ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN,
SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN
Oleh :
Ratri Hanindha Majid A14303031
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG
BERJUDUL “ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP
UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA SUATU PERGURUAN TINGGI, LEMBAGA, ATAU INSTITUSI MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Mei 2008
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
RINGKASAN
RATRI HANINDHA MAJID. Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta
Selatan. Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA.
Situ Babakan yang terletak di wilayah Jabodetabek, tepatnya di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, merupakan salah satu wilayah yang dilindungi berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi DKI Jakarta. Dengan Keputusan ini secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.
Seiring dengan makin banyaknya pengunjung yang datang ke Situ Babakan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Di sisi lain, pengelola Situ Babakan tidak memiliki anggaran khusus untuk menjaga kebersihan situ dan belum melakukan penarikan retribusi (tiket masuk) menuju kawasan Situ Babakan menyebabkan semua orang dapat dengan mudah memasuki kawasan situ. Oleh karena itu perlu diupayakan adanya tarif retribusi bagi pengunjung situ agar dana pelestarian kawasan Situ Babakan dapat diperoleh sehingga kelestarian dan fungsi Situ Babakan dipertahankan. Besarnya imbal jasa (retribusi) tidak bisa ditetapkan begitu saja tanpa pertimbangan ilmiah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan berupa analisis Willingness To Pay (WTP) sehingga besarnya retribusi mempunyai dasar yang kuat. Berdasarkan perhitungan dari pengelola Kawasan Situ babakan, anggaran minimal untuk pemeliharaan level rendah (kebersihan air dan daratan sekitar situ) adalah Rp. 80.000.000,00 per tahun. Dengan jumlah rata-rata pengunjung per tahun sebanyak 69.742 orang, maka besarnya tarif minimal retribusi adalah Rp.1.200,00.
Studi analisis WTP pengunjung untuk pelestarian Situ Babakan ini
meliputi karakteristik pengunjung Situ Babakan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan, besarnya nilai WTP pengunjung Situ Babakan sebagai dasar penetapan biaya retribusi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis secara kualitiatif dan kuantitatif menggunanakan komputer dengan program
Microsoft Office Excell dan Minitab for Windows Release 13.
kelamin perempuan. Angka tersebut tidak berarti bahwa yang mengunjungi situ babakan mayoritas laki-laki melainkan bahwa pemimpin atau pengambil keputusan untuk melakukan wisata ke Situ Babakan mayoritas adalah laki-laki.
Tingkat usia responden cukup bervariasi dimana jumlah responden tertinggi berada pada kisaran usia 27 – 36 tahun (48 persen) dan terendah pada kisaran lebih dari 47 tahun (4 persen). Didukung juga oleh status perkawinan bahwa pengunjung yang telah menikah berjumlah 40 orang dari 50 orang responden. Hal ini menandakan bahwa pengunjung yang datang ke Situ Babakan umumnya sudah berkeluarga.
Tingkat pendidikan responden mayoritas adalah berpendidikan SLTA (54 persen) dan responden yang paling sedikit jumlahnya adalah yang berpendidikan SD (2 persen). Jenis pekerjaan responden pengunjung Situ Babakan paling banyak berprofesi sebagai karyawan (46 persen) dengan penghasilan antara setengah juta sampai satu juta rupiah sebanyak 36 persen, tidak jauh berbeda dengan yang berpenghasilan antara satu sampai satu setengah juta rupiah sebanyak 32 persen. Responden yang memiliki tingkat pendapatan tertinggi (lebih dari dua juta) sebanyak 12 persen sedangkan yang memiliki pendapatan terendah (kurang dari lima ratus ribu) adalah 4 persen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar retribusi adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Empat puluh tiga orang responden (86 persen) menyatakan besedia untuk membayar sedangkan tujuh orang sisanya (14 persen) menyatakan tidak bersedia. Semakin tinggi pendidikan seseorang berarti pengetahuan tentang lingkungan yang baik juga semakin tinggi sehingga kesediaan untuk membayar juga semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka kesediaan membayar retribusi juga semakin tinggi.
Hasil perhitungan rata-rata nilai WTP responden adalah sebesar Rp 2.104,65. Nilai ini melebih nilai yang dibutuhkan Pengelola Kawasan Situ
Babakan sebesar Rp 1.200,00. Sedangkan untuk nilai total WTP responden diperoleh sebesar Rp 23.603.663,00 per bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden yaitu tingkat pendapatan, biaya kunjungan, dan frekuensi kunjungan. Variabel tingkat pendapatan dan biaya kunjungan berkorelasi secara positif terhadap besarnya WTP sedangkan variabel frekuensi kunjungan berkorelasi negatif.
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN,
SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN
Oleh :
Ratri Hanindha Majid A14303031
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN NAMA : RATRI HANINDHA MAJID
NRP : A14303031
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc NIP. 130 367 086
Mengetahui. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Semarang , 25 Mei 1985 sebagai anak yang terakhir dari tiga bersaudara pasangan M.Tarkiyo dan Siti Hanifah. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Siliwangi Semarang dan dilanjutkan ke jenjang sekolah dasar di SD Siliwangi 02 Semarang. Pada tahun 1997 penulis menjadi siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Semarang hingga tahun 2000 dan kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di SMU Negeri 3 Semarang. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah umum dan selanjutnya diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dengan segala rahmat yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan yang memiliki tujuan untuk mengetahui kesediaan pengunjung dan besarnya nilai dalam membayar retribusi kebersihan sebagai upaya pelestarian Situ Babakan.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan yang dihadapi selama penelitian. Besar harapan penulis, kiranya penelitian ini dapat menjadi sebuah wacana bagi masayarakat luas untuk lebih peduli kepada lingkungan dan senantiasa menjaganya untuk kehidupan mendatang.
Bogor, Mei 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat yang tiada terputus dan Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak yang terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Ibu yang selalu hadir di setiap langkah dengan kasih sayang, semangat, keteladanan, dan doa yang tak pernah putus.
2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc selaku pembimbing skripsi yang
senantiasa sabar serta memberikan perhatian dan bimbingan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan A. Faroby
Falatehan SP,ME selaku dosen penguji wakil departemen atas kesediaannya menguji dan saran yang diberikan kepada penulis.
4. Bapak Indra sebagai Ketua Pengelola Kawasan Situ Babakan atas izin dan bantuannya selama proses penelitian.
5. Ayah Alif tersayang, suami yang selalu menjadi cahaya di kegelapan, you're always there giving me all you've got..
6. Alif my sunshine, anak mama yang bikin hidup lebih hidup. 7. Mas Linggar, Kak Ia+Abang+Nadhil atas kisah kasih selama ini 8. Bapak Ibu Pandeglang atas doa dan restunya
9. My Pha atas doa dan dukungannya, semoga Allah memberikan taufik dan
hidayahNya
10.Semua teman-teman yang telah membantu doa, tenaga, dan pikiran dan
semangat bagi penulis.
11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR ISI ... ... i
DAFTAR TABEL ... ... iv
DAFTAR GAMBAR ... ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... ... 1
1.1 Latar Belakang ... ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6
2.1 Situ ... ... 6
2.2 Wisata Alam ... ... 9
2.3 Metode Estimasi Penilaian Nilai Lingkungan ... 11
2.4 Penelitian Terdahulu ... ... 13
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 16
3.1 Kerangka teoritis ... ... 16
3.1.1 Konsep Contingent Valuation Method...... 16
3.1.2 Kelebihan Contingent Valuation Method ... 17
3.1.3 Kelemahan Contingent Valuation Method ... 17
3.1.4 Tahap-Tahap Studi Contingent Valuation Method ... 21
3.1.5 Organisasi dari pengoperasian Contingent Valuation Method ... 24
3.1.6 Analisis Regresi Logit... ... 25
3.2 Kerangka Operasional ... ... 27
3.3 Hipotesis ... ... 28
BAB IV METODE PENELITIAN ... ... 31
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 31
4.2 Metode Pengambilan Sampel ... ... 31
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN,
SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN
Oleh :
Ratri Hanindha Majid A14303031
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG
BERJUDUL “ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP
UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA SUATU PERGURUAN TINGGI, LEMBAGA, ATAU INSTITUSI MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Mei 2008
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
RINGKASAN
RATRI HANINDHA MAJID. Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta
Selatan. Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA.
Situ Babakan yang terletak di wilayah Jabodetabek, tepatnya di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, merupakan salah satu wilayah yang dilindungi berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi DKI Jakarta. Dengan Keputusan ini secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.
Seiring dengan makin banyaknya pengunjung yang datang ke Situ Babakan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Di sisi lain, pengelola Situ Babakan tidak memiliki anggaran khusus untuk menjaga kebersihan situ dan belum melakukan penarikan retribusi (tiket masuk) menuju kawasan Situ Babakan menyebabkan semua orang dapat dengan mudah memasuki kawasan situ. Oleh karena itu perlu diupayakan adanya tarif retribusi bagi pengunjung situ agar dana pelestarian kawasan Situ Babakan dapat diperoleh sehingga kelestarian dan fungsi Situ Babakan dipertahankan. Besarnya imbal jasa (retribusi) tidak bisa ditetapkan begitu saja tanpa pertimbangan ilmiah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan berupa analisis Willingness To Pay (WTP) sehingga besarnya retribusi mempunyai dasar yang kuat. Berdasarkan perhitungan dari pengelola Kawasan Situ babakan, anggaran minimal untuk pemeliharaan level rendah (kebersihan air dan daratan sekitar situ) adalah Rp. 80.000.000,00 per tahun. Dengan jumlah rata-rata pengunjung per tahun sebanyak 69.742 orang, maka besarnya tarif minimal retribusi adalah Rp.1.200,00.
Studi analisis WTP pengunjung untuk pelestarian Situ Babakan ini
meliputi karakteristik pengunjung Situ Babakan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan, besarnya nilai WTP pengunjung Situ Babakan sebagai dasar penetapan biaya retribusi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis secara kualitiatif dan kuantitatif menggunanakan komputer dengan program
Microsoft Office Excell dan Minitab for Windows Release 13.
kelamin perempuan. Angka tersebut tidak berarti bahwa yang mengunjungi situ babakan mayoritas laki-laki melainkan bahwa pemimpin atau pengambil keputusan untuk melakukan wisata ke Situ Babakan mayoritas adalah laki-laki.
Tingkat usia responden cukup bervariasi dimana jumlah responden tertinggi berada pada kisaran usia 27 – 36 tahun (48 persen) dan terendah pada kisaran lebih dari 47 tahun (4 persen). Didukung juga oleh status perkawinan bahwa pengunjung yang telah menikah berjumlah 40 orang dari 50 orang responden. Hal ini menandakan bahwa pengunjung yang datang ke Situ Babakan umumnya sudah berkeluarga.
Tingkat pendidikan responden mayoritas adalah berpendidikan SLTA (54 persen) dan responden yang paling sedikit jumlahnya adalah yang berpendidikan SD (2 persen). Jenis pekerjaan responden pengunjung Situ Babakan paling banyak berprofesi sebagai karyawan (46 persen) dengan penghasilan antara setengah juta sampai satu juta rupiah sebanyak 36 persen, tidak jauh berbeda dengan yang berpenghasilan antara satu sampai satu setengah juta rupiah sebanyak 32 persen. Responden yang memiliki tingkat pendapatan tertinggi (lebih dari dua juta) sebanyak 12 persen sedangkan yang memiliki pendapatan terendah (kurang dari lima ratus ribu) adalah 4 persen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar retribusi adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Empat puluh tiga orang responden (86 persen) menyatakan besedia untuk membayar sedangkan tujuh orang sisanya (14 persen) menyatakan tidak bersedia. Semakin tinggi pendidikan seseorang berarti pengetahuan tentang lingkungan yang baik juga semakin tinggi sehingga kesediaan untuk membayar juga semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka kesediaan membayar retribusi juga semakin tinggi.
Hasil perhitungan rata-rata nilai WTP responden adalah sebesar Rp 2.104,65. Nilai ini melebih nilai yang dibutuhkan Pengelola Kawasan Situ
Babakan sebesar Rp 1.200,00. Sedangkan untuk nilai total WTP responden diperoleh sebesar Rp 23.603.663,00 per bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden yaitu tingkat pendapatan, biaya kunjungan, dan frekuensi kunjungan. Variabel tingkat pendapatan dan biaya kunjungan berkorelasi secara positif terhadap besarnya WTP sedangkan variabel frekuensi kunjungan berkorelasi negatif.
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN,
SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN
Oleh :
Ratri Hanindha Majid A14303031
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN NAMA : RATRI HANINDHA MAJID
NRP : A14303031
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc NIP. 130 367 086
Mengetahui. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Semarang , 25 Mei 1985 sebagai anak yang terakhir dari tiga bersaudara pasangan M.Tarkiyo dan Siti Hanifah. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Siliwangi Semarang dan dilanjutkan ke jenjang sekolah dasar di SD Siliwangi 02 Semarang. Pada tahun 1997 penulis menjadi siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Semarang hingga tahun 2000 dan kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di SMU Negeri 3 Semarang. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah umum dan selanjutnya diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dengan segala rahmat yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan yang memiliki tujuan untuk mengetahui kesediaan pengunjung dan besarnya nilai dalam membayar retribusi kebersihan sebagai upaya pelestarian Situ Babakan.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan yang dihadapi selama penelitian. Besar harapan penulis, kiranya penelitian ini dapat menjadi sebuah wacana bagi masayarakat luas untuk lebih peduli kepada lingkungan dan senantiasa menjaganya untuk kehidupan mendatang.
Bogor, Mei 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat yang tiada terputus dan Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak yang terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Ibu yang selalu hadir di setiap langkah dengan kasih sayang, semangat, keteladanan, dan doa yang tak pernah putus.
2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc selaku pembimbing skripsi yang
senantiasa sabar serta memberikan perhatian dan bimbingan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan A. Faroby
Falatehan SP,ME selaku dosen penguji wakil departemen atas kesediaannya menguji dan saran yang diberikan kepada penulis.
4. Bapak Indra sebagai Ketua Pengelola Kawasan Situ Babakan atas izin dan bantuannya selama proses penelitian.
5. Ayah Alif tersayang, suami yang selalu menjadi cahaya di kegelapan, you're always there giving me all you've got..
6. Alif my sunshine, anak mama yang bikin hidup lebih hidup. 7. Mas Linggar, Kak Ia+Abang+Nadhil atas kisah kasih selama ini 8. Bapak Ibu Pandeglang atas doa dan restunya
9. My Pha atas doa dan dukungannya, semoga Allah memberikan taufik dan
hidayahNya
10.Semua teman-teman yang telah membantu doa, tenaga, dan pikiran dan
semangat bagi penulis.
11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR ISI ... ... i
DAFTAR TABEL ... ... iv
DAFTAR GAMBAR ... ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... ... 1
1.1 Latar Belakang ... ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6
2.1 Situ ... ... 6
2.2 Wisata Alam ... ... 9
2.3 Metode Estimasi Penilaian Nilai Lingkungan ... 11
2.4 Penelitian Terdahulu ... ... 13
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 16
3.1 Kerangka teoritis ... ... 16
3.1.1 Konsep Contingent Valuation Method...... 16
3.1.2 Kelebihan Contingent Valuation Method ... 17
3.1.3 Kelemahan Contingent Valuation Method ... 17
3.1.4 Tahap-Tahap Studi Contingent Valuation Method ... 21
3.1.5 Organisasi dari pengoperasian Contingent Valuation Method ... 24
3.1.6 Analisis Regresi Logit... ... 25
3.2 Kerangka Operasional ... ... 27
3.3 Hipotesis ... ... 28
BAB IV METODE PENELITIAN ... ... 31
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 31
4.2 Metode Pengambilan Sampel ... ... 31
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
ii
4.4 Pengolahan dan Analisis Data ... ... 32
4.4.1 Analisis Kesediaan Pengunjung untuk Membayar Retribusi dalam Upaya Melestarikan Alam Situ Babakan ... 33
Membayar Retribusi dalam Upaya Pelestarian Situ Babakan ... 57 6.3 Analisis Willingness To Pay dengan Pendekatan Contingent
Valuation Method... ... 63 6.4 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ... 67 6.5 Kebijakan Pelestarian Situ Babakan ... ... 70
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 72 7.1 Kesimpulan ... ... 72 7.2 Saran... ... 73
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Jumlah Pengunjung Perkambpungan Budaya Betawi ... 3
2 Kriteria untuk Wisata Alam ... 9 3 Potensi Pendapatan dalam Kegiatan Pariwisata ... 10
4 Perbandingan berbagai metode Valuasi Ekonomi
Lingkungan ... 12
5 Hasil Logit Kesediaan Responden Membayar Retribusi
dalam Upaya Pelestarian Situ Babakan ... 60
6 Frekuensi Observasi dan Harapan Pilihan Kesediaan
Pengunjung Membayar Retribusi ... 62
7 Tabel Koreksi Nilai Observasi dan Harapan Peluang
Responden Responden Bersedia Membayar Retribusi ... 63
8 Distribusi Nilai WTP Responden Pengunjung Situ
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Kuisioner Penelitian ... ... 77 2 Data Kunjungan Wisatawan ke Perkampungan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Situ (atau danau) merupakan sumber daya alam yang banyak digunakan sebagai penunjang kehidupan manusia. Sebagai wilayah penampungan air, situ dimanfaatkan manusia sebagai sumber air untuk keperluan domestik, pemasok air tanah sehingga sumur di pemukiman penduduk sekitar situ tidak kering, habitat biota air yang dapat digunakan untuk tempat budidaya ikan, dan wilayah perairan yang memiliki pemandangan indah untuk kegiatan pariwisata.
Wilayah Jabodetabek merupakan wilayah yang pada awalnya memiliki banyak situ. Menurut data Kemitraan Air Indonesia, terdapat 223 situ dan waduk di wilayah Jadebotabek, namun kini sebanyak 68 persen sudah mengalami kerusakan berupa pendangkalan (42 persen), dijadikan sawah dan ladang (27 persen), dijadikan pemukiman (5 persen), sarana pembuangan sampah (2 persen), dan dialihfungsikan menjadi sarana umum (3 persen)1. Salah satu dampak yang dapat dirasakan akibat kerusakan situ di Jadebotabek adalah makin seringnya banjir di daerah ini terutama di Jakarta. Situ Babakan merupakan salah satu situ yang berada di wilayah Jadebotabek, tepatnya di wilayah Jakarta Selatan. Situ ini merupakan salah satu wilayah yang dilindungi berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah
1
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
2
resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan juga sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dengan Keputusan ini secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.
Selain menikmati keindahan alam dan keasrian Situ Babakan, pengunjung objek wisata ini juga disuguhi pagelaran budaya betawi seperti acara kesenian berupa Tari Cokek, Tari Topeng, Lenong, Ondel-ondel, dan kesenian lainnya pada panggung terbuka disekitar Situ setiap hari Minggu. Pada acara ini biasanya pengunjung dapat turut berinteraksi seperti ikut menari atau mengomentari para pemain lenong yang sedang beraksi. Perpaduan antara wisata alam dan budaya ini ternyata menarik para pengunjung untuk datang ke Situ Babakan dimana menurut data yang diperoleh dari Pengelola PBB, sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2007, jumlah pengunjung objek wisata Situ Babakan pada umumnya menunjukkan peningkatan setiap tahunnya (Tabel 1).
dan profesional seperti langkah pencegahan pendangkalan, pengelolaan sampah dan limbah, serta pemeliharaan lainnya sehingga fungsi awal Situ Babakan sebagai tandon alam pencegah banjir serta daerah penyerapan air tetap terjaga.
Tabel 1 . Jumlah Pengunjung Perkampungan Budaya Betawi (PBB)
No Tahun Jumlah Pengunjung (orang)
1 2001 10.230
2 2002 49.375
3 2003 44.545
4 2004 51.919
5 2005 98.834
6 2006 98.713
7 2007 134.575
Sumber : Pengelola PBB 2007
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
4
1.2. Perumusan Masalah
Situ Babakan merupakan sebuah bentang alam yang penting sebagai wilayah konservasi, hunian, pertanian, serta wisata dan budaya. Pesatnya aktivitas manusia di kawasan ini menimbulkan kekhawatiran akan kelestarian dan keasrian situ serta lingkungan sekitar yang secara ekologis tidak dapat dipisahkan dari keberadaan situ tersebut. Terjadinya aktivitas manusia di kawasan Situ Babakan yang tidak terkendali dan tanpa menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang memadai, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada situ sehingga menurunkan nilai fungsi dari situ sebagai tandon air dan daerah resapan air serta objek wisata.
Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, kondisi air di Situ Babakan tampak mulai kotor oleh sampah yang dibuang oleh para pengunjung. Hal ini diperparah oleh minimnya sarana dan prasaraan kebersihan serta kurangnya kepedulian warga dan pengunjung terhadap lingkungan. Untuk mengelola lingkungan Situ Babakan dengan baik diperlukan sumber daya manusia serta sarana, dan prasarana yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan tersebut.
Dari uraian diatas, maka masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana karakteristik pengunjung Situ Babakan?
b. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kesediaan pengunjung
membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan?
c. Berapa besarnya nilai WTP pengunjung Situ Babakan sebagai dasar
penetapan biaya retribusi?
d. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari
pengunjung Situ Babakan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengkaji karakteristik pengunjung Situ Babakan
b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung
membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan.
c. Menilai besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan sebagai
dasar penetapan biaya retribusi.
d. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Situ
Situ dalam batasan ekologi didefinisikan sebagai perairan tergenang yang merupakan daerah penampungan air yang terbentuk secara alamiah (natural) atau pun buatan manusia (artificial) yang merupakan sumber air baku bagi berbagai kepentingan kehidupan manusia, dimana air yang ditampung pada umumnya berasal dari air hujan (run off), sungai, atau saluran pembuangan dan mata air (Natasaputra, 2000). Menurut Inmendagri No. 14 Tahun 1998, Situ merupakan wadah/genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang airnya berasal dari air tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang potensial dan merupakan salah satu kawasan lindung.
di Jakarta, Tangerang dan Bekasi2. Sebagian besar situ sudah dalam kondisi rusak atau berubah fungsi. Salah satu dampak yang dapat dirasakan akibat kerusakan situ di Jabotabek adalah makin seringnya banjir terutama di Jakarta.
Menurut Aboejoewono (1999), situ memiliki banyak fungsi baik ditinjau dari segi ekologis maupun ekonomi, antara lain :
a) Sebagai sumber air bagi kehidupan ;
Situ-situ di wilayah Jabotabek sebagian besar dimanfaatkan sebagai sumber air untuk keperluan air minum dan MCK. Selain itu juga dipergunakan untuk irigasi dan industri.
b) Pengaturan tata air dan pemasok air tanah;
Situ merupakan tempat penampungan air baik yang berasal dari air hujan maupun sumber air mengalir. Air yang tertampung di dalam situ merupak pemasok air ke aquifier, air tanah atau situ lainnya yang letaknya lebih rendah. Situ sangat penting untuk mempertahankan air tanah dangkal yang menjadi sumber air bagi masyarakat sekitar.
c) Pengendali banjir ;
Situ memiliki kemampuan menyimpan kelebihan air yang berasal dari hujan maupun sumber air mengalir. Situ dapat mengurangi volume air yang mengalir selama musim hujan sehingga dapat mengurangi atau mencegah terjadinya banjir.
d) Pengatur iklim mikro;
Proses evapotranspirasi yang terjadi di suatu situ dapat menjaga kelembaban di daerah sekitarnya. Selain itu, situ yang luas dengan
2
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
8
pepohonan atau keadaan flora yang baik memiliki kemampuan untuk menyimpan air hujan sehingga mampu menjaga kelembaban sepanjang waktu.
e) Habitat berbagai jenis flora dan fauna;
Dalam satu ekosistem, situ merupakan habitat dari berbagai spesies flora dan fauna. Berbagai jenis flora dan fauna kehidupannya sangat bergantung pada keberadaan situ seperti berbagai jenis burung, hewan air, dan tumbuhan-tumbuhan tertentu.
f) Budidaya perikanan;
Perairan situ dapat pula digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan yang merupakan salah satu upaya dalam mengoptimalkan sumber daya alam. Khususnya di wilayah Jabotabek, situ-situ telah dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dengan sistem keramba jaring apung.
g) Kegiatan pariwisata atau rekreasi
Sebagai salah satu sumber daya alam perairan, situ memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai kawasan wisata atau tempat rekreasi. Pemanfaatan situ tersebut turut menunjang pendapatan daerah sekaligus masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.
2.2. Wisata Alam
Pariwisata merupakan suatu kegiatan perpindahan sementara dari orang-orang menuju suatu tempat yang berbeda dari kondisi rumah dan tempat bekerjanya dengan tujuan untuk menikmati berbagai fasilitas di tempat tersebut sesuai dengan keinginannya (Gunn 1994). Pariwisata juga didefiniskan sebagai kegiatan manusia yang meliputi perilaku manusia menggunakan sumber daya alam dan terjadi interaksi antara manusia,
ekonomi, dan lingkungan (Holden, 2000). Menurut United Nation
Environmental Programme (UNEP) (1999) suatu kawasan dapat menjadi kawasan wisata jika mempunyai kriteria yang memadai (Tabel 2).
Tabel 2. Kriteria untuk Kawasan Wisata Alam
No Kriteria
1 Kekhasan atraksi alam
- Tipe hutan, sungai, danau (situ)
- Kenaekaragaman hayati
- Keunikan spesies tertentu
- Kemudahan flora dan fauna untuk diamati 2 Atraksi pendukung atau pelengkap
- Peluang atau untuk berenang (air terjun, sungai, atau pantai)
- Peluang untuk kegiatan berolah raga ( mandayung,
memancing, dsb)
- Budaya lokal (kesenian, kebiasaan tradisional) - Peninggalan sejarah
3 Aksesibilitas dan Infrastruktur - Jarak lokasi tempat wisata
- Akses (jalan raya, kereta api, penerbangan) - Fasilitas kesehatan. komunikasi yang memadai 4 Iklim
- Cuaca yang mendukung rekreasi
- Banyaknya curah hujan dan distribusinya 5 Kondisi Sosial dan Politik
- Adanya stabilitas sosial politik - Terjaminnya keamanan wisatawan
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
10
Indecon (Indonesia Ecotourism Network) pada tanggal 16 Januari 1996 melakukan sebuah simposium kepariwisataan dengan mengangkat tema pariwisata yang berbasis alam. Simposium tersebut menghasilkan suatu definisi bagi ekowisata sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Menurut Stecker (1996) dalam Maryadi (2003), terdapat beberapa penerimaan yang diperoleh dari pengelolaan sumberdaya alam sebagai kawasan wisata (Tabel 3).
Tabel 3. Potensi Pendapatan dalam Kegiatan Pariwisata
No Kategori Biaya (fee) Keterangan
1 Biaya Masuk (entrance fee) Biaya yang dikenakan kepada
wisatawan yang akan masuk ke wilayah objek wisata
2 Biaya penggunaan (user fee) Bagi wisata yang menggunakan
tempat parkir, sewa tempat untuk berkemah, menggunakan perahu, biaya peminjaman (alat teropong, alat memancing), pemandu wisata
3 Royalti (profit share) Pembuatan buku panduan wisata,
cinderamata, pemotretan dikawasan tertentu
4 Biaya Penyewaan kavling (concession fee)
Bagi perusahaan yang akan menggunakan tempat untuk berjualan, biro perjalanan
5 Surat Izin (licenses) Operator perjalanan, Pemandu
wisata, peneliti, pemburu
6 Pajak (taxes) Pajak yang dikenakan bagi para
wisatawan yang menyewa hotel, taksi
7 Bantuan (donation) Bantuan yang diberikan oleh
donatur yang mempunyai perhatian terhadap kawasan ini
Fandelli (2000) menyimpulkan ada delapan prinsip dalam kegiatan ekowisata, yaitu : (1) Mencegah dan menanggulangi dari aktivitas yang mengganggu terhadap alam dan budaya, (2) Pendidikan konservasi lingkungan, (3) Pendapatan langsung untuk kawasan, (4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, (5) Meningkatkan penghasilan masyarakat, (6) Menjaga keharmonisan dengan alam, (7) Menjaga daya dukung lingkungan, (8) Meningkatkan devisa bagi pemerintah.
2.3. Metode Estimasi Peniliaian Nilai Lingkungan
Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan sampai saat ini telah berkembang sekitar 5 jenis metode menurut Yakin (1997).
Diantaranya adalah The Dose-Response Method (DRM), Hedonic Price
Method (HPM), Travel Cost Method (TCM), The Averting Behaviour Method (ABM), dan Contingent Valuation Method (CVM). Metode yang populer digunakan saat ini adalah Contingent Valuation Method (CVM
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
12
Tabel 4. Perbandingan berbagai metode Valuasi Ekonomi Lingkungan
Metode
Kriteria
Validitas Reabilitas Comprehensive
Kelengkapan dan kepraktisan The Dose-Response
Method (DRM) Sedang
Sangat
Rendah Tinggi Sedang
Hedonic Proce Method
(HPM) Sedang Sedang Rendah Sedang Travel Cost Method
(TCM) Sedang Sedang Rendah Sedang Averting Behaviour
Method (ABM) Sedang Sedang Rendah Sedang Contingent Valuation
Sumber : Hoevenagel dalam Yakin (1997)
Metode CVM adalah teknik survey untuk menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada cara-cara pembayaran lain seperti pajak diterapkan (Yakin,1997). Dalam CVM dikenal empat macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden (Hanley dan Spash,1993), yaitu :
1. Metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana
jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai nilai WTP maksimum dari responden didapatkan.
3. Metode Kartu Pembayaran (payment card), yaitu metode dengan penggunaan nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang memungkinkan jenis pengeluaran responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden untuk menyesuaikan jawaban mereka.
4. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question), yaitu suatu metode dimana responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa ada penyaranan nilai awal terlebih dahulu. Responden seringkali menemui kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut, khususnya para responden yang tidak memiliki pengalaman mengenai hal-hal yang menjadi bahan pertanyaan dari pewawancara.
2.4. Penelitian Terdahulu
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
14
dilakukan beberapa langkah perbaikan, terutama untuk mengurangi beban pencemaran yang diterima oleh Situ Babakan.
Penelitian sejenis juga telah dilakukan oleh Harniati (2004) dan Nurhakim (2004) yang menilai kelayakan Situ Babakan sebagai lokasi wisata agro dinilai dari kualitas air dan potensi aplikasi Keramba Jaring Apung (KJA). Semua penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas air di Situ Babakan masih baik namun mengalami degradasi karena adanya pencemaran yang perlu segera diatasi.
Betawi, Perancangan lanskap waterfront dan pekarangan Perkampungan Budaya Betawi.
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis
3.1.1 Konsep Contingent Valuation Method
Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survey untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka
berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang
lingkungan (Yakin, 1997). CVM menggunakan pendekatan secara langsung
yang pada dasarnya menanyakan kepada masyarakat berapa besarnya
maksimum Willingness to Pay (WTP) untuk manfaat tambahan dan/atau berapa besarnya maksimum Willingness to Accept (WTA) sebagai kompensasi dari kerusakan barang lingkungan. Dalam penelitian ini
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan WTP.
Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang
mendekati dari barang-barang lingkungan jika pasar dari barang-barang
tersebut benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuisioner dan
responden) harus sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya.
Responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam
kuesioner. Responden juga harus mengenal alat hipotetik yang digunakan
untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk secara langsung, yang juga
3.1.2Kelebihan Contingent Valuation Method (CVM)
Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu
lingkungan memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :
1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan mememiliki dua hal penting,
yaitu : seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat,
dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan.
2. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang
lingkungan di sekitar masyarakat.
3. Dibandingkan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya CVM memiliki
kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Dengan CVM,
seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang
lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung.
4. Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analis yang kompeten, namun
hasil dari penelitian menggunakan metode ini tidak sulit untuk dianalisis
dan dijabarkan.
3.1.3Kelemahan Contingent Valuation Method
Teknik CVM memiliki kelemahan yaitu munculnya berbagai bias dalam
pengumpulan data. Bias dalam CVM menurut Hanley dan Spash (1993) terdiri
dari :
1. Bias Strategi (Strategic Bias)
Adanya responden yang memberikan suatu nilai WTP yang relatif
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
18
peningkatan kualitas lingkungan dengan harga yang lebih tinggi
kemungkinan dapat terjadi. Alternatif untuk mengurangi bias strategi ini
adalah melalui penjelasan bahwa semua orang akan membayar nilai tawaran
rata-rata atau penekanan sifat hipotetis dari perlakuan. Hal ini akan
mendorong responden untuk memberikan nilai WTP yang benar.
Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan empat langkah untuk meminimalkan bias strategi yaitu :
i) Menghilangkan seluruh pencilan (outlier).
ii) Penekanan bahwa pembayaran oleh responden lain adalah dapat
dijamin.
iii) Menyembunyikan nilai tawaran responden lain.
iv) Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran.
Sedangkan Hoehn dan Randall (1987) dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan bahwa bias strategi dapat dihilangkan dengan
menggunakan format referendum (jawaban “ya” atau “tidak”) terhadap nilai WTP yang terlalu tinggi.
2. Bias Rancangan (Design Bias)
Rancangan studi CVM mencakup cara informasi yang disajikan,
instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi
yang disajikan kepada responden. Beberapa hal dalam rancangan survei
yang dapat mempengaruhi responden adalah :
yang diberikan dalam bentuk “karcis masuk kawasan” akan
menghasilkan nilai WTP yang lebih rendah dibandingkan dalam bentuk
“trust fund” pada studi CVM untuk menilai perlindungan kawasan rimba. Hal ini dapat terjadi karena individu merasa tidak senang
membayar atau mengeluarkan uang pada saat ia ingin melakukan
rekreasi di kawasan tersebut atau karena kebijakan karcis merupakan
kebijakan fiskal yang tidak populer di masyarakat.
2) Bias titik awal (starting point bias). Pada metode bidding game, titik awal yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai
tawaran (bid) yang ditawarkan. Hal ini dapat dikarenakan responden yang ditanyai merasa kurang sabar (ingin cepat selesai) atau karena titik
awal yang mengemukakan besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan
selera responden (disukai responden karena responden tidak memiliki
pengalaman tentang nilai perdagangan benda lingkungan yang
dipermasalahkan).
3) Sifat informasi yang ditawarkan (nature of information provided). Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi
benda lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan
bekerja. Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotetis
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
20
3. Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiwaan Responden (Mental Account Bias)
Bias ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang
individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan, dan
waktunya yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam
periode waktu tertentu.
4. Kesalahan Pasar Hipotetik (Hypotetical Market Error)
Kesalahan pasar hipotetik terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada
responden di dalam pasar hipotetik membuat tanggapan responden berbeda
dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilkan
menjadi berbeda dengan nilai yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan studi
CVM tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu
perdagangan atau pasar yang murni hipotetik yang didapatkan dari
pertemuan antara kondisi psikologi dan sosiologi perilaku. Terjadinya bias
pasar hipotetik bergantung pada :
1) Bagaimana pertanyaan disampaikan ketika melaksanakan survei.
2) Seberapa realistik responden merasakan pasar hipotetik akan terjadi.
3) Bagaimana format WTP yang digunakan.
Solusi untuk menghilangkan bias ini salah satunya yaitu desain dari
alat survei sedemikian rupa sehingga maksimisasi realitas dari situasi yang
akan diuji dan melakukan pengulangan kembali untuk kekonsistenan dari
3.1.4Tahap –Tahap Studi Contingent Valuation Method
Terdapat beberapa tahap dalam penerapan analisis CVM (Hanley dan
Spash, 1993), yaitu :
1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)
Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar
hipotetik dan pertanyaan mengenai nilai barang/jasa lingkungan. Pasar
hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya
membayar terhadap suatu barang/jasa lingkungan dimana tidak terdapat
nilai dalam mata uang berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Dalam
pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran
yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam
kuisioner sehingga responden dapat memahami barang lingkukngan yang
dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain
itu didalam kuisioner juga perlu dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika
terdapat keinginan masyarakat untuk membayar.
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)
Setelah kuisioner selesai dibuat, maka dilakukan kegiatan
pengambilan sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan
tatap muka, dengan perantara telepon, atau surat. Wawancara dengan
telepon telah menjadi pilihan terakhir mengingat pengumpulan informasi
mengenai suatu barang lewat telepon tergolong cukup sulit, terkait dengan
keterbatasan waktu. Wawancara dengan surat cukup sering dilakukan, tetapi
non-Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
22
response bias) atau tingkat tanggapan yang rendah (low-response rates). Wawancara menggunakan petugas yang terlatih memungkinkan cakupan
untuk pertanyaan dan jawaban secara lebih rinci, tetapi tidak menutup
kemungkinan bias yang dilakukan oleh petugas tersebut.
3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP)
Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya
adalah penghitungan nilai tengah (median) dan nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Nilai tengah digunakan apabila terjadi rentang nilai penawara
yang terlalu jauh, misalnya dari 25 responden, 24 responden memiliki nilai
penawaran sebesar Rp 10.000 tetapi ada satu responden yang memiliki nilai
penawaran sebesar Rp 1.000.000. Jika penghitungan nilai penawaran
menggunakan rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari
yang sebenarnya, oleh karena itu digunakan nilai tengah karena nilai tengah
tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah
penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.
4. Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)
Sebuah kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai
WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan
untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah
variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Selain itu,
kurva WTP dapat juga berguna untuk menguji sensitivitas jumlah WTP
Variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP contohnya antara lain
tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K),
tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan
(Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi
linear dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut :
WTPi = f(Yi, Ei, Ki, Ai, Qi)
dimana i = responden ke-i.
5. Menjumlahkan Data (Agregating Data)
Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran
dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Bentuk ini sebaiknya
termasuk seluruh komponen dari nilai relevan yang ditemukan seperti nilai
keberadaan dan nilai penggunaan. Keputusan dalam penjumlahan data
ditentukan oleh :
1. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk
mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara
signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki
batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru
tersebut.
2. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh
dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N,
meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat
pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel ini telah dimasukkan ke
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
24
dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva
penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N.
3. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat.
Ini tergantung pada pola CVM yang akan dipakai. Pada setiap kasus dari
aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang,
masyarakat dikonfrontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi
saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana
adanya implikasi discounting.
6. Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)
Tahap ini menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil
dilakukan. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan seperti apakah responden benar-benar mengerti mengenai pasar
hipotetik, berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang/jasa
lingkungan yang terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar
hipotetik yang dibuat dapat mencakup semua aspek barang/jasa lingkungan,
dan lain-lain pertanyaan sejenis.
3.1.5Organisasi dari Pengoperasian Contingent Valuation Method
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam organisasi
pengoperasian CVM, yaitu :
2. Alat pembayaran yang digunakan dan/atau ukuran kesejahteraan (WTP) sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang terkait di
masyarakat.
3. Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang
publik yang dimaksud dalam kuisioner dan alat pembayaran untuk
penawaran mereka.
4. Jika memungkinkan, ukuran WTP sebaiknya dicari, karena responden
sering kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka berikan
5. Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah
perolehan selang kepercayaan dan reabilitas
6. Pengujian kebiasaan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi untuk
memperkecil strategic bias secara khusus
7. Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi
8. Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karakteristik
yang sama dengan populasi, dan penyesuaian diperlukan.
9. Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali untuk melihat jika mereka setuju
dengan harapan yang tepat. Nilai minimum dari 15% untuk Radjusted
direkomendasikan oleh Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993).
3.1.6Analisis Regresi Logit
Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
26
peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Namun jika
peubah respon dari analisis regresinya berupa peubah kategorik, maka analisis
regresi yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Peubah kategori bisa
merupakan suatu pilihan ya/tidak atau suka/tidak. Sedangkan peubah penjelas
pada analisis regresi logistik ini dapat berupa peubah kategori ataupun peubah
numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori
peubah respon.
Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi logistik biner, dimana
peubah responnya hanya memiliki dua peluang kejadian. Dalam analisisnya
permodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan
melalui transformasi logit. Formula dari transformasi logit tersebut adalah :
Logit (pi) = loge ⎟⎟
dengan pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah
respon untuk orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e.
Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian
dalam penelitian. Gambar berikut ini mengilustrasikan proses transformasi logit
tersebut.
Pi Logit (Pi)
Logit Transform
Predictor Predictor
Dengan demikian model yang digunakan dalam analisis regresi logistik
biner adalah sebagai berikut ini :
Logit (pi) = β0 + β1*X
dengan logit (pi) adalah nilai transformasi logit untuk peluang kejadian sukses, β0 adalah intersep model garis regresi, β1 adalah slope model garis regresi dan X
adalah peubah penjelas.
Di dalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran
asosiasi, atau ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. Salah satu
keuntungan penggunaan analisis regresi logistik adalah bahwa ukuran asosiasi
ini seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah
satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik
adalah rasio odd.
Odd sendiri dapat diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon. Adapun rasio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin, dalam kaitannya adegan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya.
3.2Kerangka Operasional
Situ Babakan merupakan salah satu situ yang berada di wilayah
Jabodetabek, tepatnya di wilayah Jakarta Selatan. Secara fungsional Situ Babakan
berfungsi sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan
daerah Jakarta bagian Selatan dan juga sebagai salah satu penampung debit air
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
28
Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun
2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di
Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan
oleh Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dengan Keputusan ini
secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan
difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.
Pengelolaan suatu kawasan wisata alam agar tetap terjaga kelestariannya
memerlukan suatu dana yang cukup besar. Imbal jasa yang diambil atas kepuasan
konsumen dari nilai keindahan yang dimiliki objek wisata berupa retribusi
merupakan suatu proses perdagangan yang sah dan lumrah. Retribusi yang
dikenakan kepada pengunjung digunakan sebagai dana operasional seperti untuk
membayar karyawan serta membeli sarana dan prasarana untuk pelaksanaan
program pelestarian situ agar tetap terjaga fungsi utamanya yaitu sebagai daerah
resapan air untuk pengendali banjir.
Besarnya imbal jasa (retribusi) tidak bisa diputuskan begitu saja tanpa
pertimbangan ilmiah. Untuk itulah perlu dilakukan analisis willingness to pay
sehingga besarnya retribusi mempunyai dasar yang kuat. Dengan adanya retribusi
ini tentu saja harus diimbangi dengan pelayanan yang baik berupa penciptaan
suasana nyaman sehingga nilai kepuasan dari konsumen menjadi optimal.
3.3Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah, dapat
1. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat pengetahuan mengenai
manfaat situ berpengaruh positif terhadap kesedian untuk membayar
retribusi.
2. Biaya untuk melakukan kunjungan ke Situ Babakan, domisili pengunjung
dan frekuensi kunjungan berpengaruh negatif terhadap kesedian untuk
membayar retribusi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung di
pengaruhi secara positif oleh tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan,
sedangkan secara negatif dipengaruhi oleh biaya melakukan kunjungan,
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
30
Sebagai daerah resapan air,tendon air, pengendali banjir daerah Jakarata Selatan SITU BABAKAN upaya pelestraian alam Situ
Babakan
Analisis Regresi Logit Contingent Valuation Method
Besarnya Willingness To Pay (WTP) Analisis
Deskriptif
Regresi Berganda
Penarikan retribusi dalam upaya pelestarian Situ Babakan
METODE PENELITIAN
4.1Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Situ Babakan, Kelurahan
Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi
tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) karena Situ Babakan memiliki karakteristik berbeda yaitu suatu objek wisata alam yang sekaligus dijadikan
sebagai wahana wisata budaya betawi berdasarkan Keputusan Gubernur
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang
Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB). Lokasi ini dipilih
karena selain telah ditetapkan sebagai objek wisata alam dan budaya betawi,
untuk memasuki kawasan Situ Babakan belum dilakukan penarikan retribusi
terhadap pegunjungnya. Penelitian dilaksanankan selama dua bulan, yaitu
Februari hingga Maret 2008.
4.2Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
accidental sampling yaitu mengambil responden/sampel yang ada atau yang kebetulan ditemui (Rakhmat, 2002). Responden yang dipilih dalam penelitian
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
32
sudah bekerja serta mau untuk mengikuti proses wawancara. Jumlah responden
yang di ambil sebanyak 50 orang.
4.3Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan
data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
hasil wawancara langsung dengan responden melalui kuisioner. Data primer
tersebut meliputi respon dari responden terhadap penarikan retribusi untuk
pelestarian alam Situ Babakan serta nilai nominal yang bersedia dibayarkan
oleh responden bagi program pelestarian Situ Babakan tersebut.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
berbagai instansi terkait mengenai pengelolaan Situ babakan yaitu : Pengelola
PBB, Dinas Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum, dan Kelurahan Srengseng
Sawah. Data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan
topik penelitian ini.
4.4Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis secara kualitiatif dan kuantitatif.
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan
4.4.1Analisis Kesediaan Pengunjung untuk Membayar Retribusi dalam Upaya Melestarikan Alam Situ Babakan
Analisis data menggunakan regresi logit dilakukan untuk mengkaji
kesediaann pengunjung dalam membayar retribusi untuk pelestarian Situ
Babakan. Model regresi logitnya adalah sebagai berikut :
sehingga diperoleh bentuk model logit sebagai berikut :
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
34
Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan teori-teori, penelitian
terdahulu, dan observasi di lokasi penelitian. Peluang pengunjung bersedia
untuk membayar retribusi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pengetahuan manfaat Situ Babakan,
frekuensi kunjungan, domisili pengunjung, dan biaya kunjungan.
Variabel-variabel yang berbanding lurus dengan peluang pengunjung
untuk membayar retribusi adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan
pengetahuan manfaat Situ Babakan. Sedangkan frekuensi kunjungan, domisili
pengunjung, dan biaya kunjungan berhubungan secara negatif. Hubungannya
adalah sebagai berikut :
1. Tingkat pendidikan : Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang
pengunjung berarti pengetahuan untuk lebih sadar lingkungan lebih tinggi,
sehingga peluang untuk bersedia membayar juga lebih tinggi.
2. Tingkat pendapatan : Semakin tinggi pendapatan seorang pengunjung tiap
bulannya maka peluang untuk bersedia membayar lebih besar karena
pengunjung memiliki dana lebih untuk membayar retribusi.
3. Pengetahuan manfaat Situ Babakan : Semakin banyak pengetahuan seorang
pengunjung terhadap manfaat dari Situ Babakan maka akan semakin besar
pula peluang pengunjung tersebut bersedia membayar retribusi.
4. Frekuensi kunjungan : Semakin sering seorang pengunjung mendatangi Situ
Babakan maka peluang untuk bersedia membayar akan semakin kecil,
karena pengunjung merasa terbebani dengan terus menerus membayar
5. Domisili pengunjung : Semakin dekat tempat tinggal seorang pengunjung
dengan Situ Babakan maka peluang untuk bersedia membayar akan semakin
kecil, karena dengan lokasi yang dekat pengunjung cenderung untuk lebih
mudah dan lebih sering mendatangi Situ Babakan sehingga bila diharuskan
membayar retribusi ia akan merasa keberatan.
6. Biaya kunjungan : Semakin besar biaya transportasi yang harus dikeluarkan
menuju Situ Babakan maka alokasi dana untuk membayar retribusi akan
semakin kecil dan peluang untuk bersedia membayar juga semakin kecil.
4.4.2Analisis Nilai WTP dari Pengunjung Situ Babakan
Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan WTP
dengan menggunakan pendekatan CVM dalam penelitian ini meliputi (Hanley
dan Spash, 1993) :
1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)
Pasar hipotetik dibentuk atas dasar menurunnya kualitas lingkungan
Situ Babakan sebagai objek wisata alam. Selain itu, tidak adanya anggaran
untuk kebersihan areal situ turut memperparah menurunnya fungsi situ itu
sendiri. Hal tersebut dapat diatasi dengan perbaikan kualitas lingkungan.
Salah satu caranya adalah mendapatkan sumber dana dari pengunjung
dengan penarikan retribusi. Selanjutnya, pasar hipotetik yang ditawarkan
Ratri Hanindha Majid, 2008
Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
36
Skenario :
“Jika Pengelola kawasan Situ Babakan berencana untuk melakukan program
pelestarian Situ Babakan agar fungsi dari situ sebagai tandon air alami serta
daerah penyerapan air dan sebagai objek wisata alam yang indah tetap
terjaga dengan melakukan pemeliharaan kebersihan baik di daratan maupun
di wilayah perairan Situ Babakan, serta pemantauan kondisi dan pencegahan
penurunan kualitas Situ Babakan seperti pendangkalan dan pencemaran,
maka pengelola PBB mengharapkan partisipasi para pengunjung Situ
Babakan untuk membayar retribusi yang dananya akan digunakan sebagai
dana operasional seperti untuk membayar karyawan serta membeli sarana
dan prasarana untuk pelaksanaan program tersebut.”
Dengan skenario ini maka responden mengetahui gambaran tentang
situasi hipotetik mengenai rencana penarikan retribusi untuk pelestarian
objek wisata alam Situ Babakan. Besarnya retribusi yang patut diberlakukan
akan ditanyakan kepada responden mengenai WTP dalam pemberlakukan
kebijakan tersebut. Kepada setiap responden akan ditanyakan apakah
mereka setuju (ya) atau menolak (tidak setuju) terhadap kebijakan tersebut.
Pertanyaan yang menyangkut Skenario :
Apabila pengelola PBB melaksanakan program pelestarian Situ
babakan dengan biaya operasional dari retribusi pengunjung, maka kepada
responden akan ditanyakan kesediaan membayar biaya retribusi sebagai