• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi Kuat Medan Magnet Dekat Magnet Permanen Secara Numerik Dengan Syarat Batas Dua Dimensi Disekitar Vakum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Simulasi Kuat Medan Magnet Dekat Magnet Permanen Secara Numerik Dengan Syarat Batas Dua Dimensi Disekitar Vakum"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

SIMULASI KUAT MEDAN MAGNET DEKAT MAGNET

PERMANEN SECARA NUMERIK DENGAN SYARAT

BATAS DUA DIMENSI DISEKITAR VAKUM

TESIS

OLEH

LUKMAN HAKIM

097026016/FIS

PROGRAM MAGISTER FISIKA

(2)

SIMULASI KUAT MEDAN MAGNET DEKAT MAGNET

PERMANEN SECARA NUMERIK DENGAN SYARAT BATAS

DUA DIMENSI DISEKITAR VAKUM

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains dalam Program Studi Magister Ilmu Fisika pada Program Pascasarjana

Fakultas Mipa universitas Sumatera Utara

OLEH

LUKMAN HAKIM

097026016/FIS

PROGRAM MAGISTER FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGESAHAN TESIS

Judul tesis : SIMULASI KUAT MEDAN MAGNET DEKAT

MAGNET PERMANEN SECARA NUMERIK DENGAN SYARAT BATAS DUA DI SEKITAR VAKUM

Nama Mahasiswa : Lukman Hakim Nomor Induk Mahasiswa :097026016 Program Studi : Magister fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas sumatera Utara

Menyetujui Komisi pembimbing

Prof. Dr. Muhammad Zarlis, M.Sc Ketua/Promotor

Drs. Nasir Saleh, M.Eng.Sc Anggota/Co. promotor

Ketua Program Studi Dekan

Dr. Nasruddin M.N, M.Eng.,Sc Dr. Sutarman, M.Sc

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

SIMULASI KUAT MEDAN MAGNET DEKAT MAGNET

PERMANEN SECARA NUMERIK DENGAN SYARAT BATAS

DUA DIMENSI DISEKITAR VAKUM

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar

Medan, 22 Juni 2011

(5)

Telah diuji pada Tanggal : 23 Juni 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Dr. Muhammad zarlis, M.Sc Anggota : 1. Drs. Nasir Saleh, M.Eng.Sc

(6)

RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar : Lukman Hakim, S.Si

Tempat dan tanggal lahir : medan, 22 Agustus 1981

Alamat Rumah : Jl. Bromo gg. Azizah no. 35 medan

Telepon/HP : (061)7332337/085274143583

Email

Instansi Tempat Bekerja : Universitas Dian Nusantara

Alamat kantor : jl. Bromo no. 35 Medan

DATA PENDIDIKAN

SD : Inpres 064958 Tamat : 1994

SMP : SMP Negeri 4 Medan Tamat : 1997

SMA : SMU Negeri 5 medan Tamat : 2000

Strata 1 : FMIPA Universitas andalas Tamat : 2006

(7)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan

yang MahaEsa atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga tesis ini

dapat dielesaikan.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril

Pasaribu,DTM&H, M.Sc(CTM), sp. A(k) atas kesempatan yang diberikan

kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program

magister.

Dekan fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Sutarman, M.Sc

atas kesempatan menjadi mahasiswa pada program Pascasarjana FMIPA

universitas Sumatera Utara.

Ketua program Studi magister Ilmu Fisika, Dr. Nasruddin M.N,

M.Eng.Sc sekretaris program Studi magister Ilmu Fisika Dr. anwar Darma

sembiring, MS beserta seluruh staf pengajar pada program Studi magister

Ilmu Fisika program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya

kami ucapkan kepada Prof. Dr. Muhammad zarlis, M.Sc selaku

promotor/Pembimbing utama yang dengan penuh perhatian dan telah

memberikan dorongan,bimbingan dan arahan, demikian juga kepada Drs.

Nasir saleh, M.Eng,Sc selaku Co.Promotor/pembimbing lapangan yang dengan

penuh kesabaran menuntun dan membimbing kami hingga selesainya

penelitian ini.

Kepada Ayahanda alm. Ismail Manday dan Bunda Zuraida Jambak

serta istri tersayang Dewi Marni, S.Pd dan anak-anaku terkasih Salsabila

terimakasih atas segala pengorbanan kalian baik berupa moril maupun materil,

budi baik ini tidak dapat dibalas hanya diserahkan kepada Allah SWT, Tuhan

yang MahaEsa.

(8)

SIMULASI KUAT MEDAN MAGNET DEKAT MAGNET

PERMANEN SECARA NUMERIK DENGAN SYARAT BATAS

DUA DIMENSI DISEKITAR VAKUM

ABSTRAK

Telah dilakukan simulasi kuat medan magnet dekat magnet permanen secara numerik dengan syarat batas dua dimensi di sekitar vakum. Input dari penelitian ini adalah ukuran magnet 4 x 5 dalam bentuk array jaring titik hitungan, ukuran daerah 9 x 10 dalam bentuk array jaring titik hitungan, faktor konvergensi proses iterasi 1,5, nilai jarak antar jaring titik hitungan 0.01 dan nilai magnetisasi 5,00. Hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai proses iterasi berhenti pada iterasi ke 28 dengan nilai residual terbesar 0.2361e-03 dan nilai residual akar rata-rata kuadrat 0.9454e-04. Sedangkan nilai kuat magnet terbesar terletak pada baris ke 5 kolom ke 5 dengan nilai 2.82 satuan dan arahnya 3440, sedangkan nilai kuat medan magnet terkecil terletak pada pias baris ke 9 kolom ke 10 dengan nilai 0.1 satuan dengan arah 00. Dari visualisasi distribusi kuat medan magnet menunjukkan nilai kuat medan yang besar terletak di kutub-kutub magnet baik secara manual maupun yang di plot ke program mathematica.

(9)

SIMULASI KUAT MEDAN MAGNET DEKAT MAGNET

PERMANEN SECARA NUMERIK DENGAN SYARAT BATAS

DUA DIMENSI DISEKITAR VAKUM

ABSTRACT

Having done simulation strong magnetic field near permanent magnets is numerically with boundary two dimention around vacum. Input of this present thesis are magnet size 4 x 5 in array mesh, region size 9 x 10 in array mesh, convergence factor of iteration process 1.5, mesh interval 0.01 and magnetization 5.00. This simulation show the process iterative terminates when the number iteration is 28 with value residual maximum is 0.2361e-03 and root-mean-square residual is 0.9454e-04. The strong value of magnetic field is located on the fifth line (5) and the fifth (5) coloumn with the value is 2.82 unit and the direction is 3440. Then smallest magnetic field is located the ninth line and the tenth coloumn with the value is 0.01 and direction is 00. From visualization shows the distributions magnetic field show the value strong magnetic field is located on poles magnet is manually and is plotted to mathematica.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR ISI ……….iii

DAFTAR TABEL ………...v

DAFTAR GAMBAR ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Perumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penelitian...3

1.4 Manfaat Penelitian...3

1.5 Lokasi Penelitian...3

II. TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1 Komputasi... 4

2.1.1 Metode Analitik Dan Metode Numerik...4

2.1.2 Konsep Dasar Simulasi...5

2.2 Landasan Teori ...7

2.2.1 Potensial magnet ...8

2.2.2 Kondisi Batas Pada Permukaan Magnet ...11

2.2.3 Model Masalah... 13

2.2.4 Persamaan Diferensial Terbatas (berhingga)...15

2.2.4.1Daerah Diluar Batas...19

2.2.4.2Sumbu Tegak OY...19

2.2.4.3Sumbu Simetri OX... 20

2.2.4.4Batas Magnet AC...21

2.2.4.5Batas Magnet BC...22

2.2.4.6Pada Titik C ...22

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1 Penyederhanaan Masalah... 24

3.2 Algoritma Perhitungan Kuat Medan Magnet...24

3.2.1.1 Algoritma program Induk Perhitungan Potensial Magnet Skalar ...24

3.2.2 Algoritma Prosedur Menghitung Potensial Magnet Skalar25 3.2.3 Algoritma Prosedur Menghitung Arah dan Kuat Medan Magnet ... 26

3.2.4 Algoritma Visualisasi Kuat Medan Magnet ...26

3.3 Flow Chart Program Komputer ...27

3.4 Plot Data... 28

3.5 Bahasa Pemrograman ...28

3.5.1 Bahasa Fortran 77 ... 28

(11)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...33

4.1 Hasil ...33

4.1.1 Program Kuat Medan Magnet ...33

4.1.2 Data Numerik Potensial Magnet Skalar ...33

4.1.3 Data Arah Kuat Medan Magnet...35

4.1.4 Data Numerik Kuat Medan Magnet... ...35

4.1.5 Gambar Dari Plot Data Secara Manual...36

4.1.6 Grafik Countour Kuat Medan Magnet Dua Dimensi...37

4.2 Pembahasan 4.2.1 Nilai faktor Konvergensi...37

4.2.2 Potensial Magnet Skalar ...38

4.2.3 Kuat Medan Magnet...38

4.2.4 Arah Kuat Medan Magnet ...39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...41

5.2 Saran ...42

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 simulasi... 6

1. jaringan Titik Hitungan Dalam Bidang x-y... 8

2. Pentahkikan Hukum Rangkaian Ampere untuk Geometri Kawat Panjang Lurus.9 2.2 Medan magnet Dekat Batas Antara dua Medium Yang Menjelaskan kondis Batas pada H... 11

2.3 Medan Magnet Dekat Batas Antara Dua Medium Yang menjelaskan Kondisi Batas pada B... 11

2.4 Skema yang menggambarkan Posisi Magnet dan Daerah Diluar Batas Yang Mempunyai Medan Magnet dan arah pada Kuadran I... 13

2.5 Domain Dari PDP Eliptik ... 15

2.6 Bintang dari Fungsi Nilai Yang Dibutuhkan untuk Mendekati V2Φ dititik bulat Hitam (i,j). Ukuran tiap-Tiap Bulat Hitam berukuran h.. ... 18

2.7 Sebuah Gambar Bulat Hitam di depan Permukaan Magnet OACB yang Merupakan Seperempat Daerah (kuadran I) dari Gambar 2.4... 19

2.8 Simetri Garis OY yang Menunjukkan Posisi titik fiktif Φ*0,j ... 20

2.9 Simetri Garis OX yang Menunjukkan Posisi titik fiktif Φ* i,0 ... 20

2.10 Batas Magnet AC ... 21

2.11 Batas Magnet BC... 21

3.3 Flow Chart Program Komputer... 28

4.1.3 Gambar Dari Plot Data Secara Manual ... 36

(13)

SIMULASI KUAT MEDAN MAGNET DEKAT MAGNET

PERMANEN SECARA NUMERIK DENGAN SYARAT BATAS

DUA DIMENSI DISEKITAR VAKUM

ABSTRAK

Telah dilakukan simulasi kuat medan magnet dekat magnet permanen secara numerik dengan syarat batas dua dimensi di sekitar vakum. Input dari penelitian ini adalah ukuran magnet 4 x 5 dalam bentuk array jaring titik hitungan, ukuran daerah 9 x 10 dalam bentuk array jaring titik hitungan, faktor konvergensi proses iterasi 1,5, nilai jarak antar jaring titik hitungan 0.01 dan nilai magnetisasi 5,00. Hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai proses iterasi berhenti pada iterasi ke 28 dengan nilai residual terbesar 0.2361e-03 dan nilai residual akar rata-rata kuadrat 0.9454e-04. Sedangkan nilai kuat magnet terbesar terletak pada baris ke 5 kolom ke 5 dengan nilai 2.82 satuan dan arahnya 3440, sedangkan nilai kuat medan magnet terkecil terletak pada pias baris ke 9 kolom ke 10 dengan nilai 0.1 satuan dengan arah 00. Dari visualisasi distribusi kuat medan magnet menunjukkan nilai kuat medan yang besar terletak di kutub-kutub magnet baik secara manual maupun yang di plot ke program mathematica.

(14)

SIMULASI KUAT MEDAN MAGNET DEKAT MAGNET

PERMANEN SECARA NUMERIK DENGAN SYARAT BATAS

DUA DIMENSI DISEKITAR VAKUM

ABSTRACT

Having done simulation strong magnetic field near permanent magnets is numerically with boundary two dimention around vacum. Input of this present thesis are magnet size 4 x 5 in array mesh, region size 9 x 10 in array mesh, convergence factor of iteration process 1.5, mesh interval 0.01 and magnetization 5.00. This simulation show the process iterative terminates when the number iteration is 28 with value residual maximum is 0.2361e-03 and root-mean-square residual is 0.9454e-04. The strong value of magnetic field is located on the fifth line (5) and the fifth (5) coloumn with the value is 2.82 unit and the direction is 3440. Then smallest magnetic field is located the ninth line and the tenth coloumn with the value is 0.01 and direction is 00. From visualization shows the distributions magnetic field show the value strong magnetic field is located on poles magnet is manually and is plotted to mathematica.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisika komputasi merupakan salah satu kelompok ilmu yang sangat

penting pada saat sekarang ini, yang membahas mengenai bentuk pemodelan

suatu persamaan. Adanya kemajuan komputer memungkinkan pelaksanaan

komputasi secara cepat dan tepat menjadikan berbagai metoda penyelesaian

persoalan dengan pendekatan secara numerik sangat berguna.

Sejalan dengan semakin kompleksnya aplikasi sains dan teknologi dalam

kehidupan sehari-hari, maka semakin rumit pula penyelesaian masalah

penghitungan dalam fisika. Untuk problem sederhana mungkin dapat

diselesaikan dengan pendekatan analitik, tapi untuk problem rumit dan kompleks

harus memakai pendekatan numerik.

Salah satu bentuk permasalahan fisika adalah penyelesaian dengan

menggunakan persamaan diferensial parsial. Permasalahan ini sangat banyak

dan penting digunakan pada hampir semua cabang permasalahan fisika untuk

menghitung nilai fisis (Rinaldi, 1999). Hal ini disebabkan persoalan fisika dapat

diformulasikan ke dalam operasi deret aritmatik, disamping itu diperoleh suatu

solusi hampiran yang mendekati (approximate) solusi sejati. Solusi hampiran

tidak persis sama dengan solusi sejati, sehingga ada selisih antara keduanya yang

disebut galat (error).

Permasalahannya pada penghitungan kuat medan magnet di sekeliling

daerah yang masih mengandung induksi magnet dekat magnet permanen

(16)

permasalahan ini dibuat dalam bentuk dua dimensi. Kuat medan magnet

merupakan besaran vektor. Persamaan dasarnya merupakan turunan dari

potensial magnet skalar H =−∇φ

( )

r (sutrisno dan Tan Gie, 1983). Hal ini

dianalogkan dari persamaan kuat medan listrik yang merupakan gradien dari

potensial listrik skalar, yaitu E

( )

r =−∇V

( )

r . Persamaan tersebut menunjukkan

bahwa medan ditulis dalam bentuk potensial magnet skalar yang memakai

persamaan Laplace dan dijelaskan dengan kondisi batas.

Penelitian ini merujuk dari makalah yang dikarang oleh M. I. Darby dari

Universitas Salford yang berjudul “Physic Programs” terbitan tahun 1980.

Makalah tersebut memberikan landasan konsep mengenai kuat medan magnet

dekat magnet permanen.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada para

peneliti serta, pengembangan penelitian yang berkaitan dengan fisika

komputasi. Berdasarkan hal diatas, maka perlu dilakukan penelitian dengan

judul “ Simulasi Kuat Medan Magnet Dekat Magnet Permanen Secara

Numerik Dengan syarat Batas Dua Dimensi di Sekitar Vakum”.

1.2 Perumusan Masalah

Magnet Permanen adalah magnet yang sudah mempunyai magnetisasi tanpa

dipengaruhi oleh listrik (elektromagnetik). Kuat medan magnet yang dihasilkan juga

tidak dipengaruhi oleh listrik, sehingga jumlah turunan dua kali potensial magnet

skalar adalah nol, karena sesuai dengan persamaan Laplace 2 0

2

(17)

secara numerik serta akan berimplikasi kepada nilai kuat medan magnet, arah kuat

medan magnet dan gambaran visualnya di sekitar ruang hampa (vakum)

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat simulasi komputer untuk

mendapatkan hubungan antara potensial magnet skalar sebagai input program

terhadap nilai kuat medan magnet, arah kuat medan magnet serta gambaran

(visual) dari kuat medan magnet.

1.4Mamfaat Penelitian

Penelitian memberikan banyak mamfaat, antara lain:

1. Meletakkan dasar teori untuk mencari solusi numerik yang identik terhadap

permasalahan diatas.

2. Memberikan model matematis secara numerik sehingga akan dihasilkan flow

chart yang menghasilkan program komputasi.

3. Mengetahui hubungaan antara potensial magnet skalar terhadap nilai kuat

medan magnet, arah kuat medan magnet dan visualnya.

4. Memberikan metode GUI dari output program yang berupa array pada fortran

77 terhadap program Delphi.

1.5Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium komputer program studi Ilmu Komputer

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komputasi

2.1.1. Metode Analitik dan metode Numerik

Persoalan yang melibatkan model matematika sering kali muncul dalam

berbagai ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi, atau

pada bidang rekayasa (engineering), seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik

Elektro dan sebagainya. Seringkali model matematika muncul dalam bentuk

yang rumit. Model yang rumit ini bisa saja diselesaikan dengan metode

analitik, tetapi membutuhkan waktu dan langkah-langkah yang panjang sekali

atau mungkin tak dapat diselesaikan karena belum ada bentuk rumus aljabar

yang baku. Bila metode analitik ini tidak lagi dapat diterapkan, maka solusi

persoalan masih dapat dicari dengan menggunakan metode numerik (Bobbin,

2008).

Metode numerik adalah suatu teknik penyelesaian yang diformulasikan secara

matematis dengan cara operasi hitungan atau aritmatik dan dilakukan secara

berulang-ulang dengan bantuan komputer atau secara manual. Dengan menganalisis

suatu permasalahan yang didekati dengan menggunakan metode numerik, umumnya

melibatkan angka-angka dalam jumlah banyak dam melewati proses

perhitungan panjang dan lama. Namun dengan munculnya berbagai software

komputer, masalah tersebut dapat diatasi dengan mudah. Sebuah model

matematika secara sederhana dapat didefinisikan sebagai sebuah formulasi atau

persamaan yang mengekpresikan suatu sistem atau proses dalam istilah matematika

(19)

Perbedaan utama antara metode numerik dan metode analitik terletak pada

dua hal yaitu: Solusi dengan menggunakan metode numerik selalu berbentuk angka.

Sedangkan dengan metode analitik yang biasanya menghasilkan solusi dalam bentuk

fungsi matematika yang selanjutnya fungsi matematik tersebut dapat dievaluasi

untuk menghasilkan nilai dalam bentuk angka (Munir, 2006). Perbedaan hasil antara

solusi analitik (eksak) dengan solusi numerik atau yang biasa disebut error

(kesalahan). Adanya error dalam pendekatan secara numerik dapat

diminimalisasi dengan mengambil selang interval perhitungan yang lebih kecil

(Setiawan, 2006).

2.1.2 Konsep Dasar Simulasi

Simulasi adalah proses yang diperlukan untuk operasionalisasi model untuk

meniru tingkah laku sistem yang sesungguhnya. Dengan demikian simulasi

dapat juga diartikan sebagai suatu sistem yang digunakan untuk memecahkan

atau menguraikan persoalan-persoalan dalam kehidupan nyata yang penuh

dengan ketidakpastian, dengan atau tidak menggunakan metode tertentu dan lebih

ditekankan pada pemakaian untuk mendapatkan solusi (Djunaidi dkk, 2006).

Ini meliputi berbagai kegiatan seperti penggunaan diagram alir dan logika

komputer, serta penulisan kode komputer dan penerapan kode tersebut pada

komputer untuk menggunakan masukan dan menghasilkan keluaran yang

diinginkan. Karena pada penggunaannya modeling dan simulasi adalah proses yang

berhubungan sangat erat. Adapun langkah-langkah dalam simulasi dilakukan seperti

(20)
(21)

2.2 Landasan Teori

Induksi magnet pada magnet permanen yang menghasilkan kuat medan

magnet akan menghasilkan pemagnetan. Jika ada magnet permanen yang tak

dililitkan kawat berarus akan menimbulkan intensitas magnet dari kutub magnet

tersebut saja (sutrisno,Tan Ik Gie, 1983). Magnet dalam kasus ini dapat

dianggap berupa magnet kotak (ernpat-persegi panjang).

Induksi magnetnya bukan berasal dari arus listrik (muatan listrik)

melainkan dari arus pengangkutan yang tidak diketahui sampai sekarang muatan

magnetnya (monopol magnet) (R.R.John, F. J. Milford, R. W. Christy, 1993).

Untuk memudahkan perhitungan kuat medan magnet, maka dicoba untuk

membuat algoritmanya sehingga dihasilkan program lengkap yang

menggunakan metoda numerik dengan menggunakan bahasa pemrograman

Fortran dari prinsip diferensial parsial berhingga.

Bahasa pemrograman Fortran telah lama digunakan oleh para ilmuwan

dalam memecahkan permasalahan matematis karena merupakan bahasa

pemrograman yang terstruktur. Selain itu bahasa pemrograman Fortran sangat

cocok sekali dipakai untuk kasus numerik karena hasil program sesuai seperti

yang diharapkan oleh para pemrogram.

Seperti yang disebutkan bahwa penyelesaian program berdasarkan

prinsip turunan parsial berhingga, maka perkiraan turunan (differential) tersebut

dapat digambarkan sebagai jaringan titik hitungan (pias) pada bidang XY yang

dapat dibagi menjadi sejumlah pias segi empat dengan sisi ∇x dan∇y. Panjang

pias dalam arah x adalah ∇xdan dalam arah y adalah ∇y. Dengan

(22)

pada titik hitungan (i,j) (Bambang Atmojo,1992).

Gambar 1. Jaringan titik hitungan dalam bidang x-y (sumber: Bambang Atmojo, 1992)

2.2.1 Potensial Magnet

Semua bahan tersusun dari atom dan setiap atom terdiri dari elektron

yang bergerak. Rangkaian elektron ini yang masing-masing tertambat pada suatu

atom tunggal disebut arus atom. Tadinya arus atom akan menimbulkan induksi.

Induksi medan magnet bukan hanya berasal arus listrik ataupun kumparan

berarus dalam magnet, tapi juga berasal dari magnet permanen, yaitu suatu

bahan yang menimbulkan medan magnet walaupun tak ada arus listrik dialirkan

dari luar.

Hukum Ampere menyatakan bahwa dalam vakum, integral garis atau

jumlah garis induksi magnet total yang keluar dari suatu lintasan yang berbentuk

(23)

Gambar 2. Pentahkikan hukum rangkaian Ampere untuk geometri kawat panjang lures. (sumber: John R Reitz, Frederick J Milford, Robert W Christy, 1993)

adalah

B.dl =2πrB. (2)

Nilai B terletak pada jarak r dari kawat penghantar diberikan oleh

,

dan ini merupakan garis singgung lingkaran yang berjari-jari r berpusat pada

penghantar tersebut. Dari gambar 2 dihasilkan

,

C merupakan daerah tertutup yang mengandung elemen-elemen garis dl.

Penggunaan teorema divergensi dapat diubah menjadi integral permukaan, yang

akan bernilai nol bila dipilih permukaan yang terletak diluar batas yang J-nya

tidak nol sehingga menghasilkan teorema Stoke

,

0J

xB

∇ (5)

J adalah rapat arus (Am-2) . Dasar hukum lain dari bentuk loop tertutup, yaitu :

0 . =

(24)

Suatu loop arus kecil menghasilkan medan B yang menyerupai medan listrik

dekat dipol listrik, sehingga sebuah moment dipol magnet dapat diidentifikasi

dengan Loop. Sebuah magnet dapat dianggap, sebagai suatu daerah yang

mengandung sejumlah besar elemen loop yang memberikan kenaikan nilai

terhadap moment dipol per volume yang dikenal sebagai megnetisasi

M lim 1 atau sering disebut rapat dipol. Magnetisasi memberi saharn

terhadap B dan itu dapat dicari dari persamaan (5), sehingga

xM J

xB= + ∇

∇ µ0 µ0 (7)

Dari persamaan tersebut dapat dicari hubungan B dengan sebuah medan magnet

H, yaitu:

(

H M

)

B0 + (8)

Dari persamaan (4) dihasilkan H, yaitu:

,

Karena pada magnet permanen tidak mengandung arus listrik, maka

, 0 =

xH (11)

sehingga kita dapat mendefinisikan potensial magnet skalar φ, yaitu:

φ −∇ =

H (12)

Dari persamaan (3) dan (5) dihasilkan

, . .H =−∇M

∇ (13)

atau bentuk dari potensial magnet skalar adalah:

M

.

2 =∇

(25)

persamaan diatas disebut juga persamaan Poisson untuk potensial dan analog

dengan elektrostatik.

2.2.2 Kondisi Batas Pada Permukaan Magnet

Daerah batas yang terjadi pada magnet dan ruang hampa dimana medan

magnet dan kuat medan magnet continiu dapat digambarkan pada gambar

dibawah

Gambar 2.2 Medan magnet dekat batas antara dua medium yang menjelaskan kondisi batas pada H.

(sumber : A. D. Boardman, 1980)

Gambar 2.3 Medan magnet dekat batas antara dua medium yang menjelaskan kondisi pada batas B

(26)

Kondisi batas potensial magnet pada permukaan magnet terletak di antara

dua medium, dalam hal ini medium tersebut ialah bahan magnet dengan ruang

hampa. Diantara daerah tersebut tidak mengandung arus listrik, sehingga

persamaan baru dapat diturunkan dari persamaan (10) dan (6). Pengintegrasian

permukaan pada persamaan (10) menghasilkan

H.dl=0, (14)

dan integral garis di seluruh sudut permukaan magnet, batas antara dua daerah,

yang medan magnetnya dinamakan H1 dan H2 dapat ditunjukkan pada gambar

2.2 diatas.

dh merupakan elemen panjang. Persamaan (15) menunjukkan bahwa komponen

tangensial H kontinu sepanjang batas, dinyatakan sebagai

,

n merupakan vektor satuan terhadap permukaan. Sedangkan bentuk

potensial skalarnya

dan pengintegrasian sepanjang batas daerah menghasilkan

2 1 φ

φ = (18)

dengan demikian potensial kontinu sepanjang batas.

Kondisi batas kedua diturunkan dari persamaan ∇.B=0dengan menggunakan

teorema Gauss menghasilkan integral terhadap lintasan (garis)

=

s

ds

B. 0 (19)

Batas permukaan magnet ditandai oleh garis putus-putus pada gambar 2.3.

(27)

,

persamaan diatas menunjukkan bahwa komponen normal B adalah kontinu. Jika

dua daerah mempunyai magnetisasi M1 dan M2, maka pensubstitusian

)

Persamaan diatas merupakan kondisi batas pada gradien φ. Hal itu dapat dilihat

dari persamaan (21). Karena persamaan tersebut beranalog dengan elektrostatik,

maka bentuk

^

.n

M sesuai dengan hukum rapat dipol magnetik permukaan.

Komponen normal medan magnet H tak kontinu dengan selisih komponen

magnetisasi. Akibatnya medan magnet bagian dalam magnet berlawanan arah

terhadap magnetisasi dan dikenal sebagai medan demagnetisasi.

2.2.3 Model Masalah

Masalah komputasi adalah untuk menghitung medan magnet pada daerah

dalam dan luar daerah dua dimensi magnet segiempat dengan pemecahan

persamaan (13) yang disebut juga persamaan Poisson untuk potensial magnet

skalar. M(r) adalah sebuah vektor konstan, yang dari persamaan (13)

menghasilkan persamaan Laplace dua dimensi

0

Persamaan (22) menyatakan bahwa pada bagian dalam magnet dan daerah diluar

magnet ada kuat medannya kecuali di sepanjang batas daerah yang nilainya

diberi nol. Pada jarak yang jauh dari magnet, potensial akan menyerupai momen

(28)

Gambar 2.4 Skema yang menggambarkan posisi magnet dan derah diluar batas yang mempunyai medan magnet dan arah pada kuadran positive (I), (sumber : A. D. Boardman, 1980)

Jika magnet dibagi 4 kuadran, setelah itu diambil posisi magnet dan

daerah batas medan magnet pada kuadran pertama (I), maka dapatlah

dimungkinkan untuk menghitung solusi numerik persaman (22) terhadap batas

kotak dengan jarak tertentu. Hal ini berarti bahwa sama dengan

0 pada batas, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.4 . Pendekatan solusi

akhir dapat dicari dengan penambahan ukuran kotak (magnet).

2.2.4 Persamaan Diferensial Terbatas (Berhingga)

(29)

pemecahan matematik yaitu turunan berhingga terhadap .

Turunan pertamanya dengan metoda maju (forward) dan mundur (backward)

serta temusat (concentric) ialah

(23.a)

(23.b)

(23.c)

(23.d)

(Sumber : Bambang Atmojo, 1992)

atau jika x diganti i dan y diganti j, maka empat persamaan diatas menjadi

(30)

(23.f)

(23.g)

(23.h)

(Sumber : Bambang Atmojo, 1992)

Turunan kedua dari sebuah fungsi tunggal variable f(x) ditabulasi sama dengan

interval x dapat dicari pendekatannya menggunakan ekspansi Tailor

(24)

dimana h adalah interval. Untuk sebuah fungsi daret dua variable f(xy) dapat di

anggap pada titik-titik di pias kuadrat dengan integer i dan j. Oleh karena itu x=

ih; y= jh (i, j=l, 2, 3 ... )

Dari persamaan (24) dapat memodifikasi persamaan Laplace menjadi persamaan

elemen terbatas tertentu. Untuk sehingga dihasilkan persamaan

(31)

(25)

Persamaan (25) yang masing-masing menunjukkan posisi pias (garis kuat

medan). Persamaan (25) dapat juga digambarkan menjadi sebuah matriks

dengan cara proses iterasi. Lima nilai pada persamaan (25)

disebut membentuk bintang (gambar 2.5). Jika empat nilai diketahui

pendekatannya, maka persamaan (25) dapat digunakan untuk mendapatkan nilai

kelima. Pada proses iterasi nilai yang kita sebut

harus ditunjukkan ke masing-masing pias (mesh). Pada batas, nilai

dapat diketahui secara tepat dari bagian luar, tapi dapat

ditentukan nilai pada bagian dalam daerah sesuai keinginan kita.

(32)

dimisalkan diberi nilai 0.5). dapat dicari dengan menggunakan

persamaan (25) ke masing-masing pias, sehingga nilai dihasilkan

(26)

Gambar 2.5 Bintang dari fungsi nilai yang dibutuhkan untuk mendekati

dititik bulat hitam (i, j). Ukuran tiap-tiap bulat hitam (pias) berukuran h. (sumber : A.D. Boardman, 1980)

Jika nilai di substitusi ke persamaan (25), sehingga bagian dalam

kurung sebelah kiri tidak bernilai 0, tapi mempunyai nilai residual yang kita

(33)

. Pada perulangan prosedur, nilai baru dapat

dihitung dari . Proses iterasi ini terus belanjut sampai nilai

tak berubah. Dari persamaan (26) nilai dapat

ditampilkan kolom per kolom dan akan terhitung sebelum

terhitung, sehingga dari persamaan (26) dihasilkan persamaan

(27) yaitu :

(27)

Satu cara yang merubah nilai potensial magnet scalar dengan

(34)

menggunakan formula

(28)

adalah parameter konvergensi yang nilainya berada diantara, 1

dan 2. Pada kasus ini kita hanya menggunakan seperempat daerah magnet

batang, seperti ditunjukkan pada gambar 2.6 Formula iterasi dari persamaan (26)

dan (28) tak dapat digunakan untuk titik-titik di permukaan magnet karena.

persamaan Laplace tidak dapat digunakan atau tak kontinu (discontinue). Juga

tidak dapat digunakan pada batas daerah, karena nilainya berada pada daerah

luar magnet. Kondisi selanjutnya dapat dijelaskan dengan memperhatikan batas

OY . Untuk i=1, residualnya adalah

(29)

nilai disebut juga nilai fiktif sebab berada diluar daerah. Untuk

kondisi khusus penerapan nilai fiktif pada batas dibutuhkan untuk menghitung

(35)

dalam daerah batas.

Gambar 2.6. Sebuah gambar bulat (pias) hitam didepan permukaan magnet OACB yang merupakan seperempat daerah (kuadran I) dari gambar 2.4. (sumber: A. D. Boardman, 1980)

2.2.4.1 Daerah diluar Batas

Pada daerah ini dan tidak termasuk bagian proses iterasi.

2.2.4.2 Sumbu tegak OY

Garis Y terletak sepanjang sumbu Y (gambar 2.7). Medan pada sumbu x

negatif (y>0) merupakan pencerminan dari kuadrant pertama.

disini nilai medan fiktif adalah

(30)

Penggunaan persamaan diatas pada formula bintang untuk Ri,j menghasilkan

(36)

(31)

Gambar 2.7 Simetri garis OY menunjukkan posisi titik fiktif

(sumber: A.D. Boardman, 1980)

Gambar 2.8 Simetri garis OX menunjukkan posisi titik fiktif

(sumber: A.D. Boardman, 1980)

(37)

Gambar 2.10 Batas magnet BC (sumber: A.D. Boardman, 1980)

Nilai n’ dengan n-1. Formula ini digunakan pada j>0 dan titik O serta titik B

yang nilai -nya tidak ada.

2.2.4.3 Sumbu Simetri OX

Garis OX terletak sepanjang sumbu x. Dari simetri medan magnet H

tegak lurus dengan OY, sehingga

(32)

(33)

Persamaan (33) berarti bahwa nilai sepanjang OX adalah sama.

Lagi pula, H sepanjang OX yang gradiennya harus kontinu. Nilai

(38)

(forwarddifference) sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.8

(34)

substitusikan persamaan. (34) ke formula bintang untuk residual, formula iterasi

SOR menjadi

(35)

tergantung bagaimana titik bulat hitam di tampilkan. Ternyata persamaan ini

redundannya. Oleh karena itu, nilai adalah nol diluar batas.

2.2.4.4 Batas Magnet AC

Pada batas magnet AC nilai adalah kontinu pada batas,

sehingga secara otomatis mempunyai iterasi. Karena magnetisasi tidak tegak

(39)

adalah kontinu. Penggunaan formula turunan maju (forward

difference) menghasilkan (lihat gambar 2.9)

(36)

Pada batas ini, diluar titik C menandakan bahwa nilai potensial fiktif pada batas

BC ialah

(37)

2.2.4.5 Pada Batas Magnet BC

Sekali lagi kontinu, tapi sekarang dari persamaan (21),

gradien pada y tak kontinu (diskontinuitas) sama dengan harga mutlak M, yaitu :

(40)

Dalam bentuk turunan terbatas, persamaan (38) menjadi (lihat gambar 2.10)

(39)

oleh karena itu diluar titik C tapi didalam titik B dapat dihasilkan

(40)

2.2.4.6 Pada Titik C

Disini berlaku persamaan dari persamaan (39) dan (41) sehingga

(41)

atau (42)

Skema iterasi secara cepat diprogram untuk sebuah komputer. Ada beberapa

kriteria untuk memenuhi syarat konvergensi yang dapat diterapkan. Kriteria

Pertama, residual Rm dengan magnet terbesar dapat dihentikan sampai iterasi ke

(41)

Dengan kata lain nilai residual Rij harus lebih kecil dari Rm. Kriteria kedua

menggunakan akar kuadrat residual rata-rata (root-mean-square average

residuals) harus lebih besar Residual magnet dari. Iterasi berhenti ketika salah

satu dari dua kriteria terpenuhi.

(43)

Komponen medan magnet H dihitung dalam prosedure sudut menggunakan

formula beda hingga untuk gradien:

(44)

(45)

Garis OX dan OY tidak termasuk, tapi simetri Hx=0. Pada penelitian ini juga ada

perhitungan arah (sudut) kuat medan magnet

(42)
(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Penyederhanaan Masalah

Penelitian ini dimulai dengan membuat penyederhanaan persamaan

matematika dari kasus kuat medan magnet menjadi sebuah persamaan Laplace

dua dimensi dalam bidang x dan y sesuai dengan persamaan (22). Persamaan

Laplace dari kuat medan magnet merupakan bentuk diferensial parsial beda

hingga dari potensial magnet skalar yang mempunyai nilai batas pada tiap-tiap

permukaan. Maka dipakai pendekatan secara numerik untuk mencari

keakuratan data perhitungan.

3.2 Algoritma Perhitungan Kuat Medan Magnet

Setelah penyederhanaan persamaan matematik, maka langkah

selanjutnya dibuat algoritma yang terdiri dari 3 langkah subalgoritrna antara

lain :

3.2.1 Algoritma perhitungan potensial magnet skalar sesuai dengan tiap-tiap

kondisi batas, yaitu :

a. Batas pada sumbu simetri OY sesuai persamaan (31)

(44)

c. Batas magnet di permukaan AC sesuai persamaan (37)

d. Batas magnet pada permukaan BC sesuai persamaan (40)

e. Batas magnet dititik C sesuai persamaan (42)

f. Input-input program tersebut adalah :

- Inn,Jn merupakan ukuran daerah

- Im,Jm merupakan ukuran Magnet

- amag merupakan Magnetisasi yang nilainya konstan

- Alpha merupakan faktor konvergensi iterasi persamaan Laplace.

- h merupakan jarak atau beda tiap-tiap titik bulat hitam

(45)

h. Output program ialah nilai Residual tiap-tiap kondisi batas dan nilai

3.2.2 Algoritma menghitung arah kuat medan magnet

(-) baca program ialah

(-) Output program ialah Theta

3.2.3 Algoritma kuat medan magnet

(-) Baca programnya adalah

(-) Outputnya ialah H

3.3 Flow Chart Program Komputer

Mulai

Parameter Masukan

Atur Inisialisasi

Iterasi/Pencacah N=0

N = N + 1

(46)

3.4 Plot Data

Output yang dihasilkan berupa data matriks dari nilai potensial magnet

skalar, kuat medan magnet, dan arah kuat medan magnet serta data tersebut

akan di plot dengan memakai GNU fortran 77.

3.5 Bahasa Pemrograman

3.5.1 Bahasa Fortran 77 Dan GNU Fortran 77

FORTRAN merupakan salah satu bahasa pemrograman tingkat tinggi

(high level language) yang berorientasi kepada suatu masalah tertentu, khususnya

(47)

merupakan bahasa tingkat tinggi tertua dan yang pertama. Sebelum hadir

FORTRAN, bila seseorang akan memprogram komputer, maka ia harrus

menggunakan bahasa mesin yang rumit. Pada tahun 1950, seorang ahli dari

pabrik komputer IBM (International Bussiness Machine) bernama John Backus

berhasil mengmbangkan suatu bahasa computer yang mudah dipakai, bahkan oleh

orang yang awam computer sekalipun.

Bahasa itu disebutnya FORTRAN (Formula Translation). Bahasa ini

cukup mudah dipahami dan efektif untuk digunakan. Sehingga, bukan hal yang aneh

apabila dengan cepat, bahasa ini berkembang di masyarakat. Bahasa FORTRAN

ditujukan terutama sebagai aplikasi di bidang sains dan teknik. Namun saat ini,

bahasa FORTRAN harus bersaing dengan bahasa-bahasa pemrograman lain secara

kompetitif.

Menggunakan bahasa FORTRAN tidak terlalu sulit, karena para ahli

telah menyusun kamus dalam FORTRAN untuk menterjemahkan bahasa

FORTRAN ke dalam bahasa mesin. Nama lain kamus ini adalah ”Compiler”.

Tentang generasi- generasi bahasa FORTRAN sampai sejauh ini dikenal

FORTRAN, FORTRAN II, FORTRAN III, dan FORTRAN IV. Keistimewaan ada

pada FORTRAN IV karena ditunjang oleh kemajuan dalam hal perangkat keras

yang berkembang pada masa itu. Bahasa FORTRAN memang cukup ampuh

menangani permasalah dan pemenuhan

kebutuhan di bidang bisnis dan sains.

FORTRAN untuk pertama kalinya digunakan pada tahun 1954 oleh

Programmer Research Group IBM pada komputer IBM 704. Tidak membutuhkan

(48)

akhir yaitu FORTRAN 77 dan Waterloo FORTRAN.

GNU Fortran 77 adalah salah satu compiler keluarga gcc (GNU Compiler

Collection), yang meliputi gcc (C), gpc (Pascal), g++ (C++), g77 (Fortran 77) dan

gcj (Java). GCC sudah sangat terkenal sejak beberapa belas tahun yang lalu karena

sifatnya yang free, kecepatannya yang tinggi, dukungan mesin yang luas (Seluruh

compiler di GCC dapat dijalankan hampir di semua OS yang ada saat ini dengan

target hampir seluruh mikroprosessor yang ada di bumi saat ini), dan kode yang

dihasilkan sangat optimum.

GNU Fortran 77 mengimplementasikan hampir seluruh standar Fortran 77,

ditambah dengan ekstensinya sendiri (misalkan layout free form).

Ada beberapa alasan mengapa g77 lebih baik dipakai dibanding compiler lain:

- Sifatnya yang Open Source

o Kita tidak bergantung pada satu vendor tertentu

o Kita dapat memodifikasi source code compilernya

o Kita dapat mem-port g77 ke mesin baru yang kita miliki, atau ke OS

baru yang kita miliki

o Kita tidak perlu membayar lisensi untuk produk komersial

- Dukungan platform yang luas

o g77 dapat berjalan di semua OS populer saat ini, termasuk juga

OS-OS yang sudah dianggap kuno. Dengan menulis program memakai

g77, kita dapat yakin program kita dapat berjalan di berbagai OS

o g77 memakai backend gcc yang memungkinkannya menghasilkan

(49)

o Kita dapat membuat program di satu OS dan menjalankannya di OS

yang lain

- Kecepatan yang tinggi

o GCC terkenal sebagai koleksi compiler yang menghasilkan kode

optimal berkecepatan tinggi [lihat Open source: Voices From The

Open Source Revolution].

Bagi banyak orang, kelemahan g77, seperti compiler lain dalam paket GCC

adalah bahwa dia hanyalah sebuah compiler, bukan sebuah IDE. Untuk mengedit file

kita butuh program lain, untuk mendebug program kita juga butuh program lain.

Namun hal ini merupakan hal yang memang disengaja, program-program yang

dibuat oleh FSF (Free Software Foundation) memakai prinsip bahwa sebuah program

hanya perlu melakukan hal yang seperlunya saja. Hal ini akan terlihat jelas ketika

melakukan porting program, melakukan porting seluruh IDE beserta GUI-nya akan

menjadi tugas yang sangat berat dibandingkan jika hanya melakukan porting bagian

compilernya saja, atau editor saja.

3.5.2 Bahasa Delphi

Delphi adalah salah satu produk yang sangat sukses yang dikembangkan oleh

Borland Corp. Delphi merupakan RAD (Rapid Application Development) Tool yang

memungkinkan pembuatan aplikasi GUI secara cepat. Delphi sangat cocok

digunakan untuk membuat aplikasi bisnis dan aplikasi-aplikasi yang membutuhkan

GUI yang baik. Delphi merupakan bahasa pemrograman berbasis Windows yang

menyediakan fasilitas pembuatan aplikasi visual seperti Visual Basic. Delphi

memberikan kemudahan dalam menggunakan kode program, kompilasi yang cepat,

(50)

lunak, pola desain yang menarik serta diperkuat dengan bahasa pemrograman yang

terstruktur dalam bahasa pemrograman Object Pascal. Delphi memiliki tampilan

khusus yang didukung suatu lingkup kerja komponen Delphi untuk membangun

suatu aplikasi dengan menggunakan Visual Component Library (VCL). Sebagian

besar pengembang Delphi menuliskan dan mengkompilasi kode program dalam IDE

(Integrated Development Environment).

3.5.3 Hubungan GNU Fortran 77 dan Delphi

Fortran merupakan salah satu bahasa tingkat tinggi pertama yang sukses.

Sudah sangat banyak, dan saat ini masih banyak aplikasi yang ditulis menggunakan

Fortran. Sampai saat ini Fortran masih layak untuk dipelajari, bahkan masih menjadi

kewajiban bagi seorang ilmuwan untuk menguasai Fortran.

Aplikasi Fortran umumnya adalah aplikasi modus teks. Modus teks artinya

bahwa aplikasi tersebut tidak bisa menampilkan gambar karena keterbatasan fungsi

Fortran standar. Saat ini hasil yang berupa grafik dari suatu program sudah menjadi

kebutuhan yang umum sehingga diperlukan cara untuk menampilkan hasil di Fortran

menjadi grafik.

Beberapa Vendor mengadakan pendekatan dengan membuat versi Fortran yang dapat

membuat tampilan grafik, namun cara ini memiliki kelemahan. Program Fortran

yang ditulis menjadi tidak portabel lagi. Artinya, program yang dapat di-compile

untuk compiler tersebut tidak akan dapat dikompilasi di compiler yang lain. Padahal

dengan menggunakan Fortran standar, kita dapat menjalankan program di komputer

apapun, bahkan di super komputer.

(51)

dengan interfacing dengan bahasa lain yang mendukung GUI yang baik. Dan salah

satu pilihan yang terbaik saat ini adalah Borland Delphi, dan alternatif lain adalah

Microsoft Visual Basic serta Borland C++ Builder. Ada dua metode interfacing,

pertama adalah dengan mengkompilasi file object Fortran dengan file dari bahasa

lain, dan yang kedua adalah dengan menggunakan DLL.

Metode pertama sulit dilakukan karena dalam proses kompilasi, setiap

compiler menghasilkan object code yang formatnya berbeda, sehingga metode

interfacing hanya dapat dilakukan jika masing-masing compiler menggunakan object

code yang sama. Biasanya metode kedua yang dipilih dalam interfacing.

Di Windows, suatu koleksi fungsi dapat dibuat sebagai suatu pustaka (library)

program yang disebut dengan Dynamic Link Library (DLL). DLL dapat diakses oleh

aplikasi apa saja di Windows. Jadi untuk menghubungkan program yang ditulis

dalam Fortran dengan Delphi atau bahasa apapun, kita cukup membuat DLL dari

(52)

BAB IV

Hasil dan pembahasan

4.1 Hasil

Pada penenelitian ini didapatkan hasil data numerik potensial magnet

skalar, arah medan magnet dan kuat medan magnet serta plot data.

4.1.1 Program Kuat Medan Magnet (terlampir)

Gambar 4.1 Menunjukkan nilai potensial magnet skalar di daerah yang berukuran 9 x 10

Gambar 4.2 Menunjukkan arah kuat medan magnet

(53)

Pada program ini diambil data pada iterasi ke-28 sebagai sampel, karena iterasi

terlalu banyak sampai batas nilai residual lebih kecil dari remax.

4.1.2 Gambar dari plot data

Gambar 4.4 Penampakan kuat medan magnet. Besarnya berdasarkan data kuat medan magnet yang dihasilkan program Fortran 6.5.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kuat Medan Magnet

Dari output program, dihasilkan pada iterasi ke-28 yang diambil sebagai

sampel, menunjukkan bahwa nilai kuat medan yang terbesar pada b ari ke-5

kolom ke-5 dengan besar 2.82 satuan, sedangkan yang terkecil terjadi pada

kolom ke-10 baris ke-9 dengan nilai 0.1 satuan. Secara matematis dapat

dihitung sebagai berikut :

(54)

Besar dan arahnya adalah :

Hal ini menyatakan bahwa pada magnet permanen, satu-satunya daerah yang

mempunyai rapat permukaan kuat kutub yang sering disebut kuat medan

magnet yang terbesar terletak di permukaan yang mempunyai komponen

normal dari pemagnetan yang disebut kutub magnet dan kuat kutub magnet

total adalah nol, seperti yang ditunjukkan pada persamaan (16). Sedangkan

kuat medan magnet akan semakin melemah ketika semakin jauh dari kutub

magnet.

4.2.2 Arah Kuat Medan Magnet

Output program juga memperlihatkan bahwa pada kutub bagian utara

garis medan magnet keluar dari kutub tersebut dan ada yang menuju kutub

selatan, sedangkan pada pada kutub selatan magnet garis-garis medan magnet

menuju kutub tersebut. Sehingga hal ini sesuai dengan prinsif fisika bahwa

bahwa garis medan magnet menuju kutub utara ke kutub selatan. Pada

permukaan magnet memperlihatkan garis medan magnet mempunyai arah

menuju kutub selatan magnet yang berlawanan arah dengan momoen dipol

magnet dalam bahan atau magnetisasi. Hal ini akan menimbulkan pengaruh

(55)
(56)

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

1. Bahasa pemrograman Fortran cocok dipakai untuk kasus numerik.

2. Nilai kuat medan magnet terbesar pads iterasi ke-28 adalah 2,82 satuan di

baris ke 5 dan kolom ke-5 denga arah 344°. Sedangkan nilai terkecil adalah

0.1 satuan terletak di baris ke-9 kolom ke-10 dengan arah 0°.

3. Pada permukaan magnet, garis medan magnet yang berlawanan arah

terhadap magnetisasi M merupakan pengaruh pengawamagnetan yang

merusak keseragaman magnetisasi tersebut.

4. Garis medan magnet yang keluar dari kutub utara dan menuju kutub selatan

merupakan prinsif garis gaga magnet.

5.2 Saran

1. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini sebaiknya memperbesar

ukuran daerah, ukuran magnet ataupun mengambil iterasi yang lebih besar

dari 28 sehingga bisa diketahui perubahan ukuran fisis serta mengetahui

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Panofsky, Philips, Mj 962, Classical Electricity and Magnetisme, AddisonWesley, New york

Binns, K.J, Lawrenson, P.J ,1963, Analysis and Computation of Electric and Magnetic Field Problems, Pergamon Press, London

Boardman, A.D, 1980, A manual of Computer Exercises for Students of Physics and Engineering, John Wiley & Sons.Inc, New York.125-142

Sutrisno, Tan Ik Gie 1981, Fisika Dasar Listrik, Magnet dan Termofisika, ITB, Bandung. 223-254

Atmojo, B., 1992, Metoda Numerik Andi, Yogyakarta

Munir, R., 1999, Algoritma dan Pemrograman Dalam Bahasa Pascal dan C, 1st, Imformatika, ITB, Bandung

Munir, R., 1999, Metoda Numerik untuk Teknik Informatika, Informatika, ITB, Bandung

Kadir, A., 1997, Pemrograman Pascal, 1st, Andi,Yogyakarta

J. R., Reitz, Milford, F.J, Christy, R.W, 1979, Dasar Teori Listrik-Magnet, ITB, Bandung

Boas, M.L., 1983, Mathematical Methods in The Physical Science, 2nd ed., John Wiley & Sons. Inc, New York

Jogiyanto, H.M, 1999, Teori dan Aplikasi Program Komputer Bahasa Pascal, Andi, Yogyakarta

Spiegel, M.R, Silaban,P., 1962, Kalkulus Lanjutan, Erlangga, Jakarta

Setiawan, A. 2006. Pengantar Metode Numerik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

(58)

Lampiran 1

A. Daftar Program Perhitungan Kuat Medan Magnet

Program Kuat Medan Magnet

Dimension PHI (50,50), TH(50,50), FE(50,50)

C Parameter Input dan Output

Read (*,100) IN,JN,IM,JM,H,ALPHA

Read (*,101) Amag

100 Format(4I4,2F5.2)

101 Format(F5.2)

Write (*,105) IN,JN

Write (*,106) IM,JM

Write (*,107) H

Write (*,108) AMAG

Write (*,109) ALPHA

105 Format (’Ukuran daerah=’,I2,’X’,I2)

106 Format (’Ukuran Magnet =’,I2,’X’,I2)

107 Format (’Interval Pias=’,F5.2)

(59)

Call Pias(IN,JN,IM,JM)

INL=IN-1

JNL=JN-1

C Pengaturan Nilai potensial Magnet Skalar di Luar batas

Do 1 J=1,JN

1 PHI(1,J)=0.0

Do 2 I=1,IN

PHI(I,1)=0.0

2 PHI(I,JN)=0.0

C Pengaturan Nilai inisialisasi Potensial magnet Skalar dalam daerah

Do 5 I=2,INL

10 NCOUN=NCOUN+1

(60)

If (I.EQ.1) goto 20

If (J.EQ.1) goto 21

If((J.EQ.JM).and.(I.LT.IM)) goto 23

If((J.EQ.JM).and.(I.EQ.IM)) goto 24

R=PHI(I+1,J)+PHI(I-1,J)+PHI(I,J-1)+PHI(I,J+1)-4.0*PHI(I,J) goto 25

20 R=2.0*PHI(2,J)+PHI(1,J-1)+PHI(1,J+1)-4.0*PHI(I,J) goto 25

21 R=PHI(I+1,1)+PHI(I-1,1)-2.0*PHI(I,1) goto 25

22 R=2.0*(PHI(IM+1,J)+PHI(IM-1,J))-4.0*PHI(IM,J) goto 25

23 R=2.0*(PHI(I,JM+1)+PHI(I,JM-1)+HAM)-4.0*PHI(I,JM) goto 25

24 R=PHI(IM+1,JM)+PHI(IM-

1,JM)+PHI(IM,JM+1)+PHI(IM,JM+1)+HAM-4.0*PHI(IM,JM)

26 R=0.0

25 continue

PHI(I,J)=PHI(I,J)+ALPF*R

AR=ABS(R)

If (AR.GT.REMAX) REMAX=AR

RESUM=RESUM+R*R

3 continue

4 continue

C Uji Konvergensi

RESUM=SQRT(RESUM/FLOAT(INL*JNL))

If (REMAX.LT.EPMAX) goto 12

If (RESUM.GT.EPSUM) goto 10

(61)

11 continue

Write(*,120)NCOUN,REMAX,RESUM

120 Format(1H,’Jumlah Iterasi=’,I3,’REMAX=’,1E10.4,’RESUM=’,E10.4)

Write(*,*)

Write(*,*)

Write(*,121)

121 format(1H,15X,’Potensial Magnet’,)

Write(*,*)

C Perhitungan Medan Magnet dalam bentuk Array dan Hasilnya

Call out(IN,JN,PHI,9,3)

Call Thema(IN,JN,H,PHI,TH,FE)

Write(*,122)

122 Format(15X,’Arah Medan Magnet’)

Write(*,*)

Call out(IN,JN,TH,9,2)

Write(*,123)

123 Format (15X,’Kuat Medan magnet’)

Write(*,*)

Call out(IN,JN,FE,9,2)

110 format(1H,5E10.2)

Stop

End

(62)

Dimension F(50,50)

Write(*,111)( F(IK,J),IK=IL,INP) goto 2

3 Write(*,113)( F(IK,J),IK=IL,INP)

2 continue

write(*,*)

write(*,*)

If(IP.LT.IN) goto 21

111 format(1H,12F7.2)

112 format(1H,20A4)

Return

End

Subroutine Pias(IN,JN,IM,JM)

Dimension Q(50,50)

(63)

Data T1,T2/1H.,1H1/

Do 1 I=1,IN

Do 2 J=1,JN

Q(I,J)=T1

2 if ((I.LE.IM).and.(J.LE.JM)) Q(I,J)=T2

1 continue

If (HX.EQ.0.0) HX=0.01

HXY=HY/HX

TT=ATAN(ABS(HXY))*180.0/3.14159

If ((HX.GE.0.0).and.(HY.GE.0.0)) P=TT

If ((HX.LT.0.0).and.(HY.GE.0.0)) P=180.0-TT

If ((HX.LE.0.0).and.(HY.LT.0.0)) P=180.0+TT

If ((HX.GE.0.0).and.(HY.LT.0.0)) P=360.0-TT

(64)

HM(I,J)=SQRT(HX*HX+HY*HY)

2 continue

1 continue

do 3 j=2,JN

HY=-(F(1,J)-F(1,J-1))/H

T(1,J)=90.0

If (HY.LT.0.0) T(1,J)=270.0

3 HM(1,J)=ABS(HY)

Do 4 I=1,IN

T(I,1)=270.0

4 HM(I,1)=HM(I,2)

T(IN,1)=0.0

Return

End

Gambar

Gambar 1. Jaringan titik hitungan dalam bidang x-y (sumber: Bambang Atmojo, 1992)
Gambar 2. Pentahkikan hukum rangkaian Ampere untuk geometri kawat panjang lures. (sumber: John R Reitz, Frederick J Milford, Robert W Christy, 1993)
Gambar 2.2 Medan magnet dekat batas antara dua medium yang
Gambar 2.4 Skema yang menggambarkan posisi magnet dan derah diluar batas yang mempunyai medan magnet dan arah pada kuadran positive (I), (sumber : A
+6

Referensi

Dokumen terkait