TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK
DITINJAU DARI UU NO 11 TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas–tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Sarjana Hukum
Oleh : NURUL AIN NIM : 060200215
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK
DITINJAU DARI UU NO 11 TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas–tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Sarjana Hukum
Oleh : NURUL AIN NIM : 060200215
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW
DISETUJUI OLEH :
KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS NIP. 1962 0421 1988 03 1004
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS Edy Ikhsan, SH, MA NIP. 1962 0421 1988 03 1004 NIP. 1963 0216 1988 03 1002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta
sembah sujud kepada-Nya, karena dengan rahmat dan hidayat-Nya sehingga
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, selanjutnya shalawat beriring salam
disampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan
kecerahan dan keterangan iman, Islam dan ilmu kepada umat manusia.
Penulisan ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
Adapun judul skripsi ini adalah “Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari UU No. 11 Tahun 2008”. Judul ini diambil berdasarkan ketertarikan Penulis untuk memahami lebih jelas tentang jual beli secara elektronik ditinjau
dari UU No. 11 tahun 2008 Tentang Internet dan Transaksi Elektronik.
Penulis telah berusaha mengarahkan segala kemampuan yang dimiliki
dalam penulisan skripsi ini tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput
dari kekurangan dan mungkin jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis sadar sejak awal hingga akhir penulisan ini banyak menerima
bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dengan tulus
ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak M. Husni, SH, MHum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS, selaku Ketua Departemen Hukum
Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen
Pembimbing I yang dengan tulus telah meluangkan waktu untuk
membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan serta pandangan dan
nasehat yang berguna bagi penulis.
6. Bapak Edy Ikhsan, SH, MA, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus,
ikhlas meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberi nasehat
yang berguna bagi penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
7. Bapak M. Hayat, SH, selaku Dosen Wali dari penulis yang telah banyak
mengarahkan penulis dan memberikan masukan – masukan dalam bimbingan
Akademik Penulis di Fakultas Hukum Sumatera Utara
8. Seluruh Dosen dan Staf administrasi di fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang telah mengajar dan membantu penulis selama menempuh
pendidikan di almamater tercinta ini.
9. Teriring doa dan takzim ananda dan rasa hormat serta terima kasih yang
mendalam kepada ayahanda ”Drs. Irwan R” dan Ibunda tercinta ” Fifiana”
yang telah berjuang membesarkan dan mendidik ananda dengan curahan kasih
sayang, membantu dengan semangat untuk menyelesaikan skripsi dan studi di
10.Keluarga Penulis, M. Syahreza, Khairunisa, Fadlan Alkindi (adik – adik yang
sangat penulis sayangi), tante mawar , tante oki (terima kasih buat tiketnya),
om heru, serta keluarga penulis khususnya keluarga Besar ”H. Sumantri” dan
”Alm. H. Ramli Dt Marindo” yang telah memberikan semangat dan dorongan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11.Nantama Mulyana, yang telah memberikan semangat, dorongan, perhatian
kepada penulis dan kesabarannya terhadap penulis dalam menghadapi
masa-masa penulisan skripsi ini.
12.Teman – teman baik penulis, Hanisa Astri (terima kasih partner setiaku,
mudah-mudahan cepat selesai kuliahnya), rini, yeni, melli, trishna, marini,
debi, ayu, desni, indah, debye, randy terima kasih telah mejadi teman terbaik
dan selalu memberikan semangat.
13.Kepada teman- teman Tim MCC UNDIP (wina, dewi, kukuh, jhon, indra,
milki, tessa, fadil, egi, nanda, zeini, hafid, tere, miranda, amin, karin, debo,
farid, stebert). Mudah – mudahan MCC berikutnya Tim USU bisa meraih
juara.
14.Kepada sanak saudaro IM3 riko, maya, dendi dan sanak saudaro stbk 06, 07,
08, 09. Mudah-mudahan IM3 tetap exist.
15.Teman – teman seperjuangan rika, fidy, lia, anggi, milki, maria, devi, meilina,
pince, paulina dan teman – teman lain khususnya grup D 06. Pihak lainnya
yang tidak tersebutkan oleh Penulis. Terima kasih banyak.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita
permasalahan yang penulis bahas serta dapat menambah referensi bagi pihak –
pihak yang berkepentingan.
Medan, Maret 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar --- i
Daftar Isi--- v
Daftar Tabel ---vii
Abstraksi ---viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang--- 1
B. Perumusan Masalah---5
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan---6
D. Keaslian Penulisan---6
E. Tinjauan Kepustakaan---7
F. Metode Penelitian--- 13
G. Sistematika Penulisan---15
BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Jual Beli--- --- 17
B. Hak dan Kewajiban Para Pihak---18
C. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya--- ---21
D. Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli--- 23
B. Aturan Internasional Terkait Transaksi Jual Beli Melalui Media
Elektronik ---32
1. UNCITRAL (United Nation Commision on International Trade
Law)---32
2. Singapore Electronic Transaction Act (ETA) 1998---33
3. EU Directive on Electronic Commerce---33
C. Proses Terjadinya Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik--34
D. Perbandingan Antara Jual Beli Umumnya Dengan Jual Beli Secara
Elektronik---43
BAB IV TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DITINJAU DARI UU NO. 11 TAHUN 2008
A. Prinsip – prinsip Transaksi Elektronik Berdasarkan UU No. 11 Tahun
2008---48
B. Keabsahan Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik---52
C. Wanprestasi Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media
Elektronik--56
D. Pembuktian Dalam Jual Beli Melalui Media Elektronik ---61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan--- 74
B. Saran--- 79
DAFTAR PUSTAKA--- 80
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perbandingan Perdagangan Konvensional dengan Perdagangan Melalui
ABSTRAKSI
Dalam kehidupan masyarakat modern yang telah mengenal uang sebagai alat tukar, maka kegiatan jual beli adalah suatu hal yang lazim dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan informasi. Muncul media- media elektronik yang membantu masyarakat untuk memudahkan melakukan kegiatan jual beli. Salah satu dari media elektronik itu adalah internet. Semakin hari pengguna internet terus bertambah, dan semakin banyak kegiatan yang dilakukan melaui media internet. Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE) yang salah satu gunanya untuk mengatur transaksi elektronik yang saat ini marak digunakan.
Penulisan skripsi yang berjudul Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari UU No. 11 Tahun 2008 bertujuan untuk menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip transaksi elektronik berdasarkan UU ITE, Keabsahan transaksi jual beli, wanprestasi dalam jual beli, dan pembuktian dalam jual beli melalui media elektronik.
Untuk menjawab permasalahan itu digunakan hukum normatif melalui penggunaan data sekunder, seperti buku-buku, peraturan perundang-undangan, perjanjian baku jual beli melalui internet, situs di internet, dan hasil – hasil penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian ini.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam transaksi elektronik prinsip – prinsip yang terdapat pada UU ITE tidak jauh berbeda dengan prinsip – prinsip kontrak pada umumnya. Keabsahan transaksi elektronik sama halnya dengan transaksi pada umunya, hanya saja dilakukan melalui media elektronik. Pembuktian hukum perdata yang masih menggunakan ketentuan yang diatur dalam KUHPerdata alat – alat bukti dalam perkara perdata terdiri dari : bukti tulisan, bukti saksi – saksi, persangkaan – persangkaan, pengakuan dan bukti sumpah (Pasal 1866 BW atau 164 HIR). UU ITE menambahkan dengan bukti elektronik ( Pasal 5, 6, dan 7 )
Disarankan untuk adanya pengaturan yang jelas mengenai prinsip-prinsip transaksi elektronik. Dilakukannya sosialisasi UU ITE agar masyarakat dapat memahami dan mengetahui perihal keabsahan transaksi elektronik. Klausula baku diharapkan seimbang antara hak dan kewajiban bagi pembeli dan penjual. Pembeli sebelum melakukan transaksi terlebih dahulu meneliti klausula baku. Pemerintah seharusnya memberikan pengawasan yang lebih ketat lagi bagi para pihak yang melakukan transaksi elektronik supaya tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
ABSTRAKSI
Dalam kehidupan masyarakat modern yang telah mengenal uang sebagai alat tukar, maka kegiatan jual beli adalah suatu hal yang lazim dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan informasi. Muncul media- media elektronik yang membantu masyarakat untuk memudahkan melakukan kegiatan jual beli. Salah satu dari media elektronik itu adalah internet. Semakin hari pengguna internet terus bertambah, dan semakin banyak kegiatan yang dilakukan melaui media internet. Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE) yang salah satu gunanya untuk mengatur transaksi elektronik yang saat ini marak digunakan.
Penulisan skripsi yang berjudul Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari UU No. 11 Tahun 2008 bertujuan untuk menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip transaksi elektronik berdasarkan UU ITE, Keabsahan transaksi jual beli, wanprestasi dalam jual beli, dan pembuktian dalam jual beli melalui media elektronik.
Untuk menjawab permasalahan itu digunakan hukum normatif melalui penggunaan data sekunder, seperti buku-buku, peraturan perundang-undangan, perjanjian baku jual beli melalui internet, situs di internet, dan hasil – hasil penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian ini.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam transaksi elektronik prinsip – prinsip yang terdapat pada UU ITE tidak jauh berbeda dengan prinsip – prinsip kontrak pada umumnya. Keabsahan transaksi elektronik sama halnya dengan transaksi pada umunya, hanya saja dilakukan melalui media elektronik. Pembuktian hukum perdata yang masih menggunakan ketentuan yang diatur dalam KUHPerdata alat – alat bukti dalam perkara perdata terdiri dari : bukti tulisan, bukti saksi – saksi, persangkaan – persangkaan, pengakuan dan bukti sumpah (Pasal 1866 BW atau 164 HIR). UU ITE menambahkan dengan bukti elektronik ( Pasal 5, 6, dan 7 )
Disarankan untuk adanya pengaturan yang jelas mengenai prinsip-prinsip transaksi elektronik. Dilakukannya sosialisasi UU ITE agar masyarakat dapat memahami dan mengetahui perihal keabsahan transaksi elektronik. Klausula baku diharapkan seimbang antara hak dan kewajiban bagi pembeli dan penjual. Pembeli sebelum melakukan transaksi terlebih dahulu meneliti klausula baku. Pemerintah seharusnya memberikan pengawasan yang lebih ketat lagi bagi para pihak yang melakukan transaksi elektronik supaya tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat
ini, sejajar dengan berkembangnya berbagai macam media elektronik.
Perkembangan media – media elektronik diantaranya adalah dengan
ditemukannya internet. Media elektronik yang dibicarakan di dalam tulisan ini
untuk sementara hanya difokuskan dalam hal penggunaan media internet.
Penggunaan media internet yang saat ini paling popular digunakan oleh banyak
orang, selain merupakan hal yang bisa dikategorikan sebagai hal yang sedang
“booming”. Internet yaitu teknologi yang memungkinkan kita melakukan
pertukaran informasi dengan siapapun dan dimanapun orang tersebut berada tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu. Selain itu internet juga dapat diartikan sebagai
hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda
sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut memanfaatkan
kemajuan media komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol
standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP 1
Sehubungan dengan perkembangan teknologi informasi tersebut
memungkinkan setiap orang dengan mudah melakukan perbuatan hukum seperti
misalnya melakukan jual-beli. Perkembangan internet memang cepat dan
memberi pengaruh signifikan dalam segala aspek kehidupan kita. Internet
membantu kita sehingga dapat berinteraksi, berkomunikasi, bahkan melakukan .
1
http://library.usu.ac.id/modules.php?diakses tanggal 20 Oktober 2009
perdagangan dengan orang dari segala penjuru dunia dengan murah, cepat dan
mudah. beberapa tahun terakhir ini dengan begitu merebaknya media internet
menyebabkan banyaknya perusahaan yang mulai mencoba menawarkan berbagai
macam produknya dengan menggunakan media ini. Dan salah satu manfaat dari
keberadaan internet adalah sebagai media promosi suatu produk. Suatu produk
yang dionlinekan melalui internet dapat membawa keuntungan besar bagi
pengusaha karena produknya di kenal di seluruh dunia.
Kemunculan internet dimulai pada tahun 1966 awalnya hanya untuk
keperluan departemen pertahanan Amerika Serikat, yang dibentuk oleh
ARPANET (Advanced Research Project Agency Network) salah satu divisi di
departemen pertahanan Amerika Serikat. Perkembangan internet menciptakan
terbentuknya suatu dunia baru yang biasa disebut dengan dunia maya. Adanya
dunia maya menyebabkan setiap individu memiliki hak dan kemampuan untuk
berhubungan dengan individu lain tanpa ada batasan apapun yang
menghalanginya. Perkembangan tersebut berakibat juga pada aspek sosial, dimana
cara berhubungan antar manusia pun ikut berubah. Hal ini secara tidak langsung
berpengaruh terhadap sektor bisnis.
Proses transaksi yang dilakukan dalam dunia bisnis tanpa adanya
pertemuan antar para pihak yang menggunakan media internet termasuk ke dalam
transaksi elektronik. Transaksi elektronik dalam dunia bisnis terdapat berbagai
macam bentuknya diantaranya adalah electronic commerce atau biasa disebut
dengan e-commerce maupun e-com. Electronic commerce yang selanjutnya dalam
penulisan ini disebut dengan e-commerce dapat diartikan secara gramatikal
perdagangan yang dilakukan secara elektronik dengan menggunakan internet
sebagai medianya. Selain itu e-commerce juga dapat diartikan sebagai suatu cara
berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan
fasilitas internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan get
and deliver2
Pengaturan mengenai perjanjian di Indonesia hanya mengatur pada
perjanjian pada umumnya, hal tersebut diatur dalam Pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan mengenai syarat sah suatu perjanjian
yang mengikat para pihaknya. Perjanjian dianggap sah apabila memenuhi syarat .
Kegiatan bisnis perdagangan melalui internet atau e-commerce ini telah
banyak dilakukan setiap orang karena transaksi jual beli secara elektronik ini
dapat mengefektifkan dan mengefisiensikan waktu sehingga seseorang dapat
melakukan transaksi jual beli dengan setiap orang dimanapun dan kapanpun.
Dengan demikian transaksi jual beli melalui internet ini dilakukan tanpa tatap
muka antara para pihaknya. Mereka mendasari transaksi tersebut atas rasa
kepercayaan satu sama lain, sehingga perjanjian jual beli yang terjadi diantara
para pihak pun dilakukan secara elektronik pula dengan mengakses halaman web
yang disediakan, berisi klausul atau perjanjian yang dibuat oleh pihak pertama
(penjual), dan pihak yang lain (pembeli) hanya tinggal menekan tombol yang
disediakan sebagai tanda persetujuan atas isi perjanjian yang telah ada, tanpa perlu
membubuhkan tanda tangan seperti perjanjian pada umumnya, tetapi
menggunakan tanda tangan elektronik atau digital signature. Sehingga para pihak
tidak perlu bertemu langsung untuk mengadakan suatu perjanjian.
2
subyektif dan syarat obyektif. Pemenuhan atas syarat tersebut berakibat pada
perjanjian yang telah dibuat menjadi sah. Perjanjian juga mengikat bagi para
pihak mengenai hak dan kewajibannya, sehingga pemenuhan syarat sahnya suatu
perjanjian mutlak untuk dipenuhi. Perjanjian dalam e-commerce dengan perjanjian
biasa tidaklah berbeda sangat jauh, yang membedakan hanya pada bentuk dan
berlakunya. Media dalam perjanjian biasa yang digunakan adalah tinta dan kertas
serta dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak. Setelah dibuat dan disepakati
maka perjanjian tersebut mengikat setelah ditandatangani, sedangkan dalam
e-commerce perjanjian menggunakan media elektronik yang ada hanya form atau
blanko klausul perjanjian yang dibuat salah satu pihak yang ditulis dan
ditampilkan dalam media elektronik (halaman web), kemudian pihak yang lain
cukup menekan tombol yang disediakan untuk setuju mengikatkan diri terhadap
perjanjian tersebut. Hal ini tentu saja menimbulkan berbagai macam permasalahan
di dalam perjanjian secara elektronik mengenai sah tidaknya perjanjian tersebut.
Permasalahan yang lebih luas terjadi pada bidang keperdataan karena transaksi
elektronik untuk kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik ( electronic
commerce ) telah menjadi bagian dari perniagaan nasional dan internasional.3
3
Penjelasan umum UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Internet dan Transaksi Elektronik
Penggunaan transaksi elektronik tersebut masih menyimpan keraguan
sebagian orang berkaitan dengan faktor keamanan dan kepastian hukum. Timbul
pertanyaan, apakah transaksi jual beli melalui internet jelas keabsahannya
menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia,khususnya UU ITE.
Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut diatas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai transaksi jual beli
yang dilakukan melalui media elektronik yang ditinjau dari UU No. 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapatlah dirumuskan apa yang
menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini :
1)Bagaimanakah prinsip – prinsip transaksi elektronik berdasarkan UU No.11
Tahun 2008?
2)Bagaimana keabsahan transaksi jual beli melalui media elektronik?
3)Bagaimana yang dikatakan wanprestasi dalam jual beli melalui media
elektronik?
4)Bagaimana pembuktian dalam jual beli melalui media elektronik?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini secara
singkat, adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prinsip – prinsip transaksi elektronik yang terdapat pada
UU No. 11 Tahun 2008.
2. Untuk mengetahui keabsahan transaksi jual beli melalui media elektronik.
3. Untuk mengetahui perbuatan seperti apa saja yang termasuk kedalam
wanprestasi dalam melakukan transaksi jual beli melalui media elektronik .
4. Untuk mengetahui pembukt ian dalam transaksi jual beli melalui media
Selanjutnya, penulisan skripsi ini juga diharapkan bermanfaat untuk :
1. Manfaat secara teoritis
Penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan sekaligus
menambah khasanah ilmu pengetahuan dan literatur dalam dunia akademis,
khususnya tentang hal – hal yang berhubungan dengan jual beli melalui media
elektronik.
2. Manfaat secara praktis
Secara praktis penulisan skripsi ini dapat memperjelas praktik tentang
transaksi jual beli khususnya jual beli melalui media elektronik yang saat ini
banyak digunakan, sehingga membantu publik dalam melaksanakan praktik
transaksi elektronik
D. Keaslian Penulisan
Permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah
hasil dari pemikiran dan ide sendiri yang didasarkan pada referensi dari
buku-buku, artikel-artikel, serta informasi dari media cetak maupun elektronik. Dengan
demikian dapat di katakan bahwa skripsi ini adalah merupakan karya penulis asli.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Perjanjian Jual Beli
Menurut Pasal 1457 KUHPerdata Perjanjian jual beli adalah suatu
persetujuan dengan mana pihak yang mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan.
Menurut Charless L. Knapp dan Nathan M. Crystal, perjanjian adalah
kepercayaan tetapi secara bersama – sama saling pengertian untuk melakukan
sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka4
Menurut R. Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana ada
seorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal
.
5
Menurut M. Yahya Harahap, Perjanjian atau verbintenis mengandung
pengertian suatu hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau
lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan
sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi .
6
a. Adanya hubungan hukum.
. Dari
pengertian ini dapat dijumpai beberapa unsur antara lain hubungan hukum
(rechtsbetrekking ) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang (persoon)
atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain
tentang suatu prestasi.
Unsur – unsur yang tercantum antara dua orang dalam definisi di atas
adalah :
Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat hukum.
Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.
b. Adanya subjek hukum.
Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban.
c. Adanya prestasi.
4
Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Inominaat di indonesia,Cet I, Sinar Grafika, Jakarta,2003, hlm 16
5
Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet I, RajaGrafindo persada, Jakarta, 2006, hlm 1 6
Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat
sesuatu.
d. Dibidang kekayaan.
Perkataan jual beli terdiri dari dua kata yaitu ”jual” dan ”beli”, di mana
satu sama lainnya mempunyai arti yang bertolak belakang. Kata jual menunjukkan
bahwa adanya perbuatan menjual, sedang beli adalah perbuatan membeli. Dalam
jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu
pihak menjual dan pihak lain membeli. Maka dalam hal ini terjadilah peristiwa
hukum jual beli. Jual beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual yakni
pihak yang menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar
harga barang yang dijual.
Obyek dari perjanjian jual beli adalah barang-barang tertentu yang dapat
ditentukan wujud dan jumlahnya serta tidak dilarang menurut hukum yang
berlaku untuk diperjualbelikan.
Perjanjian jual beli telah sah mengikat apabila kedua belah pihak telah
mencapai kata sepakat tentang barang dan harga meski barang tersebut belum
diserahkan maupun harganya belum dibayarkan7
Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya .
Perjanjian jual beli dapat dibatalkan apabila si penjual telah menjual
barang yang bukan miliknya atau barang yang akan dijual tersebut telah musnah
pada saat penjualan berlangsung.
2. Transaksi Elektronik
8
7
Pasal 1458 KUHPerdata
Transaksi elektronik adalah perikatan ataupun hubungan hukum yang
dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan (networking) dari sistem
informasi berbasiskan komputer (computer based information system) dengan
sistem komunikasi yang berdasarkan atas jaringan dan jasa telekomunikasi
(telecommunication based), yang selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan
komputer global internet (network of network)9
Menurut Laudon & Laudon, transaksi elektronik (e-commerce) adalah
suatu proses membeli dan menjual produk – produk secara elektronik oleh
konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai perantara
transaksi bisnis
.
10
Pihak – pihak yang terlibat dalam transaksi electronic commerce, antara
lain
.
11
1. Penjual (merchant), yaitu perusahaan/produsen yang menawarkan
produknya melalui internet. Untuk menjadi merchant, maka
seseorang harus mendaftarkan diri sebagai merchant account pada
sebuah bank, tentunya ini dimaksudkan agar merchant dapat
menerima pembayaran dari customer dalam bentuk credit card.
:
2. Konsumen / card holder, yaitu orang – orang yang ingin
memperoleh produk (barang atau jasa) melalui pembelian secara
8
Pasal 1 angka 2 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 9
Edmon Makarim, SH, Kompilasi Hukum Telematika, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 223
Definisi, jenis, Tujuan, Manfaat dan Ancaman Menggunakan E- Commerce” diakses tanggal 10 Januari 2010
11
online. Konsumen yang akan berbelanja di internet dapat berstatus
perorangan atau perusahaan.
3. Acquirer, yaitu pihak perantara penagihan (antara penjual dan
penerbit) dan perantara pembayaran (antara pemegang dan
penerbit). Perantara penagihan adalah pihak yang meneruskan
taagihan kepada penerbit berdasarkan tagihan yang masuk
kepadanya yang diberikan oleh penjual barang/jasa. Pihak perantara
penagihan inilah yang melakukan pembayaran kepada penjual.
Pihak perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit) adalah
bank dimana pembayaran kredit dilakukan oleh pemilik kartu kredit/
card holder, selanjutnya bank yang menerima pembayaran ini akan
mengirimkan uang pembayaran tersebut kepada penerbit kartu kredit
(issuer).
4. Issuer; perusahaan credit card yang menerbitkan kartu. Di Indonesia
ada beberapa lembaga yang diijinkan untuk menerbitkan kartu
kredit, yaitu :
a. Bank dan lembaga keuangan bukan bank. Tidak setiap bank
dapat menerbitkan credit card, hanya bank yang telah
memperoleh ijin dari Card International yang dapat
menerbitkan credit card, seperti Master dan Visa card;
b. Perusahaan non bank dalam hal ini PT. Dinner Jaya Indonesia
Internasional yang membuat perjanjian dengan perusahaan yang
c. Perusahaan yang membuka cabang dari perusahaan induk yang
ada di luar negeri, yaitu American Express.
5. Certification Authorities. Pihak ketiga yang netral yang memegang
hak untuk mengeluarkan sertifikasi kepada merchant, kepada issuer
dan dalam beberapa hal diberikan pula kepada card holder.
Certification Authorities dapat merupakan suatu lembaga
pemerintah atau lembaga swasta.
3. Sejarah Internet
Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat di tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut
ARPANET ( Advannced Research Project Agency Network), dimana mereka
mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware (perangkat keras) dan software
(perangkat lunak) komputer yang berbasis UNIX, kita bisa melakukan komunikasi
dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon. Proyek ARPANET
merancang bentuk jaringan, kehandalan, seberapa besar informasi dapat
dipindahkan, dan akhirnya semua standar yang mereka tentukan menjadi cikal
bakal pembangunan protokol baru yang sekarang dikenal sebagai TCP/IP
(Transmission Control Protocol/Internet Protocol).
Tujuan awal dibangunnnya proyek itu adalah untuk keperluan militer.
Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat ( US Departement of
Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan
menghubungkan komputer di daerah – daerah vital untuk mengatasi masalah bila
terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang
Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 4 (empat) situs saja
yaitu Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara,
University of Utah, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu di tahun
1969, dan secara umum ARPANET diperkenalkan pada bulan Oktober 1972.
Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua
universitas di Negara tersebut ingin bergabung, sehingga membuat ARPANET
kesulitan untuk mengaturnya.
Oleh sebab itu ARPANET dipecah menjadi dua, yaitu “MILNET” untuk
keperluan militer dan “ARPANET” baru yang lebih kecil untuk keperluan
non-militer seperti, universitas – universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya
dikenal dengan nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi
Internet12
Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam
meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum perdata khususnya yang terkait .
F. Metode Penelitian
1. Sifat/ Bentuk Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Langkah
pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum
sekunder yaitu inventarisasi peraturan – peraturan yang berkaitan dengan jual beli
konvensional dan transaksi jual beli melalui media elektronik ditinjau dari UU
No. 11 Tahun 2008. Selain itu dipergunakan juga bahan – bahan tulisan yang
berkaitan dengan persoalan ini.
12
dengan masalah transaksi jual beli melalui media elektronik ditinjau dari UU No.
11 Tahun 2008
2. Data
Data sekunder dalam penelitian ini adalah :
1. Bahan Huku m Primer, terdiri dari :
a. Norma atau kaedah dasar ;
b. Peraturan dasar ;
c. Peraturan perundang – undangan tentang transaksi jual beli melalui media
elektronik beserta peraturan – peraturan terkait lainnya, seperti UU No. 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU No. 8 Tahun
1997 Tentang Dokumen Perusahaan, UNCITRAL (United on
International Trade Law), Singapore Electronic Transaction Act (ETA)
1998, EU Directive on Electronic Commerce.
2. Bahan Hukum Sekunder, seperti : hasil – hasil penelitian, laporan – laporan,
artikel, majalah dan jurnal ilmiah, hasil – hasil seminar atau pertemuan ilmiah
lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
3. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan
yang memberi petunjuk – petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum serta bahan – bahan
primer, sekunder dan tersier diluar bidang hukum yang relevan dan dapat
dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini13
13
Bambang sunggono, 1998, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm 195
.
Selanjutnya Situs Web juga menjadi bahan bagi penulisan skripsi ini sepanjang
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka
penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan
(library research), yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematis buku –
buku, majalah – majalah, surat kabar, peraturan perundang – undangan dan bahan
– bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.
Data yang diperoleh melalui studi pustaka dikumpulkan dan diurutkan
kemudian diorganisasikan dalam satu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Analisis data dalam skripsi ini adalah analisis dengan cara kualitatif yaitu
menganalisis secara lengkap dan komperensif keseluruhan data sekunder yang
diperoleh sehingga dapat mejawab permasalahan-permasalahan dalam skripsi
ini14
Bab II Merupakan bab yang berisikan tentang perjanjian jual beli menurut
KUHPerdata. Bab ini terdiri dari pembahasan mengenai pengertian perjanjian jual .
G. Sistematika Penulisan.
Gambaran secara keseluruhan mengenai skripsi ini akan dijabarkan
dengan cara menguraikan sistematika penulisannya yang terdiri atas 4 (empat) bab
yaitu :
Bab I Pendahuluan merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna
memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis terdiri
dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
14
beli, hak dan kewajiban para pihak, wanprestasi dan akibat hukumnya, dan saat
terjadinya perjanjian jual beli.
Bab III Merupakan bab yang berisikan tentang prinsip – prinsip umum
transaksi jual beli melalui media elektronik pada umumnya. Memberikan
penjelasan mengenai perkembangan transaksi jual beli melalui media elektronik,
aturan internasional terkait transaksi jual beli melalui media elektronik, proses
terjadinya transaksi jual beli melalui media elektronik, perbandingan antara jual
beli umumnya dengan jual beli secara elektronik.
Bab IV Merupakan bab yang berisikan tentang transaksi jual beli melalui
media elektronik ditinjau dari UU No. 11 Tahun 2008. Bab ini terdiri dari prinsip–
prinsip transaksi elektronik berdasarkan UU No. 11 Tahun 2008, keabsahan
transaksi jual beli melalui media elektronik, wanprestasi dalam transaksi jual beli
melalui media elektronik, pembuktian dalam jual beli melalui media elektronik.
Bab V Kesimpulan dan saran, merupakan bagian akhir yang berisikan
kesimpulan dan saran dari hasil penulisan dan kaitannya dengan permasalahan
BAB II
PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA
A. Pengertian Perjanjian Jual Beli
Menurut Black’s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan
antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara sebagian15
Menurut Salim, H.S perjanjian adalah hubungan hukum antara subjek
hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan.
Perlu diketahui bahwa subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu
juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai
dengan yang telah disepakatinya
. Inti definisi yang
tercantum dalam Black’s Law Dictionary adalah kontrak dilihat sebagai
persetujuan dari para pihak untuk melaksanakan kewajiban, baik melakukan atau
tidak melakukan secara sebagian.
16
15
Salim, H.S, Op.Cit hlm 16 16
M. Yahya Harahap, SH, berpendapat bahwa tanpa ada barang yang
hendak dijual, tidak mungkin terjadi jual beli. Sebaliknya jika objek jual beli tidak
dibayar dengan suatu harga, maka jual beli juga dianggap tidak ada17
Menurut Mariam Darus Badrulzaman bahwa “suatu perjanjian
merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji pada seseorang lain berjanji
untuk melaksanakan sesuatu”
.
Jual beli merupakan perbuatan hukum yang sering dilakukan
masyarakat dalam kehidupan sehari – hari. Pada hakikatnya jual beli itu
memindahkan hak milik atas suatu barang yang diperjualbelikan karena dalam
jual beli pihak penjual wajib menyerahkan barang yang dijualnya itu kepada pihak
pembeli sedangkan pihak pembeli mempunyai kewajiban untuk membayar harga
dari barang itu kepada pihak penjual.
B. Hak Dan Kewajiban Penjual Dan Pembeli
Jika ada dua orang yang mengadakan perjanjian, maka masing – masing
mereka bertujuan untuk memperoleh prestasi dari pihak lawannya. Prestasi
tersebut dapat berupa memberi sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu. Perjanjian ini dibuat dengan maksud supaya dilaksanakan dan umumnya
memang dilaksanakan. Masing – masing pihak harus melaksanakan apa yang
disetujui dengan tepat.
18
1. Perjanjian untuk memberikan, menyerahkan suatu barang. .
Melihat macamnya hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan, perjanjian itu
dibagi tiga macam, yaitu :
17
M. Yahya Harahap, Op. Cit, hlm 181 18
2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu.
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.
Hal yang seharusnya dilaksanakan itu disebut prestasi. Dalam menentukan
batas antara memberi dan berbuat sering kali menimbulkan keragu-raguan.
Walaupun menurut tata bahasa memberi adalah berbuat, akan tetapi pada
umumnya yang diartikan dalam memberi adalah menyerahkan hak milik atau
memberi kenikmatan atas sesuatu benda. Misalnya penyerahan hak milik atas
sebuah rumah atau memberi kenikmatan atas barang yang disewa kepada si
penyewa. Adapun yang dimaksud dengan berbuat adalah setiap prestasi yang
bersifat positif yang tidak berupa memberi, misalnya melukis.
Perjanjian untuk menyerahkan, memberikan sesuatu misalnya : jual beli,
tukar – menukar, penghibahan ( pemberian ), sewa menyewa, pinjam pakai, dan
lain – lain. Perjanjian untuk membuat sesuatu misalnya : perjanjian untuk
membuat suatu lukisan, perjanjian untuk membuat suatu bangunan, dan lain
sebagainya.
Menurut R. Setiawan bahwa ” perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu
misalnya perjanjian untuk tidak membuat tembok, perjanjian untuk tidak
mendirikan suatu perusahaan yang sejenis dengan kepunyaan orang lain dan
sebagainya”19
Dalam hukum perjanjian, bagaimana jika salah satu pihak tidak mengerti
janjinya, dimana salah satu pihak tidak dapat mewujudkan prestasi yang telah
dijanjikan. Mengenai perjanjian untuk menyerahkan sesuatu, tidak terdapat
petunjuk dalam undang – undang. Sedangkan dalam perjanjian untuk berbuat .
19
sesuatu dan perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu, maka jika salah satu pihak
wanprestasi, perjanjian itu dapat dieksekusi secara riil. Artinya pihak yang lain
dapat merealisasikan apa yang menjadi hak menurut perjanjian. Bila para pihak
tidak memenuhi perjanjian itu, maka itu batal. Sehingga salah satu pihak yang
terikat dalam perjanjian itu tidak terdapat hak untuk merealisasikan apa yang
menjadi haknya menurut undang – undang.
Hal ini menyebabkan si kreditur menurut undang – undang boleh
dikuasakan supaya dia sendiri yang melaksanakan pelaksanaannya atau si kreditur
berhak menuntut penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan
dengan perjanjian, dengan tidak mengurangin haknya untuk ganti kerugian.
Misalnya tembok yang didirikan dengan melanggar perjanjian dapat dirobohkan.
Dalam mengadakan suatu perjanjian, biasanya orang tidak mengatur atau
menetapkan apa saja yang menjadi hak dan kewajiban mereka. Mereka hanya
menetapkan hal – hal yang pokok saja, jadi untuk melaksanakan suatu perjanjian
seharusnya lebih dahulu ditetapkan secara tegas dan cermat apa saja isi perjanjian
tersebut. Menetapkan secara tegas hak dan kewajiban masing – masing pihak.
Dalam perjanjian jual – beli maka hak dan kewajiban para pihak tersebut
adalah :
1. Penjual
a. Hak penjual adalah menuntut harga pembayaran atas barang – barang
yang diserahkannya kepada pembeli
Kewajiban penjual dapat dijumpai pada Pasal 1474 KUHPerdata, pada
pokoknya kewajiban penjual menurut pasal tersebut terdiri dari dua
yaitu :
1) Menyerahkan barang kedalam kekuasaan dan kepunyaan si
pembeli.
2) Menanggung terhadap barang yang dijual itu.
Mengenai menanggung ini lebih lanjut diatur dalam Pasal 1491
KUHPerdata, yang mengatakan “penanggungan yang menjadi
kewajiban si penjual terhadap si pembeli, adalah untuk menjamin
dua hal, yaitu pertama penguasaan benda yang dijual secara aman
dan tenteram ; kedua terhadap adanya cacat – cacat barang tersebut
yang tersembunyi, atau yang sedemikian rupa hingga menerbitkan
alasan untuk pembatalan pembeliannya.
2. Pembeli
a. Hak pembeli adalah menuntut penyerahan barang yang telah dibelinya
dari si penjual.
b. Kewajibannya adalah membayar harga pembelian pada waktu dan
tempat sebagaimana yang ditetapkan didalam perjanjian mereka.
C. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya
Istilah wanprestasi berasal dari bahasa Belanda ”wanprestatie”, yang
berarti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik
perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena
Kemungkinan – kemungkinan yang dapat mempengaruhi terjadinya
wanprestasi atau tidak memenuhi kewajiban tersebut yaitu :
1. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun karena
kelalaian.
2. Karena keadaan memaksa (force majeure), jadi diluar kemampuan
debitur, debitur tidak bersalah20
1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali, artinya debitur tidak
memenuhi kewajiban yang telah disanggupinya untuk dipenuhi dalam
suatu perjanjian, atau tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan
undang – undang dalam perikatan yang timbul karena undang –
undang.
.
Dalam menentukan seorang debitur melakukan wanprestasi atau tidak,
maka perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana seorang debitur dikatakan
sengaja atau lalai tidak melakukan kewajibannya. Keadaan tersebut meliputi :
2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru. Disini
debitur melaksanakan atau memenuhi apa yang ditentukan oleh
undang – undang, tetapi tidak sebagaimana mestinya menurut
kualitas yang ditentukan dalam perjanjian atau menurut kualitas yang
ditetapkan undang – undang.
3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya. Disini
debitur memenuhi prestasi tetapi terlambat. Waktu yang ditetapkan
dalam perjanjian tidak terpenuhi.
20
4. Debitur melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukannya21
Wanprestasi memiliki akibat hukum yang penting bagi debitur, oleh
karena itu perlu diketahui sejak kapan debitur diakatakan sengaja atau lalai dalam
mememenuhi kewajibannya. Untuk itu, perlu diperhatikan apakah dalam
perikatan tersebut ditentukan tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi
atau tidak.
Ada 4 akibat yang dapat terjadi jika salah satu pihak melakukan
wanprestasi yaitu :
.
1. Membayar kerugian yang diderita oleh pihak lain berupa ganti
rugi.
2. Dilakukan pembatalan perjanjian.
3. Peralihan resiko
4. Membayar biaya perkara jika sampai berperkara dimuka hakim
D. Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli
Ketentuan didalam Pasal 1457 menggariskan bahwa pihak – pihak yang
membentuk persetujuan jual beli masing – masing mengikatkan dirinya secara
timbal – balik (wederkering). Penjual mengikatkan dirinya kepada pembeli untuk
menyerahkan obyek jual beli. Pembeli mengikatkan dirinya kepada penjual untuk
membayar harga obyek jual beli.
Meskipun jual beli telah tercipta, pemindahan hak milik atas kebendaan
yang menjadi objek persetujuan hanya sah setelah dipenuhi ketentuan tentang hak
milik atas benda yang bersangkutan22
21
Ibid
Berpedoman kepada tindakan “mengikatkan diri” yang mengakibatkan
lahir beban kewajiban kepada kedua belah pihak, dapat ditarik kesimpulan bahwa
ada dua persetujuan didalam lembaga jual beli, yaitu :
1. Persetujuan tentang kewajiban menyerahkan benda yang menjadi objek
jual beli kepada yang berhak, yaitu pembeli.
2. Persetujuan tentang kewajiban membayar harga benda yang menjadi objek
jual beli kepada yang berhak, yaitu penjual.
Sifat konsensual dari jual beli ditegaskan dalam Pasal 1458 KUHPerdata
yang berbunyi “ Jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak
seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun
barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar”.
Konsensualisme sendiri berasal dari perkataan “consensus” yang berarti
kesepakatan. Dengan kesepakatan dimaksudkan bahwa diantara pihak – pihak
yang bersangkutan tercapai suatu persesuaian kehendak, artinya apa yang
dikehendaki oleh yang satu adalah pula yang dikehendaki oleh yang lain. Kedua
kehendaknya itu bertemu dalam “sepakat” tersebut. Tercapainya sepakat ini
dinyatakan oleh kedua belah pihak dengan mengucapkan arti perkataan –
perkataan, misalnya “setuju”, ”accord”, “oke”, dan lain – lain sebagainya ataupun
dengan bersama – sama menaruh tanda tangan dibawah pernyataan – pernyataan
tertulis sebagai tandanya ( bukti ) bahwa kedua belah pihak telah menyetujui
segala apa yang tertera diatas tulisan itu23
22
Basrah, Perikatan Jual Beli dan Pembahasan Kasus ( Buku Ketiga KUHPerdata), fakultas Hukum USU, Medan, 1981,hlm 3
23
R. Subekti, 1995, Aneka Perjanjian Cet. Kesepuluh, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 5
Bahwa apa yang dikehendaki oleh yang satu itu adalah juga yang
dikehendaki oleh orang lain atau bahwa kehendak mereka adalah “sama”,
sebenarnya tidak tepat. Yang betul adalah bahwa yang mereka kehendaki adalah
“sama dalam kebalikannya”. Misalnya : yang satu ingin melepaskan hak miliknya
atas suatu barang asal diberi sejumlah uang tertentu sebagai gantinya, sedang yang
lain ingin memperoleh hak milik atas barang tersebut dan bersedia memberikan
sejumlah uang sebagai gantinya kepada si pemilik barang.
Sebagaimana diketahui, hukum perjanjian dari BW menganut asas
konsensualisme. Artinya hukum perjanjian dari BW itu menganut suatu asas
bahwa untuk melahirkan perjanjian cukup dengan sepakat saja dan bahwa
perjanjian itu ( dan dengan demikian ”perikatan” yang ditimbulkan karenanya)
sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya konsensus sebagaimana
dimaksudkan diatas. Pada detik tersebut perjanjian sudah jadi dan mengikat,
BAB III
PRINSIP – PRINSIP UMUM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK PADA UMUMNYA
A. Perkembangan Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik
Transaksi jual beli melalui media elektronik yaitu melalui internet, saat ini
semakin berkembang didunia khususnya Indonesia. Keinginan masyarakat yang
serba cepat, ekonomis dan praktis menjadikan jual beli melalui internet ini sebagai
pilihan yang paling banyak diminati saat ini. Internet yang dahulunya hanya
digunakan untuk mencari informasi dan mengirim data, saat ini juga digunakan
sebagai media jual beli. Munculnya situs – situs online shopping seperti e-bay,
amazon dll, yang ikut membantu perkembangan jual beli ini. Bahkan jejaring
sosial yang paling fenomenal saat ini yaitu facebook juga digunakan sebagai
sarana jual beli atau online shopping.
Jual beli melalui media elektronik ini, banyak dipilih sebagian masyarakat
karena tidak membuang banyak waktu dan tenaga. Hanya duduk didepan
komputer ataupun laptop bahkan telepon genggam (handphone) kita dapat
melakukan transaksi jual beli. Transaksi jual beli ini tidak terlepas dari adanya
perkembangan internet yang menjadi kebutuhan sehari – hari masyarakat sekarang
ini.
Transaksi jual beli melalui media elektronik khususnya melalui media
internet telah banyak digunakan khususnya di Indonesia seiring dengan pengguna
internet di Indonesia. Menurut data BMI , jumlah pengguna internet pada tahun
menjadi 13 Juta pengguna, pada tahun 2008 sebanyak 25 Juta pengguna dan pada
tahun 2009 bertambah menjadi 45 Juta pengguna24
Di Indonesia, perkembangan transaksi jual beli melalui media internet ini
sudah dikenal sejak tahun 1996 dengan munculnya situs sanur.co.id sebagai toko
buku online pertama
.
25
. Meski belum terlalu populer, pada tahun 1996 telah mulai
bermunculan berbagai situs yang melakukan jual beli secara elektronik. Sepanjang
tahun 1997 – 1998 eksistensi jual beli secara elektronik di Indonesia mulai sedikit
terabaikan karena krisis ekonomi namun di tahun 1999 hingga saat ini kembali
menjadi fenomena yang menarik perhatian meski tetap terbatas pada minoritas
masyarakat Indonesia yang mengenal teknologi26
a. Cakupan yang luas
.
Jual beli yang dilakukan secara elektronik mengalami perkembangan yang
sangat pesat dari awal mula ditemukan hingga saat ini. Hal tersebut disebabkan
oleh berbagai faktor yang memberikan pendukung atau pendorong atas
perdagangan secara elektronik yang menggunakan media internet (e-commerce)
yang memberikan berbagai kemudahan dan keamanan yang semakin kenyamanan
bagi customer atau pembeli dan merchant atau penjual untuk mengaplikasikan
dan melakukan transaksi perdagangan secara elektronik (e-commerce).
Secara umum faktor pendorong pelaksanaan e-commerce tersebut
diantaranya adalah :
E-Commerce mempunyai kemampuan untuk menjangkau lebih banyak
customer sehingga jangkauan pemasaran menjadi semakin luas dan tidak
24
25
Perlindungan Konsumen Dalam
E-Commerce, diakses pada tanggal 8 Pebruari 2010 26
terbatas oleh area geografis dimana perusahaan berada dan setiap saat
customer dapat mengakses seluruh informasi yang up date dan terus
menerus. Sehingga informasi yang disampaikan selalu informasi terbaru, hal
tersebut memberikan kemudahan bagi customer untuk mengetahui apakah
barang yang akan ia pesan tersedia atau tidak. Selain itu e-commerce
memberikan kesempatan customer yang berada di belahan dunia manapun
untuk dapat menggunakan sebuah produk atau service yang dihasilkan dari
belahan dunia yang berbeda dan melakukan transaksi serta meraih informasi
dari pihak merchant sepanjang tahun. Bagi merchant dengan cakupan dari
e-commerce yang sangat luas yang dapat mencakup seluruh dunia memberikan
keuntungan dalam sisi pemasaran dimana dapat mengurangi biaya untuk
proses pemasaran produk yang dihasilkannya maupun yang dijual.
b. Proses transaksi yang cepat
Penggunaan transaksi informasi dalam proses e-commerce
memberikan kemudahan dalam transaksi perdagangan dalam hal ini jual beli.
Hal ini dimungkinkan karena proses transaksi tidak memerlukan pertemuan
langsung antara kedua belah pihak, tetapi hanya diperlukan suatu komputer
yang terkoneksi dengan jaringan internet. Penggunaan teknologi dalam
proses perdagangan memberikan kemudahan dan kenyamanan serta
keamanan, sehingga ketika proses transaksi telah terjadi maka pembayaran
atas transaksi tersebut tidak memerlukan uang cash akan tetapi cukup dengan
proses transfer melalui jasa pihak perbankan,dimana hal tersebut
mempercepat proses transaksi. Selain itu, proses kesepakatan yang terjadi
customer cukup dengan menekan tombol accept atau memberikan tanda
check (√) sebagai tanda setuju atau sepakat terhadap kontrak yang disodorkan
oleh pihak merchant sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
melakukan negosiasi mengenai isi dari kontrak tersebut, karena kontrak
dalam e-commerce bersifat take it or leave it.
c. E-Commerce dapat mendorong kreatifitas dari pihak penjual secara cepat dan
tepat dan pendistribusian informasi yang disampaikan berlangsung secara
periodik.
Kreatifitas dari pihak merchant memberikan nilai tambah tersendiri,
dengan adanya kreatifitas tersebut maka informasi mengenai produk yang
ditawarkan dapat memberikan suatu hal yang menarik bagi customer yang
kemudian mendorong keinginan bagi customer untuk memiliki barang yang
ditawarkan. Kreatifitas juga dapat mempermudah dalam pendistribusian
informasi, dengan penggunaan media internet maka informasi yang berupa
data digital dapat dibuat sederhana sehingga mempermudah dalam proses
update data sehingga informasi yang disampaikan menampilakan informasi
terbaru (up todate).
d. E-Commerce dapat menciptakan efisiensi yang tinggi, murah serta informatif
Penggunaan e-commerce sangat memangkas biaya-biaya
operasional. Perusahaan-perusahaan yang berdagang secara elektronik tidak
membutuhkan kantor dan toko yang besar, menghemat kertas-kertas yang
digunakan untuk transaksi-transaksi, periklanan, serta pencatatan-pencatatan.
Selain itu, perdagangan elektronik juga sangat efisien dari sudut waktu yang
lebih cepat serta lebih akurat. Sehingga dengan adanya efisiensi tersebut
maka biaya yang dibutuhkan untuk keperluan usaha tidaklah besar, yang
dibutuhkan hanyalah sebuah took maya yang didesain sedemikian rupa
sehingga menarik dan informative bagi customer.
e. E-Commerce dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan pelayanan
yang cepat, mudah, aman dan akurat
Adanya faktor pendorong tersebut diatas maka mendorong suatu
kepuasan bagi customer terhadap segala kemudahan dan keuntungan yang
diperoleh dengan adanya e-commerce yang pada akhirnya akan memberikan
kepuasan yang disebabkan oleh kecepatan transaksi, pelayanan yang aman
dan akurat serta memberikan kemudahan.
Selain hal tersebut diatas, perdagangan secara elektronik jika
dibandingkan dengan perdagangan secara konvensional maka akan sangat terlihat
perbedaannya yang kemudian akan menunjukan kemudahan-kemudahan yang
diberikan oleh e-commerce. Perbandingan tersebut jika ditampilkan dalam bentuk
Tabel 3.1
Perbandingan Perdagangan Konvensional dengan Perdagangan Melalui Internet (e-commerce)
Siklus Penjualan Perdagangan Tradisional (menggunakan berbagai
Memeriksa harga Katalog tercetak Katalog on-line Memeriksa ketersediaan
barang dan harganya
Telepon,faksimil Situs web
Melakukan pemesanan Surat, faksimil, dan bentuk – bentuk tercetak lainnya
Surat elektronik
Mengirimkan pesanan Surat, faksimil Surat elektronik, halaman web
Mengurutkan pesanan Manual Basis data
Memeriksa barang di
Bentuk tercetak Surat elektronik, basis data
Membuat invoice Bentuk tercetak Basis data
Mengirimkan pesanan Pengirim Pengirim
Konfirmasi pesanan Surat, telepon, faksimil Surat elektronik Mengirim invoice
(penyedia) dan menerima invoice (pembayar)
Surat Surat elektronik, EDI
Jadwal pembayaran Bentuk tercetak Basis data, EDI
Mengirim (pembayar) dan menerima
(penyedia) bukti pembayaran
B. Aturan Internasional Terkait Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik
1. UNCITRAL (United Nation Commision on International Trade Law)
UNCITRAL (United Commision on International Trade Law, yaitu
sebuah komisi dibawah PBB, komisi tersebut telah membuat United Law on
Electronic Commerce, sebagai model tersebut telah disetujui berdasarkan General
Assembly Resolution No. 51 / 612 tanggal 16 Desember 1996. model tersebut
kemudian telah ditambah dengan dimasukkannya Article 5 BIS pada tahun 1998.
United Commision on Internasional Trade Law model itu telah menjadi
dasar pembuatan Undang – undang e-commerce atau cyberlaw dari banyak
negara, antara lain Electronic Act of Singapura dan Undang – undang sejenis dari
Malaysia27
Beberapa ketentuan prinsip utama yang digariskan di dalam UNCITRAL
Model law on Electronic Commerce yang merupakan dasar hukum yang sangat
penting adalah bahwa : .
28
a) Segala informasi elektronik dalam bentuk data elektronik dapat
dikatakan untuk memiliki akibat hukum, keabsahan ataupun kekuatan
hukum (information shall be denied legal effect, validity or enforce
ability solely on the grounds that it is in the form of a data message);
b) Dalam hal hukum mengharuskan adanya suatu informasi harus dalam
bentuk tertulis maka suatu data elektronik dapat memenuhi syarat
untuk itu, sebagaimana yang diatur dalam article 6 UNCITRAL
27
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 362
28
Model Law : “ Where the law requires in information to be in writing,
the requirement is met by a data message if the in information
contained there in is accessible so as to be useable for subsequent
reference”.
2. Singapore Electronic Transaction Act (ETA) 1998
Peraturan ini dikeluarkan untuk memfasilitasi perkembangan e-commerce.
Terdapat beberapa yang digariskan dalam ETA, yaitu :29
a) Tidak ada perbedaan antara data elektronik dengan dokumen kertas ;
b) Suatu data elektronik dapat menggantikan suatu dokumen tertulis;
c) Para pihak dapat melakukan kontrak secara elektronik;
d) Suatu data elektronik dapat merupakan alat bukti di pengadilan;
e) Jika suatu data elektronik telah diterima oleh para pihak maka mereka
harus bertindak sebagaimana kesepakatan yang terdapat pada data
tersebut.
3. EU Directive on Electronic Commerce
Peraturan ini diundangkan pada 8 Juni 2000, dalam ketentuan EU
Directive on Electronic Commerce, terdapat beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan khususnya mengenai masalah kontrak ini bahwa :30
a) Setiap negara – negara anggota akan memastikan bahwa sistem
hukum mereka membolehkan kontrak dibuat dengan menggunakan
sarana elektronik;
b) Namun para negara anggota dapat pula mengadakan pengecualian
terdapat ketentuan di atas dalam hal :
29
Abdul Halim Barkatullah, Teguh Prasetyo, Op.Cit, hlm 138 30
1) Kontrak untuk menciptakan / melakukan pengalihan hak atas
real estate;
2) Kontrak yang diatur didalam hukum keluarga;
3) Kontrak penjaminan;
4) Kontrak yang melibatkan kewenangan pengadilan.
c) Setiap negara harus dapat memberikan pengaturan yang relevan atas
kontrak elektronik yang berlangsung.
C. Proses Terjadinya Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik
Pada dasarnya proses transaksi jual beli secara elektronik tidak jauh
berbeda dengan proses transaksi jual beli di dunia nyata. Pelaksanaan transaksi
jual beli secara elektronik ini dilakukan dalam beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Penawaran, yang dilakukan oleh penjual atau pelaku usaha melalui website
pada internet. Penjual atau pelaku usaha menyediakan storefront yang
berisi beberapa katalog produk dan pelayanan yang akan diberikan.
Masyarakat yang memasuki website pelaku usaha tersebut dapat melihat –
melihat barang yang ditawarkan oleh penjual. Salah satu keuntungan
transaksi jual beli melalui toko on line ini adalah bahwa pembeli dapat
berbelanja kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi ruang gerak dan
waktu. Penawaran dalam sebuah website biasanya menampilkan barang –
barang yang ditawarkan, harga, nilai rating, spesifikasi barang termaksud
dan menu produk lain yang berhubungan. Penawaran melalui internet
terjadi apabila pihak lain yang menggunakan media internet memasuki
situs milik penjual atau pelaku usaha yang melakukan penawaran. Oleh
memasuki situs milik pelaku usaha yang menawarkan sebuah produk
maka tidak dapat dikatakan ada penawaran. Dengan demikian penawaran
melalui media internet hanya dapat terjadi apabila seseorang membuka
situs yang menampilkan sebuah tawaran melalui internet tersebut.
2. Penerimaan, dapat dilakukan tergantung penawaran yang terjadi. Apabila
penawaran dilakukan melalui e-mail address, maka penerimaan dilakukan
melaui e-mail, karena penawaran hanya ditujukan pada sebuah e-mail
yang dituju sehingga hanya pemegang e-mail tersebut yang dituju.
Penawaran melalui website ditujukan untuk seluruh masyarakat yang
membuka website tersebut, karena siapa saja dapat masuk ke dalam
website yang berisikan penawaran atas suatu barang yang ditawarkan oleh
penjual atau pelaku usaha. Setiap orang yang berminat untuk membeli
barang yang ditawarkan itu dapat membuat kesepakatan dengan penjual
atau pelaku usaha yang menawarkan barang tersebut. Pada transaksi jual
beli secara elektronik, khususnya melalui website, biasanya calon pembeli
akan memilih barang tertentu yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku
usaha, dan jika calon pembeli atau konsumen itu tertarik untuk membeli
salah satu barang yang ditawarkan, maka barang itu akan disimpan terlebih
dahulu sampai calon pembeli/ konsumen merasa yakin akan pilihannya,
selanjutnya pembeli/ konsumen akan memasuki tahap pembayaran.
3. Pembayaran, dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung, misalnya melalui fasilitas internet, namun tetap bertumpu pada
sistem keuangan nasional, yang mengacu pada sistem keuangan lokal.
a. Transaksi model ATM (Anjungan Tunai Mandiri), sebagai transaksi
yang melibatkan institusi finansial dan pemegang account masing –
masing.
b. Pembayaran 2 (dua) pihaktanpa perantara, yang dapat dilakukan
langsung antara kedua pihak tanpa perantara dengan menggunakan
uang nasionalnya.
c. Pembayaran dengan perantaraan pihak ketiga, umumnya merupakan
proses pembayaran yang menyangkut debet, kredit atau cek masuk.
Metode pembayaran yang dapat digunakan antara lain : sistem
pembayaran melalui kredit on line serta system pembayaran check in
line.
Apabila kedudukan penjual dan pembeli berbeda, maka pembayaran
dapat dilakukan melalui cara account to account atau pengalihan dari
rekening pembeli kepada rekening penjual. Berdasarkan kemajuan
teknologi, pembayaran dapat dilakukan melalui kartu kredit dengan
cara memasukkan nomor kartu kredit pada formulir yang disediakan
oleh penjual dalam penawarannya. Pembayaran dalam transaksi jual
beli secara elektronik ini sulit untuk dilakukan secara langsung, karena
adanya perbedaan lokasi antara penjual dan pembeli, walaupun
dimungkinkan untuk dilakukan.
Jenis – jenis pembayaran elektronik
Perbedaan yang mendasar diantara sistem pembayaran elektronik dan
sistem pembayaran tradisional hanyalah terdigitalkannya data – data untuk sistem
pembayaran elektronik dapat digambarkan sebagai untaian bit – bit (atau byte(byte
adalah urutan 8 bit yang digunakan untuk merepresentasikan karakter – karakter
tertentu). Sementara kebanyakan system pembayaran elektronik saat ini
diimplementasikan dengan penggunaannya pada komputer – komputer pribadi (
PC-Personal Computer), saat ini dapat dilihat penggunaannya di peralatan –
peralatan lain. Misalnya saat ini dapat digunakan PDA ( Personal Digital
Assistant) atau perangkat telepon gengganm (handphone) untuk menangani
pembayaran – pembayaran dan transaksi – transaksi. Dengan cara yang sama, saat
ini beberapa penjual juga menerima pembayaran dengan kartu cerdas (smart
card).31
a. Kartu Magnetik (Magnetic Stripe Card)
Kartu magnetic adalah kartu plastic kecil yang memiliki pita
termagnetisasi di permukaannya. Kartu magnetic digunakan secara luas
untuk aplikasi-aplikasi seperti kartu debit, kartu kredit, kartu telepon,
kartu ATM, kartu yang digunakan untuk masuk ke gedung-gedung yang
memiliki perangkat keamanan tertentu, dan sebagainya. Dalam hal ini,
kartu magnetik ini dapat diperluas fungsinya menjadi kartu yang dapat
digunakan untuk melakukan transaksi – transaksi pembelian barang dan/
atau jasa dalam kaitannya dengan perdagangan elektronik.
b. Kartu Kredit
Dalam transaksi menggunakan kartu kredit, konsumen memberikan
nomor kartu kreditnya ke pedagang. Pedagang kemudian dapat
memverifikasi nomor itu ke bank penerbit dan kemudian ia dapat
31
membuat slip pembelian bagi konsumen untuk disetujui. Pedagang
kemudian dapat menggunakan slip pembelanjaan itu untuk mendapatkan
uang dari bank. Pada periode pembayaran berikutnya, konsumen akan
menerima pernyataan dari bank yang mencatat transaksi yang
bersangkutan. Menggunkan kartu kredit untuk membel barang/jasa lewat
sarana Internet menggunakan skenario yang sama, tetapi kita akan
menjumpai beberapa langkah tambahan. Langkah-langkah tambahan itu
adalah langkah yang harus diambil sehingga transaksi yang aman
(secure) dapat terjadi, serta terjadi otentikasi antara pembeli dan penjual.
Hal ini menimbulkan berbagai sistem yang berbeda dalam penggunaan
kartu kredit pada transaksi – transaksi yang berjalan di internet. Dua
diantaranya adalah fitur yang melindungi keamanan transaksi di Internet
serta perangkat lunak - perangkat lunak pengelola yang dibutuhkan; baik
di sisi konsumen maupun di sisi perusahaan.
c. Cek Elektronik
Sistem pembayaran menggunakan kartu kredit tidak dapat disangkal lagi
merupakan sistem pembayaran yang paling populer dalam perdagangan
internet, tetapi ia bukan satu-satunya metode pembayaran di Internet.
Hingga saat ini ada 2 sistem yang telah dikembangkan –satu oleh
Financial Services Technology Corporation (FTSC), yang lainnya oleh
CyberCash- yang memungkinkan konsumen menggunakan cek