• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN,

SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

Oleh :

Ratri Hanindha Majid A14303031

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG

BERJUDUL “ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP

UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA SUATU PERGURUAN TINGGI, LEMBAGA, ATAU INSTITUSI MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Mei 2008

(3)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

RINGKASAN

RATRI HANINDHA MAJID. Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta

Selatan. Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA.

Situ Babakan yang terletak di wilayah Jabodetabek, tepatnya di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, merupakan salah satu wilayah yang dilindungi berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi DKI Jakarta. Dengan Keputusan ini secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.

Seiring dengan makin banyaknya pengunjung yang datang ke Situ Babakan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Di sisi lain, pengelola Situ Babakan tidak memiliki anggaran khusus untuk menjaga kebersihan situ dan belum melakukan penarikan retribusi (tiket masuk) menuju kawasan Situ Babakan menyebabkan semua orang dapat dengan mudah memasuki kawasan situ. Oleh karena itu perlu diupayakan adanya tarif retribusi bagi pengunjung situ agar dana pelestarian kawasan Situ Babakan dapat diperoleh sehingga kelestarian dan fungsi Situ Babakan dipertahankan. Besarnya imbal jasa (retribusi) tidak bisa ditetapkan begitu saja tanpa pertimbangan ilmiah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan berupa analisis Willingness To Pay (WTP) sehingga besarnya retribusi mempunyai dasar yang kuat. Berdasarkan perhitungan dari pengelola Kawasan Situ babakan, anggaran minimal untuk pemeliharaan level rendah (kebersihan air dan daratan sekitar situ) adalah Rp. 80.000.000,00 per tahun. Dengan jumlah rata-rata pengunjung per tahun sebanyak 69.742 orang, maka besarnya tarif minimal retribusi adalah Rp.1.200,00.

Studi analisis WTP pengunjung untuk pelestarian Situ Babakan ini

meliputi karakteristik pengunjung Situ Babakan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan, besarnya nilai WTP pengunjung Situ Babakan sebagai dasar penetapan biaya retribusi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis secara kualitiatif dan kuantitatif menggunanakan komputer dengan program

Microsoft Office Excell dan Minitab for Windows Release 13.

(4)

kelamin perempuan. Angka tersebut tidak berarti bahwa yang mengunjungi situ babakan mayoritas laki-laki melainkan bahwa pemimpin atau pengambil keputusan untuk melakukan wisata ke Situ Babakan mayoritas adalah laki-laki.

Tingkat usia responden cukup bervariasi dimana jumlah responden tertinggi berada pada kisaran usia 27 – 36 tahun (48 persen) dan terendah pada kisaran lebih dari 47 tahun (4 persen). Didukung juga oleh status perkawinan bahwa pengunjung yang telah menikah berjumlah 40 orang dari 50 orang responden. Hal ini menandakan bahwa pengunjung yang datang ke Situ Babakan umumnya sudah berkeluarga.

Tingkat pendidikan responden mayoritas adalah berpendidikan SLTA (54 persen) dan responden yang paling sedikit jumlahnya adalah yang berpendidikan SD (2 persen). Jenis pekerjaan responden pengunjung Situ Babakan paling banyak berprofesi sebagai karyawan (46 persen) dengan penghasilan antara setengah juta sampai satu juta rupiah sebanyak 36 persen, tidak jauh berbeda dengan yang berpenghasilan antara satu sampai satu setengah juta rupiah sebanyak 32 persen. Responden yang memiliki tingkat pendapatan tertinggi (lebih dari dua juta) sebanyak 12 persen sedangkan yang memiliki pendapatan terendah (kurang dari lima ratus ribu) adalah 4 persen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar retribusi adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Empat puluh tiga orang responden (86 persen) menyatakan besedia untuk membayar sedangkan tujuh orang sisanya (14 persen) menyatakan tidak bersedia. Semakin tinggi pendidikan seseorang berarti pengetahuan tentang lingkungan yang baik juga semakin tinggi sehingga kesediaan untuk membayar juga semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka kesediaan membayar retribusi juga semakin tinggi.

Hasil perhitungan rata-rata nilai WTP responden adalah sebesar Rp 2.104,65. Nilai ini melebih nilai yang dibutuhkan Pengelola Kawasan Situ

Babakan sebesar Rp 1.200,00. Sedangkan untuk nilai total WTP responden diperoleh sebesar Rp 23.603.663,00 per bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden yaitu tingkat pendapatan, biaya kunjungan, dan frekuensi kunjungan. Variabel tingkat pendapatan dan biaya kunjungan berkorelasi secara positif terhadap besarnya WTP sedangkan variabel frekuensi kunjungan berkorelasi negatif.

(5)

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN,

SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

Oleh :

Ratri Hanindha Majid A14303031

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(6)

SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN NAMA : RATRI HANINDHA MAJID

NRP : A14303031

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc NIP. 130 367 086

Mengetahui. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Semarang , 25 Mei 1985 sebagai anak yang terakhir dari tiga bersaudara pasangan M.Tarkiyo dan Siti Hanifah. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Siliwangi Semarang dan dilanjutkan ke jenjang sekolah dasar di SD Siliwangi 02 Semarang. Pada tahun 1997 penulis menjadi siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Semarang hingga tahun 2000 dan kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di SMU Negeri 3 Semarang. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah umum dan selanjutnya diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

(8)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dengan segala rahmat yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan yang memiliki tujuan untuk mengetahui kesediaan pengunjung dan besarnya nilai dalam membayar retribusi kebersihan sebagai upaya pelestarian Situ Babakan.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan yang dihadapi selama penelitian. Besar harapan penulis, kiranya penelitian ini dapat menjadi sebuah wacana bagi masayarakat luas untuk lebih peduli kepada lingkungan dan senantiasa menjaganya untuk kehidupan mendatang.

Bogor, Mei 2008

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat yang tiada terputus dan Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak yang terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Ibu yang selalu hadir di setiap langkah dengan kasih sayang, semangat, keteladanan, dan doa yang tak pernah putus.

2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc selaku pembimbing skripsi yang

senantiasa sabar serta memberikan perhatian dan bimbingan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan A. Faroby

Falatehan SP,ME selaku dosen penguji wakil departemen atas kesediaannya menguji dan saran yang diberikan kepada penulis.

4. Bapak Indra sebagai Ketua Pengelola Kawasan Situ Babakan atas izin dan bantuannya selama proses penelitian.

5. Ayah Alif tersayang, suami yang selalu menjadi cahaya di kegelapan, you're always there giving me all you've got..

6. Alif my sunshine, anak mama yang bikin hidup lebih hidup. 7. Mas Linggar, Kak Ia+Abang+Nadhil atas kisah kasih selama ini 8. Bapak Ibu Pandeglang atas doa dan restunya

9. My Pha atas doa dan dukungannya, semoga Allah memberikan taufik dan

hidayahNya

10.Semua teman-teman yang telah membantu doa, tenaga, dan pikiran dan

semangat bagi penulis.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(10)

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL ... ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6

2.1 Situ ... ... 6

2.2 Wisata Alam ... ... 9

2.3 Metode Estimasi Penilaian Nilai Lingkungan ... 11

2.4 Penelitian Terdahulu ... ... 13

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 16

3.1 Kerangka teoritis ... ... 16

3.1.1 Konsep Contingent Valuation Method...... 16

3.1.2 Kelebihan Contingent Valuation Method ... 17

3.1.3 Kelemahan Contingent Valuation Method ... 17

3.1.4 Tahap-Tahap Studi Contingent Valuation Method ... 21

3.1.5 Organisasi dari pengoperasian Contingent Valuation Method ... 24

3.1.6 Analisis Regresi Logit... ... 25

3.2 Kerangka Operasional ... ... 27

3.3 Hipotesis ... ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ... ... 31

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 31

4.2 Metode Pengambilan Sampel ... ... 31

(11)

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN,

SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

Oleh :

Ratri Hanindha Majid A14303031

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(12)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG

BERJUDUL “ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP

UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA SUATU PERGURUAN TINGGI, LEMBAGA, ATAU INSTITUSI MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Mei 2008

(13)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

RINGKASAN

RATRI HANINDHA MAJID. Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta

Selatan. Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA.

Situ Babakan yang terletak di wilayah Jabodetabek, tepatnya di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, merupakan salah satu wilayah yang dilindungi berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi DKI Jakarta. Dengan Keputusan ini secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.

Seiring dengan makin banyaknya pengunjung yang datang ke Situ Babakan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Di sisi lain, pengelola Situ Babakan tidak memiliki anggaran khusus untuk menjaga kebersihan situ dan belum melakukan penarikan retribusi (tiket masuk) menuju kawasan Situ Babakan menyebabkan semua orang dapat dengan mudah memasuki kawasan situ. Oleh karena itu perlu diupayakan adanya tarif retribusi bagi pengunjung situ agar dana pelestarian kawasan Situ Babakan dapat diperoleh sehingga kelestarian dan fungsi Situ Babakan dipertahankan. Besarnya imbal jasa (retribusi) tidak bisa ditetapkan begitu saja tanpa pertimbangan ilmiah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan berupa analisis Willingness To Pay (WTP) sehingga besarnya retribusi mempunyai dasar yang kuat. Berdasarkan perhitungan dari pengelola Kawasan Situ babakan, anggaran minimal untuk pemeliharaan level rendah (kebersihan air dan daratan sekitar situ) adalah Rp. 80.000.000,00 per tahun. Dengan jumlah rata-rata pengunjung per tahun sebanyak 69.742 orang, maka besarnya tarif minimal retribusi adalah Rp.1.200,00.

Studi analisis WTP pengunjung untuk pelestarian Situ Babakan ini

meliputi karakteristik pengunjung Situ Babakan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan, besarnya nilai WTP pengunjung Situ Babakan sebagai dasar penetapan biaya retribusi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis secara kualitiatif dan kuantitatif menggunanakan komputer dengan program

Microsoft Office Excell dan Minitab for Windows Release 13.

(14)

kelamin perempuan. Angka tersebut tidak berarti bahwa yang mengunjungi situ babakan mayoritas laki-laki melainkan bahwa pemimpin atau pengambil keputusan untuk melakukan wisata ke Situ Babakan mayoritas adalah laki-laki.

Tingkat usia responden cukup bervariasi dimana jumlah responden tertinggi berada pada kisaran usia 27 – 36 tahun (48 persen) dan terendah pada kisaran lebih dari 47 tahun (4 persen). Didukung juga oleh status perkawinan bahwa pengunjung yang telah menikah berjumlah 40 orang dari 50 orang responden. Hal ini menandakan bahwa pengunjung yang datang ke Situ Babakan umumnya sudah berkeluarga.

Tingkat pendidikan responden mayoritas adalah berpendidikan SLTA (54 persen) dan responden yang paling sedikit jumlahnya adalah yang berpendidikan SD (2 persen). Jenis pekerjaan responden pengunjung Situ Babakan paling banyak berprofesi sebagai karyawan (46 persen) dengan penghasilan antara setengah juta sampai satu juta rupiah sebanyak 36 persen, tidak jauh berbeda dengan yang berpenghasilan antara satu sampai satu setengah juta rupiah sebanyak 32 persen. Responden yang memiliki tingkat pendapatan tertinggi (lebih dari dua juta) sebanyak 12 persen sedangkan yang memiliki pendapatan terendah (kurang dari lima ratus ribu) adalah 4 persen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar retribusi adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Empat puluh tiga orang responden (86 persen) menyatakan besedia untuk membayar sedangkan tujuh orang sisanya (14 persen) menyatakan tidak bersedia. Semakin tinggi pendidikan seseorang berarti pengetahuan tentang lingkungan yang baik juga semakin tinggi sehingga kesediaan untuk membayar juga semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka kesediaan membayar retribusi juga semakin tinggi.

Hasil perhitungan rata-rata nilai WTP responden adalah sebesar Rp 2.104,65. Nilai ini melebih nilai yang dibutuhkan Pengelola Kawasan Situ

Babakan sebesar Rp 1.200,00. Sedangkan untuk nilai total WTP responden diperoleh sebesar Rp 23.603.663,00 per bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden yaitu tingkat pendapatan, biaya kunjungan, dan frekuensi kunjungan. Variabel tingkat pendapatan dan biaya kunjungan berkorelasi secara positif terhadap besarnya WTP sedangkan variabel frekuensi kunjungan berkorelasi negatif.

(15)

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN,

SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

Oleh :

Ratri Hanindha Majid A14303031

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(16)

SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN NAMA : RATRI HANINDHA MAJID

NRP : A14303031

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc NIP. 130 367 086

Mengetahui. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Semarang , 25 Mei 1985 sebagai anak yang terakhir dari tiga bersaudara pasangan M.Tarkiyo dan Siti Hanifah. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Siliwangi Semarang dan dilanjutkan ke jenjang sekolah dasar di SD Siliwangi 02 Semarang. Pada tahun 1997 penulis menjadi siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Semarang hingga tahun 2000 dan kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di SMU Negeri 3 Semarang. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah umum dan selanjutnya diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

(18)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dengan segala rahmat yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan yang memiliki tujuan untuk mengetahui kesediaan pengunjung dan besarnya nilai dalam membayar retribusi kebersihan sebagai upaya pelestarian Situ Babakan.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan yang dihadapi selama penelitian. Besar harapan penulis, kiranya penelitian ini dapat menjadi sebuah wacana bagi masayarakat luas untuk lebih peduli kepada lingkungan dan senantiasa menjaganya untuk kehidupan mendatang.

Bogor, Mei 2008

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat yang tiada terputus dan Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak yang terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Ibu yang selalu hadir di setiap langkah dengan kasih sayang, semangat, keteladanan, dan doa yang tak pernah putus.

2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc selaku pembimbing skripsi yang

senantiasa sabar serta memberikan perhatian dan bimbingan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan A. Faroby

Falatehan SP,ME selaku dosen penguji wakil departemen atas kesediaannya menguji dan saran yang diberikan kepada penulis.

4. Bapak Indra sebagai Ketua Pengelola Kawasan Situ Babakan atas izin dan bantuannya selama proses penelitian.

5. Ayah Alif tersayang, suami yang selalu menjadi cahaya di kegelapan, you're always there giving me all you've got..

6. Alif my sunshine, anak mama yang bikin hidup lebih hidup. 7. Mas Linggar, Kak Ia+Abang+Nadhil atas kisah kasih selama ini 8. Bapak Ibu Pandeglang atas doa dan restunya

9. My Pha atas doa dan dukungannya, semoga Allah memberikan taufik dan

hidayahNya

10.Semua teman-teman yang telah membantu doa, tenaga, dan pikiran dan

semangat bagi penulis.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(20)

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL ... ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6

2.1 Situ ... ... 6

2.2 Wisata Alam ... ... 9

2.3 Metode Estimasi Penilaian Nilai Lingkungan ... 11

2.4 Penelitian Terdahulu ... ... 13

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 16

3.1 Kerangka teoritis ... ... 16

3.1.1 Konsep Contingent Valuation Method...... 16

3.1.2 Kelebihan Contingent Valuation Method ... 17

3.1.3 Kelemahan Contingent Valuation Method ... 17

3.1.4 Tahap-Tahap Studi Contingent Valuation Method ... 21

3.1.5 Organisasi dari pengoperasian Contingent Valuation Method ... 24

3.1.6 Analisis Regresi Logit... ... 25

3.2 Kerangka Operasional ... ... 27

3.3 Hipotesis ... ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ... ... 31

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 31

4.2 Metode Pengambilan Sampel ... ... 31

(21)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

ii

4.4 Pengolahan dan Analisis Data ... ... 32

4.4.1 Analisis Kesediaan Pengunjung untuk Membayar Retribusi dalam Upaya Melestarikan Alam Situ Babakan ... 33

(22)

Membayar Retribusi dalam Upaya Pelestarian Situ Babakan ... 57 6.3 Analisis Willingness To Pay dengan Pendekatan Contingent

Valuation Method... ... 63 6.4 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ... 67 6.5 Kebijakan Pelestarian Situ Babakan ... ... 70

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 72 7.1 Kesimpulan ... ... 72 7.2 Saran... ... 73

(23)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jumlah Pengunjung Perkambpungan Budaya Betawi ... 3

2 Kriteria untuk Wisata Alam ... 9 3 Potensi Pendapatan dalam Kegiatan Pariwisata ... 10

4 Perbandingan berbagai metode Valuasi Ekonomi

Lingkungan ... 12

5 Hasil Logit Kesediaan Responden Membayar Retribusi

dalam Upaya Pelestarian Situ Babakan ... 60

6 Frekuensi Observasi dan Harapan Pilihan Kesediaan

Pengunjung Membayar Retribusi ... 62

7 Tabel Koreksi Nilai Observasi dan Harapan Peluang

Responden Responden Bersedia Membayar Retribusi ... 63

8 Distribusi Nilai WTP Responden Pengunjung Situ

(24)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(25)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kuisioner Penelitian ... ... 77 2 Data Kunjungan Wisatawan ke Perkampungan

(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Situ (atau danau) merupakan sumber daya alam yang banyak digunakan sebagai penunjang kehidupan manusia. Sebagai wilayah penampungan air, situ dimanfaatkan manusia sebagai sumber air untuk keperluan domestik, pemasok air tanah sehingga sumur di pemukiman penduduk sekitar situ tidak kering, habitat biota air yang dapat digunakan untuk tempat budidaya ikan, dan wilayah perairan yang memiliki pemandangan indah untuk kegiatan pariwisata.

Wilayah Jabodetabek merupakan wilayah yang pada awalnya memiliki banyak situ. Menurut data Kemitraan Air Indonesia, terdapat 223 situ dan waduk di wilayah Jadebotabek, namun kini sebanyak 68 persen sudah mengalami kerusakan berupa pendangkalan (42 persen), dijadikan sawah dan ladang (27 persen), dijadikan pemukiman (5 persen), sarana pembuangan sampah (2 persen), dan dialihfungsikan menjadi sarana umum (3 persen)1. Salah satu dampak yang dapat dirasakan akibat kerusakan situ di Jadebotabek adalah makin seringnya banjir di daerah ini terutama di Jakarta. Situ Babakan merupakan salah satu situ yang berada di wilayah Jadebotabek, tepatnya di wilayah Jakarta Selatan. Situ ini merupakan salah satu wilayah yang dilindungi berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah

1

(27)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

2

resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan juga sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dengan Keputusan ini secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.

Selain menikmati keindahan alam dan keasrian Situ Babakan, pengunjung objek wisata ini juga disuguhi pagelaran budaya betawi seperti acara kesenian berupa Tari Cokek, Tari Topeng, Lenong, Ondel-ondel, dan kesenian lainnya pada panggung terbuka disekitar Situ setiap hari Minggu. Pada acara ini biasanya pengunjung dapat turut berinteraksi seperti ikut menari atau mengomentari para pemain lenong yang sedang beraksi. Perpaduan antara wisata alam dan budaya ini ternyata menarik para pengunjung untuk datang ke Situ Babakan dimana menurut data yang diperoleh dari Pengelola PBB, sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2007, jumlah pengunjung objek wisata Situ Babakan pada umumnya menunjukkan peningkatan setiap tahunnya (Tabel 1).

(28)

dan profesional seperti langkah pencegahan pendangkalan, pengelolaan sampah dan limbah, serta pemeliharaan lainnya sehingga fungsi awal Situ Babakan sebagai tandon alam pencegah banjir serta daerah penyerapan air tetap terjaga.

Tabel 1 . Jumlah Pengunjung Perkampungan Budaya Betawi (PBB)

No Tahun Jumlah Pengunjung (orang)

1 2001 10.230

2 2002 49.375

3 2003 44.545

4 2004 51.919

5 2005 98.834

6 2006 98.713

7 2007 134.575

Sumber : Pengelola PBB 2007

(29)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

4

1.2. Perumusan Masalah

Situ Babakan merupakan sebuah bentang alam yang penting sebagai wilayah konservasi, hunian, pertanian, serta wisata dan budaya. Pesatnya aktivitas manusia di kawasan ini menimbulkan kekhawatiran akan kelestarian dan keasrian situ serta lingkungan sekitar yang secara ekologis tidak dapat dipisahkan dari keberadaan situ tersebut. Terjadinya aktivitas manusia di kawasan Situ Babakan yang tidak terkendali dan tanpa menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang memadai, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada situ sehingga menurunkan nilai fungsi dari situ sebagai tandon air dan daerah resapan air serta objek wisata.

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, kondisi air di Situ Babakan tampak mulai kotor oleh sampah yang dibuang oleh para pengunjung. Hal ini diperparah oleh minimnya sarana dan prasaraan kebersihan serta kurangnya kepedulian warga dan pengunjung terhadap lingkungan. Untuk mengelola lingkungan Situ Babakan dengan baik diperlukan sumber daya manusia serta sarana, dan prasarana yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan tersebut.

(30)

Dari uraian diatas, maka masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana karakteristik pengunjung Situ Babakan?

b. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kesediaan pengunjung

membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan?

c. Berapa besarnya nilai WTP pengunjung Situ Babakan sebagai dasar

penetapan biaya retribusi?

d. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari

pengunjung Situ Babakan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengkaji karakteristik pengunjung Situ Babakan

b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung

membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan.

c. Menilai besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan sebagai

dasar penetapan biaya retribusi.

d. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP dari

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Situ

Situ dalam batasan ekologi didefinisikan sebagai perairan tergenang yang merupakan daerah penampungan air yang terbentuk secara alamiah (natural) atau pun buatan manusia (artificial) yang merupakan sumber air baku bagi berbagai kepentingan kehidupan manusia, dimana air yang ditampung pada umumnya berasal dari air hujan (run off), sungai, atau saluran pembuangan dan mata air (Natasaputra, 2000). Menurut Inmendagri No. 14 Tahun 1998, Situ merupakan wadah/genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang airnya berasal dari air tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang potensial dan merupakan salah satu kawasan lindung.

(32)

di Jakarta, Tangerang dan Bekasi2. Sebagian besar situ sudah dalam kondisi rusak atau berubah fungsi. Salah satu dampak yang dapat dirasakan akibat kerusakan situ di Jabotabek adalah makin seringnya banjir terutama di Jakarta.

Menurut Aboejoewono (1999), situ memiliki banyak fungsi baik ditinjau dari segi ekologis maupun ekonomi, antara lain :

a) Sebagai sumber air bagi kehidupan ;

Situ-situ di wilayah Jabotabek sebagian besar dimanfaatkan sebagai sumber air untuk keperluan air minum dan MCK. Selain itu juga dipergunakan untuk irigasi dan industri.

b) Pengaturan tata air dan pemasok air tanah;

Situ merupakan tempat penampungan air baik yang berasal dari air hujan maupun sumber air mengalir. Air yang tertampung di dalam situ merupak pemasok air ke aquifier, air tanah atau situ lainnya yang letaknya lebih rendah. Situ sangat penting untuk mempertahankan air tanah dangkal yang menjadi sumber air bagi masyarakat sekitar.

c) Pengendali banjir ;

Situ memiliki kemampuan menyimpan kelebihan air yang berasal dari hujan maupun sumber air mengalir. Situ dapat mengurangi volume air yang mengalir selama musim hujan sehingga dapat mengurangi atau mencegah terjadinya banjir.

d) Pengatur iklim mikro;

Proses evapotranspirasi yang terjadi di suatu situ dapat menjaga kelembaban di daerah sekitarnya. Selain itu, situ yang luas dengan

2

(33)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

8

pepohonan atau keadaan flora yang baik memiliki kemampuan untuk menyimpan air hujan sehingga mampu menjaga kelembaban sepanjang waktu.

e) Habitat berbagai jenis flora dan fauna;

Dalam satu ekosistem, situ merupakan habitat dari berbagai spesies flora dan fauna. Berbagai jenis flora dan fauna kehidupannya sangat bergantung pada keberadaan situ seperti berbagai jenis burung, hewan air, dan tumbuhan-tumbuhan tertentu.

f) Budidaya perikanan;

Perairan situ dapat pula digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan yang merupakan salah satu upaya dalam mengoptimalkan sumber daya alam. Khususnya di wilayah Jabotabek, situ-situ telah dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dengan sistem keramba jaring apung.

g) Kegiatan pariwisata atau rekreasi

Sebagai salah satu sumber daya alam perairan, situ memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai kawasan wisata atau tempat rekreasi. Pemanfaatan situ tersebut turut menunjang pendapatan daerah sekaligus masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.

(34)

2.2. Wisata Alam

Pariwisata merupakan suatu kegiatan perpindahan sementara dari orang-orang menuju suatu tempat yang berbeda dari kondisi rumah dan tempat bekerjanya dengan tujuan untuk menikmati berbagai fasilitas di tempat tersebut sesuai dengan keinginannya (Gunn 1994). Pariwisata juga didefiniskan sebagai kegiatan manusia yang meliputi perilaku manusia menggunakan sumber daya alam dan terjadi interaksi antara manusia,

ekonomi, dan lingkungan (Holden, 2000). Menurut United Nation

Environmental Programme (UNEP) (1999) suatu kawasan dapat menjadi kawasan wisata jika mempunyai kriteria yang memadai (Tabel 2).

Tabel 2. Kriteria untuk Kawasan Wisata Alam

No Kriteria

1 Kekhasan atraksi alam

- Tipe hutan, sungai, danau (situ)

- Kenaekaragaman hayati

- Keunikan spesies tertentu

- Kemudahan flora dan fauna untuk diamati 2 Atraksi pendukung atau pelengkap

- Peluang atau untuk berenang (air terjun, sungai, atau pantai)

- Peluang untuk kegiatan berolah raga ( mandayung,

memancing, dsb)

- Budaya lokal (kesenian, kebiasaan tradisional) - Peninggalan sejarah

3 Aksesibilitas dan Infrastruktur - Jarak lokasi tempat wisata

- Akses (jalan raya, kereta api, penerbangan) - Fasilitas kesehatan. komunikasi yang memadai 4 Iklim

- Cuaca yang mendukung rekreasi

- Banyaknya curah hujan dan distribusinya 5 Kondisi Sosial dan Politik

- Adanya stabilitas sosial politik - Terjaminnya keamanan wisatawan

(35)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

10

Indecon (Indonesia Ecotourism Network) pada tanggal 16 Januari 1996 melakukan sebuah simposium kepariwisataan dengan mengangkat tema pariwisata yang berbasis alam. Simposium tersebut menghasilkan suatu definisi bagi ekowisata sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Menurut Stecker (1996) dalam Maryadi (2003), terdapat beberapa penerimaan yang diperoleh dari pengelolaan sumberdaya alam sebagai kawasan wisata (Tabel 3).

Tabel 3. Potensi Pendapatan dalam Kegiatan Pariwisata

No Kategori Biaya (fee) Keterangan

1 Biaya Masuk (entrance fee) Biaya yang dikenakan kepada

wisatawan yang akan masuk ke wilayah objek wisata

2 Biaya penggunaan (user fee) Bagi wisata yang menggunakan

tempat parkir, sewa tempat untuk berkemah, menggunakan perahu, biaya peminjaman (alat teropong, alat memancing), pemandu wisata

3 Royalti (profit share) Pembuatan buku panduan wisata,

cinderamata, pemotretan dikawasan tertentu

4 Biaya Penyewaan kavling (concession fee)

Bagi perusahaan yang akan menggunakan tempat untuk berjualan, biro perjalanan

5 Surat Izin (licenses) Operator perjalanan, Pemandu

wisata, peneliti, pemburu

6 Pajak (taxes) Pajak yang dikenakan bagi para

wisatawan yang menyewa hotel, taksi

7 Bantuan (donation) Bantuan yang diberikan oleh

donatur yang mempunyai perhatian terhadap kawasan ini

(36)

Fandelli (2000) menyimpulkan ada delapan prinsip dalam kegiatan ekowisata, yaitu : (1) Mencegah dan menanggulangi dari aktivitas yang mengganggu terhadap alam dan budaya, (2) Pendidikan konservasi lingkungan, (3) Pendapatan langsung untuk kawasan, (4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, (5) Meningkatkan penghasilan masyarakat, (6) Menjaga keharmonisan dengan alam, (7) Menjaga daya dukung lingkungan, (8) Meningkatkan devisa bagi pemerintah.

2.3. Metode Estimasi Peniliaian Nilai Lingkungan

Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan sampai saat ini telah berkembang sekitar 5 jenis metode menurut Yakin (1997).

Diantaranya adalah The Dose-Response Method (DRM), Hedonic Price

Method (HPM), Travel Cost Method (TCM), The Averting Behaviour Method (ABM), dan Contingent Valuation Method (CVM). Metode yang populer digunakan saat ini adalah Contingent Valuation Method (CVM

(37)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

12

Tabel 4. Perbandingan berbagai metode Valuasi Ekonomi Lingkungan

Metode

Kriteria

Validitas Reabilitas Comprehensive

Kelengkapan dan kepraktisan The Dose-Response

Method (DRM) Sedang

Sangat

Rendah Tinggi Sedang

Hedonic Proce Method

(HPM) Sedang Sedang Rendah Sedang Travel Cost Method

(TCM) Sedang Sedang Rendah Sedang Averting Behaviour

Method (ABM) Sedang Sedang Rendah Sedang Contingent Valuation

Sumber : Hoevenagel dalam Yakin (1997)

Metode CVM adalah teknik survey untuk menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada cara-cara pembayaran lain seperti pajak diterapkan (Yakin,1997). Dalam CVM dikenal empat macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden (Hanley dan Spash,1993), yaitu :

1. Metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana

jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai nilai WTP maksimum dari responden didapatkan.

(38)

3. Metode Kartu Pembayaran (payment card), yaitu metode dengan penggunaan nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang memungkinkan jenis pengeluaran responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden untuk menyesuaikan jawaban mereka.

4. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question), yaitu suatu metode dimana responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa ada penyaranan nilai awal terlebih dahulu. Responden seringkali menemui kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut, khususnya para responden yang tidak memiliki pengalaman mengenai hal-hal yang menjadi bahan pertanyaan dari pewawancara.

2.4. Penelitian Terdahulu

(39)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

14

dilakukan beberapa langkah perbaikan, terutama untuk mengurangi beban pencemaran yang diterima oleh Situ Babakan.

Penelitian sejenis juga telah dilakukan oleh Harniati (2004) dan Nurhakim (2004) yang menilai kelayakan Situ Babakan sebagai lokasi wisata agro dinilai dari kualitas air dan potensi aplikasi Keramba Jaring Apung (KJA). Semua penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas air di Situ Babakan masih baik namun mengalami degradasi karena adanya pencemaran yang perlu segera diatasi.

(40)

Betawi, Perancangan lanskap waterfront dan pekarangan Perkampungan Budaya Betawi.

(41)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1 Konsep Contingent Valuation Method

Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survey untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka

berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang

lingkungan (Yakin, 1997). CVM menggunakan pendekatan secara langsung

yang pada dasarnya menanyakan kepada masyarakat berapa besarnya

maksimum Willingness to Pay (WTP) untuk manfaat tambahan dan/atau berapa besarnya maksimum Willingness to Accept (WTA) sebagai kompensasi dari kerusakan barang lingkungan. Dalam penelitian ini

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan WTP.

Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang

mendekati dari barang-barang lingkungan jika pasar dari barang-barang

tersebut benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuisioner dan

responden) harus sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya.

Responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam

kuesioner. Responden juga harus mengenal alat hipotetik yang digunakan

untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk secara langsung, yang juga

(42)

3.1.2Kelebihan Contingent Valuation Method (CVM)

Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu

lingkungan memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :

1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan mememiliki dua hal penting,

yaitu : seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat,

dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan.

2. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang

lingkungan di sekitar masyarakat.

3. Dibandingkan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya CVM memiliki

kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Dengan CVM,

seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang

lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung.

4. Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analis yang kompeten, namun

hasil dari penelitian menggunakan metode ini tidak sulit untuk dianalisis

dan dijabarkan.

3.1.3Kelemahan Contingent Valuation Method

Teknik CVM memiliki kelemahan yaitu munculnya berbagai bias dalam

pengumpulan data. Bias dalam CVM menurut Hanley dan Spash (1993) terdiri

dari :

1. Bias Strategi (Strategic Bias)

Adanya responden yang memberikan suatu nilai WTP yang relatif

(43)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

18

peningkatan kualitas lingkungan dengan harga yang lebih tinggi

kemungkinan dapat terjadi. Alternatif untuk mengurangi bias strategi ini

adalah melalui penjelasan bahwa semua orang akan membayar nilai tawaran

rata-rata atau penekanan sifat hipotetis dari perlakuan. Hal ini akan

mendorong responden untuk memberikan nilai WTP yang benar.

Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan empat langkah untuk meminimalkan bias strategi yaitu :

i) Menghilangkan seluruh pencilan (outlier).

ii) Penekanan bahwa pembayaran oleh responden lain adalah dapat

dijamin.

iii) Menyembunyikan nilai tawaran responden lain.

iv) Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran.

Sedangkan Hoehn dan Randall (1987) dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan bahwa bias strategi dapat dihilangkan dengan

menggunakan format referendum (jawaban “ya” atau “tidak”) terhadap nilai WTP yang terlalu tinggi.

2. Bias Rancangan (Design Bias)

Rancangan studi CVM mencakup cara informasi yang disajikan,

instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi

yang disajikan kepada responden. Beberapa hal dalam rancangan survei

yang dapat mempengaruhi responden adalah :

(44)

yang diberikan dalam bentuk “karcis masuk kawasan” akan

menghasilkan nilai WTP yang lebih rendah dibandingkan dalam bentuk

trust fund” pada studi CVM untuk menilai perlindungan kawasan rimba. Hal ini dapat terjadi karena individu merasa tidak senang

membayar atau mengeluarkan uang pada saat ia ingin melakukan

rekreasi di kawasan tersebut atau karena kebijakan karcis merupakan

kebijakan fiskal yang tidak populer di masyarakat.

2) Bias titik awal (starting point bias). Pada metode bidding game, titik awal yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai

tawaran (bid) yang ditawarkan. Hal ini dapat dikarenakan responden yang ditanyai merasa kurang sabar (ingin cepat selesai) atau karena titik

awal yang mengemukakan besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan

selera responden (disukai responden karena responden tidak memiliki

pengalaman tentang nilai perdagangan benda lingkungan yang

dipermasalahkan).

3) Sifat informasi yang ditawarkan (nature of information provided). Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi

benda lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan

bekerja. Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotetis

(45)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

20

3. Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiwaan Responden (Mental Account Bias)

Bias ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang

individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan, dan

waktunya yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam

periode waktu tertentu.

4. Kesalahan Pasar Hipotetik (Hypotetical Market Error)

Kesalahan pasar hipotetik terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada

responden di dalam pasar hipotetik membuat tanggapan responden berbeda

dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilkan

menjadi berbeda dengan nilai yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan studi

CVM tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu

perdagangan atau pasar yang murni hipotetik yang didapatkan dari

pertemuan antara kondisi psikologi dan sosiologi perilaku. Terjadinya bias

pasar hipotetik bergantung pada :

1) Bagaimana pertanyaan disampaikan ketika melaksanakan survei.

2) Seberapa realistik responden merasakan pasar hipotetik akan terjadi.

3) Bagaimana format WTP yang digunakan.

Solusi untuk menghilangkan bias ini salah satunya yaitu desain dari

alat survei sedemikian rupa sehingga maksimisasi realitas dari situasi yang

akan diuji dan melakukan pengulangan kembali untuk kekonsistenan dari

(46)

3.1.4Tahap –Tahap Studi Contingent Valuation Method

Terdapat beberapa tahap dalam penerapan analisis CVM (Hanley dan

Spash, 1993), yaitu :

1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)

Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar

hipotetik dan pertanyaan mengenai nilai barang/jasa lingkungan. Pasar

hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya

membayar terhadap suatu barang/jasa lingkungan dimana tidak terdapat

nilai dalam mata uang berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Dalam

pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran

yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam

kuisioner sehingga responden dapat memahami barang lingkukngan yang

dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain

itu didalam kuisioner juga perlu dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika

terdapat keinginan masyarakat untuk membayar.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)

Setelah kuisioner selesai dibuat, maka dilakukan kegiatan

pengambilan sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan

tatap muka, dengan perantara telepon, atau surat. Wawancara dengan

telepon telah menjadi pilihan terakhir mengingat pengumpulan informasi

mengenai suatu barang lewat telepon tergolong cukup sulit, terkait dengan

keterbatasan waktu. Wawancara dengan surat cukup sering dilakukan, tetapi

(47)

non-Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

22

response bias) atau tingkat tanggapan yang rendah (low-response rates). Wawancara menggunakan petugas yang terlatih memungkinkan cakupan

untuk pertanyaan dan jawaban secara lebih rinci, tetapi tidak menutup

kemungkinan bias yang dilakukan oleh petugas tersebut.

3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP)

Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya

adalah penghitungan nilai tengah (median) dan nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Nilai tengah digunakan apabila terjadi rentang nilai penawara

yang terlalu jauh, misalnya dari 25 responden, 24 responden memiliki nilai

penawaran sebesar Rp 10.000 tetapi ada satu responden yang memiliki nilai

penawaran sebesar Rp 1.000.000. Jika penghitungan nilai penawaran

menggunakan rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari

yang sebenarnya, oleh karena itu digunakan nilai tengah karena nilai tengah

tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah

penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.

4. Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)

Sebuah kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai

WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai

tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan

untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah

variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Selain itu,

kurva WTP dapat juga berguna untuk menguji sensitivitas jumlah WTP

(48)

Variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP contohnya antara lain

tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K),

tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan

(Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi

linear dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut :

WTPi = f(Yi, Ei, Ki, Ai, Qi)

dimana i = responden ke-i.

5. Menjumlahkan Data (Agregating Data)

Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran

dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Bentuk ini sebaiknya

termasuk seluruh komponen dari nilai relevan yang ditemukan seperti nilai

keberadaan dan nilai penggunaan. Keputusan dalam penjumlahan data

ditentukan oleh :

1. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk

mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara

signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki

batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru

tersebut.

2. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh

dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N,

meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat

pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel ini telah dimasukkan ke

(49)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

24

dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva

penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N.

3. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat.

Ini tergantung pada pola CVM yang akan dipakai. Pada setiap kasus dari

aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang,

masyarakat dikonfrontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi

saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana

adanya implikasi discounting.

6. Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)

Tahap ini menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil

dilakukan. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan seperti apakah responden benar-benar mengerti mengenai pasar

hipotetik, berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang/jasa

lingkungan yang terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar

hipotetik yang dibuat dapat mencakup semua aspek barang/jasa lingkungan,

dan lain-lain pertanyaan sejenis.

3.1.5Organisasi dari Pengoperasian Contingent Valuation Method

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam organisasi

pengoperasian CVM, yaitu :

(50)

2. Alat pembayaran yang digunakan dan/atau ukuran kesejahteraan (WTP) sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang terkait di

masyarakat.

3. Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang

publik yang dimaksud dalam kuisioner dan alat pembayaran untuk

penawaran mereka.

4. Jika memungkinkan, ukuran WTP sebaiknya dicari, karena responden

sering kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka berikan

5. Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah

perolehan selang kepercayaan dan reabilitas

6. Pengujian kebiasaan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi untuk

memperkecil strategic bias secara khusus

7. Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi

8. Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karakteristik

yang sama dengan populasi, dan penyesuaian diperlukan.

9. Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali untuk melihat jika mereka setuju

dengan harapan yang tepat. Nilai minimum dari 15% untuk Radjusted

direkomendasikan oleh Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993).

3.1.6Analisis Regresi Logit

Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis

(51)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

26

peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Namun jika

peubah respon dari analisis regresinya berupa peubah kategorik, maka analisis

regresi yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Peubah kategori bisa

merupakan suatu pilihan ya/tidak atau suka/tidak. Sedangkan peubah penjelas

pada analisis regresi logistik ini dapat berupa peubah kategori ataupun peubah

numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori

peubah respon.

Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi logistik biner, dimana

peubah responnya hanya memiliki dua peluang kejadian. Dalam analisisnya

permodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan

melalui transformasi logit. Formula dari transformasi logit tersebut adalah :

Logit (pi) = loge ⎟⎟

dengan pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah

respon untuk orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e.

Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian

dalam penelitian. Gambar berikut ini mengilustrasikan proses transformasi logit

tersebut.

Pi Logit (Pi)

Logit Transform

Predictor Predictor

(52)

Dengan demikian model yang digunakan dalam analisis regresi logistik

biner adalah sebagai berikut ini :

Logit (pi) = β0 + β1*X

dengan logit (pi) adalah nilai transformasi logit untuk peluang kejadian sukses, β0 adalah intersep model garis regresi, β1 adalah slope model garis regresi dan X

adalah peubah penjelas.

Di dalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran

asosiasi, atau ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. Salah satu

keuntungan penggunaan analisis regresi logistik adalah bahwa ukuran asosiasi

ini seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah

satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik

adalah rasio odd.

Odd sendiri dapat diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon. Adapun rasio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin, dalam kaitannya adegan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya.

3.2Kerangka Operasional

Situ Babakan merupakan salah satu situ yang berada di wilayah

Jabodetabek, tepatnya di wilayah Jakarta Selatan. Secara fungsional Situ Babakan

berfungsi sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan

daerah Jakarta bagian Selatan dan juga sebagai salah satu penampung debit air

(53)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

28

Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun

2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di

Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan

oleh Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dengan Keputusan ini

secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan

difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.

Pengelolaan suatu kawasan wisata alam agar tetap terjaga kelestariannya

memerlukan suatu dana yang cukup besar. Imbal jasa yang diambil atas kepuasan

konsumen dari nilai keindahan yang dimiliki objek wisata berupa retribusi

merupakan suatu proses perdagangan yang sah dan lumrah. Retribusi yang

dikenakan kepada pengunjung digunakan sebagai dana operasional seperti untuk

membayar karyawan serta membeli sarana dan prasarana untuk pelaksanaan

program pelestarian situ agar tetap terjaga fungsi utamanya yaitu sebagai daerah

resapan air untuk pengendali banjir.

Besarnya imbal jasa (retribusi) tidak bisa diputuskan begitu saja tanpa

pertimbangan ilmiah. Untuk itulah perlu dilakukan analisis willingness to pay

sehingga besarnya retribusi mempunyai dasar yang kuat. Dengan adanya retribusi

ini tentu saja harus diimbangi dengan pelayanan yang baik berupa penciptaan

suasana nyaman sehingga nilai kepuasan dari konsumen menjadi optimal.

3.3Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah, dapat

(54)

1. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat pengetahuan mengenai

manfaat situ berpengaruh positif terhadap kesedian untuk membayar

retribusi.

2. Biaya untuk melakukan kunjungan ke Situ Babakan, domisili pengunjung

dan frekuensi kunjungan berpengaruh negatif terhadap kesedian untuk

membayar retribusi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung di

pengaruhi secara positif oleh tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan,

sedangkan secara negatif dipengaruhi oleh biaya melakukan kunjungan,

(55)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

30

Sebagai daerah resapan air,tendon air, pengendali banjir daerah Jakarata Selatan SITU BABAKAN upaya pelestraian alam Situ

Babakan

Analisis Regresi Logit Contingent Valuation Method

Besarnya Willingness To Pay (WTP) Analisis

Deskriptif

Regresi Berganda

Penarikan retribusi dalam upaya pelestarian Situ Babakan

(56)

METODE PENELITIAN

4.1Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Situ Babakan, Kelurahan

Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi

tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) karena Situ Babakan memiliki karakteristik berbeda yaitu suatu objek wisata alam yang sekaligus dijadikan

sebagai wahana wisata budaya betawi berdasarkan Keputusan Gubernur

Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang

Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB). Lokasi ini dipilih

karena selain telah ditetapkan sebagai objek wisata alam dan budaya betawi,

untuk memasuki kawasan Situ Babakan belum dilakukan penarikan retribusi

terhadap pegunjungnya. Penelitian dilaksanankan selama dua bulan, yaitu

Februari hingga Maret 2008.

4.2Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

accidental sampling yaitu mengambil responden/sampel yang ada atau yang kebetulan ditemui (Rakhmat, 2002). Responden yang dipilih dalam penelitian

(57)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

32

sudah bekerja serta mau untuk mengikuti proses wawancara. Jumlah responden

yang di ambil sebanyak 50 orang.

4.3Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan

data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

hasil wawancara langsung dengan responden melalui kuisioner. Data primer

tersebut meliputi respon dari responden terhadap penarikan retribusi untuk

pelestarian alam Situ Babakan serta nilai nominal yang bersedia dibayarkan

oleh responden bagi program pelestarian Situ Babakan tersebut.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

berbagai instansi terkait mengenai pengelolaan Situ babakan yaitu : Pengelola

PBB, Dinas Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum, dan Kelurahan Srengseng

Sawah. Data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan

topik penelitian ini.

4.4Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh dianalisis secara kualitiatif dan kuantitatif.

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan

(58)

4.4.1Analisis Kesediaan Pengunjung untuk Membayar Retribusi dalam Upaya Melestarikan Alam Situ Babakan

Analisis data menggunakan regresi logit dilakukan untuk mengkaji

kesediaann pengunjung dalam membayar retribusi untuk pelestarian Situ

Babakan. Model regresi logitnya adalah sebagai berikut :

sehingga diperoleh bentuk model logit sebagai berikut :

(59)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

34

Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan teori-teori, penelitian

terdahulu, dan observasi di lokasi penelitian. Peluang pengunjung bersedia

untuk membayar retribusi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pengetahuan manfaat Situ Babakan,

frekuensi kunjungan, domisili pengunjung, dan biaya kunjungan.

Variabel-variabel yang berbanding lurus dengan peluang pengunjung

untuk membayar retribusi adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan

pengetahuan manfaat Situ Babakan. Sedangkan frekuensi kunjungan, domisili

pengunjung, dan biaya kunjungan berhubungan secara negatif. Hubungannya

adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pendidikan : Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang

pengunjung berarti pengetahuan untuk lebih sadar lingkungan lebih tinggi,

sehingga peluang untuk bersedia membayar juga lebih tinggi.

2. Tingkat pendapatan : Semakin tinggi pendapatan seorang pengunjung tiap

bulannya maka peluang untuk bersedia membayar lebih besar karena

pengunjung memiliki dana lebih untuk membayar retribusi.

3. Pengetahuan manfaat Situ Babakan : Semakin banyak pengetahuan seorang

pengunjung terhadap manfaat dari Situ Babakan maka akan semakin besar

pula peluang pengunjung tersebut bersedia membayar retribusi.

4. Frekuensi kunjungan : Semakin sering seorang pengunjung mendatangi Situ

Babakan maka peluang untuk bersedia membayar akan semakin kecil,

karena pengunjung merasa terbebani dengan terus menerus membayar

(60)

5. Domisili pengunjung : Semakin dekat tempat tinggal seorang pengunjung

dengan Situ Babakan maka peluang untuk bersedia membayar akan semakin

kecil, karena dengan lokasi yang dekat pengunjung cenderung untuk lebih

mudah dan lebih sering mendatangi Situ Babakan sehingga bila diharuskan

membayar retribusi ia akan merasa keberatan.

6. Biaya kunjungan : Semakin besar biaya transportasi yang harus dikeluarkan

menuju Situ Babakan maka alokasi dana untuk membayar retribusi akan

semakin kecil dan peluang untuk bersedia membayar juga semakin kecil.

4.4.2Analisis Nilai WTP dari Pengunjung Situ Babakan

Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan WTP

dengan menggunakan pendekatan CVM dalam penelitian ini meliputi (Hanley

dan Spash, 1993) :

1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)

Pasar hipotetik dibentuk atas dasar menurunnya kualitas lingkungan

Situ Babakan sebagai objek wisata alam. Selain itu, tidak adanya anggaran

untuk kebersihan areal situ turut memperparah menurunnya fungsi situ itu

sendiri. Hal tersebut dapat diatasi dengan perbaikan kualitas lingkungan.

Salah satu caranya adalah mendapatkan sumber dana dari pengunjung

dengan penarikan retribusi. Selanjutnya, pasar hipotetik yang ditawarkan

(61)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

36

Skenario :

“Jika Pengelola kawasan Situ Babakan berencana untuk melakukan program

pelestarian Situ Babakan agar fungsi dari situ sebagai tandon air alami serta

daerah penyerapan air dan sebagai objek wisata alam yang indah tetap

terjaga dengan melakukan pemeliharaan kebersihan baik di daratan maupun

di wilayah perairan Situ Babakan, serta pemantauan kondisi dan pencegahan

penurunan kualitas Situ Babakan seperti pendangkalan dan pencemaran,

maka pengelola PBB mengharapkan partisipasi para pengunjung Situ

Babakan untuk membayar retribusi yang dananya akan digunakan sebagai

dana operasional seperti untuk membayar karyawan serta membeli sarana

dan prasarana untuk pelaksanaan program tersebut.”

Dengan skenario ini maka responden mengetahui gambaran tentang

situasi hipotetik mengenai rencana penarikan retribusi untuk pelestarian

objek wisata alam Situ Babakan. Besarnya retribusi yang patut diberlakukan

akan ditanyakan kepada responden mengenai WTP dalam pemberlakukan

kebijakan tersebut. Kepada setiap responden akan ditanyakan apakah

mereka setuju (ya) atau menolak (tidak setuju) terhadap kebijakan tersebut.

Pertanyaan yang menyangkut Skenario :

Apabila pengelola PBB melaksanakan program pelestarian Situ

babakan dengan biaya operasional dari retribusi pengunjung, maka kepada

responden akan ditanyakan kesediaan membayar biaya retribusi sebagai

Gambar

Tabel                                                                                         Halaman
Gambar                                                                                                      Halaman
Gambar 1. Transformasi logit
Gambar 2. Diagram Alur Kerangka Berfikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pendapat Bapak/Ibu setelah membaca dan memeriksa butir-butir soal evaluasi pembelajaran IPS materi Uang dan Pengelolaan Uang dalam Tema Permainan di SD Negeri 1 Pepedan

Berdasarkan uraian tersebut di atas yang telah dibuktikan selama pelaksanaan KKN- PPM selama1 bulan di Dusun Sulang , keluarga bapak Gede Bendesa adalah termasuk

Mengelola pekerjaan pemasangan; granit, keramik untuk lantai dan dinding pada pekerjaan konstruksi batu dan beton sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar

Nilai 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal Nilai 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal Nilai 3 : Jika

Second, although there were no classification society rules or SOLAS regulations governing the cargo-handling areas and equipment on self-unloading bulk carriers, the

naik seiring dengan penambahan fraksi berat total dan pada komposit Al/SiC seiring. dengan penambahan fraksi berat total nilai keausan spesifiknya

Drs KRT Kawendro Susilo / Sekretaris Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) /ketika ditemui Tim Apa Kabar Jogja RBTV /menjelaskan bahwa untuk menanamkan rasa seni serta lebih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa berdasarkan gaya belajar (Diverger, Assimilator, Converger, Accomodator,