PENDAPAT MAHKAMAH AGUNG DALAM
PEMBANGUNAN HUKUM KEPAILITAN
MELALUI PUTUSAN-PUTUSAN KEPAILITAN
(1998 - 2004)
TESIS
Oleh
JON SARMAN SARAGIH
047005052/HK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2006
Pendapat Mahkamah Agung dalam Pembangunan Hukum
Kepailitan Melalui Putusan-Putusan Kepailitan (1998-2004)
Tesis
Hukum Kepailitan Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan. Faillissements-verordening dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat bisnis yang menginginkan penyelesaian dan restrukrurisasi utang para pengusaha Indonesia. Dampak dari krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 salah satunya adalah dengan dibuatnya UU No. 1/1998 sebagai pengganti faillissements-verordening yang dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan dan kepastian hukum masyarakat bisnis Indonesia.
Pengadilan Niaga dibentuk sebagai salah satu kamar khusus di Pengadilan Negeri untuk menyelesaikan perkara-perkara kepailitan. Sejak tahun 1998 mulai banyak kasus kepailitan yang diajukan ke Pengadilan Niaga. Namun dalam prakteknya, ternyata UU No. 4/1998 tidak mampu menjawab semua persoalan hukum yang diajukan oleh para pihak yang berperkara. Tugas hakim adalah untuk memeriksa, memutus dan mengadili perkara yang diajukan kepadanya. Hakim tidak dapat menolak perkara dan harus memutus berdasarkan hukum yang berlaku. Disatu sisi perkara kepailitan harus diputus, disisi lain undang-undang tidak menjelaskan bagaimana suatu hal harus diselesaikan. Dalam hal ini hakim dapat mengambil kebijakan menciptakan hukum sendiri yang tetap berlandaskan hukum yang sudah ada. Putusan-putusan hakim yang diikuti tersebut dapat menjadi yurisprudensi bagi hakim lain dalam memeriksa dan memutus perkara yang sama.
Penelitian ini memfokuskan permasalahan pada peraturan kepailitan yang ada di Indonesia, Yurisprudensi Mahkamah Agung dalam hukum kepailitan serta pendapat Mahkamah Agung dalam pembangunan hukum kepailitan di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan melakukan analisis terhadap permasalahan dan penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundangundangan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari penelitian kepustakaan (Library Research) dan dianalisis secara kualitatif
* Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara ** Dosen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
Pengaturan Hukum Kepailitan di Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan, ini terjadai karena tidak memenuhi kebutuhan dunia usaha, Mahkamah Agung telah menciptakan nuansa baru bagi Hukum Kepailitan melalui jurisprudensi. Dapat dikatakan pembanguman Hukum Kepailitan Indonesia juga dilaksanakan para hakim melalui putusannya. Hasil akhirnya dapat terlihat dari revisi UU No. 4/1998 menjadi UU No. 37/ 2004. Untuk itu kedepan diperlukan pengkaderan ahli Hukum daiam bidang Kepailitan misalnya kurator, hakim melalui pelatihan-pelatihan dan persamaan persepsi antara penegak Hukum dan akademisi tentang Hukum Kepailitan.
Kata Kunci
- Pendapat Mahkamah Agung - Pembangunan Hukum Kepailitan - Putusan Kepailitan
The Opinion of Supreme Court in Developing Bankruptcy
Law Through Out Its Decisions (1998-2004)
Thesis
Indonesian bankruptcy law have changed several times. Faillissements-verordening assumed unable to fulfill the wishing of business society of win win solution and the need of restructuring of Indonesian’s entrepreneur’s debt. One of the big affect of monetary crisis shocking asia in 1997 is the changed of Faillissements-verordening with UU No. 4/1998, wich assumed unable to fulfill the need of the entrepreneurs of doing business in Indonesia.
Court of commerce, as a special chamber in distric court, formed of solving the bankrupt cases. Since 1998 many bankrupt cases have brought to the court of commerce. But practicly, UU No. 4/1998 has unable solved all the bankruptcy matter which has remanded to the court by the parties. It’s a judge duty of judging all the case that has been remanded to them. The judge cannot toward the case and have to break pursuant to applicable law. In one hand, the bankruptcy law have to decided, but in the other hand, the law could not explain how to solve a problem. In this case, the judge can create a new law but still based on the living law. The decisions that has been followed by the other judge, could be a jurisprudence for the other judges by deciding the same case.
This analytical descriptive study focuses on the bankrupt law in Indonesia, the supreme court’s jurisprudence and how’s the opinion of supreme court in developing bankruptcy law through out its decisions (1998-2004). The data are collected through normative judicial approach by analyzing the reasearch problems based on the legal principles and referred to norms found in the legislation regulation. Secondary data are collected through library research and qualitatively analized.
The law Bankruptcy settings in Indonesia had been many times to change. This is happened because we can’t to felled all of the human necessity in the business sector. High Court Of Law had been created new nuance for the Bankruptcy law with jurisdication or legal administration. It can say the building Bankruptcy law in Indonesia is still doing by the judges with their celegryman. The finally result,we can see from previsition UU No 4/1998 change to be UU No 37/2004. Infront of to this section, need forming of caders with highly competent professional law in the bankruptcy surface. Ex : Cyuratoon, judges receiver in Bankruptcy and judges with the training of the skills and the same perception between the law maintenance and academicy regarding about Bankruptcy law.
Key Words : The opinion of supreme court, Doveloping Bankruptcy law, The judgement of bankruptcy law.
* Student Magister of Legal Science Study Program, Postgraduate Study School University of North Sumatera.
** Lecturer Magister of Legal Science Study Program, Postgraduate Study School University of North Sumatera.