REPRESENTASI NILAI-NILAI MOTIVASI YANG
TERKANDUNG
DALAM FILM “ MY NAME IS KHAN”
(Studi Semiotik Roland Barthes Mengenai Nilai-Nilai Motivasi
Yang Terkandung Dalam Film
“My Name Is Khan”
)
Skripsi
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)Pada
Program StudiIlmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh,
MUHAMMAD AZIZ R.K
NIM. 41808715
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Muhammad Aziz Rafsanjani Kusuma
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 03 November 1990 Jenis kelamin : Pria
Umur : 23Tahun
Agama : Islam
Alamat : JL. Tubagus Ismail Dalam No 31 Bandung
Telepon : 085668108076
082126949947
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Muhammad Yusuf, SE., M.Si
Pekerjaan : BUMN Badan Pengusahaan Batam (PNS)
Nama Ibu : Mida Murniani, SE.
Pekerjaan : BUMN Badan Pengusahaan Batam (PNS)
201
PENDIDIKAN FORMAL
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2008-2010 Pernah Menjadi Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Komputer di Unikom.
Pindah Jurusan
2. 2010 - Sekarang Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Kosentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung.
-
3. 2006 – 2008 SMK Permata Harapan Batam Berijazah
4. 1999 – 2002 SMP Kartini I Batam Berijazah
5. 1993 – 1999 SD Kartini I Batam Berijazah
PENDIDIKAN NONFORMAL
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2013 - sekarang Kursus Bahasa Jerman di Goethe Institute Bandung
Sertifikat A1.1
2. 2005 – 2007 Kursus Belajar Olahraga Renang di Shangrilla -
PELATIHAN DAN SEMINAR
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2007 Peserta Pelatihan ESQ 2007 di Hotel Melia Panorama Batam
202
2. 2010 Peserta Kegiatan Seminar Budaya Preneurship” Mengangkat Budaya Bangsa Melalui Jiwa Entrepreneurship” diadakan oleh Pusat Inkubator Bisnis Mahasiswa Unikom.
Peserta Kegiatan Table Manner di Hotel AMAROSA Bandung.
Peserta Temu Kenal Mahasiswa Baru 2010 FISIP .
Bersertifikat
3. 2011 Peserta Seminar NetPreneur ”Meraih Peluang Bisnis Melalui Internet”.
Peserta Kegiatan “ONE DAY WORSHOP
MC & RADIO ANNOUNCER” UNIKOM Bandung.
Bersertifikat
4. 2013 Peserta Kegiatan Budaya Komunikasi & Komunikasikan Budaya
Bersertifikat
Bandung, Agustus 2014
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ... 10
1.2.1 Pertanyaan Makro ... 10
1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 10
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Kegunaan Penelitian... 12
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12
1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti ... 12
1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas ... 13
1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 14
2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 14
2.1.2 Tinjauan Mengenai Komunikasi ... 25
2.1.2.1 Komunikasi Merupakan Ilmu ... 25
2.1.2.2 Definisi Komunikasi ... 26
2.1.2.3 Pengertian Komunikasi ... 29
2.1.2.4 Definisi Simbol ... 33
2.1.2.5 Komunikasi Sebagai Proses Simbolik ... 35
2.1.2.6 Bahasa Sebagai Realitas Sosial ... 37
2.1.3 Proses Komunikasi ... 38
2.1.4 Pesan Verbal dan Nonverbal Komunikasi ... 42
2.1.4.1 Pesan Verbal ... 42
2.1.4.2 Pesan Nonverbal ... 44
2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa ... 46
2.1.5.1 Definisi Komunikasi Massa ... 46
2.1.5.2 Karakteristik Komunikasi Massa ... 48
2.1.5.3 Fungsi Komunikasi Massa ... 50
2.1.6 Tinjauan Mengenai Film ... 53
2.1.6.1 Sejarah Film ... 53
2.1.6.2 Pengertian Film ... 53
2.1.6.3 Jenis-Jenis Film ... 55
2.1.6.4 Film Sebagai Media Massa ... 58
2.2 Kerangka Pemikiran ... 60
2.2.1 Tinjauan Representasi ... 60
2.2.2 Tinjauan Nilai-Nilai Motivasi ... 62
2.2.3 Semiotika ... 67
2.2.5 Semiotika Roland Barthes ... 69
3.1.2 Deskripsi Tim Produksi dan Kru ... 89
3.1.3 Unit-Unit Analisis Penelitian ... 90
3.2 Metode Penelitian ... 93
3.2.1 Desain Penelitian ... 94
3.2.1.1 Paradigma Penelitian... 97
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 100
3.2.2.1 Studi Pustaka ... 100
3.2.2.2 Studi Lapangan ... 102
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 104
3.2.4 Teknik Analisis Data ... 105
3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 107
3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 109
3.3.1 Lokasi Penelitian ... 109
3.3.2 Waktu Penelitian ... 109
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 111
4.1.1 Hasil Analisis Makna Denotatif Nilai-Nilai Motivasi Dalam Film My Name Is Khan ... 113
4.1.3 Hasil Analisis Makna Mitos/Ideologi Nilai-Nilai Motivasi
Dalam Film My Name Is Khan ... 153
4.2 Pembahasan ... 175
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 183
5.2 Saran ... 187
5.2.1 Saran Bagi Universitas ... 187
5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 188
DAFTAR PUSTAKA ... 190
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
Ardianto, Elvinaro dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Arifin, Zainal. 2012.Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.Bandung:Rosdakarya
A.M, Sardiman. 2007.Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Arifin, H. Anwar. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Barthes, Roland. 2009. Mitologi. Jogjakarta: Kreasi Wacana.
Berger, Arthur Asa. 2000. Media Analysis Techniques,terj. Setio Budi HH. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya.
Berger, Peter L. dan Thomas Luckmann. 1966. The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge. New York: Anchor Books.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Chandlers, D. 2007. Semiotics: The Basic. London: Routledge.
Cobley , Paul dan Litza Jansz. 1999. Introducing Semiotics. NY: Totem Books
Danesi, Marcel, 2012. Pesan Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra. Darmodiharjo, Darji. 1995. Pokok-pokok Filsafat Hukum: Apa dan
191
Eco, Umberto. 1979. A Theory Of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hamidy, Uu. 1993. Nilai Suatu Kajian Awal. Pekanbaru: UIR Press. Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunis Sastra.
Yogyakarta: Kanisius.
Hasibuan, Malayu SP. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.
Herusatoto, Budiono. 2000. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Kanisius.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat.1996. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Barthes. Magelang: IndonesiaTera.
Lechte, John. 2001.50 Filsuf Kontemporer: dari Strukturalisme Sampai Posmodernitas.Penerjemah A. Gunawan Admiranto. Yogyakarta: Kanisius.
McQuail, Denis & Sven Windahl, 1981. Communication Models: For the study of Mass Communication. New York: Longman.
Moleong, Lexy J.. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
192
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rivers, William L. Jay W, Jensen Theodore Peterson. 2004. Media Massa danMasyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media
Segers. Rien T. 2000. Evaluasi Teks Sastra. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Sudjiman, Panuti dan A.A van Zoest (editor). 1993.Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alphabeta.
Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apreasi Film. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
Suryana, Asep. 2005. Jurnal Komunikasi dan Informasi. Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran.
Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tahir, Muh, 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan.Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Wiryanto. 2004.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo
193
https://www.academia.edu/4939765/SKRIPSIKU. (16 Juni 2014/19.30 WIB).
http://ahmadsudardi.blogspot.com/2013/01/kewajiban-orang-tua terhadap-anak.html (26 Juni 2014/23.56 WIB).
http://fachrirezakusuma.wordpress.com/2013/08/27/4-jenis-manusia-berdasarkan-tujuan-hidupnya/. (1 Juli 2014/14.45 WIB).
http://bopfive5.blogspot.com/2011/05/teknik-pengambilan-gambar-atau-video.html. (1 Juli 2014/14.45 WIB).
http://rendyamor.blogspot.com/2013/04/autisme-samakah-dengan-idot.html. (11 Juli 2014/15.00 WIB).
http://belajartelepati.weebly.com/sekilas-telepati.html. (11 Juli 2014/21.25 WIB).
http://muslimahzone.arrahmah.com/peran-ayah-dalam-mendidik-anak-menurut-islam/. (12 Juli 2014/02.02 WIB).
C. Sumber Karya Ilmiah
Abbas, Fauzie Pradita. 2013. Representasi Makna Kesetiaan Dalam Film Hachiko A Dog’s Story Karya Lasse Hallstrom (Studi Semiotik Roland Barthes Mengenai Makna Kesetiaan Dalam Film Hachiko A Dog’s Story Karya Lasse Hallstrom).
Bandung: Unikom.
Indriani, Nurul Popi. 2013. Representasi Nasionalisme Dalam Film Tanah Surga, Katanya (Studi Semiotik Roland Barthes Mengenai Representasi Nasionalisme Dalam Film Tanah Surga, Katanya).
Bandung: Unikom.
Rawung, Lidya Ivana. 2013. Jurnal International: “Analisis
Semiotika Pada Film Laskar Pelangi”(Journal “Acta
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan pembuatan karya ilmiah skripsi ini dengan tepat waktu. Karya ilmiah skripsi ini berjudul “Representasi Nilai-Nilai Motivasi Yang Terkandung Dalam Film
My Name Is Khan (Studi Semiotik Roland Barthes Mengenai Representasi
Nilai-Nilai Motivasi Yang Terkandung Dalam Film My Name Is Khan)”. Ucapan kasih sayang teiring salam peneliti ucapkan kepada keluarga besar yang ada di Batam, yaitu Papa, Mama, dan 2 adikku tersayang yang telah memberikan dan mencurahkan kasih sayang, tenaga, dan waktu. Ucapan cinta kasih sayang tidak lupa peneliti tujukan kepada Netty Wiparti, SE wanita yang mengisi hati dan semangat pikiran sehingga peneliti dapat menyelesaikan pembuatan karya ilmiah skripsi ini.
Tidak lupa juga, dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yth:
1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik periode 2010-sekarang, yang telah membantu baik saat peneliti melakukan kegiatan perkuliahan dan memberikan semua persetujuan persyaratan dalam proses pembuatan karya ilmiah skripsi ini.
2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., Selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi periode 2010-sekarang, selaku dosen yang telah memberikan arahan, memberikan saran, kebijaksanaan dan telah meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi untuk membantu kelancaran dalam menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini.
3. Yth. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu baik saat penulis melakukan kegiatan perkuliahan dan juga dalam menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini.
5. Yth. Bapak Inggar Prayoga, M.I.Kom, selaku dosen wali yang telah banyak membantu dalam proses memberikan masukkan dan saran didalam perkuliahan yang dilakukan peneliti
6. Yth. Staff Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis dari awal sampai akhir perkuliahan.
7. Yth. Astri Ikawati. A.Md.Kom, Selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan dengan perkuliahan, serta memberikan informasi mengenai prosedur persyaratan untuk mengikuti Sidang Skripsi ini.
8. Teman Seperjuangan di Humas 1 angkatan (2010) yang telah memberikan dukungan besar untuk memotivasi memberikan semangat dan saling sharing untuk menyelesaikan pembuatan karya ilmiah skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan pembuatan karya ilmiah skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penulisan pembuatan karya ilmiah skripsi ini.
dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang sepadan dari Allah SWT, Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandung, July 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nilai-nilai motivasi sekarang ini semakin terlihat meredup didalam setiap individu, terlihat jelas apabila individu tersebut merasakan ada
sesuatu yang kurang didalam dirinya. Kekurangan yang dimaksud tentu sangat luas, yaitu kekurangan fisik atau mental dan kekurangan karena
malas. Permasalahan ini tentu menjadi hal yang serius jika terus-menerus dibiarkan, karena pada dasarnya seperti perkataan pepatah manusia bisa karena terbiasa.
Ini terjadi karena tidak adanya rasa keinginan untuk merubah dalam dirinya sendiri dan juga semakin maraknya gaya hidup yang modern tanpa adanya filterisasi yang membentuk sikap dan tingkah laku yang cenderung menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif, karena masuknya dunia hidup yang baru tersebut nilai-nilai motivasi yang ada dalam diri seseorang bisa menjadi hilang, terkikis, dan berubah dari jalur yang sesuai dengan apa yang diharapkan dari tujuan hidupnya Senada dengan pendapat yang diutarakan bahwa “Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya”. (Handoko,
2
Demikian juga dengan perkataan bahwa motivasi sendiri merupakan suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. (Drs. Moh. Uzer Usman, 2000:56)
Sedangkan menurut (Davies, Ivor K, 1986:115) Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Motivasi juga berasal dari pemikiran yang kuat yang juga berdasarkan dari keinginan yang ingin dicapai dalam hidupnya tentunya yang ditunjukkan nya melalui sikap yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.
3
dirinya sendiri dan juga dengan harapan agar juga berguna untuk orang lain.
Di zaman modern saat ini film merupakan media yang ampuh untuk menarik khalayak masyarakat apalagi di zaman modern seperti sekarang ini dengan kemajuan teknologinya, film merupakan objek seni yang tidak hanya menjadi sarana hiburan bagi penontonnya. Film menjadi salah satu media massa dalam menyampaikan sebuah pesan, verbal ataupun nonverbal. Bahkan film seperti hipnotis yang dapat memberikan pengaruh kepada penontonnya, seperti yang disebutkan dalam buku Media Massa dan Masyarakat Modern yaitu:
“Film dikatakannya dapat menyihir penonton sehingga mereka selalu pasif dan menerima saja apa yang disajikan film. Film juga menciptakan kelompok penggemar yang cenderung membuat komunitas eksklusif, dan setiap anggotanya terdorong untuk selalu mengidentikkan diri dengan komunitas itu” (William L. Rivers-Jay W. Jensen Theodore Peterson, 2004:291).
Jadi, film merupakan bagian penting dalam media massa untuk menyampaikan sebuah pesan atau untuk memberikan pengaruh kepada penontonnya untuk bertindak sesuatu seperti yang diharapan komunikator. Seperti yang ungkapkan oleh Sumarno, yang mengatakan bahwa:
“Film adalah sebuah seni mutakhir abad 20 yang dapat menghibur, mendidik, melibatkan perasaan, merangsang pemikiran, dan memberikan dorongan terhadap penontonnya. Pengaruh terhadap khalayak luas sebagai penonton ini lebih jauh misalnya sebuah film dapat menjadi media menghibur masyarakat dalam bentuk komedi, atau bisa juga mendidik melalui film dokumenter, dan lain sebagainya” (Sumarno, 1996:85).
4
Berkaitan dengan film sebagai media penyampai pesan kepada masyarakat, film merupakan tempat kebebasan dalam hal menyampaikan sebuah pesan. Penyampaian pesan disampaikan melalui unsur audio dan unsur visual yang dapat menarik perhatian orang untuk menonton film tersebut. Selain kedua unsur tersebut, film dapat menarik perhatian orang dengan menyajikan cerita yang menarik, detail dan lengkap, serta cara penyampaian pesan secara unik. Unik yang dimaksudkan adalah gambarnya yang bergerak, ini membuat penonton akan lebih mudah dalam memahami pesan yang terdapat dalam film tersebut.
Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami
secara linier. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya, tanpa
pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari masyarakat di
mana film itu di buat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar. (Irawanto, 1999:13)
5
film sekadar sebagai refleksi dari realitas. Sebagai refleksi dari realitas, film sekadar “memindah” realitas ke layar tanpa mengubah realitas itu. Sementara itu, sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya. (Irawanto, 1999:14)
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural dan semiotika. Seperti dikemukakan oleh Van Zoest yang dikutip oleh Alex Sobur (2003:128), film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. (Van Zoest, 1993:109)
Dalam hal ini genre film unsur naratif unsur sinematik diartikan
sebagai jenis film yang ditandai oleh gaya, bentuk, atau isi tertentu. Ada yang disebut film drama, horror, perang, sejarah, fiksi ilmiah, komedi, laga, musikal dan koboi (Sumarno, 1996:11). Saat ini film telah menjadi
6
Film dapat menceritakan kepada kita tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan. Baik tentang ekonomi, politik, sosial maupun ilmu pengetahuan lainnya. Melalui film pesan-pesan yang berhubungan dengan setiap segi kehidupan tersebut dapat dituturkan dengan bahasa audio visual yang menarik, sesuai dengan sifat film yang berfungsi sebagai media hiburan, informasi, promosi maupun sarana pelepas emosi khalayak.
Sebagai salah satu bentuk media massa, film dapat difungsikan sebagai media dalam wujud ekspresi, yang berperan untuk mempresentasikan suatu budaya atau gambaran realitas dari suatu masyarakat.
Film merupakan bagian dari media komunikasi yang di dalamnya mengandung banyak pesan bagi khalayak, namun banyak juga yang beranggapan cerita-cerita dalam film hanya masih sekedar hiburan bagi khalayak karena cerita yang menarik untuk media hiburan khalayak.
Salah satu film yang didalamnya menceritakan seseorang yang memiliki semangat nilai motivasi yang tinggi namun memiliki keterbatasan yaitu didalam Film “My Name Is Khan” yang merupakan film drama yang didalamnya menceritakan tentang perjalanan hidup seseorang, yang mempunyai keterbelakangan mental gejala autisme yaitu “Asperger Syndrome” yang disisi lainnya mempunyai kelebihan
7
merantau ke Negeri Paman Sam Amerika. Dalam film ini khalayak disuguhkan tentang pentingnya semangat nilai-nilai motivasi dalam diri setiap manusia dalam mencapai keinginan yang dicapai meskipun memiliki keterbelakangan mental. Pesan-pesan lain yang muncul dan ditampilkan sangat terasa kental, karena seorang Rizvan Khan memulai hidup barunya dinegara luar yang notabennya kebanyakan non muslim, inilah bagian yang menariknya ditengah-tengah Negara non muslim Rizvan Khan mencoba menunjukkan tampilan makna nilai-nilai motivasi yang ingin ditunjukkan kepada masyarakat Amerika bahwa muslim bukan seperti yang mereka bayangkan. Pentingnya menjaga semangat mempertahankan nilai-nilai motivasi ditengah-tengah hidup dengan lingkungan yang berbeda melalui cara kita berkomunikasi juga ditunjukkan dalam film ini. Perdebatan pandangan dan pengucilan masyarakat amerika terhadap umat islam.
8
Peneliti medapatkan FOR (Frame of Reference) dari sumber-sumber yang ada bahwa sebenarnya film merupakan alat transaksional sebagai penyampaian sebuah pesan dan makna yang terdapat di dalamnya, dan coba menelaah sesuai FOE (Field of Experience) terhadap objek yang sama namun dengan bahasan yang berbeda karena adanya pemberian pesan terhadap sebuah karya seni berdasarkan sumber-sumber mengenai semiotika terhadap karya seni ataupun media-media komunikasi yang di buat oleh pengarangnya.
Jalinan tanda dalam film terasa lebih kompleks karena pada waktu yang hampir bersamaan sangat mungkin berbagai tanda muncul sekaligus, seperti visual, audio, dan teks. Begitu pun dengan tanda-tanda yang terdapat dalam film “My Name Is Khan”.
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode Analisis Semiotika. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda dalah perangkat yang kita pakai
dalam berusaha mencari jalan, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. (Sobur, 2009:15). Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda. Littlejohn (1996:64 dalam Sobur, 2009:15-16).
9
unsur yang terpenting karena bisa memunculkan berbagai makna sehingga pesan dapat dimengerti.
Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indera kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda.
Berkaitan dengan film yang sarat akan pesan dan tanda yang terkandung, maka yang akan menjadi perhatian peneliti di sini adalah segi semiotikanya, dimana dengan semiotika ini akan sangat membantu peneliti dalam menelaah arti kedalaman suatu bentuk komunikasi dan mengungkap makna yang ada di dalamnya. Sederhananya semiotika itu adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda.
Melalui pendekatan Semiotika Roland Barthes. Dalam penelitian ini, penulis akan menelaah sebuah film yang berjudul “My Name Is Khan” secara denotasi, konotasi dan mitos. Ketiga dimensi tersebut
10
memberi panutan contoh bahwa orang-orang yang memiliki kekurang mental fisik (gejala autisme) juga mempunyai semangat harapan tujuan hidup yang ingin dia lakukan untuk kebutuhan cita-cita yang diinginkannya. Hal ini juga memberikan masukkan makna yang ingin disampaikan juga
kepada khalayak masyarakat yang menonton film “My Name Is Khan”
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian ini adalah Bagaimana Representasi Nilai-Nilai Motivasi yang
terkandung dalam film “My Name Is Khan”?.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian merupakan fokus kajian dalam melakukan penelitian agar pembahasan terarah dengan baik dan sistematis. Adapun pertanyaan penelitan, sebagai berikut:
1.2.1 Pertanyaan Makro
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan makro sebagai berikut “Bagaimana Representasi Nilai-Nilai Motivasi Yang Terkandung Dalam Film“My Name Is Khan”?
1.2.2 Pertanyaan Mikro
Mengacu pada rumusan masalah tersebut, dirumuskan pertanyaan mikro sebagai berikut:
1. Bagaimana makna denotatif nilai-nilai motivasi yang terkandung dalam film “My Name Is Khan”?
11
3. Bagaimana mitos/ideologi nilai-nilai motivasi yang terkandung dalam film “My Name Is Khan”?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai-nilai motivasi yang terkandung dalam film secara mendalam
“Bagaimana Representasi Nilai-Nilai Motivasi Yang
Terkandung Dalam Film“My Name Is Khan”?
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui makna denotatif nilai-nilai motivasi yang terkandung dalam film “My Name Is Khan”.
2. Untuk mengetahui makna konotatif nilai-nilai motivasi yang terkandung dalam film “My Name Is Khan”.
3. Untuk mengetahui mitos nilai-nilai motivasi yang terkandung dalam film “My Name Is Khan”.
4. Untuk mengetahui representasi nilai-nilai motivasi yang
12
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun Kegunaan dari penelitian ini dapat digunakan secara teoritis dan praktis
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini secara teoritis berguna sebagai pengembangan kajian penelitian kualitatif studi semiotika khususnya untuk media massa seperti film. Dan akhirnya dari seluruh proses penelitian mampu memperluas kajian ilmu komunikasi, khususnya signifikasi (pemaknaan) terhadap media massa dari sebuah film, sehingga dapat menciptakan dan melahirkan pemahaman-pemahaman yang baru melalui pesan yang disampaikan dalam sebuah film tersebut.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu dalam mengkaji langsung tentang analisis semiotik yang terdapat dalam sebuah karya film.
1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas
13
bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia khususnya mahasiswa bidang studi ilmu komunikasi dalam mengungkap makna dan tanda dalam sebuah karya film.
1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat
BAB II
TNJUAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti mengambil skripsi yang berjudul “Representasi
Nilai-Nilai Motivasi Yang Terkandung Dalam Film My Name Is
Khan (Studi Semiotik Mengenai Representasi Nilai-Nilai Motivasi
Yang Terkandung Dalam Film My Name Is Khan)”. Pada kajian
penelitian skripsi mengenai studi semiotika tentang film sudah
sangat banyak yang membahas di Universitas lain, akan tetapi
terdapat perbedaan dari segi pembahasan isinya yang berbeda.
Pada penelitian ini, peneliti melihat tinjauan penelitian
sebelumnya yang membahas mengenai representasi dalam sebuah
film dan objek yang ingin digali dan dibedah melalui studi
semiotik untuk memperkuat kajian pustaka penelitian ini. Selain
itu, karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan yang
ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu, sehingga
meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal
yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi.
Berikut judul penelitian terdahulu yang membahas mengenai
ϭϱ
analisisnya.
Tinjauan pustaka bertujuan untuk menjelaskan teori yang
relevan dengan masalah yang diteliti tinjauan pustaka berisikan
tentang data-data sekunder yang peneliti peroleh dari jurnal
-jurnal ilmiah atau hasil penelitian pihak lain yang dapat
dijadikan asumsi-asumsi yang memungkinkan terjadinya penalaran
untuk menjawab masalah yang diajukan peneliti. adapun hasil dari
pengumpulan yang telah peneliti dapatkan selama penelitian dan
peneliti menguraikannya sebagai berikut :
2.1.1.1Fauzie Pradita Abbas (41809108)
Universitas Komputer Indonesia
Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Jurnalistik (Lulusan 2013)
Judul Skripsi: “Representasi Makna Kesetiaan Dalam Film
Hachiko A Dog’s Story Karya Lasse Hallstrom (Studi
Semiotik Roland Barthes Mengenai Makna Kesetiaan
Dalam Film Hachiko A Dog’s Story Karya Lasse
Hallstrom)”
Keterangan:
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui representasi
dari makna semiotik kesetiaan yang terkandung dalam film
Hachiko : Kisah Anjing , menganalisis bagaimana makna
yang terkandung dalam film Hachiko merupakan kisah
ϭϲ
konotasi , mitos / ideologi oleh Roland Barthes.
Pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis
semiotika Roland Barthes. Teknik pengumpulan data adalah
studi pustaka , studi dokumentasi , observasi , dan pelacakan
data secara online . Objek yang dianalisis mengandung
urutan dalam film Hachiko: “A Dog Story” dengan
mengambil tiga urutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga makna
menurut semiotika Barthes. Denotasi makna dalam urutan
Hachiko: “A Dog Story” menggambarkan stasiun untuk
menjemput Parker parker Bedridge yang biasanya
melakukan aktivitas kerja dengan menggunakan transportasi
kereta api. Dan pada akhirnya itu membuat Parker merasa
terkejut dan terkejut seperti yang muncul dalam film dan
subtitle. Konotasi urutan kehadiran Hachiko di stasiun
menunggu kedatangan Parker, dalam beberapa urutan
menunjukkan bahasa tubuh yang mencerminkan loyalitas di
mana ia terlihat dengan sikap atau pose dalam urutan. Arti
mitos atau ideologi adalah untuk memanfaatkan urutan
menunjukkan loyalitas dan kesetiaan, Hachiko menunggu
Parker tetap bertekad meskipun usu al sedikit tidak masuk
akal. Kasih sayang manusia yang diberikan kepada anjing
ϭϳ
memberikan balasan dalam bentuk loyalitas kepada orang
itu.
Kesimpulan penelitian memperlihatkan adanya
kesetiaan , persahabatan , dan kesetiaan antara anjing
dengan manusia , bahwa yang pada dasarnya manusia dan
anjing sama Allah diciptakan sebagai makhluk yang hidup
berdampingan di dunia ini , yang membedakannya diberikan
keuntungan dari pikiran manusia dan pikiran serta derajat
hewan di atas persis anjing .
Peneliti memberikan saran bagi para pembuat film
yang mungkin harus menghasilkan beberapa ide baru
kepada orang-orang sementara itu menarik mereka untuk
beberapa pandangan yang menarik . Tidak hanya menggali
representasi dari makna kesetiaan , ada banyak tema yang
menarik dari film sebagai representasi, antara lain:
representasi makna kekerasan, representasi makna maskulin,
representasi arti persahabatan serta yang lain.
2.1.1.2Nurul Popi Indriani (41808154)
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)
Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Humas (Lulusan 2013)
Judul Skripsi: “Representasi Nasionalisme Dalam Film
ϭϴ
Mengenai Representasi Nasionalisme Dalam Film Tanah
Surga, Katanya)”
Keterangan:
Nilai-nilai serta wawasan kebangsaan sekarang ini menjadi sebuah topik yang kurang menarik, terutama
bagi generasi muda. Jika keadaan ini terus berlangsung,
maka jiwa nasionalisme dan perasaan bangga terhadap
bangsa serta negeri ini akan terancam. Ini karena
banyaknya generasi muda yang semakin lama terlena
akan gaya hidup yang modern, dimana modern yang
mereka serap tanpa adanya filter yang baik untuk
menghalau pengaruh- pengaruh buruk yang ditimbulkan.
Berkaitan dengan film sebagai media penyampai
pesan kepada masyarakat, film merupakan tempat
kebebasan dalam hal menyampaikan sebuah pesan.
Penyampaian pesan disampaikan melalui unsur audio
dan unsur visual yang dapat menarik perhatian orang
untuk menonton film tersebut. Selain kedua unsur
tersebut, film dapat menarik perhatian orang dengan
menyajikan cerita yang menarik, detail dan lengkap, serta
cara penyampaian pesan secara unik. Unik yang
dimaksudkan adalah gambarnya yang bergerak, ini
ϭϵ
pesan yang terdapat dalam film tersebut.
Film berjudul Tanah Surga, Katanya tentu
memiliki unsur intrinsik dalam film, salah satunya
adalah pesan.
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui nasionalisme yang terdapat
dalamfilmTanahSurga,Katanya, menganalisis apa saja
makna yang terdapat dalamfilmTanahSurga,Katanyayang
berkaitan dengan nasionalisme yang terdiri dari makna
denotatif, makna konotatif, mitos/ideologi menurut Roland
Barthes.
Penelitian ini merupakan Penelitian Kualitatif
dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi
dokumentasi, studi pustaka, wawancara dan penelusuran
data online. Objek yang dianalisis merupakan scene yang
terdapat dalam sebuahfilmTanahSurga,Katanyadengan
mengambil enam scene.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga
makna sesuai dengan semiotik Barthes. Makna denotasi
yang terdapat dalam sceneTanah Surga,
Katanyamenggambarkan setiap kata yang diucapkan
ϮϬ
simbol sebuah nasionalisme. Makna konotasi yang didapat
ialah cinta yang berlebihan pada Negara nya, cinta bangsa
dan Negara sebagai harga mati, sesuatu dimaknai berbeda
karena tidak adanya kesamaan persepsi, rela berkorban
demi harga diri Negara, lemahnya ketahanan Negara akan
membuka peluang bagi Negara lain untuk menguasainya,
serta yakin, bangga, dan tidak pernah menyerah demi
bangsa. Sedangkan makna Mitos/Ideologi yang dapat
diambil dikehidupan sekitar kita bahwa terdapatnya paham
primordialisme, loyalitas dibayar dengan tangan hampa
diartikan kepolosan semata, pembodohan Negara
diakibatkan minimnya sebuah pendidikan, jiwa nasionalis
merupakan benteng pertahanan diri, krisis ketahanan
Negara yang berbanding tipis dengan krisis kepercayaan,
dan usaha demi Negara menjadi tameng ambisi diri.
Kesimpulan penelitian memperlihatkan pesan-pesan
yang ada dalamfilmini mempunyai maksud untuk
membuka mata penontonnya untuk menyadari keadaan
Negara nya serta untuk meningkatkan rasa nasionalisme
individu yang menontonnya.Peneliti memberikan saran bagi
para sineas agar dapat membuatfilmdengan tema
nasionalisme lebih banyak lagi serta untuk para
Ϯϭ
Indonesia.
2.1.1.3Lidya Ivana Rawung (090815029)
Universitas Sam Ratulangi - Manado
Ilmu Komunikasi (Lulusan 2013)
Journal “Acta Diurna” Vol.I.No.1. Tahun. 2013
Judul Jurnal International: “Analisis Semiotika Pada Film
Laskar Pelangi”
Keterangan:
Film Laskar Pelangi terinspirasi dari kisah nyata
perjuangan anak-anak Belitung yang ingin sekolah, tekad
yang kuat untuk belajar serta pengabdian guru ditengah
keterbatasan. Potret pendidikan Indonesia saat ini, berbeda
dengan apa yang ada dalam film Laskar Pelangi. Banyak
pelajar yang tawuran dan bolos sekolah. Maka itu, sangat
penting untuk mengetahui tanda-tanda (makna) dari film
Laskar Pelangi agar masyarakat bisa mengetahui film-film
yang mendidik dan lewat film ini, bisa memberikan
inspirasi bagi generasi penerus bangsa tentang pentingnya
semangat dan tekad yang kuat untuk belajar serta
untuk para pendidik, dapat memiliki karakter yang mau
mengabdi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
ϮϮ
semiotika dengan menggunakan teori dari Ferdinand De
Saussure serta menganalisis data berdasarkan Kamus,
Ideologi, Frame Work Budaya dan Interpretan Kelompok.
Setelah menganalisis dan melakukan wawancara dengan
informan (Interpretan Kelompok) maka dapat diketahui
bahwa film Laskar Pelangi memiliki makna pesan yang
positif untuk mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.
Dalam film ini, terdapat makna tentang semangat dan tekad
yang kuat untuk belajar ditengah keterbatasan serta
mencerikatakan tentang pengabdian guru meski hidup
dibawah garis kemiskinan. Dengan memiliki semangat,
tekad yang kuat serta dididik oleh guru yang benar-benar
ingin mengabdi maka siswa-siswa SD Muhamadiah bisa
mencapai impian mereka.
Lewat makna pesan dalam film Laskar Pelangi kita
bisa mengetahui bahwa sebagai generasi penerus bangsa
kita harus terus belajar, jangan pernah menyerah dan kalah
dengan kesulitan dan sebagai pendidik milikilah karakter
yang mau mengabdi untuk bangsa Indonesia. Jangan
pengabdian diukur karena materi saja. Serta bagi
masyarakat Indonesia harus bisa memilih film mana yang
pantas ditonton dan yang tidak. Untuk produser, sutradara
Ϯϯ
kehidupan anak bangsa, agar bangsa kita memiliki generasi
Ϯϰ
tidak berarti apa-apa
Ϯϱ
2.1.2 Tinjauan Mengenai Komunikasi
2.1.2.1Komunikasi Merupakan Ilmu
Eksistensi komunikasi sebagai ilmu dapat
ditelusuri dari perkembangannya semenjak abad kelima
sebelum masehi dengan sebutan ilmu pernyataan
manusia, yang mulanya berkembang di Yunani Purba
ikut menjalar ke Romawi. Ilmu ini mengkaji secara
sistematis segala segi pernyataan antar manusia.
Pada zaman pemerintahan kaisar Romawi Gaius
Julius Caesar dimulailah ilmu pernyataan manusia yang
dinyatakan melalui media. Seiring dengan
perkembangan ini, muncul surat kabar pertama di
Jerman yang bernama Weekly News. Perkembangan
surat kabar serta dampak yang ditimbulkan inilah yang
menarik para ilmuwan untuk mempelajarinya. Hingga
abad 19 munculah ilmu persuratkabaran (science of the
press)
Tidak hanya Yunani dan Romawi, dalam
perkembangannya ilmu pernyataan manusia
berkembang pula di Jerman dengan nama
“Publizistikwissenschaft”, dan di Amerika Serikat
disebut “Communicaton Science”, keduanya
Ϯϲ
Persuratkabaran.
Dapat dikatakan dari awal ilmu komunikasi lahir
hingga dalam setiap perkembangannya dapat diterima
baik, tidak hanya di beberapa Negara saja namun
diseluruh dunia. Memang banyak ilmuwan dari
bermacam-macam disiplin (ilmu) telah banyak
memberikan sumbangan kepada ilmu kita (komunikasi).
Tidak mengherankan jika banyak disiplin telah terlibat
dalam studi komunikasi baik secara langsung, maupun
secara tidak langsung. Hal ini menurut Fisher (1986:17)
bermakna bahwa komunikasi memang mencakup
semuanya, dan bersifat sangat eklektif (menggabungkan
berbagai bidang). (Suryana, 2005: 33-35) (Arifin, 2010:
15)
2.1.2.2Definisi Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam
bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang
berarti “sama”, communico, communication, atau
communicare yang berarti membuat sama (to make
common).
Dengan sifat komunikasi yang eklektif membuatnya
menjadi multimakna, sehingga menimbulkan kesulitan
Ϯϳ
kajian ilmiah.
Kesulitan ini langsung terlihat dari lahirnya
sejumlah definisi komunikasi. Berbicara tentang
definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar
ataupun salah.
Seperti juga model atau teori, definisi harus
dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan
fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Para
pakar mempunyai caranya sendiri dalam merumuskan
komunikasi. Adapun beberapa definisi yang dipaparkan
oleh para pakar, akan dijelaskan sebagai berikut:
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner
Komunikasi adalah proses transmisi
informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan
sebagainya, dengan menggunakan simbol
-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dan
sebagainya.
Theodore M. Newcomb
Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai
suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan
yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.
Carl I. Hovland
Ϯϴ
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya
lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku
orang lain (komunikate).
Gerald R. Miller
Komunikasi terjadi ketika suatu sumber
menyampaikan suatu pesan kepada penerima
dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi
perilaku penerima.
Everett M. Rogers
Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Raymond S. Ross
Komunikasi adalah proses menyortir,
memilih, dan pengiriman simbol-simbol
sedemikian rupa agar membantu pendengar
membangkitkan respons atau makna dari
pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan
oleh komunikator.
Harold Lasswell
(Cara yang baik untuk menggambarkan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan
Ϯϵ
Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa
Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada
Siapa Dengan Pengaruh bagaimana? (Mulyana,
2001:41-62)
Berdasarkan pendapat para pakar tersebut
memberikan gambaran bahwa komunikasi memiliki
unsur-unsur di dalamnya, yaitu:
1. Komunikator (communicator, source, sender, speaker)
2. Pesan (message)
3. Media (channel)
4. Komunikan (receiver, audience, listener)
5. Efek (effect)
Dari kelima unsur komunikasi tersebut peneliti
mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses
pertukaran pesan atau makna dari komunikator kepada
komunikan dengan maksud untuk mempengaruhi
(mempersuasif) komunikan.
2.1.2.3Pengertian Komunikasi
Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan
orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik
secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh dan
ϯϬ
pemahaman populer mengenai komunikasi manusia
adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian
pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada
seseorang (sekelompok orang) baik secara langsung (tatap
-muka) ataupun melalui media (selebaran), surat kabar,
majalah, radio, atau televisi.
Komunikasi merupakan salah satu fungsi dari
kehidupan manusia. Fungsi komunikasi dalam kehidupan
menyangkut banyak aspek. Melalui komunikasi seseorang
menyampaikan apa yang ada dalam bentuk pikirannya
atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik
secara langsung ataupun tidak langsung. Melalui
komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak
terasing dan terisolir dari lingkungan di sekitarnya. Melalui
komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau
memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain.
Sifat ilmu komunikasi adalah interdisipliner atau
multidisipliner. Maka dari itu ilmu komunikasi dapat
menyisip dan berhubungan erat dengan ilmu sosial
lainnya. Hal itu disebabkan oleh objek materialnya sama
dengan ilmu sosial lainnya, terutama ilmu sosial
kemasyarakatan. Banyak definisi dan pengertian tentang
ϯϭ
apa itu komunikasi. Wiryanto dalam bukunya Pengantar
Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa, “Komunikasi
mengandung makna bersama-sama (common). Istilah
komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication
yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya
communis, yang bermakna umum bersama-sama.”
(Wiryanto, 2004:5) Effendy menjelaskan lebih jauh, bahwa
dalam perkembangan selanjutnya, komunikasi dapat
berlangsung melalui banyak tahap, bahwa sejarah tentang
komunikasi massa dianggap tidak tepat lagi karena tidak
menjangkau proses komunikasi yang menyeluruh.
Penelitian yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld, Bernald
Berelson, Hazel Gaudet, Elihu Katz, Robert Merton, Frank
Stanton, Wilbur Schramm, Everett M. Rogers, dan para
cendekiawan lainnya menunjukkan bahwa:
“Gejala sosial yang diakibatkan oleh media massa
tidak hanya berlangsung satu tahap, tetapi banyak
tahap. Ini dikenal dengan twostep flow
communication dan multistep flow communication.
Pengambilan keputusan banyak dilakukan atas dasar
hasil komunikasi antarpersona (interpersonal
communication) dan komunikasi kelompok (group
ϯϮ
massa (mass communication)” (Effendy, 2005 : 4).
Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari
tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk
menyampaikan maksud hingga dapat mengubah
perilaku orang yang dituju, menurut Mulyana sebagai
berikut, Komunikasi adalah proses yang memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain). (Mulyana, 2003:62).
Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa
komunikologi adalah ilmu komunikasi, terutama
komunikasi oleh dan di antara manusia. Seorang
komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah
komunikasi dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang
studi yang berbeda: proses komunikasi, pesan yang
dikomunikasikan, dan studi mengenai proses
komunikasi. Luasnya komunikasi ini didefinisikan
oleh Devito sebagai:
“Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima
pesan, yang mendapat distorsi dari gangguan
-gangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan
ϯϯ
egiatan komunikasi meliputi komponen
-komponen sebagai berikut: konteks, sumber,
menerima, pesan, saluran, gangguan, proses
penyampaian atau proses encoding, penerimaan
atau proses decoding, arus balik dan efek. Unsur
-unsur tersebut agaknya saling esensial dalam setiap
pertimbangan mengenai kegiatan komunikasi. Ini
dapat kita namakan kesemestaan komunikasi;
Unsur-unsur yang terdapat pada setiap kegiatan
komunikasi, apakah itu intra-persona, antarpersona,
kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau
komunikasi antarbudaya. “(Effendy, 2005 : 5)
Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi
di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan
suatu proses pertukaran pesan atau informasi antara dua
orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti atau
makna diantara mereka.
2.1.2.4Definisi Simbol
Secara etimologis, symbol (symbol) berasal dari
kata Yunani “sym-ballein” yang berarti melemparkan
bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu
ϯϰ
menyebutkan “symbolos”, yang berarti tanda atau ciri yang
memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang (Herusatoto,
2000: 10). Biasanya simbol terjadi berdasarkan metonimi
(metonimy), yakni nama untuk benda lain yang berasosiasi
atau yang menjadi atributnya (misalnya Si kaca mata untuk
seseorang yang berkaca mata) dan metafora (metaphor),
yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau
konsep lain berdasarkan kias atau persamaan (misalnya kaki
gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia)
(Kridalaksana, 2001: 136-138). Semua symbol melibatkan
tiga unsur: simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan
hubungan antara symbol dengan rujukan. Ketiga hal ini
merupakan dasar bagi semua makna simbolik.
Pada dasarnya, simbol adalah sesuatu yang berdiri
atau ada untuk sesuatu yang lain, kebnyakan diantaranya
tersembunyi atau tidaknya tidak jelas. Sebuah symbol dapat
berdiri untuk suatu institusi, cara berpikir, ide, harapan dan
banyak hal lain. Dan kebanyakan dari apa yang paling
menarik tentang simbol-simbol adalah hubungannya
dengan ketidaksadaran. Simbol-simbol seperti kata Asa
Berger (2000: 84), adalah kunci yang memungkinkan kita
untuk membuka pintu yang menutupi perasaan-perasaan
ϯϱ
yang mendalam. Simbol-simbol merupakan pesan dari
ketidaksadaran kita.
2.1.2.5Komunikasi Sebagai Proses Simbolik
Susanne K. Langer mengatakan bahwa salah satu
kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan
simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau
simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk
sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok
orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku
nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.
Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan
antara tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan
oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak
memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik
(dua atau tiga dimensi) yang menyerupai
apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai
dengan kemiripan.
Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks
adalah tanda yang secara alamiah merepresentasikan
objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk
indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari
ϯϲ
berdasarkan hubungan antara sebab dan akibat yang punya
kedekatan eksistensi. Lambang mempunyai beberapa sifat
seperti berikut:
Lambang bersifat sembarang, manasuka,
atau sewenang- wenang
Apa saja bisa dijadikan lambang.
Bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata
(lisan atau tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan
dan cara makan, tempat tinggal, jabatan
(pekerjaan), olahraga, hobi, peristiwa, hewan,
tumbuhan, gedung, alat (artefak), angka, bunyi,
waktu, dan sebagainya. Semua itu bisa menjadi
lambang karena lambang hadir dimana-dimana
dan tidak pernah berhenti.
Lambang pada dasarnya tidak mempunyai
makna, tetapi kitalah yang memberi makna
Makna sebenarnya ada dalam kepala kita,
bukan terletak pada lambang itu sendiri. Kalaupun
ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata
mempunyai makna, yang ia maksudkan
sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang
untuk memberi makna (yang telah disetujui
ϯϳ
timbul bila para peserta komunikasi tidak
memberi makna yang sama pada suatu kata.
Lambang itu bervariasi
Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke
budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dan
dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain.
Begitu juga makna yang diberikan kepada lambang
tersebut. (Mulyana, 2001:83-95)
2.1.2.6Bahasa Sebagai Realitas Sosial
Bahasa merupakan alat simbolis untuk melakukan
signifikasi, dimana logika ditambahkan secara mendasar
kepada dunia sosial yang diobjektivasi. Bangunan
legitimasi disusun diatas bahasa dan menggunakan bahasa
sebagai instrument utama. “Logika”, yang dengan cara
seperti itu diberikan kepada tatanan kelembagaan,
merupakan bagian dari cadangan pengetahuan masyarakat
(social stock of knowledge) dan diterima sebagai sesuatu
yang sudah sewajarnya.
Bahasa oleh Berger dan Luckmann menjadi tempat
penyimpanan kumpulan besar endapan-endapan kolektif
yang bias diperoleh secara monoterik, artinya sebagai
keseluruhan yang kohesif dan tanpa merekonstruksikan
ϯϴ
untuk mensignifikasi makna-makna yang dipahami
sebagai pengetahuan yang relevan dengan masyarakatnya,
sebagaimana dikatakan oleh Berger dan Luckmann,
pengetahuan itu dianggap relevan bagi semua orang dan
sebagian lagi hanya relevan bagi tie-tipe orang tertentu
saja.
Ferdinand de Sausure dalam Fridolin (1993)
menunjukkan hakikat bahasa adalah sistem tanda. Sistem
ini terdiri dari penanda bunyi yang kita dengar, tuturkan,
atau huruf-huruf yang kita baca dan tulis serta tertanda atau makna. Heryanto mengatakan, tidak ada kaitan
langsung ataupun hokum alam yang mengatur hubungan
antara system tanda ini (bahasa) dengan realitas konkret
objektif (acuan). Jadi misalnya tidak ada kaitannya
mengapa „pria’ disebut „pria’ atau „lelaki’,’man’,’lanang’,
atau „bajingan’. Hubungan itu bersifat sewenaang-wenang
atau konvensional. Makna tidak dibentuk atau ditentukan
oleh hakikat benda yang diacu, tetapi oleh perbedaan
diantara satuan penanda atau tertanda dengan sesamanya.
2.1.3 Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses
ϯϵ
kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan,
gagasan, informasi, opini, pertanyaan, dan lain-lain. Perasaan
bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya
yang timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi terbagi menjadi
dua, yakni secara primer dan secara sekunder. (Effendy, 2009:11)
2.1.3.1Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna,
dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan
komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang
paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah
jelas karena hanya bahasalah yang mampu
“menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain.
Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini,
baik mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak,
ϰϬ
sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa
yang akan datang.
Dengan perkataan lain, pesan (message) yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri
atas isi (the content) dan lambang (symbol). (Effendy,
2009:11-12)
2.1.3.2Proses Komunikasi Secara Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah
proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang (symbol) sebagai media
pertama.
Seorang komunikator menggunakan media kedua
dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan
sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh
atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar,
majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media
kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.
Proses komunikasi sekunder ini merupakan
sambungan dari komunikasi primer untuk menembus
dimensi ruang dan waktu.
ϰϭ
komunikasi itu adalah sebagai berikut:
Sender
Komunikator yang menyampaikan pesan
kepada seseorang atau sejumlah orang.
Encoding
Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran
ke dalam bentuk lambang.
Message
Pesan yang merupakan seperangkat lambang
bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
Media
Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan
dari komunikator kepada komunikan.
Decoding
Penyandian, yaitu proses di mana komunikan
menetapkan makna pada lambang yang
disampaikan oleh komunikator kepadanya.
Receiver
Komunikan yang menerima pesan dari
komunikator.
Response
Tanggapan, seperangkat reaksi pada
ϰϮ
Feedback
Umpan balik, yakni tanggapan komunikan
apabila tersampaikan atau disampaikan kepada
komunikator.
Noise
Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan
lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan
yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
(Effendy, 2009:16-19)
2.1.4 Pesan Verbal dan Nonverbal Komunikasi
2.1.4.1Pesan Verbal
Simbol atau pesan adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dianggap
sebagai suatu sistem kode verbal, yang didefinisikan
sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang
digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Bahasa verbal adalah sarana utama untuk
menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa
ϰϯ
berbagai aspek realitas individual kita. (Mulyana,
2001:237-238)
Dalam buku Psikologi Komunikasi, Jalaluddin
Rakhmat mendefinisikan bahasa secara fungsional dan
formal. Definisi fungsional melihat bahasa dari segi
fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai “alat yang
dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan”
(socially shared means for expressing ideas). Karena,
bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di
antara anggota-anggota kelompok sosial untuk
menggunakannya.
Definisi formal menyatakan bahasa sebagai
semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat
menurut peraturan tata bahasa (all the conceivable
sentences that could be generated according to the rules
of its grammar). Setiap bahasa mempunyai peraturan
bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan
supaya memberikan arti. (Rakhmat, 2005:269)
Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk
menamai atau menjuluki orang, objek, dan peristiwa.
Setiap orang punya nama untuk identifikasi sosial. Orang
juga dapat menamai apa saja, objek- objek yang berlainan,
ϰϰ
Sedangkan menurut Larry L. Barker, bahasa
memiliki tiga fungsi, yaitu penamaan (naming atau
labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penamaan
atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi
objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya
sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi
menekankan berbagi gagasan dan emosi. Dengan bahasa
seseorang dapat memberikan informasi kepada orang
lain ataupun menerima informasi dari orang lain, inilah
yang disebut transmisi informasi. (Mulyana, 2001: 242
-243)
Dilihat dari definisi serta fungsi dari bahasa
tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa akan bermakna,
jika adanya kesepakatan di antara pelaku komunikasi
untuk memahami bahasa dengan makna yang sama.
Tanpa adanya kesepakatan, maka pemahaman atau
pemaknaan terhadap suatu bahasa tidak akan terjadi.
2.1.4.2Pesan Nonverbal
Larry A. Samovar dan Richard E Porter seperti yang
dikutip Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu
ϰϱ
“Komunikasi nonverbal mencakup semua
rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam
suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh
individu dan penggunaan lingkungan oleh individu,
yang mempunyai nilai pesan potensial bagi
pengirim atau penerima; jadi definisi ini
mencakup perilaku yang disengaja juga tidak
disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi
secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan
nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan
tersebut bermakna bagi orang lain.” (Mulyana,
2001:308)
Dalam hubungannya dengan perilaku verbal,
perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai
berikut:
Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku
verbal.
Perilaku nonverbal dapat memperteguh ,
menekankan atau melengkapi perilaku verbal.
Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku
verbal, jadi berdiri sendiri.