• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis hubungan faktor-faktor motivasi dengan kepuasan kerja karyawan di Restoran Bakmi Japos Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis hubungan faktor-faktor motivasi dengan kepuasan kerja karyawan di Restoran Bakmi Japos Bogor"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI

DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

DI RESTORAN BAKMI JAPOS BOGOR

SKRIPSI RAMAH BUDIARTI

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

i RINGKASAN

RAMAH BUDIARTI. D34104023. 2008. Analisis Hubungan Faktor-Faktor Motivasi Dengan Kepuasan Kerja Karyawan di Restoran Bakmi Japos Bogor. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Zulfikar Moesa, MS.

Pembimbing Anggota : Ir. Anggraini Sukmawati, MM.

Keefektifan sebuah organisasi (perusahaan) sangat dipengaruhi oleh perilaku anggotanya (manusia). Perilaku anggota dalam sebuah organisasi salah satunya dapat dipengaruhi oleh motivasi kerja yang ada dalam diri seseorang. Seorang karyawan yang memiliki motivasi kerja yang tinggi diharapkan dapat mencapai kepuasan kerja yang tinggi, sehingga karyawan lebih giat dalam bekerja. Melalui analisis yang berhubungan dengan motivasi dan kepuasan kerja karyawan Restoran Bakmi Japos, maka kendala-kendala yang timbul dapat diatasi oleh perusahaan.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) mengetahui tingkat motivasi kerja karyawan, 2) mengetahui tingkat kepuasan kerja karyawan, 3) mengetahui bagaimana tingkat kepuasan kerja karyawan yang termotivasi dibandingkan dengan karyawan yang tidak termotivasi, dan 4) menganalisis hubungan antara faktor-faktor motivasi dengan kepuasan kerja karyawan Restoran Bakmi Japos. Penelitian ini dilaksanakan di Restoran Bakmi Japos Cabang Bogor yang terletak di Jl. Otto Iskandardinata No. 80 Bogor Telp. (0251) 380322. Pengambilan data responden dilakukan secara sensus (pencacahan lengkap). Penelitian ini didesain sebagai suatu survei yang bersifat deskriptif korelatif. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan lapang dan wawancara langsung dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner tersebut sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitas instrumen. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji Mann-Witney U

dan korelasi Rank Spearman.

Uji validitas menggunakan nilai r hasil Corrected Item Total Correlation. Berdasarkan hasil uji validitas diperoleh bahwa terdapat 18 dan 24 pertanyaan yang valid untuk kuesioner kepuasan dan motivasi kerja karyawan. Setelah itu untuk uji reliabilitas digunakan metode Alpha-Cronbach. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh alpha sebesar 0,877 untuk kepuasan kerja karyawan dan 0,932 untuk motivasi kerja karyawan. Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan dengan r tabel pada selang kepercayaan 95% yaitu 0,2407, maka kuesioner yang disebarkan dapat diandalkan untuk dijadikan alat ukur dalam penelitian ini.

(3)

ii maksimum yaitu 5,00. Hal tersebut mengindikasikan bahwa diperlukan peningkatan motivasi kerja yang lebih tinggi seperti yang diharapkan oleh perusahaan.

Secara umum karyawan merasa puas dengan pekerjaannya saat ini, hal itu ditunjukan dengan nilai rataan yang berada pada selang 0,00-1,00. Nilai rataan terbesar diperoleh pada faktor atasan yaitu sebesar 1,72. Berdasarkan Uji Mann-Whitney U diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara karyawan yang termotivasi dengan karyawan yang tidak termotivasi dalam hal tingkat kepuasan kerja, hal ini ditunjukan dengan nilai Exact Sign. yang lebih besar dari alpha yang telah ditentukan sebelumnya (Exact Sig. = 0,081 > α = 0,05).

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman diketahui terdapat hubungan nyata agak lemah (moderately low association) antara faktor-faktor motivasi dengan kepuasan kerja karyawan di Restoran Bakmi Japos Bogor, hal itu ditunjukan dengan nilai korelasi yang diperoleh berada pada selang 0,26-0,50. Faktor jenis pekerjaan berhubungan nyata dengan faktor kebijakan perusahaan dan administratif, rasa aman dan pengawasan. Faktor kesempatan promosi berhubungan nyata dengan faktor pengakuan. Faktor atasan berhubungan agak lemah dengan faktor pengakuan, pengembangan potensi diri, kondisi kerja, kebijakan perusahaan dan administratif dan pengawasan. Faktor gaji berhubungan agak lemah dengan faktor pengakuan, kebijakan perusahaan dan administratif, rasa aman dan pengawasan. Faktor rekan kerja tidak berhubungan nyata dengan faktor-faktor motivasi. Hubungan antara faktor atasan dengan kebijakan perusahaan dan administratif memiliki nilai korelasi terbesar yaitu sebesar 0,474. Hal yang sebaiknya diperhatikan oleh perusahaan yaitu faktor-faktor yang memiliki nilai total rataan skor terendah untuk penilaian karyawan terhadap faktor-faktor motivasi dan kepuasan kerja karyawan dan faktor motivasi yang berhubungan nyata serta memiliki nilai korelasi terbesar dengan kepuasan kerja karyawan.

(4)

iii ABSTRACT

Relation Analysis of Employes Motivation Factors With Job Satisfaction in Bakmi Japos Bogor Restaurant

Budiarti R., Z. Moesa, and A. Sukmawati

The objective of this research : 1) to know the condition of employee’s motivation, 2) to know the condition of employee’s satisfaction, 3) to know condition of employee’s satisfaction if good employee’s motivation are compared with bad employee’s motivation, and 4) to analyze relationship factors of employee’s motivation with job satisfaction. The data collected by questionnaire, interview and dictum. There are 39 respondent. Analysis was conducted by using descriptif analysis, Mann-Whitney U test and Rank Spearman Correlation test. There are eight indicators as an object analysis which can be classified on two dimention; motivasional and hygiene as a motivation constructor and five indicators as an object analysis as a job satisfaction costructors. The result shows that condition of the employee’s motivation haven’t optimal yet, indicated by low percentation of work motivation of employee’s. Employee’s satisfaction has a good level. Level of job satisfaction is not significant between good and bad employee’s motivation. Correlation between four factors of job satisfaction (kind of work, promotion, supervisor and salary) with motivation factors in the Champion are classified as moderately low association, but for partner factor with another motivation factors are no association.

(5)

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI

DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

DI RESTORAN BAKMI JAPOS BOGOR

Oleh

RAMAH BUDIARTI D34104023

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 10 Maret 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Zulfikar Moesa, MS. Ir. Anggraini Sukmawati, MM. NIP. 130 516 995 NIP. NIP. 132 105 159

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(6)

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI

DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

DI RESTORAN BAKMI JAPOS BOGOR

RAMAH BUDIARTI D34104023

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(7)

iv RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Januari 1986 di Garut, Jawa Barat. Penulis

adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Aa Supriatna, SP.

dan Ibu Dedeh Jubaedah.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Mekarjaya,

Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMPN 1

Cikajang dan Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di

SMAN 1 Garut.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Industri

Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa

Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Institut Pertanian Bogor dan Himpunan Mahasiswa

Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) Fakultas Peternakan, Institut

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

nikmat, karunia dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Hubungan Faktor-Faktor Motivasi Dengan Kepuasan Kerja

Karyawan di Restoran Bakmi Japos Bogor”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial

Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat motivasi kerja

karyawan, mengetahui tingkat kepuasan kerja karyawan, mengetahui tingkat

kepuasan kerja karyawan, mengetahui tingkat kepuasan karyawan yang termotivasi

dibandingan dengan karyawan tidak termotivasi dan menganalisis hubungan

faktor-faktor motivasi dengan kepuasan kerja karyawan Restoran Bakmi Japos Bogor.

Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi Restoran Bakmi

Japos Bogor untuk menerapkan kebijakan perusahaan yang baik agar dapat

memotivasi dan memuaskan karyawan dalam meningkatkan penjualan, memuaskan

konsumen dan mendapatkan keuntungan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca

dan tak lupa pembaca mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu.

Bogor, Maret 2008

(9)

DAFTAR ISI

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ………... 18

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 35

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .………... 35

Karakteristik Responden ………... 35

Analisis Motivasi Kerja Karyawan ………... 38

Analisis Kepuasan Kerja Karyawan ………. 51

Uji Mann-Watney U ………. 57

Hubungan Antara Faktor-Faktor Motivasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan ………... 58

KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

Kesimpulan ………... 66

Saran ………. 66

UCAPAN TERIMAKASIH ... 67

DAFTAR PUSTAKA ……….... 68

(11)

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI

DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

DI RESTORAN BAKMI JAPOS BOGOR

SKRIPSI RAMAH BUDIARTI

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

i RINGKASAN

RAMAH BUDIARTI. D34104023. 2008. Analisis Hubungan Faktor-Faktor Motivasi Dengan Kepuasan Kerja Karyawan di Restoran Bakmi Japos Bogor. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Zulfikar Moesa, MS.

Pembimbing Anggota : Ir. Anggraini Sukmawati, MM.

Keefektifan sebuah organisasi (perusahaan) sangat dipengaruhi oleh perilaku anggotanya (manusia). Perilaku anggota dalam sebuah organisasi salah satunya dapat dipengaruhi oleh motivasi kerja yang ada dalam diri seseorang. Seorang karyawan yang memiliki motivasi kerja yang tinggi diharapkan dapat mencapai kepuasan kerja yang tinggi, sehingga karyawan lebih giat dalam bekerja. Melalui analisis yang berhubungan dengan motivasi dan kepuasan kerja karyawan Restoran Bakmi Japos, maka kendala-kendala yang timbul dapat diatasi oleh perusahaan.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) mengetahui tingkat motivasi kerja karyawan, 2) mengetahui tingkat kepuasan kerja karyawan, 3) mengetahui bagaimana tingkat kepuasan kerja karyawan yang termotivasi dibandingkan dengan karyawan yang tidak termotivasi, dan 4) menganalisis hubungan antara faktor-faktor motivasi dengan kepuasan kerja karyawan Restoran Bakmi Japos. Penelitian ini dilaksanakan di Restoran Bakmi Japos Cabang Bogor yang terletak di Jl. Otto Iskandardinata No. 80 Bogor Telp. (0251) 380322. Pengambilan data responden dilakukan secara sensus (pencacahan lengkap). Penelitian ini didesain sebagai suatu survei yang bersifat deskriptif korelatif. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan lapang dan wawancara langsung dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner tersebut sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitas instrumen. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji Mann-Witney U

dan korelasi Rank Spearman.

Uji validitas menggunakan nilai r hasil Corrected Item Total Correlation. Berdasarkan hasil uji validitas diperoleh bahwa terdapat 18 dan 24 pertanyaan yang valid untuk kuesioner kepuasan dan motivasi kerja karyawan. Setelah itu untuk uji reliabilitas digunakan metode Alpha-Cronbach. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh alpha sebesar 0,877 untuk kepuasan kerja karyawan dan 0,932 untuk motivasi kerja karyawan. Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan dengan r tabel pada selang kepercayaan 95% yaitu 0,2407, maka kuesioner yang disebarkan dapat diandalkan untuk dijadikan alat ukur dalam penelitian ini.

(13)

ii maksimum yaitu 5,00. Hal tersebut mengindikasikan bahwa diperlukan peningkatan motivasi kerja yang lebih tinggi seperti yang diharapkan oleh perusahaan.

Secara umum karyawan merasa puas dengan pekerjaannya saat ini, hal itu ditunjukan dengan nilai rataan yang berada pada selang 0,00-1,00. Nilai rataan terbesar diperoleh pada faktor atasan yaitu sebesar 1,72. Berdasarkan Uji Mann-Whitney U diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara karyawan yang termotivasi dengan karyawan yang tidak termotivasi dalam hal tingkat kepuasan kerja, hal ini ditunjukan dengan nilai Exact Sign. yang lebih besar dari alpha yang telah ditentukan sebelumnya (Exact Sig. = 0,081 > α = 0,05).

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman diketahui terdapat hubungan nyata agak lemah (moderately low association) antara faktor-faktor motivasi dengan kepuasan kerja karyawan di Restoran Bakmi Japos Bogor, hal itu ditunjukan dengan nilai korelasi yang diperoleh berada pada selang 0,26-0,50. Faktor jenis pekerjaan berhubungan nyata dengan faktor kebijakan perusahaan dan administratif, rasa aman dan pengawasan. Faktor kesempatan promosi berhubungan nyata dengan faktor pengakuan. Faktor atasan berhubungan agak lemah dengan faktor pengakuan, pengembangan potensi diri, kondisi kerja, kebijakan perusahaan dan administratif dan pengawasan. Faktor gaji berhubungan agak lemah dengan faktor pengakuan, kebijakan perusahaan dan administratif, rasa aman dan pengawasan. Faktor rekan kerja tidak berhubungan nyata dengan faktor-faktor motivasi. Hubungan antara faktor atasan dengan kebijakan perusahaan dan administratif memiliki nilai korelasi terbesar yaitu sebesar 0,474. Hal yang sebaiknya diperhatikan oleh perusahaan yaitu faktor-faktor yang memiliki nilai total rataan skor terendah untuk penilaian karyawan terhadap faktor-faktor motivasi dan kepuasan kerja karyawan dan faktor motivasi yang berhubungan nyata serta memiliki nilai korelasi terbesar dengan kepuasan kerja karyawan.

(14)

iii ABSTRACT

Relation Analysis of Employes Motivation Factors With Job Satisfaction in Bakmi Japos Bogor Restaurant

Budiarti R., Z. Moesa, and A. Sukmawati

The objective of this research : 1) to know the condition of employee’s motivation, 2) to know the condition of employee’s satisfaction, 3) to know condition of employee’s satisfaction if good employee’s motivation are compared with bad employee’s motivation, and 4) to analyze relationship factors of employee’s motivation with job satisfaction. The data collected by questionnaire, interview and dictum. There are 39 respondent. Analysis was conducted by using descriptif analysis, Mann-Whitney U test and Rank Spearman Correlation test. There are eight indicators as an object analysis which can be classified on two dimention; motivasional and hygiene as a motivation constructor and five indicators as an object analysis as a job satisfaction costructors. The result shows that condition of the employee’s motivation haven’t optimal yet, indicated by low percentation of work motivation of employee’s. Employee’s satisfaction has a good level. Level of job satisfaction is not significant between good and bad employee’s motivation. Correlation between four factors of job satisfaction (kind of work, promotion, supervisor and salary) with motivation factors in the Champion are classified as moderately low association, but for partner factor with another motivation factors are no association.

(15)

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI

DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

DI RESTORAN BAKMI JAPOS BOGOR

Oleh

RAMAH BUDIARTI D34104023

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 10 Maret 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Zulfikar Moesa, MS. Ir. Anggraini Sukmawati, MM. NIP. 130 516 995 NIP. NIP. 132 105 159

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(16)

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI

DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

DI RESTORAN BAKMI JAPOS BOGOR

RAMAH BUDIARTI D34104023

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(17)

iv RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Januari 1986 di Garut, Jawa Barat. Penulis

adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Aa Supriatna, SP.

dan Ibu Dedeh Jubaedah.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Mekarjaya,

Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMPN 1

Cikajang dan Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di

SMAN 1 Garut.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Industri

Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa

Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Institut Pertanian Bogor dan Himpunan Mahasiswa

Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) Fakultas Peternakan, Institut

(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

nikmat, karunia dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Hubungan Faktor-Faktor Motivasi Dengan Kepuasan Kerja

Karyawan di Restoran Bakmi Japos Bogor”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial

Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat motivasi kerja

karyawan, mengetahui tingkat kepuasan kerja karyawan, mengetahui tingkat

kepuasan kerja karyawan, mengetahui tingkat kepuasan karyawan yang termotivasi

dibandingan dengan karyawan tidak termotivasi dan menganalisis hubungan

faktor-faktor motivasi dengan kepuasan kerja karyawan Restoran Bakmi Japos Bogor.

Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi Restoran Bakmi

Japos Bogor untuk menerapkan kebijakan perusahaan yang baik agar dapat

memotivasi dan memuaskan karyawan dalam meningkatkan penjualan, memuaskan

konsumen dan mendapatkan keuntungan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca

dan tak lupa pembaca mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu.

Bogor, Maret 2008

(19)

DAFTAR ISI

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ………... 18

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 35

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .………... 35

Karakteristik Responden ………... 35

Analisis Motivasi Kerja Karyawan ………... 38

Analisis Kepuasan Kerja Karyawan ………. 51

Uji Mann-Watney U ………. 57

Hubungan Antara Faktor-Faktor Motivasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan ………... 58

KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

Kesimpulan ………... 66

Saran ………. 66

UCAPAN TERIMAKASIH ... 67

DAFTAR PUSTAKA ……….... 68

(21)

DAFTAR TABEL Nomor

Halaman

1. Tingkat Reliablitas Berdasarkan Nilai Alpha ………... 19

2. Rentang Skala Pengambilan Keputusan Untuk Motivasi dan Kepuasan Kerja Karyawan ...

20

3. Jumlah karyawan Restoran Bakmi Japos ... 30

4. Jadwal Kerja Restoran Bakmi Japos Bogor ... 32

5. Karakteristik Responden ... 36

6. Penilaian Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Faktor Prestasi Kerja ... 39

7. Penilaian Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Faktor Pengakuan ... 42

8. Penilaian Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Faktor Tanggung Jawab ... 43

9. Penilaian Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Faktor Pengembangan Potensi Individu ... 44

10. Penilaian Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Faktor Kondisi Kerja ... 46

11. Penilaian Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Faktor Kebijakan Perusahaan dan Administratif ... 48

12. Penilaian Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Faktor Rasa Aman ... 49

13. Penilaian Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Faktor Pengawasan ... 50

14. Penilaian Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap Faktor Jenis Pekerjaan ... 52

15. Penilaian Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap Faktor Kesempatan Promosi ... 53

(22)

17. Penilaian Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap Faktor Gaji ... 55

18. Penilaian Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap Rekan Kerja ... 56

19. Hasil Uji Mann-Witney U ……….. 57

20. Hasil Uji Korelasi Antara Faktor Jenis Pekerjaan Dengan

Faktor-Faktor Motivasi ………. 59

21. Hasil Uji Korelasi Antara Faktor Kesempatan Promosi Dengan Faktor-Faktor Motivasi ... 60

22. Hasil Uji Korelasi Antara Faktor Atasan Dengan Faktor-Faktor Motivasi ... 62

23. Hasil Uji Korelasi Antara Faktor Gaji Dengan Faktor-Faktor Motivasi ... 63

24. Hasil Uji Korelasi Antara Faktor Rekan Kerja Dengan

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ……… 7

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesiner Penelitian ... 72

2. Hasil Uji Validas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi Kerja ... 76

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kepuasan Kerja .... 78

(25)

PENDAHULUAN Latar belakang

Pada era globalisasi ini banyak usaha peternakan pada subsistem agribisnis

hilir yang cukup besar dan menguntungkan baik itu asing maupun lokal, ditambah

lagi dengan usaha-usaha lain diluar bidang peternakan yang semakin marak di

Indonesia. Hal tersebut menunjukan adanya iklim persaingan yang semakin

kompetitif. Potensi SDM yang handal sangat dibutuhkan untuk mengatasi

tantangan-tantangan baru. Pengembangan SDM sangat dibutuhkan untuk meningkatkan

potensi, keterampilan, dan faktor-faktor lain yang terdapat didalam diri manusia.

Pengembangan SDM ini bertujuan untuk mencetak tenaga kerja yang tangguh dan

berkualitas tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya.

Kebutuhan masing-masing karyawan pada dasarnya berbeda satu sama lain.

Karyawan berharap kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh perusahaan.

Akan tetapi, disamping itu perusahaan juga berharap karyawan dapat bekerja dengan

baik dan memberikan kontribusi yang maksimal untuk kemajuan perusahaan. Seiring

dengan perubahan zaman, perusahaan-perusahaan pun terus membenahi diri

mempersiapkan segala konsekuensi menghadapi era globalisasi ini. Hal itu dilakukan

salah satunya dengan memberikan motivasi kerja pada karyawan. Perkembangan

motivasi kerja karyawan perlu dicermati secara sistematis sehingga dapat

meningkatkan perilaku kerja karyawan.

Keefektifan sebuah organisasi (perusahaan) sangat dipengaruhi oleh perilaku

anggotanya (manusia). Manusia adalah sumberdaya yang umum dan mutlak ada

dalam sebuah organisasi. Tidak ada organisasi tanpa manusia. Sumberdaya manusia

pada prinsipnya merupakan sumberdaya terpenting disamping sumberdaya lainnya

dalam perputaran roda kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, pengolahan sumberdaya

manusia diperlukan pihak manajemen secara optimal.

Perilaku anggota dalam sebuah organisasi salah satunya dapat dipengaruhi

oleh motivasi kerja yang ada dalam diri seseorang. Motivasi merupakan dorongan

dari dalam diri seseorang yang merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

karyawan bersemangat untuk bekerja. Walaupun masalah motivasi bukanlah masalah

yang mudah. Akan tetapi dengan motivasi yang tepat karyawan akan terdorong untuk

(26)

dengan keberhasilan perusahaan mencapai tujuan dan berbagai sasarannya,

kepentingan-kepentingan pribadi para karyawan tersebut akan terpelihara pula.

Seorang karyawan yang memiliki motivasi kerja yang tinggi diharapkan

dapat mencapai kepuasan kerja yang tinggi sehingga karyawan lebih giat dalam

bekerja. Motivasi karyawan akan muncul karena adanya faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal (motivasional) tersebut akan muncul karena karyawan

bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sedangkan faktor eksternal

(higiene) berasal dari perusahaan yang mendukung pelaksanaan kerja mereka.

Kepuasan kerja merupakan perluasan refleksi perlakuan yang baik, bisa

menciptakan perilaku-perilaku yang mampu mempengaruhi fungsi-fungsi

perusahaan. Sikap-sikap positif dari setiap karyawan harus selalu diperhatikan oleh

penyelia dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Kepuasan kerja seorang

karyawan akan timbul apabila imbalan yang diterima sesuai dengan apa yang

diharapkan. Terbentuknya kepuasan kerja yang tinggi dapat memacu peningkatan

produktivitas kerja karyawan.

Bakmi Japos memiliki 39 orang karyawan yang berasal dari beberapa daerah

yang berbeda. Heterogenitas karyawan ini berdampak pada kebiasaan-kebiasaan

karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari. Terutama bagi karyawan

dibagian operasional yang langsung berhubungan dengan konsumen. Akan tetapi,

walaupun demikian mereka tetap dituntut untuk dapat menyajikan makanan dan

memberikan pelayanan yang sesuai dengan permintaan pasar. Selain itu untuk

menjaga kepercayaan konsumen, mereka juga dituntut untuk dapat menjaga produk

yang dijual agar memiliki standar yang sama dengan cabang-cabang Bakmi Japos

lainnya. Hal ini menunjukan bahwa dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki

ketekunan dan ketelitian yang tinggi agar tujuan perusahaan tercapai dengan optimal.

Mengacu pada kondisi di atas, maka penting bagi perusahaan untuk

mengenali faktor-faktor apa yang menjadi kebutuhan karyawannya. Hal ini dapat

dijadikan acuan dalam rangka mengaktifkan motivasi para karyawan dengan harapan

kepuasan kerja karyawan pun akan tercapai agar dapat bekerja dengan giat untuk

mencapai tujuannya sendiri. Melalui analisis yang berhubungan dengan motivasi dan

kepuasan kerja karyawan Restoran Bakmi Japos, maka kendala-kendala yang timbul

(27)

Perumusan Masalah

Bakmi Japos merupakan restoran yang terletak di Jl. Otto Iskandardinata No.

80 Bogor. Bisnis restoran ini memang sangat potensial untuk dikembangkan di kota

Bogor, didukung dengan dekatnya Restoran Bakmi Japos dengan tempat rekreasi dan

dapat dijangkau oleh konsumen dengan mudah. Pada awalnya hasil penjualan

Restoran Bakmi Japos mencapai hasil yang cukup menggembirakan. Banyak

konsumen asing maupun lokal yang berkunjung kesana. Akan tetapi seiring

berjalannya waktu, konsumen yang berkunjung ke Restoran Bakmi Japos semakin

lama semakin berkurang. Hal ini berdampak pada penurunan hasil penjualan yang

cukup besar. Banyak keluhan dari konsumen yang disampaikan, akan tetapi

pelayan-pelayan Restoran Bakmi Japos kurang tanggap dalam melayani keluhan tersebut.

Keluhan-keluhan konsumen terhadap kecepatan penyajian makanan yang telah

dipesan dan kecepatan pelayanan dalam melakukan transaksi yang dirasakan masih

kurang, menyebabkan konsumen enggan untuk berkunjung kembali ke Restoran ini.

Kondisi kerja di Restoran Bakmi Japos terbilang cukup baik, tetapi

kejenuhan karyawan dalam bekerja akibat masa kerja yang cukup lama dan didukung

oleh sulitnya perputaran kenaikan jabatan menjadikan motivasi dan kepuasan kerja

karyawan menurun. Menyadari bahwa motivasi kerja karyawan merupakan salah

satu parameter yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, maka penting

sekali untuk dikaji faktor-faktor motivasi apa saja yang mempengaruhi kepuasan

kerja karyawan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana tingkat motivasi kerja karyawan Restoran Bakmi Japos?

2. Bagaimana tingkat kepuasan kerja karyawan di Restoran Bakmi Japos?

3. Bagaimana tingkat kepuasan kerja karyawan yang termotivasi dibandingkan

dengan karyawan yang tidak termotivasi?

4. Bagaimana hubungan faktor-faktor motivasi dengan kepuasan kerja karyawan

(28)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka dapat

dirumuskan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui tingkat motivasi kerja karyawan Restoran Bakmi Japos.

2. Mengetahui tingkat kepuasan kerja karyawan Restoran Bakmi Japos.

3. Mengetahui bagaimana tingkat kepuasan kerja karyawan Restoran Bakmi

Japos yang termotivasi dibandingkan dengan karyawan yang tidak

termotivasi.

4. Menganalisis hubungan faktor-faktor motivasi dengan kepuasan kerja

karyawan Restoran Bakmi Japos.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan

atau mempertahankan motivasi kerja karyawannya agar tercapainya

kepuasan kerja yang tinggi sehingga produktivitas kerja karyawan serta

perusahaan meningkat.

2. Sebagai bahan masukan bagi para peneliti selanjutnya dalam

mengembangkan Manajemen Sumberdaya Manusia dibidang pembangunan

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Manusia merupakan faktor penggerak dari sebuah organisasi, tidak ada

organisasi tanpa manusia. Manusia sebagai tenaga kerja memiliki pengaruh yang

tidak kecil terhadap efektivitas dan efisiensi dalam usaha meningkatkan produktivitas

dalam perusahaan secara optimal. Pada sebuah perusahaan unsur tenaga kerja mutlak

harus ada. Walaupun suatu perusahaan menerapkan sistem padat modal, akan tetapi

tanpa karyawan yang handal maka perusahaan itu tidak dapat menjalankan

operasinya.

Pada praktiknya, karyawan ini perlu dikembangkan dan dipelihara secara

efektif dan efisien agar menjadi karyawan yang produktif dan memiliki keunggulan

kompetitif yang tinggi. Pemberian motivasi kepada karyawan dapat menjadikan

karyawan lebih giat dalam bekerja. Kegiatan bekerja biasanya timbul karena adanya

dorongan untuk memenuhi kebutuhan yang pemunculannya tergantung dari

masing-masing individu. Begitu pula dengan kepuasan kerja, pada dasarnya hal tersebut

merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat

kepuasan kerja yang berbeda-beda, dengan pengukuran kepuasan kerja ini

diharapkan dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan karyawan.

Pada tingkat kepuasan kerja yang tinggi identik dengan terdapatnya motivasi

kerja yang tinggi pula, karena dengan peningkatan motivasi diharapkan tercapainya

kepuasan kerja. Motivasi pada diri setiap karyawan di suatu perusahaan dapat

dipupuk dan ditumbuhkan untuk mencapai kepuasan kerja masing-masing karyawan

yang pada akhirnya dapat tercapainya produktivitas kerja yang tinggi. Pada dasarnya

banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja

karyawan. Akan tetapi dalam penelitian ini sengaja tidak dimasukkan semua faktor

yang berpengaruh terhadap motivasi dan kepuasan kerja karyawan. Hal ini

didasarkan pada pertimbangan terbatasnya waktu dan biaya serta luasnya pokok

bahasan penelitian.

Pada analisis motivasi kerja karyawan digunakan model teori dua faktor

Herzberg. Terdapat dua faktor bentuk hubungan yang jelas dalam organisasi yaitu

faktor internal (motivasional) dan faktor eksternal (higiene). Analisis motivasi ini

(30)

individu untuk faktor motivasional dan kondisi kerja, kebijakan perusahaan dan

administratif, rasa aman serta pengawasan untuk faktor higiene.

Pada analisis kepuasan kerja karyawan digunakan Job Descriptive Index

(JDI). Hal ini digunakan dengan beberapa pertimbangan bahwa JDI mudah untuk dibaca, formatnya sederhana dan mudah untuk mengatur dan memberikan skor,

selain itu hal tersebut disesuaikan juga dengan kondisi perusahaan. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kepuasan kerja berdasarkan JDI, yaitu : 1) jenis pekerjaan, 2) kesempatan promosi, 3) atasan atau supervisi, 4) gaji dan 5) rekan kerja.

Penilaian karyawan terhadap faktor-faktor motivasi dan kepuasan kerja

karyawan dianalisis lebih dalam dengan menggunakan analisis deskriptif. Faktor

motivasi dikategorikan termotivasi dan tidak termotivasi untuk mengetahui

perbedaan tingkat kepuasan kerja karyawan dengan menggunakan Uji Mann-Whitney U. Masing-masing dari faktor tersebut dikorelasikan dengan menggunakan korelasi Rank Spearman untuk mengetahui ada tidaknya hubungan serta untuk mendapatkan alternatif faktor apa saja yang paling berhubungan antara motivasi

(31)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Termotivasi Tidak

Termotivasi

Puas Tidak puas

Hubungan motivasi dan kepuasan kerja karyawan

Lemah Kuat

Implikasi manajerial bagi perusahaan untuk menerapkan alternatif faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi dan kepuasan kerja karyawan

Perusahaan

SDM

Faktor Motivasional (internal) :

1.Prestasi

2. Pengakuan

3. Tanggungjawab

4. Pengembangan potensi individu.

Faktor Higiene (eksternal) :

1.Kondisi kerja

2. Kebijakan perusahaan dan

administratif

3. Rasa aman

4. Pengawasan

Faktor Kepuasan Kerja :

1. Jenis pekerjaan

2. Kesempatan promosi

3. Atasan atau supervisi

4. Gaji

5. Rekan kerja

Motivasi Kepuasan

Dipertahanklan/ditingkatkan

(32)

TINJAUAN PUSTAKA Restoran

Menurut Torsina diacu dalam Meilawati (2007), terdapat 10 jenis restoran

orisinil, yaitu : 1) family continental, 2) fast food, 3) cafetaria, 4) gourmet, 5) ethnic,

6) buffet, 7) coffe shop, 8) snack bar, 9) drive inthru or parking, 10) speciality restaurant. Berdasarkan hasil penelitian Meilawati (2007) mengenai “Analisis Strategi Pemasaran Restoran Cepat Saji (Studi Kasus Restoran Papa Ron’s Pizza

Bogor”, menyatakan bahwa Restoran Papa Ron’s Pizza Bogor termasuk jenis fast food. Hal tersebut dikarenakan Papa Ron’s Pizza Bogor melayani eat-in (makan di tempat) dan take out (dibungkus untuk makan di luar restoran), menu siap saji atau segera tersedia, agak terbatas dalam jenis, ruang dan dekorasi warna-warna utama

terang, harga tidak mahal dan mengutamakan banyak pelanggan. Bakmi Japos

sendiri termasuk jenis restoran family continental karena merupakan restoran tradisi untuk keluarga yang mementingkan masakan enak, suasana, dan harga bersahabat.

Biasanya pelayanan dan dekorasi biasa-biasa saja. Apple Pie termasuk cafetaria

karena terdapat di dalam gedung-gedung perkantoran atau pusat perbelanjaan,

sekolah dan pabrik-pabrik. Menu agak terbatas dan biasanya berganti-ganti menu

tiap harinya serta berharga ekonomis. Citra Minang termasuk restoran berjenis ethnic

karena menyajikan masakan dari daerah yang spesifik. Harzt Chicken termasuk

buffet dengan ciri utamanya satu harga untuk makan sepuasnya apa yang disajikan pada buffet. Bogor Permai termasuk jenis coffe shop yang ditandai dengan pelayanan secara cepat dan cepat juga dalam pergantian tempat duduk. Banyak seating

menempati counter service untuk menekan suasana informal. Ski Restoran termasuk jenis speciality restaurant karena restoran ini terletak jauh dari keramaian, tetapi menyajikan makanan khas yang menarik dan bermutu. Ditujukan kepada turis atau

keluarga dalam suasana khas yang lain dari pada yang lain.

Restoran termasuk dalam kategori jasa, walaupun prosesnya terkait dengan

produk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan biasanya

tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi (Bartono dan Ruffino,

2005). Menurut Kotler (2002) restoran terkait dengan orang, bukti fisik, dan proses,

karena sebagian besar jasa diberikan oleh orang, seleksi, pelatihan dan motivasi

(33)

Idealnya, pegawai harus memperlihatkan kompetensi, sikap memperhatikan,

responsif, inisiatif, kemampuan memecahkan masalah dan niat baik. Suatu restoran

akan mengembangkan gaya yang tampak dalam, dapat diamati dalam menangani

pelanggannya sehingga dapat menyampaikan tawaran nilai kepada konsumen yang

dituju, baik itu kebersihan, kecepatan atau manfaat lainnya (Sembiring, 2006).

Proses awal untuk menyiapkan tenaga dapur dengan suatu proses rekrutmen

didasarkan pada kenyataan bahwa dapur seharusnya memiliki sejumlah pegawai

pengolah makanan dengan kualifikasi tertentu. Kualifikasi ini diperlukan untuk

menjamin mutu produksi dan kecepatan memproduksi serta tingkat higiene makanan

yang diharuskan (Bartono dan Ruffino, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Nugraha (2004) mengenai “Analisis Strategi

Pemasaran pada Restoran Waralaba Bakmi Japos (Kasus di Bakmi Japos Cabang

Bogor)”, menyatakan Bakmi Japos Pusat selaku franchisor memberikan kebebasan setiap cabangnya untuk mencari dan merekrut tenaga kerja sendiri. Akan tetapi

khusus untuk bagian dapur, tenaga kerja dikirim dari pusat. Metode ini dilakukan

untuk memberikan standarisasi rasa dan standarisasi teknik bagi seluruh cabang

karena setiap koki atau juru masak tersebut telah melalui pelatihan yang mendalam

di pusat dan pengalaman yang cukup sehingga kemampuan dan dedikasinya tidak

diragukan lagi.

Menurut Setiawan (2006) dalam penelitiannya mengenai ”Analisis Program

Pelatihan dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT Mitra

Infoparma)”, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara program

pelatihan dengan kinerja karyawan dengan nilai korelasi sebesar 2,963. Hal ini

menunjukan, dengan pemberian pelatihan kepada karyawan maka kinerja karyawan

akan meningkat.

Menurut Bartono dan Ruffino (2005), sikap yang terkadang kasar, arogan,

tidak menghargai orang, dan sengaja membuat olah dianggap sudah menjadi ciri

khas orang yang bekerja di dapur dan dibebani masalah atau tugas berat sehingga

membuatnya stress. Oleh karena itu, diperlukan kecerdasan emosional (Emotional

Quetient-EQ), yang ditunjukkan dalam kepandaian mengendalikan gejolak hati dan

(34)

Pengasahan EQ ini memerlukan pembina, baik senior atau sesama pegawai yang

tingkat kebijaksanaannya dapat diandalkan.

Berdasarkan hasil penelitian Fahmi (2004) mengenai “Kajian Penerapan

Kompensasi, Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan di Restoran Cepat Saji Makanan

Khas Sunda Baraya”, menyatakan bahwa motivasi kerja yang bekerja sebagai juru

masak memiliki hubungan yang erat dengan kinerja yaitu pada nilai thitung = 6,5713 dan ttabel = 3,833. Hal ini berarti semakin besar motivasi kerja yang dimiliki karyawan akan menghasilkan tingkat kinerja karyawan yang semakin tinggi.

Staffing adalah cara supervisor mengatur tenaga kerja, baik jumlah atau kualitasnya, kedalam satu tim sehingga didalamnya ada stabilitas dan perimbangan,

antara shift (rombongan kerja) yang satu dengan yang lain (Bartono dan Ruffino, 2005). Menurut Nugraha (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada empat

pembagian jabatan di Bakmi Japos, yaitu bagian dapur, operasional, office dan kebersihan. Bagian dapur memiliki jumlah karyawan yang paling banyak

dibandingkan dengan bagian lain, karena di bagian dapur ini merupakan bagian vital

dari restoran.

Bartono dan Ruffino (2005) menyatakan bahwa rangkaian kegiatan yang

dilakukan akan menentukan dan mempengaruhi produk yang akan dihasilkan.

Berdasarkan hasil penelitian Nugraha (2004), menyatakan bahwa Bakmi Japos

menggunakan bahan baku berbasis agribisnis, sehingga dalam pengelolaannya

penyimpanan bahan baku tersebut dilakukan dengan sangat hati-hati seperti

penggunaan lemari pendingin untuk penyimpanan bahan baku tersebut. Pada proses

pemasakan hidangan, setiap juru masak dibagi dalam beberapa posisi agar

pekerjaannya lebih efisien. Begitu pula dengan pelayanan terhadap konsumen

dilakukan dengan metode first in first served dimana tamu yang lebih dulu datang akan dilayani terlebih dahulu juga.

Motivasi

Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan jembatan penghubung antara faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas dengan produktivitas yang dicapai. Motivasi yang

(35)

sekerja, atasan dan perusahan sehingga dapat mempengaruhi hasil yang dicapai.

Tinggi rendahnya produktivitas kerja manusia sangat dipengaruhi oleh motivasi

kerjanya (Arep dan Hendri, 2002). Sustemeister diacu dalam Ravianto (1990)

menyimpulkan bahwa 90 persen produktivitas tergantung dari unjuk kerja manusia

sendiri, tergantung pada motivasi kerja, 10-20 persen pada kemampuan sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian Sukrisno (2006) mengenai ”Analisis Hubungan

Antara Motivasi Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : Perum

BULOG Sub Divre Indramayu)”, menyatakan bahwa variabel potensi diri memiliki

pengaruh paling kecil terhadap faktor manajemen produktivitas dan tidak

berhubungan nyata dengan faktor efisiensi tenaga kerja. Hal tersebut menunjukan

bahwa variabel potensi diri tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat produktivitas

kerja seseorang.

Menurut Panggabean (2002), motif adalah suatu dorongan kebutuhan dalam

diri pegawai yang perlu dipenuhi, agar pegawai dapat menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya. Motivasi kerja merupakan sesuatu yang menimbulkan dorongan atau

semangat kerja, dengan kata lain motivasi kerja adalah pendorong semangat kerja.

Pada hubungannya dengan lingkungan kerja, motivasi kerja didefinisikan sebagai

kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku

yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

Menurut Aziz (2000) dalam penelitiannya mengenai ” Hubungan Antara

Motivasi dan Lingkungan Kerja Tenaga Lapangan Dikmas (TLD) dengan

Kemampuannya Mengelola Program Dikmas”, menyatakan bahwa faktor lingkungan

kerja yang mempengaruhi kemampuan TLD dalam mengelola program Dikmas,

diantaranya adalah fasilitas kerja, tunjangan dan hubungan kerja baik sesama TLD

maupun dengan atasan (Pemilik Dikmas). Terdapat hubungan positif antara peubah

motivasi dan lingkungan kerja TLD dengan kemampuannya mengelola program

Dikmas.

Motivasi Kerja

Perusahaan-perusahaan yang terkenal memiliki kemampuan dalam

mempertahankan karyawan yang baik menggunakan pendekatan “lebih dari sekadar

uang”. Mereka menyadari bahwa karakteristik organisasi yang paling mudah ditiru

(36)

mempengaruhi motivasi kerja mereka untuk berkinerja dalam cara-cara tertentu

(Usmara, 2006). Menurut O’reilly (2004) pemberian pengakuan telah diketahui

relevan terutama untuk memotivasi para karyawan yang bergaji rendah. Pemberian

imbalan kepada sebuah perilaku dengan memberikan pujian langsung segera sesudah

perilaku tersebut dilakukan cenderung mendorong terciptanya pengulangan perilaku

tersebut.

Menurut Indraswari (2007) dalam penelitiannya mengenai ”Pengaruh

Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan PTPN VIII Gunung Mas Bogor”, menyatakan bahwa faktor pengakuan

berhubungan nyata dengan faktor sikap kerja, keterampilan dan manajemen

produktivitas. Hal tersebut menunjukan bahwa faktor pengakuan sangatlah penting

untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

Herzberg diacu dalamUsmara (2006) menyatakan bahwa terdapat dua faktor

bentuk hubungan yang jelas dalam organisasi, yaitu : 1) pemuas (satisfiers) atau

motivasi (motivators), menghasilkan kepuasan ketika terpenuhi, 2) bukan pemuas

atau faktor-faktor kesehatan (dissatisfiers atau hygiene factors), menyebabkan

ketidakpuasan pada saat tidak tercukupi dengan sempurna. Teori dua faktor

mengatakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan tidak muncul dalam bentuk

berkelanjutan dari puas ke netral, kemudian ke tidak puas. Dua proses berkelanjutan

muncul, salah satu berjalan dari puas ke netral dan yang lainnya dari tidak puas ke

netral. Teori ini menekankan bahwa segi-segi pekerjaan yang berbeda mempengaruhi

perasaan puas dan tidak puas.

Faktor-faktor pertumbuhan atau motivator atau intrinsik terhadap pekerjaan adalah (Usmara, 2006) : 1) prestasi, 2) pengakuan atas prestasi, 3) tanggung jawab,

4) pertumbuhan atau kemajuan, 5) kerja itu sendiri. Faktor-faktor usaha menghindari

ketidakpuasan atau hygiene atau ekstrinsik terhadap pekerjaan meliputi : 1) gaji, 2) rasa aman, 3) kondisi kerja, 4) status, 5) kebijakan perusahaan dan administrasi, 6)

pengawasan, 7) hubungan interpersonal.

Berdasarkan hasil penelitian Damayanti (2006) mengenai “Analisis

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Karyawan Staf pada PT Charoen

(37)

pekerjaan itu sendiri, pengembangan karyawan, tanggung jawab, prestasi serta

pengakuan dan penghargaan. Peningkatan kelima faktor tersebut dapat meningkatkan

motivasi kerja karyawan.

Menurut Damayanti (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor

higiene (ekstrinsik) yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan, yaitu hubungan

atasan dan bawahan, peraturan dan kebijakan perusahaan serta kondisi kerja. Faktor

hubungan sesama rekan kerja dan kompensasi tidak berhubungan nyata dengan

motivasi kerja karyawan karena karyawan menganggap hubungan sesama rekan

kerja sudah sewajarnya dilakukan dan kompensasi bukanlah satu-satunya faktor yang

dapat meningkatkan motivasi kerja.

Herzberg diacu dalam Moekijat (2001) menyatakan bahwa faktor higiene

merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi secara terus menerus. Apabila faktor

kebutuhan higiene tidak terpenuhi, maka karyawan akan merasa tidak puas dalam

bekerja. Akan tetapi, memenuhi kebutuhan higiene tidak menjadikan karyawan

merasa puas. Faktor higiene merupakan bagian mutlak dari motivasi yang harus

dipenuhi, karena hal ini mempengaruhi perilaku. Faktor higiene sifatnya hanya

memelihara atau mempertahankan karya karyawan dan bukan merupakan motivator

yang sesungguhnya.

Menurut Nurjanah (2002) dalam penelitiannya mengenai ”Pengaruh Faktor

Eksternal dan Internal Motivasi Kerja Karyawan di PT Sariwangi A. E. A.”,

menyatakan bahwa tidak ada faktor internal yang mempengaruhi motivasi kerja

karyawan di PT Sariwangi A. E. A. Akan tetapi terdapat beberapa faktor eksternal

yang mempengaruhi motivasi kerja yaitu, hubungan atasan dan bawahan, peraturan

perusahaan, kondisi kerja, kompensasi dan tunjangan serta penilaian prestasi kerja.

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa faktor eksternal memang sangat

dibutuhkan keberadaannya oleh karyawan.

Menurut Stoner and Freeman (1994) situasi kerja yang dapat mempengaruhi

motivasi kerja yaitu : 1) kebijakan perusahaan, 2) sistem balas jasa atau sistem

imbalan, 3) kultur organisasi. Berdasarkan hasil penelitian Justicia (2001) mengenai

”Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan pada PT

Kutai Timber Indonesia”, menyatakan bahwa peraturan dan kebijaksanaan

(38)

memiliki hubungan nyata dengan motivasi kerja karyawan. Hal ini berarti kedua

faktor tersebut dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan, Manfaat motivasi kerja

yang utama adalah terciptanya gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat.

Produktivitas kerja merupakan hal penting yang dapat dilakukan dengan memotivasi

karyawan. Produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh adanya motivasi kerja,

misalnya apabila motivasi kerja rendah maka sulit diharapkan produktivitas kerja

tinggi (Arep dan Hendri, 2002).

Kepuasan Kerja

Pengertian Kepuasan Kerja

Menurut Rivai (2004) kepuasan kerja adalah bagaimana orang merasakan

pekerjaan dan aspek-aspeknya. Kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu sikap

umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang

diterima pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya diterima, karena

suatu keyakinan atas diri pekerja yang terpuaskan akan lebih produktif bila

dibandingkan dengan yang tak terpuaskan (Robbins, 1996).

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual.

Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem

nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan

sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan

tersebut. Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan

seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas

dalam bekerja (Rivai, 2004)

Berdasarkan hasil penelitian Sembiring (2007) mengenai ”Analisis Kepuasan

Kerja Karyawan pada PT HERO Supermarket Tbk. di Gatot Soebroto Jakarta”,

menyatakan beberapa faktor yang paling mempengaruhi kepuasan kerja karyawan

bagian HRD PT HERO Supermarket Tbk. diantaranya adalah penghargaan, jam

kerja, atasan, kompensasi, fasilitas, kondisi kerja, jam istirahat, pelatihan, tanggung

jawab, dan status. Peningktan perhatian terhadap faktor-faktor tersebut dapat

meningkatkan kepuasan kerja yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas kerja

(39)

Pengukuran Kepuasan Kerja

Pengukuran kepuasan kerja salah satunya dapat dilakukan dengan

menggunakan Job Descriptive Index (JDI). Job Descriptive Index dirancang untuk mengukur kepuasan karyawan dengan pekerjaannya (DeMeuse dan Zedeck diacu

dalam Stanton et. al., 2001). Menurut Luthans diacu dalam Umar (1999) ada lima faktor yang termasuk JDI, yaitu : 1) pembayaran, seperti gaji dan upah, 2) pekerjaan itu sendiri, 3) promosi pekerjaan, 4) kepenyeliaan (supervisi), dan 5) rekan sekerja.

Berdasarkan hasil penelitian Pahlevi (2006) mengenai “Analisis Kepuasan

Kerja dan Hubungannya Dengan Tingkat Turnover Karyawan Pada Divisi Produksi PT Unitex Tbk. Bogor”, menyatakan secara keseluruhan karyawan merasa puas

terhadap kompensasi, hubungan atasan bawahan, rekan sekerja, dan kondisi kerja.

Pada faktor promosi secara keseluruhan karyawan merasa cukup puas dengan

promosi pekerjaan yang ada.

Menurut Robbins (1996) karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan

yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan

kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik

mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Pekerjaan yang terlalu kurang

menantang menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menatang

menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang,

kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan.

Berdasarkan hasil penelitian Pahlevi (2006) diperoleh bahwa secara

keseluruhan karyawan merasa puas terhadap pekerjaan yang mereka lakukan.

Karyawan merasa puas terhadap kepastian kerja, kesempatan untuk menggunakan

kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan, kesempatan untuk menggunakan

kemampuan dalam menyelesaikan sendiri pekerjaan tanpa harus selalu diawasi oleh

atasan, pekerjaan yang dilakukan, dan karyawan merasa bangga dengan bekerja di

perusahaan saat ini. Indikator yang memiliki skor paling tinggi yaitu adanya

kesempatan untuk mengunakan kemampuan pekerjaan.

Kunci yang menautkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang

dibayarkan, lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula, karyawan berusaha

mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang adil. Promosi memberikan

(40)

status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu, individu-individu yang

mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and

just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka (Robbins,

1996).

Menurut Pahlevi (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepuasan

kerja karyawan terhadap faktor gaji secara keseluruhan berada pada kriteria cukup

puas. Hal ini dikarenakan gaji yang diberikan belum bisa mencukupi kebutuhan

hidup, selain itu tidak sesuainya besar gaji yang mereka terima. Berdasarkan hasil

penelitian Sari (2005) mengenai “Kajian Evaluasi penilaian Prestasi Kerja dan

Promosi Jabatan pada PT Champion Kurnia Djaja Technologies”, menyatakan

bahwa secara keseluruhan karyawan sangat puas terhadap peluang mendapatkan

promosi jabatan. Hal ini dikarenakan dalam setiap pemberian promosi jabatan,

perusahaan bersikap terbuka bagi setiap karyawannya dalam artian tidak

membeda-bedakan karyawan mana yang berhak mendapatkan promosi jabatan berdasarkan

jenis kelamin, suku, agama dan ras.

Rekan sekerja yang ramah dan mendukung menghantar kepuasan kerja yang

meningkat. Perilaku seorang atasan juga merupakan determinan utama dari

kepuasan. Umumnya studi mendapatkan bahwa kepuasan karyawan ditingkatkan bila

penyelia langsung bersifat ramah dan dapat memahami, menawarkan pujian untuk

kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu minat

pribadi pada mereka (Robbins, 1996).

Menurut Pahlevi (2006) dalam penelitiannya menyatakan hubungan atasan

dan bawahan merupakan faktor penting dalam menciptakan kepuasan kerja

karyawan. Begitu pula dengan hubungan rekan kerja, hal tersebut ditandai dengan

terciptanya hubungan yang baik antara sesama rekan kerja maupun antara atasan dan

bawahan. Secara keseluruhan kepuasan karyawan terhadap hubungannnya dengan

rekan sekerja baik didalam maupun diluar pekerjaan. Hubungan baik yang terjalin

tersebut membuat para karyawan lebih betah bekerja dalam perusahaan. Akan tetapi

untuk hubungan atasan dan bawahan, karyawan merasa puas terhadap hubungan

dengan atasan didalam pekerjaan, sedangkan untuk diluar perusahaan cukup puas.

Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi yang terjalin antara atasan dan bawahan

(41)

METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Restoran Bakmi Japos Cabang Bogor yang

terletak di Jl. Otto Iskandardinata No. 80 Bogor Telp. (0251) 380322. Penelitian ini

dilaksanakan dari bulan September 2007 s.d. November 2007. Penentuan lokasi

dilakukan secara purposive, dikarenakan respondennya sangat membantu, mau bekerjasama dan lokasi penelitian ini cukup representatif .

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan Restoran Bakmi Japos

dengan jumlah keseluruhan 39 orang. Penelitian ini tidak mengambil sampel, semua

populasi dilibatkan secara sensus (pencacah lengkap) sebagai responden.

Desain

Penelitian ini didesain sebagai suatu survei yang bersifat deskriptif korelatif

dengan tujuan dapat memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang

faktor-faktor pembentuk motivasi dan kepuasan kerja karyawan. Menurut Wirartha (2006),

survei yang bersifat deskriptif korelatif dapat memperlihatkan juga ada tidaknya

hubungan dan kapasitas hubungan antara dua variabel (yang dapat diukur) atau lebih.

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer

diperoleh dari pengamatan lapang dan wawancara langsung dengan menggunakan

instrumen berupa kuesioner. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Cara

mengoperasionalkan peubah-peubah yang diamati dalam penelitian ini menggunakan

bentuk skor (score). Tahap pengolahan data dari kuesioner adalah memberi skor

jawaban tiap responden, skor dipindah ke lembar tabulasi, periksa data hasil tabulasi,

hitung nilai total, pindahkan ke lembar kerja dan diolah serta dianalisis.

Setiap jawaban dari responden pada kuesioner mengenai kepuasan kerja akan

dihitung dengan pemberian skor yaitu 0 untuk “Tidak (T)”, 1 untuk “Ragu-ragu (?)”

dan 2 untuk “Ya (Y)”, sedangkan pada kuesioner mengenai motivasi kerja akan

dihitung dan ditemukan skornya dengan skala Likert 5 tingkat. Bernilai 5 untuk yang

(42)

penilaian tersebut diberi skor yaitu 1 untuk ”Sangat Tidak Setuju (STS)”, 2 untuk

”Tidak Setuju (TS)”, 3 untuk ”Ragu-ragu (RR)”, 4 untuk ”Setuju (S)” dan 5 untuk

”Sangat Setuju (SS)”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1) Kuesioner. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data primer. Kuesioner

yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner langsung, yaitu

kuesioner yang secara langsung diisi oleh responden.

2) Wawancara. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data sekunder. Metode

ini dilakukan terhadap Kepala Administrasi dan Finance Restoran Bakmi Japos.

3) Kepustakaan. Teknik ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku,

literatur-literatur, dan penelitian-penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk

memperoleh data sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode yang digunakan untuk menganalisis alat pengumpul data (kuesioner)

adalah melakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas terhadap

alat pengumpul data perlu dilakukan agar instrumen dalam penelitian ini bisa

digunakan sebagai alat pengukur dari faktor-faktor motivasi dan kepuasan kerja

karyawan.

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas atau kesahihan digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu

alat ukur mampu melakukan fungsi. Alat ukur yang dapat digunakan dalam

pengujian validitas suatu kuesioner adalah dengan menggunakan nilai r hasil

Corrected Item Total Correlation. Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan r tabel pada nilai alpha yang telah ditentukan (α = 0,05).

Setelah pengujian validitas, selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas.

Tujuan utama pengujian reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau

keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan

lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Hasil uji reliabilitas mencerminkan

dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrumen penelitian berdasarkan tingkat

(43)

yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur (Budi,

2006).

Metode pengujian reliabilitas adalah dengan mengunakan metode Alpha-Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel atau tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r

tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Apabila dilakukan

pengujian reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach, maka r hitung diwakili oleh nilai Alpha.

Tabel 1. Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d. 0,20 Kurang reliabel

> 0,20 s.d. 0,40 Agak reliabel

> 0,40 s.d. 0,60 Cukup reliabel

> 0,06 s.d. 0,80 Reliabel

> 0,08 s.d. 1,00 Sangat Reliabel

Sumber : Budi (2006)

Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilaksanakan di Restoran Bakmi Japos Bogor selama

dua bulan dari bulan September 2007 s.d. November 2007. Metode pengumpulan

data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan kepustakaan.

Analisis Data

Metode-metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data yang

diperoleh adalah :

1) Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang berkaitan dengan pengumpulan dan

penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Analisis

deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik responden yang diteliti

berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam

keluarga dan lama bekerja serta persepsi responden terhadap motivasi dan kepuasan

kerja dengan cara mentabulasi hasil kuesioner.

Bobot nilai jawaban responden pada kuesioner adalah data berbentuk skala

(44)

setiap indikator. Nilai rata-rata tersebut diperoleh dari penjumlahan hasil kali total

respon dengan masing-masing bobot skornya, kemudian dibagi dengan jumlah total

responden keseluruhan. Rumus yang digunakan untuk mencari rataan skor tersebut

adalah (Simamora, 2004) :

N Rs =

(

n

1.

s

1)

Rs = Rataan skor

n1 = Responden yang memilih skor tertentu s1 = Bobot skor

N = Jumlah total responden

Interpretasi selanjutnya diperoleh dengan mencari nilai skor rata-rata dengan

rumus :

=

Rs maksimal skor – minimal skor besar skala

Penilaian untuk motivasi kerja karyawan menggunakan Likert dari 1 sampai

dengan 5 sedangkan untuk kepuasan kerja karyawan menggunakan skor dari 0

sampai 2, sehingga nilai skor rata-rata yang diperoleh menjadi :

2

Berdasarkan nilai skor rata-rata tersebut, maka rentang skala untuk

pengambilan kesimpulan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Rentang Skala Pengambilan Keputusan Untuk Motivasi dan Kepuasan Kerja Karyawan

Faktor Kesimpulan Rentang Skala

Motivasi Tidak Termotivasi 1,00 – 3,00

Termotivasi 3,01 – 5,00

Kepuasan Tidak Puas 0,00 – 1,00

Puas 1,01 – 2,00

2) Uji Mann-Whitney U

Uji Mann-Whitney U ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan yang termotivasi dibandingkan dengan karyawan yang tidak termotivasi.

(45)

statistik uji-t (misalnya dari sampel harus mengikuti distribusi normal) (Sulaiman,

2005). Variabel motivasi dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu tidak termotivasi

diberi skor 0 dan termotivasi diberi skor 1. Kemudian setelah pengkategorian, data

kepuasan kerja dimasukkan sesuai dengan pengkategorian tersebut.

Hipotesis yang dipakai dalam uji ini yaitu :

H0 : Tidak ada perbedaan nyata antara karyawan yang termotivasi dengan karyawan yang tidak termotivasi dalam hal tingkat kepuasan kerja.

H: Ada perbedaan nyata antara karyawan yang termotivasi dengan karyawan yang

tidak termotivasi dalam hal tingkat kepuasan kerja.

Kaidah pengambilan keputusan (Sulaiman, 2005) :

p(U) ≤α/2 → Tolak H0 p(U) > α /2 → Terima H0 atau

Exact Sig. ≤α→ Tolak H0 Exact Sig. > α → Terima H0

Terdapat dua rumus yang digunakan, yaitu (Sulaiman, 2005) :

U1 = n1 . n2 + 1/2 { n1 ( n1 + 1)} - R1 dan

U2 = n1 . n2 + 1/2 { n2 ( n2+ 1)} - R2 dimana

n1 = Jumlah populasi 1 n2 = Jumlah populasi 2 U1 = Jumlah peringkat 1 U2 = Jumlah peringkat 2

R1 = Jumlah rangking pada populasi n1 R2 = Jumlah rangking pada populasi n2

Dari kedua rumus tersebut dipilih nilai yang paling kecil. Harga U yang

paling kecil tersebut digunakan untuk pengujian dan membandingkan dengan U

(46)

3) Korelasi Rank Spearman

Tahapan kerja pengolahan data dari kuesioner yang dilakukan dalam

penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor motivasi yang berhubungan dengan

kepuasan kerja karyawan serta melihat keeratan hubungan faktor-faktor tersebut,

yaitu sebagai berikut :

a) Memberikan skor pada masing-masing jawaban responden berdasarkan

bobot tertentu pada setiap jawaban.

b) Memindahkan data dari lembar tabulasi dan menghitung total dari

masing-masing variabel dengan program komputer Microsoft Excel.

c) Memindahkan data ke lembar kerja untuk diolah dan dianalisis, dengan

menggunakan program SPSS 13. for Windows menggunakan model uji korelasi Rank Spearman untuk mengukur korelasi pada statistik non parametrik yang berbentuk data ordinal yaitu data yang mempunyai skala

pengukuran berjenjang dan merupakan pengamatan dari variabel X dan Y

(Nasir dalam Sutiono, 2006). Variabel X terdiri dari faktor-faktor yang

berhubungan dengan motivasi kerja dan variabel Y yaitu faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepuasan kerja. Rumus koesioner korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:

r = koefisien korelasi Rank Spearman

n = banyaknya pasangan data

di = beda peringkat setiap pasangan peubah (i = 1,2,..,...n)

Nilai Rank Spearman akan berada pada selang -1 hingga +1, semakin mendekati -1 atau +1 artinya korelasi antara kedua peubah semakin erat. Tanda

positif dan negatif menggambarkan arah pengaruh. Skala hubungan kedua peubah

berdasarkan batasan Champion adalah sebagai berikut (Umar, 1999) :

1) 0,00 – 0,25 : No association or lower association, kondisi ini menunjukan tidak ada atau sangat lemah hubungan antara kedua peubah.

(47)

3) 0,51 – 0,75 : Moderately high association, menunjukan hubungan bahwa hubungan antara kedua peubah agak kuat.

4) 0,76 – 1,00 : High association, menunjukan hubungan hubungan yang kuat antara kedua peubah.

Definisi Istilah

Rumusan pengertian mengenai beberapa peubah yang diukur dalam

penelitian ini adalah :

1) Motivasi, yaitu suatu dorongan kekuatan yang berasal dari dalam diri seorang

karyawan atau perusahaan yang berpengaruh terhadap perilaku karyawan dalam

bekerja.

a) Prestasi, yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya. Pengukuran yang dilakukan berdasarkan

penilaian karyawan dalam hal kesediaan bekerja keras, dan jenjang karir

yang dapat meningkatkan motivasi untuk berprestasi.

b) Pengakuan, yaitu suatu bentuk perhatian perusahaan dan atasan terhadap jasa

yang telah diberikan oleh karyawannya. Pengukuran dilakukan berdasarkan

penilaian karyawan terhadap penghargaan prestasi, pengaruh penghargaan

untuk motivasi bekerja lebih giat, pujian dari atasan, dan perhatian atasan

terhadap ide, usul, saran dan keluhan.

c) Tanggung jawab, yaitu kesanggupan seorang karyawan dalam

menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya yang

sebaik-baiknya dan tepat waktu, serta berani memikul resiko atas keputusan yang

diambilnya. Pengukuran meliputi tanggung jawab dalam menyelesaikan

pekerjaan, kesediaan memperbaiki kesalahan dan menerima sanksi, serta

kesediaan untuk ikut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup

perusahaan.

d) Pengembangan potensi individu, yaitu proses perubahan individu untuk

berkembang menuju kemajuan. Pengukuran dilakukan berdasarkan penilaian

karyawan terhadap pendidikan dan pelatihan, tanggung jawab dan posisi

(48)

e) Kondisi kerja, yaitu suasana fisik dalam lingkungan pekerjaan. Pengukuran

dilakukan berdasarkan ketenangan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan

kerja, serta pemenuhan sarana dan prasarana.

f) Kebijakan perusahaan dan administratif, yaitu aturan dan ketentuan yang

ditetapkan oleh perusahaan yang harus dijalani oleh perusahaan dan semua

karyawan. Pengukuran dilakukan berdasarkan penilaian karyawan terhadap

waktu kerja, penerapan kebijakan, pemberian sanksi dan disiplin.

g) Rasa aman, yaitu perasaan karyawan terhadap nyaman atau tidaknya dalam

melaksanakan pekerjanya. Pengukuran dilakukan berdasarkan keselamatan

kerja dan jaminan masa depan.

h) Pengawasan, yaitu pemantauan atasan terhadap pekerjaan bawahannya agar

tidak menyimpang dari rencana kerja. Pengukuran dilakukan berdasarkan

pengaruh pengawasan terhadap perilaku kerja serta pengetahuan atasan

tentang apa dan bagaimana pekerjaan bawahannya.

2) Kepuasan kerja, yaitu suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih

antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang mereka

yakini seharusnya diterima.

a) Jenis pekerjaan, yaitu pekerjaan itu sendiri yang dilakukan oleh karyawan

yang meliputi aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan dalam pekerjaannya.

Pengukuran dilakukan berdasarkan penilaian karyawan mengenai semangat

untuk berprestasi, memuaskan, menarik, menantang dan sesuainya pekerjaan

tersebut dengan bakat dari karyawan.

b) Kesempatan promosi, yaitu kesempatan yang diberikan perusahaan kepada

karyawan untuk mengembangkan karir di perusahaan. Pengukuran dilakukan

berdasarkan penilaian karyawan mengenai peluang mendapatkan kesempatan

promosi yang adil, promosi berdasarkan kemampuan, kesempatan untuk maju

terbuka, dan promosi secara regular.

c) Atasan atau supervisi, yaitu pemilik perusahaan yang memiliki wewenang

paling besar. Pengukuran dilakukan berdasarkan penilaian karyawan

mengenai atasan yang memuji hasil kerja yang baik, mengikuti

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 1. Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
Tabel 2. Rentang Skala Pengambilan Keputusan Untuk Motivasi dan Kepuasan Kerja Karyawan
Tabel 3. Jumlah karyawan Restoran Bakmi Japos
+7

Referensi

Dokumen terkait

penyakit demam typhoid, banyak angka kematian di Indonesia akibat demam. typhoid maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan

a) Melakukan pengamatan terhadap karakteristik siswa kelas IV SD. b) Menentukan media yang sesuai untuk pembelajaran IPS di SD. c) Menyusun konsep pelaksanaan penelitian tindakan

CPI sehingga perusahaan harus membayar biaya keterlambatan ( penalty ) dengan nominal yang telah disepakati pada kontak kerja. Maka untuk menjawab permasalahan yang

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran yang telah dilakukan Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya untuk Pekerjaan Pengawasan Pembangunan Jaringan

Analisis Perbedaan Responsi dan Perilaku Konsumen Berdasarkan Frekuensi Belanja Terhadap Bauran Pemasaran Pada KPRI Karya Utama Tegaldlimo Banyuwangi; Vinda Icun

Dengan website profil kesehatan yang disajikan secara online, lewat koneksi ke internet, maka diharapkan dapat dinikmati oleh setiap masyarakat dan juga dapat menjadi pembanding

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengelolaan Arsip Foto di Arsip Universitas Gadjah Mada Yogyakarta”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses pengelolaan arsip foto

Berdasarkan prasurvey di MTs NU Maslakul Falah Undaan Kudus adalah salah satu contoh MTs yang menerapakan strategi pembelajaran strategi crossword puzzle