• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari UU No. 11 Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari UU No. 11 Tahun 2008"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

DITINJAU DARI UU NO 11 TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas–tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Sarjana Hukum

Oleh : NURUL AIN NIM : 060200215

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

DITINJAU DARI UU NO 11 TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas–tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Sarjana Hukum

Oleh : NURUL AIN NIM : 060200215

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS NIP. 1962 0421 1988 03 1004

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS Edy Ikhsan, SH, MA NIP. 1962 0421 1988 03 1004 NIP. 1963 0216 1988 03 1002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta

sembah sujud kepada-Nya, karena dengan rahmat dan hidayat-Nya sehingga

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, selanjutnya shalawat beriring salam

disampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan

kecerahan dan keterangan iman, Islam dan ilmu kepada umat manusia.

Penulisan ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

Adapun judul skripsi ini adalah Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari UU No. 11 Tahun 2008”. Judul ini diambil berdasarkan ketertarikan Penulis untuk memahami lebih jelas tentang jual beli secara elektronik ditinjau

dari UU No. 11 tahun 2008 Tentang Internet dan Transaksi Elektronik.

Penulis telah berusaha mengarahkan segala kemampuan yang dimiliki

dalam penulisan skripsi ini tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput

dari kekurangan dan mungkin jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon

saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis sadar sejak awal hingga akhir penulisan ini banyak menerima

bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dengan tulus

ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

(4)

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak M. Husni, SH, MHum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS, selaku Ketua Departemen Hukum

Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen

Pembimbing I yang dengan tulus telah meluangkan waktu untuk

membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan serta pandangan dan

nasehat yang berguna bagi penulis.

6. Bapak Edy Ikhsan, SH, MA, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus,

ikhlas meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberi nasehat

yang berguna bagi penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

7. Bapak M. Hayat, SH, selaku Dosen Wali dari penulis yang telah banyak

mengarahkan penulis dan memberikan masukan – masukan dalam bimbingan

Akademik Penulis di Fakultas Hukum Sumatera Utara

8. Seluruh Dosen dan Staf administrasi di fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah mengajar dan membantu penulis selama menempuh

pendidikan di almamater tercinta ini.

9. Teriring doa dan takzim ananda dan rasa hormat serta terima kasih yang

mendalam kepada ayahanda ”Drs. Irwan R” dan Ibunda tercinta ” Fifiana”

yang telah berjuang membesarkan dan mendidik ananda dengan curahan kasih

sayang, membantu dengan semangat untuk menyelesaikan skripsi dan studi di

(5)

10.Keluarga Penulis, M. Syahreza, Khairunisa, Fadlan Alkindi (adik – adik yang

sangat penulis sayangi), tante mawar , tante oki (terima kasih buat tiketnya),

om heru, serta keluarga penulis khususnya keluarga Besar ”H. Sumantri” dan

”Alm. H. Ramli Dt Marindo” yang telah memberikan semangat dan dorongan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Nantama Mulyana, yang telah memberikan semangat, dorongan, perhatian

kepada penulis dan kesabarannya terhadap penulis dalam menghadapi

masa-masa penulisan skripsi ini.

12.Teman – teman baik penulis, Hanisa Astri (terima kasih partner setiaku,

mudah-mudahan cepat selesai kuliahnya), rini, yeni, melli, trishna, marini,

debi, ayu, desni, indah, debye, randy terima kasih telah mejadi teman terbaik

dan selalu memberikan semangat.

13.Kepada teman- teman Tim MCC UNDIP (wina, dewi, kukuh, jhon, indra,

milki, tessa, fadil, egi, nanda, zeini, hafid, tere, miranda, amin, karin, debo,

farid, stebert). Mudah – mudahan MCC berikutnya Tim USU bisa meraih

juara.

14.Kepada sanak saudaro IM3 riko, maya, dendi dan sanak saudaro stbk 06, 07,

08, 09. Mudah-mudahan IM3 tetap exist.

15.Teman – teman seperjuangan rika, fidy, lia, anggi, milki, maria, devi, meilina,

pince, paulina dan teman – teman lain khususnya grup D 06. Pihak lainnya

yang tidak tersebutkan oleh Penulis. Terima kasih banyak.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita

(6)

permasalahan yang penulis bahas serta dapat menambah referensi bagi pihak –

pihak yang berkepentingan.

Medan, Maret 2009

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar --- i

Daftar Isi--- v

Daftar Tabel ---vii

Abstraksi ---viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang--- 1

B. Perumusan Masalah---5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan---6

D. Keaslian Penulisan---6

E. Tinjauan Kepustakaan---7

F. Metode Penelitian--- 13

G. Sistematika Penulisan---15

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Jual Beli--- --- 17

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak---18

C. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya--- ---21

D. Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli--- 23

(8)

B. Aturan Internasional Terkait Transaksi Jual Beli Melalui Media

Elektronik ---32

1. UNCITRAL (United Nation Commision on International Trade

Law)---32

2. Singapore Electronic Transaction Act (ETA) 1998---33

3. EU Directive on Electronic Commerce---33

C. Proses Terjadinya Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik--34

D. Perbandingan Antara Jual Beli Umumnya Dengan Jual Beli Secara

Elektronik---43

BAB IV TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DITINJAU DARI UU NO. 11 TAHUN 2008

A. Prinsip – prinsip Transaksi Elektronik Berdasarkan UU No. 11 Tahun

2008---48

B. Keabsahan Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik---52

C. Wanprestasi Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media

Elektronik--56

D. Pembuktian Dalam Jual Beli Melalui Media Elektronik ---61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan--- 74

B. Saran--- 79

DAFTAR PUSTAKA--- 80

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perbandingan Perdagangan Konvensional dengan Perdagangan Melalui

(10)

ABSTRAKSI

Dalam kehidupan masyarakat modern yang telah mengenal uang sebagai alat tukar, maka kegiatan jual beli adalah suatu hal yang lazim dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan informasi. Muncul media- media elektronik yang membantu masyarakat untuk memudahkan melakukan kegiatan jual beli. Salah satu dari media elektronik itu adalah internet. Semakin hari pengguna internet terus bertambah, dan semakin banyak kegiatan yang dilakukan melaui media internet. Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE) yang salah satu gunanya untuk mengatur transaksi elektronik yang saat ini marak digunakan.

Penulisan skripsi yang berjudul Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari UU No. 11 Tahun 2008 bertujuan untuk menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip transaksi elektronik berdasarkan UU ITE, Keabsahan transaksi jual beli, wanprestasi dalam jual beli, dan pembuktian dalam jual beli melalui media elektronik.

Untuk menjawab permasalahan itu digunakan hukum normatif melalui penggunaan data sekunder, seperti buku-buku, peraturan perundang-undangan, perjanjian baku jual beli melalui internet, situs di internet, dan hasil – hasil penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam transaksi elektronik prinsip – prinsip yang terdapat pada UU ITE tidak jauh berbeda dengan prinsip – prinsip kontrak pada umumnya. Keabsahan transaksi elektronik sama halnya dengan transaksi pada umunya, hanya saja dilakukan melalui media elektronik. Pembuktian hukum perdata yang masih menggunakan ketentuan yang diatur dalam KUHPerdata alat – alat bukti dalam perkara perdata terdiri dari : bukti tulisan, bukti saksi – saksi, persangkaan – persangkaan, pengakuan dan bukti sumpah (Pasal 1866 BW atau 164 HIR). UU ITE menambahkan dengan bukti elektronik ( Pasal 5, 6, dan 7 )

Disarankan untuk adanya pengaturan yang jelas mengenai prinsip-prinsip transaksi elektronik. Dilakukannya sosialisasi UU ITE agar masyarakat dapat memahami dan mengetahui perihal keabsahan transaksi elektronik. Klausula baku diharapkan seimbang antara hak dan kewajiban bagi pembeli dan penjual. Pembeli sebelum melakukan transaksi terlebih dahulu meneliti klausula baku. Pemerintah seharusnya memberikan pengawasan yang lebih ketat lagi bagi para pihak yang melakukan transaksi elektronik supaya tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

(11)

ABSTRAKSI

Dalam kehidupan masyarakat modern yang telah mengenal uang sebagai alat tukar, maka kegiatan jual beli adalah suatu hal yang lazim dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan informasi. Muncul media- media elektronik yang membantu masyarakat untuk memudahkan melakukan kegiatan jual beli. Salah satu dari media elektronik itu adalah internet. Semakin hari pengguna internet terus bertambah, dan semakin banyak kegiatan yang dilakukan melaui media internet. Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE) yang salah satu gunanya untuk mengatur transaksi elektronik yang saat ini marak digunakan.

Penulisan skripsi yang berjudul Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari UU No. 11 Tahun 2008 bertujuan untuk menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip transaksi elektronik berdasarkan UU ITE, Keabsahan transaksi jual beli, wanprestasi dalam jual beli, dan pembuktian dalam jual beli melalui media elektronik.

Untuk menjawab permasalahan itu digunakan hukum normatif melalui penggunaan data sekunder, seperti buku-buku, peraturan perundang-undangan, perjanjian baku jual beli melalui internet, situs di internet, dan hasil – hasil penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam transaksi elektronik prinsip – prinsip yang terdapat pada UU ITE tidak jauh berbeda dengan prinsip – prinsip kontrak pada umumnya. Keabsahan transaksi elektronik sama halnya dengan transaksi pada umunya, hanya saja dilakukan melalui media elektronik. Pembuktian hukum perdata yang masih menggunakan ketentuan yang diatur dalam KUHPerdata alat – alat bukti dalam perkara perdata terdiri dari : bukti tulisan, bukti saksi – saksi, persangkaan – persangkaan, pengakuan dan bukti sumpah (Pasal 1866 BW atau 164 HIR). UU ITE menambahkan dengan bukti elektronik ( Pasal 5, 6, dan 7 )

Disarankan untuk adanya pengaturan yang jelas mengenai prinsip-prinsip transaksi elektronik. Dilakukannya sosialisasi UU ITE agar masyarakat dapat memahami dan mengetahui perihal keabsahan transaksi elektronik. Klausula baku diharapkan seimbang antara hak dan kewajiban bagi pembeli dan penjual. Pembeli sebelum melakukan transaksi terlebih dahulu meneliti klausula baku. Pemerintah seharusnya memberikan pengawasan yang lebih ketat lagi bagi para pihak yang melakukan transaksi elektronik supaya tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat

ini, sejajar dengan berkembangnya berbagai macam media elektronik.

Perkembangan media – media elektronik diantaranya adalah dengan

ditemukannya internet. Media elektronik yang dibicarakan di dalam tulisan ini

untuk sementara hanya difokuskan dalam hal penggunaan media internet.

Penggunaan media internet yang saat ini paling popular digunakan oleh banyak

orang, selain merupakan hal yang bisa dikategorikan sebagai hal yang sedang

booming”. Internet yaitu teknologi yang memungkinkan kita melakukan

pertukaran informasi dengan siapapun dan dimanapun orang tersebut berada tanpa

dibatasi oleh ruang dan waktu. Selain itu internet juga dapat diartikan sebagai

hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda

sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut memanfaatkan

kemajuan media komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol

standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP 1

Sehubungan dengan perkembangan teknologi informasi tersebut

memungkinkan setiap orang dengan mudah melakukan perbuatan hukum seperti

misalnya melakukan jual-beli. Perkembangan internet memang cepat dan

memberi pengaruh signifikan dalam segala aspek kehidupan kita. Internet

membantu kita sehingga dapat berinteraksi, berkomunikasi, bahkan melakukan .

1

http://library.usu.ac.id/modules.php?diakses tanggal 20 Oktober 2009

(13)

perdagangan dengan orang dari segala penjuru dunia dengan murah, cepat dan

mudah. beberapa tahun terakhir ini dengan begitu merebaknya media internet

menyebabkan banyaknya perusahaan yang mulai mencoba menawarkan berbagai

macam produknya dengan menggunakan media ini. Dan salah satu manfaat dari

keberadaan internet adalah sebagai media promosi suatu produk. Suatu produk

yang dionlinekan melalui internet dapat membawa keuntungan besar bagi

pengusaha karena produknya di kenal di seluruh dunia.

Kemunculan internet dimulai pada tahun 1966 awalnya hanya untuk

keperluan departemen pertahanan Amerika Serikat, yang dibentuk oleh

ARPANET (Advanced Research Project Agency Network) salah satu divisi di

departemen pertahanan Amerika Serikat. Perkembangan internet menciptakan

terbentuknya suatu dunia baru yang biasa disebut dengan dunia maya. Adanya

dunia maya menyebabkan setiap individu memiliki hak dan kemampuan untuk

berhubungan dengan individu lain tanpa ada batasan apapun yang

menghalanginya. Perkembangan tersebut berakibat juga pada aspek sosial, dimana

cara berhubungan antar manusia pun ikut berubah. Hal ini secara tidak langsung

berpengaruh terhadap sektor bisnis.

Proses transaksi yang dilakukan dalam dunia bisnis tanpa adanya

pertemuan antar para pihak yang menggunakan media internet termasuk ke dalam

transaksi elektronik. Transaksi elektronik dalam dunia bisnis terdapat berbagai

macam bentuknya diantaranya adalah electronic commerce atau biasa disebut

dengan e-commerce maupun e-com. Electronic commerce yang selanjutnya dalam

penulisan ini disebut dengan e-commerce dapat diartikan secara gramatikal

(14)

perdagangan yang dilakukan secara elektronik dengan menggunakan internet

sebagai medianya. Selain itu e-commerce juga dapat diartikan sebagai suatu cara

berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan

fasilitas internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan get

and deliver2

Pengaturan mengenai perjanjian di Indonesia hanya mengatur pada

perjanjian pada umumnya, hal tersebut diatur dalam Pasal 1320 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan mengenai syarat sah suatu perjanjian

yang mengikat para pihaknya. Perjanjian dianggap sah apabila memenuhi syarat .

Kegiatan bisnis perdagangan melalui internet atau e-commerce ini telah

banyak dilakukan setiap orang karena transaksi jual beli secara elektronik ini

dapat mengefektifkan dan mengefisiensikan waktu sehingga seseorang dapat

melakukan transaksi jual beli dengan setiap orang dimanapun dan kapanpun.

Dengan demikian transaksi jual beli melalui internet ini dilakukan tanpa tatap

muka antara para pihaknya. Mereka mendasari transaksi tersebut atas rasa

kepercayaan satu sama lain, sehingga perjanjian jual beli yang terjadi diantara

para pihak pun dilakukan secara elektronik pula dengan mengakses halaman web

yang disediakan, berisi klausul atau perjanjian yang dibuat oleh pihak pertama

(penjual), dan pihak yang lain (pembeli) hanya tinggal menekan tombol yang

disediakan sebagai tanda persetujuan atas isi perjanjian yang telah ada, tanpa perlu

membubuhkan tanda tangan seperti perjanjian pada umumnya, tetapi

menggunakan tanda tangan elektronik atau digital signature. Sehingga para pihak

tidak perlu bertemu langsung untuk mengadakan suatu perjanjian.

2

(15)

subyektif dan syarat obyektif. Pemenuhan atas syarat tersebut berakibat pada

perjanjian yang telah dibuat menjadi sah. Perjanjian juga mengikat bagi para

pihak mengenai hak dan kewajibannya, sehingga pemenuhan syarat sahnya suatu

perjanjian mutlak untuk dipenuhi. Perjanjian dalam e-commerce dengan perjanjian

biasa tidaklah berbeda sangat jauh, yang membedakan hanya pada bentuk dan

berlakunya. Media dalam perjanjian biasa yang digunakan adalah tinta dan kertas

serta dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak. Setelah dibuat dan disepakati

maka perjanjian tersebut mengikat setelah ditandatangani, sedangkan dalam

e-commerce perjanjian menggunakan media elektronik yang ada hanya form atau

blanko klausul perjanjian yang dibuat salah satu pihak yang ditulis dan

ditampilkan dalam media elektronik (halaman web), kemudian pihak yang lain

cukup menekan tombol yang disediakan untuk setuju mengikatkan diri terhadap

perjanjian tersebut. Hal ini tentu saja menimbulkan berbagai macam permasalahan

di dalam perjanjian secara elektronik mengenai sah tidaknya perjanjian tersebut.

Permasalahan yang lebih luas terjadi pada bidang keperdataan karena transaksi

elektronik untuk kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik ( electronic

commerce ) telah menjadi bagian dari perniagaan nasional dan internasional.3

3

Penjelasan umum UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Internet dan Transaksi Elektronik

Penggunaan transaksi elektronik tersebut masih menyimpan keraguan

sebagian orang berkaitan dengan faktor keamanan dan kepastian hukum. Timbul

pertanyaan, apakah transaksi jual beli melalui internet jelas keabsahannya

menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia,khususnya UU ITE.

(16)

Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut diatas, maka penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai transaksi jual beli

yang dilakukan melalui media elektronik yang ditinjau dari UU No. 11 Tahun

2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapatlah dirumuskan apa yang

menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini :

1)Bagaimanakah prinsip – prinsip transaksi elektronik berdasarkan UU No.11

Tahun 2008?

2)Bagaimana keabsahan transaksi jual beli melalui media elektronik?

3)Bagaimana yang dikatakan wanprestasi dalam jual beli melalui media

elektronik?

4)Bagaimana pembuktian dalam jual beli melalui media elektronik?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini secara

singkat, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui prinsip – prinsip transaksi elektronik yang terdapat pada

UU No. 11 Tahun 2008.

2. Untuk mengetahui keabsahan transaksi jual beli melalui media elektronik.

3. Untuk mengetahui perbuatan seperti apa saja yang termasuk kedalam

wanprestasi dalam melakukan transaksi jual beli melalui media elektronik .

4. Untuk mengetahui pembukt ian dalam transaksi jual beli melalui media

(17)

Selanjutnya, penulisan skripsi ini juga diharapkan bermanfaat untuk :

1. Manfaat secara teoritis

Penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan sekaligus

menambah khasanah ilmu pengetahuan dan literatur dalam dunia akademis,

khususnya tentang hal – hal yang berhubungan dengan jual beli melalui media

elektronik.

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penulisan skripsi ini dapat memperjelas praktik tentang

transaksi jual beli khususnya jual beli melalui media elektronik yang saat ini

banyak digunakan, sehingga membantu publik dalam melaksanakan praktik

transaksi elektronik

D. Keaslian Penulisan

Permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah

hasil dari pemikiran dan ide sendiri yang didasarkan pada referensi dari

buku-buku, artikel-artikel, serta informasi dari media cetak maupun elektronik. Dengan

demikian dapat di katakan bahwa skripsi ini adalah merupakan karya penulis asli.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Perjanjian Jual Beli

Menurut Pasal 1457 KUHPerdata Perjanjian jual beli adalah suatu

persetujuan dengan mana pihak yang mengikatkan dirinya untuk menyerahkan

suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah

dijanjikan.

Menurut Charless L. Knapp dan Nathan M. Crystal, perjanjian adalah

(18)

kepercayaan tetapi secara bersama – sama saling pengertian untuk melakukan

sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka4

Menurut R. Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana ada

seorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal

.

5

Menurut M. Yahya Harahap, Perjanjian atau verbintenis mengandung

pengertian suatu hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau

lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan

sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi .

6

a. Adanya hubungan hukum.

. Dari

pengertian ini dapat dijumpai beberapa unsur antara lain hubungan hukum

(rechtsbetrekking ) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang (persoon)

atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain

tentang suatu prestasi.

Unsur – unsur yang tercantum antara dua orang dalam definisi di atas

adalah :

Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat hukum.

Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.

b. Adanya subjek hukum.

Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban.

c. Adanya prestasi.

4

Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Inominaat di indonesia,Cet I, Sinar Grafika, Jakarta,2003, hlm 16

5

Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet I, RajaGrafindo persada, Jakarta, 2006, hlm 1 6

(19)

Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat

sesuatu.

d. Dibidang kekayaan.

Perkataan jual beli terdiri dari dua kata yaitu ”jual” dan ”beli”, di mana

satu sama lainnya mempunyai arti yang bertolak belakang. Kata jual menunjukkan

bahwa adanya perbuatan menjual, sedang beli adalah perbuatan membeli. Dalam

jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu

pihak menjual dan pihak lain membeli. Maka dalam hal ini terjadilah peristiwa

hukum jual beli. Jual beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual yakni

pihak yang menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar

harga barang yang dijual.

Obyek dari perjanjian jual beli adalah barang-barang tertentu yang dapat

ditentukan wujud dan jumlahnya serta tidak dilarang menurut hukum yang

berlaku untuk diperjualbelikan.

Perjanjian jual beli telah sah mengikat apabila kedua belah pihak telah

mencapai kata sepakat tentang barang dan harga meski barang tersebut belum

diserahkan maupun harganya belum dibayarkan7

Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan

menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya .

Perjanjian jual beli dapat dibatalkan apabila si penjual telah menjual

barang yang bukan miliknya atau barang yang akan dijual tersebut telah musnah

pada saat penjualan berlangsung.

2. Transaksi Elektronik

8

7

Pasal 1458 KUHPerdata

(20)

Transaksi elektronik adalah perikatan ataupun hubungan hukum yang

dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan (networking) dari sistem

informasi berbasiskan komputer (computer based information system) dengan

sistem komunikasi yang berdasarkan atas jaringan dan jasa telekomunikasi

(telecommunication based), yang selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan

komputer global internet (network of network)9

Menurut Laudon & Laudon, transaksi elektronik (e-commerce) adalah

suatu proses membeli dan menjual produk – produk secara elektronik oleh

konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai perantara

transaksi bisnis

.

10

Pihak – pihak yang terlibat dalam transaksi electronic commerce, antara

lain

.

11

1. Penjual (merchant), yaitu perusahaan/produsen yang menawarkan

produknya melalui internet. Untuk menjadi merchant, maka

seseorang harus mendaftarkan diri sebagai merchant account pada

sebuah bank, tentunya ini dimaksudkan agar merchant dapat

menerima pembayaran dari customer dalam bentuk credit card.

:

2. Konsumen / card holder, yaitu orang – orang yang ingin

memperoleh produk (barang atau jasa) melalui pembelian secara

8

Pasal 1 angka 2 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 9

Edmon Makarim, SH, Kompilasi Hukum Telematika, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 223

Definisi, jenis, Tujuan, Manfaat dan Ancaman Menggunakan E- Commerce” diakses tanggal 10 Januari 2010

11

(21)

online. Konsumen yang akan berbelanja di internet dapat berstatus

perorangan atau perusahaan.

3. Acquirer, yaitu pihak perantara penagihan (antara penjual dan

penerbit) dan perantara pembayaran (antara pemegang dan

penerbit). Perantara penagihan adalah pihak yang meneruskan

taagihan kepada penerbit berdasarkan tagihan yang masuk

kepadanya yang diberikan oleh penjual barang/jasa. Pihak perantara

penagihan inilah yang melakukan pembayaran kepada penjual.

Pihak perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit) adalah

bank dimana pembayaran kredit dilakukan oleh pemilik kartu kredit/

card holder, selanjutnya bank yang menerima pembayaran ini akan

mengirimkan uang pembayaran tersebut kepada penerbit kartu kredit

(issuer).

4. Issuer; perusahaan credit card yang menerbitkan kartu. Di Indonesia

ada beberapa lembaga yang diijinkan untuk menerbitkan kartu

kredit, yaitu :

a. Bank dan lembaga keuangan bukan bank. Tidak setiap bank

dapat menerbitkan credit card, hanya bank yang telah

memperoleh ijin dari Card International yang dapat

menerbitkan credit card, seperti Master dan Visa card;

b. Perusahaan non bank dalam hal ini PT. Dinner Jaya Indonesia

Internasional yang membuat perjanjian dengan perusahaan yang

(22)

c. Perusahaan yang membuka cabang dari perusahaan induk yang

ada di luar negeri, yaitu American Express.

5. Certification Authorities. Pihak ketiga yang netral yang memegang

hak untuk mengeluarkan sertifikasi kepada merchant, kepada issuer

dan dalam beberapa hal diberikan pula kepada card holder.

Certification Authorities dapat merupakan suatu lembaga

pemerintah atau lembaga swasta.

3. Sejarah Internet

Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen

Pertahanan Amerika Serikat di tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut

ARPANET ( Advannced Research Project Agency Network), dimana mereka

mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware (perangkat keras) dan software

(perangkat lunak) komputer yang berbasis UNIX, kita bisa melakukan komunikasi

dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon. Proyek ARPANET

merancang bentuk jaringan, kehandalan, seberapa besar informasi dapat

dipindahkan, dan akhirnya semua standar yang mereka tentukan menjadi cikal

bakal pembangunan protokol baru yang sekarang dikenal sebagai TCP/IP

(Transmission Control Protocol/Internet Protocol).

Tujuan awal dibangunnnya proyek itu adalah untuk keperluan militer.

Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat ( US Departement of

Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan

menghubungkan komputer di daerah – daerah vital untuk mengatasi masalah bila

terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang

(23)

Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 4 (empat) situs saja

yaitu Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara,

University of Utah, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu di tahun

1969, dan secara umum ARPANET diperkenalkan pada bulan Oktober 1972.

Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua

universitas di Negara tersebut ingin bergabung, sehingga membuat ARPANET

kesulitan untuk mengaturnya.

Oleh sebab itu ARPANET dipecah menjadi dua, yaitu “MILNET” untuk

keperluan militer dan “ARPANET” baru yang lebih kecil untuk keperluan

non-militer seperti, universitas – universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya

dikenal dengan nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi

Internet12

Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam

meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum perdata khususnya yang terkait .

F. Metode Penelitian

1. Sifat/ Bentuk Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Langkah

pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum

sekunder yaitu inventarisasi peraturan – peraturan yang berkaitan dengan jual beli

konvensional dan transaksi jual beli melalui media elektronik ditinjau dari UU

No. 11 Tahun 2008. Selain itu dipergunakan juga bahan – bahan tulisan yang

berkaitan dengan persoalan ini.

12

(24)

dengan masalah transaksi jual beli melalui media elektronik ditinjau dari UU No.

11 Tahun 2008

2. Data

Data sekunder dalam penelitian ini adalah :

1. Bahan Huku m Primer, terdiri dari :

a. Norma atau kaedah dasar ;

b. Peraturan dasar ;

c. Peraturan perundang – undangan tentang transaksi jual beli melalui media

elektronik beserta peraturan – peraturan terkait lainnya, seperti UU No. 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU No. 8 Tahun

1997 Tentang Dokumen Perusahaan, UNCITRAL (United on

International Trade Law), Singapore Electronic Transaction Act (ETA)

1998, EU Directive on Electronic Commerce.

2. Bahan Hukum Sekunder, seperti : hasil – hasil penelitian, laporan – laporan,

artikel, majalah dan jurnal ilmiah, hasil – hasil seminar atau pertemuan ilmiah

lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

3. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan

yang memberi petunjuk – petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum serta bahan – bahan

primer, sekunder dan tersier diluar bidang hukum yang relevan dan dapat

dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini13

13

Bambang sunggono, 1998, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm 195

.

Selanjutnya Situs Web juga menjadi bahan bagi penulisan skripsi ini sepanjang

(25)

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka

penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan

(library research), yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematis buku –

buku, majalah – majalah, surat kabar, peraturan perundang – undangan dan bahan

– bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

Data yang diperoleh melalui studi pustaka dikumpulkan dan diurutkan

kemudian diorganisasikan dalam satu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.

Analisis data dalam skripsi ini adalah analisis dengan cara kualitatif yaitu

menganalisis secara lengkap dan komperensif keseluruhan data sekunder yang

diperoleh sehingga dapat mejawab permasalahan-permasalahan dalam skripsi

ini14

Bab II Merupakan bab yang berisikan tentang perjanjian jual beli menurut

KUHPerdata. Bab ini terdiri dari pembahasan mengenai pengertian perjanjian jual .

G. Sistematika Penulisan.

Gambaran secara keseluruhan mengenai skripsi ini akan dijabarkan

dengan cara menguraikan sistematika penulisannya yang terdiri atas 4 (empat) bab

yaitu :

Bab I Pendahuluan merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna

memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis terdiri

dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian

penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

14

(26)

beli, hak dan kewajiban para pihak, wanprestasi dan akibat hukumnya, dan saat

terjadinya perjanjian jual beli.

Bab III Merupakan bab yang berisikan tentang prinsip – prinsip umum

transaksi jual beli melalui media elektronik pada umumnya. Memberikan

penjelasan mengenai perkembangan transaksi jual beli melalui media elektronik,

aturan internasional terkait transaksi jual beli melalui media elektronik, proses

terjadinya transaksi jual beli melalui media elektronik, perbandingan antara jual

beli umumnya dengan jual beli secara elektronik.

Bab IV Merupakan bab yang berisikan tentang transaksi jual beli melalui

media elektronik ditinjau dari UU No. 11 Tahun 2008. Bab ini terdiri dari prinsip–

prinsip transaksi elektronik berdasarkan UU No. 11 Tahun 2008, keabsahan

transaksi jual beli melalui media elektronik, wanprestasi dalam transaksi jual beli

melalui media elektronik, pembuktian dalam jual beli melalui media elektronik.

Bab V Kesimpulan dan saran, merupakan bagian akhir yang berisikan

kesimpulan dan saran dari hasil penulisan dan kaitannya dengan permasalahan

(27)

BAB II

PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA

A. Pengertian Perjanjian Jual Beli

Menurut Black’s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan

antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara sebagian15

Menurut Salim, H.S perjanjian adalah hubungan hukum antara subjek

hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan.

Perlu diketahui bahwa subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu

juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai

dengan yang telah disepakatinya

. Inti definisi yang

tercantum dalam Black’s Law Dictionary adalah kontrak dilihat sebagai

persetujuan dari para pihak untuk melaksanakan kewajiban, baik melakukan atau

tidak melakukan secara sebagian.

16

15

Salim, H.S, Op.Cit hlm 16 16

(28)

M. Yahya Harahap, SH, berpendapat bahwa tanpa ada barang yang

hendak dijual, tidak mungkin terjadi jual beli. Sebaliknya jika objek jual beli tidak

dibayar dengan suatu harga, maka jual beli juga dianggap tidak ada17

Menurut Mariam Darus Badrulzaman bahwa “suatu perjanjian

merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji pada seseorang lain berjanji

untuk melaksanakan sesuatu”

.

Jual beli merupakan perbuatan hukum yang sering dilakukan

masyarakat dalam kehidupan sehari – hari. Pada hakikatnya jual beli itu

memindahkan hak milik atas suatu barang yang diperjualbelikan karena dalam

jual beli pihak penjual wajib menyerahkan barang yang dijualnya itu kepada pihak

pembeli sedangkan pihak pembeli mempunyai kewajiban untuk membayar harga

dari barang itu kepada pihak penjual.

B. Hak Dan Kewajiban Penjual Dan Pembeli

Jika ada dua orang yang mengadakan perjanjian, maka masing – masing

mereka bertujuan untuk memperoleh prestasi dari pihak lawannya. Prestasi

tersebut dapat berupa memberi sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat

sesuatu. Perjanjian ini dibuat dengan maksud supaya dilaksanakan dan umumnya

memang dilaksanakan. Masing – masing pihak harus melaksanakan apa yang

disetujui dengan tepat.

18

1. Perjanjian untuk memberikan, menyerahkan suatu barang. .

Melihat macamnya hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan, perjanjian itu

dibagi tiga macam, yaitu :

17

M. Yahya Harahap, Op. Cit, hlm 181 18

(29)

2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu.

3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.

Hal yang seharusnya dilaksanakan itu disebut prestasi. Dalam menentukan

batas antara memberi dan berbuat sering kali menimbulkan keragu-raguan.

Walaupun menurut tata bahasa memberi adalah berbuat, akan tetapi pada

umumnya yang diartikan dalam memberi adalah menyerahkan hak milik atau

memberi kenikmatan atas sesuatu benda. Misalnya penyerahan hak milik atas

sebuah rumah atau memberi kenikmatan atas barang yang disewa kepada si

penyewa. Adapun yang dimaksud dengan berbuat adalah setiap prestasi yang

bersifat positif yang tidak berupa memberi, misalnya melukis.

Perjanjian untuk menyerahkan, memberikan sesuatu misalnya : jual beli,

tukar – menukar, penghibahan ( pemberian ), sewa menyewa, pinjam pakai, dan

lain – lain. Perjanjian untuk membuat sesuatu misalnya : perjanjian untuk

membuat suatu lukisan, perjanjian untuk membuat suatu bangunan, dan lain

sebagainya.

Menurut R. Setiawan bahwa ” perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu

misalnya perjanjian untuk tidak membuat tembok, perjanjian untuk tidak

mendirikan suatu perusahaan yang sejenis dengan kepunyaan orang lain dan

sebagainya”19

Dalam hukum perjanjian, bagaimana jika salah satu pihak tidak mengerti

janjinya, dimana salah satu pihak tidak dapat mewujudkan prestasi yang telah

dijanjikan. Mengenai perjanjian untuk menyerahkan sesuatu, tidak terdapat

petunjuk dalam undang – undang. Sedangkan dalam perjanjian untuk berbuat .

19

(30)

sesuatu dan perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu, maka jika salah satu pihak

wanprestasi, perjanjian itu dapat dieksekusi secara riil. Artinya pihak yang lain

dapat merealisasikan apa yang menjadi hak menurut perjanjian. Bila para pihak

tidak memenuhi perjanjian itu, maka itu batal. Sehingga salah satu pihak yang

terikat dalam perjanjian itu tidak terdapat hak untuk merealisasikan apa yang

menjadi haknya menurut undang – undang.

Hal ini menyebabkan si kreditur menurut undang – undang boleh

dikuasakan supaya dia sendiri yang melaksanakan pelaksanaannya atau si kreditur

berhak menuntut penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan

dengan perjanjian, dengan tidak mengurangin haknya untuk ganti kerugian.

Misalnya tembok yang didirikan dengan melanggar perjanjian dapat dirobohkan.

Dalam mengadakan suatu perjanjian, biasanya orang tidak mengatur atau

menetapkan apa saja yang menjadi hak dan kewajiban mereka. Mereka hanya

menetapkan hal – hal yang pokok saja, jadi untuk melaksanakan suatu perjanjian

seharusnya lebih dahulu ditetapkan secara tegas dan cermat apa saja isi perjanjian

tersebut. Menetapkan secara tegas hak dan kewajiban masing – masing pihak.

Dalam perjanjian jual – beli maka hak dan kewajiban para pihak tersebut

adalah :

1. Penjual

a. Hak penjual adalah menuntut harga pembayaran atas barang – barang

yang diserahkannya kepada pembeli

(31)

Kewajiban penjual dapat dijumpai pada Pasal 1474 KUHPerdata, pada

pokoknya kewajiban penjual menurut pasal tersebut terdiri dari dua

yaitu :

1) Menyerahkan barang kedalam kekuasaan dan kepunyaan si

pembeli.

2) Menanggung terhadap barang yang dijual itu.

Mengenai menanggung ini lebih lanjut diatur dalam Pasal 1491

KUHPerdata, yang mengatakan “penanggungan yang menjadi

kewajiban si penjual terhadap si pembeli, adalah untuk menjamin

dua hal, yaitu pertama penguasaan benda yang dijual secara aman

dan tenteram ; kedua terhadap adanya cacat – cacat barang tersebut

yang tersembunyi, atau yang sedemikian rupa hingga menerbitkan

alasan untuk pembatalan pembeliannya.

2. Pembeli

a. Hak pembeli adalah menuntut penyerahan barang yang telah dibelinya

dari si penjual.

b. Kewajibannya adalah membayar harga pembelian pada waktu dan

tempat sebagaimana yang ditetapkan didalam perjanjian mereka.

C. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya

Istilah wanprestasi berasal dari bahasa Belanda ”wanprestatie”, yang

berarti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik

perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena

(32)

Kemungkinan – kemungkinan yang dapat mempengaruhi terjadinya

wanprestasi atau tidak memenuhi kewajiban tersebut yaitu :

1. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun karena

kelalaian.

2. Karena keadaan memaksa (force majeure), jadi diluar kemampuan

debitur, debitur tidak bersalah20

1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali, artinya debitur tidak

memenuhi kewajiban yang telah disanggupinya untuk dipenuhi dalam

suatu perjanjian, atau tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan

undang – undang dalam perikatan yang timbul karena undang –

undang.

.

Dalam menentukan seorang debitur melakukan wanprestasi atau tidak,

maka perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana seorang debitur dikatakan

sengaja atau lalai tidak melakukan kewajibannya. Keadaan tersebut meliputi :

2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru. Disini

debitur melaksanakan atau memenuhi apa yang ditentukan oleh

undang – undang, tetapi tidak sebagaimana mestinya menurut

kualitas yang ditentukan dalam perjanjian atau menurut kualitas yang

ditetapkan undang – undang.

3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya. Disini

debitur memenuhi prestasi tetapi terlambat. Waktu yang ditetapkan

dalam perjanjian tidak terpenuhi.

20

(33)

4. Debitur melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh

dilakukannya21

Wanprestasi memiliki akibat hukum yang penting bagi debitur, oleh

karena itu perlu diketahui sejak kapan debitur diakatakan sengaja atau lalai dalam

mememenuhi kewajibannya. Untuk itu, perlu diperhatikan apakah dalam

perikatan tersebut ditentukan tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi

atau tidak.

Ada 4 akibat yang dapat terjadi jika salah satu pihak melakukan

wanprestasi yaitu :

.

1. Membayar kerugian yang diderita oleh pihak lain berupa ganti

rugi.

2. Dilakukan pembatalan perjanjian.

3. Peralihan resiko

4. Membayar biaya perkara jika sampai berperkara dimuka hakim

D. Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli

Ketentuan didalam Pasal 1457 menggariskan bahwa pihak – pihak yang

membentuk persetujuan jual beli masing – masing mengikatkan dirinya secara

timbal – balik (wederkering). Penjual mengikatkan dirinya kepada pembeli untuk

menyerahkan obyek jual beli. Pembeli mengikatkan dirinya kepada penjual untuk

membayar harga obyek jual beli.

Meskipun jual beli telah tercipta, pemindahan hak milik atas kebendaan

yang menjadi objek persetujuan hanya sah setelah dipenuhi ketentuan tentang hak

milik atas benda yang bersangkutan22

21

Ibid

(34)

Berpedoman kepada tindakan “mengikatkan diri” yang mengakibatkan

lahir beban kewajiban kepada kedua belah pihak, dapat ditarik kesimpulan bahwa

ada dua persetujuan didalam lembaga jual beli, yaitu :

1. Persetujuan tentang kewajiban menyerahkan benda yang menjadi objek

jual beli kepada yang berhak, yaitu pembeli.

2. Persetujuan tentang kewajiban membayar harga benda yang menjadi objek

jual beli kepada yang berhak, yaitu penjual.

Sifat konsensual dari jual beli ditegaskan dalam Pasal 1458 KUHPerdata

yang berbunyi “ Jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak

seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun

barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar”.

Konsensualisme sendiri berasal dari perkataan “consensus” yang berarti

kesepakatan. Dengan kesepakatan dimaksudkan bahwa diantara pihak – pihak

yang bersangkutan tercapai suatu persesuaian kehendak, artinya apa yang

dikehendaki oleh yang satu adalah pula yang dikehendaki oleh yang lain. Kedua

kehendaknya itu bertemu dalam “sepakat” tersebut. Tercapainya sepakat ini

dinyatakan oleh kedua belah pihak dengan mengucapkan arti perkataan –

perkataan, misalnya “setuju”, ”accord”, “oke”, dan lain – lain sebagainya ataupun

dengan bersama – sama menaruh tanda tangan dibawah pernyataan – pernyataan

tertulis sebagai tandanya ( bukti ) bahwa kedua belah pihak telah menyetujui

segala apa yang tertera diatas tulisan itu23

22

Basrah, Perikatan Jual Beli dan Pembahasan Kasus ( Buku Ketiga KUHPerdata), fakultas Hukum USU, Medan, 1981,hlm 3

23

R. Subekti, 1995, Aneka Perjanjian Cet. Kesepuluh, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 5

(35)

Bahwa apa yang dikehendaki oleh yang satu itu adalah juga yang

dikehendaki oleh orang lain atau bahwa kehendak mereka adalah “sama”,

sebenarnya tidak tepat. Yang betul adalah bahwa yang mereka kehendaki adalah

“sama dalam kebalikannya”. Misalnya : yang satu ingin melepaskan hak miliknya

atas suatu barang asal diberi sejumlah uang tertentu sebagai gantinya, sedang yang

lain ingin memperoleh hak milik atas barang tersebut dan bersedia memberikan

sejumlah uang sebagai gantinya kepada si pemilik barang.

Sebagaimana diketahui, hukum perjanjian dari BW menganut asas

konsensualisme. Artinya hukum perjanjian dari BW itu menganut suatu asas

bahwa untuk melahirkan perjanjian cukup dengan sepakat saja dan bahwa

perjanjian itu ( dan dengan demikian ”perikatan” yang ditimbulkan karenanya)

sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya konsensus sebagaimana

dimaksudkan diatas. Pada detik tersebut perjanjian sudah jadi dan mengikat,

(36)

BAB III

PRINSIP – PRINSIP UMUM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK PADA UMUMNYA

A. Perkembangan Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik

Transaksi jual beli melalui media elektronik yaitu melalui internet, saat ini

semakin berkembang didunia khususnya Indonesia. Keinginan masyarakat yang

serba cepat, ekonomis dan praktis menjadikan jual beli melalui internet ini sebagai

pilihan yang paling banyak diminati saat ini. Internet yang dahulunya hanya

digunakan untuk mencari informasi dan mengirim data, saat ini juga digunakan

sebagai media jual beli. Munculnya situs – situs online shopping seperti e-bay,

amazon dll, yang ikut membantu perkembangan jual beli ini. Bahkan jejaring

sosial yang paling fenomenal saat ini yaitu facebook juga digunakan sebagai

sarana jual beli atau online shopping.

Jual beli melalui media elektronik ini, banyak dipilih sebagian masyarakat

karena tidak membuang banyak waktu dan tenaga. Hanya duduk didepan

komputer ataupun laptop bahkan telepon genggam (handphone) kita dapat

melakukan transaksi jual beli. Transaksi jual beli ini tidak terlepas dari adanya

perkembangan internet yang menjadi kebutuhan sehari – hari masyarakat sekarang

ini.

Transaksi jual beli melalui media elektronik khususnya melalui media

internet telah banyak digunakan khususnya di Indonesia seiring dengan pengguna

internet di Indonesia. Menurut data BMI , jumlah pengguna internet pada tahun

(37)

menjadi 13 Juta pengguna, pada tahun 2008 sebanyak 25 Juta pengguna dan pada

tahun 2009 bertambah menjadi 45 Juta pengguna24

Di Indonesia, perkembangan transaksi jual beli melalui media internet ini

sudah dikenal sejak tahun 1996 dengan munculnya situs sanur.co.id sebagai toko

buku online pertama

.

25

. Meski belum terlalu populer, pada tahun 1996 telah mulai

bermunculan berbagai situs yang melakukan jual beli secara elektronik. Sepanjang

tahun 1997 – 1998 eksistensi jual beli secara elektronik di Indonesia mulai sedikit

terabaikan karena krisis ekonomi namun di tahun 1999 hingga saat ini kembali

menjadi fenomena yang menarik perhatian meski tetap terbatas pada minoritas

masyarakat Indonesia yang mengenal teknologi26

a. Cakupan yang luas

.

Jual beli yang dilakukan secara elektronik mengalami perkembangan yang

sangat pesat dari awal mula ditemukan hingga saat ini. Hal tersebut disebabkan

oleh berbagai faktor yang memberikan pendukung atau pendorong atas

perdagangan secara elektronik yang menggunakan media internet (e-commerce)

yang memberikan berbagai kemudahan dan keamanan yang semakin kenyamanan

bagi customer atau pembeli dan merchant atau penjual untuk mengaplikasikan

dan melakukan transaksi perdagangan secara elektronik (e-commerce).

Secara umum faktor pendorong pelaksanaan e-commerce tersebut

diantaranya adalah :

E-Commerce mempunyai kemampuan untuk menjangkau lebih banyak

customer sehingga jangkauan pemasaran menjadi semakin luas dan tidak

24

25

Perlindungan Konsumen Dalam

E-Commerce, diakses pada tanggal 8 Pebruari 2010 26

(38)

terbatas oleh area geografis dimana perusahaan berada dan setiap saat

customer dapat mengakses seluruh informasi yang up date dan terus

menerus. Sehingga informasi yang disampaikan selalu informasi terbaru, hal

tersebut memberikan kemudahan bagi customer untuk mengetahui apakah

barang yang akan ia pesan tersedia atau tidak. Selain itu e-commerce

memberikan kesempatan customer yang berada di belahan dunia manapun

untuk dapat menggunakan sebuah produk atau service yang dihasilkan dari

belahan dunia yang berbeda dan melakukan transaksi serta meraih informasi

dari pihak merchant sepanjang tahun. Bagi merchant dengan cakupan dari

e-commerce yang sangat luas yang dapat mencakup seluruh dunia memberikan

keuntungan dalam sisi pemasaran dimana dapat mengurangi biaya untuk

proses pemasaran produk yang dihasilkannya maupun yang dijual.

b. Proses transaksi yang cepat

Penggunaan transaksi informasi dalam proses e-commerce

memberikan kemudahan dalam transaksi perdagangan dalam hal ini jual beli.

Hal ini dimungkinkan karena proses transaksi tidak memerlukan pertemuan

langsung antara kedua belah pihak, tetapi hanya diperlukan suatu komputer

yang terkoneksi dengan jaringan internet. Penggunaan teknologi dalam

proses perdagangan memberikan kemudahan dan kenyamanan serta

keamanan, sehingga ketika proses transaksi telah terjadi maka pembayaran

atas transaksi tersebut tidak memerlukan uang cash akan tetapi cukup dengan

proses transfer melalui jasa pihak perbankan,dimana hal tersebut

mempercepat proses transaksi. Selain itu, proses kesepakatan yang terjadi

(39)

customer cukup dengan menekan tombol accept atau memberikan tanda

check (√) sebagai tanda setuju atau sepakat terhadap kontrak yang disodorkan

oleh pihak merchant sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk

melakukan negosiasi mengenai isi dari kontrak tersebut, karena kontrak

dalam e-commerce bersifat take it or leave it.

c. E-Commerce dapat mendorong kreatifitas dari pihak penjual secara cepat dan

tepat dan pendistribusian informasi yang disampaikan berlangsung secara

periodik.

Kreatifitas dari pihak merchant memberikan nilai tambah tersendiri,

dengan adanya kreatifitas tersebut maka informasi mengenai produk yang

ditawarkan dapat memberikan suatu hal yang menarik bagi customer yang

kemudian mendorong keinginan bagi customer untuk memiliki barang yang

ditawarkan. Kreatifitas juga dapat mempermudah dalam pendistribusian

informasi, dengan penggunaan media internet maka informasi yang berupa

data digital dapat dibuat sederhana sehingga mempermudah dalam proses

update data sehingga informasi yang disampaikan menampilakan informasi

terbaru (up todate).

d. E-Commerce dapat menciptakan efisiensi yang tinggi, murah serta informatif

Penggunaan e-commerce sangat memangkas biaya-biaya

operasional. Perusahaan-perusahaan yang berdagang secara elektronik tidak

membutuhkan kantor dan toko yang besar, menghemat kertas-kertas yang

digunakan untuk transaksi-transaksi, periklanan, serta pencatatan-pencatatan.

Selain itu, perdagangan elektronik juga sangat efisien dari sudut waktu yang

(40)

lebih cepat serta lebih akurat. Sehingga dengan adanya efisiensi tersebut

maka biaya yang dibutuhkan untuk keperluan usaha tidaklah besar, yang

dibutuhkan hanyalah sebuah took maya yang didesain sedemikian rupa

sehingga menarik dan informative bagi customer.

e. E-Commerce dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan pelayanan

yang cepat, mudah, aman dan akurat

Adanya faktor pendorong tersebut diatas maka mendorong suatu

kepuasan bagi customer terhadap segala kemudahan dan keuntungan yang

diperoleh dengan adanya e-commerce yang pada akhirnya akan memberikan

kepuasan yang disebabkan oleh kecepatan transaksi, pelayanan yang aman

dan akurat serta memberikan kemudahan.

Selain hal tersebut diatas, perdagangan secara elektronik jika

dibandingkan dengan perdagangan secara konvensional maka akan sangat terlihat

perbedaannya yang kemudian akan menunjukan kemudahan-kemudahan yang

diberikan oleh e-commerce. Perbandingan tersebut jika ditampilkan dalam bentuk

(41)

Tabel 3.1

Perbandingan Perdagangan Konvensional dengan Perdagangan Melalui Internet (e-commerce)

Siklus Penjualan Perdagangan Tradisional (menggunakan berbagai

Memeriksa harga Katalog tercetak Katalog on-line Memeriksa ketersediaan

barang dan harganya

Telepon,faksimil Situs web

Melakukan pemesanan Surat, faksimil, dan bentuk – bentuk tercetak lainnya

Surat elektronik

Mengirimkan pesanan Surat, faksimil Surat elektronik, halaman web

Mengurutkan pesanan Manual Basis data

Memeriksa barang di

Bentuk tercetak Surat elektronik, basis data

Membuat invoice Bentuk tercetak Basis data

Mengirimkan pesanan Pengirim Pengirim

Konfirmasi pesanan Surat, telepon, faksimil Surat elektronik Mengirim invoice

(penyedia) dan menerima invoice (pembayar)

Surat Surat elektronik, EDI

Jadwal pembayaran Bentuk tercetak Basis data, EDI

Mengirim (pembayar) dan menerima

(penyedia) bukti pembayaran

(42)

B. Aturan Internasional Terkait Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik

1. UNCITRAL (United Nation Commision on International Trade Law)

UNCITRAL (United Commision on International Trade Law, yaitu

sebuah komisi dibawah PBB, komisi tersebut telah membuat United Law on

Electronic Commerce, sebagai model tersebut telah disetujui berdasarkan General

Assembly Resolution No. 51 / 612 tanggal 16 Desember 1996. model tersebut

kemudian telah ditambah dengan dimasukkannya Article 5 BIS pada tahun 1998.

United Commision on Internasional Trade Law model itu telah menjadi

dasar pembuatan Undang – undang e-commerce atau cyberlaw dari banyak

negara, antara lain Electronic Act of Singapura dan Undang – undang sejenis dari

Malaysia27

Beberapa ketentuan prinsip utama yang digariskan di dalam UNCITRAL

Model law on Electronic Commerce yang merupakan dasar hukum yang sangat

penting adalah bahwa : .

28

a) Segala informasi elektronik dalam bentuk data elektronik dapat

dikatakan untuk memiliki akibat hukum, keabsahan ataupun kekuatan

hukum (information shall be denied legal effect, validity or enforce

ability solely on the grounds that it is in the form of a data message);

b) Dalam hal hukum mengharuskan adanya suatu informasi harus dalam

bentuk tertulis maka suatu data elektronik dapat memenuhi syarat

untuk itu, sebagaimana yang diatur dalam article 6 UNCITRAL

27

Mariam Darus Badrulzaman, dkk, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 362

28

(43)

Model Law : “ Where the law requires in information to be in writing,

the requirement is met by a data message if the in information

contained there in is accessible so as to be useable for subsequent

reference”.

2. Singapore Electronic Transaction Act (ETA) 1998

Peraturan ini dikeluarkan untuk memfasilitasi perkembangan e-commerce.

Terdapat beberapa yang digariskan dalam ETA, yaitu :29

a) Tidak ada perbedaan antara data elektronik dengan dokumen kertas ;

b) Suatu data elektronik dapat menggantikan suatu dokumen tertulis;

c) Para pihak dapat melakukan kontrak secara elektronik;

d) Suatu data elektronik dapat merupakan alat bukti di pengadilan;

e) Jika suatu data elektronik telah diterima oleh para pihak maka mereka

harus bertindak sebagaimana kesepakatan yang terdapat pada data

tersebut.

3. EU Directive on Electronic Commerce

Peraturan ini diundangkan pada 8 Juni 2000, dalam ketentuan EU

Directive on Electronic Commerce, terdapat beberapa hal yang penting untuk

diperhatikan khususnya mengenai masalah kontrak ini bahwa :30

a) Setiap negara – negara anggota akan memastikan bahwa sistem

hukum mereka membolehkan kontrak dibuat dengan menggunakan

sarana elektronik;

b) Namun para negara anggota dapat pula mengadakan pengecualian

terdapat ketentuan di atas dalam hal :

29

Abdul Halim Barkatullah, Teguh Prasetyo, Op.Cit, hlm 138 30

(44)

1) Kontrak untuk menciptakan / melakukan pengalihan hak atas

real estate;

2) Kontrak yang diatur didalam hukum keluarga;

3) Kontrak penjaminan;

4) Kontrak yang melibatkan kewenangan pengadilan.

c) Setiap negara harus dapat memberikan pengaturan yang relevan atas

kontrak elektronik yang berlangsung.

C. Proses Terjadinya Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik

Pada dasarnya proses transaksi jual beli secara elektronik tidak jauh

berbeda dengan proses transaksi jual beli di dunia nyata. Pelaksanaan transaksi

jual beli secara elektronik ini dilakukan dalam beberapa tahap, sebagai berikut :

1. Penawaran, yang dilakukan oleh penjual atau pelaku usaha melalui website

pada internet. Penjual atau pelaku usaha menyediakan storefront yang

berisi beberapa katalog produk dan pelayanan yang akan diberikan.

Masyarakat yang memasuki website pelaku usaha tersebut dapat melihat –

melihat barang yang ditawarkan oleh penjual. Salah satu keuntungan

transaksi jual beli melalui toko on line ini adalah bahwa pembeli dapat

berbelanja kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi ruang gerak dan

waktu. Penawaran dalam sebuah website biasanya menampilkan barang –

barang yang ditawarkan, harga, nilai rating, spesifikasi barang termaksud

dan menu produk lain yang berhubungan. Penawaran melalui internet

terjadi apabila pihak lain yang menggunakan media internet memasuki

situs milik penjual atau pelaku usaha yang melakukan penawaran. Oleh

(45)

memasuki situs milik pelaku usaha yang menawarkan sebuah produk

maka tidak dapat dikatakan ada penawaran. Dengan demikian penawaran

melalui media internet hanya dapat terjadi apabila seseorang membuka

situs yang menampilkan sebuah tawaran melalui internet tersebut.

2. Penerimaan, dapat dilakukan tergantung penawaran yang terjadi. Apabila

penawaran dilakukan melalui e-mail address, maka penerimaan dilakukan

melaui e-mail, karena penawaran hanya ditujukan pada sebuah e-mail

yang dituju sehingga hanya pemegang e-mail tersebut yang dituju.

Penawaran melalui website ditujukan untuk seluruh masyarakat yang

membuka website tersebut, karena siapa saja dapat masuk ke dalam

website yang berisikan penawaran atas suatu barang yang ditawarkan oleh

penjual atau pelaku usaha. Setiap orang yang berminat untuk membeli

barang yang ditawarkan itu dapat membuat kesepakatan dengan penjual

atau pelaku usaha yang menawarkan barang tersebut. Pada transaksi jual

beli secara elektronik, khususnya melalui website, biasanya calon pembeli

akan memilih barang tertentu yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku

usaha, dan jika calon pembeli atau konsumen itu tertarik untuk membeli

salah satu barang yang ditawarkan, maka barang itu akan disimpan terlebih

dahulu sampai calon pembeli/ konsumen merasa yakin akan pilihannya,

selanjutnya pembeli/ konsumen akan memasuki tahap pembayaran.

3. Pembayaran, dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak

langsung, misalnya melalui fasilitas internet, namun tetap bertumpu pada

sistem keuangan nasional, yang mengacu pada sistem keuangan lokal.

(46)

a. Transaksi model ATM (Anjungan Tunai Mandiri), sebagai transaksi

yang melibatkan institusi finansial dan pemegang account masing –

masing.

b. Pembayaran 2 (dua) pihaktanpa perantara, yang dapat dilakukan

langsung antara kedua pihak tanpa perantara dengan menggunakan

uang nasionalnya.

c. Pembayaran dengan perantaraan pihak ketiga, umumnya merupakan

proses pembayaran yang menyangkut debet, kredit atau cek masuk.

Metode pembayaran yang dapat digunakan antara lain : sistem

pembayaran melalui kredit on line serta system pembayaran check in

line.

Apabila kedudukan penjual dan pembeli berbeda, maka pembayaran

dapat dilakukan melalui cara account to account atau pengalihan dari

rekening pembeli kepada rekening penjual. Berdasarkan kemajuan

teknologi, pembayaran dapat dilakukan melalui kartu kredit dengan

cara memasukkan nomor kartu kredit pada formulir yang disediakan

oleh penjual dalam penawarannya. Pembayaran dalam transaksi jual

beli secara elektronik ini sulit untuk dilakukan secara langsung, karena

adanya perbedaan lokasi antara penjual dan pembeli, walaupun

dimungkinkan untuk dilakukan.

Jenis – jenis pembayaran elektronik

Perbedaan yang mendasar diantara sistem pembayaran elektronik dan

sistem pembayaran tradisional hanyalah terdigitalkannya data – data untuk sistem

(47)

pembayaran elektronik dapat digambarkan sebagai untaian bit – bit (atau byte(byte

adalah urutan 8 bit yang digunakan untuk merepresentasikan karakter – karakter

tertentu). Sementara kebanyakan system pembayaran elektronik saat ini

diimplementasikan dengan penggunaannya pada komputer – komputer pribadi (

PC-Personal Computer), saat ini dapat dilihat penggunaannya di peralatan –

peralatan lain. Misalnya saat ini dapat digunakan PDA ( Personal Digital

Assistant) atau perangkat telepon gengganm (handphone) untuk menangani

pembayaran – pembayaran dan transaksi – transaksi. Dengan cara yang sama, saat

ini beberapa penjual juga menerima pembayaran dengan kartu cerdas (smart

card).31

a. Kartu Magnetik (Magnetic Stripe Card)

Kartu magnetic adalah kartu plastic kecil yang memiliki pita

termagnetisasi di permukaannya. Kartu magnetic digunakan secara luas

untuk aplikasi-aplikasi seperti kartu debit, kartu kredit, kartu telepon,

kartu ATM, kartu yang digunakan untuk masuk ke gedung-gedung yang

memiliki perangkat keamanan tertentu, dan sebagainya. Dalam hal ini,

kartu magnetik ini dapat diperluas fungsinya menjadi kartu yang dapat

digunakan untuk melakukan transaksi – transaksi pembelian barang dan/

atau jasa dalam kaitannya dengan perdagangan elektronik.

b. Kartu Kredit

Dalam transaksi menggunakan kartu kredit, konsumen memberikan

nomor kartu kreditnya ke pedagang. Pedagang kemudian dapat

memverifikasi nomor itu ke bank penerbit dan kemudian ia dapat

31

(48)

membuat slip pembelian bagi konsumen untuk disetujui. Pedagang

kemudian dapat menggunakan slip pembelanjaan itu untuk mendapatkan

uang dari bank. Pada periode pembayaran berikutnya, konsumen akan

menerima pernyataan dari bank yang mencatat transaksi yang

bersangkutan. Menggunkan kartu kredit untuk membel barang/jasa lewat

sarana Internet menggunakan skenario yang sama, tetapi kita akan

menjumpai beberapa langkah tambahan. Langkah-langkah tambahan itu

adalah langkah yang harus diambil sehingga transaksi yang aman

(secure) dapat terjadi, serta terjadi otentikasi antara pembeli dan penjual.

Hal ini menimbulkan berbagai sistem yang berbeda dalam penggunaan

kartu kredit pada transaksi – transaksi yang berjalan di internet. Dua

diantaranya adalah fitur yang melindungi keamanan transaksi di Internet

serta perangkat lunak - perangkat lunak pengelola yang dibutuhkan; baik

di sisi konsumen maupun di sisi perusahaan.

c. Cek Elektronik

Sistem pembayaran menggunakan kartu kredit tidak dapat disangkal lagi

merupakan sistem pembayaran yang paling populer dalam perdagangan

internet, tetapi ia bukan satu-satunya metode pembayaran di Internet.

Hingga saat ini ada 2 sistem yang telah dikembangkan –satu oleh

Financial Services Technology Corporation (FTSC), yang lainnya oleh

CyberCash- yang memungkinkan konsumen menggunakan cek

Gambar

Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang dapat meningkatkan keaktifan prestasi belajar

Adam Firdaus : Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam Pokok

Analisis regresi model II dengan menggunakan metode pendugaan ordinary least product merupakan metode pendugaan yang terbaik dibandingkan dengan kedua metode pendugaan

[r]

korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang.. berkaitan dengannya

STUDI EKSPLORATIF ALIRAN KEBATINAN PAGUYUBAN KAWRUH KODRATING PANGERAN (PKKP) DI PUCANGSAWIT SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Kompetensi yang paling utama diharapkan pada materi pecahan adalah siswa mampu memahami definisi tentang bilangan pecahan serta melakukan operasi ( ) yang melibatkan

Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai.. Jurnal Ekonomi &