• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Pengukuran Kinerja untuk Pengembangan Inovasi dan Komersialisasi Produk Agroindustri Berbasis Digital Business Ecosystem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Model Pengukuran Kinerja untuk Pengembangan Inovasi dan Komersialisasi Produk Agroindustri Berbasis Digital Business Ecosystem"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA

UNTUK PENGEMBANGAN INOVASI DAN

KOMERSIALISASI PRODUK AGROINDUSTRI BERBASIS

DIGITAL BUSINESS ECOSYSTEM

ELFIRA FEBRIANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan Model Pengukuran Kinerja untuk Pengembangan Inovasi dan Komersialisasi Produk Agroindustri Berbasis Digital Business Ecosystem adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 25 Agustus 2014

Elfira Febriani

(4)

RINGKASAN

ELFIRA FEBRIANI. Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Untuk Pengembangan Inovasi dan Komersialisasi Produk Agroindustri Berbasis Digital Business Ecosystem. Dibimbing oleh TAUFIK DJATNA and IMAS SUKAESIH SITANGGANG.

Hasil penemuan dari riset atau invensi dari berbagai peneliti banyak yang belum dimanfaatkan sepenuhnya atau hanya berakhir sebagai dokumen dan tidak dapat dinikmati oleh masyarakat. Permasalahan lain yang terjadi dalam pengembangan inovasi adalah terlalu cepat dilakukan pengenalan teknologi baru padahal teknologi tersebut belum siap masuk ke pasar. Oleh sebab itu penting untuk menilai kesiapan sebuah teknologi sebelum masuk ke pasar. Saat ini telah terdapat suatu alat yang digunakan untuk melakukan penilaian teknologi. Namun penilaian masih bersifat subyektif dan ambigu.

Penyelesaian permasalahan ini penelitian ini berfokus pada mengembangkan sebuah model untuk penilaian kesiapan teknologi berbasis Digital Business Ecosystem (DBE). DBE terdiri atas 3 lapisan yaitu lapisan pertama adalah ekosistem bisnis yang merupakan komunitas ekonomi berupa interaksi di antara organisasi dan individu yang ada di dalamnya. Lapisan kedua merupakan representasi digital dari lapisan pertama sedangkan lapisan ketiga merupakan infrastruktur pendukung pada lapisan kedua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis mekanisme proses bisnis untuk inovasi dan komersialisasi produk dengan Business Process Modelling and Notation 2.0 (BPMN 2.0) yang dalam DBE terdapat pada lapiasan pertama, kemudian pada lapisan kedua DBE sebagai representasi digital dari lapisan pertama melakukan desain dan mengembangkan sebuah sistem untuk evaluasi produk invensi dengan menggunakan Interval Type 2 Fuzzy Set (IT2FS) serta evaluasi dan membandingkan hasilnya dengan metode yang telah ada.

Pada lapisan pertama DBE dilakukan analisis mekanisme bisnis proses untuk evaluasi produk invensi dimulai dengan evaluasi pada Current TRL untuk menentukan posisi awal produk tersebut. Kemudian melakukan verifikasi hasil

Current TRL untuk memastikan hasil Current TRL yang diperoleh. Berdasarkan pada analisis, maka pada lapisan kedua DBE sebagai representasi digital dari lapisan pertama dilakukan desain sistem untuk evaluasi produk invensi telah dilakukan dan diimplementasikan dalam bahasa pemrograman Java. IT2FS adalah metode yang powerful untuk menangani ketidak pastian dalam mengukur indikator TRL untuk menilai produk baru. IT2FS dapat menilai produk invensi

dengan hasil “terpenuhi” atau “tidak terpenuhi”. Pendekatan penilaian ini lebih

baik dari metode yang telah ada sebelumnya seperti Tekno-Meter dengan penilaian objektif di semua pertimbangan. Keunggulan dari sistem yang telah dikembangkan adalah sistem dapat melakukan penilaian untuk level yang lebih tinggi atau lebih rendah dari hasil Current TRL sehingga lebih meyakinkan pengguna posisi teknologi yang dimiliki dalam TRL.

Kata kunci: kesiapan teknologi, teknologi evaluasi, interval type 2 fuzzy set,

(5)

SUMMARY

ELFIRA FEBRIANI. Performance Measurement Model Development for Innovation and Commercialization Agro-industry Product Based on Digital Business Ecosystem. Supervised by TAUFIK DJATNA and IMAS SUKAESIH SITANGGANG.

The research achievement or the invention from many researchers has not been fully transferred to marketplace or just ended up as stacked written document and useless for public. Another problem occurs in product development is intermediate and premature introduction of new technologies even though it is not ready to enter the market. Therefore, it is important to assess technology that ready to transfer. Nowadays, there is a tool used to assess the technology. But the assessment is still subjective and ambiguous.

So to solve this problem, this research focuses on developing a model for assess technology readiness based on the Digital Business Ecosystem (DBE) that consists of 3 layers. First layer in DBE is the business ecosystem which is an economic community supported by a foundation of interaction between the organization and the individuals in it where each individual has their roles to achieve a common goal. The second layer is a digital representation of the first layer and the third layer is the supporting infrastructure in the second layer. The objectives of this work are to analyze mechanism of business process for innovation and commercialization products by using Business Process Modeling and Notation 2.0 (BPMN 2.0) that on DBE is first layer, and the second layer as digital representation of first layer on DBE we designed and developed a system to evaluate product invention by using Interval Type 2 Fuzzy Set (IT2FS) and also to evaluate and compare the result with existing tool.

First layer in DBE we analyzed mechanism of business process to evaluate product invention started with evaluated Current TRL to determine initial position of product. Then we verified the result to ensure the accuracy of the result. Based on analysis, in second layer DBE we designed system for evaluation invention product has been performed and implemented in Java language program. IT2FS is a powerful tool to handle uncertainty, including uncertainties in measuring the indicators of TRL to assess new product. IT2FS is able to assess product invention

with the result “fulfilled” or “unfulfilled”. This approach assessed better than

previously available tool such as Tekno-Meter by providing subjective adjustment into the whole consideration. The advantages of this system is able to make an assessment into a higher level or lower than the Current TRL result so it makes more convincing users to know what position of his technology in the TRL. Keywords: technology readiness, evaluation technology, interval type 2 fuzzy set,

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA

UNTUK PENGEMBANGAN INOVASI DAN

KOMERSIALISASI PRODUK AGROINDUSTRI BERBASIS

DIGITAL BUSINESS ECOSYSTEM

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Tesis : Pengembangan Model Pengukuran Kinerja untuk Pengembangan Inovasi dan Komersialisasi Produk Agroindustri Berbasis Digital Business Ecosystem

Nama : Elfira Febriani NIM : F351120151

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Eng Taufik Djatna, STP MSi Ketua

Dr Imas Sukaesih Sitanggang, SSi MKom Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian

Prof Dr Ir Machfud, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak 2013 ini ialah evaluasi teknologi, dengan judul Pengembangan Model Pengukuran Kinerja untuk Pengembangan Inovasi dan Komersialisasi Produk Agroindustri Berbasis Digital Business Ecosystem.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Eng. Taufik Djatna dan Ibu Dr Imas Sukaesih Sitanggang selaku pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Chandra Iriansyah, SH (ayah), Astuti (ibu), sahabat-sahabat yang selalu mendukung dalam penyelesaian studi di Pasca Sarjana TIP (Nina Hairiyah, Nova Alemina Sitepu, Elfa Susanti, Eddwina Aidilfitria dan M. Rafi), tim bimbingan (Fajar Munichputranto, M. Rizki Azima, M. Zaki Hadi, IB Dharma Yogha, Novi Purnamasari, Hety Hidayatullah, M. Arif Rahman Hakim, Azri Firwan, dan Husnul Khotimah), Aziz Rahmad, Teguh Pamungkas, teman-teman TIP S2 dan S3 angkatan 2012 dan seluruh staf departemen Teknologi Industri Pertanian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Evaluasi Kesiapan Teknologi 3

Digital Business Ecosystem 7

Inovasi dan Komersialisasi Produk 8

Interval Type 2 Fuzzy Set (IT2FS) 9

3 METODE 9

Kerangka Pemikiran 9

Identifikasi Parameter dan Simulator Pengukuran Teknologi 10

Business Process Modeling and Notation (BPMN) 10

Formulasi Interval Type 2 Fuzzy Set (IT2FS) 11

Implementasi sistem 13

Evaluasi Desain Sistem Pengukuran Kinerja 13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Analisis Mekanisme Proses Bisnis 14

Pengembangan Aplikasi untuk Pengukuran Kinerja 15

Evaluasi Desain Sistem Pengukuran Kinerja 21

5 SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 25

DAFTAR ISTILAH 30

(12)

DAFTAR TABEL

1. Penjelasan setiap level TRL 4

2. Definisi indikator TRL dari setiap level 15

3. Instrumen penilaian kesiapan teknologi 17

4. Nilai interval untuk setiap indikator 19

5. Persamaan membership function untuk setiap indikator 20 6. Contoh rules yang digunakan dalam sistem inferensia 20 7. Hasil pengujian dari beberapa peneliti dengan produk yang dimiliki 21 8. Hasil perbandingan Tekno-Meter dengan TeInvRL 1.0 22

DAFTAR GAMBAR

1. Tingkat kesiapan teknologi menurut hasil riset 7 2. Konsep DBE untuk inovasi dan komersialisasi produk agroindustri 8

3. Fungsi keanggotaan untuk fuzzy type 2 9

4. Kerangka pemikiran pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi

dan komersialisasi produk 10

5. Tahapan inferensi fuzzy menggunakan IT2FS 13

6. Model proses bisnis dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi 14

7. Bagian dari alur aktivitas sistem dan user 16

8. Contoh tampilansistem evaluasi TRL 21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Indikator TRL 25

2. Business Process Modeling and Notation untuk pengembangan inovasi dan

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hasil penemuan dari riset atau invensi dari berbagai peneliti banyak yang belum dimanfaatkan sepenuhnya atau hanya berakhir sebagai dokumen dan tidak dapat dinikmati oleh masyarakat. Permasalahan lain yang terjadi dalam pengembangan inovasi adalah terlalu cepat dilakukan pengenalan teknologi baru (Eldred dan McGrath 1997) padahal teknologi tersebut belum siap masuk ke pasar. Berbagai permasalahan ini seharusnya tidak terjadi jika pada tahap sebelum melakukan transfer teknologi peneliti melakukan penilaian untuk seleksi produk atau teknologi mana yang siap untuk dikomersialkan. Oleh sebab itu penting

untuk menilai “kesiapan komersialisasi” sebuah teknologi pada tahap awal dengan

melakukan evaluasi kesiapan teknologi (technology readiness) untuk mencari teknologi yang benar-benar layak atau siap untuk diaplikasikan pada masyarakat.

Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Watkins 2007). Pengukuran kinerja dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi produk agroindustri adalah melakukan penilaian atau pengukuran terhadap kemajuan pengembangan suatu produk hingga dapat mencapai tujuan yaitu masuk ke pasar. Penilaian atau evaluasi yang dilakukan menggunakan Technology Readiness Level

(TRL) yang telah diterapkan oleh NASA untuk menilai kesiapan teknologi mereka (Mankins 1995). Konsep TRL juga diterapkan di Florida dalam penilaian pengembangan produk antara dunia pendidikan, industri dan pemerintah. United States Air Force (USAF 2001) juga mengaplikasikan TRL dalam pengembangan invensi hingga dapat dikomersialkan.

Di Indonesia penggunaan TRL telah diterapkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU). BPPT menggunakan TRL untuk melakukan pengukuran hasil penelitian lembaga litbang atau perguruan tinggi atau hasil penelitian dari BPPT sendiri untuk melihat kesiapan suatu teknologi sebelum masuk ke pasar (BPPT 2010). PU menggunakan TRL untuk melakukan pengukuran teknologi berdasarkan

stakeholder yaitu Puslitbang Jalan dan Jembatan, Puslitbang Sumber Daya Air, dan Puslitbang Pemukiman (PU 2011). Pengukuran TRL yang diterapkan menggunakan Tekno-Meter, yaitu aplikasi perhitungan evaluasi TRL di

spreadsheet tetapi masih terdapat kekurangan dan kerancuan dalam penggunaannya.

Evaluasi kesiapan teknologi tidak hanya menggunakan TRL tetapi juga mempertimbangkan Investment Readiness Level (IRL) untuk mengukur kesiapan produk dari segi investasi dan Manufacturing Readiness Level (MRL) untuk mengukur kesiapan produk untuk memasuki ruang lingkup pabrikasi. TRL merupakan dasar dari penilaian kesiapan teknologi. Pengukuran IRL dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran MRL. Namun dalam penelitian ini, pengukuran hanya menggunakan TRL karena diasumsikan TRL secara umum dapat memenuhi ketiga pengukuran tersebut.

(14)

2

ekosistem di alam, setiap spesies saling bergantung satu sama lain agar terus hidup dan berkembang serta mencapai suatu keseimbangan. Ekosistem bisnis seperti yang telah diutarakan oleh Moore (2006), merupakan komunitas ekonomi yang didukung oleh fondasi berupa interaksi di antara organisasi dan individu yang ada di dalamnya. Organisme dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi adalah industri, peneliti, inventor dan sebagainya. Masing-masing aktor saling berinteraksi satu dengan lain untuk mengembangkan invensi dan melakukan komersialisasi sehingga produk yang dihasilkan dapat menjadi produk yang inovatif.

Penambahan digital pada ekosistem bisnis (disebut Digital Business Ecosystem atau DBE) melibatkan komponen digital untuk mendukung interaksi dalam ekosistem bisnis tersebut. Komponen digital dapat berupa aplikasi

software, komponen database, hardware dan sebagainya. Konsep DBE dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi setiap stakeholder akan membentuk suatu klaster yang akan dinilai kinerja mereka dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi. Pengujian hasil dari penilaian kinerja dilakukan dalam lingkup digital sehinga akan terbentuk manajemen kinerja untuk DBE dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi produk. Ekosistem yang dirancang merupakan reperesentasi digital dari ekosistem bisnis yang ada pada lingkungan pengembangan inovasi dan komersialisasi produk. Setiap aktor yang ada pada ekosistem bisnis tersebut direpresentasikan sebagai spesies digital dalam DBE. Pengembangan representasi digital yang akan dibangun merupakan desain dari pengukuran kinerja setiap stakeholder untuk mendukung pengembangan invensi sehingga dapat dikomersialkan dan menjadi sebuah inovasi.

Dalam DBE terdiri dari 3 lapisan yang mendukung untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu pengukuran kinerja dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi. Lapisan pertama merupakan analisis mekanisme proses bisnis yang menjelaskan bagaimana proses pengembangan inovasi dan komersialisasi dilakukan. Pada lapisan kedua dalam DBE pengembangan aplikasi sebagai representasi digital pada lapisan pertama menggunakan Interval Type 2 Fuzzy Sets (IT2FS) sebagai metode untuk evaluasi. Pemilihan IT2FS dikarenakan fuzzy type 1 memiliki tingkat keanggotaan (MF) pada sistem fuzzy berupa nilai crisp

sehingga dapat menjadi titik lemah jika terdapat banyak ketidakpastian dan beberapa opini yang subjektif pada permasalahan yang dihadapi (Mendel et al

2006). Pada sistem fuzzy tipe-2, tingkat keanggotaannya berupa nilai fuzzy

sehingga dapat mengakomodir permasalahan yang sangat sulit dalam menentukan tingkat keanggotaan (Mendel dan Wu 2009). Hal ini menjadikan fuzzy tipe-2 lebih berpeluang menghasilkan performa yang lebih baik dibandingkan fuzzy tipe pertama (Mendel et al. 2006). Model fuzzy tipe-2 yang banyak digunakan adalah

(15)

3 Perumusan Masalah

Pengukuran kinerja terhadap pengembangan inovasi dan komersialisasi produk dilakukan dengan penilaian kesiapan teknologi. Saat ini penilaian kesiapan teknologi atau produk baru belum dilakukan oleh peneliti, organisasi atau industri di Indonesia. Padahal penilaian kesiapan teknologi sangat diperlukan untuk mengetahui apakah produk atau teknologi tersebut siap atau tidak siap untuk masuk ke pasar. Walaupun saat ini telah ada tools yang dapat mengevaluasi teknologi berbasis TRL namun penilaian masih bersifat subyektif dan masih bersifat ambigu. Oleh karena itu dibutuhkan suatu desain sistem yang dapat mengevaluasi teknologi secara objektif dan meminimalisasi ketidakpastian dalam penilaian.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis mekanisme proses bisnis pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi dan komersialisasi produk; (2) mengembangkan aplikasi pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi dan komersialisasi; dan (3) mengevaluasi sistem pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi dan komerisalisasi.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) pengukuran kinerja yang dilakukan bukan pengukuran kinerja terhadap organisasi atau individu melainkan pengukuran kinerja terhadap pengembangan suatu teknologi atau produk; (2) penilaian teknologi yang dilakukan adalah untuk produk hasil riset yang dapat dikomersialkan; (3) pengembangan desain sistem pengukuran kinerja menggunakan library Java Type 2 Fuzzy Logic dan (4) pengembangan evaluasi teknologi atau produk baru belum mempertimbangkan Investment Readiness Level (IRL) dan Manufacturing Readiness Level (MRL)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Kesiapan Teknologi

Pengukuran kinerja untuk inovasi dan komersialisasi dilakukan dengan evaluasi kesiapan teknologi (technology readiness) dimana pendekatan ini merupakan sebagai langkah awal dalam transfer teknologi. Menurut Cooper (1993) sebagian besar kegagalan produk baru dikaitkan dengan membawa produk yang salah pada waktu yang tepat atau produk yang tepat pada waktu yang salah. Heslop et al (2001) menyatakan bahwa memilih teknologi yang akan dikomersialkan diantara sekian banyak teknologi yang diciptakan tidak mudah dan sering merupakan proses yang kurang berhasil.

Kesiapan teknologi (technology readyness) dapat diartikan sebagai seberapa siap atau matang suatu teknologi untuk dapat diterapkan. Pengertian “kesiapan”

(16)

4

suatu teknologi atau perbedaan “tingkatan kesiapan teknologi” untuk

dimanfaatkan atau diterapkan sesuai kegunaannya. "Tingkat kesiapan teknologi"

(TKT/TRL, technology readiness level) pada dasarnya dapat diartikan sebagai "indikator" yang menunjukkan seberapa siap atau matang suatu teknologi dapat diterapkan dan diadopsi oleh pengguna/calon pengguna. TRL adalah suatu sistem pengukuran sistematis yang mendukung penilaian kematangan atau kesiapan dari suatu teknologi tertentu dan perbandingan kematangan atau kesiapan antara jenis teknologi yang berbeda.

Salah satu keuntungan melakukan penilaian terhadap kesiapan suatu teknologi adalah dapat mengestimasi resiko dan biaya untuk pengembangan produk selanjutnya dan memutuskan kapan teknologi tersebut siap untuk ditransfer ke pasar (Nolte 2008). Seperti yang telah disebutkan di awal penilaian kesiapan teknologi menggunakan TRL yang diadopsi dari NASA. Tingkat kesiapan teknologi dinilai dalam sembilan level (Tabel 1) yang terbagi menjadi tiga kategori atau bagian tahapan riset (Gambar 1) yaitu riset dasar (level 1-3), riset terapan (level 4-6) dan riset pengembangan (level 7-9).

Tabel 1 juga menunjukkan daftar dokumen atau batasan yang harus dipenuhi seorang peneliti dalam penilaian suatu produk. Dokumen tersebut merupakan bukti bahwa seorang peneliti telah melakukan penelitian sampai pada tahap tertentu dan pendukung dalam melakukan penilaian TRL untuk setiap level. Peneliti dapat memberikan referensi dalam makalah, presentasi, data, dan fakta yang mendukung penilaian juga termasuk tabel data dan grafik yang menggambarkan fakta yang tepat.

Tabel 1. Penjelasan setiap level TRL

Level Tingkat Kesiapan

Tingkat terendah dari kesiapan teknologi. Riset ilmiah dimulai untuk diterjemahkan ke dalam riset terapan (skala lab) dan pengembangan produk.

Penelitian yang telah dipublikasi (paper) yang

Invensi dimulai. Saat prinsip-prinsip dasar diamati, maka aplikasi praktisnya dapat digali/dikembangkan. Aplikasinya masih bersifat spekulatif dan tidak ada bukti ataupun analisis yang rinci mendukung asumsi yang digunakan.

Publikasi yang menjelaskan analisis yang dilakukan. Pekerjaan yang dilakukan sebagian besar adalah studi analisis dengan penekanan pada pemahaman ilmu pengetahuan yang lebih baik. Desain penelitian yang dilakukan telah dirancang untuk menguatkan hasil studi pada TRL 1.

3 Pembuktian

konsep (proof of

Riset/penelitian dan pengembangan secara

(17)

5 dapat menyangkut studi analisis dan studi laboratorium untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang komponen-komponen yang digunakan dalam pengembangan produk.

parameter penting dalam pengembangan produk. Pada TRL 3 pekerjaan telah di lingkungan lab, melakukan verifikasi bahwa konsep yang telah disusun berjalan seperti yang diharapkan. teknologi yang mendasar diintegrasikan untuk memastikan agar bagian-bagian tersebut secara bersama dapat bekerja/berfungsi.

Keadaan ini masih memiliki keandalan yang relatif rendah dibanding dengan sistem akhirnya.

Hasil percobaan di lab dan perkiraan hasil yang diharapkan terintegrasi dari tujuan yang ingin dicapai.

5 Validasi kode yang telah terintegrasi meningkat secara signifikan. Komponen-komponen teknologi yang mendasar diintegrasikan dengan elemen-elemen pendukung yang cukup realistis sehingga teknologi yang bersangkutan dapat diuji dalam suatu lingkungan tiruan/simulasi.

Hasil dari pengujian skala lab, dan analisis perbedaan antara skala lab dan skala pilot plan. dapat menyangkut studi analisis dan studi laboratorium untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang elemen-elemen terpisah dari teknologi.

Hasil dari pengujian skala

pilot plan dan analisis perbedaan antara pilot plan

dan skala lab. Perbedaan utama antara TRL 5 dan 6 adalah perpindahan langkah dari skala laboratorium ke skala pilot plan dan penentuan faktor skala pilot plan yang memungkinkan berpengaruh dalam pengembangan produk.

7 Demonstrasi Prototipe mendekati Hasil dari pengujian skala

(18)

6 prototipe sistem nyata dalam suatu lingkungan operasional.

penuh dan analisis perbedaan antara lingkungan pengujian, dan analisis hasil akhir berfungsi dalam bentuk akhirnya dan dalam kondisi sebagaimana yang diharapkan. Pada umumnya, TRL ini mencerminkan akhir dari pengembangan sistem yang sebenarnya

Prosedur operasional yang hampir lengkap. teknologi secara nyata dalam bentuk akhirnya dan di bawah kondisi yang dimaksudkan (direncanakan)

sebagaimana dalam pengujian dan evaluasi operasional.

Produk selesai dan siap masuk ke pasar dengan kapasitas yang telah stabil

Sumber : 1BPPT (2010); 1PU (2011); 2DOE (2011)

Pada TRL 1-3, peneliti masih melakukan pengembangan konsep, studi literatur dan melakukan formulasi untuk penelitiannya. Secara umum dapat dikatakan pada wilayah TRL 1-3 peneliti masih melakukan pengembangan konsep dasar.

TRL 4-6 merupakan wilayah pengembangan teknologi yang nantinya dapat ditransfer ke pasar. Apabila suatu riset telah mencapai TRL 4-6, potensi untuk dapat melibatkan pihak pengguna atau industri semakin besar. TRL 6 merupakan titik kritis dari resiko yang harus ditanggung dalam suatu riset. Setelah melewati level 6 diharapkan industri dapat masuk dalam pengembangan teknologi tersebut. Titik kritis merupakan titik pertemuan antara peran pemerintah dan peran industri dalam pengembangan teknologi. Setelah titik kritis terlewati (masuk pada TRL 7) maka resiko suatu hasil riset akan berkurang sehingga pada level ini industri dapat mulai mengambil peran yang lebih baik dari sisi pembiayaan dan fasilitasi.

(19)

7

Gambar 1. Tingkat kesiapan teknologi menurut hasil riset (BPPT 2010) Jika hasil penelitian yang telah sampai pada level 7-9 dapat dikatakan bahwa teknologi yang dikembangkan telah siap untuk dikomersialkan. Pada level ini hasil penelitian telah melewati fase technology development dan siap untuk memasuki fase market evolution. Oleh karena itu tahapan selanjutnya adalah bagaimana memasuki fase komersialisasi dan bagaimana mempertahankan keberlangsungannya. Suatu hasil penelitian yang telah mencapai level ini, langkah selanjutnya diharapkan akan melakukan: kolaborasi dengan investor dan menjaga keberlangsungan produk dengan melakukan atau mencari penelitian baru untuk mengembangkan produk atau teknologi yang telah ada.

Digital Business Ecosystem

Sintesis kata Digital Business Ecosystem muncul pada tahun 2002 dengan menambahkan digital di awal kata business ecosystem. Digital ecosystem

merupakan teknologi yang meniru ekosistem alam untuk membantu kolaborasi beberapa aktor untuk kegiatan tertentu (Hadzic et al 2007). Digital ecosystem

disebut digital business ecosystem ketika diterapkan di lingkungan bisnis. Hadzic dan Dillon (2008) telah merancang ekosistem digital untuk membantu kolaborasi di lingkungan rumah sakit (diberi nama digital health ecosystem). Digital ecosystem mempengaruhi struktur perusahaan dan jaringan sosial dan bisnis mereka, sementara business ecosystem memodifikasi struktur "organisme" dari

digital ecosystem. Digital ecosystem dan business ecosystem, ketika mereka layak, ditambah secara struktur dan berevolusi membentuk ekosistem inovasi yang dinamis.

(20)

8

inovasi dan komersialisasi produk agroindustri. Setiap stakeholder yang ada pada ekosistem bisnis tersebut direpresentasikan sebagai spesies digital di dalam DBE.

Gambar 2. Konsep DBE untuk inovasi dan komersialisasi produk agroindustri (Nachira et al 2007)

Lapisan kedua merupakan representasi dari lapisan pertama sedangkan lapisan ketiga merupakan infrastruktur yang mendukung lapisan kedua yang berupa perangkat keras, jaringan dan sebagainya. Dalam penelitian ini representasi digital pada lapisan pertama akan diaplikasikan dalam sebuah perangkat lunak dengan bahasa pemrograman Java.

Inovasi dan Komersialisasi Produk

Tidd et al (2001) mendefinisikan inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa. Inovasi juga dapat diartikan sebagai sebuah perubahan, baik berupa perubahan dalam produk dan jasa, maupun perubahan dalam proses, jika dilihat dari sifat perubahannya, dapat dibedakan pada perubahan secara bertahap (incremental), radikal (radical), atau transformasi.

Menurut Rogers dan Takegami (2001) sebuah teknologi akan disebut terkomersialisasi adalah ketika teknologi tersebut ditransfer dan terjual di pasar. Menurut Eldred dan McGrath (1997) teknologi transfer merupakan perubahan teknologi menjadi teknologi yang dikembangkan yang siap untuk digunakan. Proses transfer teknologi secara umum meliputi asal teknologi (institusi, balai penelitian dan sebagainya), filter teknologi, pengembangan bisnis model, pengembangan business plan secara detail, dan implementasi.

Setiap produk yang telah dihasilkan memiliki siklus hidup hingga pada saat tertentu produk tersebut harus ditarik dari pasar dan diganti dengan produk baru yang lebih inovatif. Sebelum produk tersebut ditarik maka perusahaan harus melakukan penelitian dan pengembangan produk sebelumnya.

(21)

9 Interval Type 2 Fuzzy Set (IT2FS)

Interval Type 2 Fuzzy Sets (IT2FS) merupakan perbaikan dari algoritma fuzzy set tipe 1 (Wu dan Mendel 2009), dengan proses inferensi menggunakan metode TSK (Takagi, Sugeno dan Kang). IT2FS merupakan salah satu model fuzzy tipe 2 yang memetakan output berupa bilangan interval tertentu (Mendel et al 2006). IT2FS memiliki daerah terbatas yang memuat ketidakpastian derajat keanggotaan primer dari fungsi keanggotaan tipe 2 yang disebut A Footprint of uncertainty (FOU). FOU merupakan tingkat ketidakpastian dari dimana merupakan

Membership Function (MF) IT2FS. IT2FS memiliki dua MF yaitu Upper Membership Function (UMF) dan Lower Membership Function (LMF) yang menjadi batas dari FOU. Gambar 3 menunjukkan ilustrasi dari fungsi keanggotaan IT2FS dimana UMF adalah batas atas dari FOU sedangkan LMF adalah batas bawah dari FOU.

Gambar 3. Fungsi keanggotaan untuk fuzzy type 2 (Mendel et al 2006)

3

METODE

Kerangka Pemikiran

Pengembangan model pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi dan komersialisasi berdasarkan DBE terdiri atas tiga lapisan seperti pada Gambar 2. Dalam penelitian ini lapisan pertama melakukan pemodelan proses bisnis pengembangan inovasi dan komersialisasi. Kemudian pada lapisan kedua dilakukan pengembangan sistem untuk pengukuran kinerja dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi serta melakukan evaluasi sistem yang telah dikembangkan. Alur analisis proses, desain hingga evaluasi sistem dapat dilihat pada Gambar 4.

(22)

10

Gambar 4. Kerangka pemikiran pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi dan komersialisasi produk

Identifikasi Parameter dan Simulator Pengukuran Teknologi

Parameter pengukuran teknologi berbasis TRL akan diadopsi dari BPPT (2010) dan PU (2011) yang telah digunakan sebelumnya untuk pengukuran teknologi di Indonesia. Matriks kesiapan teknologi versi BPPT dan PU sudah dikategorisasikan menjadi sembilan tingkatan kesiapan dari studi awal, modelling, prototipe teknologi, demonstrasi sampai pada penerapan skala penuh. Namun parameter-parameter yang digunakan untuk menyusun kriteria kesiapan teknologi, dinilai masih dikategorikan untuk penilaian teknologi atau sistem. Oleh sebab itu parameter yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan pengguna dan kemudahan pengguna dalam pemahaman pengukuran suatu produk.

Business Process Modeling and Notation (BPMN)

Analisis mekanisme proses bisnis dilakukan untuk mengetahui alur proses bisnis secara keseluruhan dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi produk. Dalam konsep DBE, analisis mekanisme proses bisnis terletak pada lapisan pertama dimana tahapan dalam analisis perlu diketahui stakeholder yang terlibat, peran masing-masing stakeholder, alur proses yang terjadi dan sebagainya.

(23)

11 bisnis dan pengembangan teknis (Natschlager 2011). BPMN menyediakan banyak notasi grafis yang digunakan untuk pemodelan proses. Notasi grafis yang dimiliki BPMN misalnya adalah start event, task, intermediate message, end event, gateway, dan notasi-notasi lainnya yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri.

Dalam BPMN, sebuah “Proses Bisnis” melibatkan dan mengharuskan adanya

urutan dan dalam kegiatan bisnis dan informasi pendukung. Oleh karena itu BPMN merupakan workflow yang lebih mudah dimengerti untuk melakukan analisis dan pemodelan suatu bisnis atau proses bisnis. Dalam pengembangan BPMN, ada beberapa tingkat dalam pemodelan proses yaitu (White 2008):

1. Peta proses (Process Maps) : kegiatan flow chart yang sederhana, diagram alir tanpa memiliki banyak informasi detail selain nama-nama setiap aktivitas (kegiatan)

2. Deskripsi proses (Process Descriptions): memberikan informasi yang lebih luas seperti peran orang yang terlibat dalam proses, data, informasi dan sebagainya

3. Model proses (Process Models): menggambarkan flow chart yang lebih detail sehingga proses ini lebih dapat dianalisis dan simulasi. Proses model ini jika telah benar (tanpa adanya kesalahan) maka dapat langsung dieksekusi ke model lainnya atau alat lainnya yang dapat menjalankan proses lebih lanjut. BPMN digunakan untuk memodelkan proses kegiatan pengembangan inovasi dan komersialisasi dengan melihat interaksi yang terjadi setiap stakeholder. Pembuatan model akan menggunakan bantuan software Sybase Power Designer 16.0.

Formulasi Interval Type 2 Fuzzy Set (IT2FS)

Nilai indikator terpenuhi sebuah level pada tiap TRL adalah 75-100 dengan rentang nilai batasan yang ditetapkan dalam penilaian teknologi adalah 0-100 (BPPT 2006). Nilai di bawah 75 dianggap tidak terpenuhi pada suatu level TRL. Mengacu pada ketetapan BPPT maka sistem yang dikembangkan juga mengikuti aturan yang sama namun batas untuk setiap level terpenuhi adalah 8 dengan rentang nilai 0-10.

Berbeda dengan IT2FS yang akan digunakan dalam proses perhitungan setiap indikator TRL, secara umum, tahapan proses inferensia pada IT2FS ini dapat dilihat pada Gambar 5. Desain IT2FS yang akan dilakukan adalah

1. Desain fuzzifier

Tipe Membership Function (MF) yang digunakan dalam fungsi triangular. Tingkat ketidakpastian dari dapat dihitung dari union semua anggota primernya ( ) yang disebut FOU dari seperti pada persamaan (1) (Mendel et al 2006)

(1) 2. Konstruksi aturan fuzzy

Setelah fungsi keanggotaan fuzzy tipe 2 didefinisikan, langkah selanjutnya adalah membangun aturan fuzzy untuk memproses input fuzzy. Untuk membentuk aturan dalam fuzzy mengikuti format seperti pada persamaan (2) (Mendel et al 2006).

1 1

R : IF x is A and ... and x is A , THEN y is Y n = 1,2,...,Nn n n n

i l

(24)

12

dimana adalah antecedent dan Yn adalah concequent pada aturan fuzzy, x1..xi adalah input pada fuzzy dan y adalah output fuzzy yang akan

dimanfaatkan dalam inferensia fuzzy. 3. Desain inferensia fuzzy

Inferensi fuzzy merupakan komponen kunci dari sistem logika fuzzy. Hasil dari proses fuzifikasi tersebut berupa input set untuk IT2FS yang selanjutnya akan di-inferensi dengan menghitung firing interval

berdasarkan aturan yang ditetapkan. Penghitungan firing interval dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (3) (Mendel et al 2006)

(3) dimana Fn(x’) adalah firing level pada input data dan adalah firing level

untuk UMF sedangkan firing level untuk LMF. 4. Reduksi tipe

Output dari perhitungan firing interval tersebut masih berupa IT2FS, oleh karena itu langkah selanjutnya adalah dengan melakukan reduksi tipe sehingga menjadi fuzzy tipe 1. Dalam penelitian ini metode yang akan sesuai dengan dan pada aturan ke i yang akan dimaksimalkan oleh dan diminimumkan oleh .

5. Defuzifikasi

Defuzzifikasi adalah langkah terakhir untuk mendapatkan hasil akhir. Defuzzifikasi tipe 2 identik dengan defuzzikasi dari tipe-1 logika fuzzy. Formula untuk defuzifikasi adalah metode centroid seperti pada persamaan (6) (Mendel et al 2006)

dimana y(x) adalah hasil defuzifikasi, sedangkan yl dan yr adalah hasil tipe

(25)

13

Input crisp

fuzzification

Aturan

Inference Type

reduction Defuzzification

Input IT2FS

Output IT2FS

Crisp

Outputs

Type reduction Set (Type-1)

Implementasi sistem

Implementasi dari sistem yang telah dirancang dilakukan menggunakan bahasa pemrograman Java. Dalam pengembangan sistem digunakan library umum untuk T2FS yang telah ada digunakan sebelumnya. Pengembangan sistem pengukuran kinerja disesuaikan dengan kebutuhan sistem yang telah ditentukan sebelumnya

Evaluasi Desain Sistem Pengukuran Kinerja

Evaluasi sistem pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi dan komersialisasi produk dilakukan dengan melakukan pengujian kepada beberapa peneliti untuk menguji hasil penelitian mereka. Selain itu, evaluasi juga dilakukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan TRL-Meter yang telah digunakan saat ini oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Perhitungan nilai TRL dengan menggunakan Tekno-Meter menggunakan persamaan (7) yang diadopsi dari rumus umum yang digunakan BPPT (BPPT 2010).

(0 ) (0.2 ) (0.4 ) (0.6 ) (0.8 ) (1 ) Nilai TRL =

indikator

a b c d e f

n

dimana:

a : jumlah indikator yang bernilai 0% d: jumlah indikator yang bernilai 60% b: jumlah indikator yang bernilai 20 e: jumlah indikator yang bernilai 80% c: jumlah indikator yang bernilai 40% f: jumlah indikator yang bernilai 100%

Data yang diinput berasal dari wawancara dan survei dari beberapa peneliti di Institut Pertanian Bogor. Wawancara (berupa indikator dalam TRL) dan survei dilakukan pada bulan Februari tahun 2014.

7) Gambar 5. Tahapan inferensi fuzzy menggunakan IT2FS

(26)

14

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Mekanisme Proses Bisnis

Lapisan pertama pada lingkungan DBE dapat dilihat pada alur proses bisnis yang terjadi di dunia nyata ketika melakukan pengembangan produk invensi yang dimodelkan dengan menggunakan BPMN 2.0. Dalam suatu ekosistem bisnis setiap stakeholder memiliki fungsi dan peranannya masing-masing. Mereka akan saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama dalam hal ini mengembangkan produk dan melakukan komersialisasi.

Dalam ekosistem bisnis untuk pengembangan inovasi dan komersialisasi produk diketahui bahwa stakeholder yang terlibat terdiri dari peneliti sendiri, perusahaan, dan balai penelitian (bagian peneliti dan evaluator). Evaluasi teknologi dimulai saat peneliti melakukan pengembangan produknya sehingga produk yang dihasilkan dapat dapat diaplikasikan dalam masyarakat. Contoh model alur proses pengembangan produk dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Model proses bisnis dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi

(27)

15 Peneliti dapat memberikan hasil penelitian yang telah dicapai pada pihak pengguna (industri) untuk pengembangan selanjutnya minimal pada pencapaian level 7 TRL. Kemudian industri akan melakukan pengembangan produk di lingkungan pabrikasi dan melakukan pemasaran pada target pasar yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengembangan Aplikasi untuk Pengukuran Kinerja Perancangan sistem

Lapisan kedua dalam DBE merupakan representasi digital dari lapisan pertama. Pengembangan aplikasi untuk pengukuran kinerja dalam pemenuhan kebutuhan pada lapisan kedua DBE dilakukan dengan perancangan sistem dan implementasi sistem. Tahapan dalam perancangan sistem dimulai dengan mengembangkan model alur sistem yang akan digunakan oleh pengguna. Kemudian merancang desain sistem sesuai dengan kebutuhan. Metode pengukuran yang banyak diadopsi oleh peneliti, perusahaan dan balai penelitian adalah Technology Readiness Levels (TRLs) yang pada awalnya dikembangkan oleh NASA (Mankins 1995) dimana level yang paling tinggi menunjukkan prototipe yang lebih lengkap dan tingkat sistem verifikasi yang lebih tinggi.

Tingkat kesiapan teknologi yang pada awalnya dikembangkan oleh NASA merupakan indikator yang menunjukkan tahapan proses keberhasilan dalam pencapaian kesiapan teknologi dalam bentuk sembilan level, dimana antara satu level dengan level yang lain saling terkait dan menjadi landasan bagi tingkatan berikutnya. Tabel 2 menunjukkan definisi dari setiap level dalam TRL.

Tabel 2. Definisi indikator TRL dari setiap level Level

TRL Indikator utama setiap level

1 Prinsip dasar dari teknologi telah diteliti dan dilaporkan 2 Formulasi konsep teknologi dan aplikasinya

3 Pembuktian konsep (proof of concept) fungsi dan/atau karateristik penting secara analitis dan eksperimental

4 Validasi kode, komponen dan atau kumpulan komponen dalam lingkungan laboratorium

5 Validasi kode, komponen dan atau kumpulan komponen dalam lingkungan relevan

6 Demonstrasi model atau prototipe sistem/subsistem dalam lingkungan yang relevan

7 Demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan/aplikasi yang sebenarnya

8 Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat melalui pengujian dan demonstrasi dalam lingkungan/aplikasi sebenarnya

9 Sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian

Sumber: Mankins (1995)

(28)

16

memberikan ID invention yang akan digunakan untuk proses selanjutnya. Ketika memasuki menu current, user akan diminta memilih indikator yang sesuai berdasarkan kondisi penelitian yang telah berjalan (indikator yang digunakan pada

Current TRL dapat dilihat pada Tabel 2). Kemudian user dapat melakukan verifikasi atas hasil yang telah diberikan sistem. Ketika melakukan verifikasi dan

menghasilkan jawaban “terpenuhi” maka user dapat melanjutkan penilaian ke

level selanjutnya namun jika “tidak terpenuhi” maka user dapat melakukan penilaian ke level di bawahnya.

Gambar 7. Bagian dari alur aktivitas sistem dan user

(29)

17 yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan instrumen penilaian kesiapan teknologi. Kelengkapan setiap indikator penilaian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 3. Instrumen penilaian kesiapan teknologi

Level Kriteria Parameter yang dinilai Nilai interval dalam IT2FS digunakan pada teknologi (baru) telah digunakan

[0 10]

2 Studi literatur tentang prinsip dasar teknologi yang dikembangkan 3 Formulasi hipotesis penelitian 2 Formulasi konsep

2 Studi literatur mengindikasikan teknologi yang akan dikembangkan memungkinkan untuk diterapkan

3 Desain produk/varietas secara teoritis dan empiris telah teridentifikasi

... ...

10 Pemahaman tahapan eksperimen yang akan dilakukan prediksi kinerja elemen-elemen teknologi/produk/varietas telah dilakukan

[0 10]

2 Karakteristik/sifat dan kapasitas

untuk kerja

sistem/teknologi/produk/varietas dasar telah diidentifikasi dan diprediksi

3 Telah dilakukan percobaan laboratorium untuk menguji kelayakan penerapan teknologi/produk/varietas

tersebut

... ...

8 Penelitian laboratorium telah dilakukan untuk memprediksi kinerja setiap elemen teknologi/produk/varietas

4 Validasi kode, komponen dan atau

kumpulan

1 Test laboratorium

komponen-komponen penyusun

produk/teknologi/varietas secara

(30)

18

Level Kriteria Parameter yang dinilai Nilai interval dalam IT2FS diaplikasikan ke pengguna telah diketahui

3 Hasil percobaan laboratorium terhadap komponen-komponen teknologi/produk/varietas

menunjukkan bahwa komponen tersebut dapat beroperasi

1 Persiapan produksi

teknologi/produk/varietas telah dilakukan

[0 10]

2 Persyaratan standar teknologi/produk/varietas telah diketahui

3 Penelitian pasar (market research) dan penelitian laboratorium untuk memilih proses yang akan digunakan

untuk memproduksi

produk/varietas dalam skala tetap (skala pabrik)

... ...

9 Proses produksi telah direview oleh bagian manufaktur

1 Kondisi lingkungan operasi

untuk pengembangan

produk/teknologi/varietas sesungguhnya telah diketahui

[0 10]

2 Kebutuhan investasi untuk peralatan dan proses produksi terindentifikasi

3 Bagian produksi menyetujui dan menerima hasil pengujian lab desain produk/varietas secara

[0 10]

(31)

19

Level Kriteria Parameter yang dinilai Nilai interval dalam IT2FS peralatan tes diujicobakan dalam lingkungan produksi

... ...

15 Siap untuk produksi awal 8 Sistem telah

9 Siap untuk produksi skala penuh 9 Sistem benar-benar

teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian

1 Konsep operasional telah benar-benar dapat diterapkan

[0 10]

2 Perkiraan investasi teknologi/produk/varietas sudah dibuat

... ...

8 Teknologi kompetitor diketahui

Sumber : adopsi dari BPPT (2010) dan PU (2011)

Desain sistem dalam lingkungan digital dilakukan dengan menggunakan formulasi IT2FS. Model IT2FS digunakan untuk mengukur kesiapan suatu teknologi dengan mengagregasi setiap indikator dalam setiap level. Pada model IT2FS, proses fuzifikasi dilakukan untuk mengubah inputan berupa nilai crisp

sehingga menjadi inputan fuzzy. Model yang digunakan pada proses fuzifikasi ini adalah model triangular.

Membership Function (MF) untuk setiap variabel dikonversi menjadi tiga skala ordinal berupa nilai linguistik (terpenuhi, belum terpenuhi dan tidak terpenuhi) seperti yang dijelaskan pada Tabel 4. Sesuai dengan ketentuan IT2FS, MF untuk setiap variabelnya mempunyai LMF dan UMF, LMF ditandai dengan

underline ( )sedangkan UMF ditandai dengan overline ( ). Tabel 4. Nilai interval untuk setiap indikator Nilai linguistik indikator

Tidak Terpenuhi 0 4

Belum terpenuhi 2 8

Terpenuhi 6 10

(32)

20

Pada Tabel 5 ditunjukkan persamaan MF untuk setiap nilai linguistik dan berlaku pada setiap indikator penilaian TRL. Jika melihat persamaan pada Tabel 4 nilai keanggotaan untuk setiap indikator yang bernilai sama dengan 10 akan bernilai 1 baik untuk nilai indikator maupun indikator . Hal ini dikarenakan nilai maksimum yang digunakan dalam penilaian evaluasi teknologi adalah sebesar 10. Nilai keanggotaan untuk setiap indikator yang bernilai sama dengan 5 akan bernilai 1 baik untuk nilai indikator

dan indikator .

Tabel 5. Persamaan membership function untuk setiap indikator

MF lower MF Upper

Aturan-aturan pada model IT2FS digunakan dalam proses inferensia. Aturan-aturan tersebut memetakan nilai linguistik setiap variabel untuk setiap indikator disetiap level sebagai input terhadap nilai linguistik variabel level TRL sebagai output. Contoh aturan-aturan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Nilai minimum suatu indikator terpenuhi adalah 8 sesuai dirujuk dari penetapan nilai oleh BPPT (2010).

Tabel 6. Contoh rules yang digunakan dalam sistem inferensia

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Consequent If Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Then Terpenuhi If Terpenuhi Terpenuhi Belum

terpenuhi

Then Terpenuhi If Belum

terpenuhi

Belum terpenuhi

Belum terpenuhi

Then Belum terpenuhi If Tidak

terpenuhi

Tidak Terpenuhi

Tidak Terpenuhi

(33)

21 menggunakan persamaan (6). Berdasarkan model yang dibangun, hasil akhir (nilai TRL=y) merupakan nilai dengan rentang [0, 10].

Implementasi sistem

Sistem yang telah dirancang selanjutnya akan diimplementasi dalam bahasa pemrograman Java. Aplikasi ini akan diberi nama TeInvRL 1.0. Program dibuat dengan mengikuti kriteria-kriteria yang ada, yaitu mudah untuk dioperasikan (user friendly), dan tampilan yang menarik (user interface). Sesuai dengan desain sistem, maka aplikasi yang dikembangkan diharapkan mampu mengimplementasikan dari perancangan yang telah dilakukan sebelumnya. Gambar 8 merupakan salah satu contoh bentuk tampilan program dalam sistem pengukuran kinerja yang telah dikembangkan.

Gambar 8. Contoh tampilansistem evaluasi TRL Evaluasi Desain Sistem Pengukuran Kinerja

Tahapan akhir yang dilakukan adalah evaluasi sistem yang telah dikembangkan. Tahapan ini merupakan tahapan akhir yang dilakukan dalam lapisan kedua dan mengintegrasikannya dengan lapisan pertama dalam tahap evaluasi. Pengujian yang dilakukan dengan melibatkan 7 orang peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk melakukan penilaian terhadap produk invensi mereka. Tabel 7 menunjukkan hasil pengujian TRL untuk masing-masing produk atau teknologi invensi. Saat penilaian, peneliti akan mengisi setiap indikator TRL (Terpenuhi atau Tidak Terpenuhi) hingga peneliti akan mendapatkan suatu kesimpulan sampai level berapa produk mereka berada.

Tabel 7. Hasil pengujian dari beberapa peneliti dengan produk yang dimiliki

No Kategori Produk Invensi Nilai

TRL 1 Obat-obatan dan

fitofarmaka

Hand sanitizer atsiri 8

(34)

22

No Kategori Produk Invensi Nilai

TRL 3 Teknologi Teknologi Produksi Bioinsektisida 5 4 Teknologi Surfaktan non ionik DEA berbasis

minyak sawit

7

5 Teknologi Transporter 9

6 Teknologi Teknologi pasca panen jarak pagar 4

7 Pangan Jala IPAM 7

Perbandingan hasil yang diperoleh dari pengujian sistem yang dihasilkan dengan hasil Tekno-Meter ditunjukkan pada Tabel 8. Tekno-Meter adalah sebuah perangkat lunak berbasis spreadsheet dari Microsoft Excel yang menghimpun beberapa pertanyaan (indikator pada TRL) dan akan menampilkan hasil TRL yang dicapai. Tekno-Meter saat ini yang digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kesiapan teknologi. Produk yang diuji dari wilayah TRL 4-6 yaitu Teknologi pasca panen jarak pagar dan wilayah TRL 7-9 yaitu Transporter.

Tabel 8. Hasil perbandingan Tekno-Meter dengan TeInvRL 1.0

No Kategori Tekno-Meter TeInvRL 1.0

1 Transporter Terpenuhi Terpenuhi

2 Teknologi pasca panen jarak pagar

Terpenuhi Terpenuhi

Hasil perbandingan Tekno-Meter dan TeInvRL 1.0 (aplikasi yang dikembangkan dalam penelitian ini) dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil perbandingan kedua metode menunjukkan hasil yang sama. Namun sistem yang telah dikembangkan memiliki kinerja yang lebih baik dari Tekno-Meter karena perhitungan pada Tekno-Meter menggunakan nilai crisp sehingga dapat menjadi titik lemah jika terdapat banyak ketidakpastian dan beberapa opini yang subjektif pada permasalahan yang dihadapi.

Keunggulan lain yang diberikan oleh sistem yang dikembangkan ini adalah penilaian dilakukan secara dinamis yaitu evaluator dapat melakukan penilaian pada level yang lebih tinggi (jika hasil Current TRL sama dengan hasil verifikasi) dan evaluator dapat menilai teknologinya ke level penilaian yang lebih rendah (jika hasil Current TRL menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil verifikasi) hingga mendapatkan hasil yang relevan.

Dari hasil penelitian ini masih terdapat beberapa hal yang perlu dikembangkan untuk menyempurnakan evaluasi kesiapan suatu teknologi. Lebih lanjut penelitian ini perlu diintegrasikan dengan organisasi yang mendukung dan membutuhkan penilaian teknologi agar integrasi setiap lapisan dalam DBE dapat terpenuhi semua. Penelitian lebih lanjut yang diperlukan adalah evaluasi untuk kesiapan dalam fabrikasi (Manufacturing Readiness Level) dan kesiapan suatu teknologi berada di pasar (Investment Readiness Level). Kedua konsep ini juga sangat diperlukan untuk pengembangan inovasi dan komersialisasi produk.

(35)

23

5

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pada penelitian ini mekanisme proses bisnis untuk pengukuran kinerja pengembangan produk dimulai dengan pengujian Current TRL untuk menentukan posisi atau level teknologi dalam TRL. Kemudian dilakukan verifikasi untuk memastikan ketepatan hasil Current TRL.

Berdasarkan analisis proses bisnis telah dilakukan desain sistem pengukuran kinerja berbasis IT2FS dengan indikator TRL dan hasil desain diimplementasi dalam bahasa pemrograman Java. Sistem mampu melakukan penilaian produk

invensi dengan hasil “terpenuhi” dan “tidak terpenuhi”. Keunggulan dari sistem yang telah dikembangkan adalah sistem dapat melakukan penilaiaian untuk level yang lebih tinggi atau lebih rendah dari hasil Current TRL sehingga lebih meyakinkan pengguna posisi teknologi yang dimiliki dalam TRL.

Evaluasi sistem dilakukan oleh beberapa peneliti yang sedang mengembangkan produk untuk dipasarkan. Hasil penelitian ini telah diverifikasi dan divalidasi. Hasil perbandingan evaluasi dengan menggunakan Tekno-Meter menunjukkan hasil yang sama tetapi IT2FS masih menunjukkan kinerja yang lebih baik karena IT2FS menggunakan linguistic value yang dapat menggambarkan ketidaktepatan, ketidakpastian, dan tidak objektif

Saran

Dari hasil penelitian ini maka masih ada bagian yang dapat dikembangkan untuk evaluasi teknologi atau produk. Lebih lanjut penelitian ini perlu diintegrasikan dengan organisasi yang mendukung dan membutuhkan penilaian teknologi agar integrasi setiap lapisan dalam DBE dapat terpenuhi semua Penelitian lebih lanjut yang diperlukan adalah evaluasi untuk kesiapan dalam fabrikasi (Manufacturing Readiness Level) dan kesiapan suatu teknologi berada di pasar (Invesment Readiness Level). Kedua konsep ini juga sangat diperlukan untuk pengembangan inovasi dan komersialisasi produk.

DAFTAR PUSTAKA

[BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2010. Tingkat Kesiapan Teknologi. Jakarta (ID): BPPT.

[DOE] Department of Energy. 2011. Technology Readiness Assessment Guide. Amerika (US): DOE.

[PU] Kementerian Pekerjaan Umum. 2011. Penyusunan Rekomendasi Kesiapan Teknologi Hasil Litbang Untuk Keberlanjutan Pemanfaatan Oleh Masyarakat. Jakarta (ID): PU

Cooper RG. 1993. Winning at New Products-Accelerating the Process from Idea to Launch. Ed ke-2. Amerika (US): Addison-Wesley

(36)

24

Hadzic M, Dillon TS, Chang E. 2007. Methodology Framework for the Design of Digital Ecosystem. Systems, Man and Cybernetics, ISIC. IEEE International Conference on IEEE

Hadzic M, Dillon TS. 2008. Application of Digital Ecosystem in Health Domain. Prosiding Second IEEE International Conference on Digital Ecosystems and Technologies (IEEE DEST 2008): 543-547

Heslop LA, McGregor E, Grifith M. 2001. Development of a Technology Readiness Assessment Measure: The Cloverleaf Model of Technology Transfer. Technology Transfer, 26: 369 –384.

Mankins JC. 1995. Technology Readiness Assessment: A retrospective. Acta Astronautica 65(9-10): 1216-1223.

Mendel JM, John RI, Liu F. 2006. Interval Type-2 Fuzzy Logic Systems Made Simple. IEEE Transaction on Fuzzy Systems, 14(6). doi: 10.1109/TFUZZ.2006.879986

Moore JF. 2006. The Death of Competition: Leadership and Strategy in the Age of Business Ecosystems. New York (NY): Harper Business.

Nachira F, Dini P, Nicolai A. 2007. A Network of Digital business ecosystem for Europe: Roots, Processes, and Perspectives. Dalam Nachira F, Dini P, Nicolai A, Le Louarn M, Leon RL (Ed). Digital business ecosystems. European Commission: Luxembourg. 1-20.

Natschlager C. 2011. Towards a BPMN 2.0 Ontology. Third International Workshop

Nobelius D. 2003. Dedicated Versus Dispersed Applied Research Organisation: Implications for Technology Development and Interval Transfer To Product Development. International Journal of Technology Transfer and Commercialization, 1:249-267.

Nolte, WL. 2008. Did I Ever Tell You About The Whale?, Or Measuring Technology Maturity. North California (US): Information Age.

Oosthuizen R, Buys AJ. 2003. The Development and Evaluation Of An Improved Cloverleaf Model For The Assessment Of Technology Readiness For Commercialisation. SA Journal of Industrial Engineering, 14(1): 111-123 Rogers, Takegami EM. 2001. Lessons Learnt About Technology Transfer.

Technovation, 21: 253-261.

Stig DC, Hogman U, Bergsjo D. 2011. Assessment of Readiness for Internal Technology Transfer-A Case Study. Sweden (EU): INCOSE

Taufik TA. 2003. TRL: Konsep dan Isu Kebijakan. Workshop Pemetarencanaan Teknologi dan Pengukuran Teknologi, P2KT-PUDPKM, PKT-BPPT Tidd J, Bessant J, Pavitt K. 2001. Managing Innovation: Integrating technological,

market and organization change, 2nd ed. Chichester (GB): John Wiley Watkins R. 2007. Performance by Design: The Systematic Selection, Design, and

Development of Performance Technologies that Produce Useful Results.

Amerika (US): HRD Press

White SA. 2008. BPMN Modeling and Reference Guide. Amerika (US): Future Strategies.

Wu D, Mendel JM. 2009. A Comparative Study of Ranking Methods, Similarity Measures and Uncertainty Measures for Interval Type-2 Fuzzy Sets.

(37)

25

LAMPIRAN

Lampiran 1. Indikator TRL TRL 1

No Indikator TRL 1

1 Asumsi dan hukum dasar yang digunakan pada teknologi (baru) telah digunakan

2 Studi literatur tentang prinsip dasar teknologi yang dikembangkan 3 Formulasi hipotesis penelitian

TRL 2

No Indikator TRL 2

1 Kebutuhan (requirement) peralatan dan sistem yang akan digunakan telah teridentifikasi

2 Studi literatur mengindikasikan teknologi yang akan dikembangkan memungkinkan untuk diterapkan

3 Desain produk/varietas secara teoritis dan empiris telah teridentifikasi 4 Elemen-elemen dasar dari teknologi/produk/varietas yang akan

dikembangkan telah diketahui

5 Karakterisasi komponen teknologi/produk/varietas yang akan dikembangkan telah dipahami

6 Kinerja dari masing-masing elemen penyusun teknologi/produk/varietas yang akan dikembangkan telah diprediksi

7 Model dan simulasi untuk menguji kebenaran prinsip dasar teknologi 8 Penelitian analitik untuk menguji kebenaran prinsip yang ada

9 Peralatan pendukung produksi yang akan digunakan telah terukur valid dan handal (reliable)

10 Pemahaman tahapan eksperimen yang akan dilakukan TRL 3

No Indikator TRL 3

1 Studi analitik mendukung prediksi kinerja elemen-elemen teknologi/produk/varietas telah dilakukan

2 Karakteristik/sifat dan kapasitas untuk kerja sistem/teknologi/produk/varietas dasar telah diidentifikasi dan diprediksi 3 Telah dilakukan percobaan laboratorium untuk menguji kelayakan

penerapan teknologi/produk/varietas tersebut

4 Model dan simulasi mendukung dapat memprediksi kemampuan elemen-elemen teknologi/produk/varietas

5 Teknologi/produk/varietas yang akan dikembangkan layak secara ilmiah (studi analitik/model/eksperimen)

6 Telah dilakukan ujicoba di laboratorium dengan menggunakan data dummy atau sampel produk

7 Secara teoritis, empiris dan eksperimen telah diketahui komponen dalam teknologi/produk/varietas dapat bekerja dengan baik

(38)

26

elemen teknologi/produk/varietas TRL 4

No Indikator TRL 4

1 Test laboratorium komponen-komponen penyusun produk/teknologi/varietas secara terpisah telah dilakukan

2 Persyaratan sistem/produk/varietas untuk diaplikasikan ke pengguna telah diketahui

3 Hasil percobaan laboratorium terhadap komponen-komponen teknologi/produk/varietas menunjukkan bahwa komponen tersebut dapat beroperasi

4 Percobaan fungsi utama teknologi/produk/varietas dalam lingkungan yang relevan

5 Prototipe teknologi skala lab telah selesai dibuat 6 Penelitian lab (full problem dan data set) dilakukan 7 Penelitian integrasi komponen telah dimulai

8 Integrasi sistem komponen dan rancang bangun skala lab telah selesai TRL 5

No Indikator TRL 5

1 Persiapan produksi teknologi/produk/varietas telah dilakukan 2 Persyaratan standar teknologi/produk/varietas telah diketahui

3 Penelitian pasar (market research) dan penelitian laboratorium untuk memilih industri yang tepat

4 Prototipe untuk produk/teknologi/varietas telah dibuat

5 Peralatan dan mesin pendukung dalam pengembangan teknologi/produk/varietas telah diuji coba dalam laboratorium

6 Integrasi sistem atau formulasi produk/varietas selesai dengan akurasi tinggi, siap diuji pada lingkungan nyata

7 Akurasi sistem prototipe/produk/varietas dari awal penelitian telah meningkat

8 Kondisi laboratorium dimodifikasi sehingga mirip dengan lingkungan yang sesungguhnya

9 Proses produksi telah direview oleh bagian manufaktur TRL 6

No Indikator TRL 6

1 Kondisi lingkungan operasi untuk pengembangan produk/teknologi/varietas sesungguhnya telah diketahui

2 Kebutuhan investasi untuk peralatan dan proses produksi terindentifikasi 3 Bagian produksi menyetujui dan menerima hasil pengujian lab

4 Prototipe telah teruji dengan fasilitas lab yang tinggi pada simulasi lingkungan operasional

(39)

27 TRL 7

No Indikator TRL 7

1 Peralatan, proses, metode dan desain produk/varietas secara teknis telah diidentifikasi

2 Proses dan prosedur peralatan yang akan digunakan dalam memproduksi produk/varietas dalam skala tetap (skala pabrik) mulai diujicobakan 3 Perlengkapan proses dan peralatan tes diujicobakan dalam lingkungan

produksi

4 Draft gambar desain teknologi/produk/varietas telah lengkap

5 Peralatan, proses, metode dan desain produk/varietas/teknologi telah dikembangkan dan mulai diujicobakan

6 Data yang akurat telah siap lebih dari 60% 7 Telah selesai dilakukan pembesaran skala 8 Perhitungan perkiraan biaya telah divalidasi

9 Alur proses yang akan digunakan dalam memproduksi produk/varietas dalam skala tetap (skala pabrik) secara umum telah diketahui dengan baik 10 Perencanaan produksi telah dibuat dan persiapan untuk produksi awal 11 Hampir semua fungsi dapat berjalan dalam lingkungan/kondisis operasi 12 Test operasi sistem skala laboratorium dalam lingkungan yang relevan 13 Prototipe lengkap telah didemonstrasikan pada simulasi lingkungan

operasional

14 Prototipe sistem/produk/varietas telah teruji pada ujicoba lapangan 15 Siap untuk produksi awal

TRL 8

No Indikator TRL 8

1 Bentuk, kesesuaian dan fungsi komponen produk/teknologi/varietas cocok dengan sistem operasi

2 Penggunaan alat produksi telah diuji dalam lingkungan produksi 3 Diagram akhir alur proses produk/teknologi/varietas selesai dibuat

4 Proses yang akan digunakan untuk memproduksi produk/varietas dalam skala tetap (skala pabrik) diujicobakan

5 Hasil uji proses skala pilot plan menunjukkan hasil dan tingkat produktifitas yang dapat ditingkatkan

6 Teknologi/produk/varietas memenuhi kualifikasi untuk dilakukan tes dan evaluasi untuk skala produksi

7 Semua bahan/material dan peralatan telah tersedia untuk digunakan dalam menghasilkan produk/varietas/teknologi baru

8 Data untuk menghasilkan sebuah produk/varietas/teknologi yang akurat telah siap

9 Siap untuk produksi skala penuh TRL 9

No Indikator TRL 9

1 Konsep operasional untuk menghasilkan suatu produk/teknologi/varietas telah benar-benar dapat diterapkan

(40)

28

No Indikator TRL 9

3 Tidak ada perubahan desain produk/teknologi/varietas yang signifikan 4 Teknologi/produk/varietas telah teruji pada lingkungan yang sebenarnya 5 Produktifitas untuk menghasilkan suatu produk/teknologi/varietas telah

stabil

6 Semua dokumentasi telah lengkap

7 Estimasi harga produksi dibandingkan kompetitor lebih rendah

(41)

29 Lampiran 2. Business Process Modeling and Notation untuk pengembangan

(42)

30

DAFTAR ISTILAH

Business (ecosystem) : menurut Moore (1996), sebuah komunitas ekonomi didukung oleh sebuah lembaga yang berinteraksi dengan organisasi dan individu-'organisme dari dunia bisnis’. Komunitas ekonomi ini menghasilkan produk dan jasa yang bernilai kepada pelanggan, yang mereka sendiri adalah anggota dari ekosistem. Sebuah ekosistem yang kaya melihat keseimbangan antara kerjasama dan kompetisi dalam pasar bebas yang dinamis.

Digital (ecosystem) : kombinasi dari semua penghubung digital terkait, orang yang berinteraksi dengan mereka, proses bisnis dan lingkup teknologi yang mendukung keduanya.

Ecosystem : metafora biologis yang menyoroti saling ketergantungan

dari semua aktor dalam lingkungan bisnis, yang “bersama

mengembangkan kemampuan dan peran mereka" (Moore, 1996).

Footprint of Uncertainty : daerah terbatas yang memuat ketidakpastian derajat keanggotaan primer dari fungsi keanggotaan tipe 2 fuzzy Inovasi : sesuatu (teknologi atau produk) yang baru, lebih bagus

(baik) dan telah diadopsi atau digunakan

Invensi : sebuah ide dari inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses Kinerja (performance) : gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.

Komersialisasi : proses atau siklus memperkenalkan sebuah produk baru atau metode produksi baru ke pasar

(43)

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 15 Februari 1991 sebagai puteri kedua dari pasangan Bapak Chandra Iriansyah dan Ibu Astuti. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis memperoleh kesempatan untuk mengikuti program Magister pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Analisis Bahan dan Produk Agroindustri pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum minyak dan lemak pada tahun ajaran 2012/2013, asisten Pengetahuan Dasar Rekayasa Proses Program Diploma tahun ajaran 2013/2014.

Karya ilmiah berjudul Performance Management Measurement Model for Agro

Industrial Product Innovation and Commercialization telah disajikan pada The 2nd

International Conference on Industrial Engineering and Service di Surabaya pada

Gambar

Tabel 1. Penjelasan setiap level TRL
Tabel 1. Penjelasan setiap level TRL (lanjutan)
Tabel 1. Penjelasan setiap level TRL (lanjutan)
Gambar 1. Tingkat kesiapan teknologi menurut hasil riset (BPPT 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aspek yang Dinilai Skor 4 3 2 1 1 Ketepatan menuliskan contoh keberagaman ekonomi atau usaha di lingkungan sekitar beserta penjelasan Mampu menuliskan 3

Metode promosi kesehatan yang paling berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil dalam melakukan persalinan aman di wilayah kerja

Penambahan anti-browning lemon dapat menurunkan absorbansi menjadi lebih rendah dibandingkan dengan asam sitrat dan asam askorbat pada berbagai variasi kadar..

Jika massa sebuah benda yang dekat dengan permukaan bumi ditingkatkan dari M menjadi 3 M, maka percepatan benda akibat gravitasi akan menjadi …. Titik A berada di

Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium (kulit buah) dan mesokarpium (daging buah

Hasil penelitian Gani (2010) mengenai tingkat pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus pada pasien diabetes di poli-endokrin departemen penyakit dalam, Rumah Sakit Haji

Mackulau, perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil merupakan suatu perjanjian dalam hal mana pihak yang satu (pihak pertama) berkewajiban menyerahkan sejumlah uang

IPO adalah penerbitan saham perdana oleh perusahaan (emiten) kepada publik yang dilakukan di pasar primer sedangkan Right Issue atau biasa juga dikenal dengan