PENENTUAN KOMPONEN PROPOLIS DENGAN METODE
GAS CHROMATOGRAPHY-MASS SPECTROMETRY
(GC-MS)
SKRIPSI
OLEH:
GRACE MARGARETA SIMANGUNSONG
NIM 101501067
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENENTUAN KOMPONEN PROPOLIS DENGAN METODE
GAS CHROMATOGRAPHY-MASS SPECTROMETRY
(GC-MS)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
GRACE MARGARETA SIMANGUNSONG
NIM 101501067
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 23 Maret 2015
Disetujui oleh : Pembimbing I,
Prof. Dr.rer.nat. E. De Lux Putra, S.U., Apt. NIP 195306191983031001
Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt. NIP 195406281983031002
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat
kasih dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul ”Penentuan Komponen Propolis dengan metode Gas
Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio
Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan. Bapak Prof. Dr.rer.nat.
Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., dan Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt.,
selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama
penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Ginda Haro,
M.Sc., Apt., Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Tuty Pardede,
M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang memberikan masukan, kritik, arahan dan
saran dalam penyusunan skripsi ini. Ibu Dra., Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku
dosen penasehat akademik yang telah banyak membimbing penulis selama masa
perkuliahan hingga selesai serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik selama perkuliahan. Penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Aznan Lelo, PhD,
Sp.F yang telah berkontribusi dalam menyediakan sampel sediaan Propoelix HDI,
v
Penulis juga ingin mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada keluarga terkasih Ayahanda German Simangunsong dan Ibunda Martha
Siahaan, untuk kakak tersayang Febrina Simangunsong dan adik-adik tersayang
Grico Simangunsong dan Naomi Simangunsong, atas doa, dorongan semangat
dan pengorbanannya dengan tulus dan ikhlas, kelompok kecil the winners,
adik-adikku terkasih yang dipercayakanNya yaitu kelompok kecil Christall,
teman-teman pelayanan kebaktian muda-mudi kampung susuk (KMKS), Ayu Q,
Selpiana, Veronika, Kristiani, Rani, Prima, serta teman – teman Sains dan
Teknologi Farmasi 2010 yang selalu setia memberi doa, dorongan dan semangat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.
Medan, Maret 2015 Penulis,
vi
PENENTUAN KOMPONEN PROPOLIS DENGAN METODE
GAS CHROMATOGRAPHY-MASS SPECTROMETRY (GC-MS)
ABSTRAK
Propolis adalah zat alami yang dikumpulkan oleh lebah madu dari berbagai getah, tunas pepohonan dan tanaman yang kemudian dicampur dengan air liur lebah untuk melindungi sarangnya dari gangguan binatang lain. Komponen kimia propolis sangat kompleks yang terdiri dari lilin, getah, minyak atsiri, asam amino, gula, dan berbagai senyawa metabolit sekunder tergantung oleh sumber tanaman yang tersedia untuk lebah madu tersebut. Kuantitas dan kualitas komponen kimia propolis dipengaruhi oleh ekosistem dan asal tanaman resin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen apa saja yang terkandung dari beberapa jenis propolis dan mengetahui perbedaan kandungan dari komponennya.
Komponen-komponen propolis ditentukan dengan metode GC-MS setelah diderivatisasi dengan sililasi. Kromatografi kolom yang digunakan yaitu kolom kapiler HP5MS dengan tipe alat GC-MS QP 2010 S. Jenis propolis dikumpulkan dari beberapa merek berbeda yaitu, Melia propolis, Platinum propolis, Propoelix® HDI, Propoelix® PlusHDI, HD Bee Propolis, dan propolis mentah yang diperoleh dari daerah Sragen, jawa tengah.
Hasil analisis dari keenam jenis propolis yang ditentukan mengandung komponen senyawa kimia yang bervariasi. Kandungan propolis yang bervariasi dari keenam jenis propolis menunjukkan bahwa propolis berasal dari lebah madu dari tumbuhan yang berbeda dan tergantung dengan lokasi geografisnya. Komponen senyawa yang teridentifikasi dalam propolis tersebut adalah senyawa alifatis yang terdiri dari berbagai turunan senyawa asam lemak, senyawa gula dan gula alkohol serta senyawa aromatis dan terpen.
vii
DETERMINATION OF COMPONENTS OF PROPOLIS
SAMPLES BY GAS CHROMATOGRAPHY-MASS
SPECTROMETRY (GC-MS) METHOD
ABSTRACT
Propolis is a natural product collected by honeybees from various resin, buds of trees and plants were then mixed with saliva to protect the nests of other animal disorders. Propolis is complex product and its chemical constituens include waxes, resins, balsams, essential oils, amino acids, sugars and various secondary metabolites, the composition depending on the botanical sources available to the honeybees. Quantity and quality of the chemical components is affected by geographic origin and the ecosystem (plant source). This study was purpose to identify the chemical composition of several different propolis.
The component in propolis were analysed by gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) after prepared for GC-MS by derivatization using silylation reaction. The chromatographic column for the analysis was done by the HP5MS capillary column with GC-MS type QP 2010 S. Propolis samples collected from several different brands, namely, Melia propolis, Platinum propolis, Propoelix® HDI, Propoelix® Plus HDI, HD Bee Propolis and raw propolis obtained from Sragen, Central Java.
The result of GC-MS analysis of six types propolis contains chemical compounds varying component. Propolis contains compounds beneficial to the body. The variability of constituents of propolis in six samples showed that they were collected by the honeybee from different plants depending on the geographic location. The following component compounds were identified in the propolis sample are aliphatic compounds consisting of various compounds derived fatty acids , sugars and sugar alcohols and aromatic compounds and terpene.
iv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Propolis ... 5
2.1.1 Kenali fisik propolis ... 5
2.1.2 Komposisi dan Nutrisi Propolis ... 6
2.1.3 Kriteria Mutu Propolis mentah ... 7
2.2 Madu ... 8
v
2.4 Senyawa Fenol ... 8
2.4.1 Flavonoid ... 9
2.5 Gula dan gula alkohol ... 10
2.6 Teknologi Ekstraksi ... 12
2.7 Kromatografi Gas – Spektrometri Massa ... 13
2.7.1 Sistem peralatan ... 14
2.7.2 Prisnsip Kromatografi Gas-Spektrometri Massa ... 14
2.7.3 Instrumentasi Alat ... 15
2.7.3.5.1 Spektrometri massa sebagai detektor ... 18
2.8 Derivatisasi pada Kromatografi Gas ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
vi
4.2.1 Spektrometri Massa Komponen Ekstrak Etanol Propolis (EEP) mentah sragen ... 41
4.2.2 Spektrometri Massa Komponen Sediaan Propolis Melia... 42
4.2.3 Spektrometri Massa Komponen Sediaan Propolis Platinum ... 42
4.2.4 Spektrometri Massa Komponen Sediaan Propoelix HDI ... 43
4.2.5 Spektrometri Massa Komponen Sediaan Propoelix Plus ... HDI ... 44
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Propolis ... 6
Tabel 2.2 Klasifikasi senyawa fenolik berdasarkan jumlah atom
karbon ... 9
Tabel 2.3 Monosakarida dan turunannya gula alkohol ... 11
Tabel 4.1 Komposisi kimia, waktu tambat, SI dan kadar komponen Ektrak etanol propolis yang dianalisis dengan GC-MS ... 29
Tabel 4.2 Komposisi kimia, waktu tambat, SI dan kadar komponen sediaan propolis Melia yang dianalisis dengan GC-MS ... 31
Tabel 4.3 Komposisi kimia, waktu tambat, SI dan kadar komponen sediaan propolis Platinum yang dianalisis dengan GC-MS. .. 33
Tabel 4.4 Komposisi kimia, waktu tambat, SI dan kadar komponen sediaan HDI Propoelix® yang dianalisis dengan GC-MS ... 35
Tabel 4.5 Komposisi kimia, waktu tambat, SI dan kadar komponen sediaan HDI Propoelix® Plus yang dianalisis dengan GC-MS ... 37
Tabel 4.6 Komposisi kimia, waktu tambat, SI dan kadar komponen sediaan HD Bee Propolis yang dianalisis dengan GC-MS ... 39
Tabel 4.7 Komposisi kimia dari Sampel propolis mentah asal Sragen
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Diagram Blok Kromatografi Gas-Spektrometry Massa ... 14
Gambar 2.2 Struktur BSTFA dan reaksi sililasi ... 21
Gambar 4.1 Kromatogram komponen ekstrak etanol propolis asal sragen ... 28
Gambar 4.2 Kromatogram komponen Melia Propolis ... 30
Gambar4.3 Kromatogram komponen propolis platinum ... 32
Gambar 4.4 Kromatogram komponen Propoelix HDI ... 34
Gambar 4.5 Kromatogram komponen Propoelix plus HDI ... 36
Gambar 4.6 Kromatogram komponen Bee Propolis HD ... 38
Gambar 4.7 Rumus bangun senyawa Eritritol tms ... 46
Gambar 4.8 Spektrum massa puncak sampel dengan Rt 5,054 ... 47
Gambar 4.9 Spektrum massa puncak data library Eritritol per tms ... 47
Gambar 4.10 Rumus bangun dari senyawa asam pentadekanoat ... 48
Gambar 4.11 Spektrum massa puncak sampel dengan Rt 22,758 ... 48
Gambar 4.12 Spektrum massa puncak data library asam pentadekanoat . 48 Gambar 4.13 Rumus bangun senyawa metil oleat ... 49
Gambar 4.14 Spektrum massa puncak sampel dengan Rt 24,952 ... 49
Gambar 4.15 Spektrum massa puncak data library metil ester metil oleat 49
Gambar 4.16 Rumus bangun senyawa maltosa-oktatms ... 50
Gambar 4.17 Spektrum massa puncak sampel dengan Rt 33,602 ... 51
Gambar 4.18 Spektrum massa puncak data library maltosa ... 52
Gambar 4.19 Rumus bangun senyawa xylitol pentatms ... 53
ix
Gambar 4.21 Spektrum massa puncak data library xylitol 5tms ... 53
Gambar 4.22 Rumus bangun senyawa Sukrosa-oktatms ... 54
Gambar 4.23 Spektrum massa puncak sampel dengan Rt 33,574 ... 55
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar kromatogram dari ekstrak etanol propolis Sragen ... 66
Lampiran 2. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 5,054 .. menit ... 67
Lampiran 3. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 8,105 .. menit ... 67
Lampiran 4. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 8,870 .. menit ... 67
Lampiran 5. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 10,170 menit ... 68
Lampiran 6. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 10,479. menit ... 68
Lampiran 7. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 10,650. menit ... 68
Lampiran 8. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 10,800. menit ... 69
Lampiran 9. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 11,012 menit ... 69
Lampiran 10. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 11,231 menit ... 69
Lampiran 11. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 11,333 menit ... 70
Lampiran 12. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 11,427. menit ... 70
Lampiran 13. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 11,782 menit ... 70
Lampiran 14. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 11,896. menit ... 71
xi
menit ... 71
Lampiran 16. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 12,320 menit ... 71
Lampiran 17. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 13,421 menit ... 72
Lampiran 18. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 16,011 menit ... 72
Lampiran 19. Gambar kromatogram dari propolis Melia ... 73
Lampiran 20. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 16,457 menit ... 74
Lampiran 21. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 22,758 menit ... 74
Lampiran 22. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 24,451 menit ... 74
Lampiran 23. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 26,659 menit ... 75
Lampiran 24. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 28,111 menit ... 75
Lampiran 25. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 33,358 menit ... 75
Lampiran 26. Gambar Kromatogram dari propolis Platinum ... 76
Lampiran 27. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 24,813 menit ... 77
Lampiran 28. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 24,952 menit ... 77
Lampiran 29. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 25,533 menit ... 77
Lampiran 30. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 26,523 menit ... 78
xii
Lampiran 32. Gambar kromatogram dari sediaan HDI Propoelix®Plus ... 79
Lampiran 33. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 3,472 .. menit ... 80
Lampiran 34. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 5,248 menit ... .... 80
Lampiran 35. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 5,572 .. menit ... 80
Lampiran 36. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 6,173 .. menit ... 81
Lampiran 37. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 16,376 menit ... 81
Lampiran 38. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 20,856 menit ... 81
Lampiran 39. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 22,390 menit ... 82
Lampiran 40. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 26,041 menit ... 82
Lampiran 41. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 33,582 menit ... 82
Lampiran 42. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 35,105 menit ... 83
Lampiran 43. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 35,400 menit ... 83
Lampiran 44. Gambar kromatogram dari sediaan HDI ... 84
Lampiran 45. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 3,478
menit ... 85
Lampiran 46. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 5,582
menit ... 85
Lampiran 47. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 6,179
xiii
Lampiran 48. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 21,893 menit ... 86
Lampiran 49. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 22,402 menit ... 86
Lampiran 50. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 26,057 menit ... 86
Lampiran 51. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 33,602 menit ... 87
Lampiran 52. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 35,425 menit ... 87
Lampiran 53. Gambar kromatogram dari sediaan Bee Propolis HD ... 88
Lampiran 54. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 5,564 .. menit ... 89
Lampiran 55. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 6,161 .. menit ... 89
Lampiran 56. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 11,771 menit ... 89
Lampiran 57. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 18,202 menit ... 90
Lampiran 58. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 18,374 menit ... 90
Lampiran 59. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 19,073 menit ... 90
Lampiran 60. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 20,012 menit ... 90
Lampiran 61. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 20,542 menit ... 91
Lampiran 62. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 21,879 menit ... 91
xiv
Lampiran 64. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 26,039
menit ... 92
Lampiran 65. Spektrum massa dari puncak dengan waktu tambat 33,574 menit ... 92
Lampiran 66. Sertifikat analisis BSTFA termasuk 1% TMCS ... 93
Lampiran 67. Alat Gas Chromatography – Mass Spectra ... 94
Lampiran 68. Preparasi sampel analisis ... 94
Lampiran 69. Vial berwarna gelap untuk pemanasan sampel saat ... preparasi ... 95
Lampiran 70. Pelarut BSTFA termasuk 1% TMCS ... 95
Lampiran 71. Propolis mentah ... 96
Lampiran 72. Propolis mentah yang telah diiris tipis ... 96
Lampiran 73. Ekstrak Etanol Propolis asal Sragen ... 97
Lampiran 74. Penguapan filtrat menggunakan Rotary evaporator vakum 97
Lampiran 75. Freeze dryer ... 98
Lampiran 76. Ekstrak etanol propolis (EEP) pekat ... 98
Lampiran 77. Sediaan-sediaan propolis bermerek yang digunakan ... 100
vi
PENENTUAN KOMPONEN PROPOLIS DENGAN METODE
GAS CHROMATOGRAPHY-MASS SPECTROMETRY (GC-MS)
ABSTRAK
Propolis adalah zat alami yang dikumpulkan oleh lebah madu dari berbagai getah, tunas pepohonan dan tanaman yang kemudian dicampur dengan air liur lebah untuk melindungi sarangnya dari gangguan binatang lain. Komponen kimia propolis sangat kompleks yang terdiri dari lilin, getah, minyak atsiri, asam amino, gula, dan berbagai senyawa metabolit sekunder tergantung oleh sumber tanaman yang tersedia untuk lebah madu tersebut. Kuantitas dan kualitas komponen kimia propolis dipengaruhi oleh ekosistem dan asal tanaman resin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen apa saja yang terkandung dari beberapa jenis propolis dan mengetahui perbedaan kandungan dari komponennya.
Komponen-komponen propolis ditentukan dengan metode GC-MS setelah diderivatisasi dengan sililasi. Kromatografi kolom yang digunakan yaitu kolom kapiler HP5MS dengan tipe alat GC-MS QP 2010 S. Jenis propolis dikumpulkan dari beberapa merek berbeda yaitu, Melia propolis, Platinum propolis, Propoelix® HDI, Propoelix® PlusHDI, HD Bee Propolis, dan propolis mentah yang diperoleh dari daerah Sragen, jawa tengah.
Hasil analisis dari keenam jenis propolis yang ditentukan mengandung komponen senyawa kimia yang bervariasi. Kandungan propolis yang bervariasi dari keenam jenis propolis menunjukkan bahwa propolis berasal dari lebah madu dari tumbuhan yang berbeda dan tergantung dengan lokasi geografisnya. Komponen senyawa yang teridentifikasi dalam propolis tersebut adalah senyawa alifatis yang terdiri dari berbagai turunan senyawa asam lemak, senyawa gula dan gula alkohol serta senyawa aromatis dan terpen.
vii
DETERMINATION OF COMPONENTS OF PROPOLIS
SAMPLES BY GAS CHROMATOGRAPHY-MASS
SPECTROMETRY (GC-MS) METHOD
ABSTRACT
Propolis is a natural product collected by honeybees from various resin, buds of trees and plants were then mixed with saliva to protect the nests of other animal disorders. Propolis is complex product and its chemical constituens include waxes, resins, balsams, essential oils, amino acids, sugars and various secondary metabolites, the composition depending on the botanical sources available to the honeybees. Quantity and quality of the chemical components is affected by geographic origin and the ecosystem (plant source). This study was purpose to identify the chemical composition of several different propolis.
The component in propolis were analysed by gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) after prepared for GC-MS by derivatization using silylation reaction. The chromatographic column for the analysis was done by the HP5MS capillary column with GC-MS type QP 2010 S. Propolis samples collected from several different brands, namely, Melia propolis, Platinum propolis, Propoelix® HDI, Propoelix® Plus HDI, HD Bee Propolis and raw propolis obtained from Sragen, Central Java.
The result of GC-MS analysis of six types propolis contains chemical compounds varying component. Propolis contains compounds beneficial to the body. The variability of constituents of propolis in six samples showed that they were collected by the honeybee from different plants depending on the geographic location. The following component compounds were identified in the propolis sample are aliphatic compounds consisting of various compounds derived fatty acids , sugars and sugar alcohols and aromatic compounds and terpene.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Menurut Zulkifli, et al., (2013), beberapa tahun terakhir propolis menjadi
perbincangan baik dikalangan peneliti maupun masyarakat umum, karena
manfaatnya yang mulai tereksplorasi dengan baik. Penelitian yang semakin luas
terhadap propolis menunjukkan betapa produk lebah ini menyimpan potensi yang
luar biasa sebagai bahan obat alami.
Kata propolis berasal dari bahasa Yunani, yaitu pro berarti pertahanan dan
polis berarti kota, sehingga propolis bermakna pertahanan kota (atau sarang
lebah). Propolis atau lem lebah adalah nama umum yang diberikan untuk bahan
resin yang dikumpulkan oleh lebah madu dari berbagai macam jenis tumbuhan,
terutama dari bagian kuncup dan daun tumbuhan tersebut. Lebah kemudian
mencampur bahan resin ini dengan saliva dan berbagai enzim dalam lebah
sehingga menghasilkan resin baru yang disebut propolis. Bahan tersebut
kemudian digunakan lebah untuk melindungi sarangnya dari gangguan binatang
lain (Haile dan Dekebo, 2013; Greenway, et al., 1988).
Propolis sudah digunakan sejak 300 sebelum masehi sebagai obat untuk
menyembuhkan kulit yang luka karena mempunyai efek antiinflamasi. Propolis
juga saat ini telah banyak digunakan di berbagai bidang termasuk industri
kosmetik. Penelitian secara intensif untuk propolis ini sebenarnya telah dimulai
sejak tahun 1980-an. Masyarakat pada umumnya menganggap propolis sebagai
suplemen karena kandungan zat gizi mikro yang kompleks didalamnya, namun
2
dimanfaatkan sebagai terapi farmakologis karena mengandung antibiotik alami
dan zat-zat lain yang bermanfaat bagi pengobatan (Lofty, 2006; Zulkifli, et al.,
2013).
Banyak penemuan yang telah mengungkapkan sifat propolis, yakni
sebagai bahan antibakteri, antivirus, dan antifungi dan pengobatan untuk berbagai
jenis penyakit yang lain. Propolis dinyatakan memiliki sifat desinfektan
(antibakteri) yang berperan membunuh semua kuman yang masuk ke sarang
lebah, dan melindungi semua yang ada didalam sarang tersebut dari serbuan
kuman, virus, atau bakteri. Sifat desinfektan ini terbukti, ketika pada tahun 1963,
ditemukan seekor tikus dalam sarang lebah dan dalam keadaan tidak membusuk,
meskipun telah mati selama kurang lebih 5 tahun dan mummy lebah didalam
sarangnya selama ribuan tahun yang dan tidak membusuk atau hancur (Kariim,
2006).
Propolis merupakan salah satu sumber zat gizi alami dan nutraseutikal.
Berdasarkan literatur, propolis mengandung resin, flavonoid, mineral dan vitamin,
pollen, asam amino, aromatic ester, terpen, CAPE (caffeic acid phenylethyl ester).
Propolis merupakan senyawa kompleks yang terdiri dari 55% resin, 30% lilin
lebah, 10% minyak aromatic dan 5% bee pollen. Propolis mengandung semua
vitamin kecuali vitamin K, semua mineral yang dibutuhkan kecuali sulfur, enam
belas asam amino esensial yang dibutuhkan untuk regenerasi sel, bioflavonoid
yaitu zat antioksidan sebagai suplemen sel (Sarsono, et al., 2012).
Selain propolis yang diambil langsung dari sarang lebahnya, kini propolis
3
propolis dalam bentuk cair. Beberapa jenis propolis juga dikombinasi dengan
madu (Sarsono, et al., 2012).
Gas Chromatography-Mass Spectrometry atau yang disingkat dengan
GC-MS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua
metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah
senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa (MS) untuk menganalisis
struktur molekul dan fragmentasi senyawa analit. Paduan keduanya dapat
menghasilkan data yang lebih akurat dalam pengidentifikasian senyawa yang
dilengkapi dengan struktur molekulnya. Dengan hadirnya teknik modern GC-MS,
banyak senyawa kimia telah diidentifikasi dan diisolasi dalam propolis (Haile dan
Dekebo, 2013).
Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui
senyawa-senyawa yang terkandung dalam propolis bermerek maupun propolis
mentah yang diambil langsung dari sarang lebahnya. Peneliti melakukan
pemeriksaan yang meliputi penentuan komponen yang terdapat dalam propolis
mentah maupun propolis bermerek yang beredar dipasaran secara GC-MS.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Komponen-komponen senyawa apakah yang terkandung dalam beberapa
jenis propolis?
2. Apakah terdapat perbedaan jumlah kandungan maupun komponen dari
4 1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesisnya adalah:
1. Propolis mengandung komponen-komponen senyawa yang kompleks.
2. Terdapat perbedaan komponen maupun jumlah kandungan dalam beberapa
jenis propolis.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui komponen senyawa yang terkandung dalam beberapa
jenis propolis.
2. Untuk mengetahui perbedaan komponen maupun jumlah kandungan
senyawa dalam beberapa jenis propolis.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
komponen senyawa-senyawa yang terkandung dalam propolis dan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang sediaan propolis bermerek yang dijual dipasaran,
membandingkan isinya serta mengetahui kandungan propolis tersebut yang
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Propolis
Propolis adalah senyawa kompleks yang digunakan lebah untuk
melindungi sarangnya. Lebah menggunakan bahan propolis untuk pertahanan
sarang, mengkilatkan bagian dalam sarang dan menjaga suhu lingkungan sarang.
Zat-zat yang ada pada propolis dikumpulkan oleh lebah dari pucuk dan berbagai
tanaman yang ada dihutan tempat tinggalnya (Zulkifli, et al., 2013).
2.1.1 Kenali fisik propolis
Propolis tersusun dari bahan resin yang diambil lebah dari pohon yang
mengandung getah. Lebah trigona kemudian mengolahnya sehingga membentuk
propolis, benda berwarna hitam, kuning, atau cokelat tua disarang. Warna itu
tergantung pada pohon asal resin. Di Indonesia, umumnya yang dijumpai hanya
hitam, cokelat, dan krem. Di Brazil dan Argentina dijumpai propolis hijau dan
merah tetapi rasanya sama seperti yang lokal. Pada suhu 25oC - 40oC propolis
berbentuk padat yang lembut, lentur, dan sangat lengket. Karena itulah ia
dimanfaatkan trigona sebagai bahan perekat disarang. Bila suhu kurang dari 15oC,
ia akan menjadi padat tetapi rapuh. Benda ini tetap rapuh bahkan setelah suhu
ditingkatkan diatas 45oC. Namun, sifatnya menjadi semakin lengket dan bergetah.
Biasanya propolis akan menjadi cair pada suhu 60oC - 70oC, meski kadang
6 2.1.2 Komposisi dan nutrisi propolis
Kandungan nutrisi propolis yang lebih detail diungkapkan Prof Dr
Mustofa Mkes Apt. Kepala Bagian Farmakologi dan Toksikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada membuktikan propolis memiliki banyak
khasiat karena ia mengandung lebih dari 180 unsur fitokimia. Beberapa
diantaranya adalah flavonoid dan berbagai turunan asam orbanat, fitosterol, dan
terpenoids. Zat-zat itu terbukti memiliki sifat anti infalamantori, antimikrobial,
antihistamin, antimutagenik, dan antialergi. Flavonoid bersifat antioksidan yang
dapat mencegah infeksi serta turut menumbuhkan jaringan (Trubus, 2010).
Propolis dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dan obat-obatan.
Menurut Wade (2005), propolis mengandung senyawa kompleks, vitamin,
mineral, enzim, senyawa fenolik dan flavonoid. Tabel 2.1 di bawah ini
menjelaskan mengenai komposisi kimia propolis.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Propolis (Krell, 1996).
Komponen Konsentrasi Grup komponen
Resin 45-55% Flavonoid, asam fenolat dan esternya
Lilin dan asam lemak 25-35% Sebagian besar dari lilin lebah
Minyak esensial 10% Senyawa volatile
Protein 5% Protein kemungkinan berasal dari
pollen dan amino bebas
Senyawa organik lain dan mineral
5% 14 macam mineral yang paling
terkenal adalah Fe dan Zn, sisanya seperti Au, Ag, Hg.
7
Menurut penelitian propolis mengandung bioflavanoid yaitu zat
antioksidan sebagai suplemen sel, kandungan bioflavanoid pada satu tetes
propolis setara dengan bioflavanoid yang dihasilkan 500 buah jeruk. Oleh
Lembaga Riset Kanker Columbia, 1991: dalam propolis terdapat zat CAPE
(caffeic acid phenylethyl ester) yang berfungsi untuk membantu mematikan sel
kanker, dengan pemakaian secara teratur selama 6 bulan dapat mereduksi sel
kanker sebanyak 50% .
2.1.3 Kriteria mutu propolis mentah
Hingga kini, Standar Nasional Indonesia (SNI) belum mengeluarkan
standar mutu propolis mentah yang diperdagangkan di Indonesia. Namun
berdasarkan transaksi di lapangan, kriteria mutu propolis mentah sangat
sederhana, itupun belum ada kesepakatan tingkatan mutunya. Biasanya,
penampung atau perusahaan pembeli propolis mentah memiliki kriteria tersendiri
dalam penentuan mutu propolis. Termasuk soal harganya. Namun, untuk
memperoleh propolis mentah yang murni dari Trigona sangat sulit. Pasti
tercampur dengan bahan lainnya (Mahani, et al., 2011).
2.1.4 Sediaan propolis di pasaran
Propolis di pasaran telah tersedia dalam berbagai bentuk formula berupa
kapsul, bubuk, dan propolis dalam bentuk cair. Beberapa jenis propolis juga
dibuat dikombinasikan dengan madu. Sediaan propolis tersedia dalam bentuk cair
6 mL dan 10 mL dengan berbagai merek yang telah dilengkapi dosis yang ada
pada buku petunjuk penggunaan. Kehalalan dan keamanan propolis bisa
dibuktikan dengan adanya izin yang tercantum dari Balai Pengawasan Obat dan
8
2.2 Madu
Madu adalah sekresi yang dihasilkan oleh lebah Apis mellifera L. Selain
menghasilkan madu, lebah juga dapat menghasilkan malam. Nektar bunga
mengandung banyak sukrosa. Sukrosa diubah menjadi gula invert dengan bantuan
enzim yang terdapat pada saliva. Bila madu dilihat dibawah mikroskop masih
diketemukan butir-butir serbuk sari. Madu merupakan campuran ekuimolar antara
dekstrosa dan fruktosa yang dikenal sebagai gula invert sebanyak 50-90% dan air.
Madu juga mengandung 0,1-10% sukrosa dan sejumlah kecil karbohidrat, minyak
atsiri, pigmen, serta bagian tanaman terutama serbuk sari (Sirait, 2007).
2.3 Resin
Nama resin/harsa dipakai secara tidak seragam. Kadang-kadang dipakai
untuk campuran senyawa yang tidak dapat diidentifikasi, tidak dapat
diekstraksi,yang tertinggal hanya massa yang lengket ketika bahan penyari
diuapkan (sisa seperti resin yang lengket). Resin yang sebenarnya adalah hasil
ekstraksi tanaman yang secara kimia merupakan campuran asam organik, ester,
dan alkohol yang amorf atau sukar dikristalkan. Sifat selanjutnya adalah tidak
larutnya resin dalam air, kelarutannya yang baik dalam pelarut organik, dan
meleleh pada suhu yang relatif rendah (Sirait, 2007).
2.4 Senyawa Fenol
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada
tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH−)
9
senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksil
lebih dari satu sehingga disebut polifenol (Anonim, 2012).
Senyawa fenolik meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari
tumbuhan yang mempunyai ciri sama, yaitu cincin aromatik yang mengandung
satu atau dua gugus OH−. Senyawa fenolik di alam terdapat sangat luas,
mempunyai variasi struktur yang luas, mudah ditemukan di semua
tanaman, daun, bunga dan buah. Ribuan senyawa fenolik alam telah diketahui
strukturnya, antara lain flavonoid, fenol monosiklik sederhana, fenil
propana, polifenol (lignin, melanin, tannin), dan kuinon fenolik (Anonim, 2012).
Tabel 2.2 Klasifikasi senyawa fenolik berdasarkan jumlah atom karbon
Struktur Kelas
C6 Fenolik sederhana
C6 - C1 Asam fenolat dan senyawa yang berhubungan lainnya
C6 – C2 Asetofenon dan asam fenilasetat
C6 – C3 Asam sinamat, sinamil aldehid, sinamil alkohol
C6 – C3 Koumarin, Isokoumarin, dan kromon
C15 Kalkon,Auron, dihidrokalkon
C15 Flavan
Lignan, neolignan Dimer atau oligomer
Lignin Polimer
Tanin Oligomer atau Polimer Phlobaphene Polimer
10 2.4.1 Flavonoid
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3
-C6. Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena
tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Sirait, 2007;
Robinson, 1995).
Beberapa kemungkinan fungsi flavonoid untuk tumbuhan yang
mengandungnya ialah pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja
antimikroba dan antivirus, dan kerja terhadap serangga. Efek flavonoid terhadap
berbagai macam organisme sangat banyak macamnya dan dapat menjelaskan
mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan
tradisional. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang menghambat banyak
reaksi oksidasi (sebagai antioksidan) (Robinson, 1995).
2.5 Gula dan gula alkohol
Gula alkohol atau poliol didefinisikan sebagai turunan sakarida yang
gugus keton atau aldehidnya diganti dengan gugus hidroksil. Poliol adalah
pemanis bebas gula. Poliol adalah karbohidrat tetapi bukan gula. Secara kimia,
poliol disebut alkohol polihidrat atau gula alkohol karena bagian dari struktur
poliol mernyerupai gula dan bagian ini mirip dengan alkohol. Tetapi pemanis
bebas gula ini bukan gula dan juga bukan alkohol. Poliol diturunkan dari
karbohidrat yang gugus karbonilnya (aldehid atau keton, gula pereduksi) direduksi
menjadi gugus hidroksi primer atau sekunder. Poliol mempunyai rasa dan
kemanisan hampir sama dengan gula tebu (sukrosa), bahkan beberapa jenis lebih
manis. Poliol diturunkan dari gula tetapi tidak dimetabolisme seperti halnya
11
1. Makanan yang ditambahkan poliol kalorinya lebih rendah dan bebas gula
daripada makanan yang tidak ditambah poliol
2. Rasa poliol seperti gula pada umumnya (gula tebu atau sukrosa)
3. Kalorinya lebih rendah daripada gula
4. Tidak menyebabkan kerusakan gigi
5. Menurunkan respon insulin
Gula alkohol diklasifikasikan berdasarkan jumlan unit sakarida yang terdapat
ndalam molekul. Berikut adalah gula alkohol turunan monosakarida.
Tabel 2.3 Monosakarida dan turunanny gula alkohol
Gula Gula alkohol
D-Gliseraldehida Gliserol
D-eritrosa Eritritol
D-xylulosa dan L-xylulose Xylitol D-xylulosa dan D-ribulosa D-arabitol
L-ribulosa dan D-ribulosa Ribitol (adonitol) D-glukosa, L-sorbose, dan D-fruktosa D-sorbitol (D-glucitol)
L-sorbose L-iditol
D-fruktosa D-mannitol
D-Sorbitol digunakan oleh penderita diabetes sebagai pengganti gula.
Xylitol meningkatkan aktivitas neutrofil (sel darah putih) untuk melawan infeksi.
Myo-inositol disebut juga vitamin B8 dan memilik banyak manfat kesehatan.
Yaitu untuk transduksi sinyal insulin, penggabungan cytoskeleton, pengendalian
syaraf, pengendalian konsentrasi kalsium dalam sel, pemeliharaan membran sel,
modulasi aktivitas serotonin, penghancur lemak, mengurangi kadar kolesterol
dalam darah, penanda plasma sifat keturunan, pencegah bulimia, kepanikan dan
12
manfaat penghancur lemak dan penurun kolesterol darah tersebut, inositol
menjadi bagian penting dalam diet (Luckner, 1984).
2.6 Teknologi Ekstraksi
Propolis dalam bentuk mentah (raw propolis) belum bisa dimanfaatkan
khasiatnya karena masih terselimuti dengan berbagai bahan. Komponen aktifnya
harus dipisahkan dan dikeluarkan dengan cara ekstraksi. Hingga kini belum ada
standarisasi tentang konsentrasi, metode ekstraksi, dan jenis pelarut yang akan
dipakai. Cara ekstraksi yang paling umum adalah menggunakan pelarut organik
(Mahani, et al., 2011).
Proses ekstraksi yang baik adalah polaritas pelarut sesuai dengan polaritas
propolis, pelarut mudah diuapkan/dipisahkan, suhu penguapan/pemisahan tidak
merusak propolis dan kedap udara untuk menghindari kerusakan akibat oksidasi.
Pelarut yang bersifat semi polar yang populer adalah etanol. Pelarut ini paling
umum digunakan untuk mengekstrak komponen aktif dari bahan alam, termasuk
untuk mengekstrak propolis. Pelarut ini memiliki sejumlah kelebihan yaitu
komponen yang terbawa berasal dari golongan polar dan non polar sekaligus
sehingga komponen yang terbawa lebih banyak dan beragam. Selain itu, potensi
khasiat propolis yang dihasilkan lebih baik. Pelarut ini juga mudah diuapkan
sehingga kemungkinan masih tertinggal sangat kecil. Artinya, propolis yang
dihasilkan benar-benar bebas pelarut (Mahani, et al., 2011).
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu cara dingin
(maserasi, perkolasi) dan cara panas (refluks, digesti, sokletasi dan infundasi).
Untuk ekstraksi propolis, pada umumnya menggunakan cara dingin karena
13
etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi. Metode maserasi
adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut
dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan
dengan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap
maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi (Depkes, 2000; Ditjen POM,
1979).
2.7 Kromatografi Gas – Spektrometri Massa
Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan
pertama kali pada tahun 1950-an. Dalam metode kromatografi gas , yang sangat
menentukan kehandalan metode ini adalah instrumennya sendiri yang dikenal
sebagai kromatografi gas. KG merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan
dan deteksi senyawa organik yang mudah menguap dan
senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi yang
signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah menghasilkan
batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat
melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat (Rohman, 2009).
Spektrometri massa adalah alur kelimpahan (abundance) jumlah relatif
fragmen bermuatan positif berlainan versus massa per muatan (m/z atau m/e) dari
fragmen tersebut. Muatan ion dari kebanyakan partikel yang dideteksi dalam
spektrometer massa adalah +1; maka nilai m/z sama dengan massa molekulnya
(M). Bagaimana suatu molekul atau ion pecah menjadi fragmen - fragmennya
bergantung pada kerangka karbon dan gugus fungsional yang ada. Oleh karena
14
induknya. Juga seringkali untuk menentukan bobot molekul suatu senyawa dari
spektrum massanya (Supratman, 2010).
2.7.1 Sistem peralatan kromatografi gas–spektrometri massa
Bagian-bagian yang terpenting dari sebuah kromatografi Gas–
Spektrometri Massa, menurut meliputi :
Gambar 2.1 Diagram Blok Kromatografi Gas–Spektrometri Massa
(Sumber: Anonim, 2011).
2.7.2 Prinsip Kromatografi Gas–Spektrometri Massa
Menurut Watson (2005), prinsip-prinsip alat Kromatografi Gas–
Spektrometri Massa tersebut yaitu:
- Injeksi sampel dapat dilakukan secara manual atau menggunakan pengambil
sampel otomatis melalui sekat karet yang dapat tertutup kembali.
- Sampel tersebut diuapkan pada bagian portal injeksi yang dipanaskan dan
mengalami kondensasi pada bagian atas kolom
- Kolom dapat berupa kolom kapiler atau kolom terkemas, yang akan dibahas
lebih mendalam. Fase gerak yang digunakan untuk membawa sampel
15
- Kolom ditutup dalam suatu oven yang dapat diatur pada suhu antara suhu
kamar dan lebih kurang 400oC
- Detektor yang digunakan adalah spektrometri massa (MS)
- Sampel dimasukkan kedalam sumber instrumen dengan memanaskannya pada
akhir suatu sensor sampai menguap airnya, dibantu dengan keadaan sangat
hampa dalam instrumen tersebut
- Jika berada dalam fase uap, analit dibombardir dengan elektron-elektron yang
dihasilkan oleh filamen rhenium atau tungsten, yang diakselerasi menuju suatu
target positif dengan energi sebesar 70 eV.
- Dua jenis sistem biasanya digunakan untuk memisahkan ion-ion berdasarkan
perbandingan muatan terhadap massanya.
Prinsip dasar kromatografi Gas melibatkan volatilisasi atau penguapan
sampel dalam inlet injektor, pemisahan komponen-komponen dalam campuran,
dan deteksi tiap komponen dengan detektor. Pemisahan pada kromatografi gas
didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang
mungkin terjadi antara solut dan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan
mengelusi solut dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detektor.
Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya pada kisaran 50oC - 350oC) bertujuan
untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan karenanya akan cepat terelusi
(Gandjar dan Rohman, 2007).
2.7.3 Instrumentasi alat
2.7.3.1 Fase gerak
Fase gerak pada kromatografi gas juga disebut dengan gas pembawa
16
pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak
reaktif, murni/kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor,
dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (Rohman, 2009).
2.7.3.2 Ruang suntik sampel
Lubang suntik didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan
efisien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung
logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk
mengakomodasi injeksi dengan syringe. Karena Helium (gas pembawa) mengalir
melalui tabung, sejumlah volume yang diinjeksikan akan segera menguap untuk
selanjutnya dibawa menuju kolom (Rohman, 2009).
2.7.3.3 Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di
dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen
sentral pada kromatografi gas. Ada 3 jenis kolom pada kromatografi gas yaitu
kolom kemas (packing column) dan kolom kapiler (capillary column); serta
kolom preparative (preparative column). Kolom kemas terbuat dari gelas atau
logam yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium. Fase diam yang
digunakan pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau semi polar.
Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah metil polisiloksan
(HP-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5;
SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50% -
metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19), sementara itu fase diam yang
polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX; CP-WAX;
17 2.7.3.4 Oven
Oven KG menggabungkan suatu kipas, yang memastikan distribusi panas
yang merata diseluruh oven. Oven-oven ini dapat diprogram untuk menghasilkan
suhu yang tetap, kondisi isotermal, atau peningkatan suhu secara
berangsur-angsur. Kecepatan pemrograman oven dapat berkisar dari 1oC/menit sampai 40oC
/menit. Program suhu yang kompleks dapat dihasilkan dengan melibatkan
sejumlah peningkatan suhu berselang-seling dengan periode-periode kondisi
isotermal, misalnya 60oC(1menit)/5oC/menit sampai 100oC(5menit)/10oC/menit
sampai 200oC (5menit). Keuntungan dari program-program suhu adalah bahwa
bahan-bahan yang keatsiriannya sangat berbeda dapat dipisahkan dalam waktu
yang rasional dan juga injeksi sampel dapat dilakukan pada suhu rendah, ketika
sampel akan diperangkap pada bagian atas kolom dan kemudian suhu dapat
dinaikkan sampai sampel berelusi (Watson, 2005).
2.7.3.5 Detektor
Detektor adalah gawai yang memasok sinyal keluaran sebagai tanggapan
terhadap cuplikan. Alat ini disambungkan dengan keluaran kolom untuk
memantau efluen kolom dalam waktu sebenarnya. Fungsi detektor adalah untuk
mendeteksi dan mengukur sejumlah kecil komponen yang terpisahkan pada aliran
gas yang meninggalkan kolom. Keluaran dari detektor direkam oleh sebuah
recorder yang akan mengahasilkan sebuah kromatogram (Jeffery, et al., 1989;
Johnson dan Stevenson, 1978).
Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik
komponen-komponen oleh KG disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap
18
kualitatif, sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data
kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan
tetapi apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks
misalnya GC/MS atau yang disebut Kromatografi Gas–Spektrometri Massa,
kromatogram disajikan dalam bentuk lain (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.7.3.5.1 Spektrometri massa sebagai detektor
(Sumber: Lee, 2005).
Menurut Lee (2005), terdapat delapan jenis sumber ionisasi yang
digunakan dalam intrumen MS. Pada analisis yang divariasikan dengan GC,
umumnya dan pada penelitian ini yang digunakan adalah elektron impact (EI).
Proses ionisasi dalam elektron impact (EI) yaitu, elektron dilewatkan melalui
sampel fase gas dan bertubrukan dengan molekul analit (M) yang kemudian
menghasilkan ion-ion bermuatan positif atau fragmentasi ion. Umumnya elektron
memiliki energi sebesar 70 eV. Metode ini digunakan untuk semua
senyawa-senyawa yang bersifat volatil.
19 2.8 Derivatisasi pada Kromatografi Gas
Derivatisasi pada KG merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu
senyawa menjadi senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk
dilakukan analisis menggunakan kromatografi gas (menjadi lebih mudah
menguap). Menurut Rohman (2009), alasan dilakukannya derivatisasi adalah:
- Senyawa-senyawa tersebut tidak memungkinkan dilakukan analisis dengan
KG terkait dengan volatilitas dan stabilitasnya.
- Untuk meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram. Beberapa
senyawa tidak menghasilkan bentuk kromatogram yang bagus (misal puncak
kromatogram saling tumpang tindih) atau sampel yang dituju tidak terdeteksi,
karenanya diperlukan derivatisasi sebelum dilakukan analisis dengan KG.
- Meningkatkan volatilitas, misal senyawa gula. Tujuan utama derivatisasi
adalah untuk meningkatkan volatilitas senyawa-senyawa yang tidak mudah
menguap (non-volatil). Senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah
biasanya tidak mudah menguap, karena adanya gaya tarik-menarik inter
molekuler antara gugus-gugus polar karenanya jika gugus-gugus polar ini
ditutup dengan cara derivatisasi akan mampu meningkatkan volatilitas
senyawa tersebut secara dramatis.
- Meningkatkan deteksi, misal untuk kolesterol dan senyawa-senyawa steroid.
- Meningkatkan stabilitas. Beberapa senyawa volatil mengalami dekomposisi
parsial karena panas sehingga diperlukan derivatisasi untuk meningkatkan
stabilitasnya.
- Meningkatkan batas deteksi pada penggunaan detektor tangkap elektron
20
Beberapa cara derivatisasi yang dilakukan pada kromatografi gas yaitu
esterfikasi, asilasi, alkilasi, sililasi, kondensasi, dan siklisasi (Gandjar dan
Rohman, 2007).
• Sililasi
Derivat silil digunakan untuk menggantikan eter alkil untuk analisis
komponen sampel yang bersifat polar dan tidak mudah menguap. Salah satu
contoh sampel yang menggunakan derivat ini adalah Propolis. Derivat yang
paling sering dibuat adalah trimetilsilil. Urutan reaktifitas pereaksi sililasi
berdasarkan pada kemampuan penyumbang silil adalah sebagai berikut:
Trimetilsililimidazol(TMSIM)>N,O-bis-(trimetilsilil)-trifluoroasetamid (BSTFA)
>N,O-bis-(trimetilsilil)-asetamid(BSA)>N-metil-N-trimetilsililtrifluoroasetamid
(MSTFA) > Trimetilklorosilan (TMCS) > Heksametildisilazan (HMDS) (Gandjar
dan Rohman, 2007).
Urutan reaktivitas gugus-gugus penerima silil adalah sebagai berikut:
alkohol>fenol>asam karboksilat>amina>amida. Faktor sterik sangat penting
dalam hal penentuan kecepatan reaksi derivatisasi. Untuk setiap gugus fungsi,
urutan reaktifitasnya adalah: primer>sekunder>tersier (Gandjar dan Rohman,
2007).
Derivatisasi dengan gugus fungsional yang sukar diderivatisasi seperti
amina sekunder, alkohol tersier, dan amida perlu dilakukan pemanasan pada suhu
antara 60oC-150oC. Laju reaksi derivatisasi juga dapat ditingkatkan dengan
penambahan katalis asam seperti dengan trimetilklorosilan atau dengan katalis
basa seperti piridin. Dilaporkan bahwa 95% derivat trimetilsilil (TMS) dapat
N,O-bis-21
trimetilsilil)-trifluoroasetamid(BSTFA) yang kadang-kadang ditambah dengan
trimetilklorosilan(TMCS) sebagai katalis. Kedua pereaksi ini menunjukkan
selektifitas. TMSIM tidak bereaksi dengan gugus amino, sedangkan BSTFA
merupakan pereaksi terpilih untuk gugus amino. Pembuatan pereaksi ini pun lebih
reaktif dengan media bebas air (Gandjar dan Rohman, 2007).
Gambar 2.2 Struktur BSTFA dan reaksi Sililasi : Struktur BSTFA:
Reaksi Sililasi :
For BSTFA :
For TMCS: X = Cl
22 BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif
yaitu untuk menentukan komponen propolis dengan membandingkan beberapa
propolis bermerek dan propolis mentah serta analisis komponennya. Penelitian ini
meliputi ekstraksi propolis dengan alkohol 70%, analisis komponen sampel secara
kualitatif dan kuantitatif dilakukan menggunakan GC-MS (Gas
Chromatography-Mass Spectrometry). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian (LP)
Fakultas Farmasi USU dan di Laboratorium Penelitian PPKS MEDAN.
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas
laboratorium untuk persiapan ekstraksi (beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer,
batang pengaduk, spatula, cawan penguap, mortir dan alu, gelas arloji) kertas
whatmann no.1, corong, neraca analitik, rotavapor vakum, freeze dryer, freezer,
syringe perfection 100µl, mikropipet, botol berwarna gelap, vial kaca 5 ml
berwarna gelap, vial 2 ml, karet ptfe, plastik parafilm M, oven, GC-MS (Gas
Chromatography-Mass Spectrometry) model Shimadzu QP 2010 S untuk analisis.
3.2Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah propolis mentah
yang berasal dari daerah Sragen (Jawa tengah), propolis bermerek dagang (Melia
23
Propolis), Akuades, Alkohol 70% (etanol), Pyridine, bis-
trimethylsilyltrifluoroacetamide (BSTFA) termasuk 1% trimethylchlorosilane
(TMCS) digunakan sebagai pereaksi sililasi (derivatisasi).
3.3 Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah propolis mentah yang
diambil dari daerah Sragen (Jawa tengah) dan propolis yang dikumpulkan dari
berbagai merek dagang yang ada dipasaran. Pengambilan sampel dilakukan secara
purposif. Produk propolis yang diuji dalam penelitian ini adalah Sediaan cair
(Melia Propolis, Propolis Platinum) dan sediaan padat dalam bentuk kapsul dan
tablet (HDI Propoelix®, HDI Propoelix®Plus, HD Bee Propolis).
3.4Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Ekstraksi Propolis Mentah
Propolis sampel dikumpulkan dari daerah Sragen, Jawa tengah. Propolis
sampel terlebih dahulu dihaluskan menjadi butiran kecil atau bubuk halus.
Propolis tersebut bersifat lengket dalam suhu kamar sehingga sulit dihaluskan.
Selanjutnya propolis dimasukkan dalam freezer atau lemari es selama beberapa
jam (5 jam) sehingga menjadi keras dan rapuh. Propolis tersebut kemudian dapat
dipotong setipisnya sambil ditumbuk halus dalam mortir sebanyak 50 gram.
Propolis dibuat dalam potongan tipis dan halus berguna untuk meningkatkan
kontak permukaan antara alkohol dengan propolis, sehingga proses pelarutan
mudah dilakukan. Propolis yang sudah dipotong tipis-tipis, digerus halus dalam
24
3.4.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Propolis (EEP)
a. Propolis mentah
Sampel propolis Sragen yang telah dihaluskan sebanyak 50 gram
tambahkan dengan alkohol 70% sebanyak (75 bagian) 375 ml dalam erlenmeyer
500 ml, diaduk dan disimpan dalam tempat gelap yang terhindar dari kontak
langsung dengan cahaya dan udara (kardus). Digoyang (diaduk) sesekali lalu
didiamkan selama 24 jam. Proses ekstraksi dilakukan selama 1 minggu. Ekstraksi
tahap I dilakukan selama 5 hari pertama. Pada hari kelima, ekstrak dimasukkan
ke dalam freezer selama 24 jam untuk menghapuskan lilin. Selanjutnya, sampel
ekstrak disaring dengan kertas Whatmann No.1. Residu yang tersisa ditambah
etanol 70% sebanyak 125 ml (25 bagian) selama hari keenam dan ketujuh
(Ekstraksi tahap II). Disimpan dalam tempat gelap sambil diaduk sesekali.
Kemudian saring dengan kertas whatmann No.1. Filtrat II dan filtrat I digabung
menjadi filtrat ekstrak etanol propolis (EEP). Filtrat di evaporasi untuk
pengeringan menggunakan rotary evaporator dibawah vakum pada suhu 400C.
Ektrak pekat propolis disimpan dalam cawan penguap yang ditutup rapat dengan
alumunium foil selanjutnya disimpan dalam desikator. Untuk penyimpanan
dalam jangka waktu lama, propolis disimpan dalam freezer. Selanjutnya ekstrak
pekat tersebut dipakai untuk uji laboratorium yang salah satunya adalah analisis
dengan GC-MS (Ditjen POM, 1979; Thirugnanasampandan, et al., 2012).
b. Propolis bermerek
Sediaan propolis bermerek terdiri dari propolis cair dan padat. Sediaan
propolis dipasaran sudah dikemas dalam bentuk ekstrak etanol propolis. Propolis
25
dengan mereaksikan sebanyak 0,5 ml. Propolis padat terlebih dahulu diekstraksi
kembali dengan pelarut yang sesuai. Propolis dalam bentuk kapsul ialah HDI
Propoelix®, HDI Propoelix®Plus dan propolis dalam bentuk tablet ialah HD Bee
Propolis. Propolis diekstrak dengan metode Harbone (1987). Ekstraksi sampel
dilakukan secara maserasi dengan pelarut alkohol 70%. Masing-masing sampel
kapsul 10 buah dan tablet 5 buah digerus dan dihaluskan dalam lumpang
menggunakan alu. Setelah halus, ditimbang kembali masing-masing sebanyak 5
gram. Sampel propolis yang sudah halus dan ditimbang kemudian dimasukkan
kedalam botol berwarna gelap. Tambahkan pelarut etanol 70% sebanyak 50 ml,
suspensi di simpan dalam tempat gelap selama satu minggu. Sambil diaduk
sesekali selama satu minggu. Kemudian dihomogenkan dengan vortex
menggunakan kecepatan 50 rpm selama 60 menit. Setelah itu, suspensi disaring
menggunakan kertas whatmann no.1 dan filtratnya diambil. Filtrat hasil maserasi,
dievaporasi untuk pengeringan rotary evaporator dibawah vakum pada suhu 400C.
Ekstrak tersebut di freeze dryer sampai pekat. Ektrak pekat propolis disimpan
dalam cawan penguap yang ditutup dengan alumunium foil dan disimpan dalam
desikator. Selanjutnya ekstrak pekat tersebut dipakai untuk uji laboratorium yang
salah satunya adalah analisis dengan GC-MS (Sarsono, et al., 2012).
3.4.3 Persiapan Sampel untuk Analisis
a. Propolis mentah
Sebelum sampel propolis Sragen dianalisis dengan GC-MS, terlebih
dahulu dilakukan derivatisasi dengan cara sililasi, yaitu 5 mg ekstrak etanol
propolis hasil penguapan direaksikan dengan 250 µl pyridine dan ditambahkan
26
trimethylchlorosilane (TMCS) dalam vial berwarna gelap yang ditutup rapat dan
dilapisi plastik parafilm M. Sampel tersebut kemudian dipanaskan dalam oven
selama 30 menit pada suhu 1000C. Sampel dimasukkan kedalam vial 2 ml dengan
tutup karet ptfe menggunakan spuit syringe perfection. Sampel yang sudah
dipersiapkan, diinjeksikan dan dianalisis dengan GC-MS (Greenway et al., 1988;
Kumar, et al., 2009).
b. Propolis bermerek
Sediaan propolis yang bermerek (Melia Propolis, Propolis Platinum, HDI
Propoelix®, HDI Propoelix®PLUS, HD Bee Propolis) masing-masing dipreparasi.
Sebanyak 5 mg sampel diambil menggunakan spuit lalu direaksikan dengan 250
µl pyridine dan 500 µl bis-(trimethyl-silyl) trifluoroacetamide (BSTFA) yang
mengandung 1% trimethylchlorosilane (TMCS) dalam vial berwarna gelap yang
ditutup rapat dan dilapisi plastik parafilm M. Sampel tersebut kemudian
dipanaskan dalam oven selama 30 menit , pada suhu 1000C. Sampel dimasukkan
dalam vial 2 ml dengan tutup karet ptfe menggunakan spuit syringe perfection
(Greenaway et al., 1988). Volume sampel 1 µl diinjeksikan dan dianalisis dengan
GC-MS (Kumar, et al., 2009; Kartal, et al., 2002).
3.4.4 Analisis komponen dengan GC-MS
Penentuan komponen propolis dilakukan di Laboratorium Penelitian
Fakultas Farmasi USU dan di Laboratorium Penelitian PPKS MEDAN dengan
menggunakan seperangkat alat Gas Chromatography-Mass Spectrometry
(GC-MS) dan kondisi yang disamakan.
Analisis GC-MS dari EEP ditampilkan menggunakan tipe alat Shimadzu QP
27
HP-5 MS yang terdiri dari 5% phenyl 95% methylpolysiloxane (Panjang kolom 30
m x 0,25 mm diameter internal kolom dilapisi, ketebalan film 0,5 mm). Gas
pembawa (fase gerak) yang digunakan Helium dengan laju aliran 0,7 ml/menit.
Suhu kolom oven terprogram 100oC - 310oC dengan laju aliran 5oC/menit. Suhu
injektor diatur pada suhu 280oC, dengan split ratio perbandingan 1:80. Spektrum
massa di catat dalam ionisasi elektron (EI) mode pada 70 eV dengan scanning dari
m/z 35 sampai m/z 470 Amu dengan sumber massa (ion sumber) 230°C (Kumar,
et al., 2009; Bankova, et al., 2002).
Cara identifikasi komponen propolis adalah dengan membandingkan
spektrum massa dari komponen propolis yang diperoleh (unknown) dengan
spektrum massa dalam data library yang memiliki tingkat kemiripan (similarity
28 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Komponen Senyawa dalam Propolis
Propolis yang dikumpulkan dari beberapa merek berbeda yang beredar
dipasaran dan propolis mentah asal Sragen dianalisis menggunakan GC-MS
setelah dipreparasi dengan reaksi sililasi. Dari hasil analisis komponen kimiawi
propolis, diperoleh kromatogram GC dan spektrum MS. Dari Gas Chromatograph
(GC) diperoleh puncak yang berbeda pada keenam jenis propolis. Hasil analisis
masing-masing propolis memberi komposisi propolis yang berbeda-beda.
4.1.1 Ekstrak Etanol Propolis Sragen (EEPS)
Analisis GC-MS dari EEP dapat dilihat pada Gambar 4.1. Jumlah puncak
pada Gambar 4.1 yang diberikan sesuai dengan waktu retensi hanya untuk
puncak-puncak tertinggi
29
Dari hasil kromatogram dalam ekstrak etanol propolis daerah asal Sragen,
diperoleh komponen-komponen teridentifikasi yang data lengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 1, halaman 63. Pada kromatogram EEPS terdapat 17 komponen
tertinggi, yang keseluruhan senyawanya teridentifikasi. Komponen-komponen
tersebut meliputi senyawa gula dan turunannya gula alkohol serta senyawa asam
alifatis seperti senyawa asam lemak. Secara keseluruhan komponen-komponen
propolis yang diidentifikasi dalam EEPS dapat dilihat pada pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Komposisi kimia, waktu tambat, kadar dan SI komponen ekstrak etanol propolis Sragen yang dianalisis dengan GC-MS.
No. Nama Komponen Waktu tambat
(menit)
13. Beta-D-glukopiranosa 11,896 3,39 98
14. 9-Phenylcarbazole 12,257 4,07 88
15. Asam heksadekanoat
(asam palmitat) 12,320 2,00 92
16. Inositol 13,421 1,70 91
17. Melibiose 16,011 2,03 91
Keseluruhan komponen dalam tabel diatas teridentifikasi dan keseluruhan
kemiripan senyawanya dapat diterima yaitu, SI ≥ 80%. Pendekatan pustaka
30
kemiripan atau Similarity Index (SI) berada pada rentangan ≥ 80% (Howe and
Williams, 1981).
Kelima senyawa terbesar yang terdapat dalam EEP dari konsentrasi
tertinggi sampai lebih rendah adalah senyawa d-glucitol, asam glukonat, asam
manoonat, eritritol, beta-d-glukopiranosa. Berdasarkan literatur, komposisi
propolis sangat kompleks. Unsur utamanya adalah lilin lebah, resin dan senyawa
volatil. Lebah mensekresikan lilin lebah, sedangkan resin dan senyawa volatil
berasal dari tanaman sekitarnya. Aktivitas biologis propolis ditentukan oleh zat
tanaman ini berasal. Oleh karena itu, meskipun propolis merupakan produk
binatang, proporsi yang cukup besar dari komponen-komponennya yang berperan
dalam menentukan aktivitas biologis berasal dari tanaman (Sarsono, et al., 2012).
4.1.2 Sediaan Propolis Melia
Analisis GC-MS dari propolis Melia dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Jumlah puncak pada Gambar 4.2 yang diberikan sesuai dengan waktu retensi
hanya untuk puncak-puncak tertinggi.
31
Dari hasil kromatogram dalam propolis Melia, diperoleh
komponen-komponen teridentifikasi yang secara lengkap datanya dapat dilihat pada
Lampiran 19, halaman 70. Beberapa komponen tertinggi yang teridentifikasi
dalam kromatogram tersebut adalah senyawa-senyawa asam lemak yang termasuk
golongan senyawa alifatis seperti asam pentadekanoat, asam palmitat
(heksadekanoat), asam stearat (oktadekanoat), senyawa 1-dodekanol dan
golongan asam aromatis seperti asam benzendikarboksilat. Selain beberapa
senyawa diatas, terdapat komponen-komponen lainnya dalam sediaan propolis
Melia. Berdasarkan hasil GC-MS, terdapat 11 komponen propolis Melia yang
diperoleh dan dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Komposisi kimia, waktu tambat, SI dan kadar komponen sediaan propolis melia yang dianalisis dengan GC-MS.
Senyawa nordoxepin, metil oleat, dioktil ester dan silicone grease sulit
diidentifikasi keakuratan senyawanya karena memiliki SI dibawah 80%. Hal itu
dapat disebabkan oleh kurangnya data library untuk spektrum senyawa yang
No. Nama Komponen Waktu tambat 1. Asam 1,2-Benzen-2-karboksilat,
dietil ester (CAS) Etil ftalat 10,954 1,11 68
8. Asam oktadekanoat (asam stearat) 26,659 39,29 89 9. metil 9-oktadekanoat (metil oleat) 28,111 6,70 70 10. Asam 1,2-benzendikarboksilat
bis(2-etilheksil)ester 33,358 20,99 96
32
sesuai pada perpustakaan komputer alat GC-MS. Dari hasil yang didapat bahwa
tingkat kemiripan dari propolis yang diterima, yaitu senyawa denga SI ≥ 80%.
Pendekatan pustaka terhadap spektrum massa dapat digunakan untuk identifikasi
karena indeks kemiripan atau Similarity Index (SI) berada pada rentangan ≥ 80%
(Howe and Williams, 1981).
Dari 11 komponen propolis melia yang teridentifikasi hanya terdapat 5
senyawa yang memenuhi standar Howe dan Wiliams dengan indeks kemiripan ≥
80%. Kelima senyawa tersebut dari kadar tertinggi sampai terendah adalah asam
oktadekanoat (asam stearat), asam pentadekanoat, Asam 1,2-benzendikarboksilat
bis(2-etilheksil)ester, asam heksadekanoat, 1-dodecanol.
4.1.3 Sediaan Propolis Platinum
Analisis GC-MS dari propolis Platinum dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Jumlah puncak pada Gambar 4.3 yang diberikan sesuai dengan waktu retensi
hanya untuk puncak-puncak tertinggi.
33
Dari hasil kromatogram dalam sediaan propolis Platinum, diperoleh
komponen-komponen teridentifikasi yang secara lengkap datanya dapat dilihat
pada Lampiran 26, halaman 73. Beberapa komponen yang teridentifikasi dalam
kromatogram tersebut adalah golongan senyawa aromatis dan senyawa asam
alifatis yaitu asam lemak seperti metil oleat, metil stearat. Selain beberapa
senyawa diatas, terdapat komponen-komponen lainnya dalam sediaan propolis.
Berdasarkan hasil GC-MS, terdapat 18 komponen propolis Platinum yang
diperoleh dan dapat dilihat dalam Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Komposisi kimia, waktu tambat, kadar komponen dan SI sediaan Propolis Platinum yang dianalisis dengan GC-MS.
No. Nama Komponen Waktu tambat
(menit)
Kadar (%)
SI (%) 1. 4-Fluorobenzyloxy-2,3-epoxyoctane 18,534 2,86 74 2. 1-fenil-5-fenil
sulfonil-2epoxypentana 18,977 0,93 68
3. Trolen 19,678 1,59 78
4. Dursban 22,179 2,81 66
5. Cis-myrtanol 24,813 10,10 81
6. Metil 9-oktadekanoat
(metil oleat) 24,952 24,27 93
7. Metil oktadekanoat (metil stearat) 25,533 8,33 89
8. Prothiofos 26,523 17,83 83
9. Prothiofos 27,046 3,48 70
10. 4-hydroxytetradec-2-ynal 30,735 2,28 67
11. Heksametil trisiloksan 30,817 1,36 69
12. Asam oksiraneoktanoat, 3-oktil-metil
ester 31,008 1,76 70
13. Asam oksiraneoktanoat, 3-oktil-metil
ester 31,016 8,66 72
14. Metoksi-4-(1-z-profenil)benzena 32,851 2,76 52
15. Asam fosporodithioat 33,672 3,83 81
16. Asam fosporodithioat 33,759 3,24 65
17. Fenil etil alkohol 33,920 2,30 64
34
Senyawa 4-Fluorobenzyloxy-2,3-epoxyoctane,
1-fenil-5-fenilsulfonil-2-epoxypentana, Trolen, Dursban, prothiofos (menit ke-27,046),
4-hydroxytetradec-2-ynal, Carpesiolin, asam oksiraneoktanoat, metoksi-4(1-Z-profenil)benzena,
Silane, dan tetradekana sulit diidentifikasi keakuratan senyawanya karena
memiliki SI dibawah 80%. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya data library
untuk spektrum senyawa yang sesuai pada perpustakaan komputer alat GC-MS.
Dari hasil yang didapat bahwa tingkat kemiripan dari propolis yang diterima,
yaitu senyawa denga SI ≥ 80%. Pendekatan pustaka terhadap spektrum massa
dapat digunakan untuk identifikasi karena indeks kemiripan atau Similarity Index
(SI) berada pada rentangan ≥ 80% (Howe and Williams, 1981).
Berdasarkan komponen senyawa tertinggi yang teridentifikasi dalam
kromatogram propolis Platinum diatas, diperoleh hanya 5 senyawa yang memiliki
SI ≥ 80% dan diterima keakuratan senyawa dalam identifikasinya. Kelima
senyawa tersebut dari kadar tertinggi sampai terendah adalah metil oleat,
Prothiofos, Cis-myrtanol, metil stearat, asam fosporoditioat.
4.1.4 Sediaan Propoelix HDI (High Desert Indonesia)