian perilaku kerja meliputi komitmen, disiplin, kesetiaan, dan

kepemimpinan masing-masing pegawai. Setiap pegawai wajib menyusun Sasaran

Kinerja Pegawai sebagai rancangan pelaksanaan pelaksanaan kegiatan tugas

pokok jabatan sesuai dengan rincian tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya

sesuai dengan struktur dan tata kerja organisasi. Sasaran Kinerja Pegawai

digunakan sebagai dasar penilaian prestasi kerja.

Penilaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi

kerja dengan target dari aspek kuantitas, kualitas, waktu dan biaya, maka

ditetapkan nilai dengan angka dan keterangan, seperti pada tabel 1.1 berikut ini

Tabel 1.1

Standar Nilai Prestasi Kinerja PNS

No Bobot Nilai Keterangan

1 91 keatas Sangat Baik

2 76 – 90 Baik

3 61 – 75 Cukup

4 51 – 60 Kurang

5 50 kebawah Buruk

(8)

Tabel 1.2

Nilai Prestasi Kinerja PNS

Sumber : Personalia SESKOAD Bandung Jawa Barat

Penulis meneliti penilaian kinerja periode 2013-2014 dengan sampel 25

dari 50 orang pegawai diambil dari nilai rata-rata PNS SESKOAD

Berdasarkan hasil penilaian kinerja di atas, menunjukan bahwa prestasi

kerja dan disiplin yang dimiliki masing-masing pegawai dirasa masih kurang.

Hal ini di sebabkan oleh hasil kinerja pegawai yang masih rendah, hal ini terlihat

dari pegawai yang sering menunda pekerjaannya sehingga penyelesaian waktu

pekerjaan tidak tepat waktu dan bekerja secara monoton atau tidak ada

kreatifitas/gagasan/saran, adanya pegawai yang berpersepsi bahwa tidak ada surat

tugas berarti tidak ada pekerjaan dan kurang nya berkreasi untuk menciptakan

pekerjaan, serta kurangnya arahan dari atasan langsung terhadap pegawai yang

sedang menganggur.

No Unsur Yang Dinilai

Bobot Nilai 2013

Bobot Nilai 2014

Keterangan

1 Prestasi Kerja 55 60 Kurang

2 Ketaatan 85 90 Baik

3 Kerjasama 80 85 Baik

4 Disiplin 55 58 Kurang

(9)

Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala bagian Personalia Seskoad

Bandung yang menyatakan bahwa “penilaian kinerja karyawan ini didasarkan

penilaian kerja yang telah dibuat, dimana penilaian ini menjadi tolak ukur dalam

menilai hasil kerja pegawai baik itu secara individu ataupun kelompok

(divisi/bagian). Memang akhir-akhir ini terutama tahun 2013-2014 para pegawai

mengalami penurunan kinerja, karena hasil yang tidak tercapai atau target yang

tidak sesuai, kemudian masih saja banyak pegawai yang menyepelekan masalah

disiplin kerja, padahal disiplin itu sendiri menjadi nilai pegawai tersebut dalam

organisasi. Dan juga memang kompetensi yang dimiliki para karyawan ini sedikit

kurang, mungkin disebabkan karena kebanyakan pegawai lulusan sma, atau

lainnya”.

Berdasarkan data yang diambil dari bagian Personalia SESKOAD

Bandung Jawa Barat bahwa nilai prestasi kerja diambil dari hasil kegiatan tugas

jabatan yang dilakukan sesuai dengan struktur dan tata kerja di dalam organisasi.

Sedangkan kedisiplinan diambil dari aktivitas mereka sehari-hari datang ke

kantor, nilai kedisiplinan diambil dari jam absensi masing-masing pegawai,

dimana pegawai masih saja banyak yang datang terlambat, keluar kantor di jam

kerja dan tidak mengikuti aturan yang sudah ditetapkan seperti apel pagi dan siang

yang diadakan di lingkungan Seskoad dan dibawah ini adalah sebagian contoh

(10)

Tabel 1.3 Daftar Absensi PNS

Bulan Jam Kehadiran Persentasi

Keterlambatan

Sumber : Personalia SESKOAD Bandung Jawa Barat

Dari tabel terlihat bahwa dari 50 responden PNS selama setahun masih

banyak yang datang diatas jam 7 ,adapun peraturan tentang kedisiplinan ternyata

belum cukup untuk mengatur para pegawai. Sehingga jam kerja yang optimal pun

belum dapat terwujud. Dan dampak nya adalah berpengaruh pada kinerja

(11)

bakukan. Namun akibat dari kurangnya pengawasan pelaksanaannya,

mengakibatkan peraturan tersebut tidak dapat diterima dan dilaksanakan oleh

kebanyakan pegawai. Adapun peraturan mengenai keterlambatan tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.4

Sanksi Keterlambatan Pegawai

Tingkatan Keterangan Sanksi

Batas I

Tiga kali berturut-turut terlambat dalam satu minggu

Pegawai akan mendapatkan sanksi berupa teguran dari atasan langsung

Batas II Dalam satu bulan Batas I terjadi dua kali berturut-turut

Surat Peringatan I

Batas III

Batas I terjadi di bulan baru setelah karyawan

mendapatkan sanksi dari Batas II

Teguran Keras dan Surat Peringatan (SP II)

Batas IV

Apabila seorang pegawai sudah pernah mendapat SP I & II namun tidak

mengindahkan sanksi yang telah diterima

Diberhentikan dari perusahaan.

Sumber : Personalia SESKOAD Bandung Jawa Barat

Instansi pada Bagian Personalia merupakan unsur Staf SESKOAD

Bandung Jawa Barat yang dipimpin oleh seorang Kepala Bagian, Bagian

Personalia memiliki tugas bermacam-macam salah satunya penyelenggaraan

pembinaan, fasilitasi, monitoring, evaluasi, koordinasi dan pengendalian,

penandatanganan dokumen dan lainnya.Dalam tugas ini diperlukan partisipasi

(12)

Adanya gejala-gejala awal dari faktor disiplin dan kompetensi pegawai

tersebut, mendorong penulis untuk melakukan penelitian. Penulis mencoba

meneliti seberapa besar pengaruh disiplin dan kompetensi terhadap kinerja

pegawai di Lingkungan SESKOAD (sebagai obyek penelitian). Berdasarkan latar

belakang dan fenomena yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul sebagai berikut :

“DISIPLIN KERJA DAN KOMPETENSI DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA SEKOLAH STAF KOMANDO ANGKATAN DARAT (SESKOAD) BANDUNG JAWA BARAT ”

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian 1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

mengidentifikasi masalah, belum optimalnya pelaksanaan Penerapan aturan sanksi

kedisiplinan pegawai, dengan masih adanya keterlambatan kerja yang dilakukan

oleh para PNS dan juga masih ada yang melanggar peraturan yang telah

ditetapkan. Di lihat dari kompetensi juga masih adanya pegawai yang berpersepsi

bahwa tidak ada surat tugas berati tidak ada pekerjaan. Kurangnya berkreasi

seperti menciptakan pekerjaan jika tidak ada penugasan, kedua variabel tersebut

merupakan faktor yang menentukan kualitas pegawai yang pada akhirnya akan

(13)

kinerja pegawai, dikarenakan kebanyakan pegawai lulusan sma dan terlihat dari

nilai prestasi kerja dan disiplin kerja yang kurang dan tabel absensi

mengindikasikan bahwa beberapa pegawai masih ada yang berkinerja rendah.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan peneliti yang

di rumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Disiplin kerja PNS pada SESKOAD Bandung Jawa Barat

2. Bagaimana Kompetensi PNS pada SESKOAD Bandung Jawa Barat

3. Bagaimana Kinerja PNS pada SESKOAD Bandung Jawa Barat

4. Bagaimana Disiplin kerja berpengaruh terhadap Kompetensi PNS pada

SESKOAD Bandung Jawa Barat

5. Apakah Disiplin kerja berpengaruh terhadap Kinerja PNS pada

SESKOAD Bandung Jawa Barat

6. Apakah Kompetensi berpengaruh terhadap Kinerja PNS pada SESKOAD

Bandung Jawa Barat

7. Apakah Disiplin kerja dan Kompetensi Secara Simultan berpengaruh

terhadap Kinerja PNS pada SESKOAD Bandung Jawa Barat

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi

yang diperlukan guna diolah, dianalisis, dan menghasilkan informasi, tentang

disiplin kerja dan kompetensi terhadap kinerja pegawai negeri sipil (pns) pada

(14)

dapat dijadikan sebagai penelitian dalam memenuhi salah satu syarat penelitian

program studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Komputer

Indonesia Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada dalam latar belakang maka penelitian

ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Untuk Mengetahui Disiplin kerja PNS pada SESKOAD Bandung Jawa

Barat

2. Untuk Mengetahui Kompetensi PNS pada SESKOAD Bandung Jawa

Barat

3. Untuk Mengetahui Kinerja PNS pada SESKOAD Bandung Jawa Barat

4. Untuk Mengetahui Disiplin kerja berpengaruh terhadap Kompetensi PNS

pada SESKOAD Bandung Jawa Barat

5. Untuk Mengetahui Disiplin kerja berpengaruh terhadap Kinerja PNS pada

SESKOAD Bandung Jawa Barat

6. Untuk Mengetahui Kompetensi berpengaruh terhadap Kinerja PNS pada

SESKOAD Bandung Jawa Barat

7. Untuk Mengetahui Disiplin kerja dan Kompetensi Secara Simultan

(15)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Praktis

a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang besarnya pengaruh

Disiplin kerja dan kompetensi terhadap Kinerja Pegawai, sehingga dapat

digunakan untuk mengevaluasi pegawai dalam mencapai kinerja karyawan secara

optimal. Agar dapat melancarkan kemajuan organisasi dengan memiliki sumber

daya manusia yang berkualitas.

b. Bagi Seluruh Pegawai

Memberi informasi tentang Disiplin kerja dan Kompetensi serta kinerja

pegawai agar menjadi gambaran bagi organisasi dalam pentingnya arti sebuah

semangat bagi masing-masing pegawai karena memberikan nilai positif dalam

membantu meningkatkan Disiplin serta kinerja masing-masing pegawai agar

menjadi feedback positif bagi keberlangsungan organisasi.

1.4.2 Akademis

a. Bagi pengembangan ilmu bidang sumber daya manusia, dapat

memberikan referensi keterkaitan antara gaya kepemimpinan transaksional

dan komunikasi organisasi serta efektifivitas kinerja.

b. Bagi peneliti lain, dapat menjadi referensi bagi peneliti yang akan

(16)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian penulis lakukan di sekolah staf komando angkatan darat

(seskoad) Bandung Jawa Barat yang bertempat di Jalan Gatot Subroto No.96

Bandung Jawa Barat. Adapun penelitian ini dilakukan oleh penulis dimulai dari

bulan Oktober 2015 sampai dengan selesai.

Tabel 1.5

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

(17)
(18)

17 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Disiplin Kerja

2.1.1.1 Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri pegawai dan pelaksanaan

yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam sebuah

organisasi, tindakan disiplin digunakan oleh organisasi untuk memberikan sanksi

terhadap pelanggaran dari aturan-aturan kerja atau dari harapan-harapan. Sedang

keluhan-keluhan digunakan oleh pegawai yang merasa hak-haknya telah dilanggar

oleh organisasi. Dengan kata lain, disiplin kerja pada pegawai sangat dibutuhkan,

karena apa yang menjadi tujuan organisasi akan sukar dicapai bila tidak ada

disiplin kerja.

Veithzal Rivai (2004:444) mengemukakan bahwa : Disiplin kerja adalah

suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan

agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya untuk

meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Menurut Henry Simamora (2004:610) : Disiplin adalah prosedur yang

mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur.

Disiplin merupakan pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan

(19)

Tindakan disipliner menuntut suatu hukuman terhadap karyawan yang gagal

memenuhi standar yang ditatapkan. Tindakan disipliner yang efektif terpusat pada

perilaku karyawan yang salah, bukan pada diri karyawan sebagai pribadi.

Menurut Bejo Siswanto (2005:292), Maksud dan sasaran dari disiplin

kerja adalah terpenuhinya beberapa tujuan seperti :

1. Tujuan umum disiplin kerja adalah demi kelangsungan perusahaan sesuai

dengan motif perusahaan. yang bersangkutan, baik hari ini maupun hari esok.

2. Tujuan khusus disiplin kerja:

a. Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan

ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku, baik

yang tertulis maupun yang tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen.

b. Dapat melaksanakan pekerjaan sebaik-baiknya serta mampu meberikan servis

yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan perusahaan

sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya.

c. Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana barang dan jasa

perusahaan dengan sebaik-baiknya.

d. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada

perusahaan.

e. Tenaga kerja mampu memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi sesuai

(20)

2.1.1.2 Bentuk – Bentuk Disiplin

Hani Handoko (2001:208) mengemukakan bahwa terdapat dua tipe

kegiatan pendisiplinan, yaitu :

1) Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para

karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga

penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong

disiplin diri di antara para karyawan. Dengan cara ini para karyawan menjaga

disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa oleh pihak manajemen.

2) Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani

pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman

dan disebut sebagai tindakan pendisiplinan (disciplinary action). Sebagai contoh

bisa berupa peringatan atau skorsing.

2.1.1.3 Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja

Pelanggaran kerja adalah setiap ucapan, tulisan, perbuatan seorang

pegawai yang melanggar peraturan disiplin yang telah diatur oleh pimpinan

organisasi (Veithzal Rivai, 2004:450), sedangkan sanksi pelanggaran kerja adalah

hukuman disiplin yang dijatuhkan pimpinan organisasi kepada pegawai yang

melanggar peraturan disiplin yang telah diatur pimpinan organisasi.

Menurut Veithzal Rivai (2004:450) ada beberapa tingkat dan jenis

pelanggaran kerja yang umumnya berlaku dalam suatu organisasi yaitu:

1. Sanksi pelanggaran ringan, dengan jenis: teguran lisan, teguran tertulis, dan

(21)

2. Sanksi pelanggaran sedang, dengan jenis: penundaan kenaikan gaji, penurunan

gaji, penundaan kenaikan pangkat.

3. Sanksi pelanggaran berat, dengan jenis: penurunan pangkat, pembebasan dari

jabatan, pemberhentian, pemecatan.

Pada dasarnya penerapan sanksi sebaiknya diatur dengan menampung

masukan dari pegawai dengan maksud keikutsertaan mereka dalam penyusunan

sanksi yang akan diberikan sedikit banyaknya akan mempengaruhi serta

mengurangi ketidakdisiplinan tersebut, selain itu pemberian sanksi disiplin harus

berorientasi pada pemberian latihan atau sifatnya pembinaan bukan bertujuan

untuk menghukum agar para pegawai tidak melakukan kesalahan yang sama

dimasa datang.

2.1.1.4 Indikator Disiplin Kerja

Menurut H. Malayu Hasibuan (2007:194) pada dasarnya banyak indikator

yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan seorang pegawai, di antaranya:

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup

menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan)

yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan

bersangkutan, agar dia bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam

(22)

2. Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan,

karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan

harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata

dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun

akan baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahan

pun akan kurang disiplin.

3. Balas jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan

karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap

perusahaan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap

pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Balas jasa berperan

penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan. Artinya semakin besar balas

jasa, semakin baik kedisiplinan karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil,

kedisiplinan karyawan menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik

selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan

sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting, dan minta diperlakukan sama

dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam

pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, akan merangsang terciptanya

kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam memimpin selalu

(23)

akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan

dengan baik pada setiap perusahaan agar kedisiplinan karyawan perusahaan baik.

5. Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut

melanggar peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan

berkurang.

6. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan

karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk

menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman

yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani menindak tegas menerapkan

hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui

kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demkian, pimpinan akan

memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.

7. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan

baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari Direct Single

Relationship, Direct Group Relationship, dan Cross Relationship hendaknya

berjalan harmonis. Manajer harus berusaha menciptakan suasana kemanusiaan

yang serasi serta memikat, baik secara vertikal maupun horizontal diantara semua

(24)

lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan

yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila

hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.

Veithzal Rivai (2005: 444) menjelaskan bahwa, disiplin kerja memiliki

beberapa komponen seperti :

1. Kehadiran. Hal ini menjadi indikator yang mendasar untuk mengukur

kedisiplinan, dan biasanya karyawan yang memiliki disiplin kerja rendah terbiasa

untuk terlambat dalam bekerja.

2. Ketaatan pada peraturan kerja. Karyawan yang taat pada peraturan kerja tidak

akan melalaikan prosedur kerja dan akan selalu mengikuti pedoman kerja yang

ditetapkan oleh perusahaan.

3. Ketaatan pada standar kerja. Hal ini dapat dilihat melalui besarnya tanggung

jawab karyawan terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya.

4. Tingkat kewaspadaan tinggi. Karyawan memiliki kewaspadaan tinggi akan

selalu berhati-hati, penuh perhitungan dan ketelitian dalam bekerja, serta selalu

menggunakan sesuatu secara efektif dan efisien.

5. Bekerja etis. Beberapa karyawan mungkin melakukan tindakan yang tidak

sopan ke pelanggan atau terlibat dalam tindakan yang tidak pantas. Hal ini

merupakan salah satu bentuk tindakan indisipliner, sehingga bekerja etis sebagai

(25)

2.1.2 Kompetensi

2.1.2.1 Pengertian Kompetensi

Pengerian dan arti kompetensi oleh Moeheriono dalam bukunya yang

berjudul “pengukuran kinerja berbasis kompetensi” (2012:5) dapat didefinisikan

bahwa kompetensi ialah sebagai karakteristik yang mendasari seorang berkaitan

dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik yang

mendasari seseorang berkaitan dengan efektifitas kinerja individu dalam

pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal

atau sebagai sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau

berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi tertentu. Menurut

Moeheriono (2012:5) menyebutkan bahwa berdasarkan dari definisi kompetensi

diatas, maka banyak mengandung beberapa makna yang terkandung di dalamnya

adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik dasar (underlying characteristic) kompetensi adalah bagian

dari kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang serta

mempunyai perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan tugas

pekerjaan.

2. Hubungan kausal (causally related) berarti kompetensi dapat

menyebabkan atau digunakan untuk memprediksikan kinerja seseorang

artinya jika mempunyai kompetensi yang tinggi maka akan mempunyai

(26)

3. Kriteria (criterian referenced) yang dijadikan sebagai acuan, bahwa

kompetensi secara nyata akan memprediksikan seseorang agar dapat

bekerja dengan baik, harus terukur dan spesifik atau terstandar.

Kemudian, ia mengatakan bahwa kompetensi ialah merupakan sebuah

karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara berpikir, bersikap, dan

bertindak serta menarik kesimpulan yang dapat dilakukan dan dipertahankan oleh

seseorang pada waktu periode tertentu. Selanjutnya, ia juga mengatakan bahwa

dari karakteristik dasar tersebut tampak tujuan penentuan tingkat kompetensi atau

standar kompetensi yang dapat mengetahui tingkat kinerja yang diharapkan dan

mengkategorikan tingkat tinggi atau di bawah rata-rata. Oleh karena itu,

penentuan ambang kompetensi tersebut sangat dibutuhkan dan penting sekali

tentunya, karena akan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi proses

rekruitmen, seleksi, perencanaan, evaluasi kinerja dan pengembangan sumber

daya manusia lainnya.

Namun demikian Moeheriono mengungkapkan bahwa kompetensi

sehubungan dengan sikap, watak, kepribadian dan pengetahuan yang

diperolehnya. Sedangkan perspektif lainnya seperti pendekatan US Approach,

mengatakan bahwa kompetensi lebih banyak diwujudkan dalam bentuk sertifikasi

dan akreditasi. Elemen kompetensi diidentifikasikan sebagai fungsi-fungsi yang

diperlukan individu yang kompeten agar mampu menyelesaikan sesuatu.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2004, tentang Badan Nasional

Sertifikasi Profesi (BNSP) menjelaskan tentang sertifikasi kompetensi kerja

(27)

sistimatis dan objektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar

kompetensi kerja nasional Indonesia dan atau Internasional

Menurut Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negeri Nomor: 46A

tahun 2003, tentang pengertian kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik

yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan,

keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas

jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya

secara profesional, efektif dan efisien.

Dari pengertian kompetensi tersebut di atas, kita simpulkan bahwa

kompetensi ini, merupakan suplemen atau pelengkap terhadap deskripsi jabatan

(job description) atau spesifikasi jabatan (job spesification) yang sudah kita kenal

dalam manajemen sumber daya manusia selama ini. Sebab, pada prinsipnya dalam

model kompetensi ini telah memerinci lebih jauh lagi mengenai pengetahuan,

keterampilan, serta atribut personal individu seseorang, apakah yang dibutuhkan

pada suatu posisi tertentu sudah terpenuhi atau tidak. Akhirnya pihak manajemen

lebih mudah dan leluasa memanage pengembangan sumber daya manusia,

lebih-lebih untuk jenjang karier karyawan selanjutnya.

2.1.2.2 Karakteristik Kompetensi

Kompetensi merupakan karakteristik yang mendasar pada setiap individu

yang dihubungkan dengan kriteria yang dideferensiasikan terhadap kinerja yang

unggul dan efektif dalam sebuah pekerjaan atau situasi. Spencer and spencer

(28)

Kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik orang dan

mengindikasikan cara berperilaku atau berfikir, menyamakan situasi, dan

mendukung untuk periode waktu yang cukup lama.

Wibowo (2009:91) menyatakan lima tipe karakteristik kompetensi yang

ada di dalam diri pegawai, yaitu :

1. Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan

orang yang menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan, dan

memilih perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.

2. Sifat adalah karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi

atau informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata merupakan ciri fisik

kompetensi seorang pilot tempur.

3. Konsep diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang. Percaya diri

merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir

setiap situasi adalah bagian dari konsep diri orang.

4. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik.

Pengetahuan ialah kompetensi yang kompleks.

5. Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental

tertentu. Kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk berfikir

analitis dan konseptual.

2.1.2.3 Tipe Kompetensi Kerja

Spencer and spencer dalam Dharma (2012:21) menyatakan bahwa

(29)

1. Threshold Competencies

Merupakan karakteristik utama (biasanya pengetahuan atau keahlian dasar

seperti kemampuan untuk membaca) yang harus dimiliki oleh seseorang

agar dapat melaksanakan pekerjaannya. Tetapi tidak untuk membedakan

seseorang yang berkinerja tinggi dan rata-rata.

2. Differntiating Competities

Merupakan faktor-faktor yang membedakan individu berkinerja tinggi dan

rendah. Misalnya, pegawai yang memiliki motivasi biasanya diperhatikan

pada penetapan tujuan yang melebihi apa yang ditetapkan organisasi.

2.1.2.4 Cara Menentukan Kompetensi

Menurut Moeheriono (2012:7) kerangka dasar untuk menentukan

kompetensi mengacu pada langkah-langkah yang disebut FAC, yaitu singkatan

dari Function kemudian, Activities atau Process, baru kemudian, Competency.

Caranya ialah, misalnya menentukan kompetensi apa saja yang diperlukan pada

suatu posisi pekerjaan tertentu. Pertama, perlu menentukan fungsi-fungsi khusus

pada suatu posisi (function of job) terlebih dahulu. Kemudian, langkah kedua,

baru mempelajari secara khusus bagaimanakah aktivitas dalam proses

mengerjakan pekerjaan tersebut (activities atau process) dapat dilaksanakan.

Selanjutnya, langkah ketiga, baru menentukan kompetensi apa saja yang

diperlukan. (competency) pada posisi jabatan tersebut. Berikut piramida kerangka

(30)

Gambar 2.1 Piramida Kerangka Dasar Kompetensi

Sumber : Buku Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi

Dari gambar tersebut, dapat kita simpulkan bahwa fungsi penting dalam

konsep kompetensi meliputi beberapa aspek antara lain: kerangka acuan dasar

dimana disini kompetensi dikonstruksi dengan melibatkan pengukuran standar

yang diakui oleh perusahaan yang terkait, berupa fungsi dari jabatan yang dimiliki

oleh pegawai lalu aspek selanjutnya kompetensi ini tidak hanya diperlihatkan

kepada pihak lain tapi harus dibuktikan dalam menjalankan fungsi kerja / aktivitas

di mana di sini tiap individu harus menyadari bahwa pengetahuan yang

dimilikinya merupakan nilai tambah dalam memperkuat aktivitas atau proses yang

diperlukan oleh sebuah organisasi. Selain itu kompetensi harus merupakan nilai

yang merujuk pada satisfactory perfomance of individual atau kompetensi harus

memiliki kaitan erat dengan kemampuan melaksanakan tugas yang merefleksikan

adanya persyaratan tertentu.

Standar kompetensi adalah bentuk ketrampilan dan pengetahuan yang

harus dimiliki seseorang untuk dapat melaksanakan suatu tugas tertentu. atau

standar kompetensi adalah pernyataan-pernyataan mengenai pelaksanaan tugas di

tempat kerja yang digambarkan dalam bentuk hasil output. Dalam menetapkan

standar kompetensi perlu melibatkan bebeapa pihak seperti pengusaha, serikat

(31)

2.1.2.5 Keuntungan Mengembangkan Sistem Kompetensi

Sistem perkembangan kompetensi pada setiap organisasi wajib dan harus

dikembangkan seluas-luasnya, lebih-lebih pada pada organisasi pemerintahan

pada saat ini, diperlukan seorang pegawai yang memiliki tingkat kompetensi yang

tinggi agar pegawai bisa bersaing dengan karyawan lainnya dan memiliki

tanggung jawab dalam mengerjakan tugasnya, manfaat dan keuntungan dalam

pengembangan sistem kompetensi ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat dipakai sebagai acuan kesuksesan awal bekerja seseorang. Model

kompetensi yang akurat ini akan dapat menentukan dengan tepat

pengetahuan serta keterampilan apa saja yang dibutuhkan untuk

keberhasilan dalam suatu pekerjaan tersebut. Apabila seseorang

memegang posisi jabatan tertentu, maka harus mampu memiliki

kompetensi yang dipersyaratkan pada posisinya, niscaya ia akan

diprediksikan sukses dan berhasil dalam mengemban tugas pekerjaannya.

2. Dapat dipakai sebagai dasar penilaian dan pengembangan karyawan

selanjutnya. Hasil identifikasi kompetensi pekerjaan yang akurat dapat

juga dipakai sebagai tolak ukur kemampuan seseorang. Dengan demikian,

berdasarkan sistem kompetensi ini dapat diketahui apakah seseorang sudah

memiliki kompetensi tertentu yang dipersyaratkan. Kemudian, apabila

belum dilakukan, bagaimana cara mengembangkannya? Apakah dengan

(32)

2.1.2.6 Dimensi Kompetensi Kinerja

Menurut Spencer and Spencer (1993:34), dikutip oleh Umi Narimawati

(2007:75) Kompetensi individual dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:

a. Kompetensi intelektual adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan

dan kemampuan intelektual individu (dapat berupa pengetahuan,

keterampilan, pemahaman profesional, pemahaman konseptual dan

lain-lain) yang bersifat relatif stabil ketika menghadapi permasalahan di tempat

kerja, yang dibentuk dari sinergi antara watak konsepdiri. Motivasi

internal, serta kapasitas pengetahuan konstektual. Spencer and Spencer

(1993:34).

b. Kompetensi emosional adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan

dan kemampuan untuk menguasai diri dan memahami lingkungan secara

objektif dan moralis sehingga pola emosinya relatif stabil dalam

menghadapi permasalahan ditempat kerja, yang dibentuk dari sinergi

antara watak konsepdiri. Motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan

emosional. Spencer and Spencer (1993:35).

c. Kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan

kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang

lain yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi permasalahan di tempat

kerja yang terbentuk melalui sinergi antara watak, konsep diri motivasi

internal serta kapasitas pengetahuan sosial konseptual. Spencer and

(33)

2.1.3 Kinerja

2.1.3.1 Pengertian Kinerja

Di bawah ini adalah definisi-definisi tentang kinerja karyawan yang

diungkapkan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

Pendapat Bambang Kusriyanto dalam Mangkunegara (2009: 9) adalah :

“perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per jam)”. Gomes dalam Mangkunegara (2009: 9) mengemukakan:

“sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas”

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja karyawan

adalah merupakan suatu tingkat kemajuan seseorang karyawan atas hasil dari

usahanya untuk meningkatkan kemampuan secara positif dalam pekerjaannya.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Menurut Gibson et.all (dalam Mangkunegara, 2009: 10) terdapat tiga

faktor yang dapat mempengaruhi kinerja yaitu:

1. Atribut Individu

Dengan adanya berbagai atribut yang melekat pada individu akan dapat

membedakan individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor ini merupakan

kecakapan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditentukan

(capacity to perform) terdiri dari:

a. Karakteristik demografi, misalnya: umur, jenis kelamin dan lain-lain.

b. Karakteristik kompetisi : bakat, kecerdasan, kemampuan dan keterampilan.

(34)

2. Kemampuan untuk Bekerja

Dengan berbagai atribut yang melekat pada individu menunjukan adanya

kesempatan yang sama untuk mencapai suatu prestasi, hanya untuk mencapai

kinerja yang baik diperlukan usaha atau kemauan untuk bekerja keras karena

kemauan merupakan suatu kekuatan pada individu yang dapat memacu usaha

kerja serta dapat memberikan suatu arah dan ketekunan.

3. Dukungan Organisasi

Dalam mencapai kinerja karyawan yang tinggi diperlukan juga adanya

dukungan atau kesempatan dari organisasi/perusahaan. Hal ini untuk

mengantisipasi keterbatasan baik dari karyawan maupun perusahaan.

Misal: kelengkapan peralatan dan perlengkapan kejelasan dalam memberikan

informasi.

Jadi kesimpulannya adalah tinggi rendahnya kinerja yang dicapai karyawan

dipengaruhi tiga hal kemauan, dukungan serta kesempatan yang diberikan

perusahaan adalah hak yang mutlak diperlukan sedangkan kemampuan

merupakan sesuatu yang ada di dalam diri karyawan sendiri yang dapat

dikembangkan.

2.1.3.3 Prinsip dasar penilaian kinerja

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar evaluasi Kinerja

sebagai beikut:

a. Fokusnya adalah membina kekuatan untuk menyelesaikan setiap persoalan

yang timbul dalam pelaksanaan evaluasi kinerja. Jadi bukan semata-mata

(35)

menyelesaikan persoalannya dengan baik setiap saat, setiap ada persoalan

baru.jadi yang penting adalah kemampuannya.

b. Selalu didasarkan atas suatu pertemuan pendapat, misalnya dari hasil diskusi

antara karyawan dengan penyedia langsung, suatu diskusi yang kontruktif untuk

mencari jalan yang terbaik dalam meningkatkan mutu dan baku yang tinggi.

c. Suatu proses manajemen yang alami, jangan merasa dan menimbulkan kesan

terpaksa, namun dimasukkan secara sadar kedalam corporate planning, dilakukan

secara periodic, terarah dan terprogram, bukan kegiatan yang hanya setahun sekali

atau kegiatan yang dilakukan jika manajer ingat saja.

2.1.3.4 Indikator Kinerja

Menurut Fuad Mas’ud (2004:40) mengemukakan bahwa kinerja karyawan

mengacu pada prestasi seseorang yang diukur berdasarkan standar dan kriteria

yang ditetapkan oleh perusahaan. Pengelolaan untuk mencapai kinerja sumber

daya manusia tinggi dimaksudkan guna meningkatkan kinerja perusahaan secara

keseluruhan. Lanjut lagi menurut fuad (2004:40) kinerja ialah hasil pencapaian

dari usaha yang telah dilakukan dan dapat diukur dengan indikator. Maka terdapat

indikator-indikator menurut Mas’ud (2004) dalam Dea Irnita Maharani (2011:6)

yaitu :

1. Kuantitas kerja pegawai. 2. Kualitas kerja pegawai. 3. Pengetahuan kerja pegawai. 4. Efisiensi

5. Keandalan 6. Sikap

(36)

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu disajikan untuk menggambarkan sejauh mana tingkat

orisinalitas penelitian ini.

Tahun Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan

(37)
(38)

8 Ilham

Sumber : Kumpulan Jurnal, Skripsi, Thesis

2.2 Kerangka Pemikiran

Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan

kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Pendapat Bambang Kusriyanto

dalam Mangkunegara (2009: 9) adalah :

“perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per jam)”. Gomes dalam Mangkunegara (2009: 9) mengemukakan:

“sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas”

Kadang-kadang masalah kinerja tidak dapat dipecahkan secara informal.

Maka para supervisor dan para pegawai dalam unit lain dalm unit kerja dapat

menerapkan tindakan disiplin secara formal yang dilakukan dalam departemen.

Disiplin kerja dan kompetensi dalam penulisan ini merupakan variabel

bebas yang mempengaruhi variabel kinerja karyawan. Para pegawai sebenarnya

mempunyai disiplin kerja yang beragam, tetapi disiplin kerja juga mempunyai

(39)

dalam meningkatkan kinerja seorang pegawai. Jadi disiplin kerja merupakan suatu

kondisi yang harus selalu diperhatikan dalam mencapai tujuan organisasi.

kompetensi dan disiplin merupakan suatu hal yang penting dalam setiap

organisasi, baik itu dalam perusahaan maupun dalam sektor informal. Karena

dengan berdisiplin maka kompetensi dalam pekerjaan akan dapat berjalan dengan

lancar. Semakin lancar suatu usaha mengakibatkan usaha tersebut mengalami

kemajuan dan perkembangan. Maka seorang pegawai yang mempunyai disiplin

dan kompetensi kerja yang tinggi dapat meningkatkan kinerja dirinya sendiri dan

kinerja organisasi, sehingga semua pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Sesuai

denngan pendapat Paul Mali dalam Riduan (2009:396), yang mengemukakan

bahwa produktivitas kerja merupakan proses sinergistik, yaitu faktor-faktor yang

terbentuk dari berbagai faktor secara keseluruhan. Faktor-faktor tersebut dapat

dikelompokkan pada empat level, yaitu keterampilan,motivasi,metode dan biaya.

Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja diantaranya adalah disiplin

dan keterampilan (kompetensi) pegawai. Dapat disimpulkan bahwa jika pegawai

memiliki keterampilan (kompetensi) yang dilakukan dengan penuh rasa disiplin

akan memungkinkan terjadinya peningkatan produktivitas kinerja pegawai.

Disiplin kerja yang rendah akan mengakibatkan turunnya kinerja

karyawan, hal ini sesuai dengan pendapat Leiden (2001:63) “Dengan

ditagakkannya disiplin maka dapat mengatasi masalah kinerja yang buruk dan

memperkuat pengaruh perilaku kerja pegawai dalam kelompok atau organisasi.

(40)

masalah kinerja tidak dibiarkan menjadi parah, dan kemungkinan masalah yang

terjadi dapat diatasi secara tepat dan mudah”.

kompetensi yang kurang akan menurunkan kinerja karyawan, hal ini sesuai

dengan pendapat Spencer&Spencer dalam Umi Narimawati (2007:75)

menyatakan bahwa kompetensi merupakan karakteristik dasar seseorang yang

terdiri dari knowledge, skills, dan attitude, yang ada hubungannya

sebab-akibatnya dengan kinerja yang luar biasa dengan efektifitas kerja. Pengetahuan

merupakan kemampuan yang dimiliki pegawai yang berorientasi pada cara

pengoperasian mesin, pemahaman semua aturan dan teori yang berkaitan dengan

pekerjaan, pelayanan yang baik serta berfikir kreatif dan memberikan ide-ide

dalam pekerjaan, skills keterampilan adalah kemampuan karyawan dalam bekerja

sama, memecahkan masalah dan berkomunikasi serta bertanggung jawab dalam

pekerjaan sedangkan sikap, yaitu perasaan senang-tidak senang, suka-tidak suka.

Disiplin kerja yang buruk dan kompetensi yang kurang dapat

mengakibatkan rendahnya kinerja karyawan, hal ini sesuai dengan pendapat

Ravianto. J dalam Riduwan (2009:393) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

produktivitas kerja pegawai meliputi: pendidikan, kompetensi, keterampilan,

disiplin,sikap dan etika kerja, motivasi, gaji, kesehatan, teknologi, manajemen dan

kesempatan berprestasi.

2.2.1 Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang

terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Seseorang dikatakan mempunyai

(41)

bertanggung jawab atas tugas yang diamanahkan kepadanya. Disiplin kerja

merupakan suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkornunikasi dengan

karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah prilaku serta sebagai suatu upaya

untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Dengan disiplin kerja yang

tinggi akan dapat membantu meningkatkan kinerja.

Hal tersebut dikarenakan disiplin kerja dan kinerja mempunyai

keterhubungan, sesuai dengan penjelasan Leiden (2001:63) mengemukakan

bahwa “Dengan ditegakannya disiplin maka dapat mengatasi masalah kinerja

yang buruk dan memperkuat pengaruh prilaku kerja pegawai dalam kelompok

atau organisasi. Apabila disiplin dapat dilaksanakan dengan baik serta tidak

menunda waktu maka masalah kinerja tidak dibiarkan menjadi parah, dan

kemungkinan masalah yang terjadi dapat diatasi secara tepat dan mudah”.

2.2.2 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai

Spencer & Spencer dalam Umi Narimawati (2007:75) menyatakan bahwa

kompetensi merupakan karakteristik dasar seseorang yang terdiri dari knowledge,

skills, dan attitude, yang ada hubungannya sebab-akibatnya dengan kinerja yang

luar biasa dengan efektifitas kerja. Knowledge (pengetahuan) merupakan

kemampuan yang dimiliki pegawai yang berorientasi pada cara pengoperasian

mesin, pemahaman semua aturan dan teori yang berkaitan dengan pekerjaan,

pelayanan yang baik serta berfikir kreatif dan memberikan ide-ide dalam

pekerjaan, skills (keterampilan) merupakan kemampuan karyawan dalam bekerja

(42)

pekerjaan sedangkan attitude (sikap), yaitu perasaan senang-tidak senang,

suka-tidak suka atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.

2.2.3 Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kompetensi Pegawai

Paul Mali dalam Riduan (2009:396), yang mengemukakan bahwa

produktivitas kerja merupakan proses sinergistik, yaitu faktor-faktor yang

terbentuk dari berbagai faktor secara keseluruhan. Faktor-faktor tersebut dapat

dikelompokkan pada empat level, yaitu keterampilan (skill),motivasi,metode dan

biaya . Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja diantaranya adalah

disiplin dan keterampilan (kompetensi) pegawai. Dapat disimpulkan bahwa jika

pegawai memiliki keterampilan (kompetensi) yang dilakukan dengan penuh rasa

disiplin akan memungkinkan terjadinya peningkatan produktivitas kinerja

pegawai dalam suatau organisasi.

2.2.4 Pengaruh Disiplin Kerja dan Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai

Pegawai yang memiliki kompetensi dan disiplin yang tinggi akan dapat

menggunakan utilitas SDM yang dimiliki secara optimal dalam rangka untuk

meningkatkan kualitas kontribusi individu dan pencapaian visi, misi, serta tujuan

organisasi. Peningkatan kualitas kontribusi dan pencapaian visi, misi, serta tujuan

organisasi dilakukan oleh pegawai akan mendorong organisasi untuk memenuhi

harapan dan kebutuhan pegawai baik yang terkait dengan faktor finansial maupun

non finansial. Kemampuan organisasi untuk memenuhi hrapan dan kebutuhan dari

karyawan dalam bekerja akan memotivasi pegawai untuk melakukan usaha kerja

(43)

Ravianto. J dalam Riduwan (2009:393), menyatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi produktivitas kerja pegawai meliputi : pendidikan,

keterampilan, kompetensi, disiplin,sikap dan etika kerja, motivasi, gaji, kesehatan,

teknologi, manajemen dan kesempatan berprestasi.

Wibowo (2009:86) menyatakan bahwa kompetensi merupakan

kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang

dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang

dituntut oleh pekerjaan itu tersebut sehingga menghasilkan kinerja yang optimal.

Newstrom and Davis (2002: 15) dalam teorinya mengungkapkan bahwa

kinerja potensial seseorang dipengaruhi oleh interaksi antara kemampuan (ability)

dan motivasi (motivation). Kemampuan ini dibentuk oleh interaksi antara

pengetahuan (knowledge) dengan keahlian (skill), sedangkan motivasi dibentuk

dari interaksi antara sikap (attitude) dengan situasi (situation).Interaksi antara

ability dan motivasi ditenggarai menentukan kinerja potensial manusia dengan

sumber daya (resource) dan kesempatan (opportunity) akan menentukan

hasil-hasil organisasi (organizational results).Keterkaitan di antara unsur-unsur yang

membentuk kinerja potensial manusia dengan sumber daya dan kesempatan dalam

membentuk hasil-hasil organisasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(44)

Berdasarkan keterkaitan tersebut, selanjutnya disajikan paradigma

penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.3 Paradigma Penelitian Disiplin Kerja (X1)

 Frekuensi Kehadiran  Ketaatan pada standar

kerja

 Kreatifitas Pegawai

(mas'ud (2004:40) Paul Mali dalam Riduan

(45)

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik”.

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat

sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran

di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Disiplin Kerja berpengaruh terhadap Kompetensi PNS pada SESKOAD

Bandung Jawa Barat

2. Disiplin Kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja PNS pada

SESKOAD Bandung Jawa Barat.

3. Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja PNS pada SESKOAD

Bandung Jawa Barat.

4. Disiplin Kerja dan Kompetensi Secara Simultan berpengaruh Signifikan

(46)

45

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Objek dari

penelitian ini adalah disiplin kerja, kompetensi pengaruhnya terhadap Kinerja

Pegawai. Penelitian ini dilaksanakan pada SESKOAD Bandung Jawa Barat.

Penulis memilih SESKOAD Bandung Jawa Barat ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa SESKOAD Bandung Jawa Barat memiliki data yang

diperlukan untuk penyusunan tugas akhir ini.

Pengertian objek penelitian menurut Sugiyono (2009:38) ialah:“Suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.”

Objek dalam penelitian ini adalah Disiplin Kerja, Kompetensi dan Kinerja

Pegawai. Penelitian ini Dilakukan di SESKOAD Bandung Jawa Barat.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

verifikatif dengan pendekatan kuantitatif karena penulis ingin mendeskripsikan

pengaruh disiplin kerja dan kompetensi terhadap kinerja karyawan.

Metode penelitan menurut Sugiyono (2009:4) adalah sebagai berikut :

(47)

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) adalah sebagai

berikut:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu

sampai empat. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan

masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat

dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah

dipelajari, untuk kemudian ditarik kesimpulan.

Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif ini, sesuai dengan

rumusan masalah, maka diperoleh deskripsi mengenai:

1. Bagaimana Disiplin Kerja Pegawai pada SESKOAD Bandung Jabar.

2. Bagaimana Kompetensi Pegawai pada SESKOAD Bandung Jabar.

3. Bagaimana Kinerja Pegawai pada SESKOAD Bandung Jabar.

Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam

Narimawati Umi (2010:29) adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”

Dalam penelitian ini, metode penelitian verifikatif digunakan untuk

mengukur seberapa besar pengaruh Disiplin Kerja dan Kompetensi terhadap

(48)

Dengan menggunakan metode penelitian verifikatif, maka akan diketahui

hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti sehingga

menghasilkan suatu kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai

objek yang diteliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu

penelitian yang mengambil sampel dari seluruh populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data.

3.2.1 Desain Penelitian

Sebelum melakukan penelitian sangatlah perlu kita melakukan suatu

perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan

dapat berjalan dengan lancar dan sistematis.

Desain penelitian menurut Narimawati Umi (2008) adalah sebagai berikut:

“Desain Penelitian adalah Suatu Rencana Struktur, dan Strategi untuk menjawab permasalahan, yang mengoptimasi validitas”.

Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,

selanjutnya menetapkan judul penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan

yaitu difokuskan pada faktor disiplin kerja dan kompetensi juga dalam

kegiatan kinerja. Dengan itu ditarik judul: “disiplin kerja dan kompetensi

Terhadap Kinerja PNS di SESKOAD Bandung Jawa Barat”

2. Mengidentifikasi masalah yang terjadi. Dalam penelitian ini permasalahan

yang diteliti antara lain (1) disiplin kerja (variabel X1); (2) kompetensi

(49)

3. Menetapkan rumusan masalah. Merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari

jawabannya dengan pengumpulan data. Maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: Seberapa jauh disiplin kerja dan kompetensi terhadap

kinerja PNS SESKOAD Bandung Jawa Barat.

4. Menetapkan tujuan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh disiplin kerja dan kompetensi terhadap

kinerja PNS di SESKOAD Bandung Jawa Barat.

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori,

penulis menetapkan hipotesis dalam penelitian ini ialah: disiplin kerja dan

kompetensi sangat berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja PNS di

SESKOAD Bandung Jawa Barat.

6. Memilih serta memberi definisi terhadap setiap pengeluaran variabel.

Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran

dengan skala ordinal karena data yang diukurnya berupa tingkatan. Pada skala

ini, urutan simbol atau kode berupa angka yang mempunyai arti urutan

jenjang yang dimulai dari yang positif sampai yang paling negatif dan

sebaliknya.

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan

data. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui survey langsung, wawancara,

dan pengambilan data langsung pada SESKOAD Bandung Jawa Barat.

8. Melakukan analisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

(50)

9. Menyimpulkan penelitian, sehingga akan diperoleh penjelasan dan jawaban

atas identifikasi masalah dalam penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat di gambarkan desain dari

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1

T-1 Descriptive Descriptive

Survey

PNS

Seskoad

Cross

Sectional

T-2 Descriptive Descriptive

Survey

PNS

Seskoad

Cross

Sectional

T-3 Descriptive Descriptive

Survey

Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

(51)

3.2.2 Operasional Variabel

a. Variabel Independent (Varibel X)

Definisi variabel bebas menurut Sugiyono (2010:59) merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependent (terikat). Variabel indefendent dalam penelitian ini adalah

Disiplin Kerja (X1), Kompetensi (X2), variable-variabel ini di tentukan dengan

skala ordinal, data- data di peroleh melalui kuisioner.

b. Variabel Dependent (Varibel Y)

Definisi variabel terikat menurut Sugiyono (2010:59) merupakan variabel

yang dipengaruhi oleh variabel lain.Variabel dependent dalam penelitian ini

adalah Kinerja Pegawai (Y).

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian Variabel Konsep Variabel Dimensi

Indikator Indikator Skala

(52)

Veitzal Rivai pada situasi tertentu

.

(53)
(54)
(55)
(56)

yang baik

3.2.3 Sumber dan Teknik Pengelompokan Data 3.2.3.1 Sumber data

Menurut Sugiyono (2012:137), sumber data dapat dibagi menjadi dua

garis besar, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, seperti dijelaskan

sebagai berikut:

1. Data Primer

Sugiyono (2012:137) menyatakan bahwa sumber primer merupakan

sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek

yang diteliti baik dari pribadi (responden) maupun dari suatu

Gambar

Gambar 2.1  Piramida Kerangka Dasar Kompetensi Sumber : Buku Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi
Gambar 2.2    A Person’s Potential Performance Theory
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan,kompetensi dan disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada perusahaan daerah pasar cabang

Apakah karakteristik pekerjaan secara parsial berpengaruh terhadap etos kerja. Apakah kompetensi secara parsial berpengaruh terhadap etos

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Kompensasi, Komunikasi, dan Disiplin Kerja secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan PT.. Telkom

Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika dan disiplin kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan Pada PT PLN (Persero) Area Manado.. Etika secara

Berarti hipotesis kedua (H2) yang menyatakan kompetensi dan desain kerja berpengaruh positif secara simultan terhadap kinerja karyawan Departemen Gigi dan Mulut

Maka hasil hipotesis tersebut diterima, artinya variabel lingkungan kerja dan disiplin kerja berpengaruh positif signifikan secara bersama-sama terhadap kinerja

kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan laboratorium. Hasil penelitian bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif bagi kinerja karyawan laboratorium, dan

Hasil analisis menunjukan bahwa kompetensi, penempatan, dan lingkungan kerja secara bersama- sama berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sulutenggo