• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara Lain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara Lain"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI:

INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN

OLEH:

SUSI SANTI SIMAMORA H14102059

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

SUSI SANTI SIMAMORA. Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara Lain (dibimbing oleh D. S. PRIYARSONO).

Masalah umum yang dihadapi banyak negara seperti negara Indonesia adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Kedua masalah tersebut saling berkaitan yang tidak akan terpisahkan selama salah satu dari masalah tersebut belum terselesaikan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada tahun 2005 mencapai 30,88 persen atau mencapai 35,1 juta jiwa dan jumlah pengangguran sebanyak 11,19 juta jiwa, merupakan masalah yang harus diselesaikan. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dan laju inflasi meningkat pesat yang berakibat pada penurunan taraf hidup rakyat Indonesia yang merosot tajam dan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Iklim investasi yang baik merupakan salah satu faktor utama sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat kemiskinan. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan melalui peningkatan investasi. Iklim investasi adalah suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha.

Iklim investasi yang baik merupakan iklim investasi yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat secara keseluruhan, tidak hanya bagi badan usaha saja. Peningkatan iklim investasi adalah daya penggerak bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara. Penelitian ini selanjutnya akan melakukan analisis statistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Pengolahan data dilakukan dengan regresi linear berganda menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan menggunakan program Minitab 13 dan Microsoft Excel dengan data cross section tahun 2002. Kemudian akan dilakukan uji signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Dari data yang diperoleh akan diketahui seberapa besar minat investor terhadap Indonesia jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh melalui laporan Bank Dunia mengenai iklim investasi di berbagai negara. Dengan melakukan survei terhadap 21 negara serta menyusun indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi yaitu masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah peraturan administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja.

(3)

dihadapi oleh perusahaan-perusahaan. Keputusan-keputusan tersebut memiliki implikasi yang penting bagi pertumbuhan ekonomi dan penurunan tingkat kemiskinan di setiap negara. Memperbaiki kebijakan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah akan membentuk iklim investasi yang mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Hal ini diwujudkan pemerintah dengan mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 yaitu berupa paket kebijakan perbaikan iklim investasi pada tanggal 27 februari 2006. Terdiri dari masalah kelembagaan pelayanan investasi, masalah sinkronisasi peraturan pemerintah pusat dan peraturan daerah serta kejelasan ketentuan kewajiban investor mengenai dampak lingkungan, masalah kepabeanan dan cukai, masalah perpajakan, masalah ketenagakerjaan, serta masalah Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi (UKMK). Dalam penelitian ini lebih lanjut akan dianalisis relevansi paket kebijakan yang disusun pemerintah dengan melihat keadaan iklim investasi di Indonesia berdasarkan laporan Bank Dunia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa di antara faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Pada persamaan regresi analisis iklim investasi di beberapa negara menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu masalah ketidakpastian kebijakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah administrasi perpajakan dan masalah perizinan berpengaruh signifikan pada derajat kepercayaan sepuluh persen (α = 10 %). Artinya, ke lima variabel bebas tersebut masih merupakan hambatan bagi berlangsungnya iklim investasi di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Berdasarkan analisis ekonomi, tidak semua variabel bebas yang digunakan dalam persamaan menghasilkan koefisien yang sesuai dengan tanda yang diharapkan dalam hipotesis. Tanda pada variabel masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti dan masalah tingkat tarif pajak tidak sesuai dengan hipotesis. Iklim investasi di Indonesia masih tergolong rendah, hal ini terbukti dari data yang dilaporkan Bank Dunia bahwa Indonesia merupakan tujuan investor yang ke 155 negara. Di Asia Tenggara sendiri, iklim investasi Indonesia hanya lebih baik sedikit dibandingkan dengan negara Myanmar.

(4)

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI:

INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN

Oleh

SUSI SANTI SIMAMORA H14102059

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama : Susi Santi Simamora

NRP : H 14102059

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara Lain

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. D. S. Priyarsono, MS NIP. 131 578 814

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2006

Susi Santi Simamora

(7)

RIWAYAT HIDUP

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa Jehovah atas segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara lain” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Iklim investasi merupakan topik yang menarik karena dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di suatu negara, khususnya Indonesia.

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis banyak memperoleh bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan rasa penghargaan yang tulus kepada: 1. Bapak Dr. Ir. D. S. Priyarsono, MS selaku Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

2. Ibu Wiwiek Rindayati, MSi sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

3. Bapak Jaenal Effendi, MA sebagai dosen penguji wakil Komisi Pendidikan yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Prof. Roy Sembel dan Ibu Fifi Sembel, sebagai orang tua bagi penulis dan memberikan kesempatan bagi penulis untuk kuliah di IPB.

5. Orang tua dan keluarga besar, atas dukungan doa dan motivasi kepada penulis. 6. Semua mahasiswa/mahasiswi ekbang 39 atas kebersamaannya selama ini. 7. Keluarga besar UKM PMK IPB atas dukungan dan doanya bagi penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada hal-hal yang kurang sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2006

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Ruang Lingkup ... 9

1.5 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka ... 11

2.1.1. Pengertian Investasi ... 11

2.1.2. Definisi Iklim Investasi ………... 12

2.1.3. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) …...…... 13

2.1.4. Indikator yang Mempengaruhi Iklim Investasi …... 14

2.1.5. Metode Estimasi Parameter: Ordinary Least Square (OLS) ………...……….... 18

2.2. Penelitian Terdahulu ... 19

2.3. Kerangka Pemikiran ... 20

2.4. Kerangka Pemikiran Operasional …... 22

2.5. Hipotesis Penelitian ... 23

2.6. Definisi Operasional ... 24

(10)

3.2. Metode Analisis ... 28

3.2.1. Statistika Deskriptif ... 28

3.2.2. Statistika Inferensia : Analisis Regresi …………....… 29

3.3. Metode Evaluasi Kebijakan Iklim Investasi ………….……. 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Iklim Investasi di Indonesia ... 41

4.2. Gambaran Iklim Investasi di Beberapa Negara ... 44

4.3. Iklim Investasi di China, India dan Uganda ... 52

4.4. Hasil Estimasi Fungsi Regresi ... 55

4.4.1. Uji Ekonometrika ... 56

4.4.2. Uji Statistik Model ………... 58

4.5. Analisis Ekonomi ... 60

4.6. Relevansi Paket Kebijakan Pemerintah dengan Melihat Keadaan Iklim Investasi di Indonesia ... 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 74

7.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(11)

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI:

INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN

OLEH:

SUSI SANTI SIMAMORA H14102059

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

RINGKASAN

SUSI SANTI SIMAMORA. Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara Lain (dibimbing oleh D. S. PRIYARSONO).

Masalah umum yang dihadapi banyak negara seperti negara Indonesia adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Kedua masalah tersebut saling berkaitan yang tidak akan terpisahkan selama salah satu dari masalah tersebut belum terselesaikan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada tahun 2005 mencapai 30,88 persen atau mencapai 35,1 juta jiwa dan jumlah pengangguran sebanyak 11,19 juta jiwa, merupakan masalah yang harus diselesaikan. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dan laju inflasi meningkat pesat yang berakibat pada penurunan taraf hidup rakyat Indonesia yang merosot tajam dan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Iklim investasi yang baik merupakan salah satu faktor utama sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat kemiskinan. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan melalui peningkatan investasi. Iklim investasi adalah suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha.

Iklim investasi yang baik merupakan iklim investasi yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat secara keseluruhan, tidak hanya bagi badan usaha saja. Peningkatan iklim investasi adalah daya penggerak bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara. Penelitian ini selanjutnya akan melakukan analisis statistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Pengolahan data dilakukan dengan regresi linear berganda menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan menggunakan program Minitab 13 dan Microsoft Excel dengan data cross section tahun 2002. Kemudian akan dilakukan uji signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Dari data yang diperoleh akan diketahui seberapa besar minat investor terhadap Indonesia jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh melalui laporan Bank Dunia mengenai iklim investasi di berbagai negara. Dengan melakukan survei terhadap 21 negara serta menyusun indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi yaitu masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah peraturan administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja.

(13)

dihadapi oleh perusahaan-perusahaan. Keputusan-keputusan tersebut memiliki implikasi yang penting bagi pertumbuhan ekonomi dan penurunan tingkat kemiskinan di setiap negara. Memperbaiki kebijakan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah akan membentuk iklim investasi yang mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Hal ini diwujudkan pemerintah dengan mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 yaitu berupa paket kebijakan perbaikan iklim investasi pada tanggal 27 februari 2006. Terdiri dari masalah kelembagaan pelayanan investasi, masalah sinkronisasi peraturan pemerintah pusat dan peraturan daerah serta kejelasan ketentuan kewajiban investor mengenai dampak lingkungan, masalah kepabeanan dan cukai, masalah perpajakan, masalah ketenagakerjaan, serta masalah Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi (UKMK). Dalam penelitian ini lebih lanjut akan dianalisis relevansi paket kebijakan yang disusun pemerintah dengan melihat keadaan iklim investasi di Indonesia berdasarkan laporan Bank Dunia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa di antara faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Pada persamaan regresi analisis iklim investasi di beberapa negara menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu masalah ketidakpastian kebijakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah administrasi perpajakan dan masalah perizinan berpengaruh signifikan pada derajat kepercayaan sepuluh persen (α = 10 %). Artinya, ke lima variabel bebas tersebut masih merupakan hambatan bagi berlangsungnya iklim investasi di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Berdasarkan analisis ekonomi, tidak semua variabel bebas yang digunakan dalam persamaan menghasilkan koefisien yang sesuai dengan tanda yang diharapkan dalam hipotesis. Tanda pada variabel masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti dan masalah tingkat tarif pajak tidak sesuai dengan hipotesis. Iklim investasi di Indonesia masih tergolong rendah, hal ini terbukti dari data yang dilaporkan Bank Dunia bahwa Indonesia merupakan tujuan investor yang ke 155 negara. Di Asia Tenggara sendiri, iklim investasi Indonesia hanya lebih baik sedikit dibandingkan dengan negara Myanmar.

(14)

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI:

INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN

Oleh

SUSI SANTI SIMAMORA H14102059

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama : Susi Santi Simamora

NRP : H 14102059

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara Lain

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. D. S. Priyarsono, MS NIP. 131 578 814

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2006

Susi Santi Simamora

(17)

RIWAYAT HIDUP

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa Jehovah atas segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara lain” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Iklim investasi merupakan topik yang menarik karena dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di suatu negara, khususnya Indonesia.

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis banyak memperoleh bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan rasa penghargaan yang tulus kepada: 1. Bapak Dr. Ir. D. S. Priyarsono, MS selaku Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

2. Ibu Wiwiek Rindayati, MSi sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

3. Bapak Jaenal Effendi, MA sebagai dosen penguji wakil Komisi Pendidikan yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Prof. Roy Sembel dan Ibu Fifi Sembel, sebagai orang tua bagi penulis dan memberikan kesempatan bagi penulis untuk kuliah di IPB.

5. Orang tua dan keluarga besar, atas dukungan doa dan motivasi kepada penulis. 6. Semua mahasiswa/mahasiswi ekbang 39 atas kebersamaannya selama ini. 7. Keluarga besar UKM PMK IPB atas dukungan dan doanya bagi penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada hal-hal yang kurang sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2006

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Ruang Lingkup ... 9

1.5 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka ... 11

2.1.1. Pengertian Investasi ... 11

2.1.2. Definisi Iklim Investasi ………... 12

2.1.3. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) …...…... 13

2.1.4. Indikator yang Mempengaruhi Iklim Investasi …... 14

2.1.5. Metode Estimasi Parameter: Ordinary Least Square (OLS) ………...……….... 18

2.2. Penelitian Terdahulu ... 19

2.3. Kerangka Pemikiran ... 20

2.4. Kerangka Pemikiran Operasional …... 22

2.5. Hipotesis Penelitian ... 23

2.6. Definisi Operasional ... 24

(20)

3.2. Metode Analisis ... 28

3.2.1. Statistika Deskriptif ... 28

3.2.2. Statistika Inferensia : Analisis Regresi …………....… 29

3.3. Metode Evaluasi Kebijakan Iklim Investasi ………….……. 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Iklim Investasi di Indonesia ... 41

4.2. Gambaran Iklim Investasi di Beberapa Negara ... 44

4.3. Iklim Investasi di China, India dan Uganda ... 52

4.4. Hasil Estimasi Fungsi Regresi ... 55

4.4.1. Uji Ekonometrika ... 56

4.4.2. Uji Statistik Model ………... 58

4.5. Analisis Ekonomi ... 60

4.6. Relevansi Paket Kebijakan Pemerintah dengan Melihat Keadaan Iklim Investasi di Indonesia ... 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 74

7.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1.1. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia ... 1 1.2. Persentase Pertumbuhan Ekonomi dan

Pengangguran di Indonesia ... 2 1.3. Perkembangan Investasi Swasta Domestik dan Investasi Asing

di 92 Negara-Negara Berkembang ... 4 1.4. Biaya dan Banyaknya Hari dalam Memulai

Suatu Usaha ... 5 2.1. Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi ... 12 2.2. Kurva Hubungan Investasi dengan Tingkat

Suku Bunga ... 14 4.1. Perkembangan PMA dan PMDN di Indonesia

(1973-2002) ... 41 4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Investasi

di Beberapa Negara ... 45 4.3. Perbandingan Masalah Perizinan Memulai Usaha, Masalah

Administrasi Perpajakan, Masalah Tingkat Tarif Pajak dan

Masalah Penyediaan Dana di Berbagai Negara ... 46 4.4. Masalah Korupsi dan Masalah Pembayaran Suap dalam

Berinvestasi ... 48 4.5. Perbandingan Masalah Peraturan Ketenagakerjaan dan

Masalah Keterampilan Tenaga Kerja ... 50 4.6. Masalah Ketersediaan Fasilitas Keuangan dan Listrik ... 51 4.7. Pertumbuhan Investasi Swasta Terhadap Tingkat

Kemiskinan di Cina, India dan Uganda ... 54 4.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Investasi Survei Bank

(23)

Beberapa Negara ... 63 4.10. Jumlah Hari yang Dibutuhkan dalam Memulai Usaha ... 65 4.11. Persentase Tarif Pajak Perusahaan di Berbagai

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis Regresi ... 79 2. Uji Heteroskedastisitas ... 80 3. Uji Normalitas ... 81 4. Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia

(Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi) Nomor 3

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah umum yang dihadapi banyak negara seperti negara Indonesia adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Kedua masalah tersebut saling berkaitan yang tidak akan terpisahkan selama salah satu dari masalah tersebut belum terselesaikan. Tingkat kemiskinan yang tinggi disebabkan oleh rendahnya pendapatan per kapita di masyarakat. Pendapatan masyarakat yang rendah, pada umumnya disebabkan oleh gaji buruh yang tidak mencukupi dan tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

0

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (juta) Persentase Penduduk Miskin

Sumber: BPS Statistik Indonesia 2005 (diolah).

Gambar 1.1. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia

(26)

miskin mencapai 40,1 persen atau mencapai 54,2 juta jiwa. Tahun 1997 jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan menjadi 49,5 juta jiwa, atau sekitar 47,6 persen dari penduduk Indonesia. Pada tahun 1998 jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami sedikit penurunan menjadi 45,6 persen atau sebanyak 48,4 persen. Angka kemiskinan pada tahun 2001 sebanyak 37,9 juta jiwa atau 34,63 persen dari jumlah penduduk Indonesia, mengalami penurunan dari tahun 2000 sebesar 2,35 persen. Jumlah penduduk miskin nasional sejak tahun 2002 sampai tahun 2005 mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 30,88 persen atau mencapai 35,1 juta jiwa.

0

1996 1998 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Pengangguran (Juta Jiwa) Pertumbuhan Ekonomi (%)

Sumber: Depnakertrans Indonesia 2005.

Gambar 1.2. Persentase Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran di Indonesia

(27)

Menurut survei Badan Pusat Statistik laju pertumbuhan ekonomi yang paling cepat mengalami perubahan adalah pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1998, yaitu dari 7,82 persen menjadi -13 persen. Hal ini disebabkan terjadinya krisis moneter antara tahun 1997 sampai dengan tahun 1998 di Indonesia. Berdasarkan grafik tersebut juga diketahui bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan. Pada tahun 2002, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,66 persen dan selalu mengalami peningkatan sampai tahun 2005 yaitu sebesar 5,03 persen. Berdasarkan teori ekonomi seharusnya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan diikuti penurunan tingkat pengangguran, tetapi melalui grafik di atas untuk kasus di Indonesia teori tersebut tidak terjadi.

Memperbaiki iklim investasi merupakan hal penting yang memberikan berbagai kesempatan dan insentif bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan lapangan pekerjaan dan mendorong setiap badan usaha untuk berkembang. Oleh karenanya iklim investasi yang baik salah satu faktor utama sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat pengangguran. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses peningkatan dalam berbagai indikator perekonomian yang dapat mempengaruhi tingkat pembangunan suatu negara.

(28)

perekonomian. Pemerintah dapat meningkatkan perekonomian melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang dikendalikan oleh Bank Sentral.

Salah satu penghalang utama bagi setiap negara dalam mencapai pertumbuhan perekonomian adalah kekurangan pemenuhan akan modal. Apabila masalah kekurangan penyediaan akan modal tersebut dapat teratasi, maka terjadi proses pembangunan. Pemerintah diharapkan tidak selalu menggantungkan pertumbuhan ekonomi hanya pada konsumsi dan pengeluaran pemerintah saja, tetapi pemerintah perlu memperhatikan komponen lain yang lebih baik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, misalnya melalui rangsangan pada investasi. Oleh karena itu, peran investasi dalam pertumbuhan ekonomi tidak dapat diabaikankan.

Investasi Asing Investasi Swasta Domestik

Sumber: Laporan World Bank (2005).

Gambar 1.3. Perkembangan Investasi Swasta Domestik dan Investasi Asing di 92 Negara-Negara Berkembang

(29)

2000-an investasi swasta domestik jauh mendominasi kontribusi terhadap PDB dibandingkan dengan investasi asing. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan investor asing untuk menanam modal di negara berkembang masih sangat rendah. Tapi dapat kita ketahui melalui Gambar 1.3. minat para investor asing setiap tahunnya mengalami peningkatan, yang perlu diperhatikan oleh negara berkembang dan harus dipertahankan.

Jalannya kegiatan investasi di Indonesia dan beberapa negara lainnya tidak terjadi sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dikarenakan masih tingginya risiko berinvestasi, seperti permasalahan ketidakpastian hukum dan keamanan serta berbagai indikator-indikator yang dikemukakan oleh Bank Dunia. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan iklim investasi yang harus diselesaikan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

0

Biaya Untuk Memulai Usaha Jumlah Hari Memulai Usaha

Sumber: Laporan World Bank (2005).

Gambar 1.4. Rata-Rata Biaya dan Banyaknya Hari dalam Memulai Suatu Usaha

(30)

berpendapatan menengah rata-rata dibutuhkan waktu sebanyak 48 hari dalam memulai suatu usaha, yang diikuti oleh negara berpendapatan tinggi rata-rata sebanyak 27 hari. Banyak regulasi yang menimbulkan biaya bagi para investor, baik dalam bentuk menyesuaikan usaha dengan persyaratan regulasi, untuk membayar pungutan lisensi, untuk menunggu kelambatan dalam mendapatkan persetujuan atau dalam bentuk waktu yang dihabiskan oleh pihak perusahaan untuk berurusan dengan lembaga pemerintahan.

Bank Dunia melaporkan (Business News, 21 November 2005) berdasarkan indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi, menyimpulkan bahwa iklim investasi di Indonesia adalah yang terburuk di Asia Tenggara, antara Kamboja dan Filipina. Ditambahkannya, bahwa iklim investasi yang paling baik di Asia Tenggara adalah Malaysia dan Singapura. Menurut hasil survei Bank Dunia juga, terhadap 155 negara di dunia maka Indonesia berada pada peringkat bawah yang menyangkut masalah instabilitas makro, masalah ketidakpastian kebijakan, masalah korupsi, serta masalah regulasi dan masalah administrasi perpajakan. Temuan lainnya Bank Dunia mengungkapkan bahwa Indonesia berada pada peringkat tertinggi dalam masalah biaya pemutusan kerja karyawan, jauh lebih buruk dibandingkan negara Vietnam.

(31)

pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Iklim investasi yang baik akan meningkatkan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan, yang memberikan berbagai kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan keadaan dirinya.

Melihat pentingnya iklim investasi bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara, maka faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi sangat penting untuk diperhitungkan oleh setiap negara. Berbagai indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi dapat dijadikan alat kendali pemerintah dalam upaya peningkatan iklim investasi yang kondusif, yang pada akhirnya akan memacu pertumbuhan perekonomian di berbagai negara di dunia.

1.2. Perumusan Masalah

Investasi memberikan kontribusi yang berarti terhadap perekonomian suatu negara. Iklim investasi yang baik akan mendorong tumbuhnya investasi sektor swasta yang produktif yang berfungsi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat kemiskinan. Hal ini juga akan menciptakan lapangan pekerjaaan bagi masyarakat. Iklim investasi yang baik akan memperluas jenis barang dan jasa yang tersedia yang akan mengurangi tingkat harga barang dan jasa yang bermanfaat bagi konsumen. Untuk jangka panjang perbaikan iklim investasi akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(32)

pemerintah yaitu Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 berupapaket kebijakan perbaikan iklim investasi pada tanggal 27 februari 2006.

Penelitian ini juga akan menganalisis secara statistik bahwa iklim investasi di beberapa negara dipengaruhi oleh masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah peraturan administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dianalisis lebih lanjut mengenai iklim investasi di beberapa negara yang dipengaruhi oleh berbagai indikator-indikator yang dikemukakan oleh Bank Dunia. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar minat investor terhadap Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara lainnya?

2. Faktor-faktor apa yang secara signifikan mempengaruhi iklim investasi di beberapa negara?

3. Bagaimana relevansi paket kebijakan yang disusun pemerintah dengan melihat keadaan iklim investasi di Indonesia pada masa kini?

1.3. Tujuan Penelitian

Melihat permasalah yang ada maka tujuan penelitian ini adalah:

(33)

2. Menganalisis faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi iklim investasi di beberapa negara.

3. Menganalisis relevansi paket kebijakan yang disusun pemerintah dengan melihat keadaan iklim investasi di Indonesia pada masa kini.

1.4. Ruang Lingkup

(34)

Iklim investasi yang dianalisis adalah dengan mendeskripsikan indikator-indikator yang mempengaruhi kegiatan iklim investasi di Indonesia dan beberapa negara lain. Penelitian ini selain menggambarkan iklim investasi di Indonesia dan juga melihat relevansi paket kebijakan yang disusun pemerintah berdasarkan keadaan iklim investasi di Indonesia pada masa kini.

1.5. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang semakin dalam kepada penulis seputar kegiatan iklim investasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi para pembuat kebijakan dan perencana serta pelaksana pembangunan sehingga dapat menentukan strategi pembangunan perekonomian nasional melalui peningkatan iklim investasi. Di samping itu, diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dalam bidang peningkatan iklim investasi.

BAB II

(35)

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian Investasi

Dalam konteks makroekonomi, investasi merupakan pergerakan arus pengeluaran yang dapat menambah stok modal secara fisik, seperti pembangunan rumah, pembelian mesin/peralatan, pembangunan pabrik dan kantor. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Investasi merupakan suatu bentuk penundaan konsumsi di masa sekarang untuk masa akan datang, yang di dalamnya terkandung risiko ketidakpastian, untuk itu dibutuhkan suatu kompensasi atas penundaan tersebut yaitu keuntungan dari investasi (www.e-bursa, 2005).

Menurut Mankiw (2000), investasi dalam indentitas pendapatan nasional merupakan investasi rumah tangga dan swasta. Selanjutnya, investasi pemerintah yang merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah dimana investasi tersebut berbentuk pembangunan infrastruktur yang dibiayai oleh tabungan. Perubahan dalam permintaan investasi dapat disebabkan oleh adanya pembatasan investasi oleh pemerintah melalui undang-undang perpajakan.

(36)

B I2

A I1

Y

Gambar 2.1. Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan Gambar 2.1. dapat dilihat bahwa kenaikan dalam permintaan barang-barang investasi akan mengeser kurva investasi ke kanan pada tingkat tertentu, jumlah investasi mengalami peningkatan yang menyebabkan keseimbangan bergerak dari titik A ke titik B. Dalam hal ini, karena jumlah tabungan diasumsikan konstan maka kenaikan dari permintaan investasi (I) menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga (r) yang secara umum akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Y).

2.1.2. Definisi Iklim Investasi

Bank Dunia (Laporan Pembangunan Dunia, 2005) mendefinisikan bahwa iklim investasi adalah suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha. Suatu iklim investasi yang baik akan mendorong produktivitas yang lebih tinggi dengan memberikan kesempatan-kesempatan dan insentif bagi badan-badan usaha untuk berkembang, menyesuaikan diri dan menerapkan cara-cara yang lebih baik dalam menjalankan investasi.

(37)

ekonomi merupakan satu-satunya mekanisme yang berkelanjutan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Peningkatan iklim investasi merupakan daya penggerak bagi pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Iklim investasi yang baik adalah iklim investasi yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat secara keseluruhan, tidak hanya bagi badan usaha saja.

2.1.3. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)

PDB yang disebut juga GDP merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional pada output barang dan jasa (Mankiw, 2000). Para pemikir ekonomi menganggap PDB sebagai ukuran terbaik dalam menilai kinerja perekonomian suatu bangsa. Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam nilai uang tunggal dalam periode waktu tertentu. Dalam Mankiw (2000), PDB dibagi dalam empat kelompok pengeluaran yaitu:

1. Konsumsi (C) 2. Investasi (I)

3. Pengeluaran Pemerintah (G) 4. Ekspor Bersih (NX)

(38)

investasi. Berdasarkan Gambar 2.2. dapat disimpulkan bahwa kenaikan tingkat suku bunga akan menyebabkan penurunan investasi, yang berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tingkat Bunga Riil, r

Fungsi Investasi, I(r)

Investasi, I

Gambar 2.2. Kurva Hubungan Investasi dengan Tingkat Suku Bunga

Menurut Mankiw (2000), umumnya investasi dikategorikan dalam dua jenis yaitu, Real Asset dan Financial Asset. Aset riil merupakan aset berwujud seperti gedung-gedung, kendaraan dan sebagainya, sedangkan aset keuangan adalah dokumen surat-surat klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktiva riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.

2.1.4. Indikator yang Mempengaruhi Iklim Investasi

(39)

1. Masalah ketidakpastian kebijakan

Masalah ketidakpastian kebijakan merupakan persentase ketidakpastian kebijakan ekonomi dan peraturan serta interpretasi peraturan-peraturan yang tidak dapat diduga. Regulasi-regulasi dapat meningkatkan risiko bagi perusahaan-perusahaan, apabila regulasi-regulasi tersebut sering mengalami perubahan, disusun secara samar maupun tidak jelas atau diinterpretasikan dan dilaksanakan secara tidak konsisten.

Akibat yang ditimbulkan oleh setiap hal tersebut menyebabkan ketidakpastian yang lebih besar yang menyulitkan perusahaan untuk membuat keputusan-keputusan jangka panjang mengenai pemasaran, pemilihan teknologi, penyewaan dan pelatihan para pekerja. Ketidakpastian juga akan mengurangi respon terhadap upaya reformasi yang seharusnya memberikan manfaat.

2. Masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak properti

Masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti merupakan kendala bagi investor bahwa peradilan dapat menegakkan hak-hak kontraktual dan hak-hak atas properti dalam penyelesaian perselisihan-perselisihan usaha. Setiap pemerintahan memiliki hak untuk mengambil alih atau menyita properti pribadi dalam keadaan tertentu. Untuk mengurangi adanya keprihatinan atas pelaksanaan secara sepihak atas kewenangan ini dibutuhkan pencegahan-pencegahan yang kredibel (tidak terpercaya) terhadap penyitaan tanpa kompensasi yang cepat, memadai dan efektif.

(40)

Masalah administrasi perpajakan merupakan berbagai kendala yang di yang dihadapi para investor pada saat mengurus administrasi perpajakan. Peraturan yang berbelit-belit menyebabkan terbuangnya waktu dan biaya karena digunakan oleh pihak manajemen untuk berurusan dengan para pejabat pemerintahan. Birokrasi dan korupsi di administrasi perpajakan merupakan suatu hal yang umum yang melemahkan insentif untuk mematuhi aturan perpajakan dan memberikan kontribusi untuk melakukan kebocoran-kebocoran anggaran.

4. Masalah tingkat tarif pajak

Masalah tingkat tarif pajak merupakan salah satu kendala utama dalam pelaksanaan kegiatan iklim investasi di suatu negara. Tarif pajak merupakan fungsi dari besarnya ukuran pemerintahan dan cara pembebanan dialokasikan di antara berbagai alternatif sumber daya. Meskipun terdapat perbedaan dalam pandangan tentang besar ukuran pajak sesuai pemerintahan, porsi pajak dalam PDB di banyak negara berkembang jauh lebih besar daripada di negara maju.

Bagian dari beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan-perusahaan dapat dipengaruhi oleh pertimbangan efisiensi dan keadilan serta kekhawatiran yang lebih pragmatis mengenai upaya pengumpulan pendapatan. Pajak perusahaan, pajak langsung atas barang dan jasa serta pajak perdagangan merupakan penerimaan pemerintah lebih dari 70 persen bagi negara-negara berkembang.

(41)

Masalah penyediaan fasilitas pendanaan merupakan ketersediaan fasilitas sumber pendanaan atau kebutuhan akan modal. Pasar finansial berfungsi sebagai sarana penyediaan jasa-jasa pelayanan pembayaran, mobilitas tabungan dan mengalokasikan pendanaan kepada perusahaan-perusahaan yang berniat melakukan investasi.

Pasar-pasar finansial bila berfungsi dengan baik akan menghubungkan perusahaan dengan para kreditor dan para investor yang bersedia untuk menanamkan dana mereka serta menanggung dari sebahagian dari risiko yang ada. Tantangan yang mendasar pada penyediaan dana adalah masalah informasi yang sering kali diperburuk oleh lemahnya perlindungan atas lemahnya hak-hak atas properti.

6. Masalah perizinan

Masalah perizinan merupakan masalah sulitnya mendapatkan berbagai perizinan dan lisensi usaha dalam suatu negara. Sistem administrasi yang lama, berbelit-belit dan membutuhkan biaya yang besar dalam mengurus suatu perizinan serta lisensi untuk kepentingan usaha, mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan biaya yang besar dan banyak waktu yang terbuang. Keadaan ini akan memaksa para investor mengalami kerugian ataupun harus meninggalkan negara tersebut.

7. Masalah keterampilan tenaga kerja

(42)

yang berketerampilan merupakan hal yang esensial bagi perusahaan untuk menggunakan teknologi baru yang lebih produktif.

Iklim investasi yang lebih baik akan meningkatkan tingkat pengembalian investasi di bidang pendidikan yang berdampak pada peningkatan keterampilan. Pemerintah harus berupaya untuk membuat pendidikan semakin inklusif dan relevan dengan kebutuhan tingkat keterampilan pihak perusahaan, serta menciptakan iklim investasi yang baik bagi para penyedia jasa pendidikan dan pelatihan.

2.1.5. Metode Estimasi Parameter: Ordinary Least Square (OLS)

Metode Ordinary Least Square (OLS) merupakan salah satu metode yang sering digunakan karena kemudahannya dalam pengolahan data.

Y = α0 + α1

x

1+ α2

x

2 +

+ αr

x

r

Keterangan:

r = 1, 2, 3, ..., N

α0 = Intersep

αrxr = Koefisien kemiringan parsial

i = Observasi ke-i, dan N merupakan besarnya populasi.

Beberapa asumsi yang menyederhanakan model ini adalah sebagai berikut (Gujarati, 1993):

1. Nilai rata-rata bersyarat dari unsur gangguan populasi e (galat) tergantung pada nilai tertentu variabel bebas (X) adalah nol.

(43)

3. Varians bersyarat dari e1 adalah konstan dan homoskedastitisitas

(penyebarannya sama).

4. Variabel yang menjelaskan (X) adalah non-stokastik/tidak acak (tetap dalam penyampelan berulang) atau jika stokastik didistribusikan secara independen dari gangguan e1.

5. Tidak ada multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan (X).

Semua asumsi di atas jika terpenuhi maka penaksir OLS dari koefisien regresi adalah penaksir tak bias linear terbaik atau Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).

Analisis OLS menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel X (variabel bebas) yang merupakan penyebab dan variabel Y (variabel terikat) yang merupakan akibat, dengan kata lain OLS merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat.

2.2. Penelitian Terdahulu

(44)

masalah pendanaan, masalah tenaga listrik, masalah tenaga kerja dan berbagai masalah dalam menjalankan usaha proyek dari Bank Dunia sendiri.

Menurut Bank Dunia masih banyak negara yang kegiatan iklim investasi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Diharapkan melalui iklim investasi yang baik akan berdampak besar bagi pertumbuhan perekonomian dan pengentasan kemiskinan di suatu negara. Berdasakan survei Bank Dunia bahwa negara Cina, India dan Uganda merupakan negara-negara yang berhasil dalam meningkatkan iklim investasi di negaranya. Dan menurut survei Bank Dunia, Indonesia masih merupakan negara yang memiliki iklim investasi terburuk di dunia yaitu berada di urutan ke 155 dari 175 negara.

Penelitian Bank Dunia ini bertujuan sebagai acuan bagi Bank Dunia dalam memberikan pinjaman bagi berbagai negara dan menjalankan proyek Bank Dunia di negara-negara tersebut. Hasil dari penelitian Bank Dunia tersebut juga dapat digunakan sebagai acuan setiap pemerintah negara dalam mengambil kebijakan serta sebagai acuan bagi para investor untuk menanam modal dalam suatu negara.

2.3. Kerangka Pemikiran

(45)

dan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Oleh karenanya iklim investasi yang baik salah satu faktor utama sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat kemiskinan. Memperbaiki kebijakan dan setiap tindakan pemerintah akan menciptakan suasana iklim investasi yang akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.

(46)

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh melalui laporan Bank Dunia mengenai iklim investasi di berbagai negara. Dengan melakukan survei terhadap 21 negara serta menyusun indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi yaitu masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah peraturan administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan fasilitas pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja.

Penelitian ini selanjutnya akan melakukan analisis statistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Pengolahan data dilakukan melalui regresi linear berganda menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) pada periode tahun 2002. Kemudian akan dilakukan uji signifikansi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Selanjutnya akan dilakukan statistik deskriptif dengan mengekplorasi data hasil survei Bank Dunia terhadap para usahawan internasional tentang iklim investasi, sehingga dapat diketahui seberapa besar minat investor terhadap Indonesia jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya.

2.4. Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian ini menganalisis indikator-indikator yang menentukan iklim investasi di beberapa negara. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi dilakukan dengan:

(47)

masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak properti, masalah administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan fasilitas pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja.

2. Membuat model pendugaan untuk menganalisis faktor-faktor tersebut dengan menggunakan analisis regresi berganda. Model akan dianalisis untuk menjawab berbagai permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian mengenai analisis iklim investasi di beberapa negara: 1. Pengaruh masalah ketidakpastian kebijakan terhadap kondisi iklim investasi

di beberapa negara adalah negatif.

2. Pengaruh masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak properti terhadap kondisi iklim investasi di beberapa negara adalah negatif. 3. Pengaruh masalah administrasi perpajakan terhadap kondisi iklim investasi

di beberapa negara adalah negatif.

4. Pengaruh masalah tingkat tarif pajak terhadap kondisi iklim investasi di beberapa negara adalah negatif.

5. Pengaruh masalah penyediaan fasilitas pendanaan terhadap kondisi iklim investasi di beberapa negara adalah negatif.

(48)

7. Pengaruh masalah keterampilan tenaga kerja terhadap kondisi iklim investasi di beberapa negara beberapa adalah negatif.

2.6. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pengukuran variabel dalam penelitian ini dipakai definisi operasional berdasarkan kriteria World Bank, yaitu:

1. Iklim investasi adalah suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha. Kisaran dari rating iklim investasi mulai dari 0 persen yang terpuruk sampai 100 persen merupakan yang terbaik.

2. Data masalah ketidakpastian kebijakan merupakan data persentase ketidakpastian kebijakan ekonomi dan peraturan serta interpretasi peraturan-peraturan yang tidak dapat diduga. Kisaran dari rating masalah ketidakpastian kebijakan mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.

(49)

terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.

4. Data masalah administrasi perpajakan merupakan administrasi perpajakan yang berbelit-belit menyebabkan terbuangnya waktu dan biaya karena digunakan oleh pihak manajemen untuk berurusan dengan para pejabat pemerintahan dan membutuhkan waktu lama. Kisaran dari rating masalah administrasi perpajakan mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen marupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.

5. Data masalah tingkat tarif pajak merupakan data berupa kendala sangat besarnya tarif pajak di suatu negara. Kisaran dari rating masalah tingkat tarif pajak mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.

(50)

rating masalah penyediaan fasilitas pendanaan mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.

7. Data masalah perizinan merupakan data sulitnya mendapatkan lisensi-lisensi dan perizinan-perizinan usaha dalam suatu negara. Kisaran dari rating masalah perizinan mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari World Bank. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yang diperlukan merupakan data yang diperoleh dari laporan World Bank terhadap beberapa negara yaitu Albania, Armenia, Azerbaizan, Belarusia, Bulgaria, Republik Czech, Estonia, Hungaria, Indonesia, Kazakhstan, Kruasia, Latvia, Lithuania, Pakistan, Polandia, Rumania, Rusia, Serbia, Slovakia, Slovenia dan Turki. Pengambilan sampel data dibatasi hanya 21 negara dikarenakan adanya keterbatasan data yang tersedia. Data kuantitatif berupa angka-angka yang merupakan indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi yaitu berupa data masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah peraturan administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan fasilitas pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja.

(52)

Depnakertrans Indonesia, jurnal-jurnal, media massa dan internet. Data yang diperoleh yaitu data sekunder akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan kondisi iklim investasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor berdasarkan kondisi perekonomian dunia. Beberapa hal yang terkait dengan variabel-variabel yang digunakan akan diuraikan secara deskriptif dan dengan bantuan gambar untuk lebih memperjelas uraian. Analisis kuantitatif akan dilakukan dengan menggunakan model regresi non-parametrik. Regresi yang digunakan adalah regresi berganda dengan menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) dan pengolahan data menggunakan program Minitab13 dan Microsoft Excel dengan data cross section tahun 2002.

3.2. Metode Analisis

3.2.1. Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif adalah bidang statistika yang membahas tentang cara atau metode mengumpulkan, menyederhanakan dan menyajikan data sehingga bisa memberikan informasi secara efektif. Statistika deskriptif belum sampai pada upaya menarik suatu kesimpulan, tetapi baru sampai pada tingkat memberikan suatu bentuk ringkasan data sehingga masyarakat awam dapat memahami informasi yang terkandung dalam data.

(53)

mempengaruhi jalannya kegiatan iklim investasi, dengan kisaran mulai dari nol persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar. Sehingga semakin tinggi nilai dari indikator-indikator tersebut akan berdampak negatif terhadap jalannya kegiatan iklim investasi di suatu negara.

Dalam penelitian ini, analisis statistika deskriptif ditampilkan dalam bentuk grafik. Berdasarkan gambaran tersebut dapat diketahui faktor-faktor apa yang masih merupakan hambatan bagi jalannya kegiatan investasi di suatu negara. Melalui gambaran deskriptif dari data tersebut, dapat diketahui indikator-indikator yang merupakan hambatan terbesar terhadap jalannya iklim investasi di setiap negara. Berdasarkan statistika deskriptif juga dapat dilihat seberapa besar minat para investor terhadap Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

3.2.2. Statistika Inferensia: Analisis Regresi

(54)

Kriteria ekonometrika digunakan untuk mengetahui apakah asumsi-asumsi dari ekonometrika tersebut dapat terpenuhi atau terjadi pelanggaran.

Penelitian ini mengangkat beberapa permasalahan yang mempengaruhi iklim investasi. Variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan riset yang dilakukan oleh World Bank tentang indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi adalah memakai variabel masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah peraturan administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan fasilitas pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja. Model yang didapat merupakan penyesuaian dari riset yang dilakukan World Bank dan teori yang ada sehingga untuk menjawab berbagai permasalahan dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan model sebagai berikut:

IC =

α

0 +

α

1PuC +

α

5TR +

α

7EC+

α

8LR+

α

9RBP +

α

11LC +

α

13LS + e

Keterangan:

IC = Iklim Investasi (persen)

PuC = Masalah Ketidakpastian Kebijakan (persen)

TR = Masalah Ketidakpercayaan terhadap Pengadilan Mengenai Hak Atas Properti (persen)

(55)

LS = Masalah Keterampilan Tenaga Kerja (persen) e = Error term

Setelah koefisien masing-masing variabel eksogen dihasilkan maka akan dilakukan uji signifikansi model dan pengujian hipotesis penelitian yang telah dibuat. Pengujian masalah-masalah ekonometrika seperti heteroskedastisitas dan multikolinieritas dilakukan setelah uji signifikansi model dan pengujian hipotesis penelitian.

Pengolahan model dalam penelitian ini menggunakan metode estimasi OLS (Ordinary Least Square) yang merupakan salah satu pengolahan data dari ekonometrika. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dimana terdapat dua variabel yaitu variabel bebas X dan variabel terikat Y. Variabel bebas akan mempengaruhi variabel terikat.

1. Pengujian Terhadap Model

Uji F-statistik digunakan untuk menduga persamaan secara keseluruhan. Uji F-statistik dapat menjelaskan kemampuan variabel bebas secara bersama dalam menjelaskan keragaman dari variabel terikat.

Hipotesis yang diuji dari pendugaan persamaan adalah variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, hal ini disebut sebagai hipotesis nol. Untuk menguji hipotesis dari parameter dugaan secara serentak (uji F-statistik), mekanisme yang digunakan adalah:

H0 : α1 = α2 = ... = αi = 0

(56)

(paling sedikit ada 1 variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat)

untuk : i = 1, 2, 3, ..., k α= dugaan parameter

Statistik uji yang dilakukan dalam uji-F (Gujarati, 1993): R² / k-1

F-hitung =

(1-R² ) / n-k

Keterangan:

R² = Koefisien determinasi n = Banyaknya titik pengamatan k = Jumlah koefisien regresi dugaan

Dimana hasil dari F-hitung dibandingkan dengan F tabel (F-tabel = Fα(k-1, n-k)).

Kriteria uji:

F-hitung > Fα(k-1, n-k), maka tolak H0

F-hitung < Fα(k-1, n-k), maka terima H0

(57)

2. Pengujian Hipotesis Parameter Regresi

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh pada variabel terikatnya.

Hipotesis:

H0 : αi = 0 i = 1, 2, 3 H1 : αi ≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji t (Gujarati, 1993): α - α

t-hitung = Sb Keterangan:

α : Koefisien regresi parsial sampel α : Koefisien regresi parsial populasi

Sb :Simpangan baku koefisien dugaan

Dimana hasil dari t hitung dibandingkan dengan t-tabel (t-tabel = tα/2 (n-k)).

Kriteria Uji:

t-hitung > tα/2 (n-k), maka tolak H0

t-hitung < tα/2 (n-k), maka terima H0

(58)

3. Keterandalan Model

Digunakan untuk melihat sejauh mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel terikatnya menurut Gujarati (1993), terdapat dua sifat R² yaitu:

1. Merupakan besaran non-negatif.

2. Batasnya adalah 0 ≤ R² ≤ 1. Jika R² bernilai 1 berarti suatu kecocokan sempurna, sedangkan jika R² bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel terikat dengan bebas.

Nilai koefisisen determinasi dapat dihitung sebagai berikut (Gujarati, 1993): ESS

R² = TSS ∑ e²i

= 1- ∑y²i

Dimana ESS adalah jumlah kuadrat yang dijelaskan (explained sum of squares) dan TSS adalah jumlah kuadrat total (total sum of squares).

(59)

bebas yang tidak perlu. Bahkan untuk model yang memiliki kecocokan yang rendah Adjusted squared dapat memiliki nilai yang negatif. Nilai Adjusted R-squared dapat dihitung sebagai berikut (Gujarati, 1993):

∑ e²i

/

(N-K) Ř² = 1-

∑y²i

/

(N-1)

dimana k adalah banyaknya parameter dalam model termasuk faktor intersep. Persamaan di atas dapat disederhanakan seperti di bawah ini:

σ²

Ř² = 1- y

dimana σ² adalah varians residual dan S²y adalah varians sampel dari Y.

4. Diagnostik Model Regresi

1. Uji Normalistas

Uji kenormalan diperlukan pada pengujian hipotesis dan penyusunan selang kepercayaan bagi parameter. Pengaruh ketidaknormalan sisaan terhadap pengujian dan penyusunan selang kepercayaan adalah bahwa taraf nyata yang berkaitan dengan pengujian dan selang kepercayaan tidak lagi sesuai dengan yang ditentukan. Secara eksplorasi, pemeriksaan terhadap asumsi kenormalan dapat dilakukan dengan histogram sisaan maupun plot normal. Apabila bentuk sebaran uji kenormalan berbentuk garis lurus atau tidak setangkup, maka sisaan dapat dikatakan menyebar normal.

(60)

diketahui. Transformasi ini berguna untuk mengatasi kemenjuluran sebaran sisaan dan ketidaklinearan fungsi regresi.

2. Heteroskedastisitas

Menurut Gujarati (1993) suatu model regresi linear harus memiliki varians (penyebaran) yang sama. Menurutnya, jika asumsi ini tidak dipenuhi maka akan terdapat masalah heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS, tetapi penaksir yang dihasilkan tidak lagi mempunyai varians minimum (efisien).

Konsekuensi bila terjadi heteroskedastisitas, maka akan berakibat:

1. Estimasi dengan menggunakan OLS tidak akan memiliki varians yang minimum atau estimator tidak efisien. Dalam penyampelan berulang penaksir OLS secara rata-rata sama dengan nilai populasi sebenarnya (sifat tak bias) dan dengan meningkatnya ukuran sampel sampai tak terhingga penaksir OLS mengarah pada nilai sebenarnya (sifat konsistensi) tetapi variansnya tidak lagi minimum bahkan jika besarnya sampel meningkat secara tak terbatas. 2. Tidak dapat diterapkannya uji nyata tidaknya koefisien atau selang

kepercayaan dengan menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai varians (penyebaran).

(61)

Plot sisaan yang dapat dipergunakan untuk pengujian heteroskedastisitas adalah plot antara sisaan dengan dugaan respon. Apabila ragam sisaan homogen, maka seharusnya plot antara sisaan tersebut tidak memiliki pola apapun. Sedangkan apabila ragam sisaan tidak homogen, maka plot sisaan tersebut akan berpola. Solusi dari masalah heteroskedastisitas adalah mencari transformasi model asal sehingga model yang baru akan memiliki error-term dengan varians yang konstan.

3. Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Tanda-tanda adanya multikolinieritas adalah (Gujarati, 1993):

1. Tanda tidak sesuai yang diharapkan.

2. R²-nya tinggi tetapi uji individu tidak banyak yang nyata atau bahkan tidak ada yang nyata.

3. Korelasi sederhana antar variabel individu tinggi (rij tinggi).

4. R² < rij² menunjukkan adanya multikolinearitas.

Masalah multikolinier dapat diketahui melalui ukuran korelasi linear antara dua variabel yang disebut koefisien korelasi hasil kali Pearson. Koefisien korelasi dapat dirumuskan sebagai berikut (Gujarati, 1993):

(n∑X1X2) – (∑X1X2) sx

rX1X2 = = b

√ n∑X1² -(∑X1)²√ n∑X2²-(∑X2)² sy

RSS = (n-1)(s²y-b²s²x)

(62)

Kedua sisi persamaan dibagi dengan (n-1) s²ydiperoleh hubungan:

RSS r² = 1 -

(n-1) s²y

Karena RSS dan S²y keduanya tidak pernah negatif, maka dapat disimpulkan

bahwa r² nilainya pasti antara 0 dan 1. Akibatnya, r mungkin mengambil nilai dari –1 sampai +1 akan terjadi bila RSS = 0 dan semua titik sampel terletak tepat pada suatu garis lurus yang mempunyai kemiringan negatif. Bila semua titik sampel terletak tepat pada suatu garis lurus yang mempunyai kemiringan positif, maka RSS = 0 dan diperoleh nilai +1. Hubungan linear sempurna terdapat antara nilai-nilai X dan Y dalam sampel, bila r = +1 atau –1. Bila r mendekati +1 atau –1, hubungan antara dua peubah itu kuat dan terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya. Akan tetapi bila r mendekati 0, hubungan linear antara X dan Y sangat lemah atau mungkin tidak ada hubungan sama sekali.

Pengujian multikolinearitas juga dapat dilakukan dengan menghitung nilai VIF atau Variance Inflation Factor. Nilai VIF ini mengukur seberapa besar ragam dari dugaan koefisisen regresi akan meningkat apabila antar peubah penjelas terdapat masalah multikolinier. Menurut Montgomery dan Peck (dalam Modul Praktikum STK 212 Metode Statistika II, Institut Pertanian Bogor) terdapat multikolinearitas apabila nilai VIF lebih besar dari 5 atau antara nilai 5 sampai 10, jika nilai VIF lebih kecil dari 5 maka dapat dikatakan tidak ada multikolinearitas.

Tindakan perbaikan dari masalah ini adalah (Gujarati, 1993): 1. Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya.

(63)

4. Mentransformasikan data.

5. Mendapatkan tambahan data baru.

3.3. Metode Evaluasi Kebijakan Iklim Investasi

Keterpurukan perekonomian Indonesia sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 berdampak sampai sekarang terhadap kurangnya minat investor asing menanam modal di Indonesia. Selain dari keterpurukan ekonomi, situasi politik yang tidak pasti juga semakin menambah permasalahan mekanisme iklim investasi di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar maka pertumbuhan ekonomi menjadi satu-satunya mekanisme yang berkelanjutan untuk meningkatkan taraf kehidupan suatu bangsa. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan melalui investasi dan produktivitas yang lebih tinggi.

(64)

investasi yang akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.

(65)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Iklim Investasi di Indonesia

Pada awal 1990-an, Indonesia digolongkan menjadi salah satu tujuan utama para investor untuk menanamkan modalnya, diikuti negara Malaysia dan Thailand sebagai negara berkembang yang segera menjadi negara industri baru. Namun pada awal 2000-an, Cina dan Vietnam lebih menarik minat pemodal asing dibandingkan dengan negara Indonesia.

500

1973 1975 1977 1979 198

1

Sumber: BPS Statistik Indonesia 2002.

Gambar 4.1. Perkembangan PMA dan PMDN di Indonesia (1973-2002)

(66)

mengalami peningkatan. Rendahnya pertumbuhan penanaman modal asing di Indonesia merupakan gambaran kurangnya minat para investor asing untuk menanam modal di Indonesia.

Iklim investasi yang baik membutuhkan stabilitas ekonomi makro yang kondusif. Kemampuan pemerintah memberikan jaminan kepastian keamanan bagi investor secara makro ekonomi akan mengurangi risiko memulai usaha. Berdasarkan laporan Bank Dunia diketahui bahwa tingkat risiko berinvestasi di Indonesia hanya lebih baik sedikit dibandingkan dengan negara Myanmar untuk wilayah Asia Tenggara. Hal ini bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan karena jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya Indonesia jauh lebih berisiko untuk melaksanakan investasi. Dipastikan bahwa para investor akan lebih tertarik berinvestasi di negara lain daripada di Indonesia.

(67)

Semuanya ini tidak berarti bahwa tidak ada kemajuan, Homi Karas Ekonom Bank Dunia (Investor Daily: 17 November 2005) menyatakan bahwa tahun 2005 volume investasi di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan, sehingga mencapai pertumbuhan dua digit. Namun pemerintah wajib mereformasi berbagai sektor terkait dengan investasi secara konsisten. Dalam rangka memperbaiki iklim investasi untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia, maka pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden mengenai paket kebijakan perbaikan iklim investasi nomor 3 tahun 2006. Melalui paket perbaikan iklim investasi ini, pemerintah berharap realisasi investasi di Indonesia semakin meningkat. Tingginya realisasi paket investasi ini diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi, yang beberapa triwulan terakhir ini melambat akibat tingginya laju inflasi dan naiknya suku bunga perbankan pasca kenaikan harga bahan bakar minyak. Indonesia diharapkan menjadi salah satu negara yang cukup menarik bagi para investor.

(68)

4.2. Gambaran Iklim Investasi di Beberapa Negara

Menurut Bank Dunia, untuk memulai bisnis di Indonesia para pemodal membutuhkan waktu 151 hari, hanya sedikit lebih cepat dibandingkan negara Laos dan Timor Leste. Waktu yang diperlukan memang sangat panjang karena para pemodal harus melewati 12 prosedur. Sedangkan biaya untuk memulai usaha yang harus dikeluarkan para investor mencapai 101,7 persen dari PDB per kapita. Ditambahkannya, untuk sekadar mendapatkan perizinan di Indonesia, pemodal harus menghabiskan waktu 224 hari. Kondisi ini diperburuk oleh adanya praktek korupsi yang merebak di berbagai lembaga pemerintahan.

(69)

32.9

Masalah ketidakpercayaan thd pengadilan ttg hak proverti Masalah korupsi

Masalah ketidakpastian kebijakan

Sumber: Laporan World Bank (2005).

Gambar 4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Investasi di Beberapa Negara

Survei yang dilakukan oleh Bank Dunia mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan iklim investasi pada suatu negara, dengan mengukur persentase dari faktor-faktor tersebut yaitu memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar. Berdasarkan Gambar 4.2. negara Malaysia tidak mengalami hambatan mengenai masalah ketidakpastian kebijakan sebesar 22,4 persen, masalah korupsi sebesar 14,5 persen, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak proverti sebesar 19,1 persen dan masalah tindak kriminalitas sebesar 11,4 persen yang mengganggu kegiatan iklim investasi.

Gambar

Gambar 1.1. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia
Gambar 1.2. Persentase Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran di Indonesia
Gambar 1.3. Perkembangan Investasi Swasta Domestik dan
Gambar 1.4. Rata-Rata Biaya dan Banyaknya Hari dalam Memulai Suatu Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

Formulasi masalah dalam skripsi ini adalah penulis akan meneliti mengenai fungsi penggunaan keishiki meishi wake yang terdapat dalam sebuah film drama Jepang,

Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang terkait dengan uji pengembangan antara lain: data tentang keterlaksanaan rencana pembelajaran, ketuntasan hasil

Dengan membuat sistem informasi penjualan tas berbasis web pada Gikita Online Shop, kita dapat membantu pengelola agar tidak lagi menggunakan cara manual dalam

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya preventif dalam menurunkan terjadinya masalah kesehatan gigi pada anak usia prasekolah (3-6 tahun)

Variabel ini diproksikan dengan debt to equity ratio (DER). Rasio ini menggambarkan perbandingan kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan

Abstraksi : Persyaratan mutu mencakup kadar bagian yang hilang pada pemanasan 950 derajat Abstraksi : Persyaratan mutu mencakup kadar bagian yang hilang pada pemanasan 950

Senyawa hasil proses metabolisme mikro-organisme tersebut akan keluar dari biofilm dan terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke udara melalui rongga-rongga

Identitas hibridisasi dai warga Tionghoa Jawa Timur ini juga menguatkan pernyataan dari Longhurst, dkk (2008:142), bahwa identitas merupakan sifat