• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi Nilai-Nilai Motivasi Yang Terkandung Dalam Film My Name Is Khan (Studi Semiotik Mengenai Nilai-Nilai Motivasi Yang Terkandung Dalam Film My Name Is Khan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Representasi Nilai-Nilai Motivasi Yang Terkandung Dalam Film My Name Is Khan (Studi Semiotik Mengenai Nilai-Nilai Motivasi Yang Terkandung Dalam Film My Name Is Khan)"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI NILAI-NILAI MOTIVASI YANG

TERKANDUNG

DALAM FILM “ MY NAME IS KHAN”

(Studi Semiotik Roland Barthes Mengenai Nilai-Nilai Motivasi

Yang Terkandung Dalam Film

“My Name Is Khan”

)

Skripsi

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)Pada

Program StudiIlmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh,

MUHAMMAD AZIZ R.K

NIM. 41808715

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Muhammad Aziz Rafsanjani Kusuma

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 03 November 1990 Jenis kelamin : Pria

Umur : 23Tahun

Agama : Islam

Alamat : JL. Tubagus Ismail Dalam No 31 Bandung

Telepon : 085668108076

082126949947

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Muhammad Yusuf, SE., M.Si

Pekerjaan : BUMN Badan Pengusahaan Batam (PNS)

Nama Ibu : Mida Murniani, SE.

Pekerjaan : BUMN Badan Pengusahaan Batam (PNS)

(5)

201

PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2008-2010 Pernah Menjadi Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Komputer di Unikom.

Pindah Jurusan

2. 2010 - Sekarang Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Kosentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

-

3. 2006 – 2008 SMK Permata Harapan Batam Berijazah

4. 1999 – 2002 SMP Kartini I Batam Berijazah

5. 1993 – 1999 SD Kartini I Batam Berijazah

PENDIDIKAN NONFORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2013 - sekarang Kursus Bahasa Jerman di Goethe Institute Bandung

Sertifikat A1.1

2. 2005 – 2007 Kursus Belajar Olahraga Renang di Shangrilla -

PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2007  Peserta Pelatihan ESQ 2007 di Hotel Melia Panorama Batam

(6)

202

2. 2010  Peserta Kegiatan Seminar Budaya Preneurship” Mengangkat Budaya Bangsa Melalui Jiwa Entrepreneurship” diadakan oleh Pusat Inkubator Bisnis Mahasiswa Unikom.

 Peserta Kegiatan Table Manner di Hotel AMAROSA Bandung.

 Peserta Temu Kenal Mahasiswa Baru 2010 FISIP .

Bersertifikat

3. 2011  Peserta Seminar NetPreneur ”Meraih Peluang Bisnis Melalui Internet”.

 Peserta Kegiatan “ONE DAY WORSHOP

MC & RADIO ANNOUNCER” UNIKOM Bandung.

Bersertifikat

4. 2013  Peserta Kegiatan Budaya Komunikasi & Komunikasikan Budaya

Bersertifikat

Bandung, Agustus 2014

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 10

1.2.1 Pertanyaan Makro ... 10

1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 10

(8)

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian... 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti ... 12

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas ... 13

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 14

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 14

2.1.2 Tinjauan Mengenai Komunikasi ... 25

2.1.2.1 Komunikasi Merupakan Ilmu ... 25

2.1.2.2 Definisi Komunikasi ... 26

2.1.2.3 Pengertian Komunikasi ... 29

2.1.2.4 Definisi Simbol ... 33

2.1.2.5 Komunikasi Sebagai Proses Simbolik ... 35

2.1.2.6 Bahasa Sebagai Realitas Sosial ... 37

2.1.3 Proses Komunikasi ... 38

(9)

2.1.4 Pesan Verbal dan Nonverbal Komunikasi ... 42

2.1.4.1 Pesan Verbal ... 42

2.1.4.2 Pesan Nonverbal ... 44

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa ... 46

2.1.5.1 Definisi Komunikasi Massa ... 46

2.1.5.2 Karakteristik Komunikasi Massa ... 48

2.1.5.3 Fungsi Komunikasi Massa ... 50

2.1.6 Tinjauan Mengenai Film ... 53

2.1.6.1 Sejarah Film ... 53

2.1.6.2 Pengertian Film ... 53

2.1.6.3 Jenis-Jenis Film ... 55

2.1.6.4 Film Sebagai Media Massa ... 58

2.2 Kerangka Pemikiran ... 60

2.2.1 Tinjauan Representasi ... 60

2.2.2 Tinjauan Nilai-Nilai Motivasi ... 62

2.2.3 Semiotika ... 67

2.2.5 Semiotika Roland Barthes ... 69

(10)

3.1.2 Deskripsi Tim Produksi dan Kru ... 89

3.1.3 Unit-Unit Analisis Penelitian ... 90

3.2 Metode Penelitian ... 93

3.2.1 Desain Penelitian ... 94

3.2.1.1 Paradigma Penelitian... 97

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 100

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 100

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 102

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 104

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 105

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 107

3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 109

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 109

3.3.2 Waktu Penelitian ... 109

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 111

4.1.1 Hasil Analisis Makna Denotatif Nilai-Nilai Motivasi Dalam Film My Name Is Khan ... 113

(11)

4.1.3 Hasil Analisis Makna Mitos/Ideologi Nilai-Nilai Motivasi

Dalam Film My Name Is Khan ... 153

4.2 Pembahasan ... 175

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 183

5.2 Saran ... 187

5.2.1 Saran Bagi Universitas ... 187

5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 188

DAFTAR PUSTAKA ... 190

(12)

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Ardianto, Elvinaro dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arifin, Zainal. 2012.Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.Bandung:Rosdakarya

A.M, Sardiman. 2007.Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Arifin, H. Anwar. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Barthes, Roland. 2009. Mitologi. Jogjakarta: Kreasi Wacana.

Berger, Arthur Asa. 2000. Media Analysis Techniques,terj. Setio Budi HH. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya.

Berger, Peter L. dan Thomas Luckmann. 1966. The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge. New York: Anchor Books.

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Chandlers, D. 2007. Semiotics: The Basic. London: Routledge.

Cobley , Paul dan Litza Jansz. 1999. Introducing Semiotics. NY: Totem Books

Danesi, Marcel, 2012. Pesan Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra. Darmodiharjo, Darji. 1995. Pokok-pokok Filsafat Hukum: Apa dan

(13)

191

Eco, Umberto. 1979. A Theory Of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hamidy, Uu. 1993. Nilai Suatu Kajian Awal. Pekanbaru: UIR Press. Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunis Sastra.

Yogyakarta: Kanisius.

Hasibuan, Malayu SP. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.

Herusatoto, Budiono. 2000. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Kanisius.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat.1996. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Barthes. Magelang: IndonesiaTera.

Lechte, John. 2001.50 Filsuf Kontemporer: dari Strukturalisme Sampai Posmodernitas.Penerjemah A. Gunawan Admiranto. Yogyakarta: Kanisius.

McQuail, Denis & Sven Windahl, 1981. Communication Models: For the study of Mass Communication. New York: Longman.

Moleong, Lexy J.. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(14)

192

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rivers, William L. Jay W, Jensen Theodore Peterson. 2004. Media Massa danMasyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media

Segers. Rien T. 2000. Evaluasi Teks Sastra. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Sudjiman, Panuti dan A.A van Zoest (editor). 1993.Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alphabeta.

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apreasi Film. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.

Suryana, Asep. 2005. Jurnal Komunikasi dan Informasi. Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran.

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tahir, Muh, 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan.Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Wiryanto. 2004.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo

(15)

193

https://www.academia.edu/4939765/SKRIPSIKU. (16 Juni 2014/19.30 WIB).

http://ahmadsudardi.blogspot.com/2013/01/kewajiban-orang-tua terhadap-anak.html (26 Juni 2014/23.56 WIB).

http://fachrirezakusuma.wordpress.com/2013/08/27/4-jenis-manusia-berdasarkan-tujuan-hidupnya/. (1 Juli 2014/14.45 WIB).

http://bopfive5.blogspot.com/2011/05/teknik-pengambilan-gambar-atau-video.html. (1 Juli 2014/14.45 WIB).

http://rendyamor.blogspot.com/2013/04/autisme-samakah-dengan-idot.html. (11 Juli 2014/15.00 WIB).

http://belajartelepati.weebly.com/sekilas-telepati.html. (11 Juli 2014/21.25 WIB).

http://muslimahzone.arrahmah.com/peran-ayah-dalam-mendidik-anak-menurut-islam/. (12 Juli 2014/02.02 WIB).

C. Sumber Karya Ilmiah

Abbas, Fauzie Pradita. 2013. Representasi Makna Kesetiaan Dalam Film Hachiko A Dog’s Story Karya Lasse Hallstrom (Studi Semiotik Roland Barthes Mengenai Makna Kesetiaan Dalam Film Hachiko A Dog’s Story Karya Lasse Hallstrom).

Bandung: Unikom.

Indriani, Nurul Popi. 2013. Representasi Nasionalisme Dalam Film Tanah Surga, Katanya (Studi Semiotik Roland Barthes Mengenai Representasi Nasionalisme Dalam Film Tanah Surga, Katanya).

Bandung: Unikom.

Rawung, Lidya Ivana. 2013. Jurnal International: “Analisis

Semiotika Pada Film Laskar Pelangi”(Journal “Acta

(16)

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan pembuatan karya ilmiah skripsi ini dengan tepat waktu. Karya ilmiah skripsi ini berjudul “Representasi Nilai-Nilai Motivasi Yang Terkandung Dalam Film

My Name Is Khan (Studi Semiotik Roland Barthes Mengenai Representasi

Nilai-Nilai Motivasi Yang Terkandung Dalam Film My Name Is Khan)”. Ucapan kasih sayang teiring salam peneliti ucapkan kepada keluarga besar yang ada di Batam, yaitu Papa, Mama, dan 2 adikku tersayang yang telah memberikan dan mencurahkan kasih sayang, tenaga, dan waktu. Ucapan cinta kasih sayang tidak lupa peneliti tujukan kepada Netty Wiparti, SE wanita yang mengisi hati dan semangat pikiran sehingga peneliti dapat menyelesaikan pembuatan karya ilmiah skripsi ini.

(17)

Tidak lupa juga, dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yth:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik periode 2010-sekarang, yang telah membantu baik saat peneliti melakukan kegiatan perkuliahan dan memberikan semua persetujuan persyaratan dalam proses pembuatan karya ilmiah skripsi ini.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., Selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi periode 2010-sekarang, selaku dosen yang telah memberikan arahan, memberikan saran, kebijaksanaan dan telah meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi untuk membantu kelancaran dalam menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini.

3. Yth. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu baik saat penulis melakukan kegiatan perkuliahan dan juga dalam menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini.

(18)

5. Yth. Bapak Inggar Prayoga, M.I.Kom, selaku dosen wali yang telah banyak membantu dalam proses memberikan masukkan dan saran didalam perkuliahan yang dilakukan peneliti

6. Yth. Staff Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis dari awal sampai akhir perkuliahan.

7. Yth. Astri Ikawati. A.Md.Kom, Selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan dengan perkuliahan, serta memberikan informasi mengenai prosedur persyaratan untuk mengikuti Sidang Skripsi ini.

8. Teman Seperjuangan di Humas 1 angkatan (2010) yang telah memberikan dukungan besar untuk memotivasi memberikan semangat dan saling sharing untuk menyelesaikan pembuatan karya ilmiah skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan pembuatan karya ilmiah skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penulisan pembuatan karya ilmiah skripsi ini.

(19)

dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang sepadan dari Allah SWT, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, July 2014

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nilai-nilai motivasi sekarang ini semakin terlihat meredup didalam setiap individu, terlihat jelas apabila individu tersebut merasakan ada

sesuatu yang kurang didalam dirinya. Kekurangan yang dimaksud tentu sangat luas, yaitu kekurangan fisik atau mental dan kekurangan karena

malas. Permasalahan ini tentu menjadi hal yang serius jika terus-menerus dibiarkan, karena pada dasarnya seperti perkataan pepatah manusia bisa karena terbiasa.

Ini terjadi karena tidak adanya rasa keinginan untuk merubah dalam dirinya sendiri dan juga semakin maraknya gaya hidup yang modern tanpa adanya filterisasi yang membentuk sikap dan tingkah laku yang cenderung menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif, karena masuknya dunia hidup yang baru tersebut nilai-nilai motivasi yang ada dalam diri seseorang bisa menjadi hilang, terkikis, dan berubah dari jalur yang sesuai dengan apa yang diharapkan dari tujuan hidupnya Senada dengan pendapat yang diutarakan bahwa “Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya”. (Handoko,

(21)

2

Demikian juga dengan perkataan bahwa motivasi sendiri merupakan suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. (Drs. Moh. Uzer Usman, 2000:56)

Sedangkan menurut (Davies, Ivor K, 1986:115) Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Motivasi juga berasal dari pemikiran yang kuat yang juga berdasarkan dari keinginan yang ingin dicapai dalam hidupnya tentunya yang ditunjukkan nya melalui sikap yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.

(22)

3

dirinya sendiri dan juga dengan harapan agar juga berguna untuk orang lain.

Di zaman modern saat ini film merupakan media yang ampuh untuk menarik khalayak masyarakat apalagi di zaman modern seperti sekarang ini dengan kemajuan teknologinya, film merupakan objek seni yang tidak hanya menjadi sarana hiburan bagi penontonnya. Film menjadi salah satu media massa dalam menyampaikan sebuah pesan, verbal ataupun nonverbal. Bahkan film seperti hipnotis yang dapat memberikan pengaruh kepada penontonnya, seperti yang disebutkan dalam buku Media Massa dan Masyarakat Modern yaitu:

“Film dikatakannya dapat menyihir penonton sehingga mereka selalu pasif dan menerima saja apa yang disajikan film. Film juga menciptakan kelompok penggemar yang cenderung membuat komunitas eksklusif, dan setiap anggotanya terdorong untuk selalu mengidentikkan diri dengan komunitas itu” (William L. Rivers-Jay W. Jensen Theodore Peterson, 2004:291).

Jadi, film merupakan bagian penting dalam media massa untuk menyampaikan sebuah pesan atau untuk memberikan pengaruh kepada penontonnya untuk bertindak sesuatu seperti yang diharapan komunikator. Seperti yang ungkapkan oleh Sumarno, yang mengatakan bahwa:

“Film adalah sebuah seni mutakhir abad 20 yang dapat menghibur, mendidik, melibatkan perasaan, merangsang pemikiran, dan memberikan dorongan terhadap penontonnya. Pengaruh terhadap khalayak luas sebagai penonton ini lebih jauh misalnya sebuah film dapat menjadi media menghibur masyarakat dalam bentuk komedi, atau bisa juga mendidik melalui film dokumenter, dan lain sebagainya” (Sumarno, 1996:85).

(23)

4

Berkaitan dengan film sebagai media penyampai pesan kepada masyarakat, film merupakan tempat kebebasan dalam hal menyampaikan sebuah pesan. Penyampaian pesan disampaikan melalui unsur audio dan unsur visual yang dapat menarik perhatian orang untuk menonton film tersebut. Selain kedua unsur tersebut, film dapat menarik perhatian orang dengan menyajikan cerita yang menarik, detail dan lengkap, serta cara penyampaian pesan secara unik. Unik yang dimaksudkan adalah gambarnya yang bergerak, ini membuat penonton akan lebih mudah dalam memahami pesan yang terdapat dalam film tersebut.

Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami

secara linier. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya, tanpa

pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari masyarakat di

mana film itu di buat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar. (Irawanto, 1999:13)

(24)

5

film sekadar sebagai refleksi dari realitas. Sebagai refleksi dari realitas, film sekadar “memindah” realitas ke layar tanpa mengubah realitas itu. Sementara itu, sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya. (Irawanto, 1999:14)

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural dan semiotika. Seperti dikemukakan oleh Van Zoest yang dikutip oleh Alex Sobur (2003:128), film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. (Van Zoest, 1993:109)

Dalam hal ini genre film unsur naratif unsur sinematik diartikan

sebagai jenis film yang ditandai oleh gaya, bentuk, atau isi tertentu. Ada yang disebut film drama, horror, perang, sejarah, fiksi ilmiah, komedi, laga, musikal dan koboi (Sumarno, 1996:11). Saat ini film telah menjadi

(25)

6

Film dapat menceritakan kepada kita tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan. Baik tentang ekonomi, politik, sosial maupun ilmu pengetahuan lainnya. Melalui film pesan-pesan yang berhubungan dengan setiap segi kehidupan tersebut dapat dituturkan dengan bahasa audio visual yang menarik, sesuai dengan sifat film yang berfungsi sebagai media hiburan, informasi, promosi maupun sarana pelepas emosi khalayak.

Sebagai salah satu bentuk media massa, film dapat difungsikan sebagai media dalam wujud ekspresi, yang berperan untuk mempresentasikan suatu budaya atau gambaran realitas dari suatu masyarakat.

Film merupakan bagian dari media komunikasi yang di dalamnya mengandung banyak pesan bagi khalayak, namun banyak juga yang beranggapan cerita-cerita dalam film hanya masih sekedar hiburan bagi khalayak karena cerita yang menarik untuk media hiburan khalayak.

Salah satu film yang didalamnya menceritakan seseorang yang memiliki semangat nilai motivasi yang tinggi namun memiliki keterbatasan yaitu didalam Film “My Name Is Khan” yang merupakan film drama yang didalamnya menceritakan tentang perjalanan hidup seseorang, yang mempunyai keterbelakangan mental gejala autisme yaitu “Asperger Syndrome” yang disisi lainnya mempunyai kelebihan

(26)

7

merantau ke Negeri Paman Sam Amerika. Dalam film ini khalayak disuguhkan tentang pentingnya semangat nilai-nilai motivasi dalam diri setiap manusia dalam mencapai keinginan yang dicapai meskipun memiliki keterbelakangan mental. Pesan-pesan lain yang muncul dan ditampilkan sangat terasa kental, karena seorang Rizvan Khan memulai hidup barunya dinegara luar yang notabennya kebanyakan non muslim, inilah bagian yang menariknya ditengah-tengah Negara non muslim Rizvan Khan mencoba menunjukkan tampilan makna nilai-nilai motivasi yang ingin ditunjukkan kepada masyarakat Amerika bahwa muslim bukan seperti yang mereka bayangkan. Pentingnya menjaga semangat mempertahankan nilai-nilai motivasi ditengah-tengah hidup dengan lingkungan yang berbeda melalui cara kita berkomunikasi juga ditunjukkan dalam film ini. Perdebatan pandangan dan pengucilan masyarakat amerika terhadap umat islam.

(27)

8

Peneliti medapatkan FOR (Frame of Reference) dari sumber-sumber yang ada bahwa sebenarnya film merupakan alat transaksional sebagai penyampaian sebuah pesan dan makna yang terdapat di dalamnya, dan coba menelaah sesuai FOE (Field of Experience) terhadap objek yang sama namun dengan bahasan yang berbeda karena adanya pemberian pesan terhadap sebuah karya seni berdasarkan sumber-sumber mengenai semiotika terhadap karya seni ataupun media-media komunikasi yang di buat oleh pengarangnya.

Jalinan tanda dalam film terasa lebih kompleks karena pada waktu yang hampir bersamaan sangat mungkin berbagai tanda muncul sekaligus, seperti visual, audio, dan teks. Begitu pun dengan tanda-tanda yang terdapat dalam film “My Name Is Khan”.

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode Analisis Semiotika. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda dalah perangkat yang kita pakai

dalam berusaha mencari jalan, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. (Sobur, 2009:15). Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda. Littlejohn (1996:64 dalam Sobur, 2009:15-16).

(28)

9

unsur yang terpenting karena bisa memunculkan berbagai makna sehingga pesan dapat dimengerti.

Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indera kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda.

Berkaitan dengan film yang sarat akan pesan dan tanda yang terkandung, maka yang akan menjadi perhatian peneliti di sini adalah segi semiotikanya, dimana dengan semiotika ini akan sangat membantu peneliti dalam menelaah arti kedalaman suatu bentuk komunikasi dan mengungkap makna yang ada di dalamnya. Sederhananya semiotika itu adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda.

Melalui pendekatan Semiotika Roland Barthes. Dalam penelitian ini, penulis akan menelaah sebuah film yang berjudul “My Name Is Khan” secara denotasi, konotasi dan mitos. Ketiga dimensi tersebut

(29)

10

memberi panutan contoh bahwa orang-orang yang memiliki kekurang mental fisik (gejala autisme) juga mempunyai semangat harapan tujuan hidup yang ingin dia lakukan untuk kebutuhan cita-cita yang diinginkannya. Hal ini juga memberikan masukkan makna yang ingin disampaikan juga

kepada khalayak masyarakat yang menonton film “My Name Is Khan”

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian ini adalah Bagaimana Representasi Nilai-Nilai Motivasi yang

terkandung dalam film “My Name Is Khan”?.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian merupakan fokus kajian dalam melakukan penelitian agar pembahasan terarah dengan baik dan sistematis. Adapun pertanyaan penelitan, sebagai berikut:

1.2.1 Pertanyaan Makro

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan makro sebagai berikut “Bagaimana Representasi Nilai-Nilai Motivasi Yang Terkandung Dalam Film“My Name Is Khan”?

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Mengacu pada rumusan masalah tersebut, dirumuskan pertanyaan mikro sebagai berikut:

1. Bagaimana makna denotatif nilai-nilai motivasi yang terkandung dalam film “My Name Is Khan”?

(30)

11

3. Bagaimana mitos/ideologi nilai-nilai motivasi yang terkandung dalam film “My Name Is Khan”?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai-nilai motivasi yang terkandung dalam film secara mendalam

“Bagaimana Representasi Nilai-Nilai Motivasi Yang

Terkandung Dalam Film“My Name Is Khan”?

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui makna denotatif nilai-nilai motivasi yang terkandung dalam film “My Name Is Khan”.

2. Untuk mengetahui makna konotatif nilai-nilai motivasi yang terkandung dalam film “My Name Is Khan”.

3. Untuk mengetahui mitos nilai-nilai motivasi yang terkandung dalam film “My Name Is Khan”.

4. Untuk mengetahui representasi nilai-nilai motivasi yang

(31)

12

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun Kegunaan dari penelitian ini dapat digunakan secara teoritis dan praktis

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini secara teoritis berguna sebagai pengembangan kajian penelitian kualitatif studi semiotika khususnya untuk media massa seperti film. Dan akhirnya dari seluruh proses penelitian mampu memperluas kajian ilmu komunikasi, khususnya signifikasi (pemaknaan) terhadap media massa dari sebuah film, sehingga dapat menciptakan dan melahirkan pemahaman-pemahaman yang baru melalui pesan yang disampaikan dalam sebuah film tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu dalam mengkaji langsung tentang analisis semiotik yang terdapat dalam sebuah karya film.

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas

(32)

13

bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia khususnya mahasiswa bidang studi ilmu komunikasi dalam mengungkap makna dan tanda dalam sebuah karya film.

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat

(33)

BAB II

TNJUAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti mengambil skripsi yang berjudul “Representasi

Nilai-Nilai Motivasi Yang Terkandung Dalam Film My Name Is

Khan (Studi Semiotik Mengenai Representasi Nilai-Nilai Motivasi

Yang Terkandung Dalam Film My Name Is Khan)”. Pada kajian

penelitian skripsi mengenai studi semiotika tentang film sudah

sangat banyak yang membahas di Universitas lain, akan tetapi

terdapat perbedaan dari segi pembahasan isinya yang berbeda.

Pada penelitian ini, peneliti melihat tinjauan penelitian

sebelumnya yang membahas mengenai representasi dalam sebuah

film dan objek yang ingin digali dan dibedah melalui studi

semiotik untuk memperkuat kajian pustaka penelitian ini. Selain

itu, karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan yang

ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu, sehingga

meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal

yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi.

Berikut judul penelitian terdahulu yang membahas mengenai

(34)

ϭϱ

analisisnya.

Tinjauan pustaka bertujuan untuk menjelaskan teori yang

relevan dengan masalah yang diteliti tinjauan pustaka berisikan

tentang data-data sekunder yang peneliti peroleh dari jurnal

-jurnal ilmiah atau hasil penelitian pihak lain yang dapat

dijadikan asumsi-asumsi yang memungkinkan terjadinya penalaran

untuk menjawab masalah yang diajukan peneliti. adapun hasil dari

pengumpulan yang telah peneliti dapatkan selama penelitian dan

peneliti menguraikannya sebagai berikut :

2.1.1.1Fauzie Pradita Abbas (41809108)

Universitas Komputer Indonesia

Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Jurnalistik (Lulusan 2013)

Judul Skripsi: “Representasi Makna Kesetiaan Dalam Film

Hachiko A Dog’s Story Karya Lasse Hallstrom (Studi

Semiotik Roland Barthes Mengenai Makna Kesetiaan

Dalam Film Hachiko A Dog’s Story Karya Lasse

Hallstrom)”

Keterangan:

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui representasi

dari makna semiotik kesetiaan yang terkandung dalam film

Hachiko : Kisah Anjing , menganalisis bagaimana makna

yang terkandung dalam film Hachiko merupakan kisah

(35)

ϭϲ

konotasi , mitos / ideologi oleh Roland Barthes.

Pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis

semiotika Roland Barthes. Teknik pengumpulan data adalah

studi pustaka , studi dokumentasi , observasi , dan pelacakan

data secara online . Objek yang dianalisis mengandung

urutan dalam film Hachiko: “A Dog Story” dengan

mengambil tiga urutan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga makna

menurut semiotika Barthes. Denotasi makna dalam urutan

Hachiko: “A Dog Story” menggambarkan stasiun untuk

menjemput Parker parker Bedridge yang biasanya

melakukan aktivitas kerja dengan menggunakan transportasi

kereta api. Dan pada akhirnya itu membuat Parker merasa

terkejut dan terkejut seperti yang muncul dalam film dan

subtitle. Konotasi urutan kehadiran Hachiko di stasiun

menunggu kedatangan Parker, dalam beberapa urutan

menunjukkan bahasa tubuh yang mencerminkan loyalitas di

mana ia terlihat dengan sikap atau pose dalam urutan. Arti

mitos atau ideologi adalah untuk memanfaatkan urutan

menunjukkan loyalitas dan kesetiaan, Hachiko menunggu

Parker tetap bertekad meskipun usu al sedikit tidak masuk

akal. Kasih sayang manusia yang diberikan kepada anjing

(36)

ϭϳ

memberikan balasan dalam bentuk loyalitas kepada orang

itu.

Kesimpulan penelitian memperlihatkan adanya

kesetiaan , persahabatan , dan kesetiaan antara anjing

dengan manusia , bahwa yang pada dasarnya manusia dan

anjing sama Allah diciptakan sebagai makhluk yang hidup

berdampingan di dunia ini , yang membedakannya diberikan

keuntungan dari pikiran manusia dan pikiran serta derajat

hewan di atas persis anjing .

Peneliti memberikan saran bagi para pembuat film

yang mungkin harus menghasilkan beberapa ide baru

kepada orang-orang sementara itu menarik mereka untuk

beberapa pandangan yang menarik . Tidak hanya menggali

representasi dari makna kesetiaan , ada banyak tema yang

menarik dari film sebagai representasi, antara lain:

representasi makna kekerasan, representasi makna maskulin,

representasi arti persahabatan serta yang lain.

2.1.1.2Nurul Popi Indriani (41808154)

Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Humas (Lulusan 2013)

Judul Skripsi: “Representasi Nasionalisme Dalam Film

(37)

ϭϴ

Mengenai Representasi Nasionalisme Dalam Film Tanah

Surga, Katanya)”

Keterangan:

Nilai-nilai serta wawasan kebangsaan sekarang ini menjadi sebuah topik yang kurang menarik, terutama

bagi generasi muda. Jika keadaan ini terus berlangsung,

maka jiwa nasionalisme dan perasaan bangga terhadap

bangsa serta negeri ini akan terancam. Ini karena

banyaknya generasi muda yang semakin lama terlena

akan gaya hidup yang modern, dimana modern yang

mereka serap tanpa adanya filter yang baik untuk

menghalau pengaruh- pengaruh buruk yang ditimbulkan.

Berkaitan dengan film sebagai media penyampai

pesan kepada masyarakat, film merupakan tempat

kebebasan dalam hal menyampaikan sebuah pesan.

Penyampaian pesan disampaikan melalui unsur audio

dan unsur visual yang dapat menarik perhatian orang

untuk menonton film tersebut. Selain kedua unsur

tersebut, film dapat menarik perhatian orang dengan

menyajikan cerita yang menarik, detail dan lengkap, serta

cara penyampaian pesan secara unik. Unik yang

dimaksudkan adalah gambarnya yang bergerak, ini

(38)

ϭϵ

pesan yang terdapat dalam film tersebut.

Film berjudul Tanah Surga, Katanya tentu

memiliki unsur intrinsik dalam film, salah satunya

adalah pesan.

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk

mengetahui nasionalisme yang terdapat

dalamfilmTanahSurga,Katanya, menganalisis apa saja

makna yang terdapat dalamfilmTanahSurga,Katanyayang

berkaitan dengan nasionalisme yang terdiri dari makna

denotatif, makna konotatif, mitos/ideologi menurut Roland

Barthes.

Penelitian ini merupakan Penelitian Kualitatif

dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi

dokumentasi, studi pustaka, wawancara dan penelusuran

data online. Objek yang dianalisis merupakan scene yang

terdapat dalam sebuahfilmTanahSurga,Katanyadengan

mengambil enam scene.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga

makna sesuai dengan semiotik Barthes. Makna denotasi

yang terdapat dalam sceneTanah Surga,

Katanyamenggambarkan setiap kata yang diucapkan

(39)

ϮϬ

simbol sebuah nasionalisme. Makna konotasi yang didapat

ialah cinta yang berlebihan pada Negara nya, cinta bangsa

dan Negara sebagai harga mati, sesuatu dimaknai berbeda

karena tidak adanya kesamaan persepsi, rela berkorban

demi harga diri Negara, lemahnya ketahanan Negara akan

membuka peluang bagi Negara lain untuk menguasainya,

serta yakin, bangga, dan tidak pernah menyerah demi

bangsa. Sedangkan makna Mitos/Ideologi yang dapat

diambil dikehidupan sekitar kita bahwa terdapatnya paham

primordialisme, loyalitas dibayar dengan tangan hampa

diartikan kepolosan semata, pembodohan Negara

diakibatkan minimnya sebuah pendidikan, jiwa nasionalis

merupakan benteng pertahanan diri, krisis ketahanan

Negara yang berbanding tipis dengan krisis kepercayaan,

dan usaha demi Negara menjadi tameng ambisi diri.

Kesimpulan penelitian memperlihatkan pesan-pesan

yang ada dalamfilmini mempunyai maksud untuk

membuka mata penontonnya untuk menyadari keadaan

Negara nya serta untuk meningkatkan rasa nasionalisme

individu yang menontonnya.Peneliti memberikan saran bagi

para sineas agar dapat membuatfilmdengan tema

nasionalisme lebih banyak lagi serta untuk para

(40)

Ϯϭ

Indonesia.

2.1.1.3Lidya Ivana Rawung (090815029)

Universitas Sam Ratulangi - Manado

Ilmu Komunikasi (Lulusan 2013)

Journal “Acta Diurna” Vol.I.No.1. Tahun. 2013

Judul Jurnal International: “Analisis Semiotika Pada Film

Laskar Pelangi”

Keterangan:

Film Laskar Pelangi terinspirasi dari kisah nyata

perjuangan anak-anak Belitung yang ingin sekolah, tekad

yang kuat untuk belajar serta pengabdian guru ditengah

keterbatasan. Potret pendidikan Indonesia saat ini, berbeda

dengan apa yang ada dalam film Laskar Pelangi. Banyak

pelajar yang tawuran dan bolos sekolah. Maka itu, sangat

penting untuk mengetahui tanda-tanda (makna) dari film

Laskar Pelangi agar masyarakat bisa mengetahui film-film

yang mendidik dan lewat film ini, bisa memberikan

inspirasi bagi generasi penerus bangsa tentang pentingnya

semangat dan tekad yang kuat untuk belajar serta

untuk para pendidik, dapat memiliki karakter yang mau

mengabdi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian

(41)

ϮϮ

semiotika dengan menggunakan teori dari Ferdinand De

Saussure serta menganalisis data berdasarkan Kamus,

Ideologi, Frame Work Budaya dan Interpretan Kelompok.

Setelah menganalisis dan melakukan wawancara dengan

informan (Interpretan Kelompok) maka dapat diketahui

bahwa film Laskar Pelangi memiliki makna pesan yang

positif untuk mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.

Dalam film ini, terdapat makna tentang semangat dan tekad

yang kuat untuk belajar ditengah keterbatasan serta

mencerikatakan tentang pengabdian guru meski hidup

dibawah garis kemiskinan. Dengan memiliki semangat,

tekad yang kuat serta dididik oleh guru yang benar-benar

ingin mengabdi maka siswa-siswa SD Muhamadiah bisa

mencapai impian mereka.

Lewat makna pesan dalam film Laskar Pelangi kita

bisa mengetahui bahwa sebagai generasi penerus bangsa

kita harus terus belajar, jangan pernah menyerah dan kalah

dengan kesulitan dan sebagai pendidik milikilah karakter

yang mau mengabdi untuk bangsa Indonesia. Jangan

pengabdian diukur karena materi saja. Serta bagi

masyarakat Indonesia harus bisa memilih film mana yang

pantas ditonton dan yang tidak. Untuk produser, sutradara

(42)

Ϯϯ

kehidupan anak bangsa, agar bangsa kita memiliki generasi

(43)

Ϯϰ

tidak berarti apa-apa

(44)

Ϯϱ

2.1.2 Tinjauan Mengenai Komunikasi

2.1.2.1Komunikasi Merupakan Ilmu

Eksistensi komunikasi sebagai ilmu dapat

ditelusuri dari perkembangannya semenjak abad kelima

sebelum masehi dengan sebutan ilmu pernyataan

manusia, yang mulanya berkembang di Yunani Purba

ikut menjalar ke Romawi. Ilmu ini mengkaji secara

sistematis segala segi pernyataan antar manusia.

Pada zaman pemerintahan kaisar Romawi Gaius

Julius Caesar dimulailah ilmu pernyataan manusia yang

dinyatakan melalui media. Seiring dengan

perkembangan ini, muncul surat kabar pertama di

Jerman yang bernama Weekly News. Perkembangan

surat kabar serta dampak yang ditimbulkan inilah yang

menarik para ilmuwan untuk mempelajarinya. Hingga

abad 19 munculah ilmu persuratkabaran (science of the

press)

Tidak hanya Yunani dan Romawi, dalam

perkembangannya ilmu pernyataan manusia

berkembang pula di Jerman dengan nama

“Publizistikwissenschaft”, dan di Amerika Serikat

disebut “Communicaton Science”, keduanya

(45)

Ϯϲ

Persuratkabaran.

Dapat dikatakan dari awal ilmu komunikasi lahir

hingga dalam setiap perkembangannya dapat diterima

baik, tidak hanya di beberapa Negara saja namun

diseluruh dunia. Memang banyak ilmuwan dari

bermacam-macam disiplin (ilmu) telah banyak

memberikan sumbangan kepada ilmu kita (komunikasi).

Tidak mengherankan jika banyak disiplin telah terlibat

dalam studi komunikasi baik secara langsung, maupun

secara tidak langsung. Hal ini menurut Fisher (1986:17)

bermakna bahwa komunikasi memang mencakup

semuanya, dan bersifat sangat eklektif (menggabungkan

berbagai bidang). (Suryana, 2005: 33-35) (Arifin, 2010:

15)

2.1.2.2Definisi Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam

bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang

berarti “sama”, communico, communication, atau

communicare yang berarti membuat sama (to make

common).

Dengan sifat komunikasi yang eklektif membuatnya

menjadi multimakna, sehingga menimbulkan kesulitan

(46)

Ϯϳ

kajian ilmiah.

Kesulitan ini langsung terlihat dari lahirnya

sejumlah definisi komunikasi. Berbicara tentang

definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar

ataupun salah.

Seperti juga model atau teori, definisi harus

dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan

fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Para

pakar mempunyai caranya sendiri dalam merumuskan

komunikasi. Adapun beberapa definisi yang dipaparkan

oleh para pakar, akan dijelaskan sebagai berikut:

Bernard Berelson dan Gary A. Steiner

Komunikasi adalah proses transmisi

informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan

sebagainya, dengan menggunakan simbol

-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dan

sebagainya.

Theodore M. Newcomb

Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai

suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan

yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.

Carl I. Hovland

(47)

Ϯϴ

(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya

lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku

orang lain (komunikate).

Gerald R. Miller

Komunikasi terjadi ketika suatu sumber

menyampaikan suatu pesan kepada penerima

dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi

perilaku penerima.

Everett M. Rogers

Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber

kepada suatu penerima atau lebih, dengan

maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

Raymond S. Ross

Komunikasi adalah proses menyortir,

memilih, dan pengiriman simbol-simbol

sedemikian rupa agar membantu pendengar

membangkitkan respons atau makna dari

pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan

oleh komunikator.

Harold Lasswell

(Cara yang baik untuk menggambarkan

komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan

(48)

Ϯϵ

Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa

Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada

Siapa Dengan Pengaruh bagaimana? (Mulyana,

2001:41-62)

Berdasarkan pendapat para pakar tersebut

memberikan gambaran bahwa komunikasi memiliki

unsur-unsur di dalamnya, yaitu:

1. Komunikator (communicator, source, sender, speaker)

2. Pesan (message)

3. Media (channel)

4. Komunikan (receiver, audience, listener)

5. Efek (effect)

Dari kelima unsur komunikasi tersebut peneliti

mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses

pertukaran pesan atau makna dari komunikator kepada

komunikan dengan maksud untuk mempengaruhi

(mempersuasif) komunikan.

2.1.2.3Pengertian Komunikasi

Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan

orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik

secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh dan

(49)

ϯϬ

pemahaman populer mengenai komunikasi manusia

adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian

pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada

seseorang (sekelompok orang) baik secara langsung (tatap

-muka) ataupun melalui media (selebaran), surat kabar,

majalah, radio, atau televisi.

Komunikasi merupakan salah satu fungsi dari

kehidupan manusia. Fungsi komunikasi dalam kehidupan

menyangkut banyak aspek. Melalui komunikasi seseorang

menyampaikan apa yang ada dalam bentuk pikirannya

atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik

secara langsung ataupun tidak langsung. Melalui

komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak

terasing dan terisolir dari lingkungan di sekitarnya. Melalui

komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau

memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain.

Sifat ilmu komunikasi adalah interdisipliner atau

multidisipliner. Maka dari itu ilmu komunikasi dapat

menyisip dan berhubungan erat dengan ilmu sosial

lainnya. Hal itu disebabkan oleh objek materialnya sama

dengan ilmu sosial lainnya, terutama ilmu sosial

kemasyarakatan. Banyak definisi dan pengertian tentang

(50)

ϯϭ

apa itu komunikasi. Wiryanto dalam bukunya Pengantar

Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa, “Komunikasi

mengandung makna bersama-sama (common). Istilah

komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication

yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya

communis, yang bermakna umum bersama-sama.”

(Wiryanto, 2004:5) Effendy menjelaskan lebih jauh, bahwa

dalam perkembangan selanjutnya, komunikasi dapat

berlangsung melalui banyak tahap, bahwa sejarah tentang

komunikasi massa dianggap tidak tepat lagi karena tidak

menjangkau proses komunikasi yang menyeluruh.

Penelitian yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld, Bernald

Berelson, Hazel Gaudet, Elihu Katz, Robert Merton, Frank

Stanton, Wilbur Schramm, Everett M. Rogers, dan para

cendekiawan lainnya menunjukkan bahwa:

“Gejala sosial yang diakibatkan oleh media massa

tidak hanya berlangsung satu tahap, tetapi banyak

tahap. Ini dikenal dengan twostep flow

communication dan multistep flow communication.

Pengambilan keputusan banyak dilakukan atas dasar

hasil komunikasi antarpersona (interpersonal

communication) dan komunikasi kelompok (group

(51)

ϯϮ

massa (mass communication)” (Effendy, 2005 : 4).

Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari

tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk

menyampaikan maksud hingga dapat mengubah

perilaku orang yang dituju, menurut Mulyana sebagai

berikut, Komunikasi adalah proses yang memungkinkan

seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan

(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah

perilaku orang lain). (Mulyana, 2003:62).

Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa

komunikologi adalah ilmu komunikasi, terutama

komunikasi oleh dan di antara manusia. Seorang

komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah

komunikasi dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang

studi yang berbeda: proses komunikasi, pesan yang

dikomunikasikan, dan studi mengenai proses

komunikasi. Luasnya komunikasi ini didefinisikan

oleh Devito sebagai:

“Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau

lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima

pesan, yang mendapat distorsi dari gangguan

-gangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan

(52)

ϯϯ

egiatan komunikasi meliputi komponen

-komponen sebagai berikut: konteks, sumber,

menerima, pesan, saluran, gangguan, proses

penyampaian atau proses encoding, penerimaan

atau proses decoding, arus balik dan efek. Unsur

-unsur tersebut agaknya saling esensial dalam setiap

pertimbangan mengenai kegiatan komunikasi. Ini

dapat kita namakan kesemestaan komunikasi;

Unsur-unsur yang terdapat pada setiap kegiatan

komunikasi, apakah itu intra-persona, antarpersona,

kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau

komunikasi antarbudaya. “(Effendy, 2005 : 5)

Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi

di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan

suatu proses pertukaran pesan atau informasi antara dua

orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti atau

makna diantara mereka.

2.1.2.4Definisi Simbol

Secara etimologis, symbol (symbol) berasal dari

kata Yunani “sym-ballein” yang berarti melemparkan

bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu

(53)

ϯϰ

menyebutkan “symbolos”, yang berarti tanda atau ciri yang

memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang (Herusatoto,

2000: 10). Biasanya simbol terjadi berdasarkan metonimi

(metonimy), yakni nama untuk benda lain yang berasosiasi

atau yang menjadi atributnya (misalnya Si kaca mata untuk

seseorang yang berkaca mata) dan metafora (metaphor),

yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau

konsep lain berdasarkan kias atau persamaan (misalnya kaki

gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia)

(Kridalaksana, 2001: 136-138). Semua symbol melibatkan

tiga unsur: simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan

hubungan antara symbol dengan rujukan. Ketiga hal ini

merupakan dasar bagi semua makna simbolik.

Pada dasarnya, simbol adalah sesuatu yang berdiri

atau ada untuk sesuatu yang lain, kebnyakan diantaranya

tersembunyi atau tidaknya tidak jelas. Sebuah symbol dapat

berdiri untuk suatu institusi, cara berpikir, ide, harapan dan

banyak hal lain. Dan kebanyakan dari apa yang paling

menarik tentang simbol-simbol adalah hubungannya

dengan ketidaksadaran. Simbol-simbol seperti kata Asa

Berger (2000: 84), adalah kunci yang memungkinkan kita

untuk membuka pintu yang menutupi perasaan-perasaan

(54)

ϯϱ

yang mendalam. Simbol-simbol merupakan pesan dari

ketidaksadaran kita.

2.1.2.5Komunikasi Sebagai Proses Simbolik

Susanne K. Langer mengatakan bahwa salah satu

kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan

simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau

simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk

sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok

orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku

nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.

Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan

antara tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan

oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak

memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik

(dua atau tiga dimensi) yang menyerupai

apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai

dengan kemiripan.

Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks

adalah tanda yang secara alamiah merepresentasikan

objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk

indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari

(55)

ϯϲ

berdasarkan hubungan antara sebab dan akibat yang punya

kedekatan eksistensi. Lambang mempunyai beberapa sifat

seperti berikut:

Lambang bersifat sembarang, manasuka,

atau sewenang- wenang

Apa saja bisa dijadikan lambang.

Bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata

(lisan atau tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan

dan cara makan, tempat tinggal, jabatan

(pekerjaan), olahraga, hobi, peristiwa, hewan,

tumbuhan, gedung, alat (artefak), angka, bunyi,

waktu, dan sebagainya. Semua itu bisa menjadi

lambang karena lambang hadir dimana-dimana

dan tidak pernah berhenti.

Lambang pada dasarnya tidak mempunyai

makna, tetapi kitalah yang memberi makna

Makna sebenarnya ada dalam kepala kita,

bukan terletak pada lambang itu sendiri. Kalaupun

ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata

mempunyai makna, yang ia maksudkan

sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang

untuk memberi makna (yang telah disetujui

(56)

ϯϳ

timbul bila para peserta komunikasi tidak

memberi makna yang sama pada suatu kata.

Lambang itu bervariasi

Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke

budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dan

dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain.

Begitu juga makna yang diberikan kepada lambang

tersebut. (Mulyana, 2001:83-95)

2.1.2.6Bahasa Sebagai Realitas Sosial

Bahasa merupakan alat simbolis untuk melakukan

signifikasi, dimana logika ditambahkan secara mendasar

kepada dunia sosial yang diobjektivasi. Bangunan

legitimasi disusun diatas bahasa dan menggunakan bahasa

sebagai instrument utama. “Logika”, yang dengan cara

seperti itu diberikan kepada tatanan kelembagaan,

merupakan bagian dari cadangan pengetahuan masyarakat

(social stock of knowledge) dan diterima sebagai sesuatu

yang sudah sewajarnya.

Bahasa oleh Berger dan Luckmann menjadi tempat

penyimpanan kumpulan besar endapan-endapan kolektif

yang bias diperoleh secara monoterik, artinya sebagai

keseluruhan yang kohesif dan tanpa merekonstruksikan

(57)

ϯϴ

untuk mensignifikasi makna-makna yang dipahami

sebagai pengetahuan yang relevan dengan masyarakatnya,

sebagaimana dikatakan oleh Berger dan Luckmann,

pengetahuan itu dianggap relevan bagi semua orang dan

sebagian lagi hanya relevan bagi tie-tipe orang tertentu

saja.

Ferdinand de Sausure dalam Fridolin (1993)

menunjukkan hakikat bahasa adalah sistem tanda. Sistem

ini terdiri dari penanda bunyi yang kita dengar, tuturkan,

atau huruf-huruf yang kita baca dan tulis serta tertanda atau makna. Heryanto mengatakan, tidak ada kaitan

langsung ataupun hokum alam yang mengatur hubungan

antara system tanda ini (bahasa) dengan realitas konkret

objektif (acuan). Jadi misalnya tidak ada kaitannya

mengapa „pria’ disebut „pria’ atau „lelaki’,’man’,’lanang’,

atau „bajingan’. Hubungan itu bersifat sewenaang-wenang

atau konvensional. Makna tidak dibentuk atau ditentukan

oleh hakikat benda yang diacu, tetapi oleh perbedaan

diantara satuan penanda atau tertanda dengan sesamanya.

2.1.3 Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses

(58)

ϯϵ

kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan,

gagasan, informasi, opini, pertanyaan, dan lain-lain. Perasaan

bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,

kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya

yang timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi terbagi menjadi

dua, yakni secara primer dan secara sekunder. (Effendy, 2009:11)

2.1.3.1Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses

penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang

kepada orang lain dengan menggunakan lambang

(symbol) sebagai media.

Lambang sebagai media primer dalam proses

komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna,

dan lain sebagainya yang secara langsung mampu

“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan

komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang

paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah

jelas karena hanya bahasalah yang mampu

“menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain.

Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini,

baik mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak,

(59)

ϰϬ

sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa

yang akan datang.

Dengan perkataan lain, pesan (message) yang

disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri

atas isi (the content) dan lambang (symbol). (Effendy,

2009:11-12)

2.1.3.2Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah

proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang

lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media

kedua setelah memakai lambang (symbol) sebagai media

pertama.

Seorang komunikator menggunakan media kedua

dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan

sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh

atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar,

majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media

kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Proses komunikasi sekunder ini merupakan

sambungan dari komunikasi primer untuk menembus

dimensi ruang dan waktu.

(60)

ϰϭ

komunikasi itu adalah sebagai berikut:

Sender

Komunikator yang menyampaikan pesan

kepada seseorang atau sejumlah orang.

Encoding

Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran

ke dalam bentuk lambang.

Message

Pesan yang merupakan seperangkat lambang

bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

Media

Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan

dari komunikator kepada komunikan.

Decoding

Penyandian, yaitu proses di mana komunikan

menetapkan makna pada lambang yang

disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Receiver

Komunikan yang menerima pesan dari

komunikator.

Response

Tanggapan, seperangkat reaksi pada

(61)

ϰϮ

Feedback

Umpan balik, yakni tanggapan komunikan

apabila tersampaikan atau disampaikan kepada

komunikator.

Noise

Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses

komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan

lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan

yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

(Effendy, 2009:16-19)

2.1.4 Pesan Verbal dan Nonverbal Komunikasi

2.1.4.1Pesan Verbal

Simbol atau pesan adalah semua jenis simbol yang

menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dianggap

sebagai suatu sistem kode verbal, yang didefinisikan

sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk

mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang

digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk

menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa

(62)

ϰϯ

berbagai aspek realitas individual kita. (Mulyana,

2001:237-238)

Dalam buku Psikologi Komunikasi, Jalaluddin

Rakhmat mendefinisikan bahasa secara fungsional dan

formal. Definisi fungsional melihat bahasa dari segi

fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai “alat yang

dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan”

(socially shared means for expressing ideas). Karena,

bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di

antara anggota-anggota kelompok sosial untuk

menggunakannya.

Definisi formal menyatakan bahasa sebagai

semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat

menurut peraturan tata bahasa (all the conceivable

sentences that could be generated according to the rules

of its grammar). Setiap bahasa mempunyai peraturan

bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan

supaya memberikan arti. (Rakhmat, 2005:269)

Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk

menamai atau menjuluki orang, objek, dan peristiwa.

Setiap orang punya nama untuk identifikasi sosial. Orang

juga dapat menamai apa saja, objek- objek yang berlainan,

(63)

ϰϰ

Sedangkan menurut Larry L. Barker, bahasa

memiliki tiga fungsi, yaitu penamaan (naming atau

labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penamaan

atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi

objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya

sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi

menekankan berbagi gagasan dan emosi. Dengan bahasa

seseorang dapat memberikan informasi kepada orang

lain ataupun menerima informasi dari orang lain, inilah

yang disebut transmisi informasi. (Mulyana, 2001: 242

-243)

Dilihat dari definisi serta fungsi dari bahasa

tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa akan bermakna,

jika adanya kesepakatan di antara pelaku komunikasi

untuk memahami bahasa dengan makna yang sama.

Tanpa adanya kesepakatan, maka pemahaman atau

pemaknaan terhadap suatu bahasa tidak akan terjadi.

2.1.4.2Pesan Nonverbal

Larry A. Samovar dan Richard E Porter seperti yang

dikutip Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu

(64)

ϰϱ

“Komunikasi nonverbal mencakup semua

rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam

suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh

individu dan penggunaan lingkungan oleh individu,

yang mempunyai nilai pesan potensial bagi

pengirim atau penerima; jadi definisi ini

mencakup perilaku yang disengaja juga tidak

disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi

secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan

nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan

tersebut bermakna bagi orang lain.” (Mulyana,

2001:308)

Dalam hubungannya dengan perilaku verbal,

perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai

berikut:

 Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku

verbal.

 Perilaku nonverbal dapat memperteguh ,

menekankan atau melengkapi perilaku verbal.

 Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku

verbal, jadi berdiri sendiri.

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.1 Dua Tahap Signifikasi Barthes
Tabel 2.3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya dengan hasil p < 0,05 ( p value= 0,004) yang berarti ada hubungan antara

Warna merah muda melambangkan bunga persik dan kacapiring, yang dipercaya bisa mengusir nasib sial.Pewarna merah yang dipakai berasal dari bunga kacapiring.Bunga

Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah status perusahaan, kepemilikan institusional, leverage, profitabilitas dan tipe industri.. Data yang digunakan dalam

pertambangan. Mereka yang membiayai hal ini terdorong oleh keuntungan yang dat diperoleh dari tiap ons akstraksi logam mulia dan harga tinggi pasar emas selama ini

atas segala nikmat cahaya ilmu pengetahuan, kemudahan serta petunjuk yang telah diberikan sehingga dapat terselesaikan dengan baik penulisan tesis dengan Pengujian Keseragaman

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang masalah potensi wisata yang terdapat di Pasar Jumat Karanganyar, strategi pengembangan Pasar Jumat Karanganyar, dan

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains Terapan (SST) Jurusan Teknik Kimia Program Studi S1